karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

171
KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MARABATUAN KECAMATAN PULAU SEMBILAN KABUPATEN KOTABARU Disusun Oleh: MAULIDA MUSTIKA NIM. 1115120272

Transcript of karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

Page 1: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA BALITA

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MARABATUAN

KECAMATAN PULAU SEMBILAN

KABUPATEN KOTABARU

Disusun Oleh:

MAULIDA MUSTIKA

NIM. 1115120272

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DARUL AZHAR BATULICIN

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

TANAH BUMBU

2015

Page 2: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA BALITA

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MARABATUAN

KECAMATAN PULAU SEMBILAN

KABUPATEN KOTABARU

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar

Ahli Madya Kebidanan Program Studi- D-III Kebidanan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Darul Azhar

Kabupaten Tanah Bumbu

2015

Disusun Oleh:

MAULIDA MUSTIKA

NIM. 1115120272

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DARUL AZHAR BATULICIN

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

TANAH BUMBU

2015

Page 3: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa
Page 4: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa
Page 5: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa
Page 6: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa
Page 7: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa
Page 8: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

SURAT PERNYATAAN

Saya bersumpah bahwa Karya Tulis Ilmiah penelitian ini adalah hasil karya sendiri

dan belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang

pendidikan di Perguruan Tinggi manapun.

Batulicin, 19 Agustus 2015

Yang menyatakan

Maulida Mustika

Page 9: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

Puji syukur kepada Tuhan YME atas segala rakhmat dan hidayahnya yang telah memberikan kekuatan,

kesehatan dan kesabaran untuk ku dalam mengerjakan Karya TulisIlmiahIni. Aku persembahkan cinta dan sayangku kepada Orang tua ku, kakaku dan

adik ku, terutama Suami q yang telah menjadi motivasi dan inspirasi dan tiada henti memberikan

dukungan Do'anya buat aku. “Tanpa keluarga, manusia, sendiri di dunia, gemetar dalam dingin.”

Terimakasih yang tak terhingga buat dosen-dosen ku, terutama pembimbingku yang tak pernah lelah dan

sabar memberikan bimbingan dan arahan kepada ku.

Terimakasihku juga ku persembahkan kepada para sahabatku yang senantiasa menjadi penyemangat dan menemani disetiap hariku. “Sahabat merupakan salah

satu sumber kebahagiaan dikala kita merasa tidak bahagia.”

Teruntuk teman-teman angkatanku yang selalu membantu, berbagi keceriaan dan melewati setiap suka dan duka selama kuliah, terimakasih banyak.

"Tiada hari yang indah tanpa kalian semua"AKU BELAJAR, AKU TEGAR, DAN AKU BERSABAR

HINGGA AKU BERHASIL. TERIMAKASIH UNTUK SEMUA ^_^

MOTTO

STIKESDARUL AZHAR

PERSEMBAHAN

Page 10: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

STIKESSTIKESDARUL DARUL AZHARAZHAR

Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan

kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang

lain, karena hidup hanyalah sekali. Ingat hanya pada Allah

apapun dan di manapun kita berada kepada Dia-lah tempat kita

meminta dan memohon.

� ك�ل��  و�لا �اد� �ف�ؤ و�ال �ر� �ص �ب و�ال م�ع� الس�� إن�� ع�ل�م� ��ه ب �ك� ل �س� �ي ل � ما �ق�ف� الإسراء ) : ت , �و�لا ئ م�س� �ن� كا �ك� ولئ ٣٦ أ�Artinya : Allah tidak akan menjadikan pemeberian bala itu

melainkan sebagai kabar gembira bagi kemenangan mu, dan

agar tentram hatimu karenaya. Dan kemenangan itu hanya dari

allah yang maha mengetahui.

Seandainya setiap mata dapat melihat indahnya rencna Allah,

Maka tak akan ada insan yang menagis untuk menggapainya.

OPTIMIS, KARENA HIDUP TERUS MENGALIR

DAN RODA KEHIDUPAN TERUS BERPUTAR

(Maulida Mustika)

Page 11: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Maulida Mustika

Alamat : Jalan Raya Stagen, Km 10, Kabupaten Kotabaru

TTL : Batulicin, 17 Oktober 1992

Agama : Islam

Status : Menikah

Nama Ayah : Zainuddin (Alm)

Nama Ibu : Hairani (Alm)

Kesan : Butuh Perjuangan Keras dalam menjalani pendidikan DIII Kebidanan.

No.Hp / Email : 082148821007 / [email protected]

Judul Penelitian : Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru Tahun 2015

Pembimbing I : Lidia Widia, S.ST, M.KesNIDN. 11 120388 02

Pembimbing II : Leni Megamaulia. S.ST.Keb NIK. 11 0314 100591 17

Riwayat Pendidikan : Lulus SDN 1 Pulau Laut Barat

Lulus SMPN 3 Pulau Laut Barat

Lulus SMAN 1 Pulau Laut Barat

Page 12: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

atas kesempatan dan kekuatan yang diberikan sehingga peneliti dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah penelitian dengan judul “Hubungan Antara

Status Gizi dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Balita Di

Wilayah Kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten

Kotabaru Tahun 2015” dalam rangka untuk memenuhi persyaratan memperoleh

derajat Diploma III Kebidanan STIKES Darul Azhar Batulicin.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan karya tulis ilmiah penelitian ini

tidak akan berhasil sesuai yang diharapkan tanpa bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati

peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. H. M. Zairullah Azhar, Msc selaku Pembina Yayasan STIKES Darul

Azhar Batulicin yang telah memberikan ijin untuk peneliti menuntut ilmu di

Prodi kebidanan STIKES Darul Azhar Batulicin.

2. DR. Ir. H. Budi Santoso, MS. selaku Ketua STIKES Darul Azhar Batulicin

yang telah memberikan ijin untuk peneliti menuntut ilmu di Prodi kebidanan

STIKES Darul Azhar Batulicin.

3. Lidia Widia, S. ST. M. Kes. selaku Ketua Program Studi Kebidanan STIKES

Darul Azhar Batulicin yang telah memberikan ijin untuk peneliti menuntut

ilmu di prodi kebidanan STIKES Darul Azhar Batulicin.

4. Lidia Widia, S. ST. M. Kes. selaku Pembimbing I yang telah banyak

menghabiskan waktu, pemikiran, saran dan perhatian dalam membimbing

serta mengarahkan peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah penelitian

ini.

5. Leni Megamaulia, S. ST. Keb. selaku pembimbing II yang telah banyak

memberikan pengarahan, pemikiran dan perhatian dalam menyelesaikan karya

tulis ilmiah penelitian ini.

6. drg. Cipta Waspada, M.Kes selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

Kotabaru yang telah memberikan ijin untuk melakukan Studi Pendahuluan di

Dinas Kesehatan Kabupaten Kotabaru.

Page 13: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

7. Joko Trisartono, SKM selaku Kepala Puskesmas Marabatuan Kecamatan

Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru yang telah memberikan ijin untuk

melakukan Studi Pendahuluan dan penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas

Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru.

8. Seluruh dosen dan staf Program Studi Ilmu Kebidanan STIKES Darul Azhar

Batulicin yang telah banyak memberikan dukungan dan bimbingan selama

peneliti mengukuti pendidikan.

9. Kedua orang tua yang selalu mendoakan, dan kepada suami yag selalu

mendukung dan membantu ku serta memberi ku semangat.

10. Serta semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan karya tulis ilmiah

ini baik secara material maupun moral.

Peneliti menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari

sempurna, banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Untuk itu peneliti

mengharapkan kritik dan saran yang menunjang perbaikan dan kesempurnaan

karya tulis ilmiah ini. Akhirnya peneliti berharap semoga karya tulis ilmiah ini

dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Tanah Bumbu, 30 Juni 2015

Peneliti

Page 14: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

RINGKASAN

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan( Dibawah bimbingan Lidia Widia sebagai pembimbing I dan Leni Megamaulia sebagai pembimbing II).

Zat gizi yang diperoleh dari asupan makanan memiliki efek kuat untuk reaksi kekebalan tubuh dan resistensi terhadap infeksi. Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai cukup kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap penyakit infeksi. Sedangkan jika keadaan gizi menjadi buruk, maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun sehingga kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri dari serangan infeksi pun akan menurun. ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut lebih sering menyerang pada balita, hal ini kemungkinan berhubungan erat dengan permasalahan daya tahan tubuh bayi yang masih belum terlalu kuat dibandingkan dewasa.

Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisa hubungan antara status gizi dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita diwilayah kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten tahun 2015.

Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatanm case control (retrospektif study(. Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 90 responden, yang terdiri dari 45 sampel kasus dan 45 sampel kontrol. Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi untuk mengukur status gizi dan Rekam Medik untuk menentukan diagnosa ISPA.

Analisis yang dilakukan menggunakan uji chi-square kemudian diperoleh nilai P value = 0,01 (CI:95%, P value < 0,05) maka H1 diterima dan H0 ditolak, maka dapat disimpulkan pada penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara status gizi buruk dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada balita di wilayah kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015.

Kata Kunci : Status Gizi, Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Page 15: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

ABSTRACT

The Correlations between Nutritional Status with the Occurrence of Acute Respiratory Infections in Toddlers at Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan (Under Guidance Lidia Widia as Advisor I and Leni Megamaulia as Advisor II).

Nutrients are obtained from food intake has a strong effect on the immune response and resistance to infection. In a state of good nutrition, the body has enough ability to defend itself against infectious diseases. Meanwhile, if the nutritional situation becomes worse, then immune response will decrease thus the body's ability to defend itself from infection attack may be decreased. ARI or Acute Respiratory Infection is more common in toddler, it is probably closely related to the baby's immune system problem that is still not very strong compared to adults

The aim of this study was to analyze the correlations between nutritional status with the occurrence of acute respiratory infections in toddlers in Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten tahun 2015.

The design of this study by using case control (retrospective study(. The sample in this study were 90 respondents, consisting of 45 sample of cases and 45 control samples. The instrument in this study was the observation sheet to measure nutritional status and medical record to determine the ARI diagnosis.

The analysis by using chi-square test then was obtained P value = 0.01 (CI: 95%, P value <0.05(, thus H1was accepted and H0 was rejected, it could be concluded in this study that there was correlation between poor nutritional status with the occurrence of Acute Respiratory Infections in toddlers in Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten tahun 2015.

Keywords : Nutritional Status, Occurrence Of Acute Respiratory Infections

Page 16: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................i

RINGKASAN.........................................................................................................iii

ABSTRACT............................................................................................................iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................v

DAFTAR TABEL ................................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................viii

DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................ix

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1. Latar Belakang.................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah............................................................................4

1.3. Tujuan Penelitian.............................................................................5

1.4. Manfaat Penelitian...........................................................................5

1.5. Keaslian Penelitian...........................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................10

1.6. Konsep Dasar Status Gizi.................................................................10

1.7. Konsep Dasar Infeksi Saluran Pernafasan Akut..............................22

1.8. Konsep Dasar Balita.........................................................................28

1.9. Hubungan Status Gizi Terhadap Terjadinya Infeksi

Saluran Pernafasan Akut Pada Balita...............................................30

BAB III. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN................33

1.10. Kerangka Teori.................................................................................33

1.11. Kerangka Konsep.............................................................................34

1.12. Kerangka Penelitian.........................................................................35

1.13. Hipotesis Penelitian..........................................................................36

BAB IV METODE PENELITIAN........................................................................37

1.14. Waktu dan Tempat Penelitian..........................................................37

1.15. Jenis dan Rancangan Penelitian.......................................................37

Page 17: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

1.16. Populasi, Sampel dan Teknik Penelitian..........................................38

1.17. Variabel Penelitian...........................................................................41

1.18. Defenisi Operasional........................................................................42

1.19. Instrumen Penelitian.........................................................................43

1.20. Prosedur Pengumpulan Data............................................................43

1.21. Rencana Pengolahan Data................................................................44

1.22. Teknik Analisis Data........................................................................45

BAB V HASIL PENELITIAN.............................................................................48

1.23. Data Penelitian.................................................................................48

1.24. Analisis dan Hasil Penelitian...........................................................58

BAB VI PEMBAHASAN.......................................................................................59

1.25. Mengidentifikasi Status Gizi............................................................59

1.26. Mengidentifikasi Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut...........60

1.27. Mengidentifikasi Hubungan Status Gizi Terhadap kejadian

Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Balita....................................

1.28. Keterbatasan.....................................................................................62

BAB VII PENUTUP................................................................................................64

1.29. Kesimpulan......................................................................................64

1.30. Saran.................................................................................................65

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................67

LAMPIRAN..............................................................................................................70

Page 18: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Jurnal Nasional.............................................................

Tabel 1.2. Jurnal Internasional.......................................................

Tabel 2.1. Klasifikasi Status Gizi Anak (Balita)............................

Tabel 2.2. Baku World Health Organization-National Centre for

Health Statistic (WHO-NCHS(.....................................

Tabel 4.1. Definisi Operasional Hubungan Antara Status Gizi

dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Wilayah Kerja

Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan

Kabupaten Kotabaru Tahun 2015.................................

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik

responden di Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau

Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015..................

Tabel 5.2. Hubungan Antara Status Gizi dengan Kejadian Infeksi

Saluran Pernafasan Akut Pada Balita............................

Page 19: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1. Kerangka teori hubungan antara status gizi dengan

kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada

balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Pulau Sembilan Marabatuan Kabupaten Kotabaru

tahun 2015..............................................................................

Gambar 3.2. Kerangka Konseptual hubungan antara status gizi

dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut

pada balita di wilayah kerja Puskesmas

Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten

Kotabaru tahun 2015...............................................................

Gambar 3.3. Kerangka Penelitian hubungan antara status gizi

dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut

pada balita di wilayah kerja Puskesmas

Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten

Kotabaru tahun 2015...............................................................

Gambar 5.1. Distribusi Frekuensi status gizi berdasarkan

perhitungan z-skore dari total 90 responden...........................

Gambar 5.2. Distribusi frekuensi dan persentasi status gizi

berdasarkan sampel kasus dan sampel kontrol.......................

Gambar 5.3. Distribusi frekuensi dan persentasi kejadian Infeksi

Saluaran Pernafasan Akut berdasarkan karakteristik

responden di Puskesmas Marabatuan Kecamatan

Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015..................

Page 20: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome

AKBa : Angka Kematian Balita

ARI : Akut Respiratory Infection

ASI : Air Susu Ibu

BBLR : Berat Badan Lahir Rendah

BB/TB : Berat Badan Menurut Tinggi Badan

BB/U : Berat Badan Menurut Umur

cc : Centimeter Cubic

Cm : Centimeter

Depmenkes RI : Depertemen Mentri Kesehatan Republic Indonesia

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Dinkes Prov Kalsel : Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

DM : Diabetes Miletus

dl : Desiliter

dr : Dokter

HIV : Human Imonodefiensi Virus

ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut

IM : Intra Muskular

IV : Intra Vena

Kg : Kilogram

Mg : Miligram

mmHg : Milimeter Hydrargyrum/ Raksa

mm : Milimeter

O2 : Oksigen

Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat

P2PL : Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

RL : Ringer Laktat

SD : Standar Deviasi

SDKI : Survey Demografi Kesehatan Indonesia

Seanuts : South Asian Nutrition Surveys

Page 21: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

SPSS : Statistical Package For Social Science

TB/ U : Tinggi Badan Menurut Umur

TBC : Tubercolusis

WHO –NCHS : Word Health Organization Nasional Centre

WHO : World Health Organization

Page 22: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Permohonan Responden..........................................

