4. Laporan Kasus TB Paru

55
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis paru (TB) adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini 1 .Tuberkuosis paru merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan paling sering bermanifestasi di paru. Mikobakterium ini ditransmisikan melalui droplet di udara, sehingga seorang penderita tuberculosis paru merupakan sumber penyebab penularan tuberculosis paru pada populasi di sekitarnya. 1 Menurut WHO (2006) dilaporkan angka prevalensi kasus penyakit tuberculosis paru di Indonesia 130/100.000, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan jumlah kematian sekitar 101.000 pertahun, angka insidensi kasus Tuberkulosis paru BT (+) sekitar 110/100.000 penduduk. Penyakit ini mrupakn penyebab kematian urutan ketiga, setelah penyakit jantung dan penyakit saluran pernafasan. 2 WHO dalam Annual Report on Global TB Control (2003) menyatakan terdapat 22 negara dikategorikan sebagai high burden countries terhadap tuberculosis paru, termasuk Indonesia dan Indonesia menempati urutan ketiga di dunia dalam hal penderita 1

description

TB paru

Transcript of 4. Laporan Kasus TB Paru

Page 1: 4. Laporan Kasus TB Paru

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis paru (TB) adalah masalah kesehatan masyarakat yang

penting di dunia ini1.Tuberkuosis paru merupakan penyakit infeksi menular

yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan paling sering

bermanifestasi di paru. Mikobakterium ini ditransmisikan melalui droplet di

udara, sehingga seorang penderita tuberculosis paru merupakan sumber

penyebab penularan tuberculosis paru pada populasi di sekitarnya.1

Menurut WHO (2006) dilaporkan angka prevalensi kasus penyakit

tuberculosis paru di Indonesia 130/100.000, setiap tahun ada 539.000 kasus

baru dan jumlah kematian sekitar 101.000 pertahun, angka insidensi kasus

Tuberkulosis paru BT (+) sekitar 110/100.000 penduduk. Penyakit ini

mrupakn penyebab kematian urutan ketiga, setelah penyakit jantung dan

penyakit saluran pernafasan.2 WHO dalam Annual Report on Global TB

Control (2003) menyatakan terdapat 22 negara dikategorikan sebagai high

burden countries terhadap tuberculosis paru, termasuk Indonesia dan

Indonesia menempati urutan ketiga di dunia dalam hal penderita tuberculosis

paru setelah India dan China.2 Di Indonesia tahun 2004 tercatat ± 627.000

insiden tuberculosis paru dengan ± 282.000 diantaranya positif pemeriksaan

dahak.3

Konsekuensi yang dapat terjadi pada penderita TB paru yang tidak

melakukan pengobatan, setelah lima tahun menderita diprediksikan 50% dari

penderita TB paru akan meninggal. Sedangkan sekitar 25% akan sembuh

sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi dan 25% lainnya sebagai “kasus

kronis” yang tetap menular (WHO, 1996).4

BAB II

1

Page 2: 4. Laporan Kasus TB Paru

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit yang menyerang jaringan

paru disebabkan infeksi basil Mycobacterium tuberculosis (M.

tuberculosis).1

2.2 Epidemiologi

Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan dunia yang penting

khususnya di negara berkembang. Pada bulan Maret tahun 1993 World

Health Organization (WHO) telah mendeklarasikan tuberkulosis sebagai

“Global Health Emergency”. Berdasarkan laporan Penanggulangan TB

Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2007, angka insidensi TB

pada tahun 2007 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk),

dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru. Asia termasuk

kawasan dengan penyebaran tuberkulosis (TB) tertinggi di dunia sebesar

33%. Setiap 30 detik, ada satu pasien di Asia meninggal dunia akibat

penyakit ini.2,3,4

Indonesia adalah negara dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia

setelah Cina dan India Perkiraan kejadian BTA positif di Indonesia adalah

266.000 kasus tahun 1998. TB menempati peringkat nomor 3 sebagai

penyebab kematian teringgi di Indonesia setelah penyakit jantung dan

penyakit pernafasan akut pada seluruh kalangan usia.2

2.3 Etiologi

Mikobakterium tipe humanus dan tipe bovinus adalah mikobakterium

yang paling banyak menyebabkan penyakit tuberkulosis. Kuman ini

berbentuk batang, bersifat aerob, dinding sel mengandung; lipid, fosfatida

polisakarida, tuberkulo protein, mudah mati pada air mendidih (5 menit

pada suhu 800C, dan 20 menit pada suhu 600C), dan apabila terkena sinar

ultraviolet (matahari). Basil tuberkulosis tahan hidup berbulan-bulan pada

suhu kamar dan ruangan yang lembab. Ia mempunyai sifat khusus yaitu

2

Page 3: 4. Laporan Kasus TB Paru

tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut pula sebagai

Basil Tahan Asam (BTA).1,4,5

2.4 Cara Penularan

Penularan penyakit ini melalui inhalasi droplet khususnya yang

didapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang

mengandung BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita

menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan Dahak).

Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran

pernapasan. Dalam 1 tahun, 1 penderita TB BTA positif menularkan 10-15

orang. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui

pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh

lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, salura

napas,atau penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh lainnya.1,5,6

Risiko mendapat infeksi Mycobacterium tuberculosis ditentukan

terutama oleh faktor-faktor eksogen :3

a. Kontak dengan penderita BTA positif (seberapa dekat dan seberapa

lama)

b. Lingkungan tempat kontak (lingkungan yang padat dan ventilasi ruang

yang buruk)

Sedangkan faktor-faktor endogen :3

a. Daya tahan tubuh

b. Usia

c. Penyakit penyerta (infeksi HIV, silikosis, limfoma, leukemia,

malnutrisi, gagal ginjal kronis, diabetes melitus, orang dengan terapi

imunosupresif dan hemophilia)

3

Page 4: 4. Laporan Kasus TB Paru

Gambar 2.1 Faktor risiko kejadian tuberculosis paru 2

2.5 Patogenesis

2.5.1 Tuberkulosis Primer

Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan

kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat

melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan ke

alveolus dan menetap di sana. Bila kuman menetap di jaringan paru,

berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini kuman dapat terbawa

masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru

akan berbentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut kompleks

primer atau fokus Ghon. Kompleks primer ini dapat terjadi di setiap bagian

jaringan paru. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan

kompleks primer adalah 3-8 minggu.1-4

Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi

tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer

tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh

(imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat

menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada

beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persisten atau dormant

(tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan

4

Page 5: 4. Laporan Kasus TB Paru

perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan

akan menjadi penderita Tuberkulosis.3,4,6

Kompleks primer tersebut selanjutnya dapat menjadi:2

1. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. Ini yang paling sering

terjadi.

2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis

fibrotik, kalsifikasi di hilus dan 10% diantaranya dapat terjadi

reaktivasi lagi karena kuman yang dormant.

3. Berkomplikasi dan menyebar secara :

a. Per kontinuitatum, yakni menyebar kesekitarnya

b. Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di

sebelahnya. Kuman ini juga tertelan bersama sputum dan ludah

sehingga menyebar ke usus.

c. Secara hematogen, ke organ tubuh lainnya

d. Secara limfogen.

