Kasus ujian gantung
description
Transcript of Kasus ujian gantung
ILUSTRASI KASUS
No. Registrasi Forensik : 017/SK-III/I/2015
Pemeriksaan Luar : 4 Januari 2015 pukul 10.45 WIB
Pemeriksaan Dalam : 7 Januari 2015 pukul 09.00 WIB
Identitas Jenazah
Nama : Anonim
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat / Tanggal Lahir : -
Usia : 60 tahun
Warga Negara : Indonesia
Agama : -
Pekerjaan : -
Alamat : -
DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
RUMAH SAKIT DR CIPTO MANGUNKUSUMOJalan Diponegoro no. 71, Jakarta Pusat 10430, Kotak Pos 1086
Telp. 3918301, 31930808 (Hunting), Fax 3148991 Nomor : 04/ VER/ I/ 2015/ Sek CK Jakarta, 6 Januari 2015Perihal : Visum et repertum mayat anonimLampiran : -
PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM0007/SK-III/I/2015
Yang bertanda tangan di bawah ini, dr. Andreas Elbert, dokter pada Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia – Rumah Sakit Dr. Ciptomangunkusumo di Jakarta, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resor Metropolitan Jakarta Pusat tertanggal tujuh belas bulan november tahun dua ribu tiga belas, Nomor Surat: 04/ VER/ I/ 2015/ Sek CK, maka pada tanggal enam bulan Januari tahun dua ribu lima belas, pukul sepuluh lebih empat puluh lima menit Waktu Indonesia Bagian Barat bertempat di Ruang bedah mayat Departemen Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal Rumah Sakit Dokter Cipto Mangunkusumo, telah melakukan pemeriksaan luar mayat, atas mayat dengan keterangan sebagai berikut:-----------------------------------------------------------------Nama : Anonim.--------------------------------------------------------------------Jenis kelamin : Laki - laki.------------------------------------------------------------------Umur : 60 tahun.-------------------------------------------------------------------Warganegara : Indonesia.------------------------------------------------------------------Pekerjaan : N/A--------------------------------------------------------------------------Alamat : N/A--------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN----------------------------------------I. PEMERIKSAAN LUAR----------------------------------------------------------------------------------1. Label terikat pada disamping, terbuat dari kertas karton, berwarna merah muda, tanpa
materai.-----------------------------------------------------------------------------------------------------2. Mayat terbungkus dengan:-----------------------------------------------------------------------------
1. Satu buah kantong jenazah berbahan terpal bertuliskan “DINAS PERTAMANAN DAN PEMAKAMAN PROVINSI DKI JAKARTA” dengan warna tulisan hitam.--
3. Perhiasan mayat: tidak ada.----------------------------------------------------------------------------4. Pakaian yang dikenakan mayat adalah: ---------------------------------------------------------------
a. Satu buah baju kaos lengan pendek warna biru motif garis, merek “Gregnorman” ukuran “L”.-------------------------------------------------------------------------------------
b.Satu buah baju…………b. Satu buah baju koko warna biru, pada sisi depan terdapat bordiran bunga warna putih dan
biru merk huruf Arab, ukuran LL.-----------------------------------------------5. Benda yang terdapat di samping mayat: tidak ada.---------------------------------------------------
6. Kaku mayat tidak ada-------------------------------------------------------------------------------------7. Mayat adalah seorang laki-laki, berbangsa Indonesia ras Mongoloid, berumur kurang lebih lima
puluh sampai enam puluh tahun, warna kulit sawo matang, bergizi sedang, memiliki panjang tubuh seratus tujuh puluh lima sentimeter, berat tubuh enam puluh delapan kilogram, dan zakar disunat.-----------------------------------------------------------------------------
8.Mayat memiliki identitas........ Lanjutan visum et repertum nomor : 04/ VER/ I/ 2015/ Sek CK
Halaman ke 2 dari 5 halaman
8. Mayat memiliki identitas khusus sebagai berikut:.-------------------------------------------------1. Pada kelopak bawah mata kanan 5 sentimeter garis pertengahan depan, satu sentimeter
dibawah sudut luar mata, terdapat tahi lalat bulat warna hitam, menonjol, diameter setengah sentimeter .--------------------------------------------------
2. Pada kelopak atas mata kanan 4 sentimeter garis pertengahan depan, dua sentimeter dibawah sudut luar mata, terdapat tahi lalat bulat warna hitam, menonjol, diameter nol koma dua sentimeter kali nol koma tiga sentimeter .---------
9. Rambut kepala berwarna hitam beruban, tumbuhnya lurus, panjang dua koma lima sentimeter. Alis mata berwarna hitam tumbuhnya sedang panjang satu sentimeter. Bulu mata berwarna hitam tumbuhnya lurus, panjang nol koma lima sentimeter. Kumis berwarna hitam, tumbuh jarang, panjang nol koma tiga sentimeter. Jenggot berwarna hitam beruban, tumbuhnya jarang, panjang nol koma satu sentimeter.-----------------------------------------------
10. Mata kanan tertutup dan mata kiri tertutup. Pada mata kanan maupun kiri, selaput bening mata jernih, teleng mata bulat kiri dan kanan, warna tirai mata coklat, selaput bola mata tampak pelebaran pembuluh darah, selaput kelopak mata tampak pelebaran pembuluh darah.--------------------------------------------------------------------------------------------------------
