Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta

26
M A K A L AH Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta Diajukan untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja Semester VII di Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir Di susun oleh : Nama : Argo Satrio Wicaksono NIM : 020900242 Program Studi : Elektronika Instrumentasi Jurusan : Teknofisika Nuklir SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL YOGYAKARTA 2012

description

Laboratorium merupakan sarana untuk melaksanakan kegiatan penelitian ilmiah. Salah satu contohnya adalah laboratorium yang kimia merupakan kelengkapan sebuah program studi, dan digunakan untuk meningkatkan ketrampilan penggunaan dan pemakaian bahan kimia maupun peralatan analisis (instrumentasi). Laboratorium kimia dengan segala kelengkapan peralatan dan bahan kimia merupakan tempat berpotensi menimbulkan bahaya kepada para penggunanya jika para pekerja di dalamnya tidak dibekali dengan pengetahuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja. Laboratorium kimia merupakan sarana penting untuk pendidikan, penelitian, pelayanan, serta uji mutu atau quality control. Berbagai jenis laboratorium kimia telah banyak dimiliki oleh sekolah lanjutan atas (SMA dan SMK), perguruan tinggi, industri dan jasa serta lembaga penelitian dan pengembangan. Termasuk Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-Badan Tenaga Nuklir Nasional (STTN-BATAN) Yogyakarta. Karena perbedaan fungsi dan kegunaannya, dengan sendirinya berbeda pula dalam desain, fasilitas, teknik, dan penggunaan bahan. Walaupun demikian, apabila ditinjau dari aspek keselamatan kerja, laboratorium-laboratorium kimia mempunyai bahaya dasar yang sama sebagai akibat penggunaan bahan kimia dan teknik di dalamnya. Laboratorium kimia harus merupakan tempat yang aman bagi para penggunanya. Dalam hal ini mahasiswa dan dosen STTN-BATAN Yogyakarta. Aman terhadap setiap kemungkinan kecelakaan fatal, dari sakit maupun gangguan kesehatan. Hanya dalam laboratorium yang aman seseorang dapat bekerja dengan aman, produktif, dan efisien, bebas dari rasa khawatir akan kecelakaan dan keracunan. Keadaan aman dalam laboratorium dapat diciptakan apabila ada kemauan dari setiap pengguna untuk menjaga dan melindungi diri. Diperlukan kesadaran bahwa kecelakaan dapat berakibat pada para pengguna, maupun orang lain serta lingkungan di sekitarnya. Selain itu, disiplin setiap individu terhadap peraturan juga memberikan andil besar dalam keselamatan kerja. Kedua faktor penting tersebut bergantung pada faktor manusianya, yang ternyata merupakan sumber terbesar kecelakaan di dalam laboratorium. Pengenalan sifat dan jenis bahan kimia akan memudahkan dalam cara penanganannya, yakni cara pencampuran, mereaksikan, pemindahan atau transportasi, dan penyimpanan. Pengetahuan tentang nama dan kegunaan alat dan bagaimana cara penggunaannya juga sangat penting. Misalnya alat-alat gelas harus diperiksa sebelum digunakan. Apakah ada yang retak, pecah, atau masih kotor. Dalam makalah ini akan diuraikan tentang bagaimana perawatan alat dan bahan praktikum kimia, bagaimana cara penyimpanannya sehingga kerusakan alat dan bahan-bahan kimia dapat dihindari, serta bahaya-bahaya yang ditimbulkan akibat penyimpanan dapat dicegah.

Transcript of Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta

Page 1: Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta

M A K A L AH

Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya

di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta

Diajukan untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Semester VII di Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir

Di susun oleh :

Nama : Argo Satrio Wicaksono

NIM : 020900242

Program Studi : Elektronika Instrumentasi

Jurusan : Teknofisika Nuklir

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

YOGYAKARTA

2012

Page 2: Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta

Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat,

karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada

waktunya. Makalah yang berjudul “Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di

Laboratorium Kimia Dasar” ini, merupakan hasil analisa penulis yang disusun untuk

memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja, yang di berikan, pada

semester VII di Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir – Badan Tenaga Nuklir Nasional

Yogyakarta. Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Bpk. Dr. Sutomo Budihardjo, M.Eng selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir –

Badan Tenaga Nuklir Nasional Yogyakarta yang telah memberikan segala fasilitas

kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

2. Bpk. Toto Trikasjono, S.T, M.Kes yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan

dan ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat melaksanakan proses demi proses dalam

penyelesaian makalah ini.

3. Kedua orang tua yang telah memberikan bantuan doa serta dukungan baik berupa

moril maupun materi sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

4. Teman-teman program studi elektronika instrumentasi angkatan 2009 yang telah

banyak memberikan dukungan dan motivasi .

Penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak ditemukan kekurangan di

dalamnya. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

untuk menyempurnakan makalah ini di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga makalah

ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya para mahasiswa sebagai referensi dalam

mempelajari mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Yogyakarta, Oktober 2012

Penulis

Page 3: Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta

Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………… 1

1.2 Permasalahan………………………………………………...... . 2

1.3 Tujuan…………………………………………………………. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelompokkan bahan-bahan kima berbahaya………………. 3

2.2 Simbol-simbol Bahan Kimia Berbahaya……………………… 4

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Peralatan yang digunakan……………………………………... 6

3.2 Aturan-aturan yang diberlakukan…………………………….. 8

3.3 Prosedur/ langkah-langkah …………………………………… 10

3.4 Penanggulangan Hazard ……………………………………… 12

3.5 Alat pelindung diri (APD) yang digunakan………………… 13

3.6 Potensi kecelakaan…………………………………………….. 14

3.7 Cara pencegahannya…………………………………………… 17

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan ...................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 22

POSTER K3.......................................................................................................... 23

Page 4: Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta

Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laboratorium merupakan sarana untuk melaksanakan kegiatan penelitian ilmiah. Salah satu

contohnya adalah laboratorium yang kimia merupakan kelengkapan sebuah program studi, dan

digunakan untuk meningkatkan ketrampilan penggunaan dan pemakaian bahan kimia maupun

peralatan analisis (instrumentasi). Laboratorium kimia dengan segala kelengkapan peralatan dan

bahan kimia merupakan tempat berpotensi menimbulkan bahaya kepada para penggunanya jika

para pekerja di dalamnya tidak dibekali dengan pengetahuan mengenai kesehatan dan

keselamatan kerja.

Laboratorium kimia merupakan sarana penting untuk pendidikan, penelitian, pelayanan, serta

uji mutu atau quality control. Berbagai jenis laboratorium kimia telah banyak dimiliki oleh

sekolah lanjutan atas (SMA dan SMK), perguruan tinggi, industri dan jasa serta lembaga

penelitian dan pengembangan. Termasuk Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-Badan Tenaga Nuklir

Nasional (STTN-BATAN) Yogyakarta. Karena perbedaan fungsi dan kegunaannya, dengan

sendirinya berbeda pula dalam desain, fasilitas, teknik, dan penggunaan bahan. Walaupun

demikian, apabila ditinjau dari aspek keselamatan kerja, laboratorium-laboratorium kimia

mempunyai bahaya dasar yang sama sebagai akibat penggunaan bahan kimia dan teknik di

dalamnya.

Laboratorium kimia harus merupakan tempat yang aman bagi para penggunanya. Dalam hal

ini mahasiswa dan dosen STTN-BATAN Yogyakarta. Aman terhadap setiap kemungkinan

kecelakaan fatal, dari sakit maupun gangguan kesehatan. Hanya dalam laboratorium yang aman

seseorang dapat bekerja dengan aman, produktif, dan efisien, bebas dari rasa khawatir akan

kecelakaan dan keracunan. Keadaan aman dalam laboratorium dapat diciptakan apabila ada

kemauan dari setiap pengguna untuk menjaga dan melindungi diri. Diperlukan kesadaran bahwa

kecelakaan dapat berakibat pada para pengguna, maupun orang lain serta lingkungan di

sekitarnya. Selain itu, disiplin setiap individu terhadap peraturan juga memberikan andil besar

Page 5: Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta

Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 2

dalam keselamatan kerja. Kedua faktor penting tersebut bergantung pada faktor manusianya,

yang ternyata merupakan sumber terbesar kecelakaan di dalam laboratorium.

Pengenalan sifat dan jenis bahan kimia akan memudahkan dalam cara penanganannya, yakni

cara pencampuran, mereaksikan, pemindahan atau transportasi, dan penyimpanan. Pengetahuan

tentang nama dan kegunaan alat dan bagaimana cara penggunaannya juga sangat penting.

Misalnya alat-alat gelas harus diperiksa sebelum digunakan. Apakah ada yang retak, pecah, atau

masih kotor. Dalam makalah ini akan diuraikan tentang bagaimana perawatan alat dan bahan

praktikum kimia, bagaimana cara penyimpanannya sehingga kerusakan alat dan bahan-bahan

kimia dapat dihindari, serta bahaya-bahaya yang ditimbulkan akibat penyimpanan dapat dicegah.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalah yang akan dibahas dalam makalah ini

adalah kecelakaan-kecelakan kerja, potensi bahaya dan pencegahannya di Laboratorium Kimia

Dasar STTN-BATAN Yogyakarta.

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui penerapan dan pelaksanaan prinsip

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang meliputi peralatan yang digunakan, aturan-aturan yang

diberlakukan, prosedur/ langkah-langkah, penanggulangan Hazard, alat pelindung diri (APD)

yang digunakan, potensi kecelakaan serta cara pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar

STTN-BATAN Yogyakarta.

Page 6: Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta

Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelompokkan bahan-bahan kima berbahaya

Bahan-bahan kimia berbahaya dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Explosif (mudah meledak) contohnya : kalium klorat, Trinitrotaluen (TNT), natrium

nitrat, gas bertekanan tinggi, campuran belerang, karbon dan kalium klorat .

2. Flamable (mudah terbakar) contohnya : metanol, eter, aseton, heksana, benzena, uap ini

dapat bergerak menuju api sejauh 3 meter.

