Kasus Sulit RSM Dr.YAP
description
Transcript of Kasus Sulit RSM Dr.YAP
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus: Sabtu 09 February 2013
SMF ILMU PENYAKIT MATA
Rumah Sakit Mata “Dr. Yap”
Nama : Asyakah Dewantoro
NIM : 11-2011-110
Dr. Pembimbing : dr. Enni Cahyani P., SpM, Mkes
Fak. Kedokteran : UKRIDA
I. IDENTITAS
Nama : Tn.MA
Umur : 63 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai swasta
Alamat : Jeruk Legi 480 RT 12/ RW 35. Kecamatan Bantul, Kota Bantul
II. ANAMNESIS
Dilakukan Autoanamnesis pada tanggal 08 february 2013
Keluhan Utama:
Penurunan penglihatan mata kiri kurang lebih sejak 9 tahun yang lalu
Keluhan Tambahan:
Silau jika melihat cahaya yang terang
1
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien 63 tahun datang ke poliklinik mata RSM dr.Yap dengan keluhan penglihatan mata
kiri buram kurang lebih sejak 9 tahun yang lalu. Pasien menyangkal matanya merah, berair, terasa
sakit, ataupun pegal. Pasien merasa lebih nyaman melihat di tempat yang redup dari pada terang.
Pasien merasa silau jika melihat cahaya yang terang. Pasien menyangkal adanya sakit kepala
disertai mual dan muntah. Mata pasien sebelah kanan juga dahulu merasakan keluhan yang sama
namun pada tahun 2009 pasien mengatakan telah menjalani operasi katarak di RSM dr.Yap.
Sekarang penglihatan mata sebelah kanan pasien dirasa mengalami banyak kemajuan
dibandingkan sebelum operasi. Pasien juga tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu
dalam jangka panjang. Pasien tidak ada riwayat trauma
Pasien mempunyai riwayat penyakit kencing manis dan hipertensi. Pasien sudah
menderita penyakit kecning manis dan tekanan darah tinggi kurang lebih sejak 13 tahun yang
lalu. Pasien tidak pernah mendapatkan pengobatan untuk penyakit kencing manis, sedangkan
untuk pengobatan darah tinggi pasien hanya mengkonsumsi obat jika tekanan darah pasien tinggi.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien menjalani operasi katarak pada mata kanan sekitar 4 tahun yang lalu. Pasien
mempunyai riwayat diabetes dan hipertensi.
Riwayat Penyakit Keluarga:
-
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : Tekanan Darah: 130/70 mmHg
Nadi : 88x/menit
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 36°C
Kepala : normocephali
2
THT : tidak ada deviasi septum nasi, MAE lapang, T1-T1 tenang tidak
Hiperemis
Thoraks :suara nafas vesikuler, ronchi (-), wheezing (-), BJ I-II reguler,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen : supel, datar, bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
KGB : tidak teraba pembesaran KGB
B. STATUS OFTALMOLOGIKUS
KETERANGAN OKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)
1. VISUS
Tajam Penglihatan 6/36 6/60
Koreksi - -
Addisi - -
Distansia Pupil Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Kacamata Lama - -
2. KEDUDUKAN BOLA MATA
Eksoftalmos - -
Enoftalmos - -
Deviasi - -
Gerakan Bola Mata Baik ke semua arah Baik ke semua arah
3. SUPERSILIA
Warna Hitam Hitam
Simetris Simetris Simetris
4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
Edema - -
Nyeri tekan - -
3
Ektropion - -
Entropion - -
Blefarospasme - -
Trikiasis - -
Sikatriks - -
Fissura palpebra - -
Ptosis - -
Hordeolum - -
Kalazion - -
5. KONJUNGTIVA TARSALIS SUPERIOR DAN INFERIOR
Hiperemis - -
Folikel - -
Papil - -
Sikatriks - -
Anemis - -
Kemosis - -
6. KONJUNGTIVA BULBI
Sekret - -
Injeksi Konjungtiva - -
Injeksi Siliar - -
Injeksi
Subkonjungtiva
- -
Pterigium - -
Pinguekula - -
Nevus Pigmentosus - -
Kista Dermoid - -
4
7. SISTEM LAKRIMALIS
Punctum Lakrimalis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan
8. SKLERA
Warna Putih Putih
Ikterik - -
Nyeri Tekan - -
9. KORNEA
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Ukuran 12mm 12mm
Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Infiltrat - -
Keratik Presipitat - -
Sikatriks - -
Ulkus - -
Laserasi - -
Arkus Senilis - -
Edema - -
Tes Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan
10. BILIK MATA DEPAN
Kedalaman Normal Normal
5
Kejernihan Jernih Jernih
Hifema - -
Hipopion - -
Efek Tyndall - -
11. IRIS
Warna Coklat kehitaman Coklat kehitaman
Kripte jelas Jelas
Sinekia - -
Koloboma - -
12. PUPIL
Letak Di tengah Di tengah
Bentuk Bulat Bulat
Ukuran 4mm 4 mm
Refleks Cahaya
Langsung
+ +
Refleks Cahaya Tak
Langsung
+ +
13. LENSA
Kejernihan Pseudopachos Keruh
Letak Pseudopachos Di tengah
Shadow Test Pseudopachos Positif
14. BADAN KACA
Kejernihan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
6
15. FUNDUS OKULI
Batas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Ekskavasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Rasio Arteri:Vena Tidak dilakukan Tidak dilakukan
C/D Ratio Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Makula Lutea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Retina Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Eksudat Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Perdarahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sikatriks Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Ablasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan
16. PALPASI
Nyeri Tekan - -
Massa Tumor - -
Tonometri Schiotz 17 17
17. KAMPUS VISI
Tes Konfrontasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
GDS : 156 mg/dl
GDPP : 126 mg/dl
IV. RESUME
7
Pasien seorang laki-laki berusia 63th datang dengan keluhan mata kiri terasa
kabur sejak kurang lebih 9 tahun.