11. Hidung berbentuk sedang. Telinga berbentuk oval. Mulut tertutup dan lidah tergigit dua milimeter dari ujung lidah.-------------------------------------------------------------------------------
12. Gigi geligi berjumlah tiga puluh satu buah, gigi ke enam pada rahang kanan atas tidak ada, gigi pada rahang kanan bawah lengkap, gigi ke delapan pada rahang atas kiri dan rahang bawah kiri lengkap.----------------------------------------------------------------------------------------
13. Dari lubang mulut tidak keluar apapun. Dari lubang hidung tidak keluar apapun. Dari lubang telinga kanan dan kiri keluar tidak keluar apapun. Dari lubang kemaluan tidak keluar apapun dan lubang pelepas keluar keluar tinja berwarna hijau kehitaman.---------------------------------
14. Pada mayat ditemukan: ----------------------------------------------------------------------------------1. Pada leher ditemukan luka lecet tampak mencekung teraba mengeras warna kecoklatan
dengan deskripsi sebagai berikut:----------------------------------------------1. Pada leher tepat garis pertengahan depan, dua sentimeter di atas jakun
berukuran nol koma lima sentimeter dan nol koma lima sentimeter.2. Pada leher sisi kanan, sepuluh senimeter garis pertengahan depan, delapan
sentimeter dibawah liang telinga berukuran nol koma tiga sentimeter.3. Pada leher sisi kiri, sepuluh sentimeter garis pertengahan depan, lima
sentimeter di bawah liang telinga berukuran nol koma tiga sentimeter.4. Pada leher sisi kiri, sepuluh sentimeter garis pertengahan depan, tujuh
sentimetrer dibawah liang telinga berukuran nol koma tiga sentimeter.
5. Jejas tersebut menghilang pada leher sisi kanan tepat garis pertengahan belakang, dua sentimeter diatas batas tumbuh rambut belakang dan leher sisi kiri tujuh sentimeter garis pertengahan belakang, setinggi batas tumbuh rambut belakang.
15. Patah tulang: Tidak tampak dan tidak teraba patah tulang-------------------------------------------
16.Lain-lain..........Lanjutan visum et repertum nomor : 04/ VER/ I/ 2015/ Sek CK
Halaman ke 3 dari 5 halaman
16. Lain-lain:--------------------------------------------------------------------------------------------------1. Kulit daerah wajah dan leher tampak lebih gelap dari sekitarnya.----------------------2. Urine tidak berhasil diambil------------------------------------------------------------------3. Darah diambil 5 mililiter, dilakukan pemeriksaan golongan darah, tidak terjadi
penggumpalan pada pemeriksaan antiserum A dan B. Didapatkan golongan darah O---
PEMERIKSAAN DALAM:---------------------------------------------------------------------------------
17. Jaringan lemak bawah kulit berwarna kuning, pada daerah dada setebal satu sentimeter dan pada daerah perut setebal dua sentimeter. Otot – otot berwarna merah kecoklatan, cukup tebal. Sekat rongga badan kanan setinggi sela iga ke lima, sekat rongga badan kiri setinggi sela iga ke lima. Tulang dada utuh, iga–iga utuh. Rongga dada kanan kosong, sebelah kiri kosong. Kandung jantung tampak satu jari di antara kedua paru, berisi cairan encer berwarna merah kecoklatan sekitar tiga puluh mililiter.------------------------------------------
18. Pada jaringan ikat bawah kulit daerah leher, tidak terdapat resapan darah. Pada otot leher tepat garis pertengahan depan, satu sentimeter diatas jakun, tampak mencekung kedalam melingkari leher, tidak terdapat resapan darah. Otot leher bagian dalam, tiga sentimeter dari garis pertengahan depan, nol koma lima sentimeter diatas jakun, terdapat resapan darah dengan ukuran nol koma lima sentimeter kali nol koma satu sentimeter. Otot leher kanan, empat sentimeter dari garis pertengahan depan, dua koma lima sentimeter dibawah jakun terdapat dua resapan darah dengan ukuran masing-masing nol koma lima sentimeter kali nol koma lima sentimeter dan dua sentimeter kali satu sentimeter. Otot leher kanan bagian dalam, enam sentimeter dari garis pertengahan depan, dua sentimeter diatas jakun, terdapat resapan darah dengan ukuran satu sentimeter kalo nol koma lima sentimeter. Otot leher kiri, empat sentimeter dari garis pertengahan belakan, lima sentimeter dibawah batas tumbuh rambut depan, terdapat resapan darah dengan ukuran dua sentimeter kali nol koma lima sentimeter. ---------------------------------------------------------------------------------
19. Selaput dinding perut berwarna kelabu mengkilat. Otot dinding perut berwarna merah kecoklatan. Dalam rongga perut kosong. Batang nadi daerah perut berwarna kekuningan, teraba mengeras.----------------------------------------------------------------------------------------
20. Lidah berwarna kelabu, penampang berwarna kelabu kecoklatan. Tulang lidah utuh. Rawan gondok utuh. Rawan cincin utuh. Kelenjar gondok berwarna ungu kecoklatan, perabaan kenyal,
penampang berwarna coklat. Tidak ditemukan kelenjar kacangan. Kerongkongan berisi lendir berwarna putih dengan selaput lendir berwarna kelabu. Batang tenggorok berisi lendir kemerahan disertai busa halus dengan selaput lendir berwarna kelabu kemerahan. Pada kelenjar gondok baga kanan atas, terdapat resapan darah dengan ukuran satu sentimeter kali satu sentimeter------------------------------------