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Responden...........................................

Lampiran 3 : Lembar Observasi Status Gizi..............................................

Lampiran 4 : Tabel Silang Status Gizi Dengan Kejadian Infeksi Saluran

Pernafasan Akut....................................................................

Lampiran 5 : Jadwal Penelitian..................................................................

Lampiran 6 : Surat Pengambilan Data Awal di Dinas Kesehatan Kabupaten

Kotabaru...............................................................................

Lampiran 7 : Surat Pengambilan Data Awal di Puskesmas Marabatuan

Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru................

Lampiran 8 : Surat Ijin Penelitian di Puskesmas Marabatuan Kecamatan

Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru...................................

Lampiran 9 : Surat Persetujuan Pengambilan Data Dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Kotabaru.............................................................

Lampiran 10 : Surat Persetujuan Pengambilan Data Dari Puskesmas

Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru

Lampiran 11 : Surat Persetujuan Penelitian di Puskesmas Marabatuan

Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru................

Lampiran 12 : Dokumentasi Penelitian........................................................

Lampiran 13 : Lembar Konsul Pembimbing I.............................................

Lampiran 14 : Lembar Konsul Pembimbing II............................................

Page 23: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

BAB IPENDAHULUAN

Page 24: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Gizi merupakan unsur yang penting dalam pemenuhan kebutuhan

nutrisi, mengingat zat gizi berfungsi menghasilkan energi, membangun

dan memilihara jaringan, serta mengatur proses kehidupan dalam tubuh.

Selain itu gizi berhubungan dengan perkembangan otak, kemampuan

belajar dan produktivitas kerja (Waryana, 2010).

Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh

setiap orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia

balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini

akan berpengaruh pada kualitas tumbuh kembang anak (Sastomo, 2008).

Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan terhadap gizi

kurang, pada kelompok tersebut mengalami siklus pertumbuhan dan

perkembangan yang membutuhkan zat gizi yang lebih besar dari

kelompok umur yang lain sehingga balita paling mudah menderita

kelainan gizi. Kejadian gizi buruk seperti fenomena gunung es dimana

kejadian gizi buruk dapat menyebabkan kematian. Pada kasus gizi kurang,

akan lebih rentan terhadap infeksi akibat menurunnya kekebalan tubuh

terhadap invasi patogen. Pertumbuhan yang baik dan status imunologi

yang memadai akan menghasilkan kesehatan yang baik pula. Sebaliknya,

pertumbuhan fisik yang terhambat biasanya disertai dengan status

imunologi yang rendah sehingga mudah terkena penyakit (Sastomo, 2008).

Page 25: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

25

ISPA lebih sering menyerang pada balita, hal ini kemungkinan

berhubungan erat dengan permasalahan daya tahan tubuh bayi yang masih

belum terlalu kuat dibandingkan dewasa. Dalam keadaan gizi yang baik,

tubuh mempunyai cukup kemampuan untuk mempertahankan diri

terhadap penyakit infeksi. Sedangkan jika keadaan gizi menjadi buruk,

maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun sehingga kemampuan tubuh

untuk mempertahankan diri dari serangan infeksi pun akan menurun.

Kejadian ini disebabkan akibat proses pembentukan antibodi yang

terganggu atau terhambat dan akhirnya produksi dari antibodi ini akan

menurun. Penurunan ini mengakibatkan tubuh lebih rentan atau mudah

terkena infeksi. Maka keadaan gizi buruk dan kejadian ISPA sering kali

bekerja sama dan menumbuhkan prognosis yang buruk (Heriana, 2005).

Menurut World Health Organization (WHO( lebih dari 50%

kematian bayi dan anak terkait dengan gizi buruk, 13 juta anak balita di

dunia meninggal setiap tahun dengan angka kematian balita di atas 40 per

1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita.

Sebagian besar kematian tersebut terdapat di Negara berkembang, di mana

ISPA (pneumonia( merupakan salah satu penyebab utama kematian

dengan membunuh empat juta anak balita setiap tahun (Sofyan, I. 2015).

Hasil survei oleh South East Asian Nutrition Surveys (SEANUTS(

tahun 2012 terhadap sembilan Negara (Indonesia, Malaysia, Thailand,

Filipina, Kamboja, Vietnam, Srilanka, Myanmar, dan Timor Leste)

menyatakan, gizi buruk di Indonesia masih menjadi masalah utama.

Indonesia menempati di urutan kelima di Asia untuk gizi buruk balita

Page 26: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

26

terbanyak yakni 28%. Sementara ISPA merupakan penyebab utama

kematian bayi di Asia, Sebanyak 2,1 juta balita meninggal karena ISPA,

berdasarakan data pada tingkat regional Asia Tenggara 2002 – 2010

adalah 19 % episode batuk pilek pada balita menderita ISPA tersebut

merupakan pneumonia Berat.(Suryadi, 2013).

Berdasarkan data Kementrian Kesehatan RI tahun 2011, Jumlah

balita yang kekurangan gizi di Indonesia saat ini sekitar 900 ribu jiwa.

Jumlah tersebut merupakan 4,5 % dari 23 juta jiwa balita Indonesia,.

Sementara penderita ISPA tercatat mencapai 18.790.481 kasus balita

dengan 756.577 kasus balita lainya menderita pneumonia (Ritzki, A. 2012)

Pada Tahun 2010 jumlah penderita gizi buruk di Kalimantan

Selatan Mencapai 87 kasus balita, dan bertambah menjadi 115 kasus pada

tahun 2011. Sementara cakupan penderita ISPA balita pada awal tahun

2010 sampai dengan 2012 di Provinsi Kalimantan Selatan mencapai

96.134 penderita pada balita, yang mana rata – rata 14.000 kasus perbulan

nya pada tahun 2010, hingga menjadi 22.000 kasus perbulannya pada

tahun 2012 (Werdiono, D. 2012).

Kemudian data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kotabaru

menyebutkan tahun 2014 balita dengan gizi buruk sebanyak 32 kasus,

dengan angka kejadian ISPA sebanyak 10.721 kasus balita (Dinas

Kesehatan Kabupaten Kotabaru 2015)

Studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Marabatuan

Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru dari tanggal 21 sampai

dengan tanggal 25 April 2015, data yang didapat dari Puskesmas

Page 27: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

27

Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2014

samapai dengan bulan April 2015, didapatkan jumlah balita di wilayah

kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan sebanyak 538

balita. Sedangkan yang menderita gizi buruk tahun 2014 sebanyak 3,3%

atau 18 balita , dan meningkat menjadi 4,3% atau 23 balita pada bulan

April 2015, yang mana Laki – laki 2,4 %, dan perempuan 1,8%. Dengan

angka kejadian ISPA sebanyak 646 kasus pada tahun 2014, dan 477 kasus

ISPA pada bulan Januari sampai dengan April 2015. Serta pneumonia

sebanyak 4 balita tahun 2014 (Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau

Sembilan Kabupaten Kotabaru 2015).

Hal inilah yang mendasari peneliti tertarik untuk meneliti tentang

hubungan antara status gizi dengan kejadian infeksi saluran pernafasan

akut pada balita di wilayah kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau

Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas didapatkan rumusan masalah

yaitu “Apakah ada hubungan antara status gizi dengan kejadian infeksi

saluran pernafasan akut pada balita di wilayah kerja Puskesmas

Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015?

Page 28: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

28

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk menganalisa hubungan antara status gizi dengan kejadian

infeksi saluran pernafasan akut pada balita diwilayah kerja Puskesmas

Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi status gizi pada balita diwilayah kerja Puskesmas

Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun

2015.

b. Mengidentifikasi kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Pukesmas

Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun

2015.

c. Menganalisis hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA pada

balita diwilayah kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau

Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Institusi Pendidikan STIKES Darul Azhar Batulicin.

Sebagai masukan untuk dapat meningkatkan kualitas proses

pembelajaran khususnya yang terkait dengan hubungan antara status gizi

dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita.

Page 29: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

29

1.4.2. Bagi Institusi Puskemas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan

Kabupaten Kotabaru.

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang

hubungan antara keadaan status gizi balita yang memeriksakan dirinya di

Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru

tahun 2015 dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut. Dan

informasi tersebut, dapat dijadikan bahan pertimbangan serta pemikiran

dalam pentingnya menjaga keadaan status gizi yang baik dan pencegahan

terkenanya infeksi saluran pernafasan akut pada balita.

1.4.3. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahunan peneliti dalam

mengembangkan ilmu yang diperoleh selama di perkuliahan dan dapat

diaplikasikan kepada diri sendiri dan masyarakat, serta menjadi acuan

maupun referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.4.4. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan

pengetahuan dan informasi bagi pembaca berkaitan dengan hubungan

antara status gizi dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada

balita.

Page 30: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

1.5. Keaslian Penelitian

1.5.1 Jurnal Nasional

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Jurnal Nasional

No Nama Peneliti

(Tahun)

Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan

1. Asmidayanti S

(2012)

Hubungan Status

Gizi dengan

Morbiditas ISPA

Anak Usia Balita

di Kecamatan

Danau Kerinci

Kabupaten

Kerinci

Ada hubungan yang

signifikan yaitu p = 0,01 (CL:

95%, p<0,05). Jadi, H0

ditolak, dan H1 diterima.

Artinya Semakin baik status

gizi balita maka semakin

menurun morbiditas ISPA,

begitupun sebaliknya

a. Lokasi di Kecamatan

Danau Kerinci

Kabupaten Kerinci.

b. Tahun penelitian 2012.

c. Sampling

menggunakan random

sampling.

d. Teknik pengambilan

data yang memakai

kuesioner dan

wawancara.

a. Analisis Menggunakan

uji statistik Chi-

Square, menggunakan

tingkat kemaknaan 0,05

b. rancangan penelitian

menggunakan metode

case control.

c. Pada status gizi hasil

ukur definisi

operasional

menggunakan ukuran

normal dan tidak

normal

7

Page 31: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

2. Rahmawati

D(2008)

Hubungan antara

Status Gizi

dengan Kejadian

ISPA Balita di

URJ Anak RSU

Dr. Soetomo

Surabaya

Ada hubungan yang

signifikan yaitu p = 0,01 (CL:

95%, p<0,05). Jadi, H0

ditolak, dan H1 diterima

Artinya semakin baik status

gizi balita semakin besar

peluang tidak menderita ISPA

a. Lokasi di URJ Anak

RSU Dr. Soetomo

Surabaya

b. Tahun penelitian 2008.

c. Sampling

menggunakan total

sampling.

d. Rancangan penelitian

menggunakan metode

cross sectional

a. Analisis Menggunakan

uji statistik Chi-Square,

menggunakan tingkat

kemaknaan 0,05

b. Pada status gizi hasil

ukur definisi

operasional

menggunakan ukuran

normal dan tidak

normal

3. Hadiana

S(2013)

Hubungan Status

Gizi Terhadap

Terjadinya Infeksi

Saluran

Pernapasan Akut

(ISPA) Pada

Balita Di

Puskesmas Pajang

Surakarta

Ada hubungan yang

signifikan yaitu p = 0,01 (CL:

95%, p<0,05). Jadi, H0

ditolak, dan H1 diterima

Artinya semakin baik status

gizi balita semakin besar

peluang tidak menderita ISPA

a. Lokasi Puskesmas

Pajang Surakarta

b. Tahun penelitian 201.

c. Sampling

menggunakan

Consecutive sampling

d. Pengambilan data BB

berdasarkan Umur

(BB/U)

a. Analisis Menggunakan

uji statistik Chi-Square,

menggunakan tingkat

kemaknaan 0,05

b. Rancangan penelitian

menggunakan metode

case control

8

Page 32: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

1.5.2. Jurnal Intenasional

Tabel 1.2 Keaslian Penelitian Jurnal Internasional

N

o

Name/ Year Tittle Result Variance Similarity

1. East Mediterr

Health J

(2013)

Acute Respiratory

Infection And

Malnutrition

Among Children B

elow 5 Years Of

Age In Erbil

Governorate, Iraq

P value = 0,03 (CL: 95%, P

value < 0,05), H1 was

accepted and H0 was reject,

Weight and height were lower

in the ARI group but there was

no significant difference in

weight-for-age or in height-

for-age. There was a

significant association between

ARI and indicators of

malnutrition according to the

Gomez and Welcome

anthropometric criteria but not

the Waterlow criteria

a. Research location in

Erbil Governorate,

Iraq

b. Years of research in

2013.

c. Sampling technique

using cluster

sampling

a. The use of sampling

Approach using a

case-control study

b. The analysis data

by using chi- square

test, has a

significant level

0,05.

9

Page 33: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Page 34: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Status Gizi

2.1.1. Definisi Status Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, absorbsi,

transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat yang tidak

digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi

normal dari organ tubuh, serta untuk menghasilkan tenaga (Supriasa, et al.

2002).

Keseimbangan antara konsumsi, penyerapan zat gizi serta

penggunaan zat gizi akan membentuk suatu keadaan fisiologik yang

diakibatka oleh karena ketersediaan zat gizi dalam seluler tubuh. Keadaan

ini disebut juga keadaan gizi (Supriasa, et al. 2002).

Status gizi merupakan suatu keadaan atau konsekuensi yang

diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan (intake( zat

gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement( oleh tubuh untuk berbagai

fungsi biologis seperti pertumbuhan, perkembangan, aktivitas, dan

pemeliharaan kesehatan (Waryana, 2010).

Pengungkapan status gizi akan lebih baik dan mempunyai fungsi

yang efektif dalam pemeriksaan medis jika dapat mengungkapkan status

gizi pada saat ini atau present time. BB/TB merupakan indikator

pengukuran antropometric yang paling baik karena dapat menggambarkan

Page 35: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

keadaan status gizi pada individu tersebut lebih sensitif dan spesifik. Berat

badan akan diikuti oleh pertambahan tinggi badan, dan hingga seiring

pertumbuhan yang normal, berat dan tinggi akan menjadi proporsional

(Sukirman, 2000).

Status gizi adalah suatu keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi

makanan dan penggunaan zat gizi yang diukur mengunakan alat ukur dan

satuan tertentu. Hasil dari pengukuran keadaan tersebut digolongkan

kedalam beberapa kelas atau kategori. Kategori itu yang nanti dapat kita

jadikan acuan apakah status gizi seseorang tersebut baik, kurang atau

bahkan berlebih (Almatsier, 2001).

2.1.2. Pengukuran Status Gizi

a. Pengukuran Klinis,

Metode ini penting untuk mengetahui status gizi balita tersebut

gizi buruk atau tidak. Metode ini pada dasarnya didasari oleh

perubahan-perubahan yang terjadi dan dihubungkan dengan kekurangan

zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, rambut,

atau mata. Misalnya pada balita marasmus kulit akan menjadi keriput

sedangkan pada balita kwashiorkor kulit terbentuk bercak putih atau

merah muda / crazy pavement dermatosis (Kepmenkes RI No.

920/Menkes/SK/VII/2012).

b. Pengukuran Antropometrik,

Pada metode ini dilakukan beberapa macam pengukuran antara

lain pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar lengan atas.

