kasus 4
-
Upload
chantika-widia -
Category
Documents
-
view
9 -
download
0
description
Transcript of kasus 4
1
Kasus 4
Ketidakpuasan pasien
Hasil survei bapeda dan dinas kesehatan terhadap pelayanan rumah sakit
disebuah di sebuah RSUD menunjukan data sangat mengejutkan sebanyak 2500
responden mengeluhkan keterlambatan dokter di ruang praktik poliklinik bahkan tak
jarang hingga pukul 10 WIB dokter spesialis belum kelihatan batang hidungnya .
padahal sejak pukul 07.00 para pasien sudah antri mengunggu untuk berobat.
STEP I
-
STEP II
1. Bagaimana prinsip etika dan hokum kedokteran ?
2. Hak pasien apasaja yang tidak terpenuhi pada kaus ini ?
3. Bagaimana prilaku professional seorang dokter ?
4. Hak serta kewajiban seorang dokter dan pasien ?
5. Hak pasien di rumah sakit ?
6. Hak dan kewajiban pasien BPJS ?
STEP III
1. Prinsip etika kedokteran
- kejujuran
- objektivitas
- integritas
- kesetiaan
- menghormati kekayaan intelektual
- kerahasiaan
- bertanggungjawab
- menghormati rekan
- tidak mendiskriminasi
2
- kompetensi dan legalitas
Prinsip etika kedokteran
a. otonomy
b. beneficence
c. non-maleficience
d. justice
Perbedaan hukum dan etika :
a. hukum : Aturan-aturan tertulis bagi pedomen hidup bermasyarakat
b. etika : Ilmu yang mempelajari kebaikan dan keburukan manusia
2. Hak pasien apa saja yang tidak terpenuhi di kasus ini?
- Hak untuk mendapatkan pelayanan cepat
- Memperoleh pelayanan yang efektif dan efisien agar pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi
3. Bagaimana prilaku profesiona seorang dokter?
- Melaksanakan tugasnya sesuai standar dan SOP
- Kesopanan
- Jujur
- Berintegritas
- Empati
4. Kewajiban dokter dan pasien?
Hak pasien ( pasal 52 UU no.29 2004) :
- Hak untuk hidup
- Hak untuk memperoleh penjelasan terapi
- Hak untuk memperoleh penjelasan tentang riset kedokteran
- Hak untuk kerahasiaan rekam medic
- Hak untuk penjelasan peraturan rumah sakit
3
- Hak untuk menerima penjelasan biaya dll
Kewajiban pasien (pasal 23 UU no. 29 2004) :
- Memeriksakan diri
- Memberi informasi
- Percaya pada dokter
Hak dokter :
- Pasal 50 UU no. 29
Kewajiban dokter :
- Pasal 51 UU no. 29
- Terhadap diri sendiri
- Terhadap teman sejawat
- Terhadap pasien
5. Hak pasien di Rumah Sakit?
UU no. 44 tahun 2009 pasal 32
6. Hak dan kewajiban pasien BPJS
- Mendapat pelayanan sesuai BPJS
- Membayar iuran
STEP IV
1. Prinsip etika dan hukum kedokteran:
- Kejujuran : dalam memperoleh data, hasil, metode, prosedur
komunikasi ilmiah.
- Objektivitas : upaya untuk menghindari bias dalam desain
eksperimen, anarkis data.
- Integritas : menepati janji dan perjanjian, bertindak dengan
ketulusan berusaha untuk konsistensi dan tidakan.
- Kejelian : hindari perlakuan ceroboh dn kelalaian, harus hati-hati
dan kritis memeriksa pekerjaan anda sendiri dan karya rekan-rekan anda.
4
- Otonomi : menghormati hak otonom.
