Karya Ilmiah Ely Kartika g1a110030
-
Upload
ely-kartika-tika -
Category
Documents
-
view
237 -
download
6
description
Transcript of Karya Ilmiah Ely Kartika g1a110030
Ely Kartika G1A110030 // Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi // 2015
KARAKTERISTIK GAMBARAN
ULTRASONOGRAFI (USG)
PADA PASIEN KLINIS
PENYAKIT GINJAL KRONIS
DI INSTALASI RADIOLOGI
RSUD RADEN MATTAHER
JAMBI Periode Juni – Agustus
Tahun 2014
Oleh :
Ely Kartika *, Husny E Taufik**, Adriani**
* Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
** Dosen Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Jambi
ABSTRAK
Latar Belakang : Penyakit ginjal kronis merupakan masalah kesehatan global dengan insidensi dan prevalensi yang terus meningkat serta prognosis yang buruk. Selain itu penyakit ginjal kronis susah dikenali secara klinis dan tidak spesifik pada tahap awal penyakit. Oleh karena itu peranan diagnosis dini penyakit ginjal kronis termasuk pemeriksaan radiologi (ultrasonografi) merupakan upaya yang harus ditingkatkan untuk mengurangi populasi gagal ginjal terminal.
Metode : Penelitian ini berupa deskriptif yang dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD Raden Mattaher Jambi pada 23
Juni-23 Agustus tahun 2014 menggunakan data primer, dengan sampel 34 pasien yang diambil secara total sampling.
Hasil : Pasien yang mengalami penyakit ginjal kronis dan melakukan ultrasonografi pada usia > 60 tahun 44,1%, usia 40-59 tahun 29,4%, usia 20-39 tahun 17,6% dan usia < 20 tahun yaitu 8,8%. Pasien berjenis kelamin laki-laki yang mengalami penyakit ginjal kronis jumlahnya lebih tinggi dibanding dengan responden berjenis kelamin perempuan. Pasien dengan faktor etiologi diabetes mellitus yaitu 44,1%, obtruksi dan atau infeksi saluran kemih dan polycytic Kidney Disease (17,6%), hipertensi (11,8%), SLE (5,9%) dan cardiovascular disease (2,9%). Pasien yang memiliki faktor keturunan terhadap penyakit ginjal kronis dalam keluarga 61,8% dan yang tidak memiliki faktor keturunan terhadap penyakit ginjal kronis dalam keluarga 38,2%. Gambaran ultrasonografi yaitu kortikomedular line kurang tegas (88,2%), hiperekhoik 79,4%, penipisan korteks 58,8% dan ukuran ginjal mengecil 52,9%.
Kesimpulan : Pada penelitian ini, penyakit ginjal kronis mayoritas terjadi pada laki-laki usia > 60 tahun dengan faktor resiko diabetes mellitus dan memiliki faktor keturunan penyakit ginjal. Berdasarkan gambaran ultrasonografi terbanyak yaitu kortikomedular line kurang tegas.
Kata Kunci : penyakit ginjal kronis, gambaran ultrasonografi penyakit ginjal kronis, ultrasonografi
Karya Ilmiah / 1
Ely Kartika G1A110030 // Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi // 2015
Perkembangan teknologi terbaru
telah menghasilkan berbagai teknik dan
prosedur pencitraan yang komplek. Namun
prinsip dasar pencitraan adalah tetap, yaitu
memberikan gambaran anatomi bagian
tubuh tertentu dan kelainan-kelainan.
Pemeriksaan radiologis memegang
peranan penting dalam penegakan
diagnosis terutama dalam bidang
nefrologi.1,2
Penyakit ginjal kronis (PGK) atau
yang sering disebut Chronic Kidney
Disease (CKD) Penyakit ginjal kronis
adalah suatu keadaan terjadinya kerusakan
ginjal atau laju filtrasi glomerulus (LFG) <
60 mL/menit dalam waktu 3 bulan atau
lebih. Penurunan fungsi ginjal terjadi
secara berangsur-angsur dan irreversible
yang akan berkembang terus menjadi
gagal ginjal terminal. Adanya kerusakan
ginjal tersebut dapat diliat dari kelainan
yang terdapat dalam darah, urin,
pencitraan atau biopsi 8, 21. Selanjutnya,
gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis
yang ditandai dengan penurunan fungsi
ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat
yang memerlukan terapi pengganti ginjal
yang tetap, berupa dialisis atau tranplatasi
ginjal.7,9 Penyakit Ginjal Kronis merupakan
masalah kesehatan global dengan insidensi
dan prevalensi yang terus meningkat,
prognosis yang buruk, serta biaya
perawatan yang mahal3. Konsekuensi
utama penyakit ginjal kronis tidak hanya
progresifitas menjadi gagal ginjal terminal
tetapi juga resiko kardiovaskular dan
kematian meningkat5,6. Gagal ginjal
terminal atau End Stage Renal Disease
(ESRD) telah terjadi di seluruh dunia
dengan biaya pengobatan yang amat
mahal7. Menurut WHO tahun 2002,
penyakit ginjal dan saluran kemih telah
menyebabkan kematian sebesar 850.000
orang setiap tahunnya. Hal ini
menunjukkan bahwa penyakit ini
menduduki peringkat ke-12 tertinggi angka
kematian.8
Data dari National Health and
Nutrition Examinations Survey (NHANES)
di USA menunjukkan bahwa pada tahun
1988-1994 dan 1999-2004 mengalami
peningkatan dengan prevalensi populasi
10,03% menjadi 13,07% dengan rata-rata
8,2%-11,1% pada laki-laki dan 12,1%-
15% pada perempuan9, berdasarkan
prevalensi umur ≥60 tahun (39,4%), 40-59
tahun (12,6%), 20-39 tahun (8,5%)10. Di
Malaysia, dengan populasi 18 juta,
diperkirakan terdapat 1800 kasus baru
gagal ginjal per tahunnya8. Diperkirakan
20 tahun kemudian penyakit ginjal kronis
akan mengalami peningkatan yang sangat
pesat dengan lebih dari 2 juta penduduk
dunia perlu menjalani pengobatan atau
terapi pengganti ginjal (dialisis atau
transplantasi ginjal) untuk gagal ginjal
Karya Ilmiah / 2
Ely Kartika G1A110030 // Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi // 2015
terminal dengan perkiraan peningkatan 5%
per tahunnya.5, 11
Data di pusat nefrologi di
Indonesia memperkirakan prevalensi
penyakit ginjal kronis masing-masing
berkisar 100 – 150 per 1 juta penduduk
dan ± 29,1% pada populasi yang memiliki
riwayat hipertensi, diabetes dan
proteinuria12, 13. Di RSUD Raden Mattaher
Jambi jumlah pasien yang melakukan USG
pada bulan Januari - Oktober 2013 terdapat
sebanyak 1397 pasien. Sedangkan jumlah
pasien penyakit ginjal kronis yang
melakukan USG sebanyak 31 pasien dari
106 pasien yang menderita penyakit ginjal
kronis, sekitar 2% dari kasus
keseluruhan.14
Gagal ginjal terminal di Indonesia
dan umumnya negara berkembang lainnya
tidak hanya merupakan aspek medik tetapi
juga berpengaruh pada aspek psikososial
dan ekonomi. hanya sebagian kecil (20-
30%) pasien dengan gagal ginjal terminal
yang mampu menjalani hemodialisa dan
terapi pengganti ginjal. Selain itu penyakit
ginjal kronis susah dikenali secara klinis
serta tidak spesifik dan hanya sedikit
tanda-tanda klinis pada tahap awal
penyakit. Oleh karena itu peranan
diagnosis dini penyakit ginjal kronis
termasuk pemeriksaan radiologi
merupakan upaya yang harus ditingkatkan
untuk mengurangi populasi gagal ginjal
terminal.12
Ultrasonografi (USG) merupakan
modalitas radiodiagnostik yang
menggunakan gelombang suara untuk
menghasilkan suatu gambar. yang paling
baik untuk saluran kemih. Pemeriksaan
ultrasonograafi ginjal tidak tergantung
pada faal ginjal, tidak dijumpai efek
samping, tanpa kontras, tidak sakit, relatif
cepat murah dan mudah dikerjakan1,3,4.
Pemeriksaan ultrasonografi juga
merupakan metode yang bermanfaat untuk
mengevalusi ginjal pada pasien penyakit
ginjal kronis. Parameter sonografi yang
dapat dievaluasi adalah ukuran ginjal yang
mengecil (< 8 cm), korteks ginjal yang
menipis (< 10 mm), ekhogenisitas ginjal
yang meningkat dan kortikomedular line
yang kurang atau tidak tegas (loss
corticomedullary differentiation).4, 15, 16
Jenis Penelitian
Desain penelitian yang digunakan
adalah survey research method yaitu
metode penelitian yang dilakukan tanpa
melakukan intevensi terhadap subjek
penelitian, dengan tipe penelitian
deskriptif (descriptive study) yaitu hanya
memaparkan atau menguraikan
karakteristik gambaran ultrasonografi pada
pasien penyakit ginjal kronis di Instalasi
Radiologi RSUD Raden Mattaher Jambi.17
Tempat dan Waktu penelitianPenelitian dilaksanakan di instalasi
radiologi RSUD Raden Mattaher Jambi,
Karya Ilmiah / 3
Ely Kartika G1A110030 // Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi // 2015
yang dilaksanakan pada tanggal 23 Juni -
23Agustus tahun 2014.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah
seluruh pasien penyakit ginjal kronis yang
melakukan ultrasonografi ginjal pada
bulan Juni-Agustus 2014.
Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah
seluruh pasien dari populasi yang didapat
pada periode penelitian tersebut. Adapun
besar sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sama dengan jumlah
populasi (total sampling) yaitu sebanyak
34 pasien. Sebagai gambaran untuk
menentukan sampel minimal digunakan
rumus Lameshow et al, 1990 yaitu rumus
besar sampel deskriptif kategorik 18 :
n=Z (1-α/2)2 P(1−P)
d2
n=(1,96)20,02 (1−0,02 )
(0,05 )2
n=¿ 30
Jumlah sampel yang telah dihitung
berdasarkan rumus deskriptif kategorik
adalah 30 sampel, namun untuk
menghindari terjadinya bias dalam
perhitungan sampel maka jumlah sampel
ditambah 10% dari sampel sebagai sampel
cadangan. Jadi jumlah sampel penelitian
minimal adalah 33 sampel.
Kriteria Inklusi dan Kriteria Ekslusi
Kriteria Inklusi pada penelitian ini,
yaitu pasien penyakit ginjal kronis yang
bersedia menjadi reponden, pasien
penyakit ginjal kronis atau penderita yang
memiliki etiologi yang mengarah ke
penyakit ginjal kronis yang melakukan
ultrasonografi di bagian radiologi RSUD
Raden Mattaher pada bulan Juni – Agustus
tahun 2014.
Kriteria Eksklusi pada penelitian
ini, yaitu pasien penyakit ginjal kronis
yang tidak bersedia menjadi responden,
pasien yang datang dengan diagnosis
bukan penyakit ginjal kronis tetapi hasil
USG menunjukkan penyakit ginjal kronis,
pasien yang etiologi penyakit ginjal
kronisnya bukan salah satu dari enam
kriteria yang telah ditetapkan dikerangka
teori.
Analisis Data
Data yang telah dikumpul, dicatat
dengan program komputer menggunakan
analisis univariat untuk mendeskripsikan
variable dan memperoleh gambaran
karakteristik pasien terkait usia, jenis
kelamin, faktor etiologi, faktor keturunan
dan gambaran ultrasonografi kemudian
data diolah serta disajikan dalam bentuk
grafik.
Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data
primer dan data sekunder. Sebelum
Karya Ilmiah / 4
Ely Kartika G1A110030 // Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi // 2015
memperoleh data, peneliti mendapatkan
surat penelitian dari Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
yang kemudian dibawa menuju bagian
pendidikan dan latihan RSUD Raden
Mattaher Jambi untuk mendapatkan surat
izin penelitian. Data primer diperoleh
secara langsung saat melakukan penelitian
dengan cara menunggu pasien penyakit
ginjal kronis yang melakukan
ultrasonografi kemudian melakukan
wawancara langsung dengan menerangkan
tujuan penelitian yang dilakukan, meminta
inform consent dan memperoleh identitas
pasien. Setelah pasien melakukan
ultrasonografi, dokter spesialis radiologi
dan peneliti melakukan pembacaan
hasilnya. Kemudian hasil pemeriksaan
dicatat pada lembar observasi. Sementara
data sekunder diperoleh dari data-data
yang tersedia di bagian rekam medik dan
Instalasi Radiologi RSUD Raden Mattaher
Jambi. Data yang digunakan adalah jumlah
pasien yang telah melakukan
ultrasonografi abdomen dan ultrasonografi
ginjal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Populasi dalam penelitian ini
berjumlah 34 pasien dan sampel diambil
secara keseluruhan dari seluruh jumlah
populasi. Berikut ini adalah hasil
penelitian mengenai karakteristik
gambaran ultrasonografi (USG) pada
pasien klinis penyakit ginjal kronis di
Instalasi Radiologi RSUD Raden Mattaher
Jambi periode Juni-Agustus tahun 2014.
Distribusi Pasien berdasarkan Umur
Gambaran umur pada pasien
penyakit ginjal kronis di Instalasi
Radiologi RSUD Raden Mattaher periode
Juni-Agustus 2014 dapat dilihat pada
Gambar 4.1.
Gambar diatas menunjukkan
bahwa distribusi umur pada pasien
penyakit ginjal kronis di Intalasi Radiologi
RSUD Raden Mattaher Jambi periode
Juni-Agustus tahun 2014 didapatkan
sebanyak 15 pasien (44,1%) berusia > 60
tahun, 10 pasien (29,4%) berusia 40-59
tahun, 6 pasien (17,6%) berusia 20-39
tahun, 3 pasien (8,8%) berusia < 20
tahun.
Distribusi Pasien berdasarkan Jenis
Kelamin
Gambaran jenis kelamin pada
pasien penyakit ginjal kronis di Instalasi
Radiologi RSUD Raden Mattaher periode
Karya Ilmiah / 5
Gambar 4.1 Distribusi Pasien Berdasarkan GambaranUmur
Ely Kartika G1A110030 // Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi // 2015
Juni-Agustus 2014 dapat dilihat pada
Gambar 4.2.
Gambar diatas menunjukkan
bahwa distribusi jenis kelamin pada pasien
penyakit ginjal kronis di Intalasi Radiologi
RSUD Raden Mattaher Jambi periode
Juni-Agustus tahun 2014 sebanyak 24
pasien (70,6%) berjenis kelamin laki-laki
sedangkan 10 pasien (29,4%) dengan jenis
kelamin perempuan.
Distribusi Pasien berdasarkan Faktor
Etiologi
Gambaran faktor etiologi pada
pasien penyakit ginjal kronis di Instalasi
Radiologi RSUD Raden Mattaher periode
Juni-Agustus 2014 dapat dilihat pada
Gambar 4.3.
Gambar diatas menunjukkan
bahwa distribusi faktor etiologi pada
pasien penyakit ginjal kronis di RSUD
Raden Mattaher Jambi periode Juni-
Agustus tahun 2014 sebanyak 15 pasien
(44,1%) diabetes melitus, 6 pasien (17,6%)
polycystic kidney disease dan
obstruksi/infeksi saluran kemih, 4 pasien
(11,8%) hipertensi, 2 pasien (5,9%) SLE,
dan 1 pasien (2,9%) cardiovascular
disease.
Distribusi Pasien berdasarkan Faktor
Keturunan
Gambaran faktor keturunan pada
pasien penyakit ginjal kronis di Instalasi
Radiologi RSUD Raden Mattaher periode
Juni-Agustus tahun 2014 dapat dilihat
pada Gambar 4.4.
Gambar diatas menunjukkan
bahwa distribusi bahwa faktor keturunan
pada pasien penyakit ginjal kronis di
Instalasi Radiologi RSUD Raden Mattaher
Jambi tahun 2014 sebanyak 21 pasien
Karya Ilmiah / 6
Gambar 4.2 Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 4.4 Distribusi Pasien Berdasarkan FaktorKeturunan
Gambar 4.3 Distribusi Pasien Berdasarkan Faktor Etiologi
Gambar 4.5 Distribusi Pasien Berdasarkan GambaranUltrasonografi Untuk Ukuran Ginjal Mengecil
Ely Kartika G1A110030 // Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi // 2015
(61,8%) memiliki faktor keturunan atau
riwayat keluarga dan 13 pasien (38,2%)
pasien tidak memiliki faktor keturunan.
Distribusi Pasien berdasarkan Gambaran Ultrasonografi Untuk Ukuran Ginjal Mengecil (Atrofi Ginjal)
Gambaran ultrasonografi untuk
ukuran ginhal mengecil (atofi ginjal) pada
pasien penyakit ginjal kronis di Instalasi
Radiologi RSUD Raden Mattaher periode
Juni-Agustus tahun 2014 dapat dilihat
pada Gambar 4.5.
Gambar diatas menunjukkan
bahwa distribusi gambaran ultrasonografi
untuk ukuran ginjal mengecil (atrofi
ginjal) pada pasien penyakit ginjal kronis
di Instalasi Radiologi RSUD Raden
Mattaher Jambi periode Juni-Agustus
tahun 2014 sebanyak 19 pasien (55,9%)
memiliki ukuran ginjal yang mengecil dan
15 orang (44,1%) memiliki ukuaran ginjal
dalam batas normal.
Distribusi Pasien berdasarkan Gambaran Ultrasonografi Untuk Penipisan Korteks
Gambaran ultrasonografi untuk
penipisan korteks pada pasien penyakit
ginjal kronis di Instalasi Radiologi RSUD
Raden Mattaher periode Juni-Agustus
tahun 2014 dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Gambar diatas menunjukkan
bahwa distribusi gambaran ultrasonografi
untuk penipisan korteks pada pasien
penyakit ginjal kronis di Instalasi
Radiologi RSUD Raden Mattaher Jambi
periode Juni-Agustus tahun 2014 sebanyak
20 pasien (58,8%) memiliki ginjal dengan
korteks yang tipis dan 14 orang (41,2%)
tidak memiliki korteks yang tipis.
Distribusi Pasien berdasarkan Gambaran Ultrasonografi Untuk Hiperekhoik
Gambaran ultrasonografi untuk
penipisan korteks pada pasien penyakit
ginjal kronis di Instalasi Radiologi RSUD
Raden Mattaher periode Juni-Agustus
tahun 2014 dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Karya Ilmiah / 7
Gambar 4.6 Distribusi Pasien Berdasarkan GambaranUltrasonografi Untuk Penipisan Korteks
Ely Kartika G1A110030 // Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi // 2015
Gambar diatas menunjukkan
bahwa distribusi gambaran ultrasonografi
untuk penipisan korteks pada pasien
penyakit ginjal kronis di Instalasi
Radiologi RSUD Raden Mattaher Jambi
periode Juni-Agustus tahun 2014 sebanyak
27 pasien (79,4%) memiliki ginjal dengan
korteks yang tipis dan 7 orang (20,6%)
tidak memiliki korteks yang tipis.
Distribusi Pasien berdasarkan Gambaran Ultrasonografi Untuk Kortikomedular Line Kurang Tegas
Gambaran ultrasonografi untuk
penipisan korteks pada pasien penyakit
ginjal kronis di Instalasi Radiologi RSUD
Raden Mattaher periode Juni-Agustus
tahun 2014 dapat dilihat pada Gambar 4.8.
Gambar diatas menunjukkan
bahwa distribusi gambaran ultrasonografi
untuk penipisan korteks pada pasien
penyakit ginjal kronis di Instalasi
Radiologi RSUD Raden Mattaher Jambi
periode Juni-Agustus tahun 2014 sebanyak
31 pasien (91,2%) memiliki ginjal dengan
korteks yang tipis dan 3 orang (8,8%)
tidak memiliki korteks yang tipis.
Pembahasan
Gambaran Pasien Berdasarkan Umur
Hasil penelitian menunjukkan distribusi umur pada pasien penyakit ginjal kronis di RSUD Raden Mattaher Jambi Periode Juni-Agustus tahun 2014 didapatkan sebanyak 15 pasien (44,1%) berumur lebih dari 60 tahun, dimana pada umur tersebut merupakan golongan umur sering terjadinya penyakit ginjal kronis.10
Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Pani, dkk (2013) yang berjudul “Prevalence Of CKD and Its Relationship to eGFR-Related Genetic Loci and Clinical Risk Factor In The SardiNIA Study Cohort” dengan hasil 78,4% pasien berumur 60 tahun keatas.19
Penelitian lain menyatakan bahwa pasien penyakit ginjal kronis dengan usia yang semakin tua akan menjadi faktor utama
Karya Ilmiah / 8
Gambar 4.7 Distribusi Pasien Berdasarkan Gambaran Ultrasonografi Untuk Hiperekhoiik
Gambar 4.8 Distribusi Pasien Berdasarkan GambaranUltrasonografi Untuk Kortikomedular LineKurang Tegas
Ely Kartika G1A110030 // Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi // 2015
dari penyakit ginjal kronis karena fungsi organ yaitu ginjal sudah mulai melemah dan mengalami penurunan fungsi seperti penurunan laju filtrasi glomerulus, perubahan sel-sel pada ginjal karena proses penuaan.9,20
Survey NHANES, prevalensi tertinggi dari semua penyakit ginjal kronis adalah golongan orang yang lebih tua. Hal ini juga bisa dikarenakan peningkatan albuminuria dan proteinuria. Hampir 1,6 juta (4,5%) penduduk lanjut usia (> 65 tahun) yang mengalami penyakit ginjal kronis melakukan perawatan dirumah.21
Penelitian lain didapatkan bahwa usia > 60 tahun memang sangat berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal selain itu penyakit ginjal kronis susah dikenali secara klinis serta tidak spesifik dan hanya sedikit tanda-tanda klinis pada tahap awal penyakit. Oleh karena itu peranan diagnosis dini penyakit ginjal kronis termasuk pemeriksaan radiologi merupakan upaya yang harus ditingkatkan untuk mengurangi populasi gagal ginjal terminal.12,22
Gambaran Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin
Hasil penelitian menunjukkan distribusi jenis kelamin pada pasien penyakit ginjal kronis di RSUD Raden Mattaher Jambi Periode Juni-Agustus tahun 2014 didapatkan sebanyak 24 pasien (70,6%) berjenis kelamin laki-laki dan 10 pasien (29,4%) berjenis kelamin perempuan.
Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuste, dkk (2013) dengan judul “Factor Related With The Progression Of Chronic Kidney Disease” dengan hasil 61% pada laki-laki.21 Menurut penelitian Sanusi
(2009) dengan judul “Relationship of ultrasonographically determined kidney volume with measured GFR, calculated creatinine clearance and other parameters in chronic kidney disease (CKD)” mendapatkan hasil 67,6% pada laki-laki dan 37,4% pada perempuan.23 Jika dikaitkan dengan teori dibeberapa sumber menyatakan bahwa laki-laki memiliki gaya hidup kurang sehat seperti merokok, alkohol dan obesitas dibanding perempuan. Rokok dapat memperecepat kerusakan ginjal pada pasien dengan sindrom metabolik dimana sistem metabolik sangat berhubungan erat dengan ginjal.
Namun beberapa penelitian lain menunjukkan jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki yang disebabkan oleh aktivitas hormon estrogen yang telah terhenti sehingga beresiko pada wanita tidak reproduktif. Perbedaan jenis kelamin telah ditetapkan dalam bidang nefrologi, perempuan lebih terhindar dari penyakit ginjal kronis selama usia reproduktif dikarenakan estrogen dapat menipiskan perkembangan penyakit ginjal kronis dan mulai meningkat 10 tahun kemudian pada perempuan. Selain itu juga pada penelitian ini lebih banyak perempuan yang telah melakukan dialysis awal dibandingkan pria.24,25
Gambaran Responden Berdasarkan
Faktor Etiologi
Hasil penelitian menunjukkan distribusi faktor etiologi pada pasien penyakit ginjal kronis di RSUD Raden Mattaher Jambi Periode Juni-Agustus tahun 2014 didapatkan sebanyak 15 pasien (44,1%) dengan etiologi diabetes mellitus. Obtruksi dan atau infeksi saluran kemih
Karya Ilmiah / 9
Ely Kartika G1A110030 // Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi // 2015
dan polycytic kidney disease sebanyak 6 orang (17,6%), hipertensi sebanyak 4 orang (11,8%), SLE sebanyak 2 orang (5,9%) dan faktor etiologi paling sedikit yang berdampak pada penyakit ginjal kronis adalah cardiovascular disease sebanyak 1 orang (2,9%)
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abbound, dkk (2004) yang berjudul “Stage IV Chronic Kidney Disease” dengan hasil bahwa diabetes mellitus merupakan penyebab paling banyak dari penyakit ginjal kronis yaitu 44,9%, hipertesi (27,2%), obtruksi dan atau infeksi saluran kemih (3,6%) dan polycytic kidney disease (3,1%).26
Menurut teori, prevalensi pasien penyakit ginjal kronis dengan etiologi diabetes mellitus 40,2% dan tanpa diabetes mellitus 15,4%. Retinopati merupakan salah satu petunjuk yang biasanya dapat diasumsikan memiliki nefropati diabetik selain itu juga ditemukannya sel darah merah (hematuria), mikroalbuminuria, proteinuria pada sedimen urin. Proteinuria yaitu terdapatnya protein pada urin yang merupakan salah satu indikator dari fungsi ginjal yang tidak normal.10
Pada teori, prevalensi pasien
penyakit ginjal kronis dengan etiologi
hipertensi 24,6% dan tanpa hipertensi
12,5%. Biasanya disertai tanda klinis
hipertrofi ventrikel kiri, Hipertesi pada
penyakit ginjal kronis dapat dilihat pada
gejala lain dari kerusakan akhir organ.
Hipertesi merupakan faktor utama pemicu
terjadi penyakit ginjal sebaliknya saat
fungsi ginjal mengalami gangguan maka
tekanan darah akan meningkat. Ginjal
memproduksi hormon yang menstimulasi
produksi sel darah merah dan hormon yang
membantu menyeimbangkan tekanan
darah serta mengontrol metabolisme
kalsium. Selain itu jika ada kerusakan
bagian dari ginjal terutama bagian korteks
akan merangsang produksi hormon renin
yang akan menstimulasi terjadinya
peningkatan tekanan darah. Disamping itu
saat ginjal rusak maka ekresi air dan garam
akan terganggu. Hal ini mengakibatkan isi
rongga pembuluh darah meningkat.27, 28, 29
Pada etiologi polycystic kidney
disease biasanya ginjal teraba, nyeri
pinggang, terdapat sel darah merah
(hematuria), proteinuria pada sedimen urin
dan dapat didiagnosis pasti menggunakan
ultrasonografi. Obstruksi dan atau infeksi
saluran kemih dilihat dari riwayat dan saat
pemeriksaan fisik, biasanya terdapat
hematuria, tidak tedapat proteinuria.10,30
Systemic Lupus Erythematosus
(SLE) dapat merusak glomerulus sehingga
menyebabkan gangguan proses
penyaringan darah, kerja ginjal lemah dan
bahkan rusak. Hampir 90% pasien SLE
mengalami gangguan ginjal tetapi hanya 2
hinga 3 persenya saja yang mengalami
gagal ginjal. Penyakit ginjal yang
disebabkan oleh SLE dikenal dengan
istilah lupus nephritis yang dapat
menyebabkan pembengkakan pada ginjal,
gejala yang timbul adalah meningkatnya
kadar protein diurin, meningkatnya jumlah
kreatinin dalam darah, memicu tekanan
Karya Ilmiah / 10
Ely Kartika G1A110030 // Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi // 2015
darah tinggi dan adanya pembengkakan
pada betis dan telapak kaki.31,32
Herszog dkk (2011) menyatakan bahwa mekanisme dasar dari patofisiologi dasar antara cardiovascular disease (CVD) dan penyakit ginjal kronis adalah disfungsi endotelia sehingga dapat menyebabkan albuminuria. Salah satu penyebab CVD adalah aterosklerosis yang dapat mengganggu pembuluh darah besar dan pembuluh darah kecil termasuk vaskularisasi ginjal dan menyebabkan aliran darah ke organ berkurang dan bisa mengakibatkan kematian sel organ. CVD mengidentifikasi individu yang beresiko menderita gagal jantung dan pada pasien-pasien ini akan mengalami penurunan fungsi ginjal akibat penurunan perfusi ginjal. CVD merupakan predisposisi terhadap seseorang untuk menjalani kateterisasi jantung yang mungkin berakibat kerusakan ginjal akibat kontras intravena ataupun emboli.33
Gambaran Pasien Berdasarkan Faktor Keturunan
Hasil penelitian menunjukkan distribusi faktor keturunan pada pasien penyakit ginjal kronis di RSUD Raden Mattaher Jambi Periode Juni-Agustus tahun 2014 didapatkan sebanyak 21 pasien (61,8%) memiliki faktor keturunan atau riwayat penyakit ginjal dan 13 pasien (38,2%) tidak memiliki faktor keturunan penyakit ginjal.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Pani, dkk (2013) yang berjudul “Prevalence Of CKD and Its Relationship to eGFR-Related Genetic Loci and Clinical Risk Factor In The SardiNIA Study Cohort” dengan hasil 72,2% pasien penyakit ginjal kronis merupakan pasien
dengan skor faktor resiko genetik (keturunan) paling banyak.19
Pada salah satu jurnal menyatakan bahwa faktor keturunan atau riwayat keluarga merupakan prevalensi tertinggi untuk mengalami penyakit ginjal kronis. Pasien yang memiliki riwayat keluarga positif penyakit ginjal kronis juga berhubungan dengan peningkatan proteinuria. Beberapa pasien yang masuk kedalam kategori memiliki riwayat keluarga juga biasanya diawali dengan faktor resiko yang diderita oleh keluarganya misalnya diabetes mellitus, hipertensi dan polycystic kidney disease.34
Gambaran Pasien Berdasarkan Gambaran Ultrasonografi
Hasil penelitian menunjukkan distribusi gambaran ultrasonografi pada pasien penyakit ginjal kronis di RSUD Raden Mattaher Jambi Periode Juni-Agustus tahun 2014 didapatkan gambaran yang paling banyak terlihat adalah gambaran kortikomedular line yang kurang atau tidak tegas (88,2%), hiperekhoik (79,4%), penipisan korteks (58,8%), dan ukuran ginjal mengecil/atrofi (52,9%).
Sama seperti penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang pada tahun 2011 menunjukkan bahwa kortikomedular line yang kurang atau tidak tegas merupakan gambaran ultrasonografi yang paling banyak ditemukan 30 pasien (81,1%), hiperekhoik 21 pasein (56,8%), penipisan korteks dan pengecilan ukuran ginjal 4 pasien (10,8%) dari jumlah total 34 pasien.35 Sedangkan penelitan dari Hekmatnia, dkk (2003) menunjukkan yang paling banyak ditemukan pada gambaran ultrasonografi pasien penyakit ginjal kronis adalah penipisan korteks yang kurang dari 1cm sebanyak 25 dari 50 pasien (50%) dan
Karya Ilmiah / 11
Ely Kartika G1A110030 // Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi // 2015
kortikomedular line yang tidak tegas yaitu 8 pasien (16%).36
Pada journal of clinical imaging science dengan judul “correlation of ultrasonograhic parameters with serum creatinine in chronic kidney disease” oleh Jagdeesh dkk menyatakan bahwa grade ekhogenitas ginjal berhubungan dengan serum kreatinin yang dapat dilihat dari panjang ginjal dan penipisan korteks. Salah satu indiktor untuk mengetahui baik buruknya fungsi ginjal adalah dengan melakukan kreatinin serum tetapi pada jurnal ini menyatakan bahwa dengan melakukan ultrasonografi untuk melihat ekhogenitas dan fungsi ginjal merupakan parameter yang lebih baik.37
Selain melihat ekhogenitas ginjal, ultrasonografi juga merupakan indikator yang lebih baik untuk memperlihatkan proses penipisan korteks, pengecilan ukuran ginjal dan tidak jelasnya garis kortikomedular untuk menentukan baik buruknya fungsi ginjal. Kortikomedular line kurang tegas merupakan salah satu indicator untuk mengeahui bahwa grade ekhogenitas ginjal berdasarkan USG masuk dalam kategori kronis (grade 3 dan grade 4).16
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan
yang telah dilakukan di Instalasi Radiologi
RSUD Raden Mattaher Periode Juni-
Agustus 2014, dapat disimpulkan beberapa
hal yaitu distribusi pasien yang mengalami
penyakit ginjal kronis berdasarkan
gambaran ultrasonografi yaitu
kortikomedular line kurang tegas
merupakan gambaran yang paling banyak
ditemukan pada responden yaitu 30 orang
(88,2%). Sementara gambaran lain seperti
hiperekhoik dimiliki oleh 27 orang
(79,4%), penipisan korteks dimiliki oleh
20 orang (58,8%) dan ukuran ginjal
mengecil dimiliki oleh 18 orang (52,9%).
Distribusi pasien penyakit ginjal kronis
didapatkan sebagian besar berjenis
kelamin laki-laki dengan golongan umur >
60 tahun dan memiliki faktor keturunan
atau riwayat keluarga penyakit ginjal.
Distribusi pasien yang mengalami penyakit
ginjal kronis dan mempunyai faktor
etiologi diabetes mellitus memiliki
persentase paling tinggi yaitu 44,1%
daripada pasien dengan faktor etiologi
yang lain seperti obtruksi dan atau infeksi
saluran kemih dan polycytic kidney disease
(17,6%), hipertensi (11,8%), SLE (5,9%)
dan cardiovascular disease (2,9%).
Saran
Bagi RSUD Raden Mattaher Jambi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dan edukasi dalam pencegahan dan penanganan pasien penyakit ginjal kronis.
Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut, seperti melakukan penelitian yang lebih spesifik berdasarkan grade atau derajat klinis penyakit ginjal kronis. Penelitian yang mengguanakan ultrasonografi dopler juga dapat lebih banyak memperlihatkan gambaran-gambaran lain seperti pelebaran pelviokalesis dan terlihatnya lesi/sol yang
Karya Ilmiah / 12
Ely Kartika G1A110030 // Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi // 2015
merupakan beberapa gambaran untuk mendiagnosis penyakit ginjal kronis.
Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Jambi
Penelitian ini dapat dijadikan dasar
untuk penelitian lebih lanjut mengenai
ultrasonografi penyakit ginjal kronis bagi
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Jambi.
Daftar Pustaka
1. Patel P R. Lecture Notes: Radiologi Edisi Ke-2. Jakarta. Erlangga. 2007.
2. Rasjidi I, Muljadi R, Cahyono K. Imaging Ginekologi Onkologi. Jakarta. Sagung Seto. 2010
3. Wilson LM. Gagal Ginjal Kronik. Dalam: Anderson S, Wilson L M, editors. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi Ke-6. Volume 2. Jakarta. EGC. 2003
4. Baxter GM, Sidhu PS. Ultrasound of the Urogenital System. New York. Thieme. 2006
5. Arora P. Chronic Kidney Disease. 2013. (diakses 02 Des 2013). Diunduh dari: URL: http://emedicine.medscape.com/article/238798overview.
6. Rachmadi D, Meillyna F. Hemodialisis Pada Anak dengan Chronic Kidney Disease. Bandung. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD. 2009
7. Fauci AS, Braunwald E, Isselbacher KJ, Wilson JD, Martin JB, Kasper DL, et al., editors. Harrison’s principles of internet medicine. 16th ed. New York. McGraw Hill, Health Proffesions Division. 2005
8. Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Marcellus SK, Setiati S. Edisi Ke-4. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006
9. Chronic Kidney Disease National Clinicak Guideline for Early Identification and anagement in Adults In Primary And Secondary Care. National Institute for Health and Care Excellence. The National Collaborating Centre for Chronic Conditions. London. Royal College of Physicians. September 2008 (diakses 03 Jan2014). Diunduh dari: URL: http://guidance.nice.org.uk/CG73
10. Clinical Practice Guideline For Management of Chronic Kidney Disease in Primary Care. Departement of Veterans Affairs and The Departement of Defense. The Management of CKD Working Grup. Washington DC; 2007
11. Choi AL, Rodriguez RA, Bacchetti P, Bertenthal D, Hernadez GT, O’Hore AM. Whaite/Black Racial Differences in Risk of End-Stage Renal-Disease and Death. National Institutes Of Health (serial online). Am J Med. Juli 2009 (diakses 03 Jan 2014); 122(7):(14 layar). Diunduh dari: URL: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2749005/
12. Rahardjo P, Susalit E, Suhardjono. Hemodialisis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Marcellus SK, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi Ke-4. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006
13. Sorace AG, Robbin ML, Umphrey H, Berry JL, Lockhart ME, Allon M, et al. Ultrasound Measurement of Brachial Artery Elasticity Prior to Hemodialysis Access Placement. National Institute Of Health (serial online). AIUM 6 April 2012. (diakses 03 Jan 2014); 31:1581-1588. Diunduh dari: URL: http://www. ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/ PMC3462358/
14. Data Rekam Medik RSUD Raden Mattaher Jambi 201315. Emamian SA, Nielsen MB, Pedersen JF, Ytte L. Kidney
dimensions at sonography: correlation with age, sex and habitus in 665 adult volunteers. AJR. 160: 86-86 (diakses 05 Des 2013). Diunduh dari: URL: http://www.ajronline.org/cgi/content/160/1/83.pdf
16. Beland MD, Walle NL, Machan JT, Cronan JJ. Renal Cortical Thickness Measured at Ultrasound : Is It Better Than Renal Length as an Indicator of Renal Function in Chronic Kidney Disease. AJR Agustus 2010 (diakses 03 Jan 2014); 195:W146-W149. Diunduh dari: URL: http://www.ajronline. org/doi/full/10.2214/AJR.09.4104
17. Notoadmojo S. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. 2005. Hal: 26-27.
18. Sopiyudin D. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Edisi Ketiga. Jakarta : Salemba Medika. 2012
19. Pani A, Gresham JB, Masala M, Piras D, Atzeni A, Pilia MG. Prevalence of CKD and Its Relationship to eGFR-Related Genetic Loci and Clinical Risk Factor in the sardiNIA Study Cohort. 2013
20. Claudia Y, Barraca D, Sauco IA, Martinez AV, Abad S, Guzman UV, et al., Factor Related With The Progression of Chronic Kidney Disease. Department of Nephrology. Gregorio Maranon University General Hospital. Nefrologia Mei 2013 (diakses 03 Jan 2014); 33(5):685-691. Diunduh dari: URL:http://www.revistanefrologia.com/modules.php?name=articulos&idarti culo=11900&idlangart=EN
21. Coresh J, Selvin E, Stevens LA, Manzi J, Kusek JW, Eggers P, et al., Prevalence of Chronic Kidney Disease in the United States. 2007
22. Guidelines & Protocols Advisory Committee. Chronic Kidney Disease – Identification, Evaluation and Management of Patients. Kanada. 2008
23. Sanusi AA, Arogundade FA, Famurewa OC, Akintomide AO, Soyinka FO, et al., Relationship of Ultrasonographically Determined Kidney Volume With Measured GFR, Calculated Creatinine Clearance and Other Parameters in Chronic Kidney Disease (CKD). 2009
24. Iseki K. Gender Differences in Chronic Kidney Disease. Japan. 2008
25. Norris K, Nissenson AR. Race, Gender, and Sosioeconomic Disparities In CKD in The United States. 2008
26. Abboud H, Henrich WL. Stage IV Chronic Kidney Disease. NEJM. 2010
27. National Kidney Foundation. Guideline 1 : Goals Of Antihypertensive Therapy In CKD. 2004
28. Tedla FM, Brar A, Browne R, Brown C. Hypertension In Chronic Kidney Disease : Navigating the Evidence. 2011
29. August P. Mechanism of Hypertension: Cells, Hormones and the Kidney. 2004
Karya Ilmiah / 13
Ely Kartika G1A110030 // Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi // 2015
30. Chronic Kidney Disease Clinical Practice Recommendations for Primary Care Physicians and Healthcare Providers.Divisions of Nephrology & Hypertension and General Internal Medicine. A Collaborative Approach Edition 6. Hendy Ford Health System; 2011.
31. National Kidney Foundation. Lupus and Kidney Disease (Lupus Nephritis). 2014 (diakses 03 November 2014) URL : https://www.kidney.org/atoz/content/lupus
32. Huang SHS, Hildebrand A, Clark WF. Management of Lupus Nephritis. 2011
33. Herszog CH, Asinger RW, Berger AK, Charytan DM, Diez J, Hart RG, et al., Cardiovascular Disease in Chronic Kidney Disease. A Clinical Update From Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO). 2011
34. McClellan W, Speckman R, McClure L, Howard V, Campbell RC, Cushman M. Prevalence and Characteristic Of a Family History Of End Stage Renal Disease Among Adult In The United States Population: Reason For Geographic and Racial Differences in Stroke (Regards) Renal Cohort Study. 2007
35. Rahmawati W, Muryawan H, Prabowo F. Renal Imaging in Children with Chronic Kidney Disease. 2008
36. Hekmatinia A,Yaraghi M. Sonograhic Measurement Of Absolute And Relative Renal Length In Healthy Isfahani Adults. 2003
37. Siddappa JK, Singla S, Ameen MA, Rakshith SC, Kumar N. Correlation Of Ultrasonograhic Parameters With Serum Creatinine In Chronic Kidney Disease. India. 2012
Karya Ilmiah / 14