kasus ppn ) Kegiatan Membangun sendiri yang dilakukan bertahap

10
http:// ikompilasi.blogspot.com/ 2012/02/v- behaviorurldefaultvmlo.html TAX PLANNING dari PPN,WP UNTUNG,DJP BUNTUNG TAX PLANNING dari PPN,WP UNTUNG,DJP BUNTUNG oleh:Dino Ardiansyah* A.Pengantar Adu cerdas antara wajib pajak/konsultan pajak dengan pihak fiskus.Mungkin itulah yang menggambarkan judul di atas.Sedikit saja pihak fiskus membuuat peraturan yang tidak jelas,kurang lengkap atau bahkan ada celah maka WP sudah bersiap untuk memanfaatkan. Pada dasarnya Tax Planning adalah semacam strategi yang digunakan WP untuk untuk meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar.Secara lebih rinci menurut Lumbantoruan Tax Planning atau Perencanaan Pajak dapat didefenisikan sebagai upaya manajemen keuangan untuk meminimalkan biaya pajak dengan merancang investasi, jenis usaha dan sistem pencatatan pendapatan dan biaya mana yang menghasilkan beban pajak yang paling kecil. Tax Planning sering pula disamakan dengan Tax Management atau manajemen pajak yang didefinisikan sebagai sarana memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Di berbagai belahan dunia, umumnya tax planning dibedakn menjadi dua,yaitu : 1. Tax Avoidance (Penghindaran Pajak):Usaha yang dilakukan WP untuk meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar tapi tidak menyimpang dari peraturan perundangan yang ada.Artinya,ada suatu celah dalam UU PPN/PMK/Perdirjen yang dapat dimanfaatkan oleh WP.Mengingat semakin cerdasnya WP ditambah dengan konsultasi yang siap diberikan oleh konsultan pajak (tax consultant). Di berbagai negara terdapat 2 penggolongan tax avoidance: Penghindaran pajak yang diperkenankan (acceptable tax avoidance/ defensive tax planning). Penghindaran pajak yang tidak diperkenankan (unacceptable tax avoidance/ aggressive tax planning). Biasanya untuk transaksi yang semata-mata dilakukan

description

kasus ppn Kegiatan Membangun sendiri yang dilakukan bertahap

Transcript of kasus ppn ) Kegiatan Membangun sendiri yang dilakukan bertahap

Top of FormBottom of Form

http://ikompilasi.blogspot.com/2012/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html

TAX PLANNING dari PPN,WP UNTUNG,DJP BUNTUNG

TAX PLANNING dari PPN,WP UNTUNG,DJP BUNTUNGoleh:Dino Ardiansyah*

A.PengantarAdu cerdas antara wajib pajak/konsultan pajak dengan pihak fiskus.Mungkin itulah yang menggambarkan judul di atas.Sedikit saja pihak fiskus membuuat peraturan yang tidak jelas,kurang lengkap atau bahkan ada celah maka WP sudah bersiap untuk memanfaatkan.Pada dasarnya Tax Planning adalah semacam strategi yang digunakan WP untuk untuk meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar.Secara lebih rinci menurut Lumbantoruan Tax Planning atau Perencanaan Pajak dapat didefenisikan sebagai upaya manajemen keuangan untuk meminimalkan biaya pajak dengan merancang investasi, jenis usaha dan sistem pencatatan pendapatan dan biaya mana yang menghasilkan beban pajak yang paling kecil. Tax Planning sering pula disamakan dengan Tax Management atau manajemen pajak yang didefinisikan sebagai sarana memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.

