Ucapan Paulus Yang Sulit

104
1 PENDAHULUAN Dari beberapa karya tulisan yang di buat oleh Paulus terindikasi kesulitan untuk dapat dimengerti dan dipahami, untuk itu para pembaca ada yang salah menafsirkan dan mengimplementasikan dalam kehdupan dan keimanannya sehingga, ada yang tersesat menjadi kebinasaan mereka sendiri, karena kurang pehaman yang benar akan tulisan-tulisan dari Paulus tersebut: “Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan- tulisan yang lain” (2 Ptr. 3:15-16). Dari teks ini muncul beberapa pemahaman dasar yang merupakan titik awal yang sangat penting untuk kita selidiki dan pelajari dengan serius. Jelaslah tulisan rasul Paulus diperkirakan berasal dari tahun 50-65, telah mulai dikenal oleh jemaat-jemaat secara meluas. Karena Paulus menulis kepada jemaat dan pribadi di seluruh kerajaan Yunani/Romawi. Sampai Galatia di sebelah timur sudah barang tentu memerlukan kurun waktu yang panjang

description

SPIRITUALITY

Transcript of Ucapan Paulus Yang Sulit

BAB I

PAGE 53

PENDAHULUAN Dari beberapa karya tulisan yang di buat oleh Paulus terindikasi kesulitan untuk dapat dimengerti dan dipahami, untuk itu para pembaca ada yang salah menafsirkan dan mengimplementasikan dalam kehdupan dan keimanannya sehingga, ada yang tersesat menjadi kebinasaan mereka sendiri, karena kurang pehaman yang benar akan tulisan-tulisan dari Paulus tersebut:Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain (2 Ptr. 3:15-16). Dari teks ini muncul beberapa pemahaman dasar yang merupakan titik awal yang sangat penting untuk kita selidiki dan pelajari dengan serius. Jelaslah tulisan rasul Paulus diperkirakan berasal dari tahun 50-65, telah mulai dikenal oleh jemaat-jemaat secara meluas. Karena Paulus menulis kepada jemaat dan pribadi di seluruh kerajaan Yunani/Romawi. Sampai Galatia di sebelah timur sudah barang tentu memerlukan kurun waktu yang panjang untuk surat-suratnya dapat dikenal dan tersebar secara menyeluruh untuk dapat diterima dan dibaca oleh semua jemaat

1) Kebanyakan surat-surat Paulus memiliki otoritas. Sekalipun ada yang meragukan bahwa tulisan-tulisannya pada waktu itu memiliki kesetaraan dengan Kitab Suci, adalah Perjanjian Lama, yang merupakan Alkitab orang Kristen, pernyataan Kitab Suci yang lain memberikan pengertian bahwa bagi orang-orang kafir tulisan rasul-rasul Kristus dianggap sebagai penyebaran dari firman yang berotoritas dan berwibawa, baik dari Tuhan yang berjumpa dan bersekutu dengan manusia dalam Perjanjian Lama dan dengan Kristus, sebagai Tuhan dan raja.

2) Ungkapan Petrus mengenai kata-kata yang sukar dipahami terhadap surat-surat Paulus membuktikan bahwa pada pertengahan abad pertama, jemaat Korintus banyak mengalami kendala untuk menerima, mengerti dan mengaplikasikan ucapan-ucapan khusus dari Paulus dengan benar. Bila hal ini sungguh benar terjadi di waktu beberapa abad pertama setelah penulisan surat-suratnya, terlebih lagi bagi kita, yang belum ada pada zaman Paulus, dipengaruhi juga oleh beberapa aspek pengalaman manusia yang sangat penting misalnya sejarah, budaya dan bahasa. Bila pada saat itu ada orang yang salah memahami atau bahkan memutarbalikkan makna ucapan-ucapan khusus dari Paulus, maka tidak tertutup kemungkinan terjadi juga bagi kita yang saat ini.

Untuk itu sejak tahun-tahun awal dipakainya surat-surat Paulus oleh orang Kristen, barangkali memahami atau tidak memahami, mepraktekan dengan benar atau tidak benar, telah menjadi suatu kenyataan yang ada. Tetapi ada waktunya di mana setelah kita memahami sebuah teks dengan teliti dan benar, kita dapat memberi pengakuan secara pasti apa yang diharapkan oleh penulis untuk kita pahami. Harapan kita bahwa mempelajari dengan teliti dan benar, dapat membuat kita mendengar ucapan-ucapan yang sulit yang dapat memberikan makna untuk firman Tuhan melakukan pekerjaannya dalam kehidupan kita.

Harapan kita bahwa ringkasan dari buku Ucapan Paulus Yang Sulit oleh Manfred T. Brauch, kiranya memberikan argumentasi yang cemerlang sebagai usaha yang positif untuk memberikan pencerahan dan pemahaman yang jelas terhadap ucapan yang sulit dari tulisan-tulisan rasul Paulus. 1. APAKAH ALLAH MURKA?Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman (Rm. 1:18).Dalam hal ini Paulus mau mengajar kita ketika ia berbicara tentang murka Alah dalam konteks teologi penciptaan. Cerita Alkitab tentang penciptaan dan pembuangan terdapat dalam bab-bab pendahuluan kitab Kejadian yang merupakan dasar latar belakang dari Roma 1:18. Dari konteks ini Paulus tidak mengutarakan bahwa murka Allah akan dinyatakan pada hari kiamat tetapi, murka Allah sedang dinyatakan dari sorga sekarang. Pelaksanaan murka Allah, pada saat ini ditegaskannya juga dalam tulisannya kepada jemaat Tesalonika, Karena mereka mau menghalang-halangi kami memberitakan firman kepada bangsa-bangsa lain untuk keselamatan mereka. Demikianlah mereka terus menerus menambah dosa mereka sepenuh-penuhnya (1 Tes. 2:16).

Pelaksanaan murka Allah sekarang ini bersifat tidak langsung; melainkan murka Allah ini merupkan sesuatu hal atau peristiwa yang dibiarkan Allah untuk terjadi, bukan kehendak Allah yang aktif. Di sini Allah tidak dilukiskan bertindak selaku reaksi dari akibat dosa manusia. Dalam pemahamannya, murka Allah sudah ada didalam struktur realitas manusia yang diciptakan-Nya. Dengan menolak struktur Allah dan menciptakan struktur kita sendiri, melanggar tujuan-Nya untuk penciptaan dan menggantikannya dengan tujuan-tujuan kita sendiri, kitalah penyebab kebinasaan kita sendiri. Penolakan akan kebenaran Ilahi yakni kebenaran tentang hakekat dan kehendak-Nya, menuju kepada pikiran yang hampa, penyembahan berhala, penyimpangan terhadap prilaku seksualitas yang tidak dikehendaki-Nya dan rusaknya moral. Demikian juga penyimpangan perilaku manusia yang menimbulkan dosa, walaupun berasal dari keputusan kita, harus dimengerti sebagai hukuman Tuhan yang diakibatkan oleh diri kita sendiri.Tuhan mengasihi kita dengan kasih yang kekal. Namun penolakan terhadap kasih itu memisahkan kita dari pemeliharaan-Nya yang memberi kehidupan. Dampaknya yaitu, kebinasaan dan kematian kekal. Bagi kita yang menyimpang, maka murka Tuhan akan terjadi bagi kita.

DOSA SATU ORANG MENGAKIBATKAN KEMATIANDosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa (Rm. 5:12).

Teks Roma 5:12, telah dianggap suatu dasar alkitabiah dalam ajaran terhadap dosa asal. Kita semua telah mewarisi kejatuhan perbuatan dosa manusia pertama.. Ungkapan ini sebetulnya tidak memadai karena Paulus tidak berkata bahwa kita berdosa karena Adam berdosa. Ia tidak mengatakan bahwa kita mati karena Adam berdosa, melainkan: dosa memasuki sejarah pada pemberontakan manusia pertama (dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang). Tetapi penyebaran secara universal dari kondisi tersebut diakibatkan oleh semua orang yang telah berbuat dosa dan telah memberontak kepada Allah.Perspektif yang penting terhadap surat Paulus ini yang harus dipahami secara benar, yaitu:a. Solidaritas ManusiaPaulus merupkan pewaris tradisi dalam kondisi manusia yang berakar dalam budaya pada kepercayaan Yahudi. Tradisi itu mengakui saling ada keterkaitan yang erat dari individu dan akibat yang mungkin ditimbulkan oleh solidaritas semacam itu, baik secara positif maupun negatif. Konsep Perjanjian Lama bahwa dosa orang tua akan mempengaruhi beberapa generasi berikutnya mengungkapkan gagasan kitab Ibrani mengenai solidaritas bersama ini.Paulus sangat jelas melukiskan pemahamannya dalam Roma 5:12-13. Adam, manusia pertama yang khas dan mewakili manusia lain menyerah kepada godaan untuk menentukan hidup dan tujuannya sendiri, yaitu ia berdosa. Akibatnya adalah kematian; keterpisahan, karena makhluk yang terpisah dari Allah tidak memiliki kehidupan. Kematian jasmani jelas merupakan bagian dari gambaran ini dalam pemahaman Paulus sebagai orang Ibrani. Keterpisahan dari sumber kehidupan mengakibatkan pembusukan dan kehancuran.

Studi sosiologis dan psikologis telah mengokohkan pemahaman Kitab Suci tentang solidaritas manusia. Kita telah mengetahui bagaimana keturunan, latar belakang pendidikan, dan lingkungan memainkan peranan penting dalam pembentukan kepribadian kita. Dalam banyak hal saya merupakan produk dari dunia saya. Diri saya sekarang ini adalah hasil dari segala sesuatu yang telah saya jalani pada masa lalu saya. Seorang anak yang tumbuh dalam keluarga yang berantakan, kecil kemungkinan untuk menjadi manusia yang utuh dan sehat dibandingkan dengan anak yang dibesarkan dalam sebuah keluarga dengan cinta kasih dan perhatian yang tulus dari kedua orangtua dalam sebuah hubungan yang konsisten dan stabil.

Kita semua dilahirkan dalam sebuah masyarakat yang dibayangi oleh beratnya dosa manusia, struktur yang menekan, prasangka, ketidakadilan.

b. Tanggung Jawab Individu

Roma 5:12-21, Paulus tidak hanya merefleksikan pemikiran agama Yahudi bahwa kita merupakan bagian dari kelompok manusia dan dipengaruhi oleh saling keterkaitan tersebut, melainkan juga mengungkapkan keyakinan orang Yahudi bahwa sebagai individu kita bertanggung jawab dan akan diminta pertanggungjawaban atas hubungan kita dengan manusia lain.

Di zaman Yehezkiel telah dilaksanakan protes terhadap gagasan Ibrani kuno bahwa dosa orang tua akan diwariskan kepada anak-anak dan anak-anak akan dianggap bertanggung jawab atas pelanggaran orang tua mereka. Nabi Yehezkiel berbicara tentang firman Allah yang menentukan tantang tanggung jawab individu. Tetapi kamu berkata: mengapa anak tidak turut menanggung kesalahan ayahnya? Karena anak itu melakukan keadilan dan kebenaran, melakukan semua ketetapan-Ku dengan setia, ia pasti hidup. Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya (Yeh. 18:19-20).Paulus menegaskan dalam Roma 5:12, bahwa masing-masing orang meneruskan pemberontakan dan kehendak pribadi dari Adam dalam kehidupannya. Masing-masing individu ikut mengambil bagian dalam kemanusiaan Adam dan bertanggung jawab atas partisipasinya itu. Kematian terus terjadi sepanjang sejarah manusia karena manusia secara individual telah berdosa. Mereka melakukan apa yang dilakukan Adam.Dalam pengajaran Ibrani tentang asal usul dan hakikat dosa: Kita berdiri dalam solidaritas yang misterius dengan Adam dalam dosa; dan kita juga bertanggung jawab secara individu. Dan bahwa realitas yang bertentangan mengenai keterikatan dan kebebasan kita dari dosa diatasi dalam hubugan yang baru yaitu Yesus Kristus. Melalui hubungan itu kita diperdamaikan dengan Allah dan dalam Kristus, kita menjadi anggota manusia baru.2. DOSA BERTAMBAH

Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak (Rm. 15:20).

