katarak juvenil

19
BAB I PENDAHULUAN Katarak merupakan penyakit mata yang sangat dikenal masyarakat saat ini. Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrakhies, Inggris cataract dan Latin cataracta yang berarti air terjun. Mungkin sekali karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun di depan matanya. 1 Katarak adalah kekeruhan lensa. sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai menjadi cukup padat dan menimbulkan kebutaan. Namun katarak pada stadium perkembangannya yang paling dini dapat diketahui melalui pupil yang dilatasi maksimal dengan oftalmoskop, kaca pembesar. Sebagian besar kasus bersifat bilateral, walaupun kecepatan perkembangannya pada masing -masing mata jarang sama. Katarak traumatik, katarak kongenital dan jenis - jenis lain lebih jarang dijumpai. Usia merupakan penyebab paling sering terjadinya katarak. Selain itu katarak juga dapat disebabkan karena faktor kongenital, herediter, dan juga berhubungan dengan penyakit–penyakit sistemik, metabolik, penyakit okular lainnya, trauma, radiasi, infeksi maternal, trauma elektrik dan pemakaian obat - obatan. 2 Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai menjadi cukup padat (matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namun pada stadium perkembangan yang paling dini dari katarak, dapat dideteksi melalui pupil yang berdilatasi maksimum dengan oftalmoskop, loupe atau slitlamp. Pada katarak

Transcript of katarak juvenil

Page 1: katarak juvenil

BAB I

PENDAHULUAN

Katarak merupakan penyakit mata yang sangat dikenal masyarakat saat ini. Katarak berasal dari

bahasa Yunani Katarrakhies, Inggris cataract dan Latin cataracta yang berarti air terjun.

Mungkin sekali karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun

di depan matanya. 1

Katarak adalah kekeruhan lensa. sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat

awam sampai menjadi cukup padat dan menimbulkan kebutaan. Namun katarak pada stadium

perkembangannya yang paling dini dapat diketahui melalui pupil yang dilatasi maksimal dengan

oftalmoskop, kaca pembesar. Sebagian besar kasus bersifat bilateral, walaupun kecepatan

perkembangannya pada masing -masing mata jarang sama. Katarak traumatik, katarak kongenital

dan jenis - jenis lain lebih jarang dijumpai. Usia merupakan penyebab paling sering terjadinya

katarak. Selain itu katarak juga dapat disebabkan karena faktor kongenital, herediter, dan juga

berhubungan dengan penyakit–penyakit sistemik, metabolik, penyakit okular lainnya, trauma,

radiasi, infeksi maternal, trauma elektrik dan pemakaian obat - obatan. 2

Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai menjadi cukup

padat (matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namun pada stadium perkembangan

yang paling dini dari katarak, dapat dideteksi melalui pupil yang berdilatasi maksimum dengan

oftalmoskop, loupe atau slitlamp. Pada katarak kongenital, kelainan utama terjadi di nukleus

lensa (nukleus fetal atau nukleus embrional), bergantung pada waktu stimulus karaktogenik atau

di kutub anterior atau posterior lensa apabila kelainannya terletak di kapsul lensa. Pada katarak

akibat usia, kelainan terutama mengenai nukleus (sklerosis nukleus), korteks (kekeruhan koroner

atau kuneiformis), atau daerah subkapsul posterior.3

Page 2: katarak juvenil

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Lensa

2.1.1. Anatomi Lensa

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan. Tebal

sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula ( zonula

Zinnii) yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor

aquaeus dan disebelah posterior terdapat viterus. Kapsul lensa adalah suatu membran

semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel

subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia,

serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang

elastik. 1

Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral

yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di

kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi

maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di lensa.2

Gambar 1 : Anatomi lensa manusia1

Page 3: katarak juvenil

2.1.2. Fisiologi Lensa

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk memfokuskan

cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan

memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa

diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya

dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa

yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya

biasnya.1

Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk

memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan

usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga terdapat fungsi

refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning,

lensa menyumbang +18.0- Dioptri.

