kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda...

106
ABSTRAK Beberapa waktu belakangan ini, kerap terjadi tindak pidana terjadi namun bukan dilakukan oleh personenrecht melainkan oleh pelaksana kewajiban hukum lain yaitu badan hukum. Di Indonesia, kita dapat menyebut beberapa kasus tindak kejahatan yang dilakukan oleh korporasi seperti kasus pencemaran lingkungan hidup yang dilakukan oleh PT. Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, Sulawesi dan PT. Minarak Lapindo Jaya dan kebocoran lupur di Sidoarjo. Semuanya menimbulkan kerugian yang tidak sedikit baik berupa materil maupun kerugian social. Dua yang disebut terakhir yang sering terungkap dipermukaan dan menjadi polemik, Beberapa LSM dan Lembaga Bantuan Hukum mengajukan gugatan, namun hanya diwilayah perdata kepada dua perusahaan tersebut. Kekalahan demi kekalahan dialami oleh pengacara dari LSM dan LBH tersebut. Hal itu dapat dikarenakan banyak faktor. Dan tentu kajian untuk menentukan faktor-faktor tersebut haruslah mendalam. Yang menarik dan menjadi perhatidan penulis adalah tidak ada satupun ada gugatan pidana yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini kejakasaan terhadap kasus-kasus tersebut. Padahal kasus tersebut dapat juga diselesaikan lewat jalur pidana, karena kasus-kasus yang terjadi jelas-jelas merugikan rakyat Indonesia. Tentu dengan menggunakan logika pertanggungjawaban pidana korporasi. Namun yang menjadi persoalan kemudian adalah pertanggungjawaban pidana korporasi merupakan sesuatu yang baru yang merupakan perluasan dari perbuatan melawan hukum dalam hukum perdata yaitu doctrine respondeat superiors. Menurut paham ini bahwa dalam hubungan antara master dengan servan (Dewan Direksi / atasan dengan Pengurus / Bawahan) berlaku postulat atau maxim qui

Transcript of kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda...

Page 1: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

ABSTRAK

Beberapa waktu belakangan ini, kerap terjadi tindak pidana terjadi namun

bukan dilakukan oleh personenrecht melainkan oleh pelaksana kewajiban hukum

lain yaitu badan hukum. Di Indonesia, kita dapat menyebut beberapa kasus tindak

kejahatan yang dilakukan oleh korporasi seperti kasus pencemaran lingkungan

hidup yang dilakukan oleh PT. Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat,

Sulawesi dan PT. Minarak Lapindo Jaya dan kebocoran lupur di Sidoarjo.

Semuanya menimbulkan kerugian yang tidak sedikit baik berupa materil maupun

kerugian social. Dua yang disebut terakhir yang sering terungkap dipermukaan

dan menjadi polemik, Beberapa LSM dan Lembaga Bantuan Hukum mengajukan

gugatan, namun hanya diwilayah perdata kepada dua perusahaan tersebut.

Kekalahan demi kekalahan dialami oleh pengacara dari LSM dan LBH

tersebut. Hal itu dapat dikarenakan banyak faktor. Dan tentu kajian untuk

menentukan faktor-faktor tersebut haruslah mendalam. Yang menarik dan menjadi

perhatidan penulis adalah tidak ada satupun ada gugatan pidana yang dilakukan

oleh pemerintah dalam hal ini kejakasaan terhadap kasus-kasus tersebut. Padahal

kasus tersebut dapat juga diselesaikan lewat jalur pidana, karena kasus-kasus yang

terjadi jelas-jelas merugikan rakyat Indonesia.

Tentu dengan menggunakan logika pertanggungjawaban pidana korporasi.

Namun yang menjadi persoalan kemudian adalah pertanggungjawaban pidana

korporasi merupakan sesuatu yang baru yang merupakan perluasan dari perbuatan

melawan hukum dalam hukum perdata yaitu doctrine respondeat superiors.

Menurut paham ini bahwa dalam hubungan antara master dengan servan (Dewan

Direksi / atasan dengan Pengurus / Bawahan) berlaku postulat atau maxim qui

Page 2: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

facit per alium facit per se dengan arti bahwa seseorang yang melakukan

perbuatan melalui orang lain dianggap dia sendirilah yang melakukan perbuatan

itu. Sehingga pertanggungjawaban pidananya dapat dilekatkan pada orang yang

menentukan / menyuruh lakukan perbuatan itu. Dalam korporasi atau perusahaan

yang menentukan perbuatan atau segala tindak tanduk adalah mekanisme sistem

dan kebijakan yang di tetapkan dewan direksi dan atasan dalam perusahaan.

Terlebih dalam pidana ada beberapa konsep pertanggungjawaban pidana

korporasi yang dapat dijadikan dasar dalam penghukuman, baik itu strict liability

(pertanggungjawaban langsung) maupun vicarious liabity (pertanggungjawaban

delegasi) dapat dijadikan dasar untuk melanjutkan kasus diwilayah perdata.

Tulisan ini ingin menyajikan seluk beluk pertanggungjawaban pidana

korporasi tersebut sekaligus membandingkannya dengan konsep

pertanggungjawaban pidana dalam hukum Islam. Spesifikasi permasalahan yang

penulis angkat bukan tentang pencemaran lingkungan hidup melainkan tentang

dugaan korupsi ketiga mantan direktur Bank Mandiri, Tbk. Karena menurut

penulis, selain kasus pencemaran lingkungan belum pernah diajukan dalam

wilayah pidana, juga karena –setahu penulis- kasus yang memungkinkan di tarik

kepada pemahaman pertanggungjawaban pidana korporasi adalah kasus dugaan

korupsi tersebut. Lebih jauh, karena didalamnya putusan tersebut para saksi ahli

hukum pidana menyinggung tentang keberadaan di mungkinkannya konsep

pertanggungjawaban pidana korporasi bentuk vicarious liability. Karena kasus

korporasinya tentang korupsi maka tentu hal tersebut penulis jelaskan berikut

kemungkinan diterapkan sanksi jinayah dalam tindak pidana korupsi.

Page 3: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanya milik Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan

taufiq-Nya yang tidak terhingga. Salam beserta shalawat senantiasa terlimpahkan

kepada Rasulullah Muhammad saw, kepada keluarga, sahabat serta umatnya hingga

akhir zaman.

Alhamdulillah, karya ilmiah ini dapat penulis rampungkan. Setelah hampir

setahun lamanya sejak pencarian data awal dan pengajuan judul. Semoga bakti kecil

ini dapat menggambarkan kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda

dan Ayahanda tercinta.

Pada kesempatan ini izikanlah penulis memberikan ucapan terima kasih

kepada semua pihak yang telah berjasa dalam masa perkuliahan penulis dan

penyelesaian karya ilmiah ini, diantara mereka adalah :

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M., Dekan Fakultas

Syari’ah dan Hukum, Guru Besar sekaligus pembimbing penulis yang tetap

semangat membimbing ditengah kesibukan Beliau yang sedemikian padat.

2. Dr., Yayan Sopyan, M.Ag Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan

Fakultas Syari’ah dan Hukum.

3. Asmawi M.Ag., dan Sri Hidayati M.Ag., masing-masing sebagai Ketua prodi

dan Sekretaris Jinayah Siyasah yang dengan sabar melayani kebutuhan

penulis.

Page 4: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

4. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah membimbing penulis

hingga dapat menyelesaiakan karya ilmiah ini.

5. Segenap pengurus Perpustakaan Syari’ah dan Hukum dan Pengurus

Perpustakaan Utama.

6. Indonesian Corruption Watch yang dengan baik hati meminjamkan Putusan

Pengadilan dan buku-buku yang berkenaan tema yang penulis angkat.

7. Ira Sahiroh Ma’fufah, S.Sos.i, pejuang feminim sejati yang tengah

menyelesaikan studi S-2 UNPAD. Ingat bahwa segala jerih akan membuahkan

hasil.

8. Sekretaris Dekan yang selalu tersenyum dan membantu penulis

menyampaikan hasil tulisan kepada Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma,

SH., MA., MM.

9. Guru-guru penulis, Kanda Fahmi M. Ahmadi, M.Si, Sang Sosiolog, Kanda

M.Ainul Syamsul, Sang Pengacara Muda, Kanda Ihdi Karim Makin Ara, S.Hi,

Silly Nursyahid, S.Hi atas segenap nasehat dan tuntunan.

10. Abang-abang penulis di HMI, Kanda Syarifuddin, S.Hi, Calon Hakim dari

Medan, Kanda Jalaluddin Noor Harahap, S.Hi, Sarjana terbaik se-UIN, Kanda

Iryad Maulana S.Ei,, Sang Enterpreneurship sejati, M.Isnur, S.Hi, pejabat

Pengacara Publik LBH Jakarta, Kanda M.Said Lubis dan Ahmad “Elang”

Muttaqin dua orang pemikir yang mencintai Kampus. Terima kasih atas

dialektika yang luar biasa yang penulis dapatkan. Tak lupa untuk Asep

Jubadillah dan Fadlika H.S. Harahap yang dengan kesungguhan hati

membangun Komisariat setahun kemarin.

Page 5: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

11. Saudara-saudara penulis di Lembaga Kajian dan Bantuan Hukum Mahasiswa

Islam Muhamad Hafidz, M. Sidik, Teuku Mahdar A., M. Haris Barkah,

Muliarto,

12. Faudzul Adzim, Hary Chandra, dan Sang Bungsu Ridho Akmal Nasution.

Semoga silahturahmi ini tetap terjaga dan LKBHMI ini bisa menjadi LBH

Ciputat.

13. Kawan-kawan Pidana Islam, Ahmad Zaelani, Sang Presiden Kecil dengan ide

besar, Epi Sumantri dengan kekuatan semangat belajar yang tak pernah hilang,

Hijrah Haris Fadillah yang telah berkenan menjual printernya dengan harga

murah, Devidson “semoga dapat menjadi suami yang handal”, dan segenap

angkatan Pidana Islam 2004. Maju terus pantang mundur.

14. Kawan-kawan KOMPAK, Bung Edy, Bakhtiar, cahaya, dkk, tetap semangat

membangun ideologi anti kekerasan.

Kepada segenap elemen yang pernah mengisi dan membentuk karakter penulis

dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga hal tersebut tidak mengurangi

penghargaan dan kecintaan penulis. Terima kasih.

Ciputat, 12 November 2008 M

Penulis

Page 6: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………. i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………………….. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………………………………… 4

C. Tujuan Penelitian …………..………………………………………… 5

D. Tinjauan Pustaka ……………………………………………………… 5

E. Metode Penelitian …………………………………. ……………. …... 6

F. Sistematika Pembahasan ……………………………………………… 8

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN

PIDANA KORPORASI

A. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi ………………………………..10

1. Perbuatan Pidana ; Actus Reus ...................................................... ..10

2. Kesalahan ; Mens Rea ………………………………………… .. ..13

3. Pertanggungjawaban Pidana ; Criminal Liability ……………...... 18

4. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi : Corporate Criminal

Liability …………….. ……………………………………………26

a. Doctrine Of Strict Liability ………………………………… ..26

b. Doctrine Of Vicarious Liability ………………………………28

B. Pertanggungjawaban Pidana Dalam Islam ……………………………. 31

Page 7: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

1. Pertanggungjawaban Pidana Islam …………………………………31

2. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Islam ……………………. 34

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG TIDAK PIDANA KORUPSI

A. Korupsi Dalam Hukum Positif …………………………………………38

1. Unsur Setiap Orang …………………………………………......... 44

2. Unsur Melawan Hukum ………………………………………….. 45

3. Unsur Memperkaya Diri Sendiri Atau Orang Lain ………….. ….. 46

4. Unsur Dapat Merugikan Keuangan Negara …………………. ….. 47

5. Unsur Penyalahgunaan Wewenang, Kesempatan,

Atau Sarana Yang Ada Karena Jabatan Atau Kedudukan ……….. 48

B. Sariqah (Pencurian) …………………………………………………… 50

1. Pengambilan Secara Diam-Diam …………………………………. 54

2. Barang Yang Diambil Berupa Harta ………………………………. 55

3. Harta Milik Orang Lain ……………………………………………. 56

4. Adanya Niat Melawan Hukum Atau Kesengajaan …………………. 57

5. Adanya Unsur Khianat yaitu menentang kebenaran dan tidak

Amanah ……………………………………………………………. 58

BAB IV ANALISA PUTUSAN

A. Posisi Kasus …………………………………………………………… 61

B. Analisa Kasus …………………………………………………………. 66

1. Analisa Perbuatan Korupsi ………………………………….... 66

Page 8: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

2. Analisa Putusan Hakim Mengenai Pertanggungjawaban

Pidana Korporasi ……………………………………………… 84

3. Analisa Putusan Hakim Mengenai Pertanggungjawaban

Pidana Korporasi Islam ……………………………………….. 91

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan ……………………………………………………………. 95

B. Saran-saran ……………………………………………………………. 97

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 98

Page 9: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Badan hukum atau korporasi (rechtspersoon) adalah elemen pendukung

hak dan kewajiban yaitu segala sesuatu yang menurut hukum dapat mempunyai

hak dan kewajiban, sama seperti manusia.1 Aktifitas korporasi sekarang ada yang

merugikan manusia dan membuka peluang digolongkan kepada perbuatan

melawan hukum..2

Perbuatan pidana korporasi hanya memungkinkan menentukan siapa

pengurus yang dimintai pertanggungjawaban pidana. Sering muncul kesulitan

dalam menentukan pihak mana yang harus mengganti kerugian diantara pihak

korporasi, direksi, pengurus atau bawahan. Terlebih, ketika jumlah kerugian yang

muncu mencapai hingga ratusan atau milyaran rupiah.3

Kejahatan Korporasi (Corporate crime) meliputi : kecurangan dalam

perdagangan, kejahatan perbankan, kelalaian dalam pembuatan obat dan makanan,

penimbunan barang, pemalsuan mata uang dan dokumen, kecurangan dalam

pembukuan, kejahatan lingkungan hidup. Termasuk didalamnya juga perbuatan

korupsi.4

Kejahatan yang disebut terakhir, yaitu perbuatan pidana korupsi yang

dilakukan atas nama korporasi jauh lebih besar nominalnya dibandingkan

1 Chidir Ali, Badan Hukum, (Bandung, Alumni, 1991) Cet. ke II, h. 4

2 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Buku Ketiga, Bab VIII mengatur tentang Perseroan Terbatas dan Bab IX mengatur tentang Badan Hukum.

3 Sutan Remy Sjahdeini, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, (Jakarta: Grafitti Pers, 2006), cet ke-1 h.27

4 Arief Amrullaah, Kejahatan Korporasi –The Hunt For Mega Profits And Attack

Democracy- (Jawa Timur, Bayu Media, 2006)

Page 10: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

perbuatan pidana korupsi yang dilakukan perorangan. Contoh, kasus penggelapan

dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia dengan salah satunya pelakunya Sjamsul

Nursalim (BDNI) yang memanipulasi uang negara sebesar Rp 26.369.524.999.800

dan U$ 96.700.000.5

Penerapan pertanggungjawaban pidana dalam korporasi kerap menemui

kesulitan pada asas hukum, terutama menyangkut asas tiada pidana tanpa

kesalahan (zeen strap zonder zchuld)6 karena tindak pidana tidak berdiri sendiri,

tindak pidana baru bermakna apabila terdapat pertanggung jawaban pidana.7.

Pertanggungjawaban pidana lahir karena adanya celaan objektif

(vewijtbaarheid) kepada pembuat tindak pidana dan secara subjektif kepada

pembuat tindak pidana yang memenuhi persyaratan untuk dapat dikenai pidana

karena perbuatannya. 8

Hukum Islam juga mengatur tentang pertanggungjawaban pidana

sekalipun dalam penerapannya agak sulit. Namun sekalipun sulit untuk menarik

konsep pertanggungjawaban hukum Islam ke dalam bahasan korporasi, hukum

Islam punya bahasan pertanggungjawaban pidana perorangan.

Pertanggungjawaban Islam perorangan dapat didefinisikan pembebanan seseorang

5 Edi Yunara, Korupsi Dan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi (tanpa tempat, PT.

citra Aditya bakti, 2005) cet ke- 1 h. 84. atau Lihat majalah legal review no. 22/th ii 30 juni – 31 juli 2004.

6 Asas ini juga sering disebut dengan istilah tiada hukuman tanpa kesalahan. Asas ini dimulai lewat uraian an act does not make a person guilty unless the mind is guilty or actus non

facit reum nisi mens sit rea. Lihat : Leden Marpaung, Asas Teori-Praktik Hukum Pidana (Jakarta, sinar grafika, 2005) Cet. ke-2 h. 9 atau Lihat : Farid, Hukum Pidana I, h. 42

7 Andi Zaenal Abidin Farid menegaskan bahwa ada beberapa unsur pembentuk pertanggungjawaban pidana. Yaitu kemampuan bertanggungjawab, kesengajaan, jenis kesengajaan, kehilafan kealpaan, kelalaian dan adanya tidak alasan pemaaf atau adanya alasan pembenar. Lihat : Andi Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana I, (Jakarta, Sinar Grafika, 1995), Cet ke-h. 260-266

8 Celaan obejektif adalah celaan yang pada prinsipnya meliputi adanya sifat melawan hukum, persesuaian dengan delik dan adanya alasan pemaaf. Dikutip dari artikel Muhammad Ainul Syamsu, tentang dualisme tentang delik: sebuah kecenderungan baru dalam hukum pidana

Indonesia.

Page 11: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

dengan hasil (akibat) perbuatan (atau tidak ada perbuatan) yang dikerjakan dengan

kemauan, dimana ia mengetahui maksud-maksud dan akibat-akibat dari perbuatan

itu.9

Penelitian ini menyajikan keberadaan konsep pertanggungjawaban

langsung atau tanpa kesalahan (strict liability) dan pertanggungjawaban delegasi

(vicarious liability) dan pertanggungjawaban pidana hukum Islam yang mirip

dengan konsep strict liability.

Terkait permasalahan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang pertanggungjawaban korporasi yang menyangkut tentang korupsi. Analisa

dilakukan tehadap putusan pengadilan untuk kasus korupsi oleh Direktur PT.

Bank Mandiri Tbk. yang diduga merugikan negara senilai Rp. 160 Milyar. Penulis

memberikan judul penelitian :

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Korupsi Dalam Hukum Islam Dan

Hukum Positif (Studi Putusan Pidana Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

No: 2068/Pid.B/2005/PN)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana konsep pertanggungjawaban pidana korporasi serta bagaimana

hukum Islam mengatur tentang pertanggungjawaban korporasi?

2. Bagaimana sesungguhnya tindak pidana korupsi diatur peraturan perundang-

undangan Indonesia dan bagaimana hukum Islam (Ta’zir) merumuskan tindak

pidana korupsi?

9 Pertanggungjawaban pidana tersebut ditegakkan atas tiga hal, yaitu : adanya perbuatan

yang dilarang; dikerjakan dengan kemauan sendiri; pembuatnya mengetahui terhadap akibat perbuatan tersebut.

Page 12: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

3. Bagaimana sesungguhnya kasus korupsi ketiga mantan Direktur PT. Bank

Mandiri sejauh mana dapat dijerat dengan asas pertangggungjawaban pidana

korporasi?

C. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menjelaskan konsep pertanggungjawaban pidana korporasi serta bagaimana

hukum Islam mengatur tentang pertanggungjawaban korporasi?

2. Menjelaskan tindak pidana korupsi diatur peraturan perundang-undangan

Indonesia dan bagaimana hukum Islam (Ta’zir) merumuskan tindak pidana

korupsi?

3. Menjelaskan korupsi ketiga mantan Direktur PT. Bank Mandiri sejauh mana

dapat dijerat dengan asas pertangggungjawaban pidana korporasi?

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian menelaah tema korupsi dan pertanggungjawaban pidana

korporasi. Kekhususannya ada pada analisa putusan pengadilan tingkat pertama

tentang dakwaan terhadap Mantan Direktur PT. Bank Mandiri terhadap dugaan

penyalahgunaan uang sejumlah 160 Milyar yang sekarang sudah keluar putusan

kasasi-nya. Namun penulis memfokuskan diri hanya pada konsep

pertanggungjawaban pidana korporasi pada putusan Pengadilan Negeri mengingat

terbatasnya kemampuan penulis. Berikut adalah daftar penelitian lain tentang

pertanggungjawaban pidana korporasi dan perbuatan korupsi yang penulis

ketahui.

1. Penulis Sofwah Urwatil Wusqo dengan judul Kejahatan Korporasi : Tindak

Pidana Kejahatan Korporasi Dalam Tinjauan Positif Dan Hukum Islam. Kode

Page 13: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

perpustakaan 12.SJJS.2006.91., tujuan penelitian memahami kejahatan

korporasi dalam hukum positif dan hukum Islam.

2. Penulis Asep Hadi Tumdi Korupsi dengan judul Tindak Pidana Korupsi

Berdasarkan Hukum Islam Dan Hukum Positif. Kode perpustakaan

166.SJAS.2000.61., tujuan penelitian memahami tindak kejahatan korupsi

dalam hukum Islam dan positif

3. Penulis Sutrisno Korupsi dengan judul Usaha Pemberantasan Korupsi

Menurut Hukum Islam Dan Hukum Positif. Kode perpustakaan 40.

SJAS.2005.67., tujuan penelitian mengetahui usaha pemberantasan korupsi

4. Penulis Sulaiman dengan judul Korupsi : Studi Tindak Pidana Korupsi Dana

Non-Budgeter Bulog (Analisa Putusan MA.RI. Reg.No.572 K/Pid/2003

Terhadap Ir. Akbar Tanjung). Kode perpustakaan PMH.2006.84., tujuan

penelitian menganalisa kasus dakwaan korupsi terhadap Akbar Tanjung.

Nilai orisinilitasnya penelitian ini, berdasarkan tinjauan pustaka diatas

setidaknya ada pada dua hal. Pertama : pertanggungjawaban pidana korporasi

dengan kefokusan pada term strict liability dan vicarious liability. Kedua, putusan

pidana Pengadilan Negeri Jaksel No: 2068/Pid.B/2005/PN tentang dugaan kasus

korupsi ketiga mantan Direktur PT. Bank Mandiri.

Page 14: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini terdiri dari penelitian hukum normatif (penelitian hukum

kepustakaan). yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka

atau data sekunder belaka.10

Dalam penulisan penelitian ini ada tiga bab Inti. Yaitu pertama Bab II

tentang pertanggungjawaban pidana korporasi dalam hukum pidana dan hukum

Islam, kedua bab III tentang korupsi dalam hukum pidana dan hukum Islam,

ketiga bab IV tentang analisa terhadap putusan hakim dengan menggunakan pisau

analisa pertanggungjawaban pidana korporasi, perbuatan pidana korupsi serta

hukum Islam..

2. Sumber Data

Dalam hal ini, data primer diperoleh dari Putusan Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan putusan pidana No: 2068/Pid.B/2005/PN.Jak.Sel. Sedangkan data

sekundernya KUHP, UU No. 31 tahun 1999 korupsi dan UU No. 20 Tahun 2001

Tentang Perubahan Atas UU No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi.

Kemudian digunakan juga data-data pendukung seperti tulisan-tulisan

yang tersebar dan buku-buku dan jurnal-jurnal yang terkait dengan masalah ini.

Data sekunder juga didapat dari media massa (koran, majalah, surat kabar) baik

yang cetak maupun yang elektronik.

3. Teknik Dan Instrumen Pengumpul Data

10 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta, PT Raja

Grafindo Persada, 2004), Cet. ke-8, h. 13

Page 15: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan alat pengumpul

data sebagai berikut : Bahan Hukum, terdiri dari bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat.

No : 2068/Pid.B/2005/PN.Jak.Sel. Sedangkan bahan hukum sekundernya adalah

Peraturan Perundang-undangan yaitu KUHP, UU No. 31 tahun 1999 dan UU No.

20 tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31 tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, hasil penelitian pendapat para pakar buku-

buku hukum serta catatan dan tulisan-tulisan lain yang mendukung dan

memperjelas bahan hukum primer serta bahan hukum lain yang penulis dapatkan

baik melalui penelusuran buku-buku yang berkaitan, surfing internet, artikel-

artikel, jurnal-jurnal, ataupun dari sumber lainnya.

4 . Metode Pengolahan Dan Analisa Data

Data yang diperoleh dari putusan PN. Jaksel, hasil kajian bahan hukum,

KUHP dan penelitian para pakar dan tulisan-tulisan yang berkenaan lainnya akan

dianalisis dan ditinjau lebih jauh, dengan didukung oleh referensi lain yang

memperkuat materi hukum.

