KECEMASAN PASCA BERCERAI PADA WANITA DEWASA AWAL

14
KECEMASAN PASCA BERCERAI PADA WANITA DEWASA AWAL SARAH HOTMAULI Pembimbing : Prof. Dr. A. M. Heru Basuki, Mpsi ABSTRAKS Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam gambaran kecemasan pada wanita dewasa awal pasca bercerai, faktor-faktor penyebab kecemasan dan faktor-faktor yang menyebabkan bercerai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Subjek dalam penelitian ini berjumlah satu orang dengan karakteristik berjenis kelamin wanita berada pada usia 20-40 tahun dan berstatus janda. Wawancara yang dilakukan adalah berdasarkan pedoman wawancara yang ditulis secara rinci, lengkap dengan set pertanyaan, dan penjabarannya dalam kalimat. Observasi non partisipan adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara dimana peneliti berada diluar subjek yang diteliti dan tidak ikut dalam kegiatan yang mereka lakukan. Sedangkan observasi berstruktur adalah observasi dimana pengamat dalam melaksanakan observasinya mennggunakan pedoman pengamatan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subjek mengalami kecemasan seperti sedih karena keluarganya tidak ada yang membantu, kecewa atas pernikahan dan kehidupan yang dialaminya, cemas dalam memikirkan kebutuhan hidup sehari-hari dengan tiga orang anak, wanita dewasa awal juga harus bisa mengatur ekonomi keluarga secara mandiri dan panik memikirkan masa depan anak-anaknya. Faktor yang menyebabkan kecemasan pasca bercerai pada wanita dewasa awal adalah sulitnya bagi subjek dalam mencari pekerjaan pada saat wanita tersebut pada awalnya sebagai ibu rumah tangga. Dan faktor yang menyebabkan perceraian pada subjek adalah tidak terdapatnya pencatatan perkawinan sipil sebagai syarat pegawai negeri sipil untuk memasukkan tanggungan anak-anak ke dalam daftar gaji, dan mantan subjek tidak memberikan santunan terhadap keluarga. Tetapi pada akhirnya subjek tersebut mandiri dan tegar dalam menjalani kehidupannya serta mengatasinya dengan berdoa memohon kepada Tuhan YME, selain itu juga wanita dewasa awal mengikuti kegiatan di gereja dan dengan adanya anak-anak yang selalu ada di dekatnya maka wanita dewasa awal ini merasa terhibur. Kata kunci : Kecemasan, Pasca Bercerai, wanita Dewasa Awal 1

Transcript of KECEMASAN PASCA BERCERAI PADA WANITA DEWASA AWAL

Page 1: KECEMASAN PASCA BERCERAI PADA WANITA DEWASA AWAL

KECEMASAN PASCA BERCERAI PADA WANITA DEWASA AWAL

SARAH HOTMAULI Pembimbing : Prof. Dr. A. M. Heru Basuki, Mpsi

ABSTRAKS Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam gambaran kecemasan pada wanita dewasa awal pasca bercerai, faktor-faktor penyebab kecemasan dan faktor-faktor yang menyebabkan bercerai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Subjek dalam penelitian ini berjumlah satu orang dengan karakteristik berjenis kelamin wanita berada pada usia 20-40 tahun dan berstatus janda. Wawancara yang dilakukan adalah berdasarkan pedoman wawancara yang ditulis secara rinci, lengkap dengan set pertanyaan, dan penjabarannya dalam kalimat. Observasi non partisipan adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara dimana peneliti berada diluar subjek yang diteliti dan tidak ikut dalam kegiatan yang mereka lakukan. Sedangkan observasi berstruktur adalah observasi dimana pengamat dalam melaksanakan observasinya mennggunakan pedoman pengamatan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subjek mengalami kecemasan seperti sedih karena keluarganya tidak ada yang membantu, kecewa atas pernikahan dan kehidupan yang dialaminya, cemas dalam memikirkan kebutuhan hidup sehari-hari dengan tiga orang anak, wanita dewasa awal juga harus bisa mengatur ekonomi keluarga secara mandiri dan panik memikirkan masa depan anak-anaknya. Faktor yang menyebabkan kecemasan pasca bercerai pada wanita dewasa awal adalah sulitnya bagi subjek dalam mencari pekerjaan pada saat wanita tersebut pada awalnya sebagai ibu rumah tangga. Dan faktor yang menyebabkan perceraian pada subjek adalah tidak terdapatnya pencatatan perkawinan sipil sebagai syarat pegawai negeri sipil untuk memasukkan tanggungan anak-anak ke dalam daftar gaji, dan mantan subjek tidak memberikan santunan terhadap keluarga. Tetapi pada akhirnya subjek tersebut mandiri dan tegar dalam menjalani kehidupannya serta mengatasinya dengan berdoa memohon kepada Tuhan YME, selain itu juga wanita dewasa awal mengikuti kegiatan di gereja dan dengan adanya anak-anak yang selalu ada di dekatnya maka wanita dewasa awal ini merasa terhibur. Kata kunci : Kecemasan, Pasca Bercerai, wanita Dewasa Awal

1

Page 2: KECEMASAN PASCA BERCERAI PADA WANITA DEWASA AWAL

2

PENDAHULUAN

Latar belakang Masalah

Didalam perkembangan hidup manusia

selalu dimulai dari berbagai tahapan, yang

dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan

dewasa. Dalam setiap tahapan

perkembangan terdapat tugas-tugas yang

khas yang harus diselesaikan oleh individu

untuk kemudian dilanjutkan ketahapan

berikutnya. Salah satu tahapan dimana

individu memulai suatu babak baru dalam

kehidupan adalah tahapan dewasa muda

(Turner, 1995). Pada saat seseorang telah

berhasil melalui masa remaja dan harus

menyiapkan diri untuk menghadapi

tantangan kehidupan dewasa. Dalam

kehidupan dewasa selalu dihadapkan pada

suatu proses hidup dimana manusia dewasa

harus melalui suatu perkawinan. Pada

masyarakat modern, pada umumnya

manusia dewasa yang sudah mengalami

perkawinan, dalam menjalani kehidupan

selalu diikuti oleh perasaan cemas ini dapat

dilihat berdasarkan dari jenis kelamin,

pengalaman, keadaan ekonomi dan status

perkawinan (Mc Neil, dalam Fransisca,

2000). Cemas menurut sebagian ahli

psikologi adalah seseorang yang merasa

tidak mampu melawan bahaya yang

mengancam bila sumbernya tidak diketahui.

Menurut Atkinson (1992) orang yang

mengalami gangguan kecemasan, baik

kecemasan menyeluruh maupun gangguan

panik biasanya tidak mengetahui sebabnya

mengapa mereka tercekam, ketakutan,

sehingga kecemasan ini disebut dengan

“mengambang dengan bebas” atau

kecemasan yang tidak jelas penyebabnya.

Setiap pasangan tentunya menginginkan

kehidupan perkawinannya akan berlangsung

lebih lama. Namun, kadang kala sebuah

perkawinan harus menghadapi masa-masa

sulit yang tidak dapat dielakkan lagi dan

akan berakhir dengan perceraian. Perceraian

didefinisikan sebagai penghapusan

perkawinan dengan putusan hakim, atau

tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan

itu.

Secara umum dan logika, kaum pria

lebih banyak menderita kecemasan dan rasa

takut dalam menghadapi masa depan setelah

bercerai, mengingat fungsinya sebagai

penanggung jawab atas diri dan keluarganya,

serta sebagai pilar utama untuk

membahagiakan rumah tangga. Akan tetapi

pada kenyataannya setelah melalui

penelitian dan studi ilmiah, terbukti bahwa

wanitalah yang lebih sering merasakan

kecemasan dan ketakutan dalam menghadapi

masa depan setelah bercerai (Aqshari, 2007).

Derajat kecemasan dan ketakutan akan

masa depan setelah bercerai pada diri wanita

dewasa awal menjadi lebih jelas dilihat

dalam kehidupan sehari-hari. Wanita dewasa

awal lebih sering cemas dan takut setelah

bercerai ketika sudah mempunyai anak yang

telah memasuki usia sekolah.

Selanjutnya pengertian kecemasan

pasca bercerai adalah suatu keadaan emosi

yang tidak menyenangkan yang ditandai

oleh perasaan tegang, ketakutan, dan gelisah

yang bersifat subjektif. Ini disebabkan

Page 3: KECEMASAN PASCA BERCERAI PADA WANITA DEWASA AWAL

karena adanya situasi yang mengancam yang

membahayakan subjek serta sumbernya

tidak diketahui, internal dan samar-samar.

Argill (dalam Aqshari, 2007) menyakini

bahwa rata-rata kecemasan dan ketakutan

akan masa depan pada wanita setelah

bercerai semakin bertambah, karena mereka

menghadapi masalah yang lebih banyak. Itu

karena wanita lebih perasa. Artinya, pada

tingkat tertentu, mereka lebih sering

terpengaruh dengan kesulitan dalam

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

sebagai orangtua tunggal (single parent).

Selain sebagai orangtua tunggal (single

parent) wanita juga mempunyai kesulitan

dalam menghadapi masyarakat yang masih

berpandangan negatif terhadap perceraian,

sehingga hal ini dapat menimbulkan rasa

malu dan keputusasaan pada wanita tersebut.

Pentingnya penelitian ini karena di

Indonesia masih banyak wanita yang

mengalami kecemasan pasca bercerai hanya

berpedoman kepada kemampuan yang

kurang percaya diri dan selalu hanya

memikirkan bagaimana kelangsungan hidup

sehari-hari bersama anak-anak yang akan

beranjak dewasa padahal tidak perlu

demikian. Seharusnya mereka membuka diri

dan menggali potensi mereka dalam

menghadapi kehidupannya sehari-hari

supaya mereka tidak cemas menghadapi

kemungkinan yang ada dilingkungan

hidupnya sebagai single parents.

Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran kecemasan pada

subjek dalam keadaan pasca bercerai ?

2. Faktor-faktor apa saja yang

menyebabkan kecemasan pada subjek ?

3. Bagaimanakah cara mengatasi

kecemasan pada subjek ?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui bagaimana gambaran

kecemasan pada subjek pasca bercerai,

faktor-faktor apa saja yang menyebabkan

kecemasan pada subjek dan bagaimanakah

cara mengatasi kecemasan pada subjek.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki dua

manfaat, yaitu :

a. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

wanita dewasa awal mengalami kecemasan

pasca bercerai, seperti sedih karena

keluarganya tidak ada yang membantu,

kecewa atas pernikahan dan kehidupan yang

dialaminya, cemas dalam memikirkan

kebutuhan hidup sehari-hari dengan tiga

orang anak, wanita dewasa awal juga harus

bisa mengatur ekonomi keluarga secara

mandiri dan panik memikirkan masa depan

anak-anaknya. Faktor yang menyebabkan

kecemasan pasca bercerai pada wanita

dewasa awal adalah sulitnya bagi wanita

dewasa awal dalam mencari pekerjaan pada

saat wanita tersebut pada awalnya sebagai

ibu rumah tangga. Tetapi pada akhirnya

wanita dewasa awal tersebut mandiri dan

tegar dalam menjalani kehidupannya serta

mengatasinya dengan berdoa memohon

kepada Tuhan YME, selain itu juga wanita

dewasa awal mengikuti kegiatan di gereja

dan dengan adanya anak-anak yang selalu

3

Page 4: KECEMASAN PASCA BERCERAI PADA WANITA DEWASA AWAL

ada di dekatnya maka wanita dewasa awal

ini merasa terhibur. Dengan penelitian ini di

harapkan dapat memberikan masukan bagi

setiap wanita, khususnya bagi wanita yang

mengalami perceraian memberi gambaran

secara mendalam tentang bagaimana

kecemasan pada wanita yang bercerai, untuk

dapat melihat bagaimana wanita lain

mengatasi kecemasannya setelah mengalami

perceraian, dan memberikan masukan

kepada ahli bahwa selain kekerasan dalam

rumah tangga, perselingkuhan, terdapat juga

tidak bertanggung jawabnya seseorang

dalam rumah tangga yang dapat

menimbulkan seseorang bercerai, sehingga

konselor perkawinan dapat mengetahui

masalah-masalah apa saja yang sering

dialami pada wanita yang bercerai, dan

bagaimana pula mengatasinya.

b. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

wanita dewasa awal mengalami kecemasan

pasca bercerai, seperti sedih karena

keluarganya tidak ada yang membantu,

kecewa atas pernikahan dan kehidupan yang

dialaminya, cemas dalam memikirkan

kebutuhan hidup sehari-hari dengan tiga

orang anak, wanita dewasa awal juga harus

bisa mengatur ekonomi keluarga secara

mandiri dan panik memikirkan masa depan

anak-anaknya. Faktor yang menyebabkan

kecemasan pasca bercerai pada wanita

dewasa awal adalah sulitnya bagi wanita

dewasa awal dalam mencari pekerjaan pada

saat wanita tersebut pada awalnya sebagai

ibu rumah tangga. Dengan hasil penelitian

ini diharapkan dapat menambah ragam ilmu

psikologi khususnya dibidang psikologi

klinis, yang dapat digunakan sebagai

pedoman dalam penelitian lebih lanjut,

terutama yang mendapat gambaran

mengenai konsep-konsep yang berkaitan

dengan judul penelitian ini baik melalui

metode kualitatif maupun kuantitatif, dan

penelitian ini diharapkan agar menjadi bahan

kajian mengenai kecemasan pada wanita

dewasa awal yang mengalami perceraian.

TINJAUAN PUSTAKA

Kecemasan adalah suatu penyerta yang

normal dalam kehidupan kita sehari-hari,

dari perubahan atau dari pengalaman sesuatu

yang baru dan belum pernah dicoba. Setiap

orang, siapapun dia pasti pernah mengalami

kecemasan, seperti halnya seorang anak

yang terancam perpisahan dengan

orangtuanya, atau bagi remaja pada saat

kencan pertamanya. Kecemasan diartikan

sebagai respon dari suatu keadaan yang

disebabkan adanya ancaman yang

sumbernya tidak diketahui, internal dan

samar-samar (Kaplan dkk, 1997).

Selain itu pengertian kecemasan adalah

suatu keadaan emosi yang tidak

menyenangkan yang ditandai oleh perasaan

tegang, ketakutan, dan gelisah yang bersifat

subjektif. Ini disebabkan karena adanya

situasi yang mengancam yang

membahayakan subjek serta sumbernya

tidak diketahui, internal dan samar-samar.

Sedangkan menurut Davison dan Neale

(dalam Fausiah dkk, 2005) kecemasan

adalah munculnya perasaan takut dan kehati-

hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas

dan tidak menyenangkan. Kecemasan

4

Page 5: KECEMASAN PASCA BERCERAI PADA WANITA DEWASA AWAL

seringkali ditandai dengan gejala fisik

seperti sakit kepala, jantung berdebar cepat,

dada terasa sesak, tidak tenang dan tidak

dapat duduk tenang.

Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan

Penyebab timbulnya kecemasan yang

dialami oleh seseorang masih sulit untuk

diperkirakan dengan tepat. Hal ini

disebabkan oleh adanya sifat subjektif dari

kecemasan, yaitu kejadian atau pengalaman

yang sama (serupa) belum tentu

dirasakannya sama oleh masing-masing

individu, dengan kata lain suatu rangsangan

atau kejadian dengan kualitas dan kuantitas

yang sama, namun dapat diinterpretasikan

secara berbeda oleh setiap individu (dalam

Hermawati dkk, 1994).

Menurut Beck dan beberapa para ahli

psikologi kognitif lainnya (dalam Freeman

& Di Tomasso, 1994) penyebab dari

kecemasan seseorang kemungkinan

disebabkan oleh beberapa faktor dari

potensial penentu (predisposisi) dan faktor

pencetus (precipitating), yaitu :

a. Faktor-faktor potensial penentu

(predisposisi).

1) Pewaris genetik

2) Penyakit fisik

3) Trauma mental

4) Pikiran-pikiran, asumsi dan

kesalahan proses kognisi

5) Kurang efektifnya mekanisme

penyesuaian diri (coping)

b. Faktor-faktor pencetus (precipitating)

1) Masalah fisik

2) Stressor eksternal yang berat

3) Kepekaan emosi

Komponen Kecemasan

Menurut Leitenberg & Mc Neil (dalam

Fransisca, 2000) kecemasan memiliki tiga

komponen, yaitu :

a. Kognisi yang ditandai adanya gejala :

1) Berbicara pada diri sendiri

mengenai hal-hal yang negatif

(negatif self talk). Menurut

Blackburn & Eunson (dalam

Blackburn & Davidson, 1994) ini

merupakan pikiran otomatis dan

berlangsung secara reflek yang

merupakan komentar-komentar

langsung terhadap situasi yang

sedang dihadapi.

2) Kepercayaan pada kemampuan diri

untuk menyelesaikan suatu tugas

rendah (low self efficacy belief).

3) Kekhawatiran yang berlebihan,

bahkan seringkali dalam derajat

yang tidak masuk akal (absessive

worring).

4) Penyangkalan diri (self

abnegation).

b. Tingkah laku

Tingkah laku yang diasosiasikan dengan

kecemasan biasanya bersifat motorik

dan dapat diamati. Biasanya tindakan

yang dilakukan yaitu menghindari atau

melarikan diri. Marks (dalam Fransisca,

2000) menemukan empat macam

tingkah laku yang diasosiasikan dengan

kecemasan, yaitu :

1) Menarik diri (Withdrawal), ada 2

(dua) macam :

a). Menghindari (Avoidance) :

menghindar terhadap objek

5

Page 6: KECEMASAN PASCA BERCERAI PADA WANITA DEWASA AWAL

atau situasi telah lama menjadi

tanda dari fobia. Menghindar

merupakan bentuk kecemasan

atau ketakutan dengan cara

menghindari objek atau situasi

tersebut.

b). Melarikan diri (Escape) :

tingkah laku yang mirip

dengan avoidance, tetapi

individu tidak langsung

menghindari objek atau situasi

seperti pada avoidance. Disini

individu menghadapi objek

atau situasi tersebut terlebih

dahulu, baru kemudian

meninggalkannya sebelum

waktunya.

2) Diam (Immobility) : ada 2 (dua)

macam, yaitu :

a). Membeku (Freezing) :

immobility (diam), tetapi tetap

waspada atau penuh

perhatian, artinya walaupun

merasa tidak berdaya atau

takut, tetapi tetap

meningkatkan kesadaran akan

adanya bahaya yang mungkin

timbul.

b). Tidak berespon (Unresponsive)

: organisme tampak seperti

mati. Respon-respon

kecemasan seperti ini jarang

terjadi pada manusia, tetapi

dapat dilihat pada reaksi yang

ekstrim terhadap sumber-

sumber stress yang utama.

3) Tunduk atau patuh (Submission)

Organisme berusaha untuk

mengelak dari serangan pada

dirinya atau berusaha untuk

menerangkan organisme yang

terancam. Pada manusia,

penenangan dapat diamati dalam

setiap interaksi sosial, seperti

situasi dimana individu dengan

status yang lebih rendah berusaha

untuk menentramkan orang dengan

status yang lebih tinggi, dengan

cara menghindari kontak mata.

4) Agresi (Agression) : respon

individu terhadap ancaman dapat

dilakukan dengan mengurangi

serangan dari orang lain.

Contohnya, verbal attack (serangan

secara verbal) dan threats

(ancaman).

c. Respon Fisiologis

Kecemasan yang diasosiasikan dengan

perubahan-perubahan pada organ dan

sistem tubuh, seperti pada denyut

jantung, aliran darah, tekanan darah,

dan lain-lain.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif yang berbentuk studi

kasus. Menurut Stake (dalam Heru Basuki,

2006) menjelaskan bahwa nama studi kasus

ditekankan oleh beberapa peneliti karena

memokuskan tentang apa yang dapat

dipelajari secara khusus pada kasus tunggal.

Studi kasus tidak selalu menggunakan

pendekatan kualitatif, ada beberapa studi

kasus yang menggunakan pendekatan

kuantitatif.

6

Page 7: KECEMASAN PASCA BERCERAI PADA WANITA DEWASA AWAL

Jumlah subjek dalam penelitian ini

adalah satu orang dengan karakteristik

wanita dewasa awal berumur 20-40 tahun

yang telah bercerai.

Pada penelitian ini pengumpulan

data dilakukan tiga alat pengumpul data

yaitu pedoman wawancara disusun

berdasarkan gambaran kecemasan pada

subjek dalam keadaan pasca bercerai, faktor-

faktor yang menyebabkan kecemasan pada

subjek, dan bagaimana cara mengatasi

kecemasan pada subjek, pedoman observasi

digunakan untukmencatat hal-hal penting

yang terjadi selama wawancara. Catatan ini

berisikan deskripsi tentang hal-hal yang

diamati, yang dianggap penting oleh

peneliti, misalnya: penampilan dan gerak-

gerik responden selama wawancara yang

dirasakan penting, gangguan-gangguan yang

dialami saat wawancara, dan alat perekam

alat berguna sebagai alat bantu pada saat

wawancara, agar penulis dapat benar-benar

berkonsentrasi pada saat pengambilan data

tanpa harus berhenti untuk mencatat

jawaban-jawaban responden. Dalam

mengumpulkan data, baru dapat

dipergunakan setelah penulis memperoleh

izin dari subjek untuk menggunakan alat

tersebut selama proses wawancara

berlangsung.

Keakuratan Penelitian

Untuk menjaga keakuratan

penelitian, peneliti menggunakan triangulasi

penelitian: triangulasi metode, triangulasi

sumber, triangulasi teori dan penyelidik.

Hasil dan Analisis

Dalam pelaksanaan penelitian ini,

observasi dan wawancara dilakukan secara

terpisah, pada hari yang berbeda. Hal ini

dilakukan, agar peneliti mendapatkan data

yang lebih akurat. Pelaksanaan observasi

dilakukan dirumah tanggal 10 Desember

2008 dan ditempat subjek bekerja pada

tanggal 13 Desember 2008. Wawancara

dengan subjek dan significant other

dilakukan satu kali tanggal 7 Desember

2008 pada saat hari libur kerja subjek dan

juga hari libur kerja significant other.

Analisis Hasil observasi

Pada saat observasi pada subjek dapat

dilihat bahwa subjek tidak memikirkan

orang sekelilingnya. Setelah bercerai subjek

terlihat sangat cemas memikirkan bagaimana

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

anak-anaknya. namun demikian subjek

percaya pada kemampuan dirinya bahwa

subjek dapat memecahkan masalah ekonomi

keluarga secara mandiri. Subjek sangat takut

dan panik ketika anak-anaknya sakit dimana

pada saat itu uang ditangan tidak ada sama

sekali dan subjek juga belum mempunyai

pekerjaan yang menetap. Namun demikian

subjek tidak pernah putus asa dan berusaha

terus dari mulai subjek mulai berdagang

baju, melamar pekerjaan untuk mengajar di

SMA sampai Universitas swasta sebelum

mendapat pekerjaan yang tetap sebagai PNS.

Subjek percaya dan menyandarkan harapan

dan kehidupannya hanya kepada Tuhan yang

dapat menolongnya walaupun berbagai

rintangan yang dihadapinya sampai anak-

anaknya menanjak dewasa. Subjek hanya

berprinsip bahwa kehidupan hanya dijalani

7

Page 8: KECEMASAN PASCA BERCERAI PADA WANITA DEWASA AWAL

sendiri tanpa adanya keluarga yang normal.

Subjek juga sebelum mendapat pekerjaan

yang tetap kondisi fisiknya selalu terganggu

namun subjek dapat mengatasi dengan cara

istirahat yang cukup dan minum obat.

Analisis Hasil Wawancara

Dari hasil wawancara terdapat bahwa

subjek dalam menjalani kehidupan tidak

memikirkan tanggapan sekelilingnya. Dalam

hal ini subjek hanya memikirkan bagaimana

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

dengan tiga orang anak yang akan memasuki

usia sekolah. Subjek mengalami kecemasan

pasca bercerai dalam mencari pekerjaan

namun subjek dapat mengatasinya dengan

cara bekerja apa pun dan pasrah dengan

menyandarkan keyakinannya pada Tuhan.

Walaupun subjek di dalam melakukan

pekerjaan memasrahkan dirinya kepada

Tuhan, subjek seringkali merasa panik

dalam memenuhi kebutuhan anak-anak

terlebih lagi pada saat anaknya sakit

sementara subjek tidak memiliki uang

ditangan.

Subjek sebagai single parent menjalani

kehidupannya tanpa bantuan orang lain,

subjek bekerja keras dan selalu dengan

sukacita menghadapi masyarakat dan

keluarga. Subjek juga selalu menjaga

kondisi fisiknya agar terlihat baik dengan

secara minum obat yang teratur dan menjaga

penampilannya agar tetap fresh. Subjek

tidak pernah menarik diri dan menghindari

mantan keluarga atau suami karena subjek

merasa tidak pernah bertemu. Subjek tetap

merasa bersemangat dan bertanggung jawab

untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah

tangga dan anak-anak. Subjek tidak

berperilaku agresi dalam berinteraksi dengan

orang dilingkungan rumahnya. Subjek tidak

menginginkan lagi untuk mempunyai

kehidupan normal. Dalam hal ini subjek

puas dengan kesendiriannya bersama anak-

anak.

Pembahasan

A. Gambaran Kecemasan Pada Subjek

Dalam Keadaan Pasca Bercerai

Masa ketika perceraian terjadi

merupakan masa yang sangat sulit bagi

subjek, terutama menyangkut keadaan

ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari bersama anak-anaknya. Pada saat

pasca bercerai subjek adalah seorang ibu

rumah tangga yang belum bekerja. Hal

inilah yang membuat subjek dalam

menjalani kehidupannya sehari-hari merasa

cemas dan takut tidak dapat memenuhi

kebutuhan hidup dan biaya sekolah anak-

anaknya. Subjek berusaha bekerja keras dari

mulai berdagang baju sampai akhirnya

subjek diterima sebagai PNS yang sesuai

dengan latar belakang pendidikannya hal

tersebut diatas tidak meruntuhkan percaya

diri subjek untuk bekerja dan selalu pasrah

bahwa suatu saat Tuhan akan memberikan

yang terbaik pada subjek.

Subjek menjalani kehidupannya

bersama anak-anaknya dengan percaya diri

walaupun suatu waktu subjek mengalami

kepanikan karena anaknya sakit dimana

pada saat itu subjek tidak memegang uang

ditangan. Walaupun demikian subjek tetap

pasrah dan berusaha untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Subjek tetap percaya

8

Page 9: KECEMASAN PASCA BERCERAI PADA WANITA DEWASA AWAL

diri walaupun tidak ada keluarga yang

membantunya. Sampai sekarang subjek

masih tetap panik dalam memenuhi

kebutuhan anak-anaknya dan subjek merasa

cemas akan masa depan subjek dan anak-

anaknya. Menurut Leitenberg & Mc Neil

(dalam Fransisca, 2000) kecemasan

memiliki tiga komponen, yaitu yang

peratama adalah kognisi yang ditandai

adanya gejala ; berbicara pada diri sendiri

mengenai hal-hal yang negatif (negatif self

talk). Menurut Blackburn & Eunson (dalam

Blackburn & Davidson, 1994) ini

merupakan pikiran otomatis dan

berlangsung secara reflek yang merupakan

komentar-komentar langsung terhadap

situasi yang sedang dihadapi, kepercayaan

pada kemampuan diri untuk menyelesaikan

suatu tugas rendah (low self efficacy belief),

kekhawatiran yang berlebihan, bahkan

seringkali dalam derajat yang tidak masuk

akal (absessive worring), penyangkalan diri

(self abnegation). Yang kedua dari

komponen kecemasan adalah tingkah

lakuyaitu, tingkah laku yang diasosiasikan

dengan kecemasan biasanya bersifat motorik

dan dapat diamati. Biasanya tindakan yang

dilakukan yaitu menghindari atau melarikan

diri. Marks (dalam Fransisca, 2000)

menemukan empat macam tingkah laku

yang diasosiasikan dengan kecemasan, yaitu

menarik diri (withdrawal), ada 2 (dua)

macam dalam menarik diri yaitu yang

pertama, menghindari (avoidance) :

menghindar terhadap objek atau situasi telah

lama menjadi tanda dari fobia. Menghindar

merupakan bentuk kecemasan atau

ketakutan dengan cara menghindari objek

atau situasi tersebut. Yang kedua melarikan

diri (escape) : tingkah laku yang mirip

dengan avoidance, tetapi individu tidak

langsung menghindari objek atau situasi

seperti pada avoidance. Disini individu

menghadapi objek atau situasi tersebut

terlebih dahulu, baru kemudian

meninggalkannya sebelum waktunya. Yang

kedua dari tingkah laku adalah diam

(immobility) ; ada 2 (dua) macam diam,

yaitu ; membeku (freezing), immobility

(diam), tetapi tetap waspada atau penuh

perhatian, artinya walaupun merasa tidak

berdaya atau takut, tetapi tetap

meningkatkan kesadaran akan adanya

bahaya yang mungkin timbul, tidak

berespon (unresponsive) : organisme tampak

seperti mati. Respon-respon kecemasan

seperti ini jarang terjadi pada manusia, tetapi

dapat dilihat pada reaksi yang ekstrim

terhadap sumber-sumber stress yang utama.

Tunduk atau patuh (submission) adalah

organisme berusaha untuk mengelak

dariserangan pada dirinya atau berusaha

untuk menerangkan organisme yang

terancam. Pada manusia, penenangan dapat

diamati dalam setiap interaksi sosial, seperti

situasi dimana individu dengan status yang

lebih rendah berusaha untuk menentramkan

orang dengan status yang lebih tinggi,

dengan cara menghindari kontak mata.

Agresi (agression) : respon individu

terhadap ancaman dapat dilakukan dengan

mengurangi serangan dari orang lain.

Contohnya, verbal attack (serangan secara

verbal) dan threats (ancaman). Ketiga dari

9

Page 10: KECEMASAN PASCA BERCERAI PADA WANITA DEWASA AWAL

komponen kecemasan adalah respon

fisiologis yaitu kecemasan yang

diasosiasikan dengan perubahan-perubahan

pada organ dan sistem tubuh, seperti pada

denyut jantung, aliran darah, tekanan darah,

dan lain-lain. Dari komponen kecemasan

diatas terdapat gambaran kecemasan pada

subjek seperti berbicara pada diri sendiri

mengenai hal-hal yang negatif tentang

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan

masa depan subjek bersama anak-anaknya,

kepercayaan pada kemampuan diri untuk

menyelesaikan suatu tugas sebagai single

parent seperti dalam hal subjek harus

mampu memecahkan masalah ekonomi

keluarganya secara mandiri, kekhawatiran

yang berlebihan ketika anak subjek sakit

sementara subjek tidak memiliki uang,

dalam bertingkah laku subjek tidak

menunjukkan agresi, dan dalam respon

fisiologis subjek merasakan adanya

perubahan-perubahan pada organ dan sistem

tubuhnya, seperti pada denyut jantung dan

tekanan darah. Hal ini menurut Chaplin

(2004) mengemukakan bahwa kecemasan

adalah perasaan campuran berisikan

ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-

masa mendatang tanpa sebab khusus untuk

ketakutan tersebut. Biasanya cara mengatasi

kecemasan oleh subjek sebagai umat nasrani

adalah menambah ibadahnya di gereja dan

berdoa agar membuat pikirannya lebih

tenang, selalu bersyukur atas sesuatu yang

sudah dimiliki, tidak selalu berfikir atau

menuntut yang tidak ada serta mengurangi

tingkat stress dengan cara positive thinking

dan rileks dalam menjalani kehidupan.

Menurut Ellis (dalam Octaria, 2004) ada

beberapa cara yang dapat digunakan dalam

mengatasi rasa cemas, antara lain menantang

pikiran yang tidak rasional (misalnya:

berfikir yang positif dan berfikir kearah yang

lebih rasional) dan penghentian pikiran

(misalnya: tenang dan rileks).

B. Faktor-Faktor Apa Saja yang

Menyebabkan Kecemasan pada

subjek

Perceraian adalah penyebab dari

kecemasan seseorang dalam menghadapi

kehidupan seseorang. Dalam hal ini ada

beberapa faktor yang menyebabkan

kecemasan pada subjek yaitu dapat dilihat

dari faktor tidak siapnya subjek bercerai

karena subjek pada awalnya sebagai ibu

rumah tangga dan pada saat bercerai subjek

belum bekerja sementara subjek bercerai

dengan ditinggalkan tiga orang anak serta

sulitnya mencari pekerjaan yang sesuai

dengan latar belakang pendidikannya.

Begitu juga subjek tidak mendapatdukungan

maupun bantuan dari pihak keluarga.

