ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH...

122
ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGI NASABAH WANPRESTASI PADA PT. BRISYARIAH SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) OLEH: ARIANTO SAPUTRA NIM: 1110046100186 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/ 2014 M

Transcript of ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH...

Page 1: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGI

NASABAH WANPRESTASI PADA PT. BRISYARIAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

OLEH:

ARIANTO SAPUTRA

NIM: 1110046100186

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/ 2014 M

Page 2: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

1435H12014M

JAKARTA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HIJKUM

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

KONSENTRASIPERBANKANSYARlAH

NIP: 197711092009122001NIP: 197512012005011005

Erika Amelia, M. Si/ t Vj!.b

an Ali, MA

Pembimbing IIPembimbing I

NIM: 1110046100186

ARIANTO SAPUTRA

Oleh :

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

SKRIPSI

ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA'Zm DAN TA'WIDH BAGINASABAH WANPRESTASI PADA PT. BRISYARIAH

Page 3: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

: Drs. H. Burhanuddin Yusuf, MM, .NIA.( ).NIP. 195406181981031005

Penguji II

:H. All. Azharuddin Lathif, M.Ag, MEL ( .NIP. 197407252001121001

Penguji I

: Erika Amelia, M Sr.NaP. 197711092009122001

Pembimbing II

: AM Hasan Ali, MA.NIP. 197512012005011005

Pembimbing I

: Abdurrauf, Lc, MA.NIP .197312}52005011002

Ketua

PENITIA UJlAN MUNAQASY AD

Selcretaris

. H. 1M.Muslimin, MA, Ph.D .. 196808121999031014

MengesahkanDekan Fakultas Syariah dan Hukum

Jakarta, 26 Agustus 2014

-Skripsi yang berjudul "Analisis Pengelolaan Dana Ta'zir dan Ta'widk bagiNasabah Wanprestasi pada PT. BRISyariah" telah diujikan dalam sidangmunaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum DIN Syarif Hidayatullah Jakarta padatanggal 26 Agustus 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untukmemperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S 1) pada Program Studi Muamalat(Ekortomi Islam).

PENGESARAN PANITIA UJIAN

Page 4: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayahtullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 11 Agustus 2014/ 1435 H

Arianto Saputra

Page 5: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

ABSTRAK

Arianto Saputra. NIM 1110046100186 Analisis Pengelolaan Dana Ta’zir

dan Ta’widh bagi Nasabah Wanprestasi pada PT. BRISyariah, Skripsi

Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana praktek ta’zir dan ta’widh

pada nasabah wanprestasi khususnya di BRISyariah, serta bagaimana menentukan

besarannya dan bagaimana cara BRISyariah melihat mana nasabah yang layak

dikenakan ta’zir dan ta’widh dan mana nasabah yang tidak layak dikenanakan ta’zir

dan ta’widh. Serta penulisan laporan dana ta’zir pada sisi BRISyariah dan

pengalokasiannya dana tersebut apakah sudah sesuai sebagai dana sosial yang

diperuntukan untuk kegiatan sosial.

Metode penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang menghasilkan

data yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik. Adapun jenis

penelitian ini kualitatif yang bersifat deskriptif. Sehingga data-data yang diperoleh

dikumpulkan dan diamati berbentuk kata-kata atau gambar.

Hasil dari penelitian ini ta’zir dikenakan kepada nasabah yang mampu tetapi

enggan memenuhi prestasinya dan menunggaknya pun belum masuk ke dalam tingkat

kolekbilitas macet. Adapun besarannya ditentukan diawal kontrak. Dana yang

terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan sosial. Sedangkan ta’widh

dikenakan kepada nasabah yang lalai dan ini merupakan tindak lanjut dari nasabah

yang sudah dikenakan ta’zir tapi masih tidak memenuhi prestasinya dan nasabah

tidak bisa menunjuka bahwa ia dalam keadaan force majeur. Sedangkan ta’widh

berbeda dengan ta’zir karena ta’widh dapat diakui sebagai pendapatan oleh bank

syariah.

Kata kunci: ta’zir, ta’widh, pembiayaan, dan wanprestasi.

Pembimbing: A.M Hasan Ali, MA dan Erika Amelia, M.Si

Daftar Pustaka: tahun 1987 s.d. tahun 2012

Page 6: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillah, puja dan syukur kehadirat Allah SWT saya panjatkan atas

limpahan karunia rahmat, iman dan nikmat yang selalu diberikan kepada saya,

karena karunianya lah sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada pimpinan umat dan suri tauladan

yang baik baginda nabi besar Muhammad SAW, karena perjuangan beliaulah

sehingga islam sampai ketanah air kita ini. Dan telah membawa umat manusia

dari zaman jahiliyah ke zaman terang-menerang.

Dalam penulisan skripsi ini, saya menyadari bahwa saya tidak akan bisa

menyelesaikannya skripsi ini dengan sendiri, oleh karena itu saya banyak

mendapat bantuan dari berbagai pihak yang senantiasa selalu membantu saya baik

bimbingan, saran, data, motivasi dan semangat dan lainnya. Pada kesempatan

berharga ini, saya ingin menyampaikan rasa terima kasih saya yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Kepada Bapak Dr. H. JM. Muslimin, MA, Ph.D selaku dekan fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

yang saya hormati dan selalu memberikan yang terbaik untuk para

mahasiswa.

2. H. Ah. Azharuddin Lathif, M. Ag, MH selaku Ketua Program Studi

Muamalat (Ekomoni Islam) dan Abdurrauf, Lc, MA. Selaku Sekretaris

Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Page 7: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

vii

Negeri syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan arahan dan

bimbingan kepada saya selama menjadi mahasiswa prodi Muamalat.

3. Bapak A.M Hasan Ali dan Ibu Erika Amelia, dosen pembimbing yang

senantiasa selalu membimbing dan memeberikan sarannya untuk saya

demi kelancaran penulisan skripsi saya ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas syarih

Hidayatullah Jakarta, yang selalu ikhlas dalam memberikan ilmunya

kepada mahisiswa.

5. Staf perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah dan staf Perpustakaan

fakultas syariah dan hukum. Yang telah memeberikan pelayanan kepada

saya demi memperoleh data pustaka.

6. Kepada PT BRISyariah, Khususnya bapak Gunawan Yasni selaku Dewan

Pengawas Syariah (DPS), Ibu Reni, ibu Putri sebagai Pimpinan Cabang

Pembantu BRISyariah Serpong, yang telah membantu saya dalam

memberika informasi dan data terkait penulisan saya.

7. Keluarga tercinta, penulis haturkan rasa terima kasih yang tulus kepada

Ayahanda H. sumar dan Ibunda Ratna, kakaku Indah dan Fahmi, Nelvi

dan Ilyas, Yenti dan Hidayat, Yusi dan Marendy, dan untuk adiku Desi

Putri yani, dan seluruh keponakanku. Doa dan kasih sayang keluargaku

yang tulus sehingga saya bersemangat menyelesaikan skripsi ini.

8. Dan untuk semua temen-temen yang sama-sama berjuang khususnya PSD

2010, angkatan 16 DM, dan KKN Mestakung. terima kasih atas

Page 8: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

viii

persahabatan dan pertemanan kita selama ini, sehingga hal itu tidak bisa

dilupakan. Terus maju dan tetaplah semangat demi menggapai cita-cita

kita.

Jakarta, Agustus 2014

Penulis

Arianto Saputra

Page 9: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ iv

ABSTRAK ........................................................................................................ v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 8

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah .............................................. 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 9

E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ............................................ 10

F. Kerangka Teori dan Konseptual .................................................... 14

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pembiayaan

1. Pembiayaan dengan Prinsip Jual-Beli ..................................... 18

2. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa ........................................... 21

3. Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil .................................. 22

4. Pembiayaan dengan Akad Pelengkap ..................................... 24

B. Ta’zir

1. Pengertian Ta’zir ...................................................................... 27

2. Ladasan Hukum ...................................................................... 30

C. Ta’widh

1. Pengertian Ta’widh ................................................................. 31

2. Ganti Rugi Menurut KUH Perdata .......................................... 31

Page 10: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

x

3. Landasan Hukum .................................................................... 33

4. Pendapat Ulama tentang Ta’widh (Ganti Rugi) ...................... 35

D. Wanprestasi

1. Pengertian Wanprestasi ........................................................... 36

2. Mulai Terjadinya Wanprestasi ................................................ 37

3. Akibat Adanya Wanprestasi .................................................... 38

4. Tuntutan Atas Dasar Wanpretasi ............................................ 39

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 40

B. Metode Penelitian .......................................................................... 40

C. Jenis Penelitian .............................................................................. 40

D. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 41

E. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 42

F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 43

G. Teknik Penulisan ........................................................................... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Tinjauan Umum tentang BRISyariah

1. Sejarah Berdirinya BRISyariah ............................................... 44

2. Visi dan Misi ........................................................................... 45

B. Pembiayaan pada BRISyariah

1. Produk Pembiayaan BRISyariah ............................................. 46

2. Faktor-Faktor yang Menjadi Pertimbangan BRISyariah dalam

Menyalurkan Pembiaayaan ..................................................... 49

C. Pemberlakuan Ta’zir pada Nasabah Wanprestasi

1. Ketentuan Ta’zir pada BRISyariah ......................................... 55

2. Menentukan Besaran ta’zir ..................................................... 57

3. Pengalokasian Dana Ta’zir ..................................................... 58

Page 11: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

xi

D. Pemberlakuan Ta’widh pada Nasabah Wanprestasi

1. Ketentuan Ta’widh pada BRISyariah ..................................... 61

2. Tindakan Penyelesaian Kredit Macet pada BRISyariah ......... 63

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 69

B. Saran .............................................................................................. 70

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 71

LAMPIRAN

Page 12: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan perekonomian masyarakat yang semakin canggih dan

modern maka munculah jasa pembiayaan yang ditawarkan oleh lembaga keuangan

bank. Oleh sebab itu karena zaman sudah sangat maju maka kegiatan

perekonomian tidak akan sempurna tanpa adanya lembaga keuangan yang dapat

membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhanya.

Kegiatan pembiayaan (financing) merupakan salah satu tugas pokok bank,

yaitu pemberian fasilitas penyediaaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-

pihak yang merupakan deficit unit1

Dalam dunia perekonomian modern bank merupakan alat yang vital, tanpa

lembaga bank perekonomian tidak akan lancar. Islam adalah agama yang mengatur

umatnya dalam kehidupan dunia dan akhirat demi kemaslahatan termasuk

didalamnya kemaslahatan perekonomian. Maka kedudukan bank dalam islam

merupakan salah satu bentuk perekonomian yang dianjurkkan oleh islam, yaitu

membentuk salah satu alat vital perekonomian modern.2

1 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Menajemen bank Syariah, cet.IV, (jakarta : Pustaka

Alvabet,2006), h.200. 2 Hendi Suhendi, fiqh Muamalat, cet.VI, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2010), h.287.

Page 13: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

2

Awal mula berkembangnya bank syariah di Indonesia pada tahun 1991

yaitu UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, yang antara lain menyebutkan

dimungkinkannya berdiri bank dengan system bagi hasil. UU itu menjadi dasar

berdirinya bank muamalat Indonesia. Kemudian UU itu diperbaiki dengan UU

No.10 Tahun 1998 tentang perbankan, yang memeberi peluang diterapkannya

dual banking system dalam perbankan nasional ini.1

Dimulai dari sinilah banyak bermunculan lembaga-lembaga keuangan

yang menggunakan prinsip syariah. Mengingat banyaknya masyarakat Indonesia

yang notabennya beragama islam. Sehingga memiliki cakupan pasar yang amat

luas apabila mengembangkan lembaga keuangan yang berbasis syariah.

Dengan diberlakukannya undang-undang No 21 tahun 2008 tentang

perbankan syariah yang terbit tanggal 16 juli 2008, maka perkembangan industri

perbankan syariah di Indonesia semakin memiliki landasan hukum yang memadai

dan secara tidak langsung akan merangsang pertumbuhan bank-bank syariah di

indonesia.

Pada dasarnya bank syariah dan bank konvesional memiliki fungsi yang

sama yaitu, menghimpun dana (funding), menyalurkan dana (financing), dan

melayani profuk jasa (service). Yang membedakannya ialah pada bank syariah

tidak mengenal yang namanya riba.

1 Mustafa Edwin Nasution, dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, cet.II,

(Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2007), h.191.

Page 14: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

3

Dalam mengimpun dana masyarakat bank syariah banyak menggunakan

akad wadi’ah yad dhamanah. Pada prinsipnya wadi’ah yad dhamanah harta

titipan boleh dimanfaatkan kepada pihak yang dititipi, tetapi pihak yang dititipi

bertanggung jawab penuh atas keutuhan harta yang dititipi sewaktu-waktu orang

yang menitipi mengambil hartanya kembali. Kemudian bank syariah juga

menggunakan akad mudharabah, baik mudharabah mutlaqah ataupun

muqayyadah.

Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk

pembiayaan syariah terbagi kedalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan

tujuan penggunaannya, yaitu:

1. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli.

2. Pembiayaan dengan prinsip sewa.

3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil.

4. Pembiayaan dengan akad pelengkap.2

Dari data statistic perbankan syariah bank Indonesia (BI) di kuartal

pertama tahun 2013. Pada data tersebut, bank umum syariah dan unit usaha

syariah membukukan pembiayaan sebesar RP 161,8 triliun. Total pembiayaan

2 Adiwarman A. karim, Bank islam dan Analisis Keuangan,cet.VIII (Jakarta: Rajagrafindo

Persada,2011), h.97.

Page 15: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

4

tersebut tumbuh 47,62% dibandingkan priode yang sama tahun lalu yakni RP

109,655 triliun.3

Tabel statistic perbankan syariah juli 20134

Miliar rupiah

Komposisi Pembiayaan Yang diberikan BUS dan UUS

Akad 2013

Jan Feb Mar Apr Mai Jun Jul

Mudharabah 12.027 12.056 12.102 12.026 12.168 12.629 13.281

Musyarakah 28.092 28.896 30.857 32.288 33.743 35.057 35.997

Murabah 89.665 92.792 97.415 98.368 100.184 102.588 104.718

Salam 0 0 0 0 0 0 0

Istishna’ 382 414 424 479 496 487 508

Ijarah 7.520 7.808 8.363 8.619 9.501 9.550 9.546

Qard 11.986 12.107 11.919 11.626 11.168 10.917 10.436

Lainnya 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah 149.672 154.072 161.081 163.407 167.259 171.227 174.486

dalam menjalankan pembiayaan bank sebagai media intermediasi yaitu

menghimpun dana dari nasabah yang kelebihan dana dan menyalurkannya kepada

nasabah yang kekurangan dana. Yang menjadi perhatian ialah ketika bank

menyalurkan dana atau melakukan pembiayaan kepada nasabah pembiayaan. Dan

terjadilah gagal bayar atau wanprestasi.

3 Wisnu AS,”Perbankan Syariah Didorong Biayai Sektor Produktif”, artikel diakses pada 5

Februari 2014 dari http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/05/23/2/156133/Perbankan-

Syariah-Didorong-Biayai-Sektor-Produktif. 4“Statistik Perbankan Syariah”, artikel diakses pada 4 April 2014 dari

http://www.bi.go.id/id/statistik/perbankan/syariah/Documents/a2566069e5604a098844fff7171d260bS

PSJuli2014.pdf 4/4/14.

Page 16: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

5

Gagal bayar atau wanprestasi merupakan risiko yang dialami bank syariah

dalam melakukan pembiayaan yang dimana risiko tersebut harus diminimalisir

demi mendapatkan keuntungan yang maksimal.

Akibat dari wanprestasi itu biasanya dapat dikenakan sanksi ganti,

pembatalan kontrak, peralihan resiko, maupun membayar biaya perkara . sebagai

contoh seorang debitur dituduh melakukan perbuatan melawan hukum, lalai atau

secara sengaja tidak melaksankan sesuai bunyi yang telah disepakati dalam

kontrak, jika terbukti maka debitur harus mengganti kerugian (termasuk ganti rugi

+ bunga+ biaya perkaranya.5

Adapun seorang debitur yang dapat dikatakan telah melakukan

wanprestasi ada 4 macam yaitu:

1. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali.

2. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak sebagai mana mestinya.

3. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat pada waktunya.

4. Debitur memenuhi prestasi, tetapi melakukan yang dilarang

dalamperjanjian.6

Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik

yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak dapat diperkirakan

5 Saefuddin Arif dan azharuddin lathif, Kontrak Bisnis syariah, (Jakarta: Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2011), h.9. 6 Ibid., h.10.

Page 17: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

6

(unanticipated) yang berdampak negative terhadap pendapatan dan permodalan

bank. Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindarkan, tetapi dapat dikelola dan

dikendalikan.7

Dalam mengendalikan risiko nasabah yang gagal bayar atau menunda-

nunda pembayaran maka bank menerapakan denda yang dikenal dengan ta’zir.

Dan meminta ganti rugi atas kerugian yang dialami bank karena menunda-nunda

pembayaran.

Walaupun telah diatur dalam fatwa DSN No: 17/DSN-MUI/IX/2000

Tentang SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA-NUNDA

PEMBAYARAN, dan fatwa No: 43/DSN-MUI/VIII/2004 Tentang GANTI

RUGI. Dari kedua fatwa ini yang menjadi landasan hukum bagi bank syariah

ataupun lembaga keuangan yang berbasis syariah dalam merapkan sanksi apabila

nasabah pembiayaan terjadi wanprestasi atau gagal bayar .

Dari kedua fatwa diatas sudah cukup jelas, perbedaan antara ta’zir (denda)

dan ta’widh (ganti rugi) yang diberlakukan bank kepada nasabah pembiayaan

yang gagal bayar atau wanprestasi, dan dalam fatwa tersebut sudah dijelaskan

pula dana yang diterima ada yang diperuntukan sebagai dana social yaitu ta’zir

dan ada dana yang menjadi hak (pendapatan bank) yaitu ta’widh.

7 Adiwarman A. karim, Bank Islam dan Analisis Keuangan, cet.VIII, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2011), hal.255.

Page 18: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

7

Pada kesempatan kali ini saya mencoba menelusuri bagaimana bank

menentukan kriteria dalam menetukan mana nasabah yang dikenakan ta’zir dan

mana nasabah yang dikenakan ta’widh, atau setiap nasabah yang gagal bayar pasti

dikenakan kedua-duanya. Dan bagaimana penulisan dalam akuntasi bank serta

untuk apa saja dana social yang berasal dari ta’zir diperuntukan.

