Kasus KDRT Cici Paramida

download Kasus KDRT Cici Paramida

of 10

Transcript of Kasus KDRT Cici Paramida

Kasus KDRT Cici Paramida - Inilah Kronologi Tindakan Suaminya

Akhir-akhir ini berita panas/gosip hot JAKARTA - Setelah beberapa hari bungkam dan tak keluar rumah, penyanyi dangdut Cici Paramida akhirnya mengadakan jumpa pers di Hotel Century Park, Jakarta, kemarin (19/6). Pelantun lagu Wulan Merindu itu menceritakan kronologi tindak kriminal suaminya, Raden Akhmad Suhaebi Hamsawi, saat tepergok selingkuh Minggu malam lalu (14/6). Mengenakan blus lengan panjang berwarna abu-abu, Cici yang didampingi tiga pengacaranya tiba sekitar pukul 17.40 WIB. Wajahnya masih terlihat lebam. Di pelipis dan rahang kanan tampak bekas-bekas memar. Kakak penyanyi dangdut Siti Rahmawati atau Siti KDI itu memulai jumpa pers dengan memohon maaf kepada media. Begitu membuka mulut, suara Cici terdengar agak bergetar seperti menahan tangis. ''Mohon maaf, saya baru bisa muncul karena keadaan saya mulai stabil,'' katanya mengawali. Dia juga menyampaikan terima kasih kepada polisi yang telah menangani kasusnya secara profesional. Sambil mencucurkan air mata, perempuan yang menghilangkan tahi lalat di pipinya itu memberikan penjelasan. Menurut Cici, saat itu dirinya melihat dengan mata kepala sendiri bahwa Ebi -panggilan akrab sang suami- menyetir di kawasan Puncak, Bogor, dari arah Jakarta. ''Saat itu arah puncak agak padat merayap. Lalu, saya turun dari mobil, mengetuk kacanya (mobil sang suami) karena memang dia yang bawa sendiri. Di sampingnya, ada seorang wanita yang tidak saya kenal,'' kisahnya sambil menangis. Cici menuturkan, saat itu Ebi menengok ke arah dirinya. Cici pun berteriak, ''Pa, buka. Pa, buka, buka!'' Tapi, kata Cici, teriakan itu tidak dihiraukan. Karena itu, perempuan yang terlahir dengan nama Hamidah Idham tersebut bergerak ke depan. Dia berharap agar mobil yang dikemudikan sang suami berhenti. ''Tapi, nggak menyangka kalau mobil itu melaju cepat dan menabrak. Akhirnya, saya tersungkur ke aspal,'' ujarnya pilu. Cici tersungkur setelah badannya terkena spion kanan mobil yang ditumpangi Ebi. ''Sejak menikah, ini kali pertama kekerasan yang saya alami dari suami,'' katanya.