Sedangkan pengolahan akan menggunakan metode deskriptif analitis.

Metode deskriptif analitis yaitu metode yang menggambarkan dan memberikan

analisa terhadap kenyataan di lapangan yang diperoleh dari hasil dokumen hukum

yang sah yaitu keputusan hakim juga dokumen-dokumen hukum para pakar dan

peneliti hukum. Hal tersebut dilakukan dengan cara mengedit data yaitu

memeriksa data yang terkumpul dan hal yang terkait dengan pertanggunjawaban

korporasi sudah dipaparkan semua kemudian menyajikannya secara sistematis.

Page 16: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

F. Sistematika Pembahasan

Teknik Penulisan yang digunakan dalam skripsi ini mengacu kepada buku

Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2005.11 Adapun sistematika pembahasan sebagai

berikut:

Bab pertama, merupakan bagian pendahuluan atau berisikan pengantar,

yang memuat latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan

penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, membahas tentang gambaran dari pertanggungjawaban

pidana korporasi. Lingkup kewenangannya dan gambaran umum penerapan

konsep pertanggungjawaban pidana korporasi termasuk dalam konsep hukum

Islam.

Bab ketiga, membahas ini yang di maksud dengan korupsi menurut hukum

Islam dan hukum positif. Bahasan ini akan membagi kedalam sub bab : pertama ;

membahas definisi, unsur dan sanksi korupsi menurut peraturan perundang-

undangan, kedua ; membahas definisi, unsur dan sanksi korupsi yang dikaitkan

dengan sariqah (pencurian) dalam hukum Islam serta uqubah nya (hukumannya)

masuk pada kategori Ta’zir dengan penambahan pada unsur ta/zir yaitu khianat.

Bab keempat, merupakan bagian analisa. Diketengahkan posisi kasus,

analisa konsep pertanggungjawaban korporasi berdasarkan prinsip strict liability

dan vicarious liability termasuk juga pertanggungjawaban pidana korporasi dalam

hukum Islam.

Bab kelima, adalah Penutup, terdiri dari pertama kesimpulan dan kedua

saran-saran.

11 Fakultas Syari’ah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Pedoman Penulisan Skripsi,

Jakarta, (Fakultas Syari’ah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2004). Cet ke-1. h. 1-7.

Page 17: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA

KORPORASI

A. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi

Unsur pertanggungjawaban pidana korporasi meliputi pertama adalah

adanya perbuatan, kedua adanya pertanggungjawaban pidana, ketiga terpenuhi

unsur kesalahan korporasi.

1. Perbuatan Pidana, Actus Reus

Perbuatan manusia dalam arti luas dapat diartikan mengenai apa yang

dilakukan apa yang diucapkan (act), dan bagaimana sikapnya terhadap suatu

kejadian (omission) atau perbuatan negatif.12

Van Hamel menyebutkan bahwa ”tidak melakukan sesuatu” itu pada

umumnya tidak bertentangan dengan hukum, akan tetapi perilaku semacam itu

akan bersifat melanggar hukum apabila ada suatu ”kewajiban hukum yang bersifat

khusus”.13 Larangan itu ditujukan kepada perbuatan, yaitu pada keadaan yang

ditimbulkan oleh kelakuan, sedangkan ancaman pidananya ditujukan kepada

orang yang melakukan perbuatan itu.14

12 Leden Marpaung, Asas Teori Dan Praktik Hukum Pidana, (Jakarta, Sinar Grafika, 2006) Cet. ke-3 h.31

13 Ibid., h.31

14 Contoh act adalah pasal 362 KUHP yang rumusannya antara lain: ”barang siapa

mengambil sesuatu barang, yang seluruhnya atau sebahagian kepunyaan orang lain....”, sedangkan contoh omission adalah pasal 164, 165,166 KUHP yaitu tentang kewajiban lapor jika ada kemungkinan terjadinya tindak kejahatan. Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta, Rineka Cipta, 2002) Cet ke-7 h. 54

Page 18: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

Perbuatan pidana dinyatakan sebagai yang merugikan masyarakat dan

bertentangan dengan tata pergaulan masyarakat yang dianggap baik dan adil.15

Namun tidak semua semua perbuatan yang merugikan masyarakat diberi sanksi.

Begitu pula, kita tidak dapat menyebutkankan bahwa hanya perbuatan-perbuatan

yang menimbulkan kerugian besar saja yang dapat dijadikan perbuatan pidana.16

Hukum pidana tak melarang adanya orang mati tetapi melarang adanya

orang mati karena perbuatan orang lain.17 maka beraku postulat ”Kejadian tidak

dapat dilarang, jika yang menimbulkan bukan orang, dan orang pun tidak dapat

diancam pidana jika tidak karena kejadian yang ditimbulkan olehnya”.18

Istilah ”perbuatan pidana” itu kerap disamakan dengan istilah dalam

Belanda ”strafbaar feit”, padahal arti keduanya dalam term hukum pidana adalah

berbeda. Simons menerangkan bahwa strafbaar feit adalah kelakuan (handeling)

yang diancam dengan pidana, yang bersifat melawan hukum, yang berhubungan

dengan kesalahan yang dilakukan oleh orang yang mampu bertanggungjawab.

Van Hammel merumuskan sebagai berikut : strafbaar feit adalah kelakuan orang

(menselijke gedraging) yang dirumuskan dalam wet, yang bersifat melawan

hukum, yang patut dipidana (strafwaardig) dan dilakukan dengan kesalahan.

Simons berkata bahwa strafbaar feit itu sendiri terdiri atas handeling dan

gevolg (kelakuan dan akibat). Adapun mengenai yang kedua hal itu berbeda sekali

dengan ”perbuatan pidana” sebab disini tidak dihubungkan dengan kesalahan

15 Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana Dan Pertanggungjawaban Pidana –Dua Pengertian

Dasar Dalam Hukum Pidana-, (Jakarta, Aksara Baru, 1983), h. 13 atau Lihat: Moeljatno, Perbuatan Pidana Dan Pertanggungjawaban Dalam Hukum Pidana, Pidato dies natalies Universitas Gajah Mada tahun 1955, h. 9

16 Saleh Perbuatan Pidana Dan Pertanggungjawaban Pidana, h. 13

17 Moeljatno, Asas-Asas Hukum, h. 54

18 Ibid., h. 54

Page 19: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

yang merupakan pertanggungjawaban pidana bagi orang yang melakukan

perbuatan pidana.19

Dalam konteks perbuatan pidana J.M. Van Bemmelen mengatakan bahwa

yang pada umumnya harus dipandang sebagai suatu kejahatan adalah segala

sesuatu yang merusak dan tidak susila.20 Friedman menyatakan bahwa perubahan

nilai menyebabkan sejumlah perbuatan yang tadinya merupakan perbuatan tidak

tercela dan tidak dituntut pidana berubah menjadi perbuatan yang dipandang

tercela dan perlu dipidana.21

Dalam hukum pidana yang juga menjadi perhatian adalah sifat melawan

hukum. Sifat melawan hukum dipandang ada dua : pertama, sifat melawan hukum

formil yaitu sifat melawan hukum yang mencocoki sifat kekeliruan atau

ketidaksusilaan dengan undang-undang. Kedua, sifat melawan hukum materil

yaitu pendapat yang menyatakan bahwa belum tentu kalau semua perbuatan yang

mencocoki dengan undang-undang bersifat melawan hukum.22

Ada 5 elemen penyusun perbuatan pidana, yaitu : pertama adalah kelakuan

dan akibat, kedua adalah hal ikhwal atau keadaan tertentu yang menyertai

19 Ibid., h. 56-57. Tentang kelakuan, Moeljatno sependapat dengan apa yang dikatakan

Vos yaitu bahwa hanya sikap jasmani yang disadari sajalah yang masuk kualifikasi perbuatan pidana.

1. Sikap jasmani yang orangnya sama sekali pasif yaitu tidak dikehendaki olehnya karena dipaksakan orang lain, tidak dimasukkan kedalam makna kelakuan.

2. Gerakan refleks juga tidak dapat dinamakan kelakuan. 3. Sikap jasmani yang diadakan dalam keadaan tidak sadar juga tidak dapat dinamakan

kelakuan.

20 Rantawan Djanim, Korporasi Dan Pertanggungjawaban Pidana¸ (Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponogoro, 2006) cet. ke-1 h.

21 Rusli effendi, A.Z. Abidin Farid, Barny C.M., Masalah Kriminalisasi Dan

Dekriminalisasi Dalam Rangka Pembahasan Hukum Pidana, Dalam BPHN-DepKeh, Simposium

Pembaharuan Hukum Pidana Nasional, (Bandung, Bina Cipta, 1986), h. 65.

22 Moeljatno, Asas-Asas Hukum, h. 133-134

Page 20: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

perbuatan. Dimana menurut Van Hammel dibagi dua golongan yaitu : mengenai

diri orang yang melakukan perbuatan dan mengenai diluar diri si pembuat. Ketiga

adalah keadaan tambahan yang disebut dengan unsur-unsur yang memberatkan.

Misal pasal 351 ayat 2 dan 3 KUHP tentang penganiayaan dengan pemberatan.

Keempat adalah adanya perbuatan yang tertentu dirumuskan seperti dirumuskan

maka sifat pantang dilakukannya perbuatan itu sudah nampak dengan wajar. 23

Ini yang kemudian dinamakan dengan sifat melawan hukumnya perbuatan, tidak

perlu dirumuskan lagi sebagai elemen atau unsur tersendiri. Misal padal 285

tentang pemerkosaan. Dan yang kelima adalah sifat melawan hukum subjektif.

2. Kesalahan ; Mens Rea

Dapat dipidananya seseorang, terlebih dahulu harus ada dua syarat yang

menjadi suatu keadaan, yaitu pertama perbuatan yang bersifat melawan hukum

sebagai sendi perbuatan dan kedua perbuatan yang dilakukan harus dapat

dipertanggungjawabkan sebagai sendi dari kesalahan.24

Vos menjelaskan bahwa tanpa sifat melawan hukumnya suatu perbuatan

tidaklah mungkin dipikirkan adanya kesalahan, namun sebaliknya sifat melawan

hukumnya perbuatan mungkin ada tanpa adanya kesalahan. 25 Namun menurut

Moeljatno, menyatakan bahwa rumusan tersebut lebih baik dengan kalimat bahwa

orang tidak mungkin dipertanggungjawabkan atau tidak mungkin dijatuhi pidana

kalau dia tidak melakukan perbuatan pidana, tetapi meskipun melakukan

perbuatan pidana dia tidak selalu atau belum tentu dapat dikenakan pidana.26

23 Ibid., h. 130

24 Bambang Poernomo, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 1994) Cet ke-7 h. 135.

25 Ibid., h. 135.

26 Ibid., h 135.

Page 21: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

Menurut Jonkers, kesalahan dibagi atas tiga bagian yaitu selain pertama

kealpaan dan kesengajaan, meliputi juga kedua sifat melawan hukum dan ketiga

kemampuan bertanggung jawab. Dari pandangan diatas terlihat bahwa pengertian

tentang kesalahan tersebut diatas nampak sekali terselip elemen dari sifat melawan

hukum. Pendapat ini sebenarnya bertentangan dengan pandangan mengenai

elemen melawan hukum seharusnya terletak pada bidang perbuatan pidana.

Vos memandang pengertian kesalahan mempunyai tiga tanda khusus yaitu

: pertama kemampuan bertanggungjawab dari orang yang melakukan perbuatan;

kedua hubungan batin tertentu dari orang yang berbuat yaitu perbuatannya itu

dapat berupa kesengajaan atau kealpaan; ketiga tidak adanya dasar alasan

penghapusan pertanggungjawaban bagi Si pembuat atas perbuatannya. Sedangkan

menurut E. Mezger memandang pengertian kesalahan dengan: pertama

kemampuan bertanggung jawab; kedua adanya bentuk kesalahan; ketiga tak

adanya alasan penghapus kesalahan.

Dahulu ada anggapan kesalahan dalam hukum pidana itu identik dengan

kesengajaan atau kealpaan, akan tetapi lambat laun tumbuh pendapat yang

mengatakan bahwa kesalahan bukan hanya terdiri dari kesengajaan atau kealpaan

semata namun ada hal lain yang penting yaitu berupa kemampuan bertangung

jawab dan unsur tidak adanya alasan pemaaf dan adanya alasan pembenar.

Jonkers dan Pompe memandang bahwa kesalahan harus memenuhi syarat-

syarat : pertama sifat melawan hukum, kedua mempunyai bentuk kesengajaan

atau kealpaan, dan ketiga pertanggungjawaban pidana. Adakalanya isi kesalahan

tersebut diatas dapat disimpulkan menjadi tiga bagian, yaitu : pertama tentang

kemampuan bertanggungjawab orang yang melakukan perbuatan, kedua tentang

hubunngan batin tertentu dari orang yang melakukan perbuatan yang berbentuk

Page 22: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

kesengajaan atau kealpaan, ketiga tentang tidak adanya alasan pengahapus

kesalahan / pemaaf.

Kesalahan dengan tiga bagian itu dapat dijumpai dalam buku hukum

pidana karangan Vos dan Mezger, kedua ahli itu berbeda sedikit saja dalam

merumuskan isi yang ketiga karena perbedaan penekanan, disatu pihak

menekankan pada pertanggung jawaban, sedangkan dilain pihak menekankan

pada kesalahan. Vos menyebutkan tiga macam isi kesalahan : pertama

kemampuan bertanggung jawab orang yang melakukan perbuatan, kedua

hubungan batin orang itu dengan perbuatannya yang berupa kesengajaan atau

kealpaan, ketiga tidak adanya alasan yang menghapuskan pertanggungjawaban

jawab terhadap perbuatan pada pembuat. Sedangkan Mezger menentukan tiga

macam pengertian dalam kesalahan, yaitu pertama kemampuan bertanggung

jawab, kedua bentuk kesalahan berupa kesengajaan atau kealpaan dan ketiga

Alasan-alasan yang menghapus kesalahan. 27

Anak yang bermain korek api dipinggir rumah tetangga kemudian

membakarnya, orang gila, dan dokter yang diminta membuat suatu keterangan

dengan todongan pistol (pasal 276 KUHP) dikepalanya tidak dapat dimintai

pertanggungjawaban pidana..28

Dengan demikian dapatlah kita temukan pengertian kesalahan, Menurut

Prof. Mr. G.A. Van Hamel kesalahan adalah ketika seseorang melakukan

perbuatan, dengan kesadaran aktif memiliki kehendak atas pebuatannya (tanpa

paksaan) yang ia secara insyaf mengetahui bahwa perbuatan itu dilarang menurut

ukuran masyarakat setempat (memiliki sifat melawan hukum).

27 Ibid., h 144

28 Moeljatno, Asas-Asas, h. 155-164

Page 23: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

3. Pertanggungjawaban Pidana ; Criminal Liability

Apakah orang yang melakukan perbuatan kemudian dijatuhi hukum

pidana, sebagaimana telah diancamkan, ini tergantung dari soal apakah ketika

melakukan perbuatan ini dia mempunyai kesalahan. Sebab asas dalam

pertanggungjawaban pidana adalah: tidak dipidana jika tidak ada kesalahan (zeen

straf zonder schuld; actus non facit reum nisi mens sit rea).29 Menurut Moeljatno

orang tidak mungkin dipertanggungjawabakan atau dijatuhi pidana kalau dia tidak

melakukan perbuatan pidana. Tetapi meskipun melakukan perbuatan pidana, tidak

selalu ia dapat dipidana.30

Sedangkan Roeslan Saleh menyebutkan ”tetapi betapapun itu, aturan

undang-undanglah yang menetapkan siapa-siapa yang dipandang sebagai

pembuat yang bertanggungjawab itu. Satu kali telah ditetapkan bahwa seseorang

adalah yang harus dipertanggungjawabkan atas perbuatan pidana yang terjadi,

maka langkah selanjutnya adalah menegaskan apakah ia juga memenuhi syarat-

syarat yang diperlukan untuk pertanggungjawaban itu.”31

Andi Hamzah mengatakan bahwa melawan hukum adalah mengenai

perbuatan yang abnormal secara objektif. Kalau perbuatan itu tidak melawan

hukum berarti bukan perbuatan amoral dan pembuatnya tidak bersalah. Dapat

dikatakan bahwa ada kesalahan jika pembuat dapat dipertanggungjawabkan atas

perbuatan. Perbuatannya dapat dicelakan terhadapnya. Celaan ini bukan celaan

29 Ibid., h.. 153

30 Ibid., h.. 155

31 Roeslan Saleh, Pikiran-pikiran Tentang Pertanggungan Jawab Pidana, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 1982) h. 32

Page 24: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

etis melainkan celaan hukum. Celaan obyektif dapat dipertanggungjawabkan

kepada pembuat menjadi celaan subyektif.32

Menurut Chairul huda makna asas ”tiada pidana tanpa kesalahan” adalah

”tiada pertanggungjawaban pidana tanpa kesalahan”. Dan menurut Chairul,

bagaimana cara agar asas kesalahan ini dikonkretisasi dan tingkat kesalahannya

yang dipersyaratkan tidaklah perlu sama untuk tiap delik. Dengan demikian,

syarat dan isi kesalahan tidak perlu sama, terhadap pembuat pidana dengan subjek

hukum manusia atau korporasi.33

Dengan demikian ternyata untuk adanya kesalahan terdakwa harus

memenuhi empat unsur yaitu: pertama, melakukan perbuatan pidana (sifat

melawan hukum), kedua, diatas umur tertentu atau mampu bertanggung jawab,

ketiga mempunyai suatu bentuk alasan yang berupa kesengajaan atau kealpaan,

keempat tidak adanya alasan pemaaf.

Sedangkan pertanggungjawaban pidana hanya melekat kepada seseorang

yang memiliki kemampuan bertanggunjawab melakukan perbuatan pidana dengan

kesalahan didalamnya serta ketiadaan adanya alasan pemaaf sebagai sifat

kesadaran akal.

4. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi ; Corporate Criminal Liability

Korporasi dapat dimasukkan kepada kategori yang khusus dalam hukum

pidana.34 Chairul Huda mengatakan agar rumusan terhadap pidana korporasi tidak

32 Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta, Rineka Cipta, 2004), cet ke-2, h.

130

33 Chairul Huda, “Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan” Menuju Kepada “Tiada

Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan”, (Jakarta , Kencana Prenada Media, 2006) cet ke-2 h. 86

34 Ibid., h. 48

Page 25: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

samar-samar maka perumusan korporasi sebagai subjek khusus hukum pidana

sebaiknya dilakukan. kalau tidak Tentu hal tersebut cenderung bertentangan

dengan asas legalitas.35

Tujuan perlindungan yang dituju oleh asas legalitas, bukan saja terhadap

orang perseorangan tetapi juga korporasi. Van Strien mengatakan, sebagaimana

dikutip oleh Chairul Huda bahwa tidak hanya manusia subjek hukum yang harus

mendapatkan perlindungan dari pelaksanaan kekuasaan negara yang mempunyai

kecenderungan tidak terbatas. Perlindungan yang sama juga harus diberikan

kepada badan hukum”.36

Chairul Huda menyatakan bahwa pertanggungjawaban pidana korporasi

dilakukan atas dasar kesalahan. Hanya saja isi kesalahan tersebut berbeda dengan

subjek hukum manusia. Dasar dari penetapan dapat dipersalahkannya badan

hukum ialah tidak dipenuhinya dengan baik fungsi kemasyarakatan yang dimiliki

badan hukum. Indikator kesalahan bagi korporasi adalah ketika korporasi sudah

melakukan kegiatan yang tidak mencerminkan hubungan baik dengan masyarakat

dan kemasyarakatan. Hukum mengharapkan fungsi korporasi sebagai badan

hukum seiring sejalan dengan fungsi korporasi dalam kemsayarakatan.37

Berkenaan dengan pembebanan pertanggungjawaban pidana kepada

korporasi, menurut Reksodipuro, setidaknya terdapat tiga konsep, yaitu : pertama,

pengurus korporasi sebagai pembuat dan penguruslah yang betanggung jawab,

kedua korporasi sebagai pembuat dan pengurus juga bertanggungjawab, ketiga

35 Ibid., h. 48

36 Ibid., h. 48

37 Ibid., h. 85

Page 26: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

korporasi sebagai pembuat dan juga sebagai yang bertanggungjawab.38 Menurut

Sutan Remy Sjahdeini, ada dua konsep lagi yaitu keempat, korporasi sebagai

pelaku tindak pidana, tetapi pengurus yang harus memikul beban pertanggung

jawaban pidana. dan kelima pengurus dan korporasi keduanya sebagai pelaku

tindak pidana, dan keduanya pula yang harus memikul pertanggungjawaban

pidana.39

Pertanyaan akademis yang mucul kemudian bahwa bagaimana korporasi

juga dapat menjadi pelaku pidana adalah: ”atas dasar teori atau falsafah

pembenaran apa korporasi dapat dibebani pertanggungjawaban pidana? Adagium

universitas delincruere non potest (korporasi tidak dapat melakukan perbutatan

pidana) menurut asas keadilan bagi masyarakat dapat dikecualikan. Sudah

sewajarnya asas kesalahan tidak berlaku murni. Maksudnya disamping asas

kesalahan dianut pula konsep lain yang dapat mempertanggungjawabkan

korporasi yang melakukan perbuatan pidana.

Sebelum memasuki wilayah pembahasan pertanggungjawaban pidana

korporasi secara spesifik kita lihat beberapa elemen pasal dalam UU No. 20 tahun

2001 tentang perubahan tentang UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang

pemberantasan tindak pidana korupsi.

Pasal 1 ayat (1) dan (3) UU No. 20 Tahun 2001 Dalam Undang-undang

ini yang dimaksud dengan :

1. Korporasi adalah kumpulan orang dan atau kekayaan yang terorganisasi baik

merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.

38 Reksodipuro, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Tindak Pidana

Korporasi , (Semarang:FH UNDIP,1989).

39 Sutan Remy Sjahdeini, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, (Jakarta, Graffiti Pres, 2006) cet ke-1 h.59

Page 27: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

3. Setiap orang adalah orang perseorangan atau termasuk korporasi.

Jelas dituliskan dalam pasal tersebut bahwa korporasi merupakan

kumpulan orang yang terorganisasi baik berupa badan hukum maupun bukan

badan hukum. Maksud penyataan tersebut adalah organisasi yang terdaftar di

Pemerintahan (departemen hukum dan HAM atau departemen dalam negeri) atau

yang tidak terdaftar namun ekssitensinya diakui masyarakat maka dapat disebut

organisasi badan hukum. Bank mandiri selakuk perseroan terbatas masuk kepada

kualifikasi badan organisasi berbadan hukum dengan melekatnya hak dan

kewajiban sebagai badan hukum. 40

Sedangkan pasal yang spesifik bicara tentang tindak pidana korupsi oleh

korporasi diatur dalam pasal 20 UU No. 20 Tahun 2001 Pasal 20 ayat (1), ( 2),

(3), (4), (5), (6), (7) UU No. 20 Tahun 2001.

1. Dalam hal tindak pidana korupsi oleh atau atas nama suatu korporasi, maka

tuntutan dan penjatuhan pidana dapat dilakukan terhadap korporasi dan atau

pengurusnya.

2. Tindak pidana korupsi dilakukan oleh korporasi apabila tindak pidana tersebut

dilakukan oleh orang-orang baik berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarkan

40 Bank Mandiri sebagai badan usaha “bank” sebagai bank. Bank Mandiri harus tunduk

pada peraturan perundang-undangan perbankan.Apabila tindakan direksi melanggar asas dan ketentuan perbankan, maka direksi dapat diminta pertanggungjawaban atas pelanggaran tersebut. Apabila pelanggaran peraturan perbankan terjadi karena direksi melakukan perbuatan melawan hukum atau perbuatan lain yang bersifat kepidanaan, direksi dapat diminta pertanggungjawaban pidana ; Meskipun Bank Mandiri merupakan PT. Terbuka, tetapi secara struktur, Bank Mandiri tetap sebagai sebuah “Persero” yang menjadi ciri bahwa Bank Mandiri adalah milik Negara. Perubahan-perubahan kepemilikan saham, apalagi saham negara menduduki jumlah terbesar dibandingkan dengan pemegang saham lainnya (posisi dominan), sama sekali tidak mengurangi status hukum Bank Mandiri sebagai BUMN yang mengelola kekayaan Negara. Dalam status yang demikian, direksi atau setiap orang yang bekerja pada Bank Mandiri demikian pula BUMN lainnya, tidak semata-mata melakukan fungsi keperdataan tetapi juga fungsi public yang menjalankan tugas pemerintahan pada Bank Mandiri sebagai BUMN. Lebih lanjut hal tersebut secara hukum mengandung arti bahwa direksi atau setiap orang yang bekerja pada BUMN seperti Bank Mandiri, berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan, karena itu kepada mereka dapat diberlakukan ketentuan-ketentuan mengenai penyelenggara pemerintah-an seperti ketentuan tentang pemberantasan korupsi ;

Page 28: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

hubungan lain, bertindak dalam lingkungan korporasi tersebut baik sendiri

maupun bersama-sama.

3. Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap suatu korporasi maka korporasi

tersebut diwakili oleh pengurus.

4. Pengurus yang mewakili korporasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat

diwakili oleh orang lain.

5. Hakim dapat memerintahkan supaya pengurus korporasi menghadap sendiri di

pengadilan dan dapat pula memerintahkan supaya pengurus tersebut dibawa ke

sidang pengadilan.

6. Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap korporasi, maka pengilan untuk

menghadap dan Penyerahan surat panggilan tersebut disampaikan kepada

pengurus di tempat tinggal pengurus atau di tempat pengurus berkantor.

7. Pidana pokok yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi hanya pidana denda,

dengan ketentuan maksimum pidana ditambah 1/3 (satu per tiga).

Pasal 20 diatas menerangkan beberapa hal yang menurut penulis cukup

penting yaitu ; Pertama, pada ayat (1) dinyatakan tuntutan dan penjatuhan pidana

korporasi dapat dilakukan terhadap korporasi dan atau pengurusnya. Kata “dan”

dan “atau” antara kata “korporasi” dengan kata “pengurusnya” menunjukkan

bahwa tuntutan dapat dijatuhkan kepada salah satu dari “korporasi” atau

“pengurus koporasi” atau gabungan dari “korporasi dan pengurus korporasi”. Kata

“dan” menunjukkan akumulasi atau penjumlahan sedangkan kata “atau”

menunukkan pilihan. Penjelasan pasal 20 UU No. 20 Tahun 2001 Pasal 20 Ayat

(1) Yang dimaksud dengan “pengurus” adalah organ korporasi yang menjalankan

kepengurusan korporasi yang bersangkutan, sesuai dengan anggaran dasar,

termasuk mereka yang dalam kenyataannya memiliki kewenangan dan ikut

Page 29: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

memutuskan kewajiban korporasi yang dapat dikualifikasikan sebagai tindak

pidana korupsi.Sedangkan ayat (3) menjelaskan bahwa dalam hal tuntutan pidana

diatasnamakan korporasi maka korporasi tersebut diwakili oleh pengurusnya.

Seperti yang dikatakan Sutan Remy Sjahdeini dan reksodipuro bahwa –

terlepas penggurus atau korporasi yang melakukan kejahatan- sesungguhnya

keduanya dapat dijerat dengan hukum pidana.

Kedua,sebuah tindak pidana korupsi dapat dijerat kepada wilayah

pertanggungjawaban pidana korporasi ketika kejahatan tersebut dilakukan dalam

hubungan kerja atau hubungan lain dalam lingkungan korporasi tersebut. Ketiga

bahwa ayat (7) menyatakan bahwa hukuman pidana pokok hanya berupa denda

dengan ketentuan maksimal pidana ditambah sepertiga. Dalam pasal 2 maksimal

hukuman pidana hanya Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) dengan asumsi

ditambahsepertiga maka maksimal hukuman yang dijatuhkan adalah

1.400.000.000,00 (satu milyar empat satur juta). Hal ini menjadi problem

tersendiri ketika kerugin yang terjadi lebih banyak dari itu. Dalam kasus E.C.W

Neloe misalnya kerugian negara berjumlah 160. Milyar. Serasa tidak adil rasanya

jika menggunakan sanksi pasal 2 tersebut.

Korupsi merupakan bagian integral dari tata cara pengaturan keuangan

negara maka dari itu penulis akan mengutip beberapa pasal yang terkait dengan

penyelenggaraan keuangan negara. Definisi keuangan Negara menurut penjelasan

UU No. 29 Tahun 2001 Keuangan negara yang dimaksud adalah Seluruh

kekayaan negara dalam bentuk apapun, yang dipisahkan atau yang tidak

dipisahkan, termasuk didalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak

dan kewajiban yang timbul karenanya :

Page 30: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

a. Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban pejabat

Negara, baik di tingkat pusat maupun daerah;

b. Berada dalam penguasaan, pengurusan dan pertanggungjawaban Badan

Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yayasan, badan hukum,41

dan perusahaan yang menyertakan modal negara, atau perusahaan yang

menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan Negara.

Sedangkan yang dimaksud dengan Perekonomian Negara adalah kehidupan

perekonomian yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas

kekeluargaan ataupun usaha masyarakat secara mandiri yang didasarkan pada

kebijakan Pemerintah, baik ditingkat pusat maupun di daerah sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang bertujuan

memberikan manfaat, kemakmuran, dan kesejahteraan kepada seluruh

kehidupan masyarakat.

17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara Dalam Undang-undang ini yang

dimaksud dengan :

1. Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat

dinilai

dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang

yang

41 Bank Mandiri sebagai badan hukum keperdataan ; Sebagai badan hukum keperdataan,

setiap badan hukum memiliki kekayaan sendiri yang terpisah dari pemegang saham, sebagai badan hukum keperdataan tindakan Terdakwa sebagai direksi memang dipertanggungjawabkan kepada (dalam) RUPS. Dengan demikian, setiap pemegang saham yang merasa dirugikan dapat meminta pertanggung jawaban direksi melalui RUPS. Apakah dengan demikian, seluruh pertanggungjawaban direksi semata-mata bersifat keperdataan ? sama sekali tidak. Apabila terbukti, direksi yang merugikan badan hukum karena penyalahgunaan wewenang, atau melakukan tindakan lain yang bersifat kepidanaan, direksi dapat diminta pertanggung jawaban menurut hukum pidana.

Page 31: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan

kewajiban

tersebut.

Keuangan Negara mengatur tentang definisi keuangan Negara. Harta

Negara adalah setipa uang atau barang milik Negara dengan kewajiban dan hak

hukum melekat didalamnya. Korporasi Negara berupa Badan Hukum Milik

Negara (BUMN) merupakan bagian dari kekayaan Negara. Jadi kekayaan yang

terkadung dalam PT. Mandiri Tbk merupakan kekayaan Negara.

Setelah duduk perkara tentang keuangan negara jelas, kembali

pembahasan pada pertanggungjawaban pidana korporasi. Perbedaaan konsep yang

diterapkan pada pertanggungjawaban pidana korporasi bukan saja terjadi pada

negara yang menganut common law system dengan negara-negara eropa

kontinental yang menganut civil law system, tetapi diantara negara-negara yang

menganut sistem yang sama pun ternyata dasar teori atau falsafah pembenarannya

berbeda-beda.42 Ada dua ajaran pokok yang menjadi landasan bagi dibukanya

peluang pertanggungjawaban pidana korporasi, ajaran-ajaran tersebut adalah

doctine of strict liability dan doctrine of vicarious liability.

a. Doctrine Of Strict Liability

Menurut doktrin strict liability, seseorang sudah dapat

dipertanggungjawabkan perbuatannya untuk tindak pidana tertentu walaupun pada

diri orang itu tidak ada kesalahan43 Dalam lingkup pertanggungjawaban tanpa

42 Ibid., h.77

43 Djanim, Korporasi Dan Pertanggungjawaban Pidana¸ h.109. Ungkapan ”strict

liability” pertama kali digunakan oleh W.H. Winfield pada tahun 1926 dalam suatu artikel berjudul

Page 32: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

kesalahan sering dipersoalkan apakah strict libility sama dengan absolut liability.

Dalam hal ini, ada dua pandangan yang berbeda. Pandangan pertama yang

menerima strict liablity sebagai absolut liability dan pandangan yang kedua

menegaskan bahwa strict liability adalah bukan absolut liability.44

Menurut doktrin strict liability, pertanggungjawaban pidana dapat

dibebankan kepada pelaku tindak pidana yang bersangkutan dengan tidak perlu

dibuktikan adanya kesalahan, baik itu berupa kesengajaan atau kelalaian pada

pelakunya. Dalam ajaran strict liability pertanggungjawaban pidana bagi

pelakunya tidak dipermasalahkan, maka strict liability juga disebut juga absolute

liability. Dalam bahasa Indonesia adalah pertanggungjawaban mutlak.45

Beberapa pendapat tentang strict liability oleh ahli hukum Indonesia

seperti Roeslan Saleh menyatakan bahwa dalam praktek, pertanggungjawaban

pidana lenyap, apabila ada salah satu keadaan-keadaan yang memaafkan. Praktek

pula yang melahirkan aneka macam tingkatan keadaan-keadaan mental yang dapat

menjadi syarat ditiadakannya pengenaan pidana, sehingga dalam

”The Myth of absolut liability”, sedangkan istilah ”absolut liablity” dikemukakan oleh John Salmond dalam bukunya ”the law of tort” pada tahun 1907.

44 Strict liability disebut bukan absolute liability jika actus reus tetap memerlukan unsur pokok mens rea –sebagai salah satu ciri kesalahan- untuk menetapkan diperlukannya seseorang dipidana atau tidak. Sebagai contoh : X dituduh melakukan tindak pidana menjual daging yang tidak layak untuk dimakan: karena dapat membahayakan kesehatan dan jiwa orang lain. Perbuatan ini di Inggris termasuk perbuatan pidana yang dapat dipertanggungjawabkan dengan strict liability. Dalam kasus seperti ini tidak perlu dibuktikan bahwa X mengetahui bahwa daging itu layak dikonsumsi, tetapi harus tetap dibuktikan bahwa X setidak-tidaknya memang menghendaki (sengaja) menjual daging itu. Jadi dalam kasus ini strict liability tidak bersifat absolute liability. Lihat : Djanim, Korporasi Dan Pertanggungjawaban Pidana¸ h 110. Contoh strict liability yang murni diterapkan di Indonesia adalah dalam kasus pelanggaran lalu lintas atau lampu lalu lintas. Para pengemudi kendaraan bermotor yang tidak berhenti pada saat lampu menunjukkan lampu merah menyala, akan ditilang polisi dan selanjutnya akan disidang dimuka pengadilan. Hakim akan memutuskan hukuman atas pelanggaran tersebut tidak akan mempersoalkan ada tidak adanya kesalahan pada pengemudi yang melanggar peraturan lalu lintas itu. Lihat: Sjahdeini, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, h. 80 atau Lihat : Loebby Loqman, Pertanggungan

Jawab Pidana Bagi Korporasi Dalam Tindak Pidana Lingkungan Hidup, (Jakarta, Kantor Meneg KLH, 1989), h. 93

45 Sjahdeini, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, h.78

Page 33: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

perkembangannya lahir kelompok kejahatan yang bentuk pengenaan pidananya

cukup dengan strict liability.46

Sedangkan Muladi menyatakan penerimaan bentuk

pertanggungjawaban dalam hukum pidana yang disebut strict liability guna

menjatuhkan pemidanaan terhadap korporasi, ”dilakukan atas dasar kepentingan

masyarakat, bukan atas dasar kesalahan subyektif”. Strict liability merupakan

refleksi kecenderungan untuk menjaga keseimbangan sosial.47

Perdebaatan tentang keberadaan sikap kalbu atau guilty mind dibantah

dengan pendapat bahwa ”suatu korporasi adalah sebuah abstraksi". Ia tidak punya

akal pikiran sendiri dan begitu pula tubuh sendiri; kehendaknya harus dicari atau

ditemukan dalam diri seseorang yang untuk tujuan tertentu dapat disebut sebagai

agen/perantara, yang benar-benar merupakan otak dan kehendak untuk

mengarahkan (directing mind and will) dari korporasi tersebut. Jika seseorang

merupakan otak pengarah dari perusahaan, maka tindakannya merupakan tindakan

dari perusahaan itu sendiri”.48 Orang yang bertindak atau berbicara atas nama

perusahaan. Ia bertindak sebagai perusahaan, dan akal pikirannya yang

mengarahkan tindakannya berarti adalah akal pikiran dari perusahaan. Jika akal

pikirannya bersalah, berarti kesalahan itu merupakan kesalahan perusahaan. 49

b. Doctrine Of Vicarious Liability

Selain konsepsi strict liability, di negara Anglosaxon dan Anglo American

dikenal pula pertanggungjawaban pidana yang disebut ”vicarious liability”, yaitu

46 Saleh, Pikiran-Pikiran Tentang Pertanggungjawaban Pidana, h. 21

47Muladi, “Fungsionalisasi Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Korporasi”, Makalah Seminar Nasional Kejahatan Korporasi di FH UNDIP, (Semarang, 23-24 November), h.4

48Bismar Nasution, Kejahatan Korporasi Dan Pertanggungjawaban Pidananya, Makalah Disampaikan Dalam Ceramah Di Jajaran Kepolisian Daerah Sumatera Utara, Tanjung Morawa Medan, 27 April 2006. PDF, h.6

49 http://en.wikipedia.org/wiki/Corporate_liability

Page 34: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

the legal responsibility of one person of wrongful acts of another, as for example,

when the acts are done within scope of employment. Pertanggungjawaban hukum

seseorang tindakan yang lain tidak adil, sebagai contoh, pada tindakan yang sudah

dilakukan dalam lingkup ketenaga-kerjaan. Vicarious liability diartikan oleh

Black sebagai : ”indirect legal responsibility; for example, the liability of an

empleyer for the acts of an employee, or a principal for torts and contracts of an

agent”. Pertanggungjawaban hukum tidak langsung; dengan contoh, kewajiban

dari suatu pengusaha untuk bertanggung jawab dari tindakan suatu karyawan, atau

untuk kesalahan dan kontrak dari suatu agen.50

Vicarious libility berangkat dari dari perbuatan melawan hukum dalam

hukum perdata yang dipahami dalam doctrine of respondeat superior, menurut

maxim ini dalam hubungan antara master dengan servan atau antara servan

dengan agent berlaku maxim qui facit per alium facit per se. Menurut maxim

tersebut seseorang yang berbuat melalui orang lain dianggap dia sendiri yang

melakukan perbuatan itu.51

Roeslan Saleh menyebutkan pada umumnya orang hanya bertanggungjawab

terhadap perbuatannya sendiri namun dalam konsep vicarious liability yaitu orang

dapat bertanggungjawab terhadap perbuatan orang lain.52

Undang-undang dapat menentukan pertanggungjawaban vicarious

liability, jika terjadi hal-hal sebagai berikut : pertama apabila seseorang telah

mendelegasikan kewenangannya kepada orang lain secara sah. Dalam hal ini

berlaku prinsip tanggung jawab bersifat dilimpahkan atau the delegation

50 Djanim, Korporasi Dan Pertanggungjawaban Pidana, h 114

51 Sjahdeini, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, h.84

52 Roeslan Saleh, Pikiran-Pikiran Tentang Pertanggungan Jawab Pidana, h. 32

Page 35: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

principle53

, kedua atasan dapat mempertanggungjawabkan perbuatan yang secara

fisik dilakukan oleh pekerjanya, jika menurut hukum perbuatan pekerjanya itu

dipandang sebagai perbuatan majikan.54

Perumusan vicarious liability dapat mengikuti konstruksi penyertaan.

Dalam vicarious liability, antara orang yang melakukan tindak pidana dan orang

yang ikut dimintai pertanggungjawaban pidana atas perbuatan tersebut,

mempunyai hubungan tertentu. Dimintakan pertanggungjawaban seseorang justru

karena dia adalah atasan dari orang yang melakukan tindak pidana. Dalam

kejadian lain, pertanggungjawaban pidana timbul karena pelaku bertindak

untuknya. Dengan demikian, menurut Chairul Huda ada persamaan antara

vicarious liability dengan penyuruhlakukan atau penganjur dalam penyertaan.

Perbedaannya jika dalam penyertaan dipersyaratkan adanya kesengajaan

(kesalahan) pada para peserta, dalam vicarious liability justru hal ini tampaknya

dikecualikan.55

Namun bukan berarti pertanggungjawaban berarti pertanggungjawaban

vicarious liability crime tidak berdasar kesalahan. Majikan tetap bertanggung

53 Barda Nawawi Arief, Perbandingan Hukum Pidana, (Jakarta, Rajawali Press, 1990) h.

34. Contoh dari prinsip pendelegasian ini adalah : ketika X sebagai pemilik rumah maka, yang pengelolaanya diserahkan kepada Y sebagai manajer. Berdasarkan peringatan dari polisi, X telah menginstruksikan dan melarang Y untuk mengizinkan pelacuran di rumah makan itu, yang ternyata dilanggar oleh Y. Dalam kasus tersebut X dipertanggungjawabkan terhadap kejadian itu. Konstruksi hukumnya adalah bahwa X telah mendelegasikan kewajibannya kepada Y. Dengan telah dilimpahkannya kebijaksanaan usaha rumah makan itu kepada manajer (Y), maka pengetahuan si manajer merupakan pengetahuan dari sipemilik rumah makan.

54 Andi Zaenal Abidin, Bunga Rampai Hukum Pidana, (Jakarta, Pradnya Paramita, 1983) h. 42 Contoh lain dari vicarious liability adalah kasus Moessel Bros v.L & N.W Railway Co. (1917) yang dalam hal ini pemimpin perusahaan Moessel Bros dinyatakan bertanggungjawab terhadap perbuatan pegawainya yang memberitahukan secara tidak benar jumlah barang perusahaan yang akan dikirim dengan kereta api, agar tidak membayar ongkos tol yang seharusnya. Meskipun majikan tidak ikut serta dan tidak memberikan perintah untuk menghindari pembayaran yang seharusnya, karena pembuat Undang-undang secara absolut melarang perbuatan yang demikian dan menjadikan majikan bertanggung jawab tanpa mens rea.

55 Sjahdeini, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, h. 44.

Page 36: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

jawab atas perbuatan bawahannya yang merupakan tidak pidana, sekalipun

perbuatan tersebut diluar pengetahuannya. Pertanggungjawaban seseorang dalam

vicarious liability bukan ditujukan kepada kesalahan orang lain tetapi terhadap

“hubungannya” dengan orang lain tersebut. Dalam hal mana menurut undang-

undang memiliki “hubungan” demikian merupakan tindak pidana. Jadi

konstruksinya sama dengan penyertaan. Oleh karena itu vicarious liability dapat

dipandang sebagai bentuk baru penyertaan.56

Vicarious liability mungkin diterapkan kasus yang menyangkut hubungan

antara atasan dengan bawahan, dewan direksi dengan jajaran pengurus

dibawahnya. Dengan demikian, walaupun seseorang tidak melakukan sendiri

suatu tindak pidana dan tidak mempunyai kesalahan dalam arti biasa, ia masih

dapat dipertanggungjawabkan 57

B. Pertanggungjawaban Pidana Dalam Islam

1. Pertanggungjawaban Pidana Islam

Pertanggungjawaban pidana dalam Islam ditegakkan atas tigal hal :

pertama adanya perbuatan yang dilarang; kedua dikerjakan dengan kemauan

sendiri; ketiga pembuatnya mengetahui terhadap akibat perbuatan tersebut.

Adanya perbuatan yang dilarang berdasarkan adanya peraturan yang kita kenal

dengan asas legalitas dalam Hukum Pidana Islam dapat kita ketahui dari salah satu

kaidah dalam Islam yaitu :

.���� � ���ل ا��� ء � ورودا���

56 Ibid., h. 45

57 Djanim, Korporasi Dan Pertanggungjawaban Pidana h 117

Page 37: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

Artinya : ”Sebelum ada nash, maka tidak ada hukum bagi perbuatan

orang-orang yang berakal sehat”.58

Pengertian dari kaidah ini bahwa perbuatan orang-orang yang cakap

(mukallaf) tidak dapat dikatakan sebagai perbuatan yang dilarang, selama belum

ada nash (ketentuan) yang melarangnya dan ia mempunyai kebebasan untuk

melakukan perbuatan itu atau meninggalkannya sehingga ada nash yang

melarangnya.

Pengertian kaidah tersebut diatas identik dengan kaidah lain yang berbunyi

:

()� '&%ی#"�!�� إ �اا� ب���ء ا� � �� ا����

Artinya : ”Pada dasarnya semua perkara dibolehkan sehingga ada dalil

yan menunjukkan keharamannya”59

Kaidah tersebut mempunyai pengertian bahwa semua sifat dan perbuatan

tidak diperbolehkan dengan kebolehan asli, artinya bukan oleh kebolehan yang

dinyatakan oleh syara’. Dengan demikian selama tidak ada nash yang

melarangnya maka tidak ada tuntutan terhadap semua perbuatan dan sikap tidak

berbuat tersebut. Kita dapat melihat hal ini dari kaidah lain yang berbunyi :

ب*�3 ی�)/ ا��2)�/ أه �� آ)/�ی�)/ �%(� إ� م- آ�ن ��درا ()� �*� د��

.م#�- م�!ور �)#�)/ م�)3م �" ()#� ی&#)" ()� ام��52" �%(� إ�ب�4

Artinya : ”Menurut syara’ seseorang tidak dapat diberi pembebanan

(taklif) kecuali apabila ia mampu memahami dalil-dalil taklif dan cakap untuk

mengerjakannya. Dan menurut syara’ pula seseorang tidak dibebanitaklif kecuali

dengan pekerjaan yang mungkin dilaksanakan dan disanggupi serta diketahui

58 Abdul Qadir Audah, ‘At Tasyri’ Al Jina’iy Al Islamiy, Juz I, Dar Al Kitab, Beirut t.t, h.

115 atau Lihat : Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam –Fikih

Jinayah- (Jakarta, Media Grafika, 2006) Cet ke-2 h. 29

59 Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam h. 30

Page 38: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

oleh mukallaf dengan pengetahuan yang bisa mendorongnya untuk melakukan

perbuatan tersebut”.60

Kaidah ini menyatakan tentang syarat-syarat yang harus terdapat pada

pelaku dalam kedudukannya sebagai orang yang bertanggung jawab dan pada

perbuatan yang diperintahkan, adapun syarat untuk pelaku mukallaf itu ada dua

macam : pertama pelaku sanggup memahami nash-nash syara’ yang berisi hukum

taklifi; kedua pelaku orang yang pantas dimintai pertanggungjawaban dan dijatuhi

hukuman

Sedangkan syarat untuk perbuatan yang diperintahkan ada tiga macam :

pertama Perbuatan itu mungkin dikerjakan, kedua, perbuatan itu disanggupi oleh

mukallaf, yakni ada dalam jangkauan kemampuan mukallaf, baik untuk

mengerjakannya maupun untuk meninggalkannya, ketiga perbuatan tersebut

diketahui mukalaf dengan sempurna. 61

Asas legalitas yang didasarkan kaidah tersebut diatas bersumberkan dari

Al-Qu’ran. Beberapa diantaranya dapat kita temukan pada Surat Al-Israa’ ayat 15,

Surat Al-Baqarah ayat 286, dan dalam konteks pencurian pada Surat Al-Maidah

ayat 38.

Surat Al-Israa’ ayat 15

و��آ����� }#١: ا ��اء { ن��� ر��� ���� ��

”Dan kami tidak menghukum manusia sebelum kami mengutus seorang

rasul”. (QS. Al-Israa’ : 15)

60 Audah, ‘At Tasyri’ Al Jina’iy Al Islamiy, h. 116

61 Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam h. 31 atau Lihat : Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta, bulan bintang, 2006) cet ke-2, h. 48

Page 39: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

}٩#: ا5601 {و��آ�ن ر�23 �)(2 ا01�ى ���� ی��� .- أ�+)� ر��� ی�(�ا *()' ءای�ت��

”Dan tidaklah tuhammu menghancurkan kota-kotam sebelum dia

mengutus di ibukotanya, seorang rasul yang membacakan ayat-ayat kami”. (QS. Al-Qashash: 59)

Tentang kemampuan bertanggungjawab :

} ٢٨٦ :ا0�1�ة {� ی=(+> ا; ن:�9 إ�� و��)�

”Tuhan tidak membenani seseorang kecuali menurut kemampuannya”. (QS. Al-Baqarah: 286)

Sedangkan penerapannya dalam konteks korupsi atau pencurian adalah :

B* ;ا; وا آ9�� ن=�� �+ �C� ءDBE �C(یF��ا أیGH�. IHوا��91رق وا��91ر'=� Bی

} ٣٨ :اFL�C1ة {

“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan

keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai

siksaan dari Allah. Dan Allah Maha perkasa lagi maha bijaksana”. (QS. Al-Maidah: 38)

Setelah ayat tersebut turun maka pencurian secara jelas dilarang beserta

sanksi jika ada yang melakukannya. Sariqah merupakan kejahatan yang

hukumannya adalah potong tangan, baik pelaku itu laki-laki atau perempuan.