Beberapa pengukuran tersebut, berat badan, tinggi badan, lingkar

Page 36: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

lengan atas sesuai dengan usia yang paling sering dilakukan dalam

survey gizi. Di dalam ilmu gizi, status gizi tidak hanya diketahui dengan

mengukur BB atau TB sesuai dengan umur secara individu, tetapi juga

dalam bentuk indikator yang dapat merupakan kombinasi dari

ketiganya (Kepmenkes RI No. 920/Menkes/SK/VII/2012).

Standar baku yang dianjurkan untuk menilai status gizi anak di

bawah lima tahun di Indonesia adalah baku World Health

Organization-National Centre for Health Statistic (WHO-NCHS).

Indeks antropometri yang sering digunakan untuk mendeteksi gizi

buruk adalah berat badan menurut umur (BB/U) dan berat badan

menurut tinggi badan (BB/TB) dengan memakai satuan standar deviasi

unit (SD) menggunakan rumus Z-Skor, kemuadian hasilnya

dibandingkan dengan Klasifikasi Status Gizi Anak (tabel 2.1).

(Kepmenkes RI No. 920/Menkes/SK/VII/2012):

Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Anak (Balita)Indeks Status Gizi Ambang Batas

Berat badan Gizi lebih >+ 2 SDMenurut umur(BB/U)

Gizi baik - 2 SD Sampai + 2 SD

Gizi kurang < -2 SD Sampai  -3 SD

Gizi buruk < -3 SDTinggi badan menurut umur  (TB/U)

Normal

Pendek (Stunted)

 -2 SD

< -2 SDBerat badan menurut tinggi  badan (BB/TB)

Normal Normal + 2 SD Sampai - 2 SD

Tidak Normal

Gemuk > + 2 SDKurus (Wasted) < -2 SD Sangat Kurus < -3 SD

Sumber (Kepmenkes RI No. 920/Menkes/SK/VII/2012)

Page 37: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

Adapun cara perhitungan status gizi berdasarkan Z-Skor sebagai

berikut:

   Z-Skor  =  Nilai individu subyek   -   Nilai median Baku Rujukan                                        Nilai Simpang Baku Rujukan

Untuk menghitung status gizi tersebut diperlukan tabel baku

rujukan WHO-NCHS sebagai berikut :

Tabel 2.2. Baku World Health Organization-National Centre for Health Statistic (WHO-NCHS).

Z-Scores (Berat Badan Dalam Kg)

Tinggi badan (cm) -3 SD -2 SD -1 SD MEDIAN 1 SD 2 SD 3 SD

1 2 3 4 5 6 7 8

65.0 5.9 6.3 6.9 7.4 8.1 8.8 9.6

65.5 6.0 6.4 7.0 7.6 8.2 8.9 9.8

66.0 6.1 6.5 7.1 7.7 8.3 9.1 9.9

66.5 6.1 6.6 7.2 7.8 8.5 9.2 10.1

67.0 6.2 6.7 7.3 7.9 8.6 9.4 10.2

67.5 6.3 6.8 7.4 8.0 8.7 9.5 10.4

68.0 6.4 6.9 7.5 8.1 8.8 9.6 10.5

68.5 6.5 7.0 7.6 8.2 9.0 9.8 10.7

69.0 6.6 7.1 7.7 8.4 9.1 9.9 10.8

69.5 6.7 7.2 7.8 8.5 9.2 10.0 11.0

70.0 6.8 7.3 7.9 8.6 9.3 10.2 11.1

70.5 6.9 7.4 8.0 8.7 9.5 10.3 11.3

71.0 6.9 7.5 8.1 8.8 9.6 10.4 11.4

71.5 7.0 7.6 8.2 8.9 9.7 10.6 11.6

72.0 7.1 7.7 8.3 9.0 9.8 10.7 11.7

72.5 7.2 7.8 8.4 9.1 9.9 10.8 11.8

73.0 7.3 7.9 8.5 9.2 10.0 11.0 12.0

73.5 7.4 7.9 8.6 9.3 10.2 11.1 12.1

74.0 7.4 8.0 8.7 9.4 10.3 11.2 12.2

74.5 7.5 8.1 8.8 9.5 10.4 11.3 12.4

75.0 7.6 8.2 8.9 9.6 10.5 11.4 12.5

75.5 7.7 8.3 9.0 9.7 10.6 11.6 12.6

76.0 7.7 8.4 9.1 9.8 10.7 11.7 12.8

76.5 7.8 8.5 9.2 9.9 10.8 11.8 12.9

7.0 7.9 8.5 9.2 10.0 10.9 11.9 13.0

77.5 8.0 8.6 9.3 10.1 11.0 12.0 13.1

78.0 8.0 8.7 9.4 10.2 11.1 12.1 13.3

78.5 8.1 8.8 9.5 10.3 11.2 12.2 13.4

79.0 8.2 8.8 9.6 10.4 11.3 12.3 13.5

79.5 8.3 8.9 9.7 10.5 11.4 12.4 13.6

Page 38: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

1 2 3 4 5 6 7 8

80.0 8.3 9.0 9.7 10.6 11.5 12.6 13.7

80.5 8.4 9.1 9.8 10.7 11.6 12.7 13.8

81.0 8.5 9.2 9.9 10.8 11.7 12.8 14.0

81.5 8.6 9.3 10.0 10.9 11.8 12.9 14.1

82.0 8.7 9.3 10.1 11.0 11.9 13.0 14.2

82.5 8.7 9.4 10.2 11.1 12.1 13.1 14.4

83.0 8.8 9.5 10.3 11.2 12.2 13.3 14.5

83.5 8.9 9.6 10.4 11.3 12.3 13.4 14.6

84.0 9.0 9.7 10.5 11.4 12.4 13.5 14.8

84.5 9.1 9.9 10.7 11.5 12.5 13.7 14.9

85.0 9.2 10.0 10.8 11.7 12.7 13.8 15.1

85.5 9.3 10.1 10.9 11.8 12.8 13.9 15.2

86.0 9.4 10.2 11.0 11.9 12.9 14.1 15.4

86.5 9.5 10.3 11.1 12.0 13.1 14.2 15.5

87.0 9.6 10.4 11.2 12.2 13.2 14.4 15.7

87.5 9.7 10.5 11.3 12.3 13.3 14.5 15.8

88.0 9.8 10.6 11.5 12.4 13.5 14.7 16.0

88.5 9.9 10.7 11.6 12.5 13.6 14.8 16.1

9.5 10.1 10.9 11.8 12.8 13.9 15.1 16.4

90.0 10.2 11.0 11.9 12.9 14.0 15.2 16.6

90.5 10.3 11.1 12.0 13.0 14.1 15.3 16.7

91.0 10.4 11.2 12.1 13.1 14.2 15.5 16.9

91.5 10.5 11.3 12.2 13.2 14.4 15.6 17.0

92.0 10.6 11.4 12.3 13.4 14.5 15.8 17.2

92.5 10.7 11.5 12.4 13.5 14.6 15.9 17.3

93.0 10.8 11.6 12.6 13.6 14.7 16.0 17.5

93.5 10.9 11.7 12.7 13.7 14.9 16.2 17.6

94.0 11.0 11.8 12.8 13.8 15.0 16.3 17.8

94.5 11.1 11.9 12.9 13.9 15.1 16.5 17.9

95.0 11.1 12.0 13.0 14.1 15.3 16.6 18.1

95.5 11.2 12.1 13.1 14.2 15.4 16.7 18.3

96.0 11.3 12.2 13.2 14.3 15.5 16.9 18.4

96.5 11.4 12.3 13.3 14.4 15.7 17.0 18.6

97.0 11.5 12.4 13.4 14.6 15.8 17.2 18.8

97.5 11.6 12.5 13.6 14.7 15.9 17.4 18.9

98.0 11.7 12.6 13.7 14.8 16.1 17.5 19.1

98.5 11.8 12.8 13.8 14.9 16.2 17.7 19.3

99.0 11.9 12.9 13.9 15.1 16.4 17.9 19.5

99.5 12.0 13.0 14.0 15.2 16.5 18.0 19.7

100.0 12.1 13.1 14.2 15.4 16.7 18.2 19.9

100.5 12.2 13.2 14.3 15.5 16.9 18.4 20.1

101.0 12.3 13.3 14.4 15.6 17.0 18.5 20.3

101.5 12.4 13.4 14.5 15.8 17.2 18.7 20.5

102.0 12.5 13.6 14.7 15.9 17.3 18.9 20.7

102.5 12.6 13.7 14.8 16.1 17.5 19.1 20.9

103.0 12.8 13.8 14.9 16.2 17.7 19.3 21.1

103.5 12.9 13.9 15.1 16.4 17.8 19.5 21.3

Page 39: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

1 2 3 4 5 6 7 8

104.0 13.0 14.0 15.2 16.5 18.0 19.7 21.6

104.5 13.1 14.2 15.4 16.7 18.2 19.9 21.8

105.0 13.2 14.3 15.5 16.8 18.4 20.1 22.0

105.5 13.3 14.4 15.6 17.0 18.5 20.3 22.2

106.0 13.4 14.5 15.8 17.2 18.7 20.5 22.5

106.5 13.5 14.7 15.9 17.3 18.9 20.7 22.7

107.0 13.7 14.8 16.1 17.5 19.1 20.9 22.9

107.5 13.8 14.9 16.2 17.7 19.3 21.1 23.2

108.0 13.9 15.1 16.4 17.8 19.5 21.3 23.4

108.5 14.0 15.2 16.5 18.0 19.7 21.5 23.7

109.0 14.1 15.3 16.7 18.2 19.8 21.8 23.9

109.5 14.3 15.5 16.8 18.3 20.0 22.0 24.2

110.0 14.4 15.6 17.0 18.5 20.2 22.2 24.4

110.5 14.5 15.8 17.1 18.7 20.4 22.4 24.7

111.0 14.6 15.9 17.3 18.9 20.7 22.7 25.0

111.5 14.8 16.0 17.5 19.1 20.9 22.9 25.2

112.0 14.9 16.2 17.6 19.2 21.1 23.1 25.5

112.5 15.0 16.3 17.8 19.4 21.3 23.4 25.8

113.0 15.2 16.5 18.0 19.6 21.5 23.6 26.0

113.5 15.3 16.6 18.1 19.8 21.7 23.9 26.3

114.0 15.4 16.8 18.3 20.0 21.9 24.1 26.6

114.5 15.6 16.9 18.5 20.2 22.1 24.4 26.9

115.0 15.7 17.1 18.6 20.4 22.4 24.6 27.2

115.5 15.8 17.2 18.8 20.6 22.6 24.9 27.5

116.0 16.0 17.4 19.0 20.8 22.8 25.1 27.8

116.5 16.1 17.5 19.2 21.0 23.0 25.4 28.0

117.0 16.2 17.7 19.3 21.2 23.3 25.6 28.3

117.5 16.4 17.9 19.5 21.4 23.5 25.9 28.6

118.0 16.5 18.0 19.7 21.6 23.7 26.1 28.9

118.5 16.7 18.2 19.9 21.8 23.9 26.4 29.2

119.0 16.8 18.3 20.0 22.0 24.1 26.6 29.5

119.5 16.9 18.5 20.2 22.2 24.4 26.9 29.8

120.0 17.1 18.6 20.4 22.4 24.6 27.2 30.1

Sumber (Kepmenkes RI No. 920/Menkes/SK/VII/2012)

Keterangan : - SD = standar deviasi unit

2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Gizi Buruk

Faktor yang mempengaruhi risiko kejadian gizi buruk antara lain :

a. Penyakit Penyerta

Balita yang berada dalam status gizi buruk, umumnya

Page 40: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

sangat rentan terhadap penyakit. Seperti lingkaran setan, penyakit-

penyakit tersebut justru menambah rendahnya status gizi anak.

Beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi status gizi anak

diantaranya (Rodrigues, et al. 2011):

1) ISPA

2) Diare.

3) Tuberkulosis

4) Malaria

5) HIV AIDS

b. Asupan Makanan

Asupan makanan yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor,

antara lain tidak tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup

atau salah mendapat makanan bergizi seimbang, dan pola makan yang

salah. Kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan balita adalah air, energi,

protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Setiap gram protein

menghasilkan 4 kalori, lemak 9 kalori, dan karbohidrat 4 kalori.

Distribusi kalori dalam makanan balita dalam keseimbangan diet adalah

15% dari protein, 35% dari lemak, dan 50% dari karbohidrat.Kelebihan

kalori yang menetap setiap hari sekitar 500 kalori menyebabkan

kenaikan BB 500 gram dalam seminggu (Rodrigues, et al. 2011).

Setiap golongan umur terdapat perbedaan asupan makanan

misalnya pada golongan umur 1-2 tahun masih diperlukan pemberian

nasi tim walaupun tidak perlu disaring. Hal ini dikarenakan

pertumbuhan gigi susu telah lengkap apabila sudah berumur 2-2,5

Page 41: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

tahun.Lalu pada umur 3-5 tahun balita sudah dapat memilih makanan

sendiri sehingga asupan makanan harus diatur dengan sebaik mungkin.

Memilih makanan yang tepat untuk balita harus menentukan jumlah

kebutuhan dari setiap nutrien, menentukan jenis bahan makanan yang

dipilih, dan menentukan jenis makanan yang akan diolah sesuai dengan

hidangan yang dikehendaki (Sukirman, 2000).

Sebagian besar balita dengaan gizi buruk memiliki pola makan

yang kurang beragam. Pola makanan yang kurang beragam memiliki

arti bahwa balita tersebut mengkonsumsi hidangan dengan komposisi

yang tidak memenuhi gizi seimbang. Berdasarkan dari keseragaman

susunan hidangan pangan, pola makanan yang meliputi gizi seimbang

adalah jika mengandung unsur zat tenaga yaitu makanan pokok, zat

pembangun dan pemelihara jaringan yaitu lauk pauk dan zat pengatur

yaitu sayur dan buah (Rodrigues, et al. 2011).

c. Status Sosial Ekonomi

Sosial adalah segala sesuatu yang mengenai masyarakat

sedangkan ekonomi adalah segala usaha manusia untuk memenuhi

kebutuhan untuk mencapai kemakmuran hidup. Sosial ekonomi

merupakan suatu konsep dan untuk mengukur status sosial ekonomi

keluarga dilihat dari variabel tingkat pekerjaan. Rendahnya ekonomi

keluarga, akan berdampak dengan rendahnya daya beli pada keluarga

tersebut. Selain itu rendahnya kualitas dan kuantitas konsumsi pangan,

merupakan penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak balita.

Keadaan sosial ekonomi yang rendah berkaitan dengan masalah

Page 42: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

kesehatan yang dihadapi karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan

untuk mengatasi berbagai masalah tersebut. Balita dengan gizi buruk

pada umumnya hidup dengan makanan yang kurang bergizi (Rodrigues,

et al. 2011).

d. Pendidikan Orang Tua

Kurangnya pendidikan dan pengertian yang salah tentang

kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap

negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang

bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi. Salah

satu faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan adalah

pendidikan yang rendah. Adanya pendidikan yang rendah tersebut

menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang

diperlukan dalam kehidupan. Rendahnya pendidikan dapat

mempengaruhi ketersediaan pangan dalam keluarga, yang selanjutnya

mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi pangan yang

merupakan penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak balita

(Rodrigues, et al. 2011).

e. Pengetahuan Ibu

Ibu berperan penting dalam penentuan konsumsi makanan

dalam keluaga khususnya pada anak balita. Pengetahuan ibu

berpengaruh terhadap pola konsumsi makanan keluarga. Kurangnya

pengetahuan ibu tentang gizi menyebabkan keanekaragaman makanan

yang berkurang. Keluarga akan lebih banyak membeli barang karena

pengaruh kebiasaan, iklan, dan lingkungan. Gangguan gizi juga

Page 43: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

disebabkan karena kurangnya kemampuan ibu menerapkan informasi

tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari (Rodrigues, et al. 2011).

f. Berat Badan Lahir Rendah

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir

kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi sedangkan berat

lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir.