Ki Joko Bodo Lakukan KDRT Celebrity | April 28, 2011 at 17:06

Kabar tak sedap menimpa Agus Yulianto akrab disapa Ki Joko Bodo. Paranormal selebritis itu ditetapkan sebagai tersangka, karena diduga melakukan tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap istri keempatnya, Ni Kadek Leli Mariati. Ki Joko Bodo sendiri hingga berita ini diturunkan masih belum bisa dihubungi. Ketika C&R mau mengonfirmasi, Senin (24/4), telepon selulernya tidak aktif. Namun, Kasubid Penerangan Masyarakat (Penmas) Polda Bali AKBP Sri Harmiti, kepada wartawan awal pekan ini, membenarkan hal tersebut. Harmiti mengatakan, peristiwa tersebut bermula ketika Ni Kadek yang telah dikaruniai dua anak itu berada satu mobil dengan Ki Joko Bodo. Di dalam mobil itu juga ada asisten tersangka dan adik iparnya. Saat melintasi Jalan Imam Bonjol Denpasar, tersangka kemudian minta Ni Kadek mengambilkan pakaiannya. Namun, entah mengapa, keduanya kemudian ribut. Ni Kadek kemudian berusaha mencakar Ki Joko Bodo, tapi berhasil ditangkis. Celakanya, tangkisan tersangka mengenai wajah perempuan yang memiliki usaha salon di kawasan Denpasar Selatan itu. Tak terima dengan sikap suaminya, sehari kemudian Ni Kadek melaporkan peristiwa tersebut ke bagian PPA Polda Bali, 31 Maret lalu. Ketika mengadu dan tercatat dalam laporan No. LP/145/III/2011/Bali/Dit Reskrim, perempuan kelahiran Buleleng, 28 Agustus 1984, ini juga menyertakan visum et repertuum. Atas tindakannya tersebut, Ki Joko Bodo dijerat Pasal 44 UU No. 23 Tahun 2004 tentang KDRT dengan hukuman maksimal lima tahun. Peristiwa yang terjadi 30 Maret lalu itu baru tercium wartawan, setelah Ki Joko Bodo mendatangi Mapolda Bali 21 April lalu. Yang bersangkutan kooperatif hingga tidak ditahan, ujar Harmiti.

Anggota DPRD Kaltim Diduga Aniaya Istrinya dan tidak MenafkahiRegional | April 28, 2011 at 10:07

ilustrasi IstimewaKasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang diduga dilakukan Ketua Komisi I Bidang Pemerintahan dan Hukum DPRD Kalimantan Timur, Dahri Yasin, tetap berlanjut ke proses hukum. Prosesnya tetap berjalan dan sejauh ini kami masih terus meminta keterangan saksi yang melihat atau mengetahui penganiayaan yang diduga dilakukan pelaku terhadap istrinya, kata Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polresta Samarinda, Komisaris Arif Budiman, Kamis (28/4/2011). Dari pantauan, Ketua Komisi I DPRD Kaltim itu terlihat mendatangi Kantor Polresta Samarinda, pada Rabu siang dan langsung masuk ke ruangan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (Unit PPA) Satuan Reskrim. Dia (Dahri Yasin) datang bukan diperiksa tetapi kami hanya menfasilitasi agar untuk menyerahkan kunci kepada istrinya agar bisa masuk kembali ke rumahnya. Jadi, kedatangannya bukan untuk diperiksa, kata Arif Budiman. Sebagai seorang anggota DPRD Kaltim, pemeriksaan atas Dahri Yasin lanjut dia harus melalui izin Menteri Dalam Negeri. Perangkat untuk melakukan pemeriksaan terhadap Dahri Yasin masih kami siapkan, termasuk surat izin ke Mendagri kata Kasat Reskrim Polresta Samarinda itu. Terkait rencana Dahri Yasin yang akan mengambil inisiatif dengan meminta penyidik untuk memeriksa dirinya walaupun tanpa surat izin Mendagri, Arif Budiman mengaku akan tetap berpedoman pada KUHAP. Terserah dia, namun kami tetap berpedoman pada hukum acara pidana. Jadi, secara resmi, pemeriksaan itu akan kami lakukan setelah ada izin dari Mendagri walaupun yang bersangkutan akan mengambil inisiatif untuk diperiksa, kata Arif Budiman.

Orangtua Penganiaya Anak DitangkapSetelah sempat menghilang, pasangan suami istri yang menganiaya anaknya berinisial F ditangkap jajaran Kepolisian Resor Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (6/5) malam. Keduanya Hadi Sutopo dan Agustina, warga Banguntapan, Bantul.

