Cici Case Kad

44
BAB 1 LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN Nama : An. G Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 12 11/12 tahun MR : 88.55.86 Tanggal masuk : 17 Oktober 2014 ANAMNESIS : alloanamnesis pada ibu kandung Keluhan Utama : Sesak nafas sejak 1 hari SMRS. Riwayat Penyakit Sekarang : Sering buang air kecil di malam hari sejak 1 minggu yang lalu, frekuensi 3-4 kali tiap malam. Sering merasa haus dan lapar sejak 1 minggu yang lalu, makan sampai 4 kali sehari. Seing kelelahan sejak 1 minggu yang lalu.

description

kjk

Transcript of Cici Case Kad

BAB 1LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIENNama : An. GJenis kelamin: Laki-lakiUmur: 12 11/12 tahunMR : 88.55.86Tanggal masuk: 17 Oktober 2014 ANAMNESIS : alloanamnesis pada ibu kandungKeluhan Utama : Sesak nafas sejak 1 hari SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang : Sering buang air kecil di malam hari sejak 1 minggu yang lalu, frekuensi 3-4 kali tiap malam. Sering merasa haus dan lapar sejak 1 minggu yang lalu, makan sampai 4 kali sehari. Seing kelelahan sejak 1 minggu yang lalu. Sesak nafas sejak 1 hari SMRS. Sesak nafas tidak dipengaruhi makanan, aktifitas, dan cuaca. Suara nafas tidak menciut. Sesak semakin bertambah sejak 12 jam SMRS. Muntah sejak 1 hari SMRS, frekuensi 6-8 kali/hari, jumlah 8-10 sdm, berisi apayang dimakan. Demam tidak ada, kejang tidak ada, penurunan kesadaran tidak ada. Batuk pilek tidak ada. Buang air besar warna dan konsistensi biasa. Sebelumnya pasien telah dibawa ke dokter di Darmasraya dan dilakukan pemeriksaan darah, didapatkan hasil GDR 402 mg/dl. Lalu pasien dianjurkan untuk untuk ke Sp.A, lalu orang tua membawa ke Sp.A dan dirujuk dengan keterangan DM tipe 1 dan ketoasidosis diabetikum. Mendapat NaCl 0,9% 18 tts/menit (habis 100 cc).

Riwayat penyakit dahulu: Anak tidak pernah mengalami penyakit seperti sekarang.

Riwayat penyakit keluarga: Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Tidak ada riwayat anggota keluarga yang menderita diabetes.

Riwayat sosial-ekonomi,kejiwaan, kebiasaan: Anak kedua dari 3 bersaudara, lahir spontan, ditolong bidan, BBL 3800 gram, PBL 52 cm, langsung menangis. Riwayat imunisasi dasar lengkap. Higienitas dan sanitasi lingkungan kurang. Riwayat tumbuh kembang sesuai usia.

PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum : Tampak sakit berat Kesadaran: sadar Tanda-tanda Vital:- Nadi : 124 x/menit- Pernapasan : 46 x/menit - Suhu : 37,6 0C- TD : 120/80 mmHg Berat badan: 28,5 kg Tinggi badan: 157 cm BB/U: 71,25% TB/U: 106,08% BB/TB: 61,9% Keadaan gizi: kurang

KulitTeraba hangat, turgor kembali lambat.

Kelenjar Getah BeningTidak teraba pembesaran KGB. Kepala dan leher Kepala: Normochepal, LK= 50 cm (normal menurut standar Nelhauss) Rambut: hitam tidak mudah rontok Mata: mata cekung, aimata sedikit, Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, Refleks cahaya +/+. Hidung: nafas cuping hidung ada. Telinga: tidak ditemukan kelainan. Mulut : mukosa bibir dan mulut kering. Sianosis sirkum oral tidak ada. Leher: JVP 5-2 mmH2O

ThoraksParu Inspeksi: simetris, retraksi dinding dada tidak ada Palpasi: fremitus ki=ka Perkusi: sonor Auskultasi: vesikuler, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada

Jantung Inspeksi: iktus kordis tidak terlihat Palpasi: iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS RIC 5 Perkusi: Batas jantung atas RIC 2, batas kanan di linea sternalis dextra, batas kiri 1 jari medial LMCS, batas bawah di RIC 5. Auskultasi: irama teratur, bising tidak ada.

Abdomen Inspeksi: distensi tidak ada Palpasi: supel, nyeri tekan tidak ada.Hepar : tidak terabaLien: tidak teraba. Perkusi: timpani Auskultasi: Bising Usus (+) normal

PunggungTidak ditemukan kelainan.

