keju 1.docx
description
Transcript of keju 1.docx
V. PEMBAHASAN
Praktikum teknologi fermentasi yang kali ini dilakukan mengenai isolasi
bakteri Propionibacerium dari keju. Keju merupakan suatu produk pangan yang
berasal dari hasil penggumpalan (koagulasi) dari protein susu. Susu yang
digunakan untuk pembuatan keju adalah susu sapi walaupun susu dari hewan
lainnya juga dapat digunakan. Selain dari kasein (protein susu), komponen susu
lainnya seperti lemak, mineral, dan vitamin yang larut dalam lemak juga terbawa
dalam gumpalan partikel – partikel kasein sedangkan komponen – komponen susu
yang larut dalam air tertinggal dalam larutan sisa dari hasil penggumpalan kasein
yang disebut whey (Pragusnan, 2010).
Prinsip pembuatan keju adalah fermentasi asam laktat yang terdapat
dalam susu. Pertama susu di pesteurisasi selama 30 menit pada suhu 60º C.
Pasteurisasi susu dilakukan untuk membunuh seluruh bakteri patogen. Setelah di
pasteurisasi, kemudian susu didinginkan hingga mencapai suhu 30º C.
Selanjutnya, susu diinokulasi dengan enzim renin sebanyak 250 mg. Enzim atau
asam ditambahkan saat telah dicapai kondisi yang sesuai untuk enzim atau asam
sehingga proses koagulasi tercapai. Penambahan enzim atau asam bertujuan untuk
menurunkan pH hingga 4,5 dimana pH tersebut merupakan titik isoelektrik
kasein. Kurang lebih 30 menit setelah penambahan enzim renin ke dalam susu
yang asam, maka terbentuklah curd. Bila temperatur sistem dipertahankan 40º C,
akan terbentuk curd yang padat. Kemudian dilakukan pemisahan curd dari whey
(Daulay, 1991).
Pada proses pematangan ini juga dapat ditambahkan mikroba tertentu
untuk menghasilkan keju yang diinginkan. Selama proses pematangan ini banyak
senyawa-senyawa khas yang dihasilkan tergantung dari bakteri yang ditambahkan.
Starter ditambahkan sebanyak 2 % dan aduk kurang lebih selama satu menit.
Inkubasi susu tersebut pada suhu 30º C selama 16 jam. Pembuatan dadih atau
proses penggumpalan mulai terjadi saat ditambahkan starter kultur bakteri laktat.
Kultur bakteri inilah yang menyebabkan terjadinya fermentasi pada pH tertentu
(Daulay, 1991).
Setelah diinkubasi, kemudian dipanaskan pada suhu 58º C sambil diaduk
lalu ditiriskan dan disaring dengan kain saring. Kemas dadih dengan plastik dan
diperam pada suhu 30º C kurang lebih selama 3 - 4 minggu. Untuk menghasilkan
keju yang berkualitas, dilakukan proses pematangan dengan cara menyimpan keju
ini selama periode tertentu. Dalam proses ini, mikroba Propionibacterium
shermani mengubah komposisi curd, sehingga menghasilkan keju dengan rasa,
aroma, dan tekstur yang spesifik. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi penyimpangan
seperti temperatur dan kelembaban udara di ruang tempat pematangan. Dalam
beberapa jenis keju, bakteri dapat mengeluarkan gelembung udara sehingga
dihasilkan keju yang berlubang-lubang (Daulay, 1991).
Fermentasi keju secara umum melibatkan aktivitas bakteri asam laktat
(BAL) dan enzim renin. BAL menyebabkan perubahan biokimia meliputi
proteolisis dan produksi komponen volatil yang mempengaruhi cita rasa dan
tekstur keju (Daulay, 1991). BAL dalam fermentasi keju, selain sebagai
penggumpal juga berperan sebagai pengawet. Hal ini disebabkan BAL
memproduksi senyawa metabolit yang bersifat antimikroba berupa asam laktat,
H2O2, bakteriosin dan sebagainya (Surono, 2004).
Ada beberapa jenis bakteri asam laktat (BAL) yang berperan dalam
pembuatan keju, diantaranya Propionibacterium, Streptococcus thermophillus,
Lactococcus lactis, dan Leuconostoc mesenteroides. Pada proses pematangan keju
yang diinginkan, dapat pula ditambahkan mikroba-mikroba tertentu untuk
menghasilkan keju yang diinginkan. Selama proses pematangan ini banyak
senyawa-senyawa khas yang dihasilkan tergantung dari bakteri yang ditambahkan.
Cita rasa keju swiss yang manis dan teksturnya yang berlubang – lubang
merupakan hasil dari aktivitas Propionibacterium shermani (Daulay, 1991).