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Bayi

yang lahir pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu ini pada

umumnya disebabkan oleh tidak mempunyai uterus yang dapat

menahan janin, gangguan selama kehamilan, dan lepasnya plasenta

yang lebih cepat dari waktunya. Bayi prematur mempunyai organ dan

alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan hidup di luar

rahim sehingga semakin muda umur kehamilan, fungsi organ menjadi

semakin kurang berfungsi dan prognosanya juga semakin kurang baik.

Kelompok BBLR sering mendapatkan komplikasi akibat kurang

matangnya organ karena prematur (Rodrigues, et al. 2011).

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) juga dapat disebabkan oleh

bayi lahir kecil untuk masa kehamilan yaitu bayi yang mengalami

hambatan pertumbuhan saat berada di dalam kandungan. Hal ini

disebabkan oleh keadaan ibu atau gizi ibu yang kurang baik. Kondisi

bayi lahir kecil ini sangat tergantung pada usia kehamilan saat

dilahirkan. Peningkatan mortalitas, morbiditas, dan disabilitas

neonatus, bayi, dan anak merupakan faktor utama yang disebabkan oleh

BBLR (Werdiono, D. 2012).

Page 44: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

g. Kelengkapan Imunisasi

Imunisasi berasal dari kata imun yaitu resisten atau kebal.

Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya dapat memberi kekebalan

terhadap penyakit tersebut sehingga bila balita kelak terpajan antigen

yang sama, balita tersebut tidak akan sakit dan untuk menghindari

penyakit lain diperlukan imunisasi yang lain. Infeksi pada balita penting

untuk dicegah dengan imunisasi. Imunisasi merupakan suatu cara untuk

meningkatkan kekebalan terhadap suatu antigen yang dapat dibagi

menjadi imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Imunisasi aktif adalah

pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau

dimatikan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri

sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi

sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat (Rodrigues, et al. 2011.

Apabila balita tidak melakukan imunisasi, maka kekebalan

tubuh balita akan berkurang dan akan rentan terkena penyakit. Hal ini

mempunyai dampak yang tidak langsung dengan kejadian gizi.

Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali tetapi dilakukan secara

bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit untuk

mempertahankan agar kekebalan dapat tetap melindungi terhadap

paparan bibit penyakit (Rodrigues, et al. 2011).

h. ASI

Selain ASI mengandung gizi yang cukup lengkap, ASI juga

Page 45: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

mengandung antibodi atau zat kekebalan yang akan melindungi balita

terhadap infeksi. Hal ini yang menyebabkan balita yang diberi ASI,

tidak rentan terhadap penyakit dan dapat berperan langsung terhadap

status gizi balita. Selain itu, ASI disesuaikan dengan sistem pencernaan

bayi sehingga zat gizi cepat terserap. Berbeda dengan susu formula atau

makanan tambahan yang diberikan secara dini pada bayi. Susu formula

sangat susah diserap usus bayi. Pada akhirnya, bayi sulit buang air

besar. Apabila pembuatan susu formula tidak steril, bayi akan rawan

diare (Rodrigues, et al. 2011).

2.1.4. Klasifikasi Gizi Buruk

Gizi buruk berdasarkan gejala klinisnya dapat dibagi menjadi 3 :

a. Marasmus

Marasmus merupakan salah satu bentuk gizi buruk yang paling

sering ditemukan pada balita. Hal ini merupakan hasil akhir dari tingkat

keparahan gizi buruk. Gejala marasmus antara lain anak tampak kurus,

rambut tipis dan jarang,kulit keriput yang disebabkan karena lemak di

bawah kulit berkurang, muka seperti orang tua (berkerut), balita

cengeng dan rewel meskipun setelah makan, bokong baggy pant, dan

iga gambang (Rodrigues, et al. 2011).

b. Kwashiorkor

Kwashiorkor adalah suatu bentuk malnutrisi protein yang berat

disebabkan oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi dan

asupan protein yang inadekuat. Hal ini seperti marasmus, kwashiorkor

juga merupakan hasil akhir dari tingkat keparahan gizi buruk. Tanda

Page 46: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

khas kwashiorkor antara lain pertumbuhan terganggu, perubahan

mental, pada sebagian besar penderita ditemukan oedema baik ringan

maupun berat, gejala gastrointestinal, rambut kepala mudah dicabut,

kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit

yang lebih mendalam dan lebar,sering ditemukan hiperpigmentasi dan

persikan kulit, pembesaran hati, anemia ringan, pada biopsi hati

ditemukan perlemakan (Rodrigues, et al. 2011).

c. Marasmiks-Kwashiorkor

Marasmiks-kwashiorkor gejala klinisnya merupakan campuran

dari beberapa gejala klinis antara kwashiorkor dan marasmus dengan

Berat Badan (BB) menurut umur (U) < 60% baku median WHO-NCHS

yang disertai oedema yang tidak mencolok (Rodrigues, et al. 2011).

2.2. Konsep Dasar Infeksi Saluran Pernafasan Akut

2.2.1 Definisi Infeksi Saluran Pernafasan Akut

ISPA singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut yaitu suatu

penyakit yang terutama mengenai struktur saluran pernafasan di atas

laring, tetapi dapat juga sering ditemukan mengenai bagian saluran bawah

secara simultan atau berurutan (Nelson, 2008).

Definisi lain tentang infeksi saluran pernafasan akut adalah

penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari

saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli termasuk

adneksa-nya, seperti sinus, rongga telinga dan pleura (Heriana, 2005).

Page 47: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

ISPA adalah penyakit infeksi saluran pernafasan akut bagian atas

maupun bawah yang disebabkan oleh masuknya kuman mikroorganisme

(bakteri dan virus) ke dalam organ saluran pernafasan yang berlangsung

selama 14 hari (Anonimus, 2003).

2.2.2 Etiologi Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Infeksi saluran pernafasan akut ini biasanya disebabkan tidak jauh

dari infeksi viral maupun bakterial. Faringitis biasanya 70% lebih banyak

disebabkan oleh virus. Adapun faringitis akut dengan tanda – tanda

adanya lapisan pada tenggorokan, sering disebabkan oleh

Corynebacterium Diphteria (Nelson, 2008).

Penyebab ISPA terdiri atas 300 jenis bakteri dan Virus. Bakteri

penyebab ISPA antara lain genus Streptokokus, Stafilokokus,

Pnemuokokkus, Hemofilus, Berdetella dan Korinebakterium. Virus

penyebab ISPA antara lain golongan mikosovirus, adenovirus, korona

virus, pikonavirus, mikoplasma, harpesvirus (Anonimus, 2003).

Pada pengidap Pneumonia, dapat ditemukan baik Bakteri atau

Virus pada saat pemeriksaan. Pneumonia Bacterial biasanya disebabkan

oleh H.Influenzae, Stafilococcus Aureus dan golongan Streptococci. Untuk

Pneumonia Viral, biasanya disebabkan oleh Measles Virus, Parainfluenza

Virus, Influenza Virus Type A dan Adenovirus (Nelson, 2008).

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Penyebab ISPA dapat di pengaruhi oleh adalah faktor internal dan

eksternal. Faktor internal terdiri dari umur <2 bulan, BBLR, laki-laki,

status gizi yang buruk, defisiensi vitamin A, membedong anak

Page 48: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

(menyelimuti berlebihan), pemberian makanan tambahan terlalu dini,

sedangkan faktor eksternalnya yaitu ASI eksklusif, imunisasi, polusi udara

(kebiasaan merokok anggota keluarga di lingkungan balita tinggal),

membedong anak (menyelimuti berlebihan), pemberian makanan

tambahan terlalu dini, kepadatan tempat tinggal, ventilasi kurang memadai

dan sosial ekonomi (Depkes RI, 2005).

Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya ISPA adalah balita

dengan status gizi yang buruk juga akan lebih mudah terserang ISPA

dibandingkan dengan balita dengan gizi yang normal, karena faktor daya

tahan tubuh yang kurang. Penyakit infeksi sendiri akan menyebabkan

balita tidak mempunyai nafsu makan dan mengakibatkan kekurangan gizi,

sehingga pada keadaan gizi kurang, balita lebih mudah terserang ISPA

berat bahkan serangannya lebih lama (Heriana, 2005).

2.2.3 Tanda dan Gejala Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Tanda dan gejala ISPA sangat bervariasi antara lain, demam,

pusing, malaise, lemas, anoreksia, vortinus, mialgia, photophobia, iritatle,

gelisah,keluar sekret, dipsnea, hipoksia, dan dapat berlanjur pada gagal

nafas apabila tidak mendapatkan pertolongan dan dapat mengakibatkan

kematian ( Nelson, 2008).

Klasifikasi ISPA berdasarkan tanda gejala:

a. ISPA ringan (bukan pneumonia) yaitu jika tidak ada nafas cepat, tidak

ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah.

b. ISPA sedang (pneumonia) yaitu jika dalam pemeriksaan fisik

ditemukan nafas cepat dengan frekuensi 50 x / menit atau lebih (usia 2

Page 49: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

– 12 bulan), dan frekuensi nafas 40 x / menit atau lebih (usia 1 – 5

tahun(.

c. ISPA berat (pneumonia berat) yaitu jika ditemukan sesak nafas dalam

pemeriksaan fisik dan saat inspirasi adanya tarikan dinding dada

bagian bawah (Nelson, 2007).

2.2.4 Penanganan Infeksi Saluran Pernafasan Akut

a. Penatalaksanaan penderita ISPA ringan (bukan pneumonia) Menurut

(Depkes RI, 2008) antara lain:

Hanya dengan tindakan penunjang antara lain :

1) Pemberian Paracetamol pada demam yang lebih dari 38oC

diberikan selama 2 hari

2) Mempertahankan suhu lingkungan dan pakaian yang sesuai

3) Mengatasi batuk dianjurkan pemakaian obat-obatan tradisional

setempat yang aman dan murah seperti jeruk nipis ½ sendok teh

dicampur dengan kecap manis atau madu ½ sendok teh diberi 3

kali sehari.

4) Pilek diatasi dengan membersihkan hidung dengan menggunakan

tisue atau kain penyerap yang bersih.

5) Mempertahankan konsumsi makanan atau minuman yang bergizi.

Indikasi Rujukan Antara Lain:

1) Bila panas tidak turun setelah 2 hari diberi tindakan penunjang.

2) Tampak 1 atau lebih tanda ISPA sedang atau berat.

3) Tampak adanya selaput difteri, walaupun tanpa disertai tanda ISPA

sedang atau berat.

Page 50: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

4) Anak dengan status gizi buruk.

b. Penatalaksanaan Penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut Sedang

(Pneumonia) Menurut (Depkes RI, 2008).

Pemberian anti mikroba, antara lain :

1( Prokain,

2( Kontrimoksaso,

3( Ampicilin,

4( Amoxilin.

Tindakan penunjang, antara lain:

1) Untuk demam dan rasa sakit diberi paracetamol

2) Kompres air dingin atau es tidak dianjurkan karena akan

mengakibatkan konsumsi oksigen dan risiko kegagalan pernapasan

pada penderita radang paru mendadak

3) Untuk pilek dan hidung tersumbat dibersihkan dengan gulungan kain

4) Obat-obatan penekan batuk, pencair lendir dan antihistamin tidak

dianjurkan karena tidak efektif pada peradangan (infeksi( dan mahal

5) Uap dapat digunakan untuk melembabkan udara dan melapangkan

jalan napas bagian atas terutama pada kasus demam wheezing.

6) Pemberian makanan atau minuman yang cukup.

Indikasi rujukan, antara lain:

1) Jika timbul satu atau lebih tanda ISPA berat terutama penarikan dada

ke dalam

2( Adanya selaput difteri

3) Kejang

Page 51: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

4) Pernapasan yang kadang-kadang berhenti

5) Dehidrasi berat

6) Tidak mampu minum atau makan

c. Penatalaksanaan Penderita ISPA Berat (Pneumonia Berat) Menurut

(Depkes RI, 2008).

Pengobatan anti mikroba, yaitu mikroba lini kedua antara lain:

1( Benzilpenicilin (Injeksi(,

2( Kloramfenikol (Injeksi /Oral(,

3( Gentamicin (Injeksi(,

4( Kloksacilin (Injeksi(

Tindakan penunjang berat antara lain::

1) Oksigen diberikan pada penderita sianosis dan adanya pernapasan

yang cepat pada kasus berat

2) Pemberian cairan infus, diberikan jika timbul tanda dehidrasi

3) Lendir atau cairan yang menyumbat hidung atau jalan napas bagian

atas dihisap dengan mesin penghisap lendir.

2.2.5 Pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Cara pencegahan ISPA menurut Depkes RI (2010) yaitu:

a. Jauhkan anak dari penderita batuk,

b. Pemberian imunisasi dasar lengakap, 

c. Menghindari merokok di dekat anak,

d. Memberikan makanan bergizi setiap hari

e. Pemberian ASI ekslusif

f. Menjaga kebersihan lingkungan dan sirkulasi udara di sekitar rumah.

Page 52: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

2.3. Konsep Dasar Balita

2.3.1. Defenisi Balita

Menurut WHO tahun 2009 kelompok usia Balita adalah anak

dengan usia di bawah lima tahun dengan karakteristik pertumbuhan yakni

pertumbuhan cepat pada usia nol sampai satu tahun. Dimana umur lima

bulan berat badan naik dua kali berat badan lahir, dan tiga kali berat badan

lahir pada umur satu tahun dan menjadi empat kali pada umur dua tahun.

Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra-sekolah, yang mana kenaikan

berat badan kurang lebih dua kg per tahun, kemudian pertumbuhan

konstan mulai berakhir (Sutomo, 2010).

Balita merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata bawah

lima tahun. Istilah ini cukup populer dalam program kesehatan. Balita

merupakan kelompok usia tersendiri yang menjadi sasaran program KIA

(Kesehatan Ibu dan Anak) di lingkup Dinas Kesehatan. Balita merupakan

masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian

fungsinya. Periode tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada

masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan

perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial,

emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan

perkembangan berikutnya (Muaris, 2006).

Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai balita,

merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak

awal. Rentang usia balita dimulai dari satu sampai dengan lima tahun, atau

Page 53: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

bisa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 12-60 bulan. Periode usia ini

disebut juga sebagai usia pra-sekolah sebagai berikut :

a. Perkembangan Fisik

Di awal balita, pertambahan berat badan Balita merupakan

singkatan bawah lima tahun, satu periode usia manusia dengan rentang

usia dua hingga lima tahun, ada juga yang menyebut dengan periode

usia pra-sekolah. Pada fase ini anak berkembang dengan sangat pesat.

Pada periode ini, balita memiliki ciri khas perkembangan menurun

disebabkan banyaknya energi untuk bergerak. (Choirunisa, 2009 ).

b. Perkembangan Psikologis

Dari sisi psikomotor, balita mulai terampil dalam pergerakanya

(lokomotion(, seperti berlari, memanjat, melompat, berguling, berjinjit,

menggenggam, melempar yang berguna untuk mengelola

keseimbangan tubuh dan mempertahankan rentang atensi.