- Benefisience : manfaat lebih banyak dari sisi buruknya
- Non-malefisienc : melarang tindakan yang memperburuk
4. Hak dan kewajiban dokter-pasien :
Dalam KODEKI PBIDI
Hak Dokter
1) Melakukan praktek dokter setelah memperoleh Surat Izin Dokter
(SID) dan Surat Izin Praktek (SIP)
2) Memperoleh informasi yang benar dan lengkap dari pasien/keluarga
tentang penyakitnya
3) Bekerja sesuai standard profesi
4) Menolak melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan etika,
hukum, agama dan hati nuraninya
5) Mengkahiri hubungan dengan seorang pasien, jika menurut
penilaiannya kerja sama pasien dengannya tidak ada gunanya lagi,
kecuali dalam keadaan gawat darurat
6) Menolak pasien yang bukan bidang spesialisnya, kecuali dalam
keadaan darurat atau tidak ada dokter lain yang mampu
menanganinya
7) Hak atas “Privacy” dokter
8) Ketentraman bekerja
9) Mengeluarkan surat-surat keterangan dokter
10) Menerima imbalan jasa
11) Menjadi anggota perhimpunan profesi
12) Hak membela diri
Kewajiban Dokter
Kewajiban umum
- Pasal 1
5
Setiap dokter harus menjungjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
Sumpah Dokter.
- Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya
sesuai dengan standar profesi yang yang tertinggi .
- Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak
boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya
kebebasan dan kemandirian profesi.
- Pasal 4
Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat
memuji diri.
- Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasihat yang mungkin melemahkan daya tahan
psikis maupun fisik hanya diberika untuk kepentingan dan kebaikan
pasien,setelah memperoleh persetujuan pasien.
- Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan
menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum
diuji kebenarannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan
masyarakat.
- Pasal 7
Seorang dokter hanya memberi keterangan atau pendapat yang telah
diperiksa sendiri kebenarannya.
o Pasal 7a
Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya
memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasab
6
teknis dan moral sepenuhnya disertai rasa kasih sayang
(compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
o Pasal 7b
Seorang dokter harus bersikaf jujur dalam berhubungan dengan
pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk
mengingatkansejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan
dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan
atau penggelapan, dalam menangani pasien.
o Pasal 7c
Seorang dokter harus memenuhi hak-hak pasien hak-hak
sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga
kepercayaan pasien.
o Pasal 7d
Setiap dokter harus senantiasa mengingat kewajiban
melindungi hidup mahluk insani.
- Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan
kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan
kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif), baik fisik maupun psikososial, serta berusaha menjadi
pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.
- Pasal 9
Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat dibidang
kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling
menghormati
Kewajiban dokter terhadap pasien
- Pasal 10
7
Setiap dokter wajib bersikaf tulus ikhlas dan mempergunakan segala
ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ia
tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka
atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang
mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
- Pasal 11
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar
senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasihatnya
dalam beribadah dan atau dalam masalah lainnya.
- Pasal 12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang seseorang pasien, bahkan juga setelah penderita itu meniggal
dunia.
- Pasal 13
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu
memberikannya.
Kewajiban dokter terhadap teman sejawat
- Pasal 14
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana dia
sendiri ingin diperlakukan .
- Pasal 1
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih penderita dari teman
sejawatnya tanpa persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.
Kewajiban dokter terhadap diri sendiri
- Pasal 16
8
Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja
dengan baik.
- Pasal 17
Setiap dokter hendaknya senantiasa mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedoktean / kesehatan.
Hak Pasien
1) Hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri dan hak untuk mati secara
wajar
2) Memperoleh pelayanan kedokteran yang manusiawi sesuai dengan
standard profesi kedokteran
3) Memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi dari dokter yang
mengobati
4) Menolak prosedur diagnosis dan terapi yang direncanakan, bahkan
dapat menarik diri dari kontrak terapeutik
5) Memperoleh penjelasan tentang riset kedokteran yang akan diikutinya
6) Menolak atau menerima keikutsertaanya dalam riset kedokteran
7) Dirujuk kepada dokter spesialis jika diperlukan, dan dikembalikan
kepada dokter yang merujukannya setelah selesai konsultasi atau
pengobatan untuk memperoleh perawatan atu tindak lanjut
8) Kerahiasaan dan rekam mediknya atas hal pribadi
9) Memperoleh penjelasan tentang peraturan-peraturan rumah sakit
10) Berhubungan dengan keluarga, penasihat atau rohaniawan dan lain-
lainnya yang diperlukan selama perawatan di rumah sakit
11) Memperoleh penjelasan tentang perincian biaya rawat inap, obat,
pemeriksaan LAB, pemrikasaan rontgen, Ultasonografi (USG), CT-
scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan sebagainya, (jika
dilakukan) biaya kamar bedah, kamar bersalin, imbalan jasa dokter
dan lain-lainnya
9
Kewajiban Pasien
1) Memeriksakan diri sedini mungkin pada dokter
2) Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang penyakitnya
3) Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter
4) Menandatangani surat-surat PTM, surat jaminan dirawat di rumah
sakit dan lain-lain
5) Yakin kepada dokternya, dan yakin akan sembuh
6) Melunasi biaya perawatan di rumah sakit, biaya pemeriksaan dan
pengobatan serta honorarium dokter
UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
- Pasal 50 mengenai Hak Dokter
a) Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas
sesuai dangan standar prosedur operasional;
b) Memberikan pelayanan medis menurut standard profesi dan
standard prosedur operasional;
c) Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau
keluarganya, dan;
d) Menerima imbalan jasa.
