Kekerasan Dalam Tayangan Anak Dan Dampak Yang Ditimbulkan

4
Anggi Mustika_Universitas Paramadina 6 November 2009 Kekerasan dalam Tayangan Anak dan Dampak yang Kekerasan dalam Tayangan Anak dan Dampak yang Kekerasan dalam Tayangan Anak dan Dampak yang Kekerasan dalam Tayangan Anak dan Dampak yang Ditimbulkan Ditimbulkan Ditimbulkan Ditimbulkan I. Pengantar. Televisi merupakan sarana komunikasi elektronik utama dan sudah familiar di masyarakat. Tayangan anak merupakan salah satu dari beragam tayangan di televisi. Tayangan tersebut ditayangkan dengan beragam tema dan bentuk acara seperti film kartun, sinetron, kontes-kontes maupun kuis. Tayangan tersebut pada umumnya bertujuan agar anak-anak mendapat nilai-nilai positif bagi perkembangan dirinya seperti nilai agama, pendidikan, budi pekerti dan moral. Akan tetapi, berbagai kajian maupun penelitian menemukan banyak tayangan kekerasan, seksualitas, mistik dan perilaku negatif yang memberi dampak buruk terhadap pengembangan diri dan mental anak. Berdasarkan data hasil survai AGB Nielsen tahun 2008, hampir 30% dari komposisi penonton televisi adalah penonton berusia 5-15 tahun. Tercatat dalam seminggu, anak-anak Indonesia menonton rata-rata 30-35 jam per hari atau 1.560- 1.820 jam setahun. Jumlah tersebut melebihi jumlah jam belajar anak TK/SD yang tidak lebih dari 1.000 jam setahun, dengan sekurang-kurangnya 80 judul program anak yang ditayangkan dalam 300 kali penayangan selama 170 jam per minggu (168 jam). Program anak yang sering dijumpai berupa film animasi (kartun). Tayangan film kartun tidak dapat dipisahkan dari anak-anak. Pada kenyataannya, tidak semua film kartun baik ditonton oleh anak-anak. Ada banyak film kartun yang bernuansa kekerasan seperti peperangan, perkelahian, aksi menjahili dan adegan tembak- menembak. Secara tidak sadar, pesan yang diterima dari film-film tersebut adalah solusi untuk memenangkan eksistensi dengan menjadi yang terkuat. Di Indonesia belum ada penelitian mengenai pengaruh tayangan kekerasan terhadap perilaku anak. Hal ini menyebabkan hipotesis pengaruh tayangan kekerasan terhadap anak tersebut belum dapat disertai dengan bukti yang kuat. Sementara itu, peneliti di luar negeri sudah menyimpulkan bahwa ada korelasi antara tayangan kekerasan dengan perilaku anak. Survai Christian Science Monitor (CSM) tahun 1996 dilakukan terhadap 1.209 orang tua yang memiliki anak umur 2-17 tahun. Survai tersebut bertujuan untuk mengetahui pendapat para responden mengenai besarnya pengaruh tayangan kekerasan di televisi terhadap anak. Hasilnya, 56% responden menjawab sangat mempengaruhi, 26% mempengaruhi, 5% cukup mempengaruhi, dan 11% tidak mempengaruhi.

Transcript of Kekerasan Dalam Tayangan Anak Dan Dampak Yang Ditimbulkan

Page 1: Kekerasan Dalam Tayangan Anak Dan Dampak Yang Ditimbulkan

Anggi Mustika_Universitas Paramadina 6 November 2009

Kekerasan dalam Tayangan Anak dan Dampak yang Kekerasan dalam Tayangan Anak dan Dampak yang Kekerasan dalam Tayangan Anak dan Dampak yang Kekerasan dalam Tayangan Anak dan Dampak yang

DitimbulkanDitimbulkanDitimbulkanDitimbulkan

I. Pengantar.

Televisi merupakan sarana komunikasi elektronik utama dan sudah familiar di

masyarakat. Tayangan anak merupakan salah satu dari beragam tayangan di

televisi. Tayangan tersebut ditayangkan dengan beragam tema dan bentuk acara

seperti film kartun, sinetron, kontes-kontes maupun kuis. Tayangan tersebut pada

umumnya bertujuan agar anak-anak mendapat nilai-nilai positif bagi perkembangan

dirinya seperti nilai agama, pendidikan, budi pekerti dan moral. Akan tetapi, berbagai

kajian maupun penelitian menemukan banyak tayangan kekerasan, seksualitas,

mistik dan perilaku negatif yang memberi dampak buruk terhadap pengembangan

diri dan mental anak.

