kecepatan disolusi

27
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar komponen penting yang diperlukan dalam peningkatan kesehatan adalah obat. Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan bahkan mencegah penyakit. Proses pemindahan molekul obat dari bentuk padat ke dalam larutan pada suatu medium disebut disolusi. Dalam dunia kefarmasian para apoteker dan pakar-pakar kimia senantiasa merancang sediaan obat supaya mampu merancang terobosan baru dalam menciptakan suati produk yang berkualitas, baik dari segi kesetabilan obat maupun efek yangditimbulkan. Sudah sepantasnya. Sebagai seorang farmasis kitaharus selalu menggali informasi terkini mengenai teknologi obatdari berbagai segi. Disini yang paling ditekankan yaitu pada preformulasi. Preformulasi merupakan metode perancangan suatu riset dalam rangka menyusun konsep baru yang nantinya harus mampu menghasilkan suatu maha karya yang bernilai Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarutan suatu zat aktif sangat penting artinya karena ketersediaan suatu obat

Transcript of kecepatan disolusi

Page 1: kecepatan disolusi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagian besar komponen penting yang diperlukan dalam

peningkatan kesehatan adalah obat. Obat merupakan semua zat baik kimiawi,

hewani, maupun nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan,

meringankan bahkan mencegah penyakit. Proses pemindahan molekul obat

dari bentuk padat ke dalam larutan pada suatu medium disebut disolusi.

Dalam dunia kefarmasian para apoteker dan pakar-pakar kimia

senantiasa merancang sediaan obat supaya mampu merancang terobosan baru

dalam menciptakan suati produk yang berkualitas, baik dari segi kesetabilan

obat maupun efek yangditimbulkan. Sudah sepantasnya. Sebagai seorang

farmasis kitaharus selalu menggali informasi terkini mengenai teknologi

obatdari berbagai segi. Disini yang paling ditekankan yaitu pada

preformulasi. Preformulasi merupakan metode perancangan suatu riset dalam

rangka menyusun konsep baru yang nantinya harus mampu menghasilkan

suatu maha karya yang bernilai

Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk

sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarutan suatu zat aktif sangat

penting artinya karena ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari

kemampuan zat tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum diserap ke

dalam tubuh. Obat yang telah memenuhi persyaratan baik dari waktu hancur,

keregasan, keseragaman bobot, dan penetapan kadar, belum dapat menjamin

bahwa suatu obat memenuhi efek terapi. Karena itu uji disolusi harus

dilakukan pada setiap produksi tablet atau kapsul.

Laju disolusi atau kecepatan melarut obat-obat yang relatif tidak larut

dalam air telah lama menjadi masalah pada industri farmasi. Obat-obat

tersebut umumnya mengalami proses disolusi yang lambat demikian pula laju

absorpsinya.Dalam hal ini partikel obat terlarut akan diabsorpsi pada laju

rendah atau bahkan tidak diabsorpsi seluruhnya. Dengan demikian absorpsi

obat tersebut menjadi tidak sempurna.

Page 2: kecepatan disolusi

Sediaan tablet termasuk dalam persyaratan uji disolusi yaitu untuk

mengetahui seberapa banyak persentase zat aktif dalam obat yang terlarut dan

terabsorbsi ke dalam peredaran darah untuk memberikan efek terapi. Disolusi

menggambarkan efek obat terhadap tubuh, jika disolusi memenuhi syarat

maka diharapkan obat akan memberikan khasiat pada tubuh.

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum adalah :

1. Menentukan kecepatan disolusi suatu zat

2. Menggunakan alat penentuan kecepatan disolusi suatu zat

3. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi suatu

zat.

Page 3: kecepatan disolusi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum

Kecepatan disolusi adalah kecepatan berubahnya obat dalam bentuk

sediaan padat menjadi bentuk molekuler (Martin, 1993 : 724).

Ketika suatu tablet atau sediaan padat lainnya dimasukkan kedalam

gelas piala berisi air atau kedalam saluran cerna, obat tersebut mulai bergerak

dari padatan utuh ke dalam larutan, kembali tablet tersebut merupakan bahan

parmenk yang deagragasi, matriks padat juga berdientegrasi menjadi granul-

granul yang dihasilkan selanjutnya berdeagrasi dan disolusi dapat terjadi

bersamaan dengan pelepasan obat dari bentuk penghantarnya (Sinko, 2011 :

425-425).

Menurut Neyes dan Whitney yaitu kecepatan suatu padatan melarut

dalam suaru pelarut dinyatakan secara kuantitatif oleh Neyes dan Whitney

pada tahun 1897, kemudian diuraikan oleh para peneliti 108 persamaan

tersebut ialah :

dmdt

= Dsh

(Cs−C )

dcdt

=DsVn

(Cs−C )

Dimana M adalah massa zat terlarut yang terlarut selama waktu dm/dt

adalah kecepatan disolusi massa (massa/waktu) D adalah koefisien difusi zat

terlarut dalam larutan . s adalah luas permukaan padatan yang terpanjang, h

adalah tebal lapisan difusi, G adalah kecepatan padatan ( yakni konsentrasi

senyawa) dalam larutan jenuh pada permukaan dan pada temperature

percobaan dan c adalah konsentrasi zat terlarut dalam larutan baik pada waktu

(t) kuantitas dc/dt adalah kecepatan disolusi dan v adalah larutan (Sinko,

2011: 427).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi yaitu :

1. Suhu, semakin tinggi suhu maka akan memperbesar kelarutan suatu zat

yang bersifat endotermik serta akan memperbesar harga koefisien zat

tersebut (Martin, 1993 : 874).

Page 4: kecepatan disolusi

2. Viskositas, turunnya viskositas suatu pelarut juga akan memperbesar

kelarutan suatu zat (Martin, 1993 : 876).

3. pH, pH sangat mempengaruhi kelarutan zat-zat yang bersifat asam

maupun basa lemah. Zat yang bersifat basa lemah akan lebih mudah larut

jika berada pada suasana asam sedangkan asam lemah akan lebih mudah

larut jika berada pada suasana basa (Martin, 1993 : 877).

4. Ukuran Partikel, semakin kecil ukuran partikel, maka luas permukaan zat

tersebut akan semakin meningkat sehingga akan mempercepat kelarutan

suatu zat (Martin, 1993 : 877).

5. Polimorfisme dan Sifat Permukaan Zat, polimorfisme dan sifat

permukaan zat akan sangat mempengaruhi kelarutan suatu zat, adanya

polimorfisme seperti struktur internal zat yang berlainan, akan

mempengaruhi kelarutan zat tersebut dimana kristal metastabil akan lebih

mudah larut daripada bentuk stabilnya (Martin, 1993 : 879).

Penentuan permukaan kecepatan kelarutan suatu zat padat dilakukan

dengan metode (Ansel, 2005 : 54) :

a. Metode suspensi

Bubuk zat pada digunakan / ditambahkan pada pelarut pada pergantian

nama eletrik terhadap luas permukaan partikelnya.

b. Metode permukaan konstan

Zat ditambahkan pada suatu wadah yang diketahui luasnya vanabel

perbedaan luas permukaan efektif dapat dihilangkan.

Efesiensi disolusi adalah keadaan dimana menggambarkan jumlah obat

yang dilepaskan pada waktu tertentu (Lachman, 2011 : 328).

Dalam hal pengawasan mutu obat, dilakukan uji disolusi. Uji ini

berdasarkan pada spesifikasi kompendium yang sesuai dari bets-bets

pengujian yang digunakan untuk membentuk bahan untuk uji ekuevalensi.

Penggunaan bets-bets yang lebih kecil harus disertai alasan yang tepat. Bahan

dari bets uji ini untuk membuat bahan untuk uji disolusi (Syahputri, 2006 :

97).

Page 5: kecepatan disolusi

Saat pemilihan metode pengujian, direkomendasikan untuk mula-mula

menggunakan metode kompendium yang digunakan pada umumnya yaitu

dayung dan kerangjang, dan metode lain yaitu flow-throught cell dan yang

lainnya. Metode dayung digunakan untuk granul dan table, sedangkan metode

keranjang digunakan untuk memberikan kemungkinan maksimum suatu

antarpermukaan solid-cairan yang tetap (Syahputri, 2006 : 98).

Tahap- tahap pembuatan sediaan obat (Lachman, 2011 : 350) :

a. Tahap pra-formuasi

Tahap ini penentuan kecepatan terlarut dilakukan terhadap bahan baku

memperoleh informasi tentang bahan tersebut.

b. Tahap simulasi

Tahap ini penentuan percepatan pelarut dilakukan untuk memulai

formulasi yang terbik.

c. Tahap produksi

Tahap ini kecepatan pelarut dilakukan untuk konsul kualitas sediaan

obat yang diproduksi.

Komposisi cairan lambung dan usus yang biasanya digunakan untuk

pengujian disolusi tablet (Sinko, 2011 : 441) :

Medium Komposisi Jumlah

Cairan lambung simulasi NaCl 2,0 gr

PH 1,2 (56 Fsp) ; usp 26 HCl pekat 7,0 gr

Air terendam sampai 1,0 ltr

Cairan usus simulasi KH4PO4 68,05 gr

PH 6,8 (sf sp), usp 26 NaOH 8,96 gr

Air terendam sampai 10,0 liter

Komponen cairan lambung dan usus yang harusnya digunakan untuk

pengujian disolusi tablet yaitu umurnya pada asam lambung dan obat serta

adalah bebas lemak, kemudian sifat khusus dari obat serta komposisi biologi

dan membuat mempunyai suatu penting pada proses perbaikan itu ( Martin,

2008: 274).

Page 6: kecepatan disolusi

Disolusi

Media disolusi : 900 ml dapar fosfat pH 2,4

Alat fipe : 150 ppm

Waktu : 30 menit

Prosedur : larutan penetapan jumlah ( C15H8O2) yang

terlarut yang mengukur senap air pitrar

larutan uji. Jika pelarut diencerkan dengan

media disolusi dan serapan larutan baku

ibuprofen Bp dalam media yang sama

panjang gelombang serupa maksimum

lebih (FI IV:1995:450).

2.2 Prosedur kerja (Anonim, 2016 : 30)

Pengaruh kecepatan pengadukan terhadap kecepatan disolusi suatu zat

1. Isilah gelas kimia 100 ml dengan air.

2. Atur waterbath shaker pada suhu 30°C, letakkan gelas kimia ke dalam

waterbath. Jika suhu air di dalam bejana sudah mencapai suhu 30°C,

masukkan 1 gram paracetamol dan hidupkan motor penggerak pada

kecepatan 50 rpm.

3. Ambil sebanyak 5 ml air dari bejana setiap selang waktu 1, 5, 10, 15,

20, 25, dan 30 menit setelah pengadukan. Setiap selesai pengambilan

sampel, segera digantikan dengan 5 ml air.

4. Tentukan kadar paracetamol yang terlarut dari setiap sampel dengan

cara spektrofotometer. Lakukan koreksi perhitungan kadar yang

diperoleh setiap waktu terhadap pengenceran yang dilakukan karena

penggantian larutan dengan air suling.

5. Lakukan percobaan yang sama untuk kecepatan 75 dan 100 RPM.

6. Tabelkan hasil yang diperoleh.

Page 7: kecepatan disolusi

BAB 3 METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat yang digunakan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu berupa waterbath

shaker, timbangan, gelas ukur 50 ml, gelas kimia 50 ml, syringe 1 ml,

vial, spektrofotometer, kuvet, dan botol semprot.

3.1.2 Bahan yang digunakan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air,

paracetamol, dan larutan NaOH 0,1 N. .

3.2 Cara kerja

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Ditimbang 543 gram paracetamol.

3. Kemudian dimasukkan ke dalam waterbath shaker.

4. Diatur suhu waterbath shaker pada 30°C.

5. Dihidupkan motor penggerak pada kecepatan 50 rpm.

6. Diambil sebanyak 5 ml air dari bejana setiap selang waktu 1, 5, 10, 15, 20,

25, dan 30 menit setelah pengadukan. Setiap selesai pengambilan sampel,

segera digantikan dengan 5 ml air.

7. Ditentukan kadar paracetamol yang terlarut dari setiap sampel dengan cara

spektrofotometer. Dilakukan koreksi perhitungan kadar yang diperoleh

setiap waktu terhadap pengenceran yang dilakukan karena penggantian

larutan dengan air suling.

8. Dicatat pengamatan dan ditabelkan hasil yang diperoleh.

Page 8: kecepatan disolusi

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Hasil

Kurva baku PCT

Rpm Absorbansi

4 0,260

5 0,317

7 0,446

9 0,571

11 0,697

13 0,820

Diketahui :

a=0,0074

b=0,0625

r=0,9999

Kecepatan 50 Rpm

Waktu

(menit

)

Absorban

Kadar

absorban

dalam 5

mL

(ppm)

Kadar

absorban

dalam 5

mL (mg)

Kadar

absorban

dalam 900

mL (mg)

% kadar

dalam 900

mL (mg)

Faktor

Koreksi% terkoreksi

1 0,250A 97,04 87,336 15.720,48 2.829.686,4 7.446,54 2.837.132,94

5 0,204A 78,64 70,776 12.739,68 2.293.142,4 6.034,58 2.299.176,98

10 0,204A 78,64 70,776 12.739,68 2.293.142,4 6.034,58 2.299.176,98

15 0,244A 94,64 85,176 15.331,68 2.759.702,4 7.262,37 2.766.964,77

20 0,219A 84,64 76,176 13.711,68 2.468.102,4 6.495,01 2.474.597.41

25 0,237A 91,84 82,656 14.878,08 2.678.054,4 7.047,51 2.685.101,91

30 0,231A 89,44 80,496 14.489,28 2.608.020 6.863,34 2.614.883,74

1. Absorban 5 mL (ppm)

1 menit

x= y−ab

=0,250−0,00740,0625

×25=0,24260,0625

×25=97,04 ppm

Page 9: kecepatan disolusi

5 menit

x= y−ab

=0,204−0,00740,0625

× 25=0,19660,0625

× 25=78,64 ppm

10 menit

x= y−ab

=0,204−0,00740,0625

× 25=0,19660,0625

× 25=78,64 ppm

15 menit

x= y−ab

=0,244−0,00740,0625

× 25=0,23660,0625

× 25=94,64 ppm

20 menit

x= y−ab

=0,219−0,00740,0625

×25=0,21160,0625

×25=84,64 ppm

25 menit

x= y−ab

=0,237−0,00740,0625

×25=0,22960,0625

× 25=91,84 ppm

30 menit

x= y−ab

=0,231−0,00740,0625

×25=0,22360,0625

×25=89,44 ppm

2. Kadar absorban dalam 5 mL

1 menit

Kadar absorban dalam 5 mL ¿x

1000×900

Kadar absorban dalam 5 mL ¿97,041000

× 900

Kadar absorban dalam 5 mL ¿87,336 mg

5 menit

Kadar absorban dalam 5 mL ¿x

1000×900

Kadar absorban dalam 5 mL ¿78,641000

× 900

Kadar absorban dalam 5 mL ¿70,776mg

10 menit

Page 10: kecepatan disolusi

Kadar absorban dalam 5 mL ¿x

1000×900

Kadar absorban dalam 5 mL ¿78,641000

× 900

Kadar absorban dalam 5 mL ¿70,776mg

15 menit

Kadar absorban dalam 5 mL ¿x

1000×900

Kadar absorban dalam 5 mL ¿94,641000

× 900

Kadar absorban dalam 5 mL ¿85,176 mg

20 menit

Kadar absorban dalam 5 mL ¿x

1000×900

Kadar absorban dalam 5 mL ¿84,641000

× 900

Kadar absorban dalam 5 mL ¿76,176mg

25 menit

Kadar absorban dalam 5 mL ¿x

1000×900

Kadar absorban dalam 5 mL ¿91,841000

× 900

Kadar absorban dalam 5 mL ¿82,656 mg

30 menit

Kadar absorban dalam 5 mL ¿x

1000×900

Kadar absorban dalam 5 mL ¿89,441000

× 900

Kadar absorban dalam 5 mL ¿80,496 mg

3. Kadar absorban dalam 900 mL

1 menit

Page 11: kecepatan disolusi

Kadar absorban dalam 900 mL ¿kadar absorandalam 5 mL

5×900

Kadar absorban dalam 900 mL ¿87,336

5× 900

Kadar absorban dalam 900 mL ¿15.720,48 mg

5 menit

Kadar absorban dalam 900 mL ¿kadar absorandalam 5 mL

5×900

Kadar absorban dalam 900 mL ¿70,776

5× 900

Kadar absorban dalam 900 mL ¿12.739,68 mg

10 menit

Kadar absorban dalam 900 mL ¿kadar absorandalam 5 mL

5×900

Kadar absorban dalam 900 mL ¿70,776

5× 900

Kadar absorban dalam 900 mL ¿12.739,68 mg

15 menit

Kadar absorban dalam 900 mL ¿kadar absorandalam 5 mL

5×900

Kadar absorban dalam 900 mL ¿85,176

5× 900

Kadar absorban dalam 900 mL ¿15.331,68 mg

20 menit

Kadar absorban dalam 900 mL ¿kadar absorandalam 5 mL

5×900

Kadar absorban dalam 900 mL ¿76,176

5× 900

Kadar absorban dalam 900 mL ¿13.711,68mg

25 menit

Kadar absorban dalam 900 mL ¿kadar absorandalam 5 mL

5×900

Page 12: kecepatan disolusi

Kadar absorban dalam 900 mL ¿82,656

5× 900

Kadar absorban dalam 900 mL ¿14.878,08 mg

30 menit

Kadar absorban dalam 900 mL ¿kadar absorandalam 5 mL

5×900

Kadar absorban dalam 900 mL ¿80,496

5× 900

Kadar absorban dalam 900 mL ¿14.489,28 mg

4. % kadar dalam 500 mg (%C)

1 menit

% C ¿kadar absorbandalam 900mL

5×900

% C¿ 15.720,485

×900

% C ¿2.829 .686,4 mg

5 menit

% C ¿kadar absorbandalam 900mL

5×900

% C ¿12.739,68

5×900

% C ¿2.293 .142,4 mg

10 menit

% C ¿kadar absorbandalam 900mL

5×900

% C ¿12.739,68

5×900

% C ¿2.293 .142,4 mg

15 menit

% C ¿kadar absorbandalam 900mL

5×900

% C ¿15.331,68

5×900

Page 13: kecepatan disolusi

% C ¿2.759 .702,4 mg

20 menit

% C ¿kadar absorbandalam 900mL

5×900

% C ¿13.711,68

5× 900

% C ¿2.468 .102,4mg

25 menit

% C ¿kadar absorbandalam 900mL

5×900

% C ¿14.878,08

5×900

% C ¿2.678 .054,4mg

30 menit

% C ¿kadar absorbandalam 900mL

5×900

% C ¿14.489,28

5×900

% C ¿2.608 .020,4mg

5. Faktor Koreksi (FK)

1 menit

FK ¿%C × 51900 mL

FK ¿2.829 .686,4 × 51900

FK ¿7.446,54

5 menit

FK ¿%C × 51900 mL

FK ¿2.293 .142,4 × 51900

FK ¿6.034,58

Page 14: kecepatan disolusi

10 menit

FK ¿%C × 51900 mL

FK ¿2.293 .142,4 × 51900

FK ¿6.034,58

15 menit

FK ¿%C × 51900 mL

FK ¿2.759 .702,4 × 51900

FK ¿7.262,37

20 menit

FK ¿%C × 51900 mL

FK ¿2.468 .102,4 × 51900

FK ¿6.495,01

25 menit

FK ¿%C × 51900 mL

FK ¿2.678 .054,4 × 51900

FK ¿7.047,51

30 menit

FK ¿%C × 51900 mL

FK ¿2.608 .020,4 × 51900

FK ¿6.863,34

6. % terkoreksi

1 menit

Page 15: kecepatan disolusi

% terkoreksi = %C + FK

% terkoreksi = 2.829.686,4 + 7.446,54

% terkoreksi = 2.837.132,94

5 menit

% terkoreksi = %C + FK

% terkoreksi = 2.293.142,4 + 6.034,58

% terkoreksi = 2.299.176,98

10 menit

% terkoreksi = %C + FK

% terkoreksi = 2.293.142,4 + 6.034,58

% terkoreksi = 2.299.176,98

15 menit

% terkoreksi = %C + FK

% terkoreksi = 2.759.702,4 + 7.262,37

% terkoreksi = 2.766.964,77

20 menit

% terkoreksi = %C + FK

% terkoreksi = 2.468.102,4 + 6.495,01

% terkoreksi = 2.474.597,41

25 menit

% terkoreksi = %C + FK

% terkoreksi = 2.678.054,4 + 7.047,51

% terkoreksi = 2.685.101,91

30 menit

% terkoreksi = %C + FK

% terkoreksi = 2.608.020,4 + 6.863,34

% terkoreksi = 2.614.883,74

4. 2 Pembahasan

Kecepatan disolusi adalah suatu ukuran yang menyatakan banyaknya

suatu zat yang dapat terlarut dalam pelarut tertentu setiap satuan waktu.

Page 16: kecepatan disolusi

Dimana kecepatan disolusi juga dapat diartikan sebagai proses pelepasan

senyawa obat dari sediaan dan melarut pada media pelarut. Dipengaruhi

oleh suhu, viskositas, pH pelarut, pengadukan, ukuran partikel,

polimorfisme, sifat permukaan zat, formulasi, dam teknik pembuatan

sediaan.

Digunakan obat paracetamol, karena mudah didapatkan dan

memenuhi kriteria obat yang dapat disolusi. Uji disolusi digunakan untuk

menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera dalam

masingmasing monografi, untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada

etikel dinyatakn bahwa tablet harus dikunyah.

NaOH digunakan karena medium larutan hendaknya tidak jenuh

obat, yang biasa dipakai adalah cairan lambung yang diencerkan seperi HCl

0,1 N, dapar fosfat, cairan lambung tiruan, air dan cairan usus tiruan

tergantung sifat-sifat lokasi obat akan larut. Ukuran dan bentuk wadah akan

mempengaruhi laju dan tingkat kelarutan, untuk mengamati pelarutan dari

obat sangat tidak larut dalam air menggunakan wadah berkapasitas besar.

Pada percobaan ini metode dayung ang digunakan yang terdiri dari

daun dan batang sebagai pengaduk. Daun dan batang logam yang

merupakan satu kesatuan dapat disalut denga suatu penyalut yang sesuai.

Dimana sediaan dibiarkan tenggelam ke dasar wadah sebelum dayung

berputar.

Pada percobaan ini menggunakan metode dayung, waterbath shaker

diatur pada suhu 30 C, ketika larutan NaOH telah bersuhu 30 C maka

dimasukkan 1 tablet paracetamol dan dihidupkan motor penggeraknya

dengan menggunakan kecepatan 50 rpm, dimana larutan didalam waterbath

shaker diambil selang waktu 1,5,10,15, 20, dan 25 menit, hal ini agar

diketahui kapan waktu yang optimal obat dapat larut. Dimana absorban

setiap waktu yaitu 0,250; 0,204; 0,204; 0,244; 0,219; 0,237; dan 0,231.

Perbedaan absorban ini dikarenakan adanya pengenceran.

Dalam selang waktu tersebut setiap pengambilan 5 mL, maka

ditambahkan lagi 5 mL air suling. Hal ini dikarenakan agar cairan di dalam

Page 17: kecepatan disolusi

mempunyai bagian yang sama. Sebab pada bagian tersebut langsung keluar

dan digantikan sehingga hasil yang diperoleh dapat dibandingkan.

Pada percobaan ini tidak hanya absorban, tapi juga absorban dalam 5

mL, kadar absorban dalam 5 mL, kadar absorban dalam 900 mL, % kadar

dalam 900 mg, faktor koreksi, dan % terkoreksi. Data yang diatas

ditentukan oleh absorban, jika absorban menurun maka semuanya menurun

begitupun dengan sebaliknya.

Pada percobaan tidak ada peningkatan setiap detiknya, melainkan

naik-turun. Ketidaktepatan dalam percobaan dapat diakibatkan oleh

beberapa  faktor yaitu :

1.Ketidaktepatan pembuatan larutan simetidin standar

2.Pengenceran larutan sampel yang tidak akurat

3.Ketidaktepatan penimbangan

4.Kesalahan pembacaan pada penggunaan spektrofotometer

5.Faktor lingkungan

Dalam bidang farmasi, kecepatan disolusi sangat diperlukan karena

menyangkut tentang waktu yang dibutuhkan untuk pelepasan obat dalam

bentuk sediaan dan diabsorbsi dalam tubuh. Jadi, semakin cepat

disolusinya maka semakin cepat pula obat atau sediaan memberikan efek

kepada tubuh.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kecepatan disolusi adalah proses pelepasan senyawa obat dari sediaan dan

melarut pada pelarut. Pada percobaan diketahui bahwa absorban yang

didapatkan datanya tidak akurat, yaitu absorban setiap waktu yaitu 0,250;

0,204; 0,204; 0,244; 0,219; 0,237; dan 0,231. Hal karena semakin lama maka

Page 18: kecepatan disolusi

absorban akan semakin kecil. Sehingga kecepatan disolusi mengikuti nilai dari

absorban.

5.2 Saran

Sebaiknya praktikan lebih dulu mempersiapkan alat dan membersihkan

alat yang ingin di gunakan begitupun dengan cara menimbang sampel kita

harus teliti dalam menimbang bahan agar hasil yang kita dapatkan maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2016, Penuntun Praktikum Farmasi Fisika Jurusan Farmasi, Universitas Muslim Indonesia: Makassar.

Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia; Edisi III. Depkes RI: Jakarta.

Martin, A., 2008,Farmasi Fisika  jilid II, Universitas Indonesia Press: Jakarta.

Parrot, E., L., 1971, Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceuties Third Ed, Burgess Pub, 6: Mineapoliss.

Page 19: kecepatan disolusi

Syahputri, Mimi, 2006, Pemastian mutu obat. Jakarta : EGC.

Sinko, P., J., 2011, Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika edisi 5, Buku Kedokteran EGC: Jakarta