GenitaliaStatus pubertas A1P2G3

EkstremitasAkral hangat, RCT < 2 detik.Refleks fisiologis +/+Refleks patologis -/-

PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium (17 Oktober 2014)Hb : 16 g/dlLeukosit: 25.000/mm3Diff. Count: 0/0/6/65/27/2

GDR: 569 mg/dl

Pemeriksaan elektrolitNa: 133 mmol/LK: 5,1 mmol/L

Analisis Gas DarahpH: 7,05pCO2: 7 mmHgpO2: 142 mmHgHCO3-: < 3 mmolKesan/ asidosis metabolik berat

Urine: kuning jernihAlbumin: tidak adaReduksin: tidak adaSedimen: leukosit (-) Eritrosit (-)Keton Urine: ++

DIAGNOSIS KERJAKetoasidosis diabetikum dengan dehidrasi sedang.Failure to thrive

TERAPIa. Derajat dehidrasi: 6%b. Defisit cairan: 6% x BB x 1000 = 6% x 28,5 x 1000 = 1710 ccc. Kebutuhan cairan maintanance 48 jam= (1500 ml + 20ml(8,5)) x 2= (1500 + 170) x 2= 3340 mlKebutuhan cairan 48 jam =3340+1710 = 5050ml/48 jam d. Terapi insulin: 0,1 IU x BB = 0,1 x 28,5 =2,85 IUPemberian : (NaCl 0,9% + insulin = 1 IU 1 ml) = 2,85 ml/jam 140ml/48jame. Total pemberian cairan/jam (NaCl 0,9% + KCl 20 mEq/kolf)= 5050 - 140 100 = 4810 ml/48 jam 100 ml/jam 34 tetes/menit.

Th/ Pasang O2 2 L/menit IVFD NaCl 0,9% + KCl 20 mEq/kolf 32 tetes/menit makro Insulin 2,85 cc/jam 2,9 cc/jam Ceftriaxone 1x500mg Paracetamol 300 mgRENCANA Cek GDR tiap 1 jam. Cek keton urine tiap 2 jam. Balance cairan Pemeriksaan HbAlc dan c-peptide.

FOLLOW UPTanggal/Jam

17 Oktober 201418.00GDR = 444 mg/dlKeton Urine ++Kesan/ hiperglikemia (menurun dari sebelumnya)

Hasil AGDpH: 7,05pCO2: 7 mmHgpO2: 142 mmHgHCO3-: < 3 mmolKesan/ asidosis metabolik berat

Koreksi bikarbonat dengan base excess 15= (15 x 0,3 x 28,5) : 4= 32 mEq

19.00GDR 439 mg/dlKesan/ hiperglikemia (meningkat dari sebelumnya)

20.00GDR 402 mg/dlKeton urine ++Kesan/ hiperglikemia (menurun dari sebelumnya)+ketonuria

21.00GDR 433 mg/dlKesan/ hiperglikemia (meningkat dari sebelumnya)

22.00GDR 369 mg/dlKeton urine ++Kesan/ hiperglikemia (menurun dari sebelumnya)+ketonuria

23.00GDR 324 mg/dlKesan/ hiperglikemia (menurun dari sebelumnya)

24.00GDR 324 mg/dlKeton ++

Balance cairan/6 jam (18-24):Input=p.o+p.e= 860 ccOutput=Iwl+urine=150+500=650cc

Balance = +21ccDiuresis 2,8 cc/kg/jam

Analisis Gas DarahpH = 7,23pCO2 = 15 mmHgpO2 = 145 mmHgHCO3- = 6,3 mmol/lKesan/ asidosis metabolik (perbaikan dari sebelumnya)

18 Oktober 201401.00GDR 285 mg/dlKesan/hiperglikemia (meningkat dari sebelumnya)

02.00GDR 296 mg/dlKeton ++Kesan/hiperglikemia (meningkat dari sebelumnya)

03.00GDR 250 mg/dlKesan/hiperglikemia (menurun dari sebelumnya)

04.00GDR 214mg/dlKesan/hiperglikemia (menurun dari sebelumnya)

Keton urine ++Kesan/ ketonuria belum perbaikanTh/ IVFD D5 NS + KCl 20 mEq/kolf = 32 tetes/menit

05.00GDR 216 mg/dlKesan/ hiperglikemia (meningkat dari sebelumnya)

06.00S/ sesak nafas berkurang, demam hilang timbul, muntah tidak ada, sementara dipuasakan, gula darah cenderung menurun, BAK jumlah cukup.

