Kasus 4 Kelompok 3

56
GANGGUAN PENDENGARAN KELOMPOK 3 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI 2014-2015

description

penjelasan

Transcript of Kasus 4 Kelompok 3

Page 1: Kasus 4 Kelompok 3

GANGGUAN PENDENGARAN

KELOMPOK 3FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

2014-2015

Page 2: Kasus 4 Kelompok 3

Afifah Kencana Sari

Afifah Widyadhari

Agnes Amelia Elim

Agus Haerani

Alfarezi Ramadhan

Amabel Karamina

Amelia Ananda Syam

Amelia Fadhila Husna

Amri Ageng Winahyu

Andhika Rezky

Andi Nita Apriliana

Kristiani Ernawati

Anggota Kelompok

Page 3: Kasus 4 Kelompok 3

Topik : Gangguan Pendengaran Subtopik : Infeksi telinga

Telinga Budi berairBudi kelas 6 SD mengeluh kedua telinganya sering

keluar cairan sehabis berenang atau saat batuk pilek. Menurut orang tuanya akhir-akhir ini kalau diajak bicara sering minta diulang perkataanya.

Keyword: Otore, gangguan pendengaran

SKENARIO KASUS

Page 4: Kasus 4 Kelompok 3

OttorheaKeluarnya sekret dari liang telinga (meatus akustikus externus) yang disebabkan oleh banyak etiologi.

Gangguan PendengaranKetidakmampuan secara parsial atau total untuk mendengarkan suara pada salah satu atau kedua telinga.

Terminologi

Page 5: Kasus 4 Kelompok 3

Analisis Masalah

Budi 12 th

Sering keluar cairan telinga sehabis berenang atau

batuk pilek

Diajak bicara sering minta

diulang perkataan

Gangguan pendengaran

Gangguan pada Telinga

Tengah

Page 6: Kasus 4 Kelompok 3

Gangguan Telinga Tengah

Gangguan fungsi Tuba Eustachius

Barotrauma Otitis Media Otosklerosis

Otitis Media Akut

Otitis media supuratif

kronik

Otitis media non supuratif

Page 7: Kasus 4 Kelompok 3

Gangguan Telinga Tengah

Gangguan fungsi Tuba Eustachius

Barotrauma Otitis Media Otosklerosis

Otitis Media Akut

Otitis media supuratif

kronik

Otitis media non supuratif

Page 8: Kasus 4 Kelompok 3

Gangguan Telinga Tengah◦Otitis Media Akut◦Otitis Media Kronis Supuratif

Hipotesis

Page 9: Kasus 4 Kelompok 3

Anatomi dan Fisiologi Telinga Tengah

Page 10: Kasus 4 Kelompok 3

Anatomi Telinga

Page 11: Kasus 4 Kelompok 3

Telinga Tengah

Page 12: Kasus 4 Kelompok 3

Hubungan Nasofaring dan Tuba Eustakius

Page 13: Kasus 4 Kelompok 3

Membran Timpani

Page 14: Kasus 4 Kelompok 3

Otitis Media

Page 15: Kasus 4 Kelompok 3
Page 16: Kasus 4 Kelompok 3
Page 17: Kasus 4 Kelompok 3

Gambaran Otoskopi

Page 18: Kasus 4 Kelompok 3
Page 19: Kasus 4 Kelompok 3
Page 20: Kasus 4 Kelompok 3

PENJELASAN HIPOTESIS

Page 21: Kasus 4 Kelompok 3

Berasarkan Onset: Akut:

OMA + perforasi MTOtitis Eksterna AkutKebocoran LCS

Kronis:OMSKCholesteatomaBenda asingGranulomaOE necrotizingImunodefisiensiNeoplasmaOsteomyelitis

Klasifikasi Otorrhea

Berdasarkan Insidens: Anak:

OMAOMSKBenda asing

Dewasa:OEOMSKBenda asingKebocoran LCS

Page 22: Kasus 4 Kelompok 3

Berdasarkan karakteristik sekret:

Purulen : OEA, OMSA, OMSK Non Purulen : OEA, benda asing,

kebocoran LCS Disertai darah : Trauma, benda asing

Page 23: Kasus 4 Kelompok 3

Berdasarkan derajat menurut ISO: Ringan: berkisar 26-40dB Sedang: berkisar 41-55dB Sedang Berat:

berkisar 56-70dB Berat: berkisar 71-90dB Sangat Berat: >90

Klasifikasi Gangguan Pendengaran

Berdasarkan jenisnya: Tuli Konduktif:

kerusakan telinga luar/tengah,

kurang dengar untuk nada

rendah; membran timpani robek,

MAE tersumbat

Tuli Sensori Neural:

kerusakan telinga bagian dala,

kurang dengar nada tinggi;

presbyacusis, labirintitis

Tuli Campur:

kerusakan telinga bagian

luar/tengah dan dalam

Page 24: Kasus 4 Kelompok 3

Otitis Media Akut

DEFINISIOMA adalah peradangan akut sebagian

atau seluruh periosteum telinga tengah.

Page 25: Kasus 4 Kelompok 3

Etiologi OMA Bakteri piogenik seperti Streptococcus

hemolyticus, Staphylococcus aureus, pneumokok

H.influenzae (sering pada anak dibawah 5 tahun)

E.coli Sterptococcus anhemolitikus Proteus vulgaris Pseudomonas aurugenosa

Page 26: Kasus 4 Kelompok 3

Patofisiologi

Page 27: Kasus 4 Kelompok 3

Sumber: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Ed 7. Jakarta:FKUI;2014.p.59

Page 28: Kasus 4 Kelompok 3

Stadium OMA

Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Stadium Hiperemis / Presupurasi

Stadium Supurasi

Stadium Perforasi

Stadium Resolusi

Page 29: Kasus 4 Kelompok 3

Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Retraksi membran timpani akibat terjadinya

tekanan negatif di dalam telinga tengah, akibat absorpsi

udara. Kadang membran timpani tampak normal (tidak

ada kelainan) atau keruh pucat. Efusi mungkin telah

terjadi tapi tidak dapat dideteksi.

Page 30: Kasus 4 Kelompok 3

Stadium Hiperemis/ Presupurasi

Pembuluh darah melebar di membran timpani

atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta

edem. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih

bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar di lihat.

Page 31: Kasus 4 Kelompok 3

• Stadium Supurasi

Edema hebat pada mukosa telinga tengah & hancurnya sel epitel

superfisial, serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani,

menyebabkan kavum timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga

luar.

Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa

nyeri di telinga bertambah hebat.

Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka

terjadi iskemia, akibat tekanan pada kapiler, serta timbul trombofeblitis

pada vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada

membran timpani terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna

kekuningan. Di tempat ini akan terjadi ruptur.

Page 32: Kasus 4 Kelompok 3

Stadium Perforasi

Terlambatnya pemberian antibiotika atau

virulensi kuman yang tinggi dapat terjadi ruptur

membran timpani dan nanah keluar mengalir dari

telinga tengah ke telinga luar. Anak yang tadinya

gelisah menjadi tenang, suhu badan turun dan anak

dapat tertidur nyenyak.

Page 33: Kasus 4 Kelompok 3

Stadium Resolusi

Bila membran timpani tetap utuh maka keadaan

membran timpani perlahan-lahan akan normal kembali.

Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan

berkurang akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik

atau virulensi kuman rendah maka resolusi dapat

terjadi tanpa pengobatan.

Page 34: Kasus 4 Kelompok 3

Gejala Klinis OMA

Pada pasien anak sering dikeluhkan:

Otalgia (rasa nyeri di dalam telinga)

Otore (keluar sekret dari liang telinga)

Demam

Gangguan pendengaran

Anak merasa gelisah, sukar tidur, rewel.

