kasus Waldenstrom PIT 2014 edited-Yolanda.doc
-
Upload
fitriyah-mayorita -
Category
Documents
-
view
29 -
download
3
Transcript of kasus Waldenstrom PIT 2014 edited-Yolanda.doc
Laporan kasus
Waldenstrom Macroglobulinemia
Yolanda Njotowibowo*, Margaretha I Malo, Maimun Z ArthaminBagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya –
RSUD dr. Saiful Anwar, Malang.
Abstrak
WaldenstrÖm macroglobulinemia (WM) adalah keganasan sel B yang ditandai dengan peningkatan IgM monoklonal dalam serum dan infiltrasi limfoma limfoplasmasitik pada sumsum tulang. Manifestasi klinis yang terjadi disebabkan oleh adanya protein IgM monoklonal, infiltrasi sel-sel limfoplasmasitik pada jaringan atau keduanya. Kasus seorang Laki-laki, 63 thn, datang dengan keluhan utama perdarahan gusi. Pasien juga mengeluh pandangan mata kabur, pendengaran berkurang, lemah, dan penurunan berat badan. Pada pemeriksaan fisik tampak lemah, GCS 456, tekanan darah 120/80 mmHg, denyut nadi 78x/menit, frekuensi nafas 18x/menit, suhu 36,8˚C, anemis, lapangan pandang mata terbatas, dan tampak bintik perdarahan gusi. Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb 8,8 g/dl, Hct 27,5%, leukosit 4.880/μL, trombosit 52.000/μL, LED 45 mm/jam, MCV 92,9 fl, MCH 29,7 pg, RDW 19,4%, retikulosit 0,15%, hitung jenis -/-/1/31/62/1; hapusan darah tepi: eritrosit normokrom anisopoikilositosis, rouleaux formation, kesan jumlah leukosit normal, dan kesan jumlah trombosit turun. Hasil elektroforesis protein serum monoclonal gammopathy, SIA test flokulasi positif, dan pada Bone Marrow Aspiration (BMA) menunjukkan gambaran hiperselular dengan infiltrasi dan proliferasi limfosit, plasmacytoid lymphocytes 80%. Berdasarkan data klinis dan laboratorium menunjang diagnosis Waldenstrom macroglobulinemia. Untuk memastikan diagnosis Waldenstrom macroglobulinemia diperlukan pemeriksaan immunofiksasi dan immunofenotyping.
Kata kunci: WaldenstrÖm macroglobulinemia, limfosit, plasmacytoid lymphocytes, monoclonal gammopathy.
Abstract
Waldenstrom macroglobulinemia (WM) is a B-cell malignancy characterized by an increased of monoclonal IgM in serum and infiltration lymphoplasmocytic lymphoma in bone marrow. Clinical manifestations are due to the monoclonal IgM protein, tissue infiltration by the lymphoplasmacytic cells, or both. A 63 years old male presented with gum bleeding. He often complaint of blurred vision, hearing loss, weakness, and weight loss. On physical examination looked severely ill, GCS 456, blood pressure 120/80 mmHg, pulse 78x/min, respiratory rate 18x/min, axillar temperature 36.8˚C, anemic, limited field of view of eye and looked spots bleeding on
gums. The laboratory findings: Hb 8.8 g/dL, Hct 27.5 %, MCV 92.9 fl, MCH 29.7 pg RDW 19.4%, leukocytes 4.880/μL, thrombocytes 52.000/μL, ESR 45 mm/hour, reticulocytes 0.15%, differntial count -/-/1/31/62/1, peripheral blood smear evaluation: normochromic anisopoikilocytosis, rouleaux formation, leukocytes normal and thrombocytes decreased. Serum protein electrophoresis showed monoclonal gammopathy. SIA test showed flocculation positive. Bone Marrow Aspiration (BMA) showed hypercellular, with infiltration and proliferation of lymphocytes and plasmacytoid lymphocytes about 80% which support Waldenstrom macroglobulinemia. From these data support the diagnosis of Waldenstrom macroglobulinemia. To ensure the diagnosis of WaldenstrÖm macroglobulinemia, immunofixation and immunophenotyping were needed.
Keyword: WaldenstrÖm macroglobulinemia, lymphocytes, plasmacytoid lymphocytes, monoclonal gammopathy.