2.5.2 Tuberkulosis Post Primer (Sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul

bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis

dewasa (tuberkulosis post primer = TB pasca primer = TB sekunder).

Mayoritas reinfeksi mencapai 90%. Tuberkulosis sekunder terjadi karena

imunitas menurun seperti malnutrisi, alkohol, penyakit maligna, diabetes,

AIDS dan gagal ginjal. Tuberkulosis pasca primer ini dimulai dari sarang

dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apikal-posterior lobus

superior atau inferior). Invasinya adalah ke daerah parenkim paru-paru dan

tidak ke nodus hiler paru. Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang

pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni

suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel Datia-Langhans

yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat.1-4

Sarang dini pada tuberkulosis sekunder ini akan mngikuti salah satu

jalan sebagai berikut:2-4

1. Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat.

5

Page 6: 4. Laporan Kasus TB Paru

2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan

dengan serbukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan terjadi

pengapuran dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sarang

tersubut dapat menjadi aktif kembali dengan membentuk jaringan keju

dan menimbulkan kavitas bila jaringan keju dibatukkan keluar.

3. Sarang tersebut meluas, membentuk jaringan keju. Kavitas akan

muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kavitas awalnya

berdinding tipis, kemudian dindinganya akan menjadi tebal (kavitas

sklerotik).

Kavitas tersebut akan menjadi:

a. Meluas kembali dan menimbulkan sarang baru.

b. Memadat dan membungkus diri (enkapsulasi), dan disebut

tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan sembuh, dan

mungkin aktif kembali, mencair lagi dan terus menjadi kavitas lagi.

c. Bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau

kavitas menyembuh dengan membungkus diri dan akhirnya

mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai kavitas yang terbungkus

dan menciut sehingga kelihatan seperti bintang.

2.6 Klasifikasi

6

Page 7: 4. Laporan Kasus TB Paru

TB paru diklasifkasikan atas:2,7

a. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA)

1. TB paru BTA(+)

2. TB paru BTA (-)

b. Berdasarkan lokasi

1. TB paru

2. TB extra paru

c. Berdasarkan tipe pasien

1. Kasus baru, bila pasien belum pernah mendapat pengobatan dengan

OAT atau sudah pernah menelan obat kurang dari satu bulan.

2. Kasus relaps (kambuh), bila pasien sebelumnya pernah mendapat

pengobatan TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,

kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan sputum BTA

(+).

3. Kasus defaulted atau drop out , bila pasien telah menjalani pengobatan

≥ 1 bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih

sebelum masa pengobatan selesai.

4. Kasus gagal, bila pasien BTA positif yang masif tetap positif atau

kembali positif pada akhir bulan ke 5 atau akhir pengobatan.

5. Kasus kronik, bila pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif

setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan

pengawasan yang baik.

6. Kasus bekas TB, bila hasil pemeriksaan BTA negatif dan gambaran

radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif.

2.7 Gejala Klinis

Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu

gejala lokal (repiratorik) dan gejala sistemik.

a. Gejala Respiratorik2,3,8

Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala

sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi.

1. Batuk

7

Page 8: 4. Laporan Kasus TB Paru

Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan

bronkus. Batuk ≥ 2 minggu dan mula-mula terjadi oleh karena iritasi

bronkus, selanjutnya akibat adanya peradangan pada bronkus batuk

akan menjadi produktif. Batuk produktif ini berguna untuk

membuang produk-produk ekskresi peradangan. Dahak dapat

bersifat mukoid atau purulen.

2. Batuk darah

Batuk darah terjadi akibat pecahnya pembuluh darah. Berat dan

ringannya batuk darah yang timbul tergantung dari besar kecilnya

pembuluh darah yang pecah. Batuk darah tidak selalu timbul akibat

pecahnya aneurisma pada dinding kavitas, juga dapat terjadi karena

ulserasi pada mukosa bronkus. Batuk darah inilah yang paling sering

membawa penderita berobat ke dokter.

3. Nyeri dada

Gejala ini jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi

radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan

nafasnya.

4. Wheezing

Terjadi karena penyempitan lumen endobronkus yang

disebabkan oleh sekret, peradangan, jaringan granulasi dan ulserasi.

5. Dispneu

Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan

kerusakan paru yang cukup luas. Pada awal penyakit gejala ini tidak

pernah didapatkan.

b. Gejala sistemik-4,8,9

1. Demam

Demam merupakan gejala pertama dari TB paru, biasanya

subfebril, mirip demam influenza yang segera mereda. Tergantung dari

daya tahan tubuh dan virulensi kuman, serangan demam yang berikut

dapat terjadi setelah 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan (multiplikasi 3 bulan).

Demam dapat mencapai suhu tinggi yaitu 40-41°C.

8

Page 9: 4. Laporan Kasus TB Paru

2. Keringat malam

Keringat malam bukanlah gejala yang patognomonis untuk

penyakit tuberkulosis paru. Keringat malam umumnya baru timbul bila

proses telah lanjut, kecuali pada orang-orang dengan vasomotor labil,

keringat malam dapat timbul lebih dini.

3. Malaise dan nafsu makan berkurang

Tuberkulosis bersifat radang menahun sehingga dapat terjadi rasa

tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan makin

kurus, sakit kepala dan mudah lelah.

4. Gangguan Menstruasi

Terjadi pada proses tuberkulosis paru sudah menjadi lanjut.

2.8 Diagnosis

Diagnosis tuberkulosis paru dibuat atas dasar1,3,4,8:

a. Anamnesa

Dari anamnesa didapatkan keluhan pasien berupa keluhan respiratorik

dan keluhan sistemik.

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin

ditemukan konjungtiva dan kulit yang pucat karena anemia, suhu demam

subfebris, badan kurus atau berat badan menurun.

Dasar kelainan anatomis tuberkulosis paru terletak pada lobuli, jadi

meliputi alveoli dan beberapa bronkiolus terminalis. Tanda-tanda dini

berupa konsolidasi serta didapatkan sekret dibronkus kecil. Karena proses

menjalar pelan-pelan dan menahun, maka biasanya penderita datang

dengan keadaan yang sudah lanjut sehingga kelainan fisik mudah

diketahui, berupa:

- Kelainan parenkim yaitu konsolidasi, fibrosis, atelektasis,

dan/atau kerusakan parenkim dengan sisa suatu kavitas.

- Kelainan saluran pernafasan : berupa radang dari mukosa

disertai dengan penyempitan maupun penimbunan sekret.

9

Page 10: 4. Laporan Kasus TB Paru

- Kelainan pleura : oleh karena proses terletak dekat pleura,

maka hampir selalu terjadi reaksi pleura berupa penabalan atau nyeri

pleura.

Konsolidasi dan fibrosis pada parenkim paru dengan saluran

pernafasan yang masih terbuka akan meningkatkan penghantaran

getaran suara sehingga fremitus suara meningkat. Suara nafas menjadi

bronko-vesikuler atau bronkial, didapatkan bronkofoni atau suara bisik

yang disebut whispered pectoraliloque.

