Makalah Kosep Pembenaran Menurut Paulus
-
Upload
jhonny-sraj -
Category
Documents
-
view
4.211 -
download
57
Transcript of Makalah Kosep Pembenaran Menurut Paulus
Bab I Pendahuluan
Konsep mengenai pembenaran telah menjadi perdebatan yang panjang didalam kalangan
teologi. Pada dasarnya konsep pembenaran adalah pekerjaan Allah di mana kebenaran Kristus
diperhitungkan sebagai kebenaran orang berdosa sehingga orang berdosa bisa dideklarasikan
oleh Allah sebagai orang benar berdasarkan Hukum Taurat (Roma 4:3; 5:1,9; Galatia 2:16;
3:11). Kebenaran ini tidak dapat diperoleh atau pun dipertahankan dengan usaha manusia.
Pembenaran adalah kejadian seketika dengan hasil berupa hidup yang abadi. Pembenaran ini
didasarkan sepenuhnya hanya pada pengorbanan Kristus di kayu salib (1 Petrus 2:24) dan
diterima hanya dengan iman (Efesus 2:8-9). Tidak ada usaha apa pun yang diperlukan untuk
memperoleh pembenaran. Jika sebaliknya, itu bukan lagi disebut anugerah (Roma 6:23).
Karenanya, kita dibenarkan oleh iman (Roma 5:1).
Dalam surat-surat yang ditulis oleh rasul paulus berulang kali paulus menjelaskan mengenai
konsep pembenaran ini, salah satunya adalah surat roma. Surat roma merupakan surat yang
berisikan pemikiran-pemikiran pokok teologis paulus. Dalam surat ini juga paulus menjelaskan
tetang dasar dari kosep pembenaran yang dilakukan oleh Allah terhadap manusia. Secara
kronologis paulus menceritakan tentang alasan pembenaran Allah kepada manusia terutama
dalam Roma 5:16.
Berdasarkan pada Roma 5:16 ini penulis mencoba mengali isi pemikiran paulus mengenai
konsep pembenaran, unyuk menjadi titik tolak bagi kita menuju pokok-pokok pikiran paulus
mengenai kosnep pembenaran yang di tulis dalam surat-surat yang lainnya.
Bab II Definisi Pembenaran
Pembenaran adalah tindakan hukum di mana Allah mengumumkan bahwa orang berdosa
menjadi tidak bersalah atas dosa-dosa mereka. Bukan berarti pendosa-pendosa ini kini tidak
berdosa lagi, tetapi mereka "diumumkan/ dinyatakan" sebagai tidak berdosa lagi. Pernyataan
pembenaran ini dibenarkan di hadapan Allah. Pembenaran ini berdasarkan darah Kristus yang
tercurah, "...karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya..." (Roma 5:9) di mana Yesus
disalibkan, mati, dikuburkan, dan bangkit kembali (1 Korintus 15:1-4). Allah mempertalikan
(memperhitungkan kepada kita) kebenaran Kristus. Pada saat yang sama dosa - dosa kita juga
dibebankan kepada Kristus ketika ia disalibkan. Itulah mengapa 1 Petrus 2:24 berkata, "Ia
sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati
terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.." Juga, 2
Korintus 5:21 berkata, "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena
kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah." Sebagai tambahan, kita dibenarkan oleh
iman (Roma 5:1) di luar usaha kita mematuhi Hukum Taurat (Roma 3:28).1
A. PEMAHAMAN “PEMBENARAN/PENEBUSAN” BERDASARKAN ALKITAB
1. Dalam Perjanjian Lama, pemahaman tentang Pembenaran/Penebusan, paling tepat kalau
kita bertitik tolak dari fakta historis Exodus, yaitu peristiwa keluaran/pembebasan Bangsa
Israel dari perbudakan di Mesir menjadi umat Allah. Untuk peristiwa keluaran tersebut
dapat kita catat beberapa hal mengenai tindakan Allah:2
a) Allah membawa umatNya keluar dari Mesir. Kata Kerja Ibrani ; Yasya =
mengeluarkan, melepaskan (Bd. Kel. 6:5). Dari pengertian ini diandaikan Bangsa Israel
sebagai orang-orang tahanan yang terbelenggu dan Allah bertindak mengeluarkan,
melepaskan sehingga menjadi bangsa yang bebas dan merdeka dari perbudakan.
b) Mengeluarkan, melepaskan adalah sama artinya dengan membebaskan dan bahkan
menebus. Kata Kerja Ibrani : gaal atau pada (menebus atau penebusan) menunjuk
kepada tindakan Allah yang dengan sukarela menebus, membebaskan, memerdekakan
umatNya.