Mata kiri pasien dikeluhkan mengaku silau kalau melihat cahaya terang. Pasien
menjalani operasi katarak pada mata kanan di RSM dr.Yap kurang lebih 4 tahun yang
lalu dan ditanamkan lensa buatan setelah operasi. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan
DM.
Pasien datang ke RS MATA DR YAP, dan dilakukan pemeriksaan fisik dan
didapatkan hasil TD 130/70mmHg. Pada mata kanan didapatkan tajam penglihatan OD
6/36 dan OS 6/60. Pemeriksaan tonometri OD 17mmHg dan OS 17mmHg.
V. DIAGNOSIS KERJA
OD Pseudopachos
OS Katarak senilis matur
VI. PEMERIKSAAN ANJURAN
Funduskopi
USG biometri
VII. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
IVFD RL 20 tpm
Midriatikum : Larpin 1 X OS
LFX 4x1 ODS
Xitrol 4 X OS
Non Medikamentosa :
OS Phaco IOL 10D
VIII. PROGNOSIS
8
OKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)
Ad Vitam : ad bonam ad bonam
Ad Fungsionam : ad malam ad bonam
Ad Sanationam : ad bonam ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
KATARAK SENILIS
1. Anatomi Lensa
Lensa mata adalah suatu struktur bikonveks, tidak mengandung pembuluh darah, tembus
pandang, dengan diameter 9 mm, dan tebal sekitar 4 mm. Lensa terdiri dari kapsul, korteks dam
nukleus. Ke depan, lensa berhubungan dengan cairan bilik mata, ke belakang berhubungan
dengan badan kaca. Di belakang iris, lensa digantung pada prosesus siliaris oleh zonula Zinii
(ligamentum suspensorium lentis), yang melekat pada ekuator lensa, serta menghubungkannya
dengan korpus siliare.3
Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa didalam kapsul
lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus menerus sehingga akan mengakibatkan
memadatnya serat lensa dibagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral
lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua didalam
kapsul lensa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut segai
korteks lensa. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras di banding korteks lensa yang
lebih muda.4
Permukaan lensa pada bagian posterior lebih cembung daripada permukaan anterior. Di
sebelah anterior lensa terdapat humor akuous dan di sebelah posteriornya korpus vitreus. Lensa
diliputi oleh kapsula lentis, yang bekerja sebagai membran semipermeabel, yang
memperbolehkan air dan elektrtolit masuk. Di bagian anterior terdapat epitel subkapsuler sampai
ekuator.2
9
Di kapsul anterior depan terdapat selapis epitel subkapsular. Epitel ini berperan dalam
proses metabolisme dan menjaga sistem normal dari aktivitas sel, termasuk biosintesa dari DNA,
RNA, protein dan lipid.3
Substansi lensa terdiri dari nukleus dan korteks, yang terdiri dari lamel-lamel panjang
yang konsentris. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya
usia, serat-serat lamellar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih
besar dan kurang elastik. Nukleus dan korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang.
Tiap serat mengandung inti, yang pipih dan terdapat di bagian pinggir lensa dekat ekuator, yang
berhubungan dengan epitel subkapsuler. Serat-serat ini saling berhubungan di bagian anterior.