Pemahaman terhadap dosa manusia secara kelompok dan tanggung jawab individu inilah, ayat 20 harus dimengerti. Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak, tidak mungkin berarti Allah bermaksud menambah dosa. Paulus telah menunjukkan bahwa baik dosa maupun konsekuensinya yatu kematian adalah realitas yang universal. Dan ini tidak mungkin bertambah lagi. Dengan demikian arti dari bacaan itu pastilah hukum Taurat diberikan untuk meningkatkan kesadaran akan dosa. Hakikat dosa yang merusak dan menghancurkan benar-benar diungkapkan ketika tujuan Allah yang baik, yang dinyatakan dalam hukum Taurat dilanggar.Pengertian ayat di atas, diteguhkan lagi dalam beberapa pernyataan serupa di tempat-tempat lain yang dibuat Paulus. Dalam Roma 3:20, ia mengatakan bahwa: Karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa. Dalam Roma 7:7-8 dengan jelas Paulus membuktikan bahwa hukum Taurat itu bukan dosa. Bukan hukum Taurat yang membawa kita kepada dosa. Hukum Taurat hanya menunjukkan seperti apakah dosa itu dan bagaimana dosa itu menyatakan dirinya, Justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Akhirnya dalam Galatia 3:19, Paulus bertanya, Kalau demikian, apakah maksudnya hukum Taurat? dan kemudian ia memberikan jawabannya, Ia ditambahkan oleh karena pelanggaran-pelanggaran.

Apabila semua pandangan itu disatukan, bermakna bahwa dosa yang bertambah, tidak tertuju kepada penumpukan dosa atau dosa yang lebih besar. Namun sebaliknya, dalam terang hukum Taurat dan kasih karunia Allah dalam Kristus (Rm. 5:20-21). 3. KEMATIAN KARENA DOSA

Kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa (Rm. 6:2,7).

Memperoleh manusia baru di dalam Kristus diutarakan oleh Paulus bahwa sebagai orang yang telah disalibkan dan dikuburkan bersama Kristus; sebagai orang yang sudah mati dan dibangkitkan bersama Kristus. Dua cara menjadi manusia baru, yaitu:a) Penyangkalan diri; kita mati bagi dosa (Rm. 6:2), tidak lagi diperbudak oleh dosa (Rm. 6:6), dibebaskan dari dosa (Rm. 6:7) karena tubuh kita yang lama sudah disalibkan (Rm. 6:6).

b) Peneguhan hati; ada hidup yang baru (Rm. 6:4), bersatu dengan Kristus (Rm. 6:5) dan hidup baru bersama Kristus (Rm. 6:8) karena tubuh yang baru hadir setelah kita dibangkitkan bersama Kristus (Rm. 6:4).

Di dalam tradisi keKristenan, pembaptisan dianggap sebagai sesuatu yang sakral, bersifat simbolis (gaibrohani). Peristiwa ini dipandang menjembatani kualitas kematian dan kebangkitan Kristus yang menyelamatkan; dianggap sebagai tanda kehadiran yang konkrit dari Kristus yang disalibkan dan bangkit, dan persatuan batin antara Kristus dan orang yang disalibkan; dipandang sebagai simbol eksternal perpindahan dari kematian kepada kehidupan, yang ditimbulkan oleh keputusan, komitmen dan iman individu.Pengajaran Paulus tentang pekerjaan Tuhan yang dilakukan dalam Kristus dan diterima dengan iman mengakibatkan pembenaran atau pemulihan hubungan dengan Allah. Karena tanda dari pemulihan itu adalah baptisan, maka kita dapat memandang baptisan itu dalam segi hubungan. Di dalam baptisan kita menyatakan bahwa kehidupan seseorang yang dibaptis ditentukan oleh kematian dan kebangkitan Kristus, dan dalam hubungan dengan Dia sebagai orang yang telah dibenarkan, dan kita terbebaskan dari kuasa dosa dan maut.Hidup yang baru, telah menjadi Kenyataan. Bagaimana kita dapat memahaminya? Paulus memberikan jawaban melalui Roma 6:9-10. Kristus hidup, dosa tidak lagi berkuasa atas Dia. Karena itu dalam Roma 6:11, ditegaskan bahwa hubungan dengan Dia, kita mati bagi dosa dan hidup untuk Tuhan.4. BUDAK DOSA

Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa.Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat(Rm. 7:14,19).

Ungkapan Paulus tentang hidup di dalam daging, ia tidak berbicara tentang hakikat keinginan jasmani, tetapi tentang cara hidup, tujuan hidup, dan hidup yang dijalani terpisah dari rencana Tuhan. Karena itu ketika ia membandingkan cara hidup daging dan roh, ia tidak berbicara mengenai dua bagian yang berbeda dari tubuh secara utuh, melainkan dua orientasi hidup dari seluruh tubuh itu. Dalam kontras antara aku dan daging (Rm. 7:18), aku menggambarkan seluruh tubuh selama hal tersebut mengokohkan kebaikan dan kehendak Allah seperti digambarkan dalam hukum Taurat; daging menggambarkan seluruh tubuh yang tidak berdaya, dikuasai oleh dosa, dan tidak berhubungan dengan Allah.

Namun hukum Taurat menjelaskan keadaan kita yang berdosa (Rm. 7:5), apakah itu berarti hukum Taurat itu dosa (Rm. 7:7)? Sekali-kali tidak, karena hukum Taurat itu kudus dan rohani, benar dan baik (Rm. 7:7-14). Kita berada dalam perbudakan dosa karena kita bersifat daging. Sekarang Paulus melanjutkan dalam ayat 15 s/d 24 apa artinya bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa. Ini berarti bahwa kita gagal melaksanakan kehendak Allah, walaupun kita mengakui kebaikan hukum Allah, dan ingin menjalani kehidupan sesuai dengannya (Rm. 7:15-16). Kita diperbudak oleh dosa, sehingga kita sesungguhnya dapat berbicara tentang sebuah kehidupan di mana aku, yang mengakui hukum Allah, tidak terkendali (Rm. 7:17-23). Akibat dari perbudakan semacam itu adalah celaka (Rm. 7:24).Pemaparan dalam ayat-ayat di atas telah melukiskan hal hal kehampaan hidup yang dijalani di luar hukum, kendati hukum itu adalah hukum Allah. Perjumpaan Paulus dengan Kristus di jalan Damaskus mengakibatkan ia telah melihat kehidupannya yang dahulu di bawah hukum Taurat sebagai ikatan dipandang dari sudut baru yang menguntungkan.

5. SEGALA SESUATU UNTUK KEBAIKANKita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Rm. 8:28).

Di dalam Roma 8 menjelaskan iman dan kepercayaan Paulus yang kokoh tentang rencana Tuhan yang penuh augerah. Pengakuan ini bukan kata-kata yang muncul dari bibir seseorang yang hidupnya berjalan dalam ketenangan, tidak terganggu oleh tekanan dan ketegangan, kepedihan dan kekacauan, pergolakan dan tragedi yang sedikit banyak dialami oleh sebagian besar umat manusia. Ucapan - ucapan yang penuh keyakinan dan pengharapan ini ditulis oleh Paulus yang dalam surat sebelumnya menanggung beban yang sakit berat dan putus asa (2 Kor. 1:8); ia ditindas dalam segala hal dan habis akal, dianiaya dan dihempaskan (2 Kor. 4:8-9); ia mengalami dera, penjara, kesukaran, kelaparan (2 Kor. 6:4-5). Nampak bahwa dalam Roma 8:28, adalah pengakuan iman yang murni, muncul dari pengalaman yang spontan.Kalau begitu, kebaikan apakah yang dikerjakan Tuhan? Dalam penderitaan, keluhan, pengharapan dan penantian kita; dalam penindasan atau kesesakan, atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan atau bahaya, atau pedang (Rm. 8:35). Dalam segala sesuatu Allah sedang bekerja untuk mendatangkan kebaikan (Rm. 8:28). Kebaikan itu adalah realisasi final dan lengkap dari kasih Allah terhadap ciptaan-Nya, yang diwujudkan dalam Kristus, tidak sesuatu pun dapat memisahkan kita daripada-Nya (Rm. 8:39).

Keyakinan Paulus bahwa kita lebih daripada orang-orang yang menang (Rm. 8:37). Bukan atas dasar usaha kita, bukan atas dasar kepasrahan, melainkan oleh Dia yang telah mengasihi kita (Rm. 8:37) dan memanggil kita sesuai dengan rencana-Nya. Puncak dalam pekerjaan penebusan Allah, kasih-Nya di dalam Kristuslah yang menopang kita, memberi kita kuasa bahkan di tengah-tengah pengalaman dosa dan maut untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya (Rm. 8:29). Tuhan berkarya dalam segala sesuatu ke arah tujuan yang pasti. Tetapi hanya orang-orang yang mengasihi-Nya mengetahuinya, karena mereka adalah pengikut-Nya yang setia.6. APAKAH TUHAN TIDAK ADIL?

Seperti ada tertulis: Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau. Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil sebab Ia berfirman kepada Musa, Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati (Rm. 9:13-15).

Ungkapan Paulus, tentang pertanyaan apakah Allah tidak adil? timbul dari kecenderungan manusiawi kita untuk mengukur dan mengkritik cara-cara Allah berdasarkan kita. Bahkan mengajukan pertanyaan tentang ketidakadilan mengasumsikan bahwa kita mengetahui apa keadilan itu secara final dan mutlak. Karena kita tidak mengetahui pikiran Allah dan juga tidak menyelami jalan-jalan-Nya (Rm. 11:33-34), kita tidak berada dalam posisi yang sangat tepat untuk menghakimi tujuan Allah.; kita hanya melihat gambaran yang samar-samar dalam cermin dan mengenal dengan tidak sempurna (1 Kor. 13:12). Hanya Dia yang dapat melihat secara keseluruhan; dari perspektif itu nampaknya tidak adil bagi kita pada akhirnya akan diutarakan sebagai kasih karunia Tuhan yang menyelamatkan.Penggunaan kata-kata dari Maleakhi terhadap kasih Allah untuk Yakub dan kebencian-Nya kepada Esau, merupaka dua hal yang perlu diingat, yaitu:a) Nabi harus mewujudkan kasih Allah kepada Israel (keturunan Yakub), untuk terus menunjukkan bahwa ketidaksetiaannya pantas mendapatkan hukuman Allah. Orang-orang Edom (Mal. 1:4) adalah keturunan Esau, yang berada dalam hubungan permusuhan dengan Israel. Menurut Maleakhi 1:3-4, orang-orang Edom ini jelas telah menderita kekalahan militer, dan nabi melihat hal ini sebagai bukti penghakiman Allah (Mal. 1:4-5). Karena Allah menggunakan Israel untuk melaksanakan tujuan-Nya walapun ia terus menerus memberontak-permusuhan Edom membuatnya bertentangan dengan tujuan Allah.

b) Pernyataan, Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau harus dimengerti dalam konteks historis ini. Bertentangan dengan kasih Allah yang jelas untuk Israel, situasi Edom hanya dapat ditafsirkan sebagai bukti perhatian Allah yang lebih kecil terhadapnya. Ungkapan, Aku membenci Esau harus dipandang sebagai sebuah contoh khas dari gaya bahasa hiperbola dari Timur, yang mengungkapkan segala sesuatu secara ekstrim. Selain itu, dalam bahasa Ibrani mengasihi seringkali berarti lebih menyukai; dan membenci dapat berarti kurang mengasihi. (band. Kej. 29:30-31).Untuk itu dapat dipahami dalam kitab Maleakhi maupun dalam perkataan Paulus, tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa Allah telah mentakdirkan nasib Israel atau Edom. Kondisi historis mereka, dipilih atau ditolaknya.

7. KEGENAPAN HUKUM TAURAT

Sebab Kristus adalah kegenapan Hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya (Rm. 10:4).

Istilah ini dipakai Paulus dalam pengertian kiasan dan juga hurufiah. Saat ia menjelaskan tentang hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku (Rm. 7:23) atau Roh yang memberi hidup (Rm. 8:2) atau hukum iman (Rm. 3:27), ia menggunakan istilah ini secara kiasan untuk menunjukkan realitas yang menentukan kehidupan berhala atau Kristen, seperti kitab Taurat menentukan kehidupan Israel. Paulus hanya memiliki hukum Musa dalam pandangannya, sistem agama dengan kewajiban-kewajiban ritual dan moralnya yang dijalani oleh orang Israel dari zaman Musa. Itulah arti yang dapat kita pahami dari istilah hukum harafiah dalam Roma 10:4.

Hanya Yesus Kristuslah yang dapat melepaskan kita dari tubuh maut itu (Rm. 7:25). Dialah kegenapan hukum Taurat. Kegenapan (Yunani: teles) bermakna tujuan, hasil, yang kita capai, akhir, pemberhentian. Bagi Paulus, hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang (Gal. 3:24). Fungsinya yang sementara sekarang telah terpenuhi; dan karena itu Kristus juga merupakan akhir, kegenapan hukum Taurat. Paulus mengatakan bahwa hukum Musa telah selesai dan dibatalkan di dalam Kristus, dengan ungkapan ke dalam kebenaran. Kedatangan-Nya menandakan akhir dari hukum Taurat sehubungan dengan dicapainya kebenaran (yakni hubungan yang benar dengan Allah). Ia adalah perwujudan dari kebenaran Allah (Rm. 1:17). Kehidupan-Nya adalah perwujudan dari tindakan Allah yang memulihkan hubungan, cara Allah untuk membuat kita mengenal kebenaran (Rm. 10:3). Karena itulah hukum Taurat sebagai sarana pendekatan terhadap Allah, sebagai hukum yang menentukan hubungan dengan Allah, hukum yang membimbing kepada hidup atas dasar ketaatan.Kristus ialah kegenapan hukum Taurat untuk setiap orang yang percaya. Sebab hanya dalam iman kepada-Nya dan dengan tunduk kepada kebenaran Allah dengan rendah hati (Rm. 10:3) kita pasti terbebas dari semua tuntutan hukum Taurat.

KESELAMATAN ISRAEL

Dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan (Rm. 11:26).

Isi rahasia yang terkadung dari pemberitaan oleh Paulus ini terdapat unsur yang khusus, berupa pernyataan, Sebagian dari Israel telah menjadi tegar (Rm. 11:25) terbatas bukan hanya dalam ukuran, melainkan juga dalam kaitan dengan waktu: penolakan itu hanya akan berlangsung sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk. Digenapinya tujuan Allah di antara orang kafir ini kemudian akan mengakibatkan digenapinya tujuan penebusan yang sama untuk Israel (Rm. 11:12), supaya seluruh Israel akan diselamatkan (Rm. 11:26). Ada beberapa pendapat bahwa seluruh Israel berarti Israel sebagai satu kesatuan, sebagai umat dalam sejarah yang memiliki identitas unik dan khusus, yang belum tentu mencakup setiap individu Israel. Dukungan terhadap cara memahami kalimat seluruh Israel ini berasal dari jalur rabi di mana pernyataan seluruh Israel memiliki bagian dalam dunia yang akan datang dengan segera diikuti oleh sebuah daftar perkecualian, seperti orang Saduki, penganut ajaran sesat, ahli sihir dan sebagainya. Keselamatan Israel bersifat menyeluruh, tetapi tidak mencakup semua. Dalam teks kita, jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain tidak berarti setiap orang kafir akan percaya dengan hatinya dan mengaku dengan mulutnya (Rm. 10:10), demikian pula seluruh Israel.Dalam Roma 11:25-26, bagian Israel yang tegar hati pada masa sekarang ini dibandingkan dengan seluruh Israel yang akan diselamatkan pada masa yang akan datang, jelaslah bahwa seluruh Israel menunjukkan orang Israel yang sudah diselamatkan maupun sisanya yang akan diselamatkan (Rm. 11:7). Hal yang juga jelas dari seluruh arah pembahasan Roma 9-11 adalah bahwa tujuan Allah untuk keselamatan Israel tidak akan diwujudkan dengan cara dan sarana lain kecuali melalui Injil dan jawaban iman. Injil dan jawaban iman itulah yang akan menimbulkan hidup dari antara orang mati (Rm. 11:15), yang jelas mengacu kepada peristiwa eskatologis kebangkitan yang akan didahului oleh keselamatan seluruh Israel (Rm. 11:26) sebagai tahap terakhir dari proses yang dimulai dengan kematian dan kebangkitan Yesus.

8. ALLAH MENGURUNG SEMUA ORANG DALAM KETIDAKTAATAN

Sebab Allah akan mengurung semua orang dalam ketidaktaatan, supaya Ia dapat menunjukkan kemurahan-Nya atas mereka semua (Rm. 11:32).

Jawaban akan masalah ayat di atas menunjuk pada pengertian kata Yunani yang diartikan mengurung semua orang dalam ketidaktaatan, dan juga pengertian kita dalam pandangan Paulus secara umum akan hubungan antara Allah dengan dosa atau ketidaktaatan manusia.Dalam bahasa Yunani yang dipakai oleh Paulus mempunyai beberapa arti dan contoh daftar yang representatif dalam versi bahasa Inggris, yakni:New International Version (NIV): telah mengurung dalam ketidaktatan.

King James Version (KJV): telah menutup diri dalam ketidakpercayaan.

Kata Yunani yang timbul dalam terjemahan-terjemahan ini adalah synkleio. Dalam kamus standar bahasa Yunani-Inggris, diberikan arti hurufiah maupun kiasan. yaitu menutup, mengurung, memagari. Pengertian ini juga terdapat dalam Lukas 5:6, di mana sejumlah besar ikan terjaring dalam jala. Arti kiasannya adalah membatasi, memenjarakan, dan digambarkan dalam Roma 11:32. Diperkirakan arti teks ini sebagai berikut: Ia telah memenjarakan mereka semua dalam ketidaktaatan, yatu memaksa mereka agar tidak taat atau menyerahkan mereka kepada ketidaktaatan. Di dalam Perjanjian Baru, terlepas dari penggunaannya secara hurufiah dalam Lukas 5:6 dan teks kita, synkleio hanya digunakan dalam satu teks Paulus lainnya, yakni Galatia 3:22-23. Di sini Paulus menegaskan bahwa Kitab Suci telah mengurung segala sesuatu di bawah kekuasaan dosa (Gal. 3:22). Ikatan terhadap dosa ini sejalan dengan pernyataan dalam ayat 23 bahwa kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat.

Arti kata synkleio dalam teks ini jelas adalah kurungan (pembatasan). Tetapi Allah tidak dianggap menentukan ikatan tersebut secara langsung. Arti dari ayat 22 tampaknya adalah bahwa Kitab Suci menunjukkan berdasarkan sejarah ketidaktaatan manusia sejak kejatuhan Adam bahwa segala sesuatu berada di bawah cengkeraman dosa. Ungkapan berada di bawah pengawalan hukum Taurat dalam ayat 23 harus ditafsirkan berdasarkan ayat 24-25 di mana fungsi hukum Taurat diungkapkan dalam bentuk yang positif. Hukum Taurat adalah penuntun bagi kita, yang memimpin kita kepada Kristus. Hal yang ditegaskan dari kata synkleio dalam bacaan ini ialah realitas ikatan terhadap dosa dan ketidaktaatan.

Penggunaan kata synkleio oleh Paulus paling tepat dipahami sesuai dengan sebutan kata dalam Perjanjian Lama bahasa Yunani, bila diterjemahkan dari bahasa Ibraninya, sagar berarti melepaskan, menyerahkan. Jadi artinya akan menjadi: Allah telah menyerahkan semua orang kepada ketidaktaatan mereka. Untuk itu apa yang kita lihat di sini ialah ungkapan kehendak Allah yang mengijinkan. Dengan mengijinkan ciptaan-Nya untuk tenggelam di dalam dosanya, Allah telah melakukan tindakan yang mengakibatkan keterikatan mereka kepada ketidaktaatan. Ikatan itulah yang menjadi sasaran kasih karunia Allah yang membebaskan.

9. MENUMPUKKAN BARA API

Tetapi jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya (Rm. 12:20).

Tindakan yang seharusnya terhadap orang-orang yang menganiaya ialah memberkati, dan bukan mengutuk mereka (Rm. 12:14). Kejahatan yang dilakukan terhadap kita jangan dibalas dengan kejahatan (Rm. 12:17). Dalam situasi konflik, orang Kristen harus mencari perdamaian (Rm. 12:18). Jika nilai-nilai dunia ini menghendaki ganti rugi dan pembalasan dendam atas kejahatan yang dilakukan kepada kita, sebaliknya kita harus membalasnya dengan cinta kasih dan kebaikan, memberikan makanan dan minuman kepada musuh yang lapar dan haus (Rm. 12:19-20). Jika kita membalas kejahatan dengan kebaikan, sebenarnya kita sedang menumpukkan bara api di atas kepala pelaku kejahatan itu (Rm. 12:20).

Lukisan bara api tertuju kepada mengalahkan kejahatan. Bagaimana kejahatan musuh dapat kita kalahkan? Dalam cerita tentang panggilan nabi Yesaya (Yes. 6), kesadaran akan keadaannya yang berdosa mendapatkan jawaban pembersihan dan penyucian ilahi. Bara api diambil dari altar dan disentuhkan kepada mulutnya, dengan jaminan bahwa, Kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni (Yes. 6:7). Kaitan antara bara api dengan pertobatan dan penyucian ini juga ada dalam gambaran Maleakhi tentang Allah, seperti api tukang pemurni logam (Mal. 3:2). Maksudnya adalah bahwa dosa dan ketidaktaatan Israel harus dipisahkan melalui proses penyucian penghakiman Allah.Suatu perkiraan latar belakang budaya di luar Alkitab, terhadap hubungan antara bara api dan penyucian dosa dapat dilihat dalam adat Mesir Kuno di mana seseorang yang menyesali kesalahannya menunjukkan penyesalan atas kesalahan tersebut dengan membawa satu piring bara api di atas kepalanya. Beberapa aggapan memandang hal ini sebagai latar belakang langsung dari Amsal yang diadopsi oleh Paulus (Ams. 25:21-22).

Bahasan tentang bara api tampaknya adalah membalas kejahatan dengan kebaikan, pelaku kejahatan itu mungkin akan menyesal. Jika seorang musuh diperlakukan dengan baik, dan kejahatan dibalas dengan kebaikan, maka kejahatan itu akan dikalahkan; lawan mungkin akan mengalami pembaruan pikiran, perubahan tujuan dari gelap kepada terang.10. TUNDUK KEPADA PEMERINTAH

Tiap-tiap orang harus tunduk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah (Rm. 13:1).Bila kita tidak bisa melaksanakan kesetiaan yang tidak serius dan tanpa tanya terhadap tuntutan masyarakat dan para penguasa, kita juga harus berhati-hati untuk tidak jatuh kepada sisi ekstrim yang lain, yaitu menyimpulkan bahwa pemerintah pasti merupakan lembaga jahat yang harus dilawan, tidak ditaati, tidak dipercaya atau diabaikan. Karena kita diperintahkan untuk menghormati dan berdoa untuk para penguasa. Alkitab menjelaskan bahwa pemerintah memiliki peranan yang positif untuk menjalankan rencana Allah untuk manusia. Menurut Perjanjian Baru, semua kekuasaan pada akhirnya berada di bawah pemerintahan dan penghakiman Kristus.

Dalam kehidupan masyarakat akan menjadi kacau dan anarkis tanpa adanya hukum yang teratur yang diberlakukan oleh para penguasa, maka kehadiran hukum merupakan bagian dari rencana Allah yang menyeluruh untuk manusia. Karena itu sepanjang pemerintah dan penguasa melaksanakan kekuasaan mereka sejalan dengan tujuan Allah, mereka bertindak sebagai wakil wakil Allah demi kebaikan masyarakat keseluruhan.

Apabila para penguasa dalam pemerintahan melawan tujuan ilahi ini, maka pemerintahan tersebut tidak dapat dipandang sebagai pemerintahan yang berasal dari Allah. Sebenarnya, dari Wahyu 13 dan 18 dan juga teks-teks lainnya dalam Perjanjian Baru, jelas bahwa pemerintah yang menganiaya orang Kristen, menyebarkan ketidakadilan dan bukannya keadilan, mendukung kebejatan moral, dan menginjak orang-orang yang lemah dan tidak berdaya, dikendalikan oleh kuasa dan kekuatan jahat yang sama sekali bertentangan dengan kehendak dan tujuan Allah.Seharusnya nasihat-nasihat akan kasih terhadap orang lain (Rm. 13:8-10) tidak meninggalkan topik sebelumnya, melainkan merupakan klimaks dari seluruh pembahasan. Ayat 8 sangat berkaitan dengan ayat 7. Dalam ayat 8 itu argumentasi tentang ketaatan kepada pemerintah dan tanggung jawab dalam tatanan sosial dibahas dalam kaitan dengan hal-hal tertentu yang merupakan hutang kita: pajak, rasa takut, dan penghormatan. Tetap di luar hal-hal yang khusus ini, Paulus melanjutkan dengan argumentasi (ayat 8-9) bahwa yang sebenarnya merupakan hutang kita adalah mengasihi sesama kita seperti kita mengasihi diri kita sendiri.Manurut warisan Yahudi dari Paulus, para penguasa dalam pemerintahan dimaksudkan untuk menjadi penjaga perintah Allah yang membuat kehidupan masyarakat terus berjalan. Pemerintah jangan membunuh, jangan mencuri, jangan berzinah, dan sebagainya, jika dilanggar akan menimbulkan kehancuran dan perpecahan masyarakat. Karena hukum Taurat dapat diringkas menjadi perintah, kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (ayat 9), maka kasih terhadap sesama, yakni tidak berbuat jahat kepada mereka, adalah kegenapan hukum Taurat (ayat 10). Tanggung jawab perlindungan dan pelaksanaan hukum Taurat inilah yang diberikan kepada para penguasa oleh rancangan Allah.

Bagaimana jika dalam pengungkapan kasih kita terhadap sesama manusia, kita berbenturan dengan hukum masyarakat di mana kita hidup? Bagaimana jika para penguasa melakukan tindakan yang bertentangan dengan tujuan yang dimaksudkan untuk mereka seperti dinyatakan dalam Roma 13:3? Bagaimana jika mereka menjadi teror terhadap kebaikan? Bagaimana jika tuntutan dari tatanan sosial menghendaki kita untuk berbaur dalam gaya hidup yang bertentangan dengan tuntutan langsung dan tak langsung dari Injil?

Setiap orang yang menyarankan pemecahan yang mudah atau reaksi kristiani tidak memahami kompleksitas dunia di mana kita hidup. Walaupun demikian kita harus peka terhadap masalah yang ditimbulkan oleh pertanyaan-pertanyaan di atas dan harus memberikan jawaban sesuai dengan pemahaman kita tentang panggilan Kristus. Dan panggilan itu jelas merupakan panggilan untuk selalu siap bagi sesama dalam kasih. Jika kita gagal dalam hal ini, maka keyakinan ortodoks yang sangat teliti dan praktek hidup yang sangat saleh sekalipun pada akhirnya tidak akan berarti apa-apa.

11. MAKANAN YANG MEMBINASAKAN

Sebab jika engkau menyakiti hati saudaramu oleh karena sesuatu yang engkau makan, maka engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih. Janganlah engkau membinasakan saudaramu oleh karena makananmu, karena Kristus telah mati untuk dia (Rm. 14:15).Paulus menulis kepada orang-orang Roma dari Korintus. Dengan demikian pandangannya tentang masalah yang dihadapi oleh orang beriman di Roma pasti dipengaruhi oleh caranya menangani masalah ini di jemaat di Korintus. Di sana (1 Kor. 8,10) ia berbicara tentang orang-orang yang lemah, orang-orang yang kecil imannya, yang kesadarannya kurang, yang karena latar belakang kafirnya masih cenderung untuk mengaitkan berhala dan makanan yang dipersembahkan kepada berhala. Orang-orang yang kuat adalah orang-orang yang tahu dan yakin bahwa berhala (dan dewa-dewa yang diwakilinya) tidak memiliki eksistensi yang nyata. Karena itu bagi mereka daging yang dipersembahkan kepada dewa-dewa dalam pengorbanan bersifat netral. Seseorang tidak akan dinajiskan olehnya. Orang-orang yang kuat ini jelas benar dalam teologi mereka; orang-orang yang lemah jelas salah. Walaupun demikian menurut Paulus orang-orang yang memiliki pengetahuan yang benar harus berhati-hati agar pengetahuan mereka itu tidak mengakibatkan kebinasaan bagi saudara seiman mereka (1 Kor. 8:7-9). Karena kebebasan dari orang-orang yang kuat dalam hal ini mungkin akan mengakibatkan orang-orang yang lemah kembali kepada pemujaan berhala (1 Kor. 8:10-13; 10:23-32).

Dari latar belakang situasi Korintus ini, sekarang kita siap mengikuti argumentasi Paulus yang serupa dalam Roma 14. Yang nampaknya lemah di sana adalah orang Kristen Yahudi, yang belum mampu membebaskan diri dari hukum ritual dan upacara dalam hal makanan yang najis atau tidak najis (Rm. 10:1-6) atau penghormatan terhadap hari-hari tertentu (hari Sabat, Rm. 10:5). Sebagian besar umat yang berada dalam ketegangan dengan orang-orang yang lemah imannya kemungkinan besar adalah orang Kristen kafir. Bagi mereka tidak ada makanan yang najis atau hari-hari khusus yang harus dihormati.

Setelah menunjukkan bahwa baik yang kuat maupun yang lemah harus dipersalahkan karena sikap mereka satu terhadap yang lain (Rm. 14:10), bagaimanapun Paulus menyatakan perhatian khusus pada mereka yang lemah (Rm. 14:15-16). Dalam hal ini jelas ia sejalan dengan perhatian ilahi secara khusus kepada mereka yang lemah sepanjang Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Iman yang kuat tidak mudah tersandung dibandingkan dengan iman yang lemah. Karena itu makan makanan yang dipandang najis oleh mereka yang lemah merupakan sebuah tindakan yang sangat berbahaya bagi mereka yang imannya kecil (Rm. 14:13-14). Orang yang kuat imannya akan melakukan tindakan yang tanpa kasih jika seorang saudara seiman sakit hatinya oleh karena sesuatu yang engkau makan (Rm. 14:15). Berdasarkan sisa ayat ini (Janganlah engkau membinasakan saudaramu oleh karena makananmu, karena Kristus telah mati untuk dia), maka kata Yunani lypeo yang diterjemahkan membinasakan, selain berarti berdukacita, luka hati, tekanan, dapat juga berarti melukai, kerusakan. Merusak iman orang lain mungkin akan membawa pada kehancuran akhir.

Seperti dalam 1 Korintus, di sini Paulus juga sangat memperhatikan pertumbuhan Kristen menuju kedewasaan iman dan kesejahteraan kekal. Perintah untuk mengasihi berarti bahwa orang Kristen harus bersikap saling membangun bukan saling membinasakan, saling mendukung dan bukan menyebabkan orang lain tersandung dan jatuh.

12. MEMBINASAKAN BAIT ALLAH

Jika ada orang yang membinasakan Bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab Bait Allah adalah kudus dan Bait Allah itu ialah kamu (1 Kor. 3:17).

Dari banyak hal, 1 Korintus 3:16-17 memaparkan pemahaman Paulus yang fundamental terhadap gereja dan merupakan kunci terhadap arti seluruh surat. Yaitu bahwa gereja, umat Allah di mana Roh Allah tinggal, merupakan pilihan dan alternatif Allah terhadap perpecahan dan kehancuran masyarakat manusia. Jemaat Kristen di Korintus dipanggil untuk menjadi teladan bagi alternatif itu di tengah-tengah kehancuran masyarakat Korintus. Tetapi keterpecahan, imoralitas dan kerohanian mereka yang antusias yang mengabaikan dimensi kehidupan yang konkrit/jasmani semua itu menghancurkan kelangsungan pilihan Allah, Bait Allah di Korintus. Dan kehancuran itulah yang berada di bawah penghakiman Allah.1 Korintus 3:10-15, Paulus menunjukkan bahwa orang-orang yang dipanggil untuk menjadi pemimpin di jemaat, dan barangkali semua orang Kristen, bertanggung jawab terhadap Allah atas cara mereka berpartisipasi terhadap pembangunan gereja Allah, melalui kehidupan dan pekerjaan mereka. Kita dapat membangun dengan bahan yang tahan lama (emas, perak) atau dengan bahan yang kualitasnya lebih rendah (rumput kering, jerami, 1 Kor. 3:12). Penghakiman pada zaman akhir (1 Kor. 3:13), yang di sini, digambarkan sebagai siksaan api, akan menyatakan dengan bahan apakah seorang individu telah membangun. Mungkin seperti dikatakan beberapa komentator, yang dimaksudkan oleh Paulus adalah pangikut-pengikut Petrus dan Apolos. Para pengikut Petrus mungkin berusaha untuk membangun praktek hukum Yahudi mereka sendiri ke dalam struktur gereja; sedangkan para pengikut Apolos mungkin membangun dengan kebijaksanaan dan roh dunia. Bahan-bahan bangunan ini yang ditunjukkan Paulus sepanjang tulisannya sama sekali tidak berguna. Walaupun orang Kristen yang membangun dengan bahan-bahan ini masih mendapatkan keselamatan Allah, perjalanan mereka dalam penghakiman Allah menuju kekekalan akan diiringi dengan pengalaman kegagalan dan kerugian (1 Kor. 3:15).Tetapi di balik bahaya menggunakan bahan-bahan bangunan yang tidak berharga dalam pertumbuhan umat Allah, ada bahaya yang lebih besar yakni memiliki sikap dan cara hidup yang menghancurkan bangunan Allah. Jemaat Korintus berada dalam bahaya menghancurkan diri sendiri. Seperti diungkapkan oleh seluruh daftar masalah yang dibicarakan Paulus dalam surat ini, kemungkinan hancurnya gereja ini sangat nyata: kesombongan mereka sehubungan dengan imoralitas yang menyolok; digunakannya orang-orang yang tidak beriman oleh mereka untuk menyelesaikan perselisihan dalam gereja, dan partisipasi beberapa anggota tertentu secara terus menerus dalam upacara percabulan para penyembah berhala; digunakannya kebebasan dan pengetahuan Kristen sedemikian rupa sehingga orang-orang yang lemah imannya kembali jatuh ke dalam dosa dan binasa; penolakan pengajaran Paulus tentang kebangkitan tubuh dan pemberian penekanan semata-mata pada pembebasan roh, yang membuat jemaat di Korintus sama sekali mengabaikan dimensi yang konkrit dan praktis dari kehidupan dalam persekutuan dan masyarakat yang lebih luas.Menghancurkan Bait Allah ini berarti menghancurkan alternatif Allah terhadap hancurnya masyarakat manusia; ini membuat karya penebusan Allah tidak dapat dilakukan dalam masyarakat di Korintus melalui Bait-Nya di Korintus. Dengan demikian mereka yang menentang tujuan penebusan Allah dengan tingkah laku yang memecah-belah, suka bertengkar; dengan doktrin-doktrin palsu yang menolak pesan salib sebagai sesuatu yang memalukan dan bodoh; memutarbalikkan kebebasan Injil menjadi imoralitas yang tak terbatas; dengan menggantikan keselamatan oleh kasih karnia melalui iman, dengan ketergantungan pada perbuatan mereka, akan terkena kuasa Allah yang menghancurkan. Akan tetapi kehancuran mereka adalah akibat yang tak terhindarkan yang menimpa siapa saja yang menolak jalan keselamatan Allah.Dalam pengertian inilah seseorang yang membinasakan Bait Allah, termasuk dalam kelompok orang yang menurut Yesus dalam Matius 12:22-32 melakukan dosa yang tidak dapat diampuni yakni penolakan terhadap kehadiran Roh Kudus yang menebus dalam kehidupan dan pelayanan Yesus. Menolak karya Allah berarti menolak pengampunan Allah. Bagi Paulus penghancuran jalan keselamatan Allah melalui gereja di mana Roh Allah bekerja itulah yang membawa pada kehancuran. Karena menghancurkan pekerjaan Allah ini pada akhirnya berarti menolak Allah.

13. SERAHKAN KEPADA IBLIS

Orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan (1 Kor. 5:5).

Plato telah mengajarkan bahwa tubuh adalah makam dari jiwa; bahwa kematian membebaskan kita dari cengkeraman jasmani; bahwa dalam hidup ini manusia dapat melampaui segi negatif dari suatu perkara dengan pengetahuan yang lebih tinggi mengenai realitas akhirat. Berbagai kultus Hellenistik menawarkan percabulan melalui persatuan dengan dewa-dewa yang kadang-kadang dilambangkan atau dicapai melalui pelacuran. Dalam iklim filsafat agama semacam ini, pengajaran Paulus mengenai kebebasan dalam Kristus dan kehidupan di dalam Roh, khususnya di Korintus, seringkali diselewengkan menjadi imoralitas yang antusias yang menolak pembatasan moral, khususnya dalam hal jasmani. Karena berdasarkan definisi perkara jasmani ini tidak penting begitu nampaknya argumentasi mereka tidak menjadi masalah apa yang kita lakukan dengan tubuh kita. Sesungguhnya kesombongan mereka dalam hal percabulan seksual di tengah-tengah mereka menunjukkan bahwa mereka mungkin memandang hal ini sebagai bukti kesempurnaan rohani mereka. Agama mereka adalah agama kemabukan yang antusias tanpa semangat moral. Reaksi yang benar, baik terhadap masalah percabulan seksual yang tidak dapat ditolerir maupun kerohanian mereka yang mereka anggap hebat, seharusnya adalah dukacita, bukan kesombongan (1 Kor. 5:2). Dan sikap semacam ini tidak diragukan lagi akan menjauhkan pelanggar itu dari persekutuan.

Paulus menghendaki pengucilan, ini dapat dilihat bukan hanya dari 1 Korintus 5:2, melainkan juga analogi Paskah dalam1 Korintus 5:6-8 yakni: Buanglah ragi yang lama itu (1 Kor. 5:7). Hakikat dari pembuangan ini dinyatakan dalam kalimat yang membingungkan, orang itu harus kita serahkan kepada Iblis. Ada dua tujuan: agar tubuhnya binasa dan rohnya akan diselamatkan (1 Kor. 5:5). Kita harus menafsirkan ucapan orang itu harus kita serahkan kepada Iblis berdasarkan pemahaman kita yang lebih luas mengenai pandangan Paulus ini. Ciptaan baru sudah dimulai, tetapi belum sempurna; kerajaan Iblis telah ditembus, tetapi belum berakhir; zaman baru telah datang ke atas zaman sekarang yang jahat ini, tetapi belum menggantikannya. Jadi gereja merupakan tempat kehadiran Kristus dan pekerjaan-Nya yang terus berlangsung; gereja itu merupakan kumpulan dari Roh Allah. Karena itu dikucilkan berarti dipindahkan dari kerajaan Allah ke dalam kuasa kegelapan. Transaksi semacam ini dengan tepat digambarkan sebagai penyerahan kepada Iblis, yaitu ke dalam dunia, lingkup kekuasaannya yang terus berlangsung.Ungkapan sehingga binasa tubuhnya dalam bahasa Yunani yang diterjemahkan dalam Alkitab versi New International Version (NIV) dengan, sehingga sifat yang berdosa itu dihancurkan dengan tepat mengungkapkan penggunaan kata daging secara religius oleh Paulus. Dengan demikian tujuan pengucilan itu adalah penghancuran cara hidup pelanggar hukum itu. Tentu saja ia telah merasakan kasih karunia Allah, menglami kasih Kristus dalam persekutuan, menyaksikan kekuatan Roh Kudus yang mengubahkan dalam kehidupan saudara-saudaranya seiman. Jika ia dikucilkan dari lingkungan tersebut, tidakkah ia akan sadar? Apakah ia tidak akan menyadari bahwa imoralitasnya hanya akan membawa kepada kematian, tetapi penghapusan imoralitas itu akan membawa kepada kehidupan?

Hanya dalam pemahaman konsep itulah konsep kebinasaan tubuh merupakan langkah pertama yang sesuai menuju keselamatan rohnya. Dalam kalimat yang terakhir ini, kata roh menunjukkan manusia yang dilahirkan kembali oleh Roh Allah, yang hidup di dalam Roh atau meurut Roh. Dengan demikian seseorang yang sekali lagi dipindahkan dari kuasa kegelapan melalui pembinasaan tubuhnya, akan diselamatkan pada hari Tuhan. 14. SIAPA PEWARISI KERAJAAN ALLAHJanganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (1 Kor. 6:9-10).Banyak bukti sikap hidup yang tidak benar di antara jemaat Korintus ini membuat Paulus mencela semua bentuk kejahatan sebagai sesuatu yang tidak sesuai dengan Kerajaan Allah, Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? (1 Kor. 6:9). Mengapa? Karena berdasarkan definisi, Kerajaan Allah yang akan datang adalah kerajaan yang mutlak benar, karena kekuatan jahat telah dikalahkan. Dalam kerajaan semacam itu, orang-orang yang tidak benar tidak akan mendapat bagian.Dalam pembahasan 1 Korintus 5:5, Paulus bukan hanya merasa prihatin mengenai tindakan atau perbuatan percabulan tertentu yang tidak sesuai dengan status kita sebagai masyarakat yang memiliki Roh Kudus. Ia juga merasa gelisah akan pandangan agama yang mengabaikan moral dan dengan demikian mendorong, bahkan mungkin menyetujui tingkah laku yang tidak bermoral dan tidak etis. Menghadapi pendirian semacam itu, Paulus bersikap tegas, Janganlah sesat! (1 Kor. 6:9). Jemaat di Korintus menipu diri mereka sendiri dengan meyakini bahwa tuntutan moral dari Allah tidak perlu ditanggapi secara serius. Tetapi menolak perintah Allah dalam hal moral berarti menolak keanggotaan dalam Kerajaan Allah (1 Kor. 6:9-10).Setelah membuka masalahnya dengan jelas sehingga tidak mungkin timbul kesalahpahaman mengenai tujuan dan kehidupan iman Kristen yang mulia, Paulus kemudian mengingatkan mereka akan campur tangan Allah yang mengubah kehidupan mereka yang dulu tidak benar. Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu (1 Kor. 6:11). Paulus telah membangun gereja itu beberapa tahun sebelumnya, dan wajah orang-orang yang bertobat itu, termasuk kehidupan yang mereka jalani dulu, mungkin terlintas dalam pikirannya sementara ia menuliskan daftar perbuatan-perbuatan jahat yang tidak sesuai dengan Kerajaan Allah. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah (1 Kor. 6:11).

Atas dasar tindakan Allah dan jawaban iman mereka di masa lau, Paulus dapat mengatakan bahwa mereka tidak beragi, bebas dari kejahatan, dalam analog terhadap adonan Paskah. Tetapi atas dasar kenyataan sekarang, yang dinodai oleh tindakan dan gaya hidup yang tidak benar, ia menasihati mereka untuk menjauhkan dari persekutuan dan kehidupan pribadi mereka, ragi keburukan dan kejahatan (1 Kor. 5:8), untuk menjauhkan diri dari percabulan, dan untuk memuliakan Allah dengan tubuh mereka (1 Kor. 6:20). Bagaimana hal ini mungkin terjadi? Ini mungkin karena tubuh mereka adalah Bait Roh Kudus yang secara terus menerus dapat mengubah mereka untuk lebih sesuai dengan gambaran Pencipta mereka.

Siapakah pewaris Kerajaan Allah? Semua orang yang hidupnya telah dicemari oleh satu atau lebih dosa dalam daftar yang telah Paulus tuliskan di atas, yang hidupnya tercemar itu telah disembuhkan dan disucikan oleh kasih karunia Allah, dan yang menolak godaan dosa yang terus menerus, dan berjalan dalam kekuatan Roh menuju Kerajaan Allah yang akan datang.

15. APAKAH BAIK UNTUK MENIKAH

Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin (1 Kor. 7:1).

Kalimat, Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin tidak selalu atau secara logis membawa kita pada kesimpulan, tidak baik bagi laki-laki untuk kawin. Paulus menyatakan kebaikan dari hidup tanpa menikah/selibat, tetapi ia tidak merendahkan pernikahan dan seks dalam pernikahan itu. Hal ini terlihat dalam ayat-ayat berikutnya, di mana dengan tegas ia menjelaskan pernyataan, adalah baik untuk tidak kawin, dan meninggikan tujuan pernikahan.1 Korintus 7:2-7, ia menyatakan satu dari tujuan yang baik ini, tetapi mengingat bahaya percabulan, secara normal manusia harus menikah. Keyakinan ini didasarkan pada pandangan Paulus tentang rancangan dan tatanan ciptaan, menurut Kejadian 1-2. Allah menciptakan manusia sebagai laki-laki dan perempuan Kej. 1:26-27), satu untuk yang lainnya, untuk saling melengkapi. Kesendirian itu tidak baik. Allah menciptakan perempuan sepadan dengan dia (Kej. 2:18). Karena itulah laki-laki dan perempuan dipersatukan dalam perjanjian nikah dan menjadi satu daging (Kej. 2:24).Paulus mengenali konteks yang diciptakan dan ditahbiskan secara ilahi untuk keintiman manusia dan pengungkapan gairah seksual ini. Dalam percabulan yang meluas (seks di luar nikah) dalam masyarakat Korintus dan bahkan dalam jemaat, Paulus menegaskan bahwa salah satu tujuan pernikahan adalah pengungkapan yang sah dari dorongan yang diberikan Allah menuju persatuan fisik. Seks dalam pernikahan tidak boleh ditolak. Saling menjauhi hanya dapat dilakukan dengan persetujuan bersama dan untuk sementara waktu (1 Kor. 7:5), bukan karena seks itu tidak berharga atau merugikan. Seksualitas yang diberikan Allah merupakan dorongan yang kuat. Jika seksualitas itu tidak diberi kesempatan untuk pelepasan yang sewajarnya, timbul bahaya terjadinya percabulan (1 Kor. 7:5).Pilihan Paulus terhadap hidup dan harapannya agar orang lain mengikuti teladannya disasarkan dengan kokoh pada harapan jemaat yang mula-mula yaitu agar pemerintahan Allah yang telah memasuki zaman ini melalui kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus akan segera terwujud, bahkan mungkin waktu mereka masih hidup (1 Kor. 7:26, mengingat waktu darurat sekarang (1 Kor. 7:29), waktu telah singkat (1 Kor. 7:31), sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu. Karena waktu yang singkat ini, Paulus mengharapkan agar orang Kristen yang memiliki kesempatan karena mereka tidak atau belum menikah melibatkan diri dalam pekerjaan Tuhan, menyebarkan Injil (1 Kor. 7:32,35). Kepentingan eskatologis ini membantu menjelaskan komitmen Paulus yang penuh semangat mengenai nilai selibat, dan pada saat yang bersamaan menentang keras jemaat Korintus yang menghindari kesenangan jasmani atas nama pernikahan dan pengungkapan keintiman seksual yang diinginkan Allah di dalam pernikahan itu.

16. BUKAN AKU, TETAPI TUHAN

Kepada orang-orang yang telah kawin aku (tidak, bukan aku, tetapi Tuhan)..Kepada orang-orang lain (aku bukan Tuhan), katakana (1 Kor. 7:10,12).Dalam pasal 7, Paulus seringkali mengambil peran pastoral, memberikan nasihat dan bimbingan. Ia menyatakan keinginannya agar semua orang seperti dia (ayat 7). Ia memberikan pilihan di hadapan mereka dan memangggil mereka untuk membuat pilihan-pilihan yang bertanggung jawab. Ia memberikan perintah untuk melakukan serangkaian tindakan karena perhatiannya kepada mereka. Pada saat Paulus berbicara dengan nada ini, jelas bahwa ia tidak menuntut ketaatan; tetapi ia juga menjelaskan bahwa ia tidak sekadar mengungkapkan pendapat manusia yang netral. Pendapatnya itu dilatarbelakangi oleh Roh Allah, dan ia benar-benar menginginkan mereka untuk mengetahui bahwa ia dapat dipercayai sebagai sesorang yang dibimbing rahmat Allah.

Perintah yang mengikuti kalimat, Aku, bukan Tuhan, katakan jelas merupakan sebuah penerapan (dalam situasi baru) dari perintah yang mengikuti kalimat Aku tidak, bukan aku, tetapi Tuhan perintahkan. Perbedaan yang dilakukan Paulus hanyalah: Dalam hal perceraian dan pernikahan kembali, Paulus mendapatkan perintah langsung dari Tuhan. Tidak dapat diragukan bahwa perintahnya dalam 1 Korintus 7:10-11 didasarkan pada pengajaran Yesus bagi kita dalam Markus 19:2-12. Tetapi dalam hal apa yang harus dilakukan jika seorang beriman menikah dengan orang yang tidak beriman, Paulus tidak mendapatkan pengajaran langsung dari Yesus. Yesus tidak membicarakan masalah tersebut selama pelayanan-Nya. Jadi setelah menyebutkan pengajaran Yesus secara langsung mengenai kekudusan dan kekekalan pernikahan seperti yang dikehendaki sang Pencipta, Paulus melanjutkan dengan menerapkan implikasi tujuan ilahi tersebut pada situasi pernikahan yang kompleks antara orang beriman dan orang yang tidak beriman (setelah ia menyatakan bahwa ia tidak mendapatkan perintah langsung lainnya dari Allah). Arah dari bacaan ini menyulitkan, atau membuat kita tidak mungkin mengasumsikan bahwa kata-kata Paulus itu dimaksudkan untuk menyampaikan kekuasaan yang lebih rendah.

17. TINGGAL DALAM KEADAAN YANG SAMA

Baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah (1 Kor. 7:20).Paulus menetapkan suatu peraturan, baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil Allah (1 Kor. 7:20), dan menerapkannya bagi para budak. Paulus tidak begitu saja mengambil situasi yang hipotesis, karena gereja pada masa itu menggunakan banyak orang dari masyarakat kelas bawah (lih. 1 Kor. 1:26-27). Karena itu Paulus berbicara kepada individu dalam jemaat yang sebagian besar adalah para budak zaman itu, apakah engkau hamba ketika engkau dipanggil? (ketika menjadi orang Kristen). Kalimat selanjutnya, itu tidak apa-apa, menegaskan bahwa keaslian dari kehidupan dan status baru orang tersebut sebagai orang-orang yang dibebaskan Tuhan (1 Kor. 7:21-22) tidak dapat diremehkan dan direndahkan oleh keadaan lahir seperti status sosial.Seperti pada penerapan norma sebelumnya (tinggallah dalam keadaan seperti waktu kamu dipanggil), Paulus dengan segera mengijinkan untuk melanggar sebuah norma; sebenarnya, kelihatannya ia mendorong hal itu, tetapi jikalau engkau mendapat kesempatan untuk dibebaskan, pergunakanlah kesempatan itu (ayat 21). Seperti ditunjukkan oleh catatan kaki dalam beberapa terjemahan kontemporer, kita dapat menterjemahkan bahasa Yunani dari ayat 21 dengan, tetapi hiduplah dalam keadaanmu yang sekarang, yang berarti bahwa budak itu tidak seharusnya memanfaatkan kesempatan itu, melainkan hidup sebagai orang yang diubahkan dalam perbudakan yang terus berlangsung.Perhatikan tiga lingkup hubungan yang dbicarakan dalam 1 Korintus 7 yakni laki-laki, perempuan, Yahudi, kafir (Yunani), dan budak yang merdeka, disatukan dalam pemahaman Paulus yang mendalam mengenai realitas hidup di dalam Kristus yang mengubah manusia (Gal. 3:28). Sebagai seorang rabi, Paulus mengucapkan syukur setiap hari, sebagai bagian dari delapan belas doa syukur kepada Tuhan, bahwa ia tidak dilahirkan sebagai seorang kafir, budak atau perempuan. Pengalamannya berjumpa dengan Kristuslah yang membuatnya tahu bahwa perbedaan antara yang lebih tinggi dan lebih rendah ini dihapuskan dalam tatanan baru yang dimulai di dalam Kristus. 18. BERLAKU SEOLAH-OLAH TIDAK BERISTRI

Saudara-saudara, inilah yang kumaksudkan, yaitu: waktu telah singkat! Karena itu dalam waktu yang masih sisa ini orang-orang yang beristri harus berlaku seolah-olah mereka tidak beristri (1 Kor. 7:29).

Kepercayaan terhadap hakikat masa sekarang yang penuh transisi ini menentukan pemikiran Paulus tentang berbagai bidang kehidupan dalam 1 Korintus 7:29-31. Orang Kristen adalah ciptaan baru (2 Kor. 5:17), dan walaupun mereka masih hidup di dunia, mereka bukan lagi milik dunia ini melainkan sudah menjadi bagian dari tatanan yang baru. Karena itu, mulai sekarang orang-orang yang beristri harus berlaku seolah-olah mereka tidak beristri. Pernyataan ini diikuti oleh, seolah-olah lainnya, yang mewakili berbagai bidang kehidupan, kerja, dan hubungan. Pokok masalah yang dbicarakan Paulus secara singkat hanyalah, semua kehidupan harus dijalani dengan cara yang baru, karena orang Kristen merupakan ciptaan yang baru dan dengan demikian tatanan yang lama tidak lagi menentukan.Berlawanan dengan orang-orang yang tinggi rohani di Korintus yang ingin menolak pernikahan, Paulus menyetujuinya, tetapi nilai dan prioritas dari orang-orang yang hidup dalam lembaga ini dan lembaga-lembaga manusia lainnya haruslah nilai Kerajaan Allah. Ada kesetiaan yang lebih tinggi satu kepada yang lainnya dalam perjanjian nikah. Struktrur dan pengharapan umum yang merupakan bagian dari tatanan yang sekarang seperti penggunaan kekuasaan dan status untuk menundukkan orang lain, baik dalam pernikahan maupun tatanan sosial lainnya seperti perbudakan tidak lagi benar dan menentukan. Orang Kristen adalah anggota tatanan yang baru walaupun mereka masih hidup pada hari-hari terakhir tatanan yang lama. Karena mereka harus hidup seolah-olah tatanan yang baru itu telah tiba. Dan dalam tatanan yang baru itu, lembaga-lembaga yang ditahbiskan secara ilahi seperti pernikahan pun akan diubah secara radikal.

19. BANYAK TUHAN DAN ALLAH

Sebab sungguhpun ada apa yang disebut allah, baik di sorga maupun di bumi - dan memang benar ada banyak allah dan banyak tuhan yang demikian, namun bagi kita hanya ada satu Allah saja (1 Kor. 8:5-6).

Pengakuan Paulus bahwa tindakan, pemikiran dan kebiasaan manusia seringkali dibentuk dan ditentukan oleh realitas yang dirasakan daripada realitas yang sebenarnya, oleh takhayul yang diciptakan manusia dan bukannya wahyu ilahi. Pengakuan inilah yang ada di balik kata-kata apa yang disebut allah dan allah-allah dan tuhan-tuhan.Walaupun Paulus mengakui kenyataan yang tersebar luas dalam dunia berhala ini, ia dengan tegas menjelaskan dengan menyatakan bahwa dewa-dewa ini hanya sebutan saja. Dengan kata lain, sebesar atau sekecil apapun realitas yang melekat pada patung-patung berhala ini, yang dimaksudkan oleh orang Kristen jika mereka berbicara tentang Allah Israel dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, tidak dapat digunakan untuk patung-patung berhala ini.Setelah menyatakan bahwa patung-patung berhala yang menyangkut bumi dan sorga itu didiami oleh banyak dewa, dan menegaskannya sebagai apa yang disebut allah (1 Kor. 8:5), Paulus melanjutkan dengan menyatakan bahwa walaupun pemujaan kepada berhala tidak dapat disebut Allah, ada realitas yang mengungkapkan kesetiaan kepada berhala dan mendominasi hidup mereka. Pernyataan, memang benar ada banyak allah dan banyak tuhan (1 Kor. 8:5) dapat ditafsirkan sebagai pernyataan lebih lanjut mengenai ciri kepalsuan dari semua makhluk yang oleh para penyembah berhala didefinisikan sebagai allah-allah dan tuhan-tuhan. Penafsiran tersebut nampaknya ditegaskan oleh kalimat berikutnya (ayat 6) di mana pernyataan namun bagi kita hanya ada satu Allah saja dan satu Tuhan saja, menggambarkan pernyataan balasan dari orang Kristen.

Tiada mengabaikan pandangan di atas, mungkin juga dalam kalimat, memang benar ada banyak tuhan, kita melihat refleksi pandangan orang Yahudi dan orang Kristen zaman dahulu yang menganggap bumi dipenuhi oleh kekuatan di luar bumi (bukan ilahi), para malaikat dan Iblis yang menentang tujuan Allah, memperbudak manusia dan membawa mereka kepada penyembahan berhala. 20. MENJADI KEPALA?

Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan kepala dari Kristus ialah Allah (1 Kor. 11:3).

Bila para pembaca dari tuisan Paulus yang berbahasa Yunani tidak memahami konsep menjadi kepala dalam kata kephale, melainkan gagasan sumber asal, apa artinya itu bagi mereka, dan bagaimana pengertian dalam 1 Korintus 11:3 itu memberikan landasan bagi nasihat-nasihat Paulus mengenai panjang rambut yang sesuai dan kesopanan dalam ibadah jemaat? Cyril dari Alexandria, seorang pemimpin gereja pada abad ke 4, memberikan komentar pada teks ini sebagai berikut: Jadi kita mengatakan bahwa kephale dari setiap orang adalah Kristus, karena manusia itu diciptakan melalui Kristus. Dan kephale dari setiap perempuan adalah laki-laki, karena perempuan itu diambil dari tulang rusuk lak-laki. Demikian pula kephale dari Kristus adalah Allah, karena Kristus secara alamiah berasal dari Allah.

Dalam kalimat, Dan kepala perempuan ialah laki-laki (atau laki-laki adalah sumber kehidupan perempuan). Menurut Kejadian 2:21-23 Adam adalah asal usul keberadaan Hawa. Dan teks Perjanjian Lama inilah yang dipikirkan oleh Paulus. Kata sumber yang merupakan pengertian yang sesuai untuk kephale dalam 1 Korintus 11:3, ditegaskan oleh bahasa sumber Paulus dengan mengacu kepada Kejadian 2.

Berdasarkan data yang didiskusikan di atas, nampaknya 1 Korintus 11:3 paling tepat diterjemahkan sebagai berikut: Aku ingin kamu mengerti bahwa Kristus adalah sumber keberadaan laki-laki, laki-laki adalah sumber keberadaan perempuan; dan Allah adalah sumber keberadaan Kristus.

21. KEMULIAAN LAKI-LAKI

Sebab laki-laki tidak perlu menudungi kepalanya: ia menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah; tetapi perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki (1 Kor. 11:7).

Jika seorang laki-laki memakai tudung kepala pada kepalanya, seolah-olah ia mempunyai rambut panjang; dan rambut panjang pada laki-laki bertentangan dengan alam (1 Kor. 11:4). Bagi Paulus, seperti dalam filsafat Yunani kebiasaan-kebiasaan dalam budaya dipandang sebagai perluasan dari hukum alam (dan bagi Paulus, secara lebih khusus ini merupakan perluasan dari tatanan penciptaan Allah). Karena itu memakai tudung kepala bertentangan dengan tujuan Allah. Ini merendahkan rancangan Allah dan dengan demikian menghina Allah dan juga manusia. Rambut perempuan yang panjang yang juga dirancang secara alamiah yakni oleh Allah, merupakan kehormatan/kemuliaannya (1 Kor. 11:15). Membiarkannya terbuka sama artinya dengan memotongnya. Hal ini memalukan perempuan, karena dirinya direndahkan. Dan ini juga dapat memalukan kepalanya, yakni suaminya, karena muncul dalam ibadah tanpa memakai tudung kepala membuat suaminya dicela oleh masyarakat (khususnya jika benar bahwa para pelacur dan orang-orang tidak bermoral lainnya di Korintus sering lalu lalang dalam masyarakat tanpa memakai tudung kepala, seperti diungkapkan beberapa komentator).Gagasan yang kompleks inilah yang nampaknya mendasari bahasa dan gagasan yang dikemukakan dalam 1 Korintus 11:7. Karena laki-aki adalah hasil ciptaan Allah (Kej. 1:26; 2:7) dan berasal dari Kristus (1 Kor. 11:3), yang merupakan gambar dan kemuliaan Allah, maka ia menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah (1 Kor. 11:7). Dan karena perempuan berasal dari laki-laki maka ia menyinarkan kemuliaan laki-laki.

Dalam konteks di mana norma-norma dan kebiasaan budaya-agama untuk pakaian dan rambut yang pantas sedikit banyak dianggap mencerminkan tatanan alam (1 Kor. 11:14-15), penolakan kebiasaan-kebiasaan tersebut dalam ibadah di gereja Korintus meremehkan tujuan ibadah itu. Seorang laki-laki yang kepalanya bertudung atau seorang perempuan yang kepalanya tidak bertudung akan menimbulkan malu dan bukan kemuliaan.22. KARENA PARA MALAIKAT

Sebab itu, perempuan harus memakai tanda wibawa di kepalanya oleh karena para malaikat (1 Kor. 11:10).

Dari tafsiran yang agak umum yang dibahas di atas, teks ini perlu dibaca secara lebih hurufiah. Teks ini berbunyi, Perempuan harus memakai exousia (kekuasaan, hak, wibawa) pada kepalanya. Dengan memilih kata exousia dan bukan tudung kepala, nampaknya Paulus ingin mengatakan bahwa dengan memakai tudung kepala dan dengan menyesuaikan penampilan luarnya dengan alam/adat perempuan memiliki wibawa.Arti tudung kepala itu juga menggambarkan hak yang diberikan Allah kepadanya untuk membawa kemuliaan bagi Allah melalui doa dan nubuat, sebuah karunia Roh yang melampaui batasan agama dan budaya yang sebelumnya harus dialami perempuan dalam ibadah jemaat.

Dengan menghubungkan konsep yang sama ini dengan tudung kepala perempuan, pada saat yang bersamaan ia menegaskan perlunya pembatasan dalam kaitan dengan hal-hal jasmani dan hak (kekuasaan) untuk berpartisipasi dalam hal-hal penting yakni ungkapan hubungannya secara langsung dengan Allah dalam doa dan pelaksanaan karunia nubuat demi pembangunan jemaat dan kemuliaan Allah.

23. MENGAKUI TUBUH TUHAN

Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya (1 Kor. 11:29).

Paulus dalam konteks dan pemahaman arti agape, inilah nasihat untuk menguji diri sendiri (1 Kor. 11:28) dan mengakui tubuh Tuhan dengan benar (1 Kor. 11:29) harus dipahami. Jemaat Korintus harus menguji dirinya sehubungan dengan motivasi mereka dalam mengambil bagian dalam perjamuan itu.

Dari naskah Yunani yang paling kuno dan paling baik, tidak menggunakan kata Tuhan dalam ayat ini. Karena itu mungkin saja surat Paulus yang asli berbunyi, mengakui tubuh. Tetapi yang manapun yang benar, konteks bacaan menunjukkan bahwa Paulus berbicara tentang sebuah realitas yang dalam bacaan-bacaan lain disebutkan sebagai tubuh atau satu tubuh atau tubuh Kristus (lihat 1 Kor. 10:17, Ef. 2:16, Kol. 1:18). Tidak mengenal tubuh (atau tubuh Tuhan) berarti secara fundamental tidak memahami hakikat masyarakat Kristen dan melakukan tindakan-tindakan yang merusak semangat, kehidupan dan kesaksiannya. Sikap inilah yang akan mendapat hukuman Allah, karena menyakiti tubuh Kristus berarti menentang tujuan Allah, yang mana demi tujuan ini tubuh Tuhan hancur dan darah-Nya tercurah. 24. APAKAH KITA SEMUA HARUS BERKATA-KATA DENGAN BAHASA ROH?

Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih daripada itu, supaya kamu bernubuat (1 Kor. 14:5).

Konteks dalam ibadah jemaat, bahasa roh dapat bermanfaat jika dijelaskan melalui penafsiran (1 Kor. 14:5) sehingga orang lain dapat dibangun (1 Kor. 14:16-17).Sebab bahasa roh itu dikenal sebagai karnia Roh dan diberikan oleh Roh Allah, Paulus dapat mengatakan, Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh. Ini akan merupakan bukti bahwa Roh bekerja di dalam diri mereka. Walaupun demikian prinsip pelaksanaannya (yakni demi kebaikan orang lain), membawanya tanpa syarat kepada pilihan terhadap pemberitaan nubuat, Tetapi dalam pertemuan jemaat aku lebh suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh (1 Kor. 14:19).Tafsiran ini membawa kita pada ringkasan kesimpulan sebagai berikut: Tidak satupun karunia Roh bersifat mutlak; hanya kasih yang mutlak. Karena itu memiliki atau menggunakan karunia yang manapun bukan merupakan tanda kedewasaan rohani. Seorang yang beriman harus terbuka terhadap karunia Roh dan jika mereka menerimanya, mereka harus menggunakannya dengan rasa syukur dan rendah hati. Setiap pencarian karunia tertentu secara sungguh-sungguh harus dipimpin oleh keinginan untuk melibatkan diri untuk membangun jemaat sehingga seluruh orang percaya benar-benar dapat menjadi alternatif ilahi bagi masyarakat manusia yang sudah rusak.25. BERDIAM DIRI DALAM PERTEMUAN-PERTEMUAN JEMAATSama seperti dalam semua Jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Jemaat (1 Kor. 14:33-34).

Beberapa orang melihat bahwa pernyataan Paulus (seperti dikatakan hukum Taurat) mengacu kepada norma-norma Yahudai dan kafir yang membatasi partisipasi perempuan dalam jemaat, dan pembatasan ini terjadi dalam konteks budaya di mana laki-laki dominan. Tetapi Paulus menggunakan kata tunduk tanpa mengatakankepada siapa. Dengan demikian dugaan bahwa hal ini berarti laki-laki/suami mungkin tidak benar. Paulus lebih mungkin kembali kepada pernyataan bahwa karunia nabi takluk kepada nabi-nabi (1 Kor. 14:32). Pertanyaan tunduk kepada siapa atau apa? kemudian akan terjawab dalam konteksnya: nabi lain, atau prinsip tatanan yang berasal dari Allah (1 Kor. 14:33).

Selama perempuan-perempuan di Korintus dan di jemaat manapun menggunakan karunia mereka bertentangan dengan tujuan Allah, perintah untuk berdiam diri merupakan kata yang tepat dan berkuasa. Prinsip yang mendasari perintah ini memiliki kuasa atas laki-laki maupun perempuan di semua jemaat.

26. BAPTISAN UNTUK ORANG MATI

Jika tidak demikian apakah faedahnya perbuatan orang-orang yang dibaptis bagi orang mati? Kalau orang mati sama sekali tidak dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis bagi orang-orang yang telah meninggal (1 Kor. 15:29).

Ulasan baptisan bagi orang mati merupakan sesuatu yang unik dalam Perjanjian Baru. Penyebutannya di sini menunjukkan bahwa baptisan ini dipraktekkan oleh beberapa orang Kristen di Korintus. Tidak disebutkannya hal ini dalam teks-teks Perjanjian Baru lainnya, barangkali menunjukkan bahwa ini bukan kebiasaan yang umum. Kebiasaan yang memiliki beberapa persamaan dengannya muncul dalam kelompok-kelompok sesat abad ke 2 dan ke 3 dan mungkin merupakan perkembangan dari kebiasaan yang disebutkan oleh Paulus. Tetapi kebiasaan tersebut tidak bermanfaat untuk menentukan apa yang diinginkan orang-orang beriman di Korintus dengan upacara ini.Sedikitnya bukti telah menimbulkan banyak penafsiran, yang beberapa di antaranya aneh dan sangat spekulatif (misalnya, kebiasaan ini adalah pelaksanaan baptisan di kubur orang mati). Walaupun demikian pembahasan teks secara jelas barangkali akan memberi kita dua kemungkinan saja:a) Beberapa orang Kristen di Korintus menjalankan upacara ini bagi keluarga atau teman-teman yang sudah meninggal.

b) Upacara ini dilakukan untuk orang Kristen yang sudah meninggal sebelum baptisan itu dilaksanakan. Kemungkinan yang kedua ini tentunya sesuai dengan suatu masa dalam sejarah gereja di mana seseorang yang mengakui iman kepada Kristus menjalani masa percobaan selama setahun sebelum mereka dibaptiskan dan menjadi anggota penuh dari persekutuan Kristen.

Baptisan bagi mereka akan merupakan demonstrasi yang nyata bahwa orang yang sudah meninggal telah mengambil baptisan dalam kematian Kristus yang menebus, dan karena itu akan dibangkitkan oleh Allah. Orang-orang yang menjalani upacara bagi orang mati pasti memegang keyakinan bahwa melalui tindakan ini kebangkitan mereka akan terjamin.

Baptisan bagi orang mati (tetapi belum dibaptis) dapat dimengerti sebagai perayaan dan tanda yang nyata bahwa orang-orang yang sudah mati ini melalui iman mereka telah mengambil bagian dalam kematian Kristus yang menebus, dan karena itu akan mengambil bagian juga dalam kebangkitan. Dalam pengertian ini kebiasaan tersebut pasti tidak melanggar pemahaman Paulus sendiri mengenai arti baptisan dan ia mungkin tidak akan menolak kebiasaan itu.

Tetapi jika baptisan tersebut dilakukan bagi orang yang tidak beriman, maka mereka yang melakukan baptisan ini pasti memiliki pandangan tentang hakikat dan keefektifan baptisan yang lain dengan pandangan Paulus. Pandangan semacam ini (sakramental/magis) menganggap baptisan itu sebagai sesuatu yang sangat efektif sehingga manfaatnya akan bertambah untuk yang dibaptis itu. Orang yang mati itu akan dianggap termasuk dalam lingkup iman yang menyelamatkan dari orang-orang yang melaksanakan upacara itu.

27. SELUBUNG ATAS PIKIRAN MEREKA

Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca Peranjian Lama itu tanpa disingkapkan (2 Kor. 3:14).Pertanggungjawaban secara perorangan dan bersama merupakan suatu tindakan iman di hadapan Allah dan terpancar sesuai pemahaman Kitab Suci Ibrani dalam bahasa Yunani. Itu terdapat pada kitab Yesaya 6:10: Buatlah hati bangsa ini keras diterjemahkan, Hati bangsa ini telah menjadi keras, mereka hampir tidak mendengarkan dengan telinga mereka, dan mereka telah menutup mata mereka. Maksud tulisan ini ialah ketidaktaatan Israel menyebabkan kurangnya pemahaman dan pengertian mereka dengan benar.Dasar kebenaran Perjanjian Lama inilah yang diwujudkan dalam pernyataan Paulus, pikiran mereka telah menjadi tumpul. Dan penolakan terhadap Mesias ini menunjukkan bahwa sampai pada hari ini pemberontakan mereka terhadap Allah terus berlangsung. Itulah selubung yang masih ada. Kapan saja mereka membaca kitab Musa, selubung itu tetap ada. Seperti yang diungkapkan oleh Paulus, tentang hukum Taurat hanya dapat menyatakan dosa manusia, tetapi tidak dapat menyelamatkan (Rm. 3:20).28. YANG LAMA SUDAH BERLALU

Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang (2 Kor. 5:17).

Paulus berpendapat, keadaan pada akhir zaman telah datang ke dalam dunia yang rusak. Dunia ini adalah dunia yang baru sepanjang ia telah bertemu Pencipta di dalam Kristus. Manusia dalam Kristus merupakan sebagian dari manusia baru, yang diciptakan di dalam Kristus untuk menjalani hidup yang baru. Manusia baru di dalam Kristus berdiri di hadapan Pencipta dengan kebebasan sepenuhnya. Mereka telah dibebaskan dari ikatan kejatuhan manusia untuk mengambil keputusan untuk setia kepada-Nya. Mereka hidup dengan kemungkinan untuk tergantung kepada-Nya. Mereka dapat hidup percaya kepada Allah atau bersembunyi dari-Nya.

Menurut Paulus yang lama sudah berlalu ialah keadaan terpisah dari Tuhan dan ikatan dari dosa. Yang baru sudah datang ialah hubungan kita dengan Tuhan di dalam Kristus, sesuatu hubungan yang memberi otoritas kepada kita untuk melewati kehidupan didalam dunia ini kita dapat mampu melawan dosa. Memperoleh kehidupan yang baru bukan berarti sudah sempurna atau tidak bercacat cela atau bebas dari kemarahan atau rasa sakit, atau dijauhkan dari kehidupan yang susah. Namun, kita menjadi ciptaan yang baru artinya seluruh kehidupan yang kita jalani semuanya akan berpusat kepada Bapa di Sorga, yang selalu memberikan anugerah-Nya kepada kita dengan limpahnya dalam Kristus Yesus Tuhan kita.

29. PASANGAN YANG TIDAK SEIMBANG

Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak percaya (2 Kor. 6:14).

Semua tulisan dari 2 Korintus 6:14 dan selanjutnya perwujudan kepada klimaksnya di dalam pemahaman ini. menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak percaya. Maksutnya ialah orang Kristiani harus berada di dalam proses menuju kesucian. Konsep kesucian ini yang diterapkan pada Bait Allah maupun umat Allah, didasarkan pada Perjanjian Lama. Kata bahasa Yunaninya, yang berarti terpisah selalu memiliki arti ganda: terpisah dari yang jahat dan mengabdi kepada pelayanan Allah. Keterpisahan dari yang jahat ditunjukkan melalui cara hidup yang berbeda yang membuktikan tingkah laku moral yang mulia. Pengabdian kepada Allah ditunjukkan melalui penolakan terhadap semua yang berhubungan dengan penyembahan berhala (1 Kor. 10:14, 2 Kor. 6:16), baik dalam bentuk yang kuno atau modern.

Wujud usahanya untuk taat dan setia terhadap hakikat panggilan Paulus yang bersifat radikal mengenai kekudusan, tindakan-tindakan perlawanan di dalam sejarah gereja selalu ditafsirkan suatu panggilan itu sebagai hubungan baik secara batiniah maupun secara lahiriah. Fokus semacam ini sering mengabaikan apa yang nampaknya menjadi inti keprihatinan Paulus, yakni ketika hidup di dunia dan dalam hubungan dengan orang yang tidak beriman, orang Kristen tidak memiliki persamaan dengan kegelapan, kejahatan, ketidakbenaran dan kebejatan yang menuntut kesetiaan dari orang-orang yang belum diperdamaikan dengan Tuhan.

Yang di maksud dengan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak percaya yaitu menjadi satu hati dan satu pikiran dengan mereka, berkompromi dengan nilai-nilai mereka, tergoda oleh komitmen mereka terhadap berbagai allah-allah lain dan tuhan-tuhan lain serta beradaptasi dengan prinsip yang menolak kebenaran hakiki dan kebenaran moral. Seyogianya orang Kristen itu harus selalu hidup menjadi anak-anak terang, dan menghasilkan perbuatan-perbuatan yang baik yaitu kebaikan, kebenaran dan keadilan untuk kemuliaan Tuhan. (Ef. 5:8-9).

30. LAWAN YANG TERKUTUK

Jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu Injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia (Gal. 1:9).

Injil Kristus yang adalah kebenaran dan kekuatan Allah seringkali mendapat penolakan yang keras dari kelompok orang-orang Yahudi yaitu, orang Kristen Yahudi yang menuntut agar orang Kristen kafir mentaati hukum Musa, termasuk ketaatan kepada ritual-ritual agamawi antaralain hari-hari khusus, makanan yang halal dan sunat. Orang-orang yang menanggapi pengajaran mereka itu, yang disesatkan dari kebenaran, yang sekarang berusaha mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat, telah lepas dari Kristus dan hidup di luar kasih karunia (Gal. 5:4).

Menurut Paulus masalah yang terjadi antara Injil yang dibritakannya dengan ajaran Yahudi merupakan pergumulan antara hidup dan mati. Karena kepatuhan kepada hukum Taurat dan kehidupan di hadapan Allah yang didasarkan pada prestasi rohani, tidak membawa kepada hubungan yang benar dengan Allah; karena kehidupan semacam itu tidak membawa kepada hubungan yang memberi kehidupan dengan Allah, melainkan keterpisahan daripada-Nya, penolakan kasih karunia-Nya, kehidupan yang terikat oleh hukum Taurat, kutukan kematian dan kebinasaan.

Ada segelintir orang yang mewartakan hal ini ialah saudara-saudara palsu yang menentang kebenaran Injil, mengacaukan orang-orang beriman, memutarbalikkan Injil Kristus, mempesona orang-orang suci. Karena itu biarlah orang yang melakukan hal ini terkutuk untuk selamanya (Gal. 1:8-9). Dengan demikian kepada mereka yang melakukan dan mengajarkan hal ini, penghakiman Allah akan segera datang dan digenapi dengan adil kepda mereka.

31. KRISTUS YANG TIDAK BERGUNA

Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu (Gal. 5:2).

Pengertian tentang keselamatan dari Allah berlawanan dengan prinsip kelompok Yahudi, yang menyebabkan pernyataan Paulus bahwa ketaatan terhadap sunat (sebagai sarana menuju pembenaran di hadapan Allah), berarti bahwa Kristus sama sekali tidak berguna bagi mereka (Gal. 5:2). Kalimat ini menafsirkan maksud Paulus sesuai dengan pernyataan yang paralel yang diucapkannya dalam Galatia 2:21: Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus.Maksut Paulus tentu saja adalah bahwa sunat yang bagi Paulus merupakan jalan pintas untuk kehidupan yang dijalani sesuai dengan hukum Musa yang dipahami dan dilakukan sebagai sarana untuk mendapatkan pembenaran, tidak termasuk dalam kasih karunia Allah. Sebenarnya sunat merupakan pernyataan bahwa seseorang dapat mencapai pembenaran melalui usaha pribadi; dan dengan demikian meniadakan perlunya penebusan.

Terhadap orang-orang yang memilih jalan itu, Kristus tidak akan berguna, karena usaha untuk dibenarkan oleh hukum Taurat akan menimbulkan keterasingan dari Kristus dan keterpisahan dari kasih karunia. Jika kita hidup menurut hukum Taurat, Kristus dan karya penebusan-Nya tidak bernilai bagi kita. Tetapi jika kita di dalam Kristus, hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih (Gal. 5:6). Itulah sebabnya kita harus hidup sungguh-sungguh beriman dan mengamalkan akan seluruh karya kasih karunia Kristus Tuhan kita.32. ISRAEL MILIK ALLAH

Dan semua orang yang memberi dirinya dipimpin oleh patokan ini, turunlah kiranya damai sejahtera dan rahmat atas mereka dan atas Israel milik Allah (Gal. 6:16).

Topangan untuk penafsiran semacam ini berasal dari fakta bahwa urutan yang normal dari doa dan salam Paulus adalah kasih karunia dan damai sejahtera (atau rahmat dan damai sejahtera), sedangkan dalam Galatia 6:16, urutannya adalah: damai sejahtera dan rahmat. Menurut Paulus karena rahmat Allahlah yang menimbulkan damai sejahtera (dengan Allah, diri sendiri, dan orang lain), maka konsekuensi logisnya akan menetapkan damai sejahtera untuk orang-orang yang sudah berada di dalam Kristus, dan rahmat untuk mereka yang belum. Ini mungkin terjadi, dengan syarat bahwa salam dan doa tidak selalu merupakan rumusan yang logis.Penafsiran apapun yang kita peroleh, ada satu fakta yang jelas yaitu secara keseluruhan Paulus memandang gereja, persekutuan umat Allah, sebagai masyarakat perjanjian yang baru di mana orang Yahudi dan Yunani, orang Israel dan kafir, menjadi satu bangsa yang baru. Dan umat inilah yang menjadi pemenuhan janji Allah kepada Abraham pada awal sejarah penebusan, Olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat (Kej. 12:3, Gal. 3:29). Arti ungkapan ini memberikan peneguhan dan jaminan kebenaran yang sejati dan pasti tentang iman percaya kita kepada Kristus.33. NAIK DAN TURUN

Bukankah Ia telah naik berarti bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah? Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu (Ef. 4:9-10).

Prinsip dan keyakinan Paulus tentang Kristus yang diam di dalam hati kita (Ef. 3:17) dan pengajaran Yohanes mengenai kedatangan Kristus kepada orang-orang yang percaya di dalam Roh, sesudah kenaikan Yesus (Yoh. 14:23-24), akan memberi topangan yang jelas dan benar terhadap pemahaman kalimat seperti ini.

Karena Paulus tidak pernah berbicara tentang pemberian Roh Kudus atau kehadiran Kristus di dalam hati kita sebagai hasil turunnya Kristus, konsep Paulus yang sudah jelas tentang kerendahan dan kemuliaan Kristus ini (Flp. 2:5-11) nampaknya dalam hal ini lebih mungkin terjadi sesudah Efesus 4:9-10. Hal akan sangat sesuai dengan konteks pemberian Kristus kepada jemaat. Dia yang telah mengosongkan diri-Nya sendiri dari kemuliaan ilahi dan merendahkan diri bahkan sampai mati telah sangat ditinggikan untuk memenuhkan segala sesuatu. Ialah yang memberikan

Secara teoristis, dengan apakah Kristus memenuhkan segala sesuatu? Barangkali kita lebih baik menggunakan arti umum dari kata Yunani, pleroo (mengisi) yang berarti memenuhi atau menyelesaikan. Pengertian ini akan sesuai dengan pernyataan serupa yang dibuat Paulus lebih awal dalam suratnya (Ef. 1:23), di mana ia berbicara tentang pemenuhan pekerjaan Kristus. Dalam hal ini ia mengatakan bahwa turun (inkarnasi) dan naiknya Kristus (kenaikan, kemuliaan) memiliki satu tujuan yakni untuk menggenapi tujuan Allah bagi manusia (Ef. 1:8-10), untuk memenuhi tujuan itu. Dan pemberian kepada jemaat itu merupakan sebagian dari penggenapan segala sesuatu, karena hal ini membawa kepada penyempurnaan jemaat untuk mengungkapkan kepenuhan Kristus di dunia dan gereja-Nya. 34. ISTRI, TUNDUKLAH

Hai, istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan (Ef. 5:22).

Para istri harus tunduk kepada suami seperti kepada Tuhan. Sikap tunduk ini bukan lagi seperti yang terdapat dalam norma-norma budaya dan dipaksakan kepada perempuan yang dianggap lebih rendah daripada laki-laki dalam budaya Yahudi maupun kafir. Sikap tunduk ini dapat dipilihnya dengan bebas, siap untuk pasangannya seperti untuk Tuhan, yaitu sebagai murid Tuhan, seseorang yang mengikuti jejak-jejak-Nya sebagai hamba, yang didorong oleh kasih yang menyerahkan diri sendiri. Sikap tunduk semacam ini bukan merupakan penegasan dari norma-norma yang tradisional; sebaliknya ini merupakan tantangan yang mendasar untuk norma-norma tersebut.Dalam istilah penggunaan kata kepala oleh Paulus. Di sana kita mendapatkan bahwa dalam bahasa Yunani, gagasan kekuasaan atas biasanya tidak terkandung dalam kata kephale (head). Selain arti yang nyata dan hurufiah, kata ini memiliki banyak arti kiasan, termasuk sumber. Pengertian kephale inilah yang nampaknya paling sesuai dengan teks-teks yang membicarakan hubungan suami dan istri (atau laki-laki dan perempuan).Paulus dalam mempertahankan argumentasinya menentang orang-orang yang melawan perkawinan karena kebebasan yang baru di dalam Kristus (Gal.3:28), menasihati mereka bahwa menurut rancangan Allah, laki-laki merupakan sumber keberadaan perempuan; mereka diciptakan seorang untuk yang lainnya dan merupakan satu kesatuan, seperti ditegaskan dalam Efesus 5:31. Demikian pula Kristus adalah kepala dari jemaat. Hubungannya dengan jemaat tidak diungkapkan dengan bahasa kekuasaan melainkan sumber. Kristus adalah Juruselamat gereja karena Ia menyerahkan nyawa-Nya bagi jemaat-jemaatnya.35. KERJAKANLAH KESELAMATANMU

Tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya (Flp. 2:12-13).

Ajakan Paulus bagi pembaca untuk bersatu dalam hidup mereka, yang dapat diraih melalui sikap rendah hati dan mementingkan orang lain, didorong oleh teladan kerendahan hati Kristus dan penyerahan diri sepenuhnya. Pekerjaan Kristus inilah yang bagi Paulus merupakan dasar dari perintah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar (Flp. 2:12). Keselamatan yang kita dapatkan melalui ketaatan Kristus sampai mati (Flp. 2:8) harus diwujudkan, dilaksanakan dan diusahakan dalam hubungan kita dengan orang lain. Dorongan untuk melaksanakannya adalah takut dan gentar, bukan dalam pengertian takut yang sebenarnya, melainkan dalam arti khidmat, yakni perasaan khidmat yang kita rasakan jika merenungkan karya kasih karunia Allah yang menakjubkan di dalam Kristus.Untuk mengerjakan keselamatan mengenai hal ini yaitu melakukan keselamatan yang tertuju kepada kesatuan di dalam jemaat Filipi bukanlah jasa manusia yang dapat kita banggakan. Tidak karena dikerjakannya keselamatan ini dikuatkan oleh kasih karunia Allah yang terus menerus, karena Allah bekerja di dalam kamu.

Memperoleh keselamatan bukanlah sesuatu hal yang kita miliki, tetapi sebuah persekutuan yang merangkul kita di dalamnya. Di dalam suatu persekutuan itu kita dapat untuk turut mengambil bagian di dalam Roh Tuhan. Tindakan ke-Kristenan itu tidak semata-mata merupakan hasil usaha kita; tetapi selalu merupakan hasil karya dan inisiatif Tuhan sendiri.

36. TIDAK BERCACAT DI HADAPAN HUKUM

Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi..tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat, aku tidak bercacat (Flp. 3:6).

Paulus berasal dari golongan Farisi yang dididik oleh para rabi menurut tradisi hukum Taurat yakin bahwa dalam segala hal ia telah mematuhi hukum Taurat; ia telah mentaati sangat banyak peraturan yang diciptakan untuk menghindarkan orang-orang yang setia dari ketidaktaatan terhadap hukum Musa. Di sini Paulus menggemakan ucapan seorang pemuda yang dalam reaksinya terhadap pertanyaan Yesus mengenai perintah Allah, mengatakan dengan penuh keyakinan, Semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku (Luk. 18:20-21).Prinsip dan keyakinan yang dimiliki Paulus terhadap teman-temannya yaitu para nabi, bahwa kita boleh mentaati hukum Taurat, dan sebenarnya ia telah menguasai hukum Taurat itu. Walaupun pernyataan ini secara sepintas tampaknya bertentangan dengan ucapan-ucapan Paulus lainnya (lih. Rm. 2:17-24; 7:7-20), pernyataan ini cukup konsisten dengan keyakinannya bahwa sekalipun seseorang dapat mentaati seluruh hukum Taurat, ia tidak akan dbenarkan atas dasar itu. Hanya dalam iman dalam ketergantungan kepada Allah mata seseorang akan terbuka untuk mengerti rencana Tuhan dan juga pemberian kuasa-Nya untuk ikut terlibat dalam rencana-Nya yang mulia.37. YANG SULUNG DI ANTARA CIPTAAN

Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung lebih utama dari segala yang diciptakan (Kol. 1:15).

Yesus Kristus adalah gambaran Allah (ibr:imagodei) tentu tidak akan sama dengan Adam dan semua umat manusia yang ada di dalam dunia ini, karena dalam gambar itulah kepenuhan pribadi Allah dinyatakan. Kristus adalah yang sulung, bukan dalam pemahaman seseorang yang dilahirkan atau diciptakan sebagai yang pertama di antara lainnya, melainkan yang lebih dahulu dari segala ciptaan dan ditinggikan, dimuliakan serta diagungkan di atas segala ciptaannya. Karena itu tulisan ini memberikan penekanan tentang eksistensi kekekalan Kristus setara dengan teks seperti yang ada pada Injil Yohanes tentang Kristus adalah se