1 Alister E. Mcgrath. Sejarah Pemikiran Reformasi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006). Hal. 1172
c) Tindakan Allah menebus umat Israel dari perbudakan di Mesir adalah berdasar
hukumNya sendiri, (keadilan dan kebenaran Allah), sehingga keadilan dan kebenaran
Allah merupakan landasan dari tindakan Allah untuk menebus umatNya dari Mesir.
Jadi, peristiwa keluaran menekankan bahwa Pembenaran/Penebusan telah menjadi
fakta sejarah keselamtan, bahwa Allah telah datang, sedang dan masih terus bertindak
untuk mebenarkan/menebus manusia dari belenggu dosa.
2. Dalam Perjanjian Baru, Pembenaran/Penebusan dapat dimengerti dari fakta Kristus,
khususnya melalui kematian dan kebangkitanNya. Dengan kematian dan kebangkitan
Kristus, Allah menyatakan karya penyelamatan atas manusia melalui
Pembenaran/Penebusan di dalam dan melalui Yesus Kristus. Dalam hal ini, ada beberapa
catatan yang dapat memperjelas karya penyelamatan Allah melalui Pembenaran/Penebusan
di dalam dan melalui Yesus Kristus.3
a) Pembenaran/Penebusan dalam konteks Perjanjian Baru, bertalian dengan penghukuman
dan pengadilan, bahwa manusia yang nyata di dalam kondisi berdosa harus menerima
ganjaran hukuman mati. Namun di dalam pengadilan Allah, Yesus Kristus bertindak
sebagai Pembela dan Pengantara, mengambil alih hukuman mati atas diriNya sebagai
ganti kita (Bnd. I Tim. 2:6; Titus 1:14).
b) Dengan kematian Kristus di kayu salib sebagai ganti kita, Allah menyatakan Kebenaran
Forensis, dalam arti bahwa di forum Pengadilan Allah, Allah bertindak sebagai Hakim,
yang sesudah mengadili manusia menjatuhkan putusan, bahwa orang yang diadili
dipandang sebagai orang benar, tidak bersalah dan, oleh karenanya tidak mendapat
hukuman. Kebenaran Forensis sebagai kebenaran di Forum Pengadilan Allah,
didasarkan kepada tiga hal, yaitu : Sola Gratia (Hanya oleh Anugerah/kasih), Solus
Christus (Hanya oleh Kristus) dan Sola Fide (Hanya oleh Iman).
c) Jadi, dasar Pembenaran/Penebusan itu adalah pada fakta Kristus. Bahwa Kristus sudah
menyelesaikan karya penyelamatanNya melalui Pembenaran/Penebusan manusia dari
hukuman mati. Dan karya penyelamatan Allah berlanjut melalui kedatangan dan
pekerjaan Roh Kudus, yang membuahkan kebenaran Allah dan iman kepada Yesus
Kristus.
3 Donald Guthrie. Teologi Perjanjian Baru 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008) hal. 123-124
B. AKTUALISASI PEMBENARAN/PENEBUSAN DALAM REALITAS HIDUP ORANG
PERCAYA4
1. Pembenaran/Penebusan manusia dari belenggu dosa adalah merupakan perbuatan Allah
dan bersifat Kharis/Anugerah, yang selalu merupakan pemberian Allah. Diberi kepada
orang percaya kepada Yesus Kristus dan hanya kepadanya. Oleh karenanya, setiap orang
yang menerima anugerah Pembenaran/ Penebusan, di dalam merealisasikan existensi
kehidupannya mempunyai makna penyelamatan atas dirinya dan bagi orang lain.