Di berbagai belahan dunia, umumnya tax planning dibedakn menjadi dua,yaitu :1. Tax Avoidance (Penghindaran Pajak):Usaha yang dilakukan WP untuk meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar tapi tidak menyimpang dari peraturan perundangan yang ada.Artinya,ada suatu celah dalam UU PPN/PMK/Perdirjen yang dapat dimanfaatkan oleh WP.Mengingat semakin cerdasnya WP ditambah dengan konsultasi yang siap diberikan oleh konsultan pajak (tax consultant).Di berbagai negara terdapat 2 penggolongan tax avoidance: Penghindaran pajak yang diperkenankan (acceptable tax avoidance/ defensive tax planning). Penghindaran pajak yang tidak diperkenankan (unacceptable tax avoidance/ aggressive tax planning). Biasanya untuk transaksi yang semata-mata dilakukan oleh Wajib Pajak yang untuk tujuan penghindaran pajak dan tidak mempunyai substansi bisnis.2. Tax Evasion (penyelundupan pajak) adalah suatu jenis usaha untuk meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar dengan menggunakan cara ynag illegal dan dilarang oleh peraturan yang ada.Misalnya,membuat faktur pajak fiktif,membuat pembukuan/pencatatan yang menguntungkan diri sendiri sehingga jumlah pajak yang dibayar berkurang,dll.Akan tetapi,walaupun tax palnning diperkenankan sebaiknya WP juga perlu berpikir dua kali untuk mengggunakan tax planning yang terlalu berlebihan.Mengapa?Perlu diingat bahwa fiskus dalam hal ini DJP mempunyai hak untuk melalukan pengawasan kepada WP.Jika terlalu berlebihan,bisa saja fiskus menjadi antipati dan membuat kita mengeluarkan banyak biaya dalam pemberian data yang diminta fiskus.Di sini saya akan sedikit menjelaskan mengenai contoh-contoh tax planning,termasuk didalamnya tax evasion & tax avoidance yang dapat dilakukan dalam Undang-Undang PPN 1984.Walaupun mungkin diantara contoh-contoh ini ada yng sudah kadaluarsa jika dibandingkan dengan peraturan yang ada sekarang.a) Mengurangi harga bangunan dan memperbesar harga TanahContoh di atas berkaitan dengan kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaanyang tertuang dalam pasal 16C UU PPN 1984.Sebagai tmbahan,menurut Untung Sukardji,kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan adalah kegiatan membangun bangunan baik yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan yang dilakukan oleh tukang batu atau tukang kayu harian atau pemborong bangunan yang belum atau tidak dikukuhkan sebagai PKP,yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.Berdasarkan PMK nomor 39/PMK.03/2010 yang juga diatur dalam PER-27/PJ/2010 yang menjadi dasar pengenaan pajak (DPP) adalah 40% dari seluruh pengeluaran (termasuk PPN) pada bulan yang bersangkutan tidak termasuk harga perolehan tanah.Berdasarkan uraian di atas muncul pertanyaan:Dimanakah letak tax planning yang dapat dilakukan?Bagaimanakah caranya?Ya,dengan meninggikan harga tanah dan mengurangi jumlah pengeluaran dalam kegiatan membangun sendiri.Artinya,Jumlah pengeluaran yang ada pada bulan tertentu dimasukkan/dikapitalisasi sebagian ke harga tanah sehingga PPN yang dikenakan dalam kegiatan membangun sendiri menjadi lebih kecil.Contoh kasus :PT Magetan Jaya mendirikan bangunan untuk kegiatan usahanya di bidang property seluas 400 di daerah Mampang Prapatan,Jakarta Selatan.Pembangunan tersebut dilakukan oleh salah satu pemborong yang juga berdomisili di daerah Mampang yang belum dikukuhkan sebagai PKP.Biaya yang harus dikeluarkan pada bulan Januari 2012 adalah 1 M,termasuk pembelian tanah sebesar 400 juta dan PPN sebesar 150 juta.Berapakah PPN yang harus dibayar PT Magetan Jaya pada bulan Januari?

