KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... ·...

90
KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MANAJEMEN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (STUDI DI SMPN 01 LASEM) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan/Prodi: Kependidikan Islam Disusun Oleh: LAELATUN NIKMAH NIM 063311001 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010

Transcript of KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... ·...

KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH

DALAM MENINGKATKAN MANAJEMEN

MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(STUDI DI SMPN 01 LASEM)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1)

Dalam Ilmu Tarbiyah

Jurusan/Prodi: Kependidikan Islam

Disusun Oleh:

LAELATUN NIKMAH

NIM 063311001

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2010

ii

iii

iv

DEKLARASI

Penulis menyatakan dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab,

bahwa skripsi ini tidak berisi karya yang telah ditulis orang lain dan

diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak satupun pikiran-pikiran orang

lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan

sebagai bahan rujukan

Semarang, April 2010

Deklarator,

Laelatun Nikmah

NIM. 063311001

v

ABSTRAK

Laelatun Nikmah (NIM: 063311001). “KEBIJAKAN KEPALA

SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MANAJEMEN MUTU

PEMBELAJARAN PAI DI SMPN 01 LASEM”, 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Pelaksanaan manajemen

mutu pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem, (2) Kebijakan kepala sekolah dalam

meningkatkan manajemen mutu pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem.

Jenis penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif, dengan metode

pengumpulan data meliputi wawancara/interview, metode dokumentasi, dan

metode observasi/pengamatan. Sedangkan teknik analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu mendeskripsikan kebijakan yang

dilakukan kepala sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran,

kemudian menganalisisnya dengan bukti kebenaran data yang ada. Dalam hal ini

analisis penulis memfokuskan pada perencanaan , pengorganisasian, pelaksanaan,

evaluasi, motivasi, fasilitas, serta pemberdayaan pembelajaran di SMPN 01

Lasem serta peran kepala sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran

khususnya PAI.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan yang dilakukan kepala

sekolah terkait dengan mutu pembelajaran di SMPN 01 Lasem sudah

dilaksanakan secara optimal, hal ini dapat dilihat pada: 1) pelaksanaan manajemen

mutu pembelajaran di SMPN 01 Lasem, dalam melaksanakan manajemen

pembelajaran ada beberapa langkah yang dilakukan, di antaranya adalah sebagai

berikut: (a) perencanaan, (b) pengorganisasian, (c) pelaksanaan, (d) evaluasi, (e)

motivasi, (f) fasilitas, (g) dan pemberdayaan. Disini penulis tidak menemukan

permasalahan yang begitu signifikan, karena Out Put yang dihasilkan

menunjukkan adanya peningkatan yang baik, sehingga SMPN 01 Lasem

dikategorikan sebagai RSBI. 2) Kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan

mutu pembelajaran, dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut: (a)

peningkatan kualitas pendidik yaitu dengan mengikutsertakan para guru untuk

mengikuti pelatihan maupun kursus, melaksanakan kegiatan sosialisasi KTSP,

serta melaksanakan MGMP, (b) penetapan Hidden Curriculum, dilakukan dengan

pengadaan jam tambahan untuk membaca Al-Qur’an, memaksimalkan mushola

sebagai tempat kegiatan keagamaan, serta berpartisipasi dalam PHBI, (c)

pelaksanaan pembelajaran di mana siswa dijadikan sebagai sentral pembelajaran

Student centered learning, guru memberi peluang kepada siswa untuk

mengembangkan diri sesuai dengan kreatifitas yang dimiliki, (d) pengembangan

sarana dan prasarana sebagai penunjang kegiatan pelaksanaan pembelajaran.

Walaupun pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan optimal tapi masih

memerlukan dukungan dari beberapa pihak agar tujuan yang diinginkan dapat

tercapai dan dapat berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya.

Berdasarkan penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi

khususnya pada pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dalam rangka

meningkatkan kualitas pendidikan. dan masukan bagi mahasiswa, tenaga

pengajar, para peneliti, dan kepada semua pihak yang membutuhkan di

lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo semarang.

vi

MOTTO

�χ Î) ©!$# Ÿω ç�Éi�tóム$tΒ BΘöθs) Î/ 4 ®Lym (#ρç�Éi� tóム$ tΒ öΝ Íκ Ŧà�Ρ r'Î/

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga

mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”

(QS. Ar-Ra’du:11)1

1 Depertemen Agama Republic Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya Juz 1-30,

(Semarang: CV. Toha Putra, 1989), hlm. 370.

vii

PERSEMBAHAN

Dengan penuh keihlasan dan rasa syukur, skripsi ini saya persembahkan

kepada:

1. Ayah dan ibuku tercinta (Bapak. Kasrum dan Ibu Sholikati) yang senantiasa

mendo’akanku sepanjang waktu

2. Kakakku dan adikku terkasih dan tersayang (Muktiono dan Muanisah) yang

selalu memotifasi dalam belajar

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Illahi Rabbi, tuhan semesta alam yang telah

memberikan segala nikmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya kepada penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Sholawat dan salam semoga

senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, yang telah menunjukkan

kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang dengan nikmat islam.

Kemudian perkenankanlah dengan selesainya skripsi yang berjudul

Kebijakan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Manajemen Mutu Pembelajaran

PAI Studi di SMPN 01 Lasem, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu atas

terselesaikannya skripsi ini, terutama kepada:

1. Prof. DR. Ibnu Hajar, M.Pd, selaku dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang

2. Drs. H. Fatah Syukur, M.Ag, selaku pembimbing dan Ismail SM, M.Ag,

selaku pembimbing yang telah banyak memberikan semangat dan ide-ide,

maupun pikiran konstruktif selama penulis berkonsultasi

3. Bapak Ismail SM, M.Ag, selaku ketua jurusan Kependidikan Islam (KI)

Fakultas Tarbiyah dan Dr. Mustafa Rahman, M.Ag. selaku sekretaris jurusan

Kependidikan Islam (KI) Fakultas Tarbiyah yang telah memberikan saran

tentang penulisan skripsi ini.

4. Dra. H. Nur Uhbiyati, M.Pd , selaku wali studi penulis yang telah memberi

saran dalam keakademikan serta pertimbangan dalam pemilihan judul.

5. Para dosen atau staf pengajar dilingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan dalam

Kepandidikan Agama Islam

6. Ayahanda Kasrum, dan ibunda tercinta Sholikati, Kakek Sudirman, dan Nenek

Kayat, kakakku terkasih dan tercinta Muktiono, serta adekku tersayang

Muanisah yang telah memberikan dukungan moral dan material serta do’a

terhadap keberhasilan studi penulis

ix

7. Keluarga besar kost Amalia (mba f3, Nila, Nita, Atik, mba Diant, murti, Sha-

Sha, Novie, Anie, Alvi, Dani, Ifa, Nikmah, Kofa, Erna, Mier, Ayomi, Aning,

Indi, Ida, Susi, Kotul, Fatimah, Bibeh, Jannah, Lia, Tanti, Agustin, Ima, Eka,

Hilda, Alin) yang telah menghiasi hari-hari dalam suka maupun duka.

8. Keluarga Besar Racana Walisongo Semarang IAIN Walisongo Gugus depan

Kota Semarang 07.119-07.120 (Umi, Li2f, Murni, Zahro, Inayah, Syafaatun,

dst.)

9. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung untuk tidak bosan-bosan berusaha

menjadi lebih baik (Ati’, Nieswah, Umi, Li2, Nita, Sifa, mas Ali, Ulil, Anwar,

mba eka dst.)

10. Ihsan yang selalu membantuku dalam ngeprit skripsi

11. Temen-temen PPL SMP Al-Azhar yang selalu memberi motifasi selama PPL

12. Temen-temen KKN posko 04 Batursari (Ubet, Ardi, Neha, Topik (Robot),

Anwar, Neng Rohmah, Iib, Isnan (0m raksasa), Usfur, Velis,) yang telah

memberikan keceriaan selama KKN.

13. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu disini yang telah

memberikan bantuan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini

Kepada semuanya, penulis mengucapkan terima kasih disertai do’a

semoga segala kebaikannya diterima sebagai amal sholeh dan mendapatkan

balasan yang berlimpat darinya. Serta proses selama ini penulis alami semoga

bermanfaat di kemudian hari, sebagai bekal mengarungi kehidupan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai

kesempurnaan dalam arti keseluruhan. Namun demikian, penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Amin.

Semarang, juli 2010

Penulis

Laelatun Nikmah

NIM. 063311001

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN............................................................................ iv

HALAMAN ABSTRAK .................................................................................... v

HALAMAN MOTTO......................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................................... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR .................................................................. viii

HALAMAN DAFTAR ISI................................................................................. x

BAB I. KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH DALAM

MENINGKATKAN MANAJEMEN MUTU PEMBELAJARAN

DI SMPN 01 LASEM

A. Latar belakang masalah................................................... 1

B. Penegasan istilah ............................................................. 4

C. Perumusan masalah......................................................... 6

D. Tujuan dan manfaat penelitian ........................................ 6

E. Kajian pustaka................................................................. 7

F. Metode penelitian............................................................ 8

BAB II. KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH DALAM

MENINGKATKAN MANAJEMEN MUTU PEMBELAJARAN

PAI

A. Kebijakan pendidikan ..................................................... 14

1) Konsep kebijakan pendidikan .................................. 14

2) Fungsi dan tujuan kebijakan pendidikan................... 16

3) Komponen kebijakan ................................................ 20

B. Kebijakan pendidikan di Indonesia................................. 23

C. Mutu pembelajaran.......................................................... 26

1) Konsep manajemen mutu .......................................... 26

2) Mutu pembelajaran ..................................................... 28

xi

D. Kebijakan peningkatan mutu pembelajaran PAI............. 30

BAB III. DATA PENELITIAN TENTANG KEBIJAKAN KEPALA

SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MANAJEMEN MUTU

PEMBELAJARAN DI SMPN 01 LASEM

A. Kondisi umum SMPN 01 Lasem .................................... 36

1. Letak geografis.......................................................... 36

2. Sejarah berdiri ........................................................... 36

3. Visi, misi dan tujuan sekolah .................................... 37

4. Keadaan guru, siswa dan karyawan .......................... 38

5. Sarana dan prasarana................................................. 38

6. Struktur organisasi .................................................... 40

B. Data khusus SMPN 01 Lasem ........................................ 41

1. Kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan

manajemen mutu pembelajaran PAI di SMPN 01

Lasem ........................................................................ 41

2. Pelaksanaan manajemen mutu pembelajaran PAI di

SMPN 01 Lasem ....................................................... 50

BAB IV. ANALISIS KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH DALAM

MENINGKATKAN MANAJEMEN MUTU PEMBELAJARAN

DI SMPN 01 LASEM

A. Analisis terhadap kebijakan kepala sekolah dalam

meningkatkan manajemen mutu pembelajaran PAI di

SMPN 01 Lasem ............................................................. 61

B. Analisis terhadap pelaksanaan manajemen mutu

pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem ........................... 65

BAB V. PENUTUP

A. Simpulan ......................................................................... 72

B. Saran ............................................................................... 73

C. Penutup............................................................................ 74

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data Tentang Keadaan Guru SMPN 01 Lasem.

2. Data Tentang Jumlah Karyawan Tahun Pelajaran 2009/2010.

3. Data Tentang Prestasi Siswa Tahun Pelajaran 2009/2010.

4. Daftar Pedoman Observasi.

5. Surat Penujukan Pembimbing.

6. Surat Keterangan Riset Dari SMPN 01 Lasem, Diknas, Dan

Banklimnas.

7. Daftar Riwayat Pendidikan.

1

KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH

DALAM MENINGKATKAN MANAJEMEN

MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

STUDI DI SMPN 01 LASEM

A. Latar Belakang Masalah.

Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan ilmu dan

teknologi yang semakin hari semakin pesat perkembangannya sehingga

menuntut perubahan yang mendasar dalam berbagai bidang baik politik,

ekonomi, budaya dan termasuk pendidikan. Inilah tantangan mutakhir

manusia abad ini yang perlu diberi jawaban oleh pendidikan kita.1 Komitmen

bangsa Indonesia terhadap pendidikan dengan sangat jelas tercermin dalam

UUD 1945, khususnya pasal 31, yang menjelaskan bahwa” setiap warga

negara berhak mendapatkan pendidikan”. Landasan konstitusional komitmen

pendidikan inilah yang membuka peluang yang sebesar-besarnya bagi bangsa

Indonesia untuk berbuat baik bagi sistem pendidikan nasional melalui

berbagai kebijakan bidang pemerintahan dan pembangunan, termasuk

kebijakan otonomi daerah.2

Apabila di atas disebutkan bahwa titik sentral masyarakat adalah

sekolah, maka kepala sekolah berada di titik paling sentral dalam kehidupan

sekolah. Keberhasilan atau kegagalan suatu sekolah dalam menampilkan

kinerjanya secara memuaskan banyak tergantung pada kualitas kepemimpinan

kepala sekolah. Demikian juga seorang kepala sekolah mempunyai peran

pimpinan yang sangat berpengaruh di lingkungan yang menjadi tanggung

jawabnya.3

1 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta:PT. Bumi Aksara, 2003 ), hlm.41. 2 M. Sirozi, Politik Pendidikan, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005 ), hlm 201-202. 3 Ngalim Purwanto, Manajemen Pendidikan, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998 ), hlm.73.

2

Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan imam Bukhari dari abu

Hurairah, Rasullulah SAW bersabda:

��� ��� � �� ���� � �� : ���� ���� � �� � ���� �������

���� !� "#$���� �%�& "����' "������( ")� *�+��,-% ���.) 0��12% 3��(٤

Artinya:

Dari abu Hurairah r.a ia berkata: telah bersabda Rasullulah SAW: apabila

suatu urusan di serahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah

kehancurannya.(H.R. Bukhari).

Hadis tersebut menunjukkan betapa islam sangat menekankan

pentingnya manajemen dan kepemimpinan dalam setiap aktivitas, termasuk

didalamnya aktivitas pendidikan. Suatu aktivitas akan berjalan lancar dan

teratur apabila di dasarkan pada manajemen yang sehat dan didukung oleh

kepentingan yang tepat dan handal.5

Tuntutan yang paling mendesak dalam pembangunan pendidikan yang

bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat adalah peningkatan

kemampuan dalam melakukan penelitian dan analisis kebijakan. Kepala

sekolah harus mampu melahirkan gagasan inovatif yang berguna untuk

menghasilkan alternatif kebijakan dalam membangun. Sistem pendidikan yang

efisien, bermutu dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dalam berbagai

bidang kehidupan. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus dapat

mengenal dan mengerti berbagai kedudukan, keadaan dan apa yang diinginkan

baik oleh guru maupun pegawai tata usaha serta pembantu lainnya. Sehingga

dengan adanya kerjasama yang baik dapat menghasilkan pikiran yang

harmonis dalam usaha perbaikan sekolah.6 Kepala sekolah merupakan motor

penggerak penentu arah kebijakan sekolah, yang akan menentukan bagaimana

4 Imam Abi Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn Al-Mughirah bin Bardizbah

Al-Bukhari Al-Ja’fiy, Shahih Bukhari, (Beirut:Dar al-Kutb al-Ilmiyah, 1992), juz I, hlm.26. 5 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, PBM-PAI Di Sekolah, Eksistensi Dann

Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1998),

cet.I, hlm.126. 6 Marno, Islam By Manajemen And Leadership, Tinjauan Teoritis Dan Empiris

Pengembanagn Lembaga Pendidikan Islam , ( Malang: Lintas Pustaka, 2007), hlm 59.

3

tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya di realisasikan. Kepala sekolah

dituntut untuk senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja sehingga dapat

memberikan hasil yang memuaskan.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua

aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa,

mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai

pemberi pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi

suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta

antara siswa dengan siswa disaat pembelajaran berlangsung. Dengan kata lain

pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta

didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap.

Aktifitas belajar sangat terkait dengan proses perencanaan ilmu dan

menempatkan orang-orang berpengetahuan pada derajat yang tinggi, hal ini

sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-mujaadilah ayat:11

( Æìsùö�tƒ ª!$# tÏ% ©! $# (#θãΖ tΒ# u öΝ ä3ΖÏΒ tÏ% ©! $#uρ (#θè?ρé& zΟ ù= Ïèø9$# ;M≈y_ u‘ yŠ

Artinya:

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-

orang yang diberi pengetahuan beberapa derajat(QS. Al-Mujaadilah: 11)7

Dalam konteks dunia pendidikan, bagaimana cara mewujudkan

pendidikan yang bermutu, manusia( kepala sekolah, guru, tenaga

kependidikan lain, karyawan, peserta didik, orang tua atau wali siswa, dan

steakholder di pandang dari kacamata MMT (TQM) adalah pelanggan yang

harus menjadi pusat perhatian dalam memenuhi semua kebutuhan dan

keinginannya. Kepuasan peserta didik terletak pada proses yang sedang

berlangsung dan hasil pendidikan yang memuaskan dalam proses pendidikan.

Dengan demikian kualitas pendidikan bukanlah suatu yang berdiri sendiri

tetapi merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan dan terkait sebagai

suatu proses dalam sebuah sistem, bila membicarakan masalah kualitas

pendidikan maka tidak akan terlepas dari tiga unsure pendidikan yaitu,

7 Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2000),

hlm. 434.

4

masukan, proses, dan lulusan. Keberadaan lulusan lembaga pendidikan

merupakan SDM yang menjadi subjek dan objek pembangunan yang perlu

ditingkatkan kualitasnya melalui jalur pendidikan dalam fungsi, proses, dan

aktifitasnya yang bermuara pada pencapaian tujuan pendidikan nasional.8

SMPN 01 Lasem didirikan sebagai alternatif bagi masyarakat untuk

mendapatkan pendidikan yang bermutu. Keberadaan SMPN 01 Lasem

diharapkan menjadi alternatif bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan

yang baik bagi anak-anaknya dari segi akademis maupun non akademis.

Sebagai pendidikan formal SMPN 01 Lasem mempunyai potensi untuk

berkembang sebagai lembaga pendidikan yang mampu bersaing dengan

lembaga pendidikan lainnya. Dalam perkembangann mutu pendidikan SMPN

01 Lasem patut dibanggakan, karena merupakan salah satu sekolah yang

sudah menjalankan sekolah berstandar internasional. Tercapainya mutu di

SMPN 01 Lasem tidak terlepas dari peranan kepala sekolah sebagai pemimpin

pendidikan di sekolah tersebut. Kepala sekolah sangat berperan dalam rangka

meningkatkan mutu pembelajaran agar bisa terlaksana secara optimal

sehingga dengan terlaksananya kegiatan pembelajaran yang bermutu

diharapkan akan terbentuk citra yang positif dan partisipasi aktif masyarakat

di dunia pendidikan.

Berangkat dari fenomena yang ada, maka penulis tertarik untuk

mengkaji lebih jauh tentang kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan

manajemen mutu pembelajaran PAI (studi di SMPN 01 Lasem).