Sekret yang berada didalam bronkus akan menyebabkan suara

tambahan berupa ronki basah. Suara ronki kasar atau halus tergantung

dari tempat sekret berada. Penyempitan saluran pernafasan

menimbulkan ronki kering, dan penyempitan ini disertai kavitas dapat

terdengar suara yang disebut hallow sound sampai amforik.

c. Pemeriksaan laboratorium

Sputum

Sputum dijadikan tanda yang patognomonis, dengan

ditemukannya kuman BTA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat

dipastikan. Di samping itu pemeriksaan sputum juga dapat

memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan. BTA

dari sputum bisa juga didapat dengan cara bilasan bronkus, jaringan

paru, pleura, cairan pleura, cairan lambung, jaringan kelenjar, cairan

serebrospinal, urin dan tinja. Hal ini sering dikerjakan pada anak-anak

karena mereka sulit mengeluarkan dahaknya. Bila sputum sudah

didapat, kuman BTA pun kadang-kadang sulit ditemukan. Kuman baru

dapat ditemukan bila bronkus yang terlibat proses penyakit ini terbuka

ke luar. Cara pengambilan sputum yaitu 3 kali (sewaktu-pagi-

sewaktu). Pembacaan hasil pemeriksaan sediaaan sputum dilakukan

dengan menggunakan skala International Union Against Tuberkulosis

and Lung Disease (IUATLD), sebagai berikut:

a. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif

b. Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah

kuman yang ditemukan.

10

Page 11: 4. Laporan Kasus TB Paru

c. Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang, disebut + (1+)

d. Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+),

minimal dibaca 50 lapang pandang.

e. Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+),

minimal dibaca 20 lapang pandang.

Hasil pemeriksaan dikatakan positif bila apabila sedikitnya

2 dari 3 spesimen SPS hasilnya positif. Bila hanya 1 spesimen yang

positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu pemeriksaan

rontgen dada atau pemeriksaan sputum SPS diulang.

Darah

Pemeriksaan darah tidak dapat digunakan sebagai pegangan untuk

menyokong diagnosis TB paru, karena hasil pemeriksaan darah tidak

menunjukkan gambaran yang khas. Tapi gambaran darah kadang-

kadang dapat membantu menentukan aktivitas penyakit.

- Laju endap darah

Laju endap darah sering meningkat pada proses aktif, tetapi

laju endap darah yang normal tidak dapat mengesampingkan

proses tuberkulosis aktif.

- Leukosit

Jumlah leukosit dapat normal atau sedikit meningkat pada

proses yang aktif.

- Hemoglobin

Pada penyakit tuberkulosis berat sering disertai dengan

anemi derajat sedang. Bersifat normositik dan sering disebabkan

defisiensi besi.

Tes tuberkulin

Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang individu

sedang atau pernah mengalami infeksi M. Tuberculosa, M. Bovis,

vaksinasi BCG dan Mycobacteria patogen lainnya.

d. Pemeriksaan Radiologis

11

Page 12: 4. Laporan Kasus TB Paru

Pemeriksaan standar ialah foto thoraks PA. Pada pemeriksaan foto

toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk

(multiform). Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif1 :

- Bayangan berawan / nodular disegmen apikal dan posterior lobus atas

paru dan segmen superior lobus bawah paru.

- Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak

berawan atau nodular.

- Bayangan bercak milier

- Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)

Gambaran radiologi yang dicurigai lesi TB inaktif :

- Fibrotik

- Kalsifikasi

- Schwarte atau penebalan pleura

Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan

dapat dinyatakan sebagai berikut:

- Lesi minimal, bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru

dengan luas tidak lebih dari sela iga 2 depan, serta tidak dijumpai

kavitas

- Lesi luas, bila proses lebih luas dari lesi minimal.

2.9 Diagnosis Banding

Pada proses paru minimal sebagai diagnosis banding adalah simple

bronchopneumonia, kanker paru stadium dini, dan pneumonia lobaris. Pada

proses tuberkulosis menahun perlu diingat bahwa ada penyakit paru non

tuberkulosis yang bersifat menahun, seperti bronkiektasis, bronkitis,

emfisema dan kanker paru.4,8

a.Simple bronkopneumonia1

Terdapat pada bronkiolus dan bronkus. Disebabkan oleh

streptococcus, hemophilus influenza, koliform dan jamur. Sering

ditandai dengan septikemia, demam dan kurang kesadaran. Juga terdapat

bercak-bercak konsolidasi.1

b. Pneumonia lobaris1

12

Page 13: 4. Laporan Kasus TB Paru

Disebabkan oleh streptococcus pneumonia. Disertai dengan keluhan

batuk, nyeri dada, demam,dan sputum purulen. Pneumonia lobaris

mengenai seluruh lobus.1

c.Kanker paru stadium dini1

Tidak ada stadium batuk berdarah. Ditemukan gambaran patologis

ditemukan sel neoplasma.1

d. Bronkitis1

Ditandai dengan keluhan batuk, dyspneu dan takypneu. Biasanya

disebabkan oleh virus (hemophilus influenza) dan bakteri (streptococcus

pneumonia).1

Diagnosis banding TB dengan Ca paru dan aspergilosis

CA paru4 ASPERGILOSIS7

Etiologi -Merokok. (Hidrokarbon

karsinogenik telah ditemukan dalam

ter dari tembakau rokok),

-radiasi(cth: penambang kobalt

adanya bahan radioaktif dalam

bentuk radon)

- Polusi udara

- Genetik(Terdapat perubahan/

mutasi beberapa gen yang berperan

dalam kanker paru)

-Kanker paru akibat kerja

- Diet( bahwa rendahnya konsumsi

betakaroten, seleniumdan vitamin A

menyebabkan tingginya resiko

terkena kanker paru)

- Aspergillus fumigatus dan Aspergillus

flavus adalah penyebab paling umum

dari aspergillosis pada manusia, walau

spesies lain dapat juga sebagai

penyebab. Aspergillus fumigatus

menyebabkan banyak kasus bola jamur

di paru-paru

- jamur dengan hifa berseptum yang

berdiameter 2-4 µm

- riwayat penyakit paru kronis

sebelumnya seperti :

tuberculosis,sarkoidosis,bronkiektasis.

Patofisio

logi

-Dari etiologi yang menyerang

percabangan segmen/ sub bronkus

menyebabkan cilia hilang dan

deskuamasi sehingga terjadi

- infeksi di tandai oleh invasi hifa

kedalam pembuluh darah kemudian

dapat menimbulkan percabangan

bronkus yang rusak,kista pulmonalis

13

Page 14: 4. Laporan Kasus TB Paru

pengendapan

karsinogenmetaplasia,hyperplasia

dan displasia. Bila lesi perifer yang

disebabkan oleh metaplasia,

hyperplasia dan displasia menembus

ruang pleura, biasa timbul efusi

pleura, dan bisa diikuti invasi

langsung pada kosta dan korpus

vertebra, khususnya pada hati.

Kanker paru dapat bermetastase ke

struktur – struktur terdekat seperti

kelenjar limfe, dinding esofagus,

pericardium, otak, tulang rangka.

atau pembentukan kavitas seperti bola-

bola hifa di dalam kista atau kavitas.

Manifest

asi klinis

1. Batuk yang terus menerus

atau menjadi hebat.

2. Dahak berdarah, berubah

warna dan makin banyak.

3. Napas sesak dan pendek-

pendek.

4. Sakit kepala, nyeri atau retak

tulang dengan sebab yang

tidak jelas.

5. Kelelahan kronis

6. Kehilangan selara makan

atau turunnya berat badan

tanpa sebab yang jelas.

7. Suara serak/parau.

8. Pembengkakan di wajah atau

leher

1. tidak enak badan

2. demam

3. sesak nafas

4. dada sakit

5. wheezing

6. batuk dengan dahak yang

purulen dan batuk darah.

Pengoba

tan

- Tujuan pengobatan kanker dapat

berupa :

a. Kuratif

-pada kasus ini di gunakan pengobatan

mikosis sistemik :

1. obat amfoterisin B deoksilat

14

Page 15: 4. Laporan Kasus TB Paru

Memperpanjang masa bebas

penyakit dan meningkatkan angka

harapan hidup pasien.

b. Paliatif.

Mengurangi dampak kanker,

meningkatkan kualitas hidup..

c. Supotif.

Menunjang pengobatan kuratif,

paliatif dan terminal sepertia

pemberian nutrisi, tranfusi darah dan

komponen darah, obat anti nyeri dan

anti infeksi.

d. . Pembedahan.

Tujuan pada pembedahan kanker

paru sama seperti penyakit paru lain,

untuk mengankat semua jaringan

yang sakit sementara

mempertahankan sebanyak mungkin

fungsi paru – paru yang tidak

terkena kanker.

1. Toraktomi eksplorasi.

Untuk mengkomfirmasi diagnosa

tersangka penyakit paru atau toraks

khususnya karsinoma, untuk

melakukan biopsy.

2. Pneumonektomi pengangkatan

paru).

3. Lobektomi (pengangkatan lobus

paru).

Karsinoma bronkogenik yang

terbatas pada satu lobus,.

4. Resesi segmental.

dengan dosis (

0,7-1,0/mg/kg/hari

2. obat itrakonasol oral ( 200

mg/hari 2 x sehari untuk 4

dosis ) selama 6-12 minggu.

3. obat varikonasol ( 6 mg/kg 2 x

sehari untuk 2 dosis )

4. koloidal dispersi ( 6 mg/kg

sehari )

15

Page 16: 4. Laporan Kasus TB Paru

Merupakan pengankatan satu atau

lebih segmen paru.

2.10 Penatalaksanaan

Pengobatan tuberkulosis ditujukan untuk menyembuhkan penderita,

mencegah kekambuhan dan menurunkan tingkat penularan. Pengobatan

dibagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif dan fase lanjutan:1-4,6

a. Tahap intensif

Penderita mendapat obat setiap hari, awasi langsung. Bila pengobatan

tahap intensif diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi

tidak menular dalam 2 minggu. Sebagian besar penderita BTA positif akan

menjadi negatif pada akhir pengobatan

b. Tahap lanjutan

Paduan obat yang digunakan terdiri dari panduan obat utama dan obat

tambahan.

1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:

a. Isoniazid (INH), bersifat bakterisid, dapat membunuh 90% populasi

kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan.

b. Rifampisin, bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi dorman

yang tidak dapat dibunuh INH.

c. Prazinamid, bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada

dalam sel dengan suasana asam.

d. Streptomisin, bersifat bakterisid.

e. Ethambutol, bersifat bakteriostatik.

2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2) :

- Kanamisin

- Amikasin

- Kuinolon

- Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksilin + asam

klavulanat

16

Page 17: 4. Laporan Kasus TB Paru

Obat-obatan tersebut tersedia dalam kemasan obat tunggal dan obat

kombinasi (Fixed Dose Combination/FDC). FDC direkomendasikan bila

tidak dilakukan pengawasan menelan obat.6

Program Nasional Penanggulangan TB paru di Indonesia

menggunakan paduan OAT:2

1. Kategori I (2HRZE/4H3R3)

Diberikan untuk penderita baru TB paru BTA positif, TB paru BTA

negatif rontgen positif yang sakit berat, dan penderita TB paru ekstra

paru berat.

2. Kategori II (2HRZES/HRZE/5H3R3E)

Diberikan untuk penderita kambuh (relaps), penderita gagal (failure) dan

penderita dengan pengobatan lalai (drop out).

3. Kategori III (2HRZ/4H3R3)

Diberikan untuk penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit

ringan, pasien ekstra paru ringan yaitu limfadenitis TB, TB kulit, TB

tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.

4. Obat sisipan (HRZE)

Bila pada akhir tahap intendif pengobatan penderita baru BTA positif

dengan kategori I atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan

kategori II hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif.

Dosis OAT yaitu:3

Dosis Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)

Dosis Kategori 2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)

17

Page 18: 4. Laporan Kasus TB Paru

2.11 Komplikasi

Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan

menimbulkan komplikasi, yang dibagi atas:2

- Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, dan laringitis

- Komplikasi lanjut: obstruksi jalan nafas (SOPT : Sindrom Obstruksi Paska

Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat, fibrosis paru, kor pulmonal,

sindrom gagal nafas, yang sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.

Adapun komplikasi lainnya yaitu Hemoptitis adalah peredaran dari

saluran nafas yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik

atau tersumbatnya jalan nafas Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial,

sehingga terjadi ketidak mampuan menampung atau menyimpan oksigen

dari lobus. Pneumotorak adalah adanya udara dalam rongga pleura.

Penyebabnya adalah tekanan pneumotorak udara dalam membran berada

dalam tekanan yang lebih tinggi dari udara dalam paru-paru yang

berdampingan dan pembuluh darah, sehingga kapasitas oksigen yang dihirup

hanya sebagian.1

Bronkiektasis adalah endapan nanah pada bronkus setempat karena

terdapat infeksi pada bronkus. Penyebab nya yaitu kerusakan yang berulang

pada dinding bronchial dan keadaan abnormal dari jaringan penghilang

mucus mengakibatkan rusaknya jaringan yang menuju saluran nafas.

18

Page 19: 4. Laporan Kasus TB Paru

Fibrosis adalah pembentukan jaringan ikat pada proses penyembuhan.

Penyebaran infeksi ke organ lain seperti Otak, tulang, persendian, ginjal, dan

yang lain. Insufisiensi kardio pulmonal atau penurunan fungsi jantung dan

paru-paru sehingga kadar oksigen dalam darah rendah.1

11. Pencegahan

a. Terhadap Infeksi tuberkulosis4

1. Pencegahan terhadap sputum yang infeksius

- bila batuk, mulut ditutup

- Isolasi penderita dan mengobati penderita

- Ventilasi harus baik, kepadatan penduduk dikurangi.

- Jangan sembarangan membuang dahak bila batuk

2. Pasteurisasi susu sapi dan membunuh hewan yang terinfeksi oleh

Mikobakterium bovis akan mencegah tuberkulosis bovin pada manusia

b. Meningkatkan daya tahan tubuh1,4

1. Memperbaiki standar hidup

2. Usahakan peningkatan kekebalan tubuh dengan vaksinasi BCG

Imunisasi BCG diberikan dibawah usia 2 bulan, jika baru diberikan setelah

usia 2 bulan, disarankan tes Mantoux dahulu. Vaksinasi dilakukan bila

hasil tes tersebut negatif.

12. Standar Internasional Penanganan Tuberkulosis7

Enam Standar Diagnosis yaitu :

Standar 1

Setiap individu dengan batuk produktif selama 2-3 minggu atau lebih yang

tidak dapat dipastikan penyebabnya harus dievaluasi untuk TB.

