kedokteran komunitas

115
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Gambaran Umum Desa Secara Geografis 1.1.1 Situasi Keadaan Umum Desa Tanjung Pasir terletak di utara dari Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yang merupakan daerah pesisir pantai dan mempunyai luas wilayah ± 23.816 hektar dan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian satu meter dari permukaan laut dengan suhu udara 30 0 -37 0 C. Luas wilayah terdiri dari sawah seluas 1.296.539 hektar, daratan seluas ± 1.085.060 hektar. Batas-batas wilayah Desa Tanjung Pasir seperti yang terlihat pada gambar 1.1 adalah sebagai berikut : a. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa/DKI Jakarta b. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Kali Baru Kecamatan Pakuhaji c. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kosambi d. Sebelah selatan berbatasan dengan Kota Tangerang/Bandara Soeta 1

Transcript of kedokteran komunitas

Page 1: kedokteran komunitas

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Gambaran Umum Desa Secara Geografis

1.1.1 Situasi Keadaan Umum

Desa Tanjung Pasir terletak di utara dari Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten

Tangerang, Provinsi Banten yang merupakan daerah pesisir pantai dan

mempunyai luas wilayah ± 23.816 hektar dan merupakan daerah dataran rendah

dengan ketinggian satu meter dari permukaan laut dengan suhu udara 300-370C.

Luas wilayah terdiri dari sawah seluas 1.296.539 hektar, daratan seluas ±

1.085.060 hektar.

Batas-batas wilayah Desa Tanjung Pasir seperti yang terlihat pada gambar

1.1 adalah sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa/DKI Jakarta

b. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Kali Baru Kecamatan Pakuhaji

c. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kosambi

d. Sebelah selatan berbatasan dengan Kota Tangerang/Bandara Soeta

Gambar 1.1 Peta Batas Wilayah Desa Tanjung Pasir

1

Page 2: kedokteran komunitas

Jarak Desa Tanjung Pasir kurang lebih 29 km dari kota Tangerang atau

kurang lebih 25 km dari pintu keluar M-1 (west gate) Bandara Soekarno Hatta

melalui jalan Marsekal Surya Darma (Jalan Selapanjang). Transportasi untuk

mencapai wilayah Desa Tanjung Pasir sebagian besar dapat ditempuh dengan

angkutan umum baik sepeda motor maupun mobil. Namun demikian, sebagian

kecil wilayah hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Perbaikan sistem

transportasi seperti perbaikan jalan dan penyediaan sarana angkutan umum akan

mempermudah akses masyarakat ke tempat pelayanan kesehatan.Jarak tempuh

dari pusat pemerintahan Desa Tanjung Pasir dalam melaksanakan hubungan dan

komunikasi kerja dengan pemerintah di atasnya secara berjenjang sebagai berikut:

a. Dengan kantor kecamatan berjarak : 12 km

b. Dengan ibukota kabupaten berjarak : 54 km

c. Dengan ibukota provinsi berjarak : 72 km

Suasana sebelum memasuki Desa Tanjung Pasir melewati daerah

Kampung Melayu Teluk Naga, selepas pasar maju sekitar 200 meter mengambil

arah kanan. Setelah itu akan melewati Desa Tegal Angus sebelum sampai ke Desa

Tanjung Pasir. Kondisi fisik jalan menuju Desa Tanjung pasir dari arah Bandara

Soekarno Hatta maupun ke arah Tanjung Burung sudah menggunakan aspal

namun berlubang.

Di desa Tanjung Pasir ini terdapat pelayanan kesehatan seperti Posyandu,

Poskesdes, beberapa bidan dan Puskesmas yang terletak di desa Tegal Angus.

Posyandu di Tanjung Pasir berjumlah sembilan dengan jadwal kegiatan sebulan

sekali. Satu buah Poskesdes terletak di dalam area TNI Angkatan Laut dengan

jadwal kegiatan dua kali dalam seminggu. Masyarakat Tanjung Pasir juga

memiliki pelayanan kesehatan berupa Puskesmas di wilayah Tegal Angus yang

berjarak sekitar 7 km yang dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua atau roda

empat. Di Puskesmas terdapat 2 dokter umum, 2 dokter gigi dan 6 bidan desa.

Desa Tanjung Pasir memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan

kemarau. Angin bertiup dari arah barat atau barat daya dengan kecepatan

2

Page 3: kedokteran komunitas

15km/jam dengan curah hujan rata-rata 26,4 mm/tahun. (Puskesmas Tegal

Angus,2011)

1.2 Gambaran Umum Desa Secara Demografi

1.2.1 Situasi Kependudukan

Desa Tanjung Pasir terdiri dari enam kepala dusun, 14 Rukun Warga (RW),

dan 34 Rukun Tetangga (RT) yang dapat dilihat pada gambar 1.2. Berdasarkan

data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 jumlah penduduk di wilayah Desa

Tanjung Pasir adalah 49.344 jiwa terdiri dari 24.601 jiwa laki-laki dan 24.743

jiwa perempuan.

Gambar 1.2 Peta Desa Tanjung Pasir

Dilihat dari berbagai aspek, maka Desa Tanjung Pasir berbatasan langsung

dengan kota Jakarta atau administratif Kepulauan Seribu yang mempunyai fungsi

sebagai penyangga dari berbagai aspek kehidupan, yang tentunya sangat

mempengaruhi berbagai pembangunan dan sebagai alat dari perkembangan

teknologi, transformasi dan telekomunikasi yang semakin luas dengan jumlah

penduduk sebesar 49.344 jiwa serta didukung dari sarana dan prasana pendidikan

dari tingkat TK sampai dengan tingkat SLTP/MTs (Puskesmas Tegal Angus,

2011).

3

Page 4: kedokteran komunitas

1.2.2 Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat sangat berperan dalam membentuk sikap

dan perilaku masyarakat terhadap program kesehatan sehingga pendidikan sangat

berperan dalam pembangunan kesehatan.

Prasarana pendidikan di Desa Tanjung Pasir adalah sebagai berikut:

a. TK ( Taman Kanak-Kanak)

Jumlah Sekolah : 6 buah

Jumlah Murid : 164 orang

Jumlah Guru : 6 orang

b. SD (Sekolah Dasar) Negeri/ Madrasah Ibtidaiyah

Jumlah Sekolah : 22 buah

Jumlah Murid : 6.612 orang

Jumlah Guru : 132 orang

c. SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) Negeri/Madrasah Tsanawiyah

Jumlah Sekolah : 6 buah

Jumlah Murid : 1.576 orang

Jumlah Guru : 48 orang

d. SLTA / SMUN ( Sekolah Mengah Umum ) Negeri

Jumlah Sekolah : 2 buah

Jumlah Murid : 346 orang

Jumlah Guru : 30 orang

Jumlah Penduduk menurut pendidikan berdasarkan data yang tercatat di

Desa Tanjung Pasir adalah sebagai berikut (Puskesmas Tegal Angus, 2011) :

a. Tamat akademi/sederajat : 45 orang

b. Tamat perguruan Tinggi/sederajat : 521 orang

c. Buta huruf : 498 orang

1.2.3 Keadaan Sosial Ekonomi

Secara umum penduduk Desa Tanjung Pasir belum berkembang secara

ekonomi. Keadaan ekonomi erat kaitannya dengan sumber mata pencaharian

penduduk, dari jumlah penduduk 10.225 jiwa yang usia pekerjaan dan pencari

4

Page 5: kedokteran komunitas

kerja diperkirakan sebanyak 2.039 jiwa. Mata pencaharian penduduk didominasi

oleh nelayan, petani, pedagang dan buruh dengan pendapatan yang tidak tetap.

Mayoritas penduduk berprofesi sebagai nelayan dikarenakan bertempat tinggal di

wilayah pesisir pantai. Ada beberapa keluarga yang memiliki perahu milik sendiri

namun kebanyakan mereka tidak memiliki perahu sendiri. Bagi keluarga yang

tidak mempunyai perahu sendiri, mereka dapat bekerja dengan pemilik perahu

yang dimiliki oleh warga yang umumnya berasal dari Jakarta. Para nelayan

biasanya berangkat untuk bekerja dimulai sejak subuh dan baru kembali lagi pada

sore harinya bahkan ada pula yang melaut hingga seminggu kemudian

(Puskesmas Tegal Angus, 2011).

Jumlah penduduk menurut mata pencaharian pokok adalah sebagai berikut

(Puskesmas Tegal Angus, 2011) :

1. Nelayan : 2.331 orang

2. Buruh/swasta : 65 orang

3. Pegawai Negeri Sipil (PNS) : 15 orang

4. Pedagang : 1.213 orang

5. Penjahit : 24 orang

6. Tukang Batu : 62 orang

7. Tukang kayu : 42 orang

8. Peternak : 6 orang

9. Pengrajin : 5 orang

10. Montir : 25 orang

11. Dokter/Bidan : 6 orang

12. Supir : 30 orang

13. Pengemudi Becak : 43 orang

14. TNI / POLRI : 6 orang

15. Pengusaha : 8 orang

16. Petani : 176 orang

Sarana perekonomian dan perdagangan di Desa Tanjung pasir antara lain :

1. Koperasi : 1 buah

5

Page 6: kedokteran komunitas

2. Pasar : - buah

3. Warung/kedai : 100 buah

4. Kios Kelontong : 5 buah

5. Bengkel : 8 buah

6. Toko : 20 buah

7. Percetakan/sablon : - buah

8. Material/ toko bangunan: - buah

9. Swalayan : - buah

10. Super Mall : - buah

11. Pegadaian : - buah

12. Bank BRI : - buah

13. Bank Swasta : - buah

14. Pos Giro : - buah

Pendapatan Desa Tanjung Pasir berasal dari jual beli tanah serta urusan

administrasi. Desa Tanjung Pasir tidak mendapatkan pendapatan dari wisata

pantai Tanjung Pasir.

Berdasarkan topografi, Desa Tanjung Pasir adalah kawasan pantai yang

landai sehingga di Desa Tanjung Pasir terdapat tambak yang luasnya mencapai

570 hektar. Walaupun demikian, pada awalnya lahan di Tanjung Pasir tidak cocok

untuk kegiatan budidaya karena kurang baiknya sistem irigasi yang ada. Baru

setelah adanya perbaikan irigasi oleh pemerintah, kegiatan budidaya dapat

berkembang lebih baik. Sedangkan berdasarkan kepemilikan tambak, dari total

luas tambak yang ada di Desa Tanjung Pasir hanya sekitar 20% saja yang dimiliki

oleh penduduk desa setempat, selebihnya merupakan milik orang Jakarta dan

sekitarnya. Komoditas budidaya tambak utama yang ada di Desa Tanjung Pasir

adalah ikan bandeng, mujair dan kakap.

Desa Tanjung pasir juga merupakan daerah pariwisata yang biasanya di

akhir minggu atau hari libur banyak dikunjungi oleh para wisatawan. Tempat

pariwisata yang terdapat di desa Tanjung Pasir adalah taman buaya, resort, serta

wisata pantai Tanjung Pasir. Tempat yang paling banyak dikunjungi biasanya

adalah kawasan pantai. Namun keadaan pantai di Tanjung Pasir tidak terawat

6

Page 7: kedokteran komunitas

dengan baik. Banyak sampah yang tidak terurus dan air pantai yang terlihat

bewarna kecoklatan. Hal ini mungkin dapat juga disebabkan karena masih

banyaknya warga setempat yang membuang sampah rumah tangganya ke pantai.

Selain memancing dan bermain di pantai, Desa Tanjung Pasir juga merupakan

salah satu tempat yang bisa dimanfaatkan untuk para wisatawan menyeberang ke

kawasan Pulau Seribu. (Puskesmas Tegal Angus, 2011)

1.2.4 Keadaan Sosial Budaya

Desa Tanjung Pasir memiliki beberapa suku di dalam masyarakatnya. Suku

tersebut antara lain betawi, melayu dan sisanya adalah pendatang.

Berdasarkan pencatatan yang dilakukan oleh kantor kepala desa setempat,

mayoritas warga desa Tanjung Pasir beragama Islam yaitu 97% dan sisanya

menganut agama Kristen Katolik, Protestan, Hindu dan Budha. Suasana beragama

warga Desa Tanjung Pasir cukup baik, rukun, aman, dan tentram, saling

menghormati, dan tolong menolong (Puskesmas Tegal Angus,2011).

Jumlah penduduk berdasarkan agama adalah sebagai berikut:

a. Islam : 9.594 orang

b. Katolik : 12 orang

c. Protestan : 2 orang

d. Hindu : 56 orang

e. Budha : 51 orang

Sarana peribadatan yang tersedia di Desa Tanjung Pasir adalah sebagai

berikut:

a. Mesjid : 6 unit

b. Musholla : 30 unit

c. Majelis Taklim : 12 unit

d. Gereja : -

e. Pura : -

1.2.5 Transportasi

Sarana transportasi masyarakat Desa Tanjung Pasir dengan menggunakan

angkutan umum, ojek motor, becak serta sepeda (Puskesmas Tegal Angus, 2011).

7

Page 8: kedokteran komunitas

1.2.6 Kesehatan

Upaya Pemerintah Desa Tanjung Pasir dengan Instansi terkait, dalam hal

ini Puskesmas untuk pelayanan kesehatan masyarakat, antara lain :

1. Peningkatan Gizi keluarga

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita yang ada di setiap

posyandu, pemeriksaan kesehatan kepada ibu hamil.

2. Pencegahan penyakit, Vaksinasi Filariasis (kaki gajah), imunisasi polio bagi

Balita, pemberian vitamin A.

3. Penyuluhan Kesehatan dan Penyakit antara lain Demam Berdarah dengue,

Flu Burung, Chikungunya, dan sejenisnya.

4. Penanganan bagi Balita yang kekurangan Gizi dengan memberikan susu dan

makanan yang bernutrisi

5. Penyuluhan Kesehatan tentang bagaimana menjaga dan memelihara

lingkungan dengan membersihkan rumah masing-masing dan lingkungan

sekitarnya.

6. Pemanfaatan dengan ditanami sayur mayur dan tanaman Obat keluarga

(TOGA), tabulapot dan Tabulakar.

Sebagai penunjang kegiatan tersebut, dibutuhkan sarana kesehatan yang

tersedia di Desa Tanjung Pasir (Puskesmas Tegal Angus, 2011) :

1. Poskesdes : 1 unit

2. Pos KB Keluarga : - unit

3. Posyandu : 6 unit

4. Pos Mandiri : - unit

5. Klinik Bersalin/BKIA : - unit

6. Praktek dokter/Bidan : 4 unit

7. Praktek Bidan : 4 unit

8. Paraji : 4 orang

9. Keluarga Berencana : - orang

a. Jumlah Pos/ Klinik KB : - unit

b. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) : 334 Pasang

c. Jumlah Akseptor KB :

8

Page 9: kedokteran komunitas

1. Pil : 127 orang

2. IUD : 14 orang

3. Kondom : - orang

4. Suntik : 190 orang

5. Implan : 13 orang

1.2.7 Ketersediaan Jamban

Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Tegal Angus 2011, untuk

ketersediaan jamban di Desa Tanjung Pasir sebagai berikut :

Jumlah Kepala Keluarga yang diperiksa : 550 KK

Jumlah KK yang memiliki : 155 (28,2%) KK

Jumlah KK yang memiliki jamban sehat : 24 (15,5%) KK

1.2.8 Ketersediaan Pekarangan

Desa Tanjung Pasir merupakan sebuah desa nelayan yang ada di wilayah

Banten, di desa ini tanaman yang dapat tumbuh amat terbatas hal ini dikarenakan

kondisi air yang berkadar garam tinggi dan tanah yang mengandung pasir amat

menyulitkan untuk bertanaman sayuran, tanaman obat maupun tanaman buah-

buahan. Mengingat kondisi ini maka Direktorat Budidaya dan Pascapanen

Sayuran dan Tanaman Obat melakukan pengamatan dan menyimpulkan bahwa

warga di Desa Tanjung Pasir melirik pekarangan yang dapat dimanfaatkan dalam

berbudidaya sayuran.

Pada saat ini, desa Tanjung Pasir dijadikan sebagai percontohan dan

pembelajaran agar budidaya sayuran dapat dilakukan juga di tingkat rumah tangga

untuk mengurangi pengeluaran akan kebutuhan pangan namun dapat

meningkatkan pendapatan keluarga (Puskesmas Tegal Angus, 2011).

1.2.9 Ketersediaan Tempat Sampah

Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Tegal Angus 2011, untuk

ketersediaan tempat sampah di Desa Tanjung Pasir sebagai berikut :

Jumlah Kepala Keluarga yang diperiksa : 550 KK

Jumlah KK yang memiliki : 372 (67,6%) KK

9

Page 10: kedokteran komunitas

Jumlah KK yang memiliki yang sehat : 37 (9,9%) KK

Mayoritas warga desa Tanjung Pasir menampung sampah rumah tangga

dalam plastik tanpa penutup, apabila sampah sudah penuh, akan dibuang ke

empang atau tanah kosong disekitar tempat tinggal mereka. Beberapa tahun yang

lalu, Desa Tanjung pasir mendapatkan tempat sampah gratis dari pemerintah yang

diberikan pada masing-masing KK, sehingga pada saat itu, lingkungan menjadi

bersih. Namun, keadan tersebut tidak berlangsung lama, tempat sampah tersebut

banyak yang hilang sehingga warga kembali membuang sampah ke empang dan

tanah kosong. Hal ini dikarenakan oleh kurangnya kesadaran warga untuk

membuang sampah pada tempatnya.

1.3 Gambaran Keluarga Binaan

Gambar 1.3 Denah lokasi keluarga binaan

10

Page 11: kedokteran komunitas

1.3.1 Keluarga Tn. Saprudin

Gambar 1.4 Denah rumah Tn.Saprudin

A. Data Dasar Keluarga Saprudin

Keluarga Tn. Saprudin terdiri atas delapan orang anggota keluarga yang

tinggal dalam satu rumah. Dalam satu rumah terdiri dari kepala keluarga, istri,

anak dan Ibu Tn.Saprudin. Keluarga Tn. Saprudin tinggal di rumah milik sendiri

di RT 05/ RW 01 Kampung Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga - Banten. Tn.

Saprudin dan Ny. Junaenah memiliki 6 orang anak. Keempatnya anaknya

perempuan, satu laki-laki dan satu orang meninggal didalam kandungan.

Tabel 1.1 Data Dasar Keluarga Tn. Saprudin

No. Nama Status

Keluarga

Jenis

kelamin

Usia Pendidikan Pekerjaan/

Penghasilan

1. Tn. Saprudin Suami Laki-laki 43 SMA Supir angkot

Rp. > 50.000

11

Page 12: kedokteran komunitas

2. Ny. Junaenah Istri Perempuan 38 SD Ibu rumah tangga

3. Ny. Rumiyah Nenek Perempuan 85 SD Ibu rumah tangga

4. Imas Safitri Anak Perempuan 21 SMA Karyawan

Rp.1.500.000

5. Siti Nuraeni Anak Perempuan 15 SMP Pelajar

6. Dian Anggraini Anak Perempuan 10 SD Pelajar

7. Safira Aulia Anak Perempuan 4,3 TK Pelajar

8. Muhamad Akbar Anak Laki –laki 1,7 Tidak sekolah

B. Bangunan tempat tinggal

Keluarga Tn. Saprudin tinggal di rumah milik sendiri dengan luas

bangunan sekitar 10 x 15 meter dan tidak bertingkat. Dinding rumah terbuat dari

tembok pada seluruh ruangan dan sudah dicat, kecuali dapur. Lantai rumah

beralaskan keramik. Atap rumah keluarga terbuat dari bambu dan susun genteng

tanpa disertai plafon. Ketinggian atap rumahnya ±10 meter.

Rumah Tn. Saprudin terdiri dari 6 ruangan, yang terdiri dari tiga kamar

tidur, dengan luas tiap kamarnya sekitar 3 x 3 meter. Selain itu juga terdapat ruang

tamu yang berukuran 10 x 4 meter, dapur 10 x 6 meter, kamar mandi berukuran

sekitar 2 x 2 meter dan teras berukuran 10 x 2 meter.

Dalam rumah ini sistem ventilasi rumah Tn. Saprudin memenuhi standar

kriteria ventilasi yang baik, karena luas ventilasi rumahnya >10% dari luas lantai

rumah. Ventilasi terdapat di ruang tamu 2, kamar 1, kamar 2, kamar 3, dan dapur.

Kamar mandi keluarga Tn. Saprudin terletak di dekat dapur dan kamar

mandi tersebut tersedia fasilitas jamban (WC) di dalamnya dilengkapi dengan

leher angsa, dilengkapi septic tank dan tertutup jadi WC tersebut berfungsi dengan

baik. Jarak tempat penampungan kotoran dengan sumber air bersih cukup jauh,

yaitu sekitar 15 meter lebih. Kamar mandi tidak terdapat ventilasi dan lantai

kamar mandi terbuat dari semen (plester).

a. Lingkungan Pemukiman

12

Page 13: kedokteran komunitas

Rumah keluarga Tn. Saprudin terletak di lingkungan yang padat, dimana

jarak antar rumah sangat dekat bahkan berdempetan. Keluarga Tn. Saprudin tidak

memiliki pembuangan sampah khusus, mereka membuang sampah di depan

rumahnya melewati jalan raya sedikit, yang apabila sudah terkumpul banyak baru

dibakar, tempat membakarnya di depan rumah yang terhalang jalan raya. Di depan

rumah Tn. Saprudin terdapat genangan air seperti selokan air, ketika hujan

selokan tersebut banyak genangan air dan jentik nyamuk, tetapi Ny. Junaenah

selalu membersihkannya.

Sumber air bersih keluarga Tn. Saprudin berasal dari PAM yang pipanya

terpasang melalui sambungan terminal yang langsung dari pusat dan terdapat

didepan rumahnya. Air PAM ini digunakan untuk konsumsi air minum, memasak,

mandi, dan mencuci. Namun, air PAM tersebut sudah mati sejak 2 bulan yang lalu

secara tiba-tiba, sehingga keluarga tersebut harus membeli air isi ulang untuk

memasak dan minum. Selama air mati mereka mandi menggunakan air sumur

galian yang terdapat di depan rumah kakaknya, yang letaknya rumahnya

berdempetan dengan Tn. Saprudin.

b. Pola Makan

Keluarga Tn. Saprudin makan sebanyak 3 kali dalam sehari. Ny.Junaenah

selaku ibu rumah tangga adalah orang yang bertanggung jawab untuk

menyediakan hidangan. Makanan yang disajikan berupa makanan sederhana

seperti nasi disertai ikan, tahu/tempe, telur dan sayur bayam, kangkung, menu

setiap hari selalu berubah-ubah. Sementara balitanya diberi makan nasi yang

biasa dikonsumsi keluarga dan susu ASI. Keluarga Tn. Saprudin jarang

mengkonsumsi buah-buahan. Keluarga Tn. Saprudin biasa makan di ruang tamu.

Alat makan yang digunakan oleh keluarga ini terbuat dari piring kaca gelas kaca,

serta sendok/ garpu yang terbuat dari logam. Namun biasanya keluarga lebih

sering makan dengan menggunakan tangan. Keluarga ini memasak dengan

menggunakan kompor gas yang menggunakan tabung gas 3 kg. keluarga ini

mengaku suka membeli makanan ke luar jika memiliki uang lebih.

13

Page 14: kedokteran komunitas

c. Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Ibu dan Anak

Ny. Junaenah selalu mengikuti program Keluarga Berencana (KB) dari

anak pertama sampai anak terakhir. Program yang diikuti dari anak pertama

sampai ke lima menggunakan alat kontrasepsi suntik, namun setelah lahir anak ke

lima Ny. Junaenah mengkonsumsi alat kontrasepsi pil, tetapi tanpa disadari Ny.

Junaenah kebobolan anak ke enam dan baru menyadari kandungan sudah 6 bulan.

Selama kehamilan Ny. Junaenah selalu memeriksakan kehamilannya di bidan.

Riwayat persalinan dari anak pertama sampai ke lima ditolong dibidan.

Sedangkan anak ke enam di rumah sakit ditolong oleh dokter dan bidan karena

ada masalah di dalam kandungannya. Riwayat imunisasi semua anaknya

dilakukan secara teratur dilakukan di bidan. Ny.Junaenah mengaku semua

anaknya mendapatkan ASI ekslusif dikarenakan anaknya lebih senang minum

susu ASI dibandingkan susu formula.

d. Kebiasaan Berobat

Bila sakit, keluarga Tn. Saprudin biasa berobat ke mantri, Jika tidak

sembuh keluarga Tn. Saprudin berobat ke dokter “goceng”, yang hanya

membayar 5 ribu rupiah. Keluarga ini tidak memiliki asuransi ataupun Jaminan

Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) untuk berobat.

Tabel 1.2 Faktor Internal dan Eksternal Keluarga Tn. Saprudin

NO. FAKTOR INTERNAL YA/TIDAK KETERANGAN

1. Kebiasaan merokok Ya Tn. Saprudin merokok di

dalam dan di luar rumah,

sebanyak 2 bungkus per

hari

2. Kebiasaan jajan Ya Suka jajan diluar jika

memiliki uang lebih

3. Olahraga Tidak Tidak ada kebiasaan rutin

untuk berolahraga

14

Page 15: kedokteran komunitas

4. Pola pencarian pengobatan Tidak Biasanya berobat ke

Mantri, kalau tidak

sembuh berobat ke dokter

“goceng”

5. Menabung Ya Menabung di Sekolah

anak

NO. FAKTOR EKSTERNAL YA/TIDAK KETERANGAN

1. Bangunan tempat tinggal

10. Ventilasi Ya >10% lebih dari luas

lantai

11. Pencahayaan Ya Baik

12. MCK (WC) Ya Bergabung dengan

kamar mandi

13. Air Bersih Ya Sumur dengan jarak

penampungan limbah

> 10 meter

14. Selokan Ya Terdapat selokan

15. Kandang Tidak Tidak memiliki

hewan peliharaan

16. Pekarangan Ya Tidak terdapat

tumbuhan apapun,

15

Page 16: kedokteran komunitas

yang ada hanya

tempat air PAM

17. Dapur Ya Tidak memiliki

pembuangan asap

dapur

18. Kamar Ya Memiliki 3 kamar

tidur, dengan ukuran

sama 3x3

19. Ruang Tamu Ya Memiliki ruang tamu

yang cukup besar dan

berfungsi sebagai

ruang keluarga

2 Kepadatan penduduk

- Kepadatan rumah Cukup

- Sistem pembuangan

sampah dan limbah

Penampungan

sampah didepan

rumah seberang jalan

raya, setelah

terkumpul sampah

dibakar

- Lantai rumah Keramik

- Dinding rumah Sudah di cat

- Atap rumah Bambu dan tersusun

genteng, tanpa plafon

- Pagar Bambu

3 Pemicu dalam lingkungan rumah

16

Page 17: kedokteran komunitas

- Asap dapur Ada

- Asap rokok Ada

- Debu Ada

1.3.2 Keluarga Tn. Aca

Gambar 1.5 Denah rumah Tuan Acha

A. Data Dasar Keluarga Tn. Acha

Keluarga Tn. Acha terdiri atas sembilan orang anggota keluarga yang

tinggal dalam satu rumah. Keluarga Tn. Acha tinggal di rumah milik sendiri di RT

05/ RW 01 Desa Tanjung Pasir. Tn. Acha dan Ny. Muhimah memiliki lima orang

anak. Ketiga anaknya laki-laki dan dua orang anak perempuan, anak pertama

bernama Dahlia usia 30 tahun seorang janda yang memiliki tiga anak yang

bekerja sebagai pembantu rumah tangga dengan berpenghasilan Rp.600.000 per

bulan. Anak kedua bernama Mukri usia 25 tahun tamatan Sekolah Dasar yang

bekerja sebagai nelayan dengan berpenghasilan tidak tetap setiap harinya,

17

Page 18: kedokteran komunitas

penghasilan berkisar Rp.5.000-50.000 per hari. Mukri menikah dengan Nur dan

memiliki dua orang anak. Anak ketiga bernama Sukrianto berusia 24 tahun,

pendidikan terakhir sekolah menengah pertama yang bekerja sebagai juru masak

disebuah resort tanjung pasir dengan penghasilan Rp 1.250.000,- perbulan. Anak

keempat bernama Komariah, seorang janda berusia delapan belas tahun, memiliki

satu orang anak, pendidikan terakhir sekolah menengah pertama bekerja sebagai

pegawai sablon dengan penghasilan Rp. 1.000.000,- perbulan. Anak kelima

bernama Aldi berusia 14 tahun seorang pelajar sekolah menengah pertama kelas

dua.

Tabel 1.3 Data Dasar Keluarga Tn. Acha

No. Nama Status

keluarga

Jenis

Kelamin

Usia Pendid

ikan

Pekerjaan/

Penghasilan

1. Tn. Acha Kepala

keluarga

Laki-laki 55

Tahun

SD Nelayan

± 5000-50.000/

hari

2. Ny.

muhimah

Istri Perempuan 44 tahun SD Ibu rumah tangga

3. Ny.

Dahlia

Anak Perempuan 30 tahun SD Pembantu rumah

tangga

600.000/ bulan

4. Tn.Mukri Anak Laki-laki 25 tahun SD Nelayan

± 5000-50.000/

hari

18

Page 19: kedokteran komunitas

5. Sukrianto Anak Laki-laki 24 tahun SMP Juru masak

6 Ny.Kom

ariah

Anak perempuan 18 tahun SMP Pegawai

7 Aldi Anak Laki-laki 14 tahun SD Pelajar

B. Bangunan Tempat Tinggal

Keluarga Tn. Acha tinggal di rumah milik sendiri dengan luas bangunan

sekitar 10x10 meter dan tidak bertingkat. Dinding rumah terbuat dari tembok pada

seluruh ruangan dan sudah dicat. Lantai rumah beralaskan keramik. Atap rumah

keluarga terbuat dari genteng dan asbes susun tanpa disertai plafon. Ketinggian

atap rumahnya ±5 meter.

Rumah Tn. Acha terdiri dari delapan ruangan, yang terdiri dari tiga kamar

tidur, dengan luas tiap kamarnya sekitar 3x3 meter, hanya satu kamar berukuran

4x4 meter. Selain itu juga terdapat ruang tamu yang berukuran 7x5 meter, kamar

mandi berukuran sekitar 2x2 meter.

Dalam rumah ini Sistem ventilasi rumah Tn. Acha sudah memenuhi

standar kriteria ventilasi yang baik, karena luas ventilasi rumahnya > 10% dari

luas lantai rumah. Ventilasi terdapat di ruang tamu dua buah jendela depan

dengan ukuran 100 x 60 cm. Pada masing-masing ruang tidur dan dapur terdapat

ventilasi angin maupun jendela kaca.

Kamar mandi keluarga Tn. Acha terletak di dekat dapur dan kamar mandi

tersebut tidak tersedia fasilitas jamban (WC) , sehingga kamar mandi tersebut

19

Page 20: kedokteran komunitas

hanya digunakan untuk mandi dan buang air kecil. Untuk buang air besar,

keluarga Tn.Acha harus berjalan ke jamban umum yang berada di pesisir pantai.

a. Lingkungan Pemukiman

Rumah keluarga Tn. Acha terletak di lingkungan yang tidak terlalu padat.

Keluarga Tn. Acha tidak memiliki pembuangan sampah khusus, mereka

membuang sampah di dapur berupa kantong plastik tanpa penutup yang apabila

sudah terkumpul banyak baru dibuang ke empang atau ke kebun kosong.. Di

rumah Tn. Acha tidak terdapat pembuangan limbah rumah tangga khusus jadi

membuangnya bercampur dengan pembuangan sampah. Untuk memasak dan

minum, keluarga Tn.Acha membeli air galon isi ulang yang dimasak kembali.

Sedangkan untuk keperluan mencuci dan mandi keluarga Tn.Acha menggunakan

air yang berasal dari sumur galian dirumahnya.

b. Pola Makan

Keluarga Tn.Acha makan sebanyak dua sampai tiga kali dalam sehari.

Ny.Muhimah selaku ibu rumah tangga adalah orang yang bertanggung jawab

untuk menyediakan hidangan. Makanan yang disajikan berupa makanan

sederhana seperti nasi disertai lauk tahu/tempe, dan sayur bayam, kangkung.

Namun, kadang-kadang Ny. Muhimah juga menyajikan ikan. Keluarga Tn. Acha

jarang mengkonsumsi buah-buahan. Keluarga Tn. Acha biasa makan di ruang

tamu. Alat makan yang digunakan oleh keluarga ini terbuat dari piring kaca gelas

kaca, serta sendok/ garpu yang terbuat dari logam. Namun biasanya keluarga lebih

sering makan dengan menggunakan tangan. Keluarga ini memasak dengan

menggunakan kompor gas 3 kg. keluarga ini mengaku jarang membeli makanan

di luar.

c. Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Ibu dan Anak

Ny. Muhimah sempat mengikuti program KB (Keluarga berencana)

setelah kelahiran anak pertamanya dengan menggunakan KB suntik tiga bulan.

Selama masa kehamilan, Ny. Muhimah tidak rutin memeriksakan kehamilannya

ke tenaga kesehatan. Riwayat persalinan anak pertama dan kedua ditolong oleh

dukun beranak ditempat tinggal Ny. Muhimah, sedangkan persalinan anak ketiga,

keempat dan kelima ditolong oleh bidan. Riwayat imunisasi kelima anaknya

20

Page 21: kedokteran komunitas

dilakukan secara teratur dan selalu mengikuti kegiatan penimbangan di posyandu

secara rutin. Ny. Muhimah mengaku kelima anaknya tidak mendapatkan ASI

eksklusif dikarenakan menurutnya terbatasnya produksi ASI Ny. Muhimah. Dalam

membuat susu formula baik istri maupun suaminya tidak merebus terlebih dahulu

botol susunya hanya dicuci dengan sabun dan apabila ingin dibuat lagi bekasnya

hanya dikocok dengan air lalu dipakai untuk membuat susu kembali.

d. Kebiasaan Berobat

Bila sakit, keluarga Tn.Acha biasa berobat dengan menggunakan obat

warung, namun bila tidak ada perbaikan keluarga biasanya berobat ke puskemsas

Tegal Angus. Keluarga ini tidak memiliki asuransi ataupun Jaminan Kesehatan

Masyarakat (Jamkesmas) untuk berobat. Dilakukan dua kali pemeriksaan tekanan

darah pada Tn.Acha dan Ny. Muhimah. pada pemeriksaan Tn.Acha didapatkan

hasil 140/70, 140/80 mmHg. Sedangkan hasil yang didapatkan pada pemeriksaan

Ny. Muhimah dalah 160/90 dan 150/90 mmHg.

Tabel 1.4 Faktor internal dan eksternal keluarga Tn. Aca

NO FAKTOR INTERNAL YA/TIDAK KETERANGAN

1 Kebiasaan merokok Ya Tn. Acha dan Tn. Mukri merokok di dalam

dan di luar rumah, masing-masing sebanyak

1-2 bungkus per dua hari

2 Kebiasaan jajan Ya Jarang ( hanya bila tidak ada lauk )

3 Olahraga Ya Tidak ada kebiasaan rutin untuk

berolahraga

4 Pola pencarian

pengobatan

Tidak Biasanya berobat ke puskesmas

5 Menabung Tidak Tidak rutin, tabungan disimpan di rumah

21

Page 22: kedokteran komunitas

NO FAKTOR EKSTERNAL YA/TIDAK KETERANGAN

1 Bangunan tempat tinggal

- Ventilasi Ya >10% dari luas lantai

- Pencahayaan Tidak Kurang

- MCK (WC) Tidak Tidak memiliki jamban

- Air bersih Tidak Sumur ( jarak sumur dengan

penampungan limbah < 10 m)

- Selokan Ya Tidak terdapat selokan

- Kandang Ya Tidak memiliki hewan ternak

- Pekarangan Ya Tidak terdapat tumbuhan

apapun

- Dapur Ya Tidak tersedia sarana

pembuangan asap dapur

- Kamar Ya Tiga kamar tidur, ketiganya

digunakan untuk tidur, dua

kamar tidur berukuran 3 x 3

meter dan satu buah kamar

berukuran 4 x 4 meter

- Ruang Ya Ruang tamu digunakan

22

Page 23: kedokteran komunitas

keluarga sebagai ruang keluarga

2 Kepadatan penduduk

- Kepadatan

rumah

Cukup

- Sistem

pembuangan sampah

dan limbah

Penampungan sampah di

dapur, setelah terkumpul

sampah dibuang ke empang

atau ke kebun kosong

- Lantai rumah Keramik

- Dinding rumah Sudah di cat

- Atap rumah Sebagian genteng dan asbes,

hanya kamar tidur utama yang

memiliki plafon

- Pagar Tidak ada

3 Pemicu dalam lingkungan

rumah

- Asap dapur Ada

- Asap rokok Ada

23

Page 24: kedokteran komunitas

- Debu Ada

1.3.3 Keluarga Ny. Rohiyah

Gambar 1.6 Denah rumah Ny. Rohiyah

A. Data Dasar Keluarga Ny. Rohiyah

Keluarga Ny. Rohiyah terdiri atas Sembilan orang anggota kelurga yang

tinggal dalam satu rumah. Keluarga Ny. Rohiyah tinggal di rumah kepemilikan

sendiri di Desa Tanjung Pasir RT 05/RW 01, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten

Banten. Suami Ny. Rohiyah bernama Tn. Mutalih meninggal delapan tahun yang

lalu akibat penyakit liver. Ny. Rohiyah tinggal bersama tiga orang anak lelakinya,

satu menantunya, dan satu cucu perempuan.

Tabel 1.5 Keluarga Ny. Rohiyah

Nama Status Jenis Usia Pendi Pekerjaan Penghasilan

24

Page 25: kedokteran komunitas

Keluarga Kelamin dikan

Rohiyah Kepala

Keluarga

Perempuan 50 th SD Pedagang

kelontong

Rp. 1000.000

Sarkawi Anak Laki-laki 28 th STM Nelayan,

wiraswasta

steam motor

±Rp.500.000/

bulan

Nanda Istri Perempuan 23 th SMP IRT

Sarnubi Anak Laki-laki 25 th SMP Nelayan,

Wiraswasta

Steam

motor

±Rp.500.000/

bulan

Samadi Anak Laki-laki 20 th SMA Karyawan

swasta

±Rp.200.000/

bulan

Cucu X Cucu Perempuan 10

bln

B. Bangunan Tempat Tinggal

Keluarga Ny. Rohiyah tinggal di rumah milik sendiri dengan luas tanah

sekitar 17 x 20 meter2, luas bangunan 200 meter2 dan tidak bertingkat. Dinding

rumah terbuat dari tembok. Lantai rumah beralaskan keramik. Namun lantai dapur

beralaskan plester. Atap rumah keluarga terbuat dari genteng susun tanpa disertai

plafon sebagai alasnya. Ketinggian atap rumahnya ± 5 meter.

Rumah terdiri dari 10 ruangan, yang diantaranya terdiri dari tiga ruang

kamar tidur, satu ruang dapur, satu ruang kamar keluarga, satu ruang makan, satu

ruang tamu, satu kamar mandi, dan satu aula untuk pengajian. Ruang keluarga

dengan luas 4 x 8 meter, tiga kamar tidur dengan luas masing-masing 2 x 4 meter,

dapur dengan luas 5 x 8 meter, ruang kamar makan 4 x 5 meter, kamar mandi 2 x

25

Page 26: kedokteran komunitas

2 meter, ruang aula 8 x 8 meter, ruang shalat 2 x 4 meter, dan ruang tamu dengan

luas 4 x 5 meter.

Rumah Ny Rohiyah memiliki ventilasi yang baik dan cahaya matahari

pada pagi dan siang hari masuk kedalam rumah sehingga memenuhi standar

kriteria rumah sehat. Setiap kamar tidur mempunyai jendela 1 x 1 meter dan di

ruang tamu terdapat jendela 2 x 2 meter.

Keluarga Ny. Rohiyah memiliki kamar mandi dibelakang rumah yang

beralaskan ubin dengan keadaan yang bersih, layak pakai dan tersedia fasilitas

jamban jongkok. Terdapat dapur yang serta digunakan juga untuk mencuci piring

dan pakaian.

Persediaan air bersih keluarga Ny. Rohiyah menggunakan air PAM

(Perusahaan Air Minum) dan sumur galian yang berada di belakang rumah. Air

yang bersih tersebut digunakan untuk memasak, mandi, mencuci pakaian dan

piring. Jika sedang musim kemarau dan susah air maka kondisi airnya tidak jernih

berwarna merah kecoklatan, sehingga untuk air minum harus beli air bersih

seharga 2000 rupiah satu galon.

Keluarga Ny. Rohiyah mempunyai WC jongkok dengan leher angsa dan

mempunyai septic tank di belakang rumah dengan jarak lebih 10 meter. Saluran

pembuangan air dan limbah dengan pipa-pipa paralon yang menuju empang.

a. Lingkungan Pemukiman

Rumah keluarga Ny. Rohiyah terletak di lingkungan tidak padat. Keluarga

Ny. Rohiyah memiliki pembuangan sampah di depan rumahnya, namun jika

sudah terkumpul sampah dibuang empang dan kebun kosong di jarak ± 50 meter

di depan rumah.. Hal ini dikarenakan tidak tersedianya tempat pembuangan

sampah di sekitar rumah mereka. Bila sampah sudah banyak kemudian sampah

tersebut dibakar. Dahulu ketika sumbangan pemerintah yaitu berupa tempat

sampah, keluarga Ny. Rohiyah membuang sampah di tempatnya, namun beberapa

saat kemudian, ketika tempat sampah tersebut hilang ( akibat dicuri ) maka

Kelurga Ny. Rohiyah kembali membuang di kebun kosong dan empang tersebut.

Apabila hujan atau air laut pasang tempat pembuangan sampah akan tergenang

26

Page 27: kedokteran komunitas

oleh air dan menimbulkan banjir. Pembuangan limbah rumah tangga Ny. Rohiyah

terletak berdekatan dengan pembuangan sampah.

b. Pola Makan

Keluarga Ny. Rohiyah terbiasa makan sebanyak tiga kali dalam sehari

disertai cemilan pagi dan sore. Ny. Rohiyah dan Ny. Nanda selaku ibu rumah

tangga adalah orang yang menyediakan hidangan. Makanan yang disajikan berupa

makanan sederhana seperti nasi disertai lauk tahu, ayam, ikan, dan tahu yang lebih

sering digoreng. Keluarga Ny. Rohiyah sering konsumsi sayur seperti sayur asam,

bayam, dan sup. Kadang Keluarga Ny. Rohiyah buah-buahan biasanya seminggu

dua kali. Keluarga Ny. Rohiyah biasa makan di ruang keluarga. Alat makan yang

digunakan oleh keluarga ini terbuat dari piring kaca dan plastik, gelas kaca dan

plastik, serta sendok/garpu yang terbuat dari logam. Keluarga ini memasak

dengan menggunakan kompor gas yang menggunakan tabung gas 3 kg, namun

terkadang menggunakan 12 kg.

c. Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Ibu dan Anak

Ny. Rohiyah melahirkan anak pertama, kedua, dan ketiganya pada usia

kehamilan sembilan bulan. Selama kehamilan , Ny Marni, rutin tiap bulan

memeriksakan kehamilannya ke posyandu. Ny Rohiyah mengaku tidak ada

masalah kesehatan ketika kehamilan ketiga putranya. Marni mengaku selama

kehamilan ini berat badannya naik, tetapi tidak ingat berapa kenaikan berat

badannya.

Ny.Rohiyah mengaku memberikan ASI eksklusif dan ASI diberikan pada

anaknya yang pertam, kedua, dan ketiganya hingga berumur 2 tahun. Makanan

pendamping ASI (MPASI diberikan saat sang anak berusia 7-8 bulan, yaitu bubur

bayi. Imunisasi diberikan lengkap di posyandu..

d. Kebiasaan Berobat

Jika sakit keluarga Ny. Rohiyah berobat ke dokter di sekitar lingkungan

rumah dengan biaya berobat 5000 rupiah sekali berobat termasuk obat. Namun,

Keluarga Ny. Rohiyah suka membeli obat warung bila terkadang muncul nyeri

kepala, atau penyakit mag.

27

Page 28: kedokteran komunitas

Ny. Rohiyah mengaku dirinya dan keluarga tidak mempunyai riwayat

penyakit yang berat. Dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan didapatkan

tekanan darah Ny. Rohiyah, ditemukan tekanan darahnya 150/90 mmHg.

Tabel 1.6. Faktor Internal dan Eksternal Keluarga Ny. Rohiyah

NO FAKTOR INTERNAL YA/TIDAK KETERANGAN

1 Kebiasaan merokok Ya Anak pertama dan kedua merokok di

dalam rumah.

2 Kebiasaan jajan Ya Biasanya jajan di warung sendiri atau

buat cemilan sendiri seperti pisang

goreng.

3 Olahraga Ya Tidak ada kebiasaan rutin untuk

berolahraga. Tetapi biasany berjalan 1

jam sehari.

4 Pola pencarian

pengobatan

Ya Biasanya berobat ke dokter di sekitar

rumah

5 Menabung Ya Keluarga Ny. Rohiyah menabung di

bank.

28

Page 29: kedokteran komunitas

NO FAKTOR EKSTERNAL YA/TIDAK KETERANGAN

1 Bangunan tempat tinggal

- Ventilasi Ya > 10% dari luas lantai

- Pencahayaan Ya Cukup

- MCK (WC) Ya BAB di Jamban sendiri

- Air bersih Ya Air berasal dari PAM dan

sumur galian

- Selokan Tidak Terdapat selokan yang

mengalir ke laut

- Kandang Tidak Tidak punya binatang

peliharaan

- Pekarangan Ya Di depan rumah ada

warung, pohon lahan, dan

tempat usaha cuci motor

steam. Di belakang rumah

ada area untuk manaruh

kebutuhan nelayannya.

- Dapur Ya Asap dapur keluar lewat

pintu belakang rumah.

- Kamar Ya

- Ruang

keluarga

Ya

2 Kepadatan penduduk

- Kepadatan rumah Tidak padat

29

Page 30: kedokteran komunitas

- Sistem pembuangan

sampah dan limbah

Penampungan sampah di

kebun kosong dan

empang depan rumah,

setelah terkumpul sampah

dibakar

- Lantai rumah Ubin

- Dinding rumah Tembok dan sudah di cat

- Atap rumah Genteng dan diplafon

- Pagar Tidak ada pagar

3 Pemicu dalam lingkungan

rumah

- Asap dapur Ada

- Asap rokok Ada

- Debu Ada

1.3.4 Keluarga Tn. Hanafi

30

Page 31: kedokteran komunitas

Gambar 1.7 Denah Rumah Tn. Hanafi

A. Data Dasar Keluarga Tn. Hanafi

Keluarga Tn. Hanafi terdiri atas tiga orang anggota keluarga yang tinggal

dalam satu rumah. Keluarga Tn. Hanafi tinggal di rumah milik orang tuanya yang

disekat menjadi dua di RT 05/ RW 01 Kampung Tanjung Pasir. Tn. Hanafi dan

Ny. Marwah memiliki satu orang anak. Anak pertama perempuan bernama Siti

Soleha usia 1,5 tahun. Saat ini Tn. Hanafi berusia 28 tahun dan bekerja sebagai

Nelayan dengan penghasilan yang tidak menentu biasanya pendapatan diperoleh

Rp. 10.000- 50.000 perhari. Ny. Marwah saat ini berusia 18 tahun dan sehari-

harinya menjadi ibu rumah tangga.

Tabel 1.7 Data Dasar Keluarga Tn. Hanafi

No. Nama Status

keluarga

Jenis

Kelamin

Usia Pendidika

n

Pekerjaan/

Penghasilan

1. Tn. Hanafi Kepala

keluarga

Laki-laki 28 Tahun SD Nelayan

±Rp. 10.000-

Rp. 50.000/

hari

2. Ny. Marwah Isteri Perempuan 18 tahun SD Ibu rumah

31

Page 32: kedokteran komunitas

tangga

3. An. Siti

soleha

Anak ke-1 Perempuan 1,5 tahun - -

B. Bangunan tempat tinggal

Keluarga Tn. Hanafi terdiri atas tiga orang anggota keluarga yang tinggal

dalam satu rumah. Keluarga Tn. Hanafi tinggal di rumah milik orang tuanya yang

disekat menjadi dua di RT 005/ RW 001 Kampung Tanjung Pasir. Tn. Hanafi dan

Ny. Marwah memiliki satu orang anak. Anak pertama perempuan bernama Siti

Soleha usia 1,5 tahun. Saat ini Tn. Hanafi berusia 28 tahun dan bekerja sebagai

Nelayan dengan penghasilan yang tidak menentu biasanya pendapatan diperoleh

Rp. 10.000 – Rp 50.000 per hari.

Keluarga Tn. Hanafi tinggal di tinggal di rumah milik orang tuanya yang

disekat menjadi dua, dengan luas bangunan sekitar 12x5 meter dan tidak

bertingkat. Dinding rumah terbuat dari tembok pada seluruh ruangan dan ada yang

sudah dicat dan ada yang belum dicat. Lantai rumah beralaskan semen (plester).

Atap rumah keluarga terbuat dari genteng tanpa disertai plafon. Ketinggian atap

rumahnya ±6 meter.

Rumah Tn. Hanafi memiliki satu ruang tamu yang di jadikan satu dengan

dapur. Satu kamar tidur yang berukuran 2,5x2,5 meter satu ruang TV berukuran

3x3, dan satu kamar mandi berukuran 3x4 tanpa jamban

Dalam rumah ini sistem ventilasi rumah Tn. Hanafi belum memenuhi

standar kriteria ventilasi yang baik, karena luas ventilasi rumahnya < 10% dari

luas lantai rumah. Dalam rumah ini tidak terdapat jendela. Ventilasi rumah hanya

terdiri dari lubang berbentuk segiempat berjumlah tiga buah di bagian samping

dinding rumah. Dalam rumah ini tidak terdapat pencahayaan yang cukup hanya

dari lubang-lubang kecil dari atas genteng rumah. Didalam rumah kondisinya

gelap jika pintu rumah ditutup kecuali lampu dinyalakan. Tidak terdapat dapur

dalam rumah. Keluarga Tn. Hanafi jika ingin BAB dan mandi menggunakan

fasilitas jamban (WC ) bersama yang berada di pinggir pantai, jamban tidak

dilengkapi dengan leher angsa, tidak dilengkapi septic tank sehingga

pembuangannya langsung ke laut.

32

Page 33: kedokteran komunitas

a. Lingkungan Pemukiman

Rumah keluarga Tn. Hanafi terletak di lingkungan yang padat, dimana

jarak antar rumah sangat dekat bahkan berdempetan. Keluarga Tn. Hanafi tidak

memiliki pembuangan sampah khusus, mereka membuang sampah langsung ke

laut. Di rumah Tn. Hanafi tidak terdapat pembuangan limbah rumah tangga

khusus jadi membuangnya bercampur dengan pembuangan sampah atau selokan

samping rumah yang tidak mengalir. Di dalam rumah Tn. Hanafi terdapat sumur

galian yang airnya sedikit keruh. Sumber air bersih keluarga Tn. Hanafi berasal

dari PAM yang pipanya terpasang melalui sambungan terminal yang langsung

dari pusat. Air PAM ini digunakan untuk konsumsi air minum, memasak, mandi,

dan mencuci. Namun, air PAM tersebut sering kali mati sehingga keluarga

tersebut harus membeli air isi ulang untuk memasak dan minum, selama air mati

mereka tidak mandi karena keterbatasan pendapatan untuk membeli air dan

kebutuhan sehari-hari. Untuk mencuci ataupun istinja mereka menggunakan air

laut. Jika saat musin kemarau atau persediaan air bersih sedang tidak ada keluarga

Tn. Hanafi menggunakan sumur yang berada dalam rumah tetapi saat ini sama

sekali tidak ada air. Jika ada air, air tersebut kecoklatan, tidak berbau, tidak berasa

dan jernih. Jika ada air di dalam sumur, air tersebut digunakan sementara untuk

buang air besar dan mandi. Hingga tersedia lagi air bersih.

b. Pola Makan

Keluarga Tn. Hanafi makan sebanyak dua kali dalam sehari. Ny.Marwah

selaku ibu rumah tangga adalah orang yang bertanggung jawab untuk

menyediakan hidangan. Makanan yang disajikan berupa makanan sederhana

seperti nasi disertai lauk tahu/tempe, dan sayur bayam, kangkung. Namun,

terkadang Ny. Marwah juga menyajikan telur atau ikan, biasanya seminggu sekali.

Sementara balitanya diberi makan bubur nasi dan susu formula. Keluarga Tn.

Hanafi jarang mengkonsumsi buah-buahan. Keluarga Tn. Hanafi mengkonsumsi

sayur tiga kali dalam seminggu. Keluarga Tn. Hanafi makan di ruang TV. Alat

makan yang digunakan oleh keluarga ini terbuat dari piring kaca gelas kaca, serta

sendok/ garpu yang terbuat dari logam. Namun biasanya keluarga lebih sering

33

Page 34: kedokteran komunitas

makan dengan menggunakan tangan. Keluarga ini memasak dengan menggunakan

kompor semawar di dalam rumah. keluarga ini mengaku jarang membeli makanan

diluar.

c. Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Ibu dan Anak

Ny. Marwah selalu mengikuti program Keluarga Berencana (KB). Selama

kehamilan Ny.Marwah selalu memeriksakan kehamilannya di bidan. Riwayat

persalinan anak pertamanya ditolong bidan secara normal. Riwayat imunisasi

anaknya tidak dilakukan secara teratur tetapi selalu mengikuti kegiatan

penimbangan di posyandu secara rutin. Ny. Marwah mengaku anaknya

mendapatkan ASI sampai usia satu tahun.

d. Kebiasaan Berobat

Bila sakit, keluarga Tn. Hanafi biasa berobat dengan bidan setempat,

namun bila tidak ada perbaikan keluarga biasanya berobat ke puskesmas Tegal

Angus. Keluarga ini tidak memiliki asuransi ataupun Jaminan Kesehatan

Masyarakat (Jamkesmas) untuk berobat.

Tabel 1.8 Faktor Internal dan Eksternal Keluarga Tn. Hanafi

NO FAKTOR INTERNAL YA/TIDAK KETERANGAN

1 Kebiasaan merokok Ya Tn. Hanafi merokok

2 Kebiasaan jajan Ya Jarang ( hanya bila tidak ada lauk )

3 Olahraga

Tidak Tidak ada kebiasaan rutin untuk

berolahraga

4 Pola pencarian

pengobatan

Ya Biasanya berobat ke bidan jika tidak ada

perbaikan lalu ke puskesmas

5 Menabung Tidak Tidak rutin, tabungan disimpan di rumah

34

Page 35: kedokteran komunitas

NO FAKTOR EKSTERNAL YA/TIDAK KETERANGAN

1 Bangunan tempat tinggal

- Ventilasi Ya < 10% dari luas lantai

- Pencahayaan Tidak Tidak cukup pencahayaan

- MCK (WC) Tidak Tidak memiliki MCK (WC)

dalam rumah, Menggunakan

jamban bersama di pinggir laut

- Air bersih Ya Sumur ( jarak sumur dengan

penampungan limbah < 10 m)

- Selokan Ya Terdapat selokan pada pinggir

rumah yang tidak mengalir

- Kandang Ya Kandang ayam tidak bersatu

dengan rumah, tetapi

menempel diluar samping

dinding luar rumah

- Pekarangan Tidak Tidak terdapat pekarangan

- Dapur Ya Dapur bergabung dengan ruang

tamu

35

Page 36: kedokteran komunitas

- Kamar Ya Ada satu kamar tidur di dalam

rumah

- Ruang keluarga Tidak Tidak ada ruang keluarga

2 Kepadatan penduduk

- Kepadatan rumah Padat

- Sistem pembuangan

sampah dan limbah

Penampungan sampah di laut

- Lantai rumah Keramik dan sebagian plester

- Dinding rumah Tembok dan sebagian sudah di

cat

- Atap rumah Genteng dan tidak memiliki

plafon,

- Pagar Tidak ada pagar

3 Pemicu dalam lingkungan

rumah

- Asap dapur Tidak memiliki dapur

- Asap rokok Tidak ada

- Debu Ada

36

Page 37: kedokteran komunitas

1.3.5 Keluarga Tn. Musonip

Gambar 1.8 Denah rumah Tn.Musanip

A. Data Dasar Keluarga Tn. Musanip

Keluarga Tn. Musanip terdiri atas empat orang anggota keluarga yang

tinggal dalam satu rumah. Keluarga Tn. Musanip tinggal di rumah milik orang tua

nya yang disekat menjadi dua di RT 05/ RW 01 Kampung Tanjung Pasir. Tn.

Musanip dan Ny. Darsiah memiliki dua orang anak. Anak pertama laki-laki dan

anak kedua perempuan, anak pertama bernama Darmaji usia 8 tahun bersekolah

kelas tiga SD, anak kedua bernama Pinkan berusia 7 bulan. Kedua anaknya

tersebut tinggal satu rumah bersama orang tuanya. Saat ini Tn. Musanip berusia

38 tahun dan bekerja sebagai nelayan dengan penghasilan yang tidak menentu

biasanya pendapatan yang diperoleh Rp 20.000 sampai Rp 50.000 perhari. Ny.

Darsiah sendiri saat ini berusia 36 tahun dan sehari-harinya menjadi ibu rumah

tangga.

Tabel 1.9 Data Dasar Keluarga Tn. Musanip

No. Nama Status

keluarga

Jenis

Kelamin

Usia Pendidikan Pekerjaan/

Penghasilan

1. Tn. Musanip Kepala

keluarga

Laki-laki 38 Tahun SD Nelayan

20.000 s/d

37

Page 38: kedokteran komunitas

50.000/perhari

2. Ny. Darsiah Istri Perempuan 36 tahun SD Ibu rumah

tangga

3. An. Darmaji Anak Laki-laki 8 tahun - Pelajar

4. An. Pinkan Anak Perempuan 7 bulan - -

B. Bangunan tempat tinggal

Keluarga Tn. Musanip tinggal di rumah milik sendiri dengan luas

bangunan sekitar 3 x 12 meter dan tidak bertingkat. Dinding rumah terbuat dari

tembok pada seluruh ruangan dan ada yang sudah dicat dan ada yang belum di cat.

Lantai rumah beralaskan keramik. Atap rumah keluarga terbuat dari genteng tanpa

plafon. Ketinggian atap rumahnya ±6 meter.

Rumah Tn. Musanip tidak memiliki kamar tidur, hanya berupa satu

tempat tidur yang disekat dengan lemari baju sebagai pembatas Selain itu juga

tidak terdapat ruang tamu, tidak terdapat kamar mandi dan tidak terdapat teras

hanya berupa ruangan yang dipakai untuk berbagai fungsi.

Dalam rumah ini sistem ventilasi rumah Tn. Musanip belum memenuhi

standar kriteria ventilasi yang baik, karena luas ventilasi rumahnya < 10% dari

luas lantai rumah. Dalam rumah ini tidak terdapat jendela. Ventilasi rumah hanya

terdiri dari lubang berbentuk segitiga dengan sisi-sisinya berukuran 10 cm

berjumlah tiga buah di bagian samping dinding rumah. Dalam rumah ini tidak

terdapat pencahayaan yang cukup hanya dari lubang-lubang kecil dari atas

genteng rumah. Di dalam rumah kondisinya gelap jika pintu rumah ditutup

kecuali lampu dinyalakan. Tidak terdapat dapur dalam rumah dan tidak terdapat

kamar mandi didalam rumah. Keluarga Tn. Musanip jika ingin BAB dan mandi

menggunakan fasilitas jamban WC bersama yang berada di pinggir pantai, jamban

tidak dilengkapi dengan leher angsa, tidak dilengkapi septic tank sehingga

pembuangannya langsung ke laut.

a. Lingkungan Pemukiman

Rumah keluarga Tn. Musanip terletak di lingkungan yang padat, dimana

jarak antar rumah sangat dekat bahkan berdempetan. Keluarga Tn. Musanip tidak

38

Page 39: kedokteran komunitas

memiliki pembuangan sampah khusus, mereka membuang sampah langsung

kelaut. Di rumah Tn. Musanip tidak terdapat pembuangan limbah rumah tangga

khusus jadi membuangnya bercampur dengan pembuangan sampah atau selokan

samping rumah yang tidak mengalir. Di depan rumah kurang lebih jarak 1 meter

dari rumah Tn.Musanip terdapat sumur galian yang airnya sedikit keruh. Sumber

air bersih keluarga Tn.Musanip berasal dari sumur galian untuk mandi dan

mencuci. Namun, air sumur tersebut tidak jernih sehingga keluarga tersebut harus

membeli air isi ulang untuk memasak dan minum, selama kemarau mereka masih

dapat menggunakan air sumur untuk kebutuhan sehari-hari. Untuk mencuci

ataupun istinja mereka menggunakan air sumur.

b. Pola Makan

Keluarga Tn. Musanip makan sebanyak dua kali dalam sehari. Ny.Darsiah

selaku ibu rumah tangga adalah orang yang bertanggung jawab untuk

menyediakan hidangan. Makanan yang disajikan berupa makanan sederhana

seperti nasi disertai lauk tahu/tempe, dan sayur bayam, kangkung. Namun,

kadang-kadang Ny. Darsiah juga menyajikan telur atau ikan, biasanya seminggu

sekali. Sementara balita nya diberi makan bubur nasi dan susu formula. Keluarga

Tn. Musanip hampir setiap hari mengkonsumsi buah-buahan. Keluarga Tn.

Musanip memakan sayur tiga kali dalam seminggu. Keluarga Tn. Musanip biasa

makan di tengah rumah. Alat makan yang digunakan oleh keluarga ini terbuat dari

piring kaca gelas kaca, serta sendok/ garpu yang terbuat dari logam. Namun

biasanya keluarga lebih sering makan dengan menggunakan tangan. Keluarga ini

memasak dengan menggunakan kompor gas yang menggunakan tabung gas 3 kg

diluar rumah. keluarga ini mengaku jarang membeli makanan diluar.

c. Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Ibu dan Anak

Ny. Darsiah selalu mengikuti program Keluarga Berencana (KB). Selama

kehamilan Ny.Darsiah selalu memeriksakan kehamilannya di bidan. Riwayat

persalinan anak pertamanya di rumah sakit umum secara saecar karena

perdarahan dan riwayat persalinan anak kedua ditolong oleh bidan. Riwayat

imunisasi kedua anaknya dilakukan secara teratur dan selalu mengikuti kegiatan

39

Page 40: kedokteran komunitas

penimbangan di posyandu secara rutin. Ny.Darsiah mengaku kedua anaknya tidak

mendapatkan ASI ekslusif dikarenakan menurutnya anaknya lebih senang minum

susu formula. Dalam membuat susu formula baik istri maupun suaminya tidak

merebus terlebih dahulu botol susunya hanya dicuci dengan sabun dan apabila

ingin dibuat lagi bekasnya hanya dikocok dengan air lalu dipakai untuk membuat

susu kembali..

d. Kebiasaan Berobat

Bila sakit, keluarga Tn. Musanip biasa berobat dengan bidan setempat,

namun bila tidak ada perbaikan keluarga biasanya berobat ke puskesmas Tegal

Angus. Keluarga ini tidak memiliki asuransi ataupun Jaminan Kesehatan

Masyarakat (Jamkesmas) untuk berobat.

Tabel 1.10 Faktor internal dan eksternal keluarga Tn. Musanip

NO FAKTOR INTERNAL YA/TIDAK KETERANGAN

1 Kebiasaan merokok Tidak Tn. Musanip tidak merokok

2 Kebiasaan jajan Ya Jarang ( hanya bila tidak ada lauk )

3 Olahraga

Tidak Tidak ada kebiasaan rutin untuk

berolahraga

4 Pola pencarian

pengobatan

Ya Biasanya berobat ke bidan jika tidak ada

perbaikan lalu ke puskesmas

5 Menabung Tidak Tidak rutin, tabungan disimpan di rumah

40

Page 41: kedokteran komunitas

NO FAKTOR EKSTERNAL YA/TIDAK KETERANGAN

1 Bangunan tempat tinggal

C. Ventilasi Ya < 10% dari luas lantai

D. Pencahayaan Tidak Tidak cukup pencahayaan

E. MCK (WC) Tidak Tidak memiliki MCK (WC)

dalam rumah, Menggunakan

jamban bersama di pinggir laut

F. Air bersih Ya Sumur ( jarak sumur 1 meter

dari rumah)

G. Selokan Ya Terdapat selokan pada pinggir

rumah yang tidak mengalir

H. Kandang Ya Kandang ayam tidak bersatu

dengan rumah, tetapi

menempel diluar samping

dinding luar rumah

I. Pekarangan Tidak Tidak terdapat pekarangan

J. Dapur Tidak Tidak ada dapur di dalam

rumah

41

Page 42: kedokteran komunitas

K. Kamar Tidak Tidak ada kamar tidur di dalam

rumah

L. Ruang keluarga Tidak Tidak ada ruang keluarga

2 Kepadatan penduduk

M. Kepadatan rumah Padat

N. Sistem

pembuangan

sampah dan

limbah

Penampungan sampah di laut

O. Lantai rumah Keramik dan sebagian plester

P. Dinding rumah Tembok dan sebagian sudah di

cat

Q. Atap rumah Genteng dan tidak memiliki

plafon,

R. Pagar Tidak ada pagar

3 Pemicu dalam lingkungan

rumah

S. Asap dapur Tidak memiliki dapur

T. Asap rokok Tidak ada

U. Debu Ada

1.4 Metode Delphi

42

Page 43: kedokteran komunitas

Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat keputusan yang dibuat

oleh suatu kelompok, dimana anggotanya terdiri dari para ahli atas masalah yang

akan diputuskan. Proses penetapan metode Delphi dimulai dengan identifikasi

masalah yang akan dicari penyelesaiannya (Harold dkk, 1975).

Metode Delphi yang mula-mula dikembanghkan oleh Rand corporation

untuk keperluan militrer, kini banyak digunakan dalam prakiraan teknologi dan

banyak bidang lain ( Maassen dan van vought, 1984); University of Washington,

1985). Tujuan metode Delphi adalah untuk mendapatkan konsensus tentang hal-

hal yang tidak mempunyai kriteria objektif (University of washington;1985; Rchel

et al, 1985). Metode Delphi pada dasarnya merupakan suatu konferensi jarak jauh

dengan menggunakan kuesioner. Menurut Maassen dan Van vaought (1984) hasil

metode delphi lebih teliti dan tingkat konsensus lebih tinggi daripada hasil

pertemuan tatap muka dalam lokakarya. Hal ini disebabkan, karena sementara

dalam lokakarya sebuah minoritas yang dominan dapat mendominasi diskusi dan

hasil diskusi, dalam metode Delphi ketidaksetujuan justru diperhatikan.

Kesulitan dalam metode Delphi ialah mendapatkan pakar/ahli/anggota

panel yang bepengalaman dan menguasai bidang yang diteliti dan memberikan

kesediaan yang serius untuk menjadi anggota panel. Cara pelaksanaan metode

Delphi antara lain sebagai berikut :

1. Memilih anggota tim pemantau yang telah menunjukkan kemampuan

komunuikasi objektif. Dalam hal ini biasa disebut moderator

2. Memilih pakar/ahli/anggota panel. Evaluasi calon pakar/ahli/anggota

panel. Dapat menggunakan analisis stakeholders (stakesholders mapping)

adalah penilaian atas kepentingan (interest), kedekatan kepentingan

(importance) tersebut dengan kepentingan pengambil keputusan atau

pemrakarsa dan substansi kebijakan yang mau dipuituskan,serta tingkat

pengaruhnya (influence) pada proses penyusunan kebijakan. Sehingga

dapat dipilih pakar/ahli/anggota panel yang benar-benar memahami.

3. Menghubungi pakar-pakar yang telah ditentukan dengan melakukan

pendekatan dan memberikan pengertian serta persetujuan untuk

menggunakan metode Delphi.

43

Page 44: kedokteran komunitas

4. Identifikasi, butir-butir, dan susunan kuesioner, untuk mempermudah

dalam penerapan serta pengolahan kuesioner maka kuesioner dapat

menggunakan skala nilai atau dengan menggunakan pilihan.

5. Pengiriman kuesioner, lebih baik moderator memantau langsung

pengisisan kuesioner, sehingga dapat mengarahkan maksud dan tujuan

agar dapat lebih mudah tercapai. Sering kali pengisian kuesioner

dilakukan oleh asisten pakar/ahli/anggota panel dan bisa berbeda-beda

dalam tiap tahapan (kuesioner ke-1, ke-2, ke3) sehingga hasil kuesioner

akan sulit untuk diolah. Pengisian kuesioner membutuhkan waktu yang

cukup lama tergantung jumlah pakar/ahli/anggota panel yang dilibatkan

6. Olah jawaban dan kembangkan kuesioner kedua yang mencakup

masukan /pilihan para anggota panel, permasalahan pada kuesioner

(ketidaksetujuan) lebih baik dituluis dan dikemukakan untuk

menmgembangkan konsensus

7. Pengiriman kuesioner kedua

8. Olah jawaban dan literasi berikutnya jika diperlukan, terus dilakukan

pengiriman kuesioner dan literasi sampai terjadi konsensus.

walaupun terlihat sedikit sulit, tetapi keuntungan dari penggunaaan metode

Delphi ini terletak pada hasilnya uang lebih teliti, sehingga pengolahan

akhirnya lebih mudah. Pengolahannya juga dilakukan secara deskriptif . yang

membuat metode ini masih jarang dilakukan adalah proses yang vdapat

berlangsung berkali-kali manakala tidak terjadi konsensus/kesepakatan.

1.5  Area Masalah

1.5.1 Keluarga Binaan Tn. SaprudinLingkungan

- Kurangnya pengetahuan mengenai asap rokok

- Kurangnya pengetahuan mengenai tekanan darah tinggi

Kesehatan

- Perilaku mengenai membakar sampah di pinggir jalan raya

44

Page 45: kedokteran komunitas

- Perilaku mengenai kebiasaan merokok di dalam rumah

Usulan Area Masalah

- Perilaku mengenai buangan sampah sembarangan

- Pengetahuan tentang bahaya asap rokok

- Pengetahuan tentang hipertensi

1.5.2 Keluarga binaan Tn. acha

Lingkungan

- Pengetahuan mengenai pencahayaan yang baik dalam rumah.

- Kurangnya pengetahuan tentang jamban sehat

- Kurangnya pengetahuan mengenai bahaya asap rokok

- Perilaku mengenai buangan sampah sembarangan di Desa Tanjung

Pasir.

Kesehatan

- Perilaku mengenai kebiasaan membuang sampah di tanah kosong

- Perilaku mengenai kebiasaan merokok didalam rumah

- Kurangnya pengetahuan mengenai tekanan darah tinggi

Usulan Area masalah

- Pengetahuan mengenai kurangnya pencahayaan di dalam rumah

bagi kesehatan

- Perilaku mengenai buangan sampah sembarangan

- Pengetahuan tentang bahaya asap rokok

- Penghetahuan tentang hipertensi

- Kurangnya pengetahuan tempat sampah sehat

- Kurangnya pengetahuan tentang jamban sehat

1.5.3 Keluarga Binaan Ny. Rohiyah

Lingkungan

45

Page 46: kedokteran komunitas

- Kurangnya pencahayaan matahari akibat ditutupnya jendela dengan

korden

- Perilaku mengenai buangan sampah sembarangan

- Terbatasnya penyediaan air bersih

- Banyaknya hewan ternak yang berkeliaran bebas di lingkungan rumah

Kesehatan

- Kebiasaan merokok di dalam rumah

- Kurangnya kesadaran mengenai tekanan darah tinggi

Usulan Area Masalah

- Tekanan darah tinggi pada anggota keluarga

- Kurangnya pengetahuan manfaat kesehatan pencahayaan tentang sinar

matahari

- Hewan ternak yang berkeliaran bebas mengakibatkan kotornya

lingkungan

- Perilaku mengenai buangan sampah sembarangan

- Kurangnya pengetahuan tentang bahaya asap rokok

1.5.4 Keluarga Binaan Tn. Hanafi

Lingkungan

- Pengetahuan mengenai ventilasi yang baik dalam rumah.

- Pengetahuan mengenai pencahayaan yang baik dalam rumah.

- Kurangnya pengetahuan tentang jamban sehat

- Perilaku mengenai buang sampah sembarangan

- Kurangnya pengetahuan mengenai bahaya asap rokok

Kesehatan

- Perilaku mengenai kebiasaan membuang sampah di laut

- Perilaku mengenai kebiasaan merokok didalam rumah

46

Page 47: kedokteran komunitas

Usulan Area Permasalahan

- Pengetahuan mengenai kurangnya ventilasi di dalam rumah bagi

kesehatan

- Perilaku mengenai buangan sampah sembarangan

- Pengetahuan tentang bahaya asap rokok

- Pengatahuan mengenai kurangnya pencahayaan di dalam rumah

bagi kesehatan

- Kurangnya pengetahuan tentang tempat sampah sehat

1. 5.1.5 Keluarga Binaan Tn. Musanip

Lingkungan

Sulitnya warga untuk mendapatkan air bersih

Kurangnya prasarana untuk meningatkan akses pelayanan air bersih

Jarak antar rumah sangat berdempetan

Kurangnya ventilasi di dalam rumah

Tidak terdapatnya jamban di dalam rumah

Tidak terdapatnya pembuangan limbah rumah tangga

Kurangnya pencahayaan yang baik di dalam rumah

Penimbunan sampah disekitar rumah

Kurangnya pengetahuan tentang jamban sehat

Pengetahuan mengenai penampungan dan pengelolaan untuk

sampah di desa tanjung pasir

kebiasaan membuang libah rumah tangga ke dalam selokan

Kebiasaan membuang sampah di laut

     Kesehatan

Kurangnya pengetahuan masyarakat akan syarat kualitas air bersih

Kurangnya pengetahuan ibu untuk memberikan ASI eksklusif

Usulan Masalah

Kurangnya aksesibilitas air bersih bagi warga di Desa Tanjung Pasir

47

Page 48: kedokteran komunitas

Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai syarat dari kualitas

air bersih

Kurangnya jumlah air bersih yang dibutuhkan bagi masyarakat

setempat

Pengetahuan mengenai kurangnya ventilasi di dalam rumah bagi

kesehatan

Pengetahuan mengenai pembuangan dan pengelolaan sampah dan

air limbah

Berdasarkan pengamatan dan wawancara kami terhadap kelima keluarga binaan

dapat kami ambil beberapa permasalahan, yaitu :

1 Pengetahuan mengenai kurangnya ventilasi di dalam rumah

bagi kesehatan

2 Perilaku mengenai buang sampah sembarangan

3 Pengetahuan tentang bahaya asap rokok

4 Pengatahuan mengenai kurangnya pencahayaan di dalam

rumah bagi kesehatan

5 Kurangnya pengetahuan tentang jamban sehat

6 Kurangnya kesadaran mengenai penyakit darah tinggi

1.5 Alasan Pemilihan Masalah

Dari sekian masalah yang ada pada keluarga tersebut, kami memutuskan

untuk mengangkat permasalahan “Perilaku Keluarga Binaan dalam

Membuang Sampah Sembarangan di Desa Tanjung Pasir RT 05 RW 01

Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten” . Pemilihan

area masalah ini didasarkan atas sebab akibat dari area masalah tersebut, antara

lain :

Sebab :a. Semua anggota keluarga binaan membuang sampah di tanah kosong,

empang dan lautb. Tidak ada fasilitas untuk membuang sampah pada tempatnyac. Kurangnya kesadaran terhadap membuang sampah pada tempatnyad. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang akibat dari membuang

sampah sembarangan

48

Page 49: kedokteran komunitas

e. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Tegal Angus 2011, untuk ketersediaan jamban di Desa Tanjung Pasir sebagai berikut :

Akibat :a. Banyak timbul penyakit akibat sampah yang menumpuk

b. Timbulnya bencana alam seperti banjir

c. Ekosistem laut terganggu akibat sampah menumpuk di laut

d. Menimbulkan bau yang tidak enak yang mengganggu masyarakat

e. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Tegal Angus 2011, untuk

ketersediaan tempat sampah di Desa Tanjung Pasir sebagai berikut :

f. Jumlah Kepala Keluarga yang diperiksa : 550 KK

g. Jumlah KK yang memiliki : 372 (67,6%) KK

h. Jumlah KK yang memiliki yang sehat : 37 (9,9%) KK

BAB II

Tinjauan Pustaka

49

Page 50: kedokteran komunitas

2.1 Pengertian Sampah

Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urin

dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah

kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini

dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik

Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan

organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari

peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu

pembersihan kebun dan sebagainya.

Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka dapat

dibagi lagi menjadi:

1. Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh

proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa

hewan, sampah pertanian dan perkebunan.

2. Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses

biologi. Dapat dibagi lagi menjadi:

Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena

memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.

Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak

dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper,

thermo coal dan lain-lain. (Isowebs.com, 2011)

2.2. Penyebab Orang Membuang Sampah Sembarangan

Penyebab utama bagaimana perilaku membuang sampah sembarangan ini

bisa terbentuk dan bertahan kuat di dalam perilaku kita adalah:

2.2.1 Kepercayaan Masyarakat Terhadap Perilaku Membuang

Sampah

Kemungkinan di dalam pikiran alam bawah sadar, masyarakat

menganggap bahwa membuang sampah sembarangan ini bukan sesuatu

50

Page 51: kedokteran komunitas

hal yang salah dan wajar untuk dilakukan. Sangatlah mungkin masyarakat

merasa bahwa perilaku membuang sampah sembarangan ini bukan suatu

hal yang salah dan tidak berdosa. (Winny, 2011)

2.2.2. Norma dari Lingkungan Sekitar

Pengaruh lingkungan merupakan suatu faktor besar di dalam

munculnya suatu perilaku. Perilaku membuang sampah sembarangan ini

tentu tidak akan pernah lepas dari pengaruh lingkungan sekitar. Saat ini,

dalam menanggapi masalah pembuangan sampah sembarangan sudah

menjadi pola perilaku di masyarakat yang “biasa” atau legal karena semua

orang melakukannya. Secara tidak sadar maka perilaku membuang sampah

sembarangan akan menjadi suatu bentukan perilaku yang terinternalisasi di

dalam pikiran bahwa membuang sampah sembarangan bukanlah hal yang

salah. Perlu diingat, cara seseorang manusia belajar yang paling mudah

adalah dengan imitasi dan sebagain besar masyarakat belajar suatu

perilaku adalah dengan imitasi. (Winny, 2011)

2.2.3. Perceived Behavior Control

Seseorang akan melakukan suatu tindakan yang dirasa lebih mudah

untuk dilakukannya karena tersedianya sumber daya. Jadi, orang tidak

akan membuang sampah sembarangan bila tersedia banyak tempat sampah

di pinggir jalan. (Winny, 2011 )

2.3 Perilaku Kebiasaan Menbuang Sampah Sembarangan

Beberapa faktor yang membuat orang membuang sampah

sembarangan :

a. Kurangnya pengetahuan

Tidak banyak dari orang Indonesia yang mengetahui tentang

pentingnya untuk tidak membuang sampah sembarangan, sehingga rasa

ketidak pedulianlah yang muncul. Hal ini yang akan membuat mereka

membuang sampah sembarangan tanpa mengerti dampak dan akibat

51

Page 52: kedokteran komunitas

seperti bencana apa yang akan terjadi nanti.

b. Contoh yang buruk

Membuang sampah sembarangan akan menjadi contoh yang buruk

bagi anak-anak. Mereka akan meniru perbuatan tersebut, hingga akhirnya

dewasa dan akan mencontohkannya lagi kepada anak-anak.Terkadang,

beberapa orang enggan membuang sampah sembarangan jika ditempat

tersebut tidak ada orang yang membuang sampah sembarangan.

c. Terlalu sedikitnya tempat sampah yang ada.

Tempat sampah yang mencukupi dan penempatannya tepat dapat

merangsang masyarakat untuk taat membuang sampah yang benar. Karena

melengkapi akses fasilitas.

d. Tidak ada / kurang ketatnya peraturan. (Anjar, 2009)

2.4 Dampak Membuang Sampah Sembarangan

Dampak Terhadap Kesehatan Pembuangan sampah yang tidak terkontrol

dengan baik merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik

bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit :

Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang

berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur

dengan air minum. Penyakit DBD dapat juga meningkat dengan cepat

di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.

Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).

Dampak terhadap sosial ekonomi - Pengelolaan sampah yang kurang

baik dapat membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi

masyarakat, bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk

karena sampah bertebaran dimana – mana.(Vini, 2011)

2.5 Teori perilaku Lawrence green

Lawrence green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat

kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor

pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor luar lingkungan (non

behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3

faktor.

52

Page 53: kedokteran komunitas

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), merupakan faktor internal

yang ada pada diri individu,keluarga,kelompok, atau masyarakat yang

mempermudah individu untuk berperilaku (Herawani et all, 2001) yang

terwujud dalam pengetahuan, sikap,kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai,

dan sebagainya. (Azwar:2003)

2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau

sarana-sarana kesehatan. (Herawani et all, 2001)

3. Faktor-faktor pendororng (reinforcing factor) merupakan faktor yang

menguatkan perilaku, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas

kesehatan, teman sebaya, orang tua, yang merupakan kelompok referensi

dari perilaku masyarakat.

L.Green mengemukakan teori yang menggambarkan hubungan pendidikaan

kesehatan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan seperti

pada gambar dibawah ini

Faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan

53

Perilaku kesehatan

Faktor predisposisi

Faktor pendukung

Faktor pendorong

Perilaku

Non perilaku

Masalah Kesehatan

Kualitas Hidup

Non masalah Kesehatan

Page 54: kedokteran komunitas

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan

ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari

orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas,

sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan

mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku (Notoadmojo,2003)

2.6 Kerangka Teori

Kerangka Teori ( Lawrence-Green)

2.7 Kerangka Konsep

54

PERILAKUPERILAKU

PREDISPOSING FACTORPengetahuanSikap Nilai

ENABELING FACTOR

Fasilitas

REINFORCING FACTOR

Petugas kesehatanPetugas sampahPetugas hukum

Page 55: kedokteran komunitas

2.8 Definisi Operasional

No Variable Definisi Alat

Ukur

Cara

Ukur

Hasil

Ukur

Skala

Variable

dependen

1. Perilaku Perilaku adalah

suatu sikap atau

tindakan segala

sesuatu yang

dilakukan manusia

Wawancara Kuesioner Pengetahuan

baik tentang

buang sampah

pada tempatnya

Ordinal

55

ENABELING FACTOR

ENABELING FACTOR

Perilaku dalam

membuang sampah

Perilaku dalam

membuang sampah

Petugas kesehatan

Petugas kesehatan

FasilitasFasilitas

PREDISPOSING FACTOR

PREDISPOSING FACTOR

PengetahuanPengetahuan

REINFORCING FACTOR

REINFORCING FACTOR

Petugas sampah

Petugas sampah

SikapSikap

Page 56: kedokteran komunitas

baik yang dilakukan

dalam bekerja

maupun diluar

pekerjaan seperti

berbicara, bertukar

pendapat, berjalan,

dan sebagainya.

jika skor ≥ 7

Pengetahuan

buruk, tentang

buang sampah

sembarangan

jika skor < 7

Variable

Independen

2. Pengetahuan

tentang

buang

sampah

Pengetahuan tentang buang sampah adalah ketidak tahuan masyarakat tentang dampak dari buang sampah yang akan merugikan, baik dalam waktu jangka pendek maupun jangka panjang.

Kuesioner Wawancara Baik : buang

sampah pada

tempatnya

Buruk: buang

sampah

sembarangan

bisa dilaut,

empang, tambak

Ordinal

3. Pendidikan Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewaskan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan pendidikan.

wawancara kuesioner 1. SD

2. SMP

3. SMA/

PT

4. Tidak

sekolah

Ordinal

4. Pekerjaan Pekerjaan adalah segala aktivitas yang dilakukan baik sendiri atau organisasi, lembaga

Kuesioner Wawancara 1. Wiraswa

sta

2. Karyaw

an

Ordinal

56

Page 57: kedokteran komunitas

atau jasa. Baik ditempat tertutup, maupun ditempat terbuka. kemudian dari bekerja tersebut memperoleh produk berupa upah dari hasil pekerjaan.

swasta

3. Buruh

4. Nelayan

5. Ibu

Rumah

Tangga

5 Peranan

tenaga

kesehatan/to

koh

masyarakat

terhadap

buang

sampah

sembarangan

Tingkat keaktifan

petugas kesehatan

dalam memberikan

penyuluhan

mengenai buang

sampah

Kuesioner Wawancara -Berperan

-Tidak berperan

Nominal

BAB III

METODE

57

Page 58: kedokteran komunitas

Tujuan umum dari pengumpulan data adalah untuk memecahkan masalah,

langkah langkah yang ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah

ditetapkan sebelumnya. Dalam setiap melaksanakan langkah tersebut harus

dilakukan secara objektif dan rasional.

3.1 Populasi Pengumpulan Data

Dalam kegiatan baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat sosial,

perlu dilakukan pembatasan populasi dan cara pengambilan sampel. Populasi

adalah keseluruhan objek pengumpulan data (Arikunto, 2002). Dalam hal ini yang

menjadi populasi adalah keluarga di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga,

Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.

3.2 Sampel Pengumpulan Data

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002).

Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah lima keluarga binaan di Desa Tanjung

Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.

3.3 Jenis dan Sumber data

3.3.1 Jenis data

a. Data primer

Data yang langsung didapatkan dari hasil kuesioner dan cek list semua

anggota warga binaan di Desa Tanjung Pasir, Teluk Naga melalui wawancara

terpimpin dan observasi.

b. Data sekunder

Data yang didapat dari data yang sudah ada di Puskesmas Tegal Angus.

c. Data tersier

Data yang didapat dari buku dan internet.

Untuk mencapai kelengkapan, ketelitian, dan kejelasan data, pencatatan

data harus dilengkapi dengan:

1. Nama pengumpul data.

2. Nama peserta yang datanya diambil.

58

Page 59: kedokteran komunitas

3. Tanggal dan waktu pengumpulan data.

4. Lokasi pengumpulan data.

5. Keterangan-keterangan tambahan data.

Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan

untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat

diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, observasi, tes,

dokumentasi, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian–uraian tersebut, maka dipilih instrumen pengumpulan

data berupa wawancara terpimpin dengan menggunakan kuesioner. Dipilihnya

kuesioner ini dikarenakan kuesioner bersifat objektif dan jujur karena berasal dari

sumber data (responden) secara langsung, diharapkan dapat lebih mendengar

tujuan-tujuan, perasaan, pendapat dari responden secara langsung sehingga

tercipta hubungan yang baik antara pewawancara dan responden, selain itu dapat

diterapkan untuk pengumpulan data dalam lingkup yang luas, serta cukup efisien

dalam penggunaan waktu untuk mengumpulkan data. Cara pengumpulan data

melalui pengamatan langsung (observasi) untuk mengetahui dan melihat langsung

kondisi dan keadaan rumah disetiap keluarga.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah para responden yaitu

lima keluarga binaan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten

Tangerang, Propinsi Banten.

3.4 Penentuan Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi

sistematis dan mudah.

Instrumen sebagai alat bantu dalam metode pengumpulan data merupakan

sarana yang dapat diwujudkan berupa benda atau alat, seperti cek list, kuesioner,

perangkat tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, skala, kamera foto dan

sebagainya.

59

Page 60: kedokteran komunitas

Instrumen pengumpulan data merupakan suatu yang amat penting dan

strategis kedudukannya di dalam keseluruhan kegiatan pengumpulan data atau

suatu penelitian. Dengan instrumen akan diperoleh data yang merupakan bahan

penting untuk menjawab permasalahan, mencari sesuatu yang akan digunakan

untuk mencapai tujuan dan untuk membuktikan hipotesis.

3.4 Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan bagian terpenting dalam suatu langkah-

langkah diagnosis komunitas. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka

digunakan beberapa metode dalam proses pengumpulan data.

3.4.1 Metode Wawancara

Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan

sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap

secara tatap muka. Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan

menggunakan pedoman wawancara Prabowo (1996).

Dalam proses wawancara dengan menggunakan pedoman umum

wawancara ini, interview dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum,

serta mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan

pertanyaan, bahkan mungkin tidak terbentuk pertanyaan yang eksplisit (Patton).

Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan pewawancara

mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek

(check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan.

Dengan pedoman demikian pewawancara harus memikirkan bagaimana

pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara konkrit dalam kalimat tanya, sekaligus

menyesuaikan pertanyaan dengan konteks aktual saat wawancara berlangsung

(Patton dalam Poerwandari, 1998). Secara garis besar ada dua macam pedoman

wawancara, yaitu:

1. Pedoman wawasan tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang

hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas

pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis

pedoman ini lebih banyak tergantung dari pewawancara. Pewawancaralah

60

Page 61: kedokteran komunitas

sebagai pengemudi jawaban responden. Jenis wawancara ini cocok untuk

penilaian khusus.

2. Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun

secara terperinci sehingga menyerupai check-list. Pewawancara tinggal

membubuhkan tanda “check’ pada nomor yang sesuai.

3. Pedoman wawancara yang banyak digunakan adalah bentuk “semi

structured”. Dalam hal ini maka mula-mula pewawancara menanyakan

serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu

diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian

jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan

yang lengkap dan mendalam.

Tiga hal yang menjadi kekuatan metode wawancara (Kerlinger (dalam Hasan

2000)):

1. Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan yang

diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh pewawancara

dengan memberikan penjelasan.

2. Fleksibel, pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan masing-masing

individu.

3. Menjadi satu-satunya hal yang dapat dilakukan disaat teknik lain sudah

tidak dapat dilakukan.

Disamping kekuatan, metode wawancara juga memiliki kelemahan, yaitu (Yin,

2003) :

1. Rentan terhadap bias yang ditimbulkan oleh kontruksi pertanyaan yang

penyusunannya kurang baik.

2. Rentan terhadap bias yang ditimbulkan oleh respon yang kurang sesuai.

3. Ada kemungkinan subjek hanya memberikan jawaban yang ingin didengar

oleh pewawancara.

3.4.2 Metode Observasi

Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi.

observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap unsur-

61

Page 62: kedokteran komunitas

unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian

(Nawawi & Martini(1991)).

Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memahami proses

terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya.

Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek

selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap

relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.

Tujuan observasi adalah mendeskripsikan cara yang dipelajari, aktivitas-

aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna

kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati

tersebut (Patton (dalam Poerwandari 1998)).

Salah satu hal yang penting, namun sering dilupakan dalam observasi

adalah mengamati hal yang tidak terjadi. Dengan demikian Patton menyatakan

bahwa hasil observasi menjadi data penting karena (Patton (dalam Poerwandari

1998)) :

1. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam

hal yang diteliti atau yang akan terjadi.

2. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi

pada penemuan dari pada pembuktian dan mempertahankan pilihan untuk

mendekati masalah secara induktif.

3. Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjyek

penelitian sendiri kurang disadari.

4. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang

karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subyek penelitian secara

terbuka dalam wawancara.

5. Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap introspektif

terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasan pengamatan akan

menjadi bagian dari data yang pada giliranya dapat dimanfaatkan untuk

memahami fenomena yang diteliti.

3.4.2.1 Macam- Macam Observasi

62

Page 63: kedokteran komunitas

3.5.2.1.1 Observasi Partisipatif

Peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang

diucapkan dan berpartisipasi dalam aktivitas yang diteliti

3.4.2.1.2 Observasi Terus Terang atau Tersamar

Peneliti berterus terang kepada narasumber bahwa ia sedang melakukan

penelitian. Suatu saat peneliti melakukan tidak berterus terang agar dapat

mengetahui informasi yang dirahasiakan narasumber.

3.4.2.1.3 Observasi tak Berstruktur

Dilakukan dengan tidak berstruktur karena fokus penelitian belum jelas.

Apabila masalah sudah jelas, maka dapat dilakukan secara berstruktur dengan

menggunakan pedoman observasi.

3.4.2.1.4 Manfaat Observasi

Menurut Nasution (1988)

1. Peneliti akan mampu memahami konteks data secara menyeluruh.

2. Peneliti akan memperoleh pengalaman langsung.

3. Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang diamati oleh orang lain.

4. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang tidak terungkap saat wawancara.

5. Peneliti dapat memperoleh kesan-kesan pribadi terhadap obyek yang

diteliti.

3.4.2.3 Keuntungan Metode Observasi

1. Banyak gejala yang hanya dapat diselidiki dengan observasi, hasilnya

lebih akurat dan sulit dibantah.

2. Banyak obyek yang hanya bersedia diambil datanya hanya dengan

observasi, misalnya terlalu sibuk dan kurang waktu untuk diwawancarai

atau mengisi kuesioner.

3. Kejadian yang serempak dapat diamati dan dicatat serempak pula dengan

memperbanyak observer.

4. Banyak kejadian yang dipandang kecil yang tidak dapat ditangkap oleh

alat pengumpul data yang lain, yang ternyata sangat menentukan hasil

penelitian.

63

Page 64: kedokteran komunitas

3.5.2.4 Kelemahan Metode Observasi

1. Observasi tergantung pada kemampuan pengamatan dan mengingat.

2. Kelemahan-kelemahan pengamat dalam pencatatan.

3. Banyak kejadian dan keadaan objek yang sulit diobservasi, terutama yang

menyangkut kehidupan peribadi yang sangat rahasia.

4. Pengamat sering menjumpai observe yang bertingkah laku baik dan

menyenangkan karena tahu bahwa ia sedang diobservasi.

5. Banyak gejala yang hanya dapat diamati dalam kondisi lingkungan

tertentu, sehingga dapat terjadi gangguan yang menyebabkan observasi

tidak dapat dilakukan.

3.5.3 Metode Angket atau Kuesioner (questionnaire)

Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara

tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden).

Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah

pertnyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden.

Responden mempunyai kebiasaan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai

dengan persepsinya.

Kuesioner merupakan metode penelitian yang harus dijawab responden

untuk menyatakan pandangannya terhadap suatu persoalan. Sebaiknya pertanyaan

dibuat dengan bahasa sederhana yang mudah dimengerti dan kalimat-kalimat

pendek dengan maksud yang jelas. Penggunaan kuesioner sebagai metode

pengumpulan data terdapat beberapa keuntungan, diantaranya adalah pertanyaan

yang akan diajukan pada responden dapat distandarkan, responden dapat

menjawab kuesioner pada waktu luangnya, pertanyaan yang diajukan dapat

dipikirkan terlebih dahulu sehingga jawabannya dapat dipercaya dibandingkan

dengan jawaban secara lisan, serta pertanyaan yang diajukan akan lebih tepat dan

seragam.

3.5.3.1 Macam – Macam Kuesioner

64

Page 65: kedokteran komunitas

1. Kuesioner tertutup. Setiap pertanyaan telah disertai sejumlah pilihan

jawaban. Responden hanya memilih jawaban yang paling sesuai.

2. Kuesioner terbuka. Dimana tidak terdapat pilihan jawaban sehingga

responden harus memformulasikan jawabannya sendiri.

3. Kuesioner kombinasi terbuka dan tertutup. Dimana pertanyaan tertutup

kemudian disusul dengan pertanyaan terbuka.

4. Kuesioner semi terbuka. Pertanyaan yang jawabannya telah tersusun rapi,

tetapi masih ada kemungkinan tambahan jawaban.

3.5.3.2 Keuntungan Metode Kuesioner

1. Dalam waktu singkat diperoleh banyak keterangan.

2. Pengisiannya dapat dilakukan di tempat, tanpa dipengaruhi oleh orang

lain.

3. Bila lokasi responden jaraknya cukup jauh, metode pengumpulan data

yang paling mudah adalah dengan angket.

4. Pertanyaan-pertanyan yang sudah disiapkan adalah merupakan waktu yang

efisien untuk menjangkau responden dalam jumlah banyak.

5. Dengan angket akan memberi kesempatan mudah pada responden untuk

mendiskusikan dengan temannya apabila menemui pertanyaan yang

sukar dijawab.

6. Dengan angket responden dapat lebih leluasa menjawabnya dimana saja,

kapan saja, tanpa terkesan terpaksa.

3.5.3.3 Kelemahan Metode Kuesioner

1. Tidak dapat memberikan keterangan lebih lanjut karena jawaban terbatas

pada hal-hal yang ditanyakan.

2. Dapat menjawab tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya jika dia

menghendaki demikian.

3. Jawaban hanya mengungkap keadaan pada saat angket diisi.

4. Apabila penelitian membutuhkan reaksi yang sifatnya spontan dengan

metode ini adalah kurang tepat.

65

Page 66: kedokteran komunitas

5. Metode ini kurang fleksibel, kejadiannya hanya terpancang pada

pertanyaan yang ada.

6. Jawaban yang diberikan oleh responden akan terpengaruh oleh keadaan

global dari pertanyaan. Sangat mungkin jawaban yang sudah diberikan di

atas secara spontan dapat berubah setelah melihat pertanyaan pada nomor

ini.

7. Sulit bagi peneliti untuk mengetahui maksud dari apakah sudah responden

sudah terjawab atau belum.

8. Ada kemungkinan terjadi respons yang salah dari responden. Hal ini

terjadi karena kurang kejelasan pertanyaan atau karena keragu-

rresponden menjawab. Hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan

dalam teknik kuesioner.

Tabel 3.1 Daftar Kegiatan Pengumpulan Data

Tanggal Kegiatan

Selasa,

11 September 2012

Rabu,

12 September 2012

Kamis,

13 September 2012

Jumat,

14 September 2012

Sabtu,

15 September 2012

Senin,

17 September 2012

Selasa,

Perkenalan dan sambung rasa dengan kepala keluarga dan anggota keluarga

binaan.

Pengumpulan data dasar masing-masing keluarga binaan.

Observasi rumah keluarga binaan.

Diskusi dengan dokter di Puskesmas Tegal Angus mengenai area

permasalahan diagnosis komunitas. Penentuan area permasalahan “Perilaku

Keluarga Binaan dalam Membuang Sampah Sembarangan di Desa Tanjung

Pasir RT 05 RW 01 Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi

Banten”

Pendalaman area permasalahan.

Pengumpulan data dari Puskesmas Tegal Angus yang berhubungan dengan

beberapa masalah yang ditemukan pada keluarga binaan.

Observasi ulang rumah binaan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk

Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

Dokumentasi di tempat keluarga binaan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan

66

Page 67: kedokteran komunitas

18 September 2012

Rabu,

19 September 2012

Kamis,

20 September 2012

Jumat,

21 September 2012

Sabtu,

22 September 2012

Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

Melakukan pengumpulan data kembali dari masing-masing keluarga binaan.

Penentuan dan pembuatan instrumen pengumpulan data.

Pengisian kuesioner untuk masing-masing responden.

Pengumpulan data hasil pengisian kuesioner.

Pengolahan data kuesioner.

Analisis data.

Mempresentasikan hasil makalah dan diskusi diagnosis dan intervensi

komunitas.

Revisi makalah yang telah dipresentasikan.

Pengumpualn makalah hasil revisi

3.6 Pengolahan Data dan Analisa Data

Untuk pengolahan data tentang “Perilaku Keluarga Binaan dalam

Membuang Sampah Sembarangan di Desa Tanjung Pasir RT 05 RW 01

Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten” digunakan cara

manual dan bantuan software pengolahan data menggunakan Microsoft Word dan

Microsoft Excel. Untuk menganalisa data-data yang sudah didapat adalah dengan

menggunakan analisa univariat.

Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap

variabel dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas

kumpulan data sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi

informasi yang berguna. Peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel,

dan grafik.

Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel yang diukur adalah :

1. Perilaku

2. Sampah

3. Pengetahuan tentang buang sampah

4. Pendidikan

5. Pekerjaan

67

Page 68: kedokteran komunitas

6. Peranan tenaga kesehatan/tokoh masyarakat terhadap buang sampah

sembarangan

BAB IV

HASIL

68

Page 69: kedokteran komunitas

4.1. Karakteristik Responden

Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk diagram pie yang diambil dari data dasar karakteristik responden yang terdiri dari 17 orang di Desa Tanjung Pasir RT 05/RW 01 Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten.

Diagram 4.1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pada Keluarga Binaan RT 05/ RW 01 Desa Tanjung Pasir. Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang, September 2012

Diagram 4.2. Distribusi Frekuensi Usia Pada Keluarga Binaan RT 05/ RW 01 Desa Tanjung Pasir. Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang, September 2012

69

Page 70: kedokteran komunitas

Diagram 4.3. Distribusi Frekuensi Pendidikan Pada Keluarga Binaan RT 05/ RW 01 Desa Tanjung Pasir. Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang, September 2012

4.2. Analisis Univariat

Perilaku buang sampah sembarangan didapatkan dari dimanakah keluarga

binaan membuang sampah, apa yang akan dilakukan pada hasil tumpukan sampah

tersebut. Dari kuesioner didapatkan perilaku membuang sampah pada keluarga

binaan di Desa Tanjung Pasir ditunjukan pada tabel 4.1.

TABEL 4.1 PERILAKU KELUARGA BINAAN DALAM MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN

Perilaku buang sampah

Keterangan Jumlah keluarga

binaan

%

Baik Skor kuesioner

perilaku < 7

0 0

Buruk Skor kuesioner

perilaku > 7

17 100

Dari tabel 4.1 didapatkan persentase keluarga binaan di pemukiman Desa

Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga yang memiliki perilaku buruk dalam

membuang sampah yang baik dan benar ( sembarangan ) sebesar 100 %.

70

Page 71: kedokteran komunitas

TABEL 4.2 PEKERJAAN PADA KELUARGA BINAAN DI DESA TANJUNG PASIR

Pekerjaan Jumlah keluarga binaan %

Nelayan 5 29

Wiraswasta 3 18

Buruh 2 12

Ibu Rumah Tangga 6 35

Karyawan Swasta 1 6

Dari tabel 4.2 dapat digambarkan banyaknya keluarga binaan yang bekerja

sebagai ibu rumah tangga.

Diagram 4.4. Distribusi Frekuensi Pekerjaan yang Berhubungan dengan Membuang Sampah Sembarangan pada Keluarga Binaan RT 05/ RW 01 Desa Tanjung Pasir. Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tanggerang, September 2012

Diagram 4.5. Distribusi Frekuensi Peran Pelayanan Kesehatan pada Keluarga Binaan RT 05/ RW 01 Desa Tanjung Pasir. Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tanggerang, September 2012

71

Page 72: kedokteran komunitas

Diagram 4.6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Membuang Sampah Keluarga Binaan RT 05/ RW 01 Desa Tanjung Pasir. Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tanggerang, September 2012

4.3. Rencana Intervensi Pemecahan Masalah

Berdasarkan hasil analisis tabel dan diagram pie diatas masalah perilaku

keluarga binaan dalam membuang sampah sembarangan digunakan fishbone

untuk menentukan rencana intervensi.

72

Page 73: kedokteran komunitas

4.4 Fishbone

(Terlampir)

73

Page 74: kedokteran komunitas

4.5. Intervensi Pemecahan Masalah

Intervensi dapat diartikan sebagai cara atau strategi memberi bantuan

kepada individu, masyarakat dan komunitas. Dalam hal ini menunjukkan kondisi

dimana seseorang dapat berperan sebagaimana seharusnya.

Tujuan intervensi adalah membawa perubahan ke arah yang lebih baik

sehingga tindakan sesuai dengan peran yang di milikinya.

Merujuk dari beberapa akar masalah yang telah di uraikan didapatkan pada

perencanaan intervensi pemecahan masalah, dipilih beberapa akar masalah yang

diprioritaskan untuk dilakukan pemecahan masalah terhadap masalah perilaku

keluarga binaan dalam membuang sampah sembarangan di Desa Tanjung pasir

RT 05 RW, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Pertimbangannya

adalah intervensi yang berupa tindakan nyata yang mampu dilakukan untuk

memecahkan akar permasalahan. Akar penyebab masalah yang didapatkan adalah

sebagai berikut :

1. Kurangnya jumlah sumber daya manusia dibilang pelayanan

kesehatan

2. Tidak ada TPA yang baik dan layak untuk pembuangan sampah di

lingkungan sekitar

3. Tidak ada keinginan warga untuk menjaga dan memelihara fasilitas

yang ada

4. Kurangnya sumber daya manusia dan bantuan pemerintah dalam

menangani masalah sampah di daerah Tanjung Pasir

Dari akar-akar penyebab masalah di atas, terdapat alternatif pemecahan

masalah sebagai berikut :

1. Leaflet tentang pembuangan sampah yang baik dan benar

2. Poster tentang akibat membuang sampah sembarangan dan larangan untuk

membuang sampah sembarangan

3. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat, dengan cara presentasi leaflet

dan poster yang ada dan juga mengundang tokoh masyarakat yang ada.

Materi berisi akibat membuang sampah sembarangan.

4. Melakukan penyuluhan tentang sitem pembuangan sampah yang baik

secara berkala

74

Page 75: kedokteran komunitas

5. Melakukan inspeksi secara berkala, disertai bimbingan kepada masyarakat

untuk menjaga dan merawat lingkungan.

6. Melakukan koordinasi diantara ketua RT dan masyarakat untuk

memasyarakatkan budaya dan perilaku membuang sampah yang baik dan

benar

7. Pengadaan kader kesehatan kesehatan lingkungan di Desa Tanjung Pasir,

Kecamatan Teluk Naga

8. Mengusulkan kepada pemerintah agar memfasilitasi sarana dan prasarana

pembuangan sampah di kampung tanjung pasir, kecamatan teluk naga

Dari beberapa intervensi di atas yang dapat dilakukan intervensi secara

langsung adalah :

1. Leaflet tentang pembuangan samoah yang baik dan benar

2. Poster tentang akibat membuang sampah sembarangan dan larangan untuk

membuang sampah sembarangan

3. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat, dengan cara presentasi leaflet

dan poster yang ada dan juga mengundang tokoh masyarakat yang ada.

Materi berisi akibat membuang sampah sembarangan.

4. Melakukan penyuluhan tentang sitem pembuangan sampah yang baik

secara berkala

5. Melakukan koordinasi diantara ketua RT dan masyarakat untuk

memasyarakatkan budaya dan perilaku membuang sampah yang baik dan

benar

75

Page 76: kedokteran komunitas

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1. Area Masalah

Berdasarkan pengamatan dan pengumpulan data dari kunjungan ke

keluarga binaan yang bertempat tinggal di Desa Tanjung Pasir RT 05 RW 01

Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten, maka dilakukan

diskusi kelompok dan merumuskan serta menetapkan area masalah yaitu

“Masalah Perilaku Keluarga Binaan Dalam Membuang Sampah

Sembarangan di Desa Tanjung Pasir RT 05 RW 01 Kecamatan Teluk Naga,

Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.”

5.1.2. Akar Penyebab Masalah

1. Tidak ada TPA yang baik dan layak untuk pembuangan sampah di

lingkungan sekitar

2. Kurangnya jumlah sumber daya manusia di bidang pelayanan kesehatan

3. Kurangnya sumber daya manusia dan bantuan pemerintah dalam

menangani masalah sampah di Desa Tanjung Pasir

4. idak ada keinginan warga untuk menjaga dan memelihara fasilitas yang

ada

5.1.3. Alternatif Pemecahan Masalah

1. Pengusulan kepada dinas kebersihan dan pemerintah daerah setempat untuk dibuatkan tempat pembuangan akhir ( TPA ).

2. Mengadakan penyuluhan untuk memberikan edukasi kepada keluarga

binaan tentang perilaku membuang sampah yang baik dan benar.

3. Berhubungan dengan petugas kebersihan dalam pengangkutan sampah

untuk memenuhi kriteria pembuangan sampah yang baik dan benar.

4. Peran serta masyarakat dengan mendukung program pembersihan lingkungan

dan pembuangan sampah yang baik dan benar,serta menjaga fasilitas yang

diberikan pemerintah.

76

Page 77: kedokteran komunitas

5.1.4. Intervensi yang Dilakukan

Berdasarkan akar permasalahan yang ada beserta kemampuan sumber

daya yang terbatas maka intervensi yang dapat dilakukan adalah :

Mengadakan penyuluhan tentang pengetahuan mengenai perilaku keluarga binaan

dalam membuang sampah sembarangan dengan menggunakan leaflet,poster,

penyuluhan dan memfasilitasi tempat sampah mengenai proses membuang

sampah yang baik dan benar.

.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil analisis arahan pengembangan untuk peningkatan

perilaku keluarga binaan dalam membuang sampah sembarangan di Desa Tanjung

Pasir RT 05 RW 01 Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi

Banten yang selanjutnya dapat menjadi bahan untuk rekomendasi kepada pihak-

pihak terkait, yaitu sebagai berikut:

5.2.1 Pemerintah Daerah

1. Memberikan sosialisasi dan penyuluhan tentang pentingnya membuang

sampah sembarangan dalam kehidupan dan pengenalan pembagian

sampah secara organik dan non organik ( kering atau basah ) secara

sederhana kepada warga binaan di Desa Tanjung Pasir Kecamatan

Teluk Naga, Kabupaten Tangerang agar terjadi peningkatan kesehatan

masyarakat karena pembuangan sampah yang baik dan benar

2. Membantu masyarakat Desa Tanjung Pasir berupa penyediaan sarana

atau prasarana untuk mendukung pembuangan sampah yang baik dan

benar.

5.2.3 Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang

1. Memperbanyak tempat sampah pada lingkungan keluarga binaan yang

membedakan antara sampah organik dan non organik.

2. Penyediaan truk sampah dan petugas sampah untuk mengambil sampah

di secara rutin.

3. Penyediaan Tempat Pembuangan Sampah Akhir yang jauh dari

77

Page 78: kedokteran komunitas

lingkungan masyarakat sehingga tidak mengganggu kebersihan dan

kenyamanan lingkungan sekitar dan dapat diakses oleh masyarakat

setempat

5.2.4. Masyarakat

1. Perlunya menumbuhkan kesadaran masyarakat akan membuang

sampah sehari-hari yang baik dan benar.

2. Peran serta masyarakat dengan mendukung program pembersihan

lingkungan dengan membuang sampah yang baik dan benar.

3. Masyarakat harus terus berupaya kepada Pemerintah Daerah untuk

mendapatkan pelayanan pembuangan sampah dan TPA, dengan cara

membuat proposal pengajuan pembuatan TPA tersebut harus diperhatikan

oleh Pemerintah Daerah.

4. Dan apabila bantuan dari Pemerintah ataupun dinas kesehatan belum

ada. Hendaknya masyarakat secara bersama. Mengupayakan pembuangan

sampah yang baik di lingkungan tersebut seperti menimbun di tanah lalu

dibakar agar tidak menjadi limbah bagi lingkungan.

.

78