Berdasarkan data hasil survai AGB Nielsen tahun 2008, hampir 30% dari

komposisi penonton televisi adalah penonton berusia 5-15 tahun. Tercatat dalam

seminggu, anak-anak Indonesia menonton rata-rata 30-35 jam per hari atau 1.560-

1.820 jam setahun. Jumlah tersebut melebihi jumlah jam belajar anak TK/SD yang

tidak lebih dari 1.000 jam setahun, dengan sekurang-kurangnya 80 judul program

anak yang ditayangkan dalam 300 kali penayangan selama 170 jam per minggu (168

jam).

Program anak yang sering dijumpai berupa film animasi (kartun). Tayangan

film kartun tidak dapat dipisahkan dari anak-anak. Pada kenyataannya, tidak semua

film kartun baik ditonton oleh anak-anak. Ada banyak film kartun yang bernuansa

kekerasan seperti peperangan, perkelahian, aksi menjahili dan adegan tembak-

menembak. Secara tidak sadar, pesan yang diterima dari film-film tersebut adalah

solusi untuk memenangkan eksistensi dengan menjadi yang terkuat.

Di Indonesia belum ada penelitian mengenai pengaruh tayangan kekerasan

terhadap perilaku anak. Hal ini menyebabkan hipotesis pengaruh tayangan

kekerasan terhadap anak tersebut belum dapat disertai dengan bukti yang kuat.

Sementara itu, peneliti di luar negeri sudah menyimpulkan bahwa ada korelasi antara

tayangan kekerasan dengan perilaku anak. Survai Christian Science Monitor (CSM)

tahun 1996 dilakukan terhadap 1.209 orang tua yang memiliki anak umur 2-17 tahun.

Survai tersebut bertujuan untuk mengetahui pendapat para responden mengenai

besarnya pengaruh tayangan kekerasan di televisi terhadap anak. Hasilnya, 56%

responden menjawab sangat mempengaruhi, 26% mempengaruhi, 5% cukup

mempengaruhi, dan 11% tidak mempengaruhi.

Page 2: Kekerasan Dalam Tayangan Anak Dan Dampak Yang Ditimbulkan

Anggi Mustika_Universitas Paramadina 6 November 2009

Ron Solby dari Universitas Harvard menjelaskan, ada empat macam dampak

kekerasan dalam televisi terhadap perkembangan kepribadian anak. Pertama,

dampak aggressor yang mengakibatkan sifat jahat dari anak semakin meningkat.

Kedua, dampak korban yang mengakibatkan anak menjadi penakut dan semakin

sulit mempercayai orang lain. Ketiga, dampak pemerhati yang mengakibatkan anak

menjadi semakin kurang peduli terhadap kesulitan orang lain. Keempat, dampak

nafsu yaitu dengan meningkatnya keinginan anak untuk melihat atau melakukan

kekerasan dalam mengatasi setiap persoalan.

Pada bulan Maret 2009, KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) melakukan kajian

terhadap 8-10 judul program tayangan anak yang berjumlah kurang lebih 25 episode.

Metode pengambilan sample dilakukan secara acak sistematis (systematic random

sampling), yaitu penentuan pilihan pertama secara acak kemudian menetukan

pilihan selanjutnya secara sistematis. Adapun prioritas pemilihan tayangan anak

tersebut didasarkan atas beberapa hal, yaitu:

1) Tayangan anak yang new release.

2) Tayangan anak yang banyak mendapat sorotan atau labeling berbahaya.

3) Tayangan anak yang memiliki tingkat popularitas tinggi (ditayangkan

berulang-ulang (re-run) baik pada stasiun yang sama maupun stasiun yang

berbeda).

Dari hasil kajian, ditemukan bahwa unsur kekerasan merupakan unsur

pelanggaran yang dominan dalam program tayangan anak. Dengan berpedoman

pada P3SPS (Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran), unsur

kekerasan pada program anak ditemukan dalam bentuk penayangan adegan

kekerasan yang mudah ditiru anak-anak, baik verbal maupun nonverbal.

Penayangan adegan tersebut memperlihatkan perilaku dan situasi membahayakan

yang mudah atau mungkin ditiru. Sedangkan, unsur perilaku negatif banyak

ditemukan dalam bentuk mengejek atau menghina seseorang dengan menggunakan

kata-kata yang merendahkan dan memaki orang lain dengan kata-kata kasar.

II. Hasil Observasi.

Menurut observasi yang telah saya lakukan, program A menampilkan

kekerasan sebanyak dua kali. Kekerasan tersebut berupa pemukulan yang dilakukan

oleh ‘tokoh jahat’ ke kepala ‘tokoh baik’ dan lemparan bola baseball ke kepala ‘tokoh

jahat’ yang dilakukan oleh ‘tokoh baik’. Adegan kekerasan yang ditayangkan dapat

memberikan dampak negatif kepada anak yang menonton. Peran tokoh yang jahil

dan kasar cenderung untuk ditiru oleh anak.