Garis-garis persambungan yang terbentuk dengan persambungan lamellae ini ujung-ke-ujung
berbentuk {Y} bila dilihat dengan slitlamp. Bentuk {Y} ini tegak di anterior dan terbalik di
posterior (huruf Y yang terbalik).3
Sebanyak 65% bagian dari lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein (kandungan protein
tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan
tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Pada
lensa tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau saraf di lensa.3
10
2. Fungsi lensa
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Supaya hal ini dapat
dicapai, maka daya refraksinya harus diubah-ubah sesuai dengan sinar yang datang sejajar atau
divergen. Perubahan daya refraksi lensa disebut akomodasi. Hal ini dapat dicapai dengan
mengubah lengkungnya lensa terutama kurvatura anterior.2
Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,
menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya
yang terkecil; dalam posisi ini, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya pararel akan
terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi
sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa
menjadi lebih sferis diiringi oleh daya biasnya. Kerjasama fisiologik antara korpus siliaris, zonula
dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan
pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan akan berkurang.3
Pada orang dewasa lensa lebih padat dan bagian posterior lebih konveks. Proses sklerosis
bagian sentral lensa, dimulai pada masa kanak-kanak dan terus berlangsung secara perlahan-lahan
sampai dewasa dan setelah ini proses bertambah cepat dimana nukleus menjadi lebih besar dan
korteks bertambah tipis. Pada orang tua lensa menjadi lebih besar, lebih gepeng, warna kekuning-
kuningan, kurang jernih dan tampak sebagai grey reflex atau senile reflex, yang sering disangka
katarak, padahal salah. Karena proses sklerosis ini, lensa menjadi kurang elastis dan daya
akomodasinya pun berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia, pada orang Indonesia dimulai pada
umur 40 tahun.2
Katarak
3.1 Definisi
Katarak berasal dari Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan Latin Cataracta yang
berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air
terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat
kedua-duanya.4
11
3.2 Etiologi
Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata (penyakit
sistemik) atau kelainan kongenital mata. Katarak disebabkan oleh berbagai faktor, seperti
fisik, kimia, penyakit predisposisi, genetik dan gangguan perkembangan, Infeksi virus
dimasa pertumbuhan janin dan usia.4
Penyebab terjadinya kekeruhan lensa ini dapat primer ataupun sekunder. Primer
terjadi berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolisme dasar lensa. Adapun
Sekunder, merupakan komplikasi penyakit lokal atau umum ataupun akibat tindakan
pembedahan lensa.5
3.3 Klasifikasi
Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:
1. katarak kongenital, pada usia di bawah 1 tahun.
2. katarak juvenile, terjadi sesudah usia 1 tahun.
3. katarak senilis, setelah usia 50 tahun. 4
Katarak Senilis
Semua kekeruhan lensa yang terjadi pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun.
Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun banyak kasus
katarak senilis yang ditemukan berkaitan dengan faktor keturunan, maka riwayat
penyakit keluarga perlu di tanyakan.6
Epidemiologi
12
Katarak merupakan penyebab kebutaan di dunia saat ini yaitu setengah dari 45 juta
kebutaan yang ada. 90% dari penderita katarak berada di negara berkembang seperti Indonesia,
India dan lainnya. Sementara itu, sepertiga dari seluruh kasus kebutaan terjadi di daerah Asia
Tenggara dan diperkirakan setiap menitnya 12 orang mengalami kebutaan di dunia dan 4 orang
diantaranya berasal dari Asia Tengara. Katarak juga merupakan penyebab utama kebutaan di
Indonesia, yaitu 50% dari seluruh kasus yang berhubungan dengan penglihatan. Katarak dapat
disebabkan oleh berbagai hal, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan.1,5 Sampai saat ini katarak
senilis merupakan jenis katarak yang paling banyak ditemukan, sampai 90% dari seluruh kasus
katarak.6
Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya katarak senilis cukup rumit dan belum sepenuhnya dipahami.
Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti : 5,6
Konsep penuaan :
- Teori putaran biologik (“A biologic clock”)
- Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali mati
- Imunologis; dengan bertambah usia akan bertambah cacat imunologik yang mengakibatkan
kerusakan sel
- Teori mutasi spontan
- Teori “A free radical”
o Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat
o Free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi
o Free radical dapat dinetralisasi oleh antioksidan dan vitamin E
- Teori “A Cross-link”
o Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan molekul
protein sehingga mengganggu fungsi.
Perubahan lensa pada usia lanjut :
1. Kapsul
o Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)
o Mulai presbiopia
o Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
13
o Terlihat bahan granular
2. Epitel – makin tipis
o Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat
o Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa :
o Lebih ireguler
o Pada korteks jelas kerusakan serat sel
o Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein nucleus
(histidin, triptofan, metionin, sistein dan tirosin) lensa, sedang warna cokelat protein
lensa nucleus mengandung histidin dan triptofan disbanding normal.
o Korteks tidak berwarna karena :
- Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi
Klasifikasi Menurut Lokasi
Terdapat tiga tipe dari katarak senil ini yaitu tipe nuklear, kortikal dan subskapsular posterior.
Tidak jarang terjadi dua tipe atau lebih pada satu penderita. (5,7)
1. Tipe nuklear
Katarak nuclear dimulai dengan adanya perubahan secara berlebihan yang dialami oleh nucleus lensa
yang diakibatkan karena bertambahnya umur. Tipe ini berhubungan dengan myopia karena terjadi
peningkatan indeks refraksi dari nucleus lensa dan juga peningkatan abrasi sperikal. Katarak nuclear
cenderung untuk berkembang lambat. Walupun pada umumnya hanya terjadi bilateral, namun bisa
juga terjadi unilateral dan menyebabkan penderitanya tidak dapat melihat jarak jauh dibandingkan
dengan jarak dekat. Pada stadium awal, mengerasnya nukleus lensa menyebabkan peningkatan index
refraksi dan kemudian menyebabkan terjadinya myopia lentikular. Pada beberapa kasus, hal ini
menimbulkan terjadinya second sight atau penglihatan ganda perubahan index refraksi yang secara
tiba-tiba antara nukleus sklerotik dan korteks dapat menyebabkan diplopia monocular. Pada kasus
14
lanjut usia, nucleus lensa menjadi lebih keruh dan berwarna coklat yang dinamakan katarak nulear
brunescent. (5,8)
Gambar 2. Katarak Nuklear (5)
2. Tipe kortikal
Katarak kortikal dapat termasuk pada daerah anterior, posterior dan equatorial korteks. Kekeruhan
dimulai dari celah dan vakoula antara serabut lensa oleh karena hidrasi oleh korteks. Katarak kortikal
disebabkan oleh perubahan komposisi ion dari korteks dan hidarsi lensa. Katarak ini biasanya terjadi
bilateral namun dapat juga terjadi asimetris. Dampak terhadap fungsi penglihatan bervariasi
tergantung pada lokasinya. Salah satu gejala yang sering timbul adalah penglihatan yang menjadi
silau, misalnya silau terhadap lampu mobil. Selain itu monocular diplopia juga bisa terjadi. (5,8)
Gambar 3. Katarak kortikal (5)
15
Gambar 4. Katarak kortikal (5)
3. Tipe subkapsular posterior
Katarak subkapsular posterior ini sering terjadi pada usia yang lebih muda dibandingkan tipe nuklear
dan kortikal. Katarak ini terletak di lapisan posterior kortikal dan biasanya axial. Indikasi awal adalah
terlihatnya gambaran halus seperti pelangi dibawah slit lamp pada lapisan posterior kortikal. Pada
stadium lanjut terlihat granul dan plak pada korteks subkapsul posterior ini. Gejala yang dikeluhkan
penderita adalah penglihatan yang silau dan penurunan penglihatan di bawah sinar terang. Dapat juga
terjadi penurunan penglihatan pada jarak dekat dan terkadang beberapa pasien juga mengalami
diplopia monocular. (5)
16
Gambar 7. Posterior Subcapsular Cataract (5)
Stadium
Katarak ini dibagai ke dalam 4 stadium, yaitu katarak insipen, katarak imatur,
katarak matur dan katarak hipermatur. 4
Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju
korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Katarak subkapsular posterior,
kekeruhan mulai terlihat di anterior subkapsular posterior, celah terbentuk, antara serat
lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (beda morgagni) pada katarak insipien. 4
Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak yang
belum mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah akibat meningkatnya
tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat
menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.4
Katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan ini bisa
terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur tidak dikeluarkan,
maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran normal dan terjadi
kekeruhan lensa yang lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa pada katarak
17
matur. Bilik mata depan berukuran dengan kedalaman normal kembali, tidak terdapat
bayangan iris pada shadow test, atau disebut negatif. 4
Katarak hipermatur, merupakan katarak yang telah mengalami proses degenerasi
lanjut, dapat menjadi lembek dan mencair pada bagian korteks. Massa lensa yang
berdegenerasi keluar dari kapsul lensa, sehingga lensa menjadi kecil, berwarna kuning
dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan terlihat lipatan kapsul lensa.
Kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi
kendur. Bila proses katarak berlajut disertai dengan penebalan kapsul, maka korteks yang
berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk
sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam didalam korteks lensa
karena lebih berat, keadaan tersebut dinamakan katarak morgagni.4
Perbedaan stadium katarak senil (1)
18
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
(air masuk) (air + masa lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam
depan
Sudut bilik Normal Sempit Normal Terbuka
mata
Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopos
Penyulit - Glaukoma - Uveitis + Glaukoma
Gejala klinis
Penurunan tajam penglihatan
Penurunan tajam penglihatan merupakan keluahan yang sering dirasakan pasien katarak senilis.
Akibat kekeruhan lensa mkaa penglihatan secara berangsur-angsur akan berkurang. Mulai dari
penglihatan kabur sampai hanya dapat mengenal cahaya yang dating. Gejala pada katarak senilis
berupa distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin kabur. Penglihatan malam atau pada
penerangan kurang sangat menurun
Rasa silauPeningkatan rasa silau merupakan keluahan yang sering juga pada pasien katarak senilis. Pada
penerangan yang kuat atau sinar matahari akan sangat sukar akibat adanya rasa silau
MiopisasiMiopisasi biasanya terjadi pada katark senilis pada stadium inutmesen. Pada stadium ini terjadi
pncembungan lensa, sehingga pasien menyatakan tidak perlu kaca mata sewaktu membaca dekat.
19
Pemeriksaan klinis
Pemeriksaan fisik mata yang lengkap harus dilakukan, dimulai dengan tajam penglihatan.
Pemeriksaan pada adneksa mata dan struktur dalam bola mata akan memberikan tanda tentang penyakit
pasien dan prognosis penglihatan pasien.
Uji bayangan irisBertujuan untuk mengetahui derajat kekeruhan lensa. Sentolop disinarkan pada pupil dengan
membuat sudut 450 dengan dataran iris. Dengan loupe dilihat bayangna iris pada lensa. Bila
bayangan iris pada lensa besar berarti letak kekeruhan jauh atau lensa belum keruh seluruhnya
atau disebut uji bayangan iris positif. Bila bayangan iris kecil atau dekat pada pupil maka disebut
sebagai uji bayangan iris negative.
Slit LampPemeriksaan dengan menggunakan Slit Lamp tidak hanya bertujuan untuk menilai kekeruahan
lensa, tetapi juga menilai bagian mata yang lain seperti, konjungtiva, kornea, iris, bilik mata
depan.Penebalan kornea dan kekeruhan kornea seperti infiltrate pada kornea harus diperiksa
secara hati-hati.Pemeriksaan lensa dilakukan setelah pelebran pupil. Pada pupil akan terlihat
gambaran kekeruhan lensa yang biasanya berwarna putih. Katarak pada stadium dini, dapat
diketahui melalui pupil yang dilatasi maksimum dengan oftalmoskop, kaca pembesar atau slit
lamp
Oftalmoskop
Kegunaan pemeriksaan oftalmoskop secara langsung dan tidak langsung untuk menilai bagian
posterior bola mata harus ditekankan. Kelainan saraf optic dan retina mungkin penyebab dari
gangguan penglihatan yang dirasakan pasien. Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring
dengan semakin padatnya kekeruhan lensa, hingga reaksi fundus hilang.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Diagnosis katarak senilis secara mendasar ditentukan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang dilakukan. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk skrining atau mendeteksi adanya
penyakit penyerta seperti, diabetes mellitus, hipertensi, kelainan jantung.
Pemeriksaan radiologis
20
Pemeriksaan radiologi seperti, USG, CT scan, MRI dilakukan ketika dicurigai adanya kelainan
pada bagian posterior bola mata dan tampilan pada bagian belakang bola mata dihalangi oleh
ketebalan katarak. Pemeriksaan radiologi ini berguna dalam membuat rencana terpi bedah dan
prognosis post operasi untuk perbaikan penglihatan pasien.
Terapi
Operasi
Katarak senilis penanganannya harus dilakukan pembedahan atau operasi. Tindakan
bedah ini dilakukan bila telah ada indikasi bedah pada katarak senil, seperti katarak telah
mengganggu pekerjaan sehari-hari walapun katarak belum matur, katarak matur, karena apabila
telah menjadi hipermatur akan menimbulkan penyulit (uveitis atau glaukoma) dan katarak telah
telah menimbulkan penyulit seperti katarak intumesen yang menimbulkan glaukoma.3,7
Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu: 3 - ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)
- ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) yang terdiri dari ECCE konvensional,
SICS (Small Incision Cataract Surgery), fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification.
Gambar 4. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (ECCE)
21
( Dikutip dari kepustakaan No. 9 )
Fekoemulsifikasi merupakan bentuk ECCE yang terbaru dimana menggunakan getaran
ultrasonik untuk menghancurkan nukleus sehingga material nukleus dan kortek dapat diaspirasi
melalui insisi ± 3 mm. 7
Gambar 5. Fekoemulsifikasi Dengan Energi Ultrasonik
( Dikutip dari kepustakaan No. 10)
Fekoemulsifikasi merupakan teknik ekstraksi katarak terbaik yang pernah ada saat ini. Teknik ini
di tangan operator yang berpengalaman menghasilkan rehabilitasi tajam penglihatan yang lebih cepat,
kurang menginduksi astigmatisme, memberikan prediksi refraksi pasca operasi yang lebih tepat,
rehabilitasi yang lebih cepat dan tingkat komplikasi yang rendah.11
Meskipun demikian, Manual Small Incision Cataract Surgery ( MSICS) yang adalah
modifikasi dari ekstraksi katarak ekstrakapsular merupakan salah satu teknik pilihan yang
dipakai dalam operasi katarak dengan penanaman lensa intraokuler. Teknik ini lebih menjanjikan
dengan insisi konvensional karena penyembuhan luka yang lebih cepat, astigmatisme yang
rendah, dan tajam penglihatan tanpa koreksi yang lebih baik.13
Komplikasi dari pembedahan katarak antara lain: 3,12
- Ruptur kapsul posterior
- Glaukoma
- Uveitis
- Endoftalmitis
- Perdarahan suprakoroidal
- Prolap iris
22
Lensa Intraokuler
Lensa intraokuler adalah lensa buatan yang ditanamkan ke dalam mata pasien untuk mengganti
lensa mata yang rusak dan sebagai salah satu cara terbaik untuk rehabilitasi pasien katarak.13
Sebelum ditemukannya Intra Ocular Lens (IOL), rehabilitasi pasien pasca operasi katarak
dilakukan dengan pemasangan kacamata positif tebal maupun Contact lens (kontak lensa) sehingga
seringkali timbul keluhan-keluhan dari pasien seperti bayangan yang dilihat lebih besar dan tinggi,
penafsiran jarak atau kedalaman yang keliru, lapang pandang yang terbatas dan tidak ada kemungkinan
menggunakan lensa binokuler bila mata lainnya fakik.2
IOL terdapat dalam berbagai ukuran dan variasi sehingga diperlukan pengukuran yang tepat
untuk mendapatkan ketajaman penglihatan pasca operasi yang maksimal. Prediktabilitas dalam bedah
katarak dapat diartikan sebagai presentase perkiraan target refraksi yang direncanakan dapat tercapai dan
hal ini dipengaruhi oleh ketepatan biometri dan pemilihan formula lensa intraokuler yang sesuai untuk
menentukan kekuatan (power) lensa intraokuler. Faktor-faktor biometri yang mempengaruhi
prediktabilitas lensa intraokuler yang ditanam antara lain panjang bola mata (Axial Length), kurvatura
kornea (nilai keratometri) dan posisi lensa intraokuler yang dihubungkan dengan kedalaman bilik mata
depan pasca operasi. Prinsip alat pengukuran biometri yang umum digunakan untuk mendapatkan data
biometri yaitu dengan ultrasonografi (USG) atau Partial Coherence Laser Interferometry (PCI).10
Gambar 7. Intra Ocular Lens
( Dikutip dari kepustakaan No.10 )
23
Pengukuran Kekuatan IOL
Formula untuk mengukur kekuatan IOL sudah banyak berkembang sejak 25 tahun yang lalu. Saat
ini telah ditemukan kurang lebih 12 formula berbeda yang dapat digunakan diantaranya SRK II, SRK/T,
Binkhorst, Hoffer Q, Holladay.4 Pada tahun 1980 formula SRK I dan II cukup terkenal karena mudah
digunakan akan tetapi karena seringnya ditemuka kesalahan pada hasil pengukurannya akhirnya formula
ini tidak lagi digunakan dan menjadi alasan kenapa IOL sempat ditarik kemudian pada tahun 1990
formula baru yang lebih akurat mulai dikembangkan. Dengan menggunakan persamaan Gaussian
kekuatan IOL dapat diukur dengan rumus dibawah ini:
P = Kekuatan IOL (satuan dioptri)
K = Nilai kekuatan kornea sentral rata-rata
AL = Axial lenght (milimeter)
C = ELP, jarak anatara permukaan kornea anterior dengan permukaan IOL
(milimeter)
nV = Indeks refraksi dari vitreus
nA = Indeks refraksi dari humor aquos
Axial lenght adalah faktor yang paling penting dalam formula mengukur kekuatan IOL, bila
ditemukan kesalahan sebanyak 1mm dari pengukuran AL maka akan menghasilkan kesalahan refraksi
sebanyak 2,35 D pada pada mata dengan AL 23,5mm. Kesalaha refraksi akan turun samapai 1,75 D/mm
pada mata dengan AL 30mm tetapi meningkat sampai 3,75 D/mm pada mata dengan AL 20mm. Jadi
dapat disimpulkan bahwa akurasi dalam pengukuran AL lebih bermakna pada mata dengan AL pendek
dibandingkan mata dengan AL panjang.
24
P = [ nV / ( AL – C ) ] – [ K / ( 1 – K x C / nA ) ]
Kekuatan kornea sentral merupakan faktor kedua yang penting dalam formula menghitung
kekuatan IOL, dengan kesalahan 1,0 D akan menghasilkan kesalahan refraksi postoperasi sebanyak 1,0 D.
Kekuatan kornea sentral dapat diukur dengan menggunakan keratometer atau topografi kornea yang dapat
mengukur kekuatan kornea secara langsung.
Untuk mendapatkan IOL yang cocok dan sesuai dengan kebutuhan pasien diperlukan suatu
pengukuran yang akurat dan ini merupakan tanggung jawab ahli bedah untuk mempertimbangkan
kebutuhan pasien tentunya dengan melakukan beberapa pemeriksaan. Untuk formula yang akan
digunakan tergantung kepada ahli bedah akan tetapi pengukuran biometri harus dilakukan seakurat
mungkin. Jika pada hasil ditemukan suatu kecurigaan atau nilai diluar batas normal maka pengukuran
harus diulang kembali. Selain itu pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada kedua mata untuk memantau
adanya perbedaan yang sangat besar antara kedua mata.
Komplikasi
Komplikasi sebelum operasi8,9
1. Glaukoma
Glaukoma merupakan komplikasi katarak yang tersering. Glaukoma dapat terjadi karena proses
fakolitik, fakotopik, fakotoksik.
Fakolitik
- Pada lensa yang keruh terdapat lerusakan maka substansi lensa akan keluar yang akan
menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul lensa.
- Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan bertumpuk pula
serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi merabsorbsi substansi lensa tersebut.
- Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul glaukoma.
Fakotopik
- Berdasarkan posisi lensa
- Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke depan sudut kamera okuli anterior
menjadi sempit sehingga aliran humor aqueaous tidak lancar sedangkan produksi berjalan
terus, akibatnya tekanan intraokuler akan meningkat dan timbul glaukoma
25
Fakotoksik
- Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata sendiri (auto
toksik)
- Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang kemudian akan menjadi
glaukoma.