Menurut Beck (dalam Freeman & Di

Tomasso, 1994) penyebab dari kecemasan

seseorang kemungkinan disebabkan oleh

beberapa faktor dari potensial penentu

(predisposisi) dan faktor pencetus

(precipitating). faktor dari potensial penentu

(predisposisi) adalah pewaris genetik,

penyakit fisik, Trauma mental, pikiran-

pikiran, asumsi dan kesalahan proses

kognisi, kurang efektifnya mekanisme

penyesuaian diri (coping). Faktor pencetus

(precipitating) adalah masalah fisik, stressor

eksternal yang berat, kepekaan emosi.

10

Page 11: KECEMASAN PASCA BERCERAI PADA WANITA DEWASA AWAL

Ditinjau dari faktor potensial penentu

(predisposisi) yaitu penyebab kecemasan

pada subjek yang pertama adalah pikiran-

pikiran, asumsi-asumsi dan kesalahan

proses kognisi, seperti subjek tidak

mampu, tapi subjek harus bisa mengatasi

masalah ekonomi keluarganya sendiri,

Karena orang lain tidak akan membantu

subjek, subjek memikirkan bagaimana

untuk memenuhi kebutuhan hidup subjek

dan masa depan anak-anaknya.

Faktor-faktor penyebab kecemasan

kedua adanya penyakit fisik yang dialami

subjek yaitu adanya perubahan kesehatan

pada subjek seperti sesak nafas, susah tidur,

pusing dan detak jantung meningkat.

Menurut Davison dan Neale (dalam Fausiah

dkk, 2005) kecemasan adalah munculnya

perasaan takut dan kehati-hatian atau

kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak

menyenangkan. Kecemasan ini seringkali

ditandai dengan gejala fisik seperti

sakitkepala, jantung berdebar cepat, dada

terasa sesak, tidak tenang dan tidak dapat

duduk tenang. Perubahan tersebut dapat

terjadi apabila subjek mengalami perubahan

pada denyut jantungnya dalam hal

pengeluaran untuk kebutuhan sekolah,

kehidupan sehari-hari, subjek sakit kepala

melihat tingkah laku anak-anaknya nakal,

dan belum pulang kerumah tepat pada

waktunya.

Ditinjau dari faktor pencetus

(precipitating) yaitu penyebab kecemasan

pada subjek yang pertama adalah masalah

fisik yaitu adanya perubahan kesehatan

pada subjek seperti sesak nafas, susah tidur,

pusing dan detak jantung meningkat.

Faktor pencetus (precipitating) yaitu

penyebab kecemasan pada subjek yang

kedua adalah stressor eksternal, seperti

menjauhnya keluarga dalam kehidupan

subjek yang sebelumnya subjek selalu

mendapat perhatian dan solusi terhadap

masalah yang dihadapinya sebelum

perceraian, namun setelah bercerai keluarga

subjek menjauh dan tidak mempunyai

respon lagi terhadap apa yang dialami

subjek. Hal ini menyebabkan subjek

mengalami kecemasan yang berlebihan

yang mengakibatkan emosi meningkat dan

tidak terkendali.

C. Bagaimana Cara Mengatasi

Kecemasan pada Subjek

Setelah bercerai subjek sangat sulit

mengatasi kecemasan didalam

kehidupannya sehari-hari namun demikian

subjek mencari cara dalam mengatasi

kecemasannya dimana subjek berusaha

bekerja untuk memenuhi

kebutuhanekonomi keluarga sebagai single

parent sampai subjek mandapatkan

pekerjaan menetap sebagai PNS. Dalam hal

ini subjek juga mempunyai cara mengatasi

kecemasannya mencari pekerjaan

tambahan, subjek berusaha untuk mampu

memecahkan masalah ekonomi keluarganya

dengan cara subjek memilih hidup yang

sederhana, subjek pasrah dan selalu

bergantung pada Tuhan karena bagi subjek

tiada yang mustahil bagi Tuhan, subjek

tidak pernah berperilaku agresi, karena

subjek dapat menenangkan pikirannya

11

Page 12: KECEMASAN PASCA BERCERAI PADA WANITA DEWASA AWAL

dengan cara berdoa, subjek berobat ke

rumah sakit serta makan yang teratur dan

bergizi, subjek harus selalu positive

thinking dalam menghadapi kehidupan

sehari-harinya, dan subjek juga harus bisa

mengontrol emosinya. Menurut Ellis (dalam

Octaria, 2004) ada beberapa cara yang

dapat digunakan dalam mengatasi rasa

cemas, antara lain menantang pikiran yang

tidak rasional, penghentian pikiran,

relaksasi, latihan jasmani, pengalihan, cara

invivo, desentisasi sistematis dapat

dilakukan dengan tiga tahap, yaitu

tempatkan diri dalam keadaan rileks,

bayangkan urutan situasi dengan intensitas

yang besar dan pusatkan disekitar peristiwa,

bayangkan cara mengatasi situasi yang

tidak menyenangkan.

Kesimpulan

Setelah dilakukan tahap-tahap

penelitian, mulai dari penyusunan konsep

dan teori, penyusunan pedoman untuk

pengambilan data, analisis, maka tahap

terakhir dari penelitian adalah memberikan

kesimpulan dari penelitian. Kecemasan

pada wanita yang mengalami perceraian,

suatu studi kasus pada wanita yang bercerai

dan mengalami kecemasan, maka

kesimpulan yang bisa didapat, yaitu :

1. Bagaimana Gambaran Kecemasan pada

Subjek dalam Keadaan Pasca bercerai

Pada wanita yang bercerai

merupakan masa yang sangat sulit

untuk mendapatkan pekerjaan yang

sesuai dengan latar belakang

pendidikan apalagi wanita tersebut

pada saat bercerai adalah sebagai ibu

rumah tangga. Menurut subjek dalam

menjalankan kehidupan sehari-hari

merasa cemas dan takut tidak dapat

memenuhi kehidupan sehari-hari

bersama anak-anaknya. Rasa takut dan

cemas tidak dapat memenuhi

kebutuhan hidup anaknya membuat

subjek panik yang mengakibatkan

emosi yang meningkat.

2. Faktor yang Menyebabkan Kecemasan

pada Subjek

Faktor yang menyebabkan

kecemasan pada subjek adalah karena

tidak siapnya subjek bercerai karena

subjek pada awalnya sebagai ibu rumah

tangga. Subjek pada saat bercerai belum

bekerja dan sulit mencari pekerjaan

yang sesuai dengan latar belakang

pendidikan. Dengan ditinggalkan tiga

orang anak, subjek cemas dalam

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

dan kebutuhan sekolah. Begitu juga

subjek tidak mendapat dukungan

maupun bantuan dari pihak keluarga.

3. Bagaimana Cara Mengatasi Kecemasan

pada Subjek

Setelah bercerai subjek sangat sulit

mengatasi kecemasan didalam

kehidupannya sehari-hari namun

demikian subjek mencari cara dalam

mengatasi kecemasannya dimana

subjek berusaha bekerja untuk

memenuhi kebutuhan ekonomi

keluarga sebagai single parent sampai

subjek mandapatkan pekerjaan menetap

sebagai PNS. Dalam hal ini subjek juga

mempunyai cara mengatasi

12

Page 13: KECEMASAN PASCA BERCERAI PADA WANITA DEWASA AWAL

kecemasannya mencari pekerjaan

tambahan, subjek berusaha untuk

mampu memecahkan masalah ekonomi

keluarganya dengan cara subjek

memilih hidup yang sederhana. subjek

pasrah dan selalu bergantung pada

Tuhan karena bagi subjek tiada yang

mustahil bagi Tuhan, subjek tidak

pernah berperilaku agresi, karena

subjek dapat menenangkan pikirannya

dengan cara berdoa, subjek harus selalu

positive thinking dalam menghadapi

kehidupan sehari-harinya, dan subjek

juga harus bisa mengontrol emosinya.

Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan,

maka saran yang dapat diberikan adalah

sebagai berikut:

1. Untuk subjek diharapkan subjek tidak

berputus asa dalam menghidupi

kebutuhan anak-anak yang akan

beranjak remaja, dan tetap tegar

menjalani kehidupan sendiri sebagai

single parent serta tidak meninggalkan

pekerjaan yang telah ada.

2. Untuk keluarga subjek diharapkan agar

lebih sering memperhatikan subjek

serta anak-anaknya. dan jangan

membiarkan subjek dalam

kesendiriannya untuk berfikir. Karena

kehidupan yang dijalani subjek cukup

berat, jadi diperlukan dukungan serta

motivasi yang kuat untuk menjalani

kehidupan dengan ikhlas.

3. Untuk penelitian selanjutnya

diharapkan dapat melakukan penelitian

dengan melihat faktor-faktor lain yang

menyebabkan kecemasan pada subjek,

misalnya pergaulan, tempat tinggal,

gaya hidup, dan menambah jumlah

subjek.

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, R. L. (1992). Pengantar

Psikologi. Jakarta : Erlangga.

Aqshari, A. Y. (2007). Apakah Anda Merasa

Cemas akan Masa Depan. Jakarta : Cendekia Sentra Muslim.

Basuki, H. (2006). Penelitian Kualitatif

untuk ilmu-ilmu Kemanusiaan dan Budaya. Jakarta : Universitas Gunadarma.

Blackburn, I. M., & Davidson, K. (1994). Terapi Kognitif untuk Depresi dan Kecemasan Suatu Petunjuk Bagi Praktisi. (Dra. Rusda koto sutadi, Pengalih bahasa). Semarang : IKIP Semarang Press.

Chaplin, J. P. (2004). Kamus Lengkap

Psikologi. (Ed. 1/cet. 9). Jakarta : PT. Raja Penerjemah : Kartini kartono. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Fausiah, F. (2005). Psikologi Abnormal

(Klinis Dewasa). Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Fransisca. (2000). Hubungan Persepsi

terhadap Isu yang Mengancam dengan Kecemasan terhadap Penduduk Jakarta. Skripsi. (Tidak diterbitkan). Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Freeman, A. & Di Tomasso, R. A. (1994).

The Cognitive Theory of Anxiety : In a handbook anxiety and related disorder. Editor : Wolman, B. B. & Stricker, G. New York : John Wiley & Sons.

Hermawati, I., Hartanti. & Lasmono, H. K.

(1994). Hubungan antara kecemasan pada kehamilan akhir triwulan ketiga dengan lama persalinan pada ibu yang

13

Page 14: KECEMASAN PASCA BERCERAI PADA WANITA DEWASA AWAL

14

melahirkan anak pertama. Vol. IX (No. 34), (Hal : 63-82). Anima : Media Psikologi Indonesia.

Kaplan, H. I., Sadock, B. J., & Grebb, J. A.

(1997). Sinopsis Psikiatri Jilid II. (Ed. 7). Ahli Bahasa : Widjaja Kusuma. Jakarta : Binarupa Aksara.

Octaria, N. (2004). Perbedaan Kecemasan

Menghadapi Perkawinan Pada Wanita dan Pria Dewasa Muda. Penelitian Ilmiah. (Tidak Diterbitkan). Depok : Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Turner, J. S. dan Helms,D. B. (1995).

Lifespan Development. (5th ed). New York : Holt, Rinehart and Winston, inc.