B. Penegasan Istilah.

Untuk memudahkan dan menghindari kesalahpahaman, maka penulis

akan memberikan penegasan beberapa istilah yang berkaitan dengan skripsi

yang berjudul ”kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu

pembelajaran PAI ( studi di SMPN 01 Lasem)”

8 Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Konsep, Strategi, dan

Aplikasi, (Jakarta:Grafindo,2002), hlm.2.

5

1. Kebijakan.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kebijakan adalah

kepandaian atau kemahiran.9

2. Kepala sekolah.

Menurut Wahjosumidjo, kata kepala dapat diartikan ketua atau

pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang sekolah

adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan member

pelajaran.

Dengan demikian secara sederhana kepala sekolah dapat

didefinisikan sebagai “ seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas

untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar-

mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi

pelajaran dan murid yang menerima pelajaran”10

3. Manajemen mutu.

Manajemen berasal dari bahasa inggris “ manage ” yang memiliki

arti mengatur, mengurus, melaksanakan, mengelola. Sedangkan menurut

istilah seperti yang dikemukakan Stoner, manajemen adalah proses

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha para

anggota organisasi dan pengguna sumber daya-sumber daya organisasi

lainnya secara optimal agar mencapai tujuan organisasi yang telah

ditetapkan.11

Mutu mempunyai arti (ukuran) baik buruk suatu benda, kadar, taraf

atau derajat ( kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya), kualitas.12

9 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahsa Indonesia ,(Jakarta: Balai Pustaka, 2006),

cet.3, hlm.157. 10 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik Dan

Permasalahannya,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm 83. 11 T. Hani Handoko, Manajemen, ( Yogyakarta: BPFE,1995), hlm.8. 12 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka,1994), Cet.3, hlm.1060.

6

4. Pembelajaran.

Pembelajaran atau ungkapan yang lebih dikenal sebelumnya

dengan pengajaran merupakan proses interaktif yang berlangsung antara

guru dan juga siswa atau juga merupakan sekelompok siswa dengan tujuan

untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap serta menetapkan apa

yang dipelajari itu.13

5. Pendidikan Agama Islam.

PAI adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta

didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran

agama Islam, dibarengi tuntutan untuk menghormati penganut ajaran

agama lain dalam hubungannya kerukunan antar umat beragama hingga

terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.14

C. Rumusan Masalah.

Rumusan masalah dimaksudkan yaitu permasalahan yang akan dibahas

dalam penelitian ini akan dibatasi, sehingga diharapkan masalah-masalah

tersebut nantinya menjadi terarah dan jelas. Adapun rumusan, masalahnya

sebagai berikut:

1. Bagaimana kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan manajemen

mutu pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem?

2. Bagaimana pelaksanaan manajemen mutu pembelajaran PAI di SMPN 01

Lasem?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

Berdasarkan pokok permasalahan yang diangkat, maka tujuan yang

hendak dicapai dalam tujuan ini adalah:

1. Untuk mengetahui kebijakan yang dilakukan kepala sekolah dalam

meningkatkan manajemen mutu pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem.

13 S. Nasution, Kurikulum Dan Pengajaran, ( Jakarta: Bumi Aksara,1999), hlm.102. 14 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi

Konsep Dan Implementasi Kurikulum 2004, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.130.

7

2. Untuk mengetahui pelaksanaan manajemen mutu pembelajaran PAI di

SMPN 01 Lasem.

Diadakannya penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Secara teoritis.

Dapat memberi masukan dan informasi secara teori dan

penelitian ini sesuai dengan tema judul skripsi, utamanya masalah

kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan manajemen mutu

pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem.

2. Secara praktis.

a. Bagi sekolah.

Sebagai bahan dan masukan serta informasi bagi kepala

sekolah dalam rangka meningkatkan manajemen mutu pembelajaran

PAI.

b. Bagi siswa.

Diharapkan para siswa dapat menjadikan skripsi ini sebagai

wahana informasi dan masukan untuk mengefektifkan pembelajaran

PAI dan mata pelajaran lain pada umumnya.

c. Bagi peneliti.

Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan baru

khususnya dalam bidang penelitian manajemen mutu pembelajaran.

E. Kajian Pustaka.

Penulis menyadari bahwa secara subtansial penelitian ini bukan hal

yang baru, di dunia akademik telah banyak karya-karya seperti itu, penulis

menyadari bahwa apa yang akan diteliti ini ada kemiripan yang telah ditulis

sebelumnya, kajian pustaka terhadap karya yang terdahulu dimaksudkan

sebagai bahan pertimbangan guna membantu pembahasan penelitian di

lapangan. Diantara kajian pustaka yang mencangkup tentang manajemen mutu

dalam bidang pendidikan antara lain:

1. Anik Munfaizah (310303 ), IAIN Walisongo, Fakultas Tarbiyah, Jurusan

kependidikan Islam ( KI ), tahun 2008 dengan skripsinya yang berjudul “

8

Kepemimpinan Visioner Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan Di

Madrasah Tsanawiyah Negeri Kendal” dengan hasil penelitiannya bahwa

seorang kepala sekolah disamping sebagai pemimpin di sekolahnya juga

sebagai pemimpin visioner. Dalam menjalankan tugasnya kepala sekolah

juga di tuntut untuk memajukan sekolahnya dengan cara meningkatkan

mutu pendidikannya, mutu dalam penelitian ini adalah sejauh mana

sekolah meningkatkan kualitas pendidikannya dalam berbagai aspek

pendidikan, penelitian ini sebagai rujukan bahwa dalam meningkatkan

mutu pendidikan tidak terlepas dari peran kepala sekolah, mutu akan

tercapai bila masing-masing pihak mau bekerjasama satu sama lain.

2. Wahdan Ikhtiari Abdillah (3102044), IAIN Walisongo, Fakultas Tarbiyah

Jurusan Kependidikan Islam (KI), tahun 2007 dengan skripsinya yang

berjudul “ Peran Kepala Sekolah Sebagai Administrator Mata Pelajaran

PAI di SLTP N Kretek 1 Wonosobo ” dengan hasil studinya menunjukkan

bahwa kepala sekolah sebagai administrator memegang kunci bagi

perbaikan dan kemajuan sekolah, ia harus mampu memimpin dan

menjalankan perannya agar segala kegiatan terkendali dan terarah dalam

usaha inovasi dan mencoba ide-ide baru dan praktek-praktek baru dalam

bentuk manajemen kelas yang lebih efektif dan efisien. Dalam skripsi ini

hanya menyinggung arti pentingnya kepala sekolah sebagai administrator.

Dalam skripsi ini fokus penelitiannya lebih spesifik yaitu kebijakan

kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI serta dalam

skripsi ini juga membahas mengenai upaya yang dilakukan kepala sekolah

dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien

dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.

F. Metode Penelitian.

1. Jenis Penelitian.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat

deskriptif, penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha

9

mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi sekarang.15

menurut Bogdan dan Taylor (sebagaimana dikutip oleh Lexy J. Moleong),

metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang diamati.16

Sementara itu, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian

kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara

fundamental tergantung pada pengamatan pada manusia dalam

kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam

bahasannya dan peristilahannya.17

Penulis menggunakan metode kualitatif sebab: (1) lebih mudah

mengadakan penyesuaian dengan kenyataan yang berdimensi ganda, (2)

peneliti dan subjek penelitian, (3) memiliki kepekaan dan daya

penyesuaian diri dengan banyak pengaruh yang timbul dari pola-pola nilai-

nilai yang dihadapi. Jadi, dalam penelitian ini sangat memungkinkan

adanya perubahan-perubahan konsep sesuai dengan kondisi dan situasi

yang ada. 18

Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif ini di harapkan

dapat menggambarkan situasi mengenai peran kepala sekolah dalam

rangka meningkatkan mutu pembelajaran yang ada di SMPN 01 Lasem.

2. Sumber Data.

a. Peneliti bertanya mengenai fariabel yang diteliti kepada subjek atau

kelompok subjek untuk dijawab. Metode ini diharapkan penulis

memperoleh data berupa tanggapan, pendapat, dari kepala sekolah, dan

tidak menutup kemungkinan para guru, karyawan, orang tua serta

semua pihak yang berkaitan di SMPN 01 Lasem.

15 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian Dan Penilaian Pendidikan, ( Bandung: Sinar

Baru Offset, 1989), hlm 64. 16 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung: Remaja Rosdakarya,

2002), hlm.3. 17

Ibid 18 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet.4,

hlm.41.

10

b. Dokumen atau arsip, buku, majalah, surat kabar, dan lain sebagainya,

yang berhubungan dengan penelitian, yakni tentang kebijakan yang

dilakukan kepala sekolah. Dan tak kalah pentingnya adalah dokumen-

dokumen SMPN 01 Lasem tentang peningkatan mutu pembelajaran.

c. Tempat yaitu berupa ruang laboratorium, kelas, dan sebagainya sebagai

tempat berlangsungnya suatu kegiatan yang berhubungan dengan data

penelitian. 19

3. Metode Pengumpulan Data.

Untuk mempermudah dalam melaksanakan studi lapangan, penulis

menggunakan beberapa metode untuk memperoleh data-data yang

diperlukan, adapun metode pengumpulan data yang dimaksud adalah:

a. Interview/ Wawancara.

Merupakan alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan

sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula20

.

Metode wawancara menghendaki komunikasi langsung antara

penyelidik dengan subjek atau responden.21

Metode ini digunakan

untuk memperoleh data yang berkaitan dengan keadaan umum SMPN

01 Lasem. Selain itu metode wawancara juga digunakan untuk

memperoleh data tentang kebijakan kepala sekolah dalam

meningkatkan manajemen mutu pembelajaran yang ada disana. Dalam

wawancara peneliti menggunakan teknik silang yang dikandung

maksud untuk memperoleh data yang akurat. Interview yang

digunakan dalam penelitian ini adalah penulis menggunakan

wawancara secara langsung dengan pihak terkait, tentunya orang-

orang yang berkompeten dalam pengelolaan SMPN 01 Lasem yaitu

kepala sekolah, guru, siswa maupun karyawan.

19 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode, dan Teknik,

(Bandung: Tarsito,2004), edisi VII, hlm. 137. 20 S. Margono, Op. Cit, hlm.165. 21 Yatim Rianto, Metode Penelitian Pendidikan Suatu Tinjauan Dasar, ( Surabaya:

SIC,1996), hlm.67.

11

b. Dokumentasi.

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen, legger, agenda dan sebagainya.22

Metode ini penulis

gunakan untuk memperoleh data-data tentang gambaran umum berupa

biografi sekolah, visi, misi, tujuan sekolah, dan sarana dan prasarana di

SMPN 01 Lasem. Dalam hal ini penulis meminta bantuan kepada

orang-orang yang terkait, tentunya orang-orang yang berkompeten

dalam pengelolaan di SMPN 01 Lasem.

c. Observasi.

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian23

. Metode ini

penulis gunakan untuk memperoleh data tentang situasi dan kondisi

umum SMPN 01 Lasem. Metode ini juga digunakan untuk mengetahui

pelaksanaan manajemen mutu pembelajaran di SMPN 01 Lasem.

Dalam observasi peneliti mencari data-data yang diinginkan agar data

yang diperoleh sesuai dengan kondisi yang ada, dalam observasi

peneliti dibantu oleh kepala sekolah, guru, siswa, karyawan dan

sebagainya.

4. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara

sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk

meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan

menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Sedangkan untuk

meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan cara

mencari makna (meaning).24

22 Suharsimi Ari kunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, ( Jakarta: Rineka

Cipta, 1998), hlm.236. 23 S. Margono, op.cit, hlm.158. 24 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Yogyakarta: Rake Sarasin,1996),

hlm.104.

12

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

non statistik yaitu menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis data

yang diwujudkan bukan dalam bentuk angka, melainkan dalam bentuk

laporan dan uraian deskriptif. Di sini penulis berusaha untuk mencoba

memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola

uraian dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian.25

Untuk membuat kesimpulan penulis menggunakan metode

induktif, yaitu metode yang bertumpu pada fakta peristiwa yang sifatnya

lebih khusus yang selanjutnya dijadikan konklusi yang bersifat umum.26

5. Keabsahan Data.

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji,

credibility (validitas interbal), trasfermability (validitas eksternal),

dependability (realibilitas), confirmability (obyektifitas).

Untuk menguji keabsahan data disini penulis menggunakan uji

kredibilitas. Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil

penelitian kualitatif dilakukan dengan: Perpanjangan pengamatan,

meningkatkan ketekunan, triangulasi, uji analisis kasus negatif,

menggunakan data referensi, dan mengadakan member check.27

Jadi disini penulis menggunakan uji kredibilitas dengan triangulasi.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang digunakan

penulis adalah pemeriksaan dengan sumber yang lainya. Jadi disini penulis

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi

yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dengan metode

kualitatif.28

Hal itu dapat dicapai dengan jalan membandingkan data dari

hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan apa yang

25 Lexy J. Moleong, op.cit, hlm.103. 26 Ibid, hlm.11. 27

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV.ALFABETA, 2008), cet.4,

hlm 121 28

Lexy J. Moleong, op.cit, hlm.178

13

dikatakan kepala sekolah terkait dengan wawancara mengenai kebijakan

yang dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran dengan

apa yang diobservasi penulis apakah hasil wawancara sudah sesuai dengan

data yang ditemukan oleh penulis.

14

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kebijakan pendidikan

1. Konsep kebijakan pendidikan

Kebijakan (policy) secara etimologi diturunkan dari bahasa Yunani

yaitu “polis” yang artinya kota. Analisis kebijakan pendidikan dapat

dipahami baik melalui pendekatan metodologis maupun konseptual.

Metodologi pada intinya merupakan keseluruhan proses yang secara

sistematis dilakukan untuk melembagakan analisis kebijakan dalam suatu

sistem dan mekanisme yang institusional. Secara konseptual analisis

kebijakan merupakan suatu ilmu perekayasaan sosial (social engineering)

yang artinya ialah ilmu yang ditujukan untuk melahirkan manfaat dari

konsep dan teori dalam berbagai disiplin ilmu sosial untuk pemecahkan

permasalahan yang dihadapi oleh suatu kebijakan public.1.

Definisi kebijakan pendidikan sebagaimana adanya dapat disimak

melalui pernyataan-pernyataan berikut ini.

Carter V. Good (1959) (dalam Imron, 2002:18) menyatakan,

Educational policy is judgment, derived from some system of values and

some assesment of situational factors, operating within institutionalized

adecation as a general plan for guiding decision regarding means of

attaining desired educational objectives.

Pengertian pernyataan di atas adalah, bahwa kebijakan pendidikan

adalah suatu penilaian terhadap sistem nilai dan faktor-faktor kebutuhan

situasional, yang dioperasikan dalam sebuah lembaga sebagai perencanaan

umum untuk panduan dalam mengambil keputusan, agar tujuan pendidikan

yang diinginkan bisa dicapai. Kebijakan pendidikan adalah suatu produk

yang dijadikan sebagai panduan pengambilan keputusan pendidikan yang

1 Ace Suryadi dan Dasim Budimansyah, Paradikma Pembangunan Pendidikan Nasional,

Konsep, Teori, dan Aplikasi Dalam Analisis Kebijakan Publik , (Bandung: Widya Aksara

Press,2009), hlm. 49

15

legal-netral dan disesuaikan dengan lingkugan hidup pendidikan secara

moderat.

Berdasarkan dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa: kebijakan

pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan langkah-

langkah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi pendidikan

dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu

masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu. Ada beberapa aspek yang

tercakup dalam kebijakan pendidikan, diantaranya adalah:

1. Kebijakan pendidikan dilahirkan dari kesatuan teori dan praktik

2. Kebijakan pendidikan mempunyai validitas perkembangan pribadi serta

masyarakat yang memiliki pendidikan itu

3. Kebijakan pendidikan ditujukan pada kebutuhan peserta didik

4. Kebijakan pendidikan berkaitan dengan penjabaran visi, misi dan tujuan

pendidikan2

5. Kebijakan pendidikan memiliki kejelasan tujuan untuk melahirkan

pendidikan yang tepat

Selain itu, kebijakan pendidikan memiliki karakteristik yang khusus, yakni:

1. Memiliki tujuan pendidikan yang jelas dan terarah untuk memberikan

kontribusi pada pendidikan.

2. Memenuhi aspek legal-formal.

Kebijakan pendidikan harus memenuhi syarat konstitusional sesuai

dengan hirarki konstitusi yang berlaku di sebuah wilayah hingga ia dapat

dinyatakan sah dan resmi berlaku di wilayah tersebut.

3. Memiliki konsep operasional agar dapat diimplementasikan dan untuk

memperjelas pencapaian tujuan pendidikan yang ingin dicapai.

4. Dibuat oleh yang berwenang.

Kebijakan pendidikan itu harus dibuat oleh para ahli di bidangnya

yang memiliki kewenangan untuk itu, sehingga dan sampai menimbulkan

kerusakan pada pendidikan dan lingkungan di luar pendidikan.

2 H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho, Kebijakan Pendidikan, Pengantar Untuk Memahami

Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Public, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2008), hlm.140-

153

16

5. Dapat dievaluasi.

Kebijakan pendidikan tentunya tak luput dari keadaan yang

sesungguhnya untuk ditindaklanjuti. Jika baik, maka dipertahankan atau

dikembangkan, sedangkan jika mengandung kesalahan, maka harus bisa

diperbaiki.

6. Memiliki sistematika.

Kebijakan pendidikan tentunya merupakan sebuah sistem, oleh

karenanya harus memiliki sistematika yang jelas menyangkut seluruh

aspek yang ingin diatur olehnya. Sistematika itu pun dituntut memiliki

efektifitas, efisiensi dan sustainabilitas yang tinggi agar kebijakan

pendidikan itu tidak bersifat pragmatis, diskriminatif dan rapuh

strukturnya akibat serangkaian faktor yang hilang atau saling berbenturan

satu sama lainnya.3

Dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu dan relevan adalah

bagaimana memahami berbagai isu kebijakan pendidikan agar mampu

melahirkan berbagai gagasan yang berguna dalam upaya menghasilakan

alternatif kebijakan dalam membangun sistem pendidikan yang efisien,

bermutu, dan sesuai dengan tuntutan masyarakat. Kebijakan pendidikan

adalah suatu bentuk tindakan yang diambil atas beberapa pertimbangan,

untuk mengarahkan manajer/kepala sekolah dalam menentukan masa

depan sekolah sesuai dengan visi, misi pendidikan agar tercapai tujuan

pendidikan yang diinginkan.

