KASUS 4 PBL 235

66
1 Kasus 4 Penyakit Lingkungan Seorang anak perempuan berusia 3 tahun dibawa ibunya berobat ke puskesmas karena diare. Pasien telah mengalami diare sebanyak 2 kali dalam sebulan ini, sementara ibu pasien juga habis dirawat karena demam berdarah dua minggu yang lalu. Dokter yang bekerja dipuskesmas memperhatikan adanya peningkatan angka kunjungan karena penyakit lingkungan. Dokter tersebut mengamati beberapa wilayah kerja puskesmas memiliki masalah lingkungan seperti sumber air bersih, pengelolaan sampah. Namun, puskesmas tidak rutin melakukan survey perumahan dan lingkungan dan data yang dikumpulkan tidak lengkap, sehingga ia sulit melakukan evaluasi kondisi kesehatan lingkungan di wilayah kerja puskesmas sesuai dengan standar pemerintah. STEP 1. CLARIFY UNFAMILIAR TERM 1. Diare : Defekasi lebih dari 3 kali, konsistensi tinja cair, dalam sehari. 2. Penyakit Lingkungan : Suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi atau imunologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala

description

penyakit lingkungan

Transcript of KASUS 4 PBL 235

1

Kasus 4

Penyakit Lingkungan

Seorang anak perempuan berusia 3 tahun dibawa ibunya berobat ke

puskesmas karena diare. Pasien telah mengalami diare sebanyak 2 kali dalam

sebulan ini, sementara ibu pasien juga habis dirawat karena demam berdarah dua

minggu yang lalu. Dokter yang bekerja dipuskesmas memperhatikan adanya

peningkatan angka kunjungan karena penyakit lingkungan. Dokter tersebut

mengamati beberapa wilayah kerja puskesmas memiliki masalah lingkungan

seperti sumber air bersih, pengelolaan sampah. Namun, puskesmas tidak rutin

melakukan survey perumahan dan lingkungan dan data yang dikumpulkan tidak

lengkap, sehingga ia sulit melakukan evaluasi kondisi kesehatan lingkungan di

wilayah kerja puskesmas sesuai dengan standar pemerintah.

STEP 1. CLARIFY UNFAMILIAR TERM

1. Diare : Defekasi lebih dari 3 kali, konsistensi tinja cair,

dalam sehari.

2. Penyakit Lingkungan : Suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi

atau imunologi suatu organ tubuh yang

disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala

sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi

penyakit.

3. DBD : Penyakit infeksi karena virus Dengue,

manifestasi, demam 2-7 hari tanpa sebab yang

jelas, mialgia, atralgia, leukopenia, hemoragik,

adanya petekie, mimisan.

4. Survey : Study penelitian secara sistematis untuk menjawab

tujuan tertentu/ hipotesa yang berhubungan.

5. Kesehatan Lingkungan : Suatu keadaan dalam lingkungan sekitar untuk

keseimbangan hidup.

2

STEP 2. DEFINE THE PROBLEM

1. Apa saja penyakit yang berbasis lingkungan ?

2. Agen penyebab diare dan DBD ?

3. Apa penyebab angka kunjungan meningkat?

4. Standar air bersih dan pengelolaan sampah ?

5. Apa program puskesmas dalam kesehatan Lingkungan ?

6. Mekanisme penularan penyakit lingkungan ?

STEP 3. BRAINSTROM POSSIBLE HYPOTHESIS OR EXPLANATION

1. Tanah : Parasit (Ascariasis, Amebiasis, dll)

Air : Leptospirosis, filariasis, diare, kolera

Udara : TBC, ISPA, dll.

2. Diare : Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari, dengan/tanpa

darah dan lendir dalam tinja. Diare dikatakan sebagai keluarnya tinja

berbentuk cair sebanyak tiga kali atau lebih dalam dua puluh jam pertama,

dengan temperatur rectal di atas 38°C, kolik, dan muntah-muntah. Diare

diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang

encer dan frekuensinya lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan

diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali. Sedangkan

untuk bayi berumur lebih dari satu bulan dan anak dikatakan diare bila

frekuensinya lebih dari 3 kali.

b. DBD : Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD)

disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne

Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus,

famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu ; DEN-1,

DEN2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan

antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang

terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat

memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.

Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3

atau 4 serotipe selama hidupnya.

3

Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di

Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak

tahun 1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe

ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan

serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan

manifestasi klinik yang berat.

3. a. Keadaan rumah tidak sehat.

keadaan rumah sehat adanya ventilasi udara, adanya pencahayaan,

dan tidak padat / sesak.

b. Penularan meningkat

c. Jamban tidak higienis

Keadaan jamban bersih tidak mencemari tanah sekitarnya, mudah

dibersihkan dan aman digunakan, dilengkapi dinding dan atap

pelindungan, penerangan dan ventilasi cukup.

d. Sanitasi lingkungan kotor

e. Air kurang bersih

f. Pengelolaan sampah belum sesuai

g. Makanan tidak higienis.

4. Air bersih, 3T :

Tidak berbau

Tidak berasa

Tidak berwarna

Pengelolaan sampah :

Pewadahan sampah

Pengumpulan

Pengelolaan daur ulang

Perpindahan

Pengangkutan ke TPA

4

5. Program puskesmas

Penyuluhan

Posyandu

Klinik sanitasi

Inspeksi sanitasi lingkungan

Pengawasa tempat-tempat umum

Pengawasan industri

Pengawasan tempat pengelolaan makanan

Sanitasi lingkungan

Pemantauan jentik

Penyediaan air bersih

Penyuluhan kader-kader

6. PHBS

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

Memberikan ASI eksklusif

Menimbang balita setiap bulan

Menggunakan air bersih

Mencuci tangan dengan air dan sabun

Menggunakan jamban sehat

Memberantas jentik dirumah sekali seminggu

Makan buah dan sayur setiap hari

Melakukan aktifitas fisik

Tidak merokok

7.Agen

Penduduk

Lingkungan

5

Fisik :

Temperatur

Agen

Kelembaban udara

Tempat tinggal

Non fisik :

Sosial

Budaya

Ekonomi

8. Trias epidemiologi

Host

Disebabkan oleh berbagai unsur seperti unsur biologis yang

dikarenakan oleh mikro organisme (virus, bakteri, jamur, parasit, protzoa,

metazoa, dll), unsur nutrisi karena bahan makanan yang tidak memenuhi

standar gizi yang ditentukan, unsur kimiawi yang disebabkan karena bahan

dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh sendiri (karbon monoksid, obat-

obatan, arsen, pestisida, dll), unsur fisika yang disebabkan oleh panas,

benturan, dll, serta unsur psikis atau genetik yang terkait dengan heriditer

atau keturun. Demikian juga dengan unsur kebiasaan hidup (rokok,

alcohol, dll), perubahan hormonal dan unsur fisioloigis seperti kehamilan,

persalinan, dll.

Host

Lingkungan

Agen

6

Agen

Umur. Misalnya, usia lanjut lebih rentang unutk terkena penyakit

karsinoma, jantung dan lain-lain daripada yang usia muda.

Jenis kelamin (seks). Misalnya , penyakit kelenjar gondok, kolesistitis,

diabetes melitus cenderung terjadi pada wanita serta kanker serviks yang

hanya terjadi pada wanita atau penyakit kanker prostat yang hanya terjadi

pada laki-laki atau yang cenderung terjadi pada laki-laki seperti hipertensi,

jantung, dll.

Ras, suku (etnik). Misalnya pada ras kulit putih dengan ras kulit hitam

yang beda kerentangannay terhadapa suatu penyakit.

Genetik (hubungan keluarga). Misalnya penyakit yang menurun seperti

hemofilia, buta warna, sickle cell anemia, dll.

Status kesehatan umum termasuk status gizi, dll

Bentuk anatomis tubuh

Fungsi fisiologis atau faal tubuh

Keadaan imunitas dan respons imunitas

Kemampuan interaksi antara host dengan agent

Penyakit yang diderita sebelumnya

Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial dari host sendiri

Lingkungan

Lingkungan Biologis (flora & fauna)

Mikro organisme penyebab penyakit Reservoar, penyakit infeksi

(binatang, tumbuhan). Vektor pembawa penyakit umbuhan & binatang

sebagai sumber bahan makanan, obat dan lainnya

Lingkungan Fisik

Yang dimaksud dengan lingkunganfisik adalah yang berwujud

geogarfik dan musiman. Lingkungan fisik ini dapat bersumber dari udara,

keadaan tanah, geografis, air sebagai sumber hidup dan sebagai sumber

penyakit, Zat kimia atau polusi, radiasi, dll.

