Gincu Ispa

31
Laporan Diskusi Kasus ISPA Modul Elektif Farmakologi Disusun Oleh : Aida Julia Ulfah Akhmad Hudan Eka Prayogo Amaliah Harumi Annisa Kalista Karlina Sari Sujana M. Fernando Pratama Manda Pisilia Nadia Entus Nasrudin Tubagus Nurazminah Alwi Tiara Lachtaria PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

description

ispa

Transcript of Gincu Ispa

Laporan Diskusi Kasus ISPAModul Elektif Farmakologi

Disusun Oleh :Aida Julia UlfahAkhmad Hudan Eka PrayogoAmaliah HarumiAnnisa KalistaKarlina Sari SujanaM. Fernando PratamaManda PisiliaNadia Entus Nasrudin TubagusNurazminah AlwiTiara Lachtaria

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA2015

Diskusi Kasus (Selasa, 10 Maret 2015)Kasus ISPASeorang anak wanita usia 13 tahun dibawa ibunya ke Puskesmas karena demam dan nyeri tenggorokan sejak 2 hari lalu. Keluhan tersebut tidak disertai batuk dan pilek. Pasien sudah makan tablet parasetamol namun belum ada perbaikan. Pemeriksaan fisik: suhu 38.0C; faring hiperemis, tonsil T2-T2, terdapat pus di kedua tonsil. Pertanyaan:1. Apa masalah pasien ini?2. Pemeriksaan apa saja yang perlu dilakukan?3. Bagaimana penatalaksanaan pasien tersebut? Apa saja obat yang dapat dipakai untuk mengatasi penyakit ini? Bagaimana cara pemakaian dan berapa lama obat harus diberikan? 4. Jelaskan mekanisme kerja, kontraindikasi, efek samping, interaksi obat, dan aspek farmakokinetik dari berbagai antibiotik yang sering digunakan pada penyakit ini yang penting untuk peresepan!5. Bagaimana prognosis penyakit ini? Komplikasi apa yang dapat terjadi?6. Apa edukasi yang anda berikan untuk pasien tersebut sehubungan dengan penyakitnya dan obat yang anda berikan?7. Buatlah resep untuk pasien tersebut sesuai dengan obat-obat yang telah anda pilih !

Resume Jawaban1. Apa masalah pasien ini? Perempuan usia 13 tahun demam dan nyeri tenggorokan sejak 2 hari lalu. Keluhan tidak disertai batuk dan pilek. Sudah makan tablet parasetamol namun belum ada perbaikan. Pemeriksaan fisik: suhu 38.0 C; faring hiperemis, tonsil T2-T2, terdapat pus di kedua tonsil.Pada kasus ini anak tersebut kemungkinan mengalami tonsilofaringitis akut ec susp. Infeksi bakteri GABHS(Grup A- Hemolitikus Streptococcus) dd/ non GABHS. Pada kasus ini dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis kerjanya dan untuk menentukan tatalaksana yang sesuai dengan etiologi penyakitnya.

2. Pemeriksaan apa saja yang perlu dilakukan?a. Pemeriksaan kultur apusan tenggorokGold standard dalam penegakan diagnosis tonsilofaringitis bakteri atau virus adalah melalui pemeriksaan kultur dari apusan tenggorok. Apusan tenggorok yang adekuat pada area tonsil diperlukan untuk menegakkan adanya S. Piogenes. Untuk memaksimalkan akurasi maka diambil apusan dari dinding faring posterior dan regio tonsil, lalu diinokulasi pada media segar darah domba 5% dan piringan basitrasin diaplikasikan, kemuadian ditunggu 24 jam.Selain itu dapat dilakukan dengan pewarnaan gram. Pewarnaan gram hanya dapat menentukan bakteri tersebut gram positif atan negative dan menunjukan bentuknya. Pada kasus ini streptoccus beta hemolitikus grup adalah gram positif, maka hasil apusan menunjukan bakteri terwarnai ungu. Jika terawarnai merah maka bakteri tersebut gram negatif.