2. Uveitis
3. Subluksasi atau Dislokasi Lensa
Kompkikasi selama operasi
Hifema
Perdarahan bias terjadi dari insisi korneoskleral, korpus siliaris atau vaskularisasi
iris abnormal. Bila perdarahan berasal dari luka harus dilakukan kauterisasi. Perdarahan
dari iris yang normal jarang terjadi, biasanya timbul bila terdapat rubeosis iridis, uvietis
heterocromik dan iridosiklitis. Komplikasi utama akibat hifema yang berlangsung lama
adalah peningkatan TIO dan corneal blood staining.4
Iridodialisis
Iridodialisis dapat terjadi pada waktu memperlebar luka operasi, iridektomi, atau
ekstrasi lensa. Iridodialisi yang kecil tidak menimbulkan ganngguan visus dan bisa
berfungsi sebagai irisektomi perifer, tetapi iridodialisi yang parah dapat menimbulkan
gangguan visus dan kosmetik. Perbaikan harus segera dilakukan dengan menjahit iris
pada luka.4
Prolaps korpus vitreus
Prolaps korpus vitreus merupakam komplikasi yang serius pada operasi katarak,
keadaan ini dapat menyebabkan keratopati bulosa, Epithelial dan stromal
downgrowth, prolap iris, uveitis, glaukoma, ablasi retina, edama macula kistoid,
kekeruhan korpus vitreus, endoftalmitis dan neuritis optic. Untuk menghindari hal
tersebut, harus dilakukan vitrektomi anterior sampai segmen anterior bebas dari
korpus vitreus.4
Perdarahan ekspulsif
Perdarahan ekspulsif jarang terjadi, tetapi merupakan masalah serius yang dapat
menimbulkan eksplusi dari lensa, vitreus, uvea. Penanganan segera dilakukam tamponade
dengan jalan penekanan pada bola mata dan luka ditutup dengan rapat.4
26
Komplikasi pasca operasi
Edema kornea
Edema kornea merupakan komplikasi katarak yang serius, bisa terjadi pada epitel
atau stroma yang diakibatkan trauma mekanik, aspirasi irigasi yang cukup lama,
inflamasi dan peningkatan TIO. Biasanya akan teresobsi 4-6 minggu setelah operasi.
Jika masih ditemukan edema kornea sentral setgelah 3 bulan pasca operasi, peru
dipertimbangkan keratoplasti.4
Kekeruhan kapsul posterior
Kekeruhan kapsul posterior merupakan penyebab tersering penurunan visus
setelah EKEK. Sel-sel epitel lensa yang masih viable dan tersisa pada saat operasi akan
mengalami proliferasi. Lokasi di mana kapsul anterior dan posterior menempel
membentuk wedl cells yang kemudian membentuk soemmering’s ring. Jika sel-sel epitel
tersebut migrasi ke arah luar, sel-sel tersebut membentuk Elschnig’s pear di kapsul
posterior. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kekeruhan kapsul posterior
sangat bervariasi antara lain usia, riwayat inflamasi intra okuler, pseudoexfoliasi, betuk
lensa tanam, material lensa tanam, modifikasi permukaan lensa dan waktu operasi.4
Residual lensa material
Timbulnya residual lensa material disebabkan EKEK yang tidak adekuat. Bila
material yang tertinggal sedikit, akan diresorbsi secara spontan, sedangkan bila
jumlahnya banyak, perlu dilakukan aspirasi karena bisa menimbulkan uveitis anterior
kronis dan glaucoma sekunder. Apabila yang tertinggal potongan nucleus yang besar dan
keras, dapat merusak endotel kornea, penanganannya dengan ekspresi atau irigasi
nucleus.4
Prolaps Iris
Iris paling sering terjadi satu sampai 5 hari setelah operasi dan penyebab
tersering adalah jahitan yang longgar, dapat juga terjadi karena komplikasi prolap vitreus
selama operasi. Keaadaan ini memerlukan penanganan (jahit ulang) untuk menghindari
timbulnya komplikasi seperti penyembuhan luka lama, epithelial downgrowth,
konjungtivitis kronis, endoftalmitis edema macula kistoid dan kadang – kadang
Ophthalmia simpatik.4
Astigmatisme
27
Astigmatisme pasca bedah katarak dapat terjadi karean jahitan yang terlalu
kencang maupun jahitan yang terlalu longgar. Jahitan yang terlalu kencang akan
mengakibatkan Steepen corneal daerah yang searah jahitan ( with the rule. Sedangakan
jahitan yang terlalu longgar akan menyebabkan againt the rule astigmatisma. With the
rule astigmatisma setelah operasi katarak yang kurang dari 2 dioptri akan berkurang
dengan sendirinya sehingga mengurangi kemungkinan untuk melepas jahitan yang terlalu
kencang.4
Hifema
Hifema bisa terjadi 1-3 hari setelah operasi, biasanya hilang spontan dalam waktu
7-10 hari. Perdarahan berasal dari pembuluh darah kecil pada luka. Bila perdarahan
cukup banyak dapat menimbulkan glaucoma sekunder dan corneal staining blood dan
TIO harus diturunkan dengan pemberian asetazolamid 250 mg 4 kali sehari. Serta
parasintesis hifema dengan aspirasi irigasi.4
Glukoma sekunder
Glaukoma sekunder dengan peningkatan TIO yang ringan bisa timbul 24-48 jam
setelah operasi, umumnya dapat hilang dengan sendirinya dcan tidak memerlukan terapi
