Kasus 1 Hal 24 Hygiene
-
Upload
aditya-krisna -
Category
Documents
-
view
64 -
download
12
Transcript of Kasus 1 Hal 24 Hygiene
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paraparese adalah kelemahan atau kelumpuhan sedikit kedua-duanya kaki.
Paraparese inferior adalah suatu infeksi virus pada medulla spinalis yang berkembang
secara perlahan dan menyebabkan kelemahan / kelumpuhan pada ekstremitas. Seorang
pasien dengan paraparese akan kehilangan kemampuannya untuk melakukan aktivitas
begitu juga dalam memenuhi personal hygiene.
Personal hygiene adalah bagaimana seseorang dapat memenuhi kebutuhan
kebersihan tubuhnya baik dilakukan mandiri maupun dengan bantuan orang lain.
Hygiene harus tetap dijaga demi menjaga kebersihan agar terhindar dari bakteri dan
virus, tapi juga berfungsi sebagai estetika. Karena seorang pasien yang kebersihannya
tidak terjaga akan menimbulkan dampak psikologis seperti malu, minder dan rendah diri
jika bertemu dengan orang lain. Dan dengan menjaga personal hygiene pasien dapat
terhindar dari resiko-resiko yang dapat ditimbulkan oleh hygiene itu sendiri.
Sebagai seorang perawat harus bisa mengerti dan membantu kebutuhan pasien.
Hal ini dapat dilakukan dengan mengkaji pasien terlebih dahulu dari
ketidakmampuannya dalam beraktivitas. Jika pasien enggan dibantu oleh perawat,
perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga. Agar keluarga
mampu secara mandiri membantu pasien tanpa bantuan perawat.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
kebutuhan hygiene dan integritas kulit.
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melengkapi pengkajian.
2. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
paraparese secara komprehensif.
3. Mahasiswa mampu menyusun pengkajian mulai dari pengkajian, analisa data,
diagnose keperawatan, prioritas masalah dan rencana keperawatan.
C. Ruang Lingkup
Pada makalah ini membahas tentang gangguan pemenuhan kebutuhan hygiene dan
integritas kulit serta penanganannya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Paraparese adalah kelemahan atau kelumpuhan sedikit kedua-duanya kaki.
Paraparese inferior adalah suatu infeksi virus pada medulla spinalis yang berkembang
secara perlahan dan menyebabkan kelemahan / kelumpuhan pada ekstremitas.
B. Etiologi
Virus limfotropik sel T manusia tipe I (Human T-cell Lymphotropic Virus Type 1,
HTLV-1). Virus ini merupakan retrovirus, juga bisa menyebabkan sejenis leukemia.
Penyakit ini bisa ditularkan melalui hubungan seksual atau lewat jarum yang
terkontaminasi.
Juga bisa ditularkan dari ibu kepada bayinya melalui plasenta atau melalui ASI.
C. Patofisiologi
Paraparese umumnya disebabkan oleh lesi pada traktus kortikospinalis, yang
menjalar turun dari kortikal neuron di lobus frontal ke motor neuron di medula spinalis
dan bertanggung jawab terhadap pergerakan otot-otot badan dan tungkai.
Dalam perjalanannya, traktus melewati beberapa bagian dari batang otak, yaitu
mesencephalon, pons, dan medulla oblongata. Traktus menyilang ke sisi berlawanan
pada ujung medulla (membentuk struktur anatomi yang dinamakan piramid) dan terus
berjalan pada sisi berlawanan itu sampai bertemu kontralateral motor neuron.
Sehingga, satu sisi otak mengontrol pergerakan otot pada sisi berlawanan dari tubuh,
serta kerusakan pada traktus kortikospinalis kanan pada batang otak atau otak akan
menyebabkan paraparese pada sisi kiri tubuh, dan sebaliknya. Di luar itu, lesi traktus
pada medulla spinalis menyebabkan paraparese pada sisi yang sama dari tubuh. Otot-
otot wajah pun diatur traktus yang sama.
Traktus tersebut mengaktifkan fasial nuklei dan nervus fasial yang muncul
mengaktifkan otot-otot fasial ketika ada kontraksi. Karena fasial nuklei terletak di pons,
lesi dari traktus pada pons menyebabkan paraparese pada sisi tubuh yang berlawanan
dan paresis pada sisi sama pada wajah. Ini dinamakan crossed paraparese. Jika wajah
pasien tidak termasuk, hampir dipastikan bahwa lesi pada traktus terdapat di bagian
bawah dari batang otak atau medula spinalis. Karena medula spinalis merupakan
struktur yang kecil, sangat aneh jika hanya satu sisi saja yang terkena lesi dan umumnya
memang kedua traktus terpengaruh. Oleh karena itu, lesi pada medula spinalis biasanya
ditandai dengan paralisis pada kedua lengan dan kaki (quadriparesis) atau kedua kaki
(paraparesis).
D. Tanda dan Gejala
1. Kelemahan kaki
2. Kesukaran berjalan
3. Kelemahan lengan tangan
4. Kram otot
5. Kejangan otot
6. Pergerkan kaku
7. Kekeuatan otot berkurang
8. Kesukaran bergeraknya tangan dan kaki.
E. Pathway Virus limfotropik sel T
Menurunkan imunitas tubuh
Lesi traktus kortikospinal
Kortikol neuron di lobus frontal
Motor neuron di medula spinalis
Penurunan pergerakan otot
Paraparese
Imobilitas fisik
ADL Eliminasi Konsep diriHygiene
Fisik Psikososial
Defisit perawatan diri
Malu
Bau, gatal & ketombe
F. Pengkajian
Anamnesa
Pemeriksaan Fisik
a) Aktivitas/istirahat.
Gejala : Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensasi atau paralisis (paraplegia), merasa mudah lelah, susah untuk istirahat
(nyeri/kejang otot).
Tanda : Gangguan tonus otot (fleksid, spastis), paralitik (paraplegia) dan terjadi
kelemahan umum.
b) Sirkulasi.
Gejala : Adanya penyakit jantung, poisitemia, riwayat hipotensi postural.
Tanda :Hipertensi arterial sehubungan dengan adanya embolisme / malformasi
emboral.
c) Integritas Ego
Gejala : perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa
Tanda : emosi yang labil, dan ketidak siapan untuk marah, sedih dan gembira.
d) Eliminasi.
Gejala : Perubahan pola berkemih, seperti inkontenesia urine, anuria.
e) Makanan/cairan.
Gejala : Anoreksia, muntah,mual selama fase akut, kehilangan sensori (buta kecap)
pada lidah, pipi dan tengkorak, disfagia.
Tanda : kesulitan menelan,obesitas.
f) Neurosensori.
Gejala : kelemahan/kesemutan/kebas, hilangnya rangsangan sensorik kontra
lateral pada ekstremitas, gangguan rasa pengecapan atau penciuman.
Tanda : kehilangan kemampuan menggunakan motorik saat pasien ingin
menggerakkannya ( apoksia )
g) Nyeri/kenyamanan.
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda.
Tanda : Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot/fasia.
h) Pernapasan.
Gejala : Merokok (faktor resiko).
Tanda : Ketidakmampuan menelan/batuk/hambatan jalan napas.
i) Keamanan.
Tanda : Perubahan persepsi terhadap orientasi tempat tumbuh, hilang
kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit.
Pemeriksaan Penunjang
CT-Scan
Memperlihatkan secara spesifik letak oedema, posisi hematoma, adanya jaringan otak
yang infark atau iskemia serta posisinya secara pasti.
Rongent
Membantu menemukanlokasi terjadinya trauma dan efek yang terjadi (perdarahan,
ruptur atau fraktur).
Pemeriksaan Laboraturium
Untuk mengetahui aktivitas Virus yang menyerang tulang.
Diagnosa
1) Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervetebralis
Tujuan ; Nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil; Melaporkan nyeri hilang / terkontrol
Menunjukkan postur rileks dan mampu tidur / istirahat dengan tepat.
Intervensi :
a. Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi.
b. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting
c. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman
d. Berikan latihan rentang gerak aktif dan pasif secra tepat.
2) Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan paraparese/paraplagia
Tujuan : klien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai dn kemampuannya
Kriteria hasil :
- Tidak terjadi kontraktr sendi
- Bertambahnya kekuatan otot
- Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas fisik
Intervensi :
1. Ubah posisi klien setiap 2 jam
1. Ajarkan klien untuk melakukan teknik gerak aktif pada ekstremitas yang tidak
sakit
2. Lakukan gerak pasif pada ekstremitas yang sakit
3. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
3) Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan paraparese inferior
Tujuan : kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi.
Kriteria hasil :
Klien dapat melakukan aktifitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan diri klien.
Intervensi :
1. Monitor kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan perawatan diri
1. Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktifitas
2. Berikan umpan balik yn positif untuk setiap usaha yang dilakukannya/ keberhasilannya.
3. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
4) Perubahan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake cairan yang
tidak adekuat
Tujuan ; klien tidak mengalami konstipasi
Kriteria hasil :
- Klien dapat defekasi spontan dan lancar tanpa menggunakan obat
- Konsistensi lunak
- Tidak teraba massa pada kolon
Intervensi :
1. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab konstipasi
2. Auskultasi bising usus.
3. Anjurkan klien unuk makan makanan yang mengandung serat
4. Berikan intake caian yang cukup ( 2 liter/hari ) jika tidak ada kontraindikasi
5. Lakukan mobilisasi sesuai dengan keadaan klien
6. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian pelunak feses
Evaluasi
1. Klien mampu beraktivitas secara normal dan mandiri
2. Klien mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene dengan bantuan perawat dan keluarga
3. Klien merasa percaya diri dan tidak merasa malu.
4. Tidak terjadi kerusakan kulit
5. Tidak terjadi infeksi kulit
6. Tidak terjadi dekubitus
BAB III
TINJAUAN KASUS
Kasus 1
Ny. B dirawat di ruang mawar dengan keluhan badannya bau dan gatal, rambut penuh ketombe
karena sudah 3 hari tidak mandi dan keramas. TTV 120 / 70 mmHg, nadi 86x / menit, RR 20x /
menit, suhu 37 C. klien mengalami paraparese bagian ekstremitas atas, klien malu dijenguk
karena bau.
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
Nama : Ny. B
Usia :
2. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT
a) Alasan dirawat
Ny. B mengalami paraparese ekstrimitas atas.
b) Keluhan utama
Pada Saat MRS : kedua tanani klien tidak bisa digerakkan
Pada Saat Pengkajian : Adanya kelemahan pada ekstremitas atas yaitu tangan kanan dan
kiri, badannya bau dan gatal, rambut penuh ketombe karena sudah 3 hari tidak mandi
dan keramas. TTV 120 / 70 mmHg, nadi 86x / menit, RR 20x / menit, suhu 37 C. klien
malu dijenguk karena bau.
3. RIWAYAT KESEHATAN
a) Riwayat Kesehatan Sebelum Sakit Ini
-
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
klien mengeluh badannya bau dan gatal, rambut penuh ketombe karena sudah 3 hari
tidak mandi dan keramas. TTV 120 / 70 mmHg, nadi 86x / menit, RR 20x / menit, suhu
37 C. klien mengalami paraparese bagian ekstremitas atas, klien malu dijenguk karena
bau.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
-
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Data Masalah Etiologi Diagnosa
1.
2.
DO:
- Keluhan badan bau
dan gatal, rambut
penuh ketombe
-Paraparese bagian
ekstrimitas atas
DS:
Tidak mandi dan
keramas selama 3 hari
DO:
- Keluhan badan bau
dan gatal, rambut
penuh ketombe
-Paraparese bagian
ekstrimitas atas
Gangguan
pemenuhan
personal hygiene,
Imobilitas fisik
Defisit perawatan
diri
Gangguan pemenuhan
personal hygiene
berhubungan dengan
imobilitas fisik
DS:
- Tidak mandi dan
keramas selama 3 hari
-Merasa malu dijenguk
gangguan citra
tubuh.
. Gangguan citra tubuh
berhubungan dengan
deficit perawatan diri
3. DO:
- Keluhan badan bau
dan gatal, rambut
penuh ketombe
- TTV 120/70 mmHg,
nadi 86x/ menit, RR
20x/ menit, suhu 37 C
-Paraparese bagian
ekstrimitas atas
DS:
- Tidak mandi dan
keramas selama 3 hari
Resiko kerusakan
integritas kulit,
Defisit perawatan
diri
Resiko kerusakan
integritas kulit
berhubungan dengan
deficit perawatan diri
4. DO:
- Keluhan badan bau
dan gatal, rambut
penuh ketombe
- TTV 120/70 mmHg,
nadi 86x/ menit, RR
20x/ menit, suhu 37 C
-Paraparese bagian
ekstrimitas atas
DS:
- Tidak mandi dan
keramas selama 3 hari
resiko terjadinya
infeksi,
Defisit perawatan
diri
Resiko terjadinya
infeksi berhubungan
dengan defisit
perawatan diri
-Merasa malu dijenguk
5. DO:
- TTV 120/70 mmHg,
nadi 86x/ menit, RR
20x/ menit, suhu 37 C
-Paraparese bagian
ekstrimitas atas
DS:
Resiko terjadinya
dekubitus
Paraparese
ekstremitas atas
Resiko terjadinya
dekubitus
berhubungan dengan
paraparese ekstrimitas
atas
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1. Gangguan pemenuhan
personal hygiene
berhubungan dengan
imobilitas fisik
Kebutuhan personal hygiene
klien dapat terpenuhi terpenuhi
setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam
dengan kriteria hasil :
Klien dapat melakukan personal
hygiene sesuai dengan
kemampuan diri atau dengan
bantuan perawat dan keluarga.
Monitor kemampuan
dan tingkat kekurangan
klien dalam melakukan
personal hygiene.
Tentukan kemampuan
pasien untuk berpartisipasi
dalam ativitas personal
hygiene
Beri motivasi kepada
klien untuk tetap
melakukan personal
hygiene.
Berikan umpan balik
yg positif untuk setiap
usaha yang dilakukannya/
keberhasilannya.
Beri bantuan pada
klien dalam pemenuhan
kebutuhan personal
hygiene
Dorong keluarga
untuk ikut serta dalam
pemenuhan personal
hygiene klien.
2. Gangguan citra tubuh
berhubungan dengan
deficit perawatan diri
Gangguan citra tubuh klien
teratasi setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama
2x24 jam Dengan criteria hasil :
Klien merasa percaya diri dan
tidak malu.
Berikan perawatan diri
pada klien secara teratur.
Yakinkan klien bahwa dia
diberikan privasi selama
perawatan
Bantu klien
mengidentifikasikan
perasaannya
Tingkatkan komunikasi
terbuka antara perawat
dengan klien.
Beri informasi tentang
penggunaan wewangian
atau deodorant.
3. Resiko kerusakan
integritas kulit
berhubungan dengan
deficit perawatan diri
Resiko kerusakan integritas kulit
dapat teratasi setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama
2x24 jam Dengan criteria hasil :
Tidak terjadi kerusakan kulit.
Kaji integritas kulit klien
Anjurkan perawatan diri
pada klien secara teratur
Berikan perawatan kulit
Dorong klien memahami
pentingnya perawatan diri.
4. Resiko terjadinya
infeksi berhubungan
dengan defisit
perawatan diri
Resiko terjadinya infeksi dapat
teratasi setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama
2x24 jam Dengan criteria hasil :
Tidak terjadi infeksi.
Observasi keadaan kulit
klien
Tekankan untuk menjaga
perawatan diri
Berikan perawatan kulit
secara rutin
Observasi untuk
melaporkan nyeri tak
normal
5. Resiko terjadinya
dekubitus
berhubungan dengan
paraparese ekstrimitas
atas
Resiko terjadinya dekubitus
dapat teratasi setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama
2x24 jam Dengan criteria hasil :
Tidak terjadi dekubitus
Ubah posisi klien setiap 2
jam.
Ajarkan klien untuk
melakukan teknik gerak
aktif pada ekstremitas
yang tidak sakit.
Lakukan gerak pasif pada
ekstremitas yang sakit
Bantu klien untuk
menemukan posisi yang
nyaman.
Berikan bantalan pada
tulang-tulang yang
menonjol.
Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi
D. EVALUASI
1. Klien mampu beraktivitas secara normal dan mandiri
2. Klien mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene dengan bantuan perawat dan
keluarga
3. Klien merasa percaya diri dan tidak merasa malu.
4. Tidak terjadi kerusakan kulit.
5. Tidak terjadi infeksi kulit
6. Tidak terjadi dekubitus
BAB IV
PEMBAHASAN
Kasus 1
Ny. B dirawat di ruang mawar dengan keluhan badannya bau dan gatal, rambut penuh ketombe
karena sudah 3 hari tidak mandi dan keramas. TTV 120 / 70 mmHg, nadi 86x / menit, RR 20x /
menit, suhu 37 C. klien mengalami paraparese bagian ekstremitas atas, klien malu dijenguk
karena bau.
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pemenuhan personal hygiene berhubungan dengan imobilitas fisik
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deficit perawatan diri
3. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan deficit perawatan diri
4. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan defisit perawatan diri
5. Resiko terjadinya dekubitus berhubungan dengan paraparese ekstrimitas atas
Kenapa diagnose yang muncul itu?
1. Ny.B mengalami paraparese pada bagian ekstremitas atas, sehingga kebutuhan personal
hygienenya tidak terpenuhi karena keterbatasan aktivitas.
2. Kebutuhan perawatan diri Ny.B kurang diperhatikan,ditandai dengan 3 hari tidak mandi
dan keramas sehingga menyebabkan badannya bau dan gatal, serta rambut penuh dengan
ketombe.
3. Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh kita, apabila tidak dirawat, terutama
menyangkut kebersihannya, maka rentan terjadi kerusakan integritas kulit.
4. Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh kita, apabila tidak dirawat, terutama
menyangkut kebersihannya, maka rentan terjadi infeksi.
5. Ny.B mengalami paraparese pada bagian ekstremitas atas, sehingga Ny.B juga
mengalami keterbatasan aktivitas yang sangat rentan terjadi dekubitus apabila tidak
dilakukan penanganan sedini mungkin ketika dilakukan perawatan.
Kenapa diagnose utamanya itu?
Diagnose utama yang diambil adalah gangguan pemenuhan personal hygiene
berhubungan dengan imobilitas fisik. Hal ini dikarenakan diagnose tersebut telah
mencakup diagnose yang lain. Atau merupakan penguatan dari diagnose ini.
Kenapa intervensinya itu?
Kelompok kami mengambil intervensi di atas karena sesuai dengan diagnosa klient dan
diharapkan dapat memenuhi tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan demi mengatasi
masalah keperawatan pada Ny.B.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Paraparese adalah kelemahan atau kelumpuhan sedikit kedua-duanya kaki.
Paraparese inferior adalah suatu infeksi virus pada medulla spinalis yang berkembang
secara perlahan dan menyebabkan kelemahan / kelumpuhan pada ekstremitas.
Disebabkan oleh virus limfotropik sel T manusia tipe I (Human T-cell Lymphotropic Virus
Type 1, HTLV-1).
Pada kasus, Ny.B mengalami paraparese ekstremitas atas dan sulit melakukan
aktivitas fisik terutama personal hygiene. Ini di tunjukan bahwa Ny.B tidak mandi dan
keramas selama 3 hari sehingga badannya bau dan rambutnya berketombe. Hal
tersebut membuat Ny.B malu untuk dikunjungi. Disini perawat melakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam untuk mengatasi masalah Ny.B tersebut terutama
mengenai personal hygienenya.
Saran
a. Bagi penulis :
Penulis diharapkan memperbanyak literatur mengenai personal hygiene.
Penulis diharapkan memperdalam materi dengan diskusi dengan rekan sejawat maupun
tim ahli.
b. Bagi masyarakat :
Masyarakat diharapkan meningkatkan perawatan diri sendiri misalkan mandi secara
teratur setiap hari dan personal hygiene yang lainnya.
Masyarakat diharapkan peka terhadap tanda dan gejala dari suatu gangguan integumen.
Masyarakat diharapkan meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan.
c. Bagi perawat :
Perawat diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien
dengan gangguan integrasi kulit dan gangguan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.
Perawat diharapkan mengoptimalkan perannya sebagai penyuluh, advokat, konselor, dan
peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
Potter, Perry. 2005. Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC.
http://nieziz09.co.cc/%E2%80%9Cparaparese-inferior%E2%80%9D (diakses tanggal 31 March
2010, pukul 11.20 WIB)
http://askep-askeb.cz.cc/2010/01/asuhan-keperawatan-pada-tn-dengan.html
http://old.medicastore.com/med/detail_pyk.php?idktg=20&judul=Paraparesis%20Spastik
%20Tropikal&iddtl=228&UID=2009101608193066.249.71.3