O/KU: tampak sakit beratKesadaran : sadarHR : 122 x/menitRR : 26 x/menitSuhu : 37,4 0CMata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterikThorax : cor: irama teratur, bising tidak adaPulmo: ronkhi tidak ada, wheezing tidak adaAbdomen : distensi tidak ada, supel, turgor kembali cepat, bising usus (+) normal.Ektrimitas : akral hangat, refilling capiler baik

Kesan/ stabil

Balance cairan 16 jamInput : p.o = -p.e = 588 cctotal = 588 cc

output:IWL = 150 ccUrine =300 ccTotal = 450 cc

Balance cairan = + 138 ccDiuresis = 1,7 cc/kgBB/jams/ IVFD D5 NS + KCl 20 mEq/kolf = 32 tetes/menitceftriaxone 1x500mgparacetamol 300 mg (T380C)

r/ Cek GDR/1 jamCek keton urine/2 jamBalance cairanPemeriksaan HbAlc dan c-peptide.

07.00GDR= 187 mg/dlKesan/ dalam batas normal

08.00GDR= 207 mg/dlKesan/ hiperglikemia

Keton urin ++Kesan/ ketomuriar/ lanjut IVFD D5 NS + KCl 20 mEq/kolf = 32 tetes/menit

09.00GDR= 201 mg/dlKesan/ hiperglikemia

r/ lanjut IVFD D5 NS + KCl 20 mEq/kolf = 32 tetes/menit

10.00GDR= 191 mg/dlKesan/ dalam batas normal

Keton urin +Kesan/ ketomuriar/ lanjut IVFD D5 NS + KCl 20 mEq/kolf = 32 tetes/menit

11.00GDR= 167 mg/dlKesan/ dalam batas normal

r/ lanjut IVFD D5 NS + KCl 20 mEq/kolf = 32 tetes/menit

12.00GDR= 159 mg/dlKesan/ dalam batas normal

Keton urine +Kesan/ ketonuria

Balance cairan 6 jam (06-12)Input= p.o+p.e = 580Output=IWL+urine=150+190=340

Balance +240cc Diuresis 1,05 cc/kg/jamr/ lanjut IVFD D5 NS + KCl 20 mEq/kolf = 32 tetes/menit

13.00GDR= 131 mg/dlKesan/ dalam batas normal

14.00GDR= 108 mg/dlKesan/ dalam batas normal

Keton urine +Kesan/ ketonuria

15.00GDR= 112 mg/dlKesan/ dalam batas normal

16.00GDR= 113 mg/dlKesan/ dalam batas normal

Keton urine +Kesan/ ketonuria

17.00GDR 92 mg/dlKesan/

BB sekarang = 30 kgs/ lanjut terapimulai intake per-oral dan regimen insulin basal-bolus kebutuhan kalori:1700 kkal Makan pagi 20% = 340 kkal Snack pagi 10% = 170 kkal Makan siang 25% = 425 kkal Snack siang 10% = 170 kkal Makan malam 25% = 425 kkal Snack malam 10% = 170 kkal

Regimen insulin basal-bolusJumlah insulin saat ini:-2,9cc/jam 2,9 IU/jam = 2,9x24 =69,6IU/hari70 IU/hari

Dosis insulin rumatan:1,5- 1 IU/kg/hari= 45 60 IU/kg/hari

Insulin yang diberikan 75%= 34-45 IU/hariDibagi menjadi 2 dosis:-insulin kerja cepat 22unitPagi (06.00)=7 unitSiang(12.00)=8 unitMalam(18.00)=7 unit-insulin kerja menengah 24 unitPagi (06.00)= 12 unitMalam(18.00)= 12 unit

r/ pemberian makan peroral dan insulin basal-bolus di mulai jam 18.00 sebelum makan malam.

18.00GDR 89 mg/dlKesan/hipoglikemias/mulai pemberian makan peroral makan malam 340 kkal insulin rapid 7 unitinsulin basal 12 unit

r/ pantau vital sign dan GDRstop drip insulin setelah 60-90 menit pasca injeksi insulin subkutan.

19.00GDR 110 mg/dlKesan/ dalam batas normal

21.00GDR 98 mg/dlKesan/ dalam batas normals/ berikan snack malam 170 kkal

24.00GDR 198 mg/dlKeton urine= +

19 Oktober 201403.00GDR 315 mg/dlKesan/ hiperglikemias/lanjut terapi

06.00S/ sesak nafas tidak ada, demam tidak, kejang tidak ada, anak sudah mulai makan, muntah tidak ada, gula darah naik turun, BAK jumlah cukup, BAB belum ada.

