Karya Ilmiah Ely Kartika g1a110030

23
Ely Kartika G1A110030 // Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi // 2015 KARAKTERISTIK GAMBARAN ULTRASONOGRAFI (USG) PADA PASIEN KLINIS PENYAKIT GINJAL KRONIS DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI Periode Juni – Agustus Tahun 2014 Oleh : Ely Kartika *, Husny E Taufik**, Adriani** * Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi ** Dosen Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Jambi ABSTRAK Latar Belakang : Penyakit ginjal kronis merupakan masalah kesehatan global dengan insidensi dan prevalensi yang terus meningkat serta prognosis yang buruk. Selain itu penyakit ginjal kronis susah dikenali secara klinis dan tidak spesifik pada tahap awal penyakit. Oleh karena itu peranan diagnosis dini penyakit ginjal kronis termasuk pemeriksaan radiologi (ultrasonografi) merupakan upaya yang harus ditingkatkan untuk mengurangi populasi gagal ginjal terminal. Metode : Penelitian ini berupa deskriptif yang dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD Raden Mattaher Jambi pada 23 Juni- 23 Agustus tahun 2014 menggunakan data primer, dengan sampel 34 pasien yang diambil secara total sampling. Hasil : Pasien yang mengalami penyakit ginjal kronis dan melakukan ultrasonografi pada usia > 60 tahun 44,1%, usia 40-59 tahun 29,4%, usia 20-39 tahun 17,6% dan usia < 20 tahun yaitu 8,8%. Pasien berjenis kelamin laki-laki yang mengalami penyakit ginjal kronis jumlahnya lebih tinggi dibanding dengan responden berjenis kelamin perempuan. Pasien dengan faktor etiologi diabetes mellitus yaitu 44,1%, obtruksi dan atau infeksi saluran kemih dan Karya Ilmiah / 1

description

Karya Ilmiah Ely Kartika g1a110030

Transcript of Karya Ilmiah Ely Kartika g1a110030

Page 1: Karya Ilmiah Ely Kartika g1a110030

Ely Kartika G1A110030 // Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi // 2015

KARAKTERISTIK GAMBARAN

ULTRASONOGRAFI (USG)

PADA PASIEN KLINIS

PENYAKIT GINJAL KRONIS

DI INSTALASI RADIOLOGI

RSUD RADEN MATTAHER

JAMBI Periode Juni – Agustus

Tahun 2014

Oleh :

Ely Kartika *, Husny E Taufik**, Adriani**

* Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

** Dosen Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Jambi

ABSTRAK

Latar Belakang : Penyakit ginjal kronis merupakan masalah kesehatan global dengan insidensi dan prevalensi yang terus meningkat serta prognosis yang buruk. Selain itu penyakit ginjal kronis susah dikenali secara klinis dan tidak spesifik pada tahap awal penyakit. Oleh karena itu peranan diagnosis dini penyakit ginjal kronis termasuk pemeriksaan radiologi (ultrasonografi) merupakan upaya yang harus ditingkatkan untuk mengurangi populasi gagal ginjal terminal.

Metode : Penelitian ini berupa deskriptif yang dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD Raden Mattaher Jambi pada 23

Juni-23 Agustus tahun 2014 menggunakan data primer, dengan sampel 34 pasien yang diambil secara total sampling.

Hasil : Pasien yang mengalami penyakit ginjal kronis dan melakukan ultrasonografi pada usia > 60 tahun 44,1%, usia 40-59 tahun 29,4%, usia 20-39 tahun 17,6% dan usia < 20 tahun yaitu 8,8%. Pasien berjenis kelamin laki-laki yang mengalami penyakit ginjal kronis jumlahnya lebih tinggi dibanding dengan responden berjenis kelamin perempuan. Pasien dengan faktor etiologi diabetes mellitus yaitu 44,1%, obtruksi dan atau infeksi saluran kemih dan polycytic Kidney Disease (17,6%), hipertensi (11,8%), SLE (5,9%) dan cardiovascular disease (2,9%). Pasien yang memiliki faktor keturunan terhadap penyakit ginjal kronis dalam keluarga 61,8% dan yang tidak memiliki faktor keturunan terhadap penyakit ginjal kronis dalam keluarga 38,2%. Gambaran ultrasonografi yaitu kortikomedular line kurang tegas (88,2%), hiperekhoik 79,4%, penipisan korteks 58,8% dan ukuran ginjal mengecil 52,9%.

Kesimpulan : Pada penelitian ini, penyakit ginjal kronis mayoritas terjadi pada laki-laki usia > 60 tahun dengan faktor resiko diabetes mellitus dan memiliki faktor keturunan penyakit ginjal. Berdasarkan gambaran ultrasonografi terbanyak yaitu kortikomedular line kurang tegas.