2. Orang percaya sebagai yang dikenai karya Pembenaran/Penebusan oleh Allah, tidak boleh
tidak, harus menyatakan existensinya sebagai yang telah dibenarkan/ ditebus oleh iman
kepada Yesus Kristus. Itu berarti bahwa seluruh aspek kehidupan orang percaya di dalam
realisasi existensi kehidupannya, merupakan jawaban “YA” terhadap karya penyelamatan
Allah. Dengan kata lain satu-satunya cara manusia untuk menjawab “YA” terhadap karya
Penyelamatan Allah adalah melalui kehidupan yang etis yakni : Hidup benar dan damai di
hadapan Allah dan sesama manusia
Bab III Latar Belakang Surat Roma
4 Dr. Nico Syukur Dister, OFM. Pustaka Teologi TEOLOGI SISTEMATIKA 1, Allah Penyelamat (yogyakarta: Kanisius, 2004) Hal. 189-191
A. Latar Belakang
Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan
paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini diletakkan di depan ketiga
belas suratnya yang lain. Paulus menulis surat ini dalam rangka pelayanan rasulinya kepada
dunia bukan Yahudi. Bertentangan dengan tradisi gereja Katolik-Roma, jemaat di Roma
tidak didirikan oleh Petrus atau rasul yang lain. Jemaat di Roma ini mungkin didirikan oleh
orang dari Makedonia dan Asia yang bertobat di bawah pelayanan Paulus, mungkin juga oleh
orang-orang Yahudi yang bertobat pada hari Pentakosta (Kis 2:10). Paulus tidak memandang
Roma sebagai wilayah khusus dari rasul lain (Rom 15:20).
Di surat Roma Paulus meyakinkan orang percaya di Roma bahwa dia sudah berkali-kali
merencanakan untuk memberitakan Injil kepada mereka, namun hingga saat itu
kedatangannya masih dihalangi (Rom 1:13-15; Rom 15:22). Dia menegaskan kerinduan yang
sungguh untuk mengunjungi mereka sehingga menyatakan rencananya untuk datang dengan
segera (Rom 15:23-32).
Ketika menulis surat ini, menjelang akhir perjalanan misioner yang ketiga (bd. Rom
15:25-26; Kis 20:2-3; 1Kor 16:5-6), Paulus berada di Korintus di rumah Gayus (Rom 16:23;
1Kor 1:14). Sementara menulis surat ini melalui pembantunya Tertius (Rom 16:22), dia
sedang merencanakan kembali keYerusalem untuk hari Pentakosta (Kis 20:16; sekitar musim
semi tahun 57 atau 58) untuk menyampaikan secara pribadi persembahan dari gereja-gereja
non-Yahudi kepada orang-orang kudus yang miskin di Yerusalem (Rom 15:25-27). Segera
setelah itu, Paulus mengharapkan dapat pergi ke Spanyol untuk menginjil dan mengunjungi
gereja di Roma pada perjalanannya untuk memperoleh bantuan dari mereka bila makin ke
barat (Rom 15:24,28).5
B. Tujuan6
Paulus menulis surat ini untuk mempersiapkan jalan bagi pelayanannya di Roma serta
rencana pelayanan ke Spanyol. Tujuannya lipat dua.
1. Karena jemaat Roma rupanya mendengar kabar angin yang diputarbalikkan mengenai
berita dan ajaran Paulus (mis.Rom 3:8; Rom 6:1-2,15), Paulus merasa perlu untuk
menulis Injil yang telah diberitakannya selama dua puluh lima tahun.
5 Van Den End Th. Dr.. Tafsiran Alkitab Surat Roma (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008). Hal. 1-36 Ibid. hal. 4
2. Dia berusaha untuk memperbaiki beberapa persoalan yang terjadi di dalam gereja
karena sikap salah orang Yahudi terhadap mereka yang bukan Yahudi (mis. Rom 2:1-
29; Rom 3:1,9) dan orang bukan Yahudi terhadap orang Yahudi (mis. Rom 11:11-36).
C. Survai7
Tema Surat Roma diketengahkan dalam Rom 1:16-17, yaitu bahwa di dalam Tuhan
Yesus dinyatakan kebenaran Allah sebagai jawaban terhadap murka-Nya kepada dosa.
Kemudian Paulus menguraikan kebenaran-kebenaran dasar dari Injil. Pertama, Paulus
menekankan bahwa persoalan dosa dan kebutuhan manusia akan kebenaran adalah umum
(Rom 1:18--3:20). Karena baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi berada di bawah
dosa dan karena itu di bawah murka Allah, tidak ada seorang pun yang dapat dibenarkan di
hadapan Allah terlepas dari karunia kebenaran melalui iman kepada Yesus Kristus (Rom
3:21--4:25).
Setelah dibenarkan secara cuma-cuma oleh kasih karunia melalui iman dan setelah
mendapatkan keyakinan akan keselamatan kita (pasal 5; Rom 5:1-21), karunia kebenaran
Allah itu dinyatakan dalam kematian kita bagi dosa dengan Kristus (pasal 6; Rom 6:1-23),
pembebasan kita dari pergumulan untuk mencapai kebenaran menurut hukum Taurat (pasal
7;Rom 7:1-26), pengangkatan kita sebagai anak-anak Allah dan hidup baru kita "melalui
Roh" yang menuntun kita kepada kemuliaan (pasal 8; Rom 8:1-39). Allah sedang
mengerjakan rencana penebusan-Nya kendatipun ketidakpercayaan Israel (pasal 9-11; Rom
9:1--11:36).Akhirnya, Paulus menyatakan bahwa kehidupan yang diubah dalam Kristus
mengakibatkan penerapan kebenaran dan kasih pada semua bidang kelakuan -- sosial, sipil,
dan moral (pasal 12-14; Rom 12:1--14:23). Paulus mengakhiri Surat Roma dengan
keterangan tentang rencananya pribadi (pasal 15; Rom 15:1-33) dan ucapan salam pribadi
yang panjang, nasihat terakhir, dan sebuah kidung pujian (pasal 16; Rom 16:1-27).
D. Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai surat ini.8
7 Ibid. hal. 12-138 Willy Marxsen. Pengantar Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2008) hal. 106-108
1. Surat Roma merupakan surat Paulus yang paling sistematis, surat teologis yang paling
hebat dalam PB.
2. Paulus menulis dengan gaya tanya-jawab atau gaya diskusi (mis. Rom 3:1,4-6,9,31).
3. Paulus memakai PL secara luas sebagai kekuasaan alkitabiah dalam menyampaikan
sifat sesungguhnya dari Injil.
4. Paulus menyampaikan "kebenaran Allah" sebagai inti penyataan Injil (Rom 1:16-17):
Allah membereskan segala sesuatu di dalam dan melalui Yesus Kristus.
5. Paulus memusatkan perhatian kepada sifat rangkap dari dosa bersama dengan
persediaan Allah di dalam Kristus untuk masing-masing aspek:
a. dosa sebagai pelanggaran pribadi (Rom 1:1--5:11), dan
b. prinsip "dosa" (Yun. he hamartia), yaitu kecenderungan bawaan yang alami untuk
berbuat dosa yang tinggal dalam hati setiap orang sejak kejatuhan Adam (Rom
5:12--8:39).
6. Roma 8 (Rom 8:1-39) adalah uraian yang paling luas dalam Alkitab mengenai peranan
Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya.
7. Surat Roma berisi pembahasan yang paling berbobot mengenai penolakan Kristus oleh
orang Yahudi (terkecuali suatu golongan sisa), dan tentang rencana penebusan Allah
yang bermula dari Israel dan akhirnya menuju kembali kepada Israel (pasal 9-11; Rom
9:1--11:36).