Pada stadium perforasi, anak akan tenang dan suhu tubuh

menurun karena membran timpani telah ruptur dan sekret

mengalir ke liang telinga.

Page 35: Kasus 4 Kelompok 3

• Sudah berapa lama otore? (onset & durasi )

• Ada nyeri telinga? Sakit kepala? Demam?

• Bagaimana sekret :

- konsistensi

- bau

- warna

- jumlah

• Aktifitas tertentu yg memperburuk gejala?

• Lokasi berenang ?

Anamnesis

Page 36: Kasus 4 Kelompok 3

Pemeriksaan fisik Gangguan pendengaran

-Rinne-Weber-Scwabach-Audiometri

Kelainan membran timpani-Otoskopi-Manuver Toynbee-Manuver Valsava

Page 37: Kasus 4 Kelompok 3

Pemeriksaan penunjang

1. Darah perifer lengkap : leukositosis pada OM berat

2. Kultur darah : bakterimia pada saat demam tinggi

3. Kultur sekret telinga : mengetahui bakteri etiologi

Page 38: Kasus 4 Kelompok 3

Tatalaksana Otits Media AkutTerapi OMA tergantung pada stadium penyakit: Stadium Oklusi

bertujuan utk membuka kembali tuba Eustachius, sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Berikan obat tetes hidung, pd kasus (anak > 12 thn) HCL efedrin 1% dlm larutan fisiologik.

Stadium presupurasi- antibiotika, berikan penisilin i.m agar didapatkan konsentrasi yang adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung. Pemberian di anjurkan minimal selama 7 hari. - obat tetes hidung dan analgetika

Page 39: Kasus 4 Kelompok 3

Tatalaksanan Otitis Media Akut Stadium supurasi

- Antibiotika- Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, agar terjadi drenase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Dengan dilakukan miringotomi gejala klinis lebuh cepat hilang dan ruptur membran timpani dapat dihindari.

Page 40: Kasus 4 Kelompok 3

Tatalaksana Otitis Media Akut Stadium perforasi Diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari

dan antobiotika yang adekuat. Sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dlm waktu 7-10 hari.

Stadium resolusimembran timpani berangsur normal, sekret tidak ada lagi dan perforasi embran timpani dapat menutup kembali.

Page 41: Kasus 4 Kelompok 3

Komplikasi OMA

Komplikasi intrakranial :

meningitis, abses otak, abses epidural, empiema

subdural.

Komplikasi intratemporal:

gangguan pendengaran, mastoiditis akut, atelektasis

telinga tengah, labirinitis, paresis fasialis.

Page 42: Kasus 4 Kelompok 3

Otitis Media Supuratif Kronis

Page 43: Kasus 4 Kelompok 3

Definisi

OMSK adalah infeksi kronik telinga tengah dengan

perforasi membran timpani dan keluarnya sekret dari

telinga tengah secara terus meneus atau hilang timbul.

Page 44: Kasus 4 Kelompok 3

Etiologi

Sebagian besar merupakan kelanjutan dari OMA yang

prosesnya sudah berjalan lebih dari 2 bulan.

Beberapa faktor penyebabnya adalah terapi yang

terlambat, terapi tidak adekuat, virulensi kuman tinggi,

daya tahan tubuh rendah, atau kebersihan buruk.

Page 45: Kasus 4 Kelompok 3

Jenis OMSK

1. OMSK tipe aman (tipe mukosa= tipe benigna)

Peradangan terbatas pada mukosa

Biasanya tidak mengenai tulang

Perforasi sentral (pars tensa)

Page 46: Kasus 4 Kelompok 3

2. OMSK tipe bahaya (tipe tulang= tipe maligna)

• Perforasi membran timpani marginal atau atik

• Sering menimbulkan komplikasi yang berbahaya

• Abses atau fistel retroaurikuler

• Polip atau granulasi dari telinga tengah

• Kolesteatoma pada telinga tengah

• Sekret pus berbau khas

• Sekret ini lebih sering ada/ terus menerus

• Ro: bayangan kolesteatoma (lusen) di mastoid

Page 47: Kasus 4 Kelompok 3

Pada pasien anak sering dikeluhkan:

Otalgia (rasa nyeri di dalam telinga)

Otore (keluar sekret dari liang telinga)

Demam

Gangguan pendengaran

Anak merasa gelisah, sukar tidur, rewel.

Pada stadium perforasi, anak akan tenang dan suhu tubuh menurun

karena membran timpani telah ruptur dan sekret mengalir ke liang

telinga.

Gejala Klinis

Page 48: Kasus 4 Kelompok 3

• Sudah berapa lama otore? (onset & durasi )

• Ada nyeri telinga? Sakit kepala? Demam?

• Bagaimana sekret :

- konsistensi

- bau

- warna

- jumlah

• Aktifitas tertentu yg memperburuk gejala?

• Lokasi berenang ?

Anamnesis

Page 49: Kasus 4 Kelompok 3

Pemeriksaan fisik

Gangguan pendengaran

-Rinne

-Weber

-Scwabach

-Audiometri Kelainan membran timpani

-Otoskopi

-Manuver Toynbee

-Manuver Valsava

Page 50: Kasus 4 Kelompok 3

Pemeriksaan penunjang OMSK

Apusan sekret dari telinga tengah:

biakan mikrobiologi, uji sensitivitas

Pemeriksaan audiologi :

audiometri

Foto polos mastoid :

mengetahui kolesteatoma

Page 51: Kasus 4 Kelompok 3

Tatalaksana Otitis Media Supuratif Kronis

OMSK tipe aman

- Konservatif atau dengan medikamentosa

- Bila sekret keluar terus, di berikan obat cuci telinga berupa larutan

H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, berikan obat

etets telinga yg mengandung antibiotik dan kortikosteroid.

- Bila sekret telah kering, namun perforasi masih ada setelah

observasi 2 bulan, dapat dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti.

Page 52: Kasus 4 Kelompok 3

Tatalaksana Otitis Media Supuratif Kronis

OMSK tipe bahaya

- Pembedahan, yaitu mastoidektomi dengan atau tanpa

timpanopplasti.

- Terapi konservatif dgn medika metosa hanya dilakukan

sebelum pembedahan.

- Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka

insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum

mastoidektomi.

Page 53: Kasus 4 Kelompok 3

Jangan mengkorek telinga.

Air jangan masuk ke telinga saat mandi.

Dilarang berenang untuk sementara.

Segera berobat kembali bila penderita tidak mengalami

perbaikan saat sudah diobati.

Edukasi

Page 54: Kasus 4 Kelompok 3

Komplikasi OMSK

Telinga tengah : perforasi persisten, erosi tulang pendengaran,

Paralisis nervus fasial

Telinga dalam : Fistel labirin, labirinitis supuratif, tuli

saraf(sensorineural)

Ekstradural : abses ekstradural, trombosis sinus lateralis,

petrositis

Susunan saraf pusat : meningitis, abses otak. Hidrosefalus

otitis

Page 55: Kasus 4 Kelompok 3

Prognosis

Ad vitam : bonam

Ad sanationam :bonam, bila dilakukan

tonsilektomi

Ad fungsional :bonam

Page 56: Kasus 4 Kelompok 3

Daftar pustaka1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku

Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &

Leher. Ed 7. Jakarta:FKUI;2014.p.59-61

2. Mansjoer A, Triyanti K. Kapita Selekta Kedokteran. Ed 4.

Jakarta: Media Aesculapius; 2013.p. 1015-1018

3. Adams GI, Boles LR, Tigler PH. Boles Buku Ajar

Penyakit THT. Ed 6. Jakarta: EGC; 2013.p.210-216