Pada akhir periode balita kemampuan motorik halus anak juga

mulai terlatih seperti meronce, menulis, menggambar, menggunakan

gerakan pincer yaitu memegang benda dengan hanya menggunakan jari

telunjuk dan ibu jari seperti memegang alat tulis atau mencubit serta

memegang sendok dan menyuapkan makanan kemulutnya, mengikat

tali sepatu. Dari sisi kognitif, pemahaman tehadap obyek telah lebih

dipahami. Kemampuan bahasa balita tumbuh dengan pesat. Pada

periode awal balita yaitu usia dua tahun kosa kata rata-rata balita adalah

50 kata, pada usia lima tahun telah menjadi diatas 1000 kosa kata. Pada

usia tiga tahun balita mulai berbicara dengan kalimat sederhana berisi

Page 54: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

tiga kata dan mulai mempelajari tata bahasa dari bahasa ibunya

(Choirunisa, 2009 ).

2.3.2. Komunikasi Pada Balita

Karakteristik anak usia balita (terutama anak usia dibawah tiga

tahun atau todler) sangat egosentris. Selain itu, anak juga mempunyai

perasaan takut pada ketidaktahuannya sehingga anak perlu diberi tahu

tentang apa yang akan terjadi pada dirinya (Saputri 2013)

Aspek bahasa, anak belum mampu berbicara secara fasih, oleh

karena itu, saat menjelaskan, gunakan kata yang sederhana, singkat, dan

gunakan istilah yang dikenalnya. Posisi tubuh yang baik saat berbicara

pada anak adalah jongkok, duduk di kursi kecil, atau berlutut sehingga

pandangan mata kita akan sejajar dengannya (Saputri 2013).

Satu hal yang akan mendorong anak untuk meningkatkan

kemampuan dalam berkomunikasi adalah dengan memberikan pujian atas

apa yang telah dicapainya atau ditunjukkannya terhadap orang tuanya

(Saputri 2013).

2.4. Hubungan Status Gizi Terhadap Terjadinya Infeksi Saluran

Pernapasan Akut Pada Balita.

Kekurangan gizi dapat terjadi dari tingkat ringan sampai dengan

tingkat berat dan terjadi secara perlahan-lahan dalam waktu yang cukup

lama. Balita yang kurang gizi mempunyai risiko meninggal lebih tinggi

dibandingkan balita yang mempunyai status gizi yang baik (Andarini,

2005).

Page 55: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

Masa balita menjadi lebih penting lagi karena merupakan masa

yang kritis dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang

berkualitas. Setiap tahun kurang lebih 11 juta balita diseluruh dunia

meningal karena penyakit-penyakit infeksi yang salah satunya adalah

infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) (waryana, 2010).

Zat gizi yang diperoleh dari asupan makanan memiliki efek kuat

untuk reaksi kekebalan tubuh dan resistensi terhadap infeksi. Menurut

Tupasi tahun 2000 menjekaskan bahwa pada kondisi kurang energi protein

(KEP), dapat menyebabkan ketahanan tubuh menurun dan virulensi

patogen lebih kuat sehingga menyebabkan keseimbangan yang terganggu

dan akan terjadi infeksi, sedangkan salah satu determinan utama dalam

mempertahankan keseimbangan tersebut adalah status gizi (Rodriguez, et

al. 2011).

Protein merupakan zat gizi yang sangat diperlukan bagi

pembentukan enzim yang berperan dalan metabolisme tubuh, termasuk

sitem imun. Antibodi globulin gamma yang biasanya disebut dengan

immunoglobulin merupakan 20 % dari seluruh energi plasma. Semua

immunoglobulin terdiri dari rantai polipeptida yang mengandung

bermacam-macam asam amino-asam amino yang spesifik. Salah satu

asam amino yang berperan dalam sistem imun adalah asam amino treonin

yang memiliki kemampuan untuk mencegah masuknya virus dan bakteri

terutama pada saluran nafas dan paru-paru. Pada penderita yang

mengalami kekurangan asam amino treonin akan mengalami kemunduran

sistem kekebalan tubuh (Rodriguez, et al. 2011).

Page 56: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

Kekurangan protein yang terjadi dapat menurunkan sistem imun

yang menyebabkan tubuh lebih mudah terpapar penyakit infeksi. Selain

itu, kekurangan protein umumnya dapat juga berpengaruh terhadap

metabolisme vitamin dan mineral yang berperan sebagai anti oksidan tidak

dapat berperan secara maksimal, akibatnya baik flora normal maupun

bakteri dari luar dapat dengan mudah berkembang dan virulensi-nya

meningkat, sehingga menyebabkan timbulnya gejala penyakit, termasuk

infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) (Andarini, 2005).

Page 57: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

BAB IIIKERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Page 58: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Teori

Bedasarkan Uraian teori dalam tinjauan pustaka, maka peneliti

membuat ringkasan dalam bentuk bagan di bawah ini:

Gambar 3.1. Kerangka teori hubungan antara status gizi dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pulau Sembilan Marabatuan Kabupaten Kotabaru tahun 2015.

1. ISPA2. Diare3. TBC4. Malaria5. HIV AIDS

Tubuh Rentan Infeksi Terhadap Bakteri &

Virus

Barier Pertahanan Tubuh Tidak

Optimal

Kelainan Status Gizi

Makro dan Mikro Nutrisi tubuh tidak

terpenuhi

Defesiensi Substansi

(Gizi Buruk)

Sistem Imunitas Menurun

1. Asupan Makanan2. Status Sosial

Ekonomi3. Pendidikan

Orang tua4. Pengetahuan Ibu5. BBLR6. Kelengkapan

Imunisasi7. ASI

Page 59: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

3.2. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian dia atas, peneliti ingin meneliti apakah ada

hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah

kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten

Kotabaru tahun 2015.

Indipenden

Variable

Dependen

Variable

Status Gizi Penyakit ISPA

Keterangan :

Diteliti

Tidak Diteliti

Gambar 3.2. Kerangka Konseptual hubungan antara status gizi dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita di wilayah kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015

3.3 Kerangka Penelitian

Faktor Yang Mempengaruhi1. Asupan makanan2. Status sosial ekonomi3. Pendidikan orang tua4. Pengetahan ibu5. BBLR6. Kelengkapan imunisasi7. ASI

Penyakit Penyerta Lain:1. Diare2. TBC3. Malaria:4. HIV / AIDS

Angka Kematian

Balita (AKBa)

Meningkat

Page 60: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

Kerangka penelitian ini berisi prosedur pelaksanaan penelitian

yang akan di laksanakan secara berurutan dalam bentuk sebagai berikut:

Gambar 3.3. Kerangka Penelitian hubungan antara status gizi dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita di wilayah kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015

3.4 Hipotesis Penelitian

Rancangan penelitian : Analitik dengan pendekatan case control

Populasi : Sebanyak 538 balita yang berada di wilayah kerja Puskesmas Marabatuan

Sampel : - Sampel Kasus 45 Responden- Sampel Kontrol 45 Responden

Variabel independen

Status gizi

Analisa data : Chi Square-Test

Hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA pada balita diwilayah kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau

Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015

Variabel dependen

Penyakit ISPA

Alat ukur

Lembar Observasi

Alat ukur

Rekam Medik

Hasil hubungan:

- Ada Hubungan

- Tidak Ada Hubungan

Page 61: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

Hipotesis penelitian adalah suatu kesimpulan atau jawaban

sementara dari suatu penelitian. Dapat juga diartikan sebagai jawaban

sementara penelitian, patokan duga, atau dalil sementara yang

kebenaranya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. Hipotesis dapat

membimbing (mengarahkan) dalam pengumpulan data (Notoatmodjo, s.

2010).

Dalam hipotesis ini diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1 : Diduga ada hubungan antara status gizi buruk dengan

kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita di

wilayah kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau

Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015.

H0 : Diduga tidak ada hubungan antara status gizi buruk dengan

kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita di

wilayah kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau

Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015.

Page 62: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

BAB IVMETODE PENELITIAN

Page 63: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Waktu dan Tempat Penelitian

4.1.1. Waktu Penelitian

Proses penelitian ini dilakukan mulai bulan April sampai dengan

bulan Juli tahun 2015.

4.1.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas

Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015.

Peneliti memilih melakukan penelitian di Puskesmas tersebut karena

tingginya kasus ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Marabatuan

Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru, kemudian cakupan

wilayah kerjanya cukup luas, dan Peneliti juga telah mempertimbangkan

waktu, tempat, serta tenaga yang dimiliki oleh peneliti.

4.2. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik komperatif, yaitu

peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara status gizi

dengan penyakit ISPA pada balita diwilayah kerja Puskesmas

Marabatauan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015.

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan lingkup

inferensial. Berdasarkan tempat penelitian termasuk penelitian lapangan.

Page 64: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatanm case control

(retrospektif study(.

4.3 Populasi, Sampel dan Teknik Penelitian

4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 538 balita yang

berada di wilayah kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau

Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015.

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah balita yang berkunjung di

Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru,

yang termasuk dalam karetria Inkusi sebagai berikut:

a. Kretria Inklusi

1) Balita yang datang berobat ke Puskesmas Marabatuan Kecamatan

Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru saat penelitian dan

terdiagnosa ISPA oleh dokter

2) Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Marabatuan

Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru.

3) Orang tua bersedia balitanya sebagai responden.

b. Kretria Inklusi Kontrol.

1) Balita (usia 0 -5 tahun) yang tidak sakit (sehat)

2) Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Marabatuan

Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru.

3) Orang tua bersedia balitanya sebagai responden.

c. Kriteria Eksklusi :

Page 65: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

1) Balita yang saat dilakukan penelitian tidak sedang berada di

wilayah kerja Puskemas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan

Kabupaten Kotabaru.

2) Balita yang sedang sakit.

3) Batita yang memiliki penyakit penyerta lain seperti diare, TBC,

Malaria dan HIV/AIDS

4.3.3. Besar Sampel

Agar penelitian ini menjadi lebih valid, tentu dibutuhkan jumlah

sampel yang cukup dan memenuhi nilai minimal sampel. Perhitungan

besar sampel penelitian case control dalam penelitian ini, penulis

menggunakan rumus menurut Isgiyanto (2009), yaitu :

n=¿¿

Keterangan :

n : besar sampel minimum

Z₁−α ¿₂ : nilai sebaran normal baku yang besarnya tergantung α

Z1−β : nilai sebaran normal baku yang besarnya tergantung β

P ₁ : prakiraan proporsi pada populasi 1

Q ₁=1−P ₁

P ₂ : prakiraan proporsi pada populasi 2

Q ₂=1−P ₂

P : P1+P ₂2

Besar sampelnya adalah,

Diketahui :

P ₁=0,85

P ₂=0,15

Q1=1−0,85=0,15

Q2=1−0,15=0,85

Page 66: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

Z ₁−α /₂= 1,96

Z ₁−β=0,842

P=¿ P ₁+P ₂

2=0,85+0,15

2 =

12=0,5

Q=1−P=1−0,5=0,5

n=¿¿

n=¿¿

n=¿¿

n=¿¿

n=[1,96 x 0,70+0,842 x 0,1272] ²

0,049

n=[1,372+0,1071 ]2

0,049

n=[1,4791 ]2

0,049

n=2,18770,049

=44,64=45

Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sampel kasus = 45 responden.

b. Sampel kontrol = 45 responden.

4.3.4. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini termasuk

dalam teknik non-probability sampling dengan menggunakan teknik yang

sudah ditentukan. Adapun cara yang di gunakan adalah sebagai berikut:

a. Untuk mencari sampel kasus (ISPA) menggunakan accidental

sampling, yaitu peneliti menunggu responden (balita) yang berobat ke

Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten

Kotabaru selama waktu penelitian yang sesuai kriteria Inklusi.

Page 67: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

b. Kemudian untuk mencari sampel kontrol menggunakan teknik Qouta

sampling, yaitu peneliti akan melakukan dengan metode boot

distribution (pos( atau door to door (rumah ke rumah) diwilayah kerja

Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten

Kotabaru sesuai kritria inklusi kontrol sampai quota sampel terpenuhi.

4.4. Variabel Penelitian

4.4.1. Variabel Bebas

Variabel Bebas atau variabel independen adalah variabel yang

memberikan pengaruh. Adapun variabel independen dalam penelitian ini

adalah Status Gizi.

4.4.2. Variabel Terikat

Variabel terikat atau variabel dependen merupakan variabel yang

ingin di-evaluasi atau diteliti akibat dari pengaruh yang disebabkan oleh

variabel bebas. Adapun yang dijadikan variabel dependen pada penelitian

ini adalah kejadian ISPA pada pada balita di wilayah kerja Puskesmas

Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015.

Page 68: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

4.5. Defenisi Operasional

Tabel 4.1 Defenisi Operasional hubungan antara status gizi dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita di wilayah kerja Puskesmas Marabatuan Kabupaten Kotabaru tahun 2015

No. Variabel Defenisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Hasil Ukur

1Variabel Bebas (Indipendent Variable(Status Gizi

Suatu keadaan atau konsekuensi yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan (intake( zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement( oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis seperti pertumbuhan, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan dll.

Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

dengan ambang batas memakai standar

deviasi unit (SD) memakai rumus Z-Skor,

kemuadian hasilnya dibandingkan dengan

Klasifikasi Status Gizi Anak ( KepMenkes

RI No. 920/Menkes/SK/VII/2012):

a. Normal = + 2 SD Sampai - 2 SDb. Tidak Normal:

1) Kurus = < -2 SD2) Gemuk = > + 2 SD3) Kurus sekali = < -3 SD

Lembar Observasi

Ordinal a. Normal = 2b. Tidak Normal = 1(KepMenkes RI No.

920/Menkes/SK/VII/2012)

2 Variabel Terikat (Dependent Variable(Kejadian ISPA

Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli termasuk adneksa-nya, seperti sinus, rongga telinga dan pleura

Balita (usia 0 -5 tahun) yang datang berobat ke Puskesmas saat penelitian dan ter-diagnosa ISPA oleh dokter,

Rekam Medik

Nominal a. Negative = 2b. Positif = 1

(Nelson , 2007)

42

Page 69: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

4.6. Instrumen Penelitian

4.6.1. Instrumen Status Gizi

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar

observasi dengan bantuan alat Timbangan anak (untuk mengukur berat

badan), dan Mikrotoise ( untuk mengukur Tinggi / panjang badan balita).

4.6.1. Instrumen Kejadian ISPA

Rekam Medik bedasarkan diagnosa dokter yang diambil dari data

status pasien.

4.7. Prosedur Pengumpulan Data

4.7.1. Jenis Data yang Dikumpulkan

a. Data primer

Dalam penelitian ini data primer diperoleh pada sampel kasus

maupun sampel kontrol yaitu dengan mengukur tinggi badan dan berat

balita yang menjadi responden.

b. Data sekunder

Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh diagnosa dokter

dalam status rekam medik balita yang berobat di Puskesmas

Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun

2015 selama waktu penelitian.