b. ASTO (Anti Streptolisin O))Pemeriksaan anti Streptolisin O adalah pemeriksaan darah untuk menentukan kadar anti streptolisin O secara kualitatif atau semi kuantitatif. ASTO merupakan antibodi yang paling dikenal dan paling sering digunakan untuk mengukur kadar antibodi yang melawan streptolisin O (substansi yang di produksi oleh bakteri streptokokus grup A). ASTO dan anti-DNAase adalah antibody yang paling banyak di produksi oleh system imun untuk respon terhadap infeksi Group A streptococcal. Test ini dilakukan biasanya untuk penderita yang memiliki gejala khas demam rematik, gromerulonefritis, ada riwayat nyeri tenggorok sebelumnya dengan atau tanpa terbukti ada riwayat infeksi sstreptokokus sebelumnya. Sekitar 8O% penderita demam rematik atau jantung rematik memiliki pingkatan kadar ASTO. Sampel yang diambil adalah darah dari vena.Kadar ASTO meningkat sekitar 4 hingga 6 bulan setelah manifestasi klinis dan menetap hingga beberapa bulan setelah infeksi streptokokus sembuh. Jika hasil test negatif atau kadar ASTO sangat rendah di darah berarti orang tersebut tidak memiliki riwayat infeksi streptokokus. Hal ini benar jika sampel diambil 10 -14 hari setelahnya diambil anti-DNAase B juga negatif. Jika hasil negative dapat diulang 2-4 minggu setelahnya. Biasanya pasien yang hasil awal negatif akan menjadi positif. Hanya sebagian kecil orang yang memiliki komplikasi postreptokokus yang tidak ada peningkatan ASTO. Jika kadarnya tinggi maka terdapat infeksi streptokokus sebelumnya. ASTO dikatakan (+) jika terjadi aglutinasi (kadar 200 IU /ml). Pemeriksaan ini termasuk dalam penilaian yang kualitatif. Pemeriksaan ASTO tidak menentukan komplikasi yang terjadi, dan tidak menentukan derajat keparahan penyakit. Jika terdapat demam rematik atau glomerulonephritis maka ASTO digunakan untuk memastikan diagnosis. Prinsip pemeriksaan ASTO terbentuknya aglutinasi sebagai hasil reaksi antara serum yang mengandung antibody ASTO dengan suspensi latex yang mengandung partikel yang dilapis dengan streptolysin O yang dimurnikan dan distabilkan. Pengerjaannya 2-5 menit.

3. Penatalaksanaan pada pasien dan obat yang dapat dipakai untuk mengatasi penyakit ini.Golongan beta laktam1. Amoxicilin FarmakodinamikObat ini menghambat pembentukan mukopeptida yang berperan pada sintesa dinding sel mikroba dengan : (1) bergabung dengan PBP (penicillin binding protein); (2) menghambat sintesis dinding sel kuman dengan merusak rantai peptidoglikan; terjadi aktivasi enzim proteolitik yang merusak dinding sel sehingga menghasilkan efek bakterisid. Obat ini memiliki efek pada spectrum gram positif FarmakokinetikAbsorbsi di saluran cerna jauh lebih baik daripada ampisilin. Dengan dosis yang sama dikatakan bahwa amoxicilin akan mencapai dua kali lebih tinggi kadar di dalam darah. Hal ini terjadi karena penyerapan amoxicilin tidak terhambat oleh adanya makanan di lambung. Walaupun waktu paruh keduanya sama. Absorbsi PO 75-90%. Distribusi luas ke seluruh tubuh, Vd 0,25-0,42L/kg, T1/2 1 jam. Metabolisme dilakukan oleh enzim mikroba berdasarkan pengaruh enzim penisilinase dan amidase. Ikatan dengan protein plasma 17-20%. Eksresi Sekresi tubulus ginjal yang bisa dihambat dengan probenesid. Masa paruh eliminasi penisilin dalam darah diperpanjang oleh probenesid. InteraksiTidak ada interaksi terhadap kortikosteoid maupun acetaminophen, namun terdapat interaksi dengan probenesid, dimana dapat menurunkan kadar penisilin dalam plasma, sehingga kerja penisilin menjadi panjang. Efek SampingReaksi alergi merupakan bentuk efek samping yang tersering dijumpai pada golongan penisilin. Terjadinya reaksi alergi didahului adanya sensitisasi. Reaksi alergi penisilin terberat adalah anafilaksis. Reaksi alergi lain berupa angioedema, penyakit serum,dan fenomena Arthus. Reaksi alergi ringan sampai sedang berupa kemerahan kulit, dermatitis kontak, glositis, serta gangguan lain pada mukut, demam kadang-kadang yang disertai mengigil. SediaanAmoksisilin tersedia sebagai kapsul atau tablet berukuran 125, 250, dan 500 mg dan sirup 125mg/5ml. Dosis sewasa 250-500mg tiga kali sehari, Dosis anak 20-40 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 3 dosis.