Lingkungan Sosial Ekonomi

7

Yang termasuk dalam faktor lingkungan soial ekonomi adalah

sistem ekonomi yang berlaku yang mengacu pada pekerjaan sesorang dan

berdampak pada penghasilan yang akan berpengaruh pada kondisi

kesehatannya. Selain itu juga yang menjadi masalah yang cukup besar

adalah terjadinya urbanisasi yang berdampak pada masalah keadaan

kepadatan penduduk rumah tangga, sistem pelayanan kesehatan setempat,

kebiasaan hidup masyarakat, bentuk organisasi masyarakat yang

kesemuanya dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan terutama

munculnya bebagai penyakit.

STEP 4. ARRANGE EXPLANATIONS INTO TENTATIVE SOLUTIONS

Penyakit Lingkungan

Macam-macam Penyakit Lingkungan

Penyebab Peningkatan Penyakit Lingkungan

Standar Kebersihan Lingkungan

Mekanisme Penularan Penyakit

Program Puskesmas

8

STEP 5. DEFINE LEARNING OBJECTIVES

1. Macam-macam penyakit berbasis lingkungan dan definisinya

2. Standar kebersihan lingkungan yang memenuhi syarat

3. Patogenesis DBD (Virus Dengue)

4. Epidemiologi penyakit menular

5. Promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif penyakit berbasis lingkungan

yang tidak memenuhi syarat kebersihan (termasuk PHBS)

6. Proses perencanaan terhadap masalah komunitas yang timbul akibat

lingkungan yang tidak sehat

7. Undang-Undang yang mengatur tentang kesehatan lingkungan

8. Bagaimana Pengelolaan lingkungan berdasarkann peraturan Undang-

Undang yang berlaku (termasuk karantina penyakit)

STEP 6. INFORMATION GATHERING (PRIVATE STUDY)

1.Macam macam penyakit di bikin bagan

9

Transmisi penyakit

agent penyakit penanganan

air Bakteri:Salmonella thypii/parathypii

Demam tifoid - Istirahat dan perawatan

- Pengobatang: kloramfenikol, amoksisilin, kotrimoksazol.

- Pencegahan: menjaga kebersihan makanan dan minuman.

shigella Disentri basiler - Terapi: istirahat, menjaga atau memperbaiki dehidrasi, dan pemberian antibiotika.

- Pencegahan: rajin mencuci tangan, dan penggunaan jamban bersih.

leptospira Leptospirosis - Pemberian antibiotik: penisilin dan ampisilin.

- Pencegahan: sanitasi lingkungan yang harus diperhatikan, dan penyuluhan tentang higiene pribadi.

Virus: Virus dengue

Demam dengue/ DBD

- Terapi: suportif yang adekuat, dan pemeliharaan cairan sirkulasi.

- Pencegahan: dengan 3M, fogging, dll.

Virus chikungunya

Chikungunya - Pengobatan: pengobatan suportif, analgesik, dan infus (bila perlu).

- Pencegahan: dengan 3M, fogging, dll.

protozoa: Amebiasis - Terapi: istirahat,

10

E. hystolitica diet.

- Medikamentosa: metronidazol, tetrasiklin, diloxanide furoat, emetin, paramomisin, iodoquinol.

Schistosoma

Wucheria bancrofti, B. Malayi dan B. timori

Schistosomiasis

Filariasis/kaki hajah

- Medikamentosa: paraziquantel, oxamniquine, artemisinin, metrifonate.

- Tindakan bedah.- Pencegahan: tidak

berenang di negara dengan sungai yang endemik, minum air yang aman (matang), menggunakan air yang sudah dipanaskan selama 5 menit untuk mandi.

- Prngobtan: dietilkarbamazin, ivermectin, dan albendazol.

- Pencegahan: pengobatan masal, pengendalian vektor, peran serta masyarakat.

Udara Virus:Mycobacterium tuberculosa

TBC/ tuberkulosis

- Pengobatan: isoniazid, rifampisin, pirazinamid, etambotul, streptomisin.

- Pencegahan: menghindari penularan dengan menggunakan masker saat

11

berkontak langsung.Virus influenza Influenza - Pengobatan:

oseltamivir dan zanamivir.

- Pencegahan: menjaga higiene pribadi, melakukan vaksinasi, dan pencegahan kemoprofilaksis (pada yang tidak di vaksinasi).

Virus H5N1 Avian influenza - Pengobatan: oseltamivir dan zanamivir.

- Pencegahan: mencuci tangan setelah memegang unggas, melakukan vaksisnasi terhadap hewan, menjaga higiene pribadi.

Bakteri:d. pneumoniae, pneumococcus, S. pyogenes, S. aureus, H. influenza

Pneumonia - Pemberian obat: antibiotik dan kortikosteroid.

Tanah Protozoa:N. americanus dan A. duodenale

Nekatoriasis dan Ankilostomiasis

- Pengobatan: pirantel pamoat.

- Pencegahan: dengan menggunakan alas kaki, sering mencuci tangan, dll.

Ascaris lumbricoides

Ascariasis - Pengobatan: pirantel pamoat, mebendazol, albendazol.

- Pencegahan: kebiasaan mencuci tangan, menjaga kebersihan pribadi, menggunakan alas kaki, dan tidk menggunakan tinja sebagai pupuk.

12

Proses penularan penyakit.

a. Air

Penularan melalui air dapat terjadi ketika patogen (bakteri, virus,

dan protozoa) terbawa dalam air minum, kolam renang, sungai, atau

danau yang digunakan untuk berenang ataupun untuk aktivitas lain.

Mikroba yang menular dalam air biasanya tumbuh dalam saluran

penceranaan dan meninggalkan tubuh dalam bentuk feses. Jika air

yang dikonsumsi tersebut dalam jumlah besar maka infeksi dapat

terjadi meskipun hanya mengandung patogen dalam jumlah sedikit.

Penularan ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui air dan masuk ke

mulut (oral penetration) atau masuk ke dalam kulit. Adapun penyakit

yang penularannya melalui air dan masuk ke dalam tubuh melalui

mulut yang merupakan penyakit yang cukup penting karena masih

sering dijumpai di masyarakat bahkan diantaranya dapat menjadi

wabah. Mekanisme penularannya berawal dari mulut atau kulit

(terutama pada kulit yang mengalami luka) yang berkontak langsung

dengan air yang telah terkontaminasi dengan banyak patogen (misal;

Salmonella thypii/parathypii) yang kemudia masuk ke dalam aliran

darah dan mencapai usus dan berkembang di RES (sel

retikuloendotelia) dan dapat mengganggu pada sistem tubuh manusia.

b. Tanah Tanah sebenarnya merupakan sumber asal bakteri dari udara.

Angin berdebu membawa populasi mikroba yang dapat menyebar

sangat luas. Bakteri yang dapat hidup di tanah adalah bakteri gram +

(Staphylococcus dan Streptococcus, Micrococcus), hal ini disebabkan

karena bakteri gram + yang tahan terhadap kekeringan. Bekteri ini

dibawa oleh udara (disebabkan oleh batuk ataupun bersin) untuk

menyebarkan penyakitnya yang kemudian masuk ke dalam sistem

pernapasan manusia dan menyebabkan penyakit. Sedangkan pada

transmisi tanah terdapat juga agent penyakit yang disebabkan karena

tidak menggunakan alas kaki contoh penyakitnya adalah ascaris yang

disebabka oleh Ascaris lumbricoides yang kemudia menembus pori-

13

pori kulit lalu mengkuti aliran darah lalu masuk ke dalam usus halus

dan dapat menyebabkan penyakit sistemik.

c. Udara

Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan yang

terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda yang

terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula

menular melalui kontak langsung. Namun tidak jarang penyakit yang

sebgain besar penularannya adalah kerana menghisap udara yang

mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab.