O/KU: tampak sakit sedangKesadaran : sadarHR : 102 x/menitRR : 28 x/menitSuhu : 37 0CMata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterikThorax : cor: irama teratur, bising tidak adaPulmo: ronkhi tidak ada, wheezing tidak adaAbdomen : distensi tidak ada, supel, turgor kembali cepat, bising usus (+) normal.Ektrimitas : akral hangat, refilling capiler baik

A/ DM tipe 1Ketoasidosis diabetikum (teratasi)

P/ MB 1700 kkal Makan pagi 340 kkal Snack pagi 170 kkal Makan siang 425 kkal Snack siang 170 kkal Makan malam 425 kkal Snack malam 170 kkalCeftriaxone 1x500mgParacetamol 300 (T 38 0C)Levemir scNovorapid sc

Balance cairan 6 jam (24-06)Input= p.o+p.e = 550Output=IWL+urine=150+250=400

Balance +150cc Diuresis 1,4 cc/kg/jamr/ cek GDR/3 jambalance cairan/24 jam

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis, dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relative.

B. Epidemiologi Data komunitas di Amerika Serikat, Rochester, menunjukkan bahwa insiden ketoasidosis diabetik sebesar 8 per 1000 pasien DM per tahun untuk semua kelompok umur, sedangkan untuk kelompok umur kurang dari 30 tahun sebesar 13,4 per 1000 pasien DM per tahun. Sumber lain menyebutkan insiden ketoasidosis diabetik sebesar 4,6-8/1000 pasien DM per tahun. Ketoasidosis diabetik dilaporkan bertanggung jawab untuk lebih dari 100.000 pasien yang dirawat per tahun di Amerika Serikat. Walaupun data komunitas di Indonesia belum ada, agaknya insiden ketoasidosis diabetik di Indonesia tidak sebanyak di negara barat, mengingat prevalensi DM tipe 1 yang rendah. Laporan insiden ketoasidosis diabetik di Indonesia umumnya berasal dari data rumah sakit dan terutama pada pasien DM tipe 2 (Soewondo, 2009). Angka kematian pasien dengan ketoasidosis diabetik di negara maju kurang dari 5% pada banyak senter, beberapa sumber lain menyebutkan 5-10%, 2-10%, atau 9-10%.

C. Etiologi Semua kelainan pada ketoasidosis diabetik disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif yang berkembang dalam beberapa jam atau hari. Pada pasien DM yang telah diketahui sebelumnya disebabkan oleh kekurangan pemberian kebutuhan insulin eksogen atau karena peningkatan kebutuhan insulin akibat keadaan atau stres tertentu.Stress tersebut dapat berupa :a. Infeksib. Kelainan vaskuler (infark miokard akut)c. Kelainan endokrin (hipertyroidisme, sindroma chusing)d. Traumae. Kehamilanf. Stres emosionalg. Peningkatan hormone kontrainsulin (epinefrin, kortisol, glukagon)

D. Patofisiologi Ketoasidosis diabetik merupakan suatu keadaan dimana terdapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan peningkatan hormon kontra regulator (glukagon, katekolamin, kortisol, dan growth hormon); keadaan tersebut menyebabkan produksi glukosa hati meningkat dan meningkatkan lipolisis dan produksi benda keton (Soewondo, 2009). Peningkatan glukoneogenesis akibat dari tingginya ketoasidosis diabetikar substrat nonkarbohidrat (alanin, laktat, dan gliserol pada hepar, dan glutamin pada ginjal) dan dari peningkatan aktivitas enzim glukoneogenik (fosfoenol piruvat karboksilase/PEPCK, fruktose 1,6 bifosfat, dan piruvat karboksilase). Peningkatan produksi glukosa hepar menunjukkan patogenesis utama yang bertanggung jawab terhadap keadaan hiperglikemia pada pasien dengan ketoasidosis diabetik . Selanjutnya, keadaan hiperglikemia dan ketoasidosis diabetikar keton yang tinggi menyebabkan diuresis osmotik yang akan mengakibatkan hipovolemia dan penurunan glomerular filtration rate. Keadaan yang terakhir akan memperburuk hiperglikemia. Mekanisme yang mendasari peningkatan produksi benda keton telah dipelajari selama ini. Kombinasi defisiensi insulin dan peningkatan konsentrasi hormon kontraregulator menyebabkan aktivasi hormon lipase yang sensitive pada jaringan lemak. Peningkatan aktivitas ini akan memecah trigliserid menjadi gliserol dan asam lemak bebas (free fatty acid/FFA). Diketahui bahwa gliserol merupakan substrat penting untuk glukoneogenesis pada hepar, sedangkan pengeluaran asam lemak bebas yang berlebihan diasumsikan sebagai prekursor utama dari ketoasid . Pada hepar, asam lemak bebas dioksidasi menjadi benda keton yang prosesnya distimulasi terutama oleh glukagon. Peningkatan konsentrasi glukagon menurunkan ketoasidosis diabetikar malonyl coenzyme A (CoA) dengan cara menghambat konversi piruvat menjadi acetyl Co A melalui inhibisi acetyl Co A carboxylase, enzim pertama yang dihambat pada sintesis asam lemak bebas. Malonyl Co A menghambat camitine palmitoyl-transferase I (CPT I), enzim untuk transesterifikasi dari fatty acyl Co A menjadi fatty acyl camitine, yang mengakibatkan oksidasi asam lemak menjadi benda keton. CPT I diperlukan untuk perpindahan asam lemak bebas ke mitokondria tempat dimana asam lemak teroksidasi. Peningkatan aktivitas fatty acyl CoA dan CPT I pada ketoasidosis diabetik mengakibatkan peningkatan ketongenesis.

