KASUS FARINGITIS AKUT

download KASUS FARINGITIS AKUT

If you can't read please download the document

Transcript of KASUS FARINGITIS AKUT

KASUS FARINGITIS AKUT Gejala dan tanda : Seorang pasien pria berusia 40 tahun mengeluh dengan suara parau, rasa kering, gatal pada tenggorokan,terasa banyak dahak dan sulit dikeluarkan, malaise, sakit kepala, demam dengan suhu 38C, kelenjar limfe leher membengkak. Pada pemeriksaan tampak hiperemis, udem dan dinding posterior faring bergranular.(Rusmarjono,et.al.,2001).

Diagnosis : faringitis akut Etiologi dan patologi : Penyebab faringitis akut dapat bervariasi dari organisme yang menghasilkan eksudat saja atau perubahan kataral sampai menyebabkan edema serta ulserasi. Organisme yang ditemukan termasuk streptococcus, pnemococcus, dan basilus influenza. Pada stadium awal terjadi hiperemia, edema, sekresi meningkat. Eksudsat mula-mula serosa tapi menjadi menebal atau berbentuk mukus kemudian menjadi kering dan melekat pada dinding faring. Dengan hiperemia pembuluh darah dinding faring menjadi melebar. Bentuk sumbatan yang berwarna putih, kuning atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak folikel limfoid atau berca pada dinding faring posterior lateral menjadi meradang dan bengkak.

11.2. Anatomi : Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esofagus setinggi servikal ke-6. Ke atas faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring, sedangkan dengan laring di bawah berhubungan melalui aditus laring dan ke bawah berhubungan esofagus.panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar) selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal.

Otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkuler) dan memenjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkuler terdiri dari m.konstriktor faring superior, media dan inferior. Otot-otot ini terletak di sebelah luar, berbentuk kipas dengan tiap bagian bawahnya menutup sebagian otot bagian atasnya dari belakang. Kerja otot konstriktor untuk mengecilkan lumen faring. Otot-otot ini dipersarafi n.vagus (n.X).otot-otot yang longitudinal adalah m.stilofaring dan m.palatofaring. M.stilofaring gunanya untuk melebarkan faring dan menarik rahang, sedangkan m.palatofaring mempertemukan ismus orofaring dan menaikkan bagian bawah faring dan laring. Jadi kedua otot ini bekerja sebagai elevator. Kerja kedua otot ini penting pada waktu menelan. M.stiofaring dipersarafi oleh n.IX sedangkan m.palatofaring dipersarafi oleh n.X (Rusmarjono,et.al., 2001)

Pemeriksaan Laboratorium Kultur tenggorok : merupakan suatu metode yang dilakukan untuk menegaskan suatu diagnosis dari faringitis yang disebabkan oleh bakteri GABHS. Untuk mencapai hasil yang akurat, pangambilan swab dilakukan pada daerah tonsil dan dinding faring posterior. Spesimen diinokulasi pad agar darah dan a ditanami disk antibiotik. Kriteria standar untuk penegakan diagnosis infeksi GABHS adalah persentase sensitifitas mencapai 90-99 %. Kultur tenggorok sangat penting bagi penderita yang lebih dari 10 hari. GABHS rapid antigen detection test merupakan suatu metode untuk mendiagnosa faringitis karena infeksi GABHS. Tes ini akan menjadi indikasi jika pasien memiliki resiko sedang, atau jika seorang dokter tidak nyaman memberikan terapi antibiotik dengan resiko tinggi untuk pasien. Jika hasil yang diperoleh adalah positif maka pengobatan antibiotik yang tepat, namun jika hasilnya negatif maka pengobatan antibiotik dihentikan kemudian dilakukan follow-up Hasil kultur tenggorok negatif Rapid antigen detection tidak sensitive untuk Streptococcus Group C dan G atau jenis bakteri patogen lainnya (Kazzi, et.al.,2006).

Pengobatan : Penggunaan antimikroba telah merubah pengobatan rutin faringitis bakteri akut dalam tahun -tahun terakhir. Sebagai akibatnya perjalanan penyakit menjadi lebih pendek da insiden komplikasi n menurun. Antibiotik sebaiknya diberikan dalam dosis terapeutik. Penggunaan irigasi hangat pada tenggorokan. Perawatan penunjang yaitu pemberian cairan yang adekuat, diet ringan, aspirin jika diperlukan masih penting dalam mempercepat penyembuhan.

II.7. Penatalaksanaan Apabila penyebabnya diduga infeksi firus, pasien cukup diberikan analgetik dan tablet isap saja. Antibiotika diberikan untuk faringitis yang disebabkan oleh bakteri Gram positif disamping analgetika dan kumur dengan air hangat. Penisilin dapat diberikan untuk penyebab bakteri GABHS, karena penisilin lebih kemanjurannya telah terbukti, spektrum sempit,aman dan murah harganya. Dapat diberikan secara sistemik dengan dosis 250 mg, 2 atau 3 kali sehari untuk anak-anak, dan 250 mg 4 kali sehari atau 500 mg 2 kali sehari selama 10 hari. Apabila pasien alergi dengan penisilin, dapat diganti dengan eritromisin. (Alan,at.al.,2001).

Penyebab lain : Adenovirus, virus epstein Barr, herpes simpleks, parainfuenza (1-4), enetrobvirus.

http://ilmukesehatantht.blogspot.com/

KASUS ESOFAGITIS Pasien mengeluh disfagia, rasa panas, nyeri retrosternal, Penyakit ini paling sering disebabkan oleh spesies candida dan seringkali akibat menelan saliva yang terkontaminasi dengan candidia. Mukosa esofagus yang kasar dengan ulserasi yang dalam dan pembentukan pseudopolipoid. Pasien dengan gangguan imun tidak da menampakkan reaksi pat peradangan yang khas pada candida. Esofagoskopi merupakan bentuk diagnosis yang lebih disukai bila biopsi mukosa diperoleh baik dengan kultur atau dengan pemeriksaan mikroskopi cahaya.

Esofagitis dapat juga disebabkan oleh virus herpes simpleks dan memberikan gejala-gejala yang sama seperti esofagitis candida. Keadaan ini terjadi akibat penelanan saliva yang terkontaminasi oleh partikel virus. Bercak ulserasi yang luas dapat terjadi pada esofagus. Kadang-kadang lesi tidak dikenal sebagai ulkus herpetik yang khas.