Hadi dan Agustina yang sempat diburu ke Magelang, Jawa Tengah, tempat istri pertama Hadi, justru diciduk saat kembali ke rumah kontrakan mereka di Dusun Jomblangan, Banguntapan. Ketika itu mereka berniat mengambil sepeda motor. Saat diperiksa penyidik, keduanya mengaku menganiaya anak karena himpitan ekonomi dan kesal F susah diatur. "Hidup di perantauan, jualan tidak laku, bayar kontrakan gak punya uang, malah anaknya nakal, jadinya emosi," ucap Hadi. Keterangan Hadi dan Agustina masih didalami polisi. Namun berdasar penyidikan sementara, keduanya mengakui jika mereka melakukan kekerasan terhadap F yang berumur enam tahun. "Kita mendapati bekas setrika di paha kanan, kemaluan, dan cubitan bahkan gigitan di punggung, itu karena mereka emosi," ujar Kepala Polres Bantul Ajun Komisaris Besar Polisi Sri Suari. Kini sang ayah tiri harus meringkuk di sel. Sedangkan ibu kandung si bocah rencananya dititipkan ke panti sosial dengan pertimbangan sedang menyusui bayi. Keduanya terancam pasal 44 Undang-Undang Nomor 23 tentang kekerasan dalam rumah tangga dan Undang-undang Perlindungan Anak dengan hukuman di atas 13 tahun penjara.(AIS)

Gara-gara Uang Belanja, Suami Pukul Istri

INILAH.COM, Malang - Khoirul Amin (45), harus berurusan dengan Polisi. Bapak tiga orang anak yang tinggal di Jalan Suko, Desa Pagedangan, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang itu, terpaksa diamankan ke Polres Malang setelah dilaporkan melakukan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) oleh istrinya, Sumiati (40). Untuk memastikan apakah Khoirul bersalah, kasus ini masih dalam pemeriksaan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA) Polres Malang. Sumiati juga diminta agar membuat laporan ke UPPA terkait tindakan suaminya yang suka ringan tangan itu. "Kasusnya sudah kami limpahkan ke Polres Malang. Pelaku melakukan KDRT terhadap istrinya akibat marah saat diminta uang belanja," ungkap Kepala Unit Reserse Kriminal Polres Malang, Iptu Sudarno, Kamis (28/4/2011) siang pada wartawan. Dari data yang didapat menyebutkan, kejadian itu bermula saat Sumiati, meminta uang belanja dan uang saku untuk anaknya yang masih sekolah kemarin pagi. Pada Suamiati, Khoirul akhirnya memberikan uang Rp 9 ribu. Namun, karena terlalu kecil, Sumiati pun meminta lagi dengan dalih tidak cukup. Khoirul pun balik bertanya apakah uang belanja yang dikasihnya Rp 30 ribu dua hari sebelumnya sudah habis, malah berbuntut pertengkaran. Karena uang Rp 30 ribu dijelaskan Sumiati sudah habis untuk belanja dan membeli isi tabung gas elpiji, cek-cok mulut pun terjadi. Karena emosi, Khoirul akhirnya menendang kaki Sumiati hingga terjengkal. Tak terima diperlakukan kasar, Sumiati akhirnya melaporkan perbuatan suaminya ke Polsek Turen. "Karena kasusnya KDRT, kita limpahkan ke UPPA Polres Malang. Motif pemukulan dikarenakan suaminya marah saat diminta uang belanja oleh istrinya," terang Sudarno.

Kesal, Istri Siram Suami Dengan Air PanasINILAH.COM, Pasuruan - Gara-gara disiram air panas oleh istrinya, seorang warga di Kota Pasuruan Senin (2/5/2011), mengalami luka bakar di bagian punggungnya. Korban naas ini adalah Ali Hermanto (53), warga Jalan Jawa Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Gadingrejo. Akibat kejadian ini, korban pun terpaksa dilarikan ke RSUD Dr Soedarsono Kota Pasuruan untuk menjalani perawatan medis. Pasalnya dikhawatirkan, jika terlambat dirawat maka luka bakar itu akan bertambah parah. Meskipun luka bakarnya hanya 10 persen, namun korban cukup merasakan kesakitan. "Kejadiannya sekitar pukul 16.30 WIB. Saat itu saya berada di teras rumah dan tiba-tiba disiram dengan air panas dari belakang oleh Sri Wahyuni (52), istri saya sendiri. Tidak jelas apa masalahnya, dia langsung menyiram saya," terang Ali Hermanto, korban penganiayaan. Kasat Reskrim Polresta Pasuruan AKP Ponasit mengatakan, diduga motif penyiraman air panas oleh Sri Wahyuni ini, adalah karena dia kesal terhadap kelakukan suaminya yang dinilai sering melakukan hal yang tak wajar. "Dia kesal karena kamar mandi diperbaiki, padahal tidak rusak," ujarnya. Ponasit menambahkan, kejadian ini adalah puncak dari pertikaian suami istri yang terjadi beberapa waktu sebelumnya. "Bukan ini saja dia melakukan hal seperti ini. Sebelumnya, dia pernah mempreteli kulkas dan barang-barang di rumahnya. Padahal barang ini tidak rusak," imbuhnya. [beritajatim.com]

