KATA PENGANTAR - trp.or.idtrp.or.id/komponen/produk/the_file/Laporan_April.pdf · RDTR : Rencana...

of 56 /56

Embed Size (px)

Transcript of KATA PENGANTAR - trp.or.idtrp.or.id/komponen/produk/the_file/Laporan_April.pdf · RDTR : Rencana...

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | i

    KATA PENGANTAR

    Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, laporan bulan April 2014 Direktorat

    Tata Ruang dan Pertanahan dapat terselesaikan pada waktunya.

    Laporan bulan April 2014 Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan disusun sebagai bagian dari

    proses monitoring dan evaluasi bulanan terhadap pelaksanaan kegiatan dan pencapaiannya.

    Selain itu, tersedianya laporan ini sekaligus juga bagian dari upaya melaksanakan prinsip

    keterbukaan informasi yang merupakan salah satu bagian penting dari good governance

    (kepemerintahan yang baik).

    Pada bulan April 2014, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan telah menyelesaikan beberapa

    kegiatan yang strategis dalam menunjang kinerja capaian Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

    yaitu: (a) Pameran Perencanaan Pembangunan Tahun 2014, (b) Pembahasan Draft 0 RPJMN 2015-

    2019 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan, (c) Diseminasi Kajian Lingkungan Hidup Strategis, (e) Kick

    Off Meeting Kegiatan Redistribusi Tanah dan Access Reform (Reforma agraria), (f) Rapat

    Pembahasan Persiapan Pelaksanaan Pameran Perencanaan Pembangunan Nasional Tahun 2014, (g)

    Rapat Dukungan Implementasi Tata Ruang dan Pembangunan Rendah Karbon di Provinsi Papua, (h)

    Diskusi matek pedoman penyusunan RTR dalam perpektif PRB, (i) Pembahasan Teknis dan Anggaran

    Pilot Project Publikasi Tata Batas Kawasan Hutan, (j) Roadmap Integrasi RTRW, RZWP3-K, dan LP2B,

    (k) Rapat Pembahasan Persiapan Pelaksanaan Pameran Perencanaan Pembangunan Nasional Tahun

    2014 dan (l) Rapat Pembahasan Persiapan Pelaksanaan Pameran Perencanaan Pembanguan

    Nasional Tahun 2014.

    Demikian, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang positif bagi kita

    semua dalam melaksanakan tugas di Kementerian PPN/Bappenas.

    Jakarta, Mei 2014

    Direktur Tata Ruang dan Pertanahan

    Dr. Ir. Oswar M. Mungkasa, MURP.

    NIP.19630726 199203 1 001

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i

    DAFTAR ISI ......................................................................................................................................... ii

    DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................................................... iii

    BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1

    BAB II KEGIATAN INTERNAL ............................................................................................................. 2

    2.1 Review Anggaran Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan (Januari-Maret 2014)............ 2

    2.2 Kegiatan Utama ............................................................................................................... 3

    2.3 Kegiatan Pendukung ........................................................................................................ 4

    BAB III KEGIATAN EKSTERNAL ....................................................................................................... 13

    BAB IV RENCANA KEGIATAN BULAN FEBRUARI 2014 ..................................................................... 40

    BAB V PENUTUP ............................................................................................................................. 42

    LAMPIRAN

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | iii

    DAFTAR SINGKATAN

    BAPPENAS : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BIG : Badan Informasi Geospasial BKF : Badan Kebijakan Fiskal BKPRD : Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah BKPRN : Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional BNPB : Badan Nasional Penanggulangan Bencana BP : Badan Pengembangan BPN : Badan Pertanahan Nasional BPP : Bendahara Pengeluaran Pembantu DAK : Dana Alokasi Khusus DAS : Daerah Aliran Sungai DIRJEN : Direktorat Jenderal DPR RI : Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia FGD : Focus Group Discussion HAM : Hak Asasi Manusia HTR : Hutan Tanaman Rakyat IG : Informasi Geospasial IGT : Informasi Geospasial Tematik INPRES : Instruksi Presiden INFOSOS : Informasi dan Sosialisasi JFP : Jabatan Fungsional Perencana K/L : Kementerian/Lembaga KAPET : Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu KDT : Kawasan Danau Toba KEMHUT : Kementerian Kehutanan KIP : Komisi Informasi Pusat KKDT : Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal KKP : Kementerian Kelautan dan Perikanan KLH : Kementerian Lingkungan Hidup KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis KPK : Komisi Pemberantasan Korupsi KRP : Kebijakan, Rencana dan Program KSN : Kawasan Strategis Nasional LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LP2B : Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan LH : Lingkungan Hidup LKPP : Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah LPJ : Laporan Pertanggungjawaban LSPK : Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban MDTP : Multi Deep Tunnel Project MIT : Middle Income Trap NCICD : National Capital Integrated Coastal Development NIB : Nomor Induk Bidang NKB : Nota Kesepakatan Bersama NSPK : Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria NSP : Norma, Standar, Prosedur OMS : Organisasi Masyarakat Sipil

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | iv

    PDII : Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah PERMEN : Peraturan Menteri PERPRES : Peraturan Presiden PGE : Pertamina Geothermal Energy PGN : Perusahaan Gas Negara PK : Peninjauan Kembali PLTP : Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi PMK : Peraturan Menteri Keuangan POKJA : Kelompok Kerja PP : Peraturan Pemerintah PPK : Pejabat Pembuat Komitmen PRB : Pengurangan Resiko Bencana PU : Pekerjaan Umum PUSDATIN : Pusat Data dan Informasi RAINPRES : Rancangan Instruksi Presiden RAKH : Renvana Aksi Kota Hijau RAKORNAS : Rapat Koordinasi Nasional RAKORTEK : Rapat Koordinasi Teknis RAN : Reforma Agraria Nasional RDTR : Rencana Detail Tata Ruang RENAKSI : Rencana Aksi RPI2JM : Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RTR : Rencana Tata Ruang RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah RTRWK : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten RTRWN : Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional RTRWP : Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi RUU : Rancangan Undang-undang RZWP3K : Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil SARBAGITA : Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan SATKER : Satuan Kerja SCDRR : Strategic Centre for Disaster Risk Reduction SDA : Sumber Daya Alam SDM : Sumber Daya Manusia SK : Surat Keputusan SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah SOP : Standard, Operating and Procedure TA : Tahun Anggaran TI : Teknologi Informasi TRP : Tata Ruang dan Pertanahan UKCCU : United Kingdom Climate Change Unit UKE : Unit Kerja Eselon UKM : Usaha Kecil Menengah UKP4 : Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan UNESCO : United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization UP/TUP : Uang Persediaan/Tambahan Uang Persediaan UU : Undang-undang UUPA : Undang-Undang Pokok Agraria WAMEN : Wakil Menteri

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Pada Bulan April 2014, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan telah melaksanakan kegiatan utama berupa, Pameran Perencanaan Pembangunan Tahun 2014, dan kegiatan pendukung meliputi rapat Persiapan Pameran Perencanaan Pembangunan, Pembahasan Draft 0 RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan, Diseminasi Kajian Lingkungan Hidup Strategis, Kick Off Meeting Kegiatan Redistribusi Tanah dan Access Reform (Reforma agraria), rapat Dukungan Implementasi Tata Ruang dan Pembangunan Rendah Karbon di Provinsi Papua, Diskusi Materi Teknis pedoman penyusunan RTR dalam perpektif PRB, Pembahasan Teknis dan Anggaran Pilot Project Publikasi Tata Batas Kawasan Hutan, Roadmap Integrasi RTRW, RZWP3-K, dan LP2B. Dalam pelaksanaan kegiatan, terdapat beberapa kegiatan yang sudah selesai dan ada pula kegiatan yang masih berlanjut. Kegiatan yang telah selesai terlaksana adalah Pameran Perencanaan Pembangunan Tahun 2014, rapat Persiapan Pameran Perencanaan Pembangunan, Pembahasan Draft 0 RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan, Diseminasi Kajian Lingkungan Hidup Strategis, rapat Dukungan Implementasi Tata Ruang dan Pembangunan Rendah Karbon di Provinsi Papua dan Diskusi matek pedoman penyusunan RTR dalam perpektif PRB. Sedangkan untuk kegiatan yang masih berlanjut yaitu Kick Off Meeting Kegiatan Redistribusi Tanah dan Access Reform (Reforma agraria), Pembahasan Teknis dan Anggaran Pilot Project Publikasi Tata Batas Kawasan Hutan dan Roadmap Integrasi RTRW, RZWP3-K, dan LP2B. Selanjutnya, pada laporan ini akan dijelaskan secara mendetail kegiatan-kegiatan utama maupun pendukung yang telah dilaksanakan pada Bulan April 2014.

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | 2

    BAB II

    KEGIATAN INTERNAL

    Untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat pencapaian kinerja atas kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan secara rutin melaksanakan evaluasi kinerja seluruh bagian melalui mekanisme rapat rutin internal yang diselenggarakan setiap minggu dan setiap bulan. Evaluasi kinerja dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana kerja dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan dimasa yang akan datang. Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (output) dari pelaksanaan rencana kerja. Berikut rangkuman laporan pelaksanaan kegiatan internal baik kegiatan utama maupun kegiatan pendukung.

    2.1 Review Anggaran Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan (Januari-Maret 2014)

    Selama periode Januari-Maret total anggaran yang dimiliki Direktorat Tata Ruang dan

    Pertanahan sebesar Rp. 4.190.409.000,- (RM) dengan target rencana anggaran Rp.212.078.700,-

    (5%), kinerja penyerapan atau realisasi Rp. 358.708.400,- (8,5%) dengan catatan

    pertanggungjawaban dokumen TUP ke II, UP ke III masih dalam proses di PPK sebesar 2%.

    Disamping itu, terdapat kontribusi dari: (i) Kajian sebanyak 5%, (ii) Koordinasi penyusunan

    rencana sebesar 4%, (iii) Koordinasi strategis RAN sebanyak 5%, (iv) Koordinasi strategis

    Sekretariat BKPRN sebesar 11% dan (v) Knowledge Management sebesar 22%.

    Adapun nilai-nilai tersebut diperoleh dari mekanisme pencairan : UP (I dan III) dan TUP (I-

    II). Realisasi digunakan untuk membiayai gaji tenaga kontrak individu dan konsultan, perjalanan

    dinasserta konsinyering dan FGD. Berikut merupakan diagram rencana penyerapan anggaran

    Direktorat TRP tahun 2014:

    3 7 1012

    15

    2535

    45

    60

    7080

    100

    1 38,50

    20

    40

    60

    80

    100

    120 Rencana dan Penyerapan

    % Rencana% Realisasi

    Diagram 1

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | 3

    2.2 Kegiatan Utama

    2.2.1 Pameran Perencanaan Pembangunan Tahun 2014

    Pameran dilaksanakan di Ruang Binakarna Hotel Bidakara pada tanggal 29-30 April 2014.

    Pameran Perencanaan Pembangunan Nasional 2014 merupakan salah satu bagian dari

    rangkaian acara Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) 2014,

    yang ditinjau oleh Bapak Presiden Republik Indonesia. Tema pameran pada tahun ini adalah

    Melanjutkan Reformasi bagi Percepatan Pembangunan Ekonomi yang Berkeadilan.

    Tujuan penyelenggaraan Pameran Perencanaan Pembangunan 2014 adalah untuk

    mensosialiasikan hasil-hasil pelaksanaan pembangunan. Pameran ini juga diharapkan dapat

    menumbuhkan pemahaman yang sama tentang proses perencanaan dan pengendalian

    pembangunan bagi para pemangku kepentingan. Pameran tahun ini difokuskan untuk

    membangun jejaring bagi para pihak yang berperan aktif dalam percepatan pembangunan

    ekonomi. Peserta pameran terdiri dari Kementerian/Lembaga Pemerintah, Pemerintah Daerah

    Provinsi dan Kabupaten/Kota, Organisasi Masyarakat Sipil (OMS), termasuk lembaga penelitian,

    perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, mitra pembangunan multilateral dan bilateral.

    Dalam rangkaian acara Pameran Musrenbangnas diselenggarakan diskusi interaktif yang

    menghadirkan pakar dan pelaku pembangunan dengan topik terpilih sesuai dengan tema

    pameran.