Tanpa tax planning :Jumlah PPN yang terutang : 10% x 40% x jumlah pengeluaran(kecuali harga tanah) 10% x 40% x (1M-400 juta) = 24 jutaDengan tax planningPT Magetan Jaya mengalokasikan/mengkapitalisasikan harga pembelian bangunan ke harga pembelian tanah sebesar 100 juta.Sehingga harga tanah menjadi 500 juta (400 juta+100 juta).Jumlah PPN yang terutang : 10% x 40% x (1M-500 juta) =20 jutaJadi,dengan tax planning PT Magetan Jaya dapat menghemat biaya pajak sebesar 4 juta.b) Kegiatan Membangun sendiri yang dilakukan bertahapContoh ini masih sangat berkaitan erat dengan contoh sebelumnya yaitu tentang kegiatan membangun sendiri.Dulu sebelum PMK nomor 39/PMK.03/2010 dan Perdirjen Pajak nomor PER-27/PJ/2010 tentang ketentuan kegiatan membangun sendiri diterbitkan,peraturan yang ada waktu itu hanya menyebutkan bahwa yang dikenai PPN adalah luas bangunan yang dibangun 300 atau lebih dan tidak menyebutkan berapa jangka waktu pembangunan bangunan dianggap sebagai satu kesatuan.Artinya,WP dapat membangun bangunan secara bertahap tanpa dikenai pajak.Contoh kasus:Untuk menghindari pengenaan PPN yang besar,PT Magetan Indah membangun halaman kantornya yang direncanakan seluas 400 secara bertahap.Pada bulan Januari 2009 membangun seluas 200 .Tiga bulan kemudian PT Magetan Indah meneruskan proyeknya dengan membangun seluas 200 .Atas kegiatan tersebut PT Magetan Indah berhasil lolos dari pengenaan PPN karena waktu itu tidak ada peraturan tentang kegiatan membangun sendiri yang mengatur tentang pembangunan secara bertahap,yang ada hanya dikenai PPN jika membangun 300 atau lebih sedangkan PT Magetan indah hanya membangun 200 .Sayangnya contoh ini sudah tidak bisa diterapkan dalam kehidupan perpajakan sekarang seiring dengan diterbitkannya PMK nomor 39/PMK.03/2010 dan Perdirjen Pajak nomor PER-27/PJ/2010 tentang ketentuan kegiatan membangun sendiri.Peratuaran ini menyatakan bahwa kegiatan membangun sendiri yang dilakukan secara bertahap,sepanjang jangka waktu antar tahapan-tahapan tidak lebih dari 2 tahun maka diperlakukan sebagai satu kesatuan kegiatan.

c) Mengurangi Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dengan potongan harga

Yang menjadi dasar pengenaan pajak menurut UU PPN 1984 pasal 1 angka 17 salah satunya adalah Harga jual dan juga penggantian.Dalam angka 18 dijelaskan bahwa harga jual adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan BKP,tidak termasuk PPN yang dipungut berdasarkan UU ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.Sedangkan penggantian adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan JKP,ekspor JKP,atau ekspor BKP tidak berwujud, tetapi tidak termasuk PPN yang dipungut berdasarkan UU ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.Secara lebih ringkas dapat ditulis :

+ =

Tanpa disadari pengecualian potongan harga sebagai DPP yang tercantum dalam faktur pajak dapat dijadikan tax planning yang cukup menguntungkan bagi WP tetapi menyesakkan bagi DJP.Bagaimanakah caranya?Ya,dengan memberikan persentase potongan harga yang dinilai manajemen masih menguntungkan.Contoh kasus :PT Magetan Tertib bergerak dalam bidang usaha mebel,sudah dikukuhkan sebagai PKP sejak Januari 2011.Pada tanggal 15 January 2012 melakukan penyerahan berupa perabotan pabrik kepada PT Sarjana Mentawai yang terbuat dari kayu jati asli senilai 1 M,sudah termasuk biaya-biaya tambahan.a.Berapa PPN yang terutang atas penyerahan tersebut?b.Jika PT Magetan Tertib mengenakan diskon 1% dari harga jual,berapa PPN yang terutang?c.Mnakah yang lebih menguntungkan bagi PT Magetan Tertib?Poin a atau b?Jawab :a.PPN yang terutang : 10% x 1M=100 juta b.PPN yang terutang : 10% x (1M-(1%x1M)) =99 jutac.Pengambilan keputusan mengenai mana yang lebih menguntungkan antara dengan diskon atau tanpa diskon,sebaiknya dikembalikan kepada manajemen perusahaan.Dari sudut pandang saya,yang lebih menguntungkan adalah dengan diskon.Disamping karena DPP-nya menjadi lebih kecil dan PPN yang terutang menjadi lebih kecil,pemberian diskon juga akan menambah minat pembeli dalam membeli.