- Pasal 51 mengenai Kewajiban Dokter
a) Memberikan pelayanan medis sesuia dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;
b) Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai
keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu
melakukan suatu pemerikasaan atau pengobatan;
c) Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien,
bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia;
10
d) Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan ,
kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu
melakukannya, dan;
e) Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu
kedokteran atau kedokteran gigi.
- Pasal 52 mengenai Hak Pasien
a) Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis
sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat 3;
b) Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;
c) Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;
d) Menolak tindakan medis, dan;
e) Mendapatkan isi rekam medis.
- Pasal 53 mengenai Kewajiban Pasien
a) Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah
kesehatannya;
b) Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi;
c) Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesahatan,
dan;
d) Memberi imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
PP No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
Kewajiban dokter
- Pasal 21 ayat 1
Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban
untuk mematuhi standar profesi tenaga kesehatan.
- Pasal 22 ayat 1
11
Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas
profesinya berkewajiban untuk :
a) Menghormati hak pasien
b) Menjaga kerahaisaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien
c) Memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan
tindakan yang akan dilakukan
d) Meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan
e) Membuat dan memelihara rekam medis
Hak pasien
- Pasal 23
Pasien berhak atas ganti rugi apabila dalam pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan mengakibatkan terganggunya
kesehatan, cacat atau kematian yang terjadi karena kesalahan atau
kelalain.
UU No.23 tahun 1992
- Pasal 4 mengenai hak pasien
Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat
kesehatan yang optimal.
- Pasal 5 mengenai kewajiban pasien
Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan perseorangan, keluarga, dan
lingkungan.
Undang-undang No. 36 tahun 2009
Hak Pasien
- Pasal 4
Setiap orang berhak atas kesehatan
- Pasal 5
12
1) Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses
atas sumber daya di bidang kesehatan.
2) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
3) Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab
menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi
dirinya.
- Pasal 6
Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi
pencapaian derajat kesehatan.
- Pasal 7
Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi
tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab.
- Pasal 8
Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan
dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang
akan diterimanya dari tenaga kesehatan.
Kewajiban Pasien
- Pasal 9
1) Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan,
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelaksanaanya
meliputi upaya kesehatan perseorangan, upaya kesehatan
masyarakat, dan pembangunan berwawasan kesehatan.
- Pasal 10
13
Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya
memperoleh lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun
sosial.
- Pasal 11
Setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk
mewujudkan, mempertahankan, dan memajukan kesehatan yang
setinggi-tingginya.
- Pasal 12
Setiap orang berkewajiban menjaga dan meningkatkan derajat
kesehatan bagi orang lain yang menjadi tanggung jawabnya.
- Pasal 13
1) Setiap orang berkewajiban turut serta dalam program jaminan
kesehatan sosial.
2) Program jaminan kesehatan sosial sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
5. Hak pasien di Rumah Sakit:
UU no. 44 2009 pasal 32:
- Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit
- Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
- Memperoleh pelayanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
diskriminasi
- Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
profesi dan SOP
- memperoleh pelayanan efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi
- Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan
14
- Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dengan
perlakuan yang berlaku di RS.
- Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data medis.
- Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain
yang punya SIP baik di dalam maupun diluar RS.
- Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, dll.
- Memberikan persetujuan dan menolak atas tindakan yang akan dilakukan
oleh tenaga kesehatan.