antiglaukoma. Peningkatan TIO yang berlangsung lana dapatdi sebabkan oleh Hifema,
blok pupil, sinekia anterior perifer karena pendangkalan COA, epithelial ingrowth, blok
siliar, endoftalmitis, sisa material lensa, pelepasan pigmen iris, preexisting glaucoma.4
Endoftalmitis
Endoftalmitis dalam bentuk akut atau kronik, dimana bentuk kronik disebabkan
rendahnya pathogenesis organisme penyebabnya. Secara umum endoftalmitis ditandai
dengan rasa nyeri yang ringan sampai berat, penurunan visus, injeksi siliar, kemosis dan
hipopion. Endoftalmitis akut biasanya timbul 2-5 hari pasca operasi, sedangkan bentuk
kronis dapat timbul beberapa minggu atau bulan atau lebih setelah operasi.Endoftalmitis
kronis ditandai dengan reaksi inflamasi ringan atau uveitis (granulomatus) dan penurunan
visus. Penyebab endoftalmitis akut terbanyak adalah staphylococcus epidermidis (gram
positif) dan staphylococcus coagulase negative yang lain. Kuman gram positif merupakan
penyebab terbanyak endoftalmitis akut bila dibandingkan gram negatif. Untuk gram
negatif , kuman penyebab terbanyak adalah pseudomonas aeruginosa. Umumnya
organisme dapat menyebabkan endoftalmitis bila jumlahnya cukup banyak untuk
inokulasi, atau system pertahanan mata terganggu oleh obat-obat imunosupresan,
28
penyakit atau trauma. Organisme penyebab endoftalmitis kronis mempunyai virulensi
yang rendah , penyebab tersering adalah propiobacterium acnes, S. epidermidis dan
candida. Organisme tersebut menstimulasi reaksi imunologik yang manifestasinya adalah
inflamasi yang menetap.4
Ablasi retina
Mekanisme pasti timbulnya ablasi retina masih belum diketahui. Factor
predisposisinya meliputi myopia aksilis (> 25 mm), lattice degeneration, prolaps vitreus,
riwayat robekan atau ablasio retina yang dioperasi, riwayat ablasio pada mata
kontralateral dan riwayat keluarga dengan ablasio retina. Ablsio retina terjadi sekitar 2-
3% pasca EKIK dan 0,5-2 % pasca EKEK. Kapsul posterior yang masih intak
mengurangi kemungkinan terjadinya ablsio retina pasca bedah, sedangkan operasi dengan
komplikasi seperti rupture kapsul posterior dan vitreus loss meningkatkan kemungkinan
ablasio retina.4
Edema Makula Kistoid
Edema macula kistoid merupakan penyebab penurunan visus setelah operasi
katarak, yang dapat terjadi pada operasi katarak dengan maupun tanpa komplikasi.
Patogenesisnya tidak diketahui, kemungkinan karena permeabilitas vaskuler perifoveal
yang meningkat. Factor-faktor lain yang mempengaruhi adalah inflamasi yang terjadi
karena prostaglandin relase, vitreomacular traction dan hipotoni. Edema macula kistoid
ditemukan pada keadaan penurunan tajam penglihatan pasca operasi yang tidak diketahui
sebabnya atau di ketahui dengan penampakan yang karakteristik pada macula dengan
pemeriksaan oftalmoskop maupun fluorescein angiography, di mana didapatkan
gambaran macula yang khas ( flower petal pattern).4
Retinal light toxicity
Retinal light toxicity diakibatkan karena paparan sinar operating microscope
yang lama dan dapat menyebabkan terbakarnya epitel pigmen retina. Jika yang terbakar
daerah fovea maka akan terjadi penurunan tajam penglihatan pasca bedah. Sedangkan
jika yang terbakar didaerah parafovea maka penderita akan mengeluh adanya skotoma
parasentral.4
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. Katarak. Available from URL: http://www.geocities.com/infokeben/katarak.htm
2. NEI. Cataract. Available from URL: http://www.nei.nih.gov/health/cataract/cataract_facts.asp
3. Wijana, nana, dr. Ilmu Penyakit Mata. Bab X: Lensa.hal: 190-218
4. Anonim. Learn About Cataract. Available from URL: http://www.cataract.com/
5. Anonim. Katarak. http://www.klikdokter.com/illness/detail/37
6. Lee, Judith and Bailey, Gretchyn. Cataracts. Available from URL: http://www.allaboutvision.com/conditions/cataracts.htm
7. American Academy of Ophthalmology. Catarcts. Available from URL: http://www.eyecareamerica.org/eyecare/conditions/cataracts/index.cfm
8. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Fakultas Kedokteran Universita Indonesia. Jakarta. 2008
9. Vaughn DG, Taylor A, and Paul RE. Oftalmologi Umum.Widya medika. Jakarta. 2000
30
10. Anonim. Cataracts. Available from URL: http://www.childrenshospital.org/az/Site666/mainpageS666P0.html
11. Daniel. Oftalmologi: Suspensi Oftalmik Untuk Katarak Senilis. Available from URL: http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=816
12. American Ophtometric Association. Cataract. Available from URL: http://www.oaa.org/
13. American Academy of Ophthalmology. The Eye M.D Association. “Basic and
Clinical Science Course 2003-2004 On CD-ROM. Section 11: Lens and Cataract, Chapter VIII-IX”
31