2.1.3 Metabolisme Lensa Normal

Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan kalium).

Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian anterior lensa

lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K

bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi

dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K

ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase.1

Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP

shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas

glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang merubah glukosa

menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogenase.

Gangguan lensa adalah kekeruhan, distorsi, dislokasi, dan anomali geometrik. Pasien yang

mengalami gangguan-gangguan tersebut akan menderita kekaburan penglihatan tanpa nyeri.

Page 4: katarak juvenil

2.2 Definisi Katarak

Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruh an yang terjadi pada lensa mata

yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat

juga akibat dari kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak

menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya

sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan

bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi.

2.3 Epidemiologi

Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10%

orang, dan angka kejadian ini meningkat hingga sekitar 50% untuk mereka yang berusia antara

65 sampai 74 tahun, dan hingga sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun.

Sperduto dan Hiller menyatakan bahwa katarak ditemukan lebih sering pada wanita dibanding

pria. Pada penelitian lain oleh Nishikori dan Yamomoto, rasio pria dan wanita adalah 1:8 dengan

dominasi pasien wanita yang berusia lebih dari 65 tahun dan menjalani operasi katarak.4,5

Sama halnya di Indonesia, katarak juga merupakan penyebab utama berkurangnya

penglihatan. Diketahui bahwa prevalensi kebutaan di Indonesia berkisar 1,2 % dari jumlah

penduduk dan katarak menduduki peringkat pertama dengan persentase terbanyak yaitu 0,7 %.

Berdasarkan beberapa penelitian katarak lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria dengan

ras kulit hitam paling banyak. 5

2.4 KLASIFIKASI KATARAK

Klasifikasi katarak berdasarkan usia:6

1. katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun

2. katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun

3. katarak senil, katarak setelah usia 50 tahun

1.) KATARAK KONGENITAL

Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir

dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada

bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat. Katarak kongenital

Page 5: katarak juvenil

sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubela,

galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik,dan histoplasmosis, penyakit

lain yang menyertai katarak kongenital biasanya berupa penyakit-penyakt herediter seperti

mikroftlmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik, displasia

retina, dan megalo kornea.

Katarak kongenital digolongkan dalam katarak :6

1. kapsulolentikular, dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan katarak polaris.

2. katarak lentikular, termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks atau nukleus

saja.

Dalam kategori ini termasuk kekeruhan lensa yang timbul sebagai kejadian primer atau

berhubungan dengan penyakit ibu dan janin lokal atau umum. Untuk mengetahui penyebab

katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubela pada

kehamilan trimester pertama dan pemakainan obat selama kehamilan. Kadang-kadang terdapat

riwayat kejang, tetani, ikterus, atau hepatosplenomegali pada ibu hamil. Bila katarak disertai uji

reduksi pada urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak

kongenital ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem saraf seperti retardasi mental.

Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan katarak

kongenital dengan diabetes melitus, fosfor, dan kalsium. Hampir 50 % katarak kongenital adalah

sporadik dan tidak diketahui penyebabnya.

Pada pupil bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat bercak putih atau suatu

leukokoria. Pada setiap leukokoria perlu pemeriksaan yang lebih teliti untuk menyingkirkan

diagnosis banding lainnya. Pemerisaan leukokoria dilakukan dengan melebarkan pupil.

Pada katarak kongenital penyulit yang dapat terjadi adalah makula lutea yang tidak cukup

mendapat rangsangan. Makula tidak akan berkembang sempurna hingga walupun dilakukan

ekstraksi katarak maka visus biasanya tidak akan mencapai 5/5. Hal ini disebut ambliopia

sensoris (ambyopia ex anopsia). Katarak kongenital dapat menimbulkan komplikasi berupa

nistagmus dan strabismus.