STEP V
1. Etika dan hukum kedokteran?2. Hak pasien BJS?
Profesionalisme
Hak dan kewajiban
Perilaku Etika dan hukum prinsip etika kedokteran
PasienDokter
BPJS Rumah Sakit
15
STEP VI
BELAJAR MANDIRI
STEP VII
1. Etika dan hukum kedokteran?
Etika Kedokteran
Etik (ethics) berasal dari kata Yunani ethos, yang berarti akhlak, adat
kebiasaan, watak, perasaan, sikap, yang baik, yang layak. Menurut Kamus
Umum Bahasa Indonesia (Purwadarminta, 1953), etika adalah ilmu
pengetahuan tentang asas akhlak. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa.
Indonesia dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1988), etika adalah
(Hanafiah dan Amir, 2009):
1. Ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral
2. Kumpulan atau seperangkat asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
3. Nilai yang benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Menurut Kamus Kedokteran (Kamali dan Pamuncak,1987), etika
adalah pengetahuan tentang perilaku yang benar dalam satu profesi. Istilah
etika dan etik sering dipertukarkan pemakaiannya dan tidak jelas perbedaan
antara keduanya. Dalam buku ini, yang dimaksud dengan etika adalah ilmu
16
yang mempelajari azas akhlak, sedangkan etik adalah seperangkat asas atau
nilai yang berkaitan dengan akhlak seperti dalam Kode Etik. Istilah etis
biasanya digunakan untuk menyatakan sesuatu sikap atau pandangan yang
secara etis dapat diterima (ethically acceptable) atau tidak dapat diterima
(ethically unacceptable, tidak etis) (Hanafiah dan Amir, 2009).
Pekerjaan profesi (professio berarti pengakuan) merupakan pekerjaan
yang memerlukan pendidikan dan latihan tertentu, memiliki kedudukan yang
tinggi dalam masyarakat, seperti ahli hukum (hakim, pengacara), wartawan,
dosen, dokter, dokter gigi, dan apoteker (Hanafiah dan Amir, 2009).
Pekerjaan profesi umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Hanafiah
dan Amir, 2009):
1. Pendidikan sesuai standar nasional
2. Mengutamakan panggilan kemanusiaan
3. Berlandaskan etik profesi, mengikat seumur hidup.
4. Legal melalui perizinan
5. Belajar sepanjang hayat
6. Anggota bergabung dalam satu organisasi profesi.
Dalam pekerjaan profesi sangat dihandalkan etik profesi dalam
memberikan pelayanan kepada publik. Etik profesi merupakan seperangkat
perilaku anggota profesi dalam hubungannya dengan orang lain. Pengamalan
etika membuat kelompok menjadi baik dalam arti moral (Hanafiah dan Amir,
2009).
Ciri-ciri etik profesi adalah sebagai berikut (Hanafiah dan Amir, 2009):
1. Berlaku untuk lingkungan profesi
2. Disusun oleh organisasi profesi bersangkutan
3. Mengandung kewajiban dan larangan
4. Menggugah sikap manusiawi.
17
Profesi kedokteran merupakan profesi yang tertua dan dikenal sebagai
profesi yang mulia karena ia berhadapan dengan hal yang paling berharga
dalam hidup seseorang yaitu masalah kesehatan dan kehidupan (Hanafiah dan
Amir, 2009).
Menurut Pasal 1 butir 11 Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran profesi kedokteran atau kedokteran gigi adalah suatu
pekerjaan kedokteran atau kedokteran gigi yang dilaksanakan berdasarkan suatu
keilmuan, kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan berjenjang dan kode
etik yang bersifat melayani masyarakat (Hanafiah dan Amir, 2009).
Hakikat profesi kedokteran adalah bisikan nurani dan panggilan jiwa
(calling), untuk mengabdikan diri pada kemanusiaan berlandaskan moralitas
yang kental. Prinsip-prinsip kejujuran, keadilan, empati, keikhlasan, kepedulian
kepada sesama dalam rasa kemanusiaan, rasa kasih sayang (compassion), dan
ikut merasakan penderitaan orang lain yang kurang beruntung. Dengan
demikian, seorang dokter tidaklah boleh egois melainkan harus mengutamakan
kepentingan orang lain, membantu mengobati orang sakit (altruism). Seorang
dokter harus memiliki Intellectual Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), dan
Spiritual Quotient (SQ) yang tinggi dan berimbang (Hanafiah dan Amir, 2009).
