Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha

113
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “S” UMUR 2 HARI DENGAN HIPOTERMI SEDANG DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TANGGAL 15 S.D. 17 JUNI 2014 Karya Tulis Ilmiah Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna Oleh: SITTI ASRIANI 2011.IB.0096

Transcript of Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha

MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “S” UMUR 2 HARI DENGAN HIPOTERMI SEDANG

DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHKABUPATEN MUNA TANGGAL 15 S.D. 17 JUNI 2014

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

Oleh:

SITTI ASRIANI

2011.IB.0096

YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA

KABUPATEN MUNA2014

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny “ S’’ Umur 2 Hari dengan Hipotermi Sedang di Ruang Teratai

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 15 s.d. 17 Juni 2014

Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah

Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

Raha, September 2014

Pembimbing I Pembimbing II

Fikmawati Refu, S.ST Rosdiana Ita, S.ST

Mengetahui,Direktur Akbid Paramata Raha Kabupaten Muna

Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes

LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Karya Tulis

Ilmiah Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

TIM PENGUJI

1. La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes

(....................................................)

2. FikmawatiRefu,S.ST (....................................................)

3. Rosdiana Ita, S.ST (....................................................)

Raha, September 2014

Pembimbing I Pembimbing II

Fikmawati Refu, S.ST Rosdiana Ita, S.ST

Mengetahui,Direktur Akbid Paramata Raha Kabupaten Muna

Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes

RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS DIRI

Nama : Sitti Asriani

NIM : 2011 IB 0096

Tempat/Tanggal Lahir : Bahutara, 19 Desember 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku/Kebangsaan : Muna/Indonesia

Alamat : Desa Bahutara, Kec. Kontungkowuna

B. IDENTITAS ORANG TUA

1. Nama Ayah/Ibu : La Ode Juo/Wa Ode Bania

2. Pekerjaan : Petani/IRT

3. Alamat : Desa Bahutara, Kec. Kontungkowuna

C. PENDIDIKAN

1. Taman kanak-kanak tahun 1999

2. Tamat SD Negeri 6 Kabangka tahun 2005

3. Tamat MTS Karolembo tahun 2008

4. Tamat SMA Negeri 1 Napabalano tahun 2011

5. Akademi Kebidanan Paramata Raha tahun 2011 sampai sekarang

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini sebagai

salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada program studi DIII

kebidanan Akademi Kebidanan Paramata Raha dengan judul ”Manajemen dan

Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Patologi Pada Bayi

Ny ‘’S’’ Umur 2 Hari Dengan Masalah Hipotermi Sedang Diruang Teratai Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 15-17 Juni 2014”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah masih jauh

dari kesempurnaan. Olehnya itu, penulis mengharapkan masukan berupa saran

dan kritikan yang sifatnya membangun guna penyempurnaan karya tulis ilmiah

ini.

Untuk itu melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa hormat serta

terima kasih dan penghargaaan yang sedalam-dalamnya kepada:.

1. La Ode Muhlisi, A.Kep.,M.Kes Selaku Ketua Yayasan Pendidikan Sowite

Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna sekaligus penguji

yang telah memberikan masukan, saran dan kritik dalam ujian karya tulis

ilmiah.

2. Rosminah Mansyarif, S.SIT., M.Kes, selaku Direktur Akademi Kebidanan

Paramata Raha Kabupaten Muna.

3. Fikmawati Refu, S.ST selaku pembimbing 1 dan Ibu Rosdiana Ita, S.ST

selaku pembimbing II yang telah banyak membantu, membimbing dan

meluangkan waktunya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Segenap Dosen dan Staf Program Studi DIII Kebidanan Akademi

Kebidanan Paramata Raha yang telah memberikan bekal ilmu dan

pengetahuan selama penulis mengikuti pendidikan.

5. Kepada Bapak La Ode Juo dan Ibu Wa Ode Bania sebagai Kedua Orang

Tua saya, yang telah memberikan dorongan moril maupun materi.

6. Kepada saudara-saudara saya yang telah memberikan dukungannya kepada

penulis, sehingga penyusunan karya tulis ilmiah ini terselesaikan.

7. Seluruh rekan-rekan seperjuangan mahasiswi Akademi Kebidanan Paramata

Raha Kabupaten Muna angkatan tahun 2011.

Setiap orang selalu berusaha untuk mempersembahkan sebuah karya yang

baik termasuk penulisan, namun patut disadari sepenuhnya karya tulis ini belum

sempurna baik isi maupun sistematika penulisan. Oleh karena itu, segala usul,

saran, komentar serta kritikan yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan

dan akan diterima dengan senang hati.

Akhirnya semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat  bagi

pengembangan ilmu kebidanan dan semoga Allah SWT senantiasa memberikan

rahmat dan petunjuk dalam pemanfaatan karya tulis ilmiah ini. Amin 

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

                                                                                         Raha, 05 September 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ………………………………………………………........... i

Lembar Persetujuan ………………………………………………………… ii

Lembar Pengesahan …………………………………………………........... iii

Riwayat Hidup ………………………………………………………........... iv

Kata Pengantar ………………………………………………………........... v

Daftar Isi ……………………………………………………………............ vii

Daftar Tabel …………………………………………………………............ xi

Inti Sari ……………………………………………………………………… xii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1

A. Latar Belakang Masalah …………………………….............. 1

B. Ruang Lingkup Pembahasan ……………………................... 4

C. Tujuan Telaah ……………………………………………….. 4

D. Manfaat Telaah ……………………………………………... 6

E. Metode Telaah ……………………………………………… 6

F. Sistematika Telaah ………………………………………….. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………................. 10

A. Telaah Pustaka ……………………………………………….. 10

1. Pengertian bayi baru lahir ………………………………… 10

2. Ciri-ciri bayi baru lahir ……………………………………. 10

3. Penanganan Bayi Baru Lahir ……………………………… 11

4. Pencegahan Kehilangan Panas……………………………. 1

5. Pengertian Hipotermi ……………………………………. 15

6. Faktor Penyebap Hipotermi ………………………............ 17

7. Tanda dan Gejala Hipotermi ………………………...........

8. Pengobatan dan Pencegahan Hipotermi …………….......... 21

9. Patofisiologi Hipotermi ………………………................... 24

B. Manajemen Asuhan Kebidanan ………………………......... 29

1. Pengertian ………………………………………………… 29

2. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan ………………. 29

3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan …………………… 33

BAB III STUDI KASUS …………………………………………............ 36

A. Pengumpulan Data Dasar ………………………………….... 36

B. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Aktual …………………. 40

C. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial ………………... 42

D. Tindakan segerah dan kolaborasi …………………………...... 44

E. Perencanaan Asuhan Kebidanan …………………………...... 44

F. Pelaksanaan Rencana Asuhan Kebidanan ……………............... 46

G. Evaluasi ………………………………..................................... 47

H. Pendokumentasian …………………………………………… 48

I. Cacatan perkembangan………………………………………..

BAB IV PEMBAHASAN …………………………………………........... 57

A. Pengumpulan dan Analisa Data Dasar ……………………….... 57

B. Merumuskan Diagnosa dan Masalah Aktual ………………….. 58

C. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial …………………. 58

D. Perlunya Tindakan Segera dan Kolaborasi ……………………. 59

E. Rencana Asuhan ……………………………………………….. 59

F. Pelaksanaan Rencana Asuhan Kebidanan ………………........... 60

G. Evaluasi Asuhan kebidanan ………………………………....... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………….... 62

A. Kesimpulan ……………………………………………................. 62

B. Saran ………………………………………………….................. 63

Daftar Pustaka ………………………………………………….................... 65

Lampiran-lampiran

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kalasifikasi Suhu Tubuh Abnormal ………….................... 28

Tabel 2. Klasifikasi Hipotermi pada Bayi Baru Lahir ………............ 29

Tabel 3. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan …........ 35

Tabel 4. Penilaian Apgar pada Bayi Ny. “S” …………………........ 38

Tabel 6. Follow Up ………………………………………………….. 56

INTISARI

Sitti Asriani (2011.IB.0096), “Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Patologi Pada Bayi Ny S Umur 2 Hari Dengan Masalah Hipotermi Sedang Di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna” di bawah bimbingan Ibu Fikmawati Refu, S.ST dan Ibu Rosdiana Ita, S.ST (V+65 hal).

Latar Belakang : Kehidupan bayi baru lahir yang paling kritis adalah saat mengalami masa transisi dari kehidupan intrauterin kekehidupan ekstrauterin. Salah satu yang menjadi masalah yang dialami bayi pada masa transisi ini adalah hipotermi. Hipotermi adalah penurunan suhu tubuh bayi di bawah suhu normal (kurang dari 36°C).

Tujuan Penelitian : Dapat melaksanakan Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Patologi Pada Bayi Nyonya S dengan Masalah Hipotermi Sedang Di Ruang Teratai RSUD Kabupaten Muna Mulai Tanggal 15 Juni s.d 17 Juni 2014.

Hasil Penelitian : Pada studi kasus bayi Nyonya S, evaluasi yang berhasil dilakukan adalah pemantauan keadaan klien meliputi : keadaan umum baik, tidak terjadi hipotermi berat dan suhu bayi kembali normal.

Kesimpulan : Berdasarkan studi kasus bayi Nyonya S dengan masalah hipotermi sedang tidak di temukan hal-hal yang menyimpang dari evaluasi dan tinjauan pustaka. Oleh karena itu bila dibandingkan dengan tinjauan pustaka dan studi kasus bayi Nyonya S secara garis besar tidak di temukan kesenjangan.

Kata Kunci : Bayi Baru Lahir Patologi dan Hipotermi Sedang

Daftar Pustaka : 25 (1992-2013)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hipotermia yaitu penurunan suhu tubuh bayi dibawah suhu normal.

Kehidupan bayi baru lahir yang paling kritis adalah saat mengalami masa transisi

dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Salah satu yang menjadi

masalah yang dialami bayi pada masa transisi ini adalah hipotermia.

Menurut data dari organisasi kesehatan dunia ( WHO ), pada tahun 1995

hampir semua (98%) dari 5 juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang.

Lebih dari 2/3 kematian itu terjadi pada periode neonatal dini. Umumnya karena

berat badan lahir <2500 gram. Bahkan 17% dari 25 juta persalinan pertahun

adalah BLBR dan hampir semuanya terjadi pada negara berkembang. WHO

memperkirakan hampir sekitar 98% dari lima juta kematian neonatal terjadi di

negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode

neonatal dini dan 42% kematian neonatal disebabkan infeksi seperti: sepsis,

tetanus neonatorum, meningitis, pneumonia, dan diare (Imral chair, 2007).