Standar 2

Semua pasien yang diduga menderita TB paru, (dewasa, remaja, dan anak-

anak yang dapat mengeluarkan dahak) harus menjalani pemeriksaan dahak secara

mikrokopis sekurang-kurangnya 2 kali dan sebaiknya 3 kali. Bila kemungkinan

minimal 1 kali pemeriksaan dahak pagi hari.

Standar 3

Semua pasien yang diduga menderita TB ekstra paru (dewasa, remaja dan

anak) harus menjalani pemeriksaan spesimen yang didapat dari lokasi kelainan

19

Page 20: 4. Laporan Kasus TB Paru

yang dicurigai. Bila fasilitas dan sumber daya tersedia, sebaiknya dilakukan juga

pemeriksaan biakan dan histopalagi.

Standar 4

Semua individu dengan gambaran foto toraks yang dicurigai TB harus

menjalani pemeriksaaan dahak secara mikrobiologi

Standar 5

Diagnosis TB paru BTA negatif harus berdasarkan kriteria berikut: paling

kurang 3 kali pemeriksaan hasilnya negatif (termasuk minimal 1 kali dahak pagi

hari), foto toraks menunjukkan gambaran TB, tidak ada respon terhadap

pemberian antibiotik spektrum luas (catatan: pemakaian fluorokuinolon sebaiknya

dihindari karena mempunyai efek melawan Mycobacterium tubercolosis yang

dapat menyebabkan perbaikan sesaat pada individu dengan tuberkulosis). Pada

pasien dengan atau diduga HIV, evaluasi diagnostik tersebut di atas harus

dilakukan sesegera mungkin.

Standar 6

Diagnosis TB intratoraks (paru, pleura, kelenjar getah bening

hilus/mediastinal) pada anak dengan gejala TB dan BTA negatif sebaiknya

berdasarkan foto toraks yang sesuai dengan TB, adanya riwayat kontak dengan

pasien TB menular atau bukti adanya infeksi TB (uji tuberkulin/interferon gamma

release assay positif). Pada pasien tersebut dilakukan pemmeriksaan biakan dari

spesimen dahak (yang berasal dari batuk, bilasan lambung atau induksi dahak).

Sembilan Standar Pengobatan

Standar 7

Setiap dokter yang mengobati pasien TB harus menyadari pentingnya

tanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat. Untuk memenuhi tanggung

jawab ini, dokter tidak hanya memberikan panduan obat yang sesuai tetapi juga

harus memantau kepatuhan berobat sekaligus menemukan kasus-kasus yang tidak

patuh terhadap pengobatan. Dengan melakukan hal tersebut petugas dapat

menjamin kepatuhan hingga pengobatan selesai.

Standar 8

Semua pasien (termasuk ODHA) yang belum pernah diobati sebelumnya,

harus diberikan paduan obat lini pertama yang disepakati secara internasional

20

Page 21: 4. Laporan Kasus TB Paru

menggunakan obat yang bioavailabilitinya sudah diketahui. Fase awal terdiri dari

dari INH, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol diberikan selama 2 bulan. Fase

lanjutan yang dilanjutkan yang dianjurkan adalah INH dan Rifampisin yang

diberikan selama 4 bulan. Pemberian INH dan Etambutol selama 6 bulan

merupakan panduan alternatif untuk fase lanjutan yang digunakan bila kepatuhan

pasien tidak dapat dinilai namun berkaitan dengan angka kegagalan dan

kekambuhan yang tinggi khususnya pada ODHA.

Dosis obat anti tuberkulosis ini harus sesuai dengan rekomendasi

internasional. FDC (Fixed Dose Combination) yang terdiri dari 2 obat (INH dan

Rifampisin), 3 obat (INH, Rifampisin, Pirazinamid) yang terdiri dari 4 obat (INH,

Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol) sangat dianjurkan khususnya bila tidak

dilakukan pengawasan menelan obat.

Standar 9

Untuk menjaga dan menilai kepatuhan terhadap pengobatan perlu

dikembangkan suatu pendekatan yang terpusat kepada pasien berdasarkan

kebutuhan pasien dan hubungan yang saling menghargai antara pasien dan

petugas Supervisi dan dukungan harus sensitif gender dan kelompok usia tertentu

serta sesuai dengan intervensi yang dianjurkan dan pelayanan pendukung yang

tersedia termasuk edukasi dan konseling pasien.

Elemen utama pada strategi yang terpusat kepada pasien adalah kegiatan

yang digunakan untuk menilai dan meningkatkan kepatuhan terhadap panduan

pengobatan serta dapat menangani bila terjadi ketidakpatuhan terhadap

pengobatan. Kegiatan ini harus dirancang secara individual sesuai dengan keadaan

masing-masing individu dan dapat diterima baik oleh pasien maupun petugas.

Kegiatan-kegiatan dapat meliputi pengawasan menelan obat secara langsung oleh

PMO yang dapat diterima dan dapat dipertanggungjawabkan oleh pasien dan

sistem kesehatan.

Standar 10

Semua pasien harus dimonitor hasil pengobatannya. Penilaian terbaik pada

pasien TB paru adalah dengan pemeriksaan dahak ulang (2 kali) paling sedikit

21

Page 22: 4. Laporan Kasus TB Paru

pada akhir fase awal (2 bulan), bulan kelima dan pada akhir pengobatan. Pasien

dengan BTA positif dalam bulan kelima pengobatan dianggap sebagai gagal

pengobatan dan diberikan pengobatan dengan modifikasi yang sesuai (lihat

standar 14 dan 15).

Penilaian hasil pengobatan pada pasien TB ekstra paru dan anak-anak,

paling sedikit dinilai secara klinis. Penilaian dengan pemeriksaan foto toraks

umumnya tidak diperlukan dan mungkin menyesatkan (misleading).

Catatan tertulis mengenai semua obat yang diberikan, respon bakteriologik dan

efek samping obat harus terdokumentasi dan tersimpan secara baik untuk semua

pasien.

Standar 11

Catatan tertulisnmengenainsemua obat yang diberikan, respon

bakteriologik dan efek samping obat haruss terdokumentasi dan tersimpan secara

baik untuk semua pasien.

Standar 12

Pada daerah dengan angka prevalensi HIV yang tinggi pada populasi

umum dengan kemungkinan ko-infeksi TB-HIV, maka konseling dan testing HIV

diindikasikan untuk seluruh pasien TB sebagai bagian dari penatalaksanaan rutin.

Pada daerah dengan prevalensi HIV rendah, konseling dan testing HIV hanya

diindikasikan pada pasien TB dengan keluhan dan tanda-tanda yang diduga

berhubungan dengan HIV dan pada pasien TB dengan riwayat risiko tinggi

terpajan HIV.

Standar 13

Semua pasien TB-HIV harus dievaluasikan untuk menentukan apakah

mempunyai indikasi untuk diberi terapi anti retroviral dalam masa pengobatan TB

pengaturan untuk memperoleh obat antiretroviral harus dilakukan pada pasien

yang memenuhi indikasi. Dengan adanya kompleksitas pemberian ARV dan OAT

secara bersamaan maka dianjurkan untuk berkonsultasi kepada dokter yang ahli di

bidang tersebut sebelum memulai pengobatan TB dan HIV tanpa

mempertimbangkan penyakit yang muncul lebih dahulu. Meskipun demikian

pemberian OAT jangan sampai ditunda. Semua pasien TB-HIV harus

mendapatkan kotrimoksazol sebagai profilaksis untuk infeksi lainnya.

22

Page 23: 4. Laporan Kasus TB Paru

Standar 14

Penilaian terhadap kemungkinan resistensi obat harus dilakukan pada

semua pasien yang berisiko tinggi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya,

pajanan terhadap kasus yang sudah resisten dan prevalensi resistensi obat pada

masyarakat. Pada pasien dengan kemungkinan MDR, pemeriksaan biakan uji

sensitifitas terhadap INH, Rifampisin dan Etambutol harus dilakukan secar tepat.

Standar 15

Pasien TB dengan MDR harus diterapi dengan paduan khusus yang terdiri

dari atas obat-obatan lini kedua. Paling kurang diberikan 4 macam obat yang

diketahui atau dianggap sensitif dan diberikan paling sedikit selama 18 bulan.

Untuk memastikan kepatuhan diperlukan kegiatan yang berorientasi kepada

pasien. Konsultasi dengan dokter yang berpengalaman dalam pengobatan

penderita dengan MDR harus dilakukan.

Dua Standar Tanggung Jawab Kesehatan Masyarakat

Standar 16

Semua petugas yang melayani pasien TB harus memastikan bahwa

individu (terutama anak usia dibawah 5 tahun dan ODHA) yang kontak erat

dengan pasien TB harus dievaluasi dan dilakukan penanganan sesuai dengan

rekomendasi internasional. Anak dibawah usia 5 tahun dan ODHA yang kontak

dengan kasus menular (penderita TB BTA positif) harus dievaluasi baik untuk TB

yang laten maupun yang aktif.

Standar 17

Semua petugas harus melaporkan semua kasus TB (kasus baru maupun

kasus pengobatan ulang) dan hasil pengobatannya kepada dinas kesehatan

setempat sesuai dengan ketentuan hukun dan kebijakan yang berlaku.

13 Prognosis8

a) Bila tidak menerima pengobatan spesifik (Grzybowski/1976)

25 % akan meninggal dalam 18 bulan

50 % akan meninggal dalam 5 tahun

8-12,5 % akan menjadi chroni exeretor’s yang artinya mereka

terus-menerus mengeluarkan basil TB dalam sputumnya

23

Page 24: 4. Laporan Kasus TB Paru

Sisanya akan mengalami kesembuhan spontan dengan bekas

berupa proses fibrotik dan perkapuran. Dapat pula kesembuhan

berlangsung melalui resolusi sempurna sehingga tidak

meninggalkan bekas.

b) Bila diberikan pengobatan spesifik

Bila pengobatan spesifik sesuai aturan sebenarnya (penyembuhan)

Pengobatan spesifik hanya bekerja membunuh basil TB saja,

namun kelainan paru yang sudah ada pada saat pengobatan spesifik

dimulai (misal proses fibrotik, kavitas dan lain-lain), tidak akan

hilang. Penting diberikan pengobatan secara spesifik sedini

mungkin yaitu sebelum terjadi kerusakan paru yang bersifat

irreversibel.

Bila pengobatan spesifik tidak memenuhi syarat

Basil TB yang tadinya sensitif terhadap obat-obat yang dipakai

akan menjadi resisten. Dengan begitu penderita sukar sembuh dan

akan dapat menularkan basil-basil yang resisten pada sekelilingnya.

Hasil akhirnya, mereka yang ditulari akan mendapatkan penyakit

TB dengan basil-basil yang punya resistensi primer terhadap

beberapa tuberkulostatika yang semestinya masih relatif.

BAB III

ILUSTRASI KASUS

24

Page 25: 4. Laporan Kasus TB Paru

Identitas pasien :

Nama : Tn.H

Umur : 29 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

Status : Menikah

Alamat : Dusun tello Bangkinang

Masuk RS : 25 November 2014

Keluar RS : 2 Desember 2014

ANAMNESIS

Autoanamnesis dan alloanamnesis

Keluhan Utama

Batuk berdahak sejak 7 bulan SMRS (Sebelum Masuk Rumah Sakit)

Riwayat Penyakit Sekarang

- Sejak 7 bulan SMRS pasien mengeluhkan batuk

berdahak. Batuk berdahak kental berwarna putih,sebanyak 1 sendok teh.

Batuk dirasakan terus menerus.

- Sesak nafas sejak 6 bulan yang lalu. Sesak nafas semakin

memberat ketika beraktifitas dan tidak beraktifitas. Sesak tidak menciut.

- Pasien juga mengeluhkan nyeri dada seperti tertusuk-

tusuk.nyeri dirasakan ketika beraktifitas dan tidak beraktifitas. Nyeri tidak

menjalar. nyeri dirasakan hilang timbul.

- Batuk berdarah tidak ada.

- Demam sejak 6 bulan ini. Demam dirasakan naik-turun.

Demam meningkat saat malam hari. Demam disertai menggigil.

- Keringat malam sejak 6 bulan yang lalu, meskipun cuaca

dingin.

- Nafsu makan berkurang sejak 8 hari yang lalu.

25

Page 26: 4. Laporan Kasus TB Paru

- Berat badan menurun sejak 8 hari yang lalu. Berat badan

pasien menurut dari 75 Kg menjadi 50 Kg.

- BAB dan BAK tidak ada keluhan

Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat TB.Paru ada 1 tahun yang lalu.

- Riwayat asma tidak ada

- Riwayat hipertensi tidak ada

- Riwayat DM tidak ada

- Riwayat sakit jantung tidak ada

- Riwayat DHF ada 1,5 tahun yang lalu.

Riwayat Penggunaan Obat

Riwayat minum obat TB.paru sejak 1 tahun yang lalu. Tetapi pasien hanya

meminum obat selama 3 hari.

Riwayat Penyakit Keluarga

- Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan seperti pasien.

Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi, dan Kebiasaaan

- Pasien tinggal diaderah padat penduduk

- Pasien bekerja sebagai Petani.

- Riwayat minum alkohol tidak ada

- Riwayat merokok tidak ada

- Sosial-ekonomi : kurang

- Pola makan : baik 3x1/hari. Sekali makan bisa habis 1 piring nasi.

Pemeriksaan Umum

- Kesadaran : Komposmentis

- Keadaan umum : Tampak sakit sedang

- Tekanan darah : 130/80 mmHg

- Nadi : 80 x / menit

- Nafas : 24 x / menit

- Suhu : 36,70C

26

Page 27: 4. Laporan Kasus TB Paru

Pemeriksaan Fisik

Kepala

- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera tidak ikterik (-/-), pupil bulat

(+/+), isokor (+/+), reflek cahaya (+/+)

- Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)

tidak ada peningkatan JVP (5-2 cm H20)

Toraks

- Paru :

Thoraks depan :

Inspeksi :

– Statis : Simetris kanan dan kiri

– Dinamis : Tidak ada pergerakan dinding dada yang tertinggal

kanan = kiri

Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri.