2. Fungsi dan tujuan kebijakan pendidikan

Faktor yang menentukan perubahan, pengembangan, atau

reskontruksi organisasi adalah terlaksananya kebijakan organisasi sehingga

dapat dirasakan bahwa kebijakan tersebut benar-benar berfungsi dengan

baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebijakan dibuat untuk

menjadi pedoman dalam bertindak, mengarahkan kegiatan dalam organisasi

3 Suparlan, ”membandingkan beberapa konsep dan kebijakan pendidikan”,

http://www.suparlan.com/pages/posts/membandingkan-beberapa-konsep-dan-kebijakan-

pendidikan33.php, hlm.2, 29 Januari 2010

17

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.4 Fungsi analisis kebijakan

dapat dikelompokkan kedalam tiga bagian pokok.

a) Fungsi alokasi.

Untuk melaksanakan fungsi penting ini analisis kebijakan harus

mampu melibatkan diri didalam, atau paling tidak mempelajari tentang

sistem, dan proses pembuatan kebijakan negara baik pada tingkat

suprastruktur (political) maupun pada tingkatan sektoral (teknichal).

Kajian makro ini pada dasarnya merupakan analisis hubungan timbal

balik antara sistem pendidikan dengan sistem yang lebih besar. Agar

pendidikan memiliki kesesuaian dengan bidang-bidang kehidupan dalam

masyarakat maka perlu diciptakan suatu keadaan agar sistem pendidikan

dapat berkembang secara seimbang dengan perubahan dan

perkembangan zaman.

b) Fungsi inquiri.

Fungsi inquiri dapat dilakukan jika seluruh atau sebagian agenda

penelitian dan pengembangan sudah dilaksanakan dan mencapai hasil-

hasilnya. Dalam fungsi inquiri pelaksanaan analisis kebijakan berkaitan

dengan pendekatan, metodologi, serta teknik-teknik analisis.

Kajian metodologi dan substansial dalam rangka melaksanakan

fungsi inquiri terdapat dua bentuk kajian metodologi atau substansial.

Kajian metodologi dimaksudkan untuk memberikan umpan balik bagi

para peneliti agar dicapai penyempurnaan dalam metodologi analisis dan

penelitian dikemudian hari. Kajian substansial dimaksudkan untuk

memperoleh sintesis dari berbagai kelompok jenis temuan penelitian dan

pengembangan yang sudah ada agar diperoleh suatu usulan kebijakan

yang lebih realistis berkaitan dengan isu-isu kebijakan yang sudah

diidentifikasikan sebelumnya. Disamping itu, apakah suatu gagasan

kebijakan itu relevan atau tidak dilihat dari kepentingan masyarakat

sebagai stakeholder pendidikan.

4 Syafaruddin, Efektifitas Kebijakan Pendidikan, Konsep, Strategi, Dan Aplikasi

Kebijakan Menuju Organisasi Sekolah Yang Efektif, (Jakarta: Rineka Cipta,2008), hlm.77-78

18

c) Fungsi komunikasi

Fungsi komunikasi, yaitu fungsi yang dapat dilaksanakan jika

analisis kebijakan menghasilkan berbagai gagasan atau usulan kebijakan

yang benar-benar realistis. Tugas analisis kebijakan dalam hal ini adalah

menyampaikan alternatif atau gagasan kebijakan tersebut kepada sumua

pihak yang berhubungan agar diperoleh suatu umpan balik mengenai

keabsahan gagasan-gagasan yang diusulkan agar menjadi kebijakan

public. Oleh karena itu tugas para analis kebijakan adalah meyakinkan

pihak-pihak tersebut khususnya yang menyangkut keuntungan,

kelemahan, dan berbagai implikasinya yang mungkin timbul dari

penerapan suatu gagasan kebijakan yang diusulkan.5

Tujuan dilakukannya kebijakan dilihat dari ruang lingkup

waktunya terdapat tiga jenis perencanaan nasional pendidikan yang perlu

dibuat secara teratur dan sinambung. Ketiga jenis kebijakan tersebut

meliputi kebijakan jangka panjang, menengah dan pendek.

1. Kebijakan jangka panjang (periode 25 tahun)

Kebijakan jangka panjang pada dasarnya merupakan suatu

kebijakan yang bersifat prospektif (antisipasi masa depan), yaitu

kebijakan negara dibidang pendidikan yang ditentukan oleh suatu

proyeksi pendidikan dalam suatu cakupan waktu kedepan.

Perencanaan ini dimaksudkan untuk menghasilkan skenario masa

depan pendidikan dan kebudayaan di Indonesia yang perlu diciptakan

pada akhir kurun waktu pembangunan jangka panjang kedua.

2. Kebijakan jangka menengah

Rencana pembangunan (repelita) lima tahun sektor

pendidikan disusun dengan jabaran yang telah operasional, menjadi

kebijakan, program-program dan sasaran pembangunan masing-

masing program pembangunan. Secara umum, gambaran repelita

dapat digunakan sebagai berikut:

5 Ace Suryadi dan Dasim Budimansyah, Op.Cit. hlm 81-103

19

a. Arah dan kebijakan repelita.

b. Keadaan dan masalah, masalah-masalah pokok yang disimpulkan

dari keadaan pendidikan sebagai hasil dari penilaian dan kajian

pelaksanaan pendidikan dalam repelita sebelumnya.

c. Kebijaksanaan dan langkah-langkah, Kebijakan ini dikembangkan

berdasarkan analisis terhadap keadaan masalah pendidikan

sekarang dan perkiraan dalam lima tahun mendatang.

d. Program dan sasaran, jika kebijakan yang dirumuskan diatas telah

dilaksanakan.

3. Kebijakan jangka pendek.

Dalam perencanaan tahunan, masing-masing meliputi empat

periode dengan lama tiga bulan untuk tiap periode yang dapat

dijelaskan sebagai berikut:

Pertama, tahap persiapan perencanaan, tahap ini merupakan

penyiapan data khususnya syang berkaitan dengan jumlah peserta

didik yang akan dilayani, kepegawaian, sarana dan prasarana yang

diperlakukan serta peralatan yang dibutuhkan.

Kedua, periode ini merupakan waktu untuk merumuskan dan

mempublikasikan kebijakan.

Ketiga, urusan proyek dan penetapan pagu anggaran. Periode

untuk melaksanakan usulan anggaran proyek

Keempat, dalam periode ini persiapan pelaksanaan proyek

pembangunan telah dilaksanakan dan persiapan untuk siklus

perencanaan tahun berikutnya mulai dirintis dan dilaksanakan.

Proses perencanaan dan pengambilan kebijakan tersebut pada

dasarnya merupakan siklus yang paling menentukan jika analisis

kebijakan ingin memberikan pengaruhnya terhadap pelaksanaan

pendidikan.6

6 Ace Suryadi dan H.A.R Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya,1994), hlm.75-82

20

Fungsi kebijakan pendidikan adalah untuk mengarahkan

kegiatan yang akan dilaksanakan kedepan agar mencapai tujuan

secara efektif dan efisien serta sebagai pedoman bertindak dalam

suatu organisasi agar kegiatan yang telah ditetapkan dapat

dilaksanakan. Sedangkan tujuan dibuatnya kebijakan adalah untuk

melakukan dan mengarahkan pelaksanaan kebijakan yang telah

dibuat agar tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan.

3. Komponen kebijakan

1. Perumusan masalah.

Perumusan masalah dapat membantu menemukan asumsi-asumsi

yang tersembunyi, mediaknosis penyebabnya, memetakan tujuan-tujuan

yang memungkinkan, memadukan pandangan-pandangan yang

bertentangan, dan merancang kebijakan-kebijakan yang baru.

Perumusan masalah adalah suatu bentuk kebijakan yang diambil

atas beberapa pertimbangan baik dari pertimbangan tujuan, strategi,

maupun kepentingan lingkungan eksternal. Perumusan masalah dapat

dipandang sebagai suatu proses dengan empat fase yang saling

tergantung, yaitu:

a. Pencarian masalah (problem search) proses penemuan dan penyatuan

beberapa representasi masalah yang dihasilkan oleh para pelaku

kebijakan

b. Pendefinisian masalah (problem definition) proses mengkarakteristikkan

masalah-masalah substantif kedalam istilah-istilah yang paling dasar

dan umum

c. Spesifikasi masalah (problem specification) tahap pemahaman

masalah dimana analis mengembangkan representasi masalah

subtantif secara formal (logis)

21

d. Pengenalan masalah (problem sensing) tahap perumusan masalah

dimana analisis mengalami kekhawatiran yang campur aduk dan

gejala ketegangan dengan cara mengenali situasi masalah.7

2. Peramalan.

Peramalan (forecasting) adalah suatu prosedur untuk membuat

informasi yang faktual tentang situasi sosial masa depan atas dasar

informasi yang telah ada. Peramalan dapat menyediakan pengetahuan

yang relevan dengan kebijakan tentang masalah yang akan terjadi dimasa

mendatang sebagai akibat dari diambilnya alternatif, termasuk tidak

melakukan sesuatu. Tentang masalah kebijakan ramalan mempunyai tiga

bentuk utama, yaitu:

a. Proyeksi adalah ramalan yang didasarkan pada ekstrapolasi atas

kecenderungan masa lalu maupun masa kini ke masa depan,

b. Sebuah prediksi adalah ramalan yang didasarkan pada asumsi teoritik

yang tegas. Sifat terpenting dari prediksi adalah menspesifikasikan

kekuatan penyebab dan akibat yang diyakini mendasari suatu

hubungan

c. Suatu perkiraan adalah ramalan yang didasarkan pada penilaian yang

informative atau penilaian pakar tentang situasi masyarakat dimasa

depan.8

3. Rekomendasi.

Rekomendasi kebijakan adalah cara yang dilaksanakan agar

sebuah kebijakan dapat mencapai sasarannya. Dalam rekomendasi

kebijakan maka yang perlu diperhatikan adalah bagaimana prakondisi

untuk keberhasilan pelaksanaan kebijakan, yaitu: komunikasi,

sumberdaya, disposisi atau sikap, dan struktur birokrasi

a. Komunikasi, pemimpin harus mengkomunikasikan kepada bidang

yang bertanggungjawab dalam melaksanakan kebijakan supaya

mereka memahami kebijakan yang menjadi tanggungjawabnya.

7 William N. Dunn, Public Policy Analysis Pengantar Analisis Kebijakan Public,

(Yogyakarta: Gajah Mada,1999), hlm.226-230 8 Ibid, hlm.291-292

22

b. Sumber daya manusia harus mendukung pelaksanaan kebijakan, jika

SDM tidak mendukung maka menghambat pelaksanaan kebijakan

c. Disposisi atau pelaksana kebijakan, pelaksana kebijakan harus

ditetapkan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, serta komitmen

melaksanakan kebijakan yang dimaksud

d. Struktur birokrasi, koordinasi menjadi faktor yang penting dalam

pelaksanaan kebijakan.9

4. Pemantauan.

Pemantauan atau monitoring menyediakan pengetahuan yang

relevan dengan kebijakan tentang akibat kebijakan yang diambil

sebelumnya. Pemantauan (monitoring) merupakan prosedur analisis

kebijakan yang digunakan untuk memberikan informasi tentang sebab

dan akibat dari kebijakan public. Pemantauan memiliki empat fungsi

dalam analisis kebijakan yaitu:

a. Kepatuhan (compliance) pemantauan bermanfaat untuk menentukan

apakah tindakan para administrator program, staf, dan pelaku lain

sesuai dengan standar dan prosedur yang dibuat

b. Pemeriksaan (auditing) pemantauan membantu menentukan apakah

sumberdaya dan pelayanan yang dimaksudkan untuk kelompok

sasaran maupun konsumen tertentu telah sampai pada mereka

c. Akuntansi (monitoring) menghasilkan sesuatu yang bermanfaat

d. Eksplanasi pemantauan juga menghimpun informasi yang dapat

menjelaskan mengapa hasil-hasil kebijakan public dan program

berbeda10

5. Evaluasi.

Evaluasi membuahkan pengetahuan yang relevan dengan

kebijakan tentang ketidaksesuaian antara kinerja kebijakan yang

diharapkan dengan yang dihasilkan. Evaluasi tidak hanya menghasilkan

kesimpulan mengenai seberapa jauh masalah dapat terselesaikan tetapi

9 Syafaruddin, Op.Cit, hlm 90-92

10 William N. Dunn, Op.Cit, hlm.20

23

juga menyumbang pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang

mendasari kebijakan, membantu dalam penyesuaian dan perumusan

masalah kembali. Evaluasi kebijakan merupakan tahap penting dalam

kebijakan public. Ada beberapa fungsi evaluasi diantaranya yaitu:

a. Evaluasi memberi informasi yang falit dan dapat dipercaya mengenai

kinerja kebijakan.

b. Evaluasi kebijakan memberi sumbangan klarifikasi dan kritik

terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target.

c. Evaluasi memberikan sumbangan pada aplikasi metode analisis

kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi.11

Dalam proses pembuatan kebijakan/analisis kebijakan maka harus

memperhatikan lima komponen yaitu: perumusan masalah, peramalan,

rekomendasi, pemantauan serta evaluasi. Kelima komponen tersebut

saling berhubungan dan saling bergantung satu sama lainnya, karena

kelima komponen tersebut dapat berguna untuk menghasilkan dan

mentransformasikan informasi yang relefan dengan kebijakan dalam

berbagai konteks pendidikan.

B. Kebijakan pendidikan di Indonesia.

Kini muncul berbagai gagasan mengenai kebijakan pendidikan

nasional menuju peningkatan mutu pendidikan, berbagai sistem baru

pengelolaan pendidikan telah ditawarkan. Bahkan standarisasi juga menjadi

pilihan kebijakan pendidikan yang dimaksudkan untuk memenuhi daya saing

lokal, nasional maupun global. Para penyelenggara pendidikan harus konsisten

dengan kebijakan-kebijakan pendidikan yang telah ditetapkan12

. Setidaknya

dengan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bahwa

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

11

Syafaruddin, Op.Cit, hlm 96-97 12Akhmadsudrajat, “Peningkatan Mutu Pembelajaran Di Sekolah”

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/05/peningkatan-mutu-pembelajaran-di-sekolah/,

hlm.5, 3 Januari 2010

24

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

yang demokratis serta bertanggung jawab.13

Kemudian, mengenai definisi kebijakan Negara; dimana hal itu adalah

sebuah konsep yang berlaku dalam sebuah negara (nation), maka berikut ini

adalah dua definisi tentang kebijakan negara.

W.I Jenkins (1978) : a set of interrelated decisions taken by a political

actor or group of actors concerning the selection of goals and the means of

achieving them within a specified situation where these decisions should, in

principle, be within the power of these actors to achieve (seperangkat

keputusan-keputusan yang saling berhubungan antar-satu sama lainnya; dibuat

oleh para pelaku politik (politisi) atau kelompok politisi menyangkut

pemilihan tujuan dan orientasi pencapaian tujuan tersebut dalam situasi

khusus dimana keputusan itu berada, secara prinsipil, berada dalam kekuasaan

para politisi ini).

Chief J.O Udouji (1981) : an sanctioned course of action addressed to

a particular problem or group of related problems that effect society at large

(sebuah rangkaian keputusan dalam hal pelaksanaan yang ditujukan untuk

sebagian masalah atau sekelompok masalah-masalah (yang saling berkaitan)

dimana seluruh masalah itu mempengaruhi masyarakat banyak)

Dari pemahaman teoritis tersebut kita dapat mengambil kesimpulan

sebagai berikut kebijakan public adalah keputusan yang dibuat oleh negara

khususnya pemerintah sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan dari

negara yang bersangkutan.

Problematika mendasar yang ada di indonesia adalah masalah

mengenai mutu pendidikan, menyadari posisi indonesia yang jauh tertinggal

dalam dunia pendidikan, berbagai langkah kebijakan ditempuh, diantaranya

adalah:

13

UU. No.20 Tahun.2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SIKDISNAS),

(Jogjakarta: Media Wacana,2003), hlm.12

25

1. Penambahan anggaran dana pendidikan sesuai dengan ketentuan UU No.

20 Thn 2003 dan amandemen pasal 31 (4) UUD 1945 menyebutkan,

penetapan dana anggaran pendidikan minimal sebasar 20% dari APBN dan

APBD

2. Perubahan kurikulum, salah satu kebijakan pemerintah yang dimaksud

berkaitan dengan pendidikan, yaitu adanya perubahan kurikulum 1994

berupa CBSA, menjadi KBK, lalu ditahun 2006 menjadi KTSP

3. Rekrutmen guru dilihat dari kualitas maupun kuantitas pada kenyataanya

kemampuan akademi yang dimiliki guru masih dibawah standars.

Dalam UU No. 20 Thn 2003 disebutkan bahwasannya standar nasional

pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga

kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian

pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala dalam

Dalam PP No. 19 Thn 2005 pasal 91 tentang penjaminan mutu

pendidikan yaitu

1. Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan non formal wajib

melakukan penjaminan mutu pendidikan

2. Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1

bertujuan untuk memenuhi atau melampaui standar nasional pendidikan

3. Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksudkan pada ayat1

dilakukan secara bertahap, sistematis, dan terencana dalam suatu program

penjaminan mutu yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas14

Kebijakan public adalah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah yang

dengan kewenangannya harus dipatuhi oleh masyarakat. Dalam meningkatkan

mutu pendidikan pemerintah telah menempuh beberapa kebijakan yang ini

dibuktikan melalui perbaikan secara terus menerus untuk mencapai hasil yang

telah diinginkan.

14

Suherli, “ Konsep Dasar Kebijakan Dalam Pendidikan”

http://suherlicentre.blogspot.com/2008/07/konsep-dasar-kebijakan-dalam-pendidikan.html, hlm 1,

29 Januari 2010

26

C. Mutu Pembelajaran

1. Konsep Manajemen Mutu

Mutu mengandung dua hal, yaitu: sifat (keadaan) dan (taraf)

kedudukan. Akan tetapi setiap orang memiliki pandangan yang berbeda

mengenai sifat dan taraf tersebut.15

Mutu adalah pemenuhan terhadap

kebutuhan steakholder, bersistem pencegahan, mempunyai standar tanpa

cacat dan mempunyai ukuran harga ketidakpuasan.16

Bila dikaitkan dengan sekolah mutu akan berkenaan dengan segala

aspek yang berhubungan dengan segala kegiatan yang dilaksanakan dalam

rangka mendidik didalam suatu sekolah. Mutu dalam bidang pendidikan

meliputi mutu input, output dan outcomes. Input pendidikan dinyatakan

bermutu jika siap berproses, proses pendidikan bermutu apabila mampu

menciptakan suasana yang PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,

efektif dan menyenangkan). Output pendidikan dikatakan bermutu jika hasil

belajar akademik maupun non akademik siswa tinggi. Outcome dinyatakan

bermutu apabila lulusan terserap di dunia kerja, gaji wajar, semua pihak

mengakui kehebatan lulusan dan merasa puas.17

Beberapa kebingungan terhadap pemaknaan mutu bisa muncul

karena mutu dapat digunakan sebagai konsep yang secara bersama-sama

absolute dan relative. Mutu secara mutlak atau absolut memiliki ukuran nilai

tertinggi, bersifat unik dan sangat berkaitan dengan ungkapan kebaikan

(goodness), keindahan (beauty), kebenaran (truth) dan idealitas.

Biasanya mutu dalam ukuran absolut sudah ditetapkan produsen

secara subjektif.18

Ukuran mutu diterapkan secara relative, yaitu

berdasarkan pada kebutuhan steakholder. Bukan hanya produsen, tetapi

15

Sanusi Uwes, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen, (Jakarta:Logos Wacana

Ilmu,1999), hlm.26 16

Tony Bush dan Mariannecoleman, Leadership dan Strategic Management In Education

Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan, terj. Fahrurrozi, (Yogyakarta:IRCISOD,2006),

hlm.191 17

Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta:PT.Bumi

Aksara,2006), hlm.410 18

Aan Komariah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif,

(Jakarta: PT.Bumi Aksara,2005), hlm.9

27

steakholder pun turut menentukan mutu.19

Tolak ukur mutu yang baik

bukan tolak ukur yang bersifat absolut, melainkan yang bersifat relative,

yaitu yang sesuai dengan kebutuhan steakholder mutu sekolah akan baik

jika sekolah tersebut dapat menyajikan jasa yang sesuai dengan kebutuhan

steakholder. Aplikasi mutu: pertama redefinisi tugas untuk memudahkan

kerja bagi semua unsur pendidikan, maka diperlukan pembagian tugas (job

description) yang jelas. Sekaligus sebagai upaya menghindari dari

overlapping diantara masing-masing unsur tersebut. Kedua, prefisionalisme

pimpinan lembaga pendidikan yang paling bertanggung jawab dalam

tumbuh kembangnya prakarsa, partisipasi, inovasi dan kreatifitas dalam

pengembangan kelembagaan.

Ketiga berorientasi pada proses dan produk.. untuk meningkatkan

hasil belajar salah satu hal penting adalah memperhatikan proses belajar

mengajar. Keempat, berorientasi pada perubahan mental. Setiap aktifitas

pendidikan, sesuatu yang harus menjadi perhatian utama adalah hasil yang

ingin dicapai yaitu tujuan dan target pendidikan dan akhlakul karimah

sebagai porsi paling penting dalam pendidikan islam.20

TQM merupakan budaya peningkatan mutu pendidikan secara

terus menerus, fokus pada stakeholder sekolah demi kepuasan jangka

panjangnya, dan partisipasi warga sekolah, keluarga, masyarakat dan

pemerintah.21

TQM dalam pendidikan adalah filosofi perbaikan terus

menerus dimana lembaga pendidikan menyediakan seperangkat sarana atau

alat untuk memenuhi bahkan melampaui kebutuhan, keinginan dan harapan

steakholder saat ini dan dimasa mendatang.22

Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa TQM

merupakan strategi untuk meningkatkan kualitas. Dalam dunia pendidikan

sekolah yang bermutu adalah sekolah yang menetapkan keberhasilan pada

19

Ibid 20

Imam Tholhah dan Ahmad Barizi, Membuka Jendela Pendidikan, Mengurai Tradisi

Integrasi Keilmuan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2004), hlm.189 21

Husaini Usman, Op.Cit, hlm.459 22

Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model, dan Aplikasi, (Jakarta:

Grasindo,2003), hlm.79

28

input, proses, out put, dan out come. Jika mutu pendidikan ingin dicapai

maka siswa, guru, staf dan masyarakat harus bekerjasama untuk

mewujudkan tujuan tersebut.

2. Mutu Pembelajaran

Membicarakan mengenai mutu pembelajaran artinya mempersoalkan

bagaimana kegiatan/strategi pembelajaran yang dilakukan selama ini

berjalan dengan baik serta dapat menghasilkan lulusan yang baik sesuai

dengan apa yang diharapkan. Dalam meningkatkan kualitas pembelajaran,

maka kita harus memperhatikan mengenai beberapa komponen yang dapat

mempengaruhi pembelajaran, Komponen-komponen tersebut adalah sebagai

berikut:

a) Siswa dan Guru

b) Kurikulum

c) Sarana dan prasarana pendidikan

d) Pengelolaan sekolah, meliputi pengelolaan kelas, guru, siswa, sarana dan

prasarana, peningkatan tata tertib dan kepemimpinan

e) Pengelolaan proses pembelajaran, meliputi penampilan guru, penguasaan

materi, serta penggunaan strategi pembelajaran

f) Pengelolaan dana

g) Evaluasi

h) Kemitraan, meliputi hubungan sekolah dengan lembaga lain.23

Strategi pembelajaran yang dilakukan guru menjadi salah satu kajian

untuk mengukur kualitas pembelajaran, maka didalamnya terdapat tiga

strategi yang menjadi pusat perhatian ketiga strategi tersebut yaitu:

1. Strategi pengorganisasian (organizational strategy) adalah metode untuk

mengorganisasi isi bidang studi yang telah dipilih untuk pengajaran.

2. Strategi penyampaian (delivery strategy) yaitu: komponen variabel

metode untuk melaksanakan proses pengajaran. Ada dua fungsi dari

23

Martinis Yamin dan Maisah, Manajemen Pembelajaran Kelas Strategi Meningkatkan

Mutu Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada,2009), hlm.164-166

29

strategi ini, yaitu 1) menyampaikan isi pengajaran kepada siswa, 2)

latihan tes.

3. Strategi pengelolaan pengajaran (management strategy) Strategi ini

berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi

pengorganisasian dan strategi penyampaian mana yang digunakan selama

proses pengajaran. Dalam meningkatkan kualitas sekolah ada beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan mutu pembelajaran, seperti

yang disarankan oleh Sudarwan Danim yaitu dengan melibatkan lima

faktor yang dominan :

1. Kepemimpinan Kepala sekolah yang efektif

2. Siswa, “anak sebagai pusat “ sehingga kompetensi dan kemampuan

siswa dapat digali

3. Pelibatan guru secara maksimal.

4. Kurikulum yang tetap tetapi dinamis, sehingga tujuan mutu dapat

dicapai

5. Jaringan kerjasama tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah dan

masyarakat tetapi dengan organisasi lain, seperti perusahaan/instansi

6. Pimpinan dan karyawan harus menjadi satu tim yang utuh (teamwork)

yang saling membutuhkan dan saling mengisi kekurangan yang ada

sehingga target (goals) akan tercipta dengan baik.24

Selain itu ada berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal tersebut antara lain peningkatan

aktivitas dan kreatifitas peserta didik, peningkatan disiplin belajar, dan

peningkatan motivasi belajar.

1. Peningkatan aktivitas dan kreatifitas peserta didik

Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan

aktifitas dan kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi peserta

didik. Menurut pendapat Gibbs bahwa kreatifitas dapat dikembangkan

dengan memberi kepercayaan, komunikasi yang bebas, pengarahan diri,

24

Hamzah B.Uno, Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang

Kreatif Dan Efektif, (Jakarta: PT.Bumi Aksara,2008), hlm.154-155

30

dan pengawasan yang tidak ketat. Apa yang dilakukan diatas sulit untuk

dilakukan, tapi paling tidak guru harus menciptakan suasana belajar yang

kondusif, karena kualitas pembelajaran sangat ditentukan oleh aktifitas

dan kreatifitas guru.

2. Peningkatan disiplin belajar

Disiplin sekolah dapat diartikan sebagai keadaan tertib dimana

guru, staf sekolah dan peserta didik bergabung dalam sekolah, tunduk

kepada peraturan yang telah ditetapkan dengan senang hati. Guru harus

mampu menumbuhkan disiplin dalam diri peserta didik, terutama disiplin

diri.

3. Peningkatan motivasi belajar.

Peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila

memiliki motivasi. Dalam kaitannya dengan ini guru dituntut untuk

memiliki kemampuan untuk membangkitkan motivasi belajar peserta

didik sehingga dapat mencapai tujuan belajar.25

Dapat disimpulkan bahwa mutu pembelajaran adalah strategi

pembelajaran yang digunakan oleh pendidik agar pelaksanaan

pembelajaran dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang

diharapkan dan hasilnya dapat diandalkan. Dalam meningkatkan mutu

pembelajaran maka pendidik harus mampu menciptakan suasana belajar

yang kondusif agar peserta didik dapat meningkatkan kreatifitas serta

pengetahuan yang dimilikinya.

D. Kebijakan peningkatan mutu pembelajaran PAI

Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah

rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan.

Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan

nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi

25

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan

Implementasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2005), hlm.105-112

31

guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana

pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen pendidikan26

Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu peristiwa atau situasi yang

sengaja dirancang dalam rangka membantu dan mempermudah proses belajar

dengan harapan dapat membangun kreatifitas siswa. Dengan demikian

pendekatan pembelajaran lebih menekankan kepada semua peristiwa yang

dapat berpengaruh secara langsung kepada efektifitas belajar siswa.27

Agar

sistem pendidikan yang dilaksanakan di sekolah mampu menghasilkan out put

yang berkualitas maka sistem tersebut harus mampu menciptakan sistem

belajar yang berkualitas tinggi yang secara operasional dapat dipresentasikan

oleh proses pembelajaran yang berkualitas. Ada beberapa komponen yang

dapat meningkatkan mutu pembelajaran, komponen-komponen tersebut

adalah:

1. Proses pembelajaran

Pikiran utama yang terdapat dalam prinsip. Strategi, dan tahapan

belajar mengajar PAI mencerminkan bahwa pembelajaran PAI tidak

sesederhana dengan proses penyampaiannya. Tetapi fungsi dan peran PAI

sampai pada pembentukan akhlak karimah dan kepribadian seutuhnya.

1. Prosedur pembelajaran

Pengembangan kegiatan belajar mengajar PAI harus

diorientasikan pada fitrah manusia agar terwujud keseimbangan. Untuk

mewujudkan keseimbangan tersebut diperlukan ketepatan dalam

menentukan pendekatan, metode dan teknik yang digunakan. Pada

PAI, pemilihan ketiga hal tersebut diorientasikan pada pembiasaan,

pelatihan, dan perenungan yang dibantu oleh guru. Ada enam

pendekatan yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran PAI,

yaitu:

26

Abdul Ranchman Shaleh, Madrasah Dan Pendidikan Anak Bangsa, Visi, Misi, Dan

Aksi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2004), hlm.243 27

Ibid, hlm.211

32

a. Pendekatan pembelajaran

1. Pendekatan rasional, pendekatan pembelajaran yang lebih

menekankan pada aspek penalaran.

2. Pendekatan emosional, yakni upaya menggugah perasaan

(emosi) peserta didik dalam menghayati perilaku yang sesuai

dengan ajaran agama dan budaya bangsa

3. Pendekatan pengalaman, yakni memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil

pengalaman ibadah dalam menghadapi tugas-tugas dan masalah-

masalah dalam kehidupan

4. Pendekatan pembiasan, yaitu memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk bersikap dan berperilaku sesuai dengan

ajaran islam dan budaya bangsa dalam menghadapi persoalan

kehidupan

5. Pendekatan fungsional, yaitu menyajikan materi pokok dari segi

manfaatnya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari

dalam arti luas

6. Pendekatan keteladanan, yaitu menjadikan figure pendidik,

petugas sekolah lainnya, orang tua serta anggota masyarakat

sebagai cermin bagi peserta didik

b. Metode

Metode apapun yang digunakan oleh pendidik dalam proses

pembelajaran harus disesuaikan dengan materi yang akan

diajarkan, yang perlu diperhatikan adalah akomodasi terhadap

prinsip kegiatan belajar mengajar:

1. Berpusat pada peserta didik

2. Belajar dengan melakukan, guru harus menyediakan kesempatan

peserta didik untuk melakukan apa yang dipelajarinya

3. Mengembangkan wahana sosial

4. Mengembangkan keingintahuan dan imajinasi

33

5. Mengembangkan kreatifitas dan ketrampilan memecahkan

masalah28

2. Kurikulum

Sekolah harus dapat mempertahankan nilai relevansi yang tinggi

antara kurikulum, situasi, dan kondisi tuntutan serta kebutuhan

masyarakat. Pengembangan kurikulum harus dapat mengakomodasikan

unsur-unsur teoritis dan praktis berdasarkan tujuan yang berdasarkan

kebutuhan yang diperkirakan sesuai dengan dinamika yang beraneka

ragam, oleh karena itu kurikulum harus dipantau dan dievaluasi secara

terus menerus agar dapat menjamin kualitas maupun kuantitas produk

suatu sekolah dan tidak semata-mata berorientasi pada produk melainkan

juga pasar29

3. Kerja pembelajaran

Kerja pembelajaran ini bagi pendidik dimaksudkan untuk

meningkatkan pelayanan terhadap mutu pendidikan secara team teaching

di kelas dan team working dalam workshop. Masing-masing peran dan

fungsi pendidik diarahkan pada kerja pembelajaran supaya dapat

meningkatkan mutu PAI.

Bagi siswa, kerja pembelajaran ini dimaksudkan sebagai suatu

upaya untuk memberdayakan siswa dalam melakukan kajian-kajian ilmiah

dengan ,melibatkan diri secara kelompok atau dengan kajian individual

4. Peran pendidik

Sebagai seorang pendidik guru harus merencanakan, melaksanakan,

dan harus mengawasi program-program yang berkaitan dengan upaya

peningkatan mutu pembelajaran bagi peningkatan prestasi peserta didik.

Tiga komponen kompetensi yang harus dimiliki guru agar kegiatan

pembelajaran yang dilakukan bisa berjalan dengan efektif, yaitu:

a. Komponen kompetensi pengelolaan pembelajaran yang meliputi:

penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan interaksi belajar

28

Nazarudin, Manajemen Pembelajaran, Implementasi Konsep, Karakteristik Dan

Metodologi Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, (Jogjakarta: Teras,2007), hlm. 19-26 29

Mukhtar, Op.Cit, hlm.24

34

mengajar, penilaian prestasi belajar peserta didik, pelaksanaan tindak

lanjut peserta didik

b. Komponen kompetensi pengembangan potensi yaitu pengembangan

profesi

c. Komponen kompetensi penguasaan akademik yang meliputi:

pemahaman wawasan pendidikan, dan penguasaan bahan kajian30

5. Pengelolaan siswa/pendekatan “anak sebagai pusat” (the child-centered

approach).

Filosofi pembelajaran berpusat pada siswa adalah penekanan lebih

pada proses pembelajaran secara signifikan ketimbang produk/outcomes

pembelajaran. Pada pendekatan ini lebih menitik beratkan pada:

a. Anak adalah sentral pelaksanaan pembelajaran

b. Pembelajaran berfokus pada anak secara total

c. Guru memberi peluang bagi anak untuk secara alami mengembangkan

diri hingga ke tingkat edvan

d. Sentral perubahan terhadap anak meski tidak selalu diobservasi

e. Perubahan hanya dialami pada konteks dari siswa secara menyeluruh

f. Perubahan dan motivasi anak bersifat internal, guru hanya member

dorongan dan fasilitas31

6. Pengelolaan lingkungan kelas

Iklim belajar yang kondusif merupakan faktor pendorong yang dapat

memberikan daya tarik terhadap proses pembelajaran, sebaliknya iklim

belajar yang kurang menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan rasa

bosan.

Proses pembelajaran selain diawali dengan perencanaan yang bijak,

serta didukung dengan komunikasi yang baik, juga harus didukung dengan

pengembangan strategi yang mampu membelajarkan siswa. Pengelolaan

pembelajaran merupakan suatu proses penyelenggaraan interaksi peserta

30

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi

Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2008), hlm.128 31

Sudarwan Danim, Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar,2006), hlm.83

35

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Untuk mencapai pembelajaran yang optimal serta mendapatkan mutu yang

bagus maka pembelajaran harus dikelola dengan baik

Dalam mewujudkan pembelajaran yang bermutu maka seorang

pendidik harus mampu memodifikasi model-model pembelajaran PAI agar

tidak terkesan kaku. Oleh karena itu diperlukan berbagai upaya

pembaharuan dan peningkatan kualitas PAI secara terencana, sistematis

dan mendasar dengan merumuskan kembali visi, misi dan tujuan PAI

sesuai dengan tuntutan zaman. PAI harus mampu menciptakan suatu

pendidikan yang berkarakter dan memiliki moral yang baik dalam

membangun peserta didik.

36

BAB III

DATA PENELITIAN TENTANG KEBIJAKAN KEPALA

SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MANAJEMEN MUTU

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI SMPN 01 LASEM

A. Data Umum Tentang SMPN 01 Lasem.

1. Letak Geografis SMPN 01 Lasem.

SMPN 01 Lasem yang beralamatkan Jl. Raya No 1 Lasem yang

terletak di desa Gedongmulyo Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang.

SMPN 01 Lasem berada pada tempat yang strategis karena terletak diantara

lembaga pemerintahan maupun tempat umum sehingga mudah dijangkau

oleh masyarakat. Disebelah timur terdapat Bank BKK, Bank BRI, Bank

BMT dan pasar.

SMPN 01 Lasem berada di kota Lasem yang merupakan daerah

pesisir pantai, namun disekilingnya juga terdapat pegunungan yaitu Gunung

Argo Kajar. Hal ini dapat menambah keindahan suasana belajar di SMPN

01 Lasem, disamping itu juga dapat memudahkan siswa SMPN 01 Lasem

untuk studi lapangan seperti mempelajari kehidupan satwa laut, mempelajari

aneka ragam tumbuhan alam pegunungan, keadaan jual beli dipasar dan

sebagainya.

2. Sejarah berdirinya.

Berdirinya SMPN 01 Lasem tidak terlepas dari dukungan

masyarakat yang dirintis oleh para tokoh masyarakat Lasem yang terdiri dari

para pendidik/guru dan ulama/kyai maupun komite. Para guru negeri yang

berdomisili di kecamatan Lasem bermusyawarah dengan para kyai dan

masyarakat, hasil musyawarah sepakat mendirikan lembaga pendidikan di

kota Lasem. Akhirnya pada tanggal 2 Agustus 1973 berdirilah SMPN 01

Lasem. Seiring dengan perkembangannya akhirnya SMPN 01 Lasem

mendapatkan bantuan tanah seluas 14044m2 dengan luas bangunan 6199m

2

37

dari pemerintah, sekarang dapat dilihat SMPN 01 lasem dengan sarana dan

prasarana yang bias dikategorikan sangat lengkap.1

3. Visi, misi dan tujuan SMPN 01 Lasem.

a. Visi.

“SEKOLAH YANG UNGGUL DALAM PRESTASI,

MENGHASILKAN LULUSAN YANG INOVATIF, KOMPETITIF,

BERAKHLAK MULIA, DAN BERWAWASAN INTERNASIONAL”

b. Misi.

1) Melaksanakan pengembangan kurikulum satuan pendidikan bertaraf

nasional dan internasional.

2) Melaksanakan pengembangan proses pembelajaran di sekolah

bertaraf nasional dan internasional.

3) Meningkatkan pencapaian kompetensi kelulusan seluruh mata

pelajaran bertaraf nasional dan internasional.

4) Meningkatkan prestasi akademik maupun non akademik bertaraf

nasional dan internasional.

5) Melaksanakan peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga

kependidikan bertaraf nasional dan internasional.

6) Melaksanakan pengembangkan fasilitas pendidikan bertaraf nasional

dan internasional.

7) Melaksanakan sekolah sesuai SPM.

8) Melaksanakan pengembangan pembiayaan sekolah.

9) Melaksanakan kehidupan yang berakhlak mulia.

10) Melaksanakan pola hidup yang sehat.

11) Melaksanakan kehidupan yang menjunjung tinggi nilai-nilai estetika.

12) Melaksanakan kegiatan keagamaan.

c. Tujuan.

1) Meningkatkan kualitas sekolah dari SSN menjadi rintisan SBI.

2) Mempersiapkan SMP Negeri 01 Lasem dalam kegiatan rintisan

sekolah bertaraf internasional mulai tahun pelajaran 2009/2010.

1 Dokumen sejarah SMPN 01 Lasem

38

3) Menghasilkan lulusan yang cerdas dan kompetitif di tingkat nasional

dan internasional.

4. Keadaan guru dan pegawai administrasi SMPN 01 Lasem.

a. Keadaan jumlah guru SMPN 01 Lasem.

SMPN 01 Lasem mempunyai tenaga guru sebanyak 46 orang , 41

orang yang berstatus PNS dan 6 orang yang berstatus honorer (daftar

guru terlampir) sehingga untuk saat ini penerimaan guru lebih

diproritaskan PNS karena saat ini SMPN 01 Lasem membutuhkan

tenaga pengajar yang banyak lagi.

*Lampiran 1 data tentang Keadaan Jumlah Guru Tahun Pelajaran 2009/2010.

b. Keadaan karyawan.

Untuk membantu proses perencanaan belajar mengajar dan tata

administrasi SMPN 01 Lasem dibantu oleh orang 8 perempuan dan 11

orang laki-laki yang berstatus honorer sebanyak 11 orang dan 8 PNS

sebanyak orang.

*Lampiran 1 data tentang jumlah Karyawan Tahun Pelajaran 2009/2010.

c. Keadaan siswa.

KELAS VII VIII IX JUMLAH

ROMBEL 8 8 8 24

JML MURID 264 276 300 840

5. Sarana dan prasarana SMPN 01 Lasem.

Sarana dan prasarana tidak lain adalah untuk mendukung kelancaran

dan keberhasilan proses belajar mengajar. Saat ini ketersediaan sarana dan

prasarana pendidikan menjadi kebutuhan pokok dalam dunia pendidikan.

SMPN 01 Lasem sebagai lembaga pendidikan menengah pertama yang

memberikan sarana dan prasarana yang mencukupi agar kegiatan belajar

mengajar dapat berlangsung secara optimal. Dalam rangka menunjang

keberhasilan pendidikanya, lembaga ini berupaya secara bertahap untuk

melengkapi sarana prasarana pendidikannya. Hingga kini SMPN 01 Lasem

telah memiliki sarana dan prasarana, yang secara terperinci sebagai berikut:

39

a. Ruang kelas sebanyak 24 ruang.

b. Ruang perpustakaan Lt 1 dan Lt 2.

c. Ruang Lab. IPA.

d. Ruang Lab. Bahasa.

e. Ruang Lab. Komputer.

f. Ruang Ketrampilan.

g. Ruang Multimedia.

h. Ruang Kesenian.

i. Ruang OSIS/BK.

j. Ruang UKS.

k. Tempat Ibadah.

l. Aula Serbaguna.

m. Ruang Guru.

n. Ruang Tata Usaha.

o. Ruang Kepala Sekolah

p. Kantin.

q. Kamar Mandi

r. Tempat Parkir.

s. Halaman/Tempat Upacara.

t. Lapangan Olah Raga.

40

6. Struktur Organisasi SMPN 01 Lasem.

Adapun struktur organisasi SMPN 01 Lasem adalah sebagai berikut:

STRUKTUR ORGANISASI

SMPN 01 LASEM

KEPALA SEKOLAH

Hj. Inayah Abdul Chanan, S.Pd

WAKIL KEPALA SEKOLAH

Yuni Marhaeni Rahayu, S.Pd

KOMITE

URS. TU

Subali

URS. KURIKULUM

1. Drs. Harjanta

2. Endang M, S.Pd

3. Suyamti, S.Pd

URS. KESISWAAN

Drs. A. Salam

URS. SARANA/

PRASARANA

Suharjo, S.Pd

URS. HUMAS

Supriyo, S.Pd

PENGELOLA

PERPUSTAKAAN

Minkhatul, S.Pd

PENGELOLA

KET. JASA

Endiyati, S.Pd

PENGELOLA

KOMPUTER

Anik, S, S.Kom

PENGELOLA

LAB. IPA

Priharyono

PENGELOLA

LAB. BAHASA

Setyo H, S.Pd

GURU MAPEL

WALI KELAS

GURU BP / BK

1. Dra. Puji L

2. Drs. Hadliri

3. Eni Latifah, S.Ag

VIIA : Ratih L, S.Pd

VIIB : H.A. Dahlan, S.Pd

VIIC : Budiharti, S.Pd

VIID : Tasripan, S.Pd

VIIE : Es. Sutami, S.Pd

VIIF : Hj. Siti Romlah, S.Pd

VIIG : Suprapti, S.Pd

VIIH : Eni Latifah, S.Ag

VIIIA : Eliya Shofia, S.Pd

VIIIB : Nursidhi, S.Pd

VIIIC : Setyo Hastuti, S.Pd

VIIID : Sri Wuryuni, S.Pd

VIIIE : Anik S, S.Kom

VIIIF : Hj. Endiyari, S.Pd

VIIIG : Endah SR, S.Pd

VIIIH : Hj. Erna N, S.Pd

IXA : Minkhatul K, S.Pd

IXB : Sugiharto, S.Pd

IXC : Eny SZ, S.Pd

IXD : Hasta W, S.Pd

IXE : Suryantini, S.Pd

IXF : Sri Wahyuni, S.Pd

IXG : Ninik SM, S.Pd

IXH : Hj. Endang H, S.Pd

41

B. Data Khusus Tentang Kebijakan Dalam Meningkatkan Mutu

Pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem.

1. Kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan manajemen mutu

pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem.

a. Perencanaan kebijakan.

Perencanaan merupakan usaha yang dilakukan kepala sekolah

untuk mengembangkan strategi yang akan dilaksanakan, antara lain

membantu kepala sekolah dan staf untuk mengubah kondisi

pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.

Dalam perencanaan kebijakan sebagai upaya pemaksimalan daya

saing lembaga, SMPN 01 Lasem berupaya untuk melakukan pembinaan

terus menerus dalam semua aspek, baik organisasi, sarana dan prasarana,

kesejahteraan karyawan dan juga pelatihan-pelatihan guru-guru dan

karyawan. Adapun terkait dengan kebijakan mutu pembelajaran

khususnya PAI maka pihak sekolah memberlakukan beberapa strategi

untuk menghasilkan mutu pembelajaran yang lebih baik, yaitu:

1) Peningkatan kualitas guru.

Untuk menciptakan out put yang berkualitas faktor terpenting

adalah peningkatan kualitas guru. Peningkatan ini diusahakan untuk

dapat bertahan menghadapi persaingan yang ada tuntutan mengenai

peningkatan guru memang seharusnya dilakukan dengan tujuan

mampu mengikuti perkembangan saat ini, yang diharapkan

kependidikan guru benar-benar memenuhi standar yang diinginkan

pemerintah dan intansi terkait.

Kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam

melaksanakan kewajiban secara bertanggungjawab dan layak.

Pelatihan atau pengembangan kualitas SDM terutama menyangkut

kemampuan guru dalam mengajar adalah bagian terpenting dari usaha

peningkatan kualitas pembelajaran. Kualitas guru ini merupakan salah

satu pilar dalam mendorong pencapaian mutu. Karena proses

pembelajaran menyangkut kemampuan mengajar guru, maka dalam

42

pelaksanaan program ini penekanannya adalah peningkatan

kemampuan guru dalam mengajar, baik untuk mata pelajaran umum

maupun agama, standar kualitas guru yaitu kegiatan sebelum

mengajar, diantaranya adalah membuat prota, promes dan satpel.

Untuk meningkatkan kualitas guru maka kepala sekolah

mendorong guru-guru untuk mengikuti program pembinaan pegawai

berbagai kegiatan seperti:

(a) Kerjasama dengan pihak lain dalam penyelenggaraan pelatihan dan

kursus. Seperti kursus bahasa inggris untuk guru/karyawan,

pelatiahan operasional computer dan internet, pelatihan guru atau

karyawan dan lain-lain. Dalam hal ini dari 46 guru yang ada di

SMPN 01 Lasem, khususnya 3 guru PAI telah melaksanakan

pelatihan. Karena kepala sekolah disini membuat kebijakan agar

seluruh guru yang ada di SMPN 01 Lasem dapat mengikuti

pelatihan sebagai bekal untuk melaksanakan pembelajaran agar

lebih bermutu sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

(b) Studi banding antar sekolah, yaitu dengan menentukan sekolah

baik negeri maupun swasta yang lebih maju untuk dijadikan

standar agar SMPN 01 lebih bermutu, studi banding ini dilakukan

bukan terbatas pada sekolah yang ada di Rembang saja akan tetapi

pihak sekolah disisni melihat dari kemajuan yang telah diraih oleh

sekolah tersebut.

(c) Diadakan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Kegiatan ini

antara guru yang satu dengan guru yang lainnya berbeda menurut

jenis pelajaran yang diampu oleh guru itu sendiri. Menurut kepala

sekolah MGMP itu diserahkan pada bidang masing guru mata

pelajaran.

(d) Kegiatan sosialisasi KTSP di tingkat gugus, pelatihan guru mata

pelajaran , seminar-seminar atau workshop pendidikan seperti

worskshop peningkatan kreativitas mengajar seperti PAIKEM.

43

Merupakan salah satu cara untuk memperkaya pengetahuan guru

dalam membuat metodologi dalam mengajar.

(e) Melakukan penjaringan tenaga education sesuai dengan spesifikasi

jurusan/kesesuaian pendidikan yang diampu dan diutamakan yang

sudah strata I (SI), sehingga profesionalisme guru dapat

dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan konsumen.

2) Kegiatan belajar mengajar (KBM).

Agar diperoleh hasil yang memuaskan maka terlebih dahulu

sekolah harus melakukan perubahan yang mendasar terkait dengan

kegiatan belajar mengajar, diantaranya yaitu:

(a) Kurikulum

Sekolah mempunyai wewenang untuk mengubah dan

mengelola sendiri kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah

pusat. Pelaksanaan isi kurikulum dapat dirombak berdasarkan rapat

yang dilakukan oleh pihak sekolah. Dengan adanya guru yang

berkualitas serta didukung dengan kurikulum yang dinamis maka

mutu pendidikan akan terwujud. Sebagai upaya peningkatan mutu

PAI maka kebijakan yang diambil oleh sekolah adalah membuat

hidden curriculum serta memaksimalkannya, hidden curriculum

yang ada di SMPN 01 Lasem, yaitu:

(1) Mengadakan jam tambahan selama sepuluh menit bagi siswa

untuk membaca Al-Qur’an setiap akan memulai pelajaran PAI

yang diambil oleh guru pada saat mengajar di kelas/pada saat

ada jam pelajaran PAI.

(2) Memaksimalkan musholla sekolah, yaitu dengan meningkatkan

kegiatan keagamaan bagi siswa pada waktu istirahat untuk

melaksanakan sholat sunah seperti shalat dhuha, dan setiap

materi ibadah sholat mempraktekkan langsung di mushola. Hal

ini bertujuan untuk agar siswa menjadi bisa mengingat-ingat

materi.

44

(3) Pelaksanaan ibadah zakat dan qurban di sekolah. Hal ini

dilakukan agar siswa tahu bagaimana praktek dan proses zakat

dan qurban. Pelaksanaan ibadah ini juga agar siswa peka

terhadap lingkungan sekeliling/rasa solidaritas yang tinggi

terhadap sesama yang membutuhkan.

(4) Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan, yaitu kegiatan tilawah dan

qiro’ah yang dilakukan diluar jam pelajaran. Pelaksanaannya

yaitu pada hari minggu pagi. Dalam kegiatan tersebut dipelajari

teknik baca Al-Qur’an dengan lagu, mempelajari tajwid dan

sebagainya. Kegiatan ini diperuntukkan bagi semua siswa yang

berminat mengikuti kegiatan ini. Pelaksanaan ekstrakulikuler ini

telah dibimbingan dari para pengajar yang professional.

(5) Guru dituntut untuk memberikan contoh kepada siswa, yaitu

tentang pembiasaan bersalaman dan mengucapkan salam apabila

bertemu dengan teman, guru, dan karyawan sebelum dan

sesudah pelajaran atau ketika bertemu diluar kelas.

(6) Akhlak siswa di lingkungan sekolah. Para siswa harus

mempunyai akhlak yang baik, toleransi, disiplin, ramah kepada

sesama siswa maupun terhadap guru dan karyawan. Semua guru

SMPN 01 Lasem mempunyai sikap dan perilaku yang baik dan

menjadi contoh teladan siswa dari sekolah lain.

(7) Siswa dituntun untuk dapat melaksanakan sholat lima waktu.

Disini guru dapat melihat dengan observasi melalui data harian

sholat yang harus diisi oleh setiap siswa.

(8) Meskipun SMPN 01 Lasem merupakan sekolah nasional tetapi

disini kepala sekolah memberlakukan kebijakan bagi semua

siswa untuk menggunakan rok panjang dan baju lengan panjang

bagi putri, dan celana panjang serta lengan pendek bagi putra.

Hal ini bertujuan untuk memudahkan siswa khususnya yang

45

laki-laki untuk melaksanakan sholat, sehingga siswa tidak repot

untuk membawa peralatan sholat.2

Kalau dianalisis bahwa kurikulum sebagai ruh dari pada

lembaga pendidikan, karena kurikulumlah yang bisa menunjukkan

jati diri lembaga pendidikan tersebut mau dibawa kemana. Begitu

juga dengan SMPN 01 Lasem kurikulum yang diterapkan

menunjukkan penguatan pada aspek Islam dan sains dengan

kemasan yang begitu apik dan mampu mendesain sesuai dengan

tuntutan pelanggan, sehingga kepuasan pelanggan dapat tercapai.

3) Siswa “sebagai pusat” (student centered learning).

Siswa adalah sentral pelaksanaan pembelajaran, atau dalam

artian pembelajaran terfokus pada siswa secara totallitas. Oleh karena

itu guru memberi peluang bagi siswa untuk secara alami

mengembangkan diri hingga ketingkat yang lebih tinggi.

Kekreatifitasan dan siswa aktif yang sangat diharapkan. Pihak sekolah

fokus pada intelektual (intellectual focus), dimana sekolah

memfokuskan diri untuk membantu anak didiknya mengembangkan

kebiasaan menggunakan otak intelektualnya secara baik. Disamping

itu juga pengajaran dan pembelajaran harus bersifat dipersonalisasikan

untuk memaksimumkan potensi anak didik yang telah dimilikinya,

sehingga siswa menjadi pembelajar aktif.

Peningkatan mutu pendidikan pada siswa SMPN 01 Lasem

dengan proses monitoring dari guru. Jadi disini guru tidak hanya

bertugas menyampaikan pengajaran tetapi mereka juga dituntut untuk

mengetahui secara lebih mendalam tentang peserta didiknya. Ketika

guru mengetahui bahwa siswanya mengalami permasalahan dengan

pelajaran maka secepatnya guru mengatasinya dengan melaksanakan

jam tambahan seusai pelajaran. Selain itu untuk membangun kesiapan

pada siswa dari BK selalu siap untuk mengatasi permasalahan-

2 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Ibu Hj. Inayah Abdul Chanan, S.Pd, pada

tanggal 23 Januari 2010

46

permasalahan yang dialami siswa baik berasal dari pribadi, keluarga

maupun lingkungan sekitarnaya. Sehingga siswa diharapkan akan

lebih mudah dan nyaman dalam menerima pelajaran yang diberikan

oleh pendidik.

Dengan adanya kerjasama yang baik dari seluruh komponen

yang ada di sekolah, terutama terkait dengan kebebasan yang

diberikan oleh siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan

kreatifitas yang dimiliki, maka mutu dapat dilihat dari perkembangan

jumlah murid dan jumlah kelas dari tahun ke tahun yang semakin

bertambah.

No Tahun Jumlah murid Jumlah kelas

1 2006/2007 815 21

2 2007/2008 843 22

3 2008/2009 844 24

4 2009/2010 850 24

4) Sarana dan Prasarana

Yang dimaksud prasarana pendidikan adalah bangunan

sekolah, dan alat perabot sekolah. Prasarana pendidikan ini juga

berperan dalam proses belajar mengajar walaupun secara tidak

langsung sarana dan prasarana yang ada digunakan sebagai perantara

dalam proses belajar mengajar, untuk lebih mempertinggi efektifitas

dan efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan. SMPN 01 Lasem

sudah memiliki sarana dan prasarana yang memadai dan digunakan

seoptimal mungkin demi tercapainya tujuan akhir pendidikan yang

diharapkan.

Dilihat dari berbagai kesiapan-kesiapan yang digunakan oleh

SMPN 01 Lasem guna memberikan pelayanan yang terbaik untuk

siswa dan kenyamanan dalam proses belajar mengajar merupakan

proses guna menghasilkan mutu sekolah yang baik. Dari segi

manajemen yang sudah tertata dengan baik serta proses belajar

47

mengajar dengan nyaman, sarana yang mendukung dan lingkungan

yang dinamis, merupakan proses dalam menghasilkan mutu yang jauh

lebih baik.3

b. Pengambilan keputusan.

Dapat dipahami bahwa pengambilan keputusan ialah proses

pemecahan masalah dengan menentukan pilihan dari beberapa alternatif

untuk menetapkan suatu tindakan dalam mencapai tujuan yang

diinginkan. Keputusan ada yang bersifat terstruktur dan ada yang bersifat

tidak terstruktur. Keputusan terstruktur dapat diambil manakala

informasi, data, dan fakta tersedia secara lengkap untuk memecahkan

masalah sesuai prosedur. Sedangkan putusan tidak berstruktur adalah

putusan yang diambil manakala data dan informasi tidak tersedia untuk

pengambilan keputusan.

Setelah perencanaan kebijakan ditetapkan maka tahap selanjutnya

adalah pengambilan keputusan mengenai kebijakan yang telah

direncanakan. Setelah disepakati bersama kepala sekolah SMPN 01

Lasem menyerahkan sepenuhnya pada setiap masing-masing guru mata

pelajaran. Jadi setelah kebijakan dirumuskan maka setiap guru memiliki

wewenang untuk mengatur pembelajaran yang sesuai dengan apa yang

telah direncanakan. Karena kepala sekolah disini hanya sebagai pengarah

dan pengawas terhadap kinerja yang dilakukan oleh guru. Proses

pembelajaran memerlukan pengawasan, karena bagaimanapun juga,

proses pembelajaran memerlukan pengendalian yang dilakukan dengan

tujuan apakah proses pembelajaran serta kualitas peserta didik itu lebih

baik (meningkat) atau kualitasnya semakin rendah/menurun. Oleh karena

itu diadakanya rapat rutin guna membahas masalah-masalah yang ada

selama tahun ajaran dan juga langkah-langkah apa yang hendak

dilakukan selanjutnya.

3 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Ibu Hj. Inayah Abdul Chanan, S.Pd, pada

tanggal 23 Januari 2010

48

Dengan adanya pengawasan maka akan terlihat bahwa

pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar/tidak. Pengawasan

yang dilakukan oleh kepala sekolah dengan melakukan absensi terhadap

guru dan karyawan. Absensi sangat berpengaruh terhadap kinerja guru,

karena jika guru absen, maka akan menghambat materi yang ditargetkan

mengingat jumlah jamnya yang hanya 2 jam.

Dalam melakukan pengawasan kepala sekolah melibatkan guru

senior karena dirasa guru senior memiliki pengalaman yang lebih dalam

pembelajaran maka mereka harus mengawasi guru yunior, sedangkan

guru senior disini dipantau langsung oleh kepala sekolah. Selain itu,

pengawasan juga dilaksanakan dari pihak luar, baik komite sekolah,

daerah maupun pusat. Hal ini untuk memberikan masukan bagi

peningkatan mutu pembelajaran, karena pihak luar terutama

masyarakatlah yang akan menjadi lingkungan yang nyata dan evaluator

bagi para peserta didik. Pengawasan dilakukan guna meningkatkan mutu

yang lebih baik dimasa mendatang.

c. Kebijakan sekolah.

Membangun komunitas belajar yang produktif dan memotivasi

siswa agar terlibat dalam kegiatan yang bermakna adalah tujuan utama

pengajaran. Sebaliknya guru-guru yang efektif menerapkan berbagai

strategi secara independen sehingga motivasi menjadi sebuah aspek

permanen kelasnya yang kebutuhan psikologis siswa-siswanya terpenuhi

bahwa mereka menemukan kegiatan belajar yang menarik dan bermakna

serta mereka yakin akan berhasil.

Untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan sekolah secara efektif,

efisien dan optimal, maka ada beberapa strategi pokok yang harus

dilakukan oleh sekolah, diantara Strategi yang dilakukan oleh kepala

sekolah untuk mengantisipasi keadaan masa depan agar dapat terus

meningkatkan mutu serta tetap survive ditengah persaingan dunia

pendidikan yang serba ketat, maka SMPN 01 Lasem memberlakukan

beberapa kebijakan, diantaranya adalah:

49

1) Bencmarking (patok duga).

Menentukan sekolah lain baik negeri maupun swasta yang

lebih maju untuk dijadikan standar. Dalam memilih dan menentukan

sekolah sebagai standar tidak harus meliputi semua unsur tetapi bisa

tiap unsur (iptek, imtak dan ikhtiar).

2) Pengembangan atau peningkatan kualitas SDM terutama guru.

Peningkatan kualitas SDM dapat direalisasikan dengan cara sebagai

berikut:

(a) Mengikutsertakan mereka dalam pelatihan, penataran, lokakarya,

seminar, dan sejenisnya yang mengarah kepada penguasaan materi,

penguasaan.

(1) Alat pembelajaran mutakhir, penguasaan metodologi dan

strategi.

(2) Pembelajaran, manajemen pengelolaan sekolah dan lain

sebagainya.

(b) Kajian dan pembinaan setiap pekan, koordinasi rutin pekanan,

pemerataan tugas kepanitiaan dan lain-lain.

3) Pengembangan fasilitas belajar yang mutakhir.

Melakukan pengadaan dan penyempurnaan alat pembelajaran

terbaru dan lebih canggih, sehingga siswa lebih termotivasi dan

didekatkan dengan teknologi mutakhir sebagai bentuk kepeloporan

penguasaan iptek.

4) Menyediakan sarana kerja dan tugas-tugas mandiri

Siswa diberikan sarana kerja untuk menumbuhkan jiwa

wiraswasta dan meningkatkan budaya kinerja. Kantin, toko buku atau

perpustakaan dapat dijadikan laboratorium kerja siswa, selain kegiatan

pramuka/kepanduan, UPKS dan lain-lain.

5) Kurikulum dan silabus.

Perlu mengkaji dan mengembangkan kurikulum dan silabus

sesuai dengan kebijakan pemerintah (depertemen pendidikan nasional)

disamping itu juga perlu mengembangkan kurikulum dan menyusun

50

silabus pendidikan agama untuk memahamkan siswa terhadap

agamanya secara murni dan konsekwen, mengingat banyaknya

pelanggaran syari’at, undang-undang dan tata tertib oleh kebanyakan

orang pada akhir-akhir ini.

6) Peningkatan manajemen.

Manajemen sekolah perlu terus dikembangkan, kepala

sekolah perlu dibekali manajemen yang cukup bukan sekedar

kemampuan pendidikan.

7) Peningkatan sumber dana.

Sekolah lebih difokuskan kepada masalah pendidikan, sedang

pendanaan lebih menjadi tugas para staf yang telah dipilih dan

dipercaya oleh sekolah. Dengan meningkatnya posisi sekolah maka

kebutuhan operasional meningkat. Perlu dikembangkan dialog secara

intensif antara orang tua, murid, pemerintah dan donator.

8) Sangat mengutamakan pelayanan prima.

Untuk mencapai kualitas lembaga ditengah persaingan yang

semakin ketat. Pihak sekolah berupaya memberikan pelayanan yang

baik kepada stakeholder, karena dengan pelayanan yang baik maka

akan lebih mudah untuk mewujudkan kerjasama dengan masyarakat

sekitar. Oleh karena itu apabila ada komplen dari pelanggan

pendidikan maka SMPN 01 Lasem secepat mungkin untuk segera

menyelesaikannya, langkah ini ditempuh agar kepuasan pelanggan

dapat tercapai.4

2. Manajemen mutu pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem.

Kualitas pendidikan merupakan salah satu faktor yang paling

penting bagi suatu instansi pendidikan untuk dapat bertahan menghadapi

persaingan yang ada. Pemenuhan tersebut dapat dipenuhi dengan mengelola

pembelajaran dengan baik agar menghasilkan out put dengan kualitas

terbaik, sehingga dapat bersaing dan berpengaruh pada peningkatan

4 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Ibu Hj. Inayah Abdul Chanan, S.Pd, pada

tanggal 23 Januari 2010

51

kepercayaan konsumen terhadap out put yang dihasilkan selama mengikuti

pendidikan di SMPN 01 Lasem. Berikut ini merupakan gambaran

pelaksanaan manajemen pembelajaran yang dilakukan di SMPN 01 Lasem.

b. Perencanaan (Planning).5

Perencanaan kegiatan pembelajaran adalah rencana yang

digunakan untuk merealisasikan rancangan yang telah disusun dalam

silabus. Guru SMPN 01 Lasem dituntut untuk membuat perencanaan

pembelajaran yang meliputi:

1) Program semesteran.

Program semesteran ini berisi tentang hal yang hendak

dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut. Program semester

mata pelajaran ini berisikan tentang kompetensi dasar, pokok materi,

indikator keberhasilan belajar, pengalaman belajar yang akan dicapai,

alokasi waktu dan sistem penilaian sumber, bahan, alat sudah

termasuk dalam prota.

2) Program rencana pembelajaran.

Program rencana pembelajaran adalah sebuah persiapan yang

dilakukan oleh seorang pendidik dalam setiap mengajar. Setiap

pendidik membuat rencana pembelajaran yang isinya sesuai dengan

konsep kurikulum yang sudah ada.

3) Kalender pendidikan.

Kalender pendidikan di SMPN 01 lasem dibuat oleh pihak

sekolah berasal dari hasil musyawarah kerja tim pengembangan

kurikulum yang dikoordinir oleh wakasek kurikulum. Dalam

menentukan kalender pendidikan ditentukan atas dasar efesiensi dan

efektifitas kegiatan belajar mengajar yang ada disekolah.

c. Pengorganisasian (Organizing).

Pengorganisasian pembelajaran adalah pekerjaan seorang

pendidik untuk mengatur dan mengembangkan sumber-sumber belajar.

5 Hasil Wawancara dengan ibu Endang M, S.pd. selaku Wakasek Kurikulum SMPN 01

Lasem, 20 Januari 2010

52

Sehingga dapat mewujudkan tujuan pembelajaran dengan cara yang

efektif dan efisien. Dalam kegiatan pengorganisasian pendidik terlibat

dalam pembagian tugas khusus yang harus dilakukan pendidik dan

peserta didik dalam proses pembelajaran yang juga akan melibatkan

berbagai proses antara pribadi, misal bagaimana memotivasi peserta

didik agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

Organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman, dan aman bagi

perkembangan potensi peserta didik secara optimal. Termasuk dalam hal

ini adalah pengelolaan bahan pelajaran yang baik bagi peserta didik serta

pengelolaan kelas yang tepat, efektif, dan efisien serta iklim belajar yang

kondusif merupakan faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik

dalam proses pembelajaran.

d. Pelaksanaan (Actuating).6

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah upaya yang dilakukan

pendidik untuk merealisasikan rancangan yang telah disusun baik dalam

silabus maupun pembelajaran. Ada beberapa langkah yang dilakukan

pendidik dalam melaksanakan pembelajaran, yaitu:

1. Apersepsi.

Apersepsi adalah menghubungkan materi pembelajaran dengan

pengalaman peserta didik/kompetensi yang telah dikuasai oleh peserta

didik.

2. Pendekatan pembelajaran.

Pendekatan yang dilakukan dalam pembelajaran yaitu:

pendekatan CTL. Artinya, siswa belajar dengan melibatkan diri

secara langsung bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi peserta didik

diharapkan memahami, dan melaksanakan materi yang disampaikan

(dipraktekkan) dalam kehidupan sehari-hari.

6 Hasil wawancara dengan bapak Drs. A. Salam, selaku guru mata pelajaran PAI SMPN

01 Lasem, tanggal 21 Januari 2010

53

3. Metode pembelajaran.

Salah satu faktor terpenting dalam pelaksanaan pembelajaran

PAI adalah metode yang tepat untuk mentrasfer materi PAI. Oleh

karena itu penggunaan metode pembelajaran PAI harus

memperhatikan masing-masing materi pembelajaran, kondisi siswa,

serta persediaan sarana dan prasarana. Proses belajar mengajar PAI di

SMPN 01 Lasem dilaksanakan dengan menggunakan beberapa

metode yang disesuaikan dengan materi pelajaran, adapun metode

yang digunakan oleh guru antara lain:

a. Metode ceramah, digunakan oleh guru dalam menerangkan materi

pelajaran PAI yang disampaikan dengan jalan menerangkan dan

menuturkan secara lisan pada murid sedangkan diakhir

penyampaian materi pelajaran guru dapat memberikan dan

mengambil kesimpulan dari pelajaran yang telah disampaikan.

b. Metode Tanya jawab, ini digunakan untuk membangkitkan

pemikiran siswa baik untuk bertanya maupun menjawab sehingga

proses belajar mengajar lebih dialogis, tercipta suasana

menyenangkan, tidak kaku dan membosankan.

c. Metode demonstrasi, adalah metode yang menggunakan peragaan

untuk memperjelas suatu pengertian, memperlihatkan bagaimana

melakukan suatu kepada siswa, seperti materi sholat fardhu,

menyelenggarakan sholat jenazah dan lain-lain.

d. Metode diskusi, merupakan salah satu cara mendidik yang

berupaya memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau

lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk

memperkuat pendapatnya. Untuk mendapatkan hal yang disepakati,

tentunya masing-masing menghilangkan perasaan subjektifitas dan

emosionalitas yang akan menghargai bobot pikir dan

perkembangan akal semestinya.

Dalam pelaksanaannya, metode-metode diatas sangat membantu

dalam menyampaikan materi kepada peserta didik, sehingga proses

54

belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif, dan bahwa dengan

metode-metode tersebut materi tidak sulit untuk dipahami.

4. Media pembelajaran PAI.

Disamping penentuan metode pembelajaran untuk menunjang

percepatan belajar harus memperhatikan media pembelajarannya.

Media yang digunakan di SMPN 01 Lasem sesuai dengan materi

yang diajarkan, kreatifitas pendidik dalam menggunakan media

sangat berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran. Adapun media

yang digunakan seperti gedung, perpus, sarana ibadah, buku-buku,

alat peraga dan sebagainya. Selain itu pendidik juga dituntut untuk

menciptakan media sendiri yang dapat memperlancar kegiatan

pembelajaran.

e. Evaluasi (Evaluating)

Rangkaian akhir dari sistem pembelajaran yang terpenting adalah

penilaian (evaluasi). Efektifitas pembelajaran tidak dapat diketahui tanpa

evaluasi hasil belajar. SMPN 01 Lasem melakukan evaluasi dan

penilaian hasil belajar dengan menggunakan penilaian berbasis kelas

yang memuat ranah kognitif, ranah psikomotorik dan efektif. Dalam hal

ini bentuk penilaian yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Penilaian proses.

Penilaian proses dilakukan terhadap partisipasi peserta didik

baik secara individu maupun kelompok selama proses pembelajaran

berlangsung. Standar yang digunakan dalam penilaian proses dapat

dilihat dari keterlibatan peserta didik secara aktif, sopan santun

terhadap guru dan peserta lainnya, mental maupun sosial dalam proses

pembelajaran, disamping menunjukkan kegiatan belajar yang tinggi,

semangat belajar yang besar, dan rasa percaya diri sendiri. Adapun

SMPN 01 Lasem dalam menentukan ketuntasan minimal memberikan

penilaian tiga ranah yaitu:

a. Ranah kognitif, penilaian kognitif dilakukan dengan adanya tes

tertulis, ulangan harian terprogram minimal 3 kali dalam satu

55

semester, apabila dalam ulangan harian terprogram belum

mencapai ketuntasan, maka diadakan proses remidisasi.

b. Ranah psikomotorik, ranah psikomotorik dapat dinilai sesuai materi

dan metode yang digunakan. Misal metode diskusi maka aspek

yang dinilai pada perhatian terhadap pelajaran, ketepatan

memberikan contoh, kemampuan mengemukakan pendapat, dan

untuk tanya jawab serta bentuk performance dan hasil karya

keseharian misalnya menghafal dan menulis ayat alqur’an dan

sebagainya.

c. Ranah afektif, kriteria yang dinilai diantaranya: kehadiran,

kesopanan, kerajinan, kedisiplinan, keramahan, ketepatan dalam

mengumpulkan tugas, partisipasi dalam belajar, perhatian dalam

pelajaran.

2. Penilaian hasil.

Dalam pelaksanaan penilaian hasil dilakukan pada tengah

semester dan akhir semester. Tujuannya adalah untuk mendapatkan

gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar

peserta didik dalam satuan waktu tertentu. Dalam penilaian hasil ini

dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya yaitu: Pertanyaan lisan

didalam kelas, ulangan harian terprogram yang dilakukan secara

periodik, tugas individu, Tugas kelompok, ulangan semesteran, dan

ujian praktik.7

f. Motivasi (Motivating).

Motivasi adalah pemberian inspirasi, semangat dan dorongan agar

melakukan kegiatan secara suka rela. Motivasi adalah salah satu faktor

yang dapat mempengaruhi keefektifan proses belajar siswa. Dengan

adanya motivasi diharapkan dapat mendorong guru dan siswa dalam

melakukan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lebih baik. Disini

kepala sekolah memberikan motivasi penuh kepada sekolah memberikan

7 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Ibu Hj. Inayah Abdul Chanan, S.Pd, pada

tanggal 22 januari 2010

56

motivasi kepada guru maupun siswa agar dapat menunjang penghasilan

pelaksanaan pembelajaran.

Untuk menarik dan memotivasi guru dan siswa agar semangat

dalam kegiatan belajar mengajar maka kepala sekolah memberikan

penghargaan ketika ada guru maupun siswa yang berprestasi atau

bertingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu untuk

memotivasi siswa kepala sekolah bersama guru disini membuat buku

penghubung antara guru kelas dan orang tua siswa. Fungsi buku

penghubung ini untuk memberitahu tentang prestasi siswa sekolah,

diharapkan siswa mendapat motivasi keluarga. Dengan adanya buku

penghubung tersebut maka kerjasama antar orang tua terjalin dengan

baik.

g. Fasilitas (Fasilitating).

Fasilitas pendidikan adalah semua hal yang dibutuhkan oleh

sekolah dalam meningkatkan mutu manajemen sekolah yang ada, untuk

memacu dan mempersiapkan serta mengupayakan terwujudnya

manajemen pembelajaran yang baik pada suatu lembaga pendidikan

maka hal penting yang harus diperhatikan yaitu fasilitas pendidikan.

Fasilitas berperan sangat penting untuk kelancaran pelaksanaan

pembelajaran yang ada pada SMPN 01 Lasem.

Fasilitas yang ada di SMPN 01 Lasem yang dapat pelaksanakan

pembelajaran bisa dikatakan telah memenuhi syarat, dimana terdapat

media visual, audio visual, visual, dan sarana-sarana lain yang

mendukung pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran dapat

dilakukan dengan efektif dan efisien serta tujuan belajar dapat tercapai.

h. Pemberdayaan (Empowering).

Pemberdayaan adalah proses memberdayakan orang-orang dalam

suatu lembaga untuk menjadikan lembaga tersebut lebih maju. Di SMPN

01 Lasem untuk meningkatkan kualitas guru dalam kegiatan

pembelajaran, maka kepala sekolah memberdayakan guru-guru untuk

mengikuti program-program seperti diadakannya MGMP bagi semua

57

guru sesuai dengan mata pelajaran yang diampu oleh guru itu sendiri.

Menurut kepala sekolah MGMP itu diserahkan pada bidang masing-

masing guru mata pelajaran. Selain kegiatan tersebut juga ada kegiatan

sosialisasi KTSP, pelatihan computer, internet dan bahasa inggris, serta

seminar dan pelatihan/worksop pendidikan seperti peningkatan kreatifitas

belajar mengajar seperti PAIKEM yang merupakan salah satu cara untuk

memperkaya pengetahuan guru dalam membuat metodologi dalam

mengajar.

Peningkatan mutu pembelajaran sudah menjadi keharusan dan

menjadi konsep yang paling manjur untuk menjawab tantangan global

yang ada. Setelah melihat mengenai gambaran pelaksanaan pembelajaran

yang dilakukan di SMPN 01 Lasem, kita dapat mengetahui hasil yang

diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan. Kaitannya

dengan mutu pembelajaran hal yang harus diperhatikan yaitu, penilaian

efektifitas sekolah tentang multi segi yaitu: input (masukan), out put

(proses), out come (keluaran).

a. Out put

Out put yang diharapkan, yaitu prestasi sekolah yang dihasilkan

dari pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Out put dapat berupa

prestasi akademik yang dihasilkan siswa seperti lomba pidato, qiroah,

juga prestasi non akademik, misalnya kejujuran, toleransi sesama

teman, kasih sayang yang tinggi, kepatuhan, kesopanan. Prestasi yang

pernah dicapai oleh SMPN 01 Lasem dari tahun ke tahun

menunjukkan adanya peningkatan yang cukup menggembirakan,

SMPN 01 Lasem mengikuti lomba-lomba baik dari tingkat kabupaten,

karisidenan, sampai tingkat propinsi. Diantara prestasi-prestasi yang

pernah diraih dalam dapat dilihat sebagai berikut:

58

Lampiran III : Data Tentang Prestasi Siswa Tahun Pelajaran 2009/2010

No Jenis kegiatan Nama Siswa Penyelenggara Tingkat Hasil

Tahun 2009/2010

1. Lomba Pidato

keagamaan

Dyah Layli F. Pan. Kartini Book

fair Rembang

Kabupaten Juara II

2. Lomba MTQ

Tilawah

Laila Rosidah - " - - " - Juara II

Fahrur Rosi - " - - " - Juara I

Izatun

Munawaroh

- " - - " - Juara III

3. MTQ / Tartil Laili Nur

Rosidah

Dinas Pendidikan

Kab. Rembang

- " - Juara III

4. Lomba kaligrafi pi Betari AM - " - - " - Juara I

5. Lomba kaligrafi pa Ahmad Wildan - " - - " - Juara Hrp

III

6. Lomba Tartil STQ

dan MTQ

Izzatul

Munawaroh

Panitia LPTQ

Kec. Lasem

Kabupaten Juara I

Ahmad Fahrur

Rosi

- " - - " - Juara I

Zaki Aslahul

Khitam

- " - - " - Juara III

Ini membuktikan bahwa out put yang dihasilkan SMPN 01

Lasem sudang sangat baik dan menentukan eksistensi dan kualitas

sekolah yang patut dipertahankan.8

b. Proses.

Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki karakteristik

proses yang sangat tinggi. Proses merupakan tahap yang berlangsung

selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dalam

sekolah dan untuk mencapai tujuan yang sudah dirumuskan dalam

visi, misi, serta tujuan sekolah maka memerlukan proses yang perlu

diperhatikan agar segala kegiatan yang ada didalam sekolah dapat

berjalan kondusif. SMPN 01 Lasem yang dikatakan sebagai rintisan

sekolah bertaraf internasional dan unggulan memiliki karakteristik

pembelajaran sebagai berikut:

1. Proses belajar mengajar yang efektifitasnya tinggi.

8 Hasil wawancara dengan petugas kesiswaan oleh ibu Rina Yulianti, pada tanggal 22

januari 2010

59

2. Metode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.

3. Lingkungan kelas yang kondusif, aman dan menyenangkan.

4. Melaksanakan kurikulum pembelajaran yang mampu

meningkatkan proses KBM menjadi berkualitas dan menyenangkan

5. Guru,yang mempunyai professional dan pengalaman dalam

melaksanakan pembelajaran.

6. Sarana dan prasarana yang mendukung proses belajar mengajar.

Dengan adanya pembelajaran yang bermutu, SMPN 01 Lasem

dapat memberikan kepuasan pada para pelanggannya, langkah ini

ditempuh agar kepuasan pelanggan dapat tercapai.

c. Input pendidikan.

Input pendidikan sangat penting sebagai salah satu faktor

peningkatan mutu pendidikan SMPN 01 Lasem. Karakteristik tersebut

menunjang keberhasilan pendidikan yang ada di SMPN 01 Lasem.

Selain itu, dalam menciptakan suasana sekolah yang kondusif dalam

mendukung pelaksanaan pembelajaran PAI antara lain menciptakan

tata tertib sekolah dalam rangka meningkatkan akhlak peserta didik.

Mutu pendidikan dapat dilihat dari dua sisi, sisi proses dan

sisikeluarannya, dilihat dari proses pendidikan dikatakan bermutu jika

proses belajar mengajar berlangsung secara efektif, yaitu kesesuaian

antara hasil dan tujuan. Diantaranya dapat dilihat dari:

1. Dengan adanya jam tambahan selama sepuluh menit bagi siswa

untuk membaca Al-qur’an, sedikit banyak siswa dapat membaca

jus amma dengan baik dan benar setelah lulus dari SMPN 01

Lasem.

2. Dengan pelaksanaan ibadah zakat dan qurban yang ada di sekolah.

Menjadikan siswa tahu bagaimana praktek dan proses zakat dan

qurban serta agar siswa peka terhadap lingkungan sekeliling/rasa

solidaritas yang tinggi terhadap sesama yang membutuhkan.

3. Siswa menjadi terbiasa megucapkan salam dan bersalaman antar

sesama teman, dengan kepala sekolah, dan peserta didik serta

60

karyawan sekolah apabila bertemu pada pagi hari/mau berpisah

pada siang hari.

4. Siswa menjadi terbiasa untuk berdo’a sebelum memulai pelajaran

di pagi hari dan ketiga berpisah pada siang hari.

5. Dengan memaksimalkan musholla sekolah, siswa menjadi terbiasa

untuk melakukan ibadah bersama, seperti shalat zuhur berjama’ah

untuk melatih kedisiplinan beribadah dan jiwa kebersamaan.

6. Dengan adanya kegiatan keagamaan yang dilaksanakan oleh

sekolah, seperti peringatan hari-hari besar Islam, pesantren kilat

yang dilaksanakan pada minggu pagi dan semacamnya. Maka

siswa lebih mengerti dan mendalami pendidikan islam dengan baik.

7. Dengan mendapatkan pelajaran PAI siswa dapat mengamalkan apa

yang telah diperoleh dan dapat mempraktekkannya dalam

kehidupan sehari-hari, seperti kewajiban untuk menciptakan

suasana aman, bersih, indah, tertib, kekeluargaan, dan rindang di

lingkungan sekolah dan sekitarnya.

8. Adanya kesadaran dari diri siswa untuk menghindari rasa dan sikap

permusuhan, perselisihan dan pertengkaran antara sesama serta

mengembangkan sifat disiplin.

9. Dengan mendapatkan pelajaran PAI di sekolah siswa menjadi lebih

sopan santun terhadap guru, orang tua. Serta para siswa

mempunyai ahklak yang baik, toleransi, disiplin, ramah kepada

sesama siswa maupun terhadap guru dan karyawan.

Berhasil atau tidaknya mutu pembelajaran di SMPN 01 Lasem dapat

diukur dari tinggi rendahnya prestasi akademik peserta didik selain itu juga

ditentukan oleh peran dan kemampuan kepala sekolah, guru, karyawan serta

stakeholder sekolah dalam upaya memenej sekolah untuk mengantarkan

peserta didik menuju tujuan yang diharapkan.

61

BAB IV

ANALISIS KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH

DALAM MENINGKATKAN MANAJEMEN

MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI SMPN 01 LASEM

Data yang telah tersusun dari bab III tentang kebijakan kepala sekolah

dalam meningkatkan manajemen mutu pembelajaran PAI studi di SMPN 01

Lasem, untuk selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis

deskriptif untuk memperoleh penjelasan mengenai objek yang akan diteliti. Dalam

analisis ini akan dikemukakan mengenai kebijakan kepala sekolah dalam

meningkatkan manajemen mutu pembelajaran PAI studi di SMPN 01 Lasem.

A. Analisis Kebijakan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Manajemen

Mutu Pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem.

Upaya peningkatan kualitas pembelajaran di SMPN 01 Lasem, baik

mengenai peningkatan kurikulum, peningkatan profesionalisme guru,

pemenuhan kebutuhan, sarana dan prasarana serta pemberdayaan pendidikan,

telah, sedang dan akan dilaksanakan secara terus menerus. SMPN 01 Lasem

harus mengembangkan visi yang menurut peneliti perlu mendapat perhatian

yaitu: pertama, populis yakni sekolah yang selalu dicintai oleh masyarakat

karena sekolah tumbuh di masyarakat dan berkembang oleh masyarakat.

Kedua, pembentukan pribadi siswa yang baik, yaitu sekolah yang mampu

menciptakan bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berahlak

mulia. ketiga, berkualitas yaitu sekolah yang mampu mencetak anak-anak

bangsa yang memiliki kemampuan dan ketrampilan yang cukup dan sanggup

menghadapi tantangan serta perubahan zaman. Terkait dengan kebijakan yang

dilakukan kepala sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran, ada

beberapa hal yang dilaksanakan diantaranya yaitu:

1. Perlibatan semua komponen yaitu: guru, karyawan, serta kepala sekolah

dalam mencapai keuntungan yang kompetitif mereka semua harus

diberdayakan untuk meningkatkan kualitas lulusan secara bersama-sama

62

untuk memecahkan masalah. Meningkatkan proses pendidikan dan

memuaskan pelanggan. Kepala sekolah SMPN 01 Lasem harus memimpin

sekolah dengan contoh-contoh yang relevan. Misal penggunaan alat-alat ,

bahasa, data dan merekomendasikan konsep manajemen mutu

pembelajaran. Peran kepala sekolah sebagai penasehat, infrastruktur, dan

pemimpin tidak boleh diabaikan. Artinya, ia harus memahami dan

memanaj secara terus menerus untuk mencapai peningkatan kualitas

pendidikan yang diharapkan.

Pemimpin merupakan penentu keberhasilan organisasi dalam

mewujudkan tujuan dapat dijadikan teladan serta mampu memberikan

inspirasi pada seluruh komponen SMPN 01 Lasem. Dari hal inilah perlunya

seorang pemimpin yang bisa membawa SMPN 01 Lasem untuk lebih maju

mengedepankan pada mutu dan kualitas out put-nya sehingga mampu

bertahan ditengah-tengah persaingan dunia pendidikan pada saat ini.

2. Peningkatan kualitas guru.

Ada beberapa penunjang untuk peningkatan kualitas guru dan

karyawan SMPN 01 Lasem antara lain:

a. Pelatihan MGMP untuk meningkatkan kualitas mengajar guru.

b. Training manajemen dan kepemimpinan tenaga pendidik.

c. Workshop peningkatan kualitas mengajar.

d. Mengadakan diskusi rutin dewan guru setiap satu bulan sekali.

e. Mendorong guru untuk melanjutkan studi kejenjang yang lebih tinggi

bagi yang belum(SI).

Beberapa kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas

guru dan karyawan dalam memberikan pelayanan terhadap pelanggan

pendidikan yaitu: masyarakat dengan mengadakan perbaikan internal maka

diharapkan semua pelanggan merasa puas dengan hasil yang diperolehnya.

Sehingga percaya terhadap civitas SMPN 01 Lasem tetap terjaga karena

kualitas yang dihasilkan oleh SMPN 01 Lasem.

63

3. Kurikulum

Kurikulum dapat dimaknai sebagai alat untuk mencapai tujuan

pendidikan. Dengan demikian kurikulum merupakan alat penting dalam

proses pendidikan. Dan di SMPN 01 Lasem menetapkan hidden curriculum

sebagai penunjang kurikulum PAI. Diantaranya yaitu:

a. Mengadakan jam tambahan selama sepuluh menit untuk membaca Al-

Qur’an memulai pelajaran PAI.

b. Memaksimalkan musholla sekolah, yaitu dengan meningkatkan

kegiatan keagamaan seperti shalat dhuha, shalat jama’ah zuhur bersama

c. Pelaksanaan ibadah zakat dan qurban di sekolah.

d. Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan, yaitu kegiatan tilawah dan qiro’ah

yang dilakukan diluar jam pelajaran.

e. Pembiasaan bersalaman apabila bertemu dengan teman, guru, dan

karyawan sebelum dan sesudah pelajaran atau ketika bertemu diluar

kelas.

Desain kurikulum yang diterapkan di SMPN 01 Lasem inilah yang

menjadi ciri khusus dan menjadikan SMPN 01 Lasem mampu bersaing

ditengah-tengah persaingan pada saat ini. Tidak ada kurikulum yang

dikatakan paling tepat dan bagus yang sesuai, karena kurikulum itu sendiri

harus menyesuaikan pada perubahan dan perkembangan serta tuntutan

masyarakat. Selain faktor-faktor penunjang yang telah memadai, demi

tercapainya kualitas pendidikan SMPN 01 Lasem juga harus

mempersiapkan diri terhadap perubahan-perubahan yang sewaktu-waktu

mengalami pergeseran.

4. Sarana dan prasarana.

SMPN 01 Lasem sudah memiliki sarana dan prasarana yang

memadai dan digunakan seoptimal mungkin demi tercapainya tujuan akhir

pendidikan yang diharapkan. SMPN 01 Lasem juga memberikan pelayanan

yang terbaik untuk siswa dan kenyamanan dalam proses belajar mengajar

merupakan proses guna menghasilkan mutu sekolah yang baik. Fasilitas

yang dipakai maupun tenaga pendidikan yang dimiliki SMPN 01 Lasem

64

diharapkan mampu mencetak out put yang berkualitas baik dibidang Islam

maupun sains dan memberikan kepuasan pada pelanggan pendidikan.

Sedangkan dalam meningkatkan mutu sekolah, kebijakan yang

diberlakukan oleh kepala sekolah dalam rangka untuk mengantisipasi masa

depan agar mampu bersaing dan bertahan dalam menghadapi persaingan

dunia pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan terus menerus, tujuan dan fokus SMPN 01 Lasem adalah

peningkatan mutu secara terus menerus baik dari segi pelayanan,

pengelolaan, kegiatan belajar mengajar, maka langkah dan kebijakan

yang diambil harus berorientasi pada peningkatan mutu dan daya saing

pada sekolah lainnya.

2. Komunikasi yang baik dari segala aspek dan melakukan kerjasama

dengan siapa saja. Sistem komunikasi yang baik diharapkan mampu

menampung semua aspirasi dari semua pihak, baik dari wali murid,

dewan guru, karyawan, masyarakat serta anak didik. Kalau sistem ini

bisa dioptimalisasi maka manajemen sekolah bisa dijalankan dengan

baik karena semua ide dan aspirasi mereka bisa diakomodir dan

dilaksanakan secar bersama-sama.

3. Perkembangan di SMPN 01 Lasem dibilang berbeda dengan lembaga

pendidikan lain, hal ini bisa dilihat dari aktifitas guru dan karyawan

yang ada dilembaga tersebut. Setiap guru selalu melakukan proses

kegiatan belajar mengajar dengan baik, agar penjiwaaan materi yang

disampaikan lebih efektif agar siswa tidak jenuh dan bosan. Guru selalu

mendampingi siswa dalam belajar hal ini bertujuan agar anak dapat

dikondisikan dan mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh

guru sehingga proses KBM lebih optimal.

4. Fasilitator pendukung kelancaran manajemen mutu pembelajaran di

SMPN 01 Lasem.

a) Sumber daya manusia yang berkualitas dan professional, sangat

mendukung pelaksanaan manajemen mutu pembelajaran.

65

b) Adanya kemauan dan kesediaan peserta didik untuk belajar dan

berminat terhadap pengembangan serta peningkatan kualitas

keagamaan.

c) Dukungan dan komitmen yang tinggi dalam pelaksanaan

manajemen pembelajaran di SMPN 01 Lasem. Hal itu terlihat

dengan adanya usaha sekolah untuk berusaha menciptakan suasana

sekolah yang kondusif dan islami yang tertuang dari visi, misi.

d) Adanya dukungan, bantuan, masukan dari komite terhadap proses

pembelajaran.

5. Adanya tanggung jawab (accountability)

Sekolah dituntut untuk memiliki akuntabilitas baik masyarakat

maupun pemerintah. Hal ini merupakan perpaduan komitmen terhadap

standar keberhasilan dan harapan/tuntutan arang tua/masyarakat.

B. Analisis pelaksanaan Manajemen Mutu Pembelajaran PAI di SMPN 01

Lasem.

Ada beberapa hal yang dilakukan oleh SMPN 01 Lasem dalam

meningkatkan manajemen mutu pembelajaran, manajemen mutu pembelajaran

ini terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta evaluasi.

1. Perencanaan pembelajaran.

Perencanaan ini berkaitan dengan kegiatan yang hendak dicapai pada

masa depan. Dalam kegiatan perencanaan mengatur berbagai sumber daya,

agar hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Disini

pendidik harus memiliki kreatifitas dalam mengembangkan materi sesuai

dengan kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik dan perkembangan

lingkungan sekitar.

Proses pembelajaran di SMPN 01 Lasem dilakukan dengan cara

merealisasikan rancangan yang telah disusun dalam silabus, program

semesteran, program tahunan, program rencana pembelajaran, dan kalender

pendidikan. Dalam melakukan perencanaan pembelajaran ini pendidik

senantiasa memberikan yang terbaik bagi pesertta didik untuk

66

meningkatkan mutu yang ada di sekolah agar out put yang dihasilkan

menjadi lebih berkualitas.

SMPN 01 Lasem sebagai lembaga pendidikan telah melaksanakan

perencanaan dengan baik dalam manajemennya, terutama pada bidang

pembelajaran. Perencanaan pembelajaran tersebut telah dikatakan baik

melihat indikaror-indikatornya yaitu: pada tiap awal tahun pelajaran baru

pihak SMPN 01 Lasem mengadakan rapat rutin guna mengevaluasi seluruh

bentuk kegiatan selama setahun yang telah dilakukan, serta membahas

program-program untuk tahun yang akan datang.

2. Pengorganisasian pembelajaran.

Dalam pengorganisasian pembelajaran pendidik di SMPN 01 Lasem

harus mampu memotifasi peserta didik serta menciptakan suasana kelas

yang kondusif agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan. Dalam proses pembelajaran hubungan antara pendidik dan

peserta didik dapat berjalan baik, hal ini disebabkan karena pendidik di

SMPN 01 Lasem mampu memerankan dirinya sebagai :

a. Fasilitataor, pendidik memfasilitasi setiap kebutuhan siswa, khususnya

yang berhubungan dengan proses pembelajaran.

b. Manajer, pendidik disini berposisi sebagai pengelola proses

pembelajaran sehingga arah dan tujuan dapat dicapai.

c. Motivator, pendidik adalah orang yang memberikan pelajaran kepada

peserta didik, untuk itu pendidik harus memberikan motivasi kepada

siswa untuk meraih masa depan yang lebih baik.

d. Evaluator, proses pembelajaran yang dilaksanakan bertujuan untuk

memberikan pengetahuan, penguasaan materi yang telah diajarkan dan

mengubah sikap peserta didik agar menjadi lebih baik. Penguasaan

materi pembelajaran diukur dengan evaluasi.

Dengan kegiatan pengorganisasian yang dilakukan di SMPN 01

Lasem tersebut, menurut peneliti sudah sesuai dengan kerangka teori.