4.7.2. Cara pengumpulan data

Balita yang menjadi sampel kasus maupun sampel kontrol akan di

ukur status gizi-nya memakai standar deviasi unit (SD( berdasarkan berat

badan menurut tinggi badan (BB/TB), dengan menggunakan rumus Z-

Skor, kemudian nilai nya dibandingkan dengan klasifikasi status gizi balita

Page 70: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

sesuai (KepMenKes RI No. 920/Menkes/SK/VII/2012) tentang Rencana

Pengolahan Data, yang dapat dilihat pada tabel 2.1.

4.8. Rencana Pengolahan Data

4.8.1. Editing

Editing dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data

(TB/BB) responden di ukur, pada tahap ini peneliti akan memeriksa

kembali kebenaran data (TB/BB) tersebut. Kemudian data tersebut akan di

ukur menggunakan rumus Z-Skor, dan nilainya akan dibandingkan dengan

baku satandar rujukan WHO-NCHS

4.8.2. Coding

Pada tahap ini peneliti akan memberi kode numerik (angka)

terhadap data berdasarkan variabel bebas (Independen Variable( yaitu

Status Gizi, yang terdiri atas kategori Normal dan Tidak Normal (gemuk,

kurus, sangat kurus).

Maka pemberian kode adalah sebagai berikut :

a. Normal : 2

b. Tidak Normal : 1

4.8.3. Scoring

Pada tahap ini peneliti akan memberi kode numerik (angka)

terhadap data berdasarkan variabel terikat (Dependen Variable) yaitu

ISPA, maka pemberian skor adalah sebagai berikut:

a. Negative ISPA = 2

b. Positif ISPA = 1

Page 71: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

4.8.4. Processing

Setelah tahap editing dan scoring, peneliti akan memproses data

status gizi dan kejadian infeksi saluran pernafasan akut tersebut melalui

software Statistical Package for The Social Science (SPSS( for Windows.

4.9. Teknik Analisis Data

4.9.1 Analisa Univariat

Setelah semua data terkumpul, data tersebut diolah secara manual,

dan memasukan data ke dalam tabel. Kemudian penulis akan

menggunakan analisa univariat untuk menjelaskan karakteristik setiap

variable dalam bentuk narasi. Dengan membagi frekuensi kejadian (F)

dengan populasi (N) dan dikalikan 100% dengan rumus sebagai berikut :

F

P = x 100 %

N

Keterangan :

F : frekuensi kejadian

N : populasi penelitian

P : Persentase distribusi

Hasil pengolahan data dibuata dalam bentuk persentasi dan di

interpretasikan dalam skala sebagai berikut:

100 % : Seluruhnya

76 - 99% : Hampir Seluruhnya

51 – 75 % : Sebagian Besar

50 % : Setengahnya

Page 72: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

26 – 49% :Hampir Setengahnya

1 – 25 % :Sebagian Kecil

0 % : Tidak Satu Pun (Sugiyono, 2012).

4.9.2 Analisa Bivariat

Analisa Bivariat dilakukan untuk mencari hubungan antara status

gizi dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita di wilayah

kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten

Kotabaru tahun 2015.

Data di-analisis dengan menggunakan uji statistic Chi Square (x2)

untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel

dependen dengan α = 0,05.

Rumus Uji Chi-Square :

X 2=∑ ( Oi-Ei )2

E

Keterangan :

X2 : Nilai chi Square

Oi : Frekuensi yang diperoleh data (pengamatan)

Ei : Frekuensi yang diharapkan

E : Nilai expected (nilai harapan)

Melalui uji statistik Chi-Square akan diperoleh nilai p, dimana

dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan 0.05. Penelitian antara

dua variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p ≤ 0.05 yang

berarti Hipotesa diterima.

Page 73: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

Aturan pengambilan keputusan dari hasil analisis yang dilakukan

adalah:

a. Jika nilai p value ≤ a (0,05), maka Ho ditolak atau H1 diterima.

Artinya variabel tersebut memiliki pengaruh yang bermakna antara

status gizi dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita

di wilayah kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan

Kabupaten Kotabaru tahun 2015.

b. Jika p value > a (0,05), maka Ho diterima atau H1 ditolak.

Artinya variable tersebut tidak memiliki pengaruh yang bermakna

antara status gizi dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada

balita di wilayah kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau

Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015.

Page 74: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

BAB VHASIL PENELITIAN

Page 75: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini di lakukan untuk mengetahui “Hubungan antara

status gizi dan kejadian Infeksi Saluran Nafas Akut (ISPA) pada balita di wilayah

kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru

Tahun 2015”. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Marabatuan Kecamatan

Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru pada tanggal 1 Juni 2015 sampai dengan 1

Juli tahun 2015.

5.1 Data Penelitian

5.1.1 Keadaan dan Letak Geografis Puskesmas

Pulau Sembilan adalah sebuah Kecamatan di Kabupeten Kotabaru,

merupakan salah satu dari 21 Kecamatan di Kabupaten Kotabaru Provinsi

Kalimantan Selatan, Indonesia. Disebut Pulau Sembilan karena terdapat

Sembilan Pulau disana, antara lain Marabatuan, Danauan, Payung -

Payungan, Maradapan, Matasirih, Pamalikan, Labuan Barat, Kalambau,

Dan Pulau Sarang. Berdasarkan sumber yang di dapat dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Kotabaru, Kecamatan Pulau Sembilan merupakan

satu – satunya predikat daerah yang termasuk Sangat Terpencil Khusus se-

Kalimantan Selatan, dan merupakan daearah yang paling tidak diminati,

mengingat akses perjalan menuju kelokasi yang sangat jauh dan hanya

dapat dilewati menggunakan transportasi laut. Kecamatan Pulau Sembilan

merupakan perbatasan ujung selatan Kabupaten kotabaru, yang mana

Page 76: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

terdiri dari lima desa dan 15 rt yang terbagi di masing masing desa, adapun

desa tersebut adalah Desa Tengah (4 RT) dan Tanjung Nyiur (5 RT) yang

terletak di Pulau Marabatuan, Desa Maradapan (2 RT) Yang Terletak di

Pulau Maradapan, Desa Teluk Sungai (2 RT) yang tertak di Pulau

Matasirih, dan Desa Labuan Barat (2 RT) yang berada di Pulau Labuan

Barat.

Puskesmas Marabatuan merupakan Puskesmas Non perawatan yang

terletak di Kecamatan Pulau Sembilan dan mempunyai wilayah kerja yang

terdiri dari 5 desa dengan jumlah penduduk 6165 jiwa. Suku yang tinggal

di Wilayah Kerja Puskesmas Marabatuan Suku Mandar 55 %, Suku Bugis

40%, Suku Banjar 3 %, dan Suku Jawa 2 %.

Luas wilayah kerja Puskesmas Marabatuan adalah sekitar ± 476

Km2 dengan jarak tempuh terjauh yaitu desa labuan barat sekitar ± 5 jam

dengan transportasi laut dari Puskesmas Marabatuan. Lama perjalan yang

di tempuh ke Kecamatan Pulau Sembilan dari Pelabuhan Siring Laut

Kabupaten Kotabaru ± 15 jam, dan hanya bisa di tempuh menggunakan

transportasi laut kapal Perintis yang difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten

Kotabaru. Biaya transpostasi nya yaitu Rp 40.000,- per orang. Keadaan

geografis wilayah kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau

Sembilan Kabupaten Kotabaru yaitu meliputi wilayah pantai, dan dataran

rendah.

Wilayah kerja Puskesmas Marabatuan berbatasan daerah

sekitarnya yang meliputi:

Page 77: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

a. Sebelah utara : Berbatasan dengan Kecamatan pulau Laut Barat (

Lontar )

b. Sebelah selatan : Berbatasan dengan Laut Jawa

c. Sebelah barat : Berbatasan dengan Kecamatan Kintap/

Banjarmasin

d. Sebelah timur : Berbatasan dengan Selat Makasar

Motto serta Visi dan Misi Puskesmas Marabatuan Kecamatan

Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru.

a. Motto

Pelayanan terbaik dengan hati yang ikhlas.

b. Visi

Mewujudkan Kecamatan Pulau Sembilan yang sehat.

c. Misi

1) Mewujudkan upaya pembangunan pelayanan kesehatan di

Kecamatan Pulau Sembilan dengan pelayanan yang terjangkau.

2) Meningkatkan fungsi Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan

kesehatan menjadi lebih baik dan berwawasan paradigma sehat.

3) Meningkatkan manajemen kesehatan yang komprehensip dengan

mengedepankan kebutuhan regional dan prioritas sesuai kondisi

wilayah.

4) Mengembangkan sumber daya kesehatan yang ada dimasyarakat

guna menciptakan masyarakat yang mandiri melalui UKBM.

Sarana Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Marabatuan Kecamatan

Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru yaitu:

Page 78: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

a. Sarana Kesehatan.

1) Puskesmas Induk : 1

2) Pustu : 3

3) Polindes : 3

4) Poskesdes : 5

5) Posyandu : 10

b. Pelayanan Rawat Jalan.

1) Poli Umum.

2) Poli Gigi.

3) Poli Kebidanan dan Kandungan.

c. Pelayanan Penunjang Diagnostik.

1( Laboratorium.

d. Apotik dan Farmasi Puskesmas Marabatuan.

e. Pelayanan Imunisasi.

1( Imunisasi HB-0.

2( BCG.

3( Imunisasi DPT combo.

4( Imunisasi Pentavalen.

5( Imunisasi Polio.

6( Imunisasi Campak

7( Imunisasi TT

5.1.2 Data Umum

a. Karakteristik Responden

Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

Marabatuan Kabupaten Kotabaru, didapatkan populasi sejumlah 167

pasien anak - anak yang pernah berobat di Puskesmas Marabatuan

dalam periode tanggal 1 Juni 2015 sampai dengan 1 Juli 2015. Dengan

merujuk kepada cara pengambilan data dan besar kuota sampel yang

telah ditentukan sebelumnya, serta berdasarkan kriteria inkusi dan

Page 79: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

kriteria ekslusi, maka distribusi responden di Puskesmas Marabatuan

Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru berdasarkan

karakteristik responden balita dapat di dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik responden di Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015

No Responden Jumlah Persentase (%)

1 Sampel Kasus 45 50

2 Sampel Kontrol 45 50

Total 90 100

Sumber (Uji Statistic Puskesmas Marabatuan 2015).

Berdasarkan Tabel 5.1 di atas diketahui bahwa dari 90

responden balita tersebut, setengahnya atau 50% adalah sampel kasus

dan setengahnya lagi atau 50% adalah sampel kontrol.

5.1.3 Data Khusus

a. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisa data yang digunakan dalam

penelitian untuk menidentifikasi masing – masing variabel dengan

menggunakan distribusi frekuensi dan ukuran persentase

(Notoadmodjo S, 2010)

Analisis univariat dalam penelitian yang dilakukan di Puskesmas

Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru yaitu

untuk mendistribusi frekuensi serta persentasi status gizi dan kejadian

infeksi saluaran pernafasan akut pada balita, di wilayah kerja

Page 80: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten

Kotabaru tahun 2015.

Adapun analisis univariat ditribusi responden tersebut adalah

sebagai berikut:

1) Distribusi responden balita berdasarkan status gizi.

Setelah di lakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan

menggunakan lembar observasi, hasilnya dihitung menggunakan

rumus perhitungan z - skore kemudian nilainya membandingkanya

dengan standar defiasi pada tabel 2.1 mengenai Klasifikasi Status

Gizi Balita berdasarkan KepMenKes RI No. 920 / Menkes / SK /

VII / 2012 untuk menentukan status gizi nya normal, gemuk, kurus

atau sangat kurus. Adapun hasilnya dapat dilihat pada diagram

gambar di bawah ini:

Gambar 5.1 Distribusi Frekuensi status gizi berdasarkan perhitungnan z- skore dati total 90 Responden

61%24%

6%9%

Normal = 55 Kurus = 22

Gemuk = 5 Sangat Kurus = 8

61%

39%

Kategori Normal = 55

Kategori Tidak Normal = 35

Sumber (Uji Statistic Puskesmas Marabatuan 2015)

Page 81: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

Berdasarkan gambar 5.1 di atas, di ketahui bahwa status

gizi balita dari total 90 responden balita di wilayah kerja

Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten

Kotabaru tahun 2015 yaitu: normal 61 %, kurus 22 %, gemuk 5 %,

dan sangat kurus 8%.

Kemudian status gizi tersebut di kategorikan lagi menjadi

dua bagian yaitu normal dan tidak normal, maka di dapatkan hasil

nya sebagai berikut :

a) Sebagian besar atau 61 % dari total responden balita tersebut

dalam kategori normal.

b) Hampir setengahnya atau 39 % dari total responden balita

tersebut dalam kategori tidak normal.

Tehknik pengambilan sampel status gizi balita berdasarkan

sampel kasus dan sampel kontrol responden balita tersebut di-

distribusikan dan di-persentasikan berdasarkan kategori status gizi

normal dan tidak normal, maka hasilnya dapat dilihat pada diagram

gambar di bawah ini :

Gambar 5.2 Distribusi frekuensi dan persentasi status gizi berdasarkan sampel kasus dan sampel kontrol

Page 82: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

Sample Kasus

Sample Kontrol

2.5 7.5 12.5 17.5 22.5 27.5 32.5 37.5 42.5Sample Kasus Sample Kontrol

Tidak Normal 26 9

Normal 19 36

57,8%

20%

42,2%

60%

Status Gizi

Sumber (Uji Statistic Puskesmas Marabatuan 2015)

Data pada gambar 5.2 dapat di jelaskan sebagai berikut:

a) Pada sampel kasus sebagian besar atau 58% responden balita

tersebut dalam kategori status gizi tidak normal, sedangkan gizi

normal hampir setengahnya yaitu 42%.

b) Pada sampel kontrol sebagian kecil atau 20% balita tersebut

dalam kategori status gizi tidak normal, sedangkan gizi normal

hampir seluruhnya yaitu 80%.

2) Distribusi responden balita berdasarkan kejadian Infeksi Saluaran

Pernafasan Akut.

Setelah didapatakan responden balita yang termasuk dalam

sampel kasus dan sampel kontrol berdasarkan teknik pengambilan

sampel yang digunakan, maka distribusi responden balita

berdasarkan kejadian infeksi saluaran pernafasan akut dapat dilihat

pada diagram gambar sebagai berikut:

Gambar 5.3 Distribusi frekuensi dan persentasi kejadian infeksi saluaran pernafasan akut berdasarkan karakteristik

Page 83: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

responden di puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015.

50%50%

Kejadian ISPA

Positif ISPA = 45 (sampel Kasus)

Negatif ISPA= 45 (sampel Kon-trol)

Sumber (Uji Statistic Puskesmas Marabatuan 2015)

Besar sampel pada gambar 5.3 tersebut ditentukan

menggunakan rumus menurut Isgiyanto (2009) dan termasuk

dalam kriteri inklusi serta eksklusi untuk memenuhi nilai minimal

sampel. Berdasarkan gambar 5.3 di atas, di ketahui bahwa dari 90

responden balita 0 – 5 tahun terdiri dari 50% atau setengahnya

dengan diagnosa positif infeksi saluaran pernafasan akut sebagai

sampel kasus, yang mana diagnosa infeksi saluaran pernafasan

akut tersebut di dapatkan dari rekam medik pasien balita yang

berobat di Puskesmas Marabatuan saat penelitian. Kemudian

setengahnya lagi atau 50% responden balita tersebut dengan

infeksi saluaran pernafasan akut negatif sebagai sampel kontrol,

sampel kontrol tersebut didapatkan dengan metode boot

distribution (pos) atau door to door(rumah kerumah) untuk mencari

balita yang sehat sebagai responden.

b. Analisis Bivariat

Page 84: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

Analisis bivariat adalah analisis untuk mencari hubungan

antara dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat ( Notoatmodjo S,

2010 ).