d) Melakukan pemusatan pajak terutang

Sekarang dikenal adanya prinsip desentralisasi pengukuhan PKP.Artinya,antara perusahaan pusat dan cabang-cabangnya diperlakukan sebagai unit-unit yang berbeda dalam hal pengukuhan PKP.Baik pusat maupun cabang masing-masing dikukuhkan sebagai PKP oleh Kantor Pelayanan Pajak Setempat.Jadi,setiap penyerahan BKP dari pusat ke cabang dan atau antar cabang akan dikenai PPN.Akan tetapi,ketentuan mengenai desentralisasi pengukuhan PKP itu menjadi hilang jika entitas yang bersangkutan memperoleh izin pemusatan tempat pajak terutang.Keuntungan yang diperoleh seperti,setiap cabang tidak perlu lapor ke DJP mengenai penyerahan BKP antarcabang sehingga compliance cost perusahaan dapat semakin ditekan.Oleh karena itu,sebaiknya suatu entitas yang mempunyai banyak cabang meminta izin untuk melakukan pemusatan pajak terutang.

e) Lebih sering melakukan ekspor BKP/JKP daripada penyerahan dalam negeri

Tarif PPN untuk ekspor BKP/JKP yang 0% sebaiknya dimanfaatkan PKP untuk lebih memaksimalkan ekspornya daripada penyerahan dalam negeri.Kenapa?Karena Bukan hanya tariff pajaknya saja yang jauh lebih rendah tapi juga keuntungan dalam pengkreditan pajak masukan yang menggiurkan pun siap didapat.Seperti yang kita tahu bahwa PPN yang harus PKP bayar adalah sejumlah pajak keluaran dikurangi dengan pajak masukan.

Contoh kasus :PT Magetan Aman adalah PKP yang bergerak dalam industry baja.Selain melakukan penyerahan hasil industrinya di dalam negeri,PT Magetan Aman juga melakukan ekspor hasil produksinya.Pada masa pajak Januari 2012 mempunyai pajak masukan yang dapat dikreditkan sebesar 100 juta dan juga melakukan ekspor ke Negara Palestina sebesar 2 M.Berapakah jumlah PPN yang harus dibayar PT Magetan Aman pada masa pajak januari 2012?Jawab:Pajak keluaran atas ekspor BKP : 0% x 2 M = 0Pajak masukan yang dapat dikreditkan= 100 jutaPajak Keluaran pajak masukan = 0 100 juta = lebih bayar 100 jutaMari kita andaikan jika penyerahan sebesar 2 M itu dilakukan dalam negeri (bukan ekspor),makaPajak keluaran atas penyerahan BKP : 10% x 2 M = 200 jutaPajak keluaran pajak masukan = 200 jua 100 juta=kurang bayar 100 jutaJadi,berdsarkan contoh di atas terlihat bahwa ekspor BKP/JKP sangat menguntungkan pihak WP.Jadi,alasan apakah yang menghalangi kita untuk ekspor barang?

Sebenarnya masih banyak tax planning yang biasa dilakukan WP dalam upaya meminimalkan jumlah pajak yang terutang.Misalnya,mengenai mekanisme pengkreditan pajak masukan,penghindaran menjadi PKP gagal Produksi,dll.Akan tetapi,mungkin Cuma itu yang bisa saya jelaskan.Jika ada kesalahan dalam tulisan saya ,kritik dan saran sungguh saya harapkan.

