Kejadian Tuberkulosis Paru Dan Faktor Risiko Di Pedesaan China (Autosaved)

14
Insiden Tuberkulosis Paru dan Faktor Risikonya di Pedesaan Cina : Penelitian Cohort Abstrak Insiden tuberkulosis (TB) dan faktor risikonya di Cina masih belum jelas. Penelitian ini membahas insiden TB dan faktor risiko relatifnya di daerah pedesaan Cina. Peserta (n = 177.529) direkrut di daerah Xiangtan (di daerah pusat Cina) dan di daerah Danyang (di wilayah timur Cina) pada tahun 2009 dan tindak lanjutnya dilakukan selama setahun. Laju insiden TB paru dan TB BTA-positif adalah 91,6 (95% CI: 78.7, 106.0) per 100.000 orang/tahun dan 36,7 (95% CI: 33.1, 52.4) per 100.000 orang/tahun masing-masing di Xiangtan, dan 47.3 (95% CI: 38,2, 57,5) per 100.000 orang/tahun dan 22,7 (95% CI: 16,5, 30,8) per 100.000 orang/tahun di Danyang. Riwayat medis TB yang dikaitkan dengan TB, memiliki risiko relatif (RR) 7,00 (95% CI: 2.76, 17.18) di Xiangtan dan dari 31.08 (95% CI: 13.22, 73.10) di Danyang. Hubungan antara TB dan ruang hidup per kapita di atas rata- rata ditemukan di Xiangtan, dengan RR 1,86 (95% CI: 1,15, 3.01). Tidak ada hubungan yang ditemukan antara TB dengan status asuransi, riwayat kontak dengan TB, riwayat diabetes, merokok, atau pendapatan per kapita tahunan. Kerentanan genetik pejamu, dan faktor sosial, seperti pendidikan dan pendapatan dapat dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya. Citation: Chen W, Shu W, Wang M, Hou Y, Xia Y, et al. (2013) Pulmonary Tuberculosis Incidence and Risk Factors in Rural Areas of China: A Cohort Study. PloS ONE 8(3): e58171. doi:10.1371/journal.pone.0058171 Editor: Monica da Silva Nunes, Universidade Federal do Acre (Federal University of Acre), Brazil Received October 22, 2012; Accepted January 30, 2013; Published March 12, 2013 Copyright: _ 2013 Chen et al. This is an open-access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original author and source are credited. Funding: This work was supported by by China’s National Science and Technology Major Project during the Eleventh Five-Year Plan Period (No. 2008ZX10003-008). The funders had no role in study design, data collection and analysis, decision to publish, or preparation of the manuscript. Competing Interests: The authors have declared that no competing interests exist. * E-mail: [email protected] (SC); [email protected] (YX) . These authors contributed equally to this work. Pendahuluan Pada tahun 2010 diperkirakan 8,8 juta (95% interval keyakinan: 8.5, 9,2 juta) kasus tuberkulosis baru (TB) terjadi di dunia, setara dengan 128 kasus per 100.000 penduduk [1]. Cina mengalami 1.000.000 kasus TB, jumlah terbesar kedua di dunia, hanya di belakang India. Di Cina, sekitar 80% pasien TB tinggal di daerah pedesaan [2]. Menurut Survey Prevalensi TB Nasional 2010 di Cina, prevalensi TB paru aktif di daerah pedesaan adalah sekitar 1,8 kali dari daerah perkotaan; di mana TB BTA-positif adalah sekitar 1,6 kali dari daerah perkotaan. Populasi besar dari pasien TB ini memiliki prevalensi tinggi resistensi obat anti-TB, yang meningkatkan angka kegagalan pengobatan dan 1

description

ikmas

Transcript of Kejadian Tuberkulosis Paru Dan Faktor Risiko Di Pedesaan China (Autosaved)

Insiden Tuberkulosis Paru dan Faktor Risikonya di Pedesaan Cina : Penelitian Cohort

Abstrak Insiden tuberkulosis (TB) dan faktor risikonya di Cina masih belum jelas. Penelitian ini membahas insiden TB dan faktor risiko relatifnya di daerah pedesaan Cina. Peserta (n = 177.529) direkrut di daerah Xiangtan (di daerah pusat Cina) dan di daerah Danyang (di wilayah timur Cina) pada tahun 2009 dan tindak lanjutnya dilakukan selama setahun. Laju insiden TB paru dan TB BTA-positif adalah 91,6 (95% CI: 78.7, 106.0) per 100.000 orang/tahun dan 36,7 (95% CI: 33.1, 52.4) per 100.000 orang/tahun masing-masing di Xiangtan, dan 47.3 (95% CI: 38,2, 57,5) per 100.000 orang/tahun dan 22,7 (95% CI: 16,5, 30,8) per 100.000 orang/tahun di Danyang. Riwayat medis TB yang dikaitkan dengan TB, memiliki risiko relatif (RR) 7,00 (95% CI: 2.76, 17.18) di Xiangtan dan dari 31.08 (95% CI: 13.22, 73.10) di Danyang. Hubungan antara TB dan ruang hidup per kapita di atas rata-rata ditemukan di Xiangtan, dengan RR 1,86 (95% CI: 1,15, 3.01). Tidak ada hubungan yang ditemukan antara TB dengan status asuransi, riwayat kontak dengan TB, riwayat diabetes, merokok, atau pendapatan per kapita tahunan. Kerentanan genetik pejamu, dan faktor sosial, seperti pendidikan dan pendapatan dapat dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya.

Citation: Chen W, Shu W, Wang M, Hou Y, Xia Y, et al. (2013) Pulmonary Tuberculosis Incidence and Risk Factors in Rural Areas of China: A Cohort Study. PloS ONE 8(3): e58171. doi:10.1371/journal.pone.0058171 Editor: Monica da Silva Nunes, Universidade Federal do Acre (Federal University of Acre), BrazilReceived October 22, 2012; Accepted January 30, 2013; Published March 12, 2013Copyright: _ 2013 Chen et al. This is an open-access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution License, which permitsunrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original author and source are credited.Funding: This work was supported by by Chinas National Science and Technology Major Project during the Eleventh Five-Year Plan Period (No. 2008ZX10003-008). The funders had no role in study design, data collection and analysis, decision to publish, or preparation of the manuscript.Competing Interests: The authors have declared that no competing interests exist.* E-mail: [email protected] (SC); [email protected] (YX). These authors contributed equally to this work.

1

PendahuluanPada tahun 2010 diperkirakan 8,8 juta (95% interval keyakinan: 8.5, 9,2 juta) kasus tuberkulosis baru (TB) terjadi di dunia, setara dengan 128 kasus per 100.000 penduduk [1]. Cina mengalami 1.000.000 kasus TB, jumlah terbesar kedua di dunia, hanya di belakang India. Di Cina, sekitar 80% pasien TB tinggal di daerah pedesaan [2]. Menurut Survey Prevalensi TB Nasional 2010 di Cina, prevalensi TB paru aktif di daerah pedesaan adalah sekitar 1,8 kali dari daerah perkotaan; di mana TB BTA-positif adalah sekitar 1,6 kali dari daerah perkotaan. Populasi besar dari pasien TB ini memiliki prevalensi tinggi resistensi obat anti-TB, yang meningkatkan angka kegagalan pengobatan dan biaya kontrol, dan merupakan tantangan besar bagi kesehatan masyarakat di Cina [3].Insiden TB-salah satu indikator-indikator surveilans (pengawasan) yang paling penting- mencerminkan dampak TB terhadap kesehatan masyarakat. Sejak tahun 1979, Cina telah melakukan lima survei prevalensi TB nasional. Infeksi dan prevalensi TB diselidiki; namun, sedikit data insiden TB yang dilaporkan. Walaupun sebagian besar peneliti telah membayar perhatian dekat untuk prevalensi, hanya sedikit yang berfokus pada insiden TB di Cina [4-6]. Salah satu alasan penting adalah bahwa untuk menyelidiki insiden TB, populasi tertentu perlu menjadi sampel dan ditindaklanjuti untuk jangka waktu yang tepat untuk mengumpulkan data tentang kasus baru dan paparan terkait-proses yang memakan waktu, dimana membutuhkan banyak sumber daya manusia dan keuangan. Perjalanan penyakit tidak pasti dan tidak mudah untuk diikuti, sehingga sangat sulit untuk memperkirakan insiden TB berdasarkan prevalensi TB.Selain insiden, faktor risiko relatif terhadap terjadinya TB berikut ini juga tidak jelas pada populasi pedesaan di Cina: menjadi laki-laki, kondisi hidup yang buruk, merokok, riwayat TB, dan kontak dengan pasien TB [7-9]. Referensi pada insiden TB- mempengaruhi faktor-faktor dari Cina yang jarang dikutip dalam literatur.Kita tidak bisa berspekulasi tentang insiden TB dengan menggunakan angka yang melaporkan TB baru secara langsung di sebagian besar negara berkembang, karena formulir pendaftaran pasien tidak lengkap, sehingga kita tidak memiliki akses untuk data insiden TB yang sepenuhnya akurat atau kita tidak dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi. Kami melakukan sebuah populasi- berdasarkan penelitian cohort di dua daerah dari Timur dan Tengah Cina untuk mendapatkan angka insiden TB di daerah pedesaan dan untuk menganalisis hubungan antara faktor risiko dan TB.

