kasus 2 myeloradi-makalah

download kasus 2 myeloradi-makalah

of 32

Transcript of kasus 2 myeloradi-makalah

  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    1/32

    Kasus

    Constant back pain causes a 27 years old woman eith multiple myeloma to seek medical

    attention. Diagnostic study reveal the presence of compression fractures that may be due to

    her malignancy to osteoporosis and or to her current corticosteroid regimen. Therapeuticalternatives for analgesia include opioid agonist, NSAIDs, acetaminophen or combination

    product calcitonin, corticosteroids and biphosphonat. May also have roles in this particular

    patients treatment. After invitation of an individualizedregimen, the patient should be

    assessed carefully for adequancy of pain relief and the presence of adverse effects. The

    patien need further intervention after she develops constipation, nausea, and increased

    renal function tests four weeks after starting an analgesic regimen.

    Anatomi dan Fisiologi Sumsum Tulang Belakang (Medula Spinalis)

    Medulla Spinalis dan batang otak

    membentuk struktur kontinu yang keluar dari

    hemisfer serebral dan memberikan tugas sebagai

    penghubung otak dan saraf perifer, seperti kulit dan

    otot. Panjangnya rata-rata 40-45 cm, lebar 14 mm

    dan menipis pada jari-jari. Medulla spinalis ini

    memanjang dari foramen magnum di dasar

    tengkorak sampai bagian atas lumbar kedua tulang

    belakang, yang berakhir di dalam berkas serabut

    yang disebut konus medullaris. Seterusnya di bawah

    ruang lumbar kedua adalah akar saraf, yang

    memanjang melebihi konus, dan disebut kauda

    equine, akar saraf ini menyerupai ekor kuda.

    Fungsi Korda Spinalis pada dasarnya ada

    dua. Pertama, bertindak sebagai pusat saraf,

    mengintegrasi sinyal sensori yang datang dan

    mengkatifkan keluaran motorik secara langsung,

    tanpa campur tangan otak. Fungsi ini terlihat pada

    kerja reflek spinal, yang penting untuk melindungi

    tubuh dari bahaya dan menjaga pemeliharaan tubuh. Kedua, bertindak sebagai stasiun

    (pusat perantara saraf) antara saraf tepi dan otak. Semua komando motorik volunteer

  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    2/32

    maupun involunter dari otak ke otot-otot tubuh, harus dikomunikasikan lebih dahulu pada

    pusat motorik spinal. Demikian juga, sinyal sensorik dari reseptor perifer ke pusat otak,

    harus lebih dahulu dikomunikasikan ke pusat sensorik di korda spinalis. Jadi jaras pada

    korda spinalis merupakan tempat komunikasi dua arah anatar otak dan korda spinalis.

    Saraf-saraf Spinal. Medulla spinalis tersusun dari 33 segmen yaitu 7 segmen

    servikal, 12 torakal, 5 lumbal, 5 sakral dan 5 segmen koksigeus. Medulla spinalis

    mempunyai 31 pasang saraf spinal; masing-masing segmen mempunyai satu untuk setiap

    sisi tubuh. Medulla spinalis terdiri dari substansi grisea dan alba. Substansi grisea ada di

    bagian tengah dan semua sisi saraf dikelilingi oleh substansia alba.

    Kolumna Vertebra. Kolumnal vertebral melindungi medulla spinalis ,

    memungkinkan gerakan kepala dan tungkai, dan menstabilkan struktur tulang untuk

    ambulasi. Vertebra terpisah oleh potongan-potongan kecuali servikal pertama dan kedua,

    sakral dan tulang belakang kogsigeus. Seterusnya lengkung saraf terbagi dua yaitu pedikel

    dan lamina. Badan vertebra, arkus saraf, pedikel dan lamina semuanya berada di kanalis

    vertebralis.

    Struktur Medulla Spinalis.

    Medulla spinalis dikelilingi oleh

    meningen, dura, arakhnoid dan

    piameter. Di antara dura meter dan

    kanalis vertebralis terdapat ruang

    epidural. Medulla spinalis

    berbentuk struktur H dengan badan

    sel saraf (substansia grisea/

    substansi abu) dikelilingi traktus

    asenden dan desenden (subtansia

    alba/ substansi putih). Substansi

    putih, terutama terdiri atas

    sekumpulan serabut saraf bermyelin

    (akson). Badan sel dari serabut ini

    berada di otak atau korda spinalis. Substansi abu berisi sel saraf (neuron), prosessus, sinap

    diantara sel saraf, sehingga ia dapat menganalisa, mengintegrasi dan mentransmisi

    rangsang. Substansi abu dibagi atas tiga zona funsional : tanduk dorsal (posterior),

  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    3/32

    tanduk ventral (anterior) dan zona tengah. Bagian bawah yang berbentuk H meluas dari

    bagian atas dan bersamaan menuju bagian tanduk anterior. Keadaan tanduk-tanduk ini

    berupa sel-sel yang mempunyai serabut-serabut, yang membentuk ujung akar anterior

    (motorik) dan berfungsi untuk aktivitas yang disadari dan aktivitas reflek dari otot-otot

    yang berhubungan dengan medulla spinalis. Bagian posterior yang tipis (upper horn)

    mengandung sel-sel berupa serabut-serabut yang masuk ke ujung akar posterior (sensorik)

    dari kemudian bertindak sebagai relay station dalam jaras reflek/ sensorik.

    Pada bagian torakal medulla spinalis

    adalah projeksi dari masing-masing sisi di bagian

    crossbarH substansia grisera yang disebut tanduk

    lateral. Tanduk lateral mengandung sel-sel yang

    memberikan reaksi serabut otonom bagian

    simpatis. Serabut-serabut ini meninggalkan

    medulla spinalis melalui akar anterior di dalam

    segmen torakal dan segmen lumbar bagian atas.

    Traktus Spinalis. Substansia alba

    membentuk bagian medulla spinalis yang besar dan dapat terbagi menjadi tiga kelompok

    serabut-serabut disebut traktus atau jaras. Traktus posteriormenyalurkan sensasi, persepsi

    terhadap sentuhan, tekanan getaran, posisi, dan gerakan pasif bagian-bagian tubuh.

    Sebelum menjangkau daerah korteks serebri, serabut-serabut ini menyilang ke daerah

    beralawanan pada medulla oblongata. Traktus Spinotalamus bertugas mengirim impuls

    nyeri dan temperature ke thalamus dan korteks serebri. Traktus lateral (pyramidal

    kortikospinal) menyalurkan impuls motorik ke sel-sel tanduk anterior dari sisi yang

    berlawanan di otak. Serabut-serabut desenden merupakan sel-sel saraf yang didapat pada

    daerah sebelum pusat korteks. Bagian menyilang di medulla oblongata yang disebut

    piramida.

    Sistem Motorik

    Saraf Motorik Atas dan Bawah. Setiap

    serabut otot yang mengatur gerakan disadari

    melalui dua kombinasi sel-sel saraf, salah satunya

    terdapat pada korteks motorik, serbut-serabutnya

  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    4/32

    berada tepat pada traktus piramida atau penyilangan traktus piramida, dan serat lainnya

    berada pada ujung anterior medulla spinalis, serat-seratnya berjalan menuju otot. Yang

    pertama disebut sebagai neuron motorik atas (upper motor neuron [UMN]), dan yang

    terakhir disebut sebagai neuron motorik bawah (lower motor neuron [LMN]). Setiap saraf

    motorik yang menggerakkan setiap otot merupakan komposisi gabungan ribuan saraf-saraf

    motorik bawah.

    Jaras motorik

    dari otak ke medulla

    spinalis dan juga

    dari serebrum ke

    batang otak dibentuk

    oleh (UMN). UMN

    mulai di dalan

    korteks pada sisi

    yang berlawanan di

    otak, menurun melalui kapsul internal, menyilang ke sisi berlawanan di dalam batang otak,

    menurun melalui traktus kortikospinal dan ujungnya berakhir di sinaps LMN. UMN

    seluruhnya berada dalam system saraf pusat (SSP). LMN menerima impuls di bagian ujung

    posterior dan berjalan menuju sambungan mioneural. LMN berakhir di dalam otot. Ciri-

    ciri klinik pada lesi di UMN dan LMN dibicarakan pada bagian sebelumnya yang terdapat

    dalam tabel 1.

    Sistem Saraf Autonomik

    Kontraksi otot-otot yang tidak di

    bawah control kesadaran, seperti otot

    jantung, sekresi semua digestif dan

    kelenjar keringat dan aktivitas organ-

    organ endokrin, dikontrol oleh sebagian

    besar komponen system saraf yang

    dikenal sebagai system saraf otonom.

    Sistem saraf otonom merupakan system

    TABEL 1. Akibat lesi Neuron Motor Atas (UMN) versus

    Neuron Motor Bawah (LMN)

    Lesi UMN Lesi LMN

    Kehilangan kontrol volunter Kehilangan control volunteer

    Peningkatan tonus otot Penurunan tonus otot

    Spastisitas otot Paralisis flaksio otot

    Tidak ada atrofi otot Atrofi otot

    Reflek hiperaktif dan abnormal Tidak ada atau penuruna refleks

  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    5/32

    saraf percampuran. Perluasan system saraf autonom tidak diatur oleh korteks serebri.

    System ini menyerupai system ektraparamidal yang berpusat pada serebelum dan basal

    ganglia. Basal ganglia adalah massa pada substansia grisea di bagian otak tengah di bawah

    hemisfer serebri, berbatasan atau terproyeksi kearah ventrikel lateral dan letaknya dekat

    kapsul interna. Basal ganglia berfungsi untuk mengontrol kegiatan yang biasa dilakukan

    atau aktivitas yang automatis dan mempertahankan bentuk dasar untuk melakukan gerakan

    yang disadari. Ganglia berhubungan dengan organ melalui penghubung khusus,dengan

    tugas mempertahankan kontraktilitas tegangan setiap otot pada batang tubuh dan keadaan

    konstan dari ektremitas dalam penyesuaian diri, sehingga seseorang dapat

    mempertahankan keseimbangan postur tubuhnya, baik dalam keadaan gelap atau terang.

    Selanjutnya, karena basal ganglia maka seseorang dapat bereaksi cepat, tepat dan berespon

    cepat secara automatis untuk beberapa penciuman, penglihatan dan pendengaran.

    System ini sangat unik. Pertama, system saraf autonom mempengaruhi pengaturan

    dimana sel-selnya tidak bersifat individual, tetapi meluas pada sebagian besar jaringan dan

    seluruh organ. Kedua, respon yang muncul tidak cepat tetapi hanya setelah periode yang

    lambat. Respon ini bersifat terus menerus dengan jangka waktu yang panjang, yang tidak

    dimiliki oleh respon neurogenik lainnya.

    Tabel F ungsi Saraf Otonom

    Sistem saraf

    otonom terdiri

    atas dua bagian

    yaitu system saraf

    simpatis dan

    saraf

    parasimpatis. Sebagian besar jaringan dan organ-organ di bawah control otonom yang

    mencakup kedua system ini. Sebagai mediator pada stimulus simpatis adalah norepinefrin

    dan mediator impuls parasimpatis adalah asetilkolin. Kedua zat kimia ini mempunyai

    pengaruh yang berlawanan.

    System Saraf Otonom Simpatis. Divisi simpatetik berisi neuron praganglionik

    yang berada di antara segmen T1 dan L2 daeri saraf spinal dan neuron-neuron ganglionik

    yang berada di ganglia dekat kolumna vertebra. Neuron ganglionik berada pada sisi lateraltanduk abu-abu dan akson-akson masuk melalui akar ventral dari setiap segmen.

    http://1.bp.blogspot.com/_o20ly7wbDAw/S90RiRZ4uKI/AAAAAAAAAAs/jIlQce0oZqU/s1600/tabel.bm
  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    6/32

    Secara anatomis neuron simpatis terletak di ruas tulang torakal dan lumbal yaitu

    pada susunan saraf medulla spinalis; akson-aksonnya disebut serabut praganglion,

    muncul melalui jalan pada semua akar

    saraf anterior dari ruas tulang leher

    (servikal) kedelapan atau tulang

    torakal pertama menuju ruas tulang

    lumbal kedua dan ketiga. Jarak dari

    medulla ke serabut-serabut saraf ini

    mempunyai perbedaan karena adanya

    perbedaan hubungan tiap rantai.

    Komposisi serabut-serabut ini terdiri

    atas 22 mata rantai ganglia, yang

    meluas ke seluruh lajur sepanjang

    spinal dan kedua sisi tubuh tulang

    belakang.

    Fungsi unik system saraf

    otonom simpatis adalah system ini siap

    siaga untuk membantu dalam proseskedaruratan. Di bawah keadaan stress

    baik yang disebabkan oleh fifik

    maupun emosional dapat

    menyebabkan peningkatan yang cepat pada impuls simpatis. Tubuh mempersiapkan untuk

    respon fight or flight jika ada ancaman. Sebagai akibatnya, bronkiolus berdilatasi untuk

    memudahkan pertukaran gas, kontraksi jantung yang kuat dan cepat, dilatasi arteri menuju

    jantung dan otot-otot volunter yang membawa lebih banyak darah ke jantung; kontriksi

    pembuluh darah perifer yang membuat kulit pada kaki dingin tetapi memirau (shunting)

    darah ke organ esensial yang aktif ; dilatasi pupil; hati mengeluarkan glukosa untuk energy

    cepat; peristaltic simpatis yang meningkat cepat sama seperti tubuh diberikan suntikan

    adrenalin, sehingga stasiun system persarafan adrenergik kadang-kadang digunakan jika

    menunjukkan kondisi seperti pada system persarafan simpatis.

    Sistem Saraf Otonom Parasimpatis. Fungsi system parasimpatis adalah sebagai

    pengontrol dominan untuk kebanyakan efektor viseral dalam waktu lama. Selama keadaandiam, kondisi tanpa stress, impuls dari serabut-serabut parasimpatis (kolinergik) menonjol.

  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    7/32

    Serabut-serabut system parasimpatis terletak di dua area, satu pada batang otak dan yang

    lainnya pada segmen spinal di bawah L2. Oleh karena lokasi serabut-serabut tersebut, saraf

    parasimpastis menghubungkan area kraniosakral, sedangkan saraf simpatis

    menghubungkan area torakolumbal dari system autonom. Parasimpatis cranial muncul dari

    otak tengah dan medulla oblongata. Serabut dari sel-sel pada otak tengah berjalan dengan

    saraf okulomotorius ketiga menuju ganglia siliaris, yang memiliki serabut postganglion

    yang berhubungan dengan simpatis lain yang mengontrol bagian posisi yang berlawanan

    dengan mempertahankan keseimbangan antara keduanya pada satu waktu.

    Konsep Refleks

    Refleks merupakan

    kejadian involunter dan tidak

    dapat dikendalikan oleh

    kemauan. Tindakan dari sebuah

    (reflex action) merupakan

    gerakan motorik involunter atau

    respon sekretorik yang

    diperlihatkan jaringan terhadap

    stimulus sensorik, seperti refleks

    menarik diri, bersin, batuk, dan mengedip (Sue Hinchliff, 1999).

    Secara fisiologis dengan ringkas dapat dijelaskan bahwa suatu respon refleks terjadi

    bila suatu otot rangka dengan persarafan utuh diregangkan, otot ini akan berkontraksi.

    Respon seperti ini disebut refleks regang. Rangsang yang membangkitkan refleks regang

    adalah regangan pada otot, dan responnya adalah kontraksi otot yang diregangkan itu.

    Reseptornya adalah kumparan otot (muscle spindle). Impuls yang tercetus oleh kumparan

    otot dihantarkan ke SSP melalui serat saraf sensorik penghantar cepat. Impuls kemudian

    diteruskan ke neuron-neuron motorik yang mempersarafi otot yang teregang itu.

    Neurotransmiter di sinaps pusat adalah glutamate. Tahanan otot terhadap regangan kerap

    disebut tonus. Bila neuron (saraf) motorik di suatu otot dipotong, otot itu memberikan

    tahanan yang lemah dan disebut flaksid. Otot yang hipertonik (spastic) adalah otot yang

    mempunyai tahanan yang tinggi terhadap regangan karena adanya refleks regang yang

    hiperaktif. Di anatara keadaan flaksid dan spastic terdapat area yang salah diartikan

  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    8/32

    sebagai area tonus normal. Otot umumnya hipotonik bila pelepasana impuls eferennya

    rendah dan hipertonik bila tinggi.

    Suplai Darah Medula Spinalis

    Medula spinalis mendapat dua suplai darah dari dua sumber yaitu:

    1) arteri Spinalis anterior yang merupakan percabangan arteri vertebralis

    2) arteri Spinalis posterior, yang juga merupakan percabangan arteri vertebralis.

    Antara arteri spinalis tersebut diatas terdapat banyak anastomosis sehingga merupakan

    anyaman plexus yang mengelilingi medulla spinalis dan disebut vasocorona. Vena di dalam

    otak tidak berjalan bersama-sama arteri. Vena jaringan otak bermuara di jalan vena yang

    terdapat pada permukaan otak dan dasar otak. Dari anyaman plexus venosus yang terdapat

    di dalam spatum subarachnoid darah vena dialirkan kedalam sistem sinus venosus yang

    terdapat di dalam durameter diantara lapisan periostum dan selaput otak.

    1.DefinisiMielopati adalah penyakit saraf terkait HIV .

    Mielopati adalah kompresi medula spinalis.

    Mielopati adalah setiap gangguan fungsional dan/atau perubahan patologi dalam

    medula spinalis. (Kamus Saku KEDOKTERAN DORLAND, 1998)

    Radikulopati merupakan keadaan terjadinya gangguan pada radiks/serabut saraf, yang

    sesuai dengan distribusi serabut sarafnya dan menyebabkan nyeri radikuler, dapat

    disertai dengan paresthesia dan rasa raba yang berkurang, gangguan motorik (cram,

    atropi twiching dan refleks fisiologi yang menurun) serta nyeri pada vertebra.

    Radikulopati adalah penyakit radiks saraf spinalis.

    Radikulopati adalah penyakit pada akar saraf (Kamus Saku KEDOKTERAN

    DORLAND, 1998).

    MYELORADICULOPATHY

    Myeloradiculopathy merupakan penyakit medula spinalis dan radiks nervus spinalis

    (Kamus Saku KEDOKTERAN DORLAND, 1998).

    Myeloradiculopathy merupakan kerusakan atau sindroma klinik karena kerusakan pada

    medula spinalis ataupun pada akar persyarafan. (Lecture Pa Urip Rahayu)

  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    9/32

    Myeloradiculopathy merupakan gangguan pada medula spinalis dan gangguan pada

    akar medula spinalis. (Lecture Pa Cecep)

    Jadi, myeloradiculopathy adalah kerusakan atau penyakit karena kerusakan atau

    gangguan pada medula spinalis dan gangguan pada akar medula spinalis.

    2.Patofisiologia. Etiologi

    Merokok ama Malas berolahraga Terlalu sering menyetir Sering mengangkat barang berat Trauma karena terjatuh, terbentur Usia lanjut Tumor/ keganasan (myeloma multipleks) Osteoporosis Fraktur patologis

    b. Faktor Risiko Postur tubuh yang tidak benar Gaya hidup yang tidak sehat Sering menyetir Kurang mengkonsumsi kalsium dan vitamin D Konsumsi obat-obatan kortikosteroid

    c. Proses Penyakit (Lampiran)d. Manifestasi Klinis

    Nyeri punggung akut dan kronik Ataxia, ketidakmampuan untuk mengkoordinasikan gerakan otot yang

    mengakibatkan kesulitan dalam berjalan, bicara dan melakukan tugas perawatan

    diri

    Nyeri abdomen

  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    10/32

    Nyeri ekstremitas bagian bawah atau kaki Tidak mampu berdiri dari posisi duduk Kelemahan yang mengganggu

    Paralysis atau kelemahan otot Paralysis kaki dan lengan Kehilangan sensori di bagian bawah Tidak mampu berjalan dan berdiri Penurunan kemampuan gerak Kelelahan akut yang ekstrim

    Lokasi Radiks

    saraf

    yang

    terkena

    Nyeri Kelemahan

    otot

    Parestesia Atrofi Refleks

    L4 ke

    L5

    L5 Di atas sendi

    sakroiliaka,

    panggul,

    aspek lateral

    paha dan

    betis, aspek

    medial kaki(nyeri yang

    menyebar ke

    bawah

    panggul dan

    tungkai

    disebut

    skiatika)

    Dapat

    menyebabkan

    kaki lunglai,

    kesulitan

    dorsifleksi

    kaki

    dan/jempolkaki, kesulitan

    berjalan

    dengan tumit

    Tungkai

    lateral,

    bagian distal

    kaki.

    diantara jari

    kaki

    pertama dankedua

    Tidak

    bermakna

    Biasanya

    tidak

    bermakna,

    refleks lutut

    dan

    pergelangan

    kakimungkin

    berkurang

    L5 ke

    S1

    S1 Diatas sendi

    sakroiliaka,bagian

    posterior

    seluruh

    tungkai

    sampai ke

    tumit, aspek

    lateral kaki

    Dapat

    menyebabkanmelemahnya

    fleksi plantar,

    abduksi jari

    kaki dan otot

    hamstring,

    kesulitan

    berjalan jinjit

    Pertengahan

    betis danaspek lateral

    kaki,

    termasuk

    jari kaki

    keempat dan

    kelima

    Gastrokne

    rnius

    Refleks

    pergelangankaki

    mungkin

    berkurang

    atau hilang

    C5 ke

    C6

    C6 Nyeri leher

    yang

    Biseps Aspek radial

    lengan atas,

    Tidak

    bermakna

    Refleks

    biseps

  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    11/32

    menyebar ke

    bahu, lengan,

    dan lengan

    atas

    jempol, dan

    telunjuk.

    hilang atau

    berkurang

    e. KlasifikasiBerdasarkan letak tulang belakang yang terkena :

    1) Radiculopathy servikalisPenyebab: proses infeksi, perubahan degeneratif, trauma, tumor dan kelainan

    sistemik.

    Ciri khas radikulopati servikal adalah rasa nyeri radikuler pada leher dan bahu

    yang menyebar ke lengan, yang akan bertambah pada perubahan posisi leher dan

    dapat diikuti terbatasnya gerakan leher dan rasa sakit pada penekanan tulang dan

    kadang-kadang disertai parestesi pada lengan. Namun seringkali pula gejala

    nyeri radikuler tersebut tidak terlokalisasi baik sesuai dermatomal. Hal ini

    dikarenakan adanya tumpang tindih daerah persarafan. Degenerasi diskus

    servikal dapat mengakibatkan lesi yang dapat menyebabkan kerusakan medula

    spinalis dan radiks saraf. Penonjolan diskus servikal biasanya terjadi pada antar

    ruang C5-C6, C6-C7. Nyeri dan kekakuan terjadi pada leher bagian atas pundakdan daerah skapula, nyeri dapat juga terjadi pada ekstremitas atas dan kepala

    yang disertai parastesia dan kebas pada ekstremitas atas. Nyeri dimulai

    mendadak dan menjalar ke leher , dan menurun ke lengan, atau subakut dengan

    nyeri leher menahun dan nyeri lengan yang dimulai diam-diam. Nyeri

    diperburuk oleh gerakan leher seperti batuk, mengejan, atau bersin yang

    meningkatkan tekanan intra toraks dengan akibat peningkatan tekanan vena

    epiduralis dan kompresi radiks saraf yang terlibat.

    Penatalaksanaan medis biasanya meliputi pembatasan akivitas, analgesik, agen

    antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dan immobilisasi leher. Atau dengan traksi

    halter 5-10 pon. Penting agar pasien selalu dipantau secara ketat perkembangan

    kelemahan motorik atau tanda mielopati yang merupakan indikasi untuk

    intervensi operasi.

    Ada 2 jenis umum operasi, pendekatan anterior dan pendekatan posterior :

    1. Pendekatan operasi anterior meliputi pemaparan korpus vertebralis melalui

    leher anterior dengan reseksi diskus yang terlibat.

  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    12/32

    2. Pendekatan posterior terdiri dari dekompresi lamina dan fasies di posterior,

    yang memaparkan radiks saraf dibawahnya pada foramen.

    2) Radiculopathy lumbalisSeperti pada vertebra servikalis, kompresi radiks saraf lumbalis bisa atas dasar

    diskus yang ruptur atau gangguan tulang pada foramen lateralis. Secara,

    patologi, diskus lunak terjadi akibat perkembangan progresif cacat di

    posterolateral di dalam anulus fibrosus. Secara klinis, didapatkan riwayat nyeri

    punggung bawah progresif dengan nyeri alih berikutnya ke dalam bokong atau

    tungkai proksimal didapatkan, kemudian berlanjut melibatkan keseluruhan

    dalam cara radikular. Dianggap bahwa ini terjadi berdasarkan penonjolan

    progresif nukleus pulposus melalui anulus dengan ruptur melalui ligamentum

    longitudinalis posterius yang menyebabkan kompresi radiks saraf. Secara klinis

    lebih dari 90% herniasi diskus lumbalis timbul pada tingkat L5-S1 atau L4-L5.

    Radikulopati lumbalis bisa juga berdasarkan penyakit tulang, dengan degenerasi

    progresif dalam vertebra lumbalis, maka ada pembentukan osteofit posterior dan

    posterolateral, penyempitan resesus lateralis dan foramen serta hipertrofi unsur

    posterior. Hasil keseluruhan sama dengan radikulopathy servikalis disertai

    penyempitan kanalis spinalis, namun presentasi klinisnya lebih radikular akibat

    gangguan radiks lateral terhadap radiks saraf dibandingkan kompresi garis

    tengah, yang menyebabkan mielopati. Pada pemeriksaan fisik, pasien dengan

    radikulo aktif biasanya mempunyai bukti iritasi radiks saraf. Ini mencakup tanda

    mekanik, seperti spasme muskulus paravertebralis, penurunan rentang gerakan

    punggung bawah, skoliosis lumbalis, nyeri radikular.

    Penatalaksanaan medis terdiri dari pembatasan aktivitas, analgesik, NSAID dan

    relaksan otot, panduan gerak badan untuk meningkatkan tonus otot abdomen

    sangat direkomendasikan. Setelah periode akut nyeri radikular atau nyeri

    punggung bawah harus dihindari untuk membungkuk dan mengangkat beban

    berat. Untuk ruptura diskus lumbalis, terapi bedah standar adalah

    hemilaminektomi sebagian dengan eksplorasi dan dekompresi radiks saraf yang

    terlibat. Ini terdiri dari insisi lumbalis garis tengah dengan diseksi anatomi untuk

    memaparkan lamina dan fasies pada tingkat yang terlibat. Pembuangan sebagian

    lamina, fasies medial, dan ligamentum flavum dilakukan, yang memaparkan

    kantong dura dan radiks saraf. Semua materi diskus yang ruptura harusdisingkirkan. Dekompresi gangguan tulang lateral dilakukan bila diperlukan.

  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    13/32

    Penting agar radiks saraf dieksplorasi sejauh mana yang diperlukan ke lateral

    untuk memastikan dekompresi yang memuaskan.

    Kimopapain adalah enzim proteolitik yang menimbulkan hidrolisis cepat

    polipeptida nonkolagen atau protein yang membentuk kondromukoprotein dari

    nukleus pulposus. Bila digunakan secrara bijaksana, kimopapain merupakan

    alternatif layak bagi operasi untuk pasien ruptura diskus.

    3) Radiculopathy torasikaInsiden diskus torasika cukup rendah hampir semuanya timbul dibawah vertebra

    torasika kelima. Secara klinis, distribusi nyeri terletak pada dinding dada atau

    abdomen, sehingga bisa mudah dikelirukan untuk penyakit toraks atau abdomen.

    Perubahan degeneratif dapat juga terlihat sebagai mielopati yang tak nyeri.

    Gejala klinis umumnya terbatas pada paraparesis spastik serta penurunan rasa

    tusukan jarum dan raba halus dalam ekstremitas bawah.

    f. Komplikasi1) Paraplegia

    Adalah kelumpuhan pada kedua belah bagian bawah tubuh, termasuk dua belah

    kaki. Maka perlu dicatat derajat kerusakan paraplegia, yaitu :

    Derajat I : kelemahan pada anggota gerak bawah terjadi setelah melakukan

    aktivitas atau setelah berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadi

    gangguan saraf sensoris.

    Derajat II : terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah tapi penderita masih

    dapat melakukan pekerjaannya.

    Derajat III : terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi

    gerak/aktivitas penderita serta hipoestesia/anesthesia.

    Derajat IV : terjadi gangguan saraf sensoris dan motoris disertai gangguan

    2) ParaperesisAdalah gangguan menurun yang menyebabkan kelemahan bertahap dengan

    kejang otot (kelemahan kejang) pada kaki. Refleks menjadi berlebihan, dan

    kram kaki, gugup, dan terjadi kejang, membuat gerakan kaki menjadi kaku dan

    menyentak (disebut kejang gaya berjalan). Berjalan secara bertahap menjadi

    lebih sulit. Orang bisa tersandung atau tergelincir karena mereka cenderung

    untuk berjalan berjingkat dengan kaki memutar ke dalam. Sepatu seringkali

  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    14/32

    dikenakan turun ke daerah lebih dari jempol kaki. Kelelahan sering terjadi.

    Pada beberapa orang, otot pada lengan menjadi lemah dan kaku.

    3) Disfungsi atau lesi medula spinalis.Cedera medula spinalis merupakan salah satu penyebab utama disabilitas

    neurologis akibat trauma. Pada kasus-kasus mielopati, pemeriksaan status

    neurologi lokal merupakan hal yang sangat penting. Terapi cedera medula

    spinalis terutama ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan fungsi

    sensoris dan motorik.

    3. Asuhan Keperawatana. Pengkajian

    1) BiodataNama : Ny. X

    Usia : 27 tahun

    Jenis kelamin : Perempuan

    2) AnamnesaKeluhan utama : klien mengeluh sakit punggung yang dirasakan terus menerus

    Riwayat kesehatan sekarang

    P:Apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor presipitasi multiple

    myeoloma pada bagian punggungnya. Dapat dikaji dari jenis pekerjaan klien

    dimana klien memiliki pekerjaan yang mengharuskannya mengangkat beban-

    beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama. Ataupun karena proses

    degeneratif (usia 30-60 tahun).

    Q:

    Menanyakan kepada klien seperti apa nyeri punggung yang dirasakan dan

    apakah adanya nyeri apabila di tekan ?

    Pada kasus di atas rasa nyeri yang di rasakan terasa amat sakit di sebabkan

    terjadinya ruptur /kerusakan tulang belakang dan kelemahan elastisitas

    diskusvertebralis dan anulus fibrosus sehingga dapat menyebabkan keluarnya

    nukleus pulposus yang ada di dalam anulus fibrosus ke diskus vertebralis.

    Kondisi ini dapat menimbulkan kerusakan sendi faset dan gangguan suplai

    darah kejaringan akibat dari terjepitnya serabut syaraf spinal. Terjepitnya

    serabut saraf dan penekanan inilah yang menimbulkan keluhan dan dapat

  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    15/32

    menjalar ke daerah bokong dan ekstremitas bawah dan apabila penekanan ke

    syaraf tersebut berlebihan dapat menimbulkan kematian syaraf yang

    mengakibatkan kelumpuhan ekstremitas bawah.

    R

    Klien merasakan sakit pada daerah punggung

    S

    Kaji seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan jika di nilai dari skala 1-10. Pada

    kasus ini biasanya nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk dan akan

    semakin bertambah apabila terjadi penekanan disaat batuk, mengedan, bersin,

    membungkuk, mengangkat beban berat, berdiri secar tiba-tiba dari posis duduk.

    T

    Kaji sejak kapan klien merasa nyeri tersebut dan kaji juga pada saat kapan klien

    mengalami rasa nyeri

    3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu Apakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma

    multipleks), metabolik (osteoporosis)

    Riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, bisa menimbulkan nyeripunggung bawah

    4) Riwayat Penggunaan obatKlien melakukan terapi alternatif untuk analgasia termasuk opioid aganist,

    NSAID, asetaminofen, atau kombinasi produk. kalsitonin, carticosteroids dan

    bifosfonat.

    5) Riwayat psikologisMenanyakan faktor-faktor yang membuat klien stres dan pendekatan untuk

    membangun rasa percaya diri.

    6) Pola-pola Fungsi Kesehatan Pola aktivitas/istirahat :

    Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban berat, duduk, mengemudi

    dalam waktu lama, membutuhkan papan / matras yang keras saat tidur,

    penurunan rentang gerak dari ekstermitas pada salah satu bagian tubuh,

    tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.

    Eliminasi :

  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    16/32

    Konstipasi, mengalami kesulitan dalam difekasi adanya inkontinesia /

    retensi urine.

    Integritas Ego :Ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas masalah pekerjaan, finansial

    keluarga.

    Nyeri / kenyamanan :Nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan adanya

    batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat kkaki atau fleksi pada

    leher, nyeri yang tidak hentinya atau adnya episode nyeri yang lebih berat

    secara intermiten, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atu bahu /

    lengan, kaku pada leher (servikal), terdengar adanya suara krek saat nyeri

    baru timbul / saat trauma atau merasa punggung patah, keterbatasan untuk

    mobilisasi / membungkuk ke depan.

    Neurologi :Kesemutan, kekakuan, kelemahan pada tangan dan kaki.

    Kebutuhan istirahat dan tidur :Klien mungkin akan mengalami gangguan tidur karena merasa tidak

    nyaman seperti berkeringat, ansietas, berdebar-debar, dan mengeluhkan

    sakit punggung yang amat sakit.

    Pengkajian spiritual :- Apakah klien secara teratur melakukan ibadah sesuai keyakinannnya.- Apakah klien secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan

    keagamaan

    7) Pemeriksaan Umum Sistem Respirasi : kaji adanya peningkatan RR, biasanya nyeri kan

    diikuti dengan RR yang cepat.

    Sistem Kardiovaskular : kaji adanya peningkatan denyut jantung yangditandai dengan HR meningkat.

    Sistem Integumen : kaji adanya kerusakan integritas kulit abibatimmobilisasi.

    Sistem Persepsi Sensori : adanya penrunan sensasi raba, nyeri, panas, ataugatal.

    Sistem Reproduksi : penurunan fungsi seksual.

  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    17/32

    Sistem Muskuloskeletal : paralisis yang mengganggu ADL. Sistem Neurologi : Kesemutan, kekakuan, kelemahan pada tangan dan

    kaki.

    8) Pemeriksaan Fisik Inspeksio Punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi dan gerakan untuk

    evaluasi neurogenik

    o Perhatikan adanya kurfatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,pelvis yang miring atau adanya postur tingkai yang abnormal

    o Perhatikan apakah ada hambatan pada pergerakan punggung, pelvis dantungkai selama bergerak,

    o Perhatikan apakah klien dapat mengenakan pakaian secara wajar atautidak

    o Perhatikan kemungkinan adanya atrofi, pembengkakan dan perubahanwarna kulit

    Palpasi dan perkusio Harus dilakukan secara hati-hati dan halus supya tidak mengganggu

    kenyamanan klien

    o Palpasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke daerah yang palingterasa nyerinya

    o Ketika meraba kolumna vertebralis dicari kemungkinan adanya deviasike lateral atau entero-posterior

    o Palpasi dan perkusi perut, distensi perut, kandung kemih penuh, dll.7. Pemeriksaan neurologik

    Pemeriksaan motoriko Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu

    jari dan jari lainnya dengan menyuruh klien unutk melakukan gerak

    fleksi dan ekstensi dengan menahan gerakan.

    o Atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkankanan-kiri.

    o Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otottertentu.

    Pemeriksan sensorik

  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    18/32

    Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar

    (vibrasi) untuk menentukan dermatom mana yang terganggu sehingga

    dapat ditentuakn pula radiks mana yang terganggu.

    Pemeriksaan reflekso Refleks lutut/patela/hammer (klien bebraring.duduk dengan tungkai

    menjuntai), pada HNP lateral di L4-5 refleks negatif.

    o Refleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring , luutu posisifleksi, tumit diletakkan diatas tungkai yang satunya dan ujung kaki

    ditahan dalam posisi dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles

    dipukul. Pada aHNP lateral 4-5 refleks ini negatif.

    Pemeriksaan ROMPemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan

    derajat nyeri, functio laesa, atau untuk memeriksa ada/tidaknya penyebaran

    nyeri.

    b. Data Penunjang (Pemeriksaan Diagnostik) Foto rontgen

    Foto rontgen dari depan, samping, dan serong untuk mengidentifikasi ruang

    antar vertebra menyempit. Foto rontgen spinal : Memperlihatkan adanya

    degeneratiF pada tulang belakang / ruang interverbralis atau mengetahui

    patologi lain (tumor, ostaomilitis). Adapun pemeriksaan mielografi adalah

    pemeriksaan dengan bahan kontras melalui tindakan fungsi lumbal dan

    pemotretan dengan sinar tembus. Memperlihatkan penyempitan dari ruang

    diskus, menentukan lokasi dan ukuran herniasi secara spesifik.

    Elektroneumiografi (ENMG)Untuk mengetahui radiks mana yang terkena atau adanya polineuropati.

    MRI (Magnetic Ressonance Imaging)Untuk melokalisasi protrusi diskus kecil sekalipun terutama untuk penyakit

    spinal lumbal. MRI : Pemeriksaan noninvasif yang dapat menunjukkan adanya

    perubahan

    tulang dan jaringan lunak serta dapat memperkuat bukti adanya herniasi secara

    spesifik

    c. Analisis Datad. Diagnosis Keperawatan

  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    19/32

    1) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan nausea akibatpeningkatan asam lambung ditandai dengan

    2) Gangguan eliminasi : konstipasi berhubungan dengan distensi abdomen akibatpengerasan feses yang ditandai pasien mengalami konstipasi akibat perkembangan

    penyakitnya

    3)e. Intervensi Keperawatan

    N

    o

    Diagnosa

    Keperawatan

    Implementasi

    Tujuan Intervensi Rasional

    1 Gangguan

    pemenuhankebutuhan nutrisi

    b.d nausea akibatpeningkatan asamlambung

    Kebutuhan nutrisi

    terpenuhi sesuaidengan berat badan

    ideal. Dengankriteria hasil: klientidak mengalaminausea.

    Mandiri

    1. Berikan diet dengankadar serat tinggi dalam

    bentuk tepung sereal,roti, buah-buahan segar

    2. Kurangi atau batasimakanan seperti produksusu

    3. Dorong peningkatanpemasukan cairan

    4. Berikan makanansedikit tapi sering

    5. Buat pilihan menu yangada dan diizinkan untukmengontrol pilihansebanyak mungkin

    Kolaborasi

    1. Berikan anti emetik

    1. Meningkatkan konsistensifeses, meningkatkan

    pengeluaran feses

    2. Makanan ini diketahuisebagai pencetuskonstipasi

    3. Tingkat konsistensi fesenormal

    4. Untuk mengurangi rasamual dan meningkatkanpemasukan yang adekuat

    5. Klien yang meningkatkankepercayaan dirinya danmerasa mengontrollingkungan lebih sukamenyediakan makananuntuk makan.

    1. Mencegah danmengurangi rasa mualdan muntah

    2

    .

    Gangguan

    eliminasi :konstipasi b.ddistensi abdomenakibat pengerasanfeses yang ditandaipasien mengalamikonstipasi akibatperkembanganpenyakitnya

    Pasien tidak

    menunjukkanadanya gangguaneliminasi /konstipasi

    Kriteria hasil :pasien bisa BABsecara teratur sehari1 kali

    Mandiri

    1. Auskultasi bising usus,catat lokasi dankarakteristiknya

    2. Observasi adanyadistensi perut

    3. Catat adanya keluhan

    mual dan ingin muntah

    1. Bising usus mungkintidak ada selama syokspinal

    2. Penumpukan feses akanmenyebabkan distensiabdomen

    3. Mual dan muntahdisebabkan oleh distensiabdomen akibat

  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    20/32

    4. Berikan diet seimbangTKTP : tinggi serat

    Kolaborasi

    1.Berikan obat pencaharsesuai dosis

    2.Foto abdomen

    3.Pemberian tindakanEnema

    penumpukan feses

    4. Meningkatkan konsistensifeces

    1. Merangsang kerja usus2. Mengetahi letak

    penumpukan feses agardapat dilakukan enema

    3. Membantu melunakanfeses agar feses dapattereliminasi

    3 Kerusakan

    mobilitas fisik

    Setelah dilakukan

    tindakan

    keperawatan selama3x 24 jam, kliendapatmempertahankandan meningkatkanmobilitas fisik,

    dengan kriteriahasil:

    a. Meningkatkankekuatan ototdan fungsi sendi.

    b. Mampumelakukanaktivitas sesuaidengan instruksiperawat

    c. Klienmendemonstrasikan perilakuyangmemungkinkanklien melakukankembali aktivitas

    d.

    Klienmenunjukkanposisi fungsional

    e. Klienmenunjukkanpartisipasi dalamaktivitas

    Mandiri

    1.Anjurkan dan ajarkanklien melakukan latihanROM pada semuaekstremitas dan sendi.Bantu klien bilamengalami keterbatasandalam latihan ROM

    2. Anjurkan dan ajarkanlatihan isometri padatulang belakang untukmengembalikan ke

    bentuk normal dan

    mempertahankan bentukspinalis dalam bentuknormal, dengan cara:

    Latihan ekstensibatang tubuh(bersandar padatembok) maupun

    posisi telentang diatasmatras atau bed-broad(tempat tidur denganalas kayu atau kasur

    busa keras yang tidakmenimbulkan lekukanpada saat klien tidur)dengan caramengangkatekstremitas bawahsecara bersamaan

    3.Buat rencana dan jadwalaktivitas untuk kliensehingga klien dapatberistirahat tanpa

    terganggu. dorong klienuntuk berpartisipasi

    1. Meningkatkan sirkulasi,tonus otot, dan mobilitassendi, mencegahkontraktur dan perubahanbentuk

    2. Gerakan ini dilakukanuntuk menegakkan posturtubuh dalam bentuk normaldan menguatkan otot-otot

    paraspinal dan untuk

    mempertahan tulangbelakang tetap rata dalamkeadaan normal

    3. Mencegah kelelahan,meningkatkan harga diriklien, meningkatkan rasakontrol terhadap aktivitas

    atau mobilitas danmenciptakan kemandirian

  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    21/32

    dalam aktivitas sesuaikemampuan klien.

    4.Pantau tanda-tanda vitalklien sebelum dansesudah melakukanaktivitas

    5. Anjurkan klien untukmenggunakan teknikrelaksasi, sepertimassase

    6.Tanamkan persepsipositif pada klienterhadap mobilitas yang

    klien lakukan yaitu

    untuk mempercepatproses penyembuhanklien

    7.Berikan penghargaankepada klien atasaktivitas yang kliencapai, contohnya denganmengucapkan kata-katapujian bahwa apa yangklien lakukan sangatbaik dan proses

    penyembuhan klien akancepat

    Kolaborasi

    1.Kolaborasi dengan ahlifisioterapi untuk melatihfisik klien

    klien

    4. Untuk mencegah klienstress fisik dan kelelahanyang berlebihan

    5. Mengurangi keteganganotot akibat kelelahansetelah melakukan aktivitas

    6. Meningkatkan kemauanklien untuk melakukanmobilitas semaksimal

    mungkin

    7. Pujian akan meningkatkanrasa percaya diri dan hargadiri klien, sehingga klienakan memiliki semangatyang lebih untuk lebih baiklagi.

    1. Kemampuan mobilisasiekstremitas dapatditingkatkan denganlatihan fisik dari fisioterapi

    Penatalaksanaan Nyeri

    Tujuan pengobatan nyeri adalah mengurungi nyeri sebesar-besarnya dengan kemungkinan

    efek samping paling kecil. Terdapat dua metode umum untuk terapi nyeri : Farmakologik

    dan nonfamakologik.

    1. Pendekatan FarmalogikObat adalah bentuk pengendalian nyeri yang paling sering digunakan. Terdapat tiga

    kelompok obat nyeri :

    a. Analgesic Nonopioid : Non Steroid Anti Inflammation Drugs (NSAIDs)

  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    22/32

    Langkah pertama untuk penatalaksanaan nyeri ringan sampai sedang,

    menggunakan analgesic nonopioid, terutama asetaminofen (Tylenol) dan NSAIDs.

    Tersedia bermacam-macam NSAIDs dengan efek antipiretik, analgesic dan

    antiinflamasi (kecuali asetaminofen). Asam asetilsalisilat (aspirin) dan ibuprofen

    (motrin, advil) merupakan NSAIDs yang paling sering digunakan. NSAIDs efektif

    untuk mengatasi nyeri akut derajat ringan, penyakit meradang yang kronik seperti

    arthritis, dan nyeri akibat kanker yang ringan.

    NSAIDs menghasilkan analgesia yang bekerja ditempat cedera melalui

    inhibisi sintesis prostaglandin dari precursor asam arakidonat. Prostaglandin

    (terutama PGE1, PGE2, dan PGE3) mensensitisasi nosiseptor dan bekerja secara

    sinergitis dengan produk inflamatorik lain ditempat cedera, misalnya bradikinin,

    histamine, untuk menimbulkan hiperanalgesia. Dengan demikian, NSAIDs

    menganggu mekanisme transduksi di nosiseptor aferen primer dengan menghambat

    sintesis prostaglandin.

    Berbeda dengan opioid, NSAIDs tidak menimbulkan ketergantungan atau

    toleransi fisik. Semua memiliki ceiling effect; yaitu peningakatan dosis melebihi

    kadar tertentu tidak menambah efek analgesic. Namun, dosis puncak tertentu

    tersebut (ceiling dose) mungkin lebih tinggi daripada dosis awal anjuran, dengan

    demikian penambahan dosis dapat diterima. Penyulit tersering yang berkaitan

    dengan pemberian NSAIDs adalah gangguan pencernaan, meningkatnya waktu

    perdarahan (aspirin), penglihatan kabur, perubahan minor fungsi hati, dan

    berkurangnya fungsi ginjal.

    Asetaminofen (Tylenol) hamper sama efektinya dengan aspirin dalam sifat

    analgesic-antipiretik. Namun, asetaminofen kurang memiliki efek antiinflamasi,

    karena obat ini merupakan inhibitor kelas siklooksigenase yang lemah apabila

    terdapat peroksida dalam konsentsi tinggi seperti dijumpai di jaringan perifer yang

    meradang. Sebaliknya, asetaminofen memiliki kemampuan menghambat

    siklooksigenase di otak, tempat konsentrasi peroksida rendah-sehingga obat ini

    memiliki efek antipiretik. Keunggulan asetaminofen dibandingkan aspirin sebagai

    obat antipiretik dan analgesic adalah bahwa obat ini tidak menimbulkan efek pada

    system kardiovaskular atau pernafasan, dan tidak menimbulkan gangguan

    keseimbangan asam dan basa, fungsi trombosit, atau aktivitas siklooksigenase kelas

    satu di lambung dan ginjal. Apabila asetaminofen atau aspirin tidak efektif untukmenghilangkan nyeri maka keduany dapat dikombinasikan dengan suatu narkotik

  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    23/32

    lemah seperti oksikodon atau kodein agar lebih efektif meredakan obat.

    Kekurangan utama asetaminofen adalah bahwa obat ini dapat menyebabkan

    kerusakan hati fatal dalam dosis yang berlebihan.

    b. Analgesic OpioidOpioid saat ini adalah analgesic paling kuat yang tersedia dan digunakan

    dalam penatalaksanaan nyeri sedang-berat sampai berat. Obat ini merupakan

    patokan dalam pengobatan nyeri pascaoperasi dan nyeri terkait kanker. Morfin

    adalah salah satu obat yang paling luas digunakan untuk nyeri berat dan masih

    menjadi standar pembanding untuk menilai obat analgesic lain.

    Berbeda dengan NSAIDs, yang bekerja di perifer, morfin menimbulkan

    efek analgesiknya di sentral. Mekanisme pasti kerja opioid telah semakin jelas

    sejak penemuan reseptor-reseptor opioid endogen di system limbic, thalamus, PAG,

    substansia gelatinosa kornu dorsalis, opioid eksogen seperti morfin menimbulkan

    efek dengan mengikat reseptor opioid dengan cara serupa dengan opioid endogen

    (endorphin-enkefalin); yaitu morfin memiliki efek agonis (meningkatkan kerja

    reseptor). Dengan mengikat reseptor opioid di nucleus modulasi-nyeri di batang

    otak, morfin menimbulkan efek pada system-sistem desenden yang mengahmbat

    nyeri. Di tingkat kornu dorsalis medulla spinalis, morfin juga menghambat

    transmisi impuls nosiseptor yang datang dengan mengikat reseptor opioid di

    substansi gelatinosa.

    Efek opioid dapat bergantung pada tipe reseptor yang diikat. Telah cukup

    banyak yang diketahui tentang tiga tipe reseptor opioid : reseptor mu-, kappa- dan

    delta-. Tipe reseptor yang paling penting untuk analgetik klinis disebut reseptor

    mu karena afinitasnya terhadap morfin. Banyak obat dari golongan morfin

    agonis-mu, walaupun potensinya berbeda-beda (Baumann, 1997). Pengetahuan

    tentang dosis ekuianalgesik obat opioid bermanfaat saat kita mengganti obat atu

    cara pemberian. Perlu dicatat bahwa pemberian meperidin (Demerol) tidak di

    anjurkan untuk digunakan dalam penatalaksanaan nyeri karena toksisitasnya yang

    nyata, terutama kejang (American Society of Anesthesiologist [ASA], 1996;

    Waitman,McCaffery, 2001).

    Obat-obat golongan opioid memiliki pola efek samping yang sangat mirip,

    termasuk depresi pernafasan, mual dan muntah, sedasi, dan konstipasi. Selain itu,

    semua opioid berpotensi menimbulkan tolerans, ketergantungan dan ketagihan

  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    24/32

    (adiksi). Toleransi terhadap opioid tertentu terbentuk apabila opioid tersebut

    diberikan dalam jangka panjang, misalnya pada terapi kanker.

    Ketergantungan fisik adalah juga suatu proses fisiologi yang ditandai

    dengan timbulnya gejala-gejala putus obat setelah penghentian mendadak suatu

    obat opioid atau setelah pemberian antagonis. Sindrom putus obat ini diperkirakan

    disebabkan oleh aktivitas cerminan noradrenergic di SSP yang tertekan selama

    pemberian opioid jangka panjang. Adiksi atau ketergantungan psikologik, mengacu

    kepada sindrom perilaku berupa hilangnya kekhawatiran berkaitan dengan

    penggunaan dan akuisisi obat, yang menyebabkan perilaku menimbun obat dan

    peningkatan dosis tanpa pengawasan.

    c. Antagonis dan Agonis-Antagonis OpioidAntagonis opioid adalah obat yang melawan efek obat opioid dengan mengikat

    reseptor opioid dan menghambat pengaktifannya. Nalokson, suatu antagonis opioid

    murni, menghilangkan analgesia dan efek samping opioid. Nalokson digunakan

    untuk melawan efek kelebihan dosis narkotik, yaitu yang paling serius adalah

    depresi pernafasan dan sedasi. Obat opioid lain adalah kombinasi agonis dan

    antagonis seperti pentazonin (Talwin) dan butorfanol (Stadol). Apabila diberiakn

    kepada pasien yang bergantung pada narkotik, maka obat-obat ini dapat memicu

    gejala putus obat. Agonis-antagonis opioid adalah analgetik efektif apabila

    diberikan tersendiri dan lebih kecil kemungkinannya menimbulkan efek samping

    yang tidak di inginkan (misalnya, depresi pernafasan) dibandingkan dengan agonis

    opioid murni.

    d. Obat OsteoporosisPengobatan osteoporosis dan penyakit tulang lainnya terdiri dari berbagai macam

    obat (biposponat / bisphosphonates, terapihormon estrogen, selective estrogen

    receptor modulators or SERMs), seperti calcium an vitamin D.Bisphosphonate oral

    untuk osteoporosis pada wanita post menopause khususnya, harus diminum satu

    kali seminggu tau satu kali sebulan pertama kali di agi hari dengan kondisi perut

    kosong untuk mencegah interaksi dengan makanan. Obat untuk osteoporosis harus

    menunjukkan kemampuan melindungi dan meningkatkan massa tulang juga

    menjaga kualitas tulang supaya mengurangi resiko tulang patah. Beberapa obat

    meningkatkan ketebalan tulang atau memperlambat kecepatan penghilangan tulang.

    Bisphosphonates dapat mencegah kerusakan tulang, menjaga massa tulang, dan

  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    25/32

    meningkatkan kepadatan tulang di punggung dan panggul.,mengurangi resiko patah

    tulang.

    1) Golongan BiposponatGolongan biposponat adalah Risedronate, Alendronate, Pamidronate,

    Clodronate, Zoledronate (Zoledronic acid). Selain untuk osteoporosis

    golongan bipsoponat juga digunakan untuk terapi lainnya misalnya untuk

    hiperkalsemia. Contohnya Zoledronisc acid yang digunakan untuk

    mengobati kadar kalsium yang tinggi pada darah yang mungkin disebabkan

    oleh jenis kanker tertentu. Zoledronic acid juga digunakan bersama

    kemoterapi kanker untuk mengoabti tulang yang rusak yang disebabkan

    multiple myeloma atau kanker lainnya yang menyebar ke tulang. Zoledronic

    acid bukan obat kanker dan tidak akan memperlambat atu menghentikan

    penyebaran kanker. Tetapi dapat digunakan untuk mengobati penyakit

    tulang yang disebabkan kanker. Zoledronic acid bekerja dengan cara

    memperlambat keruaskan tulang dan menurunkan pelepasan kalsium dari

    tulang ke dalam darah.

    2) Selective Estrogen Receptor ModulatorSementara terapi sulih hormon menggunakan estrogen pada wanita pasca

    menopause, efektif mengurangi turnover tulang dan memperlambat

    hilangnya massa tulang. Tapi pemberian estrogen jangka panjang berkaitan

    dengan peningkatan resiko keganasan pada rahim dan payudara. Sehingga

    sekarang sebagai alternatif pengganti estrogen adalah golongan obat yang

    disebut SERM (Selective Estrogen Receptor Modulator). Obat ini

    berkhasiat meningkatkan massa tulang tetapi tidak memiliki efek negatif

    dari estrogen, obat golongan SERMs adalah Raloxifene.

    3) Metabolit vitamin DSekarang ini sudah diproduksi metabolit dari vitamin D yaitu calcitriol dan

    alpha calcidol. Metabolit ini mampu mengurangi resiko patah tulang akibat

    osteoporosis.

    4) CalcitoninSalmon calcitonin diberikan lisensinya untuk pengobatan osteoporosis.

    Sekarang ini juga ada yang sintetiknya. Sediaan yang ada dalam bentuk

    injeksi.. Dosis rekomendasinya adalah 100 IU sehari, dicampur dengan h600mg calcium dan 400 IU vitamin D.

  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    26/32

    Calcitonin menekan aksi osteoclast dan menghambat pengeluarannya.

    Merupakan hormone polipeptida yang berefek hipokalsemik dan

    hipofosfatemik. Kalsitonin disekresi oleh kelenjar tiroid. Proses sekresi dan

    biosintesis dipengaruhi oleh kadar ion Ca2+ plasma. Jika ion ini meningkat

    maka kadar hormone juga akan meningkat. Kalsitonin memiliki masa

    paruhnya 10 menit. Efek hipokalsemik dan hipofosfatemik kalsitonin

    terutama terjadi akibat efek penghambatan langsung kalsitonin terhadap

    resorpsi tulang oleh sel-sel osteoklast dan sel-sel osteosit. Kalsitonin juga

    memabnatu merangsang pembentukan tulang oleh osteoblast. Selain itu juga

    mengurangi efek osteolisis hormone paratoroid. Kerja kalsitonin tidak

    dihambat oleh inhibitor sintesis RNA maupun protein. Kalsitonin

    meningkatkan ekskresi Ca 2+, fosfat dan Na+ sehingga tidak mempengaruhi

    absorpsi Ca2+ di saluran cerna. Pemberian kalsitonin diberikan secara

    parenteral. Jika diberikan secara oral akan cepat dirusak oleh cairan

    lambung. Pemberian untuk pasien dengan osteoporosis post-menopause

    diberikan 50 IU 3 kali seminggu. Untuk penderita usia lanjut, penderita

    dengan gejala fraktur vertebra. Efek samping pemberian kalsitonin ruam

    kulit, mual, muntah, diare, flushing di daerah muka dan malese. Pada awal

    terapi akan terjadi peningkatan eksresi Na + dan air. Na+ berhubungan

    dengan efek langsung pada ginjal dan untuk memperbaiki dinamik sirkulasi

    (hemodinamik). Juga Smungkin terjadi inflamasi pada tempat suntikan.

    Indikasi.

    efek hipokalsemik dan hipofosfatemik hormone dimanfaatkan untuk

    keadaan hiperkalsemia idiopatik dan keracunan vitamin D.efektif untuk

    dekalsifikasi yang dapat terjadi pada berbagai kelainan pada osteoporosis,

    resorpsi tulang yang bertambah pada imobilisasi penderita, dan Pagets

    disease.

    e. Adjuvant atau KoanalgesikObat adjuvant atau koanalgesik adalah obat yang semula di kembangkan

    untuk tujuan selain menghilangkan nyeri tetapi kemudian memiliki sifat analgeti

    atau efek komplementer dalam penatalaksanakan nyeri. Sebagian dari obat ini

    sangat efektif dalam mengendalikan nyeri neuropatik yang mungkin tidak berespon

    terhadap opioid.

  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    27/32

    Antidepresan trisiklik, seperti amitriptilinn (elavil) atau imipramin

    (tofranil), adalah analgetik yang sangat efektif untuk nyeri neuropatik, serta

    berbagai penyakit lain yang menimbulkan nyeri. Antidepresan trisiklik

    menghilangkan nyeri dengan menghambat penyerapan ulang amina-amina biogenic

    di SSP. Antidepresan trisiklik diperkirakan meningkatkan efek inhibitorik serotonin

    dan norepinefrin pada neuron-neuron untuk transmisi nyeri spinal.

    Obat adjuvant lain yang bermanfaat dalam pengobatan nyeri adalah

    hidroksizin (Vistaril) yang memiliki efek analgetik pada beberapa penyakit dan

    efek adiktif apabila diberikan bersama morfin; pelemas otot misalnya Diazepam

    (Valium), yang digunakan untuk mengobati kejang otot yang berkaitan dengan

    nyeri; dan steroid misalnya deksametazol (dekadron), yang telah di gunakan untuk

    mengendalikan gejala yang berkaitan dengan kompresi medulla spinalis atau

    metastasis tulang pada pasien kanker.

    2. Pendekatan Nonfarmakologika. Terapi dan Modalitas Fisik

    Terapi fisik utnuk meredakan nyeri mencakup berbagai bentuk stimulasi

    kulit (pijat, stimulasi saraf dengan listrik transkutis, akupungtur, aplikasi panas atau

    dingin, olahraga). Dasar dari stimulasi kulit adalah teori pengendalian gerbang dari

    transmisi nyeri. Stimulasi kulit akan merangsang serat-seratnon-nosiseptif yang

    berdiameter besar untuk menutup gerbang bagi serat-serat berdiameter kecil yang

    menghantarkan nyeri sehingga nyeri dapat dikurangi. Stimulasi kulit juga dapat

    menyebabkan tubuh mengeluarkan endorphin dan neurotransmitter lain yang

    menghambat nyeri.

    Salah satu strategi stimulasi kulit tertua dan paling sering digunakan adalah

    pemijatan atau penggosokkan. Pijat dapat dilakukan dengan jumlah tekanan dan

    stimulasi yang bervariasi terhadap berbagai titik-titik pemicu miofasial diseluruh

    tubuh. Utnuk mengurangi gesekan digunakan minyak atau lotion. Pijat akan

    melemaskan ketegangan otot dan meningkatkan sirkulasi local. Pijat punggung

    memiliki efek relaksasi yang kuat.

    Stimulasi saraf dengan listrik melalui kulit (TENS atau TNS) terdiri dari

    suatu alat yang digerakkan oleh batere yang mengirim impuls listrik lemah melalui

    elektroda yang diletakkan di tubuh. Elektroda umumnya di letakkan di atas ataudekat dengan bagian yang nyeri. TENS digunakan untuk penatalaksanaan nyeri

  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    28/32

    akut dan kronik : nyebri pascaoperasi, nyeri punggung bawah, phantom limb pain,

    neuralgia perifer, dan arthritis rheumatoid.

    Akupungtur adalah teknik kuno dari Cina berupa insersi jarum halus ke

    dalam berbagai titik akupungtur (pemicu) di seluruh tubuh untuk meredakan nyeri.

    Metode noninvasive lain untuk merangsang titik-titik pemicu adalah pemberian

    tekanan dengan ibu jari, suatu teknik yang disebut akupresur. Efektivitas metode ini

    mungkin dapat dijelaskan dengan teori control gerbang dan teori bahwa akupungtur

    merangsang pelepasan opioid endogen.

    Range of Motion (ROM) exercise (pasif, dibantu, atau aktif) dapat

    digunakan untuk melemaskan otot, memperbaiki sirkulasi, dan mencegah nyeri

    yang berkaitan dengan kekakuan dan imobilitas.

    Aplikasai panas adalah tindakan sederhana yng telah lama diketahui sebagai

    metode yang efektif untuk mengurangi nyeri dan juga kejang otot. Panas dapat

    salurkan melalui konduksi (botol air panas, bantalan pemanas listrik, lampu,

    kompres basah panas), konveksi (whirpool, sitz bath, berendam air panas), atau

    konversi (ultrasonografi, diatermi). Nyeri akibat memar, spasme otot, dan arthritis

    berespon baik terhadap panas. Karena melebarkan pembuluh darah dan

    meningkatkan aliran darah local, panas jangan digunakan setelah cedera traumatic

    saat masih ada edema dan peradangan. Karena meningkatkan aliran darah, panas

    mungkin meredakan nyeri dengan menyingkirkan produk-produk inflamasi, seperti

    bradikinin, histamine, dan prostaglandin yang menimbulkan nyeri local. Panas juga

    mungkin merangsang serat saraf yang menutup gerbang sehingga transmisi impuls

    nyeri ke medulla spinalis dan otak dapat di hambat.

    Berbeda dengan terapi panas, yang efektif untuk nyeri kronik, aplikasi

    dingin lebih efektif untuk nyeri akut (misalnya trama akibat luka bakar, tersayat,

    terkilir). Aplikasi dingin mengurangi aliran darah kesuatu bagian dan mengurangi

    perdarahan serta edema. Terapi dingin menimbulkan efek analgetik dengan

    memperlambat kecepatan hantaran saraf sehingga impuls nyeri yang mencapai otak

    lebih sedikit.

    b. Strategi Kognitif-PerilakuStrategi kognitif-perilaku bermanfaat dalam mengubah persepsi pasien

    terhadap nyeri, mengubah perilaku nyeri, dan memberi pasien perasaan yang lebih

    mampu untuk mengendalikan nyeri. Strategi-strategi ini mencakup relaksasi,penciptaan khayalan (imagery), hypnosis, dan biofeedback.

  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    29/32

    Pada metode-metode yang menekankan relaksasi otot, fasilitator memimta

    passion untuk memfokuskan diri ke kelompok otot yang berbeda dan secara

    voluntary mengontraksikan dan melemaskan otot-otot tersebut secara berurutan.

    Cara lain untuk menginduksi relaksasi adalah olahraga bernafas dalam, meditasi,

    dan mendengarkan musik-musik yang menenangkan. Teknik-teknik relaksasi akan

    mengurangi rasa cemas, tegangan otot, dan stress emosi sehingga memutuskan

    siklus-nyeri, saat nyeri dan stress saling memperkuat.

    Teknik-teknik pengalihan mengurangi nyeri dengan memfokuskan

    perhatian pasien kepada stimulasi lain dan menjauhi nyeri. Menonton televise,

    membaca buku, mendengarkan music, dan melakukan percakapan adalah contoh-

    contoh umum pengalihan, penciptaan khayalan dengan tuntunan adalah suatu

    bentuk pengalihan fasilitator yang mendorong pasien untuk memvisualisaikan atau

    memikirkan pemandangan atau sensasi yang menyenangkan untuk mengalihkan

    perhatian metode ini juga bergantung pada menjauhi nyeri. Teknik ini sering

    dikombinasikan dengan relaksasi.

    Hypnosis adalah suatu metode kognitif yang bergantung pada bagaimana

    memfokuskan perhatian pasien menjauhi nyeri; metode ini bergantung pada

    kemampuan ahli terapi untuk menuntun perhatian pasien kfisiologik tere bayangan-

    bayangan yang paling konstruktif. Intervensi pengalihan yang paling efektif apabila

    digunakan untuk nyeri akut. Tetapi dapat juga efektif pada nyeri kronik.

    Kemempuan intervensi pengalihan untuk meredakan nyeri didasarkan pada teori

    bahwa apabila dua rangsangan yang berpisah, focus pada salah satu akan

    menghilangkan focus pada yang lain. Namun, semakin besar rasa nyeri, semakin

    kompleks rangsangan pengalih yang harus diberikan.

    Umpan-balik hayati adalah suatu teknik yang bergantung pada kemampuan

    untuk memberikan ukuran-ukuran terhadap parameter ukuran-ukuran tertentu

    terhadap pasien. Sehingga pasien dapat belajar mengendalikan parameter tersebut

    termasuk suhu kulit, ketegangan otot, kecepatan denyut jantung, tekanan darah dan

    gelombang otak. Alat umpan balik hayati mengubah parameter-parameter

    fisiologik menjadi sinyal visual dan dilihat oleh pasien. Pasien mula-mula

    dikenalkan kepada respon yang berkaitan dengan stress seperti meningkatnya

    ketegangan otot, denyut jantung, atau tekanan darah dan kemudian diajar

    bagaimana mengendalikan respon-respon ini melalui citra visual, bernafas dalam,atau olahraga relaksasi. Biasanya diperlukan beberapa sesi sebelum pasien belajar

  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    30/32

    mengendalikan respon mereka. Walaupun umpan balik hayati sudah dilakukan

    untuk mengatasi berbagai masalah nyeri kronik, namun pemakaian metode ini

    untuk mengobati nyeri kepala. Factor-faktor yang mungkin berperan member efek

    menguntungkan adalah relaksasi otot, berkurang rasa cemas, pengalihan, dan

    adanya perasaan peningkatan kemampuan mengendalikan gejala.

    4. KesimpulanMyeloradiculopathy merupakan penyakit karena kerusakan atau gangguan pada medula

    spinalis dan gangguan pada akar medula spinalis. Myeloradiculopathy dapat terjadi di

    servikal, torakal atau lumbal pada spinal dan merupakan penyakit vertebra degeneratif.

    Penyebab myeloradiculopathy antara lain: merokok, batuk yang terlalu lama, cara

    duduk yang salah, malas berolahraga, terlalu sering menyetir, sering mengangkat beban

    berat, trauma karena terjatuh, terbentur, usia lanjut, tumor/keganasan (myeloma

    multiple), osteoporosis, dan fraktur patologis.

    Intervensi keperawatan tidak hanya mengacu pada pemberian obat untuk merdakan

    nyeri klien tetapi pendidikan kesehatan perlu diberikan agar klien mengerti tentang

    segala sesuatu yang berhubungan dengan penyakit sehingga komplikasi tidak akan

    timbul.

  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    31/32

    DAFTAR PUSTAKA

    Smeltzer, Suzanne C. 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.

    Jakarta: EGC.

    Mardiati, Ratna. 1996. Buku Kuliah Susunan Saraf Otak Manusia. Jakarta: CV.Sagung

    Seto.

    Muttaqin, Arif. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

    Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

    Doengoes, Marilynn E., dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.

  • 7/30/2019 kasus 2 myeloradi-makalah

    32/32

    Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. 1998. Jakarta:EGC

    http://books.google.co.id/books?id=-

    8fn_73yc6cC&pg=PA137&dq=radikulopati&hl=id&ei=ILLDTMvIGoa8cLzCicwN&sa=

    X&oi=book_result&ct=result&resnum=6&ved=0CDsQ6AEwBQ#v=onepage&q=radikulo

    pati&f=false

    http://books.google.co.id/books?id=tK2fFEK2QfoC&pg=PA2113&dq=mielopati&hl=id&

    ei=xrHDTMetO43fcaHXqcwN&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=7&ved=0CD8

    Q6AEwBg#v=onepage&q=mielopati&f=false

    http://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.php?option=com_journal_revi

    ew&id=7150&task=view20 oktober 2010 jam 5.15

    http://spiritia.or.id/cst/dok/mielopati1.pdf

    http://books.google.co.id/books?id=-8fn_73yc6cC&pg=PA137&dq=radikulopati&hl=id&ei=ILLDTMvIGoa8cLzCicwN&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=6&ved=0CDsQ6AEwBQ#v=onepage&q=radikulopati&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=-8fn_73yc6cC&pg=PA137&dq=radikulopati&hl=id&ei=ILLDTMvIGoa8cLzCicwN&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=6&ved=0CDsQ6AEwBQ#v=onepage&q=radikulopati&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=-8fn_73yc6cC&pg=PA137&dq=radikulopati&hl=id&ei=ILLDTMvIGoa8cLzCicwN&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=6&ved=0CDsQ6AEwBQ#v=onepage&q=radikulopati&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=-8fn_73yc6cC&pg=PA137&dq=radikulopati&hl=id&ei=ILLDTMvIGoa8cLzCicwN&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=6&ved=0CDsQ6AEwBQ#v=onepage&q=radikulopati&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=-8fn_73yc6cC&pg=PA137&dq=radikulopati&hl=id&ei=ILLDTMvIGoa8cLzCicwN&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=6&ved=0CDsQ6AEwBQ#v=onepage&q=radikulopati&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=tK2fFEK2QfoC&pg=PA2113&dq=mielopati&hl=id&ei=xrHDTMetO43fcaHXqcwN&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=7&ved=0CD8Q6AEwBg#v=onepage&q=mielopati&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=tK2fFEK2QfoC&pg=PA2113&dq=mielopati&hl=id&ei=xrHDTMetO43fcaHXqcwN&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=7&ved=0CD8Q6AEwBg#v=onepage&q=mielopati&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=tK2fFEK2QfoC&pg=PA2113&dq=mielopati&hl=id&ei=xrHDTMetO43fcaHXqcwN&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=7&ved=0CD8Q6AEwBg#v=onepage&q=mielopati&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=tK2fFEK2QfoC&pg=PA2113&dq=mielopati&hl=id&ei=xrHDTMetO43fcaHXqcwN&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=7&ved=0CD8Q6AEwBg#v=onepage&q=mielopati&f=falsehttp://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.php?option=com_journal_review&id=7150&task=viewhttp://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.php?option=com_journal_review&id=7150&task=viewhttp://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.php?option=com_journal_review&id=7150&task=viewhttp://spiritia.or.id/cst/dok/mielopati1.pdfhttp://spiritia.or.id/cst/dok/mielopati1.pdfhttp://spiritia.or.id/cst/dok/mielopati1.pdfhttp://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.php?option=com_journal_review&id=7150&task=viewhttp://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.php?option=com_journal_review&id=7150&task=viewhttp://books.google.co.id/books?id=tK2fFEK2QfoC&pg=PA2113&dq=mielopati&hl=id&ei=xrHDTMetO43fcaHXqcwN&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=7&ved=0CD8Q6AEwBg#v=onepage&q=mielopati&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=tK2fFEK2QfoC&pg=PA2113&dq=mielopati&hl=id&ei=xrHDTMetO43fcaHXqcwN&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=7&ved=0CD8Q6AEwBg#v=onepage&q=mielopati&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=tK2fFEK2QfoC&pg=PA2113&dq=mielopati&hl=id&ei=xrHDTMetO43fcaHXqcwN&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=7&ved=0CD8Q6AEwBg#v=onepage&q=mielopati&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=-8fn_73yc6cC&pg=PA137&dq=radikulopati&hl=id&ei=ILLDTMvIGoa8cLzCicwN&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=6&ved=0CDsQ6AEwBQ#v=onepage&q=radikulopati&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=-8fn_73yc6cC&pg=PA137&dq=radikulopati&hl=id&ei=ILLDTMvIGoa8cLzCicwN&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=6&ved=0CDsQ6AEwBQ#v=onepage&q=radikulopati&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=-8fn_73yc6cC&pg=PA137&dq=radikulopati&hl=id&ei=ILLDTMvIGoa8cLzCicwN&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=6&ved=0CDsQ6AEwBQ#v=onepage&q=radikulopati&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=-8fn_73yc6cC&pg=PA137&dq=radikulopati&hl=id&ei=ILLDTMvIGoa8cLzCicwN&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=6&ved=0CDsQ6AEwBQ#v=onepage&q=radikulopati&f=false