Penanganan tergantung jenis katarak unilateral dan bilateral, adanya kelainan mata lain,

dan saat terjadinya katarak. Katarak kongenital prognosisnya kurang memuaskan karena

bergantung pada bentuk katarak dan mungkin sekali pada mata tersebut telah terjadi ambliopia.

Bila terdapat nistagmus maka keadaan ini menunjukan hal yang buruk pada katarak kongenital.

Page 6: katarak juvenil

Tindakan pengobatan pada katarak kongenital adalah operasi. Operasi katarak dilakukan

bila refleks fundus tidak tampak. Biasanya bila katarak bersifat total, operasi dapat dilakukan

pada usia 2 bulan atau lebih muda bila telah dapat dilakukan pembiusan. Tindakan bedah yang

umum dilakukan pada katarak kongenital adalah disisio lensa, ekstraksi liniar, ekstraksi dengan

aspirasi.

Pengobatan katarak kongenital bergantung pada :

1. katarak total bilateral, dimana sebaiknya dilakukan pembedahan secepatnya segera setelah

katarak terlihat.

2. katarak total unilateral, dilakukan pembedahan 6 bulan sesudah terlihat atau segera sebelum

terjadinya juling; bila terlalu muda akan mudah terjadi ambliopia bila tidak dilakukan tindakan

segera; perawatan untuk ambliopia sebaiknya dilakukan sebaik-baiknya.

3. katarak total atau kongenital unilateral, mempunyai prognosis yang buruk, karena mudah

terjadi ambliopia; karena itu sebaiknya dilakukan pembedahan secepat mungkin, dan diberikan

kacamata segera dengan latihan bebat mata.

4. katarak bilateral partial, biasanya pengobatan lebih koservatif sehingga sementara dapat di

coba dengan kacamata midriatika; bila terjadi kekeruhan yang progresif disertai mulainya tanda-

tanda juling dan ambliopia maka dilakukan pembedahan, biasanya mempunyai prognosis yang

lebih baik.

Katarak Rubella

Rubella pada ibu dapat mengakibatkan katarak pada lensa fetus.

Terdapat 2 bentuk kekeruhan yaitu kekeruhan sentral dengan perifer jernih seperti mutiara atau

kekeruhan diluar nuklear yaitu korteks anterior dan posterior atau total.

Mekanisme terjadinya tidak jelas, akan tetapi diketahui bahwa rubella dapat dengan mudah

melalui barier plasenta. Visus ini dapat masuk atau terjepit didalam vesikel lensa dan bertahan

didalam lensa sampai 3 tahun.

Page 7: katarak juvenil

2.) KATARAK JUVENIL

Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada usia kurang

dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak

kongenital.6

Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit

lainnya seperti:

1. Katarak metabolik

a.) Katarak diabetika dan galaktosemik (gula)

b.) Katarak hipokalsemik (tetanik)

c.) Katarak defisiensi gizi

d.) Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)

e.) Penyakit Wilson

f.) Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain

2. Otot

Distrofi miotonik (umur 20-30 tahun)

3. Katarak traumatik

4. Katarak komplikata

a.) Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikroftalmia, aniridia, pembuluh

hialoid persisten, heterokromia iridis)

b.) Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal), seperti Wagner dan retinitis

pigmentosa, dan neoplasma)

c.) Katarak anoksik

d.) Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein, dinitrofenol, triparanol (MER-

29), antikholinesterase, klorpromazin, miotik, klorpromazin, busulfan, besi)

e.) Lain-lain kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan kulit (sindermatik), tulang

(disostosis kraniofasial, osteogenesis inperfekta, khondrodistrofia kalsifikans kongenita

pungtata), dan kromosom

f.) Katarak radiasi

Page 8: katarak juvenil

Pemeriksaan dan Diagnosa:5,6

Anamnesa:

Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak)

Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah

Gambaran umum gejala katarak yang lain,seperti:

a. Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film

b. Perubahan daya lihat warna

c. Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata

d. Lampu dan matahari sangat mengganggu

e. Sering meminta ganti resep kaca mata

f. Lihat ganda

g. Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia)

h. Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain

Pemeriksaan klinis:

Pemeriksaan ketajaman penglihatan dan dengan melihat lensa melalui senter tangan, kaca

pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya dengan pupil berdilatasi. Dengan penyinaran

miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa. Pemeriksaan dengan

menggunakan slit lamp tidak hanya ditujukan untuk melihat adanya kekeruhan pada lensa, tetapi

juga untuk melihat struktur okular yang lain seperti konjungtiva, kornea, iris dan segmen

anterior lainnya.

Penatalaksanaan:

Pengobatan untuk katarak adalah pembedahan.

Pembedahan dilakukan jika penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan

kaca mata untuk melakukan kegitannya sehari-hari. Beberapa penderita mungkin merasa

penglihatannya lebih baik hanya dengan mengganti kaca matanya, menggunakan kaca mata

bifokus yang lebih kuat atau menggunakan lensa pembesar.

Jika katarak tidak mengganggu biasanya tidak perlu dilakukan pembedahan.

Page 9: katarak juvenil

Indikasi operasi :

- Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan

rutinitas pekerjaan

- Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaukoma

- Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m

didapatkan hasil visus 3/60

Persiapan bedah katarak:

Biasanya pembedahan dipersiapkan untuk mengeluarkan bagian lensa yang keruh dan

dimasukkan lensa buatan yang jernih permanent.

Pra bedah diperlukan pemeriksaan kesehatan tubuh umum untuk menentukan apakah ada

kelainan yang menjadi halangan untuk dilakukan pembedahan. Pemeriksaaan ini akan

memberikan informasi rencana pembedahan selanjutnya.

Pemeriksaan tersebut termasuk hal-hal seperti:

- Gula darah

- Hb, Leukosit, masa perdarahan, masa pembekuan

- Tekanan darah

- Elektrokardiografi

- Riwayat alergi obat

- Pemeriksaan rutin medik lainnya dan bila perlu konsultasi untuk keadaan fisik prabedah

- Tekanan bola mata

- Uji Anel

- A-scan Ultrasonografi: untuk mengukur panjang bola mata yang bersama dengan

mengukur. Pada pasien tertentu kadang-kadang terdapat perbedaan lensa yang harus ditanam

pada kedua mata. Dengan cara ini dapat ditentukan ukuran lensa yang akan ditanam untuk

mendapatkan kekuatan refraksi pasca bedah.

- Sebelum dilakukan operasi harus diketahui fungsi retina, khususnya makula, diperiksa

dengan alat retinometri

- Jika akan melakukan penanaman lensa maka lensa diukur kekuatannya ( dioptri )

dengan alat biometri

Page 10: katarak juvenil

- Keratometriïƒ mengukur kelengkungan kornea untuk bersama ultrasonografi dapat

menentukan kekuatan lensa yang akan ditanam

Teknik anestesi yang digunakan:

1. Lokal

Pada Operasi katarak teknik anestesi yang umumnya digunakan adalah anestesi lokal.

Adapun anestesi lokal dilakukan dengan teknik:

a. Topikal anestesi

b. Sub konjungtiva (sering digunakan)

c. Retrobulbaer

d. Parabulbaer

2. Umum

Anestesi umum digunakan pada pasien yang tidak kooperatif, bayi dan anak

Komplikasi Operasi:

Komplikasi dapat ditekan seminimal mungkin jika perawatan pre-operasi dan pasca

operasi dilakukan sesuai prosedur. Adapun komplikasi yang dapat terjadi antara lain:

endophthalmitis ( infeksi intraokuler ), iris prolaps

Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya dengan lensa

buatan. 6

1. Pengangkatan lensa

Ada 2 macam pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat lensa:

1. Intracapsular Cataract Extraction (ICCE) atau ekstraksi intrakapsular

Jenis pembedahan yang sudah jarang dilakukan ini adalah mengangkat lensa in toto,

yakni mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsulnya, melalui insisi limbus superior 140

hingga 160 derajat. Pembedahan ini dapat dilakukan pada zonula Zinn yang telah rapuh

atau berdegenerasi dan mudah putus. Pada ekstraksi ini tidak akan terjadi katarak

sekunder.

2. Extracapsular Cataract Extraction (ECCE) atau ekstraksi ekstrakapsular.

Ekstraksi ini adalah tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan

pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga masa

Page 11: katarak juvenil

lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Jenis pembedahan ini sejak

beberapa tahun silam telah menjadi operasi pembedahan katarak yang paling sering

dilakukan karena apabila kapsul posterior utuh, maka lensa intraokuler dapat dimasukkan

ke dalam kamera posterior. Insidensi komplikasi pasca-operatif lebih kecil terjadi jika

kapsul posteriornya utuh.

3. Fakoemulsifikasi

Fakoemulsifikasi dengan irigasi atau aspirasi (atau keduanya) adalah teknik

ekstrakapsular yang menggunakan getaran - getaran ultrasonik untuk mengangkat

nukleus dan korteks melalui insisi limbus yang kecil (2-5 mm), sehingga mempermudah

penyembuhan luka pasca operasi.

2. Penanaman lensa baru

Penderita yang telah menjalani pembedahan katarak biasanya akan mendapatkan lensa

buatan sebagai pengganti lensa yang telah diangkat. Lensa buatan ini merupakan lempengan

plastik yang disebut lensa intraokular, biasanya lensa intraokular dimasukkan ke dalam kapsul

lensa di dalam mata.

Operasi katarak sering dilakukan dan biasanya aman. Setelah pembedahan jarang sekali

terjadi infeksi atau perdarahan pada mata yang bisa menyebabkan gangguan penglihatan yang

serius. Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan dan mempercepat penyembuhan,

selama beberapa minggu setelah pembedahan diberikan tetes mata atau salep. Untuk melindungi

mata dari cedera, penderita sebaiknya menggunakan kaca mata atau pelindung mata yang terbuat

dari logam sampai luka pembedahan benar-benar sembuh.

Komplikasi5,6

Glaukoma dikatakan sebagai komplikasi katarak. Glaukoma ini dapat timbul akibat

intumesenensi atau pembengkakan lensa. Jika katarak ini muncul dengan komplikasi glaukoma

maka diindikasikan ekstraksi lensa secara bedah. Selain itu Uveitis kronik yang terjadi setelah

adanya operasi katarak telah banyak dilaporkan. Hal ini berhubungan dengan terdapatnya bakteri

patogen termasuk Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis.

Page 12: katarak juvenil

Prognosis 6

Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak

sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali

saraf optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian pengelihatan pada kelompok pasien ini.

Prognosis untuk perbaikan ketajaman pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak

kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang progesif

lambat.

Pencegahan 3

Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat

dicegah. Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui adanya katarak. Bila

telah berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa setiap tahun. Pada saat ini dapat dijaga

kecepatan berkembangnya katarak dengan:

- Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam

tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah

- Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur

- Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar UV mengakibatkan katarak pada mata

- Menjaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya

Page 13: katarak juvenil

DAFTAR PUSTAKA

1. Olver J, Cassidy L. Ophthalmology at A Glance. Hongkong: SNP Best-set Typesetter

Ltd; 2005. p36-9.

2. Arif, mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculpius.: Jakarta.

3. Vaughan, DG dkk.2000.Oftalmologi Umum edisi 14, Jakarta: Widya Medika.

4. PERDAMI. 2006. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum & Mahasiswa Kedokteran,

PERDAMI.

5. RS Sanglah. 2009..Standar Pelayanan Medis, Ilmu Kesehatan Mata FK UNUD/RSUP

Sanglah.

6. Ilyas, S. 2007. Ilmu Penyakit Mataedisi ketiga. Jakarta: FKUI.