3. Oxidazing Agent (bahan oksidator) contohnya : natrium nitrit/nitrat, kalium klorat,

kaporit, asam sendawa, alkena, alkilbenzena dan sebagainya. Sekalipun tidak ada 02 dari

luar dapat menyebabkan kebakaran .

4. Bahan mudah terbakar oleh air, contohnya logam Na , K dan asam sulfat pekat .

5. Bahan mudah terbakar oleh asam contohnya logam paduan Na dan K,senyawa hidrida

dan sebagainya .

6. Gas bertekanan tinggi, misalnya gas-gas dalam tabung silinder dengan tekanan tinggi .

7. Bahan-bahan beracun contohnya : C02 , CI2 , benzena, Kloroform, sianida dan sebagainya

8. Bahan korosif contohnya : anhidrida asam, alkali, asam sulfat, fenol dan sebagainya.

Akibat penggunaan bahan kimia tersebut di atas berbagai jenis bahaya mungkin dapat terjadi

antara lain :

a. Keracunan, sebagai akibat masuknya bahan kimia ke dalam tubuh melalui paru-paru,

mulut dan kulit . Keracunan dapat berakibat fatal misalnya hilang kesadaran atau

Page 7: Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta

Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 4

gangguan kesehatan yang baru dirasakan setelah beberapa tahun setelah bekerja, atau

menjelang pensiun.

b. Iritasi, sebagai akibat kontak dengan bahan kimia korosif, misalnya peradangan pada

kulit, mata dan saluran pernapasan.

c. Kebakaran atau luka bakar, sebagai akibat peledakan bahan-bahan reaktif (peroksida dan

bahan-bahan pelarut organik). Selain bahan-bahan kimia sebagai sumber kecelakaan

bekerja dilaboratorium, maka teknik percobaan seperti destilasi, ekstraksi dan sarana-

sarana laboratorium lainnya seperti air, gas, listrik juga merupakan sumber terjadinya

kecelakaan.

2.2 Simbol-simbol Bahan Kimia Berbahaya

Bahan kimia yang diperdagangkan sering disertai dengan simbol tertentu pada label kemasan,

dimaksudkan untuk mengetahui potensi bahaya atau akibat yang dapat ditimbulkan dari bahan

kimia tersebut. Beberapa simbol yang sering dijumpai pada bahan kimia yang diperdagangkan

sebagai berikut:

HARMFUL

Bahan kimia dapat menyebabkan iritasi, luka bakar pada kulit, berlendir,

mengganggu sistem pernafasan bila kontak dengan kulit, dihirup atau ditelan.

Misal NaOH, C6H5OH, Cl2

TOXIC

Bahan kimia bersifat racun, dapat menyebabkan kematian atau sakit yang

serius bila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, menghirup uap, bau atau

debu, atau penyerapan melalui kulit. Misal CCl4, H2S, C6H6.

CORROSIVE

Bahan kimia bersifat korosif, dapat merusak jaringan hidup, menyebabkan

iritasi pada kulit, gatal-gatal bahkan dapat menyebabkan kulit mengelupas.

MisalH2SO4, HNO3, HCl.

Page 8: Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta

Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 5

FLAMMABLE

Bahan kimia memiliki titik nyala rendah dan mudah menyala/terbakar dengan

api bunsen, permukaan metal panas atau loncatan bunga api. MisalC2H5OC2H5,

CS2, C2H2

EXPLOSIVE

Bahan kimia bersifat dapat meledak dengan adanya panas, percikan bunga api,

guncangan atau gesekan. Misal KClO3, NH4NO3, C6H2(NO2)3CH3

OXIDISING

Bahan kimia bersifat pengoksidasi, dapat menyebabkan kebakaran dengan

menghasilkan panas saat kontak dengan bahan organik, bahan pereduksi, dll.

Misal KMnO4, H2O2, K2Cr2O7

NATURE POLLUTING

Bahan kimia bersifat berbahaya bagi satu atau beberapa komponen dalam

lingkungan kehidupan. Misal AgNO3, Hg2Cl2, HgCl2

Kemasan bahan kimia dapat mengandung satu bahkan lebih simbol bahaya. Namun

demikian, kemasan tanpa simbol bahaya bukanlah berarti bahwa bahan kimia tersebut aman dan

bebas bahaya, untuk itu diperlukan kehati-hatian dalam penanganan bahan kimia.

Page 9: Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta

Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 6

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Peralatan yang digunakan

Untuk menunjang praktikum kimia dasar yang dilakukan oleh mahasiswa STTN-BATAN,

beberapa peralatan yang telah disediakan oleh pihak kampus, diantaranya :

1. Wadah atau tempat menyimpan bahan-bahan kimia.

Gambar 1. Berbagai Wadah larutan Kimia di Lab. Kimia Dasar STTN-BATAN

2. Botol reagen atau botol pereaksi, yang digunakan untuk menyimpan larutan bahan

kimia atau sering juga di gunakan untuk menyimpan indikator asam basa seperti

fenolftalin.

Gambar 2. Botol reagen atau botol pereaksi

Page 10: Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta

Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 7

3. Neraca analitik, yang digunakan untuk menimbang massa suatu zat.

Gambar 3. Neraca analitik

4. Botol Semprot, biasanya digunakan untuk menyimpan aquades dan digunakan untuk

mencuci ataupun membilas bahan-bahan yang tidak larut dalam air. Selain itu digunakan

juga untuk mencuci atau menetralkan peralatan-peralatan yang akan digunakan.

Gambar 4. Botol Semprot

5. Evaporating dish atau cawan porselin, digunakan sebagai wadah untuk mereaksikan

atau mengubah suatu zat pada suhu tinggi. Misalnya penguapan larutan dari suatu bahan

yang tidak mudah menguap, mengabukan kertas saring.

6. Pipet tetes digunakan untuk mengambil bahan berbentuk larutan dalam jumlah yang

kecil.

Page 11: Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta

Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 8

7. Kertas lakmus, merupakan indikator berbentuk kertas lembaran-lembaran kecil,

berwarna merah dan biru. Indikator yang lain ada yang berbentuk cair missal indikator

Fenolftalein (PP), Metil Jingga (MO) dan sebagainya. Merupakan alat untuk mengukur

atau mengetahui tingkat keasaman (pH) larutan.

3.2 Aturan-aturan yang diberlakukan

Dalam laboratorium kimia dasar STTN-BATAN sangat banyak bahan-bahan berbahaya. Oleh

karena itu harus berhati-hati dalam melakukan kegiatan-kegiatan dalam laboratorium. Untuk

menghindari terjadi hal-hal yang tidak diinginkan berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan

ketika berada dalam laboratorium kimia dasar, yakni :

1. Jagalah agar semua senyawa dan pelarut jauh dari mulut, kulit, mata dan pakaian.

2. Hindarilah dari menghirup uat atau debu. Untuk mencium gas kibaskas gas menggunakan

tangan sampai bau tercium.

3. Jangan mencicipi atau membawa makanan atau minuman dalam laboratorium.

4. Berhati-hatilah bila bekerja dengan asam kuat reagen korosif, reagen-reagen yang volatil

dan mudah terbakar.

5. Menggunakan kacamata pengaman atau gunakan penutup yang lebih besar untuk

menutupi seluruh wajah.

6. Bagi yang menggunakan lensa kontak berhati-hati agar tidak ada bahan kimia yang masuk

ke mata. Zat-zat yang bersifat korosif atau beracun dapat masuk dengan cepat ke bagian

belakang lensa kontak, sehingga tidak mungkin dapat dicuci.

7. Menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Namun perlu diingat kerja menggunakan

sarung tangan akan sedikit menghambat pekerjaan terutama dalam merangkai alat.

8. Selama bekerja dilaboratorium harus menggunakan baju laboratorium dan harus

dikancingkan dengan baik untuk melindungi diri dan mencegah kontaminasi pada baju

Page 12: Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta

Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 9

yang digunakan sehari-hari. Baju laboratorium harus dicuci secara teratur dan berhati bila

telah terkontaminasi.

9. Jangan memanaskan, mencampur, menuang atau mengocok bahan kimia dekat wajah dan

tubuh sendiri ataupun orang lain.

10. Jangan mengambil larutan menggunakan mulut, selalu gunakan filer pipet.

11. Berhati-hati terhadap asam dan basa kuat khusunya bila dipanaskan dan jangan pernah

menambah air ke asam atau basa pekat.

12. Bahan-bahan yang menghasilkan gas yang berbahaya harus ditangani di lemari asam dan

menggunakan sarung tangan pelindung. Bahan-bahan tersebut antara lain adalah halida

fosfor, brom, semua klorida asam, anhidrida asam, asam nitrat berasap, larutan amonia

pekat, cairan amonia, belerang dioksida.

13. Bahan-bahan kimia yang telah di ambil tidak boleh dikembalikan ke dalam botol stok dan

jangan membuang pelarut ke wadah yang telah disediakan terutama bahan-bahan

organik. Untuk bahan-bahan yang lain dibuang sesuai petunjuk pembimbing.

14. Jangan pernah memanaskan cairan organik meskipun sedikit atau dekat api. Selalu

gunakan penangas air atau penangas minyak atau mantel pemanas listrik. Bila bekerja

dengan eter, petroleum eter dan karbon disulfida diperlukan perhatian khusus karena

bersifat volatil dan mempunyai titik nyala yang rendah, sehingga harus dipastikan tidak

ada nyala api atau sumber api.

15. Jangan memanaskan cairan atau larutan terutama cairan organik ditempat yang terbuka.

Jika ingin dipanaskan harus menggunakan kondensor yang dapat disusun sebagai refluks

atau destilasi. Untuk semua cairan organik jangan pernah menguapkan ke udara.

Page 13: Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta

Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 10

16. Jangan pernah memanaskan sistem tertutup karena dapat terjadi ledakan.

17. Beberapa pelarut misalnya eter dan hidrokarbon dapat membentuk peroksida yang

eksplosif secara spontan waktu disimpan. Destilasi pelarut yang mengandung peroksida

sangat berbahaya, sebab residu peroksida dapat meledak dengan hebat bila

dipanaskan. Oleh karena itu pelarut seperti ini tidak boleh diuapkan atau didestilasi.

3.3 Prosedur/ Langkah-Langkah

Preparasi merupakan teknik laboratorium yang sangat penting dikuasai oleh setiap kimiawan.

Tanpa pengetahuan dan ketrampilan yang memadahi dalam teknik preparasi ini, maka akan

sangat sulit untuk menjalankan eksperimen/percobaan kimia secara baik dan benar di

laboratorium. Menjalankan eksperimen dengan baik dan benar juga menyangkut efisiensi dan

tidak membahayakan bagi diri sendiri maupun orang lain baik yang ada disekitarnya maupun

yang berada di tempat lain.

Adapun hal-hal yang perlu disiapkan saat preparasi adalah :

1. Konsentrasi Larutan.

Beberapa jenis konsentrasi yang perlu diketahui dan yang sering digunakan di

laboratorium antara lain:

Molaritas (M). Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut yang terdapat di

dalam satu liter larutan. Misal akan di buat larutan NaOH 0,1 M sebanyak 1000 mL.

Diketahui bahwa Mr NaOH = 40 Maka ini berarti bahwa 1 mol NaOH massanya

adalah 40 g. Sehingga untuk 0,1 mol NaOH massanya adalah 4 g. Untuk membuat

larutan NaOH 0,1 M sebanyak 1000 mL, maka sebanyak 4 gram kristal NaOH

dilarutkan ke dalam akuades sedemikian rupa sehingga volume larutannya adalam

1000 mL atau 1 L.

Normalitas (N). Normalitas menyatakan banyaknya gram ekuivaleen (grek) zat

terlarut yang terdapat dalam satu liter larutan.

Molalitas (m). Molalitas adalah menyatakan banyaknya mol zat terlarut yang terdapat

dalam satu kilogram pelarut.

Page 14: Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta

Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 11

Fraksi mol (X). Fraksi mol adalah perbandingan antara jumlah mol zat terlarut dalam

larutan terhadap jumlah mol total zat-zat yang ada dalam larutan (pelarut dan zat

terlarut).

Persen (%).Ada beberapa macam penyataan persentase yang sering digunakan di

laboratorium, antara lain:

a. persen volume/volume (v/v), menyatakan banyaknya spesies kimia yang ada

di dalam larutan yang dinyatakan dalam satuan mL per 100 mL larutan.

b. Persen berat/volume (b/v), menyatakan banyaknya spesien kimia yang ada di

dalam larutan yang dinyatakan dalam satuan berat (gram) per 100 gram

larutan.

c. c. Persen berat/berat, menyatakan banyaknya spesies kimia yang ada di dalam

larutan atau campuran/padatan yang dinyatakan dalam satuan gram per 100

gram larutan atau campuran atau padatan.

2. Penyiapan Alat.

Alat yang akan digunakan dalam eksperimen atau percobaan kimia harus disesuaikan

dengan jenis dari bahan yang akan ditangani. Bahan-bahan tersebut dapat berupa cairan,

padatan, atau gas.

a. Bahan-bahan berupa cairan.

Untuk menangani bahan berupa cairan diperlukan alat-alat gelas seperti Gelas

Ukur, Pipet Gondok, Labu Takar, Erlenmeyer, Corong, dan lain-lainnya.

b. Bahan-bahan berupa padatan.

Untuk menangani bahan berupa padatan, terutama padatan dalam bentuk serbuk

dibutuhkan alat-alat sebagai berikut: Alat Timbang, Gelas Arloji, Spatula/Sendok

Sungu, Corong, dan Erlenmeyer.

c. Bahan-bahan berupa gas.

Untuk menangani bahan-bahan berupa gas diperlukan alat-alat dengan spesifikasi

standar yang telah ditentukan untuk setiap jenis gas. Hal ini dikarenakan setiap

jenis gas mempuynyai karakteristik dan resiko yang dihadapi oleh pengguna lebih

tinggi daripada bila menangani bahan-bahan cair maupun padatan.

Page 15: Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta

Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 12

3.4 Penanggulangan Hazard

Untuk menanggulangi dan mengantisipasi hazard yang sewaktu-waktu dapat terjadi,

Laboratorium kimia dasar STTN-BATAN juga telah dilengkapi beberapa fasilitas,

diantaranya :

1. Jas Praktikum, merupakan pengaman langsung, terbuat dari bahan yang baik, yaitu

tidak mudah terbakar, tidak berupa bahan konduktor listrik maupun panas, tahan bahan

kimia.

2. Ventilasi, desain laboratorium yang baik harus memiliki ventilasi yang cukup dan

memadai dengan sirkulasi udara segar yang baik.

3. Alat Pemadam Kebakaran, mutlak dimiliki setiap laboratorium karena kebanyakan

laboratorium telah terhubung dengan arus listrik tegangan tinggi sebagai sumber

energinya terhadap alat praktikum yang digunakan didalamnya.

Gambar 5. Alat pemadam api yang terletak di luar lab Kimia Dasar STTN

Page 16: Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta

Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 13

4.Penyediaan P3K, meskipun penerapan prosedur keselamatan kerja telah diberlakukan,

bukan tidak mungkin terjadi kecelakaan yang tidak diinginkan.

Gambar 6. Kotak P3K yang disediakan di Laboratorium Kimia Dasar STTN

5.Pengadaan Tanda-tanda Peringatan Bahaya, mengurangi statistik kecelakaan dalam

laboratorium dengan alarm, kode tertulis seperti poster dan sebagainya.

3.5 Alat pelindung diri (APD) yang digunakan

Dalam melakukan praktikum di laboratorium kimia dasar STTN-BATAN Yogyakarta, para

mahasiswa diwajibkan untuk mengenakan alat pelindung diri yang disediakan. Diantaranya

adalah :

1. Pakaian Kerja

Baju yang dikenakka selama bekerja di laboratoium atau yang disebut jas laboratorium pada

umumnya terbuat dari kain katun dan bahan sintetik. Selain jas laboratorium, perlindungan

bahan lainnya dapat berupa apron yang berfungsi untuk melindungi diri dari cairan korosif

dan irirtan dan jumpsuits yang direkomendasikan untuk keadaaan berisiko tinggi seperti

penanganan bahan karsinogenik dalam jumlah banyak. Bahan perlindungan badan harus

dapat melindungi pekerja laboratorium dari percikan bahan kimia, panas ,uap, lembab dan

radiasi.

Page 17: Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta

Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 14

2. Sarung tangan

Fungsi melindingi tangan dan jari-jari api, panas, dingin, radiasi elktromagnetik dan radiasi

mengion, listrik, bahan kimia, benturan dan pukulan, luka, lecet dan infeksi. Bahan pelindung

tangan yang dipilih harus sesuai dengan bahan kimia yang ditangani karena sifat sarung

tangan yang mudah rusak.

3. Pelindung Kaki

Fungsinya untuk melindungi kaki dari tertima benda-benda berat, terbakar karena logam cair,

bahan kimia Korosif, dermatitis karena bahan-bahan kimia, kemungkinan tersandung atau

tergelincir.

4. Masker

Kontaminasai bahan kimia yang paling sering kedalam tubuh manusia lewat pernafasan

seperti partikel udara, debu, uap dan gas yang dapat membahayakan pernafasan. Masker

dapat mencegah kontaminasi seperti ini.

3.6 Potensi Kecelakaan

Laboratorium kimia mengandung banyak potensi bahaya, tetapi potensi bahaya apapun

sebenarnya dapat dikendalikan sehingga tidak menimbulkan kerugian. Suatu contoh, bahan baker

bensin dan gas cair mempunyai potensi bahaya kebakaran yang amat besar. Tetapi dengan

penanganan dan pengendalian yang baik, transportasi jutaan ton tiap hari dalah hal yang biasa.

Secara garis besar, sumber-sumber bahaya dalam laboratorium kimia meliputi:

a. Bahan-bahan kimia berbahaya yang perlu kita kenal jenis, sifat, cara penanganan, dan

penyimpanannya,

b. Teknik percobaan, yang seperti pencampuran bahan, distilasi, ekstraksi, reaksi kimia, dan

c. Sarana laboratorium, yakni gas, air, listrik, lemari asam, dan sebagainya.

Ketiga sumber tersebut di atas saling berkaitan, tetapi praktis potensi bahaya terletak pada

keunikan sifat bahan kimia yang digunakan. Pengenalan sifat dan jenis bahan kimia akan

memudahkan dalam cara penanganannya, yakni cara pencampuran, mereaksikan, pemindahan

atau transportasi, dan penyimpanan.

Page 18: Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta

Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 15

Dalam makalah ini uraian difokuskan pada bagaimana perawatan bahan praktikum kimia,

bagaimana cara penyimpanannya sehingga kerusakan bahan-bahan kimia dapat dihindari, serta

bahaya-bahaya yang ditimbulkan akibat penyimpanan dapat dicegah.

Kerusakan bahan-bahan kimia dapat disebabkan oleh:

a. Udara. Udara mengandung oksigen dan uap air. Bahan-bahan kimia yang sifatnya

higroskopis harus disimpan di dalam botol yang dapat ditutup rapat. Bahan-bahan

kimia semacam ini jika menyimpannya tidak benar, maka akan berair, bahkan

dapat berubah menjadi larutan.

b. Cairan: air, asam, basa, cairan lainnya. Bahan-bahan kimia harus disimpan dalam

tempat yang kering. Apalagi bahan kimia yang reaktif terhadap air. Logam-logam

seperti Na, K, dan Ca bereaksi dengan air menghasilkan gas H2 yang langsung

terbakar oleh panas reaksi yang terbentuk. Zat-zat lain yang bereaksi dengan air

secara hebat, seperti asam sulfat pekat, logam halide anhidrat, oksida non logam

halide harus dijauhkan dari air atau disimpan dalam ruangan yang kering dan

bebaskebocoran di waktu hujan. Kebakaran akibat zat-zat di atas tak dapat

dipadamkan denganpenyiraman air. Cairan yang bersifat asam mempunyai daya

merusak lebih hebat dari air. Asam yangsifatnya gas gas, misalnya asam klorida

lebih ganas lagi. Sebab bersama udara akan mudahberpindah dari tempat asalnya.

Cara yang paling baik adalah dengan mengisolir asam itusendiri, misalnya

menempatkan botol asam yang tertutup rapat dan ditempatkan dalam lemari

khusus, atau di lemari asam.

c. Panas/temperature. Pengaruh temperatur akan menyebabkan reaksi atau

perubahan kimia terjadi, dan juga mempercepat reaksi. Panas yang cukup tinggi

dapat memacu terjadinya reaksi oksidasi. Keadaan temperatur yang terlalu rendah

juga mempunyai akibat yang serupa. Untungnya Indonesia beriklim tropis,

sehingga penyebab kerusakan akibat panas tinggi dan terlalu rendah jarang terjadi

di laboratorium.

d. Mekanik. Benturan, tarikan, maupun tekanan yang besar harus dihindari,

khususnya pada bahan kimia yang mudah meledak, seperti ammonium nitrat,

nitrogliserin, trinitrotoluene (TNT).

Page 19: Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta

Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 16

e. Sinar. Sinar, terutama sinar ultra violet (UV) sangat mempengaruhi bahan-bahan

kimia. Sebagai contoh larutan kalium permanganat, apabila terkena sinar UV akan

mengalami reduksi, sehingga akan merubah sifat larutan itu. Oleh karena itu untuk

menyimpan larutan kalium permanganat dianjurkan menggunakan botol yang

berwarna coklat. Kristal perak nitrat juga akan rusak jika terkena sinar UV, oleh

sebab itu dalam penyimpanan harus dihindarkan dari pengaruh sinar UV.

f. Api. Api/kebakaran dapat terjadi bila tiga komponen berada bersama-sama pada

suatu saat, dikenal dengan “segitiga api”

Gambar x. Segitiga Api

Ketiga komponen itu ialah:

Adanya bahan bakar (bahan yang dapat dibakar)

Adanya panas yang cukup tinggi, yang dapat mengubah bahan baker

menjadi uap yang dapat terbakar (mencapai titik bakarnya)

Adanya oksigen (di udara, di sekitar kita)

Maka pada saat yang demikian itulah, oksigen yang mudah bereaksi dengan bahan

baker yang berupa uap yang sudah mencapai titik bakarnya akan menghasilkan

api. Api inilah yang selanjutnya dapat mengakibatkan kebakaran. Maka untuk

menghindari terjadinya kebakaran haruslah salah satu dari komponen segitiga api

tersebut harus ditiadakan. Cara termudah ialah menyimpan bahan-bahan yang

mudah terbakar di tempat yang dingin, sehingga tidak mudah naik temperaturnya

dan tidak mudah berubah menjadi uap yang mencapai titik bakarnya.

Page 20: Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta

Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 17

g. Sifat bahan kimia itu sendiri. Bahan-bahan kimia mempunyai sifat khasnya

masing-masing. Misalnya asam sangat mudah bereaksi dengan basa. Reaksi-reaksi

kimia dapat berjalan dari yang sangat lambathingga ke yang spontan. Reaksi yang

spontan biasanya menimbulkan panas yang tinggi dan api. Ledakan dapat terjadi

bila reaksi terjadi pada ruang yang tertutup. Contoh reaksi spontan: asam sulfat

pekat yang diteteskan pada campuran kalium klorat padat dan gula pasir seketika

akan terjadi api. Demikian juga kalau kristal kalium permanganate ditetesidengan

gliserin.

3.7 Cara Pencegahannya

Mengingat bahwa sering terjadi kebakaran, ledakan, atau bocornya bahan-bahan kimiaberacun

dalam gudang, maka dalam penyimpanan bahan-bahan kimia selain memperhatikan ketujuh

sumber-sumber kerusakan di atas juga perlu diperhatikan faktor lain, yaitu:

Interaksi bahan kimia dengan wadahnya., bahan kimia dapat berinteraksi dengan

wadahnya dan dapat mengakibatkan kebocoran.

Kemungkinan interaksi antar bahan dapat menimbulkan ledakan, kebakaran, atau

timbulnya gas beracun

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas , beberapa syarat penyimpanan bahan secara

singkat adalah sebagai berikut:

a. Bahan beracun.Banyak bahan-bahan kimia yang beracun. Yang paling keras dan sering

dijumpai di laboratorium sekolah antara lain: sublimate (HgCl2), persenyawaan sianida,

arsen, gas karbon monoksida (CO) dari aliran gas. Syarat penyimpanan:

ruangan dingin dan berventilasi

jauh dari bahaya kebakaran

dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi

kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika tidak

sedangdipergunakan

Page 21: Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta

Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 18

disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung tangan

b. Bahan korosif. Contoh bahan korosif, misalnya asam-asam, anhidrida asam, dan alkali.