Ta’zir dan ta’widh diberlakukan oleh bank syariah dalam upaya mencegah

nasabah yang lalai akan kewajibannya. Karena dapat mengganggu kinerja bank

dan berpengaruh langsung pada liquiditas dan cashflow bank syariah.

Dalam penerapan ta’zir dan ta’widh ada beberapa masalah yang dihadapi

oleh bank, yaitu bagaimana bank syariah mengetahui bahwa nasabah tersebut

benar-benar lalai dalam melaksanakan kewajiban padahal dia mampu dan nasabah

yang cidera janji dan usahanya pun sedang merosot sehingga menurut fatwa DSN

tidak berhak dikenakan ta’zir dan ta’widh.

Untuk tindak lebih lanjut, dari latar belakang diatas penulis ingin

menuangkankannya dalam kajian ilmiah dalam bentuk skripsi dengan tema

“Analisis pengelolaan dana ta’zir dan ta’widh bagi nasabah wanprestasi pada

PT. BRISyariah”.

Page 19: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

8

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian singkat diatas, penulis dapat mengidentifikasi

beberapa masalah terkait penerapan ta’zir dan ta’widh pada BRISyariah. Adapun

masalah yang terkait sebagai berikut:

1. Bagaimana cara bank syariah khususnya BRI Syariah dalam menentukan

nasabah yang layak dikenakan ta’widh dan ta’zir?

2. Sudah sesuaikah penerapan ta’zir dan ta’widh pada BRISyariah dengan

fatwa DSN-MUI?

3. Apakah ta’widh dan ta’zir pada BRI Syariah memiliki besar yang sama

dengan total agunan berbeda?

4. Apakah BRI Syariah melakukan analisis pada nasabah sebelum

mengenakan ta’zir dan ta’widh?

5. Bagaimana penyajian laporan keuangan dana sosial pada BRISyariah?

6. Apakah pengalokasian dana ta’zir sudah tepat sasaran sebagai dana social

atau dana non-halal?

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Agar mempermudah dalam penulisan dan tidak melebar jauh dari

focus awal. Maka penulisan membatasi masalah pada pemberlakuan ta’zir dan

ta’widh pada nasabah wanprestasi atau gagal bayar dan analisis yang

dilakukan bank syariah sebelum mengenakan ta’zir dan ta’widh serta

Page 20: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

9

pengalokasian dana ta’zir yang diklaim sebagai dana social atau dana non-

halal.

Adapun rumusan masalah yang ingin diteliti sehingga memepermudah

penulis dalam penyusunan. Maka dirimuskan beberapa masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana proses pengelolaan ta’zir dan ta’widh pada nasabah

wanprestasi di BRISyariah?

2. Apakah penerapan ta’zir dan Ta’widh di BRISyariah sudah sesuai

dengan fatwa DSN-MUI?

3. Bagaimana alokasi dana ta’zir pada BRISyariah?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penulisan skripsi memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai dan

beberapa manfaat:

1. Untuk mengetahui pengelolaan ta’zir dan ta’widh diperbankan syariah

secara umum apakah sudah sesuaikah dengan fatwa dsn-MUI, dan

khususnya disini pada BRISyariah.

2. Untuk mengetahui cara BRISyariah menganalisis nasabah mana yang

layak dan tidak dikenakan ta’zir dan ta’widh.

3. Untuk mengetahui pengalokasian dana ta’zir yang dimasukan sebagai

dana social atau non-halal.

Page 21: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

10

Adapun beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Penelitian ini bermanfaat bagi nasabah wanprestasi, bahwa denda yang

mereka keluarkan. Mereka dapat mengetahui kemana uang mereka

dialokasikan. Serta dapat menghilangkan kecurigaan nasabah terhadap

dana non-halal yang ada pada bank syariah.

2. Nasabah dapat mengetahui bahwa keberadaan dana non-halal benar-

benar ada atau tidak pada perbankan.

3. Dan banyak pihak dapat mengetahui bagaimana perbankan syariah

menentukan kriteria-kriteria penetapan ta’zir dan ta’widh pada nasabah

wanprestasi.

E. Tinjauan (review) Kajian Terdahulu

NO Aspek Perbandingan Studi Terdahulu Rencana Skripsi

1 A. Judul

Analisis Penerapan

Fatwa DSN-MUI No.

43/DSN/VIII/2004

tentang Ta’widh pada

Pembiayaan

Murabahah di PT Bank

Syariah bukopin.

Penulis: Muis Hidayat,

Analisis Pengelolaan

Dana Ta’zir dan

Ta’widh Bagi

Nasabah Wanprestasi

pada PT. BRISyariah.

Page 22: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

11

B. Fokus

C. Metode

Penelitian

Mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

fakultas Syariah dan

Hukum. Konsentrasi

Perbankan Syariah.

Penelitian ini berfokus

pada latar belakang

terbentuknya fatwa

DSN-MUI No.

43/DSN/VIII/2004

tentang ta’widh. Dan

bagaimana

penerapannya pada

pembiayaan murabahah

pada PT. bank Bukopin

syariah.

Kualitatif Deskriptif

Adapun fokus peneliti

sendiri ialah berfokus

pada pemberian

sanksi ta’zir dan

ta’widh pada nasabah

wanprestasi. Dan

bagaimana bank

syariah menentukan

faktor yang menjadi

pertimbangan untuk

pemberian

pembiayaan.

Kualitatif Deskriptif

2 A. Judul

Pengaruh Pengenaan

Ta’zir Terhadap

Analisis Pengelolaan

Dana Ta’zir dan

Page 23: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

12

B. Fokus

Tingkat Non Perfoming

Financing (NPF) Studi

Kasus kjks BMT al-

fath IKMI cabag

Jombang.

Penulis: Ani Fitriyani

mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

fakultas syariah dan

hukum. Konsentrasi

perbankan syariah.

Penelitian ini berfokus

pada tingkat pengaruh

pengenaan ta’zir

terhadap Tingkat non

perfoming financing

(NPF) pada kjks BMT

al-fath IKMI Jombang.

Dan bagaimana proses

pengenaan ta’zir pada

BMT tersebut.

Ta’widh Bagi

Nasabah Wanprestasi

pada PT. BRISyariah.

rencana peneliti

sendiri hanya akan

meneliti bagaimana

proses pengenaan

ta’zir, baik dalam

menentukan mana

nasabah yang layak

dikenakan ta’zir dan

mana yang tidak. Dan

proses

perhitungannya.

Page 24: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

13

C. Metode

Penelitian

Kualitatif Deskriptif

3. A. Judul

B. Fokus

Mekanisme Penetapan

Ta’widh di Bank BNI

Syariah pada Produk

Hasanah Card (analisis

fiqih).

Penulis: Samnur

Abdullah mahasiswa

UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Fakultas Syariah dan

Hukum. Konsentrasi

Perbanka syariah.

Pada penelitian ini

membahas ta’widh

pada produk hasanah

card pada BNI syariah.

Dan bagaimaa proses

yang diterapkan pada

pengenaan ta’widh

Analisis Pengelolaan

Dana Ta’zir dan

Ta’widh Bagi

Nasabah Wanprestasi

pada PT. BRISyariah.

Peneliti sendiri

mencoba mengalisis

proses pengenaan

ta’zir dan ta’widh

pada pembiayaan.

Dan proses keduanya

jadi tidak menitik

Page 25: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

14

D. Metode

Penelitian

sendiri. Serta lebih

menitik beratkan pada

analisis fiqih.

Deskriptif

beratkan pada salah

satu aspek saja.

F. Kerangka Teori dan Konseptual

Pembiayaan adalah suatu hal yang lazim dilakukan oleh bank syariah.

Pembiayaan sendiri merupakan tugas bank sebagai media intermediasi, yaitu

mengumpulkan dan kemudian meyalurkan dana tersebut.

adapun sifat kegunaanya pembiayaan dapat dibagi dalam:

1. Memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis dipakai untuk

memenuhi kebutuhan; dan

2. Produksi dalam bentuk yang luas, yaitu untuk meningkatkan usaha, baik

usaha produksi, perdagangan maupun investasi.8

Dalam melakukan pembiayaan bank syariah pasti dihadapi dengan resiko

pembiayaan atau risiko kredit akibat kegagalan bayar nasabah pembiayaan baik

disengaja menunda-nunda pembayaran maupun disebabkan karena force majeur.

8 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Menajemen bank Syariah,cet.IV, (jakarta : Pustaka

Alvabet,2006), h.200-201.

Page 26: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

15

Sedangkan pembiayaan merupakan salah satu penghasilan yang didapat

oleh bank. Yaitu selisih antara nisbah bagi hasil pada nasabah tabungan dengan

marjin yang ditetapan bank pada nasabah pembiayaan dengan biasa kita kenal

dengan NIM (net interest marjin).

Risiko kredit sulit dikendalikan tanpa menguji portofolia kredit. Faktor

kunci bagi pengendalian risiko adalah diversifikasi dari tipe-tipe kredit,

diversifikasi dalam wilayah geografis dan jenis-jenis industri yangdiiayai,

kebijakan agunan dan sebagainya, dan uang paling penting adalah standar

pengendalian kredit yang ditetapkan.9

Untuk meminimalisir risiko kredit atau pembiayaan bank memberlakukan

ta’zir sebagai peringatan atas kelalaian nasabah sekalis ta’widh atau ganti rugi

yang dialami bank secara riill.

Kerangka konseptual

Penyaluran dana pada nasabah

9 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Menajemen bank Syariah,cet.IV, (jakarta : Pustaka

Alvabet,2006), h.61.

Prinsip bagi hasil (laba)

Prinsip ujrah (sewa)

Prinsip jual beli (marjin)

Page 27: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

16

Wanprestasi (cidera janji)*

Ta’zir dan Ta’widh

Analisis

Kesimpulan

Page 28: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

17

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pembiayaan

Pembiayaan adalah suatu hal yang lazim dilakukan oleh bank syariah.

Pembiayaan sendiri merupakan tugas bank sebagai media intermediasi, yaitu

mengumpulkan dan kemudian meyalurkan dana tersebut.

adapun sifat kegunaanya pembiayaan dapat dibagi dalam:

1. Memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis dipakai untuk memenuhi

kebutuhan; dan

2. Produksi dalam bentuk yang luas, yaitu untuk meningkatkan usaha, baik

usaha produksi, perdagangan maupun investasi. 1

Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk

pembiayaan syariah terbagi kedalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan

tujuan penggunaannya, yaitu:2

1. Pembiayaan dengan prinsip jual beli

Perdagangan atau jual beli menurut bahasa berarti al-Bai’, al-Tijarah

dan al-Mubadalah.3 Menurut istilah terminologi yang dimaksud

1 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Menajemen Bank Syariah, cet.IV, (jakarta : Pustaka

Alvabet,2006), h.200-201. 2 Adiwarman A. karim, Bank islam dan Analisis Keuangan, cet.VIII, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada,2011), h.97. 3 Hendi Suhendi, fiqih Muamalat, cet.VI, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,2010), h.67.

Page 29: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

18

sebagai jual beli ialah menukar barang dengan barang, barang dengan uang,

dengan cara melepaskan hak dari yang satu kepada yang lain dengan cara

saling rela atau ridho antara kedua belah pihak.

Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya

perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property ). Tingkat

keuntungan bank ditentukan didepan dan menjadi bagian harga atas barang

yang dijual.1

Transaksi jual beli dapat dibedakan berdasarkan pada waktu

pembayaran dan penyerahan barangnya kepada pembeli.

a. Pembiayaan Murabahah

Jual beli murabahah termasuk transaksi yang dibolehkan dalam

syariat. Murabahah adalah menjual barang dengan harga jelas, sehingga

boleh dipraktikan dalam jual beli2

Murabahah (al-bai’ bi tsaman ajil), lebih dikenal sebagai

murabahah saja. Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan),

adalah transaksi jual- beli dimana bank menyebutkan jumlah

keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai

1 Adiwarman A. karim, Bank islam dan Analisis Keuangan, cet.VIII, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada,2011), h.98. 2 Wahbah Azzuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid V, cet.X, (Damaskus: Darul Fikr,

2007), h.358.

Page 30: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

19

pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah

keuntungan (marjin).3

b. Pembiayaan Salam

Akad salam atau salaf adalah penjualan sesuatu yang akan

datang dengan imbalan sesuatu yang sekarang, atau menjual sesuatu

yang dijelaskan sifatnya dalam tanggungan.4

Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjual

belikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh

sementara pembayaran dilakuka tunai. Bank bertindak sebagai pembeli,

sementara nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip jual beli

ijon, namun dalam transaksi ini kuatitas, kualitas, harga, dan waktu

penyerahan barang harus ditentukan secara pasti.5

c. Pembiayaan Istishna’

Istishna’ didefinisikan sebagai akad meminta seseorang untuk

membuat sebuah barang tertentu dalam bentuk tertentu.atau dapat

diartikan sebagai akad yang dilakukan dengan seseorang untuk

membuat sebuah barang tertentu dalam tanggungan.6

3 Wahbah Azzuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid V, cet.X, (Damaskus: Darul Fikr,

2007), h.98. 4 Ibid., h.240. 5 Adiwarman A. karim, Bank islam dan Analisis Keuangan,cet.VIII, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada,2011), h.99. 6 Wahbah Azzuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid V, cet.X, (Damaskus: Darul Fikr,

2007), h.268.

Page 31: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

20

Akad ini menyerupai akad salam (membeli barang dalam

tanggungan dengan harga kontan), karena akad ini merupakan jual beli

barang yang tidak ada (ma’duum) saat akad. Dalam akad ditetapkan

bahwa barang yang dipesan berada dalam tanggungan pembuat

(penjual). 7

Produk istishna’ menyerupai produk salam, tetapi dalam

istishna’ pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa

kali (termin) pembayarn. Skim istishna’ dalam bank syariah umumnya

diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan kosntruksi. Ketentuan

umum pembiayaan istishna’ adalah spesifikasi barang pesanan harus

jelas seperti jenis, macam ukuran, mutu dan jumlahnya.8

1. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa (Ijarah)

Al-Ijarah berasal dari kata al-ajru yang arti menurut bahasanya ialah

al-iwadh yang arti dalam bahasa Indosesianya ialah ganti dan upah.9

Ada yang menterjemahkan ijarah sebagai jual beli jasa (upah-

mengupah), yakni mengambil manfaat tenaga manusia, ada pula yang

menerjemahkan sewa-menyewa.10 Jumhur ulama fiqih berpendapat bahwa

7 Wahbah Azzuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid V, cet.X, (Damaskus: Darul Fikr,

2007), h.268. 8Adiwarman A. Karim, Bank Islam dan Analisis Keuangan, cet.VIII, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada,2011), h.100. 9 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalat, cet.VI, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,2010), hal.114. 10 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalat, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h.122.

Page 32: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

21

ijarah adalah menjual manfaat dan yang boleh disewakan adalah

manfaatnya bukan bendanya.

Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada

dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi

perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek

transaksinya adalah barang, sedangkan pada ijarah objek transaksnya

adalah jasa.11

Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang

disewakannya kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syarian dikenal

ijarah muntahhiyah bittamlik (sewa yang diikuti dengan berpindahnya

kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian.12

Al-Bai’ wal ijarah muntahhiyah bit tamlik (IMBT) merupakan

rangkaian dua buah akad, yakni akad al-Bai’ dan akad ijarah muntahia bit

tamlik (IMBT). Al-Bai’ merupakan akad jual beli, sedangkan IMBT

merupakan kombinasi antara sewa-menyewa (ijarah) dan jual beli atau

hibah di akhir masa sewa.13

2. Pembiayaan Bagi Hasil (syirkah)

a. Pembiayaan Musyarakah

11 Adiwarman A. Karim, Bank Islam dan Analisis Keuangan, cet.VIII, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada,2011), h.101. 12 Ibid,. 13 Ibid,. h.149.

Page 33: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

22

Syirkah menurut bahasa berarti al-ikhtilath yang artinya campur

atau percampuran. Demikian dinyatakan oleh Taqiyuddin. Maksud

percampuran disisni ialah seseorang mencampurkan hartanya dengan

harta orang lain sehingga tidak mungkin untuk dibedakan.14

Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah (syirkah

atau syarikah). Transaksi Musyarakah dilandasi adanya keinginan para

pihak yang berkerja sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka

miliki secara bersama-sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua

pihak atau lebih dimana mereka secara bersama-sama memadukan

seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun tidak

berwujud.15

b. Pembiayaan Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata al-Dharb, yang berarti secara

harfiah adalah berpergian atau berjalan.16 Sedangkan arti secara

terminology menurut sayyid sabiq berpendapat, mudharabah ialah

akad antara dua belah pihak untuk salah satu pihak mengeluarkan

sejumlah uang untuk diperdagangkan dengan syarat keuntungan dibagi

dua sesuai dengan perjanjian.17

14 Hendi Suhendi, fiqih Muamalat, cet.VI, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,2010), h.125. 15 Adiwarman A. Karim, Bank Islam dan Analisis Keuangan, cet.VIII, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada,2011), h.102. 16 Hendi Suhendi, fiqih Muamalat, cet.VI, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,2010), h.135. 17 Ibid,. h.137.

Page 34: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

23

Secara spesifik terdapat bentuk musyarakah yang popular dalam

produk perbankan syariah yaitu mudharabah. Mudharabah adalah

bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal

(shahib al-Maal) mempercaka sejumlah modal kepada pengelola

(mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan.18

Perbedaan yang essensial dari musyarakah dan mudharabah

terletak pada besarnya konstribusi atas menajemen dan keuangan atau

salah satu diantara itu. Dalam mudharabah, modal hanya berasal dari

satu pihak, sedangkan dalam musyarakah modal berasal dari dua pihak

atau lebih.19

3. Pembiayaan dengan Akad Pelengkap

a. Hiwalah

Menurut bahasa, yang dimaksud dengan hiwalah ialah al-Intiqal

dan al-Tahwil, artinya ialah memindahkan atau mengoperkan.20 Secara

terminology hiwalah ialah pemindahan utang dari tanggungan

seseorang yang berutang kepada orang lain, di mana orang lain

mempunyai utang pula kepada yang memindahkannya.21

18 Adiwarman A. Karim, Bank Islam dan Analisis Keuangan, cet.VIII, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada,2011), h.103. 19 Ibid., 20 Hendi Suhendi, fiqih Muamalat, cet.VI, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,2010), h.99. 21 Ibid., hal 101

Page 35: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

24

Dalam perbankan tujuan fasilitas hiwalah adalah untuk

membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan

produksinya. Bank mendapat ganti biaya atas pemindahan piutang.

Untuk mengantisipasi risiko kerugian yang akan timbul, bank perlu

melakukan penelitian atas kemampuan pihak yang berutang dan

kebenaran transaksi antara yang memindahkan piutang dengan yang

berutang.22

b. Rahn (gadai)

Menurut bahasa ar-Rahn berarti al-tsubut dan al-habs yaitu

penetapan dan penahanan.23 Menurut Sayyid Sabiq gadai adalah

menjadikan suatu benda berharga dalam pandagan syara’ sebagai

jaminan atas utang selama ada dua kemungkinan, untuk

mengembalikan uang itu atau mengambil sebagian benda itu.24

Tujuan akad rahn diperbankan untuk memberikan jaminan

kepada bank sewaktu waktu nasabah tidak dapat memenuhi

kewajibannya (wanprestasi).

Apabila nasabah wanprestasi, bank dapat melakukan penjualan

barang yang digadaikan atas perintah hakim. Nasabah mempunyai hak

menjual barang tersebut dengan seizin bank. Apabila hasil penjualan

22 Adiwarman A. Karim, Bank Islam dan Analisis Keuangan, cet.VIII, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada,2011), h.105. 23 Hendi Suhendi, fiqih Muamalat, cet.VI, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,2010), h.105.

24 Ibid., 106

Page 36: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

25

melebihi kewajibannya, kelebihan tersebut menjadi milik nasabah.

Dalam hal hasil penjualan tersebut lebih kecil dari kewajibannya, maka

nasabah harus menutupi kekurangannya.25

c. Qardh

Qardh adalah pinjaman uang, aplikasi qardh dalam perbakan

biasanya ada 4 hal:

1. Sebagai pinjaman talangan haji.

2. Sebagai pinjaman tunai dari produk kartu kredit syariah.

3. Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil, di mana menurut

perhitungan bank akan memberatkan si pengusaha bila diberikan

pembiayaan dengan skema jual beli, ijarah atau bagi hasil.

4. Sebagai pinjaman kepada pengurus bank, dimana bank

menyediakan fasilitas ini untuk memastikan terpenuhinya

kebutuhan pengurus bank. Pengurus bank akan mengembalikan

dana pinjaman itu secara cicilan melalui pemotongan gajinya.26

d. Wakalah (perwakilan)

al-Wakalah menurut bahasa berarti al-hifdz, al-Kifayah, al-

dhaman,dan al-Tafwidh (penyerahan, pendelegasian, pemberian

mandat).27 Adapun pengertian secara terminologi al-wakalah ialah

25 Adiwarman A. Karim, Bank Islam dan Analisis Keuangan, cet.VIII, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada,2011), h.106. 26 Ibid., 27 Hendi Suhendi, fiqih Muamalat, cet.VI, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,2010), h.231.

Page 37: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

26

penyeraha dari seseorang kepada orang lain untuk mengerjakan sesuatu,

perwakilan berlaku selama yang mewakilkan masih hidup.28

Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah

memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan

pekerjaan jasa tertentu., seperti pembukaan L/C, inkaso dan transfer

uang. Kelalaian dalam menjalankan kuasa menjadi tanggung jawab

bank, kecuali kegagala karena force majeure menjadi tanggung jawab

nasabah.29

e. Kafalah (garansi bank)

Al-kafalah menurut bahasa berarti al-Dhaman (jaminan),

hamalah (beban), dan za’amah (tanggungan).30 Sedangkan menurut

istilah yang dimaksud dengan al-Kafalah atau ad-Adhaman

sebagaimana yang dijelaskan menurut Sayyid Sabiq ialah proses

pengabungan tanggungan kafil menjadi beban ashil dalam tuntutan

dengan benda (materi) yang sama, baik utang, barang, maupun

pekerjaan.31

Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin

pembayaran suatu keawajiban pembayaran. Bank dapat mensyaratkan

28 Hendi Suhendi, fiqih Muamalat, cet.VI, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,2010), h.233. 29 Adiwarman A. Karim, Bank Islam dan Analisis Keuangan, cet.VIII, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada,2011), h.107. 30 Hendi Suhendi, fiqih Muamalat, cet.VI, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,2010), h.187. 31 Ibid., hal 188

Page 38: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

27

nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai

rahn. Bank dapat pula menerima dana tersebut dengan prinsip

wadi’ah.35

B. Ta’zir

1. Pengertian Ta’zir

Kata ta’zir berakar dari kata ‘azzara yang secara arti kata mengandung arti

membantu, membantu menghindarkan dari suatu yang tidak menyenangkan;

membantu melepaskan diri dari kejahatan; membantu keluar dari kesulitan.36

Kata yang berakar pada kata ‘azzara terdapat dalam tiga ayat al-quran yaitu

pada surat al-Maidah ayat 12;

خذ مه ٱلله ۞ولقد أ ءيل وبعثنا منهه قمتهمه ٱلله عش نقيبا وقال ٱثن ميثق بن إسر

م لئن أ ة ٱإن معكه لصلو

ة وءاتيتهمه قرضتهمه ٱلزكوم وأ وهه ل وعزرتهمه م سي رضاق ٱلل وءامنتهم برهسه كفرن عنكه

هم ن حسنا ل خخلنكه

هم ول اتكه

نهره تري من تتها م فقد ضل سواء ٱل لك منكه ١٢ ٱلسبيل فمن كفر بعد ذ

Artinya: “Dan Sesungguhnya Allah telah mengambil Perjanjian (dari) Bani

Israil dan telah Kami angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan Allah

berfirman: "Sesungguhnya aku beserta kamu, Sesungguhnya jika kamu mendirikan

shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu

mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik Sesungguhnya aku

akan menutupi dosa-dosamu. dan Sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam

surga yang mengalir air didalamnya sungai-sungai. Maka Barangsiapa yang kafir di

35 Adiwarman A. Karim, Bank Islam dan Analisis Keuangan, cet.VIII, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada,2011), h.107. 36 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih , cet.I, (Bogor: Prenada Media, 2003), hal. 321.

Page 39: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

28

antaramu sesudah itu, Sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus.” (Q.S 5

ayat 12)

al-‘Araf ayat 157:

ون ٱلين ول يتبعه ٱنلب ٱلرسه مهونهه ٱلي ٱل م ف ۥيده ةمكتهوبا عندهه جنيل و ٱتلورى ٱل م ب رههه مه

وف ٱيأ لمعره

م عن هه نكر وينهى مه ٱلمه ئث ويهحرمه عليهمه ٱلطيب ويهحل لهه م و ٱلب م إصهه ل ويضعه عنهه غلكن عليهم ٱلت ٱل

وهه ون ۦءامنهوا به ٱلين ف وهه و وعزره صه وا نزل معهه ٱلي ٱنلور ٱتبعههمه ۥ أ ولئك هه

هون أ فلحه ١٥٧ ٱلمه

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang Ummi yang

(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka,

yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari

mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan

mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-

beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang

beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang

yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung.”

(Q.S 7 ayat 157)

al- Fath ayat 9:

ل تهؤمنهوا ول ٱلل ب صيل ۦورسهوهه بهكرة وأ هسبحه وهه وت وهه وتهوقره ٩وتهعزره

Artinya: “Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan

(agama)Nya, membesarkan-Nya. dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang.

(Q.S 48 ayat 9)

Kesemuanya dari tiga ayat quran diatas mengandung pengertian “membantu”

sebagaimana tersebut sebelumnya. Bila kata ini dihubungkan kepada kata “hukuman”,

berarti hukuman yang bersifat membantu atau hukuman yang bersifat mendidik.37

Bentuk-bentuk hukuman ta’zir adalah seperti, hukuman ta’zir dalam bentuk

teguran dan peringatan keras, hukuman ta’zir dengan dipenjara, pukulan, denda dengan

37 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, cet.I, (Bogor: Prenada Media, 2003), h.321.

Page 40: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

29

harta, dan hukuman ta’zir dalam hukuman mati bagi residivis yang berulang kali

melakukan kejahatan dan tidak pernah merasa jera serta dalam kasus kejahatan

terhadap keamanan Negara menjadi agen mata-mata, perilaku seks sesama jenis

(sodomi, liwaath), menghina dan menghujat nabi Muhammad SAW.38

Dalam kaitannya dengan ta’zir pada lembaga keuangan syariah, ta’zir adalah

sanksi yang dikenakan LKS kepada nasabah yag mampu membayar, tetapi menunda-

nunda pembayaran dengan disengaja. Ta’zir disini, dikenakan apabila terjadi

penundaan pembayaran yang disengaja oleh nasabah dengan alasan yang tidak

dibenarkan oleh syar’i dan tidak mempunyai kemauan dan itikad baik unntuk

membayar hutangnya.39

Adapun nasabah yang belom mampu membayar kewajibannya disebabkan

force majeur maka tidak boleh dikenakan ta’zir. Karena ta’zir menurut DSN-MUI

hanya untuk nasabah yang mampu tetapi tidak mau melaksanakan kewajibannya.

Adapun jumlah tergantung kesepakatan atara kedua belah pihak yang berakad ketika

penanda tanganan kontrak akad.

2. Landasan hukum

38 Wahbah Azzuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid V, cet.X, (Damaskus: Darul Fikr,

2007), h.260. 39 Ani Fitriyani,”Pengaruh Pengenaan Ta’zir Terhadap Tingkat NPF,” (Skripsi S1 Fakutas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,2012), h.67.

Page 41: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

30

firman Allah surat al-Maidah ayat 1:

هاي ي ٱلين أ ب وفهوا

أ وخ ءامنهوا قه م بهيمةه ٱلعه حل لكه

هنعم أ

ل ٱل

م غي مه تل عليكه ن ٱلصيد إل ما يهتهم وأ

إن رهم مه ما يهريده ٱلل حه ١يكهArtinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.

Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu.

(yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang

mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang

dikehendaki-Nya.” (QS. 5 ayat 1)

Dasar hukum dari adanya hukuman ta’zir itu adalah ijtihad ulama yang

berlandaskan kepada umumnya hadist nabi yang mengatakan.

Laa dharara wa laa dhirara (HR. Ibn Majah)

Artinya: ”tidak boleh ada kerusakan terhadap seseorang dan tidak boleh pula

seeorang melakukan perusakan terhadap orang lain” 40 (HR. Ibn Majah)

Mathlul ghanii dzulmun …. (HR Nasa’i)

Artinya:“menunda-nunda( pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu

adalah suatu kedhaliman…. (HR Nasa’i)

Layyul waajidu yuhillu ‘irdhahu wa ‘uquubatuhu (HR. Nasa’i)

Artinya: “menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orng mampu

menghalalkan harga diri dan pemberian sanksi kepadanya” (HR. Nasa’i)

Adapun kaidah fiqh:

Al-ashlu fii mu’amalaati al ibaahatu illa yadulla daliilun ‘ala tahriimihaa.

40 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, cet.I. (Bogor: Prenada Media, 2003), h.323.

Page 42: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

31

Artinya: “pada dasarnya, segala bentuk mu’amalat boleh dilakukan kecuali

ada dalil yang mengharamkannya.”

Al-dhararu yuzaalu

Artinya: “bahaya (beba berat) harus dihilangkan”

C. TA’WIDH

1. Pengertian Ta’widh

Kata al-ta’widh bersal dari kata ‘iwadha yang mempunyai arti memberi

ganti atau mengganti, sedangkan kata ta’widh sendiri mempunyai arti secara

bahasa mengganti.41

Secara umum pengertian ta’widh adalah menutup kerugian yang terjadi

akibat pelanggaran atau kekeliruan dengan ketentuan kerugian rill yang dapat

diperhitungkan dengan jelas dengan upaya untuk memperoleh pembayaran dan

bukan kerugian yang diperkirakan akan terjadi karena adanya peluang yang

hilang.42

2. Ganti Rugi menurut KUH Perdata

Ada dua sebab timbulnya ganti rugi, yaitu ganti rugi Karena wanprestasi

dan perbuatan melawan hukum.43

41 Tim Kashiko, Kamus Lengkap Arab Indonesia, (Surabaya: Kashiko, 2000), h.449. 42 Samnur Abdullah, Mekanisme Penetapan Ta’widh di Bank BNI Syariah Pada Produk

Hasanah Card,” ( Skripsi S1 Fakutas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta,2012), h.90. 43 Salim H.S, Hukum Kontrak, cet.IV, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h.100.

Page 43: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

32

Ganti rugi Karena perbuatan melawan hukum adalah suatu bentuk ganti

rugi yang dibebankan kepada orang yang telah menimbulkan kesalahan kepada

pihak yang telah dirugikan. Ganti rugi itu timbul karena adanya kesalahan, bukan

karena adanya perjanjian.44

Ganti rugi karena wanprestasi adalah suatu bentuk ganti rugi yang

dibebankan kepada debitur yang tidak memenuhi isi perjanjian yang telah dibuat

antara debitur dan kreditur. Misalnya, A berjanji akan mengirimkan barang kepada

B pada tanggal 10 januari 1998. Akan tetapi, pada tanggal yang telah ditentukan,

A belum juga mengirimkan barang tersebut kepada B. supaya B dapat menuntut

ganti rugi karena keterlambatan tersebut maka B harus memberikan peringatan

(somasi) kepada A, menimal tiga kali.45

Apabila peringatan atau teguran telah dilakukan, maka barulah B dapat

menuntut kepada A untuk membayar ganti kerugian,. Jadi, momentum timbulnya

ganti rugi pada saat telah dilakukan somasi.46

Ganti kerugian yang dapat dituntut oleh kreditur kepada debitur adalah

sebagai berikut:47

44 Salim H.S, Hukum Kontrak, cet.IV, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h.100. 45 Ibid., 46 Ibid., 47 Ibid., h.101

Page 44: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

33

1. Kerugian yang telah dideritanya, yaitu berupa penggantian biaya-biaya dan

kerugian.

2. Keuntungan yang sedianya akan diperoleh ( pasal 1246 KUH Perdata), ini

ditunjukan kepada bunga-bunga.

Untuk ketentuan yang nomor dua itu dilarang dalam syariat islam karena

bunga itu merupakan riba, yang dalam prekteknya bank syariah mengharamkan dan

tidak menerapkan bunga dalam setiap transaksi perbankan.

Dalam pasal 1249 KUH Perdata ditentukan bahwa penggantian kerugian

yang disebabkan wanprestasi hanya ditentukan dalam bentuk uang.48

3. Landasan Hukum

QS. al-Maidah ayat 1:

ها يأ ٱلين ي ب وفهوا

أ وخ ءامنهوا قه م بهيمةه ٱلعه حل لكه

هنعم أ

ل ٱل

م غي مه تل عليكه ن ٱلصيد إل ما يهتهم وأ

إن رهم مه ما يهريده ٱلل حه ١يكه

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.

Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang

demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan

haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya”.

QS. al-Isra’ ayat 34

ٱلتيم تقربهوا مال ل و دهه ٱلت إل ب شهحسنه حت يبلهغ أ

ۥ ه أ وفهوا ب

٣٤ول كن مس ٱلعهد إن ٱلعهد وأ

48 Salim H.S, Hukum Kontrak, cet.IV, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h.101.

Page 45: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

34

Artinya: “dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan

cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji;

Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya”.

QS. al-Baqarah ayat 194:

ٱلرامه ٱلشهره م ه و ٱلرام ٱلشهر ب م ف ٱعتدى قصاص فمن ٱلهره عليكه وا ٱعتدى عليه بمثل ما ٱعتدهم و عليكه وا و ٱلل ٱتقه وا ن ٱعلمه

تقي مع ٱلل أ ١٩٤ ٱلمه

Artinya: “bulan Haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut

dihormati, Berlaku hukum qishaash. oleh sebab itu Barangsiapa yang menyerang

kamu, Maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. bertakwalah

kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa”.

QS. al-Baqarah ayat 279-280

ذنهوا برب من إنفول ٱلل لم تفعلهوا فأ ون ۦ ورسه ون ول تهظلمه م ل تظلمه لكه مو

م رهءهوسه أ إون تهبتهم فلكه

ون إون ٢٧٩ نتهم تعلمه م إن كه ن تصدقهوا خي لكهة وأ ة فنظرة إل ميس س ٢٨٠كن ذهو عه

Artinya: “Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka

ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat

(dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan

tidak (pula) dianiaya”.

280. dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah

tangguh sampai Dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang)

itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.

Laa dharara wa laa dhirara (HR. Ibn Majah)

Artinya: ”tidak boleh ada kerusakan terhadap seseorang dan tidak boleh pula

seeorang melakukan perusakan terhadap orang lain” 49 (HR. Ibn Majah)

Mathlul ghanii dzulmun …. (HR Nasa’i)

Artinya:“menunda-nunda( pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu

adalah suatu kedhaliman…. (HR Nasa’i)

49 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, cet.I, (Bogor: Prenada Media, 2003), h.323.

Page 46: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

35

Layyul waajidu yuhillu ‘irdhahu wa ‘uquubatuhu (HR. Nasa’i)

Artinya: “menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orng mampu

menghalalkan harga diri dan pemberian sanksi kepadanya” (HR. Nasa’i)

Adapun kaidah fiqh:

Al-ashlu fii mu’amalaati al ibaahatu illa yadulla daliilun ‘ala tahriimihaa.

Artinya: “pada dasarnya, segala bentuk mu’amalat boleh dilakukan kecuali

ada dalil yang mengharamkannya.”

Al-dhararu yuzaalu

Artinya: “bahaya (beba berat) harus dihilangkan

4. Pendapat Ulama tentang Ta’widh (Ganti Rugi)

Menurut pendapat ulama tentang ta’zir yang saya kutip dari fatwa DSN NO

43/DSN-MUI/VIII/2004

Pendapat Ibn Qudamah, bahwa penundaan pembayaran kewajiban

dapat menimbulkan kerugian (dharar) dan karenanya harus dihindarkan; ia

menyatakan.“ jika orang berutang (debitur) bermaksud melakuka perjalanan,

atau jika pihak berpiutang (kreditur) bermaksud melarang debitur (melakukan

perjalanan), perlu kita perhatikan sebagai berikut. Apabila jatuh tempo hutang

sebelum kedatangannya dari perjalanan – misalnya, perjalanan untuk berhaji

di mana debitur masih dalam perjalanan haji sedangkan jatuh tempo hutang

pada bulan muharram atau dzulhijjah—maka kreditur boleh melarangnya

melakukan perjalanan. Hal ini karena ia (kreditur) akan menderita kerugian

(dharar) akibat keterlambatan (memperoleh) haknya pada saat jatuh tempo.