Bahan dan metode Desain PenelitianPenelitian kami terdiri atas penelitian awal, satu tahun tindak lanjut, dan survei endpoint. Dalam survei dasar kami, staf terlatih memberikan kuesioner standar untuk mendapatkan informasi dasar yang mencakup data demografi, riwayat medis gejala TB atau penyakit kronis terkait, dan faktor risiko gaya hidup. Kami melakukan wawancara rumah tangga mengenai gejala TB semua penduduk di lokasi penelitian. Individu yang tersangka memiliki gejala TB dan / atau riwayat TB didorong untuk mendapatkan sinar-X dada dan mengumpulkan tiga spesimen dahak untuk BTA dan tes biakan. Menurut standar diagnosis TB (kriteria nasional No WS288-2008), orang yang tidak memiliki TB adalah yang memenuhi syarat untuk kelompok observasi tindak lanjut.Kohort diikuti selama satu tahun dan informasi insiden TB dikumpulkan. Selama periode pengamatan, kasus TB baru terdeteksi melalui prosedur berikut selama periode follow-up: (1) deteksi rutin: kami melakukan kampanye media dan pendidikan kesehatan tentang TB untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pencegahan TB dan kemudian aktif memobilisasi penduduk tindak lanjut yang tersangka memiliki gejala TB untuk menunjuk fasilitas kesehatan TB; (2) dengan memperkuat tindak lanjut screening untuk kelompok risiko tinggi seperti mereka yang memiliki kontak dekat dengan pasien BTA positif; (3) dengan mendeteksi kasus TB baru melalui investigasi rumah tangga petunjuk, rekomendasi masyarakat, dan pemeriksaan kesehatan.Pada titik akhir dari tindak lanjut, semua populasi yang ada menerima wawancara gejala dengan metode investigasi yang sama dengan survei dasar.

Lokasi Pengambilan Sampel PenelitianKami menggunakan metode convenience sampling untuk memilih provinsi yang terpilih; kondisi ekonomi merupakan faktor penting untuk memilih bidang studi. Kami memilih daerah Danyang Provinsi Jiangsu di Cina Timur dan daerah Xiangtan Provinsi Hunan di Cina Tengah sebagai wakil status keuangan yang baik dan miskin di daerah pedesaan, secara berturut-turut.Danyang adalah sebuah daerah di Provinsi Jiangsu selatan, dengan populasi 0,81 juta dan seluas 1.047 km2. Daerah ini menempati urutan ke-18 dari 100 daerah terkaya di Cina. Selama 2006-2008, rata-rata angka laporan TB paru aktif adalah 59.74/100,000; dimana TB BTA positif baru adalah 33.03/100,000. Lokasi penelitian lain adalah daerah Xiangtan, di bagian timur tengah dari Provinsi Hunan, dengan jumlah penduduk 1,09 juta dan seluas 2.372 km2. Status ekonomi Hunan tidak sebagus di Jiangsu. Rata-rata laba bersih penduduk pedesaan di daerah Xiangtan adalah 6.458 RMB (mata uang resmi Cina) pada tahun 2009, dibandingkan dengan 10.058 RMB di Danyang pada periode yang sama. Selama 2006-2008, rata-rata angka laporan TB paru aktif di daerah Xiangtan adalah 101.10/100,000; dimana TB BTA positif baru adalah 63.52/100,000.Proses pengambilan sampel didasarkan pada rata-rata angka laporan TB BTA-positif baru selama 2006-2008. Kota kecil di dua daerah dikelompokkan menjadi tiga level (rendah, menengah, dan tinggi) berdasarkan angka laporan TB mereka. Satu kota dipilih secara acak dari setiap level. Kami memilih dua kota dari daerah Danyang dan tiga dari daerah Xiangtan.Semua penduduk setempat (tidak termasuk orang yang absen lebih dari enam bulan selama tahun itu) dan penduduk tetap yang berimigrasi dari daerah/provinsi lain selama lebih dari tiga bulan dimasukkan dalam survei.

Penilaian awal untuk Variabel yang terpaparJenis kelamin, usia, status perkawinan, pekerjaan, dan tingkat pendidikan dianggap sebagai faktor latar belakang. Faktor-faktor ini adalah karakteristik demografi yang tidak akan berubah dengan intervensi kesehatan masyarakat. Status asuransi, riwayat TB, riwayat kontak dengan pasien TB, riwayat diabetes, merokok (mantan atau saat ini), pendapatan per kapita tahunan, dan ruang hidup per kapita diklasifikasikan sebagai faktor risiko potensial.Jika seseorang sudah memiliki akses ke semua jenis asuransi kesehatan, kita mendefinisikan status asuransi yang terpapar. Riwayat TB ditentukan oleh catatan medis yang didiagnosa dan didaftarkan oleh klinik TB. Riwayat kontak dengan pasien TB didasarkan pada informasi laporan sendiri dari kuesioner. Riwayat diabetes diidentifikasi oleh respon positif dari peserta dengan pertanyaan, '' Apakah dokter pernah bilang bahwa Anda mengalami diabetes? "Merokok didefinisikan dengan memakai merokok sedikitnya 100 batang rokok dalam hidup seseorang. Untuk analisis, pendapatan per kapita tahunan dan ruang hidup per kapita dibagi menjadi '' di bawah rata-rata '' dan '' lebih dari rata-rata.'

Pengukuran Hasil Kasus TB yang dikonfirmasi dengan laboratorium didefinisikan sebagai BTA positif (termasuk langka positif) atau sputum kultur positif untuk mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). BTA-negatif dan biakan TB-negatif didefinisikan sebagai penyakit klinis, juga X-ray dada yang konsisten dengan TB aktif yang tidak berespon dengan antibiotik spektrum luas tetapi berespon dengan pengobatan anti-TB. Peserta diklasifikasikan sebagai lost-to-follow-up jika mereka tidak hadir untuk diperiksa (terjadwal atau tidak terjadwal) selama masa penelitian dan tidak bisa dilacak; catatan mereka dihapus dari analisis.

Pendekatan statistik Kami melakukan semua analisis statistik dengan menggunakan SPSS for Windows (versi 12.0). Variabel kontinu seperti usia, pendapatan per kapita tahunan, ruang hidup per kapita dibagi menjadi variabel kategori. Kami menggunakan perhitungan berikut dari laju insiden. Semua kasus-kasus TB baru yang terdeteksi selama periode tindak lanjut dan titik akhir adalah pembilang; orang-waktu tergantung lama terpapar/ waktu seseorang tidak terpajan adalah penyebut. Untuk membandingkan laju insiden antara daerah Xiangtan dan daerah Danyang, insiden itu distandarisasi oleh usia dan jenis kelamin. Sebuah model regresi Poisson dipasang untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang terkait dengan kasus TB baru. Status asuransi, riwayat TB, riwayat diabetes, merokok (mantan atau saat ini), pendapatan per kapita tahunan, dan ruang hidup per kapita termasuk faktor-faktor dalam model.Setiap model kemudian diulang dengan pendekatan penyesuaian untuk pembaur potensial berikut: jenis kelamin, usia, status perkawinan, pendidikan, dan pekerjaan. Nilai P kurang dari 0,05 dianggap signifikan secara statistik, dengan interval kepercayaan 95% (95% CI) untuk menentukan risiko relatif yang disesuaikan.

Ulasan etis Protokol penelitian telah disetujui oleh dewan review kelembagaan Tongji Medical College, Huazhong University of Science and Technology. Kami memperoleh informasi persetujuan tertulis dari semua peserta atau keluarga terdekat, penjaga atau wali atas nama anak di bawah umur / anak-anak peserta setelah protokol penelitian telah menjelaskan kepada mereka.

HasilKarakteristik Demografi Peserta dan PasienPopulasi yang memenuhi syarat dalam penelitian kohort kami adalah 192.166; setelah satu tahun follow-up, 177.529 (92,4%) menyelesaikan penelitian: 84.526 peserta di daerah Xiangtan dan 93.003 di daerah Danyang, termasuk 90.574 pria dan 86.955 wanita (Tabel 1). Lebih dari seperempat populasi lebih dari 55 tahun di kedua daerah tersebut. Pekerjaan yang utama adalah buruh pabrik, buruh pedesaan, atau petani. Populasi

di Danyang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi daripada di Xiangtan.Pada periode di bawah observasi, 117 kasus TB baru terjadi: 72 kasus di daerah Xiangtan, 45 kasus di daerah Danyang. Rasio jenis kelamin adalah 4,1: 1 pada Xiangtan dan 2,5: 1 di Jiangsu. Tak satu pun pasien di bawah 15 tahun, di kedua bidang. Pekerja pabrik, buruh pedesaan, kelompok tani tergolong sebagian besar pasien dalam tiga kelompok kerja. Sekolah dasar dan tingkat pendidikan SMP menyumbang 85% sebagai pasien.

Mentah dan Standar Laju Insiden di Dua Counties Kami mengamati 72 kasus TB baru di daerah Xiangtan selama periode tindak lanjut, termasuk 29 kasus BTA positif. Laju insiden kasar TB aktif adalah 85.3 (95% CI: 66,7, 107.4) per 100.000 orang-tahun di total, dan bahwa TB BTA positif adalah 34,3 (95% CI: 23.0, 49.3) per 100.000 orang-tahun (tabel 2). Ketika itu distandarisasi oleh penduduk merger, gender- laju insiden spesifik dari TB dan TB BTA-positif meningkat. Insiden secara signifikan lebih tinggi di antara pria daripada wanita apakah sebelum atau setelah standardisasi (P