Usai Pesta Miras, Istri Dibogem Tanpa SebabTUBAN (Jurnalberita.com) Minuman keras kembali menambah kasus terjadinya tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Di Desa Karanglo Kecamatan Kerek, seorang kepala rumah tangga tega menghajar dan memukul wajah istrinya hingga mengalami luka di bagian mata bagian kiri, seusai pesta miras dengan rekanrekannya, Selasa (3/5/2011). Peristiwa pemukulan ini terjadi, saat Dkp (50) pulang ke rumah usai pesta miras bersama temannya di desa setempat. Sesampai di rumah, pria yang sehari-harinya menjadi petani ini langsung melayangkan bogem ke wajah sang istri, tepat dibagian mata kiri, tanpa ada sebab dan masalah yang terjadi sebelumnya. Sang istri, Rus (45), yang mengetaui suaminya mengamuk tanpa sebab langsung lari sembari berteriak minta pertolongan kepada tetangganya. Namun, korban tetap dikejar suamnya yang sudah dalam pengaruh alkohol. Melihat kejadian itu, para tetangga berusaha melerai keduanya. Warga desa lain yang mendengar jeritan korban, Rus, semakin banyak berdatangan dan berusaha mendekati serta menengahi pertengkaran. Melihat kondisi wajah Rus yang parah, warga membawa korban ke Puskesmas terdekat untuk mendapatkan perawatan serta melaporkan kejadian ini ke Polsek Kerek. Selang beberapa menit, aparat kepolisian datang ke lokasi untuk mengamankan pelaku tndak kekerasan dan mengamankan ke Mapolsek Kerek guna menjalani pemeriksaan. Kasubag Humas Polres Tuban AKP Noersento membenarkan kejadian ini, Memang benar telah terjadi kekerasan dalam Rumah tangga di Desa Karanglo Kecamatan Kerek. Kini tersangka masih dalam pemeriksaan Polsek Kerek. Jelasnya. Kini pelaku harus menginap dalam sel tahanan Polsek Kerek untuk mempertanggungjawabkan perbuatanya. Atas perbuatannya, pelaku bakal dijerat dengan UU Nomor 23 tahun 2004, dengan ancaman hukuman maksimal 10 tahun penjara. (jbc11/jbc2)

Ibunda Arumi Melakukan Kekerasan Rumah Tangga Hukuman Mati 10 TahunIbunda artis Arumi Bachsin, Maria Lilian Pesch, dilaporkan ke polisi oleh anaknya sendiri dengan tudingan melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan eksploitasi ekonomi. Jika terbukti, Maria Pesch terancam hukuman 10 tahun penjara dan denda Rp 200 juta. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes (Pol) Boy Rafly Amar yang dihubungi wartawan, Jumat (19/11) membenarkan laporan Arumi tersebut. Dia melapor ke Polda sekitar 25 Oktober lalu, ujar Boy. Dalam laporan polisi itu, Arumi mengaku telah dieksploitasi oleh orangtuanya sendiri. Ibunya telah mengeksploitasi dia. Makanya dia melaporkan, ujar Boy. Saat ini pihaknya masih memeriksa kasus dugaan eksploitasi orang tua terhadap anak itu. Apa dan bagaimana permasalahannya, masih harus diselidiki, jelas Boy. Sementara itu, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Hadi Supeno mengatakan, dalam laporan yang dia terima, Arumi melaporkan orangtuanya ke polisi dengan dua pasal berbeda, yakni pasal 45 Undang-undang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan pasal 88 Undang-undang Perlindungan Anak. Hadi menjelaskan, pasal 88 berbunyi, setiap orang yang mengeksploitasi ekonomi dan seksual anak dengan tujuan menguntungkan diri sendiri, dihukum paling lama 10 tahun dan denda Rp 200 juta. Kalau betul terjadi, ya eksploitasi namanya. Arumi mengakui bahwa dia diancam oleh orangtuanya dan dipaksa karena dijodohkan oleh Mr X, kata Hadi. Tetapi, tuduhan yang dilaporkan Arumi pada orangtuanya itu harus dibuktikan dulu oleh polisi. Apakah benar tuduhan itu dan apakah benar Mr X itu suruhan orangtuanya, itu tugas polisi, jelas Hadi yang menganggap, semua anak punya persoalan, termasuk Arumi. Persoalan Arumi ini biasa-biasa saja. Bukan hal yang luar biasa, katanya. Seperti diberitakan, pesinetron Arumi Bachsin kabur dari rumah karena menolak dijodohkan oleh orangtuanya dengan seorang pengusaha yang disebut ketua KPAI Hadi Supeno sebagai Mr X yang berusia sekitar 30 tahun asal Kudus, Jawa Tengah.

Digampar, Istri Seret Sang Suami Jadi TerdakwaGRESIK (Jurnalberita.com) Gara-gara ringan tangan dan menggampar istrinya hingga meninggalkan bekas di wajah, Imam Gunarso (30), warga Dusun Tugu RT.01 RW 02 No.7 Desa Jono Kecamatan Cerme, harus menanggung akibat dari perbuatannya dan duduk di kursi pengadilan sebagai terdakwa dalam persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Gresik, Selasa (01/02). Dalam sidang dengan Majelis Hakim yang diketuai Fatchul Mujib SH, Jaksa Penuntut Umum (JPU) Dwi Setiadi SH MM, dalam dakwaan kesatu, menjerat terdakwa dengan pasal 44 ayat 1 UU No. 23 tahun 2004 tentang pengapusan kekerasan dalam rumah tangga. Sedangkan pada dakwaan kedua, dijerat dengan pasal 44 ayat 4 UU No. 23 tahun 2004. Perbuatan terdakwa dilakukan pada 23 September 2010 sekitar pukul 04.30 WIB, ujarnya. Dalam uraian dakwaan JPU disebutkan, istri terdakwa Wahyu Dwi Astuti saat itu tidur bersama anaknya, Wisnu (1,5) di kamar. Sementara, terdakwa Imam Gunarso tidur diteras. Saat tertidur pulas, anaknya minta diantarkan kencing agar tidak mengompol. Wahyu Dwi Astuti pun mengantarkan anaknya buang air kecil dan mengganti pakaiannya. Saat itu pula, terdakwa Imam Gunarso terbangun dari tidur. Kesempatan itu digunakan Wahyu Dwi Astuti untuk minta ijin hendak sambang ke orang tuanya di Surabaya. Namu, terdakwa tidak mengijinkan dan justru marah-marah sambil meminta anaknya agar digendong. Tak berhenti sampai disitu, terdakwa juga melayangkan tangan ke wajah istrinya dan mendorongnya hingga tersungkur sembari mengeluarkan kata-kata yang memanaskan kuping. Mendengar suara gaduh, mertuanya terbangun untuk melerai. Tak terima dengan perlakukan kasar suaminya, Wahyu Dwi Astuti melapor hal tersebut ke Polsek Cerme dan meminta visum et repertum sebagai bukti telah terjadi kekerasan fisik yang menimpanya. (jb6/jb2)