Kegiatan proses pembelajaran yang ada di SMPN 01 Lasem terlihat lancar

dan suasana yang kondusif. Pengorganisasian pengajaran di SMPN 01

67

Lasem juga telah dilakukan dengan baik hal ini terbukti dengan adanya

antusias peserta didik dalam mengikuti pembelajaran karena didukung oleh

kelas yang efektif, menarik, nyaman, bersih dan menyenangkan bagi

perkembangan potensi peserta didik sehingga memotivasi mereka untuk

lebih giat belajar.

3. Pelaksanaan pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran di SMPN 01 Lasem dilakukan dengan

beberapa langkah sebagai berikut:

a. Pelaksanaan pembelajaran didasarkan pada potensi perkembangan dan

kondisi peserta didik untuk menguasai pelajaran.

b. Pembelajaran dilakukan dengan suasana yang kondusif sehingga

hubungan antara pendidik dan peserta didik saling menghargai.

c. Pendekatan dilakukan dengan pendekatan multistategi dan multi media,

sumber belajar dan teknologi yang memadai serta pemanfaatan

lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.

d. Pembelajaran yang dilakukan memungkinkan peserta didik

mendapatkan pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, sesuai

dengan potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik.

Dalam kegiatan pembelajaran di SMPN 01 Lasem metode yang

digunakan sangat variatif yakni, metode ceramah, Tanya jawab, demonstrasi

dan diskusi. Metode-metode ini sangat membantu dalam menyampaikan

materi kepada peserta didik sehingga mereka lebih mudah dalam mencerna

pelajaran yang telah disampaikan sehingga proses belajar mengajar dapat

berjalan dengan efektif. Hal itu ditujukan dari prestasi yang diraih oleh

siswa baik bidang akademik maupun non akademik. Sudah sepatutnya

SMPN 01 Lasem berupaya untuk lebih baik serta mempertahankan apa yang

telah dimiliki agar dapat bersaing dengan lembaga lain.

4. Evaluasi pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran dikatakan berhasil dilihat dengan adanya

evaluasi. Hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian adalah prinsip

kontinuitas, yaitu pendidik secara terus menerus mengikuti pertumbuhan,

68

perkembangan, dan perubahan peserta didik. Dari hasil evaluasi dapat

dijadikan sebagai acuan untuk memperbaiki program pembelajaran,

meningkatkan tingkat penguasaan peserta didik dan memantau keberhasilan

pembelajaran yang telah diterapkan.

Dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran di SMPN 01 Lasem,

masyarakat sekitar diberi informasi tentang bagaimana hasil yang telah

dicapai oleh siswa yang belajar di SMPN 01 Lasem, hal tersebut sebagai

bentuk kerjasama sekolah dengan masyarakat sekitar. Hal ini telah

dilakukan dengan baik yakni dengan melaksanakan penilaian terhadap

kinerja peserta didik. Adapun penilaian tersebut meliputi penilaian hasil dan

penilaian proses yang terdiri dari tiga ranah yaitu: kognitif, psikomotorik

dan efektif.

5. Motivasi pembelajaran.

Prestasi yang dicapai tidak akan sesuai dengan yang diharapkan

tanpa adanya sebuah motivasi dan dorongan dari semua pihak baik kepala

sekolah, guru, maupun karyawan. Dalam kegiatan belajar mengajar kepala

sekolah selalu memotivasi guru sehingga keseluruhan daya penggerak

didalam diri guru yang menimbulkan kegiatan pembelajaran yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan pembelajaran dapat mencapai tujuan yang

dikehendaki dan dapat memperoleh hasil yang optimal.

6. Fasilitas pembelajaran.

Sejauh ini fasilitas yang ada di SMPN 01 Lasem yang dilihat oleh

peneliti bisa dikatakan telah memenuhi syarat dimana disetiap ruang kelas

sudah dilengkapi dengan LCD, TV. Selain itu juga terdapat laboratorium

IPA, bahasa, laboratorium computer yang dapat digunakan untuk internet

dan juga area hot spot yang bisa dimanfaatkan untuk memperoleh informasi

yang dibutuhkan, serta perpustakaan yang bisa dimanfaatkan siswa sebagai

tempat untuk memperoleh dan menambah pengetahuan.

Dari penelitian yang yang penulis lakukan fasilitas yang ada di

SMPN 01 Lasem sudah dimanfaatkan secara optimal. Dengan didukung

fasilitas yang lengkap maka proses belajar mengajar diharapkan dapat

69

berjalan dengan efektif dan efisien. SMPN 01 Lasem diharapkan dapat terus

mengembangkan fasilitas agar kebutuhan pelanggan dapat terpenuhi dan

mereka merasa puas terhadap pelayanan yang telah diberikan.

7. Pemberdayaan.

Kepala sekolah SMPN 01 lasem sudah melakukan pemberdayaan

terhadap guru maupun karyawan, yang disini bisa dilihat dari peran kepala

sekolah agar setiap guru melakukan pelatihan/worksop terkait dengan

peningkatan mutu pembelajaran seperti MGMP, sosialisasi KTSP, pelatihan

computer serta peningkatan kreatifitas mengajar. Dengan adanya guru dan

pegawai yang professional maka proses belajar mengajar dapat berjalan

dengan efektif, efisien dan terarah.

Menurut peneliti guru-guru yang ada di SMPN 01 Lasem masih

muda dan mempunyai pemikiran demokratis dan maju. Dengan kualitas

yang dimiliki oleh setiap guru maka akan mempengaruhi juga terhadap

kualitas proses pembelajaran yang berlangsung serta mampu membawa

sekolah ketingkat mutu yang lebih baik.

Dari gambaran mengenai pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan

di SMPN 01 Lasem kita dapat melihat mutu yang dihasilkan dari

pembelajaran tersebut. Mutu dapat dilihat dari “masukan” yang meliputi:

siswa, tenaga pengajar, administrator, dana, sarana dan prasarana,

kurikulum, buku-buku perpustakaan, laborat dan alat pembelajaran,

“proses” meliputi: pengelolaan lembaga, program studi, kegiatan belajar

mengajar, interaksi akademik. Sedangkan “hasil” meliputi: lulusan,

perilaku/ahklak, hasil-hasil, kinerja lainnya.

a. Input pembelajaran.

Dengan adanya pembelajaran yang bermutu maka proses belajar

mengajar akan terlaksana dengan lancar. Dengan adanya guru yang

professional diharapkan mampu memberikan pengetahuan, materi kepada

peserta didik lebih mantap, dan peserta didik mendapat pelajaran dari

guru yang berkompeten. Guru, kepala sekolah, karyawan merupakan

sumber daya yang termasuk dalam input pendidikan. Jika input baik,

70

maka mutu pembelajaran akan baik. Semua input pendidikan itu akan

menjadikan mutu sekolah baik atau mutu tidak baik tergantung dari

proses pembelajaran di lingkungan sekolah berlangsung.

b. Proses pembelajaran.

Apabila penyelenggara pembelajaran mempunyai kinerja yang

baik, maka akan tercipta iklim sekolah yang kondusif. Di SMPN 01

Lasem diharapkan mempunyai lingkungan pergaulan, tata hubungan,

pola perilaku, dan segala peraturan yang ada dapat dilaksanakan dengan

baik. Dengan adanya iklim sekolah yang kondusif, tentunya akan

berdampak pada suasana belajar yang nyaman. Mutu sekolah tidak dapat

dilihat dari keluarannya saja tetapi juga dilihat dari proses pembelajaran

yang dilaksanakan dapat menciptakan suasana yang aman, nyaman, dan

kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

c. Out put pembelajaran

Dilihat dari segi kualitas keluarannya, SMPN 01 Lasem

mempunyai kualitas yang baik, baik dalam iptek maupun imtaq.

Mengacu pada kualitas yang dihasilkan tersebut, tentunya tidak terlepas

dari fungsi perencanaan yang telah dilakukan. Kegiatan yang

direncanakan setiap kurun waktu tertentu (apakah akhir semester, akhir

tahun, 2 tahun/ 5 tahun, bahkan 10 tahun).

Prestasi yang dicapai/hasil pembelajaran berupa hasil tes

kemampuan akademis (misalnya ulangan harian, ulangan umum, UN),

tersebut tidak dapat dicapai tanpa sumber yang mendukung, yaitu sumber

daya. Menurut peneliti SMPN 01 Lasem telah mengatur semua sumber

daya sesuai dengan kebutuhan setempat. Guru merupakan salah satu

komponen penting dalam lembaga pendidikan yang nantinya dapat

merealisasikan tujuan pembelajaran, kompetensi dan professional guru

merupakan faktor pendorong tercapainya kualitas anak didik.

71

Berhasil atau tidaknya mutu pembelajaran di SMPN 01 Lasem dapat

diukur dari tinggi rendahnya prestasi akademik maupun non akademik yang

telah dihasilkan oleh peserta didik, sekolah disini berkuwajiban untuk

mengantarkan peserta didik menuju tujuan yang diharapkan. Dalam rangka

meningkatkan mutu pembelajaran kepala sekolah mempunyai keinginan selain

siswanya mempunyai kemampuan yang lebih dibidang akademis, mereka juga

memiliki moral yang baik. Untuk itu diperlukan kerjasama seluruh komponen

yang ada disekolah yaitu: kepala sekolah, guru, siswa, dan karyawan untuk

bertanggung jawab dalam rangka mewujudkan apa yang telah direncanakan.

Disini kepala sekolah menghimbau kepada guru PAI untuk dapat menanamkan

nilai-nilai islam kepada siswa dalam kehidupan sehari-hari.

72

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dari diskripsi hasil penelitian diatas maka penulis dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan manajemen mutu

pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem, dari penelitian di lapangan penulis

dapat memberikan gambaran bahwasannya dalam mencapai peningkatan

mutu pembelajaran khususnya PAI peran kepala sekolah sebagai pemimpin

pendidikan sudah berhasil dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan yang

telah dirumuskan. Dalam membuat kebijakan kepala sekolah sudah

mengacu pada komponen-komponen dalam merumuskan kebijakan,

komponen-komponen tersebut adalah:

a. Perencanaan/perumusan masalah kebijakan, yaitu: kebijakan yang

diambil atas beberapa pertimbangan baik pertimbangan tujuan, strategi

maupun kepentingan lingkungan eksternal.

b. Peramalan (forecasting), yaitu membuat informasi yang faktual tentang

situasi social masa depan atas dasar informasi yang telah ada.

c. Evaluasi, tahap akhir dalam pembuatan kebijakan adalah evaluasi.

Dalam evaluasi membuahkan pengetahuan yang relevan dengan

kebijakan tentang ketidaksesuaian antara kinerja kebijakan yang

diharapkan dengan yang dihasilkan.

2. Pelaksanaan manajemen mutu pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem telah

dilaksanakan secara optimal, hal tersebut terbukti dengan adanya kegiatan

pembelajaran yang dilakukan selama ini dapat berjalan dengan baik serta

menghasilkan lulusan sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam

peningkatan kualitas pembelajaran PAI, ada beberapa komponen yang

dapat mempengaruhi pembelajaran, komponen-komponen tersebut adalah:

1) orientasi pembelajaran, 2) proses pembelajaran, dalam proses

pembelajaran pendidik harus mengetahui metode apa yang tepat digunakan

73

sesuai dengan materi yang akan diajarkan, 3) kurikulum, 4) kerja

pembelajaran, 5) peran pendidik, 6) penilaian, 7) pengelolaan siswa dengan

pendekatan “anak sebagai pusat” (the child-centered approach), 8)

pengelolaan kelas yang kondusif.

Manajemen pembelajaran dalam usaha meningkatkan mutu harus

mengelola komponen yang ada dengan sebaik-baiknya agar hasil yang

diperoleh sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Berhasil atau tidaknya

suatu pembelajaran dapat dilihat dari input, proses, dan out put yang

dihasilkan dari sekolah.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di SMPN 01 Lasem sudah

menunjukkan peningkatan mutu, hal ini tercermin dalam pelaksanaan

pembelajaran di kelas, dimana sebelum dan sesudah proses belajar mengajar

dilaksanakan selalu diawali dan diakhiri dengan membaca do’a secara

bersama-sama. Suasana kelas yang kondusif membuat peserta didik nyaman

untuk menerima pelajaran. Selain itu, untuk meningkatkan pengetahuan

tentang keagamaan di sekolah juga dilaksanakan peringatan hari-hari besar

islam, pesantren kilat, amaliah ramadhan, pelaksanaan qurban pada hari raya

idul adha, dan sebagainya. Hal-hal istimewa inilah yang menjadi cirri khas

pembelajaran di SMPN 01 Lasem, yang ini dimaksudkan untuk membentuk

generasi muda yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang dibekali

dengan wawasan keagamaan.

B. Saran.

1. Bagi pembaca yang memetik hikmah dari karya tulis ini, diharapkan untuk

lebih memahami dan peduli terhadap pembelajaran serta peningkatan

kualitas atau mutu sekolah.

2. Penelitian ini merupakan barometer kecil dari apa yang menjadi konsep

besar mutu pembelajaran dalam dunia pendidikan yang bisa dijadikan

sebagai langkah alternative menuju peningkatan mutu pendidikan untuk

menghasilkan lulusan yang berkualitas, dan bisa memberikan kepuasan

pada pelanggan.

74

3. Bagi tenaga edukatif/dewan guru diharapkan memiliki orientasi untuk

memenuhi standar kualifikasi akademis sebagaimana yang dirumuskan oleh

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), mengingat guru memiliki

posisi yang strategis dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan

membangun suatu bangsa.

4. Perlu adanya dukungan dari sekolah dan masyarakat untuk mewujudkan

manajemen mutu pembelajaran agar out put yang dihasilkan berkualitas.

C. Penutup

Akhirnya, puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT yang telah mengaruniakan Taufiq, Hidayah dan pertolongan–Nya,

sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Kebijakan

Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Manajemen Mutu Pembelajaran PAI

studi di SMPN 01 Lasem” shalawat dan salam tidak lupa penulis haturkan

kepada Nabi Muhammad SAW, seorang juru selamat yang selalu dinantikan

akan syafa’at oleh seluruh umat manusia kelak dihari kiamat.

Penulis menyadari, sekalipun telah mencurahkan segala usaha dan

kemampuan dalam menyusun skripsi ini, namun masih terdapat kekurangan

disana-sini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca

yang budiman guna perbaikan selanjutnya. Dan penulis juga mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan

skripsi ini. Sebagai penutup semoga skripsi ini dapat menambah khazanak

keilmuan dan memberikan manfaat bagi kita semua. Amin

DAFTAR PUSTAKA

Akhmadsudrajat, “Peningkatan Mutu Pembelajaran Di Sekolah”

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/05/peningkatan-mutu-

pembelajaran-di-sekolah/, 3 Januari 2010

Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:

Rineka Cipta, 1998.

Bush, Tony dan Mariannecoleman, Leadership dan Strategic Management In

Education Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan, terj.

Fahrurrozi, Yogyakarta: IRCISOD, 2006.

Danim, Sudarwan, Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2006.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro,

2000.

Dunn, William N., Public Policy Analysis Pengantar Analisis Kebijakan Public,

Yogyakarta: Gajah Mada, 1999.

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, PBM-PAI Di Sekolah, Eksistensi

Dann Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar Offset, 1998, cet.I.

Handoko, T. Hani, Manajemen, Yogyakarta: BPFE,1995.

Imam Abi Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn Al-Mughirah bin

Bardizbah Al-Bukhari Al-Ja’fiy, Shahih Bukhari, Beirut: Dar al-Kutb al-

Ilmiyah, 1992, juz I.

Komariah, Aan dan Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif,

Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2005.

Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi

Konsep Dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2004.

Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi

Guru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008.

Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004,

Cet.4.

Marno, Islam By Manajemen And Leadership, Tinjauan Teoritis Dan Empiris

Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam , Malang: Lintas Pustaka,

2007.

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2002.

Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin,

1996.

Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan

Implementasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.

Nasution, S., Kurikulum Dan Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 1999.

Nazarudin, Manajemen Pembelajaran, Implementasi Konsep, Karakteristik Dan

Metodologi Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Jogjakarta: Teras, 2007.

Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model, dan Aplikasi, Jakarta:

Grasindo, 2003.

Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahsa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,

2006, cet.3.

Purwanto, Ngalim, Manajemen Pendidikan, Administrasi Dan Supervisi

Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka, 1994, Cet.3.

Rianto, Yatim, Metode Penelitian Pendidikan Suatu Tinjauan Dasar, Surabaya:

SIC, 1996.

Shaleh, Abdul Ranchman, Madrasah Dan Pendidikan Anak Bangsa, Visi, Misi,

Dan Aksi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

Sirozi, M., Politik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.

Sudjana, Nana dan Ibrahim, Penelitian Dan Penilaian Pendidikan, Bandung:

Sinar Baru Offset, 1989.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. ALVABETA, 2008,

Cet.4.

Suherli, “Konsep Dasar Kebijakan Dalam Pendidikan”

http://suherlicentre.blogspot.com/2008/07/konsep-dasar-kebijakan-dalam-

pendidikan.html, 29 Januari 2010

Suparlan, ”membandingkan beberapa konsep dan kebijakan pendidikan”,

http://www.suparlan.com/pages/posts/membandingkan-beberapa-konsep-

dan-kebijakan-pendidikan33.php, 29 Januari 2010

Surakhmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode, dan Teknik,

Bandung: Tarsito, 2004, edisi VII.

Suryadi, Ace dan Dasim Budimansyah, Paradikma Pembangunan Pendidikan

Nasional, Konsep, Teori, dan Aplikasi Dalam Analisis Kebijakan Publik ,

Bandung: Widya Aksara Press, 2009.

Suryadi, Ace dan H.A.R Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan, Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 1994.

Syafaruddin, Efektifitas Kebijakan Pendidikan, Konsep, Strategi, Dan Aplikasi

Kebijakan Menuju Organisasi Sekolah Yang Efektif, Jakarta: Rineka Cipta,

2008.

_________, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Konsep, Strategi, dan

Aplikasi, Jakarta: Grafindo, 2002.

Tholhah, Imam dan Ahmad Barizi, Membuka Jendela Pendidikan, Mengurai

Tradisi Integrasi Keilmuan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2004.

Tilaar, H.A.R dan Riant Nugroho, Kebijakan Pendidikan, Pengantar Untuk

Memahami Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Public, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2008.

Uno, Hamzah B., Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengajar

Yang Kreatif Dan Efektif, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008.

Usman, Husaini, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Jakarta: PT.

Bumi Aksara, 2006.

UU. No.20 Tahun.2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SIKDISNAS),

Jogjakarta: Media Wacana, 2003.

Uwes, Sanusi, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen, Jakarta: Logos Wacana

Ilmu, 1999.

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik Dan

Permasalahannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.

Yamin, Martinis dan Maisah, Manajemen Pembelajaran Kelas Strategi

Meningkatkan Mutu Pembelajaran, Jakarta: Gaung Persada, 2009.