    Subtema I : Penyiapan landasan pembangunan yang kokoh

    Subtema II : Pembangunan ekonomi yang berkeadilan

    Subtema III : Peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan kesejahteraan

    rakyat yang berkeadilan

    Subtema IV : Pemerataan pembangunan wilayah

    Pameran Perencanaan Pembangunan Nasional memiliki peran penting, yaitu menjadi

    media komunikasi antarstakeholders yang sangat strategis dan cukup efektif untuk

    mensosialisasikan program pembangunan nasional yang telah dan akan dilakukan. Dengan

    besarnya manfaat yang diperoleh baik oleh peserta dan pengunjung pameran, maka diharapkan

    pameran ini dapat dijadikan sebagai acara rutin dalam rangkaian Musrenbangnas setiap

    tahunnya dengan menganggarkan kegiatan pameran dan melakukan persiapan yang lebih baik.

    Acara pameran ini mampu menjadi salah satu kegiatan promosi dan perkenalan bagi

    masyarakat luas tentang produk perencanaan baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah,

    kementerian lembaga, organisasi masyarakat dan lembaga donor serta lembaga internasional.

    Sumber: Dokumentasi Direktorat TRP, April 2014

    Gambar 1

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | 4

    2.3 Kegiatan Pendukung

    2.3.1 Pembahasan Draft 0 RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan

    Rapat dilaksanakan pada tanggal 7 April 2014 di Ruang Rapat SG-5 Bappenas dengan

    tujuan untuk memperoleh masukan terkait isu strategis, sasaran, kebijakan, strategi, dan

    kerangka pelaksanaan (regulasi, pendanaan, dan kelembagaan) draft 0 RPJMN III (2015-2019)

    bidang tata ruang dan pertanahan dari K/L. Beberapa hal penting yang disampaikan dalam rapat

    meliputi:

    Kerangka rencana teknokratik RPJMN 2015-2019 terbagi dalam 5 bagian yaitu

    polhukam, ekonomi, kesra, SDA-LH, dan daerah yang akan dilaksanakan berdasarkan 3

    kerangka pelaksanaan.

    Kelemahan RPJMN terdahulu adalah tidak memperhatikan kerangka pelaksanaan

    yaitu kerangka pendanaan, kerangka regulasi, dan kerangka kelembagaan .

    Titik berat RPJMN 2015-2019 bidang tata ruang adalah mantapnya kelembagaan dan

    ketersediaan infrastruktur. Hal ini cukup berat karena besarnya ketimpangan

    ketersediaan infrastruktur

    Isu strategis bidang tata ruang:

    Belum efektifnya pemanfaatan dan pengendalian penataan ruang

    Belum dijadikannya RTRW sebagai acuan pembangunan berbagai sektor

    Belum efektifnya kelembagaan penyelenggaraan penataan ruang.

    Isu Strategis bidang pertanahan:

    kepastian hukum hak atas tanah

    ketimpangan penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah

    peningkatan pelayanan pertanahan, dan iv) penyediaan lahan untuk

    pembangunan bagi kepentingan umum.

    Hasil pembahasan dari rapat tersebut antara lain:

    Terkait tata ruang: dalam 5 tahun kedepan akan masuk proses pemanfaatan dan

    pengendalian. Sebelum itu, akan difokuskan pada penyelesaian backlog RPJMN 2010-

    2014 dan mengejar ketertinggalan yang ada.

    Terkait pertanahan: akan dilakukan upaya perubahan stelsel dari negatif menjadi

    positif, menyiapkan konsep bank tanah, dan kamar khusus pertanahan di pengadilan

    negeri.

    RPJMN diharapkan dapat mengakomodasi kebijakan nasional terkait energi baru

    terbarukan. Namun untuk mencapai ini, tidak lepas dari dukungan sektor lain. Untuk

    itu, perlu pemikiran baru dan kreatifitas stakeholders penataan ruang, misalnya

    diawali dengan penetapan kawasan untuk kebun energi.

    Sumber: Dokumentasi Direktorat TRP, April 2014

    Gambar 2

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | 5

    2.3.2 Diseminasi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

    Rapat dilaksanakan pada tanggal 2 April 2014 di Ruang Rapat Terumbu Karang,

    Kementerian Lingkungan Hidup untuk mensosialisasikan KLHS sesuai dengan program kerja

    Agenda Kerja BKPRN Pokja 1 dalam rangka percepatan penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang

    (RRTR). Beberapa hal penting yang dibahas dalam rapat antara lain:

    Dalam Agenda Kerja BKPRN Tahun 2014-2015 disebutkan bahwa dalam rangka

    pelaksanaan program kerja Kelompok Kerja (POKJA) 1, yaitu integrasi/internalisasi

    pengembangan substansi penting penataan ruang maka perlu dilakukan kegiatan

    lintas sektor, salahsatunya diseminasi Kajian Lingkungan Hidup Stratgeis (KLHS).

    Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) merupakan salahsatu instrumen

    pengendalian pengelolaan lingkungan hidup pada tataran Kebijakan, Rencana, dan

    Program (KRP) yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

    tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

    KLHS menjadi salah satu komponen pendukung penyusunan KRP terutama dalam

    mengukur dampak pembangunan terhadap kondisi lingkungan saat ini serta

    potensinya di masa yang akan datang. Pada KRP yang telah ditetapkan, KLHS menjadi

    bentuk rekomendasi untuk perbaikan KRP.

    KRP di bidang tata ruang yang wajib melakukan KLHS adalah: i) RTRW nasional,

    provinsi, kabupaten/kota, serta rencana rincinya; ii) RPJP dan RPJM nasional, provinsi,

    dan kabupaten/kota; dan iii) KRP yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan.

    Saat ini sedang dilakukan penyusunan Rancangan PP tentang Penyelenggaraan KLHS

    oleh Kementerian Lingkungan Hidup.

    KLHS perlu dilakukan secara menyatu (embedded) dalam proses penyusunan KRP.

    Di masa yang akan datang, KLHS dilakukan secara bersamaan dengan proses

    penyusunan KRP.

    Dari pelaksanaan rapat, disimpulkan bahwa perlu dilakukan pembahasan lebih lanjut

    terkait hal-hal: i) Siapa yang akan memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

    menjadi dasar dan terintegrasi dalam KRP; ii) Siapa yang akan melakukan evaluasi KLHS?; iii)

    Siapa yang akan mengawal KLHS dan bagaimana mekanisme pelaksanaannya?; dan iv)

    Keterkaitan hierarki RTRW dengan bobot KLHS.

    2.3.3 Kick Off Meeting Kegiatan Redistribusi Tanah dan Access Reform (Reforma agraria)

    Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 3 April 2014 bertempat di SG 4-5 Bappenas dalam

    rangka kick off meeting pelaksanaan pilot project reforma agraria nasional pada tahun 2014 di 2

    provinsi yaitu Jawa Tengah dan Bangka Belitung. Adapun beberapa pembahasan dalam kick off

    tersebut antara lain:

    Terdapat 2 skema dari pelaksanaan Pilot Project Reforma Agraria yang akan

    dilaksanakan di Jawa Tengah dan Bangka Belitung sebagai berikut:

    Pelaksanaan Program K/L sebagai access reform mengikuti kegiatan Redistribusi

    Tanah /Legalisasi Tanah yang telah dilakukan sebagai asset reform

    Pelaksanaan Legalisasi Aset oleh BPN sebagai Asset Reform mengikuti

    pelaksanaan Program Kementeran/Lembaga sebagai access reform.

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | 6

    Dalam rapat tersebut Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, serta BPN

    menyambut baik pelaksanaan kegiatan Pilot Project Reforma Agraria Nasional dan

    bersedia bekerjasama dalam pelaksanaan kegiatannya.

    Badan Pertanahan Nasional menyampaikan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan

    Reforma Agraria juga membutuhkan Bappenas untuk mengkoordinasikan pelaksanaan

    kegiatan dengan Kementerian Lembaga agar dapat berjalan dengan lancar.

    Terdapat usulan dari Kementerian Koperasi dan UKM untuk melaksanakan kegiatan

    serupa di provinsi Jawa Timur melihat kesiapan dari pemerintah daerah serta

    masyaraka terkait dengan kegiatan reforma agraria.

    Tindak lanjut dari pelaksanaan rapat tersebut meliputi:

    Pelaksanaan Koordinasi Teknis Pilot Project Reforma Agraria di Jakarta;

    Pelaksanaan koordinasi teknis pilot project reforma agraria di daerah.

    Sumber: Dokumentasi Direktorat TRP, April 2014

    Gambar 3

    2.3.4 Rapat Persiapan Pelaksanaan Pameran Perencanaan Pembangunan Nasional Tahun

    2014

    Rapat dilaksanakan pada tanggal 11 April 2014 di SS 1-2 dengan tujuan untuk (1)

    Konfirmasi kesediaan peserta Pameran Perencanaan Pembangunan Tahun 2014, (2) Identifikasi

    materi yang akan ditampilkan oleh peserta, dan (3) Pematangan layout dan desain booth. Poin

    penting yang disampaikan pada rapat tersebut, sebagai berikut:

    Beberapa peserta mengundurkan diri karena tidak siap mengikuti Pameran tersebut,

    yakni: Pertamina Geothermal Energy (PGE), Perusahaan Gas Negara (PGN), Provinsi

    Aceh, dan Provinsi Kepulauan Riau.

    Provinsi Aceh digantikan oleh Provinsi Sumatera Barat, lalu Provinsi Kepualauan Riau

    digantiikan oleh Provinsi Maluku Utara (sedang dikonfirmasi), serta tambahan peserta

    di subtema IV, yakni Provinsi Sulawesi Utara.

    Beberapa peserta meminta alokasi tambahan booth jika memungkinkan, dan ingin

    menambah untuk alokasi di multimedia wall, poster wall, dan perpustakaan mini.

    Terkait untuk pembiayaan, sewa booth tetap dibebankan kepada peserta dengan

    fasilitas yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta. Pihak konsultan akan

    menghubungi langsung kepada pihak peserta mengenai invoice pembayarannya.

    Terkait dengan layout dan desain akan dibuat dengan empat warna dasar yang

    berbeda untuk setiap subtema dan mengutamakan keseragaman. Fasilitas booth

    nantinya akan disesuaikan dengan kebutuhan peserta.

    Tanggal penting yang harus dipersiapkan oleh peserta, yakni: (1) 17 April 2014, rapat

    koordinasi dengan agenda pembahasan kebutuhan peserta (2) 24 April 2014, rapat

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | 7

    koordinasi terakhir dengan agenda pemenuhan kebutuhan peserta pameran oleh

    pihak konsultan.

    Sebagai tindak lanjut, akan dilaksanakan rapat koordinasi antara TRP, Biro Renortala dan

    Konsultan mengenai pembiayaan pameran beserta kontrak dkk (Jumat, 11 April 2014) dan akan

    diadakan rapat koordinasi antara TRP, Biro Renortala, Konsultan, dan Perwakilan Hotel Bidakara

    untuk membahas rangkaian kegiatan Pameran secara keseluruhan (Senin, 14 April 2014).

    2.3.5 Rapat Dukungan Implementasi Tata Ruang dan Pembangunan Rendah Karbon di

    Provinsi Papua

    Rapat dilaksanakan di RR Sekretariat BKPRN pada tanggal 15 April 2014. Program

    Pembangunan Rendah Karbon di Provinsi Papua ini merupakan kerjasama antara Pemerintah

    Kerajaan Inggris (cq United Kingdom Climate Change Unit-UKCCU) dan Pemerintah Indonesia

    (cq Kemendagri). Tim dari Kemdagri, UKCCU dan konsultan Price Waterhouse Cooper (PWC)

    melakukan kunjungan ke instansi yang tergabung dalam keanggotaan Steering Committee

    program, yaitu Bappenas, PU, Kementerian Kehutanan dan Badan Kebijakan Fiskal (BKF)

    Kementerian Keuangan. Beberapa aspek dalam kegiatan ini yang sangat terkait dengan tata

    ruang adalah dalam rangka:

    Peningkatan kelembagaan dan peraturan (termasuk peningkatan kapasitas Bappeda

    dan BKPRD, dan penyusunan peraturan gubernur sebagai pedoman)

    Penyelarasan RTRWP dan RTRWK (antara lain dengan KLHS sebagai media), dan

    menterjemahkan RTRWP dan RTRWK ke rencana rinci kawasan perkampungan

    Sistem informasi tata ruang (investasi dan pemetaan ijin).