Tujuan pendidikan etika dalam pendidikan dokter adalah untuk menjadikan
calon dokter lebih manusiawi dengan memiliki kematangan intelektual dan
emosional. Para pendidik masa lalu melihat perlu tersedia berbagai pedoman
agar anggotanya dapat menjalankan profesinya dengan benar dan baik. Para
pendidik di bidang kesehatan masa lalu melihat adanya peluang yang
diharapkan tidak akan terjadi sehingga merasa perlu membuat rambu-rambu
yang akan mengingatkan para peserta didik yang dilepas di tengah-tengah
masyarakat selalu mengingat pedoman yang membatasi mereka untuk berbuat
yang tidak layak (Hanafiah dan Amir, 2009).
18
Etik profesi kedokteran merupakan seperangkat perilaku para dokter dan
dokter gigi dalam hubungannya dengan pasien, keluarga, masyarakat, teman
sejawat dan mitra kerja. Rumusan perilaku para anggota profesi disusun oleh
organisasi profesi bersama-sama pemerintah menjadi suatu kode etik profesi
yang bersangkutan. Tiap-tiap jenis tenaga kesehatan telah memiliki Kode
Etiknya, namun Kode Etik tenaga kesehatan tersebut mengacu pada Kode Etika
kedokteran Indonesia (KODEKI) (Hanafiah dan Amir, 2009).
Prinsip-prinsip etika medis menurut American Medical Association
(AMA):
1. Seorang dokter harus didedikasikan untuk menyediakan perawatan medis
yang kompeten, dengan belas kasih dan menghormati martabat manusia dan
hak.
2. Seorang dokter harus menjunjung tinggi standar profesionalisme, jujur
dalam semua interaksi profesional, dan berusaha untuk melaporkan
kekurangan dokter dalam karakter atau kompetensi, atau terlibat dalam
penipuan atau penipuan,untuk entitas yang sesuai.
3. Seorang dokter harus menghormati hukum dan juga menyadari tanggung
jawab untuk mencari perubahan persyaratan yang bertentangan dengan
kepentingan terbaik pasien.
4. Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, kolega, dan profesional
kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan dan privasi pasien dalam
batasan hukum.
5. Seorang dokter harus terus belajar, menerapkan, dan memajukan
pengetahuan ilmiah, menjaga komitmen untuk pendidikan kedokteran,
membuat informasi yang relevan tersedia bagi pasien, kolega, dan
masyarakat umum, mendapatkan konsultasi, dan menggunakan bakat
profesional kesehatan lainnya jika diperlukan.
6. Seorang dokter harus, dalam penyediaan perawatan pasien yang tepat,
kecuali dalam keadaan darurat, bebas untuk memilih siapa yang melayani,
19
dengan siapa bergaul, dan lingkungan di mana untuk memberikan perawatan
medis.
7. Seorang dokter harus mengakui tanggung jawab untuk berpartisipasi dalam
kegiatan yang berkontribusi terhadap perbaikan masyarakat dan perbaikan
kesehatan masyarakat.
8. Seorang dokter ketika merawat pasien harus menganggap tanggung jawab
kepada pasien merupakan hal yang utama.
9. Seorang dokter harus mendukung akses ke perawatan medis bagi semua
orang.
Berikut ini merupakan ringkasan prinsip etika kedokteran dari berbagai
aspek:
1. Kejujuran
Upayakan untuk kejujuran dalam semua komunikasi ilmiah. Jujur
melaporkan data, hasil, metode dan prosedur, dan status publikasi. Jangan
mengarang, memalsukan, atau menggambarkan data. Jangan menipu rekan,
lembaga pemberian, atau masyarakat. (Hanafiah dan Amir, 2009).
2. Objektivitas
Upayakan untuk menghindari bias dalam desain eksperimen, analisis
data, interpretasi data, peer review, keputusan personil, menulis hibah,
kesaksian ahli, dan aspek lain dari penelitian di mana objektivitas diharapkan
atau dibutuhkan. Menghindari atau meminimalkan bias atau menipu diri
sendiri. Mengungkapkan kepentingan pribadi atau keuangan yang dapat
mempengaruhi penelitian. (Hanafiah dan Amir, 2009).
3. Integritas
Menepati janji dan perjanjian; bertindak dengan ketulusan; berusaha
untuk konsistensi pemikiran dan tindakan.
4. Kejelian
Hindari kesalahan, ceroboh dan kelalaian; hati-hati dan kritis memeriksa
pekerjaan Anda sendiri dan karya rekan-rekan Anda. Menyimpan catatan
20
yang baik kegiatan penelitian, seperti pengumpulan data, desain penelitian,
dan korespondensi dengan lembaga atau jurnal.
5. Keterbukaan
Berbagi data, hasil, ide, peralatan, sumber daya. Jadilah terbuka untuk
kritik dan ide-ide baru.
6. Menghormati Kekayaan Intelektual
Honor paten, hak cipta, dan bentuk-bentuk kekayaan intelektual. Jangan
gunakan data yang tidak dipublikasikan, metode, atau hasil tanpa izin.
Berikan kredit dimana kredit ini jatuh tempo. Berikan pengakuan yang tepat
atau kredit untuk semua kontribusi untuk penelitian. Jangan pernah
menjiplak.
7. Kerahasiaan
Melindungi komunikasi rahasia, seperti kertas atau hibah dikirimkan
untuk publikasi, catatan personalia, perdagangan atau rahasia militer, dan
catatan pasien.
8. Bertanggung jawab untuk mempublikasi
Publikasikan untuk memajukan penelitian dan beasiswa, tidak hanya
untuk memajukan karir Anda sendiri. Hindari publikasi boros dan duplikasi.
9. Bertanggung jawab mementoring
Bantuan untuk mendidik, mentor, dan menyarankan siswa.
Meningkatkan kesejahteraan mereka dan memungkinkan mereka untuk
membuat keputusan sendiri.
10. Menghormati rekan
Hormati rekan Anda dan memperlakukan mereka dengan adil.
11. Tanggung Jawab Sosial
Upayakan untuk mempromosikan baik sosial dan mencegah atau
mengurangi kerugian sosial melalui penelitian, pendidikan masyarakat, dan
advokasi.
12. Non-Diskriminasi
21
Menghindari diskriminasi terhadap rekan atau siswa atas dasar jenis
kelamin, ras, etnis, atau faktor lain yang tidak berhubungan dengan
kompetensi ilmiah mereka dan integritas.
13. Kompetensi
Mempertahankan dan meningkatkan kompetensi profesional Anda
sendiri dan keahlian melalui pendidikan seumur hidup dan pembelajaran;
mengambil langkah untuk mempromosikan kompetensi dalam ilmu
pengetahuan secara keseluruhan.
14. Legalitas
Tahu dan mematuhi hukum dan kebijakan kelembagaan dan pemerintah.
15. Perawatan Hewan
Menunjukkan rasa hormat yang tepat dan perawatan untuk hewan ketika
menggunakan mereka dalam penelitian. Jangan melakukan percobaan hewan
yang tidak perlu.
16. Manusia Subjek Perlindungan
Ketika melakukan penelitian pada subyek manusia, meminimalkan
bahaya dan risiko dan memaksimalkan keuntungan; menghormati martabat
manusia, privasi, dan otonomi; mengambil tindakan pencegahan khusus
dengan populasi rentan; dan berusaha untuk mendistribusikan manfaat dan
beban riset yang cukup. (Hanafiah dan Amir, 2009).
Hukum Kedokteran
Definisi hukum tidak dapat memuaskan semua pihak karena banyak
seginya, dan demikian luasnya sehingga sulit disatukan dalam satu rumusan.
Untuk praktisnya, dalam buku ini yang di maksud hukum adalah peraturan
perundangan seperti yang terdapat dalam hukum pidana, hukum perdata,
hukum tata negara, dan hukum administrasi negara. (Jusuf Hanafiah, 2008)
Dalam lebih dari dua dekade terasa sekali disiplin hukum memasuki
wilayah kedokteran atau bisa juga dikatakan kalangan kesehatan makin
akrab dengan bidang dan pengetahuan hukum. Dua disiplin tertua di dunia
22
itu, pada awalnya berkembang dalam wilayahnya masing-masing, yang satu
dalam mengatasi masalah kesehatan yang timbul pada anggota masyarakat,
yang satu lagi mengatur tentang ketertiban dan ketentraman hidup
masyarakat. Dalam perkembangan kedua untuk mencapai tujuan dimaksud,
ternyata disiplin yang satu di perlukan oleh disiplin lain cabang ilmunya.
Dalam proses penegakan hukum, peran ilmu dan bantuan dokter diperlukan
oleh jajaran penegak hukum yang dikenal sebagai Ilmu Kedokteran
Forensik, yaitu cabang ilmu kedokteran yang sejak awal berkembangnya
telah mendekatkan disiplin ilmu kedokteran dan ilmu hukum. Sebeliknya,
dalam perkembangan dan peningkatan upaya pemeliharaan dan pelayanan
kesehatan diperlukan pula pengetahuan dan aturan hukum dan ini berada
dalam cabang ilmu hukum yang kemudian hadir sebagai Hukum Kesehatan.
(Jusuf Hanafiah, 2008)
Pada waktu ini, tidak mungkin lagi para dokter mengetahui dan
memahami hukum kesehatan, apa lagi setelah terbitnya Undang-Undang
Kesehatan (1992) dan Undang-Undang Praktik Kedokteran (2004), yaitu
aturan hukum atau ketentuan hukum yang mengatur tentang pelayanan
kedokteran/kesehatan. (Jusuf Hanafiah, 2008)
Hukum kesehatan menurutAnggaran dasar Perhimpunan Hukum
Kesehatan Indonesia (PERHUKI), adalah semua ketentuan hukum yang
berhubungan langsung dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan
penerapan hak dan kewajiban baik bagi perseorangan maupun segenap
lapisan masyarakat, baik sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun
sebagai pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspek,
organisasi,sarana, pedoman standar pelayanan medic, ilmu pengetahuan
kesehatan dan hukum, serta sumber-sumber hukum lain. Hukum
Kedokteran merupakan bagian dari Hukum Kesehatan, yaitu yang
menyangkut pelayanan kedokteran (medical care/service). (Jusuf Hanafiah,
2008)
23
Hukum kesehatan merupakan bidang hukum yang masih muda.
Perkembangannya dimulai pada waktu World Congress on Medical Law di
Belgia pada tahun 1967 dan diteruskan secara periodic untuk beberapa lama.
Di Indonesia, perkembangan Hukum Kesehatan dimulai sejak terbentuknya
Kelompok Studi untuk Hukum Kedokteran UI/RS Cipto Mangunkusumo
Jakarta pada tahun 1982. Perhimpunan untuk Hukum Kedokteran Indonesia
(PERHUKI), terbentuk di Jakarta pada tahun 1983 dan berubah menjadi
Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia (PERHUKI) pada kongres I
PERHUKI di Jakarta pada tahun 1987. PERHUKI wilayah Sumatra Utara
terbentuk pada tanggal 14 April 1986 di Medan. (Jusuf Hanafiah, 2008)
Hukum Kesehatan mencangkup komponen hukum bidang kesehatan
yang bersinggungan satu dengan yang lain, yaitu hukum
Kedokteran/Kedokteran Gigi, Hukum Keperawatan, Hukum Farmasi Klinik,
Hukum Rumah Sakit, Hukum Kesehatan Masyarakat, Hukum Kesehatan
Lingkungan, dan sebagainya (Konas PERHUKI, 1993). (Jusuf Hanafiah,
2008)
Di atas telah diuraikan pengertian etik dan hukum. Persamaa dan
perbedaan antara keduanya adlah sebagai berikut :
Persamaan etik dan hukum
a. Sama-sama merupakan alat untuk mengatur tertibnya hidup
bermasyarakat.