*Alamat KorespondensiYolanda NjotowibowoHp: 085282828486Email: [email protected]
Pendahuluan
Waldenstrom macroglobulinemia (WM) merupakan keganasan lymphoplasmo-
proliferative yang ditandai oleh infiltrasi sel pleomorfik B lineage dengan maturasi pada
berbagai stadium, seperti limfosit kecil, sel limfoplasmasitoid, dan sel plasma dalam
sumsum tulang, yang dihubungkan dengan paraprotein imunoglobulin M (IgM). Tanda
klinis yang klasik pada penyakit ini meliputi anemia, orgnanomegali, limfadenopati, dan
hiperviskositas.1-5
Waldenstrom macroglobulinemia adalah penyakit yang jarang, dengan 1500
kasus per tahun di Amerika, merupakan 1-2 % dari seluruh keganasan hematologi
dengan insiden kira kira 1/6 atau sekitar 10 – 20 % dari Multiple Myeloma (MM). Lebih
banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita dengan insiden sebesar 3,4 : 1,7 (per 1
juta orang/tahun) dan meningkat tajam sesuai dengan pertambahan usia, dengan median
umur bervariasi antara 63 – 68 tahun. Waldenstrom macroglobulinemia lebih sering
terjadi pada Caucasians dibandingkan Mexican atau African.1,3,6
Diagnosis WM didasarkan atas temuan klinis, laboratoris, dan sarana penunjang
lainnya. Gejala klinis yang timbul pada WM dapat sebagai akibat dari infiltrasi sel
1
neoplasma di sumsum tulang, adanya protein monoklonal IgM di sirkulasi serta IgM
yang terdeposit di jaringan. Akibat langsung dari infiltrasi sel neoplasma ke sumsum
tulang adalah anemia ringan sampai sedang atau bahkan pansitopenia berat. Infiltrasi sel
neoplasma juga dapat terjadi pada organ lain, di mana 1/3 kasus dijumpai adanya
limfadenopati, splenomegali dan hepatomegali. Pernah juga dilaporkan infiltrasi dapat
terjadi pada organ paru, saluran cerna, ginjal, orbita, CNS, dan kulit.2,6,8
Manifestasi klinis akibat protein monoclonal IgM di sirkulasi antara lain
sindrom hiperviskositas yang secara klinis ditandai dengan adanya kelemahan, mudah
lelah, perdarahan dari gusi dan hidung adalah manifestasi yang sering, mata mendadak
kabur, gejala neurologik seperti polineuropati serta komplikasi pada jantung berupa
congestive heart failure (CHF). Manfestasi akibat deposit monoclonal IgM terutama
pada ginjal.2,6,8
Pada WM, sarana penunjang pemeriksaan laboratorium antara lain pemeriksaan
darah lengkap, fungsi ginjal, protein, LDH, viskositas serum/plasma, pemeriksaan
hemostasis clotting time (CT), bleeding time (BT), plasma protrombine time (PPT) dan
activated plasma tromboplastine time (APTT), bone marrow aspirasi atau biopsi,
imunoelektroforesis protein, Bence jones, flow cytometry imunophenotyping, dan
karyotyping. 1,2,9
Terkadang sulit untuk membedakan antara WM dengan neoplasma sel B lainnya
terutama MM, B-cell chronic lymphocytic lekemia (CLL), small lymphocytic lymphoma
dan monoclonal gammopathy of undeterminded significance tipe IgM (IgM-MGUS).
Hal ini disebabkan karena kelainan tersebut dapat memberikan gambaran mirip berupa
monoclonal gammopathy IgM dan juga kriteria standar diagnostik untuk WM belum
dibuat.1,2 Dalam hal ini peran dari pemeriksaan imunofenotiping dan karyotyping sangat
besar serta memiliki spesifisitas yang tinggi. Sebagai contoh, beberapa literatur
menyebutkan bahwa adanya delesi pada rantai lengan panjang kromosom 6 tidak
tampak pada IgM-MGUS dan hampir selalu dijumpai pada WM, sehingga pemeriksaan
ini dapat dipakai untuk membedakan keduanya. Contoh lain, pemeriksaan
immunophenotyping, di mana kelainan WM khas pada sel B mengekspresikan CD19,
CD20, dan CD22, sedangkan pada MM mengekspresikan CD10, CD38, dan CD138,
2
pada CLL mengekspresikan CD5, CD21 dan CD23 di mana biasanya negatif pada WM. 5,10
Namun demikian tidak semua intitusi memiliki sarana pemeriksaan di atas,
termasuk pada isntitusi kami. Pada tulisan ini kami laporkan kasus seorang laki-laki
dengan diagnosis Waldenstrom macroglobulinemia berdasarkan temuan klinis dan
laboratoris. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memperdalam pemahaman mengenai
kelainan Waldenstrom macroglobulinemia yang jarang dijumpai.