    Output dari kegiatan ini (terutama aspek terkait tata ruang) diharapkan dapat jadi

    masukan dalam panduan perubahan iklim atau penerapan green economy dalam penataan

    ruang. Selain itu, diharapkan juga dapat menjadi pilot project untuk mengintegrasikan tanah

    adat dalam tata ruang. Progres dalam kegiatan ini diharapkan dapat terinformasikan secara

    kontinyu kepada seluruh anggota Steering Committee program, yaitu Bappenas, PU, Kemhut

    dan BKF Kemkeu.

    Sumber: Dokumentasi Direktorat TRP, April 2014

    Gambar 4

    2.3.6 Diskusi matek pedoman penyusunan RTR dalam perpektif PRB

    Rapat dilaksanakan pada tanggal 16 April 2014 di BNPB dengan tujuan untuk

    memperoleh informasi dan data, serta mengkonfirmasi hasil yang telah diperoleh Ibu Gita

    (konsultan) dari diskusi dengan Kemen PU dan KKP.

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | 8

    Dalam diskusi ini diperoleh banyak informasi dan data, termasuk kerjasama BNPB dengan

    PU dalam menyusun Standar Penataan Ruang di Kawasan Rawan Bencana oleh Kemen PU.

    Standar mengatur hal-hal yang lebih rinci/teknis dibandingkan pedoman.

    Dengan adanya standar Penataan Ruang di Kawasan Rawan Bencana oleh PU, maka TRP

    perlu diskusi lebih lanjut dengan konsultan dan Tim SCDRR tentang kedudukan kegiatan ini yang

    dimaksudkan untuk memberikan masukan bagi revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata

    Ruang berdasarkan Perspektif Pengurangan Risiko Bencana, terutama dengan

    mempertimbangkan kedudukan Standar tersebut terhadap Pedoman-pedoman penyusunan

    RTRW yang telah ada (Permen PU 15, 16, 17/2009) dan penyusunan Rencana Umum Tata Ruang

    dan Rencana Rinci Tata Ruang.

    2.3.7 Pembahasan Teknis dan Anggaran Pilot Project Publikasi Tata Batas Kawasan Hutan

    Rapat dilaksanakan di ruang SG 5 Bappenas pada tanggal 16 April 2014 untuk

    menyepakati teknis dan anggaran pelaksanaan Pilot Project Tata Batas Kawasan Hutan sebagai

    tindak lanjut dari pelaksanaan rapat pada tanggal 28 Maret 2014 mengenai pembahasan teknis

    dan anggaran pelaksanaan Pilot Project Tata Batas Kawasan Hutan. Beberapa hal yang dibahas

    dalam rapat tersebut, antara lain:

    Penetapan dan pengukuhan tata batas kawasan hutan melibatkan tim yang diketuai

    oleh Bupati dan terdiri dari Dinas Kehutanan dan Badan Pertanahan Nasional. Data

    hasil pengukuhan batas kawasan hutan tersebut disinkronisasi dengan peta

    pendaftaran tanah di Kantor Wilayah Pertanahan setempat. Namun pada

    pelaksanaannya sebagian besar peta hasil pengukuhan batas kawasan hutan tidak

    disinkronisasi dengan peta pendaftaran tanah sehingga menimbulkan berbagai

    permasalahan, salah satunya adalah penerbitan sertipikat bidang tanah pada kawasan

    hutan.

    Kegiatan Publikasi Tata Batas Kawasan Hutan dilakukan melalui rekonstruksi batas

    yang kemudian akan disinkronisasi dengan sistem pendaftaran tanah Badan

    Pertanahan Nasional (BPN), sehingga baik BPN dan Kementerian Kehutanan masing-

    masing dapat saling menjaga kawasan hutan dan non hutan sesuai dengan masing-

    masing kewenangan. Dalam kegiatan tersebut pula, BPN hanya akan melakukan

    pengukuran pada kawasan hutan yang telah ditetapkan melalui Surat Keputusan

    Menteri Kehutanan (SK Menhut) yang kemudian didaftarkan pada sistem pertanahan

    BPN. Terkait dengan keberadaan enclave (penggunaan kawasan selain hutan didalam

    kawasan hutan) sepenuhnya akan diserahkan kepada pihak yang berwenang yaitu

    Kementerian Kehutanan.

    Output dari kegiatan ini adalah berita acara publikasi tata batas kawasan hutan

    dengan Nomor Induk Bidang (NIB) yang disetujui oleh kedua belah pihak yaitu BPN

    dan Kementerian Kehutanan yang kemudian berita acara tersebut diserahkan kepada

    Kementerian Kehutanan. Diharapkan berita acara publikasi tata batas hutan tersebut

    dapat menjadi barang milik negara berupa hutan yang dapat dihitung dalam

    inventarisasi barang milik negara.

    Terkait dengan tujuan Kegiatan Publikasi Tata Batas Kawasan Hutan yaitu kepastian

    hukum dan batas antara kawasan hutan dan non hutan, maka patok atau tugu

    idealnya diletakan pada rentang jarak 1,5 Km dengan tugu pembantu yang diletakkan

    pada sudut vertices, meskipun hal tersebut berimplikasi pada biaya yang besar. Selain

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | 9

    biaya pengukuran, dalam proses rekonstruksi tata batas kawasan hutan pada lokasi

    pilot project akan dikenakan biaya tambahan lainnya seperti biaya transportasi dan

    akomodasi yang satuan biayanya berbeda antara lokasi satu dengan lokasi lainnya.

    Tindak lanjut dari pelaksanaan Rapat Koordinasi Pembahasan Teknis dan Anggaran Pilot

    Project Publikasi Tata Batas Kawasan Hutan adalah penghitungan besaran biaya kegiatan

    publikasi tata batas kawasan hutan pada lokasi pilot project yang telah ditentukan. Setelah

    besaran biaya telah diperoleh akan dilaksanakan rapat koordinasi penyepakatan anggaran

    bersama dengan BPN dan Kementerian Kehutanan.

    2.3.8 Roadmap Integrasi RTRW, RZWP3-K, dan LP2B

    Rapat dilaksanakan pada tanggal 16-17 April 2014 di Sekretariat BKPRN dengan tujuan

    untuk membahas dan merumuskan draft Roadmap Integrasi RTRW, RZWP-3-K, dan LP2B.

    Terdapat beberapa hal penting yang dibahas dalam pertemuan ini, diantaranya:

    Penyiapan Roadmap Integrasi RTRW, RZWP3-K, dan LP2B ini dilatarbelakangi oleh

    perlunya suatu arahan/peta jalan dalam mengintegrasi RTRW, RDTR, dan RZWP3-K

    sebagai masukan bagi penyusunan rancangan RPJMN 2015-2019.

    Capaian yang diinginkan dari penyusunan Roadmap Integrasi RTRW, RZWP3-K, serta

    LP2B ini adalah: (i) Matriks roadmap untuk penyelesaian RTRW dan integrasinya

    dengan RZWP-3-K dan LP2B; serta (ii) Pembagian peran stakeholders serta strategi

    dalam pencapaian integrasi tersebut.

    Perumusan draft Roadmap Integrasi RTRW, RZWP-3-K, dan LP2B dilakukan melalui

    langkah-langkah sebagai berikut: (i) Inventarisasi data-data dan informasi terkait

    penyusunan RTRW, RZWP-3-K, dan LP2B; (ii) Identifikasi langkah-langkah penyusunan

    dari masing-masing dokumen perencanaan; (iii) Pemetaan butir (i) dan (ii) ke dalam

    matriks yang terdiri dari tahapan penyelesaian dokumen rencana, dan target waktu

    penyelesaian; serta (iv) Merumuskan langkah-langkah strategis integrasi dokumen

    perencanaan, dengan kriteria: waktu PK RTRW, lokasi strategis KSN, dan periode

    RZWP-3-K.

    Dalam perumusan draft Roadmap Integrasi RTRW, RZWP3-K, dan LP2B terdapat

    beberapa prinsip yang diterapkan, yaitu:

    Dalam penentuan waktu integrasi RZWP-3-K mengacu pada waktu mekanisme

    penyusunan dan Peninjauan Kembali (PK) RTRW;

    Guna meningkatkan kualitas PK RTRW, dilakukan Kajian PK (KPK) RTRW yaitu

    pada T-1 sebelum PK dilakukan. Adapun PK RTRW dilakukan pada tahun ke-5

    setelah penetapan Perda RTRW;

    Pelaksanaan KPK dikoordinasikan oleh BKPRD Provinsi;

    KLHS sudah terintegrasi (embedded) dengan KPK RTRW; dan

    Lokasi Prioritas penetapan LP2B (termasuk ketersediaan peta) telah terintegrasi

    dengan KPK RTRW.

    Didapatkan 5 (lima) tipologi integrasi, baik untuk provinsi, kabupaten, maupun kota,

    diantaranya:

    Tipologi 1: RTRW dan RZWP-3-K telah diperdakan namun dengan perbedaan

    rentang waktu penetapan 1 tahun, memuat dua sub tipologi: (a) Perda RTRW

    ditetapkan terlebih dahulu dari Perda RZWP-3-K; dan (b) Perda RZWP-3-K

    ditetapkan terlebih dahulu dari Perda RTRW;

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | 10

    Tipologi 2: Perda RTRW telah ditetapkan namun belum menyusun Perda

    RZWP3K;

    Tipologi 3: Perda RTRW dan Perda RZWP3-K telah ditetapkan pada tahun yang

    sama;

    Tipologi 4: Perda RTRW dan Perda RZWP3-K belum ditetapkan; dan

    Tipologi 5: Perda RTRW telah ditetapkan dan memuat substansi RZWP3-K

    (terintegrasi).

    Dilakukan simulasi terhadap pemetaan penetapan Perda RTRW dan Perda RZWP3-K

    Provinsi, Kabupaten, dan Kota terhadap masing-masing tipologi yang telah

    dirumuskan sebelumnya, dan kemudian didapatkan strategi-strategi dalam

    pencapaian integrasi sesuai dengan tipologi masing-masing. Strategi-strategi tersebut

    secara umum memuat:

    Target waktu penyelesaian integrasi serta tahapan dalam pencapaian integrasi

    (termasuk juga di dalamnya integrasi dengan KLHS);

    Langkah dalam memenuhi kebutuhan dasar integrasi (seperti ketersediaan peta

    dan informasi); serta

    Peran BKPRN dan BKPRD beserta K/L terkait.

    Demi tercapainya target, dalam proses integrasi ini dapat diberlakukan kebijakan

    percepatan waktu pelaksanaan PK RTRW. Namun, pilihan untuk mengintegrasikan

    RTRW dengan RZWP3-K dan LP2B ini diserahkan kepada kemampuan dan kapasitas

    daerah.

    Berdasarkan hasil draft roadmap integrasi RTRW, RZWP3-K, dan LP2B akan dilakukan

    tindak lanjut, berupa:

    Pendetailan terhadap matriks pemetaan sesuai 5 (lima) tipologi yang telah

    dirumuskan. Pendetailan matriks tersebut diharapkan dapat menjadi masukan RPJMN

    2015-2019;

    Dilakukan konfirmasi dengan K/L terkait (PU, KKP, Kementan, KLH, Kemendagri, BIG);

    dan

    Perlu mendiseminasikan pembelajaran dari Pemda yang telah mengintegrasikan

    RTRW dengan RZWP-3-K.

    Sumber: Dokumentasi Direktorat TRP, April 2014

    Gambar 5

    2.3.9 Rapat Persiapan Pelaksanaan Pameran Perencanaan Pembangunan Nasional Tahun

    2014

    Rapat diadakan di SS 1-2 Bappenas pada tanggal 17 April 2014 dengan tujuan (1)

    identifikasi materi yang akan ditampilkan per subtema; (2) penyerahan akhirdaftar barang

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | 11

    peserta pameran; dan (3) permintaan kebutuhan barang kepada kurator. Poin penting yang

    disampaikan pada rapat tersebut, sebagai berikut:

    Beberapa peserta ingin menambah untuk alokasi di multimedia wall, poster wall, dan

    perpustakaan mini.