Gambar 1. Patofisiologi Ketoasidosis Diabetik

E. Manifestasi Klinis Sekitar 80% pasien ketoasidosis diabetik adalah pasien DM yang sudah dikenal. Kenyataan ini tentunya sangat membantu untuk mengenali ketoasidosis diabetik sebagai komplikasi akut DM dan segera mengatasinya. Sesuai dengan patofisiologi ketoasidosis diabetik, maka pada pasien ketoasidosis diabetik dijumpai pernapasan cepat dan dalam (Kussmaul), berbagai derajat dehidrasi (turgor kulit berkurang, lidah dan bibir kering), ketoasidosis diabetic yang disertai hipovolemia sampai syok. Bau aseton dari hawa napas tidak terlalu mudah tercium . Areateus menjelaskan gambaran klinis ketoasidosis diabetik sebagai keluhan poliuri dan polidipsi sering kali mendahului ketoasidosis diabetik serta didapatkan riwayat berhenti menyuntik insulin, demam, atau infeksi. Muntah-muntah merupakan gejala yang sering dijumpai pada ketoasidosis diabetik anak. Dapat pula dijumpai nyeri perut dan berhubungan dengan gastroparesis-dilatasi lambung . Derajat kesadaran pasien dapat dijumpai mulai compos mentis, delirium, depresi sampai koma. Bila dijumpai kesadaran koma perlu dipikirkan penyebab penurunan kesadaran lain (misalnya uremia, trauma, infeksi, minum alkohol). Infeksi merupakan factor pencetus yang paling sering. Infeksi yang paling sering ditemukan ialah infeksi saluran kemih dan pneumonia. Walaupun faktor pencetusnya adalah infeksi, kebanyakan pasien tak mengalami demam. Bila dijumpai adanya nyeri abdomen, perlu dipikirkan kemungkinan kolesistitis, iskemia usus, appendicitis, diverticulitis, ayau perforasi usus. Bila pasien tidak menunjukkan respon yang baik terhadap pengobatan ketoasidosis diabetik, maka perlu dicari kemungkinan infeksi tersembunyi (sinusitis, abses gigi, abses perirectal).

F. Diagnosis Langkah pertama yang harus diambil pada pasien ketoasidosis diabetik terdiri dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cepat dan teliti terutama memperhatikan patensi jalan napas, status mental, status ginjal dan kardiovaskular, dan status hidrasi. Langkah-langkah ini harus dapat menentukan jenis pemeriksaan laboratorium yang harus segera dilakukan, sehingga penatalaksanaan dapat segera dimulai tanpa adanya penundaan . Meskipun gejala DM yang tidak terkontrol mungkin tampak dalam beberapa hari, perubahan metabolik yang khas untuk ketoasidosis diabetik biasanya tampak dalam jangka waktu pendek (< 24 jam). Umumnya penampakan seluruh gejala dapat tampak atau berkembang lebih akut dan pasien dapat tampak menjadi ketoasidosis diabetik tanpa gejala atau tanda ketoasidosis diabetik sebelumnya. Gambaran klinis klasik termasuk riwayat poliuria, polidipsia, dan polifagia, penurunan berat badan, muntah, sakit perut, dehidrasi, lemah, clouding of sensoria, dan akhirnya koma. Pemeriksaan klinis termasuk turgor kulit yang menurun, respirasi Kussmaul, takikardia, hipotensi, perubahan status mental, syok, dan koma. Lebih dari 25% pasien ketoasidosis diabetik menjadi muntah-muntah yang tampak seperti kopi. Perhatian lebih harus diberikan untuk pasien dengan hipotermia karena menunjukkan prognosis yang lebih buruk. Demikian pula pasien dengan abdominal pain, karena gejala ini dapat merupakan akibat atau sebuah indikasi dari pencetusnya, khususnya pada pasien muda. Evaluasi lebih lanjut diperlukan jika gejala ini tidak membaik dengan koreksi dehidrasi dan asidosis metabolic.Tabel 1. Kriteria Ketoasidosis

G. Penatalaksanaan Penatalaksanaan ketoasidosis diabetik bersifat multifaktorial sehingga memerlukan pendekatan terstruktur oleh dokter dan paramedis yang bertugas. Prinsip-prinsip pengelolaan ketoasidosis diabetik ialah :1. Penggantian cairan dan garam yang hilang2. Menekan lipolisis sel lemak dan menekan glukoeogenesis sel hati dengan pemberian insulin3. Mengatasi stres sebagai pncetus ketoasidosis diabetik4. Mengembalikan keadaan fisiologi normal dan menyadari pentingnya pemantauan serta penyesuaian pengobatan.

Terapi ketoasidosis diabetik yaitu:1. Terapi cairan Prioritas utama pada penatalaksanaan ketoasidosis diabetik adalah terapi cairan .Terapi insulin hanya efektif jika cairan diberikan pada tahap awal terapi dan hanya dengan terapi cairan saja akan membuat ketoasidosis diabetikar gula darah menjadi lebih rendah. Studi menunjukkan bahwa selama empat jam pertama, lebih dari 80% penurunan ketoasidosis diabetik gula darah disebabkan oleh rehidrasi. Oleh karena itu, hal penting pertama yang harus dipahami adalah penentuan difisit cairan yang terjadi. Ada dua keuntungan rehidrasi pada ketoasidosis diabetik: memperbaiki perfisi jaringan dan menurunkan hormone kontraregulator insulin. Bila konsentrasi glukosa kurang dari 200 mg% maka perlu diberikan larutan mengandung glukosa (dekstrosa 5% atau 10%).2. Insulin Terapi insulin harus segera dimulai sesaat setelah diagnosis ketoasidosis diabetik dan rehidrasi yang memadai. Sumber lain menyebutkan pemberian insulin dimulai setelah diagnosis ketoasidosis diabetik ditegakkan dan pemberian cairan telah dimulai. Pemakaian insulin akan menurunkan ketoasidosis diabetikar hormon glukagon, sehingga menekan produksi benda keton di hati, pelepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak, pelepasan asam amino dari jaringan otot dan meningkatkan utilisasi glukosa oleh jaringan. Pemberian insulin dengan infus intravena dosis rendah adalah terapi pilihan pada ketoasidosis diabetik yang disebutkan oleh beberapa literatur, sedangkan ADA menganjurkan insulin intravena tidak diberikan pada KAD derajat ringan. Jika tidak terdapat hipokalemia (K < 3,3mEq/l), dapat diberikan insulin regular 0,15 u/kg BB, diikuti dengan infus kontinu 0,1 u/kgBB/jam (5-7 u/jam). Jika kadar kalium < 3,3 mEq/l, maka harus dikoreksi dahulu untuk mencegah perburukan hipokalemia yang akan dapat mengakibatkan aritmia jantung . Insulin dosis rendah biasanya menurunkan gula darah dengan kecepatan 50-75 mg/dl/jam, sama seperti pemberian insulin dosis lebih tinggi. Jika gula darah tidak menurun sebesar 50 mg/dl dari nilai awal pada jam pertama, periksa status hidrasi pasien. Jika status hidrasi mencukupi, infus insulin dapat dinaikkan 2 kali lipat setiap jam sampai tercapai penurunan gula darah konstan antara 50-75 mg/dl/jam. Ketika kadar gula darah mencapai 250 mg/dl, turunkan infus insulin menjadi 0,05-0,1 u/kgBB/jam (3-6 u/jam), dan tambahkan infus dextrose 5-10%. Setelah itu kecepatan pemberian insulin atau konsentrasi dextrose harus disesuaikan untuk memelihara nilai glukosa sampai keadaan asidosis membaik. Pada kondisi klinik pemberian insulin intravena tidak dapat diberikan, maka insulin diberikan dengan dosis 0,3 iu (0,4-0,6 iu)/kgBB yang terbagi menjadi setengah dosis secara intravena dan setengahnya lagi secara subkutan atau intramuskular, selanjutnya diberikan insulin secara intramuskular atau subkutan 0,1 iu/kgBB/jam, selanjutnya protokol penatalaksanaannya sama seperti pemberian drip intravena.3. Natrium Penderita dengan ketoasidosis diabetik kadang-kadang mempunyai kadar natrium serum yang rendah, oleh karena level gula darah yang tinggi. Untuk tiap peningkatan gula darah 100 mg/dl di atas 100 mg/dl maka kadar natrium diasumsikan lebih tinggi 1,6 mEq/l daripada kadar yang diukur. Hiponatremia memerlukan koreksi jika level natrium masih rendah. Kadar natrium dapat meningkat setelah dilakukan resusitasi cairan dengan normal saline oleh karena normal saline memiliki kadar natrium lebih tinggi dari kadar natrium ekstraselular saat itu disamping oleh karena air tanpa natrium akan berpindah ke intraselular sehingga akan meningkatkan kadar natrium. Serum natrium yang lebih tinggi daripada 150 mEq/l memerlukan koreksi dengan NaCl 0,45%. 4. Kalium Untuk mencegah hipokalemia, penggantian kalium dimulai setelah kadar kalium serum kurang dari 5, sumber lain menyebutkan nilai 5,5 mEq/l. Umumnya, 20-30 mEq kalium (2/3 KCl dan 1/3 KPO4) pada tiap liter cairan infus cukup untuk memelihara kadar kalium serum dalam range normal 4-5mEq. Kadang-kadang pasien KAD mengalami hipokalemia yang signfikan. Pada kasus tersebut, penggantian kalium harus dimulai dengan terapi KCl 40 mEq/l, dan terapi insulin harus ditunda hingga kadar kalium > 3,3 mEq/l untuk menghindari aritmia atau gagal jantung dan kelemahan otot pernapasan.5. Bikarbonat Pemakaian bikarbonat pada KAD masih kontroversial. Mengetahui bahwa asidosis berat menyebabkan banyak efek vaskular yang tidak diinginkan, tampaknya cukup bijaksana menentukan bahwa pada pasien dewasa dengan pH < 6,9, 100 mmol natrium bikarbonat ditambahkan ke dalam 400 ml cairan fisiologis dan diberikan dengan kecepatan 200 ml/jam. Pada pasien dengan pH 6,9-7,0, 50mmol natrium bikarbonat dicampur dalam 200 ml cairan fisiologis dan diberikan dengan kecepatan 200 ml/jam. Natrium bikarbonat tidak diperlukan jika pH > 7,0. Sebagaimana natrium bikarbonat, insulin menurunkan kadar kalium serum, oleh karena itu pemberian kalium harus terus diberikan secara intravena dan dimonitor secara berkala. Setelah itu pH darah vena diperiksa setiap 2 jam sampai pH menjadi 7,0, dan terapi harus diulangi setiap 2 jam jika perlu.

Gambar 2. Bagan Penatalaksanaan Ketoasidosis DiabetikH. Komplikasi Komplikasi yang paling sering dari KAD adalah hipoglikemia oleh karena penanganan yang berlebihan dengan insulin, hipokalemia yang disebabkan oleh pemberian insulin dan terapi asidosis dengan bikarbonat, dan hiperglikemia sekunder akibat pemberian insulin yang tidak kontinu setelah perbaikan tanpa diberikan insulin subkutan. Umumnya pasien KAD yang telah membaik mengalami hiperkloremia yang disebabkan oleh penggunaan cairan saline yang berlebihan untuk penggantian cairan dan elektrolit dan non-anion gap metabolic acidosis seperti klor dari cairan intravena mengganti hilangnya ketoanion seperti garam natrium dan kalium selama diuresis osmotik. Kelainan biokemikal ini terjadi sementara dan tidak ada efek klinik signifikan kecuali pada kasus gagal ginjal akut atau oliguria ekstrem. Edema serebri umumnya terjadi pada anak-anak, jarang pada dewasa. Tidak didapatkan data yang pasti morbiditas pasien KAD oleh karena edema serebri pada orang dewasa. Gejala yang tampak berupa penurunan kesadaran, letargi, penurunan arousal, dan sakit kepala. Kelainan neurologis dapat terjadi cepat, dengan kejang, inkontinensia, perubahan pupil, bradikardia, dan kegagalan respirasi. Meskipun mekanisme edema serebri belum diketahui, tampaknya hal ini merupakan akibat dari masuknya cairan ke susunan saraf pusat lewat mekanisme osmosis, ketika osmolaritas plasma menurun secara cepat saat terapi KAD. Oleh karena terbatasnya informasi tentang edema serebri pada orang dewasa, beberapa rekomendasi diberikan pada penanganannya, antara lain penilaian klinis yang tepat dibandingkan dengan bukti klinis. Pencegahan yang tepat dapat menurunkan risiko edema serebri pada pasien risiko tinggi, diantaranya penggantian cairan dan natrium secara bertahap pada pasien yang hiperosmolar dan penambahan dextrose untuk hidrasi ketika kadar gula darah mencapai 250 mg/dl. Hipoksemia dan kelainan yang jarang seperti edema paru nonkardiak dapat sebagai komplikasi KAD. Hipoksemia terjadi mengikuti penurunan tekanan koloid osmotik yang merupakan akibat peningkatan kadar cairan pada paru dan penurunan compliance paru. Pasien dengan KAD yang mempunyai gradient oksigen alveolo-arteriolar yang lebar yang diukur pada awal pemeriksaan analisa gas darah atau dengan ronki pada paru pada pemeriksaan fisik tampaknya mempunyai risiko tinggi untuk menjadi edema paru.

Tabel2. Komplikasi Penatalaksanaan Ketoasidosis Diabetik

BAB 3DISKUSI

Seorang pasien perempuan usia 12 tahun 11 bulan masuk ke RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 17 Oktober 2014 dengan keluhan utama sesak nafas sejak 1 hari yang lalu. Sesak nafas ini dirasakan semakin bertambah sejak 12 jam sebelum masuk rumah sakit. Dari anamnesis didapatkan bahwa anak sering buang air kecil di malam hari sejak 1 minggu yang lalu dengan frekuensi 3-4 kali tiap malam. Selain itu anak juga sering merasa haus dan lapar sejak 1 minggu yang lalu. Anak bisa makan 4 kali sehari. Walaupun anak banyak makan tetapi tetap anak sering merasa kelelahan sejak 1 minggu yang lalu. Sebelumnya anak telah dibawa ke dokter di Darmasraya dan dilakukan pemeriksaan darah, didapatkan gula darah 402 mg/dl dan dianjurkan ke Sp.A. Orang tua membawa membawanya ke dokter anak dan dirujuk ke dengan keterangan DM tipe 1 dan ketoasidosis diabetikum, mendapat NaCl 0,9% 18 tts/menit. Diabetes pada pasien ini dapat ditunjang dari anamnesis yang menggambarkan adanya trias diabetes yaitu polidipsi, polifagi, dan poliuria. Tidak ada riwayat anggota keluarga yang menderita diabetes, khas pada diabetes tipe 1.Dari pemeriksaan fisik didapatkan frekuensi nafas yang meningkat (46 kali/menit) memperlihatkan kemungkinan telah terjadinya asidosis. Sesuai dengan teori, nafas yang cepat dan dalam (Kussmaul) merukapan reaksi kompensasi tubuh untuk menaikkan pH darah. Sesuai teori, pada KAD terjadi dehidrasi, hal ini dapat terlihat dari turgor kulit yang kembali lambat, mata yang cekung. Pemeriksaan penunjang sederhana yang menunjang ke diagnosis KAD adalah di dapatkannya GDR pasien sebesar 569 mg/dl, ketonurine ++, dan pH 7,05. Sesuai teori, kriteria diagnosis KAD yaitu GDR>200mg/dl, keton urine +, dan pH < 7,3 terpenuhi. Sehingga berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang sederhana dapat ditegakkan diagnosis pasien ini adalah ketoasidosis diabetikum dengan dehidrasi sedang.Terapi yang diberikan pada pasien ini sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan yaitu menentukan derajat dehidrasi, mengganti cairan yang hilang, terapi insulin, dan pengaturan makan terbukti dapat mengatasi masalah pada pasien ini. Tampak dari nilai gula darah yang mulai stabil < 200 mg/dl.

DAFTAR PUSTAKA

1. UKK Endokrinologi IDAI. Pelatihan Diabetes Tipe 1 dan Ketoasidosis Diabetikum. IDAI.2. Craig ME, et al. Definition, Epidemiology, and Classification of Diabetes in Children and Adolescents. 2009. Australia: Pediatric Diabetes 2009;10 (suppl,12); 3-12.3. Wolfdolfs, et al. Diabetic Ketoacidosis in Children and Adolescents with Diabetes. 2009. Australia: Pediatric Diabetes 2009;10 (suppl,12); 118-123.4. Rewers M, et al. Assesment and Monitoring of Glycemic Control in Children and Adolescents with Diabetes. 2009. Australia: Pediatric Diabetes 2009;10 (suppl,12); 71-81.5. Bangstad H-J, et al. Insulin Treatment in Children and Adolescents with Diabetes. 2009. Australia: Pediatric Diabetes 2009;10 (suppl,12); 82-99.6. Smart C, et al. NutritionManagement in Children and Adolescents with Diabetes. 2009. Australia: Pediatric Diabetes 2009;10 (suppl,12); 100-117.