Kasus
Seorang laki-laki usia 63 tahun datang ke RSSA pada tanggal 24 Febuari 2014
dengan keluhan utama gusi berdarah. Pasien mengalami pendarahan gusi sejak 1 bulan
yang lalu, kemudian dirawat di RSUD wlingi, dan dirujuk ke Poli Ilmu Penyakit
Dalam bagian hematologi RSSA. Pasien juga mengeluh pandangan mata kabur sejak 3
bulan yang lalu, keluhan terus-menerus dan menetap, disertai pendengaran berkurang
di sebelah kiri sejak 3 bulan yang lalu, berdengung (+), terkadang terdengar suara
seperti ditiup angin. Pasien juga mengeluh badan lemas dan pucat. Penurunan berat
badan tidak diketahui namun baju terasa longgar. Pasien rutin kontrol ke poli
hematologi RSSA setiap minggu sejak 1 bulan yang lalu. Mendapat obat yang
diminum setiap harinya tapi lupa apa nama obat tersebut.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, kesadaran kompos
mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 78x/menit, pernapasan 18x/menit, suhu
badan aksiler 36,8˚C. Pada pemeriksaan kepala didapatkan konjungtiva anemis,
lapangan pandang mata terbatas, dan tampak bintik perdarahan di gusi. Pemeriksaan
leher dalam batas normal, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Pemeriksaan
jantung dan paru dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen, hepar dan lien tidak
teraba. Pada pemeriksaan ekstremitas tidak terdapat edema.
3
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap
Parameter 20/02/14 24/02/14 Nilai rujukan
Hb 8,6 8,8 13,1 – 17,2 g/dl
Leukosit 3.890 2.360 4.400 – 11.300/μL
Trombosit 47.000 52.000 150.000-450.000/μL
Hct 27,9 27,5 39-50%
MCV 93,3 92,9 81-101 fL
MCH 28,8 29,7 27-35 pg
MCHC 31,8 32 31-37 g/dL
RDW 19,6 19,4 11,5-14,5 %
Retikulosit 0,15 0,5-2,5%
Hitung jenis 0/0/1/31/62/6 0-4/0-1/51-67/25-33/2-5
Evaluasi hapusan darah tepi
Eritrosit:
normokrom
anisopoikilositosis,
Rouleaux formation
(+), normoblas (+)
Leukosit: kesan jumlah normal; Trombosit: kesan jumlah turun.
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Kimia Darah
Parameter 20/02/14 Nilai rujukan
Total bilirubin 0,28 <10 mg/dl
Direct bilirubin 0.04 < 0.25 mg/dl
Indirect Bilirubin 0.24 <0.75 mg/dL
SGOT 24 0-32 U/L
SGPT 28 0-33 U/L
4
Urea 25.2 16.6-48.5 mg/dL
Creatinine 0.96 <1.2 mg/dL
Uric Acid 8.4 3.4-7.0 mg/dL
Tabel 3. Hasil pemeriksaan laboratorium Hemostasis
Coagulation test 20/02/2014
PT 11.8 detik
INR 1.05 detik
APTT 36.1 detik
Conclusion PT dan APTT dalam batas normal.
Tabel 4. Hasil pemeriksaan laboratorium elektroforesis protein serum
Elektroforesis protein serum (24/02/14)
Albumin 4,08 g/dl 3,50 – 5,01
α1-globulin 0,32 g/dl 0,14 – 0,43
α2-globulin 0,83 g/dl 0,43 – 1,21
β-globulin 0,65 g/dl 0,53 – 1,28
γ-globulin 5,88 g/dl 0,70 – 1,50
Total protein 11,76 g/dl
Kesimpulan Monoclonal gammopathy
Hasil BMA: (11/4/14)
• Selularitas : hiperselular
• Ratio M : E : 4:1
• System Erythropoesis : aktifitas menurun
• System Granulopoesis: aktifitas menurun
• System thrombopoesis: aktifitas menurun
• Fe : negatif
5
• Lain-lain : infiltrasi limfosit dan proliferasi plasmacytoid
lymphocytes 80%
• Kesimpulan : Waldenstrom macroglobulinemia
Gambar 1. Hapusan darah tepi Darah pasien (pengecatan Wright, mikroskop cahaya, pembesaran oby 100x): Rouleaux formation, limfosit, limfosit plasmasitoid.
6
Sumsum Tulang (10x) : Hiperselular
Sumsum Tulang (100x): Sel Plasma (Plasmacytoid Lymphocyte), Limfosit
Sumsum Tulang (100x): Limfosit
7
Tes SIA normal (kontrol) Tes SIA flokulasi positif (pasien)
Gambar 3. Hasil pemeriksaan laboratorium Serum In Aqua (SIA)
Diskusi
Sampai saat ini belum ada kriteria diagnosis yang establised untuk WM.1-5
Kriteria diagnostik untuk WM diusulkan oleh Owen dkk, pada Workshop Internasional
ke-2 tentang WM pada tahun 2002 di Athena Yunani (Tabel 5).
Tabel 5. Kriteria diagnostik Waldenstrom Macroglobulinemia….oleh siapa? Thn?11
8
Dari literatur lain disebutkan bahwa infiltrasi sel limfoplasmasitoid pada
sumsum tulang paling sedikit 30%.6 Terkadang sulit menentukan diagnosis WM
berdasarkan morfologi sel pada sumsum tulang.1 Namun ada beberapa hal yang dapat
membedakan antara WM dengan CLL dan MM secara morfologi sel. Pada WM berupa
infiltrasi limfosit kecil matur, sel limfoplasmasitoid serta sel plasma matur. Pada MM
morfologi sel berupa pure plasma cell morphology, sedangkan pada CLL khas
morfologi limfosit berupa limfosit kecil dan mature dan smudge cell.5
Yang menarik, ternyata terdapat peningkatan secara signifikan jumlah sel mast
di dalam sumsum tulang pada pasien WM yang bercampur dengan sel
limfoplasmasitoid. Penelitian yang dilakukan Tournilhac dkk menunjukkan bahwa
ternyata sel mast menginduksi dan menyokong proliferasi serta ekspansi sel
limfoplasmasitoid pada WM melalui CD154-CD40 signaling. Sedangkan sel
limfoplasmasitoid menyokong pertumbuhan sel mast melalui interleukin 3 (IL-3),
sitokin yang diekspresikan oleh sel WM dan peningkatan secara signifikan kadar sitokin
ini ditemukan pada serum pasien WM.1,3,7,12 Pada kasus ini didapatkan limfosit dan
limfosit plasmasitoid 80% dan tidak didapatkan sel mast.
Adanya infiltrasi sel neoplasma di sumsum tulang pada WM dapat menimbulkan
berbagai manifestasi kelainan hematologi sitopenia, terutama anemia ringan sampai
berat (80% kasus) tergantung derajat infiltrasi sel neoplasma. Juga dapat terjadi
leukopenia dan trombositopenia karena infiltrasi sel tumor, namun trombosit biasanya
jarang dibawah 50.000/cmm. Berbeda dengan MM, adanya lesi litik tulang jarang
terjadi pada WM.
Walaupun klon sel limfoplasmasitik utamanya menginfiltrasi sumsum tulang, sel
ini dapat menginfiltrasi jaringan lain seperti limfonodi, hati, limpa, yang ditandai
dengan organomegali. Pada kasus yang jarang, sel tumor juga dapat menginfiltrasi
parenkim paru, saluran cerna, dasar tengkorak, kulit dan mata. Berbeda dengan MM,
infiltrasi sel limfoplasmasitoid pada intertitium ginjal jarang terjadi pada WM.3,5 Pada
pasien ini tidak dijumpai adanya keluhan nyeri tulang, ini mengesankan bahwa tidak
9
terjadi infiltrasi pada tulang yang menyebabkan lesi litik pada tulang. Pada pasien juga
tidak didapatkan organomegali yang mengesankan tidak adanya infiltrasi pada jaringan
limfonodi. Dari pemeriksaan fungsi ginjal menunjukan hasil dalam batas normal,
mengesankan bahwa tidak terjadi infiltrasi pada interstitium ginjal.
Pada pemeriksaan hapusan darah tepi pasien WM biasanya didapatkan eritrosit
normokrom normositer dan rouleaux formation, jarang ditemukan limfositosis, dan
sering ditemukan trombositopenia serta ditemukan limfosit yang plasmasitoid.9 Pada
kasus ini didapatkan anemia normokrom anisopoikilositosis disertai rouleaux formation
dan trombositopenia. Pada kasus monoclonal gammopathy, pada umumnya terjadi
peningkatan LED yang dihubungkan dengan kadar serum protein M yang tinggi, plasma
fibrinogen serta adanya rouleaux formation. Mekanisme terjadinya rouleaux formation
adalah akibat akumulasi protein monoklonal IgM pada permukaan eritrosit sehingga
menyebabkan sel darah merah saling melekat.1,13 Pada kasus ini ditemukan pula
rouleaux formation pada hapusan darah tepi.
Pada kasus ini pemeriksaan elektroforesa protein didapatkan monoclonal
gammopathy. Banyak keganasan sel B yang dihubungkan dengan kelainan ini. Insiden
monoclonal gammopathy IgM menempati urutan ke dua setelah IgG.
Pada kasus ini, belum dilakukan pemeriksaan imunofiksasi protein sehingga
kadar IgM secara pasti belum diketahui. Namun dari hasil pemeriksaan tes SIA
didapatkan flokulasi positif. Tes SIA positif menunjukan adanya makroglobulinemia
yaitu suatu keadaan di mana kadar makroglobulin (protein serum dengan berat molekul
besar seperti protein pentamer IgM) di dalam darah meningkat tajam. Namun demikian
pemeriksaan imunofiksasi protein sebaiknya tetap dilakukan untuk menyokong ke
diagnosis.
Manifestasi klinis yang diakibatkan oleh adanya protein monoklonal IgM
bermacam macam pada kasus WM antara lain sindrom hiperviskositas yang terjadi pada
10-30% kasus WM. Imunoglobulin M adalah protein pentamer dengan ukurang yang
besar dan mengandung komponen karbohidrat yang tinggi dan memungkinkan
mengikat air melalui komponen karbohidratnya sehingga viskositas darah meningkat
dan berakibat pada hambatan aliran darah yang menyebabkan kegagalan transit darah ke
10
sistem mikrosirkulasi.3,6,8,10,13 Hiperviskositas lebih banyak dihubungkan dengan
paraprotein IgM karena perbedaan panjang dan berat molekul pentamer dbandingkan
dengan IgG dan IgA. Namun dari literatur dijelaskan bahwa sindrom hiperviskositas
tidak berkolerasi dengan kosentrasi protein M serum dan viskositas serum. Beberapa
pasien tidak bergejala walaupun kadar viskositas tinggi, dimana yang lain bergejala
dengan kadar yang setara.1
Gejala sindrom hiperviskositas dapat terjadi jika viskositas darah melebihi 5,0
cp. Dan hampir seluruh pasien menampakan gejala jika viskositasnya > 8 cp.1,6 Gejala
yang timbul dapat berupa kelemahan, pusing, vertigo, gangguan visual, mudah terjadi
pendarahan gusi dan epistaksis, gangguan neurologis dan komplikasi
kardiovaskuler.3,6,10 Gangguan visual biasanya disebabkan karena adanya gangguan
sirkulasi pembuluh darah retina yang dapat diperiksa menggunakan oftalmoskop,
dengan gambaran berupa pembuluh darah vena yang melebar dan berlekuk lekuk,
perdarahan retina dan papiledema.13 Perdarahan gusi dan epistaksis disebabkan karena
monoklonal IgM dapat berinteraksi dengan protein lain di sirkulasi termasuk beberapa
faktor koagulasi yang menyebabkan pemanjangan CT. Selain itu makroglobulin juga
dapat melapisi permukaan trombosit yang menyebabkan gangguan fungsi adesi dan
agregasi trombosit sehingga menyebabkan pemanjangan APTT. Mekanismenya sendiri
masih belum jelas.8,14
Ada satu literatur yang menyebutkan bahwa gejala tersering WM adalah
perdarahan oronasal, pusing, dan gangguan visual karena perdarahan retina.10 Pada
kasus ini pasien datang dengan keluhan utama perdarahan gusi. Selain itu badan lemah,
gangguan visual dan gangguan pendengaran juga dikeluhkan oleh pasien. Pada pasien
ini perlu diusulkan pemeriksaan funduskopi.
Dalam penegakan diagnosis WM pemeriksaan imunofenotyping dan
karyotyping memiliki peran sangat besar dan memiliki spesifisitas yang tinggi.
Beberapa literatur menyebutkan adanya delesi pada rantai lengan panjang kromosom 6
tidak tampak pada IgM-MGUS dan hampir selalu dijumpai pada WM, sehingga
pemeriksaan ini dapat dipakai untuk mebedakan keduanya. Contoh lain, pemeriksaan
immunophenotyping, di mana kelainan WM khas pada sel B mengekspresikan CD19,
11
CD20, dan CD22, sedangkan pada MM mengekspresikan CD10, CD38, dan CD138,
pada CLL mengekspresikan CD5, CD21, dan CD23 di mana biasanya negatif pada
WM.5,1
Kesimpulan
Telah dilaporkan satu kasus Waldenstrom macroglobulinemia. Waldenstrom
Macroglobulinemia perlu dibedakan dengan kelainan monoclonal gammopathy IgM
lainnya. Diagnosis Waldenstrom Macroglobulinemia pada kasus ini didasarkan atas
temuan klinis dan laboratoris. Pada kasus ini tetap diusulkan pemeriksaan imunofiksasi
protein serum dan imunofenotiping untuk memastikan diagnosis Waldenstrom
Macroglobulinemia.
Kepustakaan
1. Fonseca R, Witzig TE. Waldenstrom Macroglobulinemia. In : Greer JP, Foerster J, Lukens JN, eds. Wintrobe’s Clinical Hematology. 11th ed. Philladelphia : Lippincot Williams & Wilkins Company, 2004 : 2668-81
2. Kyle RA. Multiple Myeloma and Related Monoclonal Gammopathies. In : Mazza JJ, eds. Manual of Clinical Hematology. 3rd ed. Philladelphia : Lippincot Williams & Wilkins Company, 2002 : 247-74
3. Neparidze N, Dhodapkar MV. Waldenstrom’s Macroglobulinemia : Recent Advances in Biology and Therapy. Clinical Advances in Hematolgy and Oncology 2009;7(10):677-81
4. Owen RG, Barrans SL, Richards SJ, et.al. Waldenstrom Macroglobulinemia : Development of Diagnostic Criteria and Identification of Prognostic factors. Am J Clin Pathol 2001;116:420-28
5. Vijay A, Gertz MA. Waldenstrom macroglobulinemia. American Society of Hematology 2007;109(12):5096-102
6. Hervѐ Avet-Loiseau 14q32 Translocations discriminate IgM multiple myeloma from Waldenstrom’s macroglobulinemia. Seminar in Oncology. Vol. 30, Issue 2, April 2003, pages 153-155.
7. Dimopoulos MA, Panayiotidis P, et.al. Waldenstrom’s Macroglobulinemia : Clinical Features , Complication, and Management. Journal of Clinical Oncology 2000 ; 18(1) :214-26
8. Gertz MA, Merlini G, Treon SP. Amyloidosis and Waldenstrom macroglobulinemia. American Society of hematology 2004;55(9):257-79
9. Dimopolous MA, Kyle RA, et.al. Diagnosis and Management of Waldenstrom Macroglobulinemia. Journal of Clinical Oncology 2005 ;23(7): 1564-75
12
10. Ponce D. Waldesntrom Hypergammaglobulinemia. Emedecine 2009. http://emedicine.medscape.com/article/207097.overview
11. Gertz MA, Fonseca R, Rajkumar V. Waldenstrom’s Macroglobulinemia. The Oncologist 2000;5:63-67
12. Owen RG, Treon SP, Al-Katib A, et.al . Clinicopathological definition of Waldenstrom’s Macroglobulinemia : Consensus Panel Recommendation from the Second International Workshop on Waldenstrom’s Macroglobulinemia. Athens Greece 2002. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12720118
13. Toutnilhac O, Santos D, Xu L, et.al. Mast cells in Waldenstrom’s macroglobulinemia support lymphoplasmacytic cell growth through CD154/CD40 signaling. Annals of Oncology 2006;17:1275-82
14. Treon SP, Merlini G. Waldenstrom Macroglobulinemia/Lymnphoplasmacytic Lymphoma. http://www.stevenptreon.com/WM_Chapter_2009.pdf
13