    Akan ada mobil SIM keliling dan SAMSAT, mengenai tempat masih harus

    berkoordinasi dengan pihak hotel,

    Tidak diperkenankan menggunakan X-Banner maupun Roll Banner.

    Setiap peserta akan mendapatkan ID Card sebanyak 2 buah

    Layout stand sudah final dan tidak memungkinkan untuk dilakukan perubahan,

    Untuk Zona Dukungan Data dan Informasi, disediakan 6 unit komputer yang dapat

    digunakan untuk membuka aplikasi program yang telah disiapkan,

    Untuk surat undangan partisipasi dan menghadiri pameran sedang dalam proses

    penyusunan, jika sudah selesai akan segera dikirimkan ke seluruh peserta.

    Tanggal penting yang harus dipersiapkan oleh peserta, yakni: (1) 24 April 2014, rapat

    koordinasi terakhir dengan agenda mempersiapkan barang-barang yang akan

    ditampilkan oleh pameran beserta barang-barang yang akan diakomodir oleh Kurator;

    (2) 28 April 2014, peserta menyerahkan barang display dan akan mendapatkan ID Card

    untuk 2 orang. Peserta wajib hadir dan dapat menyerahkan barang sejak pukul 13.00

    17.00 WIB.

    Pembayaran Sewa Stand

    Pembayaran untuk Stand Peserta langsung berkoordinasi dengan pihak

    Konsultan,

    Pembayaran belum termasuk dengan Pajak PPN,

    Waktu pembayaran dimulai pada tanggal 24 28 April 2014,

    2.3.10 Rapat Persiapan Pelaksanaan Pameran Perencanaan Pembangunan Nasional Tahun

    2014

    Rapat dilaksanakan pada tanggal 24 April 2014 di RR.Kunti Hotel Bidakara dengan tujuan

    1) konfirmasi akhir daftar materi dan barang peserta pameran; dan (2) pembahasan teknis

    pelaksanaan pameran. Poin penting yang disampaikan pada rapat tersebut, sebagai berikut:

    Jumlah booth sudah final dan tidak memungkinkan untuk dilakukan penambahan.

    Saat Presiden melakukan tinjauan, pihak penyelenggara tidak mengetahui booth mana

    saja yang akan beliau kunjungi karena akan ditentukan oleh Paspampres/Protokol

    Istana.

    Saat kunjungan Presiden (Rabu, 30 April 2014), mohon yang menjaga booth disiapkan

    (dari Eselon II) dan bersiap di booth masing-masing. Pihak penyelenggara

    mengusulkan untuk menyiapkan dua orang penjaga booth, namun setelah rapat

    dengan pihak Paspampres hanya diperbolehkan 1 orang saja di setiap booth.

    Dresscode untuk penjaga booth memakai batik formal (batik lengan panjang) selama

    dua hari pelaksanaan pameran.

    Nama-nama penjaga booth akan diberikan kepada protokoler Istana, untuk itu peserta

    harus menyiapkan 2 nama yang akan berjaga di setiap booth dan dikirimkan ke pihak

    penyelenggara melalui email sebelum tanggal 28 April 2014.

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | 12

    Jika para peserta hendak melakukan penambahan barang, segera dikonsultasikan ke

    pihak konsultan, terutama untuk alokasi Poster Wall, Multimedia Wall, dan

    Perpustakaan Mini. Untuk ketiga alokasi tersebut, akan diprioritaskan bagi para

    peserta yang tidak mendapatkan alokasi booth.

    Untuk pemutaran multimedia wall akan dilakukan secara random dengan maksimal

    durasi 10 menit (tidak boleh lebih).

    Pihak Gubernur akan mengikuti rombongan Presiden saat meninjau pameran dan

    akan diatur oleh Paspampres/Protokol Istana.

    Tanggal penting yang harus dipersiapkan oleh peserta, yakni: (1) 25 April 2014,

    peserta harus menyerahkan logo instansi dengan resolusi tinggi untuk kebutuhan Wall

    of Fame; (2) 28 April 2014, peserta menyerahkan barang display dan akan

    mendapatkan ID Card untuk 2 orang. Peserta wajib hadir dan dapat menyerahkan

    barang sejak pukul 13.00 17.00 WIB.

    Beberapa tindak lanjut untuk mempersiapkan pameran perencanaan pembangunan

    antara lain:

    Peserta harus mengirimkan daftar final materi yang akan ditampilkan secepatnya ke

    pihak penyelenggara atau kurator melalui email.

    Peserta harus mengirimkan Logo untuk Wall of Fame maksimal 25 April 2014.

    Peserta harus menyiapkan nama untuk penjaga booth yang akan menjaga saat

    tinjauan Presiden (2 orang beserta nama lengkap dan jabatan), dari Eselon II.

    Pembayaran untuk sewa booth dimulai pada tanggal 24 28 April 2014.

    Peserta harus menyerahkan seluruh materi (materi di booth, posterwall, multimedia

    wall, dan perpustakaan mini) dan barang display tanggal 28 April 2014, mulai pukul

    13.00 17.00 kepada pihak penyelenggara (tempat titik penyerahan akan

    diinformasikan kemudian).

    Sumber: Dokumentasi Direktorat TRP, April 2014

    Gambar 6

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | 13

    Tabel 1

    Matriks Pelaksanaan Kegiatan Internal Direktorat TRP

    Nama Kegiatan Status Capaian

    Pameran Perencanaan Pembangunan Tahun 2014 Selesai

    Pembahasan Draf 0 RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan Selesai

    Diseminasi Kajian Lingkungan Hidup Strategis Selesai

    Kick Off Meeting Kegiatan Redistribusi Tanah dan Access Reform (Reforma

    agraria) Berlanjut

    Rapat Pembahasan Persiapan Pelaksanaan Pameran Perencanaan

    Pembangunan Nasional Tahun 2014 Selesai

    Rapat Dukungan Implementasi Tata Ruang dan Pembangunan Rendah Karbon

    di Provinsi Papua Selesai

    Diskusi matek pedoman penyusunan RTR dalam perpektif PRB Selesai

    Pembahasan Teknis dan Anggaran Pilot Project Publikasi Tata Batas Kawasan

    Hutan Berlanjut

    Roadmap Integrasi RTRW, RZWP3-K, dan LP2B Berlanjut

    Rapat Pembahasan Persiapan Pelaksanaan Pameran Perencanaan

    Pembangunan Nasional Tahun 2014 Selesai

    Rapat Pembahasan Persiapan Pelaksanaan Pameran Perencanaan

    Pembanguan Nasional Tahun 2014 Selesai

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | 14

    BAB III

    KEGIATAN EKSTERNAL

    Di bawah ini merupakan ulasan singkat mengenai partisipasi Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak eksternal Direktorat, baik oleh unit kerja/unit organisasi di lingkungan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional ataupun kementerian/lembaga lain, sampai dengan akhir Bulan April 2014. Kegiatan eksternal dihadiri secara langsung oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan atau didisposisikan ke Kepala Sub Direktorat maupun Staf.

    3.1 Rapat Perubahan Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang RTR KSN Sarbagita

    Rapat dilaksanakan di Hotel Alila pada tanggal 1 April 2014 yang bertujuan mempersiapkan

    kegiatan konsultasi publik terkait usulan perubahan Perpres RTR KSN Sarbagita di Bali yang

    rencananya diselenggarakan pada tanggal 3 April 2014. Beberapa hal penting yang dikemukakan

    dalam rapat antara lain:

    Rapat sebelumnya (26 Maret 2014) telah menyepakati adanya Roadmap Proses Peninjauan

    Kembali Perpres RTR KSN Sarbagita. Tetapi berdasarkan arahan Sesmenko Perekonomian,

    kegiatan dalam roadmap tersebut perlu dipercepat pelaksanaannya sebelum Pemilu

    berlangsung.

    Kajian yang akan dipaparkan dalam konsultasi publik adalah hasil kajian yang dilakukan

    oleh KKP yang memepertimbangkan : i) kondisi eksisting (sudah banyak kegiatan

    pembangunan di kawasan perairan Teluk Benoa) dan ii) hasil analisa kesesuaian perairan

    Teluk Benoa sebagai kawasan konservasi. Adapun hasil dari kajian yaitu kawasan Teluk

    Benoa tidak layak sebagai konservasi dan dapat dibudidayakan.

    Kajian tersebut belum menyatakan diperbolehkannya kegiatan reklamasi di Teluk Benoa,

    sehingga masih perlu dilakukannya kajian/studi kelayakan berdasarkan Pasal 3 jo Pasal 13

    Perpres No. 122 Tahun 2012 tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,

    yaitu studi kelayakan yang meliputi: i) Kelayakan teknis (hidro-oceanografi, hidrologi,

    batimetri, topografi, geomorfologi, dan geoteknik; ii) Kelayakan ekonomi-finansial; dan iii)

    Kelayakan lingkungan Hidup. Kajian kelayakan teknis yang sudah terpenuhi hanya

    kelayakan batimetri dan geomorfologi.

    Kemenhut akan merevisi delineasi Tahura yang berada pada kawasan Teluk Benoa. Pada

    kawasan perairan Tahura, terdapat beberapa wilayah yang tidak dapat ditumbuhi

    mangrove (seluas 169,95 ha) oleh karenanya Kemenhut berencana untuk melakukan tukar

    menukar lokasi dengan kawasan lainnya di luar kawasan Tahura berdasarkan usulan

    Gubernur Bali.

    Kemenhub berpandangan perubahan pola ruang Kawasan Teluk Benoa diperlukan untuk

    mengakomodir rencana pengembangan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan utama di

    Provinsi Bali berdasarkan Rencana Induk Pelabuhan. Pada Daerah Lingkungan Kerja (DLKr)

    Pelabuhan Benoa juga akan dilakukan pembangunan marina oleh swasta.

    Asisten Deputi Urusan Kajian Kebijakan Wilayah dan Sektor, KLH berpandangan agar kajian

    yang dilakukan dapat terintegrasi dengan kajian Greening MP3EI yang dilakukan oleh

    Kementerian PPN/Bappenas.

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | 15

    Pimpinan rapat mengharapkan Pemerintah Pusat satu suara dalam forum konsultasi

    publik tersebut.

    Kesimpulan yang dihasilkan dari rapat tersebt antara lain:

    Pembangunan Kawasan Teluk Benoa diharapkan 1 kesatuan dan kajian yang dilakukan

    seharusnya terintegrasi antarsektor.

    Masih adanya perbedaan persepsi di tingkat Pemerintah Pusat dalam menyikapi

    Perubahan Perpres RTR KSN Sarbagita, terutama mengenai percepatan dilakukannya

    perubahan Perpres tanpa dilengkapi kajian yang komprehensif.

    Direktorat TRP mengingatkan agar mempertimbangkan adanya: i) beberapa kajian yang

    belum terpenuhi (termasuk validitas dan kemukhtahiran datanya); serta ii) dilengkapinya

    syarat dan prosedur dalam melakukan Perubahan Perpres sehingga dapat

    dipertanggungjawabkan pengambilan keputusan maupun konsultasi publik dengan Pemda.

    3.2 Workshop Penatausahaan Kas dan Perbendaharaan Tahun 2014

    Workshop diselenggarakan pada tanggal 2-4 April 2014 di hotel Puri Avia-Bogor dengan

    tujuan untuk (i) Melakukan pembukaan rekening untuk semua PPK; dan (ii) melakukan pengisian

    aplikasi laporan pertanggungjawaban dan pajak setiap kegiatan di lingkup Kedeputian sampai

    dengan akhir Maret 2014 (triwulan I). Terkait dengan workshop tersebut, terdapat beberapa hal

    penting yang dibahas antara lain:

    Untuk saat ini pengambilan uang UP/TUP/GUP tidak lagi diambil secara tunai oleh

    Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) dengan membawa cek dari Bendahara

    Pengeluaran (BP). Namun, akan ditransfer langsung dari BP kepada BPP melalui rekening

    BPP yang telah disediakan.

    Pembukaan rekening tersebut dimaksudkan untuk mencatat setiap transaksi yang

    dilakukan serta mengurangi resiko adanya kehilangan uang oleh BPP.

    Mekanisme transfer uang UP/TUP/GUP dari BP ke BPP dapat juga diberlakukan dari BPP ke

    setiap penanggungjawab keuangan Direktorat dengan membuka rekening keuangan

    Direktorat atau dengan pencairan langsung tunai dengan cek oleh penanggungjawab

    keuangan Direktorat.

    Biro Keuangan akan menyediakan cek untuk semua PPK dan BPP sehingga apabila ada PPK

    dan BPP yang memerlukan persediaan cek dapat mengirimkan memorandum kepada Biro

    Umum (c.q Bagian Keuangan).

    Telah dilakukan pengisian aplikasi laporan pertanggungjawaban (LPJ BPP) sampai dengan

    akhir Bulan Mei dan aplikasi pajak sampai akhir Bulan Februari Tahun 2014.

    Dalam workshop tersebut, dilakukan pembukaan rekening untuk transaksi online keuangan

    terutama transfer uang UP/TUP/GUP dari Bendahara Pengeluaran (BP) ke Bendahara Pengeluaran

    Pembantu (BPP). Selain itu, terdapat aplikasi baru untuk pengisian daftar potongan pajak sehingga

    setiap penanggungjawab keuangan Direktorat perlu mengisi daftar karyawan non PNS sesuai format

    baru di setiap unit kerjanya.

    3.3 Penyerapan TUP dan Rencana Penyerapan Anggaran

    Rapat dilaksanakan pada tanggal 3 April 2014 di ruang Sekretariat BKPRN dalam rangka

    percepatan pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan keuangan di lingkungan Kedeputian Regional

    untuk TA 2014. Sekaligus melakukan update dan konfirmasi terhadap SK Kegiatan, penyerapan TUP

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | 16

    dan rencana anggaran untuk tiga bulan kedepan. Terdapat beberapa hal yang mengemuka dalam

    rapat tersebut, antara lain:

    Seluruh SK Kegiatan baik SK Menteri (kegiatan koordinasi strategis) hampir semua

    direktorat sudah selesai, hanya 1 SK Menteri untuk Kegiatan PISEW yang masih dalam

    proses di Biro Hukum. Sedangkan untuk SK Deputi, sudah diparaf oleh PPK dan akan

    diajukan ke Bapak Deputi untuk ditandatangani.

    Rencana penyerapan anggaran, sudah dibuatkan data rencana penyerapan per bulan

    setiap direktoratnya dan disesuaikan dengan rencana kegiatan yang akan dilakukan.

    Tahun 2014, PPK Kedeputian Regional dan Otda akan menggunakan program naskah dinas

    yang ada di Bappenas untuk mempermudah dan memperlancar proses pengajuan dan

    pertanggungjawaban anggaran di setiap pelaksanaan kegiatannya.

    Adapun tindak lanjut atas pelaksanaan rapat adalah:

    Percepatan penyelesaian SK Deputi pada hari Jumat, sehingga bisa dibuatkan penetapan

    honor bagi SK yang berdampak OB (honor). Jika SK Deputi yang tidak ada OB nya tetap ada

    SK tersebut untuk menjadi pegangan bagi anggota tim pelaksana dalam melaksanakan

    kegiatan di direktoratnya masing-masing.

    Deadline pertanggungjawaban TUP tahap III paling lambat tanggal 7 April 2014.

    Sekretariat PPK Regional akan menggunakan sistem online naskah dinas dari Bappenas

    mulai bulan April ini dan akan disosialisasikan kepada para penanggungjawab kegiatan dan

    stafnya.

    Rencana penyerapan anggaran di setiap direktorat akan dikaji dan dilihat kembali oleh PPK

    Kedeputian Regional dan Otda.

    Semua direktorat harus tertib dalam mempertanggungjawabkan berkas kegiatan terutama

    dalam menggunakan format penomoran dokumen administrasi, proses pengadaan LS

    Individu, LS Non Individu, berkas perjalanan dinas dalam menyerahkan dokumen

    pertanggungjawabannya ke PPK Deputi Regional dan Otda.

    3.4 Rapat Pembahasan Peninjauan Kembali Perpres Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan

    Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur

    (Jabodetabekpunjur)

    Rapat dilaksanakan pada tanggal 3 April 2014 di RR. Ampera Kementerian Pekerjaan Umum

    dengan tujuan untuk membahas hasil PK Perpres 54 tahun 2008 tentang Jabodetabekpunjur.

    Terdapat beberapa hal penting yang dikemukakan antara lain:

    Perlu kajian mendalam terkait rencana pengembangan wilayah misalnya rencana

    pengembangan bandara Soekarno Hatta, dan Giant Sea Wall.

    Perlu menjaga semangat dasar penyusunan perpres yaitu konservasi. Sehingga dalam

    rencana pengembangan kawasan, tetap menjaga keseimbangan pengembangan di

    kawasan lindung dan kawasan budidaya.

    Berdasarkan informasi dari Kementerian Perhubungan, rencana pengembangan bandara

    Karawang tidak disetujui oleh Dinas Perhubungan Jawa Barat, karena akan mematikan

    bandara yang ada di Kertajati.

    Perpres KSN bukan untuk perijinan hanya arahan, maka peta didalamnya hanya dapat

    melihat indikasi ketidaksesuaian.

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | 17

    Terkait tingkat kedetailan, perlu dicermati peta dalam Perpres Jabodetabekpunjur akan

    tetap menggunakan skala makro (1:50.000) atau lebih detail.

    Jika dikaitkan dengan pengendalian pemanfaatan ruang, diperlukan peta skala 1: 5000

    sebagai acuan operasional untuk perijinan. Namun, dari sisi kewenangannya merupakan

    kewenangan pemerintah daerah.

    Sebagai kesimpulan atas rapat tersebut maka diperlukan telaah lebih lanjut terhadap hasil PK

    Perpres Jabodetabekpunjur. Jika dinyatakan tidak sesuai, maka perlu ditentukan tindaklanjutnya.

    Apalagi jika dinyatakan bahwa PK ini bukan pemutihan. Selain itu, masih diperlukan pertemuan

    tingkat eselon II terlebih dahulu.

    3.5 Pra Workshop 4 Koordinasi Lintas Sektor Upaya Penanganan DAS Ciliwung Melalui Berbagi

    Informasi Program Kerja Untuk Penyusunan Rencana Tindak Lanjut di DAS Ciliwung

    Rapat diselenggarakan pada tanggal 4 April 2014 di Ruang Mahoni, Hotel Park yang bertujuan

    untuk menggali kembali ide dan program K/L, LSM, dan swasta untuk penanganan DAS Ciliwung.

    Beberapa hal yang dibahas dalam rapat antara lain:

    Program penataan ruang untuk penanganan DAS Ciliwung adalah revisi RTR KSN

    Jabodetabekpunjur; dan sosialisasi RTR.

    Isu tata ruang dalam konteks ini, meliputi: 1) penegakan hukum; 2) leadership; dan 3) RTR

    tidak implementatif.

    Dit. Sungai dan Pantai-Kemen PU telah menyusun pedoman kajian penetapan sempadan

    sungai dan perizinan pemanfaatan sempadan sungai, dan akan diterbitkan tahun ini.

    Permen ini merupakan amanat PP 38/2011 tentang Sungai.

    PPNS Bidang SDA bertugas melakukan pengawasan terhadap sumber air dan kawasan

    sempadan.

    Telah dilakukan inventarisasi bangunan sempadan sepanjang 190 km oleh Kemen-PU.

    Proyek Percontohan Praktek Unggulan akan dilaksanakan di 3 (tiga) lokasi, yaitu Kampung

    Pulo, MT. Haryono, dan Kasablanka.

    Sudah ada MOU 12 menteri untuk penanganan DAS Ciliwung, namun tidak berjalan. Maka,

    dibutuhkan rencana aksi sebagai tindak lanjut dari MOU tersebut.

    Sebagai tindak lanjut, akan dilaksanakan rakor Ciliwung di Kemko Kesra pada bulan Mei, maka

    akan disusun bahan paparan untuk rakor tersebut oleh tim kecil DAS Ciliwung dan Bappenas yang

    diharapkan mengkoordinasikan program lintas sektor untuk DAS Ciliwung.

    3.6 Rapat Pembahasan Renaksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Renaksi PPK)

    Rapat dilaksanakan di RR SG 3 Bappenas pada tanggal 4 April 2014 yang bertujuan untuk

    penajaman dan menyepakati target Renaksi PPK yang terkait dengan Badan Pertanahan Nasional.

    Berikut beberapa hal yang disampaikan dalam rapat tersebut, antara lain:

    Renaksi tersebut merupakan Instruksi Presiden kepada beberapa K/L termasuk kepada BPN

    untuk pencegahan dan pemberantasan korupsi sehingga diperlukan target capaian pada

    B03, B06, B09, dan B12. Capaian target kegiatan tersebut akan dipantau oleh UKP4 dan

    Bappenas.

    Dalam Renaksi terdapat beberapa kegiatan yang terkait BPN, namun dalam rapat tersebut

    baru dibahas dua Renaksi yaitu: Kegiatan Percepatan Penyediaan Peta Dasar Pertanahan

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | 18

    dan Kegiatan Peningkatan Transparansi informasi publik terkait dengan prosedur dan

    persyaratan sertipikasi tanah.

    Untuk Kegiatan Penyusunan Peta Dasar Pertanahan dengan target jumlah peta dasar

    pertanahan yang diakses oleh seluruh kantor pertanahan dan masyarakat. Berdasarkan

    informasi dari BPN, target tersebut kurang tepat karena peta dasar pertanahan hanya

    diperlukan oleh Kantor Pertanahan dalam rangka penerbitan sertipikat hak atas tanah

    masyarakat, namun peta pertanahan dipandang tidak diperlukan secara langsung diakses

    oleh masyarakat.

    Selain itu terdapat keterbatasan server Pusdatin BPN untuk menyimpan Peta Dasar

    Pertanahan dan juga belum semua Kantor Pertanahan di seluruh Indonesia berbasis web.

    Hal ini menyebabkan kesulitan dalam penentuan target pada B03, B06, B09, dan B12.

    Untuk Kegiatan Peningkatan Transparansi informasi publik terkait dengan prosedur dan

    persyaratan sertipikasi tanah, BPN sudah memublikasikan prosedur, persyaratan, biaya dan

    waktu penerbitan sertipikat tanah masyarakat di website www.bpn.go.id. Namun menurut

    Direktur Analisa Peraturan Perundang-Undangan Bappenas, saat ini masih terjadi pungutan

    dalam pelaksanaan sertipikasi tanah. Berdasarkan informasi dari BPN, peluang terjadinya

    pungutan karena PP yang mengatur PNBP di BPN tidak mengatur biaya transportasi dan

    akomodasi petugas ukur dari kantor pertanahan ke lokasi obyek tanah yang akan diukur

    Sebagai respon atas permasalahan yang dibahas dalam rapat maka pada kesempatan tersebut

    Dit.TRP mengusulkan agar BPN menginventarisir Kantor Pertanahan yang sudah berbasis web dan

    dapat memanfaatkan peta dasar pertanahan berbasis web. Selain itu, Pusdatin dapat mengunggah

    peta dasar pertanahan untuk beberapa wilayah saja mengingat keterbatasan server BPN. Dengan

    demikian target dapat di-break down per triwulan. Disamping itu, terkait dengan Kegiatan

    Peningkatan Transparansi informasi publik terkait dengan prosedur dan persyaratan sertipikasi

    tanah, diusulkan agar kedepan adanya perubahan (revisi) terhadap PP tersebut dan memasukkan

    biaya tersebut menjadi komponen biaya dalam pendaftaran tanah yang dipungut melalui skema

    PNBP sehingga dapat digunakan oleh BPN kembali.

    3.7 Pembahasan Tindak Lanjut Roadmap and Resource Mapping The Land, Housing, and Urban

    Development Program Phase I

    Rapat diadakan pada tanggal 4 April 2014 di Hotel Aryaduta dalam rangka penyusunan daftar

    pertanyaan dan identifikasi kajian yang telah dilaksanakan terkait dengan pokok-pokok bahasan

    dalam Roadmap and Resource Mapping The Land, Housing and Urban Development. Beberapa hal

    yang disampaikan dalam rapat tersebut antara lain:

    Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan menyampaikan bahwa di lingkungan Direktorat Tata

    Ruang dan Pertanahan telah dilakukan Identifikasi Model-Model Bank Tanah dari beberapa

    negara dunia pada tahun 2013 sebagaimana tercantum dalam Laporan Akhir Tim

    Koordinasi Strategis Reforma Agraria pada tahun 2013. Namun hasil dari identifikasi

    tersebut perlu ditindak lanjuti sehingga didapat kesimpulan model yang cocok untuk

    diterapkan di Indonesia.

    Untuk pengadaan konsultan lokal yang dapat membantu pelaksanaan kegiatan

    penyusunan roadmap, Dit.TRP berhak mengajukan kandidat yang memahami substansi

    Bank Tanah.

    Dalam rapat tersebut juga disampaikan bawah direktorat terkait dengan 5 pilar yang

    menjadi pokok pembahasan dalam roadmap tersebut agar dapat memasilitasi tempat kerja

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | 19

    untuk kegiatan pendampingan Konsultan Lokal (local expert) dan Analis Bappenas di

    direktorat masing-masing. Dijelaskan pula bahwa posisi direktorat terkait adalah sebagai

    koordinator dari masing-masing pilar yang berkaitan, adapun Analis Bappenas merupakan

    orang luar (konsultan) yang direkrut oleh World Bank untuk melakukan pendampingan

    substansi pada masing-masing pilar.

    Berkaitan dengan hal tersebut Dit.TRP menyampaikan pula bahwa telah terjadi kesalahan

    pemahaman dari pelaksanaan rapat sebelumnya, dipahami bahwa analisis terkait

    Bappenas berasal dari salah satu staf di Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan yang

    memberikan pendampingan substansi kepada World Bank terkait bank tanah.

    Perlu dilakukan pembicaraan lebih dalam mengenai kegiatan ini, agar tidak terjadi

    kesalahan pemahaman.

    Adapun Tindak lanjut dari pelaksanaan rapat tersebut meliputi koreksi dan Identifikasi daftar

    pertanyaan terkait dengan Bank Tanah untuk materi FGD yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat

    dan penyerahan CV calon tenaga ahli untuk pendampingan substansi Bank Tanah yang

    direkomendasikan oleh Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan hingga pertengahan April 2014.

    3.8 Penajaman Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi BPN Tahun 2014

    Rapat dilaksanakan pada tanggal 7 April 2015 bertempat di SS 3 yang merupakan lanjutan dari

    rapat sebelumnya pada tanggal 4 April 2014 untuk membahas dan menyepakati beberapa kegiatan

    yang belum disepakati ukuran keberhasilannya. Beberapa poin yang dibahas dalam rapat kali ini

    adalah:

    Terdapat penambahan 5 kegiatan BPN yang masuk dalam Renaksi PPK Tahun 2014 menjadi

    10 kegiatan.

    Direktorat TRP tidak pernah diikutsertakan dalam pembahasan pemilihan kegiatan BPN

    yang menjadi fokus dalam rencana aksi PPK ini.

    Kegiatan BPN yang menjadi fokus dalam aksi PPK Tahun 2014 dapat dikelompokkan dalam

    2 (dua) kegiatan utama yaitu kegiatan teknis (terdiri dari 5 kegiatan) yang sifatnya

    pelayanan pertanahan dan kegiatan generik (terdiri dari 5 kegiatan) yang sifatnya

    keterbukaan informasi publik, mekanisme pengelolaan aset dan pengadaan barang jasa

    serta informasi perpajakan.

    Untuk kegiatan yang sifatnya teknis pelayanan pertanahan disepakati beberapa hal sebagai

    berikut:

    Kegiatan percepatan penyediaan peta dasar pertanahan, disepakati ukuran

    keberhasilannya adalah tersedianya peta dasar pertanahan yang berbasis teknologi

    dan dapat diakses oleh seluruh kantor pertanahan melalui intranet Pusdatin BPN.

    Kegiatan peningkatan transparansi informasi publik terkait prosedur dan persyaratan

    pengurusan hak atas tanah (tahapan, waktu, dan biaya yang spesifik sesuai obyek

    tanah) sebagaimana tercantum dalam Perka BPN No. 1/2010, disepakati targetnya

    adalah tersedianya informasi tentang prosedur dan persyaratan pengurusan hak

    atas tanah di setiap kantor pertanahan kabupaten/kota, propinsi dan pusat (secara

    online dan offline) di 200 kantor pertanahan di 33 propinsi.

    Kegiatan peningkatan transparansi layanan publik bidang pertanahan di lingkungan

    Kantor Pertanahan, Kantor Wilayah Pertanahan dan Kantor Pusat BPN. Disepakati

    ukuran keberhasilannya adalah tersedianya portal pelayanan publik pertanahan yang

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | 20

    dapat diakses oleh masyarakat, yang menampilkan informasi status dari

    permohonan di setiap tahapan di seluruh kantor pertanahan di 33 propinsi.

    Kegiatan Pelaksanaan Kode Etik Pegawai BPN yang dimaksudkan untuk

    meningkatkan sikap dan perilaku anti korupsi di BPN, disepakati ukuran

    keberhasilannya adalah pelaksanaan dari kode etik yang telah disusun dan

    ditetapkan melalui Peraturan Kepala BPN No. 17/2013 di 33 Provinsi dengan

    indikator pembentukan majelis Kode Etik Pegawai BPN.

    Kegiatan peningkatan penanganan pengaduan masyarakat di lingkungan kantor

    pertanahan kabupaten/kota dan kantor wilayah BPN berbasis Teknologi Informasi

    (TI) dengan ukuran keberhasilan meningkatnya kualitas penanganan pengaduan

    masyarakat melalui TI. Disampaikan bahwa saat ini masyarakat dapat

    menyampaikan pengaduan terhadap pelayanan pertanahan di seluruh kantor

    pertanahan melalui website: bpn.go.id dan akan di tanggapi oleh petugas BPN dan

    disampaikan kepada alamat email pengadu. Target yang perlu dilaporkan BPN

    adalah rekapitulasi pengaduan masyarakat yang masuk di 200 kantor pertanahan

    dan tanggapan yang diberikan BPN terhadap pengaduan masyarakat tersebut.

    Untuk kegiatan generik seperti (i) pengelolaan dan penatausahaan aset BPN; (ii)

    transparansi dan akuntabilitas dalam mekanisme pengadaan barang jasa; (iii) penyampaian

    data dan informasi perpajakan; (iv) pelaksanaan keterbukaan informasi publik sesuai UU

    No. 14 tahun 2008; dan (v) pelaksanaan whistleblowing system dan penyelesaian

    penanganan pengaduan masyarakat yang terintegrasi akan dilakukan pembahasan

    tersendiri oleh K/L yang membidangi urusan tersebut seperti LPSK, LKPP, KIP, Ditjen

    Kekayaan Negara dan Ditjen Pajak, Kementerian Keuangan.

    Beberapa kesimpulan yang diperoleh dalam rapat meliputi:

    Kegiatan BPN yang disepakati menjadi target dalam Renaksi PPK Tahun 2014 sebanyak 5

    kegiatan dan merupakan kegiatan yang sifatnya mendukung layanan pertanahan yang

    dilakukan oleh BPN.

    Dit. TRP perlu ikut memantau pelaksanaan target-target yang telah disepakati dalam

    Renaksi PPK BPN tersebut pada B03, B06, B09, dan B12.

    Untuk kegiatan generik yang sifatnya keterbukaan informasi publik, mekanisme

    pengelolaan aset dan pengadaan barang jasa serta informasi perpajakan akan dilakukan

    pembahasan tersendiri pada tanggal 10 April 2014 oleh K/L terkait.

    3.9 Rapat Persiapan Rakornas BKPRD 2014

    Rapat dilaksanakan pada tanggal 4 April 2014 di hotel Bidakara untuk membahas persiapan

    Rakornas BKPRD 2014. Beberapa hal penting yang dibahas dalam rapat meliputi:

    Usulan waktu pelaksanaan Rakornas BKPRD adalah pada tanggal 7 9 Mei 2014 di Hotel

    Goodway, Nusa Dua Provinsi Bali.

    Provinsi Bali akan menindaklanjuti surat permohonan Mendagri perihal permohonan

    menjadi tuan rumah Rakornas BKPRD dengan membentuk panitia kecil.

    Masukan terkait substansi:

    Perlu diakomodir hasil evaluasi Rakornas BKPRD tahun 2013 baik di tingkat pusat

    maupun di tingkat daerah.

    Isu BKPRD yang perlu diangkat adalah kewenangan BKPRD dalam penyelesaian isu

    penyelenggaraan penataan ruang dan pentingnya peran koordinasi lintas BKPRD.

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | 21

    Penting pembahasan tentang integrasi rencana tata ruang dan rencana zonasi

    wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (RZWP3K). Untuk itu, diharapkan dapat

    ditambahkan narasumber dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.

    Terkait status SEB Holding Zone yang telah selesai ditandatangani 3 (tiga) Menteri,

    Rakornas BKPRD dapat menjadi salah satu forum sosialisasi.

    Beberapa hal yang dihasilkan dari rapat persiapan tersebut adalah:

    Tema Rakornas BKPRD 2014: Membangun Efektivitas Kinerja Kelembagaan Penataan

    Ruang Daerah dalam Mendukung Terwujudnya Keberhasilan Pembangunan Daerah.

    Pemerintah Provinsi Bali siap menjadi tuan rumah Rakornas BKPRD Tahun 2014.

    Kemendagri akan segera menyampaikan surat permohonan menjadi

    narasumber/pembahas.

    Pertemuan lanjutan akan segera dijadwalkan dengan K/L sektor.

    3.10 Seminar Nasional Masalah Agraria Kontemporer Tantangan Kebijakan Agraria di

    Indonesia

    Seminar dilaksanakan pada tanggal 8 April 2014 oleh LIPI, bertempat di gedung PDII lantai 2

    dengan tujuan untuk mendesiminasikan hasil penelitian Tim CSSI agraria yang telah selesai

    melakukan penelitian, serta melakukan diskusi permasalahan dan tantangan kebijakan agraria di

    Indonesia. Beberapa hal yang dikemukakan dalam seminar antara lain:

    Dalam rapat tersebut disampaikan keynote speech oleh Bapak Gunawan Wiradi yang

    menyampaikan bahwa Indonesia perlu membentuk Badan Otorita Reforma Agraria untuk

    mengkoordinir sektor dalam pelaksanaan percepatan reforma agraria.

    Beberapa isu strategis yang diangkat dalam pemaparan narasumber pada pelaksanaan

    seminar tersebut adalah penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah yang

    ideal yang berpengaruh pada peningkatan urbanisasi dan peningkatan jumlah buruh akibat

    terbatasnya akses masyarakat terhadap tanah.

    Dalam seminar tersebut Kasubdit Pertanahan Dit.TRP Bappenas menyampaikan arah

    kebijakan pengelolaan pertanahan yang akan dilaksanakan dalam periode III RPJMN.

    Disampaikan bahwa Bappenas telah menyusun kebijakan di bidang pertanahan yang multi

    sektor sehingga diharapkan dapat mempercepat penyelesaian permasalahan yang ada.

    Selain itu peneliti dan pihak yang terkait dengan bidang pertanahan diberi kesempatan

    memberikan saran dan masukan yang dapat dilaksanakan secara nyata bagi perbaikan

    sistem pengelolaan pertanahan di Indonesia.

    3.11 Rapat Persiapan Konsultasi Publik Terkait Perubahan Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang

    RTR KSN Sarbagita

    Rapat diselenggarakan di RR.Menko Perekonomian pada tanggal 8 April 2014 dengan tujuan

    untuk mempersiapkan kegiatan konsultasi publik terkait usulan perubahan Perpres RTR KSN

    Sarbagita di Bali yang rencananya diselenggarakan pada tanggal 10 April 2014. Beberapa poin diskusi

    selama pertemuan berlangsung:

    Rencana konsultasi publik sedang menunggu kepastian daerah.

    SK tim akan disusun secara backdated sebagai justifikasi kegiatan kajian teknis.

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | 22

    Kawasan Teluk Benoa dituliskan dalam notasi B8 yang berarti merupakan kawasan lindung

    tetapi pengaturannya lebih kepada kawasan budidaya. Direktur Perkotaan Kementerian PU

    menanggapi bahwa notasi tersebut tidak sesuai dengan format Perpres KSN Perkotaan.

    Hasil dari kajian yang dilakukan oleh KKP dengan melibatkan 5 Perguruan Tinggi adalah

    dimungkinkannya kawasan konservasi Teluk Benoa menjadi kawasan budidaya. KKP

    menyatakan telah melakukan 2 kajian, yaitu: i) kajian konservasi yang salah satu hasilnya

    bahwa diperlukannya buffering zone dari wilayah Tahura; dan ii) 6 kajian teknis

    pengembangan kawasan, dengan hasil dari 1700 Ha, luasan maksimal untuk dilakukannya

    pengembangan/reklamasi adalah 700 Ha. Sedangkan sisa 1000 Ha harus dipertahankan

    untuk menjaga eksistensi Tahura dan mencegah sendimentasi.

    KLH berpandangan bahwa kajian yang dilakukan KKP belum sepenuhnya menjawab

    beberapa isu terkait lingkungan, misalnya: daya dukung kawasan pesisir, analisa dampak,

    kajian ekologi, kajian DAS, kajian revitalisasi, aspek hidrolik-sendimentasi jika terjadi banjir,

    pola arus, dsb.

    Perlu dicermati kembali ketentuan mengenai penerapan ketentuan di Zona B8 dalam

    Rancangan Perubahan Perpres RTR KSN Sarbagita utamanya terkait batasan maksimal

    luasan 700 Ha yang diperbolehkan untuk dilakukan pengembangan/reklamasi.

    Kementerian PU menyatakan bahwa dalam rangka penyusunan RTR diperlukan naskah

    teknis (hasil pengumpulan data, analisa dan rencana peruntukan berdasarkan daya dukung

    dan daya tampung lingkungan) dan naskah akademis berupa rancangan peraturan. Selain

    itu Rancangan Perubahan Perpres RTR KSN Sarbagita yang telah disusun tidak sesuai

    dengan format Perpres RTR KSN Perkotaan lainnya yang seharusnya berformat:

    karakteristik zona, peruntukan zona, dan arahan peraturan zonasi.

    Kemendagri berpandangan dalam melakukan perubahan Perpres RTR KSN Sarbagita

    Pemda Kabupaten/Kota (tidak hanya Pemda Provinsi) perlu dilibatkan sejak proses di

    pusat.

    Direktur TRP berpandangan bahwa kegiatan konsultasi publik perlu dipersiapkan secara

    matang, khususnya hasil kajian yang telah dilakukan karena pemangku kepentingan dapat

    secara kritis menanyakan hal-hal terkait adanya usulan perubahan Perpres RTR KSN

    Sarbagita.

    Adapun kesimpulan dan tindak lanjut atas bahasan dalam rapat antara lain:

    Dilakukan revisi Roadmap Proses Peninjauan Kembali Perpres RTR KSN Sarbagita

    (sebagaimana terlampir dalam BTOR) sebagai upaya percepatan terhadap adanya usulan

    perubahan Perpres RTR KSN Sarbagita.

    Notasi yang digunakan dalam Perpres untuk kawasan konservasi yang dapat dilakukan

    pengembangan kawasan adalah notasi P sebagaimana format Perpres KSN Perkotaan

    lainnya.

    Untuk melengkapi Tata Cara/Governance Peninjauan Kembali (PK) dan Revisi Rencana Tata

    Ruang (RTR) berdasarkan PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang,

    yaitu penyusunan naskah teknis dan finalisasi Raperpres RTR KSN Sarbagita akan dilakukan

    Konsinyasi pada tanggal 10-11 dan 14-15 April 2014.

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | 23

    3.12 Forum Konsultasi Publik Dalam Penyusunan RKP 2015 dan RT RPJMN 2015-2019

    Forum Konsultas Publik (FKP) dilaksanakan pada tanggal 10 April 2014 di ruang rapat SS 1-4

    yang bertujuan untuk mengumpulkan masukan OMS terhadap RKP 2015 dan RT RPJMN 2015-2019

    sesuai dengan amanat UU No 25/2004 Bab II Asas dan Tujuan, Pasal 2, ayat 4 bahwa Keterlibatan

    OMS dalam ruang kebijakan Publik merupakan keharusan. Beberapa hal yang dikemukakan dalam

    rapat tersebut antara lain:

    Tantangan utama RPJMN 2015-2019

    Keluar dari Middle Income Trap (MIT) pada tahun 2030: i) Pertumbuhan ekonomi

    yang cukup tinggi, inklusif dan berkelanjutan; ii) Transformasi struktur ekonomi yang

    didukung pengelolaan SDA yang lebih baik dan pengembangan iptek dan inovasi; iii)

    Meningkatkan kualitas sumber daya manusia; iv) Ketahanan pangan, energi, dan air;

    v) Penyediaan infrastruktur yang memadai;

    Percepatan pemerataan pembangunan dan pengurangan kesenjangan;

    Pemberantasan korupsi;

    Percepatan konsolidasi demokrasi;

    Potensi bencana alam besar dan resiko perubahan iklim

    Tantangan Bidang Wilayah Tata Ruang yang disampaikan dalam paparan RT RPJMN 2015-

    2019 :

    Pengurangan kesenjangan antar wilayah

    Percepatan pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan

    Pemenuhan pelayanan dasar di seluruh wilayah

    Peningkatan efektivitas penataan ruang

    Forum dilanjutkan ke dalam 3 sesi secara paralel yang terdiri dari aspek:

    Bidang Polhukam: UU Desa menjadi hal penting, karena akan mengubah seluruh

    proses politik di daerah. Terdapat kemungkinannya desa yang selama ini otonominya

    dinikmati begitu luas berubah menjadi desa yang sangat teknokratik.

    Bidang Kesra: Isu yang diajukan OMS: i) Perlindungan Sosial; ii) Disabilitas; iii)

    Perlindungan perempuan dan anak; iv) Perlindungan pekerja migran; iv) Layanan

    dasar kesehatan dan pendidikan; v) UU Pelayanan Publik.

    Bidang SDA dan Ekonomi: Isu yang diajukan OMS: i) pengelolaan SDA yang memberi

    kesejahteraan pada masyarakat; ii) Percepatan pengurangan kemiskinan; iii)

    pembangunan ekonomi pertanian.

    Kesimpulan yang diperoleh dari rapat tersebut yaitu Masukan OMS dalam Forum Konsultasi

    Publik dapat dijadikan bahan masukan untuk Rancangan RKP 2015 dan RT RPJMN Bidang Tata Ruang

    dan Pertanahan.

    3.13 Penyelesaian Kasus Perambahan Kawasan Suaka Margasatwa Katiri oleh Warga Baru Eks

    Timor Timur di Kabupaten Malaka, Provinsi NTT

    Rapat dilaksanakan pada tanggal 10 April 2014 bertempat di RR.Kemenko Kesra dengan tujuan

    membahas penyelesaian kerusakan kawasan Suaka Margasatwa (SM) Katiri akibat perambahan yang

    dilakukan oleh warga baru eks Timor Timur yang bermukim disekitar SM Katiri. Beberapa hal yang

    dibahas dalam pertemuan tersebut antara lain:

    Perambahan yang dilakukan oleh warga baru eks Timor Timur di SM Katiri disebabkan

    desakan kebutuhan akan lahan untuk bercocok tanam dalam rangka memenuhi kebutuhan

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | 24

    hidup. Perambahan yang dilakukan tersebut mengakibatkan kerusakan di kawasan SM

    Katiri dan menyebabkan terjadinya bencana alam seperti banjir dan longsor.

    Untuk membantu menyelesaikan permasalahan tersebut, telah ditawarkan 2 (dua) opsi

    kepada warga baru yaitu: (i) pemindahan warga baru tersebut keluar kawasan SM Katiri

    dengan sistem transmigrasi lokal atau pola sisipan; dan (2) menyediakan lahan garapan

    dengan sistem Hutan Tanaman Rakyat (HTR) di luar kawasan SM Katiri yang jaraknya 30

    km dari tempat tinggal mereka saat ini.

    Warga baru menyadari bahwa mereka melanggar aturan karena memanfaatkan SM Katiri

    yang merupakan tanah negara dan pada dasarnya mereka bersedia pindah. Terkait dengan

    opsi yang ditawarkan, warga baru menolak dengan alasan lahan garapan yang akan

    disediakan jaraknya terlalu jauh dari tempat tinggal mereka sedangkan untuk pola sisipan

    warga baru khawatir akan ada penolakan dari masyarakat asli di daerah tersebut dengan

    keberadaan mereka.

    Permasalahan yang dihadapi terkait pilihan yang ada adalah keterbatasan lahan untuk

    pemindahan keseluruhan warga baru melalui transmigrasi lokal karena membutuhkan

    lahan yang luas dan penyediaan lahan melalui pola HTR memiliki keterbatasan jenis

    tanaman yang dapat ditanam oleh masyarakat.

    BPS menyebutkan data jumlah penduduk warga baru eks Timtim yang ada di kabupaten

    Malaka jumlahnya 2.400 KK. Namun, untuk kasus ini diprioritaskan untuk warga baru yang

    bermukim di sekitar SM Katiri yaitu sebanyak 1.311 KK.

    Sebagai tanggapan atas permasalahan yang terjadi maka:

    Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) telah menyediakan bantuan rumah bagi

    warga baru eks Timtim sesuai direktif Presiden namun memang tidak disertai dengan

    penyediaan lahan untuk bercocok tanam. Hal ini dikarenakan dana yang tersedia di

    Kemenpera hanya dana pembebasan lahan untuk perumahan bukan untuk lahan pertanian

    dan usaha tani.

    Untuk membantu warga baru selama ini, Kementerian Kehutanan telah melakukan

    pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan pengolahan tanaman secara modern dengan

    harapan masyarakat tidak lagi menggunakan sistem ladang berpindah sehingga

    perambahan SM Katiri dapat dikurangi.

    Pemerintah Daerah Kabupaten Malaka telah membentuk tim kecil untuk mengkaji

    mengenai hal ini melalui metode partisipatif. Namun, masih diperlukan dukungan tim dari

    Pemerintah Pusat dan juga bantuan pendanaan terutama untuk pembebasan lahan.

    Disarankan agar Pemerintah Kabupaten Malaka menyampaikan usulan melalui Pemerintah

    Provinsi NTT ke Pemerintah Pusat untuk memprioritaskan penyelesaian masalah ini dan

    juga memprioritaskan pendanaannya.

    Dit TRP perlu berkoordinasi dengan Direktorat mitra kerja K/L di Bappenas yang terlibat di

    tim yang akan dibentuk nantinya. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui arah kebijakan

    setiap bidang dalam menyelesaikan hal ini dan untuk menyiapkan kebutuhan

    pendanaannya.

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | 25

    3.14 Konsolidasi Penyusunan Laporan Peraturan Pemerintah Nomor 39/2006 Semester I TA 2014

    Kementerian PPN/Bappenas

    Rapat dilaksanakan di hotel Akmani pada tanggal 10 April 2014 yang bertujuan untuk

    mengkonsolidasikan penyusunan laporan dari pelaksanaan PP 39 tahun 2006 Program dan Kegiatan

    Kementerian PPN/Bappenas untuk Sementer I TA 2014. Peserta terdiri dari PPK seluruh UKE I dan

    para penanggungjawab penyusunan laporan PP 39/2006 dari UKE II di Bappenas.

    Untuk penyusunan laporan ini, aplikasi dapat dilihat di [email protected] dengan

    mendapatkan username dan password yang dapat digunakan untuk melihat (memantau)

    target dan capaian kinerja dari masing-masing program dan kegiatan di unit kerja yang

    bersangkutan.

    Pemantauan kinerja melalui e-monev tersebut, yang dalam aplikasi yang baru untuk setiap

    target dikunci untuk satu tahun. Input target penyerapan/realisasi anggaran dan target

    kinerja selama satu tahun di awal tahun (TW.1). Selanjutnya Biro perencanaan dapat

    melakukan perubahan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) yang tidak sesuai dengan dokumen

    perencanaan selama Triwulan 1.

    Hal-hal yang perlu dilaporkan dalam e-monev ini berupa : (a) target per triwulan. Untuk e-

    monev K/L merupakan target anggaran kegiatan, (b) realisasi per triwulan yang

    merupakan realisasi anggaran kegiatan yang sesuai SP2D atau Data SAI serta realisasi

    indikator kinerja kegiatan, (c) Masalah dan tindak lanjut dalam pelaksanaan kegiatan.

    Penyusunan target ini dimaksudkan untuk mengatur beban kerja dalam pelaksanaan

    kegiatan, proyeksi ke depan, sebagai alat bantu untuk menilai kinerja dan alat pengendali

    kegiatan dan bahan pertimbangan bagi perencanaan.

    Kesimpulan dari rapat tersebut adalah Aplikasi e-monev dapat membantu meningkatkan

    jumlah kementerian/lembaga yang melaporkan secara tepat waktu. Selain itu, dalam

    implementasinya, aplikasi e-monev ini terus akan diusahakan dikoreksi dan disempurnakan untuk

    mendapatkan data yang lebih akurat dan dapat membantu K/L dalam memantau pelaksanaan

    kegiatan masing-masing.

    3.15 Pembahasan Kesepakatan Pengertian/Kriteria Teknis MBR

    Rapat diadakan pada tanggal 11 April 2014 di Kemenko Kesra dalam rangka menyepakati

    kriteria MBR yang digunakan dalam pemenuhan kebutuhan perumahan sebagaimana tercantum

    dalam UU Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Dalam undang-

    undang tersebut (pasal 1 ayat 24) disebutkan bahwa Masyarakat Berpenghasilan Rendal yang

    selanjutnya disingkat MBR adalah masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga

    perlu mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah. Terdapat beberapa hal yang

    menjadi bahasan dalam rapat yaitu:

    Perlu dilakukan lompatan kebijakan di Bidang Perumahan dalam penyedian perumahan

    bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Selama ini jenis bantuan di bidang perumahan

    yang diberikan kepada MBR berupa stimulan dan subsidi masih perlu ditingkatkan.

    Dalam rapat tersebut dilakukan identifikasi kriteria MBR dari masing-masing

    Kementerian/Lembaga yang terlibat dalam pemberian bantuan kepada MBR dan

    masyarakat miskin. K/L yang memberikan bantuan kepada MBR pun telah merujuk pada

    UU No. 1 tahun 2011 namun kriteria MBR dalam uu tersebut masih perlu diperjelas

    sehingga bantuan yang diberikan tidak salah sasaran.

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | 26

    Dalam pemberian batuan perumahan baik yang dilaksanakan oleh Kementerian

    Perumahan Rakyat maupun kementerian lainnya terhambat permasalahan penyediaan

    tanah. Permasalahan meliputi keberadaan tanah yang diberikan bantuan perumahan

    berada di kawasan hutan maupun terkendala karena ketidaktersediaan tanah untuk

    pembangunan perumahan.

    Dalam rapat tersebut belum dapat disepakati kriteria MBR sebagai penjabaran dari definisi

    MBR di UU No.1 Tahun 2011 dalam pemberian bantuan perumahan terhadap MBR, sehingga masih

    perlu dilakukan pembahasan lebih lanjut dalam penentuan kriteria MBR.

    3.16 Koordinasi Implementasi Renaksi Nota Kesepakatan Bersama Hukum dan HAM

    Rapat koordinasi dilaksanakan pada tanggal 11 April 2014 di RR BPHN untuk menindaklanjuti

    pertemuan sebelumnya guna membahas rancangan tools untuk mengkaji peraturan perundang-

    undangan terkait SDA dan LH. Beberapa poin diskusi yang disampaikan meliputi:

    Rancangan metodeyang dimaksudkan berbentuk matriks yang berfungsi untuk

    memudahkan pemetaan dan pengkajian peraturan perundang-undangan kedalam 3 Prinsip

    (Keadilan Sosial, Demokrasi dan Negara Hukum serta Keberlanjutan), Kriteria, Indikator dan

    Verifier.

    Matriks tersebut juga akan dikelompokan kedalam aspek-aspek yang secara umum

    termuat dalam peraturan perundang-undangan di bidang SDA dan LH, yaitu: i) Penguasaan

    SDA; ii) Perencanaan; iii) Pemanfaatan; dan iv) Pengawasan. Tim kemudian perlu

    merumuskan definisi operasional dari setiap aspek-aspek tersebut.

    Terdapat pandangan bahwa aspek pemanfaaatan sama dengan pengelolaan (hanya

    berbeda istilah) karena dalam bidang kehutanan memanfaatkan hutan berarti mengelola

    hutan melalui pemberian izin memanfaatkan hutan. Tetapi secara umum pengelolaan

    meliputi kegiatan merencanakan (planning), mengorganisasikan (organizing),

    melaksanakan (actuating), dan pengawasan (controlling). Sehingga aspek pengelolaan

    sebenarnya telah melingkupi seluruh aspek yang termuat dalam matriks tersebut.

    Aspek pengawasan berbeda dengan pengendalian karena pengawasan dilakukan oleh

    pihak ke-3 atau eksternal yang dalam hal ini adalah negara dalam konteks peraturan

    perundang-undangan bidang SDA dan LH. Sedangkan pengendalian dilakukan secara

    internal. Sehingga dalam matriks perlu dibedakan antara aspek pengawasan dan

    pengendalian.

    Hasil yang diperoleh dari diskusi tersebut yaitu bahwa yang dimaksud dengan pengelolaan

    SDA dalam dokumen ini meliputi tata kuasa, perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pengawasan

    untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, perlindungan dan/atau pelestarian SDA. Hasil

    tersebut, masih dimungkinkan untuk didiskusikan secara simultan dengan rencana pertemuan

    selanjutnya untuk mendefinisikan Kriteria, Indikator dan Verifer.

    3.17 Lokakarya Tata Kelola Kelembagaan Perumahan Permukiman

    Lokakarya dilaksanakan pada tanggal 14 April 2014 di Hotel Millenium dengan tujuan

    konsultasi kepada stakeholder terhadap hasil analisis kebijakan tentang tata kelola kebijakan

    pembangunan perumahan dan permukiman yang dilakukan bersama antara Kemenko Kesra dengan

    Universitas Gadjah Mada (UGM) dan menjaring masukan dari stakeholder terhadap persoalan tata

    kelola kelembagaan pembangunan perumahan dan permukiman di Indonesia dalam rangka

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | 27

    membangun kesepahaman untuk penataan yang lebih baik ke depan. Beberapa informasi penting

    yang disampaikan dalam rapat meliputi;

    Terdapat tiga kata kunci terkait dengan tata kelola perumahan dan permukiman:

    Jaminan, merupakan kata kunci pertama terkait peran negara dalam menjamin hak

    dasar setiap warga negaranya untuk dapat berhuni secara layak.

    Tanah, merupakan kata kunci kedua terkait tata kelola pemenuhan hak atas papan.

    Sesuai dengan UUPA, tanah seharusnya merupakan fungsi sosial, namun dalam

    kenyataannya tanah saat ini berubah fungsinya sebagai komoditas.

    Transformasi kelembagaan, yang merupakan kata kunci ketiga terhadap penyelesaian

    permasalahan darurat perumahan rakyat harus dilakukan sebuah

    lompatan/terobosan dalam bentuk transformasi kelembagaan.

    Dalam konteks otonomi daerah, hal atau isu yang menjadi perhatian terkait bagaimana

    masing-masing lembaga secara hierarkis nasional-daerah dapat berfungsi dengan efektif:

    Penguatan kelembagaan pemerintah daerah dapat memprioritaskan urusan

    perumahan

    Permasalahan perumahan yang sudah menyatu dengan isu perkotaan, sudah lebih

    dari 60% penduduk menghuni perkotaan dengan kompleksitas permasalahannya yang

    semakin berat apabila kementerian perumahan saat ini hanya mengatur masalah

    perumahan saja

    Lembaga penyediaan perumahan yang saat ini dikonsepkan dalam bentuk kemitraan

    antara pemerintahan dan pelaku usaha dalam penyelengaraannya melalui pola subsidi

    Keberadaan PT. BTN yang semula dikonsepkan sebagai bank dengan tugas khusus

    sebagai penyalur pembiayaan kredit perumahan, saat ini diperkuat perannya dalam

    menyalurkan pembiayaan oleh bank-bank umum komersial yang lain.

    Hasil diskusi dalam lokakarya ini nantinya akan menjadi rekomendasi tata kelola kelembagaan

    pembangunan perumahan permukiman yang meliputi aspek kelembagaan dan regulasi

    3.18 Konsultasi Publik Perubahan Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang RTR Kawasan Perkotaan

    Sarbagita

    Kegiatan dilaksanakan di Bappeda Provinsi Bali pada tanggal 14 april 2014 dengan tujuan

    utnuk menindaklanjuti hasil Rakortas Menteri BKPRN tanggal 13 Januari 2014, yang menyepakati

    langkah-langkah percepatan penyelesaian terhadap perubahan perpres No. 45 Tahun 2011 tentang

    RTR Sarbagita.beberapa hal yang disampaikan dalam diskusi tersebut meliputi:

    Hasil dari Kajian Tim Teknis KKP menunjukkan bahwa kondisi eksisting kawasan perairan

    Teluk Benoa sudah tidak sesuai dengan RTR Sarbagita. Kesimpulan dan rekomendasi kajian:

    Optimalisasi keterpaduan aspek teknis, lingkungan, sosial-budaya, dan ekonomi-

    finansial mengindikasikan bahwa revitalisasi Teluk Benoa layak dilakukan. Luas lahan

    yang optimal untuk direvitalisasi sekitar 700 hektar dengan luas areal terbuka hijau

    sebesar 40% dari sekitar 700 hektar luas lahan optimal yang direvitalisasi.

    Revitalisasi Teluk Benoa urgent dilakukan untuk menjamin keberlanjutan fungsi dan

    manfaat ekologi dan sosial-ekonomi. Revitalisasi memberikan manfaat ekologi berupa

    pemulihan alur, pelimpasan air laut dan penambahan areal terbuka hijau, dan

    manfaat sosial-budaya bagi masyarakat di sekitar areal revitalisasi dan pemerintah

    daerah, serta menghasilkan manfaat ekonomi bagi masyarakat dan pemerintah

    daerah.

  • Laporan Kegiatan Bulan April 2014 | 28

    Masukan-masukan yang diperoleh Pusat dalam Konsultasi Publik:

    Tujuan merevisi RTR Sarbagita harus untuk kesejahteraan rakyat semata, bukan untuk

    menjadi pelindung payung hukum untuk proyek-proyek tertentu.

    Revisi RTR Sarbagita diharapkan dapat meningkatkan fungsi kawasan konservasi di

    kawasan Tanjung Benoa dan dapat mengembangkan pariwisata baru di Tanjung

    Benoa yang berkelanjutan

    Masih belum jelas urgensi pemerintah pusat melakukan revisi RTR Sarbagita harus di

    tahun 2014, padahal menurut peraturan perundang-undangan proses revisi boleh

    dilakukan setelah Perpres diimplementasikan selama 5 tahun

    Manfaat yang akan ditimbulkan dari revitalisasi perlu tergambar dengan jelas dan

    langkah-langkah yang dilakukan harus transparant kepada seluruh stakeholders

    terkait

    Hasil kajian dari Tim Tenaga Ahli KKP perlu dikaji ulang karena banyak yang tidak

    sesuai dengan fakta yang sebenarnya.

    Sebagai kesimpulan atas pembahasan dalam rapat tersebut, maka:

    BKPRN perlu menilai kembali tujuan merevisi RTR Sarbagita, apakah telah sesuai dengan

    tata cara/governance peninjauan kembali (pk) dan revisi rencana tata ruang (rtr)

    berdasarkan peraturan pemerintah nomor 15 tahun 2010 tentang penyelenggaraan

    penataan ruang;

    Keputusan untuk merevisi RTR Sarbagita memerlukan persetujuan seluruh anggota BKPRN

    secara formal.

    BKPRN perlu mempersiapkan Konsultasi Publik yang kedua secara komprhensif baik segi

    teknis, materi.

    3.19 Rapat Rancangan Inpres tentang Kebijakan dan Strategi Percepatan Penyelamatan

    Danau Prioritas

    Rapat dilaksanakan pada tan