Analisis bivariat dalam penelitian yang dilakukan pada intinya

untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian infeksi

saluran pernafasan akut pada balita di wilayah kerja Puskesmas

Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun

2015.

Untuk mengetahui hubungan antara gizi dengan kejadian

infeksi saluran pernafasan akut pada balita maka digunakan uji chi

square, adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.2 Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Balita

KeadaanStatus Gizi

Diagnosis ISPATotal(%)

P value

ORCl = 95%(+) % (-) %

Tidak Normal

26 74,3 9 25,7 1000,01 5,47

42,1 - 14Normal 19 34,5 36 65,5 100

Total 45 45

Sumber (Uji Statistic Puskesmas Marabatuan 2015)

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa gizi tidak normal

dengan ISPA Positif sebagian besar yaitu 74,3% dan kategori status

gizi tidak normal dengan ISPA negatif hampir setengahnya yaitu

25,7%, sedangakan kategori gizi normal dengan ISPA Positif hampir

setengahnya yaitu 34,5% Kemudian gizi normal dengan ISPA negatif

sebagian besar atau 65,5%.

Page 85: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

Hasil uji statistic chi-square diperoleh nilai P value = 0,01 (P

value < 0,05) maka H1 diterima dan H0 ditolak, maka diketahui

terdapat hubungan antara status gizi tidak normal dengan kejadian

infeksi saluran pernafasan akut pada balita di wilayah kerja Puskesmas

Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun

2015.

Berdasarkan nilai OR yang didapat yaitu OR = 5,474 yang

berarti balita yang menderita gizi tidak normal 5 kali lebih berisiko

terhadap kejadian infeksi saluran pernafasan akut. Kemudian nilai CI

dengan tingkat kepercayaan 95% = 2,1 – 14 % yang berarti balita

yang mengalami gizi tidak normal kemungkinan paling kecil 2 kali

lipat berisiko terhadap kejadian infeksi saluran pernafasan akut,

sedangkan paling besar kemungkinan 14 kali lipat berisiko terhadap

kejadian infeksi saluran pernafasan akut.

5.2 Analisis Dan Hasil Penelitian

Hasil uji statistic dengan menggunakan chi-square terhadap Status

Gizi dan Kejadian infeksi saluran pernafasan akut, kemudian diperoleh nilai

P value = 0,01 (CL:95%, P value < 0,05) maka H1 diterima dan H0 ditolak,

maka diketahui terdapat hubungan antara status gizi buruk dengan kejadian

infeksi saluran pernafasan akut pada balita di wilayah kerja Puskesmas

Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015.

Page 86: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

BAB VIPEMBAHASAN

Page 87: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Mengidentifikasi Status Gizi Pada Balita

Setelah jumlah minimal sampel terpenuhi berdasarkan gambar

5.1. di ketahui bahwa status gizi balita dari total 90 responden balita di

wilayah kerja Puskemas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan

Page 88: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

Kabupaten Kotabaru tahun 2015 yaitu: sebagian besar atau 61 % yaitu

gizi normal dan hampir setengahnya atau 39 % dengan gizi yang tidak

normal

Tehknik pengambilan sampel status gizi balita berdasarkan sampel

kasus dan sampel kontrol. Pada sampel kasus status gizi tidak normal

58%, sedangkan gizi normal 42%. Pada sampel kontrol status gizi normal

80%, dan tidak normal 20%. Berdasarkan data tersebut, pada sampel

kasus dengan diagnosa ISPA positif sebagian besar di dominasi oleh status

gizi tidak normal. Sedangkan sampel kontrol yaitu pada responden yang

sehat status gizi di dominasi oleh hampir seluruhnya dalam kategori

normal.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang telah dikemukanan

bahwa pertumbuhan yang baik dan status imunologi yang memadai akan

menghasilkan kesehatan yang baik pula. Status gizi yang kurang atau tidak

normal akan lebih rentan terhadap infeksi akibat menurunnya kekebalan

tubuh terhadap invasi patogen. Sebaliknya, pertumbuhan fisik yang

terhambat biasanya disertai dengan status imunologi yang rendah sehingga

mudah terkena penyakit (Sastomo, 2008).

6.2 Mengidentifikasi Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada

Balita

Penelitian yang dilakukan di Puskemas Marabatuan Kecamatan

Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru dari tanggal 1 Juni hingga 1 Juli

Page 89: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

2015, peneliti banyak menemukan kasus ISPA yaitu 167 kasus seperti

pneumonia, tonsilitis, faringitis, dan rinitis. Tetapi yang diteliti hanya

hanya 45 responden sampel kasus sesuai kuota sampel.

Berdasarkan gambar 5.3, di ketahui bahwa dari 90 responden balita

0 – 5 tahun terdiri dari 50% atau setengahnya dengan diagnosa positif

Infeksi saluran pernafasan akut sebagai sampel kasus, kemudian

setengahnya lagi atau 50% responden balita tersebut dengan Infeksi

saluran pernafasan akut negatif sebagai sampel kontrol.

Berdasarkan hasil penelitian, Reponden dengan ISPA positif

sebagian besar di dominasi oleh status gizi tidak normal. Hal ini sesuai

dengan teori bahwa salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya ISPA

adalah balita dengan status gizi yang buruk atau tidak normal, yang mana

akan mudah terserang ISPA dibandingkan dengan balita dengan gizi yang

normal, karena faktor daya tahan tubuh yang kurang. Penyakit infeksi

sendiri akan menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu makan dan

mengakibatkan kekurangan gizi, sehingga pada keadaan gizi kurang, balita

lebih mudah terserang ISPA berat bahkan serangannya lebih lama

(Heriana, 2005).

6.3 Mengidentifikasi Hubungan Status Gizi Terhadap Terjadinya Infeksi

Saluran Pernapasan Akut Pada Balita.

Asupan makanan yang sangat berpengaruh pada keadaan status

gizi juga berperan untuk mengurangi kerentanan terhadap kejadian infeksi.

Page 90: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

Status gizi yang baik, diperoleh dari asupan zat gizi yang baik pula

sehingga dapat digunakan untuk pertumbuhan, perkembangan dan

meningkatkan daya tahan tubuh. (Sjahmien M, 2000)

diperoleh nilai P value = 0,01 maka H1 diterima dan H0 ditolak,

maka diketahui terdapat hubungan antara status gizi buruk dengan

kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita di wilayah kerja

Puskemas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru

tahun 2015.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang di

lakukan oleh penelitian Asmidiayanti S (2012) dengan judul hubungan

antara status gizi dengan morbiditas ISPA anak usia balita di kecamatan

danau kerinci kabupaten kerinci, Rahmawati D (2008) dengan judul

hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA balita URJ RSUD dr

Soetomo Surabaya, Hadiana S (2013) dengan judul hubungan status gizi

terhadap terjadinya ISPA pada balita di Puskesmas Pajang Surakarta, dan

East Mediterr Health J (2013) tentang Acute Respiratory Infection And

Malnutrition In Erbil Governorate Iraq. Dari keempat keaslian penelitian

tersebut, seluruhnya mempunyai hasil nilai P value < dari 0,05. Yang

mana menunjukkan adanya hubungan antara status gizi dengan kejadian

ISPA.

Hasil penelitian tersebut merupakan hubungan yang bersifat

negatif, yang mana status gizi tidak normal akan lebih berisiko terjadi

infeksi saluran pernapasan akut. Berdasarkan nilai OR yang didapat dari

hasil penelitian OR = 5,474 yang berarti balita yang menderita gizi tidak

Page 91: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

normal 5 kali lebih berisiko terhadap kejadian kejadian infeksi saluran

pernafasan akut. Kemudian nilai CI 95% = 2,1 – 14 % yang berarti balita

yang mengalami gizi tidak normal kemungkinan paling kecil 2 kali lipat

berisiko terhadap kejadian kejadian infeksi saluran pernafasan akut dengan

tingkat kepercayaan 95%, sedangkan paling besar kemungkinan 14 kali

lipat berisiko terhadap kejadian kejadian infeksi saluran pernafasan akut

dengan tingkat kepercayaan 95%.

6.4 Keterbatasan

Beberapa kendala oleh peneliti saat penelitian di laksanakan adalah

sebagai berikut:

a) Dalam penelitian ini peneliti terkendala masalah pengumpulan data,

yang mana pendataan sampel kasus dan sampel kontrol hanya di

laksanakan di Pulau Marabatuan yang terdiri dari 2 desa yaitu desa

tanjung nyiur dan desa tengah. Untuk 3 desa seperti desa maradapan,

desa teluk sungai, dan desa labuan barat peneliti tidak dapat melakukan

pengumpulan data di daerah tersebut, mengingat biaya antar desa dari

Pulau Marabatuan ke Desa Maradapan, ke Desa Teluk Sungai, dan ke

Desa Labuan Barat yang hanya dapat di tempuh dengan kapal laut,

ternyata cukup besar yaitu ± Rp 2.000.000,- perdesanya jika menyewa

kapal nelayan setempat. Namun saat penelitian dilaksanakan dari

tanggal 1 juni 2015 sampai dengan 1 juli 2015 akses perjalan

menggunakan kapal laut tidak dapat di tempuh karena kendala ombak

Page 92: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

yang besar terjadi setiap harinya, sehingga tidak ada kapal yang

berlayar ke tiga desa tersebut.

b) Masalah pendidikan dan bahasa daerah merupakan kendala bagi

peneliti. Sebagian besar warga menggunakan bahasa Mandar sehari

hari nya, bahkan masih banyak yang tidak mengerti bahasa indonesia

pada umumnya.

c) Diagnosis ISPA yang dipakai untuk kriteria penelitian, memang

menggunakan rekam medik sesuai diagnosis dokter. Namun di

lapangan, peneliti harus menambahkan kejadian penyakit ke dalam

kriteria karena terpisah diagnosis dari ISPA seperti pneumonia,

tonsilitis, bronkhitis akut, faringitis, dan rinitis.

d) Untuk keperluan sampel kontrol dengan ISPA negatif, peneliti harus

mencari balita yang benar - benar sehat dari penyakit ISPA atau

penyakit lainya. Beberapa responden yang di data banyak yang tidak

termasuk kriteria inklusi, Karena balita tersebut menderita penyakit

lain seperti infeksi gasrtointestinal dan penyakit kulit walau pun tidak

ditemukan gejala ISPA

Page 93: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

BAB VIIPENUTUP

BAB VII

PENUTUP

Page 94: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas

Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Status Gizi

3) Sebagian besar sampel kasus dalam kategori status gizi tidak normal,

dan hampir seluruhnya sampel kontrol dalam kategori status gizi

normal.

4) Sebagian besar sampel kasus dan sampel kontrol tersebut dalam

kategori normal. Sedangkan hampir setengah beresiko terhadap

kejadian ISPA karna dalam kategori tidak normal.

2. Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Dari total semua

responden balita didapatkan hasil dengan diagnosa (ISPA positif)

sebagai sampel kasus. Sedangkan setengahnya lagi responden balita

tersebut dalam keadaan sehat (ISPA negatif) sebagai sampel kontrol.

3. Berdasarkan hasil analisa di atas dapat disimpulkan bahawa terdapat

hubungan antara status gizi dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan

Akut pada balita di wilayaha kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan

Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tanun 2015.

7.2 Saran

1. Bagi Puskesmas Marabatuan

Page 95: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

Bagi instansi terkait Puskesmas Marabatuan disarankan untuk

lebih meningkatkan kulitas kesehatan dan gizi balita, misalnya:

a. Mensosialisasikan fungsi posyandu dan imunasasi wajib bagi

balita.

b. Mensosialisasikan kepada orang tua balita akan pentingnya

pemeberian vit A tiap 6 bulan sekali bagi balita, yang

dilaksanakan pada bulan Februari dan Agustus di Posyandu

setempat

c. Melaksanakan kegiatan swiping dan pendataan per trimester bagi

balita yang belum lengkap imunisasi, maupun terindikasi gizi

buruk guna mendapatkan sasaran program yang tepat.

d. Mensosialisasikan dan melaksanakan dengan tepat sasaran

Program Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Kotabaru untuk

pembagian susu gratis bagi ibu hamil dan balita dengan berat

badan di bawah garis merah atau di bawah normal

e. Mensosialisasikan dan melaksanakan pemberian formula resomal

(mineral-mix) secara intensif dan tepat sasaran bagi balita dengan

status gizi di bawah garis merah atau di bawah normal.

2. Bagi Stikes Darul Azhar

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas proses

pembelajaran khususnya tentang bahaya serta tanda gejala pada

penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut.

Page 96: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

3. Bagi Masyarakat

Disarankan bagi masyarakat terutama orang tua yang memiliki

balita agar perlu memperhatikan gizi balita, serta imunisasi dasar

lengkap, dengan demikian dapat menjaga imunitas sehingga terhindar

dari penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut maupun infeksi lainya

yang termasuk dalam program P2PL.

Kemudian orang tua agar selalu kooperatife memeriksakan

anaknya ke Puskesmas maupun Posyandu jika di temukan tanda dan

gejala Infeksi Saluran Pernafasan Akut.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dengan dilakukanya penelitian ini, disarankan kepada peneliti

selanjutnya agar kedepan peneliti lebih spesifik terhadap penelitianya

terutama pada metode penelitian case control maupun cohort dengan

cakupan populasi dan sampel yang lebih luas, sehingga dapat meneliti

dengan cakupan variabel yang lebih akurat, lebih luas, dan lebih

spesifik. Meskipun penelitian ini sudah mememenuhi besar sampel

minimum, namun penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah

lagi jumlah dari sampel yang akan di teliti, serta bisa mencari faktor

penyebab lain yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit Infeksi

Saluran Pernafasan Akut.

Page 97: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

DAFTAR PUSTAKA

Andarini. (2005). Pertahanan Tubuh Dari Nutrisi Adekuat. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Almatsier. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Amirudin. Ridwan (2005). Analisis Faktor Resiko Kejadian Pneumonia PadaAnak Umur Kurang Dari 1 Tahun Di RSUD Labuang Haji Kota Makasar. Med Nus Vol 26 No.3.

Anonimus. (2003). Tumbuh Kembang Status Gizi, dan Imunisasi Dasar Pada Balita. Nuha medika: Yogyakarta.

Asmidayanti, Susi. (2012). Karya Tulis Ilmiah Hubungan Status Gizi dengan Morbiditas ISPA Anak Usia Balita di Kecamatan Danau Kerinci Kabupaten Kerinci tahun 2012. Di akses tanggal 27 april 2015, dari http://www.sribd.com/mobile/doc/Susi-Asmidayanti =1.

Choirunisa. (2009). Panduan Terpenting Merawat Bayi Dan Balita. Moncher Publisher: Yogyakarta.

Depkes RI. (2002). Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran PernapasanAkut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita. Di akses pada tanggal 27 april 2015, dari http://Litbang.Depkes.co.id.

.(2005). Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran PernapasanAkut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita. Di akses pada tanggal 30 april 2015, dari http://Litbang.Depkes.co.id

.(2008). Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS(. . Di akses pada tanggal 27 april 2015, dari http://Litbang.Depkes.co.id.