Bab IV Analisis Konsep pembenaran
Menurut Paulus Berdasarkan Roma 5:16
Untuk mengerti Roma 5:16 maka kita perlu melihat kembali kepada ayat-ayat sebelum
roma 5;16 dan sesudahnya dalam perikop ini. Pada ayat 12, Paulus menjelaskan, “Sebab itu,
sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut,
demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat
dosa.” Di sini, Paulus kembali menjelaskan konsep dosa yang sudah dijelaskannya tetapi dengan
penekanan pembeda antara manusia lama yaitu di dalam Adam dengan manusia baru yaitu di
dalam Kristus. Di ayat ini, Paulus menjelaskan tentang ngerinya dosa dengan tiga bagian
penjelasan, yaitu:9
Pertama, dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang. Kata “oleh” menurut bahasa
Yunaninya lebih tepat diterjemahkan through (melalui), sehingga arti aslinya adalah dosa telah
masuk ke dalam dunia melalui satu orang. Satu orang yang dimaksud adalah Adam (Kejadian
3:6). Kalau kita melihat kembali Kejadian 3:6, “Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu
baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi
pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada
suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.”, kita mendapati
yang pertama kali berdosa tentu adalah Hawa, tetapi Adam juga ikut bersalah karena taat kepada
istrinya, Hawa. Inilah dosa manusia pertama, yaitu ketidaktaatan (akan dijelaskan pada Roma
5:18-21) dan pembalikan posisi/ordo yang seharusnya. Dalm roma 5:14 Paulus mengatakan
bahwa Adam yang telah berbuat dosa, karena Adam sebagai perwakilan umat manusia yang
berdosa, karena dia dahulu yang mendapat mandat dari Allah untuk tidak memakan buah
pengetahuan baik dan jahat (Kejadian 2:16-17). Adam yang telah menerima mandat itu
seharusnya mengajar Hawa dan menegur tindakannya ketika Hawa berbuat salah/dosa, karena
yang menerima mandat dari Allah adalah suami/pria, tetapi realita yang terjadi adalah Adam
tidak menegur Hawa malah menyetujui tindakan Hawa. Itulah dosa. Di dalam Kejadian 3:6, ada
beberapa dosa yang dilakukan Hawa, yaitu: pertama, melihat dengan bayang-bayang yang tidak
beres. Dosa dimulai ketika seseorang mulai melihat apa yang tidak seharusnya dilihat dengan
motivasi yang tidak beres. Melihat perempuan yang cantik dan seksi tidak ada larangannya,
tetapi melihat perempuan yang cantik dan seksi serta menginginkannya, Tuhan Yesus
mengajarkan bahwa hal itu adalah dosa perzinahan (Matius 5:28). Hal yang sama juga dilakukan
oleh Hawa, yaitu melihat buah pengetahuan yang baik dan jahat dengan bayangan bahwa buah
9 Van Den End Th. Dr.. Tafsiran Alkitab Surat Roma (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008). Hal. 275
itu enak/sedap dimakan dan memberikan “pengertian”. Kedua, setelah melihat dengan bayangan
yang tidak beres, Hawa memutuskan untuk mengambil buah itu dan memakannya. Kalau di titik
pertama, sesuatu dikatakan dosa jika melihat dengan motivasi/bayangan yang tidak beres, maka
Hawa lebih kurang ajar lagi, karena ia berani mengambil keputusan yang lebih berdosa, yaitu
mengambil buah itu dan memakannya. Permasalahan terjadi bukan ketika makan buah lalu
berdosa, tetapi esensi masalah terletak pada ketidaktaatan Hawa (dan tentu Adam). Ketidaktaatan
menghasilkan keputusan yang tidak taat/tidak beres. Dan lagi, ketiga, Hawa tidak mau
“sendirian” berdosa, ia juga “membagikan” dosanya kepada Adam dengan memberikan buah itu
kepada Adam. Itulah dosa manusia. Manusia tidak mau berdosa sendirian, ingin mengajak orang
lain juga ikut berdosa. Tidak usah heran, banyak agama dan gereja yang tidak beres selalu
menarik pengikut sebenarnya bukan untuk makin mengenal Tuhan dan Firman-Nya (Alkitab),
malahan menjerumuskan mereka ke dalam kesesatan demi kesesatan. Dan yang paling parah,
kesalahan Hawa diterima/disetujui oleh Adam. Begitu juga dengan dunia kita, ketika setan
menawarkan filsafat postmodernisme, atheisme, hedonisme, materialisme, dualisme, dll, banyak
manusia bahkan tidak sedikit orang “Kristen” tergiur dan akhirnya menyetujui filsafat-filsafat
tersebut. Itu saya sebut sebagai dosa kedua. Dosa pertama adalah ketidaktaatan, dan dosa kedua
adalah kelanjutan dari dosa pertama, yaitu mencoba mencari jalan keluar sendiri di luar Allah.
Roma 6:23). Ketika Allah menciptakan manusia, Ia menciptakan dengan amat baik (Kejadian
1:31). Tentu artinya, Ia menciptakan manusia dengan kapasitas kelengkapan (bukan
kesempurnaan), berarti manusia tidak dapat mati atau memiliki hidup kekal. Tetapi sayangnya,
akibat ketidaktaatan kepada Allah (dosa), manusia akhirnya harus mati, karena ia sendiri yang
dengan bodohnya memutuskan hidupnya. Kematian manusia disebabkan karena dosa, sehingga
jangan pernah menyalahkan Tuhan ketika kita atau orang yang kita kasihi meninggal. Itu adalah
suatu konsekuensi wajar dari dosa (meskipun kematian tetap diizinkan Allah). Kalau kita
kembali ke Kejadian 3, maka kita membaca bahwa setelah Adam dan Hawa berdosa, meskipun
mereka masih “hidup” tetapi secara rohani mereka sudah mati (terputusnya hubungan antara
Allah dengan manusia) dan nantinya, mereka akan mati secara fisik secara perlahan-lahan.