HargaAmoksisilin tablet 250 mg = Rp. 250/pas ; 500 mg = Rp. 280/pcsAmoksisilin Syrup Kering 125 mg/ 5 ml, btl @ 60 ml = Rp. 2.675/ btl

2. Penisilin G FarmakodinamikObat ini menghambat pembentukan mukopeptida yang berperan pada sintesa dinding sel mikroba dengan : (1) bergabung dengan PBP (penicillin binding protein); (2) menghambat sintesis dinding sel kuman dengan merusak rantai peptidoglikan; terjadi aktivasi enzim proteolitik yang merusak dinding sel sehingga menghasilkan efek bakterisid. Obat ini memiliki efek pada spektrum gram positif. FarmakokinetikAbsorbsi Penisilin G mudah rusak dalam suasana asam (pH 2). Cairan lambung dengan dengan pH 4 tidak terlalu merusak penislin. Bila dibandingkan dengan dosis PO dengan IM, dosis PO harus ditingkatkan 4-5 kali lebih besar dibandingkan IM. Sehingga Penicilin G tidak dianjurkan diberikan PO. Absorbsi PO (-). Distribusi luas ke seluruh tubuh, kadar obat yang memadai akan mencapai hati, empedu, ginjal, limfe dan semen, tetapi sukar masuk ke CSS. Namun adanya radang meningen akan mempermudah penetras obat ini ke CSS, tetapi tercapai tidaknya kadar efektivitasnya sulit diramalkan. Vd 0,3-0,42 L/kg, T1/2 0,5 jam. Metabolisme dilakukan oleh enzim mikroba berdasarkan pengaruh enzim penisilinase dan amidase. Ikatan dengan protein plasma 50-60%. Eksresi Sekresi tubulus ginjal yang bisa dihambat dengan probenesid. Masa paruh eliminasi penisilin dalam darah diperpanjang oleh probenesid. Selain probenesid akan meningkatkan masa paruh eliminasi penisilin didarah seperti fenilbutazon, asetosal, dan indometasn, sulfinpirazol, Interaksi Tidak ada interaksi terhadap kortikosteoid maupun acetaminofen, namun terdapat interaksi dengan probenesid, dimana dapat menurunkan kadar penisilin dalam plasma, sehingga lama kerja penisilin menjadi panjang. Efek Samping obatObat ini dapat menimbulkan reaksi alergi, Syok anafilaksis dan Diatesis hemoragik KontraindikasiTidak boleh diberikan pada pasien yang memiliki riwayat alergi penisilin SediaanParenteral (ampul), 200 ribu 20 juta unit dalam bentuk bubuk. Disediakan suatu pelarut (akuade, larutan garam fisiologis atau D5%) sehingga didapat kadar 100.000 300.000 unit per Mo HargaProcaine Penicillin-G Meiji powd for inj 3000000 iu 20 1's (Rp9,800/vial)

3. AmoxiclavMerupakan kombinasi dari amoksisilin dan kalium klavulanat.

Mekanisme kerjaAmoksisilin tunggal in vitro aktif terhadap kuman Gram positif maupun negatif bukan penghasil betalaktamase. Kalium klavulanat merupakan penghambat enzim betalaktamase yang dapat merusak betalaktam. Kombinasi antara amoksisilin dengan kalium klavulanat akan menyebabkan pengikatan enzim betalaktamase, sehingga dapat menghambat sintesis dinding sel bakteri yang dituju. Sifat ikatan betalaktamase dengan penghambatnya ini umumnya menetap, kalium klavulanat bekerja sebagai suicide inhibitor, karen aitu akan hancur di dalam betalaktamase yang diikatnya. KontraindikasiPenderita dengan alergi terhadap penisilin. FarmakokinetikKombinasi obat amoksisilin dan kalium klavulanat ini farmakokinetiknya mirip dan tidak saling menghambat. Absorbsi kalium klavulanat tidak dipengaruhi oleh makanan, susu atau antasid. Obat ini tidak tahan terhadap suasana asam. Pada orang sehat pemberian per oral 125 mg kalium klavulanat bersama dengan 500 mg amoksisilin, kadar kalium klavulanat akan mencapi 3,5 3,9 g/ml setlah 1 2 jam pemberian. 30 % kalium klavulanant akan di ikat oleh protein plasma, sisanya didistribusi terutama ke cairan ekstrasel. Kadarnya cukup pada empedu, cairan pleura, peritoneal dan cairan telinga tengah. Kadar plasma dalam cairan otak rendah bila tidak terjadi peradangan meningen. Pada dosis tinggi, kadar pada sputum cukup tinggi. Kadar kalium klavulanat dalam cairan amnion dan tali pusat adalah 50% dari kadar dalam darah ibu. Ekskresi melalui ginjal, probenesid tidak mempengaruhi klirens ginjal terhadap obat tersebut. Setelah 6 jam pemberian, 25 % sampai dan 40 % obat terdapat dalam urin dalam bentuk asal. Waktu paruhnya sekitar 1 jam dan memanjang pada penderita gangguan fungsi ginjal.