Negara ASEAN, merupakan Negara dengan angka kamatian bayi tertinggi,

yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masih

memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu. Dengan

perkiraaan persalinan di Indonesia setiap tahunnya sekitar 5.000.000 jiwa.

(Manuaba 2010).

Pada tahun 2011, jumlah angka kematian bayi baru lahir (neonatal) di

Negara-negara ASEAN, di Indonesia mencapai 31 per 1000 kelahiran hidup.

Angka itu 5,2 kali lebih tinggi dibandingkan Malaysia. Juga 1,2 kali lebih tinggi

dibandingkan Filipina dan 2,4 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan

Thailand. Karena itu masalah ini harus menjadi perhatian serius.

(http://www.docs-finder.com/ jumlah angka kematian ibu dan bayi di dunia tahun

2010 doc.html diakses tanggal 25 Mei 2011).

Kematian prenatal di Indonesia merupakan kematian nomor 2 setelah

maternal, penelitian ini menunjukan bahwa lebih dari 50 % kematian bayi terjadi

dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan kurang baiknya

penanganan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian.

Pada tahun 2005 angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1000

kelahiran hidup. Jika angka kelahiran hidup di Indonesia sekitar 5 juta per tahun

dan angka kematian bayi 20 per 1000 kelahiran hidup, berarti sama halnya dengan

setiap hari 246 bayi meninggal, setiap satu jam 10 bayi Indonesia meninggal, jadi

setiap enam menit satu bayi Indonesia meninggal. (Roesli Utami, 2008)

Menurut DEPKES RI angka kematian sepsis neonatorum cukup tinggi 13-

50% dari angka kematian bayi baru lahir. Masalah yang sering timbul sebagai

komplikasi sepsis neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi,

hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan minum (Depkes, 2007).

Jumlah kematian bayi di Sulawesi Tenggara tahun 2010-2012 cenderung

berfluktuasi. Pada tahun 2010 jumlah kematian bayi 587 per 1000 kelahiran

hidup, tertinggi terjadi di Kabupaten Muna 79 per 1000 kelahiran hidup,

menyusul Kabupaten Kolaka 67 per 1000 kelahiran hidup dan Konawe Selatan 59

per 1000 kelahiran hidup. Tahun 2011 jumlah kematian bayi mengalami

peningkatan yang cukup tinggi yaitu mencapai jumlah 1.166 kematian bayi.

Kematian Bayi yang tertinggi pada tahun 2011 terdapat di Kabupaten Muna

sebanyak 197 per 1000 kelahiran hidup, disusul kabupaten Buton 172 per 1000

kelahiran hidup dan Kabupaten Konawe Selatan 167 per 1000 kelahiran hidup. Di

Tahun 2012 jumlah kematian bayi mengalami penurunan yang cukup signifikan

yaitu 693 per 1000 kelahiran hidup, jumlah tertinggi masih terjadi di Kabupaten

Muna (122) dan menyusul Buton (82) dan Bombana (78). BBLR 120 orang,

asfiksia 89 orang, sepsis 9 orang, dan tetanus 3 orang, dengan demikian total

kematian neonatal tahun 2012 adalah 484 per 1000 kelahiran hidup, hal ini

menunjukkan masa neonatal merupakan resiko kematian bayi yang paling tinggi,

yaitu 484 kematian dari 693 bayi (Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara

Tahun 2012)

Berdasarkan data yang didapatkan di ruang bayi Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Muna jumlah bayi yang mengalami hipotermi didapatkan data

dari 3 tahun terakhir (Oktober 2012, Desember 2013, dan Januari 2014 ) dari 9

bayi yang dirawat semua mengalami hipotermi, akan tetapi kematian bayi akibat

hipotermi tidak ada. (Buku Pencatatan dan Pelaporan Rumah Sakit Umum Raha

2010)

Bayi yang mengalami hipotermia mempunyai risiko tinggi terhadap

kematian sehingga memerlukan pengawasan dan perawatan yang intensif dan

ketat dari tenaga kesehatan yang berpengalaman dan berkualitas tinggi. Peran

bidan sangat diperlukan untuk mencengah terjadinya risiko hipotermia pada bayi.

Maka dari itu penulis mengambil judul “Manajemen dan Pendokumentasian

Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Patologis Pada Ny. “S” Dengan

Masalah Hipotermi Sedang Di Ruang Teratai RSUD Kabupaten Muna Tahun

2014”.

Diharapkan dengan pelaksanan asuhan kebidanan tersebut dapat

meningkatkan peran fungsi bidan dalam menurunkan angka kematian bayi yang

disebabkan oleh hipotermi dan bidan harus memiliki pengetahuan yang luas, sikap

dan keterampilan dalam melakukan asuhan untuk mencegah terjadinya hal yang

tidak diinginkan.

A. Ruang Lingkup Pembahasan

Adapun ruang lingkup penulisan studi kasus ini adalah Manajemen dan

Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. “S”

dengan Masalah Hipotermi Sedang Di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daetah

Kabupaten Muna Mulai Tanggal 15 Juni s.d 17 Juni 2014.

B. Tujuan Telaah

1. Tujuan Umum

Dapat melaksanakan Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Bayi Baru Lahir Patologi Pada Bayi Ny. “S” dengan Masalah Hipotermi

Sedang Di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

Mulai Tanggal 15 Juni s.d 17 Juni 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Melaksanakan pengkajian dan analisa data dasar pada Bayi Ny. “S”

dengan Masalah Hipotermi Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Muna Mulai Tanggal 15 Juni s.d 17 Juni 2014.

b. Merumuskan diagnosa/masalah aktual pada Bayi Ny. “S” dengan

Masalah Hipotermi Sedang Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Muna Mulai Tanggal 15 Juni s.d 17 Juni 2014.

c. Merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Bayi Ny. “S” dengan

Masalah Hipotermi Sedang Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Muna Mulai Tanggal 15 Juni s.d 17 Juni 2014.

d. Mengidentifikasi tindakan segera dan kolaborasi pada Bayi Ny. “S”

dengan Masalah Hipotermi Sedang Di Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Muna Mulai Tanggal 15 Juni s.d 17 Juni 2014.

e. Merencanakan asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. “S” dengan Masalah

Hipotermi Sedang Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

Mulai Tanggal 15 Juni s.d 17 Juni 2014.

f. Melaksanakan tindakan asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. “S” dengan

Masalah Hipotermi Sedang Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Muna Mulai Tanggal 15 Juni s.d 17 Juni 2014.

g. Mengevaluasi asuhan Kebidanan yang telah diberikan pada Bayi Ny. “S”

dengan Masalah Hipotermi Sedang Di Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Muna Mulai Tanggal 15 Juni s.d 17 Juni 2014.

h. Mendokumentasikan semua temuan asuhan Kebidanan yang telah

dilaksanakan pada Bayi Ny. “S” dengan Masalah Hipotermi Sedang Di

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Mulai Tanggal 15 Juni s.d

17 Juni 2014.

C. Manfaat Telaah

1. Manfaat Praktis

Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta tambahan

pengalaman yang sangat berharga dalam penerapan asuhan kebidanan dengan

Masalah Hipotermi Sedang.

2. Manfaat Ilmiah

Merupakan kontribusi pemikiran bagi penulis dalam proses penerapan ilmu

pengetahuan yang telah diperoleh khususnya tentang Bayi Baru Lahir

Patologi dengan Masalah Hipotermi Sedang.

3. Manfaat Institusi

Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan Akademi Kebidanan

Paramata Raha dalam penerapan proses asuhan kebidanan pada kasus Bayi

Baru lahir Patologi pada bayi Ny. “S” dengan Masalah Hipotermi Sedang.

4. Manfaat Bagi Penulis

Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan ujian akhir jenjang pendidikan

dan penerapan ilmu yang telah didapatkan pada Akademi Kebidanan

Paramata Raha.

D. Metode Telaah

Metode yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah

1. Studi Kepustakaan

Yaitu dengan membaca buku, situs dan makalah-makalah yang berkaitan

dengan masalah yang dibahas sebagai dasar teoritis yang digunakan dalam

menyusun karya tulis ini.

2. Studi Kasus

Melaksanakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan proses

manajemen asuhan kebidanan yang meliputi 7 langkah varney yaitu:

identifikasi dan analisa data dasar, identifikasi diagnosa/masalah aktual,

antisipasi diagnosa/masalah potensial, melaksanakan tindakan segera dan

kolaborasi, merencanakan asuhan kebidanan, melaksanakan asuhan

kebidanan dan evaluasi.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Anamnesa/wawancara

Penulis melakukan tanya jawab dengan klien dan keluarganya guna

mendapatkan data yang diperlukan untuk memberikan asuhan

kebidanan pada klien tersebut.

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik dilakukan secara sistematis mulai dari kepala

sampai ke kaki meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.

3. Studi   Dokumentasi

Studi ini dilakukan dengan mempelajari status kesehatan klien yang

bersumber dari catatan bidan

4. Diskusi

Yaitu mengadakan konsultasi dengan bidan yang menangani langsung

klien tersebut serta berdiskusi dengan dosen pembimbing Studi Kasus

mengenai klien.

E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam karya ilmiah ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Ruang Lingkup Pembahasan

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

2. Tujuan Khusus

D. Manfaat telaah

1. Manfaat Praktis

2. Manfaat Ilmiah

3. Manfaat Institusi

4. Manfaat Bagi Penulis

E. Metodologi telaah

1. Studi Kepustakaan

2. Studi Kasus

3. Studi Dokumentasi

4. Diskusi

F. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Pengertian Bayi Baru Lahir

2. Pengertian Hipotermi

3. Pengertian Hipotermi Sedang

B. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian Manajemen Kebidanan

C. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan

D. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (Soap)

BAB III STUDI KASUS

A. Pengkajian Dan Analisa Data Dasar

B. Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual

C. Merumuskan Diagnosa/ Masalah Potensial

D. Mengidentifikasi Tindakan Segera Dan Kolaborasi

E. Rencana Asuhan Kebidanan

F. Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan

G. Evaluasi Asuhan Kebidanan

H. Pendokumentasian Hasil Asuhan SOAP

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bagian ini membahas tentang kesenjangan antara teori dengan fakta

yang ada, dibahas secara sistematis mulai dari step 1 sampai 7.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Pengertian bayi baru lahir

Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42

minggu dan berat badan lahir 3200 gram sampai dengan 4.000 gram. (Sudarti,

2010. Hal 1).

a. Ciri-ciri bayi baru lahir

1. Berat badan 3200-4000 gram

2. Panjang badan 48-52 cm

3. Lingkar dada 30-38 cm

4. Lingkar kepala 33-35 cm

5. Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180 kali/menit,

kemudian menurun sampai 120-140 kali/menit.

6. Pernafasan pada menit-menit pertama cepat kira-kira 80 kali/menit,

kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40 kali/menit.

7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup

terbentuk dan diliputi verniks caeseosa.

8. Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya tampak

sempurna.

9. Kuku agak panjang dan lemas.

10. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

11. Refleks Moro sudah baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan

gerakan seperti memeluk.

12. Graff refleks sudah baik, apabila diletakkan suatu benda ke telapak

tangan, bayi akan menggenggam/adanya gerakan refleks.

13. Eliminasi baik, urin dan mekonium akan keluar dalam 24 jam, pertama,

mekonium berwarna kecoklatan. (Sudarti, 2010)

2. Penanganan Bayi Baru Lahir

a. Pertahankan kebersihan jalan nafas

1) Pegang kepala bayi lebih rendah dari badan dengan kepala dipindahkan

ke sisi drainase.

2) Bersihkan wajah dan kepala, bersihkan cairan dari hidung dan mulut.

3) Hisap hidup dan mulut menggunakan spuit seperti bola lampu yang lunak

(de lee).

b. Jaga bayi tetap hangat

1) Bersihkan dan keringkan bayi;

2) Tempatkan bayi diatas perut ibu;

3) Letakkan topi stockinet pada kepala bayi;

4) Gunakan penghangat;

5) Bungkus bayi dengan selimut hangat.

6) Perlihatkan bayi pada orang tua dan yang lain, tempatkan pada perut ibu

7) Klem dan potong tali pusat

8) Catat nilai Apgar pada 1 dan 5 menit pertama

9) Lakukan dengan segera pemeriksaan menyeluruh pada bayi (Varney,

Helen. 2002. Hal 274).

3. Pencegahan Kehilangan Panas

a. Mekanisme kehilangan panas

Bayi baru lahir dapat kehilanagn panas tubuhnya melalui cara-cara berikut :

1) Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas

dapat terjadi karena karena penguapan cairan ketuban pada permukaan

tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir tubuh bayi tidak

segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu

cepat di mandikan dan tubuhnya tidak segera di keringkan dan selimuti.

2) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara

tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau

timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan

menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi

diletakkan di atas benda-benda tersebut.

3) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar

udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di

dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas.

Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi aliran udara dari kipas angin,

hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.

4) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi di tempatkan di

dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu

tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-

benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak

bersentuhan secara langsung).

b. Mencegah kehilangan panas

1) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks

Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh

lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks

akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Ganti handuk basah

dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.

2) Letakkan bayi agar terjadi kontak kulit ibu ke kulit bayi

Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi

sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Uasahakan kepala bayi

berada di antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari

puting payudara ibu. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke

kulit di dada ibu paling sedikit satu jam.

3) Selimuti ibu dan bayi dan pakaikan topi di kepala bayi

Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi

di kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang

relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian

tersebut tidak tertutup.

4) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir

Lakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit

bayi dan bayi selesai menyusu. Karena BBL cepat dan mudah

kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum

melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain

atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari

selisih berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan

berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan ≥6 jam setelah

lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir

dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan bayi baru

lahir.

4. Pengertian Hipotermi

Beberapa definisi hipotermia dari beberapa sumber :

a. Menurut Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo (2001), bayi

hipotermia adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal.adapun suhu

normal pada neonatus adalah  36,5°C-37,5oC. Gejala awal pada hipotermi

apabila suhu <36oC atau kedua kaki dan tangan  teraba dingin. Bila seluruh

tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah  mengalami hipotermia sedang

(suhu 32°C-36oC). Disebut hipotermia berat bila suhu <32oC diperlukan

termometer ukuran rendah yang dapat mengukur sampai 25oC.

b. Menurut Indarso F(2001), disamping sebagai suatu gejala,hipotermia

merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.

c. Menurut Sandra M.T (1997), hipotermi yaitu suatu kondisi dimana suhu

tubuh inti turun sampai dibawah 35oC.

Hipotermi adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami

penurunanan suhu inti (suhu organ dalam) sampai dibawah 35oC. Hipotermi

bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan diseluruh tubuh (Edema

Generalisata), menghilangnya reflex tubuh (areflexia), koma, hingga

menghilangnya reaksi pupil mata. Ada beberapa jenis hipotermi yaitu:

1. Jenis-Jenis Hipotermi

a) Accidental hypothermia terjadi ketika suhu tubuh inti menurun hingga

< 35°C

b) Primary accidental hypothermia merupakan hasil dari paparan

langsung terhadap udara dingin pada orang yang sebelumnya sehat.

c) Secondary accidental hypothermia merupakan komplikasi gangguan

sistemik (seluruh tubuh) yan serius. Kebanyakan terjadinya suhu di

musim dingin (salju) dan iklim dingin.

Berdasarkan kejadiannya, hipotermi dibagi menjadi 4 bagian

yaitu :

1) Hipotermi spintas, yaitu penurunan suhu tubuh 1-2°C sesudah

lahir. Suhu tubuh akan menjadi normal kembali setelah bayi

berumur 4-8 jam, bila suhu ruang di atur sebaik-baiknya. Hipotermi

sepintas ini terdapat pada bayi dengan BBLR, hipoksia, resusitasi

lama, ruangan tempat bersalin yang dingin, bila bayi segera di

bungkus setelah lahir terlalucepat di mandikan (kurang dari 4-6 jam

sesudah lahir).

2) Hipotermi akut, yaitu terjadi bila bayi berada di lingkungan yang

dingin selama 6-12 jam, terdapat pada bayi dengan BBLR, diruang

tempat bersalin yang dingin, incubator yang cukup panas.

Terapinya adalah: segeralah masukan bayi segera kedalam

inkubataor yang suhunya sudah menurut kebutuhan bayi dan dalam

kaadaan telanjang supaya dapat di awasi secara teliti. Gejala bayi

lemah, gelisah, pernafasan dan bunyi jantung lambat serta kedu

kaki dingin.

3) Hipotermi sekunder, yaitu penurunan suhu tubuh yang tidak di

sebabkan oleh suhu lingkungan yang dingin, tetapi oleh sebab lain

seperti sepsis, syndrome gangguan nafas, penyakit jantung bawaan

yang berat,hipoksia dan hipoglikemi, BBLR. Pengobatan dengan

mengobati penyebab misalnya: pemberian antibiotika,larutan

glukosa, oksigen dan sebagainya.

4) Cold injuri, yaitu hipotermi yang timbul karena terlalu lama dalam

ruang dingin(lebih dari 12 jam). Gejala: lemah, tidak mau minum,

badan dingin, oligoria, suhu berkisar sekitar 29,5°C-35°C, tidak

banyak bergerak, oedema, serta kemerahan pada tangan, kaki dan

muka, seolah-olah dalam keadaan sehat, pengerasan jaringan sub

kutis. Pengobatan : memanaskan secara perlahan-lahan, antibiotika,

pemberian larutan glukosa 10% dan kastikastiroid.

2. Faktor Penyebap Hipotermi

a) Kesalahan perawatan bayi segera setelah lahir

b) Bayi dipisahkan dengan ibunya

c) Bayi bayu lahir rendah (BBLR)

d) Kondisi ruang yang dingin

e) Prosedur penghangatan yang adekuat

f) Asfiksia, hipoksia. (Sudarti-Afroh Fauziah, 2013)

g) Faktor pencetus hipotermi menurut Depkes RI,1992 :

1) Faktor lingkungan.

2) Syok.

3) Infeksi. 

4) Gangguan endokrin metabolik.

5) Kurang  gizi

6) Obat-obatan.

h) Aneka cuacaMekanisme hilangnya panas

Cara Perpindahan pada Neonotus:

1) Radiasi adalah panas yang hilang dari objek yang hangat (bayi) ke

objekyang dingin. Misal BBL diletakkan ditempat yang dingin.

2) Konduksi adalah pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi

langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin. Misal

popok atau celana basah tidak langsung diganti.

3) Konveksi adalah hilangnya panas dari bayi ke udara sekelilingnya.

Misal BBL diletakkan dekat pintu atau jendela terbuka.

4) Evaporasi adalah hilangnya panas akibat penguapan dari air pada

kulit bayi misalnya cairan amnion pada bayi. (sudarti-Afroh

Fauziah, 2013).

3. Tanda dan Gejala Hipotermi

a. Tanda-tanda klinis hipotermi:

1) Hipotermia sedang:

a) Kaki teraba dingin

b) Kemampuan menghisap lemah

c) Tangisan lemah

d) Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata

2) Hipotermia berat

a) Sama dengan hipotermia sedang

b) Pernafasan lambat tidak teratur

c) Bunyi jantung lambat

d) Mungkin timbul hipoglikemi dan asidosisi metabolik

3) Stadium lanjut hipotermia

a) Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang

b) Bagian tubuh lainnya pucat

c) Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada

punggung, kaki dan tangan

d) (sklerema)

Gejala Klinis hipotermia dibagi menjadi 3 ,

1) Mild atau ringan

Sistem saraf pusat: amnesia, apati, terganggunya persepsi

halusinasi;

2) Cardiovaskular: denyut nadi cepat lalu berangsur melambat,

meningkat4nya tekanandarah:

a) Penafasan: nafas cepat lalu berangsur melambat;

b) Saraf dan otot: gemetar, menurunnya kemampuan koordinasi

otot.

3) Moderate, sedang

a) Sistem saraf pusat: penurunan kesadaran secara berangsur,

pelebaran pupil;

b) Cardiovaskular: penurunan denyut nadi secara berangsur;

c)  Pernafasan: hilangnya reflex jalan nafas (seperti batuk,

bersin);

d) Saraf dan otot: menurunnya reflex, berkurangnya respon

menggigil, mulai munculnya kaku tubuh akibat udara dingin.

4) Severe, parah

a) Sistem saraf pusat: koma, menurunnya reflex mata (seperti

mengedip;

b) Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur,

menghilangnya tekanan  darah sistolik;

c) Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen;

d) Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex

perifer.

Gejala Hipotermi pada bayi baru lahir :

1) Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh,bayi menjadi kurang

aktif,tidak kuat menghisap asi,dan menangis lemah.

2) Timbulnya sklerema atau kulit mengeras berwarna

kemerahan terutama dibagian punggung, tungkai dan tangan

3) Muka bayi berwarna merah terang.

4) Tampak mengantuk.

5) Kulitnya pucat dan dingin.

6) Lemah, lesu, menggigil.

7) Kaki dan tangan bayi teraba lebih dingin dibandingkan

dengan bagian dada.

8) Ujung jari tangan dan kaki kebiruan

9) Bayi tidak mau minum/menyusui.

10) Bayi tampak lesu atau mengantuk saja.

11) Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan

kulit tubuh bayi mengeras (sklerema).

12) Kulitnya pucat dan dingin.

13) Menggigil.

4) Pengobatan dan Pencegahan Hipotermi

Mengatasi bayi hipotermi dilakukan dengan cara :

a) Prinsip penanganan hipotermi adalah penstabilan suhu tubuh dengan

menggunakan selimut hangat (tapi hanya pada bagian dada, untuk

mencegah turunnya tekanan darah secara mendadak) atau

menempatkan pasien di ruangan yang hangat. Berikan juga minuman

hangat(kalau pasien dalam kondisi sadar).

Pencegahan dan Penanganan Hipotermi Pemberian panas yang

mendadak, berbahaya karena dapat terjadi apnea sehingga

direkomendasikan penghangatan 0,5-1°C tiap jam (pada bayi <1000

gram penghangatan maksimal 0,6 °C). (Indarso, F, 2001).

Alat-alat Inkubator Untuk bayi <1000 gram, sebaiknya

diletakkan dalam inkubator. Bayi-bayi tersebut dapat dikeluarkan dari

inkubator apabila tubuhnya dapat tahan terhadap suhu lingkungan

30°C. Radiant Warner Adalah alat yang digunakan untuk bayi yang

belum stabil atau untuk tindakan-tindakan. Dapat menggunakan servo

controle (dengan menggunakan probe untuk kulit) atau non servo

controle (dengan mengatur suhu yang dibutuhkan secara manual).

b) Pencegahan Hipotermi Pada Bayi:

1) Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup dengan topi.

Jika bayi harus  dibiarkan telanjang untuk keperluan observasi

maupun pengobatan, maka bayi ditempatkan dibawah cahaya

penghangat.Untuk mencegah hipotermi, semua bayi yang baru lahir

harus tetap berada dalam  keadaan hangat.

2) Di kamar bersalin, bayi segera dibersihkan untuk menghindari

hilangnya panas tubuh  akibat penguapan lalu dibungkus dengan

selimut dan diberi penutup kepala.

3) Melaksanakan metode kanguru, yaitu bayi baru lahir dipakaikan

popok dan tutup kepala diletakkan di dada ibu agar tubuh bayi

menjadi hangat karena terjadi kontak kulit langsung.Bila tubuh

bayi masih teraba dingin bisa ditambahkan selimut.

4) Bayi baru lahir mengenakan pakaian dan selimut yang disetrika

atau dihangatkan diatas tungku.

5) Menghangatkan bayi dengan lampu pijar 40 sampai 60 watt yang

diletakkan pada jarak setengah meter diatas bayi.

6) Meminta pertolongan kepada petugas kesehatan terdekat.

7) Dirujuk ke rumah sakit.

8) Terapi yang bisa diberikan untuk orang dengan kondisi hipotermia,

yaitu jalan nafas harus tetap terjaga juga ketersediaan oksigen yang

cukup.

Tindakan Pencegahan Penyakit Hipotermi

a) Siapkan lingkungan hangat ( lingkungan netral );

b) Segera keringkann bayi setelah lahir;

c) Jangan mandikan bayi segerah setelah lahir;

d) Jangan hilangkan verniks;

e) Tutup kepala dengan kain/topi;

f) Berikan bayi ke dada ibu dan selimuti;

g) BBLR bila kondisi stabil di lakukan perawatan dengan metode

kanguru:

h) Susukan bayi 30 menit setelah lahir. ( Sudarti-Afroh Fauziah,

2013)

5) Patofisiologi Hipotermi

Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan

pada sentral pengatur panas di  hipothalamus. Saraf yang dari

hipothalamus sewaktu mencapaibrown fat memacu

pelepasan noradrenalin lokal sehingga trigliserida dioksidasi menjadi

gliserol dan asam lemak. Blood gliserol  level meningkat, tetapi asam

lemak secara lokal dikonsumsi untuk menghasilkan panas.

Daerah brownfat menjadi panas, kemudian di distribusikan ke beberapa

bagian tubuh melalui aliran darah. Ini menunjukkan bahwa bayi akan

memerlukan oksigen tambahan dan glukosa untuk metabolisme yang

digunakan untuk menjaga tubuh tetap hangat.

Methabolicther mogenesis yang efektif memerlukan integritas dari

sistem syaraf sentral, kecukupan dari brownfat, dan tersedianya glukosa

serta oksigen.

Perubahan fisiologis akibat hipotermi yang terjadi pada sistem

syaraf pusat antara lain depresi linier dari metabolisme otak, amnesia,

apatis, disartria, pertimbangan yang terganggu adaptasi yang salah, EEG

yang abnormal, depressi kesadaran yang progresif, dilatasi pupil, dan

halusinasi. Dalam keadaan berat dapat terjadi kehilangan autoregulasi

otak, aliran darah otak menurun, koma, refleks okuli yang hilang, dan

penurunanyangprogressif dari aktivitas EEG.

Pada jantung dapat terjadi takikardi, kemudian bradikardi yang

progressif, kontriksi pembuluh darah, peningkatan cardiacout put, dan

tekanan darah. Selanjutnya, peningkatan aritmia atrium dan ventrikel,

perubahan EKG dan sistole yang memanjang; penurunan tekanan darah

yang progressif, denyut jantung, dan cardiacout put disritmia serta

asistole. Pada pernapasan dapat terjadi takipnea,bronkhorea,

bronkhospasma, hipoventilasi konsumsi oksigen yang menurun sampai

50%, kongesti paru dan edema, konsumsi oksigen yang menurun

sampai 75%, dan apnoe. Pada ginjal dan sistem endokrin, dapat

terjadicold diuresis, peningkatan katekolamin, steroid adrenal, T3 dan T4

dan menggigil; peningkatan aliran darah ginjal sampai 50%, autoregulasi

ginjal yang intak, dan hilangnya aktivitas insulin. Pada keadaan berat,

dapat terjadi oliguri yang berat, poikilotermia, dan penurunan.

Akibat-akibat yang di timbulkan oleh hipotermi:

a) Hipoglikemi Asidosis metabolik, karena vasokonstrtiksi perifer

dengan metabolisme anaerob.

b) Kebutuhan oksigen yang meningkat.

c) Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.

d) Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal

yang menyertai hipotermi berat.

e) Shock.

f) Apnea.

g) Perdarahan Intra Ventricular

Kedinginan yang terlalu lama dapat menyebabkan tubuh beku,

pembuluh darah dapat mengerut dan memutus aliran darah ke telinga,

hidung, jari dan kaki. Dalam kondisi yang parah mungkin korban menderita

ganggren (kemuyuh) dan perlu diamputasi. Hipotermia bisa menyebabkan

terjadinya pembengkakan di seluruubuh (Edema Generalisata),

menghilangnya reflex tubuh (areflexia), koma, hinggamenghilangnya reaksi

pupil mata. Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 320°C.

Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran

rendah (low reading termometer) sampai 250°C. Di samping sebagai suatu

gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan

kematian.

Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal.

Suhu normal pada bayi neonatus adalah adalah 36,5-37,5°C (suhu ketiak).

Hipotermi merupakan salah satu penyebab tersering dari kematian bayi baru

lahir, terutama dengan berat badan kurang dari 2,5 Kg Gejala awal

hipotermi apabila suhu kurang dari 36 °C atau kedua kaki dan tangan teraba

dingin.

5. Pengertian Hipotermi Sedang

Suhu bayi antara 35°C-36,4°C karena bayi terpapar suhu lingkungan

yang rendah, waktu timbulnya kurang dari 2 hari. Tanda-tanda dari hipotermi

sedang adalah Bayi mengalami gangguan nafas, denyut jantung kurang 100

kali/menit, malas minum dan letargi, kulit bayi berwarna biru bila disentuh

terasa dingin.

Tanda-tanda hipotermia sedang :

a. Aktifitas berkurang, letargis.

b. Tangisan lemah

c.  Kulit berwarna tidak rata (cutis malviorata)

d. Kemampuan menghisap lemah

e. Kaki teraba dingin

f. Jika hipotermia berlanjut akan timbul cidera dingin

Tindakan pada hipotermi sedang:

1. Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih, dapat hangat

2. Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru bila ibu dan bayi

berada dalam satu selimut atau kain hangaat yang diserterika terlebih

dahulu. Bila selimut atau kain mulai mendingin, segera ganti dengan

selimut/kain yang hangat.

3. Ulangi sampai panas tubuh ibu mendingin, segera ganti dengan

selimut/kain yang hangat.

Mencegah bayi kehilangan panas dengan cara :

a) Memberi tutup kepala/topi bayi

b) Mengganti kain/popok bayi yang basah dengan yang kering dan

hangat

Tabel 1. Klasifikasi Suhu Tubuh AbdormalAnamnesis Pemeriksaan Klasifikasi

Bayi temperatur suhu lingkungan yang rendah waktu timbulnya kurang dari 2 hari.

Suhu tubuh 36,4°C Gangguan nafasDenyut jantung kurang dari 100 kali.menitMalas minummlatergi

Hipotermi Sedang

Bayi temperature suhu (lingkungan yang rendah) waktu timbulnya kuurang dari 2 hari.

Suhu tubuh 32°CTanda lain hipotermi sedang Kulit teraba kerasNafas pelan dan dalam

Hipotermi Berat

Tidak terpapar dengan dingin atau panas yang berlebihan.Bayi berada dalam lingkungan yang sangat panas, terpapar sinar matahari, berada di iincubator atau di bawah pemancar panas.

Suhu tubuh berkulatasi antara 36°C-39°C meskipun berada dilingkungan yang stabill.Fluktuasi terjadi sesudah periode suhu stabil.

Suhu tubuh tidak stabil

Bayi bberada di lingkungan yang sangat panas, terpapar sinar matahari, berada di incubator atau di bawah pemancar panas.

Suhu tubuh 37,5°CTanda dehidrasi (elastisitas kulit turun, mata dan uubun-ubun besar dan cekung, lidah dan membrane mukosa kering).Malas minum Frekuensi nafas >60 x/menitDenyut jantung >160 x/menitLatergi

Hipotermi

(Yongki, Muhamad Judha, Rodiyah, dan Sudarti. 2012 :14)

Tabel 2. Klasifikasi Hipotermi pada Bayi Baru LahirAnamnesis Pemeriksaan Klasifikasi

Bayi temperatur suhu

lingkungan yang

rendah

Waktu timbulnya

kurang

dari 2 hari.

Bayi terpapar suhu

Suhu tubuh 32°C-36,4°C

Gangguan nafas

Denyut jantung <100 kali/menit

Malas minum

Letargi

Suhu tubuh <32°C

Tanda hipotermia sedang

Kulit teraba keras

Hipotermi

sedang

(lingkungan yang

rendah)

Waktu timbulnya

kurang dari 2 jam

Nafas pelan dan dalam Hipotermi berat

B. Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian Manajemen Kebidanan

Manajemen asuhan kebidanan atau yang sering disebut manajemen

kebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara sisitematis dan

logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah

pihak baik klien maupun pemberian asuhan. (Soepardan, Suryati. 2008. Hal 96)

2. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan

yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan diahiri dengan evaluasi.

Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa

diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, langkah tersebut bisa dipecah-

pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya berfariasi sesuai dengan

kondisi klien.

Setiap langkah dalam manajemen kebidanan akan di jabarkan, sebagai

berikut :

a. Tahap PengumpulanData Dasar (Langkah I)

Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang

akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :

1) Anamnesis

Anamnesisi dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat

menstruasi, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, bio-psiko-soiso-

spritual, serta pengetahuan klien.

a) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-

tanda vital, meliputi

b) Pemerksaan khusus (Inspeksi, Palpasi, Auskultasi dann Perkusi)

c) Pemeriksaan penunjang (laboratorium dan catatan terbaru serta

catatan lainnya).

b. Interprestasi Data Dasar (Langkah II)

Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau

masalh berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah

dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinteerprestasikan sehingga

dapat di rumuskan diagnosis maupun masalah, keduanya harus di

tangani. Meskipun masalah tidak dapat diartikan sebagaii diagnosis,

tetapi tetap membutuhkkan penanganan. Masalh yang sering berkaitan

dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan

sesuai dengan hasil pengkajian, masalah juga sering menyertai diagnosis.

c. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial dan Antisipasi Penanganannya

(Langkah III)

Pada langkah ketiga kita mengidentifikasi masalah potensial atau

diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah

diidentiffikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan

melakukann pencegahan. Bidan di harapkan dapat waspada dan bersiap-

siap menceegah diagnosis/masalah potensial ini menjadi kenyataan.

Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.

d. Menetapkan Perlunya Konsultasi dan Kolaborasi Segera dengan Tenaga

Kesehatan Lain (Langkah IV)

Langkah keempat mencerminkan kesinambungan proses

manajemen kebidanan. Jadi, manajemen tidak hanya berlangsung selama

asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama

wanita tersebut dalam dampingan bidan.

Dalam kondisi tertentu, seorang bidan juga perlu melakukan

konsultassi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti

pekerjaan sosial, ahli gizi, atau seoranng ahli perawatan klinis bayi baru

lahir. Dalam hal ini, bidan harus mengevaluasi kondisi setiap klien untuk

menentukan kepada siapa sebaiknya konsultasi dan kolaborasi di

lakukan.

e. Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh (Langkah V)

Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh yang

ditentukan berdasarkan langka-langkah sebelumnya. Langkah ini

merupakan kelanjutan manajemen untuk masalah atau diagnosis yang

telah diidentifikasi atau diantisispasi. Pada angkah ini informasi data

yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

f. Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisiensi dan Aman (Langkah VI)

Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh dilakukan dengan

efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan

atau sebagiann dikerjakan aoleh klien atau annggota timm kesehatan

lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri, namun dia tetap

memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya (misalnya

dengan memastikan bahwa langkah tersebut benar-benar terlaksanan).

Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk

menangani klien yang menalami kompllikasi, bidan tetap bertangggung

jawab terhadap terlaksananya rencana bersama yang menyelurruh

tersebut. Penatalaksanaan yang efisien dan berkualitas akan berpengaruh

pada waktu serta biaya.

g. Evaluasi (Langkah VII)

Evaluassi dilakukkan secara siklus dan dengan mengkaji ulang

aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yangg

menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan.

Pada langkah terakhir, di lakukan evaluassi keefektifan asuhan

yang sudah di berikan, ini melipputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan

bantuan : Apakah benar-benar telah terpenuhi sebagaimana diidentivikasi

di dalam di agnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif

jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya.

3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)

Secara umum dokumentasi dapat diartikan sebagai suatu catatan otentik

atau semua surat asli yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam

persoalan hokum (Sudarti, 2010).

Dokumentasi dalam kebidanan adalah suatu bukti pencatatan dan

pelaporan yang dimiliki oleh bidan dalam melakukan catatan perawatan yang

berguna untuk kepentingan klien, bidan dan tim kesehatan dalam memberikan

pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara

tertulis dengan tanggung jawab bidan (Sudarti, 2010)

Dokumentasi dalam asuhan kebidanan merupakan suatu pencatatan yang

lengkap dan akuratt terhadap keadaan / kejadian yang dilihat dalam

pelaksanaan asuhan kebidanan (proses asuhan kebidanan) (Sudarti, 2010)

Metode pendokumentasian (SOAP) merupakan intisari dari proses pikir

dalam manajemen kebidanan yang menggambarkan tentang perkembangan

klien (progfess note).

Pendokumentasian diterapkan dalam metode SOAP merupakan catatan

yang bersifat sederhana, jelas, logis dan singkat (Wafi, 2011)

a. Data Subyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui

anamnesis sebagai langkah I Varney yang ddi peroleh dari hasil tanya jawab

pada jawaban klien dan keluarga.

b. Data Obyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil

laboratorium dan uji diagnostik lain yang di rumuskan dalam data fokus

unutk mendukung asuhan sebagaimana langkah I Varney.

c. Assesment/Diagnosa

Merupakan keputusan yang ditegakan dari hasil perumusan masalh yang

mencakup kondisi, masalh dan prediksi terhadap kondisi tersebut.

Penegakan diagnosa kebidanan dijadikan sebagai dasar tindakan dalam

upaya menanggulangi anacaman keselamatan pasien/ibu.

d. Planning

Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh

bidan dalam melakukan intervensi untuk memecahkan masalah pasien/klien.

Tabel 3. Pendokumentasiann Manajemen Asuhan Kebidanan

7 Langkah dari Valen Varney 5 Langkah dari Kompetensi Bidan

Soap Notes

Pengumpulan data dasar Data Subyektif

Obyektif Merumuskan Diagnosis Antisipasi

Antisipasi Diagnosis/Masalah PotensialAssesment/Diagnosa Assessment/Diagnosa

Tindakan Segera dan Kolaborasi

Asuhan Kebidanan

Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan Membuat Rencana Planning :

Proses Manajemen Kebidanan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Alur Pikir Bidan Pencatatan dari Asuhan Kebidanan

Konsul

Tes Lab

Rujukan

Pendidikan/Konseling

Follow Up

Implementasi Implementasi

Evaluasi Evaluasi

Sumber : Simatupang E.J. 2006. Hal 62

BAB III

STUDI KASUS

Dalam bab ini akan diuraikan tentang penerapan Manajemen Asuhan

Kebidanan Bayi Baru Lahir Patologi Pada Ny. “S” Umur 2 Hari dengan Masalah

Hipotermi Sedang di Ruang Teratai di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Muna Tanggal 15 s.d 17 Juni 2014, yang diawali dengan pengumpulan data dasar

dan berahir dengan evaluasi serta dilanjutkan dengan pendokumentasian.

A. Pengumpulan Data Dasar

Nomor register : 27-17-01

Tanggal Pengkajian : 15 Juni 2014 Jam : 21.30 Wita

1. Identitas

a. Identitas Bayi

1) Nama Anak   : Bayi Ny‘’S’’

2) Jenis Kelamin   : Perempuan

3) Tanggal Lahir   : 14-06-2014, jam 13.15 wita

4) Anak                : Pertama

b. Identitas Istri/Suami

a) Nama Ibu          : Ny.“S”/Tn.“H”

b) Umur                  : 20 tahun/22 tahun

c) Pendidikan        : SMA/SMP

d) Suku                 : Muna/Muna

e) Agama               : Islam/Islam

f) Pekerjaan           : IRT/Wiraswasta

g) Pernikahan Ke : 1/1

h) Alamat             : Bonea

2. Riwayat kehamilan dan persalinan

a. Riwayat Kehamilan

a) GI P0 A0

b) Haid Pertama Haid Terakhir Tanggal 07 September 2013

c) Tafsiran Persalinan tanggal 14 Juni 2014

d) Usia kehamilan : 40 Minggu

e) Ibu ANC 4 kali selama pemeriksaan kehamilan di Posyandu

f) Ibu pernah mendapat imunisasi TT sebanyak 2 kali selama kehamilan di

Posyandu.

b. Riwayat persalinan

a) Ibu masuk kamar bersalin tanggal 14 Juni jam 09.30 wita, dengan

keluhan sakit perut tembus belakang di sertai pelepasan lendir campur

darah.

b) Perlangsungan kala I sepuluh jam

c) Perlangsungan kala II satu jam

d) Bayi lahir secara SC, tanggal 14 juni 2014, jam 13.15 wita dengan hasil

penilaian :

1) Pernapasan : Frekuensi 41 kali/meni

2) Nadi : 127 kali/menit

3) Suhu : 35,4 °

4) Warna kulit : Agak puca

5) Apgar Score : 6/7

Penilaian dengann nilai apgar tidak dipakai kapan kita menilai resusitasi

tetapi nilai Apgar pada umumnya dilaksanakan pada satu menit dan lima menit

setelah bayi lahir.

Tabel 4. Peniaian Apgar pada Bayi Ny “S” dengan Hipotermi Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

  

Aspek yang dinilai Nilai

Denyut jantung

Usaha bernapas

Tonus ootot

Reaksi terhadap rangsangan

Warna kuliit

Jumlah

100 kali/menit

Lambat dan tidak teratur

Ekstermitas fleksi sedikit

Gerakan sedikit

Agak pucat

1

1

1

1

2

6

      Nilai apgar score pada lima menit keduaAspek yang dinilai Nilai Denyut jantung

Usaha bernafas

Tonus otot

Reaksi terhadap ransangan

Warna kulit

Jumlah

120 kali/menit

Lambat dan tidak teratur

Ekstermitas fleksi seddikit

Gerakan seikit

Agak pucat

2

1

1

1

2

7

3. Pemeriksaan Fisik Bayi

a. Pemeriksaan umum

a) Keadaan umum    : Lemah

b) Kesadaran            : Composmentis

c) Tanda-tanda vital :

Suhu               : 34,2 oC          

Berat badan        : 3200 gram     

Nadi : 144 kali/menit

Pernapasan : Frekuensi 54 kali/menit

Warna kulit : Agak pucat

b. Pemeriksaan fisik

1. Kepala : Rambut hitam dan tipis.

2. Sutura sagitalis  : Teraba jelas.

3. Wajah                 : Wajah agak pucat.

4. Mata                     : Simetris kiri dan kanan, tampak bersih dan tidak

ada secret, konjungtifa merah muda dan sclera tidak ikterus.

5. Telinga            : Lubang telinga simetris kiri dan kanan tidak ada

secret dan tidak ada polip.

6. Hidung               : Lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada

secret dan tidak ada polip.

7. Mulut dan gigi   : Bibir tidak pecah- pecah agak pucat tidak

ada karies gigi dan lidah tidak ada kelainan.                      

8. Leher              : Tidak ada kelainan.

9. Dada                  : Gerakan dada sesuai sesuai irana pernapasan

dan penonjolan tulang dada tidak ada.

10. Perut                  : Tali pusat masi basah tidak ada kelainan.

11. Genitalia        : Labia dan klitoris menonjol, Verniks tampak pada

lipatan labia lntroitus fagina terlihat, dan fagina berlubang.             

12. Anus                 : Ada lubang anus, dan tidak ada kelainan.    

13. Kulit                 : Agak pucat.

14. Ekstremitas atas dan bawah : Jari- jari tangan dan kaki lengkap dan

teraba dingin.

B. Identisikasi Diagnosa / Masalah Aktual

1. Bayi lahir dengan cara SC (Sectio Caesarea), Masa gestasi 40 minggu umur 2

hari dengan hipotermi sedang.

Dasar :

Data Subyektif :

a. Ibu mengatakan haid pertama haid terakhir tangal 07 September 2013.

b. Ibu mengatakan bayi lahir tanggal 14 Juni 2014, Jam 13.15 Wita .

Data Obyektif :

a. Tafsiran persalinan tanggal 14 Juni 2014

b. Berat badan lahir 3200 gram

c. Panjang badan 48 cm

d. Jenis kelamin perempuan

e. Apgar Score 6/7

Analisis dan interprestasi data

Masa kehamilan di mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil

normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di hitung dari haid

pertama dan haid terahir. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan

normal dan melahirkan bayi yang sehat dan cukup bulan. (Pelayanan

Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2008 : 90-91)

2. Hipotermi sedang

Data Subyektif :

a. Ibu mengakan bayinya lahir tanggal 14 Juni 2014, jam 13.15 wita

Data Obyektif :

a. Bayi lahir menangis lemah

b. .Suhu 32 °C

c. Kedua kaki teraba dingin

d. Warna kulit agak pucat

e. Aktivitas lemah

f. Apgar Score 6/7

Analisis dan Interprestasi Data

Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal adapun suhu

normal pada neonatus adalah  36,5°C-37,5°C. Gejala awal pada hipotermi

apabila suhu <36o C atau kedua kaki dan tangan  teraba dingin. Bila seluruh

tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah  mengalami hipotermia sedang

(suhu 32°C-36°C). (Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo. 2001)

C. Identifikasi Diagnosa Masalah Potensial

Potensial terjadi hipotermi berat dan Afiksia

1. Hipotermi Berat

Dasar :

Data subyektif : -

Data Obyektif :

a. Napas pelan dan dalam

b. Turgor buruk

c. Bayi belum mendapat asupan nutrisi

d. Bayi menggigil

e. Nadi cepat

f. Tanda-tanda vital :

Suhu : 32 0C

Pernapasan : 30 kali/menit

Laju jantung : 80 kali/menit

Warna kulit : membiru

Analisis dan Interprestasi Data

Hipotermia berat lanjutan dari hipitermi sedang, dengan suhu tubuh <32 oC

diperlukan termometer ukuran rendah yang dapat mengukur sampai 25 oC.

(Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo (2001). Pada pemeriksaan fisik

ditemukan frekuensi jantung < 100 kali/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan

kadang-kadang pucat. Bunyi jantung fetus menghilan tidak lebih dari 100

kali/menit sebelum lahir lengkap atau bunyi menghilangg post partum. (Buku

Asuhan Persalinan Normal : 147-148)

2. Potensial Afiksia

Dasar :

Data Subyektif : -

Data Obyektif :

a. Bayi lahir dengan Secti Caesarea

b. Bayi sulit bernapas atau megap-megap

c. Tanda-tanda vital :

Pernapasan : 30 kali/menit

Denyut jantung : 80 kali/menit

Suhu : 34 °C

Warna kulit : Agak pucat.

Analisis dan interprestasi Data

Akfisia ditandai dengan keadaan dimana bayi tidak bernapas secara spontan dan

teratur segera setelah lahirsempurna, sering kali bayi yang sebelumnya mengalami

gawat janinakan mengalami asfiksia sesudah persalinan (Prawirohardjo, Edisi ke

II. 2002 : 114).

D. Tidakan Segera dan Kolaborasi

Kolaborasi dengan dokter spesialis anak atas intruksi dokter untuk

meletakan bayi di bawah temperature yang panas, mengeringkan tubuh bayi,

meletakan bayi dalam incubator.

E. Rencana Asuhan

1. Tujuan

a. Keadaan umum bayi baik

b. Hipotermi dapat teratasi

c. Tidak terjadi hipotermi berat dan akfiksia.

2. Kriteria

a. Bayi sehat ditandai dengan tanda-tanda vital dalam batas normal

1) Pernapasan : 40-60 kali/menit

2) Nadi : 100-160 kali/menit

3) Suhu : 36,5 °C-37,5 °C

4) Warna kulit : Kemerah-merahan

b. Afiksia tidak terjadi ditandai dengan bayi tidak bernapas secara spontan dan

teratur

c. Tugor kulit bayi baik dan berwarna kemerahan.

3. Rencana Tindakan

Tanggal 15 Juni 2014 Jam : 13.30 Wita

a. Memberi senyum sapa dan salam

Rasional : Menjalin suasana keakraban antara petugas dan klien

b. Pantau keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi

Rasional : Pemantauan keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi

bertujuan untuk mengidentifikasi secara dini masalah untuk

melakukan tindakan selanjutnya

c. Membungkus bayi dengan kain bersih dan kering

Rasional : Bayi telah di bungkus dengan kain bersih dan kering

d. Melakukan perawatan bayi dalam incubator dengan suhu 35,4°C

Rasional : Agar keadaan bayi dapat segerah membaik karena didalam

incubator bayi mulai di bantu untuk baradaptasi dengan dunia

luar

e. Pemberian ASI

Rasional : Merupakan makanan utama bagi bayi yang berguna bagi

pertumbuhan dan perkembangan bayi dan merupakan zat

nutrisi yang paling baik dan paling lengkap

e. Menjaga personal hygiene bayi

Rasional : Agar kebersihan bayi bisa terpelihara dan bisa terjaga dari

infeksi pada tubuh bayi

f. Melakukan perawatan tali pusat dengan teknik aseptic

Rasional : Untuk menghindari terjadinya infeksi tali pusat

F. P elaksanaan Rencana Asuhan

Tanggal 15 Juni 2014 Jam : 13.40 Wita

1. Memberi senyum, sapa dan salam

Hasil : Ibu membalas sapa dan salam bidan

2. Memantau keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi

Hasil : a. Keadaan umum bayi lemah

b. Tanda-tanda vital bayi :

Pernapasan : 41 kali/menit

Nadi : 127 kali/menit

Suhu : 35,4 °C

Warna kulit : Kemerah-merahan

3. Membungkus bayi dengan kain bersih dan kering

Hasil : Bayi telah di hangatkan dengan menggunakan kain bersih dan kering

4. Melakukan perawatan bayi dalam incubator dengan suhu 35,4°C

Hasil : Bayi berada dalam incubator

5. Pemberian ASI

Hasil : Bayi sudah mendapatkan ASI

6. Menjaga personal hygiene bayi

Hasil : Tubuh bayi telah bersih

7. Melakukan perawatan tali pusat dengan teknik aseptic

Hasil : Tali pusat telah dirawat dengan teknik aseptic

G. E valuasi

Tanggal 15 Juni 2014 Jam : 14.05 Wita

1. Keadaan umum bayi baik dan sehat

2. Bayi sudah mendapatkan ASI meskipun sedikit-sedikit

3. Bayi dalam keadaan bersih

4. Pakaian/popok selalu dalam keadaan kering

5. Tanda-tanda vital

Suhu            : 36,5 0C

Nadi            : 127 kali/menit

Pernapasan : 41 kali/menit

Warna kulit : Kemerah-merahan.

H. Pendokumentasian

Setelah dilakukan manajemen asuhan kebidanan pada Ny. “S” dengan

Masalah Hipotermi Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

tanggal 15 s.d 17 Juni 2014 dengan nomor register 27-17-01, maka dibuatlah

pendokumentasian yang di awali dengan data subyektif, obyektif, assesment dan

diakhiri dengan planning. Adapun penjabarannya yaitu :

1. Data Subyektif (S)

a) Ibu mengatakan :

1) Haid pertama haid terahirnya tanggal 07 Agustus 2013

2) Melahirkan secara SC

3) Melahirkan tanggal 14 Juni 2014 jam 13.15 wita dengan jenis kelamin

perempuan

4) Bayinya kurang mengisap

5) Bayinya kurang sehat

6) Warna kulit agak pucat

2. Data Obyektif (O)

a) Berat badan lahir : 3200 gram

b) Panjang badan : 45 cm

c) Tanda-tanda vital

1) Nadi : 144 kali/menit

2) Suhu : 34,5 °C

3) Pernapasan : 54 kali/menit

4) Pemeriksaan fisik:

a) Warna kulit : Agak pucat

Kepala/Rambut : Ubun-ubun teraba lunak, sutura teraba jelas, tidak

ada molase.

Wajah : Agak pucat dan tidak ada oedema.

Mata : Konjungtifa merah muda, sclera tidak ikterus.

Hidung : Tampak bersih tidak ada secret dan polip.

Mulut : Kurang reflex mengisap

Telinga : Tidak ada pengeluaran secret, tidak ada kelainan

genitalia.

Genitalia : Tampak bersih tidak ada kelainan pada genitalia.

Anus : Lubang anus ada, warna kulit agak pucat dan tidak

ada tanda-tanda ikterus.

Kaki : Teraba dingin

3. Assesment (A)

Bayi lahir dengan hipotermi sedang.

4. Planning

Sabtu 15 Juni 2014 Jam : 13.49 Wita

1. Mengobsesfasi tanda-tanda vital

Hasil : Tanda-tanda vital : Nadi : 127 kali/menit, Suhu : 35,4°C,

Pernapasan : Frekuensi 41 kali/menit, Warna kulit : Agak pucat

2. Bayi belum mendapatkan ASI

Hasil : Bayi kurang refleks mengisap

3. Menempatkan bayi kedalam inkobator

Hasil : Bayi telah berada dalam inkobator

4. Mengganti popok bayi tiap kali BAB/BAK

Hasil : Popok bayi telah diganti

5. Melakukan perawatan tali pusat

Hasil : Pembungkus tali pusat diganti tiap kali basa

I. Catatan Perkembangan

Berdasarkan kasus yang dialami oleh Bayi Ny. S, dari asuhan kebidanan

yang dilakukan sebelumnya, untuk melanjutkan asuhan tersebut, maka akan

dilakukan pencatatan perkembangan. Dalam catatan perkembangan ini penulis

melakulan pemantauan hingga suhu badan bayi > 36°C. Berikut ini diuraikan

mengenai catatan perkembangan pada bayi Ny. S.

1. Catatan Perkembangan I

Tanggal 16 Juni 2014, jam 09.00 WITA, dilakukan penilaian tentang keadaan

bayi, untuk menentukan asuhan kebidanan yang akan dilakukan selanjutnya

pada bayi Ny.S. Hasil pendokumentasian yang dilakukan yaitu :

a. Data Subyektif

Dokter mengatakan keadaan bayi sudah mulai membaik

b. Data Obyektif (O)

1. Keadaan umum bayi sudah membaik

2. Suhu tubuh bayi sudah normal, 36,6°C

3. Tali pusat masih terbungkus kasa steril

4. Bayi belum di mandikan

5. Tanda-tanda vital

Nadi : 122 kali/menit

Suhu : 35,9°C

Pernapasan : 44 kali/menit

Warna kulit : Kemerah-merahan

Kepala/Rambut : Ubun-ubun teraba lunak, sutura teraba jelas, tidak

ada molase.

Wajah : Tidak pucat dan tidak ada oedema.

Mata : Konjungtifa merah muda, sclera tidak ikterus.

Hidung : Tampak bersih tidak ada secret dan polip.

Mulut : Refleks mengisap sudah membaik

Telinga : Tidak ada pengeluaran secret, tidak ada kelainan

genitalia.

Genitalia : Tampak bersih tidak ada kelainan pada genitalia.

Anus : Lubang anus ada, warna kulit sudah kemerahan dan

tidak ada tanda-tanda ikterus.

c. Assessment (A)

Bayi lahir dengan hipotermi sedang dengan suhu 36,6 °C

d. Planning (P)

Tanggal 16 Juni 2014 Jam : 09.10 Wita

1. Mengobsesfasi tanda-tanda vital

Hasil : Tanda-tanda vital, Nadi : 127 kali/menit, Suhu : 36,6 °C,

Pernapasan : 44 kali/menit, Warna kulit : Kemerah-merahan

2. Pemberian ASI pada bayi

Hasil : Bayi telah diberikan ASI

3. Mengganti popok bayi tiap kali BAB/BAK

Hasil : Popok bayi telah diganti

4. Melakukan perawatan tali pusat

Hasil : Pembungkus tali pusat diganti tiap kali basah

5. Memandikan bayi

Hasil : Bayi telah dimandikan

2. Catatan Perkembangan II

Tanggal 17 Juni 2014, jam 10.00 WITA, dilakukan penilaian tentang

keadaan bayi, untuk menentukan asuhan kebidanan yang akan dilakukan

selanjutnya pada bayi Ny. S. Hasil pendokumentasian yang dilakukan yaitu :

a. Data Subyektif (S)

1. Dokter mengatakan keadaan umum bayi sudah aktif dan baik

2. Ibu sudah memberikan ASI pada bayinya

b. Data Obyektif (O)

1. Bayi sudah mulai menetek,

2. Refleks mengisap sudah baik

3. Warna kulit seluruh tubuh bayi kemerah-merahan

4. Tanda-tanda vital

Nadi : 144 kali/menit

Suhu : 37,5 °C

Pernapasan : 44 kali/menit

Kepala/Rambut : Ubun-ubun teraba lunak, sutura teraba jelas, tidak

ada molase.

Wajah : Tidak pucat dan tidak ada oedema.

Mata : Konjungtifa merah muda, sclera tidak ikterus.

Hidung : Tampak bersih tidak ada secret dan polip.

Mulut : Refleks mengisap sudah baik

Telinga : Tidak ada pengeluaran secret, tidak ada kelainan

genitalia.

Genitalia : Tampak bersih tidak ada kelainan pad genitalia.

Anus : Lubang anus ada, warna kulit agak pucat dan tidak

ada tanda-tanda ikterus.

c. Assesment (A)

Bayi lahir dengan hipotermi sedang, keadaan bayi baik dan bayi bisa

pulang

d. Plenning (P)

1. Memperhatikan suhu tubuh bayi dengan menjaga bayi tetap terbungkus,

agar suhu tubuh bayi dalam batas normal

Hasil : Ibu mengerti dan menjaga bayinya tetap terbungkus

2. Memantau keadaan umum dan tanda-tanda vital

Hasil : a. Keadaan umum bayi baik

b. Tanda-tanda vital, Nadi : 133 kali/menit, Suhu : 36,7°C,

Pernapasan : 42 kali/menit, Warna kulit : kemerah-merahan

3. Mengajarkan pada ibu cara memandingkan bayi dan cara merawat tali

pusat

Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan

4. Menganjurkan ibu untuk tetap memberi ASI

Hasil : Ibu mengerti dengan anjuran bidan

5. Mengajarkan ibu merawat payudara dan teknik menyusui yang benar

Hasil : Ibu mengaerti dengan apa yang di jelaskan

6. Mengingatkan kembali ibu agar mengkonsumsi makanan dengan gizi

seimbang

Hasil : Ibu bersedia melaksanakan apa yang di anjurkan.

Tabel 5. Follow UpHari/Tanggal Jam Asi/Pasi Suhu Nadi Pernapasan

Sabtu/15-

06-2014

Minggu/

16-06-

2014

23.00 wita

24.00 wita

01.00 wita

02.00 wita

03.00 wita

04.00 wita

05.00 wita

06.00 wita

07.00 wita

08.00 wita

09.00 wita

08.00 wita

09.00 wita

10.00 wita

11.00 wita

Pasi ± 20 cc

Pasi ± 20 cc

Pasi ± 20 cc

Pasi ± 20 cc

Pasi ±20 cc

Pasi ±20 cc

34,5°C

35,7 °C

35,6°C

35,6°C

35,5°C

36,6°C

35,9°C

35,6°C

35,7°C

35,9°C

36,6°C

36,7°C

127 x/menit

127 x/menit

127 x/menit

128 x/menit

127 x/menit

127 x/menit

127 x/menit

122 x/menit

122 x/menit

122 x/menit

127 x/menit

133 x/menit

41 x/menit

41 x/menit

41 x/menit

44 x/menit

44 x/menit

44 x/menit

44 x/menit

44 x/menit

44 x/menit

44 x/menit

44 x/menit

42 x/menit

Senin/17-

06-2014

12.00 wita

13.00 wita

14.00 wita

15.00 wita

16.00 wita

17.00 wita

18.00 wita

19.00 wita

20.00 wita

21.00 wita

22.00 wita

23.00 wita

24.00 wita

01.00 wita

02.00 wita

03.00 wita

04.00 wita

Pasi ±20 cc

Pasi ±20 cc

Pasi ±20 cc

Pasi ±20 cc

30 cc

30 cc

Pasi ±30 cc

Pasi ±30 cc

36,7°C

36,6°C

36,5°C

36,6°C

36,5°C

36,6°C

36,6°C

37,5°C

37,6°C

37,5°C

37,5°C

37,5°C

37,5°C

37,5°C

37,6°C

37,5°C

37,5°C

144 x/menit

148 x/menit

144 x/menit

143 x/menit

144 x/menit

150 x/menit

144 x/menit

143 x/menit

144 x/menit

143 x/menit

144 x/menit

145 x/menit

150 x/menit

150 x/menit

145 x/menit

144 x/menit

148 x/menit

45 x/menit

44 x/menit

42 x/menit

45 x/menit

45 x/menit

42 x/menit

42 x/menit

44 x/menit

42 x/menit

42 x/menit

44 x/menit

42 x/menit

44 x/menit

44 x/menit

44 x/menit

44 x/menit

44 x/menit

(Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna 2014)

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori

dan tinjauan kasus dan pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan pada bayi Ny.

S dengan hipotermi sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna pada

tanggal 15 Juli sampai dengan 17 Juli 2014, sesuai dengan tinjuan pustaka.

Pembahasan ini di buat berdasarkan teori dan asuhan yang nyata dengan

proses pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang di bagi dalam tujuh tahap

yaitu : Pengkajian dan analisa data dasar, Merumuskan diagnosa/Masalah Aktual,

Mengantisipasi diagnose/Masalah Potensial, Tindakan Segerah dan Kolaborasi,

Perencanaan Tindakan Asuhan Kebidanan, Melaksanakan Tindakan Asuhan

Kebidanan, Evaluasi Asuhan Kebidanan, serta Mendokumentasikan Asuhan

Kebidanan.

A. Pengkajian dan Analisa Data Dasar

Tahap pengkajian diawali dengan pengumpulan data melalui anamnese yang

meliputi identitas bayi dan orang tua bayi, riwayat kehamilan dan persalinan, serta

pemeriksaan fisik yang berpedoman pada format pengkajian yang tersedia. Dalam

hal ini penulis tidak menemukan kesenjangan.

Hal ini disebapkan karena respon ibu dalam memberikan informasi begitu

pula dalam keluarga, bidan dan dokter yang merawat sehingga penulis dengan

mudah memperoleh data yang diinginkan. Data diperoleh secara terfokus begitu

pula masalah klien sehingga intervensinya juga terfokus sesuai keadaan klien.

Menurut teori hipotermi adalah Suhu bayi antara 35°C-36,4°C karena bayi

terpapar suhu lingkungan yang rendah, waktu timbulnya kurang dari 2 hari.

Tanda-tanda dari hipotermi adalah Bayi menangis lemah, kulit agak pucat, kaki

teraba dingin, denyut jantung tidak normal.

Berdasarkan studi kasus pada bayi Ny. ”S” dengan masalah hipotermi

sedang pada tanggal 15 Juni 2014 dengan melihat data yang di peroleh maka tidak

terdapat kesenjangan antara teori dan studi kasus.

B. Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual

Hipotermi sedang dalam tinjauan pustaka adalah Suhu bayi antara 35°C-

36,4°C karena bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah, waktu timbulnya

kurang dari 2 hari. Pada studi kasus bayi Ny. “S” di temukan bayi suhu tidak

normal dan warna kulit agak pucat.

Demikian penerapan tinjauan pustaka dan tinjuan studi kasus pada bayi Ny.

“S” dimana tidak terdapat adanya kesenjangan antara tinjauan pustaka dan studi

kasus.

C. Mengantisipasi diagnose/Masalah Potensial

Pada tinjauan pustaka diidentifikasikan adanya masalah potensial yang

semakin terjadi pada Ny “S” berdasarkan pengumpulan data, pengamatan yang

cermat dan observasi serta avaluasi di dapatkan hipotermi sedang jika tidak di

tangani segera maka dapat mengakibatkan terjadinya hipotermi berat.

Sedangkan pada studi kasus didapatkan data yang mendukung yaitu napas

pelan dan dalam, bayi menggigil, nadi cepat dan bayi belum mendapatkan asupan

nutrisi, sehingga penulis mengindentifikasi diagnose/masalah potensial terjadi

hipotermi berat yang menunjukan tidak adanya kesenjagan antara tinjauan pustaka

dan studi kasus.

D. Tindakan Segerah dan Kolaborasi

Pada tinjauann pustaka dijelaskann tindakan yang dapat segera dilakukan

untuk mengatasi hipotermi adalah untuk meletakan bayi di bawah temperature

yang panas, mengeringkan tubuh bayi, meletakan bayi dalam incubator.

E. Rencana Asuhan

Pada tinjauan pustaka di jelaskan bahwa suatu rencana tindakan yang

termasuk indikasi dan yang dapat ditimbulkan berdasarkan kondisi klien, serta

hubungannya dengan masalah yang dialami klien, meliputi antisipasi dengan

bimbingan terhadap keluarga klien dan rencana tindakan harus disetujui oleh

keluarga klien, semua tindakan harus berdasarkan rasional yang relevan dan di

akui kebenarannya serta situasi dan konndisi harus secara otomatis.

Pada bayi Ny. “S” dengan hipotermi sedang penulis merencanakan asuhan

kebidanan berdasarkan diagnose/masalah aktual dan potensial sebagai berikut,

rencana tindakan terdiri dari pantau keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi,

menghangatkann tubuh bayi, meletakan bayi dalam temperature yang panas,

melakukan perawatan bayi dalam incubator, pemberian ASI, menjaga personal

hygiene bayi dan melakukan perawatan tali pusat dengan teknik aseptic.

Dalam tinjauan pustaka di katakana bahwa hipotermi sedang tindakan yang

harus segera di berikan adalah Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering,

bersih, dapat hangat, Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru bila

ibu dan bayi berada dalam satu selimut atau kain hangaat yang diserterika terlebih

dahulu, Ulangi sampai panas tubuh ibu mendingin, segera ganti dengan

selimut/kain yang hangat. Hal ini menunjukan bahwa ada perbedaan antara

tinjauann pustaka dan tinjauan manajemen asuhan kebidanan pada penerapan

studi kasus di lahan praktek.

F. Pelaksanaan Rencana Asuhan

Sesuai tinjauan manajemen kebidanan bahwa melaksanakan cencana

tindakan harus efisiensi dan menjamin rasa aman bagi klien. Implementasi dapat

dikerjakan secara keseluruhan oleh bidan serta kerjasama dengan tim kesehatan

lainnya sesuai dengan tindakan yang telah direncanakan. Pada studi kasus bayi

Ny. “S” dengan hipotermi sedang, semua tindakan yamg telah direncanakan sudah

dilaksanakan seluruhnya dengan baik, tanmpa hambatan karena kerjasama dan

penerimaan yang baik dari keluarga klien dan petugas kesehatan yang ada

diruangan bayi.

G. Evaluasi

Evaluasi manajemen asuhan kebidanan merupakan langkah akhir dari proses

manajemen asuhan kebidanan. Mengevaluasi pencapaian dengan criteria yang

diidentifikasikan, memutuskan apakah tujuan telah tercapai atau belum tercapai.

Pada studi kasus bayi Ny. “S”, evaluasi yang berhasil dilakukan adalah

pemantauan keadaan bayi meliputi :

1. Keadaan umum bayi baik

2. Suhu dalam keadaan normal

3. Warna kulit kemerah-merahan

4. Denyut jantung normal

Berdasarkan studi kasus bayi Ny. “S” dengan masalah hipotermi sedang

tidak di temukan hal-hal yang menyimpang dari evaluasi tinjauan pustaka. Oleh

karena itu bila dibandingkan dengan tinjauan pustaka dan studi kasus bayi Ny.

“S” secara garis besar dapat disimpulkan bahwa semua asuhan kebidanan yang

diterapkan telah tercapai, sehingga hipotermi sedang dapat teratasi dan tidak

terjadi hipotermi berat.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pada manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny.

“S” dimulai dari pengumpulan data dasar yang meliputi identitas, riwayat

kehamilan, riwayat persalinan dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan

adanya hambatan oleh karena adanya kerja sama antara klien dan petugas

kesehatan sehingga pengumpulan data dapat terlaksana dengan baik.

2. Pada manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny.

“S”, dimana dalam mengidentifikasi diagnosa dan masalah aktual tidak

ditemukan adanya hambatan oleh karena adanya kerja sama antara klien

dan petugas kesehatan sehingga semua masalah dapat terlaksana dengan

baik.

3. Pada manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny.

“S”, dimana dalam mengidentifikasi diagnosa dan masalah pontesial tidak

ditemukan adanya hambatan oleh karena adanya kerja sama antara klien

dan petugas kesehatan sehingga semua tindakan dapat terlaksana dengan

baik.

4. Pada manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny.

“S”, dimana dalam mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan

kolaborasi tidak ditemukan adanya hambatan oleh karena adanya kerja

sama antara klien dan petugas kesehatan sehingga semua tindakan dapat

terlaksana dengan baik.

5. Pada manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny.

“S”, dimana dalam merencanakan tindakan atau asuhan kebidanan tidak

ditemukan adanya hambatan oleh karena adanya kerja sama antara klien

dan petugas kesehatan sehingga semua tindakan dapat terlaksana dengan

baik.

6. Pada manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny.

“S”, dimana dalam melaksanakan asuhan kebidanan tidak ditemukan

adanya hambatan oleh karena adanya kerja sama antara klien dan petugas

kesehatan sehingga semua tindakan dapat terlaksana dengan baik.

7. Pada manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny.

“S”, dimana dalam melakukan evaluasi hasil tindakan tidak ditemukan

adanya hambatan oleh karena adanya kerja sama antara klien dan petugas

kesehatan sehingga semua masalah dapat teratasi dengan baik.

B. Saran

1. Hipotermi pada bayi baru lahir dapat lebih mudah ditangani dan bahkan

dicegah apabila ada kerja sama yang baik antara petugas kesehatan dan

anggota keluarga.

2. Bidan seharusnya terus memberikan pendidikan kesehatan kepada calon

ibu, calon ayah, dan anggota keluarga lainnya bahwa bayi yang lahir tidak

terlepas dari resiko hipotermi sehingga keluarga paham akan hal tersebut.

Dengan demikian, keluarga sudah dipersiapkan untuk melengkapi

kebutuhan( misalnya topi bayi ) untuk digunakan bayi saat setelah lahir.

Kelurga juga akan paham tentang apa yang harus dilakukan untuk

mencegah bayi kehilangan panas tubuh berlebih.

3. Anggota keluarga juga hendaknya menerima pendidikan kesehatan oleh

bidan dengan responsif. Kerja sama yang baik antara keluarga dan petugas

kesehatan akan membuahkan hasil yang diharapkan tidak akan

mengecewakan.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kabupaten Muna. 2013. “profil Kesehatan Kabupaten Muna”.

Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi selatan “angka Kematian Bayi” (januari-desember 2011)

Depkes RI.1992. “Pedoman penanganan kegawat daruratan obstetric dan neonatal”. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

“Hipotermia”. Jakarta : http//www.scrib.com (diakses tanggal 13 Oktober 2011 jam 20.05 WIB).

Muslihatun, Wafi, Nur. 2011. “Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita”. Yogyakarta : Fitramaya.

Manuaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G.F., Manuaba, I.B.G. (2010). “Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi”. Jakarta, CV. Trans Info Media.

Manuaba, I.A.S.K.D.S., dkk. 2010. “Buku Ajar Ginekologi”. Jakarta, EGC.

Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara (2012), (http://www.depkes.go.id/ downloads/PROFIL_KES_PROVINSI 2012/27 Profil Kes. Prov. SulawesiTenggara_2012.pdf). Diakses tanggal 05 /07/2014 jam 09.00 wita.

Profil Depkes RI 2007

Rumah Sakit Umum Daerah. 2014. “Buku pelaporan dan Pencatatan Kesehatan”. Kabupaten Muna

Sarwono Prawirohardjo .2011. “Ilmu Kebidanan”. Jakarta : BPSP.

Simatupang, E.J., 2008. “Manajemen Pelayanan Kebidanan”. Jakarta. EGC.

Sudarti, Afroh Fauziah. 2013. “Buku Asuhan Neonatus Resiko Tinggi dan Kegawatan”. Edisi I Cetakan Pertama. Yogyakarta.

[email protected]. (diakses tanggal 25 Mei 2010)

Schmidt. S, Heavy Metals. “In Emergency Medicine Quik glance”. (Mcgraw. Hill, Nem York. 2006. Tab 123-1. Hal 486)

Simatupang E.J. 2006. “Pendokumentasian Asuhan Kebidanan” (Hal 62)

Suryani, Soepardan. 2008. “Konsep Kebidanan”. Jakarta, EGC.

Sudarti. 2010. “Proses Asuhan Kebidanan” Yogyakarta. Nuha Medika.

Wafi, N.M., 2011. “Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita”. Jogyakarta. Fitramaya

WHO, 2012. http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=7069. Diakses tanggal 15/ 07/ 2014 jam 20.00 wita.

Yongky, Mohamad Judha, Rodiyah, Sudarti. 2012. “Buku Asuhan Pertumbuhan Neonatus Kehamilan, Persalinan Bayi dan Belita”. Edisi I cetakan Pertama. Yogyakarta.