.(2010). Profil Kesehatan Indonesia. Di akses pada tanggal 27 april 2015, dari http://www.depkes.go.id.

.(2010). Anak dengan Gizi Baik Menjadi Aset dan Investasi Bangsa DiMasa Depan. Di akses pada tanggal 27 april 2015, dari http://www.depkes.go.id.

Dinas Kesehatan Kotabaru. (2015). Jumlah Balita Terkena ISPA dan Gizi Buruk.

East Mediterr Health J. (2013). Acute respiratory infection and malnutrition among children below 5 years of age in Erbil -governorate, Iraq. Di akses tanggal 30 april 2015, dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23520908.

Page 98: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

Hadiana, Suman Yus Mei. (2013). Karya Tulis Ilmiah Hubungan Status Gizi Terhadap Terjadinya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA( Pada Balita Di Puskesmas Pajang Surakarta tahun 2013. Di akses tanggal 27 april 2015, dari http://www.sribd.com/mobile/doc/Suman-Yus-Mei-Hadiana =1

Heriana. (2005). Infeksi Saluran Pernapasan Akut, Konsep Dan Aplikasi Penatalaksanaan. EGC: Jakarta.

Isgianto, Awal. (2009) Teknik Pengambilan Sampel Pada Penelitian Non- Eksperimental. Mitra Cendikia: Yogyakarta.

Kepmenkes RI. (2012). Standart Perhitungan Gizi Balita Di Indonesia. Diakses pada tanggal 17 april 2015, dari http//Litbang.Depkes.co.id.

Muaris. (2006) Sarapan Sehat Untuk Anak Balita. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Natoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rinekacipta: Jakarta.

Nelson (2008). Ilmu Kesehatan Anak , EGC: Jakarta.

(2007). Ilmu Kesehatan Anak , EGC: Jakarta.

Pukesmas Marabatuan Kabupaten Kotabaru. (Tahun 2015). Jumlah Balita Terkena Gizi Buruk dan ISPA.

Rahajoe, Supriyatno, dan Setyanto . (2012). Buku Ajar Respirologi Anak, Cetakan Ketiga. Ikatan Dokter Anak Indonesia: Jakarta.

Rahmawati, Dewi. (2008). Karya Tulis Ilmiah Hubungan antara Status Gizi dengan Kejadian ISPA Balita di URJ Anak RSU Dr. Soetomo Surabaya tahun 2008. Di akses tanggal 27 april 2015, dari http://www.academia.com/mobile/doc/Dewi-Rahmawati=1

Ritzki, Aditia. (2012). Jumlah Data Gizi Dan ISPA Di Indonesia Berdasarkan Kementrian Kesehatan RI 2011. Diakses Pada Tanggal 26 April 2015, dari http://m.tempo.com

Rodrígues, Cervantes Leonarndo, dan Ortiz, Riza. (2011). Malnutrition And Gastrointestinal And Respiratory Infections In Children: A Public Health Problem. di akses pada tangga 27 april 2015, dari http://www. ncbi.com/journal/

Saputri. (2013). Asuhan Kebidana Pada Anak Dengan Ispa Sedang. Diakses pada tanggal 26 april 2015, dari http://www.doc.udesk.com

Page 99: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

Sastomo. (2008). Patologi Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Sastroasmoro, Sudigdo., & Ismail, Sofyan. (2008). Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Sagung Seto: Jakarta.

Sugiyono .(2012). Memahami penelitian kualitatif. Alfa Beta: Bandung.

Sukirman. (2000). Penilaian Status Gizi Balita. EGC: Jakarta.

Suryadi. (2013). Hasil survey oleh South East Asian Nutrition Surveys (SEANUTS( Tahun 2012 Tentang ISPA dan Gizi Buruk. Diakses Pada Tanggal 25 April 2015, dari http://www.bkmp.go.id

Supriasa., Bakri, Bahyar., & Fazjar, Ibnu. (2002). Penilaian setatus gizi. EGC: Jakarta.

Sutomo. (2010). Menu Sehat Untuk Batita Dan Balita. Demamadia: Jakarta.

Sofyan., Iyan. (2015). Data World Heart Organization (WHO( Tentang Phenomonia Di Negara Berkembang. Diakses Pada Tanggal 25 April 2015, dari Http://www.academia.edu.com

Waryana. (2010). Tumbuh Kembang Status Gizi, dan Resiko Infeksi Pada Balita. Nuha medika: Yogyakarta.

Werdiono, Defri. (2012). Rata Rata Keluhan Ispa Di Kalimantan Selatan Naik 59 Persen Setiap Tahunya. Diakses Pada Tanggal 26 April 2015, Dari http://regional.compas.com.

Page 100: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

LAMPIRAN

Page 101: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

PERSETUJUAN INFORM CONSENT

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Marabatuan

Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru

Kepada:

Calon responden

Di-

Tempat

Dengan Hormat,

Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian yang berjudul “ Hubungan

Antara Status Gizi Dengan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada

Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau

Sembilan Kabupaten Kotabaru”. Saya memohon kepada sodara/i untuk

bersedia balitanya di obsevasi untuk kepentingan pelaksanaan penelitian diatas

tersebut. Apabila sodara/i besedia anaknya terlibat dalam penelitian ini dimohon

menandatangani lembar persetujuan yang telah disediakan.

Batulicin , Juni 2015

Hormat Saya

Maulida Mustika

Page 102: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Marabatuan

Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama ibu :

Nama balita :

Umur :

Setelah mendapat keterangan serta mengetahui manfaat dan tujuan

penelitian yang berjudul “ Hubungan Antara Status Gizi Dengan Penyakit

Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas

Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru” dengan ini

menyatakan setuju/tidak setuju *) diikut sertakan dalam penelitian dengan catatan

apabila sewaktu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak

membatalkanya. Saya percaya apa yang saya informasikan dijamin kerahasiannya.

Batulicin , Mei 2015

Responden

( )

*) coret yang tidak perlu

Page 103: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

LEMBAR OBSERVASI STATUS GIZI (SAMPEL KASUS)

NO NAMA RESPONDEN

BERAT BADAN

(Kg)

TINGGI BADAN

(Cm)

NILAI STANDAR

DEFIASI (SD)

STATUS GIZI

KATEGORI GIZI

1 Hasril 8,2 67,0 + 0,1 Normal Normal2 Afika Naila 6,8 69,0 - 2,3 Kurus Tidak Normal3 Taufik K 10,2 79,0 - 0,2 Normal Normal4 Fitrah 8,5 68,0 + 0,6 Normal Normal5 Melda Asifah 6,3 67,0 - 2,8 Kurus Tidak Normal6 Naila R 6 65,5 - 2,7 Kurus Tidak Normal7 M Yuliana P 7,5 70,0 - 1,6 Normal Normal8 Nurizki 15 87,0 + 2,8 Gemuk Tidak Normal9 Aisyah 9,5 80,5 - 1,3 Normal Normal10 M Arif 7 65,5 - 1,3 Normal Normal11 Puspa 14,3 102,0 - 1,3 Normal Normal12 Sulaiman 10,9 92,0 - 2,7 Kurus Tidak Normal13 Abd Latif 9,7 85,5 - 2,7 Kurus Tidak Normal14 M Yunus 9 78,0 - 1,5 Normal Normal15 Ramsyah 12,5 100,3 - 2,7 Kurus Tidak Normal16 Mutia R 14 100,9 - 1,3 Normal Normal17 Fadhil 10 87,0 - 2,2 Kurus Tidak Normal18 M Arifin 18 96,0 + 3,1 Gemuk Tidak Normal19 Alfa R 11,5 95,0 - 2,4 Kurus Tidak Normal20 Ikhwana D 7 67,0 - 1,5 Normal Normal21 Sakinah 7,6 74,0 - 2,6 Kurus Tidak Normal22 Fatih 7,8 80,0 - 3,8 Kurus

SekaliTidak Normal

23 Ruamiah 12 94,0 - 1,8 Normal Normal24 Abd Sani 12,5 100,0 - 2,5 Kurus Tidak Normal25 Appedo 10 81,5 - 1 Normal Normal26 Kurnia R 11 67,5 + 4,3 Gemuk Tidak Normal27 Maya S 7 73,5 - 3,3 Kurus

SekaliTidak Normal

28 Putriana 6,6 66,0 - 2,1 Kurus Tidak Normal29 Diani 8,5 74,5 - 1,4 Normal Normal30 Rusmini 11,7 94,0 - 2,3 Kurus Tidak Normal31 Bila Naila 11,6 101,0 - 3,8 Kurus

SekaliTidak Normal

32 Karnia 8 70,5 - 1 Normal Normal33 Ahmad Sarif 6,5 67,5 - 2,5 Kurus Tidak Normal34 Sila 8 84,5 - 4,4 Kurus

SekaliTidak Normal

35 Fathur R 15 96,0 + 0,6 Normal Normal36 Suci H 18 109,0 - 0,2 Normal Normal37 Dina Rusdina 11 87,0 - 1,2 Normal Normal38 Kartunia 7 69,5 - 2,2 Kurus Tidak Normal39 Kanjama 7 66,0 - 1,2 Normal Normal40 Kaswari 8 87,5 - 4,3 Kurus

SekaliTidak Normal

41 Tambariah 13,2 105,0 - 2,7 Kurus Tidak Normal42 Lina Sari 13 85,5 + 1,2 Normal Normal43 Topathama 8 77,5 - 3 Kurus Tidak Normal44 Samirah 7 70,5 - 2,4 Kurus Tidak Normal45 Siti Raudah 15 111,0 - 2,3 Kurus Tidak Normal

Page 104: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

LEMBAR OBSERVASI STATUS GIZI (SAMPEL KONTROL)

NO NAMA

RESPONDEN

BERAT

BADAN

(Kg)

TINGGI

BADAN

(Cm)

NILAI

STANDAR

DEFIASI (SD)

STATUS

GIZI

KATEGORI

GIZI

1 Mu’min 14 99,3 - 0,9 Normal Normal2 Manialang 10 84,2 - 1.5 Normal Normal3 Risyad 9,5 69,4 + 1,6 Normal Normal4 Fadhilah 9 80,0 - 1,7 Normal Normal5 Aliando 9,5 85,5 - 2,5 Kurus Tidak Normal6 Firman 6 75,7 - 3,9 Kurus

SekaliTidak Normal

7 Gusman 18 105,3 + 0,9 Normal Normal8 Abd Muiz 10 73,3 + 1,1 Normal Normal9 Ratna Dewi 12 87,0 - 0,2 Normal Normal10 Paramitha 7,8 74,8 - 2,6 Kurus Tidak Normal11 Takaila 15 100,1 - 0,3 Normal Normal12 Hengki K 13 85,0 +1,3 Normal Normal13 Busdar 11 92,0 - 2,2 Kurus Tidak Normal14 Alif R 10 99,5 - 3,8 Kurus

SekaliTidak Normal

15 Anisya R 9,5 75,0 - 0,1 Normal Normal16 Niko Pratama 10,5 82,5 - 0,7 Normal Normal17 Aziz Mulah 11,5 87,0 - 0,7 Normal Normal18 Adb Syadik 16,4 103,5 0 Normal Normal19 Reza Rahman 7,5 65,0 + 0,1 Normal Normal20 Sugino 9 74,3 - 0,6 Normal Normal21 Tarmudhin 8,5 80,5 - 2,4 Kurus Tidak Normal22 Na’ojeng 14 91,2 + 0,8 Normal Normal23 Bapardi 9,5 78,0 - 0,9 Normal Normal24 Rusmadhi H 10,3 86,3 - 1,8 Normal Normal25 Endah Dila 12 72,3 + 3,7 Gemuk Tidak Normal26 Ani Masdhina 12,5 92,5 - 0,9 Normal Normal27 Rizka P 15 100,1 - 0,3 Normal Normal28 Ridhuan S 13 90,6 - 0,1 Normal Normal29 Ari Firman 19 109,1 + 0,5 Normal Normal30 Rafhika 9 74,5 - 0,7 Normal Normal31 Murniati 13,5 88,0 + 1 Normal Normal32 Ruslansyah 10 78,0 - 0,2 Normal Normal33 M Pardi 12,5 88,5 0 Normal Normal34 Firdhaus 14 93,0 +1 Normal Normal35 Lena R 19,5 107,8 +1 Normal Normal36 Nia Andhini 6,5 80,5 - 4 Kurus

SekaliTidak Normal

37 Basniah 12,2 96,0 - 1,9 Normal Normal38 Irawan S 27 111,0 + 4,5 Gemuk Tidak Normal39 Muth’mainah 9 68,5 + 1 Normal Normal40 Basriansyah 10,9 76,8 + 1,1 Normal Normal41 Wijaya K 10,6 79,8 0 Normal Normal42 Ariansyah 9 69,0 + 0,8 Normal Normal43 Safira 12,9 89,6 0 Normal Normal44 Lukman H 11,6 80,5 + 1 Normal Normal45 Vera Sari 19,5 103,5 + 2,4 Normal Normal

Page 105: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

TABEL SILANG

STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

status gizi * Kejadian Ispa

90 100.0% 0 .0% 90 100.0%

status gizi * Kejadian Ispa Crosstabulation

Kejadian Ispa

TotalPositif ISPA Negatif ISPA

status gizi tidak normal Count 26 9 35

Expected Count 17.5 17.5 35.0

% within status gizi 74.3% 25.7% 100.0%

% within Kejadian Ispa

57.8% 20.0% 38.9%

% of Total 28.9% 10.0% 38.9%

Normal Count 19 36 55

Expected Count 27.5 27.5 55.0

% within status gizi 34.5% 65.5% 100.0%

% within Kejadian Ispa

42.2% 80.0% 61.1%

% of Total 21.1% 40.0% 61.1%

Total Count 45 45 90

Expected Count 45.0 45.0 90.0

% within status gizi 50.0% 50.0% 100.0%

% within Kejadian Ispa

100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Page 106: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

Chi-Square Tests

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig. (2-

sided)Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 13.512a 1 .000

Continuity Correctionb 11.969 1 .001

Likelihood Ratio 13.959 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association

13.362 1 .000

N of Valid Casesb 90

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.50.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

ValueApprox.

Sig.

Nominal by Nominal

Phi .387 .000

Cramer's V .387 .000

Contingency Coefficient .361 .000

N of Valid Cases 90

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for status gizi (tidak normal / Normal)

5.474 2.138 14.012

For cohort Kejadian Ispa = Positif ISPA 2.150 1.423 3.249

For cohort Kejadian Ispa = Negatif ISPA .393 .217 .712

N of Valid Cases 90

Page 107: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

JADWAL PENELITIAN

NO KEGIATANBULAN KEGIATAN

Maret2015

April2015

Mei2015

Juni2015

Juli2015

Agustus2015

1. Pengumpulan Literatur

2. Mengajukan Judul Penelitian

3. Penyusunan Proposal

4. Konsultasi Proposal

5. Seminar Proposal

6. Revisi Proposal

7. Melakukan Penelitian

8. Penyusunan dan Pengelolaan Data

9. Konsultasi Pembimbing dan Sidang KTI

10. Revisi dan Pengumpulan KTI

Page 108: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa
Page 109: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa
Page 110: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa
Page 111: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa
Page 112: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa
Page 113: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa
Page 114: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa
Page 115: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa
Page 116: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa

DOKUMENTASI PENELITIAN

Page 117: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa
Page 118: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa
Page 119: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa
Page 120: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa
Page 121: karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa