Kebut Nutrisi Dewasa Dg Aktivitas Tinggi (Kel 1)
-
Upload
afief-mulya-wijaya -
Category
Documents
-
view
33 -
download
4
description
Transcript of Kebut Nutrisi Dewasa Dg Aktivitas Tinggi (Kel 1)
KEBUTUHAN NUTRISI PADA DEWASA
DENGAN AKTIVITAS TINGGI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Pembimbing: Fitria Handayani, M.Kep.,Sp.KMB
Disusun Oleh:
Adrianus Yosep Pa
Maria Nanssi
Veronika Toru
Ike Helena F.
Siti Syamsiyyah N. Utomo
Shinta Hendrawati
Bahrul Ulumuddin A.
P R O G R A M S T U D I I L M U K E P E R A W A T A N
F A K U L T A S K E D O K T E R A N
U N I V E R S I T A S D I P O N E G O R O
S E M A R A N G
2 0 1 0
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi atau makanan diperlukan manusia untuk pemeliharaan tubuh termasuk
pertumbuhan dan pergantian jaringan yang rusak akibat aktivitas kerja atau kegiatan
fisik. Demikian dapat dimengerti bahwa anak yang sedang tumbuh memerlukan gizi
relatif lebih besar di bandingkan orang dewasa, orang yang menderita sakit
memerlukan gizi yang relatif lebih besar dibandingkan orang yang sehat dan atlet
memerlukan gizi yang lebih besar di bandingkan dengan orang biasa
Tidak ada perbedaan yang mencolok dalam hal makan antara atlet dan non
atlet, akan tetapi mengingat bahwa kegiaatan fisik atlet rata–rata lebih besar di
banding non atlet pengaruh makanan akan lebih langsung terlihat pada penampilan
atau prestasi atlet maka di samping jumlahnya harus lebih besar, pengaturan makanan
bagi atlet harus lebi cermat di banding makanan bagi non atlet. Pengertian cukup
dalam hal makanan jangan semata–mata diartikan “tidak boleh kurang “ terutama bagi
atlet. Pengertian cukup disini harus di artikan pula “jangan berlebihan” disamping
boros kelebihan makanan pada atlet akan menjadikan beban yang dapat menurunkan
prestasi, inilah sebabnya dalam setiap penyelengaraan makanan bagi atlet sedapat
mungkin dikelola atau diawasi oleh seorang ahli gizi
Salah satu syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh olahragawan untuk meraih
prestasi adalah ketahanan fisik yang prima. Kondisi tersebut hanya dapat dicapai
apabila didukung oleh komposisi atau stuktural tubuh yang menguntungkan, latihan
yang intensif, teratur dan diet yang kuat. Kesepakatan internasional yang dicetuskan
di lausane pada tahun 1992 menyatakan bahwa diet terbukti secara bermakna
mempengaruhi prestasi atlet. Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok
manusia. Oleh karena itu penyelenggaraan makanan menjadi suatu keharusan, baik
dilingkungan keluarga maupun diluar lingkungan keluarga. Makanan adalah bahan
selain obat yang mengandung unsur-unsur atau ikatan kimia yang dapat diubah
menjadi zat gizi oleh tubuh, bila dimasukan kedalam tubuh. Makanan mempunyai
peranan yang sangat penting dalam hidup karena makanan mengandung zat-zat gizi
yang dibutuhkan oleh tubuh.
B. Tujuan
1. Memenuhi tugas mata kuliah kebutuhan cairan dan nutrisi
2. Menjelaskan kebutuhan nutrisi pada atlet dewasa
3. Menjelaskan kebutuhan cairan pada dewasa
Makanan
KH Protein Lemak Vitamin
Energy
Kebutuhan Sesuai Metabolisme basalAktivitas
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. Kebutuhan Nutrisi Atlet Dewasa
Para atlet butuh untuk mengkonsumsi energy yang cukup pada waktu-waktu intensitas
tinggi dan/atau masa latihan yang lama untuk menjaga berat badan dan kesehatan dan
memaksimumkan efek efek dari latihan. Pemasukkan energy yang rendah dapat
mengakibatkan kehilangan massa otot; gangguan fungsi menstruasi; kehilangan atau
kegagalan untuk mendapatkan kepadatan tulang; suatu peningkatan resiko kelelahan,
cedera dan penyakit; dan suatu proses pemulihan yang memanjang.
A. Zat Nutrien
Energy untuk kerja otot bersumber dari:
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kebutuhan energy pada kerja otot
a) Karbohidrat
Karbohidrat adalah senyawa organik karbon, hydrogen dan oksigen yang
terdiri atas satu molekul gula sederhana atau lebih yang merupakan bahan
makanan penting dan sumber tenaga. Fungsi utamanya adalah menyediakan
keperluan energi tubuh (60%), selain itu karbohidrat juga mempunyai fungsi
Sumber energy untuk kontraksi otot
lain yaitu karbohidrat diperlukan bagi kelangsungan proses metabolisme
lemak. Bagi atlet, karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi utama.
b) Protein
Metabolisme protein pada saat dan setelah olahraga dipengaruhi oleh jenis
kelamin, umur, intensitas, durasi dan tipe excercise, pemasukan energi, dan
ketersediaan karbohidrat. Protein atau amino acids yang dikonsumsi sebelum
melakukan strength and endurance exercise dapat mempertinggi pemeliharaan
diri dan memenuhi kebutuhan muskuluskeletal. Walaupun protein merupakan
zat pembangun jaringan tubuh namun tidak berarti makin tinggi konsumsi
protein makin besar pembentukan otot. Pembentukan masa otot dan
kekuatanya di tentuka oleh latihan yang terprogram dengan baik yang harus di
tunjang oleh makanan yang cukup. Pada prakteknya atlet harus
mengutamakan makanan lebih banyak hidratarang dari pada lebih banyak
protein.
c) Lemak
Peranan fisiologis lemak yang utama adalah :
Menghasilkan energi yang dibutuhkan tubuh.
Mempunyai fungsi pembentuk/stuktur tubuh.
Kisaran dari distribusi Macronutrient distribution lemak adalah 20%–35%
dari pemakaian energy. Petunjuk dari dietary pada orang Amerika dan
Canada’s FoodGuide membuat rekomendasi bahwa proporsi dari energy asam
lemak 10% saturated, 10% polyunsaturated, 10% monounsaturated, dan
termasuk sumber sumber asam lemak esensial. Para atlet harus mengikuti
rekomendasi umum ini.
d) Vitamin dan Mineral
Micronutrients memerankan peranan penting dalam produksi energy,
hemoglobin synthesis, memelihara kesehatan tulang, fungsi immune yang
cukup, dan perlindungan terhadap tubuh melawan kerusakan oksidatif.
Vitamin dan mineral membantu dengan menggunakan synthesis dan
perbaikan jaringan otot pada saat pemulihan dari exercise dan cedera.
Exercise menekankan banyak dari metabolic pathways di mana
micronutrients diperlukan, dan exercise training kemungkinannya
menghasilkan adapsi muscle biochemical yang meningkatkan kebutuhan akan
micronutrient. Exercise yang dilakukan secara rutin juga kemungkinan untuk
meningkatkan pergantian dan kehilangan micronutrients dari tubuh.
Akibatnya pemasukkan yang lebih besar dari micronutrients mungkin
dibutuhkan untuk menutupi kebutuhan yang meningkat untuk membangun,
dan memelihara massa tubuh pada atlet.
Vitamin D
Vitamin D dibutuhkan untuk penyerapan calcium yang cukup,
pengaturan dari serum calcium dan tingkat phosphorus, dan menjaga
kesehatan tulang. Vitamin D juga mengatur perkembangan dan
homeostasis (keseimbangan) dari susunan urat syaraf dan otot
kerangka. Para atlet yang latihan utamanya didalam ruangan (indoors),
seperti gymnasts, memiliki resiko untuk status vitamin D yang buruk,
terutama jika mereka tidak mengkonsumsi makanan makanan
diperkuat dengan supleme vitamin D.
Antioxidants: Vitamins C dan E, Beta Carotene, dan Selenium
Bahan gizi antioxidant, vitamins C dan E, A-carotene, dan selenium,
memainkan peranan penting dalam melindungi selaput sel dari
kerusakan oxidative. Karena exercise dapat meningkatkan konsumsi
oksigen 10-15 kali lipat, telah dilakukan hipotesa bahwa exercise yang
dilakukan dalam jangka waktu yang lama menyebabkan suatu tekanan
oxidative yang terus menerus terhadap otot. Tetapi tidak jelas
mengenai bukti adanya suatu kombinasi antioxidants atau single
antioxidants seperti vitamin E yang kemungkinannya akan membantu
mengurangi inflamasi dan nyeri otot pada saat pemulihan dari exercise
yang dilakukan dengan intensitas.
Supplemen Vitamin C kelihatannya tidak mempunyai efek ergogenic
jika dietnya menyediakan jumlah bahan gizi yang cukup. Karena
exercise yang dilakukan dengan penuh tekanan dan diperpanjang
menunjukkan kenaikan akan kebutuhan terhadap vitamin C,
performance fisik dapat dikompromikan dengan status tipis atau
kekurangan vitamin C, Para atlet yang mengikuti exercise penuh
tekanan yang diperpanjang, harus mengkonsumsi 100–1000
mg vitamin C setiap hari.
B Vitamins:Thiamin, Riboflavin, Niacin, Vitamin B6, Pantothenic
Acid, Biotin, Folate, Vitamin B12. Pemasukkan vitamin B yang cukup
penting untuk memastikan produksi energy yang optimum dan
pembangunan serta perbaikan dari jaringan otot. Vitamin B-complex
mempunyai dua fungsi utama secara langsung berhubungan dengan
exercise. Thiamin, riboflavin, niacin, pyridoxine (B6), pantothenic
acid, dan biotin terlibat dalam produksi energy pada saat melakukan
exercise, di mana folat dan vitamin B12 dibutuhkan untuk produksi sel
darah merah, untuk protein synthesis, dan dalam perbaikan jaringan.
Penelitian terbatas telah dilakukan untuk memeriksa apakah exercise
menambah kebutuhan akan vitamin B-complex (46,48). Sebagian data
memberi usul bahwa exercise mungkin akan sedikit meningkatkan
kebutuhan akan vitamin-vitamain ini sebanyak dua kali lipat dari
jumlah yang direkomendasikan belum lama ini; namun demikian,
kebutuhan umum ini yang meningkat ini dapat dipenuhi secara umum
dengan pemasukkan energy yang lebih tinggi. Walaupun kekurangan
vitamin B dalam margin jangka pendek belum pernah diamati akan
mempengaruhi performance dari kekurangan sangat berat terhadap
vitamin B12, folate, atau keduanya mungkin mengakibatkan anemia
dan mengurangi endurance performance. Dengan demikian, adalah
penting untuk seorang atlet mengkonsumsi jumlah cukup dari
micronutrients ini untuk menunjang usaha mereka untuk mendapatkan
performance yang optimal dan kesehatan.
Minerals: Calcium, Iron, Zinc, dan Magnesium
Calcium terutama penting untuk pertumbuhan, pemeliharaan, dan
perbaikan jaringan tulang, pemeliharaan tingkat calcium darah,
regulasi dari kontraksi otot, konduksi urat syaraf, dan penggumpalah
darah yang normal. Kekurangan dietary calcium dan vitamin D
meningkatkan resiko kepadatan mineral pada tulang bawah dan
tekanan patah (stress fractures).
Zat besi dibutuhkan untuk formasi oxygen yang membawa protein,
hemoglobin dan myoglobin, dan untuk enzymes yang terlibat dalam
produksi energy. Kekurangan besi (penyimpanan besi yang rendah)
adalah salah satu dari kekurangan bahan gizi yang paling umum
diamati diantara para atlet terutama wanita. Kekurangan besi, dengan
atau tanpa anemia, dapat merusak fungsi otot dan membatasi kapasitas
kerja. Kebutuhan besi untuk endurance athletes, terutama pelari
(distance runners), harus ditambah kira-kira 70%.
Pada para atlet yang kekurangan besi, supplementasi besi tidak hanya
memperbaiki pengukuran biochemical darah dan status dari besi tetapi
juga meningkatkan kapasitas kerja seperti yang dibuktikan oleh
penambahan oxygen yang cepat, mengurangi kecepatan jantung, dan
mengurangi konsentrasi lactate pada saat melakukan exercise. Ada
beberapa bukti bahwa para atlet yang kekurangan besi tetapi tidak
mempunyai anemia kemungkinan akan mendapat manfaat dari
supplementasi besi. Penemuan baru baru ini memberi tunjangan
tambahan untuk performance yang membaik (contoh berkurangnya
kelelahan pada otot kerangka) pada saat supplementasi besi ditentukan
sebagai 100-mg ferrous sulfate selama 4–6 mg (76). Memperbaiki
kapasitas kerja dan daya tahan, menambah kepandaian oxygen,
mengurangi konsentrasi lactate dan mengurangi penatnya otot adalah
manfaat manfaat dari status besi yang membaik.
Zinc memainkan suatu peranan dalam pertumbuhan, membangun dan
memperbaiki jaringan otot, produksi energy, dan status immune. Para
atlet harus berhati-hati menggunakan suplemen zinc karena mereka
sering melebihi jumlah ini dan suplemen zinc yang tidak perlu
kemungkinan mengakibatkan HDL cholesterol yang rendah dan
ketidak seimbangan bahan gizi dengan mengganggu penyerapan dari
bahan gizi yang lain seperti besi dan tembaga. Lebih jauh lagi,
pengaruh penggunaan supplement zinc terhadap peningkatan performa
fisik yang signifikan belum dibuktikan.
Magnesium memainkan peranan yang bervariasi dalam metabolisme
sel (cellular metabolism), glycolysis, lemak, dan protein metabolisme,
dan meregulasi stabilitas selaput dan neuromuscular cardiovascular,
immune, dan fungsi hormonal. Kekurangan Magnesium merusak
performa dan daya tahan.
Sodium, Chloride, and Potassium. Sodium adalah suatu electrolyte
yang kritis, khususnya untuk para atlet yang kehilangan keringat.
Banyak atlet membutuhkan lebih banyak sodium (2.3 gIdj1) dan
chloride (3.6 gIdj1). Minuman yang mengandung sodium dan
potassium direkomendasikan untuk para atlet. Potassium penting
untuk keseimbangan cairan dan electrolyte, transmisi syaraf, dan alat
transport yang aktif. Pada saat melakukan exercise dengan intensitas,
konsentrasi plasma potassium cenderung mundur menjadi berkurang
daripada sodium. Suatu diet kaya akan variasi sayur-sayuran yang
segar, buah-buahan, kacang/biji-bijian, makanan susu/dairy foods,
daging tanpa lemak dan whole grains biasanya dipertimbangkan cukup
untuk memelihara status potassium yang normal diantara para atlet.
e) Air.
Pertimbangan untuk memenuhi kebutuhan cairan dengan baik adalah penting
untuk performance exercise yang optimum. Karena dehidrasi meningkatkan
resiko potensial terkena cedera kepanasan yang mengancam kehidupan seperti
heat stroke.
B. Pemenuhan Kalori
Seorang dewasa umunya memiliki kebutuhan kalori 2500 kalori. Sementara atlet
yang kondisi fisiknya baik, dengan mudah dapat mengkonsumsi kalori antara
4000 sampai 5000 kalori sehari. Memang sulit untuk menentukan intake kalori
atlet setiap hari oleh karena kebutuhan kalori bagi setiap orang dipengaruhi oleh
banyak factor yang diantaranya, tinggi badan, berat badan kondisi fisik seseorang
pekerjaan-pekerjaan yang dia lakukan di samping olahraga dan sebagainya
Kebutuhan tenaga untuk masing–masing jenis cabang olahraga tidak sama. Jika
intake kalori kurang dari jumlah yang diperlukan akan mengakibatkan terjadinya
penuruinan berat badan. Akan tetapi jika intake kalori melebihi kebutuhan maka
akan terjadi perubahan pada komposisi, dimana kelebihan kalori akan diubah
menjadi cadangan lemak tubuh, jika hal demikian terjadi maka akan
mempengaruhi fitness atlet yang bersangkutan, karena cadangan lemak yang
berlebihan akan menyebabkan atlit menjadi lamban. Hal ini penting sekali
diperhatikan terutama bagi atlet yang memerlukan reaksi cepat Kemampuan atlet
untuk mempertahankan cukupnya tenaga tersebut langsung di pengaruhi jumlah
kalori yang di makannya. Intake kalori setiap hari pada dasarnya mempengaruhi
kemampuan atlet tersebut mempertahankan kecukupan tenaga terutama cabang–
cabang olahraga yang memakan waktu lama dan kemampuan atlet untuk di
tentukan oleh :
Jumlah cadangan tenaga yang terdapat di dalam tubuhnya;
Efisiensi penggunaan tenaga dalam arti tesebut mampu mengurangi
keluarnya tenaga gerak-gerak otot yang tidak di perlukan. Latihan secara
intensif akan memberikan pengalaman berharga bagi atlet dalam mengatur
penggunaan tenaga. Karena itu di dalam membina kemampuan jasmaniah
seorang atlet selain melakukan latihan juga harus melakukan pula:
Mengatur konsumsi kalori atlet tersebut sehinga dapat mencapai
berat badan ideal yang sesuai untuknya.
Setelah berat badan ideal itu tercapai maka perlu diatur konsumsi
kalori setiap hari sehingga tidak terjadi penurunan atau pun
penambahan berat badan
Dalam keadaan tidak melakukan latihan konsumsi kalori harus di
atur agar atlet tidak menjadi gemuk akibat penambahan cadangan
lemak dalam tubuh
C. Komposisi Tubuh dan Kesegaran Jasmani
Komposisi tubuh seseorang dapat di ukur melalui berbagi cara misalnya dengan
mengukur berat jenis tubuh. Tubuh yang mempunya berat jenis yang tingi berarti
masa ototnya banyak sedangkan kadar lemak relatif kecil. Jumlah cadangan lemak
dibawah kulit dapat diukur menggunakan suatu alat yang di sebut Skinfold
calipers. Bagi seorang atlet, Komposisi tubuh jauh lebih penting dari berat badan
sendiri karena ketahanan jasmaniah atlet ditentukan oleh masa otot yang
membentuk tubuhnya. Karena itu dalam pembinaan ketahanan jasmaniah seorang
atlet baik dipusat-pusat latihan maupun diluar pusat latihan, haruslah terdapat
perpaduan yang serasi antara pengaturan makanan meraka dengan latihan fisik
yang diberikan. Pemberian makanan yang melebihi kebutuhan akan
mengakibatkan bertambahnya cadangan lemak, sehingga tidak mencapai
komposisi tubuh yang sesuai. Sebaliknya makanan yang kurang dari kebutuhan
akan mengakibatkan tidak mungkin dikembang-kembangkannya otot-otot tubuh.
Dipusat-pusat latihan, lebih-lebih jika pembinaan ketahanan fisik atlet itu
dilakukan dalam jangka waktu yang relatif singkat ada kecenderungan untuk
memberikan suatu diet maksimal kepada atlet-atlet tersebut. Cara seperti ini
tidaklah baik dan akibat yang timbul bukanlah menigkatnya ketahanan fisik atlet
tersebut akan sebaliknya atlet itu akan menjadi lamban, diet dengan kalori
maksimal yang diberikan akan mengakibatkan terbentuknya cadangan lemak yang
lebih cepat dari perkembangan otot-otot tubuh. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan bagi para pelatih atau pengurus pimpinan pusat latihan dalam
membina ketahanan fisik para atlet antara lain adalah sebagai berikut:
Pengawasan berat badan atlet secara teratur dan terus menerus disetiap
pusat latihan hendaknya disediakan timbangan yang baik dan pelatih perlu
menetapkan jadwal dan cara penimbangan berat badan atlet-atlet tersebut.
Hendaknya atlet tidak melakukan penimbangan sendiri. Hasil
penimbangan berat badan harus dicatat dalam kartu khusus untuk masing
masing atlet.
Disamping berat badan, juga perlu diawasi perubahan komposisi tubuh
untuk perkembangan masa otot atlet-atlet itu. Akan sangat ideal jika
disetiap pusat latihan jika tersedia alat untuk mengukur berat jenis tubuh
atlet, akan tetapi minimal setiap pusat latihan harus memilki skinfold
Calipers untuk mengukur tebalnya lapisan lemak dibawah ini. Jika lapisan
lemak dibawah kulit memperlihatkan kenaikan yang melebihi dari yang
semestinya maka perlu diambil tindakan pengurangan kadar kalori makan
atlet tersebut.
Dalam makanan atlet sehari-hari hendaknya dilakukan pembatasan
terhadap penggunaan bahan makanan yang kadar lemaknya tinggi.
Apabila terjadi pengurangan frekuensi latihan, maka haruslah pula
dilakukan pengurangan terhadap makan terutama makanan-makanan yang
mengandung sumber tenaga. Hal ini dilakukan untuk mencegah perubahan
komposisi tubuh dengan jalan menghindarkan terbentuknya lapisan lemak
dibawah kulit yang lebih banyak akibat kelebihan kalori.
Kepada setiap atlet bukan saja harus ditanamkan disiplin latihan akan
tetapi juga perlu ditanamkan disiplin makan
D. Kecukupan Energi
Menaksir nilai BMR
Kelompok umur (tahun) BMR (kal/hari)
Laki laki Perempuan
3-10 22,7 B ± 495 22,5 B ±499
10-18 17,5 B ± 651 12,2 B ± 746
18-30 15,3 B ± 679 14,7 B ± 496
>30 11,6 B ±879 8,7 B ±829
B= berat badan
E. Kecukupan Gizi Untuk Atlet
Makanan untuk seorang atlet harus mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan
untuk mengganti zat-zat gizi dalam tubuh yang berkurang akibat digunakannya zat
gizi tersebut untuk aktivitas olahraga. Menu seorang atklet harus mengandung
semua zat gizi yang diperlukan yaitubKarbohidrat,lemak, protein vitamin mineral
dan air. Zat- zat gizi tersebut hanya makronutrien berupa karbohidrat lemakn dan
protein saja yang dapat menhasilakn energi, sedangkan mikronutrien berupa
vitamin, dan mineral tidak menghasilkan energi (Depkes RI dan Koni Pusat,
1997:3).
Aktivitas olahraga membutuhkan metabolisme optimal dan macronutrient
tergantung dari adanya dan ketersediaannya mikronutrien. Makronutrient dan
Mikrronutrient sangat dibutuhkan untuk menghasilkan energi sehingga atlet dapat
tampil maksimal dalam setiap aktivitas olahraga. Nilai protein yang dihasilkan
dari penguraian sempurna zat-zat gizi tersebut adalah 1 gram karbohidrat
menghasilkan 4 kalori 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori, 1 gram protein
menghasilkan 4 kalori. Menu atlet harus disusun berdasarkan jumlah kebutuhan
energi dan komposisi gizi penghasil energi yang seimbang menu makan harus
mengandung karbohidrat sebanyak 60-70%, lemak 20-25 % dan protein sebanyak
10-15% dari total kebutuhan energi serang atlet. Menu yang disusun berdasarkan
kebutuhan jumlah energi dan komposisi gizi penghasil energi seimbang , serta
dibuat dari bahan makanan yang mengandung criteria 4 sehat lima sempurna
umumnya sudah mengandung vitamin dan mineral sesuani dengan kebutuhan atlet
(Depkes RI,dan KONI Pusat, 1997:3).
F. Makanan Selama Latihan
Tujuan dari pemusatan latihan adalah meningkatkan ketrampilan teknik, taktik
dan meningkatkan kesegaran jasmani termasuk ketrampilan atlet bagi yang status
gizinya sudah baik latihan dan pembinaan langsung bisa dilakukan, tetapi bila
status gizinya kurang anemi dan sebagainya status gizi harus diperbaiki terlebih
dahulu disamping latihan rutin. Sedangkan yang bergizi lebih, berat badan
diturunkan terlebih dahulu tanpa mengganggu latihan rutin, kebutuhan kalori
antara 3000–5000, volume makanan dipilih bahan makanan yang mengandung
kalori tinggi tetapi volumenya kecil, lemak perlu ditambahkan untuk melezatkan
makanan dan pelarut beberapa vitamin terutama B Kompleks. Disamping itu,
mineral yang terdiri dari calsium dan ferum terutama untuk atlet wanita.
G. Menjelang Pertandingan
Air adalah nutrient yang paling penting karena latihan latihan berat selalu disertai
keringat yang banyak tubuh manusia terdiri dari kurang lebih 55% dari cairan
dalam petandingan-pertandingan seorang atlet bisa kehilangan keringat 2–4 liter
perjam dalam keadaan biasa hanya 15cc perjam. Makan yang dianjurkan 3 atau 4
jam sebelum pertandingan atlet makan menu ringan, dengan tujuan agar pada
waktu pertandingan lambung sudah kosong. Menu hendaknya terdiri dari
makanan yang telah terbiasa oleh atlet makanan mempunyai arti nasional untuk
tiap orang. Dan menjelang pertandingan makanan yang paling penting menurut
kepentingan kepercayaan atlet masing-masing, karena sangat penting artinya
secara psikologis akan memberikan kepercayaan pada dirinya. Dua jam sebelum
pertandingan dianjurkan minum sebanyak 3 gelas (600cc).
H. Saat Pertandingan
Untuk mempertahankan status hidrasi dan keseimbangan maka selama
pertandingan harus diselingi minum dengan interval 10 -15 menit minum cairan
100 –200cc (1 gelas) penggunaan larutan yang lebih pekat atau tablet garam tidak
dianjurkan karena bisa menimbulkan mual dan muntah. Pengosongan lambung
ditentukan oleh volume dan konsentrasi cairan yang diberikan. Larutan dengan
konsentrasi tinggi merupakan larutan yang hipertonis dengan efek osmotis yang
menarik air masuk lambung menjadi isotonis (kosong). Akibat lain yang bias
terjadi dehidrasi tubuh yang bertambah karena sebagian cairan masuk lambung.
I. Pengaturan Makanan di Pusat Latihan
Masa olahragawan berada dipusat latihan merupakan masa persiapan bagi
olahragawan itu untuk ”take off” dalam arti mempersiapkan diri untuk menerima
tambahan beban latihan yang dijalaninya sebagai persiapan menghadapi
pertandingan. Karena penyelenggara makanan dipusat latihan mempunyai tiga
tujuan yaitu:
Memelihara agar tingkat gizi olahragawan se-optimal mungkin agar
olahragawan selalu dalam keadaan bugar.
Menjamin terpenuhinya kebutuhan kalori sesuai dengan kebutuhan
olahraga
Meningkatkan kinerja fsik olahragawan, oleh karena itu, makanan yang
diberikan kepada olahragawan dipusat latihan harus memenuhi persyaratan
antara lain :
Makanan harus dapat memeberikan semua zat gizi yang diperlukan
dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan dalam keadaan
berimbang susunan hidangan harus berpedoman pada prinsip empat
sehat.
Jumlah makanan yang dimakan oleh setiap olahragawan harus sesuai
dengan olahraganya. Akan tetapi harus dijaga agar olahragawan tidak
melebihi kebutuhanya sehingga menyebabkan berat badan
olahragawan naik melebihi berat seharusnya. Atlet yang makan terlalu
banyak akan menyebabkan gemuk dan menyebabkan atlet menjadi
lamban.
Makanan harus bebas dari zat-zat yang dapat mengganggu kesehatan
olahragawan. Makanan tidak boleh mengandung zat yang
menyebabkan alergi, tidak boleh terlalu pedas dan sebagainya
pemeliharaan hygiene dan sanitasi makanan harus mendapat perhatian
sehingga tidak menjadi pencemaran ataupun makanan basi.
Penyajian makanan harus dilakukan pada waktu yang sesuai sehingga
jarak dengan waktu mulai berlatih tidak terlalu dekat tetapi juga tak
terlalu jauh.
J. Cara Menyusun Kecukupan Kalori
Atlet membutuhkan sejumlah kalori untuk melakukan aktivitasnya.
Penyelenggaran makanan bagi atlet menjadi sangat penting karena memerlukan
suatu penyusunan hidangan yang sehat, seimbang dan tepat, agar kebutuhan kalori
atlet dapat terpenuhi untuk mencapai prestasi puncak.
Contoh penyusunan 4000 kalori :
Beras /penukarnya : 550gr (±81/2 gelas nasi )
Daging /Penukarnya : 300gr (±6 Potong sedang)
Kacang penukarnya : 75 gr (± 71 /³ sendok makan
Sayur-sayuran : 300 gr (±3 gelas )
Buah-buahan : 400 gr (±4 potong sedang pepaya)
Susu : 400 cc/40gr (±51/2 gelas / 8 sendok makan)
Minyak : 55 gr (±51/2 sendok makan
Gula pasir :45 gr (± 41 /2 sendok makan)
Meskipun jumlah kebutuhan di perhitungkan untuk kurun waktu satu hari (24 jam)
namun untuk pemberiannya jangan hanya 3 atau bahkan sekali maka pemberian
harus terbagi dalam minimal 3 kali makan, sehingga jumlah tiap kali tidak terlalu
besar. Meskipun jumlah kebutuhan diperhitungkan untuk kurun waktu satu hari
(24 jam), Pemberian harus terabagi dalam minimal 3 kali makan, jadwal makan
yang di ajurkan adalah (1) Jajanan (Snack) pagi :06.00,(2) Makan pagi: 09.00, (3)
Jajanan siang: 11.00, (4)Makan siang: 13.00 (5) Jajanan sore: 15.30, (6)Makan
malam: 19.00, (7)Susu : 21.00
K. Efek Tidak Terpenuhinya Kalori
Kekurangan energi atau tidak terpenuhinya kalori terjadi bila konsumsi kalori
dalam makanan kurang dari kalori yang dikeluarkan. Tubuh bahkan mengalami
keseimbangan energi negatif. Akibatnya, berat badan kurang dari berat badan
seharusnya (ideal) bila terjadi pada bayi dan anak-anak akan menghambat
pertumbuhan dan pada orang dewasa menyebabkan penurunan berat badan dan
kerusakan jaringan tubuh (Sunita Almatsier, 2003 :150).
L. Peranan Gizi terhadap Prestasi Olahraga Semua atlet menginginkan untuk
meningkatkan performa mereka, dan banyak atlet yang menang serius untuk
meningkatkan kariernya dalam olahraga, meluangkan banyak waktu untuk
berlatih.Sehingga prestasi olahraga yang tinggi perlu terus menerus dipertahankan
dan ditingkatkan lagi. Salah satu faktor yang penting untuk mewujudkannya
adalah melalui gizi seimbang yaitu energi yang dikeluarkan untuk olahraga harus
seimbang atau sama dengan energi yang masuk dari makanan.
Makanan untuk seorang atlet harus mengandung zat gizi sesuai dengan yang
dibutuhkan untuk aktifitas sehari-hari dan olahraga. Makanan harus mengandung
zat gizi penghasil energi yang jumlahnya tertentu. Disamping itu harus jadi
pengganti sel-sel yang rusak
II. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
A. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh dipengaruhi oleh faktor-faktor:
1. Usia perbedaan usia menen.tukan luas permukaan tubuh serta aktivitas organ,
sehingga dapat me:mengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
2. Temperatur yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran c:airan melalui
keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.
3. Diet apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan memecah c:adangan
makanan yang tersimpan dalam tubuh sehingga terjadi pergeerakan c;airan dari
interstisial ke interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah pe:menuhan
kebutiuhan cairan.
4. Stres dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan c:airan dan caektrolit, melalui
proses peningkatan produksi ADI-I, karena pada proses ini dapat meningkatkan
metabolisme sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat
menimbulkan retensi natrium dan air.
5. Sakit pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk
B. Gangguan Keseimbangan Cairan Tubuh
1) Hipovolumemia
Hipovolemia adalah suatu keadaan di mana berkurangnyya volume cairan
tubuh yang akhirnya menimbulkan hipoperfusi jaringan. Hipovolemia adalah
berkurangnya cairan ekstrasel di mana air dan natrium berkurang dalam jumlah
yang sebanding. Hipovolemia dapat terjadi pada kehilangan air dan natrium
melalui saluran intestinalis seprti muntah atau diare. Dapat juga melalui ginjal
antara lain penggunaan diuretik, diuresis osmotik, “salt wasting nephropathy”,
hipoaldosteronisme. Melalui kulit dan saluran nafas seperti Insisisble Water
Loss, keringat, luka bakar. Atau juga melalui sekuestrasi cairan seperti pada
ileus obstruksi, trauma, cedera, atau fraktur.
2) Dehidrasi
Dehidrasi adalah keadaan di mana berkurangnya volume air tanpa elektrolit
(natrium) atau berkurangnya air jauh melebihi berkurangnya natrium dari
cairan ekstrasel. Akibatnya terjadi peningkatan natrium dalam ekstrasel
sehingga cairan intrasel akan masuk ke ekstrasel (volume cairan intrasel
berkurang). Dengan kata lain, dehidrasi melibatkan pengurangan cairan intra
dan ekstrasel dan 60% berasal dari intrasel.
Pada keadaan dehidrasi, akan terjadi hipernatremia karena cairan yang keluar
atau hilang adalah cairan yang hipotonik. Dehidrasi dapat terjadi pada keadaan
keluarnya air melalui keringat, penguapan dari kulit, saluran intestinal, diabetes
insipidus (sentral dan nefrogenik), diuresis osmotik, yang kesemuanya disertai
oleh rasa haus dengan gangguan akses cairan. Atau dapat terjadi bila asupan
cairan natrium hipertonik yang berlebihan.
Tingkatan dehidrasi berdasarkan derajatnya:
a. Dehidrasi Berat
Pengeluaran/kehilangan cairan 4-6 L.
Serum natrium 159-166 mhq/h.
Hipotensi.
Turgor kulit buruk.
Oliguria.
Nadi dan pernapasan meningkat.
Kehilangan cairan mencapai > 10% BB
b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 2-4 1 atau antara 5-10% BB
Serum natrium 152-158 ml;q/h.
Mata cekung.
c. Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 1-2% berat tubuh
Sangat haus
Mengantuk atau merasa sangat lelah. Bila terjadi pada anak-
anak, mereka menjadi tidak seaktif biasanya
Mulut kering
Menurunnya frekuensi berkemih (8 jam atau lebih tanpa
kencing)
Lemah otot
Sakit kepala
Pusing atau tubuh terasa ringan (lightheadedness)
3) Hipervolemia
Hipervolemia adalah suatu keadaan di mana terjadinya peningkatan volume
cairan ekstrasel khusunya intravaskular (volume overload) melebihi
kemampuan tubuh mengeluarkan air melalui ginjal, saluran intestinal, kulit.
Keadaan ini dipermudah dengan adanya gangguan pada otot jantung atau pada
gangguan kronik ginjal.
4) Edema
Edema adalah suatu pembengkakan yang dapat diraba akibat penambahan
cairan intersisium. Ada dua faktor penentu terhadap terjadinya edema, yaitu:
Perubahan hemodinamik dalam kapiler yang memungkinkan keluarnya
cairan intravaskuler ke dalam jaringan intersisium
Retensi natrium di ginjal
C. Konsep Perdarahan dan Syok Hemoragik
Syok hemoragik adalah suatu kondisi dimana perfusi jaringan menurun dan
menyebabkan inadekuatnya hantaran oksigen dan nutrisi yang diperlukan sel.
Keadaan apapun yang menyebabkan kurangnya oksigenasi sel, maka sel dan
organ akan berada dalam keadaan syok.
Patofisiologi:
Telah diketahui dengan baik respon tubuh saat kehilangan volum sirkulasi.
Tubuh secara logis akan segera memindahkan volum sirkulasinya dari organ
non vital dan dengan demikian fungsi organ vital terjaga karena cukup
menerima aliran darah. Saat terjadi perdarahan akut, Cardiac output dan
denyut nadi akan turun akibat rangsang ‘baroreseptor’ di aortik arch dan
atrium. Volum sirkulasi turun dan syaraf simpatik ke jantung dan ke organ lain
akan teraktivasi. Akibatnya denyut jantung meningkat, terjadi vasokontrisksi
dan redistribusi darah dari nonvital organ, seperti: di kulit, saluran cerna, dan
ginjal. Secara bersamaan sistem hormonal juga teraktivasi akibat perdarahan
akut ini. Dimana akan terjadi pelepasan hormon kortikotropin. Yang akan
merangsang pelepasan glukokortikoiid dan beta-endorphin. Kelenjar pituitari
posterior akan melepas vasopresin, yang akan meretensi air di tubulus distalis
ginjal. Kompleks-Jukstamedulari akan melepas renin, menurunkan ‘mean
arterial pressure’, meningkatkan pelepasan aldosteron dimana air dan natium
akan diresorbsi kembali. Hiperglisemia sering terjadi saat perdarahan akut,
karena proses glukoneogenesis dan glikogenolisis yang meningkat akibat
pelepasan aldosteron dan growth hormon. Katekolamin dilepas kesirkulasi
yang akan menghambat aktifitas dan produksi insulin sehingga gula darah
meningkat. Secara keseluruhan bagian tubuh yang lain juga akan melakukan
perubahan spesifik mengikuti kondisi tersebut. Terjadi proses autoregulasi
yang luar biasa di otak dimana aliran darah akan dipertahankan secara konstan
melalui systemic mean-aliran darah arterial arterial dipertahankan dalam range
yang cukup luas. Ginjal juga mentoleransi penurunan aliran darah sampai 90%
dalam waktu yang cepat dan aliran darah pada intestinal akan turun karena
mekanisme vasokonstriksi dari splansnik. Pada kondisi tubuh seperti ini
pemberian resusitasi awal dan tepat waktu bisa mencegah kerusakan organ
tubuh tertentu akibat kompensasinya dalam pertahanan tubuh.
Gejala klinis
Pemeriksaan klinis pasien syok hemoragik dapat segera langsung berhubungan
dengan penyebabnya. Asal sumber perdarahan dan perkiraan berat ringannya
darah yang hilang bisa terlihat langsung. Bisa dibedakan perdarahan pada
pasien penyakit dalam dan pasien trauma. Dimana kedua tipe perdarahan ini
biasanya ditegakkan dan ditangani secara bersamaan.
Syok umumnya memberi gejala klinis kearah turunnya tanda vital tubuh,
seperti: hipotensi, takikardia, penurunan urin output dan penurunan
kesadaran. Kumpulan gejala tersebut bukanlah gejala primer tapi hanya
gejala sekunder dari gagalnya sirkulasi tubuh. Kumpulan gejala tkarena
mekanisme kompensasi tubuh, berkorelasi dengan usia dan penggunaan
obat tertentu, kadang dijumpai pasien syok yang tekanan darah dan
nadinya dalam batas normal. Oleh karena itu pemeriksaan fisik
menyeluruh pada pasien dengan dilepas pakaiannya harus tetap dilakukan.
Gejala umum yang timbul saat syok bisa sangat dramatis. Kulit kering,
pucat dan dengan diaphoresis. Pasien bingung, agitasi dan tidak sadar.
Pada fase awal nadi cepat dan dalam dibandingkan denyutnya. Tekanan
darah sistolik bisa saja masih dalam batas normal karena kompensasi.
Conjunctiva pucat, seperti anemia kronik. Inspeksi Hidung, pharyinx dari
kemungkinan adanya darah
Auskultasi dan perkusi dada untuk mengevaluasi gejala hemothorax.
Dimana suara nafas akan turun, suara perkusi tumpul diarea dekat
perdarahan.
Periksa abdomen dari tanda perdarahan intra-abdominal, misal : distensi,
nyeri palpitasi, dan perkusi tumpul. Periksa panggul apakah ada ekimosis
yang mengarah ke perdarahan retroperitoneal. Kejadian yang sering dalam
klinis adalah pecahnya aneurysma aorta yang bisa menyebabkan syok tak
terdeteksi. Tanda klinis yang bisa mengarahkan kita adalah terabanya masa
abdomen yang berdenyut, pembesaran scrotum karena terperangkapnya
darah retroperitoneal, kelumpuhan ekstremitas bawah dan lemahnya
denyut femoralis.
Lakukan pemeriksaan rectum. Bila ada darah segar curiga hemoroid
internal atau external. Pada kondisi sangat jarang curigai perdarahan yang
signifikan terutama pada pasien dengan hipertensi portal.
Pasien dengan riwayat perdarahan vagina lakukan pemeriksaan pelvis
lengkap. Dan lakukan tes kehamilan untuk menyingkirkan kemungkinan
kehamilan ektopik.
Lakukan pemeriksaan sistematik pada pasien trauma termasuk
pemeriksaan penunjang primer dan sekunder. Luka multipel bisa terjadi
dan harus mendapat perhatian khusus, hati-hati perdarahan bisa menjadi
pencetus syok lainnya, seperti syok neurogenik.
Lakukan inspeksi awal dengan cepat untuk identifikasi hal yang
mengancam jiwa pasien.
Nilai jalan nafas, dengan menanyakan nama pasien. Bila artikulasi baik,
pasti jalan nafas bersih.
Periksa oral pharynx dari adanya darah dan benda asing lainnya.
Periksa daerah leher, adakah hematom atau deviasi trachea.
Auskultasi dan perkusi dada dari tanda pneumothorax atau hemothorax.
Palapasi kekuatan dan frekuensi pulsa radialis and femoralis.
Periksa dengan cepat adanya perdarahan eksternal.
Periksa tanda neurologi dengan menyuruh pasien mengangkat kedua
tangan bergantian, refleks dorsal kaki dengan penekanan. (ATLS) sangat
menganjurkan pemeriksaan nerologi sederhana ini, karena bisa menilai
tingkat kesadaran pasien apakah pasien sadar penuh, respon terhadap
perintah, respon terhadap nyeri, atau tidak ada respon sama sekali. (misal
AVPU).
Jaga suhu pasien dengan baik, dengan selimut atau alat penghangat luar
lainnya.
Periksa pasien lebih lanjut dengan teliti dari ujung kepala sampai ujung
kaki, yang bisa mengarahkan kita terhadap kemungkinan adanya luka.
Periksa adakah perdarahan dikulit kepala. Dan bila dijumpai perdarahan
aktif harus segera diatasi bahkan sebelum pemeriksaan lainnya.
Periksa juga apakah ada darah di mulut dan pharynx.
Inspeksi dan Palpasi abdomen. Adanya distensi, nyeri saat palpasi dan
ekimosis mengindikasikan adanya perdarahan intra-abdominal.
Palpasil kestabilan tulang pelvis, bila ada krepitus atau instability
indikasikan terjadinya fraktus pelvis dan ini bisa mengancam jiwa karena
perdarahan ke retroperitoneum.
Fraktur pada tulang panjang ditandai nyeri dan krepitus saat palpasi
didekat fraktur. Semua fraktur tulang panjang harus segera direposisi dan
digips untuk mencegah perdarahan di sisi fraktur. Terutama fraktur Femur
karena bisa hilang darah dalam jumlah banyak, sehingga harus segera
diimobilisasi dan ditraksi.
Tes diagnostic lebih jauh perlu dilakukan untuk menyingkirkan perdarahan
yang mungkin terjadi di intratorakal, intra-abdominal,atau retroperitoneal.
D. Tindakan untuk Mengatasi Masalah/Gangguan Kebutuhan Cairan dan
Elektrolit
1) Pemberian Cairan Melalui Infus
Pemberian cairan melalui ifus merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien dengan c:ara memasukan cairan melalui intra vena
dengan bantuan perangkat infus, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
cairan dan celektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makan
Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau dextrosa, tidak
mengandung molekul besar. Kristaloid dalam waktu singkat sebagian besar
akan keluar dari intravaskular, sehingga volume yang diberikan harus lebih
banyak (2,5-4 kali) dari volume darah yang hilang. Kristaloid mempunyai
waktu paruh intravaskuler 20-30 menit. Ekspansi cairan dari ruang
intravaskuler ke interstital berlangsung selama 30-60 menit sesudah infus dan
akan keluar dalam 24-48 jam sebagai urine. Secara umum kristaloid digunakan
untuk meningkatkan volume ekstrasel dengan atau
tanpa peningkatan volume intrasel.
2) Tranfusi Darah
Transfusi darah adalah tindakan memasukkan darah atau komponennya ke
dalam sistim pembuluh darah seseorang. Komponen darah yang biasa
ditransfusikan ke dalam tubuh seseorang adalah sel darah merah, trombosit,
plasma, sel darah putih. Transfusi darah adalah suatu pengobatan yang
bertujuan menggantikan atau menambah komponen darah yang hilang atau
terdapat dalam jumlah yang tidak mencukupi. Tentu saja transfusi darah hanya
merupakan pengobatan simptomatik karena darah atau komponen darah yang
ditransffusikan hanya dapat mengisi kebutuhan tubuh tersebut untuk jangka
waktu tertentu tergantung pada umur fisiologi komponen yang ditransfusikan;
walaupun umur eritrosit adalah 120 hari namun bila ditransfusikan pada orang
lain maka kemampuan transfusi tadi mempertahankan kadar hemoglobin dalam
tubuh resipien hanya rata-rata satu bulan
E. Jenis Cairan bagi Kebutuhan Tubuh
1) Cairan Zat Gizi (nutrien)
Pasien yang istirahat di tempat tidur memerlukan kalori 450 kalori setiap hari.
Cairan nutrien dapat diberikan melalui intravena dalam bentuk karbohidrat,
nitrogen dan vitamin untuk metiabolisme. Kalori yang terdapat dalam cairan
nutrien dapat berkisar antara 200-1500 kalori per liter. Cairan nutrien terdiri
atas:
1. Karbohidrat dan air, contoh: dekstrosa (glukosa), lcvulosa (fruktosa), invert
sugar dektrosa dan '1-2 levulosa).
2. Asam amino, contoh: amigen, aminosol, dan travamin.
3. Lemak, contoh: lipomul dan liposyn.
2) Blood Volume Expanders
Blood volume expanders merupakan jenis cairan yang berfungsi meningkatkan
volume, pembuluh darah sesudah kehilangan darah aiau plasma. Hal ini terjadi
pada saat pasien mengalami perdarahan berat, maka pemberian plasma akan
mempertahankan jumlah volume darah. Pada pasien dengan luka bakar yang
berat, sebagian besar cairan akan hilang dari pembuluh darah di daerah luka.
Plasma sangat perlu diberikan untuk menggantikan cairan ini. Jenis blood
volume expanders antara lain: humart serum albumin dan dextran dengan
konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotik,
sehingga secara langsung dapat menin-katkan jumlah volume darah.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Kasus Pemicu
Tn N umur 30 tahun adalah seorang laki-laki yang aktif. Tn N adalah seorang atlit. Selama
satu minggu tn N dianjurkan untuk bedrest karena cedera panggul. Tn N merasa badannya
pegal dan terasa lemas.
I. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 18 November 2010
Waktu pengkajian : 10.00 WIB
A. Identitas
Nama : Tn N
Umur : 30 tahun
Suku/bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Atlet
Alamat : Ngesrep - Semarang
B. Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien datang ke rumah sakit pada tanggal 11 November 2010 karena
mengalami cedera panggul.
C. Keluhan Utama
Klien mengatakan lemas
D. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengalami cedera panggul dan harus bedrest sejak seminggu yang lalu.
Klien mengatakan badannya terasa pegal, tidak nafsu makan, dan terasa lemas.
E. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Klien mengatakan tidak nafsu makan sejak seminggu yang lalu. Klien
mendapat diet tiga kali sehari dari rumah sakit, tapi porsi makan tidak pernah
dihabiskan. Klien mengatakan badannya lemas.
F. Pemeriksaan Fisik
Mukosa bibir kering
Turgor kulit baik (kembali kurang dari 2 detik)
II. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah Diagnosa
1. DS:
Klien
mengatakan
badannya terasa
lemas
DO:
Klien bed rest
Porsi diet klien
tidak pernah
dihabiskan
Anoreksia Resiko gangguan
pemenuhan
kebutuhan nutrisi
(kurang dari
kebutuhan tubuh)
Resiko gangguan
pemenuhan
kebutuhan nutrisi
(kurang dari
kebutuhan tubuh)
b/d anoreksia
III.Intervensi
No. Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Resiko gangguan
pemenuhan
kebutuhan nutrisi
(kurang dari
kebutuhan tubuh)
b/d anoreksia
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1x24 jam, kebutuhan
nutrisi klien
terpenuhi dengan
Kaji kebutuhan nutrisi klien
Beri makanan sedikit tapi
sering
Kolaborasi dengan ahli gizi
dalam pemberian diet yang
sesuai dengan kebutuhan
kriteria hasil:
Porsi makan
dihabiskan
Klien nafsu
makan
tidak terjadi
penurunan berat
badan
kalori klien
Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian infus
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebutuhan kalori pada manusia berbeda-beda, salah satunya karena perbedaan
umur dan aktifitas.
Para atlet butuh untuk mengkonsumsi energy yang cukup pada waktu-waktu
intensitas tinggi dan/atau masa latihan yang lama untuk menjaga berat badan
dan kesehatan dan memaksimumkan efek efek dari latihan.
B. Saran
Para atlet sebaiknya mengkonsumsi energy yang cukup pada waktu-waktu
intensitas tinggi dan/atau masa latihan yang lama untuk menjaga berat badan
dan kesehatan dan memaksimumkan efek efek dari latihan
INTERPRETASI PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Pembimbing: Fitria Handayani, M.Kep.,Sp.KMB
Disusun Oleh:
Adrianus Yosep Pa
Maria Nanssi
Veronika Toru
Ike Helena F.
Siti Syamsiyyah N. Utomo
Shinta Hendrawati
Bahrul Ulumuddin A.
P R O G R A M S T U D I I L M U K E P E R A W A T A N
F A K U L T A S K E D O K T E R A N
U N I V E R S I T A S D I P O N E G O R O
S E M A R A N G
2 0 1 0
Kasus:
Tn M umur 58 tahun, 3 hari SMRS dilakukan hemodialisa yang kedua, 1 hari sebelum
dibawa ke RS, klien merasa sesak dan makin bertambah. Pengkajian jalan nafas didapat
sekret, perdarahan melalui mulut, terdapat snooring dan gurgling. RR:33x/menit, irama cepat
dan dalam, terdapat tarikan otot interkostaTD 200/93mmHg GCS E1M1V1erdapat edema di
ekstremitas bawah.
Jawab :
Interpretasi hasil
Pemeriksaan
Hasil Lab Tn. M Nilai Normal Keterangan
HB 9.0 gr P: 12 – 16 gr
L: 13,5 – 18 gr
Hb menurun : anemia
GDS 823 mg/dl 80 - 140 mg/dl GDS meningkat : DM
Ureum 188 mg/dl P: 5 -18 mg/dl
L: 6 – 20 mg/dl
Ureum meningkat : Gagal Ginjal
Natrium 138 meq/L 135 – 145 meq/L Natrium normal
Kalium 1.65meql/L 3,5 – 5 meql/L Kalium menurun
Creatinin 11.7 mg/dl P: 0,5 – 1,1 mg/dl
L: 0,6 – 1,3 mg/dl
Creatinin meningkat : Gagal Ginjal
Hb 9.0 gr
GDS 823 mg/dl
Ureum 188 mg/dl
Natrium 138 meq/L
Kalium 1.65 meql/L
Creatinin 11.7 mg/dl
Jenis – Jenis Pemeriksaan Darah Rutin, Kimia Darah beserta Nilai Normalnya
Hemoglobin (Hb)
Nilai normal dewasa pria 13.5-18.0 gram/dL, wanita 12-16 gram/dL, wanita hamil 10-15
gram/dL
Nilai normal anak 11-16 gram/dL, batita 9-15 gram/dL, bayi 10-17 gram/dL, neonatus 14-27
gram/dL
Hb rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi. Sebab
lainnya dari rendahnya Hb antara lain pendarahan berat, hemolisis, leukemia
leukemik, lupus eritematosus sistemik, dan diet vegetarian ketat (vegan). Dari obat-
obatan: obat antikanker, asam asetilsalisilat, rifampisin, primakuin, dan sulfonamid.
Ambang bahaya adalah Hb < 5 gram/dL.
Hb tinggi (>18 gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, COPD
(bronkitis kronik dengan cor pulmonale), dehidrasi / diare, eritrositosis, polisitemia
vera, dan pada penduduk pegunungan tinggi yang normal. Dari obat-obatan:
metildopa dan gentamisin.
Hematokrit
Nilai normal dewasa pria 40-54%, wanita 37-47%, wanita hamil 30-46%
Nilai normal anak 31-45%, batita 35-44%, bayi 29-54%, neonatus 40-68%
Hematokrit merupakan persentase konsentrasi eritrosit dalam plasma darah. Secara kasar,
hematokrit biasanya sama dengan tiga kali hemoglobin.
Ht tinggi (> 55 %) dapat ditemukan pada berbagai kasus yang menyebabkan
kenaikan Hb; antara lain penyakit Addison, luka bakar, dehidrasi / diare, diabetes
melitus, dan polisitemia. Ambang bahaya adalah Ht >60%.
Ht rendah (< 30 %) dapat ditemukan pada anemia, sirosis hati, gagal jantung,
perlemakan hati, hemolisis, pneumonia, dan overhidrasi. Ambang bahaya adalah Ht
<15%.
Leukosit (Hitung total)
Nilai normal 4000-10000 sel/mm3
Neonatus 9000-30000 sel/mm3, Bayi sampai balita rata-rata 5700-18000 sel/mm3, Anak 10
tahun 4500-13500/mm3, ibu hamil rata-rata 6000-17000 sel/mm3, postpartum 9700-25700
sel/mm3
Segala macam infeksi menyebabkan leukosit naik; baik infeksi bakteri, virus, parasit, dan
sebagainya. Kondisi lain yang dapat menyebabkan leukositosis yaitu:
Anemia hemolitik
Sirosis hati dengan nekrosis
Stres emosional dan fisik (termasuk trauma dan habis berolahraga)
Keracunan berbagai macam zat
Obat: allopurinol, atropin sulfat, barbiturat, eritromisin, streptomisin, dan sulfonamid.
Leukosit rendah (disebut juga leukopenia) dapat disebabkan oleh agranulositosis, anemia
aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi virus (misalnya dengue), keracunan
kimiawi, dan postkemoterapi. Penyebab dari segi obat antara lain antiepilepsi, sulfonamid,
kina, kloramfenikol, diuretik, arsenik (terapi leishmaniasis), dan beberapa antibiotik lainnya.
Leukosit (hitung jenis)
Nilai normal hitung jenis
Basofil 0-1% (absolut 20-100 sel/mm3)
Eosinofil 1-3% (absolut 50-300 sel/mm3)
Netrofil batang 3-5% (absolut 150-500 sel/mm3)
Netrofil segmen 50-70% (absolut 2500-7000 sel/mm3)
Limfosit 25-35% (absolut 1750-3500 sel/mm3)
Monosit 4-6% (absolut 200-600 sel/mm3)
Penilaian hitung jenis tunggal jarang memberi nilai diagnostik, kecuali untuk penyakit alergi
di mana eosinofil sering ditemukan meningkat.
Peningkatan jumlah netrofil (baik batang maupun segmen) relatif dibanding limfosit
dan monosit dikenal juga dengan sebutan shift to the left. Infeksi yang disertai shift to
the left biasanya merupakan infeksi bakteri dan malaria. Kondisi noninfeksi yang
dapat menyebabkan shift to the left antara lain asma dan penyakit-penyakit alergi
lainnya, luka bakar, anemia perniciosa, keracunan merkuri (raksa), dan polisitemia
vera.
Sedangkan peningkatan jumlah limfosit dan monosit relatif dibanding netrofil disebut
shift to the right. Infeksi yang disertai shift to the right biasanya merupakan infeksi
virus. Kondisi noninfeksi yang dapat menyebabkan shift to the right antara lain
keracunan timbal, fenitoin, dan aspirin.
Trombosit
Nilai normal dewasa 150.000-400.000 sel/mm3, anak 150.000-450.000 sel/mm3.
Penurunan trombosit (trombositopenia) dapat ditemukan pada demam berdarah
dengue, anemia, luka bakar, malaria, dan sepsis. Nilai ambang bahaya pada <30.000
sel/mm3.
Peningkatan trombosit (trombositosis) dapat ditemukan pada penyakit keganasan,
sirosis, polisitemia, ibu hamil, habis berolahraga, penyakit imunologis, pemakaian
kontrasepsi oral, dan penyakit jantung. Biasanya trombositosis tidak berbahaya,
kecuali jika >1.000.000 sel/mm3.
Laju endap darah
Nilai normal dewasa pria <15 mm/jam pertama, wanita <20 mm/jam pertama
Nilai normal lansia pria <20 mm/jam pertama, wanita <30-40 mm/jam pertama
Nilai normal wanita hamil 18-70 mm/jam pertama
Nilai normal anak <10 mm/jam pertama
LED yang meningkat menandakan adanya infeksi atau inflamasi, penyakit
imunologis, gangguan nyeri, anemia hemolitik, dan penyakit keganasan.
LED yang sangat rendah menandakan gagal jantung dan poikilositosis.
Hitung eritrosit
Nilai normal dewasa wanita 4.0-5.5 juta sel/mm3, pria 4.5-6.2 juta sel/mm3.
Nilai normal bayi 3.8-6.1 juta sel/mm3, anak 3.6-4.8 juta sel/mm3.
Peningkatan jumlah eritrosit ditemukan pada dehidrasi berat, diare, luka bakar,
perdarahan berat, setelah beraktivitas berat, polisitemia, anemia sickle cell.
Penurunan jumlah eritrosit ditemukan pada berbagai jenis anemia, kehamilan,
penurunan fungsi sumsum tulang, malaria, mieloma multipel, lupus, konsumsi obat
(kloramfenikol, parasetamol, metildopa, tetrasiklin, INH, asam mefenamat)
Sumber:
Chernecky CC & Berger BJ. Laboratory Tests and Diagnostic Procedures 5th edition.
Saunders-Elsevier, 2008.
DARAH RUTIN
Ukuran Satuan Nilai Rujukan
Eritrosit (sel darah merah) juta/μl 4,0 – 5,0 (P)
4,5 – 5,5 (L)
Hemoglobin (Hb) g/dL 12,0 – 14,0 (P)
13,0 – 16,0 (L)
Hematokrit % 40 - 50 (P)
45 - 55 (L)
Hitung Jenis
Basofil
Eosinofil
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
%
%%%%%
0,0 – 1,0
1,0 -3,0
2,0 – 6,0
50,0 – 70,0
20,0 – 40,0
2,0 – 8,0
LED Mm/jam < 15 (P)
<10 (L)
Leukosit (sel darah putih) 103/μ 4,0 – 10,0
MCH/HER pg 27 – 31
MCHC/KHER g/dL 32 – 36
MCV/VER fl 80 – 96
Trombosit 103/μ 150 - 400
KIMIA DARAH
Ukuran Satuan Nilai Rujukan
ALT (SGPT) U/L < 23 (P)
< 30 (L)
AST (SGOT) U/L <21 (P)
< 25 (L)
Alkalin fosfatase U/L 15 – 69
GGT (Gamma Globulin Tes) U/L 5 – 38
Bilirubin total Mg/dL 0,25 – 1,0
Bilirubin Direct Mg/dL 0,0 – 0,25
Protein Total g/L 61 – 82
Albumin g/L 37 - 52
Kreatinin U/L 60 – 150 (P)
70 – 160 (L)
Urea Mg/dL 8 - 25
Natrium Mmol/L 135 - 145
Klorid Mmol/L 94 - 111
Kalium Mmol/L 3,5 – 5,0
Kolesterol Total Mg/dL 150 – 200
HDL Mg/dL 45 – 65 (P)
35 – 55 (L)
Trigliserid Mg/dL 120 – 190
Glukosa Puasa Mg/dL 70 – 100
Glukosa Sewaktu
Mg/dL
80 – 140
Amilase U/L 30 – 130
Asam Urat Mg/dL 3,4 – 7,0 (P)
2,4 – 7,0 (L)
SGOT dan SGPT
AST (aspartate transaminase), yang di Indonesia lebih sering disebut sebagai SGOT (serum
glutamic-oxaloacetic transaminase), dan ALT (alanine transaminase) yang biasanya di
Indonesia disebut sebagai SGPT (serum glutamic-pyruvic transaminase). SGOT dan SGPT
akan menunjukkan jika terjadi kerusakan atau radang pada jaringan hati. SGPT lebih spesifik
terhadap kerusakan hati dibanding SGOT. Adalah hal yang biasa bila terjadi sedikit
peningkatan (hingga dua kali angka normal) kadar SGOT dan SGPT. Namun, kadar SGOT
dan SGPT lebih dari dua kali angka normal, umumnya dianggap bermakna dan
membutuhkan pemeriksaan lebih jauh.
Akaline Phospatase
Adalah tes lain yang mungkin dilakukan jika ada perhatian mengenai hati, dan dapat
menunjukkan sumbatan dalam sistem saluran pembuangan dari empedu.
GGT ( gamma glutamyl transferase )
Adalah enzim yang kadarnya diukur untuk skrining penyakit hati dan untuk memantau sirosis
(pengerasan atau parut/sikatrik pada hati, terutama akibat kecanduan alkohol). Ini juga
bermanfaat untuk mendiagnosis sumbatan pada saluran yang mengalirkan cairan empedu dari
hati ke usus.
Bilirubin Total dan Indirect
Bilirubin juga dipakai untuk menilai hati. Bilirubin bukanlah enzim. Senyawa ini adalah hasil
penguraian sel darah merah oleh hati. Kadar bilirubin dapat meningkat jika hati tidak
berfungsi atau ada kelebihan sel darah merah yang dihancurkan. Kadarnya juga dapat
meningkat jika ada sumbatan pada saluran yang mengalirkan cairan empedu dari hati. Tes air
seni terhadap urobilinogen, hasil sampingan dari metabolisme bilirubin dalam saluran
pencernaan, dapat bermanfaat untuk menentukan apakah gejala yang dirasakan berhubungan
dengan penghancuran sel darah merah, penyakit hati atau saluran yang tersumbat.
Ureum dan Kreatinin
untuk mengetahui adanya Gagal ginjal akut (GGA) yaitu suatu sindrom klinis yang ditandai
dengan penurunan mendadak (dalam beberapa jam sampai beberapa hari) kecepatan
penyaringan ginjal, disertai dengan penumpukan sisa metabolisme ginjal. Apabila ginjal
bekerja dengan baik, ureum tersebut akan dibuang bersama urin, namun apabila ginjal tidak
dapat berfungsi dengan baik ureum akan tinggal di dalam darah.Untuk itu BUN tes dilakukan
untuk mengukur kadar ureum dalam darah dan mengetahui performa ginjal dalam
melaksanakan tugasnya membersihkan darah. Bagi penderita gagal ginjal terminal yang
sedang dalam treatment dialysis, BUN tes berguna untuk mengetahui tingkat keberhasilan
dari treatment dialysisi yang dilakukan. Seseorang dikatakan NORMALapabila angka BUN
nya berada pada angka 8 s/d 25 mg/dl.
Gula Darah
Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan keseimbangan
di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi
glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas
melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-sel ini
mengubah glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa dilepaskan
ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan level gula darah.
Natrium
Natrium adalah salah satu mineral yang banyak terdapat pada cairan elektrolit ekstraseluler
(di luar sel), mempunyai efek menahan air, berfungsi untuk mempertahankan cairan dalam
tubuh, mengaktifkan enzim, sebagai konduksi impuls saraf.
Nilai normal dalam serum :
Dewasa 135-145 mEq/L
Anak 135-145 mEq/L
Bayi 134-150 mEq/L
Nilai normal dalam urin :
40 - 220 mEq/L/24 jam
Penurunan Na terjadi pada diare, muntah, cedera jaringan, bilas lambung, diet rendah garam,
gagal ginjal, luka bakar, penggunaan obat diuretik (obat untuk darah tinggi yang fungsinya
mengeluarkan air dalam tubuh).
Peningkatan Na terjadi pada pasien diare, gangguan jantung kronis, dehidrasi, asupan Na dari
makanan tinggi,gagal hepatik (kegagalan fungsi hati), dan penggunaan obat antibiotika, obat
batuk, obat golongan laksansia (obat pencahar).
Sumber garam Na yaitu: garam dapur, produk awetan (cornedbeef, ikan kaleng, terasi, dan
Iain-Iain.), keju,/.buah ceri, saus tomat, acar, dan Iain-Iain.
Kalium (K)
Kalium merupakan elektrolit tubuh yang terdapat pada cairan vaskuler (pembuluh darah),
90% dikeluankan melalui urin, rata-rata 40 mEq/L atau 25 -120 mEq/24 jam walaupun
masukan kalium rendah.
Nilai normal :
Dewasa 3,5 - 5,0 mEq/L
Anak 3,6 - 5,8 mEq/L
Bayi 3,6 - 5,8 mEq/L
Peningkatan kalium (hiperkalemia) terjadi jika terdapat gangguan ginjal, penggunaan obat
terutama golongan sefalosporin, histamine, epinefrin, dan Iain-Iain.
Penurunan kalium (hipokalemia) terjadi jika masukan kalium dari makanan rendah,
pengeluaran lewat urin meningkat, diare, muntah, dehidrasi, luka pembedahan.
Makanan yang mengandung kalium yaitu buah-buahan, sari buah, kacang-kacangan, dan
Iain-Iain.
Sumber :
http://ygdi.org/_patientinfo.php?view=_info_detail&id=12
http://www.farmasiku.com/index.php?target=pages&page_id=Makna_Hasil_Laboratorium