Dengan kata lain, kata “maut” atau kematian mempunyai beberapa arti, yaitu pertama, mati
secara fisik, yaitu ketika kita meninggal dan dikuburkan ; kedua, mati secara rohani, yaitu
terputusnya hubungan antara Allah dengan manusia dan ketiga, mati kekal adalah kematian
selama-lamanya di neraka. Dan dosa manusia mengakibatkan ketiga macam kematian itu.
Orang-orang yang masih menyangkal dan di luar Kristus pun pasti mengalami tiga jenis
kematian ini. Ini membuktikan kengerian efek dari dosa.
Kedua, dosa menghasilkan maut. Geneva Bible Translation Notes memberikan keterangan
bahwa dosa yang telah dilakukan manusia pertama menghasilkan perasaan bersalah (guiltiness)
dan perasaan bersalah itu menghasilkan maut (upah dosa ialah maut)
Ketiga, maut telah menjalar kepada semua orang karena semua orang telah berbuat dosa.
Dosa mengakibatkan maut dan maut itu juga telah menjalar kepada semua orang. Kata
“menjalar” sama artinya dengan merambat/meluas (International Standard Version: spread).
Ketika manusia pertama harus mati akibat dosa, maka kita yang hidup di zaman postmodern pun
harus mati.
Paulus di dalam ayat 13, “Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia.
Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat.” Dari Taurat lah, kita
mengenal dosa.10
Bukan hanya dosa, maut pun dijelaskan Paulus di ayat 14, “telah berkuasa dari zaman
Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang
sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang.” Kata
“berkuasa” dalam bahasa Yunani basileuo identik dengan kerajaan/kekuasaan raja. Dengan kata
lain, kematian mau tidak mau harus dialami oleh semua orang, bahkan para nabi Allah sekalipun
(kecuali atas perizinan Allah, seperti kasus Henokh—Ibrani 11:5). Inilah universalitas dosa dan
universalitas maut. Universalitas maut dijelaskan Paulus tetap menguasai orang-orang yang
“tidak berbuat dosa” sekalipun (atau tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang
Adam lakukan). Artinya, mereka yang juga tidak berdosa seperti Adam pun harus menanggung
akibat Adam, karena yang namanya dosa tetap harus dihukum.
Jalan keluar dari masalah dosa ini sudah disebutkan sedikit oleh Paulus di ayat 14 yaitu
“Dia yang akan datang.”11 Hal ini dijelaskan lagi secara rinci di ayat 15 “Tetapi karunia Allah
tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua
orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-
Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.” Di sini,
Paulus membandingkan sekaligus memisahkan dua hal yaitu antara karunia Allah dan
pelanggaran (bahasa Yunaninya berarti penyelewengan) Adam/manusia. Karunia Allah pada
10 Ibid. Hal. 27811 Ibid. Hal. 280
kalimat pertama menggunakan bahasa Yunani charisma yang bisa berarti deliverance (from
danger or passion) (=pembebasan/pelepasan dari bahaya atau nafsu {jahat}) Ini berarti karunia
Allah (King James Version/KJV: free gift) menunjuk pada dibebaskannya umat pilihan Allah
dari belenggu kegelapan dosa dan dibawanya mereka kepada terang-Nya yang ajaib (1 Petrus
2:9). Hal ini jelas berbeda total dari penyelewengan Adam yang membawa manusia yang
diwakilinya bukan kepada terang Allah tetapi kepada kegelapan dosa (“jatuh di dalam kuasa
maut”). Selain itu, kasih karunia Allah juga dilimpahkan-Nya atas semua orang. Kata semua