Page 3: Kekerasan Dalam Tayangan Anak Dan Dampak Yang Ditimbulkan

Anggi Mustika_Universitas Paramadina 6 November 2009

Program B menampilkan kekerasan sebanyak empat kali. Keempat adegan

kekerasan yang ditampilkan dalam film ini berupa perkelahian. Perkelahian yang

dimulai oleh ‘tokoh baik’ terjadi sebanyak dua kali yaitu perkelahian sebagai aksi

perlawanan dan membela diri. Perkelahian yang dimulai oleh ‘tokoh jahat’ pun terjadi

sebanyak dua kali yaitu berupa penyerangan untuk membunuh lawan demi

mendapatkan tujuan yang diinginkan. Adegan kekerasan yang ditayangkan pada

program ini dapat memberikan dampak negatif dan positif terhadap anak. Sebagai

dampak negatif, film ini cenderung menggunakan perkelahian dalam menyelesaikan

suatu permasalahan. Sedangkan dampak positifnya, film ini menunjukkan

kebijaksanaan dalam bersikap ketika para pelaku pertikaian mengadakan suatu

kesepakatan untuk mengakhiri konflik yang terjadi.

Program C menampilkan kekerasan sebanyak lima kali. Kelima adegan

kekerasan ini dilakukan oleh ‘tokoh baik’ sebagai aksi bela diri dari perkelahian yang

sedang terjadi. Adegan kekerasan yang ditampilkan berupa menginjak kepala lawan,

membanting-banting tubuh lawan ke lantai, menendang lawan, membuat bibir lawan

menjadi beku dan kaku serta secara paksa memasukkan makanan dengan jumlah

yang banyak ke dalam tubuh lawan hingga merasa kesakitan dan lemah. Program ini

dapat memberikan dampak negatif terhadap anak, peran tokoh yang selalu

menggunakan kekerasan merupakan contoh yang tidak sesuai dengan nilai di

masyarakat.

Adapun data hasil dari observasi tersebut dapat diidentifikasi melalui tabel. 1.

No. Jenis Aksi Kekerasan Program Anak-anak

A B C

1. Korban terluka/menunjukkan rasa sakit. V V V

2. Kekerasan berdampak negatif. V V V

3. Kekerasan tidak memiliki konsekuensi tertentu

(dibiarkan, diterima, dsb).

V V

4. Kekerasan berdampak positif. V

5. Kekerasan dilakukan oleh ‘tokoh baik’. V V V

6. Kekerasan dilakukan oleh ‘tokoh jahat’. V V V

Tabel 1. Hasil Observasi tentang kekerasan pada tayangan anak

Page 4: Kekerasan Dalam Tayangan Anak Dan Dampak Yang Ditimbulkan

Anggi Mustika_Universitas Paramadina 6 November 2009

III. Kesimpulan.

Dari data hasil observasi, ketiga tayangan anak-anak tersebut menampilkan

adegan kekerasan. Kekerasan tersebut dapat berupa pemukulan ataupun

perkelahian. Program C merupakan tayangan yang paling banyak menampilkan

adegan kekerasan. Tayangan ini menampilkan adegan kekerasan sebanyak lima

kali. Kekerasan tersebut berupa perkelahian yang dilakukan oleh ‘tokoh baik’ sebagai

aksi bela diri karena akan dibunuh.

Tayangan kekerasan yang ditampilkan memberikan dampak positif maupun

negatif. Dampak negatif lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan dampak

positifnya. Aksi kekerasan tidak hanya dapat dilakukan oleh ‘tokoh jahat’, ‘tokoh baik’

pun dapat melakukannya.

Secara tidak sadar, tayangan kekerasan yang ditampilkan secara berkali-kali

dapat berpengaruh terhadap perilaku anak. Ahli sosiologi bernama Herbert Mead

mengungkapkan salah satu tahapan pengembangan diri seseorang ialah game

stage. Game stage merupakan suatu sikap yang cenderung meniru peran orang

yang dilihatnya. Oleh sebab itu, disarankan bagi para orang tua untuk memdampingi

dan membimbing anak-anaknya ketika mereka menonton tayangan televisi.

Daftar Pustaka.

Kajian Tayangan Anak. Dalam http://www.kpi.go.id/index.php?etats=detail&nid=105. Tanggal akses 29/10/2009, 17..

Empat Tayangan Televisi Bermasalah. Dalam http://dunia.pelajar-

islam.or.id/dunia.pii/209/empat-tayangan-tv-bermasalah-versi-kpi.html. Tanggal akses 06/11/2009, 16.53.

Dampak Tayangan Film Kekerasan terhadap Anak. Yumizone.com. Tanggal akses

04/11/2009, 16.57. Tips Menghindari Anak-anak dari Tayangan yang Berbau tentang Kegelapan.

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090723055315AA6nSvZ. Tangal akses 06/11/2009, 16.52.