B-LaktamEfficacySafetySuitabilityCost

Penicilin G++++++++

Amoxiclav +++++++++

Amoksisilin++++++++++++

Golongan NSAID (Antipiretik )3. Parasetamol (asetaminofen) Mekanisme kerja: Menghambat enzim siklooksigenase (COX 1 dan COX 2 ) sehingga menghambat pembentukan prostaglandin FarmakokinetikObat ini diabsorbsi, cepat & sempurna melalui GI Tract. Volume distribusi, Cmax jam, T1/2 1-3 jam dan tersebar keseluruh cairan tubuh. Obat ini dimetabolisme, oleh enzim mikrosom hati, sebagian 80% di konjugasi asam glukoronat, sebagian lagi dengan asam sulfat. Ia juga mengalami hidroksilasi dengan metablit methemoglobin. Eksresi, ginjal dengan sebagian kecil sebagai paracetamol 3%, sisanya bentuk konjugasi. Indikasi : Obat ini dapat digunakan sebagai analgesik dan antipiretik. KontraindikasiTidak boleh diberikan pada pasien yang mengalami penyakit hati kronik, hipersensitivitas asetaminofen. Efek samping : Alergi terhadap para-aminofenol Anemia hemolitik dapat terjadi berdasarkan mekanisme autoimun, defisiensi enzim G6PD dan adanya metabolit abnormal Methemoglobinemia dan sulfhemoglobinemia Nekrosis hati Nekrosis tubuli renalis Koma hipoglikemik Hepatotoksik pada dosis tunggal ( 200- 250 mg/ kgBB)4. Ibuprofen Mekanisme kerja menghambat enzim siklooksigenase pada biosintesis prostaglandin sehingga konversi asam arakidonat menjadi PGG 2 terganggu. Indikasi analgesik, antipiretik dan antiinflamasi Kontraindikasi: Ulkus peptikum Hipersensitifitas terhadap ibuprofen Wanita hamil dan menyusui Efek samping : Efek samping pada saluran cerna Eritema kulit Sakit kepala Trombositopenia Ambliopia toksis yang reversibel Interaksi obat: Mengurangi efek diuresis dan natriuresis furosemid dan thiazid Mengurangi efek antihipertensi obat beta blocker, prazosin dan captopril

Obat (antipiretik)EfficacySafetySuitabilityCost

Paracetamol++++++++++++

Ibuprofen++++++++++

Perbedaan antibiotik dan antiseptik ?Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba terutama fungi yang dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lain. Antiseptik adalah obat yang dapat meniadakan atau mencegah keadaan sepsis. Antiseptik merupakan zat yang digunakan untuk membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme, biasanya merupakan sediaan yang digunakan pada jaringan hidup.4. Jelaskan mekanisme kerja, kontraindikasi, efek samping, interaksi obat, dan aspek farmakokinetik dari berbagai antibiotik yang sering digunakan pada penyakit ini yang penting untuk peresepan!Golongan SefalosporinSefalosporin dibagi menjadi 4 generasi berdasarkan aktivitas antimikrobanya yang secara tidak langsung juga sesuai dengan urutan masa pembuatannya. Seperti halnya antibiotik betalaktam lainnya, mekanisme kerja antimikroba sefalosporin ialah menghambat sintesis dinding sel mikroba. Yang dihambat ialah reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel. a. Sefalosporin generasi pertama (SG I) : spektrum antimikroba yang terutama aktif terhadap kuman Gram-positif. SG I antara lain sefalotin, sefazolin, sefradin, sefaleksin dan sefadroksil. b. Sefalosporin generasi kedua (SG II) : lebih aktif terhadap kuman Gram-negatif. SG II antara lain sefamandol, sefoksitin, sefaklor, sefuroksim, dan sefuroksim asetil.c. Sefalosporin generasi ketiga (SG III) : lebih aktif pada kuman Gram-negatif. SG III antara lain sefotaksim, seftazidim, seftriakson.d. Sefalosporin generasi keempat (SG IV) : spektrum aktivitas lebih luas dari generasi ketiga dan lebih stabil terhadap hidrolisis oleh betalaktamase. SG IV yaitu sefepim. CEFADROXILMerupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi pertama yang merupakan derivat parahidroksi sefaleksin. Cara pemberiannya secara oral. Sediaan tablet, kapsul 250 mg, 500 mg, 1000 mg ; sirup 125 mg/5ml, 250 mg/5 ml. Memiliki ikatan dengan protein plasma sebanyak 20 %. Memiliki waktu paruh 1,5 jam dan diekskresi 90 % melalui urin. Dosis untuk anak yaitu 30m/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Mekanisme kerja Memiliki efek antimikroba yang aktif pada Gram positif. Memiliki keunggulan dari antibiotik golongan penisilin berupa aktivitasnya terhadap bakteri penghasil penisilinase. Golongan sefalosporin ini efektif terhadap S. Aureus dan Streptococcus termasuk S. Pyogenes, S. Viridans dan S. Pneumoniae. Bakteri gram positif yang juga sensitif adalah S. Anerob, clostridium pefringens, listeria monocytogenes dan corynebacterium difteriae.KontraindikasiPenderita yang hipersensitif terhadap sefalosporinEfek samping Reaksi alergi, reaksi anafilaksis dengan spasme bronkus dan urtikaria Reaksi silang pada pasien dengan alergi penisilin berat, dengan demikian pada pasien dengan alergi penisilin berat tidak dianjurkan penggunaan sefalosporin Reaksi coombs pada penggunaan sefalosporin dosis tinggi Depresi sumsum tulang terutama granulositopenia Bersifat nefrotoksik namun lebih ringan dibanding dengan aminoglikosida dan polimiksin Dapat terjadi perdarahan karena hipoprotrombinemia dan atau disfungsi trombositFarmakokinetik Cefadroxil diberikan secara oral dan diabsorbsi di dalam saluran cerna. Dapat melewati sawar darah uri, mencapai kadar tinggi di cairan sinovial dan cairan perikardium. Kadar dalam empedu tinggi. Di ekskresi dalam bentuk utuh melalui ginjal, dengan proses sekresi tubuli. Probenesid mengurangi ekskresi sefalosporin. Memiliki ikatan dengan protein plasma sebanyak 20 %. Memiliki waktu paruh 1,5 jam dan diekskresi 90 % melalui urin.Interaksi ObatObat-obat yang bersifat nefrotoksik dapat meningkatkan toksisitas sefalosporin terhadap ginjal. Probenesid menghambat sekresi sefalosporin sehingga memperpanjang dan meningkatkan konsentrasi obat dalam tubuh. Alkohol dapat mengakibatkan Disulfiram-like reaction jika diberikan 48-72 jam setelah pemberian sefalosporin. Harga Cefadroxil : Kapsul cefadroxil 500 mg = Rp. 550,- per kapsul.

Golongan MakrolidERITROMISINMekanisme kerjaMenghambat sintesis protein kuman dengan jalan berikatan secara reversible dengan ribosom sub-unit 50S. Aktifitas bakteriostatik >> bakterisidal. Efektif untuk gram (+). Absorbsi, eritromisin diserap baik oleh usus kecil bagian atas. Makanan dan asam lambung dapat menghambat absorbsinya.T1/2 1,5jam. Distribusi,Distribusi sangat baik kedalam cairan tubuh kecuali serebrospinalis. Dapat berdifusi ke cairan prostat, obat ini berkumpul di hati. Pada ibu hamil 5-20% dalam sirkulasi fetus.Metabolisme, dimetabolisme secara ekstensif dan menghambat oksidasi sejumlah obat melalui interaksinya dengan system sitokrom P-450.Eksresi, 2-5% ekresi urin. Lebih banyak diekskresikan dalam bentuk aktif dalam empedu. Dialysis peritoneal dan hemodialysis tidak dapat mengeluarkan eritromisisn dari tubuh.Efek sampingAlergi, Gangguan epigastrik, ikterus kolestatik, ototoksisitas, mual, muntah.IndikasiDifteri, eritrasma, ISPA, pneumonia, OMA, urethritis non spesifik, infeksi kulit, gastroenteritis (campylobacter jejuni), profilaksis demam rematik.KontraindikasiPenderita dengan gangguan fungsi hatiInteraksi ObatMeningkatkan toksisitas karbamazepin, kortikosteroid, siklosporin, digoksin, warfarin, terfenadin, astemizol, teofilin. (torsade de pointes).KetersediaanKapsul/tablet 250 mg dan 500 mg, dosis 1-2g/hari terbagi 4 dosis. Anak : 30-50mg/KgBB/hari terbagi 4 dosis sebelum makan. HargaKaps250 mg = Rp. 400/pcsSyrup 200 mg/ 5 ml, btl @ 60 ml = Rp. 7.250/ btlTromilin (EmbaMegafarma)250mg/kaps, 500mg/kaplet, 250mg/5ml. dos 10x10 kaplet Rp 224.400. botol 60ml sirup kering Rp 18.840.KLINDAMISINMekanisme kerjaMenghambat sintesis protein kuman dengan jalan berikatan secara reversible dengan ribosom sub-unit 50S. Absorbsi, diserap lengkap pada pemberian oral, makanan dan asam lambung tidak mengganggu penyerapan. T1/2 2,7 jam. Setelah pemberian dosis oral 150mg biasanya tercapai kadar puncak plasma dalam waktu 1 jam. Distribusi,Distribusi sangat baik kedalam cairan tubuh kecuali serebrospinalis. 90% terikat dengan albumin Metabolisme, dimetabolisme menjadi N-demetilklindamisisn untuk dieksresi melalui urin dan empedu. Eksresi, 10% eksresi urin. Beberapa ditemukan dalam feses.Dosis : Dosis dewasa 150-300mg/6 jam. Dosis anak 8-16mg/KgBB/hari. Dosis bayi 15-25mg?kgBB/hariEfek samping Diare, colitis pseudomembranosa, (antibiotic pseudomembranous colitis). Jika ada tanda tanda diare, perlu diberikan vankomisin 4x125mg po 7-10, atau metronidazole 3x500mg/hari.KontraindikasiPenderita dengan gangguan fungsi hatiInteraksi ObatKlindamisin merupakan senyawa penghambat aminoglikosida dan eritromisin.KetersediaanKapsul 150mg dan 300mg. suspense oral 75mg/5ml. Klindamisin fosfat (IV) 150mg/mlHargaKapsul 150mg = Rp. 370,-/pcsKapsul 300 mg = Rp. 580,-/pcs

P-drugsefficacysafetySuitabilityCost

Cefadroxil ++++++++++

Eritromisin++++++++++

Klindamisin ++++++++++

5. Bagaimana prognosis penyakit ini? Komplikasi apa yang dapat terjadi?

Prognosis dan komplikasi1. Tonsilofaringitis akut ec. Susp. Infeksi virus dd/ infeksi bakterialPrognosis :Ad vitam : dubia adbonamAd sanationam : dubia ad bonamAd functionam : dubia ad bonam

Streptoccoccus B-Hemolitikus Grup A (GBHAS)Streptococcus pyogenes, merupakan jenis bakteri gram positif yang memiliki kemampuan menginfeksi baik secara infasif maupun non infasif. Infeksi terhadap GBHAS ini dapat menyebar melalui kontak langsung dari mucus atau pada tenggorokan. Infeksi bakteri ini biasanya menyebabkan Faringitis dan sebagian kecil infeksi pada kulit (pioderma). Tidak semua Streptococcus Grup A dapat menyebabkan demam rematik, serotipe seperti M type 4,2,12. Streptococcus beta hemolyticus perlu dibedakan karena morfologi koloninya dan kemampuannya untuk menimbulkan hemolisis. Sel ini terdiri dari sitoplasma yang dikelilingi oleh tiga lapisan membran, yang disusun terutama darilipoprotein. Diluar membran sitoplasma adalah dinding sel, terdiri dari tiga komponen:1. Komponen bagian dalam adalah peptigoglikan yang memberi kekakuan dinding sel.2. Polisakarid dinding sel atau KH spesifik grup. KH ini terbukti memiliki determinan antigenik bersama dengan glikoprotein pada katup jantung manusia.3. Komponen ketiga terdiri dari mosaik protein yang dilabel sebagai proteinM yakni antigen spesifik tipe dari Streptococcus grup A. adanya protein Mini menghambat fagositosis.

TerapiTerapi pada faringitis yang disebabkan oleh streptococcus bertujuan pada mencegah komplkasi baik supuratif maupun nonsupuratif dan mengurangi infeksi. Dapat diberikan penisilin V 250mg 2 kali sehari untuk 10 hari pada anak dan 500mg 2 kali sehari atau 250mg 4 kali sehari pada dewasa. Terapi ini sangat efektif. Dapat juga diberikan injeksi Penisilin G Benzatin 1,2 Juta unit pada pasien dengan berat badan >27 Kg; dan 600000 unit pada pasien dengan berat badan 95 persentil menurut umur) pada > 50% penderita Air kemih merah seperti air daging, oliguria, kadang-kadang anuria Pada pemeriksaan radiologik didapatkan tanda bendungan pembuluh darah paru, cairan dalam rongga pleura, dan kardiomegali

Laboratorium Urin : Proteinuria ringan (pemeriksaan urine rebus) Hematuria makroskopis/mikroskopis Torak granular, torak eritrosit Darah BUN naik pada fase akut, lalu normal kembali ASTO >100 Kesatuan Todd Komplemen C3 < 50 mg/dl pada 4 minggu pertama Hipergamaglobulinemia, terutama IgG Anti DNA-ase beta dan properdin meningkatDiagnosisDiagnosis GNAPS dibuat berdasarkan : Gejala klinis Laboratorium : Air kemih : harus lengkap Darah : - ASTO > 100 Kesatuan Todd C3 < 50 mg/Cl

2. Demam rematik dan penyakit jantung rematikDemam reumatik (DR) adalah suatu sindrom klinik akibat infeksiStreptococcus- hemolyticusgolongan A, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu poliartritis migrans akut, karditis, korea minor, nodul subkutan dan eritema marginatum, penegakkan diagnosanya berdasarkan kriteria jones.Penyakit jantung rematik adalah sebuah kondisi dimana terjadi kerusakan permanen dari katup-katup jantung yang disebabkan oleh demam rematik. Penyakit jantung rematik merupakan gejala sisa dari Demam Rematik (DR) akut yang juga merupakan penyakit peradangan akut yang dapat menyertai faringitis yang disebabkan olehStreptococcus beta-hemolyticusgrup A. Penyakit ini cenderung berulang dan dipandang sebagai penyebab penyakit jantung didapat pada anak dan dewasa muda di seluruh dunia.EtiologiInfeksi Streptococcus Beta Hemoliticus grup A. Infeksi bakteri ini biasanya menyebabkan Faringitis dan sebagian kecil infeksi pada kulit (pioderma). Tidak semua Streptococcus Grup A dapat menyebabkan demam rematik, serotipe seperti M type 4,2,12. Streptococcus beta hemolyticus perlu dibedakan karena morfologi koloninya dan kemampuannya untuk menimbulkan hemolisis. Sel ini terdiri dari sitoplasma yang dikelilingi oleh tiga lapisan membran, yang disusun terutama darilipoprotein. Diluar membran sitoplasma adalah dinding sel, terdiri dari tiga komponen:1. Komponen bagian dalam adalah peptigoglikan yang memberi kekakuan dinding sel.2. Polisakarid dinding sel atau KH spesifik grup. KH ini terbukti memiliki determinan antigenik bersama dengan glikoprotein pada katup jantung manusia.3. Komponen ketiga terdiri dari mosaik protein yang dilabel sebagai proteinM yakni antigen spesifik tipe dari Streptococcus grup A. adanya protein Mini menghambat fagositosis.PatofisiologiDemam rematik merupakan respons autoimmune terhadap infeksi Streptokokus hemolitik grup A pada tenggorokan. Respons manifestasi klinis dan derajat penyakit yang timbul ditentukan oleh kepekaaan genetic host, keganasan organisme dan lingkungan yang kondusif. Mekanisme patogenesis yang pasti sampai saat ini tidak diketahui, tetapi peran antigen histokompatibility mayor, antigen jaringan spesifik potensial dan antibody yang berkembang segera setelah infeksi streptokokkus telah diteliti sebagai faktor resiko yang potensial dalam patogenesis penyakit ini. Diperkirakan terdapat suatu kemiripan antara antigen bakteri dengan sel jantung pada manusia (antigenic mimicry). Pada penyelidikan ditemukan 2 hal yaitu :1. Adanya persamaan antara karbohidrat dari Streptococcus Grup A dengan glikoprotein dari katup jantung2. Terdapat persamaan molekuler yaitu : streptococcal M. Protein dengan sarcolema sel miokard pada manusia. M-protein adalah salah satu determinan virulensi bakteri. Lebih dari 130 M protein sudah teridentifikasi dan tipe 1, 3, 5, 6, 14, 18, 19 dan 24 berhubungan dengan terjadinya DR.Berdasarkan hal tersebut di atas terjadinya autoimunitas mungkin merupakan mekanisme terjadinya kerusakan jaringan pada demam reumatik terutama karditis.

6. Apa edukasi yang anda berikan untuk pasien tersebut sehubungan dengan penyakitnya dan obat yang anda berikan? Berkumur dengan airhangat atau antiseptik.Antiseptik dapat diberikan pada kasus infeksi saluran napas atas terutama yang disebabkan bakteri. Karena berfungsi membunuh kuman yang ada di rongga mulut dan tenggorokan. Tetapi jika kondisi pasien sudah membaik sebaiknya penggunaan antiseptik dihentikan karena dapat mengganggu flora normal yang ada di rongga mulut dan tenggorokan. Contohnya: FG Troches. FG Troches mengandung antibiotik fardiomisin (neomisin) sulfat 2,5mg dan Gramisidin S-HCl 1mg. Fradiomisin efektif membunuh bakteri gram negative sedangkan gramisidin efektif membunuh bakteri gram positif. FG Troches tersedia dalam bentuk tablet hisap yang diindikasikan untuk radang tenggorokan, radang gusi(gingivitis), radang rongga mulut(stomatitis), faringitis, tosilitis. Pada anak-anak 1 tablet diberikan 4-5 kali perhari. Banyak minum air putih. Menghindari makanan yang konsistensi keras dan menggantinya denganmakanan yang lunak. Menurunkan demam bisa dibantu dengan melakukan kompres air biasa atau air hangat atau dengan pemberian antipiretik berupa Paracetamol tablet 3x1hari jika diperlukan. Jika demam sudah turun, pasien dapat meghentikan obatnya. Memberikan antibiotik karena pasien kemugkinan mengalami tonsilofaringitis ec.susp infeksi bakteri. Pemberian antibiotik amoksisilin tablet 3x1hari setelah makan selama 5 hari. Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya agar kontrol ke dokter jika obat yang diberikan sudah habis dan sudah ada perbaikan untuk mengevaluasi penyakitnya. Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya agar segera kembali ke dokter jika setelah minum obat muncul reaksi alergi(ruam merah,gatal) dan jika setelah minum obat tersebut selama beberapa hari keluhan tidak membaik atau bertambah parah.

7. Buatlah resep untuk pasien tersebut sesuai dengan obat-obat yang telah anda pilih.Resep 1dr. Ahmad HudanSIP 0899202012567Jalan Mawar No 32 Cilandak Jakarta SelatanTelpon: 0821-884-563-826Jakarta, 10 Maret 2015

R/ Penisilin G 1ml inj No. I S i m mR/ Paracetamol tab 500 mg No.XV S 3dd tab I prnR/ Spuit 1cc No. IS i m m

Pro: An. AurelUsia: 13 tahun Alamat: Cinere

Resep 2dr. KarlinaSIP 0899202765312Jalan Pondok Indah Jakarta SelatanTelpon: 0821-6709-9363Jakarta, 10 Maret 2015

R/ Supramox caps 500mg No. XV S 3 dd tab I pc (habiskan)R/ Sanmol tab 500 mg No.XV S 3dd tab I prn

Pro: An. AurelUsia: 13 tahun Alamat: Cinere.

DAFTAR PUSTAKA Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Indonesia, 2007. Katzung, B.G. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi ke-1. Penerjemah dan Editor: Bagian Farmakologi FK UNAIR. Jakarta:Salemba Medika.2001. Efiaty AS,Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, et all editors. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorokan kepala leher. Ed 6. Jakarta: Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. Hardman, Joel G, Et All. Dasar Farmakologi Terapi volume 2 Goodman & Gilman. Jakarta. EGC.2012