Prinisip tidak ada jarimah dan tidak ada hukuman tanpa suatu nash

(ketentuan) dalam sariqah gugur sudah karena undang-undang-nya hadir

bersamaan dengan turunannya Surat Al-Maidah:38. Hal ini sama dengan aturan

asas legalitas dalam hukum positif. Asas legalitas dalam Syariat Islam diatas

seperti tersebut diatas adalah memberikan satu makna bahwa tidak ada jarimah

dan tidak ada hukuman tanpa sesuatu nash (ketentuan) yang disebutkan dalam

syara’, bukan didasarkan pada nash-nash syara umum semata yang menyuruh

Page 40: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

keadilan dan melarang kezaliman, melainkan didasarkan atas nash-nash yang jelas

dan khusus mengenai soal ini.

2. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Islam

Pengertian pertanggungjawaban pidana dalam sudut Syariat Islam adalah

pembebasan seseorang dengan hasil akibat perbuatan atau tidak perbuatan yang

dikerjakannya dengan kemauan sendiri, dimana ia mengetahui maksud-maksud

dan akibat-akibat dari perbuatan itu. Pertanggungjawaban pidana tersebut

ditegakkan atas tiga hal : pertama adanya perbuatan yang dilarang, kedua

dikerjakan dengan kemauan sendiri, ketiga pembuatnya mengetahi akibat

perbuatannya tersebut.62

Dengan adanya syarat-syarat tersebut, maka kita dapat mengetahui bahwa

yang dapat dibebani dengan pertanggungjawaban pidana hanya manusia, yaitu

manusia yang berakal pikiran, dewasa dan berkemauan sendiri. Oleh karena itu

tidak ada pertanggungjawaban bagi kanak-kanak, orang gila, orang dungu, orang

yang sudah hilang kemauannya dan orang yang dipaksa atau terpaksa.63

Sejak semula syariat islam sudah mengenal badan hukum. Hal ini terbukti

dari kenyataan bahwa para fuqaha mengenalkan baitul mal (perbendaharaan

negara) sebagai “badan” (jihat) yakni badan hukum (syaksun ma’nawi), Hal ini

terbukti dari kenyataan bahwa para fuqaha mengenalkan baitul mal

(perbendaharaan negara) demikian juga dengan sekolahan-sekolahan dan rumah

sakit-rumah sakit. Badan-badan ini dianggap mempunyai hak-hak milik dan

mengadakan tindakan-tindakan tertentu terhadapnya. Akan tetapi badan-badan

tersebut tidak dapat di bebani pertanggungjawaban pidana, karena

62 Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, h. 119

63 Ibid., h. 119

Page 41: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

pertanggungjawaban ini didasarkan atas adanya pengetahuan terhadap pilihan,

sedangkan kedua perkara ini tidak terdapat pada badan-badan hukum. Akan tetapi

kalau terjadi perbuatan-perbuatan yang dilarang dan yang keluar dari orang-orang

yang betindak atas nama badan hukum tersebut, maka orang-orang itulah yang

bertanggungjawab atas perbuatan yang dilakukannya.64

Hukum Islam dalam teori serta penerapannya cukup sederhana. Konsep

pertanggungjawaban pidana korporasi dalam hukum Islam dekat sekali dengan

doktrin strict liability atau liability without fault (pertanggungan tanpa kesalahan).

Dengan kata lain hukum Islam tidak mementingkan faktor kesalahan (guilty mind)

baik berupa kesengajaan (dolus) maupun kelalaian (culpa) dalam menjatuhi

hukuman pidana. Istilah dalam bahasa Indonesia yang digunakan adalah

pertanggungjawaban mutlak65.

Sedangkan pertanggungjawaban pidana dapat hapus karena hal-hal yang

berkaitan dengan perbuatan sendiri atau karena hal-hal yang berkaitan dengan diri

pembuat. Dalam keadaan pertama, perbuatan yang dikerjakan adalah mubah

(tidak dilarang) dan dalam keadaan kedua, perbuatan yang dikerjakan tetap

dilarang tetapi tidak dijatuhi hukuman.66

Hal-hal yang mengakibatkan kebolehan suatu perbuatan haram (jarimah)

ialah : pembelaan yang sah, pengajaran, pengobatan, permainan olahraga,

hapusnya jaminan keselamatan jiwa harta, memakai wewenang dan melaksanakan

kewajiban bagi pihak yang berwajib.Mengenai hapusnya hukuman ada empat

perkara yaitu : terpaksa, mabuk, gila, belum dewasa. Pada masing-masing perkara

64 Ibid., h. 119-120.

65 Sjahdeini, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, h.27

66 Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, h. 157

Page 42: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

ini pembuat melakukan perbuatan yang dilarang oleh syara’ dan seharusnya

dijatuhi hukuman dan seharusnya dijatuhi hukuman, akan tetapi syarat

menghapuskannya dari hukuman karena adanya hal-hal yang terdapat pada diri

pembuat.67

Salah satunya adalah pembelaan yang sah yang dapat diartikan sebagai hak

seseorang untuk mempertahankan dirinya atau orang lain, atau mempertahankan

harta sendiri atau harta orang lain. Dengan kekuatan yang diperlukan dari setiap

serangan yang nyata tidak sah. Hal ini berdasarkan dalil :

Nا�S1)� اQ1�ام ���S1)� اQ1�ام واQ1���ت �6Hص .C ا*F�ى *(=' .�*F�وا *(

0��C1ا T� ;ا أن� ا�C)*وات��0ا ا; وا '= }١٩٤: ا0�1�ة {�UVC �� ا*F�ى *(

Artinya : “Bulan haram dengan bulan haram dan pada sesuatu yang patut

dihormati, berlaku hukum qishaash. Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang

kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu.

Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang

yang bertakwa”. (QS. Al-Baqarah : 194)

Dikalangan fuqaha tidak diragukan lagi hukum membela diri adalah suatu

jalan yang sah untuk mempertahankan diri sendiri atau diri orang lain atau suatu

harta dan kehormatan. Serangan kanak-kanak, orang gila dan hewan merupakan

termasuk pembelaan diri. Adapun syarat pembelaan diri adalah pertama adanya

serangan atau tindakan melawan hukum, kedua penyerangan harus terjadi

seketika, ketiga tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan diri, keempat, dalam

penolakan seranan hanya kekuatan seperlunya saja yang dipakai.

67 Ibid., h. 157

Page 43: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI

A. Korupsi Dalam Hukum Positif

Korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau coruptus. Corruptio

berasal dari kata latin yang lebih tua. Dari bahasa latin itulah turun kebanyak

bahasa eropa seperti Inggris yaitu corruption, corrupt; Perancis yaitu corruption;

dan Belanda yaitu corruptie, korruptie. Dari bahasa Belanda inilah kata itu turun

kebahasa Indonesia.68 Korup dapat diartikan sebagai busuk, palsu, suap69, atau

rusak, suka menerima uang sogok menyelewengkan uang/barang milik

perusahaan atau negara, menerima uang untuk kepentingan pribadi,

penyelewengan atau penggelapan uang negara untuk kepentingan pribadi atau

orang lain.70

Pada mulanya pemahaman korupsi mulai berkembang di barat pada

permulaan abad ke-19, yaitu setelah adanya revolusi Prancis, Inggris dan Amerika

ketika prinsip pemisahan antara keuangan pribadi mulai diterapkan.

Penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan pribadi khususnya dalam soal

keuangan dianggap sebagai korupsi.71

Berhubung banyaknya pasal dalam kejahatan tindak pidana korupsi dalam

UU No. 31 Tahun 1999 jo UU 20 Tahun 2001 maka penulis hanya akan

68 Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi Dalam Hukum Pidana Nasional Dan

Internasional, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006) Cet. ke-3 h.4

69 T. Heru Kasida Brataatmaja, Kamus Bahasa Indonesia, (Yogyakarta, Kanisius, 1993)

70 Sudarsono, Kamus Hukum, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2002)

71 Malang Corruption Watch, Mengerti Dan Melawan Korupsi, (Jakarta, Sentralisme Production, 2005)

Page 44: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

mengetengahkan tentang pasal yang menjadi fokus jaksa penuntut umum dalam

dakwaan yang didakwaan kepada para terdakwa.

ECW Neloe, I Wayan Pugeg, dan M. Sholeh Tasripan didakwa dengan

subsidiaritas, yaitu:

- Primer, melanggar Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 18 UU No. 31 tahun 1999 jo

UU No. 20 tahun 2001 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 Pasal 64 ayat (1) KUHP.

- Subsidair, melanggar Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999

jo UU No. 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP

- Lebih subsidair, melanggar Pasal 3 jo pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 jo

UU No. 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat ke-1 jo Pasal 64 ayat (1) KUHP.

- Labih subsidair lagi, melanggar Pasal 3 jo pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999

jo UU No. 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Rumusan pasal 2 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi

(1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan

memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan

penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan

paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00

(dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar

rupiah).

(2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.

Jadi, bagian inti (bestanddelen) pasal 2 ayat (1) ini adalah72 :

72 Hamzah, Pemberantasan Korupsi Dalam Hukum h.122-123

Page 45: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

1. Secara melawan hukum;

2. Memperkaya diri sendiri atau orang lain atau memperkaya suatu

korporasi;

3. Dapat merugikan perekonomian negara.

Bagian yang pertama yaitu melawan hukum, menurut Andi Hamzah yang

dimaksud dengan secara melawan hukum dalam arti formil maupun arti materil.73

Sedangkan Roeslan Saleh menyebutkan menurut ajaran melawan hukum, yang

disebut melawan hukum materil tidaklah hanya bertentangan dengan hukum yang

tertulis tetapi juga bertentangan dengan hukum yang tidak tertulis.74

Kaya dapat diartikan mempunyai harta yang banyak atau banyak harta. 75

Memperkaya diri dapat diartikan dengan menjadikan lebih kaya. Menurut Andi

Hamzah memperkaya diartikan sebagai ”menjadikan orang yang belum kaya

menjadi kaya atau orang yang sudah kaya menjadi lebih kaya.”76

Unsur dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Adami Chawazi mengemukakan bahwa keuangan negara adalah kekayaan negara

dalam bentuk apapun. Yang dimaksud dengan perekonomian dalam konteks ini

adalah suatu usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan ataupun usaha

masyarakat secara mandiri yang didasarkan pada kebijakan pemerintah, baik

ditingkat pusat maupun ditingkat daerah sesuai dengan ketentuan peraturan

73 Ibid., h.123

74 Roeslan Saleh, Sifat Melawan Hukum Dari Perbuatan Hukum Pidana, (Jakarta, Aksara Baru, 1987) h.7

75 Yandianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Bandung, MZS, 1997), h. 240

76 Andi Hamzah, Korupsi Di Indonesia dan Pemecahannya, (Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 1991), h. 92 atau Lihat: Hamzah, Pemberantasan Korupsi, h.177

Page 46: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

perundang-undangan yang berlaku dan bertujuan memberikan manfaat

kemakmuran dan kesejahteraan kepada seluruh rakyat.77

Sementara itu, untuk perumusan pasal 2 ayat (2) Undang-undang No. 31

tahun 1999, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan ”keadaan tertentu” adalah

keadaan yang dapat dijadikan alasan pemberatan bagi pelaku tindak pidana

korupsi, yaitu apabila :

a. Tindak pidana tersebut dilakukan terhadap dana-dana yang diperuntukkan

bagi : penanggulangan keadaan bahaya, bencana alam nasional,

penanggulangan akibat kerusuhan sosial yang meluas dan penanggulangan

krisis ekonomi dan moneter78

b. Penanggulangan tindak pidana korupsi.79

Pasal 3 Undang-undang 31 Tahun 1999

”Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang

lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan , kesempatan atau sarana

yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan

negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana seumur hidup atau

pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun

dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan

paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)”.

77 Adami Chawazi, Hukum Pidana Materiil Dan Formiil Korupsi Di Indonesia, (Jakarta,

Bayu Media, 2005) cet. Ke-2, h. 46

78 Hamzah, Pemberantasan Korupsi Dalam Hukumi, h. 77

79 R. Wiyono, Pembahasan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi, (Jakarta, sinar grafika, 2005) cet ke-1, h. 34

Page 47: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

Rumusan pasal ini, bila diteliti dan dicermati mengandung beberapa unsur

sebagai berikut: Unsur-unsur oyektif 1) perbuatannya yang menyalahgunakan

kewenangan atau menyalahgunakan kesempatan atau menyalahgunakan sarana, 2)

Yang ada padanya yang mengggunakan jabatan dan kedudukan, 3) Yang

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Unsur-unsur subyektif

adalah menguntungkan diri sendiri atau menguntungkan orang lain atau

menguntungkan suatu korporasi.

Adami chawazi menyatakan bahwa unsur menyalahgunakan kewenangan

dapat didefinisikan sebagai perbuatan yang dilakukan oleh orang yang sebenarnya

berhak untuk melakukannya, tetapi dilakukan secara salah atau diarahkan pada hal

yang bertentangan dari hukum atau norma masyarakat.80 Sedangkan

menyalahgunakan kesempatan menurut Wiyono adalah suatau keadaan akibat

adanya kelemahan-kelemahan dari ketentuan tentang tata kerja atau kesengajaan

menafsirkan secara salah mengenai ketentuan-ketentuan tersebut.81

Unsur karena jabatan atau kedudukan maksudnya adalah bahwa

kewenangan. kesempatan dan sarana karena jabatan atau kedudukan yang masih

dipangku. Sedangkan unsur terakhir yaitu unsur subjektif adalah tujuan

menguntungkan diri sendiri, atau orang lain atau suatu korporasi yang merupakan

unsur yang subyektif pada batin sipembuat. R. Wiyono menyatakan bahwa dapat

dikemukakan rumusan kata ”kedudukan” dalam perumusan ketentuan tindak

pidana korupsi dalam pasal 3 dipergunakan untuk pelaku dengan klasifikasi :

pertama pegawai negeri yang melakukan korupsi dan tidak memangku suatu

80 Chawazi, Hukum Pidana Materiil h. 50-51

81 Wiyono, Pembahasan Undang-Undang, h. 39

Page 48: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

jabatan tertentu baik, baik jabatan struktural maupun jabatan fungsional, kedua

pelaku tindak pidana korupsi yang bukan pegawai negeri atau perseorangan atau

swasta yang mempunyai fungsi dalam korporasi.

Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP

”Dihukum sebagai orang yang melakukan peristiwa pidana (dader): orang

yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau turut serta melakukan perbuatan

itu”

Pasal 64 ayat (1) KUHP

”Jika antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing merupakan

kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus

dipandang sebagai suatu perbuatan berlanjut (voortgezette handeling), maka

hanya dikenakan satu aturan pidana, jika berbeda-beda yang dikenakan maka yang

memuat ancaman pidana pokok yang paling berat”.

1. Unsur Setiap Orang

Pada saat undang No. 3 Tahun 1971 diundangkan, semula terdapat

perbedaan pendapat khususnya mengenai penerapan subjek dalam pasal 1 ayat 1

sub a dan b. Pendapat pada umumnya menyatakan hanya pegawai negeri yang

pengertiannya diperluas dengan pasal (2) yang dapat menjadi subjek dalam pasal

tersebut. Perbedaan pendapat itu disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, UU No.

3 Tahun 1971 adalah pengganti UU No. 24 (Prp) Tahun 1960 yang subjeknya

pegawai negeri. Kedua, penjelasan umum mengenai UU No. 3 Tahun 1971

diantaranya menyatakan,”.... pengertian pegawai negeri dalam undang-undang

sebagai subjek tindak pidana korupsi meliputi bukan saja pengertian pegawai

negeri menurut pasal 2, karena berdasarkan pengalaman-pengalaman selama ini,

orang-orang yang bukan pegawai negeri menurut pengertian hukum administrasi

Page 49: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

dengan menerima tugas tertentu dari suatu badan negara, badan yang menerima

bantuan negara dapat melakukan perbuatan tersebut (korupsi)”.82

Setelah diberlakukannya UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun

2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, unsur ”barang siapa” yang

tercantum dalam UU No. 3 Tahun 1971 dirubah menjadi unsur ”setiap orang”.

Perubahan tersebut, selain mengakhiri subjek hukum dalam UU No. 3 Tahun

1971, juga berarti bahwa subjek hukum dalam tindak pidana korupsi dapat

dikenakan atau ditujukan kepada siapa saja baik secara perorangan maupun

korporasi di mana subjek pegawai negeri atau bukan pegawai negeri merupakan

subjek hukum secara perorangan. Dengan kata lain, bahwa subjek hukum dalam

UU. No. 1 Tahun 1999 lebih diperluas lagi daripada pengertian subjek hukum

dalam UU No. 3 Tahun 1971.

2. Unsur Melawan Hukum

Unsur ”secara melawan hukum” dalam delik korupsi, menurut penjelasan

pasal 2 ayat 1 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi mencakup perbuatan melawan hukum formil dan materiil. Istilah

”melawan hukum” (wederrechtelijk) dalam literatur hukum pidana masih dikenal

pengertian melawan hukum yang saling berbeda seperti, bertentangan dengan

hukum, bertentangan dengan hak orang lain, tanpa hak sendiri. Menurut Noyon-

Langemeijer seperti yang dikutip oleh Andi Hamzah bahwa beliau mengusulkan

agar fungsi kata itu hendaknya disesuaikan dengan setiap delik tanpa secara asasi

menghilangkan kesatuan artinya.83

82 Indroharto, Andi Andojo Soetjipto, MH. Silaban, et all. Kapita Selekta Hukum dalam

Buku Mengenang Prof. H. Oemar Seno Adjie, ed Machrup Elrick, (Jakarta, Ghalia Indonesia,1996), h.57

83 Hamzah, Pemberantasan Korupsi Di Indonesia h. 76

Page 50: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

Pengertian melawan hukum itu sendiri harus dipandang dari segi formil

dan meteril (formele en materiele wederrechtlijkkheid) yaitu perbuatan-perbuatan

yang bertentangan dengan hukum tertulis termasuk yang didalamnya perbuatan-

perbuatan yang dilakukan tanpa hak dan perbuatan-perbuatan tercela yang tidak

patut menurut norma kehidupan masyarakat.84

Perumusan demikian dipengaruhi oleh Arrest Hoge Raad negeri belanda

tahun 1919 yang menyatakan: ”perbuatan melanggar hukum adalah bukan hanya

perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang (wet), melainkan juga

perbuatan yang dipandang dari sudut pergaulan masyarakat adalah tidak patut.

Dengan adanya Arrest Hoge Raad tersebut menyebabkan timbulnya dua

pandangan melawan hukum formal yang dianut oleh Simons dan pandangan

melawan melawan hukum materiil yang dianut oleh Vos.85

Unsur melawan hukum mempunyai makna yang sangat luas yakni:

perbuatan atau kelalaian seseorang yang oleh karenanya melanggar hak orang lain

atau bertentangan dengan kewajiban sendiri menurut hukum atau dengan norma-

norma adat kesopanan yang lazim atau bertentangan dengan keharusan pergaulan

hidup untuk bertindak prihatin terhadap orang lain atau barang cq haknya.86

3. Unsur Memperkaya Diri Sendiri Atau Orang Lain

Secara harfiah, memperkaya berarti menjadikan bertambah kaya.

sedangkan kaya artinya mempunyai banyak harta (uang). 87 Dengan demikian

84 Ibid., h. 90

85 R. Achmad S. Soemadipraja, Hukum Pidana Dalam Yurisprudensi, (Bandung, Armico, 1990) h. 67-69

86 Yenti Garnasih, Marwan Effendi, dkk, Benang Kusut Peradilan Korupsi Perbankan,

Catatan Hasil Eksaminasi Putusan Neloe Dkk.. (Jakarta, KRHN, 2006), cet ke-1, h. 51

87Yandianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Bandung, MZS, 1997), h. 240 atau lihat

Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta Balai Pustaka, 1976)

Page 51: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

pengertian memperkaya dapat diartikan menjadikan orang yang belum kaya

menjadi kaya atau menjadikan orang yangsudah kaya menjadi bertambah kaya.

istilah memperkaya suatu unsur (bestandeel) delik dalam UU No. 31 Tahun 1999

yang sebenarnya berasal dari UU No. 24 (Prp) Tahun 1960. Kata yang sama

mengenai istilah ”memperkaya” ditemukan pula dalam peraturan penguasa pusat

No. Prt. 013 Tahun 1958 tentang Pengusutan. Penuntutan, dan Pemeriksanaan

Korupsi Pidana atau Pemilikan Harta Benda. Hal tersebut tercantum dalam bab

IV, pasal 12 ayat (2) butir c tentang Harta Benda yang Dapat Disita dan Dirampas,

yakni : ”harta benda seseorang ayng kekayaannya setelah diselidiki dianggap tidak

seimbang dengan pengahasilan atau mata pencahariaanya”.88

Sedangkan menurut pasal 2 ayat (1) atau pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999

yang dimaksud dengan unsur ”memperkaya” hanya sebatas dengan memperkaya

diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi.89 Dengan demikian pengertian

istilah ”memperkaya” antara harfiah dan yang ada dalam undang-undang dapat

dikatakan hampir sama. Keduanya menunjukkan adanya perubahan kekayaan atau

adanya pertambahan kekayaan seseorang atau suatu korporasi yang diukur dengan

penghasilan yang telah diperoleh atau sumber penambahan kekayaan lainnya.

4. Unsur Dapat merugikan keuangan negara

88 Garnasih, Benang Kusut Peradilan, h. 51

89 Istilah tersebut ada korelasinya apabila dihubungkan dengan pasal 37 ayat (4) UU No. 31 Tahun 1999 yang apabila terdakwa tidak dapat membuktikan tentang kekayaan yang tidak seimbang dengan penghasilan atau sumber penambahan kekayaannya, maka keterangan tersebut dapat memperkuat alat bukti yang sudah ada bahwa terdakwa telah melakukan tindak pidana korupsi. Garnasih, Benang Kusut Peradilan, h. 51

Page 52: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

Menurut penjelasan umum UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi, yang dimaksud keuangan negara adalah seluruh kekayaan

negara dalam bentuk apapun yang dipisahkan atau tidak dipisahkan, termasuk

didalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang

timbul karena berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban

pejabat kembaga negara baik ditingkat pusat maupun di daerah atau berada dalam

penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban BUMN/BUMD, yayasan,

badan hukum, dan perusahaan yang menyertakan modal negara atau perusahaan

yang menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan negara.

Sedangkan yang dimaksud dengan perekonomian negara adalah kehidupan

perekonomian yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas

kekeluargaan atau usaha masyarakat secara mandiri yang didasarkan pada

kebijakan pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang bertujuan memberikan manfaat,

kemakmuran, dan kesejahteraan kepada seluruh rakyat Indonesia.

Dalam penjelasan pasal 2 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 mengenai unsur

dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian dijelaskan kata ”dapat”

sebelum frase merugikan keuangan negara atau perekonomian negara

menunjukkan tindak pidana korupsi yang telah dirumuskan bukan dengan

timbulkan akibat. Unsur ini dapat diartikan bahwa perbuatan korupsi telah

terpenuhi/terbukti apabila perbuatannya cukup berpotensi merugikan keuangan

negara atau perekonomian negara selain unsur melawan hukum dan memperkaya

juga terpenuhi.

5. Unsur penyalahgunaan wewenang. kesempatan, atau sarana yang ada

padanya karena jabatan atau kedudukan

Page 53: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

Unsur ini menunjukkan bahwa subjek hukum yang tercantum dalam pasal

3 UU No. 31 Tahun 1999 tentang PTPK disyaratkan harus memiliki kapasitas

sebagai orang yang memiliki jabatan atau kedudukan dalam suatu

organisasi/lembaga baik jabatan dalam pemerintahan maupun nonpemerintah

seperti pengurus yayasan, koperasi, atau badan hukum perusahaan yang

mengandung penyertaan modal atau fasilitas90 dari keuangan negara.

Kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya adalah

kewenangan, kesempatan, atau saran yang diperoleh karena jabatan atau

kedudukannya. Seorang yang bukan pegawai negeri dapat saja menyalahgunakan

kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau

kedudukan sebagai pelaksana pekerjaan yang menggunakan dana/fasilitas dari

negara. Oleh karena pelaksanaan pekerjaan itu dia mempunyai kedudukan dan

tanggungjawab atas penggunaan uang negara tersebut (putusan No. 892

K/Pid/1983).

Kata wewenang berarti mempunyai hak dan kekuasaan untuk melakukan

sesuatu.91 Seseorang dengan jabatan atau kedudukan tertentu akan memiliki

kewenangan tertentu pula. Dengan kewenangannya tersebut, ia akan memiliki

kekuasaan atau peluang untuk melakukan sesuatu, ini yang kemudian dinamakan

dengan ”kesempatan”.92 Seseorang yang memiliki jabatan atau kedudukan

biasanya akan mendapat sarana tertentu pula dalam rangka menjalankan

90 Fasilitas adalam bentuk perlakuan istimewa yang diberikan dalam berbagai bentuk,

misalnya bunga pinjaman yang tidak wajar, harga yang tidak wajar, pemberian izin, dan keringanan-keringanan lainnya. (lihat Penjelasan Umum Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi).

91 Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indoenesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 1976) h. 1010

92 Ibid., h. 810

Page 54: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

kewajiban dan wewenangnya. Kata ”sarana”sendiri menurut kamus besar bahasa

Indonesia adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai

maksud atau tujuan.93

B. Sariqah (Pencurian)

Secara garis besar, Islam memberikan pemisahan tiga kriteria kajian

Jinayah yaitu : jarimah Hudud, jarimah Qisas dan jarimah Ta’zir. Jarimah Qisas

meliputi penganiayaan dan pembunuhan. Jarimah hudud meliputi zina, menuduh

zina, meminum khamr, ,mencuri, merampok, murtad dan pemberontakan.94

Jarimah hudud adalah kejahatan yang sudah diatur dalam nash al-quran secara

jelas baik unsur maupun sanksinya. Sedangkan jarimah Qisash adalah

Adapun jarimah ta’zir adalah semua jenis tindakan atau kejahatan yang

tidak secara tegas diatur dan ditentukan Nash-nash baik dalam Al-Quran maupun

Hadist Nabi SAW. Jarimah ta’zir ini aturan teknis, jenis dan pelaksanaanya

ditentukan oleh penguasa / hakim setempat. Jenis jarimah ta’zir macam-macam

dan bentuknya sangat banyak dan tidak terbatas sesuai dengan kejahatan-

kejahatan yang dilakukan oleh manusia.95

Korupsi sebagai sebuah kejahatan atau perbuatan pidana pada dasarnya

tidka diatur secara specific dalam Islam. Namun M. Nurul Irfan dalam

disertasinya tentang tindak pidana korupsi menurut hukum islam dan hukum

positif menyatakan bahwa Fiqh Jinayah dalam klasifikasi Ta’zir setidaknya

mengatur tujuh tindak kejahatan yang berbeda namun memiliki unsur yang hampir

93 Ibid., h. 784

94 Abdul Qadir Al-Audah, al-Tasyri’ al-Jina’i al-Islami, jilid 2 h. 6 95 Muhammad Abu Zahrah, al-Jarimah wa al-Uqubah fi fiqhi al-Islami, al-Jarimah, jilid h.89

Page 55: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

sama dengan korupsi. Ke tujuh jarimah tersebut adalah ghulul (penggelapan),

risywah (penyuapan), khianat, ghasab, al-maksu (pungutan liar), al-ikhtilas

(pencopetan) dan al-intihab (penjambretan).96

Selanjutnya beliau menghilangkan al-maksu (pungutan liar) dari

perhitungan kedekatan unsur dengan tindak pidana korupsi Muhammad Nurul

Irfan menyebutkan bahwa jarimah yang paling mendekati dalam jarimah Ta’zir

adalah khianat sedangkan dalam Hudud yang paling mendekati unsur tindak

pidana pencurian adalah sariqah (pencurian). 97

Unsur tindak pidana korupsi yaitu “setiap orang secara melawan hukum,

“mengambil hak orang lain” dan “menguntungkan diri sendiri” secara tersirat

dalam fiqh Jinayah unsur tersebut “mengambil hak” dan menguntungkan diri

sendiri” merupakan unsur dari sariqah (pencurian). Namun apakah kemudian

sanksi potong tangan sebagaimana sanksi dari tindakan pencurian / sariqah. Sebab

jarimah sariqah atau tindak pidana pencurian merupakan jarimah hudud yang jelas

tidak boleh dianalogikan. Menurut M. Nurul Irfan, seperti yang dikatakan Andi

hamzah dengan mengutip pendapat dari M. Cherief Bassiouni bahwa hudud,

crime which are codified in the qur’an, require a rigid application of the

principles of legality, hudud sebagai sebuah jarimah yang telah disebutkan secara

tegas dalam al-Quran harus dilaksanakan secara baku, tegas atau apa adanya

sesuai dengan prinsip-prinsip keabsahan hukum.98

96 Muhammad Nurul Irfan, Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Dalam Perspektif Fiqh

Jinayah, Disertasi untuk menyelsaikan sudi S-3 di Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta per 2007-2008. h. 78-79.

97 Muhammad Nurul Irfan, Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Dalam Perspektif Fiqh Jinayah, Disertasi untuk menyelsaikan sudi S-3 di Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta per 2007-2008. h. 152

98 M.Cherief Bassouni, Crimes against Humanity in International Criminal law, (Boston:1999) second edition, h.136

Page 56: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

Dalam jarimah hudud tidak berlakuk analogi berbeda dengan qisas dan

ta;zir yang didalamnya berlaku analogi. Lebih tegas lagi Andi Hamzah

menyatakan bahwa Hudud is stirictly not allowed analogy, hudud bersifat kaku

dan dilarang keras memakai analogi.99

Penulis kemudian menarik unsur jarimah terdekat dengan tindak pidana

korupsi yaitu sariqah (pencurian). Maka unsur-unsurnya menggunakan unsur

jarimah sariqah dengan unsur pengkhianatan di dalamnya. Namun sanksi bagi

pelakunya masuk ke wilayah Ta’zir. Ta’zir dapat di tetapkan berdasarkan

kebijakan penguasa dan Hakim. Rentang penjatuhan hukuman dari minimum

hingga maksimum atau hukuman mati.

Wahbah Zuhaili menjelaskan bahwa korupsi merupakan bagian dari tindak

pidana ta’zir dengan istilah Al-Ikhtilas Namun menurut M. Nurul Irfan Al-Ikhtilas

bermakna pencopetan. Menurut beliau yang membedakan sariqah dengan Al-

ikhtilas adalah bahwa al-ikhtilas dilakukannya pengambilan pada barang yang

tidak sedang dalam penyimpanan sedangkan sariqah pada barang yang sedang

disimpan. Maka dari itu penulis mengambil sariqah karena lebih dekat dengan

unsur tindak pidana korupsi.

Pencurian adalah salah satu perbuatan yang termasuk ke dalam kategori

hukuman had, yaitu yang ketentuannya sudah ada dalam Al-Quran. Sedangkan

penerapannya dalam konteks korupsi atau pencurian adalah surat al-Maidah ayat

38.

Kata pencurian adalah terjemahan dari bahasa arab al-sariqah, yang

menurut etomologi berarti melakukan sesuatu tindakan terhadap orang lain secara

sembunyi. Misalnya, istaraqqa al-sam’a (mencuri dengar) dan musaraqat al-

99 Muhammad Nurul Irfan, Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Dalam Perspektif Fiqh

Jinayah, Disertasi untuk menyelesaikan sudi S-3 di Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta per 2007-2008. h. 42

Page 57: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

nazara (mencuri pandang).100 Erat hubungannya dengan pengertian tersebut

adalah pengertian dari ulama fiqh, antara lain, Abdul Qadir Al-Audah, yang

mengatakan bahwa pencurian adalah tindakan mengambil harta orang lain dalam

keadaan sembunyi-sembunyi.101 Yang dimaksud dengan mengambil harta orang

lain secara sembunyi-sembunyi adalah mengambilnya tanpa sepengetahuan dan

kerelaan pemiliknya. Korupsi menurut Undang-undang terkandung juga unsur

secara diam-diam didalamnya.

Menurut Muhammad Abu Syahbah seperti yang dikutip oleh Ahmad

Wardi Muslich, pencurian didefinisikan sebagai. :

ا�@%�� �%(�، ه� أ>? ا�#�)/ أى ا���: ا���� م�ل ا�=�% >�4� إذا ب): ن�8ب�،

� �� ه?ا ا�#�ل ا�#A>3ذ* .م- �%ز م- �B% أن ی�3ن �" �

Pencurian menurut syara’ adalah pengambilan oleh seorang mukallaf

yang baligh dan berakal terhadap harta milik orang lain dengan diam-diam,

apabila barang tersebut mencapai nishab (batas minimal), dari tempat

simpanannya, tanpa ada syubhat didalam barang yang diambil tersebut. 102

Dari definisi diatas dapat kita simpulkan ada empat macam unsur-unsur

pencurian, yaitu sebagai berikut103 :

1. Pengambilan secara diam-diam

100 Muhammad Amin Suma, A. Malik Fajar, dkk, Pidana Islam Di Indonesia –Peluang,

Prospek Dan Tantangan-, ( Jakarta, Pustaka Firdaus, 2001) cet ke-1, h. 111

101 Abdul Qadir Audah, ‘At Tasyri’ Al Jina’iy Al Islamiy, Juz I,( Beirut, Al-Qahiroh Dar Al Kitab, 1977, ) cet ke-2 h. 519 atau Lihat: Suma, Pidana Islam Di Indonesia, h. 112

102 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam –Fikih Jinayah- (Jakarta, Media Grafika, 2006) Cet ke-2 h.82

103 Muhammad Amin Suma, Pidana Islam Di Indonesia h. 114-122

Page 58: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

Hal ini terjadi ketika sang pemilik barang tidak mengetahui terjadinya

pengambilan barang tersebut dan ia tidak merelakannya. Contohnya adalah

mengambil barang milik seseorang dirumahnya pada malam hari ketika waktu

tidur. Untuk terjadinya pengambilan yang diperlukan tiga syarat, yaitu : pertama

pencuri mengeluarkan barang yang dicuri dari tempat simpanannya, kedua, barang

yang dicuri dikeluarkan dari kekuasaan pemiliknya, ketiga, barang yang dicuri

dimasukkan kedalam kekuasaan pencuri

Ketiga syarat tindakan pencurian tersebut diatas kalau tidak sempurna

maka bukan atau tidak dapat digolongkan kepada tindak pidana pencurian (had).

Sebagai contoh orang yang baru mengumpulkan barang dirumah orang lain pada

malam hari –belum keluar- maka tidak dapat digolongkan sebagai perbuatan yang

terkena hak pencurian karena perbuatan tersbut belum selesai. Kemudian unsur

sembunyi-sembunyi menjadi penting karena kalau tidak terpenuhi maka akan

masuk kedalam hukuman perampokan.

2. Barang yang diambil berupa harta

Salah satu unsur yang penting untuk dikenakannya hukuman potong

tangan adalah bahwa barang yang dicuri itu harus barang yang bernilai mal

(harta). Apabila barang yang dicuri itu bukan mal seperti hamba sahaya, atau anak

kecil yang belum tamyiz maka pencuri tidak dikenai hukuman had.104 Menurut

Mustafa Ahmad Zarqa seperti dikutip oleh Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH.

MA.,MM., dalam bukunya Pidana Islam Di Indonesia, Peluang Prospek Dan

Tantangan Menyebutkan bahwa harta adalah sesuatu yang dicendrungi oleh tabiat

manusia dan mungkin disimpan pada waktu dibutuhkan. Hal ini yang disepakati

oleh Abu Hanifah, Syafi’i dan Ahmad Bin Hambal. Oleh karena itu menurut

104 Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam, h.83

Page 59: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

mereka pencurian terhadap anak kecil tidak termasuk kepada hukuman had

melainkan hukuman ta’zir, sedangkan Imam Malik dan Zahiriah menyebutkan

bahwa pencurian anak atau penculikan dapat di golongkan kepada hukuman had

karena penculikan anak kecil tidak kalah berbahaya dibandingkan dengan

pencurian harta biasa.105

Unsur kedua ini baru dianggap sempurna jika terpenuhi empat syarat, yaitu

: pertama Harta yang dicuri berupa benda bergerak, kedua benda yang diambil

merupakan benda yang memiliki nilai ekonomis. Ketiga benda yang diambil

berada ditempat penyimpanan yang layak bagi jenis harta tersebut. Keempat harta

yang diambil mencapai satu nishab mayoritas ulama dari kalangan Malikiyah,

Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa kadar nishab pencurian yang

diancam dengan hukuman had adalah sebanyak seperempat dinar emas. Atau

sama dengan 1,11 gram emas, dengan asumsi bahwa satu dinar emas sama dengan

4,45 gram. Hal ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad,

Muslim, Nasa’i, dan Ibnu Majah bahwa Rasulullah bersabda:

.�'�DF ی! ا�@�رق إ� �� ربD دی��ر ��8(!ا

”Tangan pencuri tidak dipotong kecuali dalam pencurian seperempat

dinar ke atas”106

Namun ada yang mengatakan bahwa setiap pencurian berapapun dasarnya

tetap dihukum had. Ini berdasarkan kepada hadis Nabi yaitu :

G!ی DF�2� � �DF�2 ی!G وی@%ق ا�&H� .��- اI ا�@�رق ی@%ق ا�

”Allah mengutuk pencuri, yang mencuri telur tetap harus dipotong

tangannya dan yang mencuri tali juga harus dipotong tangannya”.107

105 Muhammad Amin Suma, Pidana Islam Di Indonesia h. 116.

106 Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam h.85

107 Ibid, h.85

Page 60: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

Kemudian ada pula hadis nabi yang menyatakan bahwa nisha pencurian

jatuh pada sepuluh dirham atau satu dinar emas. Hadis diriwayatkan oleh Abu

Dawud.

�)� اI ()�" وس)� ی! رM �� مL- ��#2" دی��ر أو(K%ة Iرس3ل ا DF�

)رواG أب3داود(درا��

”Rasulullah saw. Memotong tangan seorang laki-laki dalam pencurian

tameng (perisai perang) yang harganya satu dinar atau sepuluh dirham”.108

3. Harta tersebut milik orang lain

Dengan persyaratan ini dapat diketahui bahwa seseorang yang mengambil

benda yang bukan hak milik seseorang seperti kayu dihutan dan barang temuan

tidak dimasukan kedalam jarimah sariqah. Disamping itu, dengan persyaratan ini

seseorang yang mengambil suatu benda yang ia sendiri mempunyai hak

didalamnya, tidak dikenakan hukuman had, karena adanya syubhat. Yang

dimaksud syubhat disini adalah berkumpulnya dua dalil dalam satu perbuatan,

yang satu membolehkan sedangkan yang satu lagi melarang.

Maksudnya adalah suatu benda yang bila diambil oleh pencuri secara

sembunyi-sembunyi ternyata didalamnya terdapat hartanya karena terdapat dalil

yang membolehkan namun dilain sisi terdapat pula dalil yang melarang karena

disitu terdapat pula harta orang lain. Seseorang yang mencuri satu nishab harta

dan dalam jumlah harta tersebut terdapat harta milik pencuri tersebut dikeluarkan

dari jumlah harta yang ducurinya, berarti sisanya tidak lagi mencapai satu nishab.

Atas dasar pertimbangan bahwa adanya hal yang menggugurkan hukuman

had, seseorang miskin yang mencuri harta baitul mal kepunyaan orang muslim,

108 Ibid., h.86

Page 61: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

tidak dipotong tangannya karena didalamnya terdapat haknya. Dalam hal itu

pelaku akan dikenakan hukuman ta’zir. Berbeda dengan itu, Imam Malik

berpendapat, seseorang yang mencuri harta baitul mal, diancam dengan hukuman

had. Bila mana kita berpegang kepada pendapat Imam Malik ini sekaligus batas

nishab yaitu 1,11 gram emas yang nilainya kalau diuangkan tidak lebih dari 1 juta

rupiah maka sanksi bagi koruptor adalah hukuman had. Hal ini dikuatkan oleh

pendapat Syafi’iyah yang menyatakan jikalau harta dibaitul mal tersebut bukan

merupakan hak dari kelompok pencuri maka jatuh kepadanya hukuman had.109

4. Adanya niat melawan hukum atau kesengajaan melakukan kejahatan

Yang dimaksudkan dengan adanya kesengajaan melakukan kejahatan ialah

adanya kesengajaan mengambil harta orang lain padahal si pengambil mengetahui

bahwa perbuatan itu adalah terlarang. Tidak bisa mengetahui bahwa perbuatan

mencuri adalah terlarang bisa jadi karena beberapa kemungkinan antara lain :

pertama orang tersebut baru masuk Islam, kedua karena menganggap barang yang

diambilnya adalah kepunyaanya, ketiga karena menganggap si empunya telah

mengizinkan. Keempat mengangap barang tersebut sudah ditinggalkan

pemiliknya. kelima mengambil barang untuk sementara dan ia bermaksud untuk

mengembalikannya ketempat semula.

Adanya kesengajaan mengambil milik orang lain dipertegas dengan

adanya niat untuk memiliki harta yang diambil tersebut. Bilamana telah lengkap

keempat unsur ini dengan segala persyaratannya pada satu perbuatan kejahatan,

109 Muhammad Amin Suma, Pidana Islam Di Indonesia h. 121.

Page 62: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

maka perbuatan tersebut dianggap kejahatan pencurian sehingga pelakunya

diancam dengan hukuman had yaitu potong tangan.

5. Unsur khianat yaitu menentang kebenaran / tidak amanah.

Penulis menganggap bahwa tidak cukup untuk menjatuhkan sanksi uqubah

ta’zir dengan unsur jarimah dari hudud. Maka dari itu, penulis menambahkan satu

unsur lagi untuk memperjelas uqubah ta’zir. Unsur yang paling mendekati adalah

khianat.110 Khianat menurut al-Raghib al-Asfahani dalam kitab Mu’jam Mufradat

al-Faz al-Quran bahwa Khianat adalah sebuah sikap menyalahi / atau menentang

kebenaran dengan cara membatalkan janji secara sembunyi-sembunyi / sepihak.111

Sementara Wahbah Zuhaili dalam kitab al fiqh al –islami wa adillatuh,

jilid q menjelaskan definisi khianat adalah segala sesuatu tindakan atau upaya

yang bersifat melanggar janji dan kepercayaan yang telah dipersyaratkan

didalamnya atau telah berlaku didalam hukum adat kebiasaan. 112

Jika kita mengacu pada definisi diatas maka unsur khianat kita temukan

dalam pasal 2 sampai dengan pasal 13 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU 20 Tahun

2001. Unsur tersebut antara lain dapat dicontohkan dengan unsur ”...

menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena

jabatan atau kedudukan ...” (Pasal 3 Undang-undang 31 Tahun 1999). Maka dari

110 Khianat menurut M. Nurul Irfan adalah unsur yang paling banyak digunakan pada UU

No. 31 tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001. Khianat dipakai sebanyak 21X, risywah sebanyak 12 X, ghulul sebanyak 2 X, sedangkan ghasab, sariqah dan hirabah sama sekali tidak digunakan karena tidak cocok dengan rumusan pasal UU No. 31 Tahun 1999 jo. 20 Tahun 2001.

111 Muhammad Nurul Irfan, Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Dalam Perspektif Fiqh

Jinayah, Disertasi untuk menyelsaikan sudi S-3 di Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta per 2007-2008. h. 160-163

112 Muhammad Nurul Irfan, Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Dalam Perspektif Fiqh

Jinayah, Disertasi untuk menyelsaikan sudi S-3 di Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta per 2007-2008. h. 117

Page 63: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

itu cukuplah dasar untuk kemudian menempatkan unsur khianat sebagai salah satu

unsur dalam tindak pidana korupsi berdasarkan hukum islam.

Untuk lebih jelasnya, penulis memperbandingkan setiap unsur dalam pasal

3 UU No. 31 Tahun 1999 dengan unsur jarimah sariqah ditambah dengan ta’zir

khianat.

Landasan

Al-Qur’an Surat UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Bunyi

ketentuan ا�@%�� �%(�، ه� أ>? ا�#�)/ �أى ا���: ا���� م�ل ا�=�% >�4 %�B -إذا ب): ن�8ب�، م- �%ز م� �� ه?ا ا�#�ل *أن ی�3ن �" �

.ا�#A>3ذ

”Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan , kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)”.

Persamaan

unsur

1. Adanya mukallaf ./ orang yang melakukan

1. Unsur setiap orang

2. Pengambilan secara diam-diam secara melawan hukum

2. Unsur rmelawan hukum

3. Barang yang diambil berupa harta yang dapat menambah kekayaan.

3.Unsur memperkaya diri sendiri atau orang lain (adanya barang atau uang atau harta)

4. Harta tersebut milik orang lain (milik rakyat)

4. Unsur dapat merugikan keuangan negara (keuangan rakyat banyakj

Unsur Ta’zir

khianat

5. Unsur khianat yaitu menentang kebenaran / tidak amanah.

5. Unsur penyalahgunaan wewenang, kesempatan dan sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan

Sanksi / Disesuaikan dengan keputusna Penjara 20 tahun atau denda

Page 64: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

Hukuman penguasa / Hakim. Namun dapatlah diketahui hukuman minimum adalah penjara dan maksimum adalah hukuman mati.

paling sedikit 50 Juta rupiah atau paling banyak 1 milyar rupiah.

Berdasarkan tabel diatas tersebut dapatlah diketahui bahwa sebenarnya

unsur dalam jarimah hudud sariqah dan ta’zir khianat bila digabungkan dapat

menyamai unsur yang ada dalam pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999. penulis

beranggapan bahwa dengan demikin perdebatan tentang unsur perbuatan korupsi

dalam Islam dapatlah di berikan salah satu alternatif penawaran atau solusi. Ke

depan, bukan tidak mungkin unsur tersebut di adopsi berikut uqubahnya untuk

memperberat pelaku tindak pidana korupsi.

BAB IV

ANALISA PUTUSAN

A. Posisi Kasus

Kasus korupsi Bank Mandiri sebesar Rp. 160 milyar yang melibatkan

direksi Bank Mandiri yaitu ECW Neloe (mantan Direktur Utama), I Wayan Pugeg

(mantan Direktur Manajemen Resiko) dan M. Sholeh Tasripan (mantan Direktur

Page 65: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

Kredit Korporasi) merupakan korupsi yang cuikup besar selain korupsi BLBI

yang menurut BPK mencapai Rp. 84,8 triliun.

Ketiga mantan direksi Bank Mandiri diduga telah melakukan tindak

pidana korupsi secara bersama-sama dan berkelanjutan. Mereka diduga telah

memperkaya korporasi atas pemberian fasilitas kredit kepada PT. CGN yang

dianggap merugikan negara dan prosedurnya menyimpang dari ketentuan

perkreditan yang berlaku di Bank Mandiri.

Dalam surat dakwaan dinyatakan bahwa pada tanggal 23 oktober 2002

para terdakwa sebagai pemutus kredit menyetujui pemberian kredit kepada PT

CGN sebesar Rp. 160 milyar tidak memastikan pemberian kredit telah didasarkan

pada penilaian secara jujur, objektif, cermat, seksama dan terlepas dari pihak-

pihak yang berkepentingan. Kemudian tanggal 24 oktober 2002 para terdakwa

telah menyetujui permohonan kredit bridgjng loan sebesar Rp. 160 miliyar kepada

PT CGN untuk membeli aset PT Tahta Medan (PT TM) dengan tidak memenuhi

ketentuan perbankan dan asas-asas perkreditan sebagaimana diatur dalam artikel

520 kebijakan perkreditan rakyat Bank Mandiri (KBPM) tahun 2000.

Para terdakwa saat menyetujui pemberian kredit bridging loan tersebut

tidak melakukan penilaian secara seksama antara kelayakan jumlah permohonan

kredit dan kegiatan usaha (proyek) yang akan dibiayai dengan melakukan

penelitian harga aset kredit PT TM. Padahal aset PT TM dibeli oleh PT Tri

Manunggal Mandiri persada (PT TMP) dari badan lelang Badan Penyehatan

Perbankan Nasional (BBPN) sekitar Rp. 97 milyar, sehingga ada kelebihan sekitar

Rp. 63 milyar dari nilai kredit yang dikucurkan (Rp. 160 milyar). Dalam nota

analisa kredit bridging loan diuraikan bahwa PT CGN sebelumnya telah

mengajukan fasilitas kredit investasi sebesar $ 18,5 juta yang akan digunakan

Page 66: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

untuk membeli hak tagih BPPN atas nama PT TM dari PT Tri Manunggal

Wiratama (PT MW) sebesar Rp. 160 milyar dan sisanya Rp. 5 milyar ditambah

self financing dari PT CGN sebesar Rp. 22,5 milyar digunakan utnuk men-take

over (mengambil alih) saham yang dimiliki oleh pemegang saham lama PT TM

yaitu Dana Pensiun Bank Mandiri (DPBM) dan PT Pengelola Investama Mandiri

(PT PIM).

Namun kenyataannya PT CGN tidak pernah menyetor self financing dan

saham PT PIM tidak berhasil dibeli/diambil alih (take over), sedangkan saham

DPBM baru dibayar sebesar Rp. 14.597.000.000,00 dari seluruh harga saham

sebesar Rp. 18.246.250.000,00 sehingga sekitar Rp.3.649.250.000.00 yang tidak

dibayar (putusan hal. 30-31). Selain itu para terdakwa pemutus kredit dalam

menyetujui pemberian kredit bridging loan kepada PT CGN tidak memperhatikan

ketentuan pedoman pelaksanaan kredit (PPK) PT Bank Mandiri, khususnya bab

VI buku II tentang Informasi dan Data Debitur yang menyebutkan persyaratan

debitur harus mempunyai neraca laba/rugi tiga tahun terakhir dan neraca tahun

yang sedang berjalan atau neraca pembukuan perusahaan yang baru berdiri serta

permohonan kredit diatas Rp. 1 milyar harus diaudit oleh akuntan publik terdaftar.

Kenyataanya PT CGN merupakan perusahaan yang baru enam bulan berdiri yang

didirikan pada 23 april 2002 dan tidak pernah menyerahkan neraca tahun berjalan

atau pembukaan kepada Bank Mandiri serta saham (modal) yang disetor hanya

sebesar Rp. 600 juta (putusan hlm. 32-33).

Jaksa mendakwa mantan Direktur Utama Bank Mandiri ECW Neloe,

mantan Direktur Risk Management I Wayan Pugeg dan mantan EVP Coordinator

Corporate & Goverment M. Sholeh Tasripan dituntut 20 tahun penjara dan denda

Rp. 1 milyar subsider kurungan 12 bulan. Akan tetapi Neloe dan kawan-kawan

Page 67: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

tidak dituntut membayar uang pengganti karena jaksa menilai tindak pidana

korupsi yang dilakukannya memperkaya pihak lain. Jaksa juga meminta barang

bukti berupa sembilan akta jual beli dan sertifikat tanah milik ketiga terdakwa

dirampas untuk negara, yang diperhitungkan untuk pengembalian kerugian

negara. Tuntutan dibacakan kamis oleh JPU yang dipimpin Baringin Sianturi

dalam sidang di PN Jakarta Selatan. Sidang dipimpin oleh majelis hakim yang

diketuai Gatot Suharnoto dengan anggota I Ketut Manika dan Machmud Rachimi.

Menurut jaksa, ketiganya bersalah melakukan korupsi secara bersama-

sama dan berlanjut. Perbuatan pidana dilakukan dalam pemberian fasilitas kredit

investasi kepada PT CGN, menyimpang dari ketentuan perkreditan yang berlaku

dibank mandiri. Terdakwa tela memperkaya korporasi, yakni PT CGN dan PT

Media Televisi Indonesia, melalui PT TMP sebesar Rp. 54,5 milyar. Perbuatan

tersebut merugikan negara sebesar $ 18,5 juta atau setidak-tidaknya Rp. 160

milyar.113

Dalam kesempatan terpisah, Neloe mambantah kesimpulan jaksa yang

menyatakan pemberian kredit bridging loan yang kemudian dialihkan menjadi

kredit investasi merugikan negara. Sedangkan menurut salah seorang penasihat

hukum terdakwa, Juan Felix Tampubolon, kredit kepada CGN yang

dipermasalahkan dalam perkara ini tidak dapat dikatakan merugikan negara

karena belum jatuh tempo. Faktanya tidak ada kerugian negara, yang ada potensi

kerugian negara.114

113 “Neloe dkk. Dituntut 20 Tahun penjara”, Kompas, 27 Januari 2006

114 “ECW Neloe : Nilailah Saya Dengan Hati Nurani”, www.hukumonline.com, 9 Februari 2006

Page 68: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

Menurut Neloe, pemberian kredit dana talangan senilai Rp. 160 milyar

kepada PT. CGN untuk menyelamatkan PT. Tahta Medan. Krisis diperusahaan itu

melibatkan anak perusahaan Bank Mandiri selaku pemegang saham dan pendiri

perusahaan. Menurutnya, menyelamatkan PT. Tahta Medan juga menyelamatkan

Bank Mandiri. Neloe juga menyatakan bahwa pengalihan dana kredit talangan ke

kredit investasi tidak menimbulkan kerugian. Kredit dana talangan telah dilunasi

dengan kredit investasi. Bank Mandiri juga masih menikmati bunga, provisi

kredit, dan denda jika terjadi tunggakan angsuran. Hingga desember 2005, jumlah

pembayaran sebesar Rp. 58 milyar dan angsuran pokok $ 700.000.115

Setelah melewati proses sidang selama lima bulan, tiga mantan petinggi

Bank Mandiri, ECW Neloe, I Wayan Pugeg dan M. Soleh Tasripan akhirnya

divonis bebas. Majelis hakim menjatuhkan vonis bebas kepada Neloe dkk. yang

didakwa telah melakukan tindak pidana korupsi dalam penyaluran kredit Bank

Mandiri kepada PT CGN.

Dalam putusannya majelis menyatakan semua unsur pasal dalam UU No.

31 tahun 1999 yang didakwakan telah terpenuhi, kecuali unsur ”dapat merugikan

keuangan negara”. Majelis menyatakan perbuatan mereka telah memenuhi unsur

”melawan hukum” pasal 2 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagai dakwaan primer. Para terdakwa

dinilai telah melawan hukum karena telah menyetujui penyaluran kredit CGN

tanpa mengindahkan prinsip kehati-hatian yang diatur dalam kebijakan

perkreditan PT. Bank Mandiri. Mereka tidak cermat menganalisa kemampuan

modal CGN yang modal setornya hanya Rp. 600 juta, sementara kredit yang

disetujui jauh lebih besar yakni Rp. 160 milyar. Majelis juga menolak pembelaan

115 “Neloe : Negara Tak dirugikan”, Kompas, 10 Februari 2006

Page 69: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

terdakwa dengan dalil adanya segregation of duty (pemisahan tugas), dengan

mencoba melemparkan kesalahan kepada bawahannya. Hal ini didasarkan UU No.

1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, direksi adalah pihak yang paling

bertanggung jawab atas operasional perusahaan. Prinsip dalam undang-undang

tersebut sesuai dengan asas vicarious liability dalam pertanggungjawaban Pidana

Korporasi, yaitu bahwa pertanggungjawaban dalam suatu organisasi adalah

kepada orang yang paling mempunyai kewenangan.

Vonis bebas terhadap ECW Neloe dkk. menimbulkan reaksi dari berbagai

pihak. Komisi Yudisial (KY) memanggil majelis hakim yang mengadili perkara

Bank mandiri dengan terdakwa ECW. Neloe dkk. Menurut Irawady Joenoes, dari

hasil diskusi dengan dua pakar hukum dari tim ahli BPK, ditemukan kejanggalan

dalam proses pemberian kredit dan akhirnya mengarah pada dugaan kejanggalan

putusan majelis hakim. Misalnya, tidak diterapkannya prinsip kehati-hatian,

proses pemberian kredit sangat cepat, tidak ada uji kelayakan, dan proses

pemberian kredit menyalahi aturan internal Bank Mandiri dan UU Perbankan.116

Menurut Irawady, Majelis Hakim seharusnya bisa mengartikan kata

”dapat” sebagai berpotensi merugikan keuangan negara atau perekonomian negara

sebagaimana dalam UU No. 31 Tahun 1999. Selain itu, digunakannya UU tentang

Perbendaharaan Negara yang baru disahkan pada Tahun 2004, padahal kasusnya

sendiri terjadi pada tahun 2002.117

Sementara itu, Guru Besar Hukum Pidana Universitas Padjajaran, Prof

Komariah Emong Sapardjaja berpendapat pertimbangan hakim tidak tepat dan

116 “KY Panggil Majelis Hakim Kredit Macet Bank Mandiri”, www.republika.co.id,

Jumat 10 Maret 2006

117 “KY Panggil Majelis Hakim Kredit Macet Bank Mandiri”, www.republika.co.id, Jumat 10 Maret 2006

Page 70: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

tidak sesuai dengan UU No. 31 Tahun 1999. Menurutnya UU No. 31 Tahun 1999

menganut konsep kerugian negara dalam arti delik formil. Unsur ”dapat

merugikan keuangan negara atau...” seharusnya dapat diartikan merugikan negara

baik langsung maupun tidak langsung. Artinya, suatu tindakan otomatis dapat

dianggap merugikan keuangan negara apabila tindakan tersebut ”berpotensi”

merugikan keuangan negara.118

B. Analisa Kasus

1. Analisa Perbuatan Korupsi

Dalam melakukan analisa penulis menguraikan dakwaan sesuai dengan

yang ada dalam putusan. Namun analisa lebih ditekankan pada unsur tentang

”dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara”

Menimbang bahwa unsur-unsur delik pasal 2 ayat 1 UU nomor 31 tahun

1999 adalah :

1. Setiap orang ;

2. Secara melawan hukum ;

3. Melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, atau orang lain atau suatu

korporasi ;

4. Yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara

Penulis berpendapat langkah yang ditempuh majelis hakim sampai poin ini

cukup tepat. Dalam hal menafsirkan unsur-unsur, majelis hakim, cukup jeli.

Adami Chazawi menyebutkan bahwa perincian rumusan tindak pidana korupsi

ayat (1) adalah119 : Perbuatannya yang memperkaya diri sendiri atau memperkaya

118 “UU Korupsi Menganut Kerugian Negara Dalam Arti Formil”,

www.hukumonline.com, 21 februari 2006

119 Chazawi, Hukum Pidana Materiil h. 34-35

Page 71: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

orang lain atau memperkaya suatu korporasi, dengan cara melawan hukum dan

dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara

Atau penjabaran unsur korupsi yang dilakukan oleh Andi Hamzah yang

menyatakan bahwa bagian inti (bestanddelen) pasal 2 ayat (1) adalah 120: melawan

hukum, memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, dapat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Pada pendapat Adami Chawazi dan Andi Hamzah kita hanya menemukan

tiga unsur korupsi sedangkan pada pertimbangan majelis hakim tulisan KPK

tentang korupsi kita menemukan empat unsur sekalipun tidak sama urutannya.

Perbedaan tersebut pada unsur ”setiap orang” yang tidak dicantumkan oleh Adami

dan Andi Hamzah.

Majelis hakim memberikan pertimbangan terhadap terpenuhi atau tidak

unsur ”setiap orang” sebanyak 2 halaman (h. 210-211), terhadap pertimbangan

unsur :”melawan hukum” sebanyak 10 halaman (h. 211-220), terhadap

pertimbangan unsur ”memperkaya diri sendiri, orang lain atau suatu korporasi”

sebanyak 5 halaman (h.220-224), terhadap pertimbangan unsur ”dapat merugikan

keuangan negara” sebanyak 6 halaman (h.224-229). Sedangkan sebanyak 6

lembar (h. 230-235) majelis hakim gunakan untuk memberikan pertimbangan

kepada dakwaan subsidair, lebih subsidair dan dakwaan lebib subsidair lagi.

a. Pertimbangan majelis hakim tentang unsur ”setiap orang” ;

Penulis sepakat dengan pertimbangan Hakim yang menekankan

pembedaan makna antara ”setiap orang” dengan ”pelaku” dalam tindak pidana.

Indonesia yang melakukan pemisahan terhadap ”perbuatan” dengan

120Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi –Melalui Hukum Pidana Nasional Dan

Internasional- (Jakarta, Grafindo Persada, 2005) Cet ke-2, h. 122-123

Page 72: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

”pertanggungjawaban” memberikan implikasi bahwa orang yang melakukan

perbuatan pidana belum tentu mempunyai pertanggungjawaban pidana. Ini terlihat

dalam pertimbangan hakim seperti berikut :

Menimbang bahwa Prof. Subekti SH mendefinisikan bahwa subyek hukum

adalah pembawa hak atau subyek dalam hukum, sedangkan Prof. Dr. Sudikno

Mertokusumo, SH mendefinisikan subyek hukum dadalah segala sesuatu yang

dapat memperoleh hak dan kewajiban dari hukum ; (h. 210 alinea ke-3) Menimbang bahwa menurut majelis hakim dalam memberikan pengertian

tentang setiap orang tidak bisa dikaitkan dengan uraian kesalahan para

terdakwa, karena sesuai asas hukum pidana, masalah kesalahan adalah masalah

pertanggungjawaban pidana bukan perbuatan pidana karena di Indonesia

menganut ajaran yang dualistis yang memisahkan antara perbuatan pidana dan

pertanggungjawaban pidananya ; (h. 211 alinea ke-1)

Hal tersebut diatas sesuai dengan yang diungkapkan oleh Moeljatno yaitu

orang tidak mungkin dipertanggungjawabakan atau dijatuhi pidana kalau dia tidak

melakukan perbuatan pidana. Tetapi meskipun melakukan perbuatan pidana, tidak

selalu ia dapat dipidana.121 Menurut Moeljatno Hal ini akan lebih mudah

dimengerti jika kita membedakan istilah perbuatan pidana dengan kesalahan.

Seperti yang berkembang dalam hukum pidana Inggris mengenai ”criminal act”

dengan ”criminal liabilty”.122

Diakhir pertimbangannya hakim menyatakan bahwa unsur setiap orang

dalam kasus terpenuhi dengan bersandar bahwa para terdakwa merupakan objek

hukum yang memenuhi syarat ”manusia, laki-laki sebagai pendukung hak dan

kewajiban”.

Menimbang bahwa dari fakta hukum yang diperoleh di persidangan

bahwa para terdakwa yaitu : E.C.W. NELOE, I WAYAN PUGEG dan M SHOLEH

TASRIPAN, SE., MM, yang dihadapkan dipersidangan adalah termasuk

pengertian setiap orang karena termasuk orang perorangan yaitu manusia, laki-

laki sebagai pendukung hak dan kewajiaban. ; (h. 212 alinea ke-2)

121 Moeljatno, Asas-Asas Hukum h.. 155

122 Poernomo, Asas-Asas Hukum h. 129-130.

Page 73: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

Menimbang bahwa dengan perimbangan seperti terurai di atas, maka

unsur setiap orang telah terpenuhi ;

Penulis sepakat dengan majelis hakim yang menyatakan bahwa terdakwa

memenuhi unsur tindak pidana yang pertama yaitu unsur setiap orang.

b. Pertimbangan majelis hakim tentang unsur ”secara melawan hukum” ;

Hakim memberikan pertimbangan keberadaan unsur melawan hukum atau

sifat melawan hukum. Majelis mengutip pendapat para ahli hukum, seperti Simon

dan Roeslan Saleh, tentang sifat melawan hukum formil dan materiil, yang

tertulis dan tidak tertulis.

Menimbang bahwa menurut para ahli hukum yaitu Simon menyatakan

bahwa yang dimaksud dengan Wederredhtelijk (melawan hukum) adalah tidak

hanya bertentangan dengan hukum pada umumnya, jadi tidak hanya sejedar

bertentangan dengan hukum yang tertulis akan tetapi juga bertentangan dengan

hukum yang tidak tertulis ; (h.212)

Menimbang bahwa Roeslan Saleh menyatakan bahwa menurut ajaran

melawan hukum yang materiil tidaklah hanya bertentangan dengan hukum

tertulis tetapi juga bertentangan dengan hukum tidak tertulis. Sebaliknya ajaran

hukum yang formil berpendapat bahwa melawan hukum adalah bertentangan

dengan hukum tertulis saja ; (h.212)

Majelis hakim kemudian menguraikan kronologis pertimbangan lain yang

terdiri 34 alinea dalam 7 halaman, guna mencari kebenaran materil kemungkinan-

kemungkinan adanya sifat melawan hukum.

c. Kemungkinan adanya sifat melawan hukum

Ketiga terdakwa disini jelas dinyatakan yang mempunyai hak untuk

menyetujui fasilitas kredit, yaitu dengan bridging loan, dengan nilai Rp. 160

milyar atau 18,5 juta dollar US. Disini juga secara langsung tertera bahwa

terdakwa merupakan pihak yang kemudian menyetujui pemberian kredit tersebut

kepada PT. CGN melalui direktur utamanya saksi Edison. (h.214 alinea ke-1).

Terdakwa I, yaitu I.C.W Neloe dengan kewenangannya kemudian

Page 74: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

mendisposisikan kepada terdakwa III, M. Sholeh Tasripan untuk diteruskan

kepada bagian yang berwewenang yaitu Group Head, Departement Head,

Relationship Management dan Credit Analist untuk dilakukan analisa kredit

terhadap permohonan kredit yang diajukan (h.214 alinea ke-2)

Edison selaku pemohon kredit pada tanggal 22 oktober 2002 menyerahkan

kepada terdakwa I yaitu Neloe kemudian diteruskan kepada saksi Indah selaku

CA (Credit Analysis), melaui mekanisme yang ada pada KPBM dan PPK yang

berlaku di Bank Mandiri Tbk. (h.214 alinea ke-3). Untuk kemudian pada hari itu

juga tanggal 22 oktober 2002 dilakukan analisa kredit oleh Indah, Khoirul Anwar

(Departement Head) dan Sucipto (RM). (h. 214 alinea ke-4). Dari keterangan

saksi Indah bahwa dokumen persyaratan permohonan kredit bridging loan

ternyata tidak ada, tidak seperti yang biasanya ada pada permohonan kredit

investasi (h. 215 alinea ke-2).

o bahwa dari keterangan saksi Indah telah diperoleh fakta hukum bahwa

document persyaratan permohonan kredit Bridging Loan tidak ada,

tidak seperti yang dilampirkan dalam permohonan kredit investasi ;

(h.215 alinea ke-2)

Ketiadaan persyaratan permohonan kredit Bridging Loan merupakan suatu

poin dimana adanya kemungkinan unsur kelalaian yang dilakukan oleh terdakwa

dalam menangani transaksi kredit dengan nilai puluhan milyar..

Urutan pemutus kredit dari yang terendah adalah terdakwa III, kemudian

terdakwa II kemudian terdakwa I, selaku Direktur Utama. (h.215 alinea ke-4) Dari

keterangan didapat bahwa saksi Indah telah melakukan pemeriksaan dokumen

yang ada dengan mempertimbangkan aspek 5 C sebagai wujud kehatian-hatian

berdasarkan ketentuan KPBM dan PPK PT. Bank Mandiri Tbk ; (h. 216 alinea ke-

1).

Page 75: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

Yang menarik untuk dicermati lebih detail adalah tentang ketentuan bahwa

pada jaminan dari PT. CGN harus dilakukan pengikatan secara sempurna atas

nama PT. Bank Mandiri dengan tujuan bila kredit tersebut macet maka Bank

Mandiri mempunyai hak preference atas agunan tersebut. Namun Bank Mandiri

tidak melakukan pengikatan tersebut secara sempurna dan hal tersebut merupakan

sebuah penyimpangan atas operating prosedur bank. (h. 217 alinea ke-4 dan h.

218 alinea ke-1,2,3).

o bahwa walaupun telah diatur baik dalam KPBM maupun PPK maupun

SPPK agar barang agunan tersebut diikat, akan tetapi PT. Bank

Mandiri Tbk selaku krediturnya tidak melakukan pengikatan itu secara

sempurna ; (h. 218 alinea ke-2)

o bahwa dengan tidak melakukan pengikatan atas agunan yang

diberikan debitur, maka hak ini adalah ujud suatu penyimpangan atas

standard operating prosedur bank yang harus dipatuhi dan ditaati

oleh para terdakwa ; (h. 218 alinea ke-3)

Saksi ahli dari Bank Indonesia, Nani Purwati menyatakan bahwa sikap

kehati-hatian dalam pemberian kredit seharusnya tetap ada sekalipun pengikatan

barang agunan tidak dilakukan, padahal dimiliki juga surat kuasa mamasang hak

tanggung. Karena hal tersebut bertujuan untuk memulihkan penguasaan Bank

Mandiri atas barang agunan jika terjadi kredit macet dikemudian hari. (h. 220

alinea ke-2). Majelis menyatakan tidak melakukan pengikatan atas barang agunan

maka perbuatan tersebut sudah menyimpang SOP yaitu ketentuan dalam KPBM

dan PPK PT Bank Mandiri Tbk, sehingga walaupun Surat Kuasa Memegang Hak

Tanggung sudah dikuasai, hal itu tidak menghapuskan kesalahan para terdakwa

(h. 220 alinea ke-3).

Bahwa kemudian Majelis Hakim menegaskan unsur perbuatan melawan

hukum sudah terpenuhi.

Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan seperti tersebut diatas,

maka unsur adanya perbuatan yang melawan hukum telah terpenuhi ; (h.220)

Page 76: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

Penulis sepakat dengan pendapat majelis hakim karena berdasarkan fakta

hukum yang terungkap dan tercatat dalam putusan pengadilan memang terlihat

jelas bahwa terdakwa memiliki unsur sifat melawan hukum dengan tiga poin

perting :

1. Bahwa dalam persyaratan permohonan bridging loan PT. CGN tidak

ada.

2. Bahwa tidak dilakukannya pengikatan terhadap barang agunan PT.

CGN.

3. Bahwa tidak dilakukan pengawasan dengan cermat terhadap kinerja

Bisnis Unit PT. Bank Mandiri.

Penulis beranggapan bahwa unsur sifat melawan hukum tersebut kemudian

menjadi salah satu unsur pertanggungjawaban pidana dan pertanggungjawaban

pidana korporasi konsp vicarious liability. Karena ketiga sifat melawan hukum

tersebut masuk kedalam lingkup organisasi yang tanggungjawabnya ada diatasan,

dalam hal ini para Terdakwa.

d. Pertimbangan majelis hakim tentang unsur ”memperkaya diri sendiri,

orang lain atau suatu korporasi”.

Majelis hakim berusaha mencari makna yang tepat dengan istilah

“memperkaya” yang ada dalam pasal 2 ayat 1 UU No. 31 Tahun 1999 dan

menurut Majelis hal tersebut menjadi penting dengan tujuan agar tidak terjadi

pembiasaan atau sikap apriori terhadap makna “memperkaya” itu sendiri (h.220

alinea 5/ terakhir). Sedangkan, menurut majelis istilah memperkaya itu sendiri

tidak atau belum memiliki makna yang jelas karena UU No. 31 Tahun 1999 pada

bab penjelasan hanya memberikan kata “cukup jelas” pada poin penjelasan makna

“memperkaya” (h.221 alinea ke-2, 3)

Page 77: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

Kemudian majelis memperjelas makna “memperkaya” dengan merujuk

pada Kamus Indonesia yang memberikan arti “memperkaya” dengan makna

“melakukan perbuatan yang mengakibatkan seseorang yang semula tidak

memiliki suatu harta (miskin) menjadi memiliki harta yang banyak (kaya) atau

melakukan perbuatan yang mengakibatkan orang yang sudah banyak hartanya

(kaya) menjadi semakin banyak hartanya (semakin kaya) ; (h.221 alinea ke-4).

Usaha yang dilakukan oleh Majelis merupakan langkah yang tepat. Karena

mau tidak mau kalau kita cari kesepakatan makna tentang satu istilah dalam pasal

tentu dalam Undang-undang yang bersangkutan yang menjawabnya. Kalau

dengan hal tersebut tidak terjawab maka dicari pada pendapat ahli, dalam hal ini

Andi Hamzah, yang dimintai pendapatnya oleh majelis cukup kompeten

Majelis Hakim menegaskan bahwa pada 22 oktober 2002 PT. CGN

mengajukan Kredit 18,5 juta US dollar dengan fasilitas Bridging Loan yang

nilainya sebesar Rp. 160 milyar (h.221 alinea ke-6), permohonan kredit tanggal 28

oktober 2002 dan tanggal 29 oktober 2002 cair sebesar Rp. 160 milyar,

Kemudian, menurut majelis hakim, pada waktu mengajukan kredit kepada PT.

Bank Mandiri Tbk, modal yang dimiliki oleh PT. CGN sudah mencapai Rp. 600

juta (sudah kaya) (h.222 alinea ke-2), namun dengan modal yang dimiliki sebesar

Rp. 600 juta itu, PT CGN belum bisa atau belum mampu membeli asset PT. Tahta

Medan yang harganya ditawarkan sebesar Rp.160 milyar (h.222 alinea ke-3). Hal

tersebut menurut majelis hakim mebuat PT. CGN tidak bisa atau tidak mampu

membeli asset kredit PT. Tahta Medan, seperti tersebut diatas maka PT. CGN

belum bisa memiliki atau menguasai asset kredit PT. Tahta Medan (h.222 alinea

ke-4). Hal tersebut kemudian berubah dengan dicairkannya Kredit Bridging Loan

pada tanggal 28 dan 29 oktober 2002 yang total nilainya Rp. 160 milyar, maka

Page 78: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

PT. CGN bisa membeli, bisa menguasai dan bisa memiliki asset kredit PT. Tahta

Medan (menjadi semakin kaya) (h.222 alinea ke- alinea ke-5).

o bahwa kemudian dengan dicairkannya Kredit Bridging Loan pada

tanggal 28 dan 29 oktober 2002 yang total nilainya Rp. 160 milyar,

maka PT. CGN bisa membeli, bisa menguasai dan bisa memiliki asset

kredit PT. Tahta Medan (menjadi semakin kaya) ; (h.222 alinea ke-5)

Pertimbangan hakim dengan menyatakan bahwa perubahan PT. CGN

belum kaya sebelum modalnya bertambah Rp. 160 milyar karena

ketidakmampuan membeli aser PT Tahta Medan sudah sesuai dengan fakta

hukum yang ada dalam putusan tersebut.

Dalam pertimbangannya majelis mengatakan bahwa berdasarkan uraian

tersebut diatas, maka unsur memperkaya orang lain telah terpenuhi.

Menimbang bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka unsur

memperkaya orang lain telah terpenuhi ; (h.224 alinea ke-1).

e. Pertimbangan majelis hakim tentang unsur ”dapat merugikan keuangan

negara atau perekonomian negara”

Disini, majelis hakim memulai pertimbangan terhadap elemen tindak

pidana korupsi yang keempat dengan mengutarakan pentingnya posisi dari kata

”dapat” dalam pasal 2 ayat (1) tersebut (h.224 alinea ke-3). Hakim menjelaskan

bahwa pada dasarnya kata ”dapat” yang dalam bagian dari delik formil bertujuan

untuk memudahkan Jaksa dalam penuntutan (h.224 alinea ke-4). Karena menurut

Andi Hamzah seperti yang dikutip majelis, Sehingga Jaksa tidak perlu

membuktikan apakah kerugian itu betul-betul terjadi atau tidak (h.225 alinea ke-

1).

Penulis berpendapat bahwa apa yang dilakukan oeh majelis cukup tepat

dengan mengemukakan bahwa delik formilnya tindak pidana korupsi

Page 79: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

sesungguhnya memudahkan Jaksa untuk menuntut pelaku yang diduga melakukan

tindak pidana korupsi karena Jaksa hanya cukup membuktikan terpenuhinya unsur

pasal yang didakwakan. Dalam delik materil Jaksa harus membuktikan

keberadaan akibat dari perbuatan-perbuatan terdakwa.123 Tentang delik ini, Barda

Nawawi Arief menyatakan bahwa kata ”dapat” yang dicantumkan didepan unsur

merugikan keuangan negara pada pasal yang didakwakan oleh penuntut umum,

merubah delik ini menjadi ”delik formil”.124

Kata dapat maksudnya adalah bahwa kata ”dapat” sebelum kata ”kerugian

negara” di pasal tersebut dimaknai dengan arti potensial lost, sesuatu yang

berpotensi merugikan negara karena bukti-bukti diawal yang menyatakan bahwa

unsur sebelumnya terbukti. Dengan kelalaian, proses penyelesaian peminjaman

yang hanya memakan waktu satu hari, modal pemohon hanya Rp. 600 juta

sedangkan peminjaman Rp. 160 milyar, persyaratan permohonan bridging loan,

tidak dilakukannya pengikatan agunan dari PT. CGN125..

Majelis melakukan hal yang tidak termasuk kedalam ranah kompetensinya

yaitu menguji pasal 2 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 dengan mengatakan bahwa

”sudah saatnya kata ”dapat” dalam UU Tindak Pidana Korupsi yang baru di

hapuskan” dengan alasan bahwa bukan merupakan hal yang sulit dalam

melakukan pembuktian kata ”kerugian negara” (h.225 alinea ke-2).

123 Delik materil dalam KUHP seperti pasal 338 tentang pembunuhan yaitu :

“barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”. Sedangkan delik formil seperti pasal 362 tentang pencurian yaitu : “barangsiapa mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah”.

124 Barda Bawawi Arief, “Masalah Penegakkan Hukum & Kebijakan

Penanggulangan Kejahatan”, (Jakarta, Citra Aditya Bakti, 2001) Cet ke-1, h. 149

125 Garnasih, Benang Kusut Peradilan h. 99-101

Page 80: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

Majelis kemudian mengatakan bahwa delik korupsi adalah delik yang

sudah selesai dan tidak akan hapus seketika terdakwa mengembalikan uang

kepada negara (h.225 alinea ke-3). Majelis merasa tidak menemukan artian

spesifik dari kata “kerugian negara” dalam Undang-undang No. 31 tahun 1999

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi kemudian mencari artian definitif

kata tersebut pada Undang-undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara dimana pasal 1 butir 22 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kerugian

negara adalah kekurangan uang surat berharga dan barang, yang nyata dan pasti

jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja ataupun lalai ;

(h.225 alinea ke-4). Dan penegasan Majelis bahwa kerugian negara harus nyata-

nyata terjadi.

Saksi ahli Rudy Prasetya menyatakan bahwa pemegang saham baru

dikatakan rugi jika dilakukan likwidasi dengan catatan perusahaan tidak bisa

mengembalikan penyertaan (h.227 alinea ke-3). Sedangkan menurut saksi ahli,

K.C Komala dalam praktek perbankan suatu transaksi kredit baru dapat dihitung

kerugiannya apabila kredit itu telah jatuh tempo akan tetapi fasilitas kredit tidak

dapat dilunasi seluruhnya ; (h.227 alinea ke-4)

Saksi ahli Muhammad Yusuf, dipersidangan menerangkan bahwa saat

terjadinya kerugian negara apabila tidak memenuhi standart operating procedure

itu dikucurkan atau dicairkan, sedangkan apabila kemudian terjadi pembayaran

maka hal itu adalah merupakan tindak lanjut dari pembayaran atas kerugian

negara. Kemudian bila dalam laporan keuangan Bank Mandiri tidak ada laporan

kerugian maka berarti juga tidak ada kerugian yang dialami oleh negara (h.228

alinea ke-4,5).

Page 81: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

Kemudian majelis dalam pertimbangan akhirnya menyatakan bahwa

dalam pemeriksaan dalam persidangan, berdasarkan keterangan saksi-saksi dan

ahli serta bukti-bukti yang diajukan, maka menurut pendapat majelis hakim bahwa

kredit tersebut masih berjalan yang jatuh temponya nanti September 2007. Juga

diperoleh fakta hukum bahwa PT. CGN / PT. Tahta Medan si debitor masih

melaksanakan kewajiban yaitu berdasarkan bukti yang diajukan, sampai dengan

desember 2005, PT CGN / PT Tahta Medan sudah membayar bunga dan pokok

pinjaman sebesar Rp. 58 milyar, juga dari keterangan saksi dan ahli seperti terurai

diatas, menurut pendapat majelis hakim, tidak terbukti adanya kerugian Negara

c.q Bank Mandiri ; (h.229 alinea ke-3)

Sedangkan kesimpulan Majelis menyatakan bahwa oleh karena salah satu

unsur dalam pasal 2 ayat 1 nomor 31 tahun 1999 sebagaimana yang diuraikan

dalam dakwaan primer oleh Jaksa Penuntut Umum tidak terpenuhi maka dakwaan

tersebut harus dinyatakan tidak terbukti (h.229 alinea ke-4). Menimbang bahwa

oleh karena dakwaan primer tidak terbukti, maka terdakwa harus dibebaskan dari

dakwaan primer tersebut (h.230 alinea ke-1).

Menimbang bahwa oleh karena salam satu unsur dalam pasal 2 ayat 1

nomor 31 tahun 1999 sebagaimana yang diuraikan dalam dakwaan primer oleh

jaksa penuntut umum tidak terpenuhi maka dakwaan tersebut harus dinyatakan

tidak terbukti ; (h.229 alinea ke-4) Pertimbangan Majelis pada unsur “dapat merugikan keuangan negara atau

perekonomian negara” pada dakwaan primer diterapkan pada dakwaan subsidair,

lebih subsidair, lebih subsidair lagi sehingga otomatis semua dakwaan tersebut

patah. Tidak terpenuhinya dakwaan subsidair (h.231 alinea ke-2), lebih subsidair

(h.233, alinea ke-2), lebih subsidair lagi (h.233, alinea ke-3) memnyebabkan

hakim mengeluarkan putusan sebagai berikut :

Mengadili

Page 82: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

1. Menyatakan bahwa para terdakwa

- EDWARD CORNELIS WILLIAM NELOE, tersebut ;

- I WAYAN PUGEG, tersebut ;

- M. SHOLEH TASRIPAN, SE, MM, tersebut ;

Tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan kepada mereka.

2. Membebaskan para terdakwa tersebut dari seluruh dakwaan

tersebut ;

3. Memerintahkan agar para terdakwa dibebaskan dari tahanan negara

;

4. Mengembalikan hak-hak para terdakwa dalam kedudukan,

kemampuan, harkat dan martabatnya ;

5. Memerintahkan barang bukuti berupa dokumen yang tercantum

dalam daftar barang bukti no. Urut 1 sampai dengan 140 (h. 235-

255) tetap dilampirkan dalam berkas perkara dikembalikan kepada

terdakwa ;

6. Membebankan kepada msing-masing terdakwa untuk membayar

biaya perkara ini sebesar rp. 7500.00 ;

Penulis akan memberikan beberapa sanggahan atas pertimbangan unsur

“dapat merugikan keuangan negara” untuk memudahkan pisau analisa terhadap

unsur “pertanggungjawaban pidana korprasi”.

Kemudian, penulis mencoba mengungkapkan apakah kemudian ada

kemungkinan konsep strict liability dan vicarious liability dapat diterapkan dalam

kasus tindak pidana korupsi I.C.W Neloe dkk. Terlebih dengan dinyatakan mereka

Page 83: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

“tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan perbuatan

pidana“ sebagaimana dengan dakwaan.

Penulis melihat bahwa putusan Majelis Hakim telah salah menerapkan

hukum atau menerapkan hukum tidak sebagaimana mestinya dan kemungkinan

keluarnya putusan lain menurut penulis cukup terbuka. Hal itu dikarenakan

beberapa pertimbangan yang digunakan hakim tidak dalam jalurnya, antara lain :

1. Tidak konsistennya Majelis Hakim menerapkan ketentuan tindak pidana yang

didakwakan, karena Majelis Hakim dalam membuktikan unsur "barang siapa"

dan unsur "yang dengan melawan hukum" serta unsur "memperkaya orang

lain atau korporasi", didasarkan pada ketentuan pidana yaitu Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999, Namun pada saat membuktikan unsur “dapat

merugikan keuangan negara" Majelis Hakim mendasarkan pada ketentuan

Hukum Administrasi Negara (Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara) dan

Hukum Perdata (Perjanjian Kredit).

2. Bahwa Majelis Hakim keliru menafsirkan konotasi kata “dapat" sebagaimana

dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 secara analogi, karena Majelis

Hakim menafsirkan bahwa pengertian kata "dapat" adalah “suatu hal dapat

merugikan dan suatu hal dapat tidak merugikan”, (putusan hal 224 alinea 3)

sehingga Majelis Hakim telah menafsirkan kata "dapat" bertentangan dengan

penjelasan resmi dari Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 ; yaitu bahwa

rumusan delik ini adalah delik formil, artinya seperti apa yang dijelaskan

dalam penjelasan Pasal 2 ayat 1 UU Nomor 31 Tahun 1999 menjelaskan :

"Dalam ketentuan ini kata "dapat sebelum frasa" merugikan keuangan negara

Page 84: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

atau perekonomian negara, menunjukkan bahwa tindak pidana (delict) korupsi

merupakan delik formil, yaitu adanya tindak pidana korupsi cukup dengan

dipenuhinya unsur-unsur perbuatan yang sudah dirumuskan bukan dengan

timbulnya akibat" ;

3. Bahwa Majelis Hakim telah menafsirkan arti kata "dapat" dalam suatu yang

belum pernah terjadi dan ada secara nyata, karena Majelis Hakim

menginginkan dalam ketentuan baru nantinya kala "dapat" sudah saatnya

dihapuskan, sehingga dengan demikian Majelis Hakim telah menafsirkan

ketentuan dalam Undang-Undang yang belum ada, yang artinya penafsiran

keliru dari Majelis Hakim hanya merupakan wacana.

4. Bahwa kekeliruan Majelis Hakim dalam menafsirkan unsur tindak pidana

yaitu unsur "dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara"

terjadi dikarenakan Majelis Hakim telah mempertimbangkan hal-hal yang

tidak didakwakan, karena baik dalam Dakwaan Primair, Dakwaan Subsidair,

Dakwaan lebih Subsidair, serta Dakwaan lebih Subsidair lagi, Penuntut Umum

tidak ada mendakwakan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 dan Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 2004 ataupun meng-junctokannya dengan ketentuan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 atau menjunctokannya dengan

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004.

5. Bahwa adanya pemutarbalikan fakta keterangan ahli Prof. DR. Rudy Prasetya,

dimana di dalam pertimbangan Majelis Hakim halaman 227 paragraf 1

dikatakan : "Menimbang bahwa menurut Ahli Hukum Korporasi yaitu Prof.

DR. Rudy Prasetya mengatakan bahwa pemegang saham baru dapat

dikatakan menderita rugi apabila setelah dilakukan likuidasi perusahaan dan

hasil likuidasi tersebut tidak bisa mengembalikan penyertaan yang

Page 85: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

ditanamkan dalam PT tersebut", sementara dalam fakta persidangan berupa

keterangan ahli Prof. DR. Rudy Prasetya yang dituangkan dalam putusan

halaman 186 s/d 189 sebanyak 22 (dua puluh dua) fakta, tidak ada terungkap

fakta sebagaimana dipertimbangan Majelis Hakim pada putusan halaman 227

paragraf 1 tersebuf di atas ;

6. Bahwa adanya pemutarbalikan fakta keterangan ahli K.C. Komala oleh

Majelis Hakim, sebagaimana dalam pertimbangan Majelis Hakim halaman

227 paragraf 2 dikatakan "Menimbang bahwa ahli KC. Kamala, ahli

perbankan mengatakan bahwa dalam praktek perbankan suatu transaksi

kredit baru dapat dihitung kerugiannya apabila kredit itu telah jatuh tempo

akan tetapi fasilitas kredit tidak bisa dilunasi seluruhnya", sementara dalam

fakta persidangan berupa keterangan ahli tersebut sebagaimana dituangkan

dalam putusan halaman 193 s/d halaman 195, tidak satupun fakta keterangan

ahli tersebut yang menerangkan sebagaimana pertimbangan Majelis Hakim,

sehingga dasar pertimbangan Majelis Hakim bukan atas fakta yang terungkap

di persidangan ;

7. Bahwa Majelis Hakim dalam putusan tidak menerapkan hukum pembuktian

sebagaimana mestinya yaitu dalam menentukan unsur "dapat merugikan

keuangan negara", telah tidak menerapkan alat-alat pembuktian yang

diperoleh di persidangan secara obyektif dan komprehensif yaitu keterangan

ahli, karena : Majelis Hakim telah memanipulasi keterangan ahli dari BPKP

(ahli Mohamad Yusuf, Ak) yang mengatakan dalam putusan halaman 228

alinea 5 yaitu : "Menimbang, bahwa menurut keterangan ahli dari BPKP

yakni Muhamad Yusuf, AK dalam persidangan juga telah menerangkan bahwa

apabila dalam laporan keuangan Bank Mandiri yang disahkan dalam RUPS

Page 86: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

ternyata tidak ada kerugian yang dialami oleh Bank Mandiri, maka berarti

juga tidak ada kerugian yang dialami oleh Negara" ; padahal ada keterangan

Mohamad Yusuf, Ak yang menyatakan bahwa kerugian Negara sudah timbul

sejak diterbitkannya kredit yang tidak sesuai atau menyimpang dari ketentuan

yang diatur dalam Standar Operating Prosedure (hal. 185 alinea 3) dan yang

menyatakan bahwa dengan dikucurkannya kredit PT. Bank Mandiri kepada

PT. CGN dimana agunan belum diikat maka sejak saat itulah Negara telah

rugi sebesar kredit yang dukucurkan yakni 18,5 juta US Dollar. (hal. 185

alinea 5). dengan demikian jelas terdakwa bersalah.

8. Bahwa keterangan ahli tersebut telah dipertimbangkan Majelis Hakim

sepotong-potong dan tidak secara utuh, karena menurut ahli apabila dalam

RUPS Bank Mandiri mengalami keuntungan, hal tersebut adalah merupakan

keuntungan dari seluruh transaksi umum secara satu periodik (satu tahunan),

Sedangkan kerugian yang timbul dalam kasus ini adalah kerugian khusus atas

pemberian fasilitas kredit sebesar USD 18,500,000 yang menyimpang dari

Standart Operating Procedure antara lain tidak dilakukannya pengikatan

jaminan pada saat pencairan Standart Operating Procedure yang berlaku pada

Bank Mandiri";

2. Analisa Putusan Hakim Mengenai Pertanggungjawaban Pidana Korporasi

Penting mengetahui posisi terakhir kasus Ecw Neloe untuk mendapatkan

gambaran sejauh mana Hakim melakukan penerapan peraturan-perundang-

Page 87: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

undangan dengan tepat. Berikut petikan putusan Majelis Hakim Mahkamah

Agung pada putusan perkara E.C.W Neloe cs.

1. Pada putusan pidana Pengadilan Negeri Jaksel No: 2068/Pid.B/2005/PN

Pengadilan Negeri . E.C.W Neloe diputuskan bebas murni.

2. Pada tingkat mahkamah agung E.C.W Neloe diputuskan bersalah kasasi

MAhkamah Agung dengan nomor putusan 1144 K/Pid/ 2006.

M E N G A D I L I

Menolak permohonan kasasi dari para Pemohon Kasasi I/para Terdakwa :

I. EDWARD CORNELLIS WILLIAM NELOE,

II. I WAYAN PUGEG,

III. M. SHOLEH TASRIFAN, SE, MM tersebut ;

Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi II : JAKSA/ PENUNTUT

UMUM PADA KEJAKSAAN NEGERI JAKARTA SELATAN tersebut ;

Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 2068/Pid.B/2005/

PN.Jak.Sel, tanggal 20 Februari 2006 ;

MENGADILI SENDIRI

1. Menyatakan para Terdakwa :

I. EDWARD CORNELLIS WILLIAM NELOE,

II. I WAYAN PUGEG,

III. M. SHOLEH TASRIFAN, SE, MM

Telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak

pidana : “Korupsi secara bersama-sama dan berlanjut” ;

2. Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada Terdakwa-Terdakwa I, II,

III, tersebut dengan pidana penjara masing-masing selama 10 (sepuluh) tahun ;

Page 88: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

3. Menetapkan lamanya Terdakwa-Terdakwa I, II, III berada dalam

tahanan sebelum putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap, akan dikurangkan

seluruhnya dari pidana penjara yang dijatuhkan ;

4. Menghukum Terdakwa-Terdakwa I, II, III dengan hukuman denda

masing-masing sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dengan

ketentuan apabila pidana denda tidak dibayar, maka kepada masing-masing

Terdakwa dikenakan hukuman pengganti berupa pidana kurungan selama 6

(enam) bulan.

Putusan Mahkamah Agung menegaskan bahwa sesungguhnya putusan

hukum PN yang membebaskan E.C.W neloe sudah dibatalakan. Maka dengan

putusan tersebut terbuktilah bahwa ketiga terdakwa bersalah.

Pengungkapan asas kesalahan sebagai asas yang fundamental, mempunyai

arti bahwa pada prinsipnya pertanggungjawaban pidana dalam arti pemberian

pidana, hanya dapat dikenakan kepada orang yang benar-benar mempunyai

kesalahan atas perbuatan yang dilakukannya. Maksudnya, bahwa

pertanggungjawaban pidana hanya dikenakan kepada seseorang yang melakukan

perbuatan pidana, yang dalam hal ini perbuatan itu didukung oleh sikap batin yang

tercela. 126

Teori fiduciary duty adalah suatu kewajiban yang ditetapkan undang-

undang bagi seseorang yang memanfaatkan seseorang lain, dimana kepentingan

pribadi seseorang yang diurus oleh pribadi lainnya, yang sifatnya hanya hubungan

atasan-bawahan sesaat. Orang yang mempunyai kewajiban ini harus

melaksanakannya berdasarkan suatu standar dari kewajiban (standard of duty)

yang paling tinggi sesuai dengan yang dinyatakan oleh hukum. Sedangkan

126 Djanim, Korporasi Dan Pertanggungjawaban h. 107

Page 89: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

fiduciary ini adalah seseorang yang memegang peran sebagai suatu wakil (trustee)

atau suatu peran yang disamakan dengan sesuatu yang berperan sebagai wakil,

dalam hal ini peran tersebut didasarkan kepercayaan dan kerahasiaan (trust and

confidence) yang dalam peran ini meliputi, ketelitian (scrupulous), itikad baik

(good faith), dan keterusterangan (candor). Fiduciary ini termasuk hubungan

seperti, pengurus atau pengelola, pengawas, wakil atau wali, dan pelindung

(guardian). Termasuk juga di dalamnya seorang lawyer yang mempunyai

hubungan fiduciary dengan client-nya. 127

Doktrin atau prinsip fiduciary duty atau pendelegasian wewenang ini dapat

kita jumpai dalam Undang-undang No.1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.

Menurut Pasal l79 ayat (1) UUPT pengurusan PT dipercayakan kepada direksi

Lebih jelasnya pasal 82 UUPT menyatakan, bahwa Direksi bertanggung jawab

penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta

mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan Sedangkan Pasal 85

UUPT menetapkan bahwa setiap anggota Direksi wajib dengan itikad baik dan

penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha Perseroan.

Pelanggaran terhadap hal ini dapat menyebabkan Direksi bertanggung jawab

penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan

tugasnya tersebut.

Menanggapi putusan bebas tersebut. Jaksa Penuntut Umum, Baringin

Sianturi menilai putusan Majelis Hakim yang menggunakan definisi kerugian

negara berdasarkan UU No. 1 Tahun 2004 tidak tepat. Baringin berpendapat

tindakan majelis hakim tersebut telah menyalahi prinsip non-retro aktif (tidak

127 Henry Campbell Black , Black’s Law Dictionary, hal. 625.

Page 90: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

berlaku surut) karena UU Perbendaharaan Negara dikeluarkan tahun 2004,

sedangkan kejadiannya tahun 2002. Baringin juga tidak sependapat dengan

pertimbangan majelis yang menyatakan kerugian negara tidak ada karena PT.

CGN sudah mencicil per Desember 2005. Pasalnya, fakta sebenarnya adalah PT.

CGN baru mulai mencicil setelah direksi PT. CGN ditahan oleh kejaksaan.128

Maka ditambah dengan tujuh keterangan yang penulis ajukan dan

keterangan Prof Dr. Rudy Prasetya, SH dan Prof. Dr. Andi hamzah, SH sebagai

saksi ahli sebagai berikut :

Saksi ahli Prof. Dr. Rudy Prasetya, SH menyatakan : Bahwa Apabila suatu

keputusan yang diambil oleh direksi adalah hasil keputusan bersama dengan

persetujuan komisaris, maka RUPS yang diwakilkan komisaris bisa ikut

tanggung jawab (h. 187, alinea ke-7)

Saksi ahli Prof. Dr. Andi Hamzah , SH menyatakan : Bahwa ada satu

prinsip dalam hukum pemidanaan yang menyatakan yakni tidak ada

pertanggungjawaban pidana tanpa adanya kesalahan, sehingga dalam perkara

ini tidak bisa diterapkan asas strict liability ; (h. 196, alinea ke-3)

Penjelasan dari Prof. Rudy Prasetya sesungguhnya membuka adanya

dimungkinkannya pertanggungjawaban berdasarkan konsep vicarious liability

yaitu ”pelimpahan” kesalahan dari bawahan kepada atasan. Namun kita juga perlu

melihat lagi apakah bawahan dari ketiga Direktur tersebut yang melakukan

kesalahan, tentu tadi sudah sedikit penulis jelaskan tentang fiduciary of duty.

Sedangkan Prof. Andi Hamzah, menyatakan tidak mungkin melakukan

pertanggungjawaban pidana tanpa adanya kesalahan sehingga konsep strict

128 “Neloe Cs Lolos Dari Tuntutan 20 Tahun Penjara”, www.hukumonline.com, 20

Februari 2006.

Page 91: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

liability yang penulis ajukan tentu terpatahkan kalau unsur kesalahan tidak ada

dan tidak terbukti. Namun penulis merasa yakin kalau kesalahan ketiga direktur

Pt. Bank Mandiri Tbk tersebut nyata-nyata ada. Berikut petikan putusan hakim

dan keterangan para ahli yang menyatakan berdasarkan penjelasan diatas tentang

adanya perbuatan melawan hukum yang menindikasikan adanya kesalahan dalam

putusan pemberian kredit.

1. Persyaratan kredit tidak lengkap

o bahwa dari keterangan saksi Indah telah diperoleh fakta hukum bahwa

document persyaratan permohonan kredit Bridging Loan tidak ada,

tidak seperti yang dilampirkan dalam permohonan kredit investasi ;

(h.215 alinea ke-2)

2. Tidak dilakukannya pengikatan terhadap agunan

o bahwa walaupun telah diatur baik dalam KPBM maupun PPK maupun

SPPK agar barang agunan tersebut diikat, akan tetapi PT. Bank

Mandiri Tbk selaku krediturnya tidak melakukan pengikatan itu secara

sempurna ; (h. 218 alinea ke-2)

Undang-undang No. 1 Tahun 1995 yang menyatakan bahwa Dewan

Direksi adalah yang bertanggung jawab atas segala operasional perseroan

terbatas atau korporasi (h.219 alinea ke-3). Terlebih diketahui tenyata

kelalaian tidak memasang hak tanggung tersebut berlangsung selama kurun

waktu 3 tahun, sejak 22 oktober 2002 hingga 2005 (h. 219 alinea ke1,2).

3. Surat Kuasa Memegang Hak Tanggung tidak menghapuskan kesalahan

terdakwa

Saksi ahli dari Bank Indonesia, Nani Purwati menyatakan bahwa sikap

kehati-hatian dalam pemberian kredit seharusnya tetap ada sekalipun

pengikatan barang agunan tidak dilakukan. Karena hal tersebut bertujuan

untuk memulihkan penguasaan Bank Mandiri atas barang agunan jika terjadi

Page 92: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

kredit macet dikemudian hari. (h. 220 alinea ke-2). Majelis menyatakan tidak

melakukan pengikatan atas barang agunan maka perbuatan tersebut sudah

menyimpang SOP yaitu ketentuan dalam KPBM dan PPK PT Bank Mandiri

Tbk, sehingga walaupun Surat Kuasa Memegang Hak Tanggung sudah

dikuasai, hal itu tidak menghapuskan kesalahan para terdakwa (h. 220 alinea

ke-3).

Penulis tentu sepakat dengan pendapat majelis hakim yang penulis kuti

pdiatas karena berdasarkan fakta hukum yang terungkap dan tercatat dalam

putusan pengadilan memang terlihat jelas bahwa terdakwa memiliki unsur

sifat melawan hukum dengan tiga poin penting :

1. Bahwa dalam persyaratan permohonan bridging loan PT. CGN tidak

ada.

2. Bahwa tidak dilakukannya pengikatan terhadap barang agunan PT.

CGN.

3. Bahwa Surat Kuasa Memegang Hak Tanggung tidak menghapuskan

kesalahan terdakwa

Dengan demikian maka unsur melawan hukum yang secara nyata

merupakan sifat melawan hukum sudah terpenuhi maka pertanggungjawaban

pidana dapat diterapkan. Adapun yang tepat adalah bertnggungjawaban pidana

vicarious liability karena penulis memegang prinsip dalam UU No. 1 Tahun

1995 yang menyatakan bahwa Dewan Direksi adalah yang bertanggung jawab

atas segala operasional perseroan terbatas atau korporasi selain adanya

keterangan tentang Urutan pemutus kredit yaitu ”dari yang terendah adalah

terdakwa III, kemudian terdakwa II kemudian terdakwa I, selaku Direktur

Utama. (h.215 alinea ke-4)

Page 93: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

Dalam hal ini karena pertanggungjawaban pidana korporasi yang

dianut dalam hukum pidana Indonesia mengharuskan bahwa perusahaan

bersalah dalam arti ada niat dan celaan objektif yang tertuang dalam perbuatan

perusahaan yang melawan hukum. Dalam kasus I.C.W Neloe dan kawan-

kawan yang menjadi terdakwa adalah mantan direktur utama, managemen dan

risk managemen. Mereka melakukan kesalahan dan kesengajaan berdasarkan

beukti-bukti tersebut pada poin 1 hingga 8 dengan nyata-nyata.

Menurut penulis, ketiga terdakwa seharusnya dinyatakan bersalah

kemudian dijatuhkan sanksi menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2001

tentang perubahan atas Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang

pemberantasan tindak pidana korupsi, namun tidak dapat dijerat dengan pasal

yang terkait dengan pertanggungjawaban pidana korporasi. Karena

terdakwanya bukan korporasi atau ketiganya tidak dinyatakan sebagai

perwakilan dari korporasi. Vicarious liability hanya memudahkan dalam

menjatuhkan kesalahan kepada pemegang kekuasaan tertinggi.

Maka pertanggungjawaban pidana korporasi tidak melelekat pada

kasus ketiga terdakwa.

3. Analisa Putusan Hakim Mengenai Pertanggungjawaban Pidana Korporasi

Menurut Hukum Islam

Penulis akan mencoba menganalisa kasus tersebut diatas, terutama

dibagian akhir yang berkaitan dengan penerapan hukum Islam, yaitu berdasarkan

unsur hudud Sariqah dengan ta’zir khianat. maka penulis akan menguraikan

unsur–unsur sariqah dan ta’zir yang terdapat dalam kasus Bank Mandiri.

1. Pengambilan secara diam-diam.

Page 94: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

Bahwa Persyaratan kredit tidak lengkap kemudian pencarian dana yang

sangat cepat yaitu hanya dalam satu hari penulis menggolongkannya kepada unsur

pencurian yaitu pengambilan secara diam-diam.

2. Barang yang diambil berupa harta.

Bahwa uang senilai $ 18,5 juta dollar atau senilai dengan Rp. 160 milyar.

telah dikelurkan oleh PT. Bank Mandiri. Hal ini memenuhi unsur pencurian lain

yaitu barang yang diambil berupa harta.

3. Harta tersebut milik orang lain

Dana yang ada di PT. Bank Mandiri adalah uang nasabah Bank Mandiri

yang disimpan disana dan dikelola oleh PT. Bank Mandiri. negara adalah pemilik

perusahaan tersebut. jadi negara juga mempunyai andil kepemilikan terhadap uang

dan sirkulasi keuangan di Pt. Bank Mandiri. Bank Mandiri dapat digolongkan

kepada badan hukum dalam Syariat Islam yaitu sama baitul mal (perbendaharaan

negara) sebagai “badan” (jihat) yakni badan hukum (syaksun ma’nawi). karena

sahamnya dimiliki sebahagian besar oleh negara.

4. Adanya niat melawan hukum atau kesengajaan melakukan kejahatan

Bahwa Persyaratan kredit tidak lengkap kemudian pencarian dana yang

sangat cepat dan tidak mengidahkan prinsip kehati-hatian yaitu hanya dalam satu

hari dan tidak dilakukannya pengikatan terhadap agunan merupakan unsur

melawan hukum.

Maka dengan demikian unsur pencurian sudah terpenuhi dalam konsep

hukum Islam. Adapun dalam pertanggungjawaban pidana korporasi maka harus

dilihat sejauh manakah adanya pembebasan ketiga direktur itu dengan hasil akibat

perbuatan atau tidak adanya hasil perbuatan yang dikerjakannya dengan kemauan

Page 95: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

sendiri, dimana ia harus mengetahui maksud-maksud dan akibat-akibat dari

perbuatan itu.

Pertanggungjawaban pidana tersebut ditegakkan atas tiga hal : pertama

adanya perbuatan yang dilarang, kedua dikerjakan dengan kemauan sendiri, ketiga

pembuatnya mengetahi akibat perbuatannya tersebut.129 Dengan terpenuhinya

syarat-syarat tersebut, maka kita dapat mengetahui bahwa ketiga direktur tersebut

dapat dapat dibebani dengan pertanggungjawaban pidana.

Klasifikasi pertanggungjawaban pidana dalam Islam yaitu : manusia yang

berakal pikiran, dewasa dan berkemauan sendiri130 terpenuhi oleh ketiga mantan

direktur Bank Mandiri maka ketiga direktur tersebut dapat dikenakan

pertanggungjawaban pidana. Sedangkan mengenai pertanggungjawaban pidana

korporasinya, ketiga direktur dapat dikenakan pertanggungjawaban pidana strict

liability atau liability without fault (pertanggungan tanpa kesalahan). Karena

hukum Islam tidak mengenal pertanggungjawaban delegasi atau vicarious

liability. Dalam Islam, kalau terjadi perbuatan-perbuatan yang dilarang dan yang

keluar dari orang-orang yang betindak atas nama badan hukum, maka orang-orang

itulah yang bertanggungjawab atas perbuatan yang dilakukannya.131

Terlebih Hukum Islam tidak mementingkan faktor kesalahan (guilty mind)

baik berupa kesengajaan (dolus) maupun kelalaian (culpa) dalam menjatuhi

hukuman pidana. Istilah yang digunakan untuk konsep seperti ini adalah

pertanggungjawaban mutlak132.

129 Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana h. 119

130 Ibid., h. 119

131 Ibid., h. 119-120.

132 Sutan Remy Sjahdeini, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, h.27

Page 96: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

5. Unsur khianat yaitu menentang kebenaran dan tidak amanah.

Bahwa ketiga terdakwa merupakan direksi Bank Mandiri yaitu ECW

Neloe (mantan Direktur Utama), I Wayan Pugeg (mantan Direktur Manajemen

Resiko) dan M. Sholeh Tasripan (mantan Direktur Kredit Korporasi), ketiganya

memiliki kewajiban untuk melakukan menjalankan PT. Mandiri Tbk sesuai

dengan Peraturan perseroan terbatas, UU perbankan beserta peraturanrannya, serta

nilai kepemimpinan dan tanggungjawab dalam menjalankan tugas. Bahwa secara

jelas terdakwa melakukan usaha yang menyimpang dengan meminjamkan uang

sebesar Rp. 160 milyar kepada PT. CGN dengan kesengajaan melalaikan

ketentuan Undang-Undang Perbankan (UU No. 10 Tahun 1998) dan Kebijakan

Perkreditan Bank Mandiri (KPBM) tahun 2000 yaitu melanggar asas kehati-hatian

dari Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 dimana asas kehati-hatian Bank harus

memenuhi 5 C yaitu : Character, condition of economy, capital, collateral, dan

capacity, dan tujuan pemberian kredit adalah harus pada sektor produktif dan

dalam rangka pemberian kredit, Bank harus ada analisis yang mendalam, ada

kemampuan untuk pengembalian dari pihak debitur dan tidak melanggar asas

perkreditan yang sehat.

Kesengajaan melakukan kelalaian hanya mungkin dilakukan oleh orang-

orang yang menduduki posisi seperti terdakwa. Maka dari itu peranan jabatan,

kesempatan dan kedudukan merupakan hal sentral yang dapat menjadi unsur

khianat dalam memenuhi delik perbuatan pidana korupsi dalam Islam

Maka dari itu layaklah kemudian terdakwa dijatuhi sanksi ta’zir yang

ditetapkan oleh penguasa Islam. Sanksi tersebut dapat berupa penjara atau

hukuman paling berat yaitu hukuman mati. Penulis bersepakat dalam kasus

korupsi di PT. Mandiri Tbk pelakunya dijatuhi sanksi hukuman mati. Dengan

Page 97: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

landasan bahwa sariqah dengan jumlah kerugian tidak lebih dari sepertiga gram

atau senilai 500 ribu rupiah dihukumi potong tangan maka kemudian pelaku

korupsi Rp. 160 milyar layak dijatuhi hukuman mati.

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Pada bab ini penulis mencoba memberikan kesemipulan terhadap

penjelasan yang sudah diutarakan tentang korupsi, pertanggungjawaban pidana

korporasi dan analisa terhadap putusan hakim pada dugaan tindak pidana korupsi

pada PT. Bank Mandiri, Tbk. Berikut adalah kesimpulan :

1. Tentang Pertanggungjawaban Pidana

Page 98: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

a. Pertanggungjawaban pidana disusun dari unsur: pertama perbuatan, kedua

kesalahan, ketiga pertanggungjawaban pidana yaitu . yang melekat kepada

seseorang yang memiliki kemampuan bertanggunjawab melakukan

perbuatan pidana dengan kesalahan didalamnya serta ketiadaan adanya

alasan pemaaf sebagai sifat kesadaran akal.

b. Islam menyusun pertanggungjawaban pidana korporasi dengan dibebankan

kepada pengurus korprorasi dengan konsep pertanggungjawaban pidana

langsung tanpa memperhatikan kesalahan begitu juga dengan

pertanggungjawaban pidana korporasi dalam islam yang menganut konsep

strict liability, yang mementingkan akibat dari perbuatan bukan proses

atau cara dalam melakukan.

c. Pertanggungjawaban pidana korporasi yang banyak digunakan peraturan

perundang-undangan di Indonesia ada dua yaitu strict liabilty dan

vicarious liability. Dimana UU No. 20 Tahun 2001 jo. UU No. 31 Tahun

1999 pasal 20 korporasi bertanggungjawab dalam kejahatan yang dalam

lingkup hubungan pekerjaannya pertanggungjawaban pidana tersebut

digolongkan kepada vicarious liability.

d. Strict liabilty adalah pertanggungjawaban pidana korporasi yang cukup

mensyaratkan adanya perbuatan dan akibat dari perbuatan. tanpa

memperhatikan adanya kesalahan dari si Pembuat.

e. Vicarious liability adalah pertanggungjawaban pidana delegasi. yaitu

perbuatan dan kesalahan bawahan pertanggungjawaban pidananya

dilimpahkan kepada atasannya.

Konsep ini sesuai dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1995 tentang

Perseroan Terbatas.

Page 99: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

2. Peraturan perundang-undangan tentang tidak pidana korupsi cukup lengkap

dengan adanya Undang-undang 31 Tahun 1999 dan Undang-undang No. 20

Tahun 2001 tentang perubahan terhadap Undang-undang 31 Tahun 1999

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Hukum Islam mengatur

korupsi dengan dalil ketentuan unsure yang penulis sertakan adalah sariqah

atau pencurian kemudian hukumannya adalah Ta’zir dengan tambahan unsur

khianat atau tidak menjaga amanah dengan keterkaitan pasal 3 UU No. 31

tahun 1999 adalah unsur “…menyalahgunakan wewenang, kesempatan,

jabatan atau sarana yang ada pada jabatan dan kedudukan..”. Sedangkan

sanksi yang hukumannya diserahkan kepada penguasa.

3. Bahwa kasus Bank Mandiri dari terdakwa ketiga mantan Direktur merupakan

kasus tindak pidana korupsi. hasil dari penelitian penulis tentang ini adalah :

a. Majelis Hakim memberikan pertimbangan keliru tentang unsur ”dapat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara”.

b. Bahwa kalau Majelis Hakim melakukan pertimbangan unsur ”dapat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara” sesuai dengan

kaidah hukum pidana maka ketiga Mantan Dirut Bank Mandiri dapat

dihukum namun dengan asas pertanggungjawaban pidana biasa (bukan

korporasi) atau bukan dengan vicarious liability. Karena merupakan

kesalahan / kelalaian terdakwa pribadi dalam melakukan kejahatan

tersebut bukan bagian dari sistem yang ada di PT. Mandiri Tbk.. Hal

tersebut dapat dilihat dengan catatan bahwa surat dakwaan dari jaksa

oenuntut umum tidak ada yang mengatasnamakan PT. Mandiri Tbk

sebagai korporasi

Page 100: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

c. Bahwa kasus Bank Mandiri dengan terdakwa ketiga mantan Direktur

sebetulnya sudah memenuhi kualifikasi ta’zir dalam hukum Islam yaitu

akumulasi unsur sariqah dengan unsur ta’zir yaitu khianat. Dalam hukum

Islam dapat dijerat dengan pertanggungjawaban pidana korporasi tanpa

kesalahan strict liability.

B. Saran

Penulis merasa perlu memberikan beberapa saran terkait dengan penelitian

yang penulis lakukan. Antara lain :

1. Bahwa hakim yang mengadili ketiga terdakwa dalam kasus dugaan korupsi

PT. Bank Mandiri Tbk layak diperiksa oleh Komisi Yudisial.

2. Bahwa Hukum Pidana Islam harus menjadi bagian integral dari hukum

nasional.

Page 101: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

Daftar Pustaka

Audah, Abdul Qadir, ‘at Tasyri’ al Jina’iy al Islamiy, Juz I, Beirut: Al-

Qahiroh Dar Al Kitab, 1977.

Ali, Chidir, Badan Hukum, Bandung: Alumni, 1991. Cet. Ke II.

Arief, Barda Bawawi, “Masalah Penegakkan Hukum & Kebijakan

Penanggulangan Kejahatan”, Jakarta: Citra Aditya Bakti, 2001. Cet. Ke-1.

Amrullaah, Arief, Kejahatan Korporasi –The Hunt For Mega Profits

And Attack Democracy- Jawa Timur: Bayu Media, 2006.

Arief, Barda Nawawi, Perbandingan Hukum Pidana, Jakarta: Rajawali

Press, 1990.

Black, Henry Campbell, Black’s Law Dictionary, West Publishing Co.,

St. Paul, Minnessota, 1990, ed.6, h. 339.

Brataatmaja, T. Heru Kasida, Kamus Bahasa Indonesia, Yogyakarta:

Kanisius, 1993.

Chawazi, Adami, Hukum Pidana Materiil Dan Formiil Korupsi Di

Indonesia, Jakarta: Bayu Media, 2005. Cet. Ke-2.

Djanim, Rantawan, Korporasi dan Pertanggungjawaban Pidana,

Semarang, Badan Penerbit Diponegoro, 2006.

Effendi, Rusli, A.Z. Abidin Farid, Barny C.M., Masalah Kriminalisasi

Dan Dekriminalisasi Dalam Rangka Pembahasan Hukum Pidana, Dalam

BPHN-DepKeh, Simposium Pembaharuan Hukum Pidana Nasional,

Bandung: Bina Cipta, 1986.

Farid, Andi Zainal Abidin, Hukum Pidana I, Jakarta: Sinar Grafika,

1995.

Page 102: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

------, Bunga Rampai Hukum Pidana, Jakarta, Pradnya Paramita, 1983.

Fakultas Syari’ah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Pedoman

Penulisan Skripsi, Jakarta: Fakultas Syari’ah Dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah, 2004.

Garnasih, Yenti, Marwan Effendi, dkk, Benang Kusut Peradilan

Korupsi Perbankan, Catatan Hasil Eksaminasi Putusan Neloe Dkk, Jakarta,

KRHN, 2006. Cet. Ke-1.

Hamzah, Andi, Korupsi Di Indonesia dan Pemecahannya, Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 1991.

---------, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Cet

Ke-2.

---------, Pemberantasan Korupsi Dalam Hukum Pidana Nasional Dan

Internasional, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.

Huda, Chairul, “Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan” Menuju

Kepada “Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan”, Jakarta:

Kencana Prenada Media, 2006.

Hanafi, Ahmad, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Bulan

Bintang, 2006.

Kansil, C.S.T., Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka, 1989.

KPK, Memahami Untuk Membasmi –Buku Saku Untuk Memahami

Tindak Pidana Korupsi-, Jakarta: KPK, 2006. Cet Ke-2.

Loqman, Loebby, Pertanggungan Jawab Pidana Bagi Korporasi

Dalam Tindak Pidana Lingkungan Hidup, Jakarta: Kantor Meneg KLH, 1989.

Page 103: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

Moleong, Lexi J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja

Rosda Karya, 2005.

Marpaung, Leden, Asas Teori-Praktik Hukum Pidana, Jakarta: Sinar

Grafika, 2005.

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Muslich, Ahmad Wardi, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam –

Fikih Jinayah- Jakarta: Media Grafika, 2006.

Malang Corruption Watch, Mengerti Dan Melawan Korupsi, Jakarta:

Sentralisme Production, 2005.

Poernomo, Bambang, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta, Ghalia

Indonesia, 1994.

Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, 1976.

Remmelink, Jan, Hukum Pidana, Jakarta: Gramedia Pustaka, 2003.

Suma, Muhammad Amin, dkk, Pidana Islam Di Indonesia –Peluang,

Prospek Dan Tantangan-, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001. Cet. Ke-1.

Sjahdeini, Sutan Remy, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi,

Jakarta: Grafitti Pers, 2006.

Simpson, Sally S., Strategy, Structure and Corporate Crime, 4

Advances in Criminological Theory 171 (1993)

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif,

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.

Sudarsono, Kamus Hukum, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.

Saleh, Roeslan, Perbuatan Pidana Dan Pertanggungjawaban Pidana –

Dua Pengertian Dasar Dalam Hukum Pidana-, Jakarta: Aksara Baru, 1983.

Page 104: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

------, Pikiran-pikiran Tentang Pertanggungan Jawab Pidana, Jakarta:

Ghalia Indonesia, 1982.

------, Sifat Melawan Hukum Dari Perbuatan Hukum Pidana, Jakarta:

Aksara Baru, 1987.

Soetjipto, Andi Andojo, Indroharto, MH. Silaban, et all. Kapita Selekta

Hukum dalam Buku Mengenang Prof. H. Oemar Seno Adjie, ed Machrup

Elrick, Jakarta: Ghalia Indonesia,1996.

Wiyono, R., Pembahasan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi,

Jakarta: Sinar Grafika, 2005. Cet Ke-1.

Yandianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Bandung: MZS, 1997.

Yunara, Edi, Korupsi Dan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi,

tanpa tempat: PT. Citra Aditya Bakti, 2005

Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-undang Hukum Perdata

Kitab Undang-undang Hukum Perdata

Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi

UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Terhadap Undang-undang

No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Perpres No. 14 Tahun 2007

Putusan Pengadilan

Page 105: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pidana No:

2068/Pid.B/2005/PN.Jak.Sel.

Makalah atau Artikel

Artikel Moeljatno, Perbuatan Pidana Dan Pertanggungjawaban

Dalam Hukum Pidana, Pidato dies natalies Universitas Gajah Mada tahun

1955.

Muladi, “Fungsionalisasi Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana

Korporasi”, Makalah Seminar Nasional Kejahatan Korporasi di FH UNDIP,

Semarang, 23-24 November

Majalah Legal Review no. 22/th ii 30 juni – 31 juli 2004

Bismar Nasution, tentang Kejahatan Korporasi Dan

Pertanggungjawaban Pidananya. Artikel.

Surya Online. 19 juni 2007; Laporan Independen Audit BPK Terhadap

Bencana Lumpur Lapindo.

Koran atau Internet

ECW Neloe: “Nilailah Saya Dengan Hati Nurani”,

www.hukumonline.com, 9 Februari 2006

Neloe Cs Lolos Dari Tuntutan 20 Tahun Penjara”,

www.hukumonline.com, 20 Februari 2006.

Neloe : “Negara Tak dirugikan”, www.hukumonline.com. Kompas, 10

Februari 2006

KY Panggil Majelis Hakim Kredit Macet Bank Mandiri”,

www.republika.co.id, Jumat 10 maret 2006

Page 106: kecintaan penulis yang luar biasa besar kepada Ibunda …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Freeport di Papua, PT. New Mont di Teluk Buyat, ... (Ta’zir) merumuskan

UU Korupsi Menganut Kerugian Negara Dalam Arti Formil”, 21

februari 2006

Neloe dkk. “Dituntut 20 Tahun penjara”, Kompas, 27 Januari 2006

www.hukumonline.com,

http://en.wikipedia.org/wiki/Corporate_liability