Kebakaran-2.doc

11
SISTEM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN (FIRE PROTECTION AND EVACUATION) Bahaya Api Titik api terjadi jika ada 3 faktor: bahan bakar, oksigen dan panas hadir dalam jumlah tertentu. Prinsip dasar yang digunakan dalam praktek pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran adalah dapat mengurangi jumlah bahan dari faktor-faktor penyulut api dibawah tingkat tertentu. Intensitas api terutama tergantung dari jumlah bahan bakar yang ada (ex: kertas, kayu, plastik, kain, dll). Tingkat kemudahan terbakar dari bahan bakar tersebut tergantung dari seberapa kecil atau halusnya bahan-bahan tersebut, serta bagaimana kondisi permukaannya dalam menyerap oksigen atau panas. Penyebaran kebakaran dari sebuah titik api terjadi melalui 3 mekanisme:

Transcript of Kebakaran-2.doc

Page 1: Kebakaran-2.doc

SISTEM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN (FIRE PROTECTION AND EVACUATION)

Bahaya Api

Titik api terjadi jika ada 3 faktor: bahan bakar, oksigen dan panas hadir dalam jumlah tertentu.Prinsip dasar yang digunakan dalam praktek pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran adalah dapat mengurangi jumlah bahan dari faktor-faktor penyulut api dibawah tingkat tertentu.Intensitas api terutama tergantung dari jumlah bahan bakar yang ada (ex: kertas, kayu, plastik, kain, dll).Tingkat kemudahan terbakar dari bahan bakar tersebut tergantung dari seberapa kecil atau halusnya bahan-bahan tersebut, serta bagaimana kondisi permukaannya dalam menyerap oksigen atau panas.Penyebaran kebakaran dari sebuah titik api terjadi melalui 3 mekanisme:Konduksi: jika panas dipindahkan langsung melalui suatu bentuk struktur dari sumber api yang terdekat.Konveksi: jika gas/udara panas meningkat, api dengan mudah akan menjalar melalui udara panas tersebut.Radiasi: penjalaran api menurut garis lurus dari bahan yang terbakar ke bahan terdekat yang mudah terbakar.

Pada saat terjadi kebakaran perlu diperhatikan 4 hal:Penghuni bangunan (manusia), isi bangunan (harta benda), struktur bangunan, dan lingkungan (bangunan lain).

Page 2: Kebakaran-2.doc

Bahaya kebakaran api yang sangat berbahaya adalah panas (termal) dan asap (non termal).Pada bahaya kebakaran intensitas api perlu dikendalikan, hal ini dimungkinkan bila adanya pembatasan (kompartemen) ruang dari penjalaran api (aspek perancangan), mengetahui keberadaan bahan terbakar secara pasti, serta struktur bangunan dapat tahan terhadap api.Kemudahan penjalaran api pada bangunan tergantung dari banyaknya bahan yang mudah terbakar, kemampuan struktur bangunan yang tahan api, dan lokasi gedung terhadap sumber api.Untuk itu bangunan gedung diklasifikasikan menurut kemungkinan bahaya kebakaran, sbb:

a. Bahaya kebakaran ringan: bangunan dengan kemungkinan terbakar rendah, jika terbakar melepaskan panas yang rendah, dan kecepatan penjalaran api yang lambat.

b. Bahaya kebakaran rendah kelompok I: bangunan dengan kemungkinan terbakar rendah, terdapat penimbunan bahan yg mudah terbakar sedang dengan tinggi kurang dari 2.5 m, jika terbakar melepaskan panas yang sedang, dan kecepatan penjalaran api yang sedang. Ex: bangunan umum bukan industri, dan memiliki ruang luas tidak lebih 125 m2.

c. Bahaya kebakaran sedang kelompok II: bangunan dengan kemungkinan terbakar sedang, terdapat penimbunan bahan yg mudah terbakar tinggi dengan tinggi kurang dari 4 m, jika terbakar melepaskan panas yang sedang, dan kecepatan penjalaran api yang sedang. Ex: bangunan komersial dan industri.

Page 3: Kebakaran-2.doc

d. Bahaya kebakaran sedang kelompok III: bangunan yang memiliki nilai kebakaran tinggi, jika terbakar melepaskan panas tinggi, sehingga penjalaran api cepat.

e. Bahaya kebakaran berat: bangunan yang memiliki nilai kebakaran sangat tinggi, jika terbakar melepaskan panas tinggi, sehingga penjalaran api sangat cepat. Ex: bangunan komersial dan industri yang berisi bahan mudah terbakar, seperti: karet, busa, cat spirtus, dll.

Kepmen PU, klasifikasi bangunan dibagi menjadi:a. Bangunan Kelas A: bangunan yang komponen struktur

utamanya harus tahan thd api sekurang-kurangnya 3 jamb. Bangunan Kelas B: bangunan yang komponen struktur

utamanya harus tahan thd api sekurang-kurangnya 2 jamc. Bangunan Kelas C: bangunan yang komponen struktur

utamanya harus tahan thd api sekurang-kurangnya 1/2 jam

d. Bangunan Kelas D: bangunan yang tidak tercakup kelas A, B, dan C dan diatur secara khusus, ex: instalasi nuklir, gudang bahan peledak.

Prinsip dasar pencegahan penjalaran api atau saat terjadi kebakaran adalah memastikan bahwa kerusakan yang terjadi hanya terbatas pada bangunan yang terbakar dan sedapat mungkin tidak merusak struktur bangunan.

Sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran: Pasif Aktif Manajemen penanggulangan

Page 4: Kebakaran-2.doc

Sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran PasifSistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran yang telah dipersiapkan pada rancangan bangunan yang memungkinkan penyelamatan penghuni dengan baik, meliputi:

1. Konstruksi bangunan yang tahan api.Suatu konstruksi yang mempunyai tingkat kemampuan bertahan terhadap api.Kemampuan bertahan terhadap api tanpa mengalami perubahan bentuk (deformasi) yang berarti, dan mampu mencegah menjalarnya api.

2. Perancangan pintu keluarDengan persyaratan:Harus dapat bertahan dari api minimal 2 jamDilengkapi dengan 3 engselDilengkapi dengan alat penutup otomatis (door closer)Dilengkapi dengan tuas pembuka (handle) yang terletak di luar (kecuali pd lantai dasar) dengan bentuk yang mudah terlihat dan mudah digunakanTerdapat tanda peringatanDilengkapi bagian transparan dari kaca tahan api dengan luas maks 1 m2 terletak di bagian atas.

3. Perancangan koridor dan jalan keluarDilengkapi dengan tanda “EXIT atau KELUAR” dengan anak panah yang menunjuk arah pintu darurat.

4. KompartemenAdalah ruang atau komponen bangunan untuk menahan dan membatasi penjalaran api.

Page 5: Kebakaran-2.doc

Pada bangunan tinggi terutama berupa ruang atau lantai bangunan untuk penampungan sementara.

5. Perancangan sistem evakuasi daruratPengkondisian ruang tangga yang kedap api dan asap, dengan memberi tekanan udara tertentu sehingga panas/asap tidak masuk ke dalam ruang (presureized stair well) secara otomatis saat terjadi kebakaran.Pada bangunan tinggi perlu direncanakan system evakuasi yang dapat melayani 5000 orang dalam waktu kurang dari 30 menit.Penggunaan helipad pada lantai teratas, jendela darurat untuk system kantong peluncur (chute system), merupakan contoh system evakuasi modern.

6. Pengendalian asap.Asap menjalar karena ada perbedaan tekanan yang disebabkan perbedaan suhu antar ruang. Pada bangunan tinggi/modern (orientasi ke dalam ruang) rambatan asap dapat disebabkan timbunan asap yang mencari jalan ke luar, tersedot melalui lubang-lubang vertikal (shaft, lift, tangga, atrium).Asap panas dapat menimbulkan titik api baru, mengganggu kerja springkler, serta menghalangi sistem evakuasi.Pemasangan tirai penghalang asap dapat mengendalikan pengaliran asap, tetapi lebih penting adalah merencanakan atau mengarahkan aliran asap ke luar ruangan, diantaranya melalui:Jendela, pintu, dinding/partisi dll yang dapat dibuka ±10% luas lantai

Page 6: Kebakaran-2.doc

Sistem saluran udara otomatis, dapat berupa bagian dari sistem AC dengan peralatan mekanis (blower atau exhaust fan)Ventilasi di atap gedung secara permanent dengan penutup yang dapat di buka tutup dengan peralatan mekanis manual atau otomatisSystem penyedotan asap melalui saluran kipas udara di atas bangunan.

Sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran AktifSistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran yang akan bekerja/digunakan pada saat terjadi kebakaran, meliputi:

1. Peralatan pengideraan/peringatan dini (detector)2. Hidran dan selang kebakaran3. Springkler4. Penyediaan pasokan air

Hidran adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan, yang digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran.Hose-reel adalah slang gulung yang dilengkapi dengan mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan dalam slang umumnya dari bahan karet berdiamater 1 inch.

Desain hidran harus didasari oleh beberapa elemen operasional, antara lain:

berapa banyak air yang dibutuhkan (GPM atau L/min) untuk proses pemadaman api

berapa banyak dan berapa ukuran penghubung pipa yang ingin digunakan

Page 7: Kebakaran-2.doc

penentuan ukuran pipa dan pasangan masukan pipa perkembangan konfiguarasi alat pemadam kejelasan dan kenampakan karakteristik kinerja hidran basarnya tekanan statis yang disediakan kondisi iklim daerah

Penempatan hidran standar ruang: umumnya diletakkan pada setiap 500 ft

serta dengan pertimbangan penempatan, rintangan, kedekatan dengan struktur yang dilindungi, serta kondisi jalan ke lokasi.

harus disediakan dengan jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan air pada struktur yang memilik resiko kebakaran yang tinggi.

harus memenuhi persyaratan konstruksi pemasangannya (instalasi hidran).

harus memenuhi persyaratan NFPA (national fire protection association), ex: SNI 03-1745-1989.