Bahan ini dapat merusak wadah dan bereaksi dengan zat-zat beracun. Syarat

penyimpanan:

ruangan dingin dan berventilasi

wadah tertutup dan beretiket

dipisahkan dari zat-zat beracun.

c. Bahan mudah terbakar. Banyak bahan-bahan kimia yang dapat terbakar sendiri,

terbakar jika kena udara, kena benda panas, kena api, atau jika bercampur dengan bahan

kimia lain. Fosfor (P) putih, fosfin (PH3), alkil logam, boran (BH3) misalnya akan

terbakar sendiri jika kena udara. Pipa air, tabung gelas yang panas akan menyalakan

karbon disulfide (CS2). Bunga api dapat menyalakan bermacam-macam gas. Syarat

penyimpanan:

temperatur dingin dan berventilasi

jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik dan bara rokok

tersedia alat pemadam kebakaran

d. Bahan mudah meledak. Contoh bahan kimia mudah meledak antara lain: ammonium

nitrat, nitrogliserin, TNT. Syarat penyimpanan:

ruangan dingin dan berventilasi

jauhkan dari panas dan api

hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis

Banyak reaksi eksoterm antara gas-gas dan serbuk zat-zat padat yang dapat meledak

dengan dahsyat. Kecepatan reaksi zat-zat seperti ini sangat tergantung pada komposisi

dan bentuk dari campurannya. Kombinasi zat-zat yang sering meledak di laboratorium

pada waktu melakukan percobaan misalnya:

Page 22: Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta

Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 19

natrium (Na) atau kalium (K) dengan air

ammonium nitrat (NH4NO3), serbuk seng (Zn) dengan air

kalium nitrat (KNO3) dengan natrium asetat (CH3COONa)

nitrat dengan eter

peroksida dengan magnesium (Mg), seng (Zn) atau aluminium (Al)

klorat dengan asam sulfat

asam nitrat (HNO3) dengan seng (Zn), magnesium atau logam lain

halogen dengan amoniak

merkuri oksida (HgO) dengan sulfur (S)

Fosfor (P) dengan asam nitrat (HNO3), suatu nitrat atau klorat

e. Bahan Oksidator. Contoh: perklorat, permanganat, peroksida organic. Syarat

penyimpanan :

temperatur ruangan dingin dan berventilasi

jauhkan dari sumber api dan panas, termasuk loncatan api listrik dan bara rokok

jauhkan dari bahan-bahan cairan mudah terbakar atau reduktor

f. Bahan reaktif terhadap air. Contoh: natrium, hidrida, karbit, nitrida. Syarat

penyimpanan:

temperatur ruangan dingin, kering, dan berventilasi

jauh dari sumber nyala api atau panas

bangunan kedap air

disediakan pemadam kebakaran tanpa air (CO2, dry powder)

g. Bahan reaktif terhadap asam. Zat-zat tersebut kebanyakan dengan asam menghasilkan

gas yang mudah terbakar atau beracun, contoh: natrium, hidrida, sianida. Syarat

penyimpanan:

ruangan dingin dan berventilasi

jauhkan dari sumber api, panas, dan asam

Page 23: Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta

Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 20

ruangan penyimpan perlu didesain agar tidak memungkinkan terbentuk kantong-

kantong hidrogen

disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, sarung tangan, pakaian kerja

h. Gas bertekanan. Contoh: gas N2, asetilen, H2, dan Cl2 dalam tabung silinder. Syarat

penyimpanan:

disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan terikat

ruangan dingin dan tidak terkena langsung sinar matahari

jauh dari api dan panas

jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katub-katub

Page 24: Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta

Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 21

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Laboratorium kimia harus merupakan tempat yang aman bagi para penggunanya.Dalam hal ini

seorang laboran memegang peranan penting dalam menciptakan suatu laboratorium yang aman.

Dengan pengetahuan yang cukup tentang sifat-sifat bahan kimia yang ada di laboratorium

seorang laboran dapat mengetahui bagaimana cara menangani bahan kimia tersebut, termasuk

bagaimana cara menyimpan dengan baik dan aman. Bukan hanya faktor bahan kimia yang

menyebabkan keadaan tidak aman, faktor lain seperti ventilasi ruangan, almari asam, atau sistem

pengaman gas tidak bekerja dengan baik keadaan akan menjadi lebih tidak aman. Diperlukan

suatu kerjasama dari berbagai pihak, baik dari para mahasiswa, dosen sebagai pengawas. Dalam

melakukan praktikum mahasiswa juga dituntut untuk berhati-hati, tidak menganggap remeh

setiap kemungkinan bahaya yang ditimbulkan. Peran mahasiswa sebagai pengawas juga penting.

Prosedur dan cara kerja perlu diberikan secara jelas dan sempurna sebelum dikerjakan oleh para

siswa dan laboran. Dengan kerjasama yang sinergis dari berbagai pihak maka akan tercipta

laboratorium kimia yang aman dan nyaman bagi semua orang yang menggunakannya.

Page 25: Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta

Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 22

DAFTAR PUSTAKA

http://jayaanakjuni.blogspot.com/2012/06/alat-perlindungandiri-apd-dalam.html

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/edkhusus962937.pdf

http://k3l.ui.ac.id/mewujudkan-ui-menjadi-kampus-yang-berwawasan-k3l

http://balitnak.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_phocadownload&view=category&id=

71:3&download=1330:3&Itemid=11

http://healthsafetyprotection.com/safety-training/hsp-academy-in-house-training/in-house-

training-laboratory-safety/

http://chemistry6623.blogspot.com/2012/07/mengenal-bahan-kimia-dan-simbol-bahaya.html

Page 26: Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta

Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 23

POSTER K3