Penularan penyakit melalui udara dapat terjadi melalui bentuk

droplet atau nuklei maupun dalam bentuk debu (bentuk partikel

dengan berbagai ukuran sebagai hasil dan resuspensi partikel yang

terletak dilantai, tempat tidur serta yang tertiup angin bersama debu

dan lantai). Droplet nuklei yang keluar melalui mulut atau hidung baik

waktu bersin atau batuk maupun waktu bicara atau bernapas.

Pembentukan droplet dapat melalui berbagai cara, antara lain dengan

melalui eveporasi droplet yang dibatukan dan dibersinkan diudara.

Droplet juga dapat terbentuk dari aerolasi materi-materi penyebab

infeksi di dalam labiratorium. Karena bentuknya yang sangat kecil

sehingga bentuk ini dapat tetap berada di udara untuk waktu yang

cukup lama sehingga dapat dihisap pada waktu bernapas dan masuk ke

alat pernapasan dan menyebabkan penyakit saluran pernapasan. Salah

satu penyakit penyebab udara adalah TBC yang dapat ditularkan

melalui batuk atau bersin dari penderita

14

2. standar kondisi kesehatan.

Rumah

Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman, dan

arena sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana

pembinaan keluarga. (uu RI no.4 tahun 1992)

Menurut WHO rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat

berlindung dimana lingkungan bergunauntuk kesehatan keluarga dan

individu. (komisi WHO mengenai kesehatan dan lingkungan, 2011)

Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor yang

me ningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut

melibatkan pendekatan sosiologi dan tehnik pengelolaan faktor resiko dan

berorientasi pada lokasi, bangunan, kualifikasi, adaptasi, managemen,

penggunaan, dan pemeliharaan rumah dan lingkungan disekitarnya, serta

mencakup unsur penyediaan air minum dan sarana yang memadai untuk

memasak, mencuci, menyimpan makanan, serta pembuangan kotoran

manusia maupun limbah lainnya. (komisi WHO mengenai kesehatan dan

lingkungan, 2011)

Menurut american public health association (APHA) rumah dikatakan

sehat apabila :

Memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti temperatur lebih rendah

dari udara di luar rumah, penerangan yang memadai, ventilasi yang

nyaman dan jauh dari kebisingan.

Memenuhi kebutuhan psikologis

Melindungi penghuninya dari penularan penyakit menular yaitu

memiliki penyediaan air bersih, sarana pembuangan sampah dan

15

saluran pembuangan air limbah yang sanitiser dan memenuhi sarat

kesehatan.

Melindungi penghuninya dari kemungkinan terjadinya kecelakaan

dan bahaya kebakaran, seperti fondasi rumah yang kokoh, tangga

yang aman, aman dari bahaya arus listrik yang pendek, keracunan,

bahkan dari bahaya kecelakaan lalu lintas.

Komponen yang harus dimiliki rumah sehat :

Kondisi yang kuat

Lantai kedap air dan tidak lembab, untuk rumah panggung dapat

terbuat dari papan/anyaman bambu

Memiliki jendela dan pintu berfungsi sebagai ventilasi dan

masuknya sinar matahari

Dinding kedap air berfungsi sebagai pendukung atau penyangga

atap, menahan angin, dan air hujan, panas dan debu

Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas

Atap rumah

(ditjen cipta karya, 1997)

Air

Kualitas air bersih menurut kandungan bakterinya menurut sk

ditjen ppm dan plp no 1/po.03.04.pa.91 dan sk juklak pedoman

kualitas air tahun 2000/2001 yaitu

1. air bersih kelas A kategori baik mengandung total koliform <50

2. air bersih kelas B kategori kurang baik mengandung total

koliform 51-100

3. air bersih kelas C kategori jelek mengandung total koliform

101-1000

4. air bersih kelas D kategori amat jelek mengandung total

koliform 1001-2400

5. air bersih kelas E kategori sangat jelek mengandung total

koliform > 2400

16

3. Patogenesis DBD (virus dengue)

CARA PENULARAN

Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus

dengue, yaitu mausia, virus dan vektor perantara.Virus dengue ditularkan kepada

manusia melalui nyamuk Aedes Aegypti. Aedes Albopictus, Aedes Polynesiensis

dan beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini, namun

merupakan vektor yang kurang berperan. Aedes tersebut mengandung virus

dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian

virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8 – 10 hari

(extrinsic incubation period) sebelum dapat di tularkan kembali pada manusia

pada saat gigitan berikutnya. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di

dalam tubuh nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya

(infektif). Ditubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4 – 6 hari

(intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari

manusia kepada nyamuk dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang

sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah

demam timbul.

PATOGENESIS

Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi

pertama mungkin memberi gejala sebagai demam dengue. Reaksi yang amat

berbeda akan tampak bila seseorang mendapat infeksi yang berulang dengan tipe

virus dengue yang berlainan. Hipotesis infeksi sekunder (the secamdary

heterologous infection/ the sequential infection hypothesis) menyatakan bahwa

demam berdarah dengue dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi dengue

pertama kali mendapat infeksi berulang dengue lainnya. Re – infeksi ini akan

menyebabkan suatu reaksi amnestif antibodi yang akan terjadi dalam beberapa

hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limsofit dengan menghasilkan

titik tinggi antibodi Ig G antidengue.Disamping itu replikasi virus dengue terjadi

juga dalam limsofit yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam

jumlah banyak. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya virus kompleks

antigen antibodi (virus antibody complex) yang selanjutnya akan mengakibatkan

17

aktivasi sistem komplemen pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5

menyebabkan peningkatan permeabilitis dinding pembuluh darah dan

merembesnya plasing dari ruang intravascular ke ruang ekstravascular.

PATOFISIOLOGI

Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan

membedakan demam dengue dengan demam berdarah dengue ialah meningginya

permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktoksin, histamin dan

serothin sert aktivasi sistim kalikrein yang berakibat ekstravasosi cairan

intravascular. Hal ini mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadinya

hipotensi, hemokonsentrasi, hipeproteinemia, efusi dan syok. Plasma merembes

selama perjalanan penyakit mulai dari saat permulaan demam dan mencapai

puncaknya pada saat syok.

4.Epidemiologi penyakit menular

A. PENGANTAR

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam

bidang kedokteran mendorong para tenaga ahli selalu

mengadakan riset terhadap bebagai penyakit termasuk salah

satunya adalah penyakit menular demi mengatasi kejadian

penderitaan dan kematian akibat penyakit.

B. TIGA KELOMPOK UTAMA PENYAKIT MENULAR

Penyakit yang sangat berbahaya karena angka kematian

cukup tinggi.

Penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan

kematian dan cacat, walaupun akibatnya lebih ringan dari

yang pertama

Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian dan

cacat tetapi dapat mewabah yang menimbulkan kerugian

materi.

C. TIGA SIFAT UTAMA ASPEK PENULARAN PENYAKIT DARI ORANG

KE ORANG

18

1. Waktu Generasi (Generation Time)

Masa antara masuknya penyakit pada pejamu tertentu

sampai masa kemampuan maksimal pejamu tersebut untuk

dapat menularkan penyakit. Hal ini sangat penting dalam

mempelajari proses penularan.

Perbedaan masa tunas denga wakru generasi yaitu

Masa tunas ditentukan oleh masuknya unsur penyebab

sampai timbulnya gejala penyakit sehingga tidak dapat

ditentukan pada penyakit dengan gejala yang terselubung,

waktu generasi ialah waktu masuknya unsur penyebab

penyakit hingga timbulnya kemampuan penyakit tersebut

untuk menularkan kepada pejamu lain walau tanpa gejala

klinik atau terselubung.

2. Kekebalan Kelompok (Herd Immunity)

Adalah tingkat kemampuan atau daya tahan suatu

kelompok penduduk tertentu terhadap serangan atau

penyebaran unsur penyebab penyakit menular tertentu

berdasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu anggota

kelompok tersebut.

Herd Immunity merupakan faktor utama dalam proses

kejadian wabah di masyarakat serta kelangsungan penyakit

pada suatu kelompok penduduk tertentu.

Wabah terjadi karena 2 keadaan :

Keadaan kekebalan populasi yakni suatu wabah besar

dapat terjadi jika agent penyakit infeksi masuk ke dalam

suatu populasi yang tidak pernah terpapar oleh agen

tersebut atau kemasukan suatu agen penyakit menular

yang sudah lama absen dalam populasi tersebut.