1. Perhitungan PPN PPN di Indonesia termasuk tipe konsumsi (consumption type VAT) artinya seluruh biaya yang dikeluarkan UD. Budimas untuk perolehan barang modal dapat dikurangi dari dasar penggenaan pajak. Dalam bahasa indirect subtraction method, Pajak Masukan ( input tax ) atas perolehan barang dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran ( output tax ) sehingga barang modal dikenakan PPN hanya satu kali. Dalam tipe konsumsi ini, kemungkinan terjadi penggenaan pajak berganda atas barang modal dapat dihindari sehingga mendorong setiap UD. Budimas yang dikenakan PPN melakukan peremajaan barang modalnya secara berkala. PPN sebagai pajak konsumsi memberikan indikasi bahwa PPN bukan pajak atas kegiatan bisnis. Sifat ini menunjukkan perbedaan mendasar dengan Pajak Penghasilan yang merupakan pajak yang dukenakan atas kegiatan bisnis. Adapun mekanisme PPN sebagai berikut : 1. UD. BUDIMAS menyerahkan BKP atau JKP wajib membuat faktur pajak untuk memungut pajak yang terhutang yang dinamakan Pajak Keluaran. 2. Pada saat UD. Budimas membeli BKP atau menerima JKP dari PKP lain, juga membayar pajak yang terutang yang dinamakan Pajak Masukan. 3. Pada akhir masa pajak , pajak masukan tersebut dikreditkan dengan pajak keluaran. Dalam hal jumlah pajak keluaran lebih besar daripada jumlah pajak masukan, maka kekurangan dibayar ke kas negara selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya. 4. Apabila pajak masukan UD. Budimas lebih besar dari[pada pajak keluaran, maka kelebihan pajak masukan ini dapat dikompensasikan dengan utang pajak dalam masa pajak beikutnya. 5. Pada saat akhir masa pajak, UD. Budimas wajib melaporkan pemungutan dan pembayaran pajak yang terhutang kepada kepala KPP selambat-lambatnya 20 hari setelah akhir masa pajak.

Di bawah ini adalah proses perhitungan PPN Masa UD. Budimas Bulan Desember 2009 beserta data PPN Masukan dan PPN Keluaran : Tabel 3. 1. Rekap Jumlah Pembelian UD. Budimas

Bulan Total Pembelian (Return) Total Diskon Desember 2009 Rp 5.970.383.038,- Rp 251.400.268,-

Bulan Total Penjualan (Return) Total Diskon Desember 2009Rp 6.465.589.840,- Rp 456.781.795,-

Dalam perhitungan PPN Masa UD. Budimas yang terutqng dengan cara membandingkan antara PPN Keluaran dan PPN Masukan, apabila PPN Keluaran lebih besar maka akan terjadi Kurang Pajak dan sebaliknya apabila PPN Masukan lebih besar daripada PPN Keluaran maka akan terjadi Lebih Bayar. 1. PPN Masukan DPP= Pembelian Diskon = Rp 5.970.383.038,- - Rp 251.400.268,- = Rp 5.718.982.770

PPN = 10% X DPP = 10% X Rp 5.718.982.770,- = Rp 571.898.277,- 2. PPN Keluaran DPP = Penjualan Diskon ( Potongan Harga ) = Rp 6.465.589.840,- Rp 456.781.795,-= Rp 6.008.808.045,- PPN = 10% X DPP = 10% X Rp 6.008.808.045,- = Rp 600.880.804,- 3. PPN Terutang PPN Masa = PPN Keluaran PPN Masukan = Rp 600.880.804,- - Rp 571.898.277,- = Rp 28.982.527,- PPN Masa UD. Budimas pada bulan Desember 2009 terjadi Kurang Bayar sebesar Rp 28.982.527,-.

Tax Planning Beberapa Tax Planning yang dapat dilakukan oleh UD. Budimas dalam rangka untuk mengefisienkan PPN Masa yang terutang antara lain : 1. UD. Budimas membuat Faktur Pajak Standar sesuai dengan UU supaya bisa dikreditkan, untuk memenuhi syarat syahnya UD. Budimas harus memenuhi kriteria baik Faktur Pajak Msukan maupun Faktur Pajak Keluaran : a. Sarana untuk mengkreditkan Pajak Masukan b. Paling sedikit memuat: o Nama, alamat, NPWP yang menyerahkan BKP/JKP o Nama, alamat, NPWP yang menerima BKP/JKP o Jenis Barang/Jasa, harga jual/penggantian, dan potongan harga o PPN yang dipungut o PPnBM yang dipungut o Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan FP o Nama, jabatan dan tanda tangan yang berhak menandatangani FP 2. Menerbitkan Faktur Pajak StandaR ( Faktur Pajak Penjualan ) selama mungkin (dalam kurun waktu yang diperbolehkan). a. Saat pembuatan Faktur Pajak: o Pada akhir bulan berikutnya setelah penyerahan BKP/JKP, kecuali pembayaran dibuat pada saat terjadi terjadi sebelum akhir bulan berikutnya penerimaan pembayaran; atau o Pada saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan BKP/JKP; atau o Pada saat penerimaan pembayaran termijn dalam hal penyerahan sebagian tahap pembayaran; atau o Pada saat PKP rekanan menyampaikan tagihan kepada Pemungut PPN 3. Dalam penjualan kredit UD. Budimas memperketat term of payment untuk mencegah WP nalangin PPN Pembeli. a. Pemberian Term untuk penjualan secara kredit hendaknya 30 hari dari tanggal pembelian.kesimpulan sebagai berikut 1. UD. Budimas dalam perhitungan PPN Masa sudah sesuai dengan Perundang -undangan PPN No. 18 tahun 2000, perhitungan PPN dengan menggunakan Credit Method dengan cara mencari selisih antara pajak yang dibayar saat pembelian (PPN Masukan) dengan pajak yang dipungut saat penjualan (PPN Keluaran). 2. UD. Budimas mempunyai peredaran bruto lebih dari Rp 600.000.000,- oleh sebab itu dikukuhkan sebagi PKP yang wajib untuk memungut PPN dari kegiatan usahanya. 3. Dari perhitungan rekapitulasi Faktur Penjualan yang dbuat oleh UD. Budimas selama bulan Desember 2009 sebesar Rp 6.465.589.840,-, dengan jumlah diskon/potongan harga yang diberikan sebesar Rp 456.781.795,-. Dengan itu di dapat Dasar Penggenaan Pajak (DPP) sebesar Rp 6.008.808.045,- maka PPN Keluaran adalah sebesar 10% X Rp 6.008.808.045,- yaitu Rp 600.880.804,-. 4. Dari perhitungan rekapitulasi Faktur Pembelian yang diterima dari supplier selama bulan Desember 2009 sebesar Rp 5.970.383.038,- dengan jumlah diskon/potongan harga sebesar Rp 251.400.268,- dengan itu maka diperoleh Dasar Penggenaan Pajak sebesar Rp 5.718.982.770,- maka PPN Masukan yang dapat dikreditkan adalah 10% X Rp 5.718.982.770 yaitu Rp 571.898.277,-. 5. Melalui perhitungan PPN Masa dengan menggunakan Credit Method maka PPN Masa yang terutang oleh UD. Budimas adalah sebesar Rp 600.880.804,-. Rp 571.898.277,- yaitu Rp 28.982.527,-, yang merupakan PPN Masa Kurang Bayar yang wajib disetorkan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dan wajib dilaporkan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya. 6. Dengan besarnya jumlah PPN Masa yang terhutang yang tidak terlalu besar pihak UD. Budimas menerapkan beberapa strategi tax planning diantara lain : a. Semua Faktur Pajak Standar diperhatikan keabsahannya agar dapat dikreditkan. b. Menerbitkan Faktur Pajak selama mungkin selama kurun waktu yang diperbolehkan oleh UU Perpajakan. c. Untuk Penjualan Kredit UD. Budimas memperketat ter of payment dengan maks 30 hari dari tanggal penyerahan barang.