orang lebih tepat diterjemahkan banyak orang (KJV memakai kata many, dan bukan all). Ini
adalah sebuah konsekuensi logis. Kalau dosa manusia pertama membawa malapetaka bagi
keturunannya, maka anugerah Allah di dalam Adam Kedua, yaitu Kristus membawa berkat bagi
keturunannya (semua umat pilihan-Nya di dalam Kristus). Berkat ini adalah berkat pembenaran
melalui iman (ayat 16).12
Dampak dari pembedaan kasih karunia Allah vs penyelewengan Adam adalah pembenaran
oleh iman vs penghukuman. Hal ini dipaparkan Paulus di ayat 16,13 “Dan kasih karunia tidak
berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah
mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu
mengakibatkan pembenaran.” Di titik awal pada ayat ini, Paulus sudah menegaskan bahwa
karunia Allah tidak dapat diimbangkan/disamakan dengan dosa satu orang. Di mana letak
ketidakberimbangan/ketidaksamaan itu? Dengan arti yang cukup baik, Bahasa Indonesia Sehari-
hari menerjemahkan, “...Sebab sesudah satu orang melakukan pelanggaran, keluarlah vonis,
"Bersalah". Tetapi sesudah banyak orang berbuat dosa datanglah hadiah dari Allah yang
menyatakan, "Tidak bersalah".” Dengan kata lain, penghakiman berlaku atas satu orang yang
melakukan dosa/pelanggaran/penyelewengan atau karena satu orang berdosa, maka Allah
memvonis mereka “bersalah/berdosa”, tetapi pembenaran oleh iman dari Allah berlaku bagi
banyak orang yang sudah berdosa atau meskipun banyak orang berdosa (tidak hanya satu orang
saja), Allah dengan kedaulatan, kasih dan keadilan-Nya menyatakan bahwa mereka tidak
bersalah lagi atau dinyatakan benar (righteous). Inilah letak keunggulan anugerah Allah yang
jauh lebih indah dan berharga daripada apapun juga. Pembenaran oleh iman menunjukkan kasih
sekaligus keadilan-Nya kepada manusia pilihan-Nya. Pembenaran melalui iman menunjukkan
kasih-Nya, karena Ia mengetahui bahwa dengan usaha sendiri, manusia tak mungkin bisa
12 Ibid. Hal. 281-28313 Ibid. Hal. 284-285
mencari jalan keluar dari jerat dosa, sehingga Ia mengaruniakan Putra Tunggal-Nya, Tuhan
Yesus Kristus untuk mati disalib demi menebus dosa manusia pilihan-Nya, sehingga mereka
(umat pilihan-Nya) cukup bertobat dan beriman di dalam Kristus dengan sungguh-sungguh,
mereka pasti dibenarkan dan diselamatkan. Pembenaran melalui iman menunjukkan keadilan-
Nya, karena hanya umat pilihan-Nya yang menerima pembenaran oleh iman, dan sisanya secara
otomatis “dibuang” oleh-Nya. Saya bisa menyimpulkan hal ini karena di ayat ini, pembenaran
oleh iman dikatakan berlaku bagi banyak orang (bukan semua orang)! Kata “banyak orang” tentu
menunjuk kepada orang-orang yang telah dipilih-Nya sebelum dunia dijadikan (Efesus 1:4).
Bukan hanya pembenaran melalui iman, orang-orang pilihan-Nya juga menerima hidup
sejati dan kuasa karena Kristus (ayat 17). King James Version menerjemahkan, “For if by one
man's offence death reigned by one; much more they which receive abundance of grace and of
the gift of righteousness shall reign in life by one, Jesus Christ” Selain dibenarkan melalui iman,
umat pilihan-Nya juga menerima anugerah Allah yang berkelimpahan dan pemberian kebenaran
keadilan yang berkuasa di dalam kehidupan kita melalui Satu Orang, Yesus Kristus. Ini
menunjukkan adanya hak istimewa (privilege) kita sebagai anak-anak Allah yaitu memiliki
hidup yang penuh dengan kelimpahan anugerah Allah sekaligus pemberian kebenaran keadilan.
Hal ini juga diajarkan oleh Tuhan Yesus sendiri, “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup,
dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yohanes 10:10b). Hidup berkelimpahan jangan
diartikan hidup sukses, kaya, penuh uang, dll. Itu bukan yang sedang diajarkan oleh Tuhan Yesus
di dalam perikop tersebut. Hidup berkelimpahan adalah hidup yang sungguh-sungguh hidup di
dalam anugerah dan pemeliharaan Allah. Orang yang hidup berkelimpahan tidak tentu hidupnya
kaya, banyak uang, dll, tetapi orang yang hidup berkelimpahan adalah orang yang sungguh-
sungguh mengerti hidup (hidup yang sungguh-sungguh hidup) di dalam kerangka anugerah,
pemeliharaan dan kedaulatan Allah. Banyak orang dunia hidup tetapi sebenarnya mereka mati
(hidup yang tidak sungguh-sungguh hidup), karena mereka hidup seperti mesin di luar kehendak
dan jalan Allah. Tetapi anak-anak Allah mengerti makna hidup, karena mereka benar-benar
hidup di dalam kerangka kedaulatan Allah yang memimpin hidupnya sehari-hari. Hidup yang
dipimpin oleh Allah Roh Kudus adalah hidup yang berkelimpahan yang tak bisa dibandingkan
dengan kekayaan materi, kekuasaan, atau apapun juga.
Bab V Kesimpulan
Pembenaran adalah Allah menyatakan mereka yang menerima Yesus sebagai orang yang
benar, berdasarkan kebenaran Kristus yang diimputasikan bagi mereka yang menerima Kristus.
Meskipun pembenaran secara prinsip terdapat di seuruh bagian Kitab Suci, bagian utama yang
menggambarkan pembenaran dalam hubungannya dengan orang-orang percaya adalah Roma
3:21-26. Namun sekarang Allah telah menunjukkan jalan yang lain untuk dibenarkan dalam
pandanganNya - bukan dengan menaati Taurat namun dengan cara yang telah dijanjikan dalam
Kitab Suci sejak dahulu kala. Kita dibenarkan dalam pandangan Allah ketika kita percaya kepada
Yesus Kristus yang menghapus dosa kita. Dan kita semua dapat diselamatkan dengan cara yang
sama, siapapun kita atau apapun yang telah kita lakukan. Semua orang telah berdosa, semua
tidak mencapai standar kemuliaan Allah. Namun Allah di dalam kemurahan dan anugrahNya
menyatakan kita tidak bersalah. Dia telah melakukan ini melalui Yesus Kristus, yang telah
membebaskan kita dengan menyingkirkan dosa-dosa kita. Allah telah mengutus Yesus untuk
menanggung hukuman dosa kita dan memuaskan murka Allah terhadap kita. Kita dijadikan
benar dengan Allah ketika kita percaya bahwa Yesus mencucurkan darahNya, mengorbankan
hidupNya untuk kita. Allah bertindak dengan adil dan benar ketika Dia tidak menghukum
mereka yang berdosa pada jaman dahulu. Dan Dia juga benar dan adil ketika pada masa sekarang
Dia membenarkan orang-orang berdosa dalam pandanganNya karena mereka percaya kepada
Yesus Kristus.
Kita dibenarkan, dinyatakan tidak bersalah, pada saat momen keselamatan kita.
Pembenaran tidak membuat kita tidak bersalah, tapi menyatakan bahwa kita tidak bersalah.
Kebenaran kita berasal dari iman kepada karya Yesus Kristus yang sudah selesai.
PengorbananNya menutupi dosa-dosa kita, mengijinkan Allah memandang kita sempurna dan
tak bercela. Karena sebagai orang-orang percaya kita berada di dalam Kristus, Allah melihat
kebenaran Kristus ketika Dia memandang kita. Hal ini memenuhi tuntutan Allah untuk
kesempurnaan; dan karena itu Dia menyatakan kita tidak bersalah Dia membenarkan kita.
Dalam Roma 5:16 rasul Paulus memberikan penjelasan yang juga menjadi dasar dan
kesimpulan dari perikop ini bahwa Pembenaran yang dilakukan oleh Allah terhadap manusia
didasarkan pada prinsip anugerah atau Kasih karunia.
DAFTAR PUSTAKA
Alister E. Mcgrath. Sejarah Pemikiran Reformasi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006)
Donald Guthrie. Teologi Perjanjian Baru 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008)
Dr. Nico Syukur Dister, OFM. Pustaka Teologi TEOLOGI SISTEMATIKA 1, Allah
Penyelamat (Yogyakarta: Kanisius, 2004)
Willy Marxsen. Pengantar Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2008)
Van Den End Th. Dr.. Tafsiran Alkitab Surat Roma (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008).