Bila suatu populasi tertutup seperti asrama, barak

dimana keadaan sangat tertutup dan mudah terjadi

19

kontak langsung, masuknya sejumlah orang-orang yang

peka terhadap penyakit tertentu dalam populasi tsb. Ex:

Asrama mahasiswa/tentara.

3. Angka Serangan (Attack Rate)

Adalah sejumlah kasus yang berkembang atau muncul

dalam satu satuan waktu tertentu di kalangan anggota

kelompok yang mengalami kontak serta memiliki risiko atau

kerentanan terhadap penyakit tersebut.

Formula angak serangan ini adalah banyaknya kasus

baru (tidak termasuk kasus pertama) dibagi dengan

banyaknya orang yang peka dalam satu jangka waktu

tertentu.

Angka serangan ini bertujuan untuk menganalisis

tingkat penularan dan tingkat keterancamam dalam keluarga,

dimana tata cara dan konsep keluarga, sistem hubungan

keluarga dengan masyarakat serta hubungan individu dalam

kehidupan sehari-hari pada kelompok populasi tertentu

merupakan unit epidemiologi tempat penularan penyakit

berlangsung.

D. MANIFESTASI KLINIK SECARA UMUM

1. Spektrum Penyakit Menular

Pada proses penyakit menular secara umum dijumpai

berbagai manifestasi klinik, mulai dari gejala klinik yang

tidak tampak sampai keadaan yang berat disertai

komplikasi dan berakhir cacat atau meninggal dunia.

Akhir dari proses penyakit adalah sembuh, cacat

atau meninggal. Penyembuhan dapat lengkap atau dapat

berlangsung jinak (mild) atau dapat pula dengan gejala

sisa yang berat (serve sequele).

20

2. Infeksi Terselubung (Tanpa Gejala Klinis)

Adalah keadaan suatu penyakit yang tidak

menampakkan diri secara jelas dan nyata dalam bentuk

gejala klinis yang jelas sehingga tidak dapat didiagnosa

tanpa cara tertentu seperti test tuberkulin, kultur

tenggorokan, pemeriksaan antibodi dalam tubuh dll.

Untuk mendapatkan perkiraan besar dan luasnya

infeksi terselubung dalam masyarakat maka perlu

dilakukan pengamatan atau survai epidemiologis dan tes

tertentu pada populasi. Hasil survai ini dapa digunakauntuk

pelaksanaan program, keterangan untuk kepentingan

pendidikan.

E. GAMBAR PENYEBARAN KARAKTERISTIK MANIFESTASI KLINIK

DARI TIGA JENIS PENYAKIT MENULAR

1. Lebih banyak dengan tanpa gejala klinik (terselubung)

Kelompok penyakit dengan keadaan lebih banyak

penderita tanpa gejala atau hanya gejala ringan saja, tidak

tampak pada berbagai tingkatan, patogenisitas rendah.

Contoh, Tuberkulosis, Poliomyelitis, Hepatitis A

2. Lebih banyak dengan gejala klinik jelas

Kelompok dengan bagian terselubung kecil, sebagian

besar penderuta tampak secara klinis dan dapat dengan

mudah didiagnosa, karena umumnya penderita muncul

dengan gejala klasik.

Contoh :Measles, chickenpox.

3. Penyakit yang umumnya berakhir dengan kematian

Kelompok penyakit yang menunjukkan proses kejadian

yang umumnya berakhir dengan kelainan atau berakhirnya

dengan kematian,

21

Contoh: Rabies

F. KOMPONEN PROSES PENYAKIT MENULAR

1. Faktor Penyebab Penyakit Menular

Pada proses perjalanan penyakit menular di dalam

masyarakat faktor yang memegang peranan penting :

• Faktor penyebab atau agent yaitu organisme penyebab

penyakit

• Sumber penularan yaitu reservoir maupun resources

• Cara penularan khusus melalui mode of transmission

Unsur Penyebab Dikelompokkan Dalam :

Kelompok cacing/helminth baik cacing darah maupun

cacing perut.

Kelompok protozoa seperti plasmodium, amuba, dll.

Fungus atau jamur baik uni maupun multiselular.

Bakteri termasuk spirochaeta maupun ricketsia.

Virus sebagai kelompok penyebab yang paling sederhana.

Kelompok arthropoda (serangga) seperti scabies,

pediculosis, dll.

Sumber Penularan

Penderita

Pembawa kuman

Binatang sakit

Tumbuhan/benda

Cara Penularan

Kontak langsung

Melalui udara

22

Melalui makanan atau minuman

Melalui vector

Keadaan Pejamu

Keadaan umum

Kekebalan

Status gizi

Keturunan

Cara keluar dari sumber dan cara masuk ke pejamu

melalui :

mukosa atau kulit

saluran pencernaan

saluran pernapasan

saluran urogenitalia

gigitan, suntikan, luka

placenta

2. Interaksi Penyebab dengan Pejamu

Infektivitas

Infektivtas adalah kemampuan unsur penyebab atau

agent untuk masuk dan berkembang biak serta

menghasilkan infeksi dalam tubuh pejamu.

Patogenesis

Patogenesis adalah kemampuan untuk menghasilkan

penyakit dengan gejala klinis yang jelas

Virulensi

23

Virulensi adalah nilai proporsi penderita dengan

gejala klinis yang berat terhadap seluruh penderita

dengan gejala klinis jelas.

Imunogenisitas

Imunogenisitas adalah suatu kemampuan

menghasilkan kekebalan atau imunitas

3. Mekanisme Patogenesis

Invasi jaringan secara langsung

Produksi toksin

Rangsangan imunologis atau reaksi alergi yang

menyebabkan kerusakan pada tubuh pejamu

Infeksi yang menetap (infeksi laten)

Merangsang kerentanan pejamu terhadap obat dalam

menetralisasi toksisitas

Ketidakmampuan membentuk daya tangkal (immuno

supression)

4. Sumber penularan

a. Manusia sebagai reservoir

Kelompok penyakit menular yang hanya dijumpai

atau lebih sering hanya dijumpai pada manusia. Penyakit

ini umumnya berpindah dari manusia ke manusia dan

hanya dapat menimbulkan penyakit pada manusia saja.

b. Reservoir binatang atau benda lain

Selain dari manusia sebagai reservoir maka penyakit

menular yang mengenai manusia dapat berasal dari

binatang terutama yang termasuk dalam kelompok

penyakit zoonosis.

Beberapa penyakit Zoonosis utama dan reservoir utamanya

24

1. Pes (plaque) Tikus

2. Rabies (penyakit anjing gila Anjing

3. Bovine Tuberculosis Sapi

4. Thypus, Scrub & Murine Tikus

5. Leptospirosis Tikus

6. Virus Encephlitides Kuda

7. Trichinosis Babi

8. Hidatosis Anjing

9. Brocellossis Sapi, kambing

Melihat Perjalanan penyakit pada pejamu, bentuk

pembawa kuman (carrier) dapat dibagi dalam beberapa jenis :

1. Healthy carrier (inapparent), “Mereka yang dalam sejarahnya

tidak pernah menampakkan menderita penyakit tersebut

secara klinis akan tetapi mengandung unsur penyebab yang

dapat menular kepada orang lain”.

2. Incubatory carrier (masa tunas), “Mereka yang masih dalam

masa tunas tetapi telah mempunyai potensi untuk

menularkan penyakit”.

3. Convalescent carrier (baru sembuh klinis), “Mereka yang baru

sembuh dari penyakit menular tertentu tetapi masih

merupakan sumber penularan penyakit tersebut untuk masa

tertentu”.

4. Chronis carrier (menahun), “Merupakan sumber penularan

yang cukup lama”.

Manusia dalam kedudukannya sebagai reservoir penyakit

menular dibagi dalam 3 kategori utama :

1) Reservoir yang umumnya selalu muncul sebagai penderita

25

2) Reservoir yang dapat sebagai penderita maupun sebagai

carrier

3) Reservoir yang umumnya selalu bersifat penderita akan

tetapi dapat menularkan langsung penyakitnya ke pejamu

potensial lainnya, tetapi harus melalui perantara hidup.

5. Tindakan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif penyakit berbasis

lingkungan yang tidak memenuhi syarat kebersihan (termasuk PHBS)

Pelayanan Kesehatan Promotif , Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif

Rehabilitatif

Berbicara mengenai konsep kesehatan. Kita kenal ada 2 (dua) konsep

yaitu konsep kesehatan masyarakat dan konsep kedokteran, konsep kesehatan

masyarakat lebih berorientasi kepada masalah kesehatan dihubungkan dengan

aspek social cultural. Konsep kesehatan masyarakat menekankan pada

pendekatan preventif dan promotif .Sedangkan konsep kedokteran lebih

berorientasi pada masalah sehat sakit terutama penyakit yang berkaitan dengan

aspek biomedis.Pendekatan yang digunakan dalam pelayanan kesehatan adalah

Kuratif dan rehabilitative.

Kesehatan masyarakat menggunakan pendekatan preventif dan

promotif.Preventif (pencegahan) adalah mencegah jangan sampai terkena penyakit

atau menjaga orang yang sehat agar tetap sehat, Misalnya yang paling sederhana

melakukan cuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar akan

mencegah terjadinya penyakit diare. sedangkanpromotif (peningkatan) adalah

meningkatkan agar status status kesehatan menjadi semakin meningkat, misalnya

pemberian inisiasi menyusui dini (IMD) dan ASI eksklusif yang dapat membantu

meningkatkan kekebalan terhadap penyakit karena kolostrum dan zat-zat gizi

yang terkandung dalam ASI. Anak tidak mudah terkena penyakit.

Perbedaan lain yang cukup mencolok adalah kesehatan masyarakat

mengambil obyek sasaran kesehatannya yaitu masyarakat atau komunitas (skala

makro) sedangkan kedokteran menangani individu (skala mikro). Kuratif

(pengobatan) digunakan untuk orang-orang sakit atau dengan kata yang lebih

26

mudahnya kuratif adalah nama lain dari proses menyembuhkan seseorang dari

keadaan sakit secara fisik dan psikis. Misalnya balita yang menderita pneumonia

tentu membutuhkan pengobatan antiobiotik. Penyakit ini akan mengganggu

tumbuh kembang balita tersebut ; Balita tidak suka makan yang mungkin

berakibat pada penurunan status gizi balita. sedangkanrehabilitatif (pemulihan)

adalah proses menjaga agar seorang yang sudah sembuh (belum 100% sembuh)

kembali bugar seperti semula. Misalnya untuk balita sakit pneumonia

membutuhkan asupan gizi yang adekuat terutama protein untuk proses

penyembuhan serta pemulihan dari penyakitnya. Balita yang sering sakit akan

mengalami hambatan dalam tumbuh kembangnya.

A. PROMOTIF

Kesehatan Masyarakat (Public Health) adalah ilmu & seni mencegah penyakit,

memeperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik , mental & efisiensi

melalui usaha masyarakat yang terorganisasi untuk meningkatkan sanitasi

lingkungan, control infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan

perorangan, pengorganisasian pelayanan medis & perawatan, untuk melakukan

diagnosa dini, pencegahan penyakit & pengembanagan aspek social, yang akan

mendukung agar setiap warga masyarakat mempunyai standar kehidupan yg kuat

untuk menjaga kesehatannya.

Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan

yang mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni. Dilihat dari sisi seni, yakni

praktisi atau aplikasi pendidikan kesehatan adalah merupakan penunjang bagi

program-program kesehatan lain. Ini artinya bahwa setiap program kesehatan

yang telah ada misalnya pemberantasan penyakit menular/tidak menular, program

perbaikan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak,

program pelayanan kesehatan dan lain sebagainya sangat perlu ditunjang serta

didukung oleh adanya promosi kesehatan.

Dalam hal ini organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk

definisi mengenai promosi kesehatan :

“ Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and

27

improve, their health. To reach a state of complete physical, mental, and social,

well-being, an individual or group must be able to identify and realize aspirations,

to satisfy needs, and to change or cope with the environment “. (Ottawa

Charter,1986).

Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan diatas bahwa Promosi Kesehatan adalah

proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan

meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang

sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu

mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah

atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya).

Selanjutnya, Australian Health Foundation merumuskan batasan lain pada

promosi kesehatan adalah sebagai berikut :

“ Health promotion is programs are design to bring about “change”within people,

organization, communities, and their environment ”.

Artinya bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang

dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat

sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.

Dengan demikian bahwa promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan

menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk

perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green dan

Ottoson,1998).

Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof.Dr. Soekidjo Notoadmodjo,

ruang lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari 2 dimensi yaitu: a).dimensi

aspek pelayanan kesehatan, dan b).dimensi tatanan (setting) atau tempat

pelaksanaan promosi kesehatan.

1.Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan

Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok, yakni:

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Sedangkan ahli lainnya membagi menjadi hanya dua aspek saja, yakni :

28

a. Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan

b. Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran

kelompok orang yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok

yang sakit.

Dengan ini maka ruang lingkup promosi kesehatan di kelompok menjadi dua

yaitu :

a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif.

b. Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan. 

Perhatian utama dalam promosi kesehatan adalah mengetahui visi serta misi yang

jelas. Dalam konteks promosi kesehatan “ Visi “ merupakan sesuatu atau apa yang

ingin dicapai dalam promosi kesehatan sebagai salah satu bentuk penunjang

program-program kesehatan lainnya. Tentunya akan mudah dipahami bahwa visi

dari promosi kesehatan tidak akan terlepas dari koridor Undang-Undang

Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 serta organisasi kesehatan dunia WHO (World

Health Organization).

Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan

derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara

ekonomi maupun sosial.

2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan

penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan,

maupun program kesehatan lainnya dan bermuara pada kemampuan pemeliharaan

dan peningkatan kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat.

Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang

harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi promosi kesehatan

merupakan upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam

pencapaian suatu visi.

Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :

29

1. Advokasi (Advocation)

Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada

para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang

spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk

mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker) agar dapat

mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu

mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan.

2. Menjembatani (Mediate)

Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama

dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait.

Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership)

dengan berbagai program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan

kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor

kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah

kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang

penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.

3.Kemampuan/Keterampilan(Enable)

Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara

serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian

keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan

keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka

kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan

meningkat.

Dalam perkembangan selanjutnya untuk mengatasi masalah kesehatan termasuk

penyakit di kenal tiga tahap pencegahan:

1. Pencegahan primer: promosi kesehatan (health promotion) dan

perlindungan khusus (specific protection).

30

2. Pencegahan sekunder: diagnosis dini dan pengobatan segera (early

diagnosis and prompt treatment), pembatasan cacat (disability limitation)

3. Pencegahan tersier: rehabilitasi.

Dilihat dari dimensi tingkat pelayanan kesehatan, dapat dilakukan berdasarkan

5(lima)tingkat pencegahan (five levels of prevention)  dr Leavel and

Clark, sebagai berikut:

Pencegahan primer dilakukan pada masa individu belum menderita sakit, upaya

yang dilakukan ialah:

a. Promosi kesehatan/health promotion yang ditujukan untuk meningkatkan

daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.

b. Perlindungan khusus (specific protection): upaya spesifik untuk mencegah

terjadinya penularan penyakit tertentu, misalnya melakukan imunisasi,

peningkatan ketrampilan remaja untuk mencegah ajakan menggunakan narkotik

dan untuk menanggulangi stress dan lain-lain.

Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu mulai sakit

c. Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt

treatment) diagnosis dini dan pengobatan yang tepat , tujuan utama dari tindakan

ini ialah 1) mencegah penyebaran penyakit bila penyakit ini merupakan penyakit

menular, dan 2) untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit,

menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi dan cacat.

d. Pembatasan cacat (disability limitation) kecacatan keterbatasan, pada

tahap ini cacat yang terjadi diatasi, terutama untuk mencegah penyakit menjadi

berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya cacat yang lebih buruk lagi.

Pencegahan tersier

e. Rehabilitasi, pada proses ini diusahakan agar cacat yang di derita tidak

menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal

secara fisik, mental dan sosial.

Adapun skema dari ketiga upaya pencegahan itu dapat di lihat pada gambar dua.

Pada gambar dua proses perjalanan penyakit dibedakan atas a) fase sebelum orang

31

sakit:yang ditandai dengan adanya keseimbangan antara agen (kuman penyakit,

bahan berbahaya), host/tubuh orang dan lingkungan dan b) fase orang mulai

sakit: yang akhirnya sembuh atau mati.

Selain upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier yang dikalangan dokter

dan praktisi kesehatan masyarakat dikenal sebagai lima tingkat pencegahan, juga

dikenal empat tahapan kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat,

empat tahapan itu (Rossenberg, Mercy and Annest, 1998) ialah:

1. Apa masalahnya (surveillance). Identifikasi masalah, apa masalahnya,

kapan terjadinya, dimana, siapa penderitanya, bagaimana terjadinya, kapan hal itu

terjadi apakah ada kaitannya dengan musim atau periode tertentu.

2. Mengapa hal itu terjadi (Identifikasi faktor resiko). Mengapa hal itu lebih

mudah terjadi pada orang tertentu, faktor apa yang meningkatkan kejadian (faktor

resiko) dan faktor apa yang menurunkan kejadian (faktor protektif).

3. Apa yang berhasil dilakukan (evaluasi intervensi). Atas dasar kedua

langkah terdahulu, dapat di rancang upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah

terjadinya masalah, menanggulangi dengan segera penderita dan melakukan upaya

penyembuhan dan pendampingan untuk menolong korban dan menilai

keberhasilan tindakan itu dalam mencegah dan menanggulangi masalah.

4. Bagaimana memperluas intervensi yang efektif itu (implementasi dalam

skala besar). Setelah diketahui intervensi yang efektif, tindakan selanjutnya

bagaimana melaksanakan intervensi itu di pelbagai tempat dan setting dan

mengembangkan sumber daya untuk melaksanakannya.

Pembatasan cacat (disability limitation)

Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang

kesehatan & penyakit, maka seorang masyarakat tidak melanjutkan

pengobatannya sampai tuntas. Dengan kata lain mereka tidak melakukan

pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya.Sehingga

pengobatan yang tidak layak dan sempurna akan dapat mengakibatkan orang yang

bersangkutan cacat atau berketidakmampuan, oleh karena itu pendidikan

32

kesehatan juga diperlukan pada tahap ini. Karena penanganan secara tuntas pada

kasus-kasus infeksi organ reproduksi dapat mencegah terjadinya infertilitas.

B. PREVENTIF

Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun,

menghadapi banyak masalah kesehatan masyarakat.Sebagai negara agraris yang

memasuki era industrilisasi membawa Indonesia ke dalam berbagai transisi, yaitu

transisi epidemiologi, demografi, dan lingkungan.

Transisi lingkungan dapat dilihat dengan adanya masalah yang berkaitan

erat dengan "traditional hazard" akibat belum terpenuhinya sanitasi dasar seperti

air bersih, jamban keluarga, pengelolaan sampah, limbah, permukiman sehat,

vektor penyakit, dll. Di samping itu, mulai muncul "modern hazard" yang berupa

pencemaran air, udara, dan tanah sebagai akibat industrialisasi serta penerapan

teknologi dalam pembangunan.Beban ganda (traditional dan modern hazard) ini

makin diperburuk dengan adanya berbagai krisis yang sampai saat ini belum dapat

diatasi.Sementara itu, Indonesia juga sedang mengalami "transformasi kesehatan"

yang ditandai dengan peningkatan penyakit berbasis lingkungan, yakni penyakit

yang berkaitan dengan lingkungan fisik, cenderung meningkat bila tidak diambil

langkah-langkah antisipatif.

Penyakit berbasis lingkungan yang masih menjadi pola kesakitan dan

kematian di Indonesia, mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas

intervensi kesehatan lingkungan.Di samping itu, harus diakui bahwa selama ini

kita hanya sibuk sebagai "Pemadam kebakaran", bukan melakukan pencegahan

pada sumber apinya.Pendekatan pemberantasan dengan pendekatan "Pemadam

Kebakaran" sebaiknya dikurangi porsinya karena sifatnya seperti "Biduk lalu

kiambang bertaut".

Untuk lebih menambah keyakinan kita bahwa dengan menggunakan

pendekatan lingkungan merupakan pendekatan yang paling "Cost

Effective" karena sifatnya yang "Sekali merengkuh dayung dua tiga pulau

terlampaui", di bawah ini disajikan tabel hubungan antara IMR (Infant Mortality

Rate), CMR (Child Mortality Rate), akses air bersih, dan akses sanitasi

lingkungan.

33

Negara IMR CMR Akses thd Air

Bersih

Akses thd

Sanitasi

Swedia 5 6 100 100

Chili 15 17 96 71

Filipina 39 48 84 75

Ghana 77 113 56 42

Guinea-Bissau 135 207 58 20

Afganistan 159 251 10 8

Sumber: WHO/ENG/97.8

Kesehatan Lingkungan Dalam Paradigma Sehat

Menteri Kesehatan RI pada 1998 yang lalu telah mengeluarkan kebijakan

tentang "Paradigma Sehat" sebagai acuan pembangunan kesehatan di

Indonesia.Dengan Paragdima baru ini maka orientasi pembangunan kesehatan di

Indonesia bergeser dari kuratif rehabilitatif ke promotif dan preventif.Hal ini

berarti bahwa pembangunan kesehatan memprioritaskan pada upaya-upaya

promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif.

Kesehatan lingkungan berangkat dari konsep konvensional dari

pencegahan, termasuk dalam upaya pencegahan primer yang menekankan

pencegahan secara dini kejadian suatu penyakit, ditujukan terutama kepada

penghambatan perkembangbiakan dan penularan serta kontak manusia dengan

agent, vektor ataupun faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit (seperti

kuman patogen, vektor, dan polutan).Misalnya, penyediaan jamban saniter sangat

efektif memutuskan kontaminasi dan perkembangbiakan bakteri penyebab diare

terhadap sumber air atau makanan.Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

cukup efektif memutuskan mata rantai infeksi bakteri.Demikian pula klorinasi air

34

minum dapat mengurangi pemajanan kuman patogen. Ketiga upaya seperti

dicontohkan di atas dapat merupakan cara sederhana guna mengurangi risiko

timbulnya beberapa penyakit rakyat.

Beberapa studi yang dilakukan oleh Esrey dkk.(1985--1991) melaporkan

bahwa intervensi air bersih dapat menurunkan insiden penyakit diare sekitar 17--

27%.Sedangkan beberapa studi yang dilakukan Esrey dan Daniel (1990) tentang

dampak penyediaan jamban terhadap penurunan prevalensi penyakit diare

menghasilkan angka yang konsisten, yaitu 22--24%.Demikian pula kajian oleh

Esrey dkk.(1985--1991) tentang intervensi kebiasaan mencuci tangan dapat

menurunkan prevalensi penyakit diare sebesar 33%.Jika ketiga upaya tersebut

dilakukan bersama-sama secara intensif, sangat mungkin sebagian besar penyakit

diare yang disebabkan oleh mikroba dapat dicegah.

Berdasarkan kajian tersebut di atas serta bila Departemen Kesehatan

konsisten dengan kebijakan barunya, yakni paradigma sehat, maka seyogyanya

kita merenungkan untuk kembali ke hal-hal yang sangat mendasar. Istilah

lainnya "Back to basic" dengan memberikan penekanan dan porsi anggaran yang

lebih besar untuk upaya-upaya promotif dan preventif. Karena, kalau orang sudah

jatuh sakit sebagai akibat dari lingkungan yang rusak, sedikit sekali yang dapat

dilakukan.Kalaupun ada, biayanya sangat besar.

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Berbasis Lingkungan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

1. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan

pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,

kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalan komunikasi, memberikan

informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan

perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support)

dan pemberdayaan masyarakat (empowerman) sebagai suatu upaya untuk

membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam

tatanan masing-masing, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam

35

rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan (www.dinkes-

sulsel.go.id, 2010).

2. Tatanan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, bekerja, bermain,

berinteraksi dan lain-lain.Terdapat 5 tatanan PHBS yaitu rumah tangga, sekolah,

tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat-tempat umum

(www.dinkes-sulsel.go.id,2010).

a. PHBS di Rumah Tangga

PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota

rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih

dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.

Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS

rumah tangga yaitu:

1)Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.

2) Memberi ASI ekslusif.

3) Menimbang balita setiap bulan.

4) Menggunakan air bersih.

5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.

6) Menggunakan jamban sehat.

7) Memberantas jentik dd rumah sekali seminggu.

8) Makan buah dan sayur setiap hari.

9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari.

10) Tidak merokok di dalam rumah.

Kesehatan Lingkungan dalam Program Jaring Pengaman Sosial Bidang

Kesehatan (JPS-BK)

36

Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK) merpakan

salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi dampak krisis ekonomi di bidang

kesehatan, khususnya terhadap kesehatan keluarga miskin (Gakin).Akibat terbesar

dari krisis adalah menurunnya pendapatan riil masyarakat karena kehilangan

pekerjaan.Selanjutnya, inflasi memungkinkan berkurangnya daya beli mayarakat

yang berdampak semakin menurunnya aksesibilitas masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan, kualitas sanitasi lingkungan, gizi, dan perumahan sehat. Di

samping itu, bagi anggota masyarakat yang terserang penyakit-penyakit menular,

seperti diare, ISPA dan tuberkulosis paru, serta demam berdarah, akan menjadi

sumber penularan sebagai akibat berkurangnya kemampuan menanggung biaya

pengobatan. Keadaan ini sangat potensial untuk timbulnya kejadian Luar Biasa

(KLB) penyakit-penyakit tersebut, yang pada gilirannya akan berakibat kepada

semakin menurunnya daya ketahanan tubuh dan semakin bertambahlnya keluarga

yang akan jatuh ke dalam kelompok masyarakat di bawah garis kemiskinan.

Sebagai tindakan strategis untuk mengurangi dampak krisis di bidang

kesehatan, paket kegiatan program JPS-BK seharusnya berupa intervensi-

intervensi yang mendasar, responsif, progessif, dan komprehensif, yang terdiri

dari upaya-upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Hal ini didasari

bahwa masalah kesehatan pada keluarga miskin sangat kompleks dan saling

terkait satu sama lain.

Selain itu, agar program JPS-BK tersebut dapat berjalan secara efisien dan

cost efektif, perlu adanya "diferensiasi biaya" dari upaya-upaya promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitaif dalam paket kegiatan program JPS-BK. Sejalan

dengan kebijakan baru Departemen Kesehatan, yakni Paradigma Sehat, dan bila

Departemen Kesehatan masih tetap konsisten dengan kebijakan barunya, maka

untuk upaya promotif dan preventif seyogyanya mendapat alokasi dana yang lebih

besar. Diusulkan untuk upaya promotif dan preventif sebesar 50%, upaya kuratif

dan rehabilitatif sebesar 40%, serta kegiatan penunjang lainnya sebesar

10%.Selanjutnya, masing-masing upaya tersebut perlu membuat "menu" kegiatan

sehingga memudahkan pelaksanaan di lapangan.

37

Satu hal yang perlu mendapat perhatian dari para pengambil kebijakan, yaitu bila

ingin program JPS-BK tersebut berhasil untuk masa-masa yang akan datang, perlu

adanya "legitimasi" dari masyarakat. Artinya, program JPS-BK tersebut harus

berbasis masyarakat. Untuk itu, perlu ditumbuhkan partisipasi masyarakat dengan

prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Membangun rasa memiliki sebagai dasar pemberdayaan masyarakat.

2. Manajemen dan tanggung jawab program diserahkan kepada masyarakat.

3. Berdasarkan demand masyarakat (Demand Approach).

Pemerintah perannya lebih banyak untuk melakukan"Steering Rather Than

Rowing",melakukan "Facipulation" (Facilitation dengansedikit Manipulation).Yai

tu,mengawinkan "Top Down" dengan "Bottom Up Planning". Jangan sampai

masyarakat menganggap program JPS-BK sebagai program "Sinterklas" dari

pemerintah.

Kesehatan lingkungan yang merupakan salah satu upaya pencegahan

primer diprioritaskan pada kegiatan kesehatan lingkungan yang murah, yang

memberikan dampak kesehatan yang besar, serta merupakan komitmen

internasional, yaitu pencapaian "Universal access". Berdasarkan kajian dan

uraian-uraian tersebut di atas, beberapa menu kegiatan kesehatan lingkungan yang

dapat dimasukkan dalam paket kegiatan program JPS-BK, antara lain:

1. Pemutusan rantai penularan penyakit berbasis lingkungan

a. Tersedianya informasi yang murah dan mudah dimengerti tentang

kesehatan lingkungan bagi keluarga/penderita dengan penyakit

berbasis lingkungan di Puskesmas/Klinik Sanitasi.

b. Kegiatan out-reach proaktif 

Kunjungan rumah dalam rangka inspeksi sanitasi pada keluarga

penderita dengan penyakit berbasis lingkungan. 

Pengambil sampel air yang tercemar untuk pemeriksaan

laboratorium. 

Pemberian kaporit pada sumber air yang tercemar.

38

c. Pemberian stimulan untuk rehabilitasi fisik sarana kesehatan

lingkungan (sarana air bersih, jamban, SPAL, genteng kaca,

plesterisasi, ventilasi, dll).

2. Pemberdayaan masyarakat agar mampu ikut serta dalam kegiatan

kesehatan lingkungan

a. Lokakarya mini di Puskesmas maupun di kecamatan dalam rangka

membahas masalah kesehatan lingkungan/kegiatan Pekan Sanitasi.

b. Temu karya di desa dalam rangka penyusunan "Rencana kerja

masyarakat".

c. Pemberian stimulan untuk pembuatan/rehabilitasi sarana kesehatan

lingkungan permukiman.

6. Proses perencanaan terhadap masalah komunitas yang timbul akibat

lingkungan yang tidak sehat

a. Perencanaan Kesehatan

Perencanaan kesehatan perlu untuk dipikirkan ketepatan strateginya.baik

dalam pelayanan promosi,preventif dan dari segikuratif dan rehabilitatifnya.

Semua orang yang terlibat dalam perencanaan kesehatan seharusnya tahu apa

yang dibutuhkan dan diinginkan langsung oleh rakyat yang sebenarnya. Agar teori

dan kenyataan dilapangan dapat berjalan sebagaimana seharusnya. Proses

perencanaan kesehatan tidak terlepas pada isustrategis.Dimana terdapat beberapa

komponen penting dalam mendukung terlaksananya program perencanaan

kesehatan.Maka epidemiologi memiliki peran strategis untuk menetapakan sebuah

kebijakan kesehatan yang termasuk dalam program-program kesehatan.

b. Epidemiologi Perencanaan

Sebagai mana kita ketahui data daninformasi sebagai produk kegiatan

Surveilans epidemiologi, merupakan instrument pendukung untuk menentukan

39

kebijakan, perencanaan dan penganggaran termasuk untuk pelaksanaan

pengendalian factor risiko.Berdasarkan pengamatan kita sehari-hari, pencatatan

dan pelaporan yang mempunyai nilai strategis relative belum optimal yang

diakibatkan dari under recorded & reported, tidak tepat waktu, tidak adekuat,

termasuk umpan balik secara berjenjang dari Pusat – Propinsi – Kab/Kota –

Puskesmas tidak dilakukan secara baik dan tidak mempunyai

mekanisme reward dan punishment.

Surveilans adalah rangkaian kegiatan pengumpulan data epidemiologis (untuk

masalah kesehatan tertentu secara teratur dan terusmenerus dari kegiatan rutin), di

lakukan pengolahan data (koreksi/pemeriksaan, kompilasi, analisis dani

nterpretasi) sehingga menghasil kanin formasi epidemiologis yang dapat dipakai

oleh pihak yang membutuhkan nya sebagai bahan untuk perencanaan atau

tindakan maupun pengambilan keputusan (A. Ratgono, 2002).

c.Perencanaan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat maka

pemerintah, masyarakat serta bebagai elemen berpartisipasi dalam mencapai

tujuan tersebut.Salah satu bentuk dukungan tersebut dapat terlihat dukungan

pemerintah dengan memberikan prioritas yang tinggi dalam peningkatan

kesehatan masyarakat, termasuk pelayanan kesehatan untuk rakyat.Oleh karena

itu, pemerintah melakukan berbagai peningkatan dan perbaikan atas sistem,

kebijakan, program sampai dengan layanan yang dilaksanakan pada tingkat

masyarakat.

d.Perkembangan  Epidemiologi Perencanaan

Pemerintah, dalam hal ini Depkes, telah menetapkan prioritas

pembangunan sector kesehatan.Pertama adalah pemerintah benar-benar ingin

meningkatkan pelayanan kesehatan untuk ibu dan anak. Kedua, meningkatkan

pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin.Revitalisasi puskesmas, posyandu,

kegiatan seperti imunisasi, di hidupkan kembali di pedesaan dan hasil nya positif,

termasuk pemberian asuransi kesehatan untuk masyarakt miskin agar mereka

memiliki akses di dalam upaya pelayanan kesehatan bagimereka.

40

Dalam mendukung upaya tersebut di perlukan sejumlah langkah kedepan untuk

terus meningkatkan mutu dan jumlah tenaga kesehatan, baik paramedis, dokter

maupun dokter-dokter spesialis baik melakukan pendidikan, pembinaan, dan

pembinaan karier

Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak terlepas dari partisipasi aktif

masyarakat.Inisiatif yang dilakukan oleh masyarakat untuk meningkatkan derajat

kesehatan telah lama dilakukan.Berbagai upaya kesehatan berbasis masyarakat

banyak didirikan, antara lain dalam bentuk Posyandu yang berjumlah 2622 yang

terdiridari 49,12% Posyandu Pratama, 35,85% Posyandu Madya, 13,58%

Posyandu Purnama, dan 1,45% Posyandu Mandiri, Pondok bersalin desa

(Polindes) 77, Pos Obat Desa (POD) 194, Taman Obat Keluarga (TOGA) 25070,

Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK) 66, tapi pemberdayaan masyarakat dalam

bentuk Warung Obat Desa belumada. Pemberdayaan masyarakat dalam arti

mengembangkan dan menumbuhkan prakarsa masyarakat yang lebih luas dalam

mendukung upaya peningkatan derajat kesehatan yang terjadi selama ini belum

terkoordinasi dengan baik, sehingga hasilnya menjadi kurang optimal.Di samping

itu upaya menggerakkan partisipasi masyarakat yang di lakukan selama ini juga

masih sebatas mobilisasi, sehingga tidak dapat menjamin keberlangsungan

nya.Pemberdayaan masyarakat di laksanakan pula dalam berbagai bentuk, seperti

Gebrak Malaria, Gerakan Sayang Ibu (GSI), Gerakan Terpadu TB-Paru dan lain-

lain.Epidemiologi mempunyai peranan yang penting dalam proses pengambilan

keputusan, hal ini karena epidemiologi sebagai penyedia data base untuk

mengetahui besaran masalah kesehatan..analisis-analisis data tersebut dapat di

jadikan dasar pertimbangan. Epidemiologi dalam tataran pengatur kebijakan untuk

melakukan suatu proses perencanaan terdapat beberapa hal yang perlu di

perhatikan ,yakni :

Tersedianya dokumen sebagai penguat data bagi semua stake holder yang

terlibat dalam dunia kesehatan. Serta adanya telaah kebijakan, sosialisasi,

monitoring, dan evaluasi bagi kebijakan yang telah di tetapakan dalam

bentuk perundang-undangan agar komitmen terhadap peningkatan

kesehatan dapat terwujud.

41

Mampu mempertajam analisis perencanaan kesehatan salah satunya dalam

bentuk proses Tanya jawab pada stake holder yang terlibat dalam

kesehatan.

Berpikirlah general atau makro untuk mendapatkan gambaran yang jelas

terhadap permasalahan yang kita hadapi, namun berpikir mikro dan detail

tetap kita butuh kan. Kapasitas dan kompetensi kita sebagai para

profesional di bidangnya menuntut kita harus mampu menangkap dan

mendeteksi sekecil apapun potensi masalah dan mencari kansolusi

pemecahannya.Walaupun di dalam implementasinya kita harus bertindak

strategis sesuai dengan skala prioritas dan sumber daya yang dimiliki

7. UUD Kesehatan Lingkungan ,UUD RI no 23 tahun 1992 tentang

kesehatan

KESEHATAN LINGKUNGAN PASAL 22

1. Kesehatan lingkungan di selenggarakan untuk mewujudkan kualitas

lingkungan yang sehat.

2. Kesehatan lingkungan dilaksanakan terhadap tempat umum, lingkungan

pemukiman, lingkungan kerja, angkutan umum, dan lingkungan lainnya.

3. Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan udara, pengamanan

limbah padat, limbah cair, limbah gas,radiasi dan kebisingan,

pengendalian vector penyakit, dan penyehatan atau pengamanan lainnya.

4. Setiap tempat atau sarana pelayanan umum wajib memelihara dan

meningkatan lingkungan yang sehat sesuai dengan standar persyaratan.

5. Ketentuan mengenai penyelenggaraan kesehatan lingkungan sebagaimana

dimaksud dalam ayat 1,2,3, dan 4 di tetapkan dengan Peraturan

Pemerintah.

( ilunifk, 2009)

42

8. PENYAKIT KARANTINA

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 1959 Tanggal 29 Oktober 1959

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

Bahwa penetapan jenis penyakit Karantina dalam Undang-undang Karantina

Staatsblad 1911 No. 277 perlu disesuaikan dengan International Sanitary

Regulation tahun 1951 ;

Mengingat :

Aturan Peralihan Undang-undang Dasar 1945 pasal II dan IV;

Memperhatikan :

Surat Menteri Muda Kesehatan tanggal 24 September 1959 No. 208755/Hukum:

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENYAKIT KARANTINA.

Pasal 1

(1) Penyakit Karantina adalah :

Pes (Sampar) = Plague.

Kolera = Cholera.

Demam Kuning = Yellow Fever.

Cacar = Smallpox.

Typhus Bercak Wabahi = Typhus Fever Louse borne. Typhus

Exanthematicus. Epidemictis.

Demam Balik-Balik = Relapsing Fever.

(2) Perubahan tentang penetapan penyakit Karantina selanjutnya diserahkan

kepada

Menteri Muda Kesehatan.

43

Pasal 2

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada hari diundangkan. Agar

supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Pemerintah ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik

Indonesia.

Karantina adalah pembatasan aktivitas orang sehat atau binatang yang

telah terpajan (exposed) kasus penyakit menular selamat masa menularnya.

Misalnya melalui kontak untuk mencegah penyebaran penyakit selama masa

inkubasi. Di bedakan atas absolute / complete quartine dan modified quarantine.

a. Absolute/complete quartine yaitu pembatasan kebebasan bergerak bagi

mereka yang terpajan terhadap penyakit menular selama periode yang

berlangsung tidak lebih lama dari masa inkubasi terlama dengan suatu cara

tertentu dengan tujuan mencegah agar tidak terjadi kontak yang mungkin

menimbulkan penularan kepada mereka yang tidak terpejan.

b. Modified quartine yaitu pembatasan gerak parsial / sebagian dan selektif

bagi mereka yang terpajan yang pada umumnya, dilakukan berdasarkan

cara penularan. Misalnya melarang anak terkena campak untuk masuk

sekolah. Termasuk didalamnya personal surveillance dan segregation.

Pengelolaan penyakit lingkungan berdasarkan undang undang

a. Sasaran langsung pada sumber penularan penjamu

Keberadaan suatu reservoir dalam masyarakat merupakan faktor yang

sangat penting dalam rantai penularan. Cara menanggulangi dengan

mencari sumber penyakit (binatang atau manusia) yang dimana ju=ika

penyakit menyerang hewan, hewan tersebut akan dimusnahkan dan

melindungi binatang lainnya dari infeksi tersebut. Sedangkan, pada

manusia dilakukan dengan cara mengisolasi atau mengkarantina dan

pengibatan untuk menghilangkan unsur penyebab penyakit.

b. Pengembangan teknik deteksi penyakit berpola infeksi

c. Pengendalian penyakit bervektor binatang

44

Dengan cara teknik serangga mandul, yang menyebabkan serangga

tidak mengalami menghasilkan agen-agen selanjutnya yang

menyebabkan penyakit menular.

45

Kesimpulan

Pada diskusi PBL kasus penyakit linkungan,kami dapat menyimpulkan

beberapa penyikit lingkungan yang disebabkan oleh kerusakan lingkungan

menyebabkan timbulnya agen agen penyakit,baik dari agen biologis,kimia dan

fisika.

Biologis seperti bakteri,parasit,plasmodium,jamur dll agen kimia seperti

pencemaran pada cair dan gas dll fisiaka seperti radiasi dll selain komponen

tersebut penduduk juga mempengaruhi terjadi penyakit lingkungan dikarenakan

pola hidup penduduk tersebut dan pengetahuan nya.

46