Perkusi : Sonor kanan = kiri

Auskultasi :Kanan : Bronkovesikuler, Rhonki (-), Wheezing

(-), Amforis (+)

Kiri : Bronkovesikuler, Rhonki (-), Wheezing

(-),                                                     Amforis (+)

Thoraks Belakang :

Inspeksi :

– Statis : Simetris kanan dan kiri

– Dinamis : Tidak ada pergerakan dinding dada yang tertinggal

kanan = kiri

Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri.

Perkusi : Sonor kanan = kiri

Auskultasi :Kanan : Bronkovesikuler, Rhonki (-), Wheezing

(-), Amforis (+)

Kiri : Bronkovesikuler, Rhonki (-), Wheezing

(-),                                                     Amforis (+).

27

Page 28: 4. Laporan Kasus TB Paru

- Jantung: Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis teraba 1 Jari LMC sinistra RIC V

Perkusi :

- Batas jantung atas : RIC II linea mid clavikularis

sinistra

- Batas jantung kanan : linea parasternalis dekstra

- Batas jantung kiri : 1 jari medial linea

midclavicularis sinistra

- Batas jantung bawah : RIC V

Auskultasi : Suara jantung normal, gallop tidak ada, murnur

tidak ada.

Abdomen

Inspeksi : Perut datar, venektasi (-), scar (-).

Auskultasi : Bising usus (+) Normal

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : Timpani seluruh kuadran abdomen.

Ekstremitas

- Atas : Akral hangat, oedema (-/-)

- Bawah : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema tungkai (-/-)

Pemeriksaan Penunjang :

Tanggal 27 November 2014

LABORATORIUM DARAH RUTIN :

• Hb : 12,0 gr %

• Leukosit : 16.400 / mm3

• Trombosit : 516.000 / mm3

• Ht : 34,6 vol %.

• Fungsi Hati :

- Bilirubin Total : 1,14 Mg/dl• Imuno – Serologi :

- HBs Ag : Negatif.Kesan :

- Leukositosis

- Trombositosis

28

Page 29: 4. Laporan Kasus TB Paru

Tanggal 2 Desember 2014

MIKROBIOLOGI :

Pewarnaan BTA :

• SR1 : Positif (+3)

• P : Positif (+3)

• SR2 : Positif (+3)

RONTGEN TORAKS PA:

29

Page 30: 4. Laporan Kasus TB Paru

Interpretasi :

• Paru :

– Sudut costo frenikus tumpul

– Cavitas dikedua lapang paru

– Letak diafragma normal di costa 9.

– Terdapat tenting

30

Page 31: 4. Laporan Kasus TB Paru

– Terdapat fibrotik

– Terdapat infiltrat dikedua lapangan paru.

• Jantung :

– Tidak ada pembesaran.

• Diafragma :

– Sudut costoprenikus lancip.

– Letak diafragma normal (Costa 9 )

– Jantung CRT < 50%.

Kesan : TB.Paru

RESUME / KESIMPULAN SEMENTARA

Tn.H, 29 tahun, Laki-laki, Agama Islam, Alamat Dusun tello Bangkinang,

datang ke RSUD Bangkinang dengan keluhan utama batuk berdahak sejak 7 bulan

SMRS (Sebelum Masuk Rumah Sakit). Batuk berdahak kental berwarna putih,

sebanyak 1 sendok teh. Batuk dirasakan terus menerus. Sesak nafas sejak 6 bulan

yang lalu. Sesak nafas semakin memberat ketika beraktifitas dan tidak

beraktifitas. Sesak tidak menciut. Pasien juga mengeluhkan nyeri dada seperti

tertusuk-tusuk. nyeri dirasakan ketika beraktifitas dan tidak beraktifitas. Nyeri

tidak menjalar. nyeri dirasakan hilang timbul. Batuk berdarah tidak ada. Demam

sejak 6 bulan ini. Demam dirasakan naik-turun. Demam meningkat saat malam

hari. Demam disertai menggigil. Keringat malam sejak 6 bulan yang lalu,

meskipun cuaca dingin. Nafsu makan berkurang sejak 8 hari yang lalu. Berat

badan menurun sejak 8 hari yang lalu. Berat badan pasien menurut dari 75 Kg

menjadi 50 Kg. Karena kondisi semakin lemah, pasien kemudian dibawa ke

RSUD Bangkinang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis, Suara

nafas Amforis. Pada pemeriksaan laboratorium leukosit 16.400 / mm3, trombosit

516.000 / mm3, dan pemeriksaan sputum BTA +3. Pada thoraks ditemukan sudut

costo frenikus tumpul, cavitas kedua lapang paru, iga terletak di costa 9, terdapat

tenting, terdapat fibrotik dan infiltrat dikedua lapangan paru.

DAFTAR MASALAH

- Batuk berdahak

31

Page 32: 4. Laporan Kasus TB Paru

- Keringat malam

- Nafsu makan menurun

- Berat badan turun

- Leukositosis

- Trombositosis

Diagnosis Utama : TB.Paru

PENGKAJIAN MASALAH

Penegakkan diagnosis TB paru dapat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis didapatkan adanya keluhan

batuk berdahak, badan lemah, keringat malam hari, tidak nafsu makan dan

penurunan berat badan.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan suara nafas amforis. Pemeriksaan sputum

BTA (+3). Pada foto toraks ditemukan infiltrat dikedua lapangan paru, terdapat

kavitas diapeks paru kanan dan kiri, terdapat fibrotik dan kalsifikasi di kedua

paru. Hasil ini menunjukkan aktivitas penyakit dari pasien ini masih dalam status

aktif. pada pemeriksaan fisik. Didapatkan juga peninggian jumlah leukosit

16.400 / mm3, trombosit 516.000 / mm3.

Rencana Penatalaksanaan:

Non Farmakologi :

Edukasi

Pasien perlu diingatkan bahwa pengobatan TB paru ini berlangsung lama

yakni minimal 6 bulan. Obat harus diminum secara teratur dan tidak boleh

putus. Pasien juga diberitahu tentang efek samping obat seperti rifampisin

yang dapat mengakibatkan air seni berwarna merah, sehingga jika

ditemukan kondisi tersebut pasien tidak menghentikan minum obat.

Tidak membuang dahak sembarangan.

Anjuran untuk menutup mulut jika batuk

Makan makanan yang banyak mengandung karbohidrat dan protein.

Konsul ke bagian gizi.

Pola hidup sehat yakni menjaga kebersihan lingkungan dan tempat tinggal.

32

Page 33: 4. Laporan Kasus TB Paru

Farmakologi :

– IVFD Rl 20 Tpm

– Inj. Methilpretnisolon 2 x 1

– Inj.Ceftriakson 2 x 1

– Nebu Falbiven 4 x 1

– Drip Aminofilin / kolf

– Curcuma tab 3 x 1

– B6 1 x 10 mg

– Azitromicin tab 500 mg 1 x 1

– Ethambutol 500 Mg 1 x 1

– Rimactacid 1 x 1 Anjuran :

- Pemeriksaan BTA

- Pemeriksaan Darah Rutin : Leukosit, Trombosit.

FOLLOW UP :

1 Desember 2014

S : Sesak sudah mulai berkurang, nafsu makan baik, Bab dan Bak dalam batas

normal.

O : TD = 130/80 mmHg

N = 80 x/i

RR = 24 x/i

T = 36,7oC

Inspeksi:

– Statis : Simetris kanan dan kiri

– Dinamis : Simetris gerakan dada kanan dan kiri

Palpasi : vokal fremitus kanan = kiri.

Perkusi : sonor kedua lapangan paru

Auskultasi : Suara nafas = Amforis.

A : TB. Paru

P : – IVFD Rl 20 Tpm

– Inj. Methilpretnisolon 2 x 1

33

Page 34: 4. Laporan Kasus TB Paru

– Inj.Ceftriakson 2 x 1

– Nebu Falbiven 4 x 1

– Drip Aminofilin / kolf

– Curcuma tab 3 x 1

– B6 1 x 10 mg

– Azitromicin tab 500 mg 1 x 1

– Ethambutol 500 Mg 1 x 1

– Rimactacid 1 x 1

2 Desember 2014

S : Sesak sudah mulai berkurang, nafsu makan baik, Bab dan Bak dalam batas

normal.

O : TD = 120/80 mmHg

N = 76 x/i

RR = 20 x/i

T = 36oC

Inspeksi:

– Statis : Simetris kanan dan kiri

– Dinamis : Simetris gerakan dada kanan dan kiri

Palpasi : vokal fremitus kanan = kiri.

Perkusi : sonor kedua lapangan paru

Auskultasi : Suara nafas = Amforis

A : TB. Paru

P : – Cefixime 2 x 1 – Curcuma tab 3 x 1– B6 1 x 10 mg– Rimactacid 1 x 1

Pasien pulang

BAB IV

KESIMPULAN UMUM

Seorang pasien laki-laki nama Tn.H, usia 29 tahun, Agama Islam, Alamat

Dusun tello Bangkinang, datang ke RSUD Bangkinang dengan keluhan utama

34

Page 35: 4. Laporan Kasus TB Paru

batuk berdahak sejak 7 bulan SMRS (Sebelum Masuk Rumah Sakit). Batuk

berdahak kental berwarna putih, sebanyak 1 sendok teh. Batuk dirasakan terus

menerus. Sesak nafas sejak 6 bulan yang lalu. Sesak nafas semakin memberat

ketika beraktifitas dan tidak beraktifitas. Sesak tidak menciut. Pasien juga

mengeluhkan nyeri dada seperti tertusuk-tusuk. nyeri dirasakan ketika beraktifitas

dan tidak beraktifitas. Nyeri tidak menjalar. nyeri dirasakan hilang timbul. Batuk

berdarah tidak ada. Demam sejak 6 bulan ini. Demam dirasakan naik-turun.

Demam meningkat saat malam hari. Demam disertai menggigil. Keringat malam

sejak 6 bulan yang lalu, meskipun cuaca dingin. Nafsu makan berkurang sejak 8

hari yang lalu. Berat badan menurun sejak 8 hari yang lalu. Berat badan pasien

menurut dari 75 Kg menjadi 50 Kg. Karena kondisi semakin lemah, pasien

kemudian dibawa ke RSUD Bangkinang.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis, Suara nafas

Amforis. Pada pemeriksaan laboratorium leukosit 16.400 / mm3, trombosit

516.000 / mm3, dan pemeriksaan sputum BTA +3. Pada thoraks ditemukan sudut

costo frenikus tumpul, cavitas kedua lapang paru, iga terletak di costa 9, terdapat

tenting, terdapat fibrotik dan infiltrat dikedua lapangan paru.

Keluhan pada pasien tersebut di atas disebabkan karena telah terinfeksi

oleh kuman tuberkulosis tersebut. Yang mana kuman tersebut telah menempel

pada jaringan paru.

Pengobatan yang diberikan selama perawatan pada pasien yaitu diberikan

Azitromisin tab 500 mg 1x1 sebagai antimikroba ataupun antibakteri golongan

makrolida untuk infeksi saluran nafas atas maupun bawah. Pasien juga diberikan

Ethambutol 500 mg 1x1 yang diindikasikan untuk pengobatan TB dan beberapa

infeksi microbial oportunistik, Inj.Methilpretnisolon 2x1 berfungsi sebagai supresi

inflamasi, Inj.Ceftriaxone 2x1 efektif untuk mikroorganisme gram positif dan

negatif, Nebu Farbiven 4x1 berfungsi untuk mengurangi sesak,mengencerkan

dahak, bronkospasme berkurang/menghilang, Drip Aminofilin / kolf untuk

obstruksi saluran nafas yang reversible dan serangan asma, Curcuma tab 3x1 yang

diindikasikan untuk meningkatkan nafsu makan dan stamina, dan membantu

memelihara kesehatan. Kemudian juga diberikan B6 1x10 mg sebagai suplement

untuk menjaga stamina. Azitromicin tab 500 mg 1x1 berfungsi untuk anti

35

Page 36: 4. Laporan Kasus TB Paru

bakterial makrolid, Ethambutol 500 mg 1x1 yang diindikasikan untuk pengobatan

TB dan beberapa infeksi microbial oportunistik, Rimactacid 1x1 berfungsi

berfungsi pada tuberculosis yang disebabkan mikroorganisme tuberculosis sensitif

terhadap rifampicin dan isonicotine hydrazibe.

Obat yang diberikan saat pulang yaitu Cefixime 2x1 yaitu obat antibiotik

golongan cephalosporin golongan III bakterisid, menghambat sintesis

mukopeptida pada dinding sel bakteri utunk gram positif (+) dan negatif (-) ,

Curcuma tab 3x1 yang diindikasikan untuk meningkatkan nafsu makan dan

stamina, dan membantu memelihara kesehatan, B6 1x10 mg sebagai suplement

untuk menjaga stamina. Rimactacid 1x1 berfungsi pada tuberculosis yang disebabkan

mikroorganisme tuberculosis sensitif terhadap rifampicin dan isonicotine

hydrazibe.

DAFTAR PUSTAKA

36

Page 37: 4. Laporan Kasus TB Paru

1. Raviglion MC, O’Brien RJ. Tuberculosis. In: Harrison’s Principles of internal

medicine. 15th Edition. USA: McGraw-Hill, 2001.

2. Bahar A, Amin Z. Tuberkulosis paru. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam, Jilid 2. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2007.

988-993

3. Aditama TY, et al. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di

Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006

4. Alsagaff H, Mukty A. Tuberkulosis paru. Dalam: Dasar-Dasar Ilmu Penyakit

Paru. Jakarta: Airlangga, 2002. 73-108

5. Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA, Brooks GF, Butel JS, Ornston LN.

Mikrobiologi Kedokteran, Buku II Edisi I Jakarta: Salemba Medika, 2005.

6. Departemen Kesehatan RI. Buku Pedoman Program Penanggulangan

Tuberkulosis. http://www.tbcindonesia.or.id [Diakses 22 Oktober 2009]

7. WHO. Standar Internasional Penanganan Tuberkulosis. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI, 2006

8. Yunus F. Diagnosis Tuberkulosis. http://www.kalbe.co.id/files/cdk [Diakses

22 Oktober 2009]

9. Permatasari A. Pemberantasan Penyakit TB Paru dan Strategi DOTS.

http://www.Adln.lib.unair.ac.id/go.php.id=jiptunair [Diakses 22 Oktober

2009]

37