21. Jantung sebesar..........
Lanjutan visum et repertum nomor : 04/ VER/ I/ 2015/ Sek CKHalaman ke4 dari 5 halaman
21. Jantung sebesar satu setengah kali tinju kanan mayat, berwarna coklat kekuningan, perabaan kenyal. Ukuran lingkaran katub serambi kanan sembilan sentimeter, kiri duabelas koma lima sentimeter, pembuluh nadi paru enam sentimeter, dan batang nadi delapan koma lima sentimeter. Tebal otot bilik kanan nol koma tiga sentimeter dan kiri satu koma delapan sentimeter. Pembuluh nadi jantung tidak menebal dan tidak tersumbat. Sekat jantung berwarna coklat homogen. Berat jantung tiga ratus enam puluh gram.----------------------------
22. Paru kanan terdiri atas tiga baga, berwarna coklat kelabu dipenuhi bintik hitam, perabaan kenyal spons, penampang berwarna coklat kelabu tampak basah, pada pemijatan keluar darah hitam, berat paru kanan lima ratus empat puluh gram. Paru kiri terdiri atas dua baga, berwarna coklat kelabu dipenuhi bintik hitam, perabaan kenyal spons, penampang berwarna coklat kelabu tampak basah, pada pemijatan keluar darah hitam, berat paru kiri enam ratus gram. --------------------------------------------------------------------------------------------------------
23. Limpa berwarna ungu kehitaman, permukaan keriput, perabaan kenyal, penampang berwarna ungu kehitaman, gambaran limpa jelas, dan pada pengikisan jaringan terikut, berat limpa seratus delapan puluh gram.----------------------------------------------------------------------
24. Hati berwarna kelabu keunguan, permukaan licin, tepi tajam, perabaan kenyal, penampang berwarna coklat, gambaran hati jelas, berat hati tujuh ratus gram.---------------------------------
25. Kelenjar empedu berisi cairan encer berwarna coklat kehijauan, selaput lendir seperti beludru, saluran empedu tidak tersumbat.--------------------------------------------------------------
26. Kelenjar liur perut berwarna kuning, permukaan berbaga–baga, perabaan kenyal, penampang berwarna coklat kemerahan, gambaran kelenjar jelas, berat seratus tiga puluh gram.--------------------------------------------------------------------------------------------------------
27. Lambung berisi cairan bening encer bau minyak tanah sekitar lima ratus mililiter dengan selaput lendir berwarna kecoklatan. Usus dua belas jari berisi lendir berwarna coklat kemerahan dengan selaput lendir berwarna kecoklatan. Usus halus berisi lendir berwarna kelabu kecoklatan dengan selaput lendir berwarna kelabu dan bau minyak tanah. Usus besar berisi masa lunak berwarna hijau kecoklatan dengan selaput lendir berwarna kehijauan.------
28. Kelenjar anak ginjal kanan berbentuk trapesium dengan warna kuning kecoklatan, penampang berlapis. Kelenjar anak ginjal kiri berbentuk bulan sabit dengan warna kuning kecoklatan, penampang berlapis. Tidak ditimbang.--------------------------------------------------
29. Ginjal kanan simpai lemaknya tebal dengan simpai ginjal mudah dilepaskan, permukaan ginjal tidak rata, tampak gelembung berisi cairan. warna ginjal coklat keunguan, penampang berwarna coklat, gambaran ginjal jelas, piala ginjal kosong, saluran kemih tidak tersumbat, berat seratus delapan puluh gram. Ginjal kiri simpai lemaknya cukup tebal dengan simpai ginjal mudah dilepaskan, permukaan ginjal tidak rata, warna ungu kecoklatan, penampang berwarna coklat kemerahan, gambaran ginjal jelas, piala ginjal pelebaran pembuluh darah, saluran kemih tidak tersumbat, berat seratus delapan puluh gram.---------------------------------
30.Kandung kemih........Lanjutan visum et repertum nomor : 04/ VER/ I/ 2015/ Sek CK
Halaman ke 5 dari 5 halaman
30. Kandung kemih berisi cairan encer berwarna kuning. Selaput lendir terdapat pelebaran pembuluh darah.-------------------------------------------------------------------------------------------
31. Pada kulit kepala bagian dalam utuh. Tulang tengkorak utuh. Selaput keras otak utuh. Selaput lunak otak utuh. Otak besar terdapat pelebaran pembuluh darah dan batas antara daerah putih dan abu-abu kurang jelas, otak kecil terdapat pelebaran pembuluh darah dan batas antara daerah putih dan abu-abu kurang jelas, dan batang otak tidak ada perdarahan. Bilik otak kosong. Berat otak seribu tiga ratus gram.------------------------------------------------
KESIMPULAN:--------------------------------------------------------------------------------------------Pada mayat laki-laki berusia sekitar lima puluh sampai enam puluh tahun dan bergolongan darah O ini, ditemukan luka lecet yang melingkari leher di atas jakun, dengan resapan darah pada otot leher dibawahnya, bagian kanan dan kiri, akibat kekerasan tumpul yang sesuai dengan kasus gantung. Selanjutnya ditemukan cairan encer jernih berbau minyak tanah di dalam lambung dan dalam jumlah sedikit di usus halus. Penyebab kematian belum dapat ditentukan karena menunggu hasil histopatologi.-------------------------------------------------------Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan sebenarnya dengan menggunakan keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).--------------------------------------------------------------------------------------------
PEMBAHASAN UMUM
Prosedur Medikolegal
Ilmu kedokteran forensik adalah cabang spesialistik dari ilmu kedokteran yang
dimanfaatkan untuk penegakan hukum serta keadilan. Ilmu kedokteran forensik muncul karena
di tengah masyarakat dapat terjadi pelanggaran hukum terkait tubuh manusia dan untuk
memperjelas perkara tersebut diperlukan pengetahuan yang lebih dalam dari bidang kedokteran.
Selain di dalam lingkup pengadilan, ilmu kedokteran forensik juga berperan dalam membantu
penyelesaian klaim asuransi, masalah paternitas, dan membantu usaha peningkatan keamanan
dan keselamatan kerja melalui database yang dimilikinya tentang jumlah korban kecelakaan lalu
lintas atau kecelekaan kerja.
Saat terjadi suatu peristiwa yang diduga adalah suatu tindak pidana, pada awalnya
dilakukan proses penyelidikan oleh polisi untuk menentukan apakah peristiwa tersebut dapat
dianggap sebagai suatu tindak pidana. Jika diputuskan bahwa peristiwa tersebut merupakan
tindak pidana, selanjutnya dilakukan penyidikan dengan maksud mengumpulkan berbagai bukti
supaya perkara semakin jelas dan tersangka dapat ditemukan. KUHAP pasal 6 dan Peraturan
Pemerintah No. 58 Tahun 2010 menyebutkan bahwa penyidik adalah polisi yang minimal
berpangkat Inspektur Polisi Dua atau Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang minimal golongan III/a.
Bila dalam satu sektor tidak ada Inspektur Polisi Dua, maka bintara dengan tingkatan di
bawahnya (Ajun Inspektur Polisi) yang menjadi penyidik. Sementara itu, penyidik pembantu
adalah polisi yang minimal berpangkat BrigadirPolisi Dua. Penyidikan kemudian dilanjutkan
dengan penuntutan dan pengadilan. Dalam proses pengadilan, hakim baru dapat menjatuhkan
pidana kepada seorang terdakwa apabila memiliki sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah
(KUHAP pasal 183).
KUHAP pasal 133 ayat 1 berbunyi “dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan
menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya”.KUHAP Pasal 179 ayat 1 berbunyi
“setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli
lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan”. UU No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan pasal 28 juga menyebutkan bahwa tenaga kesehatan wajib melakukan pemeriksaan
kesehatan atas permintaan penegak hukum, Di sinilah terlihat pentingnya ilmu kedokteran
forensik dalam bidang peradilan. Berbeda halnya dengan peran sebagai klinisi, untuk
kepentingan peradilan, dokter tidak berhadapan dengan pasien melainkan dengan korban,baik
korban hidup maupun korban mati, yang statusnya adalah barang bukti. Dalam penegakan
hukum, dokter bertindak sebagai ahli lalu memberikan bantuan pemeriksaan kedokteran forensik
terhadap korban hidup, korban mati, bagian tubuh manusia, atau benda yang diduga berasal dari
tubuh manusia. Tindak pidana yang bisa terjadi di mana saja membuat setiap dokter secara
praktis harus mampu melakukan pemeriksaan forensik. Dari hasil pemeriksaannya, dokter
memberikan keterangan ahli,baik secara lisan di pengadilan atau secara tertulis dalam bentuk
surat. Keduanya dapat menjadi alat bukti yang sah untuk membuat terang suatu perkara, dengan
syarat dokter yang menyampaikan telah mengambil sumpah jabatan dan memiliki Surat Izin
Praktik yang valid. Apabila seorang dokter menolak untuk membantu, kepadanya dapat
dijatuhkan hukuman penjara paling lama 9 bulan.
Untuk bisa mendapatkan keterangan ahli, KUHAP pasal 133 ayat 2 menyebutkan bahwa
penyidik harus memberikan permintaan tertulis yang mencantumkan jenis pemeriksaan yang
dibutuhkan; apakah itu pemeriksaan luka, pemeriksaan luar mayat, dan/atau pemeriksaan bedah
mayat/autopsi. Permintaan tertulis ini dikenal dengan Surat Permintaan Visum yang diajukan
kepada instansi kesehatan tempat seorang dokter bekerja. Yang berwenang mengajukannya
adalah penyidik atau penyidik pembantu.Adapun penyidik dan penyidik pembantu yang
dimaksud dalam hal ini adalah polisi, bukan PNS. Dalam hal korban mati dan diperlukan adanya
autopsi, penyidik wajib memberitahukan kepada pihak keluarga korban dan menerangkan hingga
sejelas-jelasnya tentang tujuan dilakukannya autopsi. Autopsi baru dilakukan setelah mendapat
persetujuan keluarga korban atau bila dalam waktu 2 x 24 jam tidak ada jawaban dari keluarga
korban. Jenazah sebagai barang bukti juga diberi label identitas yang dilak, diberi cap jabatan,
dan diikatkan pada ibu jari kaki atau bagian tubuh lain (KUHAP pasal 133 ayat 3). Apabila
jenazah sampai kepada dokter pemeriksa dalam keadaan belum teridentifikasi, maka dokter
harus membantu proses identifikasi sebagaimana tertulis dalam UU Kesehatan pasal 118. Setelah
seluruh pemeriksaan yang diminta penyidik selesai dilakukan, jenazah dapat dibawa keluar dari
institusi kesehatan. Namun bila jenazah dibawa pulang paksa, dokter tidak akan mengeluarkan
keterangan tertulis hasil pemeriksaan dan mereka yang menghalangi pemeriksaan dapat
dikenakan sanksi sesuai KUHP pasal 222.
Produk tertulis yang dikeluarkan seorang dokter sebagai ahli setelah melakukan pemeriksaan
forensik disebut sebagai visum et repertum yang tergolong dalam alat bukti berupa surat.
Dikarenakan Surat Permintaan Visum diajukan oleh penyidik, maka visum et repertum hanya
boleh diberikan kepada polisi yang bertindak sebagai penyidik.Secara umum, visum et repertum
terdiri dari 5 bagian, yakni:
1. Kata Pro Justitia yang menunjukkan bahwa visum et repertum dibuat khusus untuk tujuan
peradilan
2. Bagian pendahuluan yang memuat nama dokter pembuat visum et repertum dan institusi
kesehatan tempat ia bekerja, instansi penyidik yang mengajukan permintaan berikut nomor
dan tanggal surat permintaannya, tempat dan waktu pemeriksaan, serta identitas korban yang
diperiksa
3. Bagian pemberitaan yang memuat hasil pemeriksaan berkaitan dengan kasus
4. Bagian kesimpulan yang dalam hal visum et repertum jenazah memuat luka-luka yang
ditemukan dan jenis kekerasan penyebabnya serta pendapat dokter tentang sebab kematian
dan perkiraan saat kematian. Sebab kematian baru dapat ditentukan apabila sudah dilakukan
autopsi.
5. Bagian penutup
Tanatologi
Dalam ilmu kedokteran forensik, dikenal cabang ilmu tanatologi yang mempelajari kematian,
perubahan setelah kematian, dan faktor yang memengaruhinya. Terdapat beberapa macam istilah
mati dalam tanatologi, yakni mati somatis (mati klinis), mati suri, mati seluler, mati serebral, dan
mati batang otak
Mati somatis adalah terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yakni susunan
saraf pusat, sistem kardiovaskular, dan sistem pernapasan, secara menetap.
Mati suri adalah terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan jika dinilai dengan alat
kedokteran sederhana. Namun, jika digunakan alat yang lebih canggih dapat dibuktikan
bahwa ketiga sistem masih berfungsi.
Mati seluler adalah kematian organ atau jaringan beberapa saat setelah kematian somatis.
Waktu yang dibutuhkan tiap organ atau jaringan untuk mengalami mati seluler berbeda-beda.
Sistem saraf pusat dapat mengalaminya dalam waktu 4 menit sedangkan otot mengalaminya
setelah 4 jam.
Mati serebral adalah rusaknya kedua hemisfer otak besar secara menetap namun otak kecil
dan batang otak masih berfungsi sehingga sistem pernapasan dan sistem kardiovaskular dapat
berjalan dengan alat bantu.
Mati batang otak adalah rusaknya seluruh isi neuronal intrakranial, termasuk otak kecil dan
batang otak, secara menetap.
Mati somatis dan mati batang otak digunakan sebagai definisi kematian sebagaimana yang
dimaksud dalam UU Kesehatan pasal 126.
Setelah seseorang meninggal, terjadi berbagai perubahan yang dapat digunakan sebagai
tanda-tanda untuk mengenali kematian. Tanda-tanda kematian dibagi menjadi tanda-tanda dini
dan tanda-tanda lanjut. Kematian dapat dikatakan secara pasti setelah timbulnya tanda-tanda
lanjut.
Tanda dini kematian
1. Pernapasan berhenti yang dinilai selama lebih dari 10 menit
2. Sirkulasi berhenti yang dinilai selama 15 menit
3. Kulit pucat
4. Tonus otot menghilang akibat relaksasi primer sehingga terjadi pendataran daerah tubuh
yang tertekan dan wajah terkadang tampak lebih muda
5. Segmentasi pembuluh darah retina
6. Selaput bening mata mongering sehingga terjadi kekeruhan yang jika baru terjadi 10 menit
masih dapat dihilangkan dengan meneteskan air
Tanda lanjut kematian
a. Lebam mayat/livor mortis
Lebam mayat adalah perubahan warna kulit pasca kematian akibat terkumpulnya darah di
pembuluh darah pada bagian terbawah tubuh, kecuali pada bagian yang tertekan, karena
pengaruh gaya gravitasi. Lebam mayat biasanya berwarna merah keunguan (livid) dan
muncul 20-30 menit pasca kematian. Pada mulanya, lebam mayat hilang jika dilakukan
penekanan. Semakin lama, intensitas lebam mayat meningkat dan setelah 8-12 jam lebam
mayat akan menetap/tidak hilang pada penekanan. Hal ini dikarenakan sel darah merah sudah
tertimbun dalam jumlah yang cukup banyak sehingga tidak dapat berpindah lagi, di samping
karena otot-otot dinding pembuluh darah menjadi kaku. Apabila mayat diubah posisinya
sebelum 8-12 jam pasca kematian, lebam mayat dapat berubah posisi.
Untuk membedakan lebam mayat dengan resapan darah akibat trauma, dapat dilakukan
pengirisan pada suatu daerah yang mengalami perubahan warna kemudian dilakukan
penyiraman dengan air. Apabila warna merah pudar atau menghilang, perubahan warna
tersebut adalah lebam mayat.
b. Kaku mayat/rigor mortis
Kaku mayat terjadi karena cadangan glikogen habis sehingga tidak dapat dibuat ATP baru
yang berakibat pada menggumpalnya aktin dan miosin. Kaku mayat muncul sekitar 2-4 jam
pasca kematian, dimulai dari otot-otot kecil ke otot-otot besar, kemudian menjadi lengkap di
seluruh tubuh sekitar 8-10 jam pasca kematian. Setelah lengkap, kaku mayat dipertahankan
selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama karena degradasi jaringan.
Pemeriksaan kaku mayat dilakukan di sendi-sendi pada tubuh. Faktor yang mempercepat
terjadinya kaku mayat adalah aktivitas fisik sebelum kematian, suhu tubuh yang tinggi, tubuh
yang kurus, dan suhu lingkungan yang tinggi. Terdapat beberapa kondisi kekakuan otot pasca
kematian yang menyerupai kaku mayat, yakni cadaveric spasm, heat stiffening, dan cold
stiffening.
Cadaveric spasm adalah kekakuan otot yang langsung terjadi pada saat kematian tanpa
didahului relaksasi primer dan menetap. Penyebab cadaveric spasm adalah habisnya
cadangan glikogen lokal pada saat mati klnis karena kelelahan atau emosi yang hebat
sesaat sebelum meninggal.
Heat stiffening adalah kekakuan otot akibat koagulasi protein otot karena panas.
Koagulasi protein otot menyebabkan otot memendek dan memberi gambaran seperti
petinju (pugilistic attitude) akibat fleksi pada sendi-sendi.
Cold stiffening adalah kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin sehingga cairan dalam
rongga sendi mengeras dan jaringan subkutan serta otot memadat.
c. Penurunan suhu tubuh mayat/algor mortis
Penurunan suhu tubuh mayat terjadi karena pemindahan panas dari tubuh mayat ke
lingkungan sekitarnya melalui proses konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Penurunan
suhu tubuh membentuk kurva sigmoid jika digambarkan dalam grafik. Faktor yang
mempercepat penurunan suhu tubuh adalah suhu lingkungan yang rendah, kelembaban
rendah dan lingkungan berangin, tubuh yang kurus, posisi telentang, serta tidak berpakaian
atau berpakaian tipis.
d. Pembusukan/dekomposisi
Pembusukan adalah proses degradasi jaringan akibat autolisis oleh enzim yang dilepaskan sel
pasca kematian dan akibat kerja bakteri. Bakteri yang dimaksud adalah bakteri yang semasa
hidup mendiami usus besar, terutama dari genus Clostridium. Oleh karena itu, pembusukan
pertama-tama ditandai dengan munculnya warna kehijauan di kuadran kanan bawah perut
(daerah sekum) 18-24 jam pasca kematian karena terbentuknya sulfmethemoglobin dari kerja
bakteri. Setelah mati, bakteri mendapat akses ke sirkulasi tubuh dan berproliferasi dengan
baik dalam medium berupa darah. Hal ini menyebabkan warna hijau perlahan menyebar ke
daerah tubuh lainnya.
Bakteri menghasilkan gas-gas pembusukan berupa alkana, hidrogen sulfida, dan gas lainnya
yang berbau busuk. Darah mengalami degenerasi (hemolisis), bereaksi dengan hidrogen
sulfida dari kerja bakteri, kemudian menempel pada dinding pembuluh darah sehingga
menciptakan pola reticulated warna kehitaman pada pembuluh darah yang dekat dengan
permukaan kulit. Gambaran ini disebut marbling dan muncul 24-48 jam pasca kematian.
Pada kulit, terbentuk gelembung berisi cairan pembusukan warna kemerahan yang muncul
dalam 24-48 jam pasca kematian. Gas yang terbentuk di pembuluh darah paru dan jalan
napas memberi tekanan yang cukup kuat sehingga dari mulut dan hidung keluar cairan
berwarna kemerahan yang merupakan darah yang telah mengalami pembusukan. Gambaran
ini disebut blood purge dan terjadi 24-48 jam pasca kematian. Pada akhirnya, dalam waktu
48-72 jam seluruh tubuh akan tampak menggembung, terutama di wajah, dada, dan alat
genitalia. Dalam waktu 48-72 jam pula kulit ari tampak mengelupas akibat pecahnya
gelembung pembusukan dan melonggarnya jaringan epidermis. Organ dalam juga mengalami
pembusukan dengan kecepatan berbeda. Prostat dan uterus nongravida adalah organ yang
paling tahan terhadap pembusukan.
Pada mayat dapat pula dijumpai larva lalat yang dapat membantu perkiraan saat kematian
dengan asumsi setelah seseorang meninggal lalat segera meletakkan telurnya terutama di
bagian bermukosa. Kecepatan pertambahan panjang larva berbeda-beda untuk tiap spesies.
Di Indonesia, spesies yang paling sering dijumpai adalah Chrysomya megacephala (lalat
hijau) yang larvanya menetas setelah satu hari dan setiap hari bertambah panjang 1 cm.
Kecepatan pembusukan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Lingkungan yang lebiih hangat
mempercepat pertumbuhan bakteri sehingga pembusukan berjalan lebih cepat. Mayat juga
lebih cepat membusuk bila diletakkan di udara dibanding apabila diletakkan di air dan dalam
tanah (udara : air : tanah = 8 : 2 : 1)
e. Adiposera/lilin mayat
Adiposera adalah bahan berwarna keputihan, lunak atau berminyak, dan berbau tengik yang
terbentuk dalam jaringan lunak tubuh pasca kematian. Bahan pembentuk adiposera terutama
asam-asam lemak tidak jenuh hasil hidrolisis lemak yang mengalami hidrogenisasi dan
bercampur dengan sisa-sisa otot, jaringan ikat, jaringan saraf yang termumifikasi, dan kristal-
kristal sferis. Adiposera mulai terbentuk dalam waktu 4 minggu pasca kematian dan menjadi
jelas terlihat secara makroskopik setelah 12 minggu atau lebih. Adiposera dapat dijumpai di
berbagai tempat, terutama di pipi, payudara, bokong, dan ekstremitas. Keberadaan adiposera
membuat jaringan dan organ di bawahnya tetap berada dalam kondisi baik hingga bertahun-
tahun karena derajat keasaman dan dehidrasi jaringan bertambah. Faktor yang mempermudah
terbentuknya adiposera adalah kelembaban dan lemak tubuh yang cukup.
f. Mumifikasi
Mumifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang terjadi dengan
cukup cepat sehingga jaringan mongering dan pembusukan terhenti. Mayat yang mengalami
mumifikasi berubah menjadi keras dan kering, warna gelap, berkeriput, dan tidak membusuk.
Mumifikasi terjadi dalam waktu 12-14 minggu bila suhu lingkungan hangat dan kelembaban
rendah.
Pembahasan Kasus
Mayat laki-laki berusia 60 tahun ini diterima pada tanggal 4 Januari 2015 dengan
pengantar surat permintaan visum et repertum dari polsek Cakung tanggal 4 Januari 2015,
didalam surat tersebut didapati adanya kepala surat/kop surat instansi penyidik, nomor surat,
tanggal surat, identitas yang diperiksa, waktu ditemukan korban, tanda tangan, nama lengkap dan
NRP petugas yang menandatangani disertai stempel jabatan. Dalam surat permintaan visum
tersebut juga disebutkan bahwa kematian korban akibat gantung diri.
Kewenangan penyidik untuk meminta visum et repertum pada kasus yang diduga
merupakan akibat dari tindak pidana, berdasarkan KUHAP Pasal 133 ayat 1 dan 2 yang
berbunyi :
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan, ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang untuk mengajukan permintaan keterangan ahli pada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat ini disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka,
pemeriksaan mayat atau pemeriksaan bedah jenasah.
Dalam pelaksanaan pengiriman jenazah tersebut ke RSCM, penyidik telah memenuhi suatu
kewajiban yang seharusnya, yaitu memberikan label mayat yang diikat pada ibu jari kaki kanan
sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal 133 ayat 3 KUHAP yang berbunyi :
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan
diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang
dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian tubuh badan mayat.
Pemeriksaan Mayat
Pemeriksaan pada kasus gantung diri atau penjeratan, sekalipun telah dilakukan dengan
teliti dan lengkap sehingga membuat perkara menjadi jelas, kadangkala masih dapat
menimbulkan keraguan karena tanda yang didapat pada jenazah hampir sama, maka dalam hal
ini untuk lebih membantu pemeriksaan benda bukti dan pemeriksaan tempat kejadian perkara
perlu dilakukan. Untuk membedakan tanda-tanda yang didapat pada pemeriksaan jenazah
gantung diri (hanging) dan tanda yang didapat pada jenazah dengan penjeratan (strangulasi).
Keadaan mayat belum membusuk, lebam mayat jelas dan kaku mayat mudah dilawan.
Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada perut kanan
bawah yaitu daerah sekum yang isinya lebih cair dan penuh dengan bakteri. Selanjutnya akan
menyebar ke seluruh tubuh, kulit ari terkelupas, pembuluh darah bawah kulit tampak seperti
melebar dan berwarna hijau kehitaman.
Pada leher ditemukan luka lecet tekan berwarna coklat, perabaan keras seperti kertas
perkamen, berjalan melingkari leher arah dari depan bawah ke belakang atas.
Pada kasus ini sudah tidak ditemukan tali penjerat, bila pada mayat masih terdapat jeratan, maka
harus digunting miring, dan ujungnya satu sama lain dihubungkan sehingga simpul pada jerat
tetap utuh. Bedanya dengan kasus penjeratan pada kasus gantung biasanya letak jeratan lebih
tinggi, yaitu lebih dekat dengan perbatasan dagu, arahya tidak horizontal, tetapi pada suatu
tempat menuju keatas pada suatu titik, titik pertemuan dari suatu garis ini adalah tempat dimana
terdapat simpul, jejak jerat tidak seluruhnya pada leher; pada umumnya terdapat pada daerah
yang ada simpul.
Bunuh diri dengan penggantungan digolongkan dalam asfiksia mekanik. Asfiksia adalah
suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara pernapasan,
mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan karbon dioksida
(hiperkapnia). Dengan demikian organ tubuh mengalami kekurangan oksigen (hipoksia hipoksik)
dan terjadi kematian.
Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala sebagai akibat autointoksikasi
(keracunan) oleh karbondioksida yang terkumpul didalam tubuh karena terjadi sumbatan pada
saluran napas.
Masa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian umumnya berkisar antara 4-5
menit. Fase 1 dan 2 berlangsung lebih kurang 3-4 menit, tergantung dari tingkat penghalangan
oksigen, bila tidak 100% maka waktu akan lebih lama dan tanda-tanda asfiksia akan lebih jelas
dan lengkap.
Pada pemeriksaan dalam ditemukan resapan darah pada otot samping kanan dan kiri
sesuai dengan jejas tali penjerat.
Perbendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh sehingga organ menjadi lebih
berat, berwarna lebih gelap dan pada pengirisan banyak mengeluarkan darah. Edema paru sering
terjadi pada kematian yang berhubungan dengan hipoksia. Pada mayat ini tampak organ-organ
dalam sudah mulai membusuk dan mengalami perbendungan.
Kematian orang ini akibat kekerasan tumpul pada daerah leher yang mengakibatkan halangan
pada jalan nafas sehingga terjadi mati lemas.
Penutup
Gantung diri adalah satu satu bentuk dari asfiksia mekanik yang dapat menimbulkan
kematian. Pada orang yang mati tergantung, maka seringkali timbul pertanyaan, apakah orang ini
mati gantung diri atau mati karena dijerat atau dapat juga orang ini sebelumnya dibunuh lalu
untuk menghilangkan jejaknya, orang ini digantung. Jadi seolah-olah orang ini bunuh diri.
Dalam situasi tersebut dibutuhkan suatu pemeriksaan secara kedokteran yang dapat membantu
menjawab pertanyaan secara jelas. Pemeriksaan pada kasus gantung diri atau penjeratan,
sekalipun telah dilakukan dengan teliti dan lengkap sehingga membuat perkara menjadi jelas,
kadangkala masih dapat menimbulkan keraguan karena tanda yang didapat pada jenazah hampir
sama, maka dalam hal ini untuk lebih membantu pemeriksaan benda bukti dan pemeriksaan
tempat kejadian perkara perlu dilakukan. Untuk membedakan tanda-tanda yang didapat pada
pemeriksaan jenazah gantung diri (hanging) dan tanda yang didapat pada jenazah dengan
penjeratan (strangulasi).
DAFTAR PUSTAKA
1. Kematian Akibat Asfiksia Mekanik, dalam Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik FKUI, Edisi pertama, Jakarta 1994: 55-64
2. Idries A.M., Penjeratan, dalam pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. PT. Bina Aksara, Jakarta
1989: 150-152
3. Teknik Autopsi Forensik, Cetakan kedua, Bagian Ilmu Kedokteran Forensik FKUI, Jakarta,
2000: 51.