Propionibacterium merupakan bakteri berbentuk basil gram positif,
ukuran kecil, bersifat aerobik/aerotolerant, non-motil, katalase positif. Suhu
optimum pertumbuhan adalah 30C. Bakteri ini termasuk keluarga bakteri asam
laktat (BAL), dapat memfermentasi asam laktat, karbohidrat, dan polialkohol
menjadi propionat, asam asetat, dan karbondioksida. Jenis bakteri ini ditemukan
pada produk keju (pada keju Swiss ditemukan spesies P. freudenreichii), dengan
memfermentasi laktat, akan timbul lubang-lubang. Lubang-lubang yang
dihasilkan pun terjadi karena terbentuknya gas karbondioksida yang diproduksi
selama fermentasi (Frazier, 1988).
Pada praktikum, dilakukan isolasi bakteri Propionibacterium. Proses awal
yang dilakukan yakni melakukan pengenceran pada masing-masing sampel
hingga pengenceran 10-4, kemudian suspensi yang terdapat pada tabung reaksi dua
pengenceran terakhir dituangkan sebanyak 1 ml ke dalam cawan petri steril.
Setelah itu masing – masing cawan dituangi media pertumbuhan berupa MRS
Agar.
Menurut Oxoid (1982), media yang digunakan untuk mengisolasi BAL
sering disebut sebagai media selektif. Media selektif ini digunakan untuk
menumbuhkan dan memelihara bakteri tertentu. Dengan sifat kekhususannya,
media akan menyeleksi BAL secara langsung dan hanya bakteri tertentu yang
dapat tumbuh. Pada isolasi BAL, media yang digunakan ialah media de Man
Rogosa Sharpe Agar /MRS Agar. Komposisi media MRS agar adalah Pepton 10
g, Beef Extract 10 g, Yeast Extract 5 g, K2HPO4 2 g, Amonium Sitrat 2 g,
Glukosa 2 g, Sodium Asetat 3H2O 20 g, MgSO4.7H2O 0.58 g, MnSO4.4H2O 0.28
g, agar 15 g, dan akuades 1000 ml.
Setelah media dituangkan ke dalam cawan petri, media dibiarkan hingga
membeku, lalu diinkubasi pada suhu 30 0C selama 2 x 24 jam. Setelah masa
inkubasi selesai, koloni yang tumbuh pada cawan petri diamati serta dilakukan
pewarnaan gram untuk diamati dengan menggunakan mikroskop. Berikut ini
merupakan hasil pengamatan nilai SPC koloni bakteri, jenis, dan bentuk bakteri
asam laktat yang diperoleh oleh masing – masing kelompok dengan sampel keju
yang berbeda.
5.1 Kraft
Sampel yang digunakan adalah keju kraft cheddar murni. Cheddar
mengandung lemak 48% dengan masa pemeraman 9-24 bulan. Keju Cheddar
adalah keju yang relatif keras, berwarna kuning pucat hingga putih gading, dan
kadang-kadang memiliki rasa yang kuat (Arham, 2012).
Pada sampel keju kraft, tidak terdapat satupun koloni mikroorganisme
pada semua pengenceran. Hal ini mungkin disebabkan karena kraft sebagai
produk komersial, jenis kultur bakteri yang terdapat di dalamnya sudah diproteksi
oleh pabrik tempat pembuatannya.
5.2 Prochiz
Prochiz adalah singkatan dari Processed Cheddar Cheese. Keju ini sama
dengan keju kraft termasuk ke dalam jenis keju Cheddar (Arham, 2012). Pada
sampel keju prochiz, sama halnya seperti pada keju kraft tidak ditemukan satupun
koloni mikroorganisme. Pada pengenceran 10-3, media agar yang digunakan rusak.
Hal ini disebabkan cawan petri diinkubasi sebelum media agar benar-benar
membeku sehingga menyebabkan tidak terdapat koloni yang tumbuh. Pada
pengenceran 10-4, media agar yang digunakan tidak rusak namun juga tidak
terdapat koloni mikroorganisme. Hal ini mungkin dikarenakan prochiz sebagai
produk komersial, kultur bakteri yang terdapat di dalamnya telah diproteksi oleh
pabrik tempat pembuatannya.
5.3 Krim keju
Krim keju atau lebih dikenal dengan cream cheese dua merupakan jenis
keju yang memiliki rasa yang sedikit asam. Cream cheese merupakan salah satu
jenis keju muda yang tidak mengalami proses fermentasi. Teksturnya lembut
dengan rasa gurih yang tak terlalu tajam, berwarna putih, agak keras teksturnya.
Terdapat dua macam cream cheese, yakni double creamcheese dengan kandungan
lemak 65% dan creamcheese 45% lemak. Umumnya keju ini digunakan pada
hidangan penutup, misalnya chesse cake, sebagai isi pie,atau dimakan bersama
potongan buah-buahan.
Pada sampel krim keju, hasil isolasi menunjukkan terdapat satu koloni
mikroorganisme pada pengenceran 10-3, sedangkan pada pengenceran 10-4 tidak
terdapat koloni mikroorganisme dikarenakan kondisi agar yang rusak. Dari hasil
ini diperoleh nilai SPC <3,0.104 CFU/g (1. 103 ) CFU/g.
Setelah diamati dengan mikroskop, diketahui bahwa jenis bakteri yang
tumbuh berbentuk coccus dan merupakan gram positif. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa bakteri yang diamati sesuai dengan ciri – ciri bakteri
Propionibacterium yang telah disebutkan pada literatur yakni berbentuk kokus
dan gram positif. Hal ini menunjukkan bahwa pada sampel krim keju terdapat
bakteri asam laktat Propionibacterium.
Gambar 1. Propionibacterium
(Anonim, 2012)
5.4 Keju Mozzarela
Mozzarella adalah keju Italia yang aslinya berasal dari susu kerbau liar.
Mozzarella dibuat dengan cara diputar dan dipotong karena itulah keju ini disebut
Mozzarella yang saat pembuatannya diputar dan dipotong (mozzare). Mozzarella
segar umumnya berwarna putih, namun dapat berwarna kuning terang tergantung
makanan sapi/kerbau yang diambil susunya, secara tekstur jenis keju mozarella ini
lembut dan berkadar air tinggi. Keju ini merupakan keju terbaik yang apabila
langsung disajikan setelah pembuatannya. Keju lunak dengan kandungan lemak
antara 40 – 50% ini sangat sepesifik sifatnya. Mozzarella akan meleleh ketika
dipanggang, sangat cocok untuk topping pizza maupun ampuran frit (Arham,
2012).
Pada sampel keju mozarella, jumlah koloni pada pengenceran 10-3 adalah
TBUD (463 koloni) sedangkan pada pengenceran 10-4 juga diperoleh jumlah
TBUD (368 koloni) sehingga nilai SPCnya adalah >3,0.106 (3,68.106) CFU/g.
Jumlaj koloni yang TBUD mungkin dikarenakan adanya kontaminasi saat proses
isolasi berlangsung.
Setelah diamati dengan mikroskop, ternyata jenis bakteri yang terdapat
koloni tersebut tidak dapat terlihat. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh proses
pewarnaan gram yang kurang baik. Koloni bakteri yang dioleskan pada object
glass kemungkinan terlalu tipis sehingga tidak dapat terlihat saat akan diamati.
Kecermatan dan ketelitian dalam melakukan pewarnaan gram serta keterampilan
menggunakan mikroskop merupakan salah satu faktor yang dibutuhkan agar dapat
dilakukan identifikasi jenis mikroorganisme.
Setelah pewarnaan gram, pengamatan juga dilakukan dengan uji katalase.
Hasil uji katalase pada sampel keju mozarella menunjukkan hasil negatif karena
tidak terdapat gelembung setelah koloni bakteri ditetesi larutan H2O2. Hasil ini
tidak sesuai dengan literatur karena bakteri Propionibacterium yang terdapat pada
keju merupakan jenis bakteri katalase positif. Kesalahan hasil ini mungkin
dikarenakan koloni yang diuji pada cawan petri bukan merupakan bakteri
Propionibacterium. Bakteri yang terisolasi ini diduga adalah jenis bakteri yang
lain yakni kontaminan atau merupakan jenis bakteri asam laktat lain yang
ditemukan dalam keju, seperti Streptococcus thermophillus, Lactococcus lactis,
dan Leuconostoc mesenteroides.
Menurut Fardiaz (1992), Streptococcus thermophilus berbentuk kokus
gram positif, katalase negatif, terdapat berpasangan atau dalam rantai bila
ditumbuhkan dalam medium cair, dan kemoorganotrof, dan memiliki suhu
optimum pertumbuhan sekitar 37 oC, Lactococcus lactis memiliki ciri – ciri
memiliki warna koloni putih susu atau agak krem, bentuk koloni bundar atau bulat
besar, sel berbentuk kokus gram (+) yang berukuran 0,5-1,2 x 0,5-1,5 μm,
katalase negatif, berpasangan dan membentuk rantai pendek dalam media cair,
endospora tidak terbentuk, serta tidak motil. Leuconostoc mesenteroides
merupakan bakteri gram positif berbentuk kokus yang terdapat secara
berpasangan atau rantai pendek dan merupakan katalase negatif.
5.5 Keju Dutch Edam
Keju Edam berasal dari Belanda. Keju ini merupakan keju tradisional
bulat dan berwarna kuning terang, biasa dilapisi dengan paraffin yakni sejenis lilin
berwarna merah. Teksturnya keras dengan aroma mirip kacang. Keju edam
tergolong jauh lebih lembut dibandingkan jenis lainnya karena kandungan lemak
keju Edam lebih rendah yakni sekitar 40%. Keju Edam sangat cocok untuk
campuran kue kering seperti aneka cookies atau taburan pada hidangan panggang.
(Arham, 2012).
Pada sampel keju Dutch Edam, tidak terdapat koloni mikroorganisme pada
semua pengenceran. Hal ini dikarenakan pada kedua pengenceran media agar
yang digunakan rusak.
Dari semua sampel yang digunakan hanya satu sampel yang berhasil
dialakukan isolasi Propionibacterium yakni pada sampel krim keju. Kegagalan
isolasi bakteri Propionibacterium dari berbagai sampel keju kemungkinan
disebabkan karena sebagian besar sampel keju yang digunakan merupakan produk
komersial sehingga kultur bakteri yang terkandung di dalamnya telah diproteksi
dari pabrik pembuatannya. Selain itu, kegagalan juga disebabkan karena faktor
media agar yang rusak akibat cawan petri sudah diinkubasi sebelum media agar
benar-benar membeku.
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah :
Pada sampel keju kraft, hasil isolasi menunjukkan tidak ditemukan koloni
mikroorganisme.
Pada sampel keju prochiz, hasil isolasi menunjukkan tidak ditemukan koloni
mikroorganisme.
Pada sampel krim keju, hasil isolasi menunjukkan adanya satu koloni bakteri
sehingga nilai SPCnya <3,0.104(1.103) CFU/g. Setelah diamati, bakteri ini
merupakan bakteri gram positif berbentuk kokus. Hasil ini sesuai dengan ciri-
ciri bakteri Propionibacterium yang terdapat dalam keju .
Pada sampel keju Mozarella, hasil isolasi menunjukkan jumlah koloni yang
TBUD. Hal ini mungkin disebabkan adanya kontaminasi saat proses isolasi
berlangsung. Bakteri tersebut tidak dapat diidentifikasi karena tidak terlihat
saat dilakukan pengamatan dengan mikroskop.
Pada sampel keju Dutch Edam, hasil isolasi menunjukkan tidak ditemukan
koloni mikroorganisme karena media agar yang digunakan rusak.
Isolasi bakteri hanya berhasil dilakukan pada sampel krim keju.
Keberhasilan isolasi dipengaruhi oleh kecermatan dan ketelitian saat proses
isolasi serta ditentukan oleh jenis sampel keju yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Propionibacterium. Available at www.skinfine.ru (diakses pada 10 Oktober 2012 pukul 07.00 WIB)
Arham. 2012. Jenis-jenis keju. Available at http://macaronimia.com/jenis-jenis-keju/ ( diakses pada 6 Oktober 2012 pukul 20.24 WIB)
Daulay, D. Fermentasi Keju. 1991. Bogor. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB.
Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia pustaka. Jakarta.
Frazier, W.C., D.C. Westhoff. 1988. Food Microbiology. 4th edition. New York. McGrawHill, Inc.
Oxoid. 1982. The Oxoid Mannual of Culture Media, Ingredients, and Other Laboratory Services, 5th Edition. Basingtoke, Hampshire. Published by Oxoid Limited.
Pragusnan, R. 2010. Tentang Keju. Available at http://ryanpragusnan. blogspot.com/2010/02/tentang-keju.html. (diakses pada tanggal 6 Oktober 2012 pukul 23.32 WIB).
Surono, I.S. Probiotik Susu Fermentasi dan Kesehatan. 2004. Jakarta. YAPMMI.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Ada berapa koloni yang tumbuh pada media MRS agar ? Berikan penjelasan ?
Berdasarkan pengamatan saat praktikum, pada sampel keju craft cheddar, keju
cheddar prochiz, dan keju Dutch Edam tidak terdapat satupun koloni yang
tumbuh. Hal ini dikarenakan media agar yang digunakan rusak dan
kemungkinan kultur bakteri yang sudah diproteksi oleh pabrik. Pada sampel
krim keju hanya ditemukan satu koloni yang berukuran kecil pada pengenceran
10-3. Pada sampel keju mozzarela jumlah koloni yang tumbuh TBUD yakni
sebanyak 463 dan 368 koloni. Hal ini mungkin disebabkan adanya kontaminan
yang ikut terisolasi saat proses isolasi berlangsung.
2. Diskusikan kesulitan – kesulitan yang dialami saat mengisolasi bakteri
Propionibacterium dari keju !
Kesulitan yang dialami saat mengisolasi bakteri Propionibacterium adalah sulit
untuk mendapatkan Propionibacterium murni sehingga pada saat pengamatan
tidak ditemukan koloni apapun. Hal ini mungkin dikarenakan
Propionibacterium sudah mati atau tidak mampu untuk tumbuh kembali.