b. sebagai objeknya adalah tingkah laku manusia
c. Mengandung hak dan kewajiban anggota masyarakat agat tak
saling merugikan
d. Menggugah kesadaran untuk bersikap manusiawi
e. sumbernya adalah hasil pemikiran para pakar dan pengalaman
para anggota senior
24
Perbedaan etik dan hukum
a. Etik berlaku untuk lingkungan profesi, hukum berlaku untuk
umum
b. Etik disusun berdasarkan kesepakatan anggota profesi, hukum
disusun oleh badan pemerintah
c. Etik tidak seluruhnya tertulis, hukum tercantum secara terinci
dalam kitab undang-undang dan lembaran/berita Negara
d. Sanksi terhadap pelanggaran etik berupa tuntunan, sanksi
terhadap pelanggaran hukum berupa tuntutan
e. Pelanggaran etik diselesaikan oleh Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran Indonesia (MKDKI) yang dibentuk oleh Konsil
Kedokteran Indonesiadan atau oleh Majelis Kehormatan Etika
Kedokteran (MKEK) , yang dibentuk oleh Ikatan Dokter
Indonesia (IDI), pelanggaran hukum diselesaikan oleh
Pengadilan
f. Penyelesaian pelanggaran etik tidak selalu disertai bukti fisik,
penyelesaian pelanggaran hukum memerlukan bukti fisik
Dari Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa etik merupakan
seperangkat perilaku yang benar dan baik dalam suatu profesi. Etika
kedokteran adalah pengetahuan tentang suatu professional para dokter dan
dokter gigi dalam menjalankan pekerjaannya sebagaimana tercantum dalam
lafal sumpah dan kode etik masing-masing yang telah disusun oleh
organisasi profesinya bersama-sama pemerintah. (Jusuf Hanafiah, 2008)
Hukum merupakan peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh
suatu kekuasaan. Hukm kesehatan merupakan peraturan perundang-
undangan yang menyangkut pelayanan kesehatan baik untuk penyelenggara
maupunpenerima pelayanan kesehatan. (Jusuf Hanafiah, 2008)
25
Pelanggaran etika kedokteran tidak selalu berarti pelanggaran hukum,
begitu pula sebaliknya pelanggaran hukum belum tentu berarti pelanggaran
etika kedokteran. Pelanggaran etika kedokteran diproses melalui MKDKI
dan MAEK IDI, sedangkan pelanggaran hukum diselesaikan nelalui
pengadilan. (Jusuf Hanafiah, 2008)
2. Hak dan kewajiban peserta BPJS
a. Hak peserta
a) Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti sah untuk memperoleh
pelayanan kesehatan
b) Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajiban sesuai
prosedur pelayanan kesehatan sesuai dengaketentuan yang berlaku
c) Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
d) Menyampaikan keluhan/pengaduan, kritik dan saran secara lisan atau
tertulis ke kantor BPJS Kesehatan
b. Kewajiban Peserta
a) Mendaftarkan dirinya sebagai peserta serta membayar iuran yang
besarannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku
b) Melaporkan perubahan data peserta, baik karena pernikahan,
perceraian, kematian, kelahiran, pindah alamat atau pindah fasilitas
kesehatan tingkat I
c) Menjaga Kartu Peserta agar tidak rusak, hilang, atau dimanfaatkan
oleh orang yang tidak berhak
d) Mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan
Hak Kelas Perawatan
26
a. Ruang Perawatan kelas III bagi:
- Peserta PBI JK
- Peserta PBPU dan peserta BP yang membayar iuran untuk manfaat
pelayanan di ruang perawatan kelas III
b. Ruang Perawatan kelas II bagi:
- PNS dan PP PNS gol I dan gol II beserta anggota keluarganya
- Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara PNS gol
I dan gol II beserta anggota keluarganya
- Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara PNS
gol I dan gol II beserta anggota keluarganya
c. Ruang Perawatan kelas I bagi:
- Pejabat Negara dan anggota keluarganya
- PNS dan PP PNS gol III dan gol IV beserta anggota keluarganya
- Anggota TNI dan Penerima Pensiun Anggota TNI yang setara PNS
Gol III dan Gol IV beserta anggota keluarganya
- Anggota TNI dan Penerima Pensiun Anggota Polri yang setara PNS
Gol III dan Gol IV beserta anggota keluarganya
- Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota keluarganya
27
DAFTAR PUSTAKA
AMA. 2001. Principles of Medical Ethics. American Medical Association.
Hanafiah, MJ. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum Kedokteran edisi 4. Jakarta: EGC.
Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar Kompetensi Kedokteran Indonesia.
Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia. 2006. Pedoman Pelaksanaan Kode
Etik Kedokteran Indonesia. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.
William JR. 2005. Panduan Etika Medis. Yogyakarta : Pusat Studi Kedokteran Islam
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah.