Kasus 1 Hal 24 Hygiene

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paraparese adalah kelemahan atau kelumpuhan sedikit kedua-duanya kaki. Paraparese inferior adalah suatu infeksi virus pada medulla spinalis yang berkembang secara perlahan dan menyebabkan kelemahan / kelumpuhan pada ekstremitas. Seorang pasien dengan paraparese akan kehilangan kemampuannya untuk melakukan aktivitas begitu juga dalam memenuhi personal hygiene. Personal hygiene adalah bagaimana seseorang dapat memenuhi kebutuhan kebersihan tubuhnya baik dilakukan mandiri maupun dengan bantuan orang lain. Hygiene harus tetap dijaga demi menjaga kebersihan agar terhindar dari bakteri dan virus, tapi juga berfungsi sebagai estetika. Karena seorang pasien yang kebersihannya tidak terjaga akan menimbulkan dampak psikologis seperti malu, minder dan rendah diri jika bertemu dengan orang lain. Dan dengan menjaga personal hygiene pasien dapat terhindar dari resiko- resiko yang dapat ditimbulkan oleh hygiene itu sendiri. Sebagai seorang perawat harus bisa mengerti dan membantu kebutuhan pasien. Hal ini dapat dilakukan dengan mengkaji pasien terlebih dahulu dari ketidakmampuannya dalam beraktivitas. Jika pasien enggan dibantu oleh perawat, perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada

Transcript of Kasus 1 Hal 24 Hygiene

Page 1: Kasus 1 Hal 24 Hygiene

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Paraparese adalah kelemahan atau kelumpuhan sedikit kedua-duanya kaki.

Paraparese inferior adalah suatu infeksi virus pada medulla spinalis yang berkembang

secara perlahan dan menyebabkan kelemahan / kelumpuhan pada ekstremitas. Seorang

pasien dengan paraparese akan kehilangan kemampuannya untuk melakukan aktivitas

begitu juga dalam memenuhi personal hygiene.

Personal hygiene adalah bagaimana seseorang dapat memenuhi kebutuhan

kebersihan tubuhnya baik dilakukan mandiri maupun dengan bantuan orang lain.

Hygiene harus tetap dijaga demi menjaga kebersihan agar terhindar dari bakteri dan

virus, tapi juga berfungsi sebagai estetika. Karena seorang pasien yang kebersihannya

tidak terjaga akan menimbulkan dampak psikologis seperti malu, minder dan rendah diri

jika bertemu dengan orang lain. Dan dengan menjaga personal hygiene pasien dapat

terhindar dari resiko-resiko yang dapat ditimbulkan oleh hygiene itu sendiri.

Sebagai seorang perawat harus bisa mengerti dan membantu kebutuhan pasien.

Hal ini dapat dilakukan dengan mengkaji pasien terlebih dahulu dari

ketidakmampuannya dalam beraktivitas. Jika pasien enggan dibantu oleh perawat,

perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga. Agar keluarga

mampu secara mandiri membantu pasien tanpa bantuan perawat.

B. Tujuan

Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan

kebutuhan hygiene dan integritas kulit.

Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu melengkapi pengkajian.

Page 2: Kasus 1 Hal 24 Hygiene

2. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan

paraparese secara komprehensif.

3. Mahasiswa mampu menyusun pengkajian mulai dari pengkajian, analisa data,

diagnose keperawatan, prioritas masalah dan rencana keperawatan.

C. Ruang Lingkup

Pada makalah ini membahas tentang gangguan pemenuhan kebutuhan hygiene dan

integritas kulit serta penanganannya.

Page 3: Kasus 1 Hal 24 Hygiene

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Paraparese adalah kelemahan atau kelumpuhan sedikit kedua-duanya kaki.

Paraparese inferior adalah suatu infeksi virus pada medulla spinalis yang berkembang

secara perlahan dan menyebabkan kelemahan / kelumpuhan pada ekstremitas.

B. Etiologi

Virus limfotropik sel T manusia tipe I (Human T-cell Lymphotropic Virus Type 1,

HTLV-1). Virus ini merupakan retrovirus, juga bisa menyebabkan sejenis leukemia.

Penyakit ini bisa ditularkan melalui hubungan seksual atau lewat jarum yang

terkontaminasi.

Juga bisa ditularkan dari ibu kepada bayinya melalui plasenta atau melalui ASI.

C. Patofisiologi

Paraparese umumnya disebabkan oleh lesi pada traktus kortikospinalis, yang

menjalar turun dari kortikal neuron di lobus frontal ke motor neuron di medula spinalis

dan bertanggung jawab terhadap pergerakan otot-otot badan dan tungkai.

Dalam perjalanannya, traktus melewati beberapa bagian dari batang otak, yaitu

mesencephalon, pons, dan medulla oblongata. Traktus menyilang ke sisi berlawanan

pada ujung medulla (membentuk struktur anatomi yang dinamakan piramid) dan terus

berjalan pada sisi berlawanan itu sampai bertemu kontralateral motor neuron.

Sehingga, satu sisi otak mengontrol pergerakan otot pada sisi berlawanan dari tubuh,

serta kerusakan pada traktus kortikospinalis kanan pada batang otak atau otak akan

menyebabkan paraparese pada sisi kiri tubuh, dan sebaliknya. Di luar itu, lesi traktus

pada medulla spinalis menyebabkan paraparese pada sisi yang sama dari tubuh. Otot-

otot wajah pun diatur traktus yang sama.

Page 4: Kasus 1 Hal 24 Hygiene

Traktus tersebut mengaktifkan fasial nuklei dan nervus fasial yang muncul

mengaktifkan otot-otot fasial ketika ada kontraksi. Karena fasial nuklei terletak di pons,

lesi dari traktus pada pons menyebabkan paraparese pada sisi tubuh yang berlawanan

dan paresis pada sisi sama pada wajah. Ini dinamakan crossed paraparese. Jika wajah

pasien tidak termasuk, hampir dipastikan bahwa lesi pada traktus terdapat di bagian

bawah dari batang otak atau medula spinalis. Karena medula spinalis merupakan

struktur yang kecil, sangat aneh jika hanya satu sisi saja yang terkena lesi dan umumnya

memang kedua traktus terpengaruh. Oleh karena itu, lesi pada medula spinalis biasanya

ditandai dengan paralisis pada kedua lengan dan kaki (quadriparesis) atau kedua kaki

(paraparesis).

D. Tanda dan Gejala

1. Kelemahan kaki

2. Kesukaran berjalan

3. Kelemahan lengan tangan

4. Kram otot

5. Kejangan otot

6. Pergerkan kaku

7. Kekeuatan otot berkurang

8. Kesukaran bergeraknya tangan dan kaki.

Page 5: Kasus 1 Hal 24 Hygiene

E. Pathway Virus limfotropik sel T

Menurunkan imunitas tubuh

Lesi traktus kortikospinal

Kortikol neuron di lobus frontal

Motor neuron di medula spinalis

Penurunan pergerakan otot

Paraparese

Imobilitas fisik

ADL Eliminasi Konsep diriHygiene

Fisik Psikososial

Defisit perawatan diri

Malu

Bau, gatal & ketombe

Page 6: Kasus 1 Hal 24 Hygiene

F. Pengkajian

Anamnesa

Pemeriksaan Fisik

a) Aktivitas/istirahat.

Gejala : Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan, kehilangan

sensasi atau paralisis (paraplegia), merasa mudah lelah, susah untuk istirahat

(nyeri/kejang otot).

Tanda : Gangguan tonus otot (fleksid, spastis), paralitik (paraplegia) dan terjadi

kelemahan umum.

b) Sirkulasi.

Gejala : Adanya penyakit jantung, poisitemia, riwayat hipotensi postural.

Tanda :Hipertensi arterial sehubungan dengan adanya embolisme / malformasi

emboral.

c) Integritas Ego

Gejala : perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa

Tanda : emosi yang labil, dan ketidak siapan untuk marah, sedih dan gembira.

d) Eliminasi.

Gejala : Perubahan pola berkemih, seperti inkontenesia urine, anuria.

e) Makanan/cairan.

Gejala : Anoreksia, muntah,mual selama fase akut, kehilangan sensori (buta kecap)

pada lidah, pipi dan tengkorak, disfagia.

Tanda : kesulitan menelan,obesitas.

f) Neurosensori.

Gejala : kelemahan/kesemutan/kebas, hilangnya rangsangan sensorik kontra

lateral pada ekstremitas, gangguan rasa pengecapan atau penciuman.

Tanda : kehilangan kemampuan menggunakan motorik saat pasien ingin

menggerakkannya ( apoksia )

g) Nyeri/kenyamanan.

Page 7: Kasus 1 Hal 24 Hygiene

Gejala : Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda.

Tanda : Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot/fasia.

h) Pernapasan.

Gejala : Merokok (faktor resiko).

Tanda : Ketidakmampuan menelan/batuk/hambatan jalan napas.

i) Keamanan.

Tanda : Perubahan persepsi terhadap orientasi tempat tumbuh, hilang

kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit.

Pemeriksaan Penunjang

CT-Scan

Memperlihatkan secara spesifik letak oedema, posisi hematoma, adanya jaringan otak

yang infark atau iskemia serta posisinya secara pasti.

Rongent

Membantu menemukanlokasi terjadinya trauma dan efek yang terjadi (perdarahan,

ruptur atau fraktur).

Pemeriksaan Laboraturium

Untuk mengetahui aktivitas Virus yang menyerang tulang.

Diagnosa

1) Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervetebralis

Tujuan ; Nyeri berkurang atau hilang

Kriteria hasil; Melaporkan nyeri hilang / terkontrol

Menunjukkan postur rileks dan mampu tidur / istirahat dengan tepat.

Intervensi :

a. Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi.

b. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting

c. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman

d. Berikan latihan rentang gerak aktif dan pasif secra tepat.

Page 8: Kasus 1 Hal 24 Hygiene

2) Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan paraparese/paraplagia

Tujuan : klien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai dn kemampuannya

Kriteria hasil :

- Tidak terjadi kontraktr sendi

- Bertambahnya kekuatan otot

- Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas fisik

Intervensi :

1. Ubah posisi klien setiap 2 jam

1. Ajarkan klien untuk melakukan teknik gerak aktif pada ekstremitas yang tidak

sakit

2. Lakukan gerak pasif pada ekstremitas yang sakit

3. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi

3) Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan paraparese inferior

Tujuan : kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi.

Kriteria hasil :

Klien dapat melakukan aktifitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan diri klien.

Intervensi :

1. Monitor kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan perawatan diri

1. Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktifitas

2. Berikan umpan balik yn positif untuk setiap usaha yang dilakukannya/ keberhasilannya.

3. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi

4) Perubahan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake cairan yang

tidak adekuat

Tujuan ; klien tidak mengalami konstipasi

Kriteria hasil :

- Klien dapat defekasi spontan dan lancar tanpa menggunakan obat

- Konsistensi lunak

- Tidak teraba massa pada kolon

Page 9: Kasus 1 Hal 24 Hygiene

Intervensi :

1. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab konstipasi

2. Auskultasi bising usus.

3. Anjurkan klien unuk makan makanan yang mengandung serat

4. Berikan intake caian yang cukup ( 2 liter/hari ) jika tidak ada kontraindikasi

5. Lakukan mobilisasi sesuai dengan keadaan klien

6. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian pelunak feses

Evaluasi

1. Klien mampu beraktivitas secara normal dan mandiri

2. Klien mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene dengan bantuan perawat dan keluarga

3. Klien merasa percaya diri dan tidak merasa malu.

4. Tidak terjadi kerusakan kulit

5. Tidak terjadi infeksi kulit

6. Tidak terjadi dekubitus

Page 10: Kasus 1 Hal 24 Hygiene

BAB III

TINJAUAN KASUS

Kasus 1

Ny. B dirawat di ruang mawar dengan keluhan badannya bau dan gatal, rambut penuh ketombe

karena sudah 3 hari tidak mandi dan keramas. TTV 120 / 70 mmHg, nadi 86x / menit, RR 20x /

menit, suhu 37 C. klien mengalami paraparese bagian ekstremitas atas, klien malu dijenguk

karena bau.

A. PENGKAJIAN

1. IDENTITAS

Nama : Ny. B

Usia :

2. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT

a) Alasan dirawat

Ny. B mengalami paraparese ekstrimitas atas.

b) Keluhan utama

Pada Saat MRS : kedua tanani klien tidak bisa digerakkan

Pada Saat Pengkajian : Adanya kelemahan pada ekstremitas atas yaitu tangan kanan dan

kiri, badannya bau dan gatal, rambut penuh ketombe karena sudah 3 hari tidak mandi

dan keramas. TTV 120 / 70 mmHg, nadi 86x / menit, RR 20x / menit, suhu 37 C. klien

malu dijenguk karena bau.

3. RIWAYAT KESEHATAN

a) Riwayat Kesehatan Sebelum Sakit Ini

-

Page 11: Kasus 1 Hal 24 Hygiene

b) Riwayat Kesehatan Sekarang

klien mengeluh badannya bau dan gatal, rambut penuh ketombe karena sudah 3 hari

tidak mandi dan keramas. TTV 120 / 70 mmHg, nadi 86x / menit, RR 20x / menit, suhu

37 C. klien mengalami paraparese bagian ekstremitas atas, klien malu dijenguk karena

bau.

c) Riwayat Kesehatan Keluarga

-

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Data Masalah Etiologi Diagnosa

1.

2.

DO:

- Keluhan badan bau

dan gatal, rambut

penuh ketombe

-Paraparese bagian

ekstrimitas atas

DS:

Tidak mandi dan

keramas selama 3 hari

DO:

- Keluhan badan bau

dan gatal, rambut

penuh ketombe

-Paraparese bagian

ekstrimitas atas

Gangguan

pemenuhan

personal hygiene,

Imobilitas fisik

Defisit perawatan

diri

Gangguan pemenuhan

personal hygiene

berhubungan dengan

imobilitas fisik

Page 12: Kasus 1 Hal 24 Hygiene

DS:

- Tidak mandi dan

keramas selama 3 hari

-Merasa malu dijenguk

gangguan citra

tubuh.

. Gangguan citra tubuh

berhubungan dengan

deficit perawatan diri

3. DO:

- Keluhan badan bau

dan gatal, rambut

penuh ketombe

- TTV 120/70 mmHg,

nadi 86x/ menit, RR

20x/ menit, suhu 37 C

-Paraparese bagian

ekstrimitas atas

DS:

- Tidak mandi dan

keramas selama 3 hari

Resiko kerusakan

integritas kulit,

Defisit perawatan

diri

Resiko kerusakan

integritas kulit

berhubungan dengan

deficit perawatan diri

4. DO:

- Keluhan badan bau

dan gatal, rambut

penuh ketombe

- TTV 120/70 mmHg,

nadi 86x/ menit, RR

20x/ menit, suhu 37 C

-Paraparese bagian

ekstrimitas atas

DS:

- Tidak mandi dan

keramas selama 3 hari

resiko terjadinya

infeksi,

Defisit perawatan

diri

Resiko terjadinya

infeksi berhubungan

dengan defisit

perawatan diri

Page 13: Kasus 1 Hal 24 Hygiene

-Merasa malu dijenguk

5. DO:

- TTV 120/70 mmHg,

nadi 86x/ menit, RR

20x/ menit, suhu 37 C

-Paraparese bagian

ekstrimitas atas

DS:

Resiko terjadinya

dekubitus

Paraparese

ekstremitas atas

Resiko terjadinya

dekubitus

berhubungan dengan

paraparese ekstrimitas

atas

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1. Gangguan pemenuhan

personal hygiene

berhubungan dengan

imobilitas fisik

Kebutuhan personal hygiene

klien dapat terpenuhi terpenuhi

setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24 jam

dengan kriteria hasil :

Klien dapat melakukan personal

hygiene sesuai dengan

kemampuan diri atau dengan

bantuan perawat dan keluarga.

Monitor kemampuan

dan tingkat kekurangan

klien dalam melakukan

personal hygiene.

Tentukan kemampuan

pasien untuk berpartisipasi

dalam ativitas personal

hygiene

Beri motivasi kepada

klien untuk tetap

melakukan personal

hygiene.

Berikan umpan balik

yg positif untuk setiap

usaha yang dilakukannya/

keberhasilannya.

Beri bantuan pada

klien dalam pemenuhan

Page 14: Kasus 1 Hal 24 Hygiene

kebutuhan personal

hygiene

Dorong keluarga

untuk ikut serta dalam

pemenuhan personal

hygiene klien.

2. Gangguan citra tubuh

berhubungan dengan

deficit perawatan diri

Gangguan citra tubuh klien

teratasi setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama

2x24 jam Dengan criteria hasil :

Klien merasa percaya diri dan

tidak malu.

Berikan perawatan diri

pada klien secara teratur.

Yakinkan klien bahwa dia

diberikan privasi selama

perawatan

Bantu klien

mengidentifikasikan

perasaannya

Tingkatkan komunikasi

terbuka antara perawat

dengan klien.

Beri informasi tentang

penggunaan wewangian

atau deodorant.

3. Resiko kerusakan

integritas kulit

berhubungan dengan

deficit perawatan diri

Resiko kerusakan integritas kulit

dapat teratasi setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama

2x24 jam Dengan criteria hasil :

Tidak terjadi kerusakan kulit.

Kaji integritas kulit klien

Anjurkan perawatan diri

pada klien secara teratur

Berikan perawatan kulit

Dorong klien memahami

pentingnya perawatan diri.

4. Resiko terjadinya

infeksi berhubungan

dengan defisit

perawatan diri

Resiko terjadinya infeksi dapat

teratasi setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama

2x24 jam Dengan criteria hasil :

Tidak terjadi infeksi.

Observasi keadaan kulit

klien

Tekankan untuk menjaga

perawatan diri

Berikan perawatan kulit

Page 15: Kasus 1 Hal 24 Hygiene

secara rutin

Observasi untuk

melaporkan nyeri tak

normal

5. Resiko terjadinya

dekubitus

berhubungan dengan

paraparese ekstrimitas

atas

Resiko terjadinya dekubitus

dapat teratasi setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama

2x24 jam Dengan criteria hasil :

Tidak terjadi dekubitus

Ubah posisi klien setiap 2

jam.

Ajarkan klien untuk

melakukan teknik gerak

aktif pada ekstremitas

yang tidak sakit.

Lakukan gerak pasif pada

ekstremitas yang sakit

Bantu klien untuk

menemukan posisi yang

nyaman.

Berikan bantalan pada

tulang-tulang yang

menonjol.

Kolaborasi dengan ahli

fisioterapi

D. EVALUASI

1. Klien mampu beraktivitas secara normal dan mandiri

2. Klien mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene dengan bantuan perawat dan

keluarga

3. Klien merasa percaya diri dan tidak merasa malu.

4. Tidak terjadi kerusakan kulit.

5. Tidak terjadi infeksi kulit

6. Tidak terjadi dekubitus

Page 16: Kasus 1 Hal 24 Hygiene

BAB IV

PEMBAHASAN

Kasus 1

Ny. B dirawat di ruang mawar dengan keluhan badannya bau dan gatal, rambut penuh ketombe

karena sudah 3 hari tidak mandi dan keramas. TTV 120 / 70 mmHg, nadi 86x / menit, RR 20x /

menit, suhu 37 C. klien mengalami paraparese bagian ekstremitas atas, klien malu dijenguk

karena bau.

Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pemenuhan personal hygiene berhubungan dengan imobilitas fisik

2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deficit perawatan diri

3. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan deficit perawatan diri

4. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan defisit perawatan diri

5. Resiko terjadinya dekubitus berhubungan dengan paraparese ekstrimitas atas

Kenapa diagnose yang muncul itu?

1. Ny.B mengalami paraparese pada bagian ekstremitas atas, sehingga kebutuhan personal

hygienenya tidak terpenuhi karena keterbatasan aktivitas.

2. Kebutuhan perawatan diri Ny.B kurang diperhatikan,ditandai dengan 3 hari tidak mandi

dan keramas sehingga menyebabkan badannya bau dan gatal, serta rambut penuh dengan

ketombe.

3. Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh kita, apabila tidak dirawat, terutama

menyangkut kebersihannya, maka rentan terjadi kerusakan integritas kulit.

4. Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh kita, apabila tidak dirawat, terutama

menyangkut kebersihannya, maka rentan terjadi infeksi.

5. Ny.B mengalami paraparese pada bagian ekstremitas atas, sehingga Ny.B juga

mengalami keterbatasan aktivitas yang sangat rentan terjadi dekubitus apabila tidak

dilakukan penanganan sedini mungkin ketika dilakukan perawatan.

Kenapa diagnose utamanya itu?

Page 17: Kasus 1 Hal 24 Hygiene

Diagnose utama yang diambil adalah gangguan pemenuhan personal hygiene

berhubungan dengan imobilitas fisik. Hal ini dikarenakan diagnose tersebut telah

mencakup diagnose yang lain. Atau merupakan penguatan dari diagnose ini.

Kenapa intervensinya itu?

Kelompok kami mengambil intervensi di atas karena sesuai dengan diagnosa klient dan

diharapkan dapat memenuhi tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan demi mengatasi

masalah keperawatan pada Ny.B.

Page 18: Kasus 1 Hal 24 Hygiene

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Paraparese adalah kelemahan atau kelumpuhan sedikit kedua-duanya kaki.

Paraparese inferior adalah suatu infeksi virus pada medulla spinalis yang berkembang

secara perlahan dan menyebabkan kelemahan / kelumpuhan pada ekstremitas.

Disebabkan oleh virus limfotropik sel T manusia tipe I (Human T-cell Lymphotropic Virus

Type 1, HTLV-1).

Pada kasus, Ny.B mengalami paraparese ekstremitas atas dan sulit melakukan

aktivitas fisik terutama personal hygiene. Ini di tunjukan bahwa Ny.B tidak mandi dan

keramas selama 3 hari sehingga badannya bau dan rambutnya berketombe. Hal

tersebut membuat Ny.B malu untuk dikunjungi. Disini perawat melakukan tindakan

keperawatan selama 2x24 jam untuk mengatasi masalah Ny.B tersebut terutama

mengenai personal hygienenya.

Saran

a. Bagi penulis :

Penulis diharapkan memperbanyak literatur mengenai personal hygiene.

Penulis diharapkan memperdalam materi dengan diskusi dengan rekan sejawat maupun

tim ahli.

b. Bagi masyarakat :

Masyarakat diharapkan meningkatkan perawatan diri sendiri misalkan mandi secara

teratur setiap hari dan personal hygiene yang lainnya.

Masyarakat diharapkan peka terhadap tanda dan gejala dari suatu gangguan integumen.

Masyarakat diharapkan meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan.

c. Bagi perawat :

Perawat diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien

dengan gangguan integrasi kulit dan gangguan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.

Perawat diharapkan mengoptimalkan perannya sebagai penyuluh, advokat, konselor, dan

peneliti.

Page 19: Kasus 1 Hal 24 Hygiene

DAFTAR PUSTAKA

Potter, Perry. 2005. Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC.

http://nieziz09.co.cc/%E2%80%9Cparaparese-inferior%E2%80%9D (diakses tanggal 31 March

2010, pukul 11.20 WIB)

http://askep-askeb.cz.cc/2010/01/asuhan-keperawatan-pada-tn-dengan.html

http://old.medicastore.com/med/detail_pyk.php?idktg=20&judul=Paraparesis%20Spastik

%20Tropikal&iddtl=228&UID=2009101608193066.249.71.3