Akan tetapi, apabila debitur menunjuk penjamin atau menyerahkan jaminan

(qadai) yang cukup untuk membayar utangnya pada saat jatuh tempo, ia boleh

melakukan perjalanan tersebut, karena dengan demikian, kerugian kreditur

dapat dihindarkan.

Pendapat Wahbah al-Zuhaili, “ta’widh (Ganti rugi) adalah menutup

kerugian yang terjadi akibat pelanggaran atau kekeliruan”.

“Ketentuan umum yang berlaku pada ganti rugi dapat berupa:”

Page 47: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

36

1. Menutup kerugian dalam bentuk benda (dharar, bahaya) seperti

memperbaiki dinding…

2. Memperbaiki benda yang dirusak menjadi utuh kembali seperti semula

selama dimungkinkan, seperti mengembalikan benda yang dipecahkan

menjadi utuh kembali. Apabila hal tersebut sulit dilakukan, maka wajib

menggantinya denga benda yang sama (sejenis atau dengan uang”

Sementara itu, hilangnya keuntungan dan terjadinya kerugian yang

belum pasti di masa yang akan dating atau kerugian immateriil, maka menurut

ketentuan hukum fiqh hal tersebut tidak dapat diganti (dimintakan ganti rugi).

Hak itu karena objek ganti rugi adalah harta yang ada dan kongkret serta

berharga (diijinkan syariat untuk memanfaat-kannya”)

Pendapat ‘Abd al-hamid Mahmud al-Ba’li, “ganti rugi karena

penundaan pembayaran oleh orang yang mampu didasarka pada kerugian

yang terjadi secara rill akibat penundaan pembayaran dan kerugian itu

merupakan akibat logis dari keterlambatan pembayaran tersebut.”

Pendapat ulama yang membolehkan ta’widh sebagaimana dikutip oleh

‘Isham Anas al-Zaftawi, “kerugian harus dihilangkan berdasarkan kaidah

syari’ah dan kerugian itu tidak akan hilang kecuali dengan diganti: sedangkan

penjatuhan sanksi atas debitur mampu yang menunda-nunda pembayaran tidak

akan memberikan manfaat bagi kreditur yang dirugikan.

Penundaan pembayaran hak sama dengan ghashab; karena itu,

seyogyanya status hukumnya pun sama, yaitu bahwa pelaku ghashab

bertanggung jawab atas manfaat benda yang di-ghashab selama masa

ghashab, menurut mayoritas ulama di samping ia pun harus menanggung

harga (nilai) barang tersebut bila rusak.”

D. WANPRESTASI

1. Pengertian Wanpretasi

pasal 1234 KUH Perdata yang diamaksud dengan prestasi adalah

seseorang yang menyerahkan sesuatu, melakukan sesuatu, dan tidak melakukan

sesuatu, sebaliknya dianggap wanprestasi bila seseorang:

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.

Page 48: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

37

b. Melaksnakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana

dijanjikan.

c. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat.

d. Melakukan sesuatu yang menurut kontrak tidak boleh dilakukan. 50

Wanprestasi mempunyai hubungan yang erat dengan somasi.

Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban.51

Seorang debitur baru dikatakan wanprestasi apabila ia telah diberikan

somasi oleh kreditur atau juru sita. Somasi itu minimal telah dilakukan

sebanyak tiga kali oleh kreditur atau juru sita. Apabila somasi itu tidak

diindahkannya, maka kreditur berhak membawa persoalan itu ke pengadilan.

Dan pengadilanlah yang akan memutuskan apakah debitur wanprestasi atau

tidak.52

2. Mulai Terjadinya wanprestasi

Wanprestasi baru terjadi jika debitur dinyatakan telah lalai untuk

memenuhi prestasinya, atau dengan kata lain, wanprestasi ada kalau debitur

50 Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, cet.VI, (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2011), h.47-48. 51 Salim H.S, Hukum Kontrak, cet.IV, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h.99. 52 Ibid.,

Page 49: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

38

tidak dapat membuktikan bahwa ia telah melakukan wanprestasi itu diluar

kesalahannya atau karena keadaan memaksa.53

Apabila dalam pelaksanaan pemenuhan prestasi tidak ditentukan

tenggang waktunya, maka seorang kreditur dipandang perlu untuk

memperingati/menegur debitur agar ia memenuhi kewajibannya.54

3. Akibat Adanya Wanprestasi

Ada empat akibat adanya wanprestasi, yaitu sebagai berikut:

a. Perikatan tetap ada.

Kreditur dapat menuntut kepada debitur pelaksanaan prestasi, apabila ia

terlambat memenuhi prestasi. Di damping itu, kreditur berhak menuntut

ganti rugi akibat keterlambatan melaksanakan prestasinya. Hal ini

disebabkan kreditur akan mendapat keuntungan apabila debitur

melaksanakan prestasi tepat pada waktunya.

b. Debitur harus membayar ganti rugi kepada kreditur (Pasal 1234 KUH

Perdata)

c. Beban resiko beralih untuk kerugian debitur, jika halangan itu timbul

setelah debitur wanprestasi, kecuali bila ada kesengajaan atau kesalahan

53 Azharuddin Lathif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis ( Jakarta: Lembaga Penelitian

UIN Syarif Hidayatullah, 2009) , h.51. 54 Ibid.,

Page 50: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

39

besar dari pihak kreditur. Oleh karean itu, debitur tidak dibenarkan untuk

berpegang pada keadaan memaksa.

d. Jika perikatan lahir dari perjanjian timbal balik, kreditur dapat

membebaskan diri dari kewajibannya memberikan kontra prestasi dengan

menggunakan pasal 1266 KUH Perdata. 55

4. Tuntutan Atas Dasar Wanprestasi

kreditur dapat menuntut kepada debitur yang telah melakukan

wanprestasi, hal-hal sebagai berikut:

a. Kreditur dapat meminta pemenuhan prestasi saja dari debitur.

b. Kreditur dapat menuntut prestasi disertai ganti rugi kepada debitur (Pasal

1267 KUH Perdata)

c. Kreditur dapat menuntut dan meminta ganti rugi, hanya mungkin kerugian

karena keterlambatan (HR 1 November 1918).

d. Kreditur dapat menuntut pembatalan perjanjian.

e. Kreditur dapat menuntut pembatalan disertai ganti rugi kepada debitur.

Ganti rugi itu berupa pembayaran uang denda.56

55 Salim H.S, Hukum Kontrak, cet.IV, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h.99. 56 Ibid.,

Page 51: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni 2014, di KC BRI Syariah BSD

dan KCP. Tangerang selatan provinsi Banten. Setelah dari kantor cabang penelitian

dilanjutkan ke kantor pusat BRISyariah jalan Abdul muis, Jakarta Pusat. Penelitian

sengaja dilakukan di BRISyariah dari kantor cabang sampai kantor pusat agar

mendapat data penelitian lebih kemprehensif dan akurat.

B. Metode Penelitian

Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasailkan penemuan-

penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur

statistik atau dengan cara kuatifikasi lainnya.1

Jadi penelitian kualitatif adalah salah satu metode penelitian yag bertujuan

untuk mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui proses berpikir

induktif. Melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subjek, merasakan

apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini peneliti

terlibat dalam situasi dan setting fenomena yang diteliti.2

C. Jenis Penelitian

1 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) h. 1 2 Ibid,. h. 1-2

Page 52: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

41

Jenis penelitian adalah kualitatif yang bersifat deskriptif karena data yang

akan dikumpulkan dan diamati lebih berbentuk kata-kata atau gambar tidak

menekan pada angka. Sehingga setelah data terkumpul peneliti akan

mendiskripsikan dan menganalisis data tersebut.

Penelitian deskriptif tidak menggunakan dan tidak melakukan pengujian

hipotesis, yang juga berarti tidak membangun dan mengembangkan teori. Dalam

pengolahan dan analisis data, lazimnya menggunakan pengolahan statistic yang

bersifat deskriptif.3

D. Metode pengumpulan data

1. Penelitian lapangan (field research) yaitu,

a. Wawancara, wawancara merupakan salah satu cara pengumpulan data

dengan jalan komunikasi (lisan) antara peneliti dengan responden, yakni

melalui kontak dan hubungan pribadi. Komunikasi tersebut dilakukan

secara langsung dengan cara face to face, artinya antara peneliti

berhadapan langsung, maupun tidak langsung (atau via telepon) untuk

menanyakan secara lisan hal-hal yang diinginkan dan jawaban responden

dicatat oleh si wawancara.4

Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis wawancara

semistruktur, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas dalam wawancara

terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan

3 Syamsir Salam Dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, cet.I, (Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2006), h.14. 4 Afifi Fauzi Abbas, Metodologi Penelitian (Ciputat: Adelina Bersaudara, 2010), h.140-141.

Page 53: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

42

permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara

diminta pendapat da ide-idenya.5

b. Stadi kasus terhadap kejadian yang berkaitan dengan pembiayaan, ta’zir,

dan ta’widh.

Stadi kasus merupakan penelitian yang kajiannya kepada satu kasus

yang dilakuka secara intensif, mendalam, mendetail, dan komperhensif.

Studi kasus bisa dilakukan terhadap individu.6

2. Penelitian perpustakaan (library research) yaitu: mengambil bahan-bahan

pustaka dan dokumen-dokumen perbankan yang relevan dan aktual terhadap

masalah yang diteliti.

E. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini ialah data primer dan data

sekunder. Data primer didapat secara langsung dari responden atau pihak terkait

dengan instrument wawancara. Data primer diperoleh dari pihak bank khususnya

pada BRI Syariah.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data internal bank baik jurnal,

laporan keuangan, dan lainnya. Dan bisa juga didapat dari studi literature beruapa

jurnal penelitian, skripsi, informasi internet dan buku yang terkait dengan

penelitian.

5 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis cet.16, (Bandung: Alfabeta,2012), h.413. 6 Syamsir Salam Dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Social, cet.I, (Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2006), h.22.

Page 54: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

43

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif yang bersifat

deskriptif karena data yang akan dikumpulkan dan diamati lebih berbentuk kata-kata

atau gambar tidak menekan pada angka. Sehingga setelah data terkumpul peneliti

akan mendiskripsikan dan menganalisis data tersebut.

G. Teknik Penulisan

Teknik penulisan penelitian ini merujuk pada ”Buku Pedoman Penulisan

Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum UIN syarif Hidayatullah jakarta 2012”

Page 55: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Tinjauan Umum Tentang BRI Syariah

1. Sejarah Berdirinya BRI Syariah

Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,

terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin

dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya

o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT. Bank

BRISyariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRISyariah

merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional,

kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah

Islam.

Dua tahun lebih PT. Bank BRISyariah hadir mempersembahkan sebuah

bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai kebutuhan

nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna.

Melayani nasabah dengan pelayanan prima (service excellence) dan

menawarkan beragam produk yang sesuai harapan nasabah dengan prinsip

syariah.

Aktivitas PT. Bank BRISyariah semakin kokoh setelah pada 19

Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank

Page 56: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

45

BRISyariah (proses spin off-) yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari

2009. Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur

Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak Ventje

Rahardjo selaku Direktur Utama PT. Bank BRISyariah.

Saat ini PT. Bank BRISyariah menjadi bank syariah ketiga terbesar

berdasarkan aset. PT. Bank BRI Syariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi

aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus

pada segmen menengah bawah, PT. Bank BRISyariah menargetkan menjadi

bank ritel modern terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan

perbankan.

2. Visi dan Misi

Visi

"Menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan -

finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk

kehidupan lebih bermakna."

MISI

1. Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam

kebutuhan finansial nasabah.

2. Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai

dengan prinsip-prinsip syariah.

3. Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana kapan pun dan

dimana pun.

Page 57: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

46

4. Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidup

dan menghadirkan ketenteraman pikiran.

B. Pembiayaan pada Brisyariah

1. Produk Pembiayaan BRISyariah

Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok perbankaan syariah,

sebagai media intermediasi yaitu mengumpulkan dana dari pihak yang surplus

dana dan mmenyalurkan dana tersebut untuk memenuhi kebutuhan pihak-

pihak yang defisit dana.

Adapun produk-produk pembiayaan yang ditawarkan oleh BRISyariah:

a. Berdasarkan tujuannya

(1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang ditunjukan untuk

memenuhi kebutuhan produksi, baik secara kuantitatif yaitu

peningkatan jumlah produksi, penambahan cabang baru,

penambahan alat kerja maupun secara kualitatih yaitu peningkatan

mutu barang dan jasa yang diproduksi.

(2) Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang diberikan kepada

para nasabah guna keperluan investasi, baik penanaman modal,

dan lainnya.

b. Berdasarkan skema syariah

(1) Pembiayaan modal kerja murabahah

Page 58: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

47

(2) Pembiayaan modal kerja mudharabah

(3) Pembiayaan modal kerja musyarakah

(4) Pembiayaan investasi murabahah

(5) Pembiayaan investasi IMBT

(6) Pembiayaan investasi ijarah1

c. Jenis dan nama produk pembiayaan pada BRISyariah

(1) Gadai BRISyariah iB

Gadai BRISyariah iB hadir untuk memberikan solusi

memperoleh dana tunai untuk memenuhi kebutuhan dana

mendesak ataupun untuk keperluan modal usaha dengan proses

cepat, mudah, aman dan sesuai syariah untuk ketentraman Anda

(2) KKB BRISyariah iB

Kepemilikan kendaraan bermotor dengan skim pembiayaan

adalah jual beli (MURABAHAH), adalah akad jual beli barang

dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin)

yang disepakati oleh Bank dan Nasabah (fixed margin).

(3) KPR BRISyariah iB

Pembiayaan Kepemilikan Rumah kepada perorangan untuk

memenuhi sebagian atau keseluruhan kebutuhan akan hunian

dengan mengunakan prinsip jual beli (Murabahah) dimana

1 Wawancara pribadi dengan Putri Herymurti. Serpong, 15 Juni 2014.

Page 59: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

48

pembayarannya secara angsuran dengan jumlah angsuran yang

telah ditetapkan di muka dan dibayar setiap bulan

(4) KLM BRISyariah iB

Lindungi nilai asset Anda dengan memiliki emas. Kepemilikan

Logam Mulia BRISyariah (KLM BRISyariah iB) kini hadir

membantu Anda mewujudkan mimpi memiliki emas logam mulia

dengan lebih mudah.

(5) KMG BRISyariah iB

Salah satu produk untuk memenuhi kebutuhan karyawan

khususnya karyawan dari perusahaan yang bekerjasama dengan

PT. Bank BRISyariah dalam Program Kesejahteraan Karyawan

(EmBP), dimana produk ini dipergunakan untuk berbagai

keperluan karyawan dan bertujuan untuk meningkatkan loyalitas

karyawan Program Kesejahteraan Karyawan (EmBP)

(6) Pembiayaan Umrah BRISyariah iB

Setiap muslim pasti merindukan Baitullah, sempurnakan

kerinduan Anda pada Baitullah dengan ibadah Umrah. Pembiayaan

Umrah BRISyariah iB kini hadir membantu anda untuk

menyempurnakan niat Anda beribadah dan berziarah ke Baitullah.

Page 60: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

49

Produk Pembiayaan Umrah BRISyariah iB mengunakan

prinsip akad jual beli manfaat/jasa (ijarah Multijasa).2

2. Faktor–Faktor yang Menjadi Pertimbangan BRISyariah dalam

Menyalurkan Pembiayaan

Dalam meyalurkan pembiayaan kepada nasabah bank syariah harus

selektif mana nasabah yang layak diberikan pembiayan dan mana yang tidak. Dan

nasabah harus mempunyai faktor-faktor apa saja yang menjadi pertimbangan

bank dalam penyaluran pembiayaan. Karena dalam modal bank, baik syariah

maupun konvesional, bahwa tidak 100% modal bank itu sendiri, tapi ada modal-

modal pihak lain yang dikelola oleh bank. Sehingga bank syariah harus sangat

berhati-hati dalam penyaluran pembiayaan.

Pemberian pembiayaan yang tepat kepada nasabah dapat meningkatkan

profitabilitas bank, sehingga kinerja bank syariah dapat berjalan dengan

semestinya. Dan sebaliknya apabila pemberian pembiayaan kepada nasabah

diberikan kepada orang yang salah dapat mengganggu kinerja bank dan cash flow

bank syariah.

Adapun faktor yang menjadi acuan dasar oleh bank syariah dalam menilai

nasabah layak atau tidaknya diberikan pembiayaan yaitu:3

2 “Pembiayaan”, artikel diakses pada 21 Juli 2014 dari

http://www.brisyariah.co.id/?q=pembiayaan-umrah-brisyariah-ib. 3 Wawancara pribadi dengan Putri Herymurti. Serpong, 15 Juni 2014.

Page 61: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

50

1. Character

Character merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat atau watak dari

seseorang yang akan diberikan kredit harus benar-benar dipercaya. Dalam hal

ini bank meyakini benar bahwa calon debiturnya memiliki reputasi baik.

Artinya selalu menepati janji dan tidak terlibat hal-hal yang berkaitan dengan

kriminalitas, misalnya menjadi penjudi, pemabuk atau penipu. Untuk dapat

membaca sifat atau watak dari calon debitur dapat dilihat dari latar belakang

nasabah, baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat

pribadi seperti cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga

hobi, dan jiwa social.

Dari character inilah bank syariah dapat menilai siapa dan dari mana

asal-usul calon debiturnya. Sehingga dapat mengurangi resiko credit macet

atau wanprestasi yang berpengaruh pada kinerja serta cash flow bank syariah.

Misalnya dengan pemberian kredit yang tidak tepat kepada calon debitur,

sehingga ditengah-tengah kontrak debitur melarikan diri sehingga bank

mengalami kerugian.

2. Capacity

Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah

dalam membayar kredit. Bank harus mengetahui secara pasti atas kemampuan

calon debitur dengan melakukan analisis usaha dari waktu ke waktu.

Pendapatan yang selalu meningkat diharapkan kelak mampu melakukan

pembayaran kembali atas kreditnya. Sedangkan bila diperkirakan tidak

Page 62: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

51

mampu, bank dapat menolak permohonan dari calon debitur. Capacity sering

juga disebut dengan nama capability.

Ini merupakan factor kedua setelah character, bank syariah tidak serta

merta memberikan pembiyaan setelah dinilai calon debiturnya mempunyai

latar belakang yang baik. kemudian nasabah mengajukan pembiayaan diatas

kemampuannya. Bank syariah dapat menolak permintaan nasabah tersebut.

Biasanya bank memberikan pembiayaan dengan nilai yang lebih kecil dari

plafon yang diajukan nasabah. Ini semua dilakukan agar terhindar dari kredit

macet atau wanprestasi.

3. Capital

Capital adalah kondisi kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang

dikelola oleh debitur. Bank harus meneliti modal calon debitur selain

besarnya juga strukturnya. Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif,

dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi) yang

disajikan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas dan

solvabilitasnya, rentabilitas dan ukuran lainnya.

Sedangkan untuk calon perorangan yang statusnya pegawai maka bank

syariah mempunyai kreteria khusus dalam menilai calon debitur tersebut

yaitu: dia harus pegawai tetap (bukan kontrak), laporan rekening Koran 3

bulan terakhir, slip gaji 3 bulan terakhir.4

4 Wawancara Pribadi dengan Reni. Serpong, 18 Juni 2014.

Page 63: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

52

Penilaian capital dilakukan agar pemberian kredit tepat sasaran

sehingga dapat dekelola atau dimanfaatkan oleh nasabah dengan seefektif

mungkin. Dan nasabah tidak melakukan pemborosan yang dimana

pemborosan atau berlebihan dilarang dalam ajaran islam.

4. Condition

Pembiayaan yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi

ekonomi yang dikaitkan dengan prospek usaha calon nasabah. Penilaian

kondisi dan bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki

prospek yang baik, sehigga kemungkinan kredit tersebut bermasalah kecil.

Kondisi ekonomi merupakan salah satu faktor penting yang menjadi

pertimbangan bank syariah dalam pemberian pembiayaan. Dimana bank

syariah akan melihat berapa laju inflasi, BI rate, pertumbuhan ekonomi,

suasana politik, cuaca. Karena hal-hal tersebut dapat berpengaruh baik

langsung maupun tidak langsung pada nasabah pembiayaan dalam

menjalankan usaha. Sehingga menimalisir resiko sedini mungkin dilakukan

oleh bank syariah suapaya terhindar dari resiko kredit macet.

5. Collateral

Collateral merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik

bersifat fisik maupun nonfisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit

yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika

terjadi sesuatu, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan

secepat mungkin.

Page 64: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

53

Jaminan inilah yang akan melunasi apabila nasabah mengalami

kebangkrutan dalam usaha. Sehingga nasabah tidak terlilit hutang oleh pihak

bank syariah.

Adapun agunan atau jaminan yang dipersyaratkan dan dapat diterima

oleh BRISyariah memiliki kreteria:

1. Agunan harus marketable (mudah dijual kembali)

2. Dinilai oleh pihak BRISyariah, nilainya mencukupi (min 125%

dari plafond yang diajukan)

3. Letak maupun kondisinya sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh

BRISyariah

4. Atas nama nasabah atau pasangan kawin (yang dapat dibuktikan

oleh undang-undang perkawinan)

5. Memiliki bukti kepemilikan yang sah secara hukum (SHG/SHGB)

6. Dapat diikat secara sempurna sesuai ketentuan hukum perundang-

undangan yang berlaku.

Kelima factor tersebut merupakan hal-hal yang penting sebelum bank

syariah memberikan pembiayaan. Karena dalam ajaran islam, islam sangat

menjunjung tinggi keadialan dan tidak saling aniaya dan merugikan seksama.

Seperti yang dikatakan dalam surat al-baqarah ayat 279.

Dari surat al-baqarah ayat 29 sudah jelas dikatakan janganlah kamu

menganiaya dan tidak pula dianiaya, sehingga BRISyariah, bank yang bebasis

Page 65: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

54

syariah tidak mau dirugikan begitu juga tidak mau merugikan nasabahnya.

Sehingga dia sangat teliti dan selektif dalam penyaluran pembiayaan.

Dalam pandanga Dewan Pengawas Syariah BRISyariah bapak M.

Gunawan Yasni, 5C diatas harus ditambah, bank akan melihat terkait dengan

akadnya. Apa yang akan dibiayai? Apakah itu bentuknya usaha? Atau bentuknya

barang. Kalau usaha itu menjadi sesuatu yang produktif, sedangkan barang

kecenderungannya menjadi sesuatu yang konsumtif. Kalo usaha bisa nanti

akadnya dipilih misalnya tetap murabahah, kalau konsumtif kecenderungannya

menggunakan akad murabahah atau ijarah. Jadi pemilihan akad itu menentukan

bukan hanya melihat 5 C nya saja.5

Adapun yang terjadi pada bank syariah pada akhirnya akan melihat

terutama dari 5C tersebut yaitu dari collateral dan karakter. Kenapa? karena ini

terkait barang atau usaha nasabah, kalau untuk sesuatu yang produktif maka

collateral untuk sesuatu yang produktif itu apa? Dan bagaimana nasabah tersebut

melakukan usahanya itu menentukan karakter nasabah. Dua indikator ini yang

dilihat oleh bank syariah. Dan kalau bukan sesuatu yang produktif tetapi sesuatu

yang konsumtif, seperti pembelian sepeda motor atau mobil, maka koleteralnya

adalah barangnya. Dan karakternya dapat dilihat orangnya tepat waktu atau tidak

dalam membayar, kalau dilihat lebih lanjut ini akan mengarah kepada capitalnya

5 Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni, Jakarta, 14 Juli 2014.

Page 66: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

55

nasabah tersebut, benar tidak dia mempunyai pendapatan, apakah itu sumber gaji

ataupun penghasilan lainnya6.

C. Pemberlakuan Ta’zir Pada Nasabah Wanprestasi

1. Ketentuan Ta’zir pada BRISyariah

Ta’zir ialah denda yang dikenakan bank syariah kepada nasabah yang

sengaja menunda pembayaran padahal ia mampu, denda ini diberikan untuk

mendisiplinkan nasabah yang nakal dan memberikan efek jera. Sehingga nasabah

memenuhi kewajibannya tepat pada waktunya.

ta’zir itu adalah sanksi atau denda. Ini hanya sekedar ditetapkan kepada

nasabah yang telat bayar atau menunggaknya belum masuk kepada colektibility

atau tingkat kolekbilitasnya sebelum macet. Misalnya koll 1, koll 2, dan koll 3

bisa dikenakan ta’zir. Ta’zir sendiri itu hanya sanksi atau denda yang bukan

merupakan pendapatan bank, ta’zir atau denda ini semacam sanksi atau denda

sejumlah uang yang tujuannya adalah untuk mengenakan efek jera kepada

nasabah agar ia membayar lebih tepat waktu, dan dari apa yang dibayar oleh

nasabah tersebut, tidak dimasukan kedalam pendapatan bank tetapi harus masuk

kedalam dana sosial yang dikelola oleh bank.7

Pemberlakuan ta’zir dan besarnnya pun ditentukan diawal kontrak saat

kontrak saat ditanda tangani.8 Sehingga semua ketentuan dalam kontrak tertulis

6 Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni, Jakarta, 14 Juli 2014. 7 Ibid,. 8 Wawancara Pribadi dengan Reni. Serpong, 18 Juni 2014.

Page 67: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

56

secara transparan tanpa ada yang ditutupi atau disembunyikan. Pemberlakuan

ta’zir kepada nasabah oleh BRISyariah sudah sesuai dengan ketentuan yang

berlaku di Indonesia. Karena BRISyariah selalu mengacu dan berpedoman pada

peraturan yang ada; baik Surat Edaran peraturan Bank Indonesia, fatwa DSN-

MUI No 17/DSN-MUI/IX/2000.

dalam fatwa diatas disebutkan bahwa ta’zir dikenakan kepada nasabah

mampu tapi sengaja menunda-nunda pembayaran, maka dalam hal tersebut yang

dilakukan oleh BRISyariah untuk mengetahui mana nasabah yang layak

dikenakan ta’zir dan mana yang tidak.

Hal tersebut dapat dilihat dari perjanjian diawal oleh BRISyariah, bahwa

nasabah yang lalai itu adalah nasabah yang terlambat bayar, tetapi nasabah tidak

dapat menunjukan bahwa nasabah tersebut dalam kondisi terdesak, misalnya di

PHK dan mana bukti misalnya bahwa nasabah tersebut benar di PHK. Atau

misalnya nasabah tersebut mengalami sebuah musibah, atau barangnya rusak dan

lain sebagainya, dari awal sudah diupayakan oleh bank syariah untuk dicover oleh

asuransi, jadi kalau nasabah gagal menyampaikan bukti-bukti bahwa dia memang

dalam kondisi yang bisa disebut force majeur. Kalau itu bukan dalam kondisi

force mejeur dan dia tidak bisa menunjukan bukti-buktinya maka itulah kelalaian.

Dan setiap kelalaian itu bisa dikenakan ta’zir. Minimal nasabah menunjukan dulu

bukti-bukti dan bank yang akan menilai kebenaran atau otentisitas benar atau

tidak. karena bank syariah membiayai usaha nasabah kemudian terbakar

Page 68: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

57

misalnya, maka dilihat otentisitasnya benar tidak terbakar? Oleh karena itu akan

dilakukan survai kelapangan. Dan benar ternyata terbukti usahanya terbakar, dan

yang terbakar itu tidak tercover oleh asuransi, atau tercover asuransi tapi asuransi

mempunyai batasan dalam mengcovernya. Itu merupakan suatu kondisi force

majeur maka itu tidak dikenakan ta’zir. Maka BRISyariah akan memberi tangguh

yang lebih leluasa lagi kepada nasabah yang bersangkutan.9

2. Menentukan besaran Ta’zir

Ta’zir boleh dikenakan berapa saja, adapun yang diterapkan di BRISyariah

dengan cara persentase, karena ta’zir itu bertujuan untuk efek jera, BRISyariah

bisa saja bilang setengah persen dari angsuran yang belum dibayar. Tapi tidak

bunga-berbunga. Dalam penerapan ta’zir boleh menyebut angkanya karena tujuan

dari ta’zir memberikan efek jera. Berbeda dengan ta’widh, ta’widh tidak boleh

menyebutkan angkanya paling hanya boleh mengindikasikan setinggi-tingginya

berapa.10

Adapun cara penetapan besaran ta’zir pada BRISyariah dengan cara

persentase. dan setiap pembiayaan dengan skema akad apapun hampir sama

semuanya. Adapun besaran persentasenya ada komite khusus yang menentukan

biasanya kisaran 15% - 17% besar kecilnya persentase tergantung berapa lama

nasabah mengajukan pembiayaan:

9 Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni, Jakarta, 14 Juli 2014. 10 Ibid,.

Page 69: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

58

17% x angsuran = ……….11

360 hari

Dari formula penghitungan besaran ta’zir diatas, dapat dipastikan bahwa

besar kecilnya jumlah denda yang dikenakan BRISyariah kepada nasabah

tergantung dari berapa besar cicilan perbulan, makin besar cicilan perbulan, maka

makin besar pula jumlah yang dikenakan kepada nasabah.

3. Pengalokasian dana Tazir

Adapun pengalokasian dana ta’zir sesuai dengan fatwa DSN-MUI nomor

17/DSN-MUI/IX/2000 bahwa pendapatan dari dana ta’zir masuk kedalam dana

social, BRISyariah menggunakan dana tersebut untuk acara social yaitu CSR

(corporate social responsibility).

Dalam pengalokasian dana Ta’zir untuk dana social seperti CSR, adapun

yang sudah dilakukan oleh BRISyariah misalnya, BRISyariah kerja sama dengan

PMI, maka dibelikan bank darah yang mobile atau mobil kesehatan keliling, atau

mendirikan MCK misalnya, vaksinasi anak-anak, khitanan masal.

Bahkan bukan hanya sakedar itu yang dilakukan oleh BRISyariah, agar

bentuknya lebih akuntable, BRISyariah mempunyai kerja sama yang cukup dekat

dengan baznas karena ketua dewan pengawas syariah Bapak Didin hafinuddin

juga ketua umum baznas, jadi supaya akuntabilitas jelas dana CSR sekalipun

11 Dari Kantor Cabang BSD BRISyariah.

Page 70: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

59

BRISyariah menjalin kerja sama dengan baznas. Dapat diambil contoh: misalnya

baznas memepunyai program yaitu Indonesia cendikia, Indonesia sehat. jadi

biasanya BRISyariah menanamkan sejumlah dana disana, misalnya karyawan

BRISyariah zakatnya sudah dipotong disalurkan lewat baznas, baznas kemudian

menyelenggarakan suatu acara sosial yang dananya dari zakat karyawan

BRISyariah. Seperti untuk program Indonesia sehat, kemudian bisa ditambahkan

dana CSR yang terkumpul dari dana ta’zir dan ditambahkan keprogram tersebut

supaya program itu lebih besar dan lebih besar lagi. Dari sisi akuntabilitasnya

jelas.12

Adapun laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan dari BRISyariah

sebagai berikut:

12 Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni, Jakarta, 14 Juli 2014.

Page 71: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

60

dari laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan diatas bahwa

BRISyariah telah mematuhi ketentuan DSN-MUI nomor 17/DSN-MUI/IX/2000

bahwa dana ta’zir masuk ke dalam dana kebajikan. Dan penyajiannya dalam

laporan keuangan sudah sesuai dengan PAPSI (pedoman akuntansi perbankan

syariah). Yang dijelaskan didalamnya bahwa,

1. sumber dana kebajikan terdiri atas:

a. infaq

b. shadaqoh

c. denda (yang bersal dari pengenaan ta’zir)

d. sumbangan/hibah

Page 72: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

61

e. pendapatan non halal

2. dana kebajikan harus disalurkan kepada yang berhak sesuai syariah.

3. Pada laporan dana kebajikan harus memperlihatkan nilai bersih dari

sumber dan penggunaan dana yang belum digunakan.

4. Bank harus melaporkan sumber dan penggunaan dana kebajikan

selama periode tertentu.

D. Pemberlakuan Ta’widh Pada Nasabah Wanprestasi Di BRISyariah

1. Ketentuan ta’widh di BRISyariah

Ta’widh ialah ganti rugi yang dikenakan bank syariah kepada nasabah

pembiayaan yang sengaja atau lalai melakukan sesuatu yang dapat merugikan

salah satu pihak yaitu bank syariah, dan yang boleh diminta ganti ruginya

hanyalah kerugian rill yang dialami oleh bank syariah dan jelas

perhitungannya. Dan kerugian yang diperkirakan terjadi dimasa yang akan

datang karena hilangnya peluang yang dimiliki oleh bank syariah tidak boleh

diminta ganti ruginya.

Dalam proses pengenaan ta’widh pada BRISyariah, misalkan nasabah

tersebut sudah lalai, dikenakan ta’zir tidak membayar, kemudian nasabah

tidak bisa menunjukan bahwa dia dalam kondisi force majeur berarti telah

terjadi kelalaian atau side streaming, misalnya uangnya dipakai untuk hal

yang lain, oleh sebab itu akan timbul kerugian pada sisi bank. Jelas, kenapa?

Karena dia terlambat bayar bukan karena sesuatu yang force majeur sifatnya,

Page 73: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

62

nasabah terlambat bayar itu menimbulkan kerugian bagi pihak bank minimal,

kerugian menimalnya adalah, bank punya yang namanya over head cost yaitu:

bayar gaji, sewa kantor dan lain-lain. Itu adalah cost dan itu kalau dapat dicari

logikanya dan dapat ketemu costnya dari setiap pembiayaan yang dilakukan

itu, setiap rupiahnya dari pembiayan yang dilakukan itu menanggung berapa

cost dari pegawai, biaya sewa kantor, telepon dan lain-lain. Maka karena

nasabah lalai membayar, dari pihak bank terus mengeluarkan biaya tersebut,

dan itu dapat dikuantifikasi (dihitung) lalu itulah yang dikenakan sebagai

bentuk ganti rugi bukan sanksi atau denda lagi jadi sudah ganti rugi. Karena

ini namanya ganti rugi atau ta’widh oleh sebab itu, ini bisa jadi pendapatan

bank. Sebagai kompensasi dari kerugian bank.13

Dalam menjalankan tugasnya sebagai media intermediasi bank syariah

pasti mempunyai resiko salah satunya yaitu kredit macet. Walaupun bank

syariah telah selektif dan menganalisis sebelum memberikan pembiayaan.

Bukan berarti resiko hilang akan tetapi hal tersebut dapat menimalisir resiko

tersebut. Sehingga kemunggilan gagal bayar pasti ada.

Islam adalah agama yang melindungi setiap pihak yang bertransaksi

atau melakukan akad. Maka hak-hak setiap pihak sangat dijaga dalam islam.

Sehingga tidak ada yang salim mendzalimi satu sama lain ataupun dirugikan.

Hal ini sudah ada dalam Al-quran pada surat al-maidah ayat 1.

13 Wawancara dengan Bpk Gunawan Yasni, Dewan Pengawas Syariah (DPS) BRISyariah

Page 74: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

63

Dari surat Al-Maidah sudah sangat jelas apabila kita melakukan akad

atau kontrak perjanjian maka masing-masing pihak harus memenuhi hak dan

kewajibannya masing-masing. Sehingga setiap yang berhutang harus

membayar hutangnya. Seandaipun yang mempunyai hutang belum mampu

dalam melunasi kewajibannya. maka tunggulah sampai ada kelapangan dan

kemampuan dalam membayar hutang tersebut sebagai mana dijelaskan dalam

surat Al-baqarah ayat 280.

Berdasarkan ayat tersebut apabila seseorang yang berutang belum

mampu melunasi atau melaksanakan kewajibannya. Maka yang memberikan

hutang harus memberikan tenggang sampai yang berhutang memiliki

kemampuan untuk melaksanakan kewajibanya. Dan apabila ini terjadi pada

BRISyariah, maka BRISyariah akan mengambil tindakan-tindakan yang tidak

merugikan pihak nasabah dan pihak BRISyariah sendiri. Sehingga hak kedua

belah pihak tetap terjaga dan sesuai dengan ajaran islam.

2. Tindakan Penyelesaian Kredit Macet pada BRISyariah

Adapun tindakan yang dapat dilakukan oleh BRISyariah terhadap

kredit macet yaitu:

1. Restrukturisasi Pembiayaan adalah upaya yang dilakukan bank dalam

rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya,

antara lain melalui;

Page 75: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

64

a. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan jadwal

pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya;

b. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian

atau seluruh persyaratan pembiayaan, antara lain perubahan jadwal

pembayaran, jumlah angsuran jangka waktu dan/atau pemberian

potongan sepanjang tidak menambah sisa kewajiban nasabah yang

harus dibayarkan kepada bank;

c. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan persyaratan

Pembiayaan tidak terbatas pada rescheduling atau reconditioning,

antara lain meliputi

1) Penambahan dana pembiayaan bank;

2) Konversi akad pembiayaan;

3) Konversi pembiayaan menjadi surat berharga syariah

berjangka waktu menengah;, surat berharga syariah

berjangka waktu menengah adalah surat bukti investasi

berdasarkan prinsip syariah yang lazim diperdagangkan di

pasar uang dan/atau pasar modal berjangka waktu 3 (tiga)

sampai 5 (lima) tahun dengan menggunakan akad

mudharabah atau musyrakah.

4) Konversi pembiayaan menjadi peyertaan modal sementara

pada perusahaan nasabah. Penyertaan modal sementara

adalah penyertaan penyertaan modal BUS atau UUS, antara

Page 76: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

65

lain berupa pembelian saham dan/atau konversi

Pembiayaan menjadi saham dalam perusahaan nasabah

untuk mengatasi kegagalan penyaluran dana dan/atau

piutang dalam jangka waktu tertentu sebagaimana

dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.

Bank dapat melaksanakan restukturisasi pembiayaan dengan

menerapkan prinsip kehati-hatian. Dan bank wajib menjaga dan mengambil

langkah-langkah agar kualitas pembiayaan setelah direstrukturisasi dalam

keadaan Lancar. Bank dilarang melakukan Restrukturisasi Pembiayaan

dengan tujuan untuk menghindari: penurunan penggolongan kualitas

pembiayaan; pembentukan penyisihan penghapusan aktiva (PPA) yang lebih

besar, atau penghentian pengakuan pendapatan marjin atau ujrah secara

akrual.14

Dalam proses pengenaan ta’widh di BRISyariah hanya dikenakan

kepada nasabah yang memiliki kolekbilitas macet. Dan sudah merugikan

pihak bank syariah khususnya.

Contoh pada kasus pembiayaan murabahah, Apabila nasabah merubah

perjanjian misalnya didalam kontrak dikatakan dalam 3 tahun lunas, dan sekarang

ternyata harus diperpanjang (rescheduling) pasti disitu ada biaya notaris,

14 Peraturan Bank Indonesia, NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI

PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

Page 77: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

66

kemudian juga bisa timbul yang tadi seharusnya dana tersebut sudah kembali dan

bisa digunakan kedalam bentuk yang lain, atau ada account officer yang

seharusnya sudah selesai tugasnya tapi dia terus memantau ini, itu adalah yang

menimbulkan over head yang lebih, seharusnya diawal sudah memperhitungkan

untuk melakukan pembiayaan murabahah ini diperlukan pemantauan selama tiga

tahun untuk menyelesaikan ternyata lebih, 4 tahun jadinya. jadi ada over head

yang berlebih yang harus dikeluarkan, monitoring costnya itu bertambah, oleh

sebab itu bisa kemudian dikatakan nasabah ini bisa dikenakan ta’widh. Dan

nasabah menginginkan rescheduling, maka dapat dikenakan ta’widh. Dan bisa

juga ditambah dengan biaya asuransi misalkan motor, motor perjanjian

pembiayaan tiga tahun dan asuransi didepan Cuma dibayar tiga tahun, karena

barang ini diperpanjang pembiayaan, dan perjanjian belum selesai maka perlu

diasuransikan kembali.15

Adapun ganti rugi yang diterima bank boleh diakui sebagai pendapatan

bank syariah seseuai dengan fatwa DSN-MUI nomor 43/DSN-MUI/VIII/2004

dan PBI NOMOR 7-46-PBI-2005.

Dana ta’widh atas proses perpanjangan masa angsuran atau masa

restrukturisasi masuk kedalam salah satu pendapatan operasional lainnya.

Adapun besarannya bank syariah tidak boleh menyebutkan jumlahnya

secara eksplinsit dalam perjanjian, bank syariah hanya dapat mengatakan kepada

15 Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni, Jakarta, 14 Juli 2014.

Page 78: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

67

nasabah apabila ada yang bertanya menganai besaran ta’widh yaitu: setinggi-

tingginya atau sebanyak-banyaknya. Misalnya 100 ribu dari kelipatan pembiayaan

yang diterima 1 juta. Ini hanya indikator, nanti bank syariah akan melihat kembali

berapa sebenarnya yang terjadi. Karena konteks dari ta’widh sendiri ialah biaya

rill yang telah dikeluarkan oleh bank syariah.16

Adapun yang diminta ganti ruginya oleh BRISyariah hanya biaya rill yang

telah dikeluarkan oleh BRISyariah selama masa penagihan terhadap nasabah

dengan kolekbilitas macet. Adapun yang menjadi tanggungan nasabah sebagai

berikut.

1. Over head (sewa kantor, gaji karyawan, dll)

2. Admistrasi (ATK, telpon, dll)

3. Biaya Notaris (u/ perbaruan kontrak)

4. Asuransi jaminan

5. Eksekusi jaminan (apabila tidak ada jalan lain dalam penyelesaian

kredit macet)

6. Pihak ketiga (misalnya polisi dalam upaya melakukan penagihan

terhadap nasabah yang menghilang)

Dalam pembayarannya nasabah mencicil ta’widh tersebut, misalnya dalam konteks

murabahah maka tidak boleh ada perubahan harga di murabahah tersebut. Berapapun

sisa hutang murabahah hanya segitulah yang dibayar oleh nasabah, tetapi diluar yang

16 Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni, Jakarta, 14 Juli 2014.

Page 79: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

68

harus dibayar nasabah karena nasabah lalai sehingga timbunya kerugian pada sisi

bank syariah maka dikenakanlah ta’widh.

Penerapan ta’widh lebih sulit dilakukan dibandingkan dengan ta’zir, karena

dari sekian banyak nasabah dan sekian banyak juga yang wanprestasi dengan

berbagai macam masalah maka bank syariah sangat sulit sekali menentukan jumlah

rill dalam pengenaan ta’widh. Berbeda dengan ta’zir nominalnya sudah bisa

ditentukan diawal kontrak. Maka menurut penulis penerapan ta’widh di BRISyariah

belum sempurna walaupun sudah mengacu pada peraturan yang ada baik fatwa DSN-

MUI maupu surat edaran BI.

Page 80: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam sistem permodalan bank syariah, bahwa modal bank syariah

terdiri dari modal bank itu sendiri dan dana pihak ketiga sebagai deposan.

Dalam penyaluran pembiayaan maka bank sangat berhati-hati dalam

memberikan pembiaayan kepada nasabah. Mengingat bahwa bank syariah

sebagai shahibul maal dari orang yg diberi pembiayaan dan mudharib dari

nasabah deposan atau penabung. Apabila terjadi wanprestasi dari nasabah

pembiayaan maka yang terkena dampak bukan hanya bank syariah tetapi

nasabah deposan juga terkena dampaknya.

1. Ta’zir merupakan sejumlah denda yang dikenakan oleh bank syariah

hanya kepada nasabah mampu tapi enggan memenuhi prestasinya.

Pengenaan ta’zir hanya dikenakan kepada nasabah dengan

kolekbilitasnya sebelum macet. Tujuan diberlakukan ta’zir ini agar

nasabah memenuhi prestasinya tapat waktu. Adapun besaran dana

ta’zir sudah ditentukan diawal kontrak sesuai dengan perjanjian. Semua

ketentuan yang ada sudah mengacu pada fatwa DSN-MUI No:

17/DSN-MUI/IX/2000.

2. Ta’widh sebagai ganti rugi, merupakan tindak lanjut dari nasabah yang

lalai, yang sudah dikenakan ta’zir tapi masih tidak memenuhi

Page 81: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

70

prestasinya dan nasabah tersebut tidak bisa menunjukan bahwa dia

dalam keadaan force majeur . Adapun ganti rugi yang diminta oleh

bank syariah adalah sesuatu yang rill dan dapat dikuantifikasi. dan

besarannya pun tidak bisa ditentukan diawal kontrak. ta’widh pada

bank syariah bukan merupakan tambahan dari pinjaman nasabah

melainkan disamping nasabah harus melunasi pokok pembiayaannya

dia juga harus membayar ta’widh karena dia lalai. Dan Dana ta’widh

ini boleh dimasukan kedalam pendapatan bank syariah. Sesuai dengan

fatwa DSN-MUI No: 43/DSN-MUI/VIII/2004 Tentang Ganti Rugi.

3. Dana yang terkumpul dari denda ta’zir dimasukan ke dalam dana

sosial yang diperuntukan untuk kegiatan sosial. Seperti: pembelian

mobil kesehatan keliling, vaksinasi anak-anak, khitanan masal. Dan

BRISyariah juga bekerja sama dengan baznas.

B. Saran

Bank syariah harus menindak tegas nasabah yang lalai akan

prestasinya padahal ia mampu, karena kerugian dari wanprestasi bukan

bertampak pada bank syariah saja tetapi juga berdampak pada deposan yang

ada. Sehingga seharusnya deposan mendapatkan bagi hasil maksimal karena

terjadi wanprestasi maka bagi hasilpun tidak maksimal.

penerapan dari ta’zir dan ta’widh bank syariah harus berlandaskan atas

prinsip kejujuran dan transparan sehingga tidak ada pihak yang merasa

dirugikan baik secara materil maupun non-materil.

Page 82: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

71

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Afifi Fauzi. Metodologi Penelitian. Ciputat: Adelina Bersaudara, 2010.

Abdullah, Samnur. Mekanisme Penetapan Ta’widh di Bank BNI Syariah pada Produk

Hasanah Card. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.

Antonio, Muhammad syafi’i. bank Syariah dari teori ke praktik, cet.20. Jakarta: gema

Insani, 2001.

Arifin, Zainul. Dasar-dasar Menajemen Bank Syariah. Jakarta : Pustaka Alvabet,

2006.

Arif, Saefuddin dan azharuddin lathif. Kontrak Bisnis Syariah. Jakarta: Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syariaf Hidayatullah, 2011.

Az-zuhaili, Wahbah. Fiqih Islam wa adillatuhu, jilid V, cet.X. damaskus: Darul Fikr,

2007.

Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta

2008.

Fitriani, Ani. Pengaruh Pengenaan Ta’zir Terhadap Tingkat NPF. Skripsi S1 Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta,

2012.

Hasan, Zubairi. Undang-undang Perbankan Syariah. Jakarta : Rajawali Pers, 2009.

H.S, Salim. Hukum kontrak, cet.IV. Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Karim, Adiwarman A. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, cet.VIII. Jakarta : PT

RajaGrafindo Persada, 2011.

Lathif, Azharudin dan Nahrowi. Pengantar Hukum Bisnis. Jakarta: Lembaga Peneliti

UIN Syarih Hidayatullah, 2009.

Nasution, Mustafa Edwin, dkk. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, cet.II. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2007.

Rochaety, Ety, dkk. Metodologi Penelitian Bisnis Dengan Aplikasi SPSS. Jakarta :

Mitra Wacana Media, 2009.

Page 83: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

72

Salam, Syamsir dan Jaenal Aripin. Metodologi Penelitian sosial, cet.I. Jakarta: UIN

Press, 2006

Saliman, Abdul R. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, cet.VI. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2011.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. Metode Penelitian Survai. Jakarta:

LP3ES, 1987.

Subekti. Pokok-pokok hukum perdata. Jakarta: Intermasa, 1987.

Sugiyono,. Metode Penelitian Bisni, cet.16. Bandung : CV Alfabeta, 2012.

Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalat, cet.VI. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2010.

Suyanto, Bagong , dkk. Metode Penelitian Sosial.Jakarta : Kencana Prenada Media

Group, 2011.

Syafei, Rachmat. Fiqh Muamalat. Bandung : Pustaka Setia, 2001.

Syarifuddin, Amir. Garis-Garis Besar Fiqih, cet.I. Bogor: Prenada Media, 2003.

Widyaningsih dan dkk. Bank dan asuransi Islam Di Indonesia. Jakarta : Kencana

Prenada Media, 2007.

Tim kashiko. Kamus Lengkap Arab Indonesia. Surabaya: Kashiko, 2000

“Statistik Perbankan Syariah”. Diakses pada 4 April 2014 dari

http://www.bi.go.id/id/statistik/perbankan/syariah/Documents/a2566069e5604

a09 8844fff7171d260bSPSJuli2014.pdf.

http://www.Brisyariah.co.id

AS, Wisnu.”Perbankan Syariah Didorong Biayai Sektor Produktif”. Artikel diakses

pada 5 Februari 2014 dari

http://www.metrotvnews.com/metrotvnews/read/2013/05/23/2/156133/perban

kan - syariah-Didorong-dibiayai-sektor-poduktif.

Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni. Jakarta. 14 Juli 2014.

Wawancara Pribadi dengan Putri Herymurti. Serpong. 15 Juni 2014.

Page 84: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

73

Wawancara Pribadi dengan Reni. Serpong. 18 Juni 2014.

Dewan Syariah Nasional (DSN). Himpunan fatwa Dewan Syariah Nasional.

Jakarta, 2000.

Dewan Syariah Nasional (DSN). Himpunan fatwa Dewan Syariah Nasional.

Jakarta, 2004.

Peraturan Bank Indonesia, nomor: 10/18/pbi/2008 tentang restrukturisasi

pembiayaan bagi bank syariah dan unit usaha syariah.

Page 85: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL

NO: 17/DSN-MUI/IX/2000

Tentang

SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA-NUNDA PEMBAYARAN

بسم اهللا الرحمن الرحيم

Dewan Syari’ah Nasional setelah

Menimbang : a. bahwa masyarakat banyak memerlukan pembiayaan dari Lembaga Keuangan Syari'ah (LKS) berdasarkan pada prinsip jual beli maupun akad lain yang pembayarannya kepada LKS dilakukan secara angsuran;

b. bahwa nasabah mampu terkadang menunda-nunda kewajiban pembayaran, baik dalam akad jual beli maupun akad yang lain, pada waktu yang telah ditentukan berdasarkan kesepakatan di antara kedua belah pihak;

c. bahwa masyarakat, dalam hal ini pihak LKS, meminta fatwa kepada DSN tentang tindakan atau sanksi apakah yang dapat dilakukan terhadap nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran tersebut menurut syari’ah Islam;

d. bahwa oleh karena itu, DSN perlu menetapkan fatwa tentang sanksi atas nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran menurut prinsip syari’ah Islam, untuk dijadikan pedoman oleh LKS.

Mengingat : 1. Firman Allah QS. al- Ma’idah [5]: 1:

د آيقوا بالعفوا أوونآم نا الذيهأي…

“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu….”

2. Hadis Nabi riwayat Tirmizi dari ‘Amr bin ‘Auf:

ما الصلح جائز بين المسلمني إال صلحا حرم حالال أو أحل حرا .والمسلمون على شروطهم إال شرطا حرم حالال أو أحل حراما

“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”

3. Hadis Nabi riwayat jama’ah (Bukhari dari Abu Hurairah, Muslim dari Abu Hurairah, Tirmizi dari Abu Hurairah dan Ibn Umar,

Page 86: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

17 Sanksi atas Nasabah 2

Dewan Syariah Nasional MUI

Nasa’i dari Abu Hurairah, Abu Daud dari Abu Hurairah, Ibn Majah dari Abu Hurairah dan Ibn Umar, Ahmad dari Abu Hurairah dan Ibn Umar, Malik dari Abu Hurairah, dan Darami dari Abu Hurairah):

ظلم نيطل الغم…

“Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu kezaliman…”

4. Hadis Nabi riwayat Nasa’i dari Syuraid bin Suwaid, Abu Dawud dari Syuraid bin Suwaid, Ibu Majah dari Syuraid bin Suwaid, dan Ahmad dari Syuraid bin Suwaid:

هتبقوعو هضحل عراجد يالو لي.

“Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu menghalalkan harga diri dan pemberian sanksi kepadanya.”

5. Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah dari ‘Ubadah bin Shamit, riwayat Ahmad dari Ibnu ‘Abbas, dan Malik dari Yahya:

ارالضرو ررالض.

“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang lain.”

6. Kaidah fiqh:

.اتحريمه على دليلألصل فى المعامالت اإلباحة إال أن يدل ا

“Pada dasarnya, segala bentuk mu’amalat boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”

.الضرر يزال“Bahaya (beban berat) harus dihilangkan.”

Memperhatikan : a. Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional bersama dengan Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia pada hari Sabtu, tanggal 7 Rabi'ul Awwal 1421 H./10 Juni 2000.

b. Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional pada hari Sabtu, 17 Jumadil Akhir 1421 H./16 September 2000.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : FATWA TENTANG SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA-NUNDA PEMBAYARAN

Pertama : Ketentuan Umum

Page 87: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

17 Sanksi atas Nasabah 3

Dewan Syariah Nasional MUI

1. Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenakan LKS kepada nasabah yang mampu membayar, tetapi menunda-nunda pembayaran dengan disengaja.

2. Nasabah yang tidak/belum mampu membayar disebabkan force majeur tidak boleh dikenakan sanksi.

3. Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan/atau tidak mempunyai kemauan dan itikad baik untuk membayar hutangnya boleh dikenakan sanksi.

4. Sanksi didasarkan pada prinsip ta'zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya.

5. Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani.

6. Dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana sosial.

Kedua : Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyele-saiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

Ketiga : Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta Tanggal : 17 Jumadil Akhir 1421 H. 16 September 2000 M.

DEWAN SYARI’AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA

Ketua, Sekretaris,

K.H.M.A. Sahal Mahfudh Dr. H.M. Din Syamsuddin

Page 88: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL

NO. 43/DSN-MUI/VIII/2004

Tentang

GANTI RUGI (TA’WIDH)

بسم اهللا الرحمن الرحيم

Dewan Syari’ah Nasional setelah,

Menimbang : a. bahwa lembaga keuangan syari’ah (LKS) beroperasi berdasarkan prinsip syari’ah untuk menghindarkan praktik riba atau praktik yang menjurus kepada riba, termasuk masalah denda finansial yang biasa dilakukan oleh lembaga keuangan konvensional;

b. bahwa para pihak yang melakukan transaksi dalam LKS terkadang mengalami risiko kerugian akibat wanprestasi atau kelalaian dengan menunda-nunda pembayaran oleh pihak lain yang melanggar perjanjian;

c. bahwa syari’ah Islam melindungi kepentingan semua pihak yang bertransaksi, baik nasabah maupun LKS, sehingga tidak boleh ada satu pihak pun yang dirugikan hak-haknya;

d. bahwa kerugian yang benar-benar dialami secara riil oleh para pihak dalam transaksi wajib diganti oleh pihak yang menimbulkan kerugian tersebut;

e. bahwa masyarakat, dalam hal ini para pihak yang bertransaksi dalam LKS meminta fatwa kepada DSN tentang ganti rugi akibat penunda-nundaan pembayaran dalam kondisi mampu;

f. bahwa dalam upaya melindungi para pihak yang bertransaksi, DSN memandang perlu menetapkan fatwa tentang ganti rugi (ta’widh) untuk dijadikan pedoman.

Mengingat : 1. Firman Allah SWT.; antara lain: a. QS. al-Ma’idah [5]:1:

…ياأيها الذين آمنوا أوفوا بالعقود “Hai orang yang beriman! Penuhilah aqad-aqad itu…”.

b. QS. al-Isra’ [17]: 34:

.وأوفوا بالعهد، إن العهد كان مسئوال…“…Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggunganjawabannya.”

c. QS. al-Baqarah [2]: 194:

Page 89: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

43 Ganti Rugi (Ta’widh) 2

Dewan Syariah Nasional MUI

… ،كمليى عدتا اعه بمثل مليا عودتفاع كمليى عدتن اعفمنقيتالم عم ا أن اللهولماعو ،قوا اللهاتو.

“…maka, barang siapa melakukan aniaya (kerugian) kepadamu, balaslah ia, seimbang dengan kerugian yang telah ia timpakan kepadamu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

d. QS. al-Baqarah [2]: 279-280:

تظلمون وال تظلمون؛ وإن كان ذو عسرة فنظرة إلى ال… .ميسرة وأن تصدقوا خير لكم إن كنتم تعلمون

”... Kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. Dan jika (orang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”

2. Hadis-hadis Nabi s.a.w.; antara lain:

a. Hadis Nabi riwayat Tirmizi dari ‘Amr bin ‘Auf:

الم نيب ائزج لحا الصامرل حأح الال أوح مرا حلحإال ص لمنيس .والمسلمون على شروطهم إال شرطا حرم حالال أو أحل حراما

“Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”

b. Hadis Nabi riwayat jama’ah (Bukhari dari Abu Hurairah, Muslim dari Abu Hurairah, Tirmizi dari Abu Hurairah dan Ibn Umar, Nasa’i dari Abu Hurairah, Abu Daud dari Abu Hurairah, Ibn Majah dari Abu Hurairah dan Ibn Umar, Ahmad dari Abu Hurairah dan Ibn Umar, Malik dari Abu Hurairah, dan Darami dari Abu Hurairah):

ظلم نيطل الغم… “Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu kezaliman…”

c. Hadis Nabi riwayat Nasa’i dari Syuraid bin Suwaid, Abu Dawud dari Syuraid bin Suwaid, Ibu Majah dari Syuraid bin Suwaid, dan Ahmad dari Syuraid bin Suwaid:

هتبقوعو هضحل عراجد يالو لي.

Page 90: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

43 Ganti Rugi (Ta’widh) 3

Dewan Syariah Nasional MUI

“Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu menghalalkan harga diri dan pemberian sanksi kepadanya.”

d. Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah dari ‘Ubadah bin Shamit, riwayat Ahmad dari Ibnu ‘Abbas, dan Malik dari Yahya:

ارالضرو ررالض. “Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang lain.”

3. Kaidah Fiqh; antara lain:

لى تل عليل ددة إال أن ياحالت اإلبامعل فى المااألصمهريح. “Pada dasarnya, segala bentuk mu’amalat boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”

.الضرر يزال“Bahaya (beban berat) harus dihilangkan.”

Memperhatikan : 1. Pendapat Ibnu Qudamah dalam al-Mughni, juz IV, hlm 342, bahwa penundaan pembayaran kewajiban dapat menimbulkan kerugian (dharar) dan karenanya harus dihindarkan; ia menyatakan:

فإن كان : من عليه الدين إذا أراد السفر أو أراد غريمه منعه نظرناحل قدل من قبيحل الدإلى م هفرن سكوفر مثل أن يالس مه منو

ة، فلهذي الحج م أورححل في المي هنيدفر وس إال في مقوالي جالحن أقام منعه من السفر، ألن عليه ضررا في تأخير حقه عند محله؛ فإ

ررألن الض ،فرالس حل، فلهالم دن عنيبالد فيا ينهر فعد ا أونميضل بذلكوزي.

“Jika orang berutang (debitur) bermaksud melakukan perjalanan, atau jika pihak berpiutang (kreditur) bermaksud melarang debitur (melakukan perjalanan), perlu kita perhatikan sebagai berikut. Apabila jatuh tempo utang ternyata sebelum masa kedatangannya dari perjalanan --misalnya, perjalanan untuk berhaji di mana debitur masih dalam perjalanan haji sedangkan jatuh tempo utang pada bulan Muharram atau Dzulhijjah-- maka kreditur boleh melarangnya melakukan perjalanan. Hal ini karena ia (kreditur) akan menderita kerugian (dharar) akibat keterlambatan (memperoleh) haknya pada saat jatuh tempo. Akan tetapi, apabila debitur menunjuk penjamin atau menyerahkan jaminan (qadai) yang cukup untuk membayar utangnya pada saat jatuh tempo, ia boleh melakukan perjalanan tersebut, karena dengan demikian, kerugian kreditur dapat dihindarkan.”

Page 91: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

43 Ganti Rugi (Ta’widh) 4

Dewan Syariah Nasional MUI

2. Pendapat beberapa ulama kontemporer tentang dhaman atau ta’widh; antara lain sebagai berikut:

a. Pendapat Wahbah al-Zuhaili, Nazariyah al-Dhaman, Damsyiq: Dar al-Fikr, 1998:

ضويعطأ : التأو الخ يدعاقع بالتر الورة الضطيغت و٨٧(ه ( هو إزالة الضرر عينا، : األصل العام في الضمان أو التعويض

ا كان أو جبر المتلف وإعادته صحيحا كم... كإصالح الحائط بجو ذلك ذرعا، فإن تححير صوكسة المادكان كإعاإلم دعن

قديأو الن المثلي ضويع٩٤(الت( أي (وأما ضياع المصالح والخسارة المنتظرة غير المؤكدة

فال يعوض عنها في و األضرار األدبية أو المعنويةأ) المستقبلة دوجوال المالم وض هويعل التحألن م ،كم الفقهيل الحأص

وهبة الزحيلي، نظرية ) (٩٦(المحقق فعال والمتقوم شرعا )١٩٩٨فكر، دمشق، الضمان، دار ال

“Ta’widh (ganti rugi) adalah menutup kerugian yang terjadi akibat pelanggaran atau kekeliruan” (h. 87).

“Ketentuan umum yang berlaku pada ganti rugi dapat berupa: (a) menutup kerugian dalam bentuk benda (dharar, bahaya), seperti memperbaiki dinding... (b) memperbaiki benda yang dirusak menjadi utuh kembali seperti semula selama dimungkinkan, seperti mengembalikan benda yang dipecahkan menjadi utuh kembali. Apabila hal tersebut sulit dilakukan, maka wajib menggantinya dengan benda yang sama (sejenis) atau dengan uang” (h. 93).

Sementara itu, hilangnya keuntungan dan terjadinya kerugian yang belum pasti di masa akan datang atau kerugian immateriil, maka menurut ketentuan hukum fiqh hal tersebut tidak dapat diganti (dimintakan ganti rugi). Hal itu karena obyek ganti rugi adalah harta yang ada dan konkret serta berharga (diijinkan syariat untuk memanfaat-kannya” (h. 96).

b. Pendapat `Abd al-Hamid Mahmud al-Ba’li, Mafahim Asasiyyah fi al-Bunuk al-Islamiyah, al-Qahirah: al-Ma’had al-‘Alami li-al-Fikr al-Islami, 1996:

ضمان المطل مداره على الضرر الحاصل فعال من جراء التأخير )١١٥(في السداد، وكان الضرر نتيجة طبيعية لعدم السداد

Page 92: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

43 Ganti Rugi (Ta’widh) 5

Dewan Syariah Nasional MUI

“Ganti rugi karena penundaan pembayaran oleh orang yang mampu didasarkan pada kerugian yang terjadi secara riil akibat penundaan pembayaran dan kerugian itu merupakan akibat logis dari keterlambatan pembayaran tersebut.”

c. Pendapat ulama yang membolehkan ta’widh sebagaimana dikutip oleh `Isham Anas al-Zaftawi, Hukm al-Gharamah al-Maliyah fi al-Fiqh al-Islami, al-Qahirah: al-Ma’had al-‘Alami li-al-Fikr al-Islami, 1997:

الضرر يزال حسب قواعد الشريعة، وال إزالة إال بالتعويض، . ن المضرورومعاقبة المدين المماطل ال تفيد الدائ

وهو ،هكمذ حأخأن ي غيبنيو ،بصالغ بهشي قاء الحأد رأخيتأن الغاصب يضمن منافع المغصوب مدة الغصب عند الجمهور،

)١٦-١٥(ك إلى جنب ضمانه قيمة المغصوب لو هل“Kerugian harus dihilangkan berdasarkan kaidah syari’ah dan kerugian itu tidak akan hilang kecuali jika diganti; sedangkan penjatuhan sanksi atas debitur mampu yang menunda-nunda pembayaran tidak akan memberikan manfaaat bagi kreditur yang dirugikan. Penundaan pembayaran hak sama dengan ghashab; karena itu, seyogyanya stastus hukumnya pun sama, yaitu bahwa pelaku ghashab bertanggung jawab atas manfaat benda yang di-ghasab selama masa ghashab, menurut mayoritas ulama, di samping ia pun harus menanggung harga (nilai) barang tersebut bila rusak.”

3. Fatwa DSN No.17/DSN-MUI/IX/2000 tentang Sanksi Atas Nasabah Mampu Yang Menunda-nunda Pembayaran.

4. Fatwa DSN No 18/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pencadangan Penghapusan Aktiva Produktif dalam LKS

5. Rapat BPH DSN MUI – BI – Perbankan Syari’ah, 18 Juli 2004 di Lippo Karawaci-Tangerang.

6. Rapat Pleno DSN-MUI, hari Rabu, 24 Jumadil Akhir 1325 H/11 Agustus 2004.

Dengan memohon taufiq dan ridho Allah SWT

MEMUTUSKAN

Menetapkan : FATWA TENTANG GANTI RUGI (TA’WIDH)

Pertama : Ketentuan Umum 1. Ganti rugi (ta`widh) hanya boleh dikenakan atas pihak yang

dengan sengaja atau karena kelalaian melakukan sesuatu yang menyimpang dari ketentuan akad dan menimbulkan kerugian pada pihak lain.

Page 93: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

43 Ganti Rugi (Ta’widh) 6

Dewan Syariah Nasional MUI

2. Kerugian yang dapat dikenakan ta’widh sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 adalah kerugian riil yang dapat diperhitungkan dengan jelas.

3. Kerugian riil sebagaimana dimaksud ayat 2 adalah biaya-biaya riil yg dikeluarkan dalam rangka penagihan hak yg seharusnya dibayarkan.

4. Besar ganti rugi (ta`widh) adalah sesuai dengan nilai kerugian riil (real loss) yang pasti dialami (fixed cost) dalam transaksi tersebut dan bukan kerugian yang diperkirakan akan terjadi (potential loss) karena adanya peluang yang hilang (opportunity loss atau al-furshah al-dha-i’ah).

5. Ganti rugi (ta`widh) hanya boleh dikenakan pada transaksi (akad) yang menimbulkan utang piutang (dain), seperti salam, istishna’ serta murabahah dan ijarah.

6. Dalam akad Mudharabah dan Musyarakah, ganti rugi hanya boleh dikenakan oleh shahibul mal atau salah satu pihak dalam musyarakah apabila bagian keuntungannya sudah jelas tetapi tidak dibayarkan.

Kedua : Ketentuan Khusus 1. Ganti rugi yang diterima dalam transaksi di LKS dapat diakui

sebagai hak (pendapatan) bagi pihak yang menerimanya. 2. Jumlah ganti rugi besarnya harus tetap sesuai dengan kerugian riil

dan tata cara pembayarannya tergantung kesepakatan para pihak.

3. Besarnya ganti rugi ini tidak boleh dicantumkan dalam akad.

4. Pihak yang cedera janji bertanggung jawab atas biaya perkara dan biaya lainnya yang timbul akibat proses penyelesaian perkara.

Ketiga : Penyelesaian Perselisihan Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiaannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

Keempat : Ketentuan Penutup Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan, jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta Tanggal : 24 Jumadil Akhir 1425 H 11 Agustus 2004 M

DEWAN SYARI’AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA

Ketua, Sekretaris,

K.H.M.A. Sahal Mahfudh Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin

Page 94: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

PERATURAN BANK INDONESIA

NOMOR: 10/18/PBI/2008

TENTANG

RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH

DAN UNIT USAHA SYARIAH.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

GUBERNUR BANK INDONESIA,

Menimbang: a. bahwa untuk menghindari risiko kerugian, Bank Syariah dan Unit

Usaha Syariah berkewajiban menjaga kualitas pembiayaannya;

b. bahwa salah satu upaya untuk menjaga kelangsungan usaha

nasabah pembiayaan, Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah dapat

melakukan restrukturisasi pembiayaan atas nasabah yang memiliki

prospek usaha dan/atau kemampuan membayar;

c. bahwa restrukturisasi pembiayaan harus memperhatikan prinsip

syariah dan prinsip kehati-hatian;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu diatur kembali ketentuan

mengenai Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Syariah dan Unit

Usaha Syariah dalam Peraturan Bank Indonesia.

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 94,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867);

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

(Lembaran ...

Page 95: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

-2-

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66,

Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor 3843)

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 7,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4357);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG RESTRUKTURISASI

PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA

SYARIAH.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan:

1. Bank adalah Bank Syariah dan Unit Usaha syariah.

2. Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya

berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank

Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah.

3. Bank Umum Syariah, yang selanjutnya disebut BUS adalah Bank

Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor

21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

4. Bank ...

Page 96: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

-3-

4. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, yang selanjutnya disebut BPRS

adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa

dalam lalu lintas pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

5. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS adalah unit kerja

dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai

kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari

suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan

kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor

induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.

6. Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan

dengan itu berupa:

a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;

b. transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli

dalam bentuk ijarah muntahiyah bit tamlik;

c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan

istishna’;

d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan

e. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi

multijasa

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah

dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai

dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut

setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan

atau bagi hasil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

7. Restrukturisasi ...

Page 97: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

-4-

7. Restrukturisasi Pembiayaan adalah upaya yang dilakukan Bank

dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan

kewajibannya, antara lain melalui:

a. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan jadwal

pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya;

b. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian

atau seluruh persyaratan Pembiayaan, antara lain perubahan

jadwal pembayaran, jumlah angsuran, jangka waktu dan/atau

pemberian potongan sepanjang tidak menambah sisa kewajiban

nasabah yang harus dibayarkan kepada Bank;

c. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan persyaratan

Pembiayaan tidak terbatas pada rescheduling atau reconditioning,

antara lain meliputi:

1) penambahan dana fasilitas Pembiayaan Bank;

2) konversi akad Pembiayaan;

3) konversi Pembiayaan menjadi surat berharga syariah

berjangka waktu menengah;

4) konversi Pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara

pada perusahaan nasabah.

8. Surat Berharga Syariah Berjangka Waktu Menengah adalah surat

bukti investasi berdasarkan prinsip syariah yang lazim

diperdagangkan di pasar uang dan/atau pasar modal berjangka waktu

3 (tiga) sampai dengan 5 (lima) tahun dengan menggunakan akad

mudharabah atau musyarakah .

9. Penyertaan Modal Sementara adalah penyertaan modal BUS atau

UUS, antara lain berupa pembelian saham dan/atau konversi

Pembiayaan menjadi saham dalam perusahaan nasabah untuk

mengatasi ...

Page 98: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

-5-

mengatasi kegagalan penyaluran dana dan/atau piutang dalam jangka

waktu tertentu sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank

Indonesia yang berlaku.

Pasal 2

(1) Bank dapat melaksanakan Restrukturisasi Pembiayaan dengan

menerapkan prinsip kehati-hatian.

(2) Bank wajib menjaga dan mengambil langkah-langkah agar kualitas

Pembiayaan setelah direstrukturisasi dalam keadaan Lancar.

BAB II

RESTRUKTURISASI

Pasal 3

Bank dilarang melakukan Restrukturisasi Pembiayaan dengan tujuan

untuk menghindari:

a. penurunan penggolongan kualitas Pembiayaan;

b. pembentukan penyisihan penghapusan aktiva (PPA) yang lebih besar;

atau

c. penghentian pengakuan pendapatan margin atau ujrah secara akrual.

Pasal 4

Restrukturisasi Pembiayaan hanya dapat dilakukan atas dasar

permohonan secara tertulis dari nasabah.

Pasal 5 ...

Page 99: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

-6-

Pasal 5

(1) Restrukturisasi Pembiayaan hanya dapat dilakukan untuk nasabah

yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. nasabah mengalami penurunan kemampuan pembayaran; dan

b. nasabah memiliki prospek usaha yang baik dan mampu

memenuhi kewajiban setelah restrukturisasi.

(2) Restrukturisasi Pembiayaan hanya dapat dilakukan untuk

Pembiayaan dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.

(3) Restrukturisasi Pembiayaan wajib didukung dengan analisis dan

bukti-bukti yang memadai serta terdokumentasi dengan baik.

Pasal 6

(1) Restrukturisasi Pembiayaan dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga)

kali dalam jangka waktu akad Pembiayaan awal.

(2) Restrukturisasi Pembiayaan kedua dan ketiga dapat dilakukan paling

cepat 6 (enam) bulan setelah Restrukturisasi Pembiayaan

sebelumnya.

Pasal 7

Restrukturisasi Pembiayaan terhadap nasabah yang memiliki beberapa

fasilitas Pembiayaan dari Bank, dapat dilakukan terhadap masing-masing

Pembiayaan.

BAB III ...

Page 100: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

-7-

BAB III

PERLAKUAN AKUNTANSI

Pasal 8

Dalam pelaksanaan Restrukturisasi Pembiayaan, Bank wajib

menerapkan perlakuan akuntansi sesuai dengan Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan dan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah

Indonesia yang berlaku.

BAB IV

PRINSIP SYARIAH

Pasal 9

Restrukturisasi Pembiayaan dilaksanakan dengan memperhatikan fatwa

Majelis Ulama Indonesia yang berlaku.

BAB V

KEBIJAKAN DAN PROSEDUR

Pasal 10

(1) Bank wajib memiliki kebijakan dan Standard Operating Procedure

tertulis mengenai Restrukturisasi Pembiayaan.

(2) Kebijakan Restrukturisasi Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) wajib disetujui oleh Komisaris.

(3) Standard Operating Procedure Restrukturisasi Pembiayaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dikinikan dan disetujui

oleh Direksi dan Dewan Pengawas Syariah.

(4) Pelaksanaan ...

Page 101: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

-8-

(4) Pelaksanaan kebijakan Restrukturisasi Pembiayaan wajib diawasi

secara aktif oleh Komisaris.

(5) Kebijakan dan Standard Operating Procedure Restrukturisasi

Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih

lanjut dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

BAB VI

PENETAPAN KUALITAS PEMBIAYAAN

Pasal 11

(1) Kualitas Pembiayaan setelah dilakukan restrukturisasi ditetapkan

sebagai berikut:

a. paling tinggi Kurang Lancar untuk Pembiayaan yang sebelum

dilakukan restrukturisasi tergolong Diragukan atau Macet;

b. kualitas Pembiayaan tidak berubah untuk Pembiayaan yang

sebelum dilakukan restrukturisasi tergolong Kurang Lancar.

(2) Kualitas Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat:

a. menjadi Lancar, apabila tidak terdapat tunggakan selama 3 (tiga)

kali periode pembayaran angsuran pokok dan/atau margin/bagi

hasil/fee/ujrah secara berturut-turut sesuai dengan perjanjian

Restrukturisasi Pembiayaan; atau

b. menjadi sama dengan kualitas Pembiayaan sebelum dilakukan

Restrukturisasi Pembiayaan atau menjadi lebih buruk, jika

nasabah tidak memenuhi kriteria dan/atau syarat-syarat dalam

perjanjian Restrukturisasi Pembiayaan dan/atau pelaksanaan

Restrukturisasi Pembiayaan tidak didukung dengan analisis dan

dokumentasi yang memadai;

(3) Dalam ...

Page 102: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

-9-

(3) Dalam hal periode pembayaran angsuran pokok dan/atau margin/bagi

hasil/fee/ujrah kurang dari 1 (satu) bulan, peningkatan kualitas

menjadi Lancar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dapat

dilakukan paling cepat dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak dilakukan

Restrukturisasi Pembiayaan;

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3)

berlaku juga untuk Restrukturisasi Pembiayaan yang kedua dan

ketiga.

Pasal 12

Pembiayaan yang direstrukturisasi lebih dari 3 (tiga) kali, digolongkan

Macet sampai dengan Pembiayaan lunas.

Pasal 13

Pembiayaan yang direstrukturisasi dengan pemberian tenggang waktu

pembayaran (grace period) ditetapkan memiliki kualitas sebagai berikut:

a. selama grace period, kualitas mengikuti kualitas Pembiayaan

sebelum dilakukan restrukturisasi; dan

b. setelah grace period berakhir, kualitas Pembiayaan mengikuti

penetapan kualitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11.

Pasal 14

(1) Untuk BUS dan UUS, kualitas Pembiayaan yang telah

direstrukturisasi wajib dinilai berdasarkan prospek usaha, kinerja

(performance) nasabah dan/atau kemampuan membayar, sesuai

dengan penggolongan nasabah, setelah 1 (satu) tahun sejak penetapan

kualitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1);

(2) Untuk ...

Page 103: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

-10-

(2) Untuk BPRS, kualitas Pembiayaan yang telah direstrukturisasi wajib

dinilai berdasarkan ketepatan dan/atau kemampuan membayar

kewajiban nasabah.

BAB VII

TATACARA RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN

Pasal 15

(1) Pembiayaan dalam bentuk piutang murabahah atau piutang istishna’

dapat direstrukturisasi dengan cara:

a. penjadualan kembali (rescheduling);

b. persyaratan kembali (reconditioning); dan

c. penataan kembali (restructuring).

(2) Pembiayaan dalam bentuk piutang qardh dapat direstrukturisasi

dengan cara:

a. penjadualan kembali (rescheduling); dan

b. persyaratan kembali (reconditioning).

(3) Pembiayaan dalam bentuk mudharabah atau musyarakah dapat

direstrukturisasi dengan cara:

a. penjadualan kembali (rescheduling);

b. persyaratan kembali (reconditioning); dan

c. penataan kembali (restructuring).

(4) Pembiayaan dalam bentuk ijarah atau ijarah muntahiyyah bittamlik

dapat direstrukturisasi dengan cara:

a. penjadualan kembali (rescheduling);

b. persyaratan kembali (reconditioning); dan

c. penataan kembali (restructuring).

(5) Pembiayaan ...

Page 104: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

-11-

(5) Pembiayaan multijasa dalam bentuk ijarah dapat direstrukturisasi

dengan cara:

a. penjadualan kembali (rescheduling); dan

b. persyaratan kembali (reconditioning).

(6) Pembiayaan dalam bentuk piutang salam dapat direstrukturisasi

dengan cara:

a. penjadualan kembali (rescheduling);

b. persyaratan kembali (reconditioning); dan

c. penataan kembali (restructuring).

(7) Tata cara Restrukturisasi Pembiayaan akan diatur lebih lanjut dalam

Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 16

Restrukturisasi Pembiayaan dengan cara penataan kembali

(restructuring) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dalam bentuk

konversi Pembiayaan menjadi Surat Berharga Syariah Berjangka Waktu

Menengah dan Penyertaan Modal Sementara tidak berlaku bagi BPRS.

Pasal 17

(1) Bank wajib melepaskan Penyertaan Modal Sementara apabila:

a. telah sampai jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun; atau

b. perusahaan nasabah tempat Penyertaan Modal Sementara telah

memperoleh laba kumulatif.

(2) Bank wajib menghapus buku Penyertaan Modal Sementara apabila

telah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun.

BAB VIII ...

Page 105: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

-12-

BAB VIII

LAPORAN RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN

Pasal 18

Bank wajib melaporkan Restrukturisasi Pembiayaan kepada Bank

Indonesia.

Pasal 19

Pelaporan Restrukturisasi Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 18 bagi BUS dan UUS mengacu pada ketentuan Bank Indonesia

yang mengatur mengenai Laporan Berkala Bank Umum.

Pasal 20

(1) Laporan Restrukturisasi Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 18, untuk BPRS wajib disampaikan setiap bulan paling lambat

tanggal 14 pada bulan berikutnya setelah berakhirnya bulan laporan.

(2) BPRS dinyatakan terlambat menyampaikan laporan apabila BPRS

menyampaikan laporan melampaui batas waktu sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) sampai dengan tanggal 21 pada bulan

berikutnya setelah berakhirnya bulan laporan.

(3) BPRS dinyatakan tidak menyampaikan laporan apabila BPRS belum

menyampaikan laporan sampai dengan batas waktu sebagaimana

dimaksud pada ayat (2).

(4) Dalam hal tanggal berakhirnya penyampaian laporan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) jatuh pada hari Sabtu, Minggu

atau hari libur maka laporan disampaikan pada hari kerja berikutnya.

(5) Pelaporan ...

Page 106: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

-13-

(5) Pelaporan Restrukturisasi Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) akan diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

BAB IX

SANKSI

Pasal 21

Bank yang melakukan pelanggaran atas ketentuan sebagaimana diatur

dalam Pasal 4, Pasal 5 ayat (3), Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10 ayat (1) sampai

dengan ayat (4), Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17, Pasal 18 dikenakan sanksi

administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) Undang–

Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Pasal 22

(1) BPRS yang terlambat menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 20 ayat (2) dikenakan sanksi berupa denda uang sebesar

Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per hari keterlambatan dan paling

banyak seluruhnya sebesar Rp700.000,00 (tujuh ratus ribu rupiah).

(2) BPRS yang tidak menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 20 ayat (3) dikenakan sanksi berupa denda uang sebesar

paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).

Pasal 23

Pengenaan sanksi administratif atas pelanggaran ketentuan Pasal 12,

tidak mengurangi pengenaan sanksi dalam ketentuan Bank Indonesia

mengenai Laporan Bulanan Bank Umum Syariah dan Laporan Bulanan

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Pasal 24 ...

Page 107: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

-14-

Pasal 24

Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) tidak

mengurangi kewajiban Bank untuk menyampaikan Laporan

Restrukturisasi Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18.

BAB X

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 25

Restrukturisasi Pembiayaan yang telah dilakukan Bank sebelum

berlakunya ketentuan ini tidak dihitung sebagai Restrukturisasi

Pembiayaan sebagaimana diatur dalam Pasal 6 Peraturan Bank Indonesia

ini.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 26

Dengan dikeluarkan Peraturan Bank Indonesia ini maka:

a. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/150/KEP/DIR

tanggal 12 November 1998 tentang Restrukturisasi Kredit;

b. Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/15/PBI/2000 tanggal 12 Juni

2000 tentang Perubahan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia

Nomor 31/150/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 tentang

Restrukturisasi Kredit;

c. Pasal 47 Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/21/PBI/2006 tanggal 5

Oktober 2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Yang

Melaksanakan ...

Page 108: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

-15-

Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah;

d. Pasal 46 dan Pasal 46A Peraturan Bank Indonesia Nomor

9/9/PBI/2007 tanggal 18 Juni 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan

Bank Indonesia Nomor 8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas

Aktiva Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha

Berdasarkan Prinsip Syariah;

e. Pasal 23 Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/24/PBI/2006 tanggal 5

Oktober 2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank

Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah.

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 27

Ketentuan pelaksanaan tentang Restrukturisasi Pembiayaan sebagaimana

diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini akan diatur lebih lanjut

dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 28 ...

Page 109: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

-16-

Pasal 28

Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Bank Indonesia ini dengan penempatannya dalam Lembaran

Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

Tanggal 25 September 2008

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BOEDIONO

undangkan di Jakarta

Pada tanggal l 25 Sep. 08

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

ANDI MATTALATTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR 138......... DPbS

Diundangkan di Jakarta

Pada tanggal 25 September 2008

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA

ANDI MATTALATTA

Page 110: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

-17-

Page 111: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN BANK INDONESIA

NOMOR 10/18/PBI/2008

TENTANG

RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH

DAN UNIT USAHA SYARIAH

I. UMUM

Dalam rangka memelihara kesinambungan usahanya, Bank harus mengelola

risiko kredit dari aktivitas Pembiayaan (credit risk), sehingga dapat meminimalkan

potensi kerugian yang akan terjadi. Penurunan kegiatan usaha dan/atau kemampuan

pembayaran nasabah dapat mempengaruhi kelancaran pemenuhan kewajiban

nasabah yang pada akhirnya akan meningkatkan risiko kredit bagi Bank.

Untuk menurunkan risiko kredit dalam aktivitas Pembiayaan, Bank dapat

melakukan langkah-langkah antisipatif untuk menjaga kelangsungan usaha nasabah

pembiayaan. Langkah-langkah tersebut antara lain dengan melakukan

Restrukturisasi Pembiayaan terhadap nasabah yang masih memiliki prospek usaha

dan/atau kemampuan membayar.

Kebutuhan dan penggunaan dana nasabah pada prinsipnya berbeda-beda

sehingga Bank menyediakan fasilitas Pembiayaan kepada nasabah dalam beragam

akad yang sesuai dengan prinsip syariah. Masing-masing akad Pembiayaan

memiliki karakteristik khusus yang harus dipertimbangkan Bank dalam

pengelolaan Pembiayaan.

Pelaksanaan Restrukturisasi Pembiayaan pada Bank selain memperhatikan

prinsip syariah juga harus memenuhi prinsip kehati-hatian. Ketentuan

Restrukturisasi Pembiayaan yang berlaku saat ini belum sepenuhnya memenuhi

kebutuhan ...

Page 112: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

-2-

kebutuhan Bank. Oleh karena itu, diperlukan suatu ketentuan khusus yang

mengatur tentang pelaksanaan Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Angka 1 sampai dengan angka 9

Cukup Jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Ayat (1)

Restrukturisasi Pembiayaan untuk nasabah Pembiayaan non produktif

antara lain didasarkan pada ada tidaknya sumber pembayaran angsuran

yang jelas dari nasabah setelah dilakukan restrukturisasi.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “bukti-bukti yang memadai” antara lain adalah

adanya laporan keuangan nasabah yang menunjukkan perbaikan

kinerja ...

Page 113: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

-3-

kinerja perusahaan, adanya kontrak kerja yang diperoleh nasabah atau

adanya sumber pembayaran lain yang jelas.

Pasal 6

Ayat (1)

Pembatasan frekuensi restrukturisasi dimaksudkan agar Bank tidak

melakukan restrukturisasi dalam rangka menghindari penurunan

penggolongan kualitas Pembiayaan.

Yang dimaksud dengan “jangka waktu akad Pembiayaan awal” adalah

jangka waktu yang disepakati oleh Bank dan nasabah dalam akad

Pembiayaan sebelum dilakukan restrukturisasi.

Contoh :

Bank dan nasabah pada tanggal 1 September 2008 melakukan akad

Pembiayaan dengan jangka waktu selama 3 (tiga) tahun. Pada tanggal

1 September 2009, Bank melakukan Restrukturisasi Pembiayaan

pertama dengan cara memperpanjang jangka waktu menjadi 5 (lima)

tahun. Restrukturisasi Pembiayaan kedua dan ketiga dapat dilakukan

paling lambat pada tanggal 1 September 2011.

Ayat (2)

Contoh :

Berdasarkan contoh pada ayat (1), Restukturisasi Pembiayaan kedua

paling cepat dilakukan pada tanggal 1 Maret 2010 dan apabila

dilakukan Restrukturisasi Pembiayaan ketiga maka Restrukturisasi

Pembiayaan paling cepat dilakukan pada tanggal 1 September 2010.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8 ...

Page 114: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

-4-

Pasal 8

Cukup Jelas.

Pasal 9

Yang dimaksud dengan “fatwa Majelis Ulama Indonesia” adalah fatwa yang

dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia.

Pasal 10

Ayat (1)

Kebijakan dan Standard Operating Procedure Restrukturisasi

Pembiayaan merupakan bagian dari kebijakan manajemen risiko Bank

sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Pokok-pokok yang diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia antara

lain satuan kerja atau petugas khusus Restrukturisasi Pembiayaan,

limit wewenang memutus Restrukturisasi Pembiayaan, dan sistem

informasi manajemen Restrukturisasi Pembiayaan.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12 ...

Page 115: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

-5-

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Yang dimaksud dengan “grace period” adalah masa tenggang yang diberikan

Bank kepada nasabah untuk tidak melakukan pembayaran angsuran pokok

dan margin untuk akad Murabahah atau Istishna’ atau angsuran Ijarah untuk

akad Ijarah dan Ijarah Muntahiyyah Bittamlik.

Pasal 14

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “penggolongan nasabah” adalah

pengelompokkan nasabah yang didasarkan pada:

a. besar kecilnya jumlah penyediaan dana yang diberikan oleh Bank

kepada nasabah,

b. Usaha Kecil dan Menengah dengan mempertimbangkan Sistem

Pengendalian Risiko, Kondisi Tingkat Kesehatan dan Rasio

Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum Bank.

Ayat (2)

Kualitas Pembiayaan bagi BPRS dinilai berdasarkan ketepatan

dan/atau kemampuan membayar kewajiban nasabah.

Pasal 15

Cukup Jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17 ...

Page 116: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

-6-

Pasal 17

Pelepasan Penyertaan Modal Sementara pada prinsipnya harus segera

dilakukan walaupun belum mencapai 5 (lima) tahun.

Pasal 18

Cukup Jelas.

Pasal 19

Cukup Jelas.

Pasal 20

Ayat (1)

Cukup Jelas.

Ayat (2)

Cukup Jelas.

Ayat (3)

Cukup Jelas.

Ayat (4)

Cukup Jelas.

Ayat (5)

Hal-hal yang diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia antara lain

format laporan dan tata cara pelaporan.

Pasal 21

Cukup Jelas.

Pasal 22 ...

Page 117: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

-7-

Pasal 22

Cukup Jelas.

Pasal 23

Cukup Jelas.

Pasal 24

Cukup Jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4898

Page 118: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan
Page 119: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan
Page 120: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan
Page 121: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

Daftar Pertanyaan Kepada Bank Syariah Mengenai Analisis Pengelolaan Dana

Ta’zir Dan Ta’widh Bagi Nasabah Wanprestasi.

1. Produk apa saja yang ditawarkan oleh bank syariah, khususnya dalam produk

pembiayaan?

2. Factor apa saja yang menjadi pertimbangan bank dalam menyalurkan

pembiayaan?

3. Apakah agunan dalam pembiayaan nilainya harus seimbang atau bahkan lebih

besar dari pembiayaan yang diajukan?

4. Jika terjadi wanprestasi tahap-tahap apa saja yang dilakukan bank syariah?

5. Bagaimana penyelesaian apabila nasabah macet dalam pembayaran?

6. Tindakan apa saja yang dilakukan pihak bank apabila nasabah sengaja menunda

pembayaran padahal ia mampu?

7. Bagaimana proses yang dilakukan bank syariah, sehingga bank mengetahui

mana nasabah nasabah yang menunda pembarayan dengan sengaja padahal

mampu dan tidak mampu?

8. Apa yang membedakan antara ta’zir, ta’widh dan riba?

9. Bagaimana mekanisme perhitungan ta’widh dan ta’zir?

10. Apakah besaran ta’zir dan ta’widh ditentukan diawal kontrak?

11. Bagaimana cara menentukan besaran ta’zir dan ta’widh?

Page 122: ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR DAN TA’WIDH BAGIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28776/1/ARIANTO... · terkumpul dari ta’zir ini diperuntukan untuk kegiatan

12. Dalam ganti rugi (ta’widh), apa saja yang menjadi tanggungan nasabah?

13. Kemana saja dana ta’zir dialokasikan?

14. Bagaimana penulisan akuntansi dana ta’zir dan ta’widh?

15. Apakah ketentuan ta’zir dan ta’widh sudah sesuai dengan ketentuan PBI dan

fatwa DSN MUI?