Kata Kunci : penyakit ginjal kronis, gambaran ultrasonografi penyakit ginjal kronis, ultrasonografi

Karya Ilmiah / 1

Page 2: Karya Ilmiah Ely Kartika g1a110030

Ely Kartika G1A110030 // Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi // 2015

Perkembangan teknologi terbaru

telah menghasilkan berbagai teknik dan

prosedur pencitraan yang komplek. Namun

prinsip dasar pencitraan adalah tetap, yaitu

memberikan gambaran anatomi bagian

tubuh tertentu dan kelainan-kelainan.

Pemeriksaan radiologis memegang

peranan penting dalam penegakan

diagnosis terutama dalam bidang

nefrologi.1,2

Penyakit ginjal kronis (PGK) atau

yang sering disebut Chronic Kidney

Disease (CKD) Penyakit ginjal kronis

adalah suatu keadaan terjadinya kerusakan

ginjal atau laju filtrasi glomerulus (LFG) <

60 mL/menit dalam waktu 3 bulan atau

lebih. Penurunan fungsi ginjal terjadi

secara berangsur-angsur dan irreversible

yang akan berkembang terus menjadi

gagal ginjal terminal. Adanya kerusakan

ginjal tersebut dapat diliat dari kelainan

yang terdapat dalam darah, urin,

pencitraan atau biopsi 8, 21. Selanjutnya,

gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis

yang ditandai dengan penurunan fungsi

ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat

yang memerlukan terapi pengganti ginjal

yang tetap, berupa dialisis atau tranplatasi

ginjal.7,9 Penyakit Ginjal Kronis merupakan

masalah kesehatan global dengan insidensi

dan prevalensi yang terus meningkat,

prognosis yang buruk, serta biaya

perawatan yang mahal3. Konsekuensi

utama penyakit ginjal kronis tidak hanya

progresifitas menjadi gagal ginjal terminal

tetapi juga resiko kardiovaskular dan

kematian meningkat5,6. Gagal ginjal

terminal atau End Stage Renal Disease

(ESRD) telah terjadi di seluruh dunia

dengan biaya pengobatan yang amat

mahal7. Menurut WHO tahun 2002,

penyakit ginjal dan saluran kemih telah

menyebabkan kematian sebesar 850.000

orang setiap tahunnya. Hal ini

menunjukkan bahwa penyakit ini

menduduki peringkat ke-12 tertinggi angka

kematian.8

Data dari National Health and

Nutrition Examinations Survey (NHANES)

di USA menunjukkan bahwa pada tahun

1988-1994 dan 1999-2004 mengalami

peningkatan dengan prevalensi populasi

10,03% menjadi 13,07% dengan rata-rata

8,2%-11,1% pada laki-laki dan 12,1%-

15% pada perempuan9, berdasarkan

prevalensi umur ≥60 tahun (39,4%), 40-59

tahun (12,6%), 20-39 tahun (8,5%)10. Di

Malaysia, dengan populasi 18 juta,

diperkirakan terdapat 1800 kasus baru

gagal ginjal per tahunnya8. Diperkirakan

20 tahun kemudian penyakit ginjal kronis

akan mengalami peningkatan yang sangat

pesat dengan lebih dari 2 juta penduduk

dunia perlu menjalani pengobatan atau

terapi pengganti ginjal (dialisis atau

transplantasi ginjal) untuk gagal ginjal

Karya Ilmiah / 2

Page 3: Karya Ilmiah Ely Kartika g1a110030

Ely Kartika G1A110030 // Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi // 2015

terminal dengan perkiraan peningkatan 5%

per tahunnya.5, 11

Data di pusat nefrologi di

Indonesia memperkirakan prevalensi

penyakit ginjal kronis masing-masing

berkisar 100 – 150 per 1 juta penduduk

dan ± 29,1% pada populasi yang memiliki

riwayat hipertensi, diabetes dan

proteinuria12, 13. Di RSUD Raden Mattaher

Jambi jumlah pasien yang melakukan USG

pada bulan Januari - Oktober 2013 terdapat

sebanyak 1397 pasien. Sedangkan jumlah

pasien penyakit ginjal kronis yang

melakukan USG sebanyak 31 pasien dari

106 pasien yang menderita penyakit ginjal

kronis, sekitar 2% dari kasus

keseluruhan.14

Gagal ginjal terminal di Indonesia

dan umumnya negara berkembang lainnya

tidak hanya merupakan aspek medik tetapi

juga berpengaruh pada aspek psikososial

dan ekonomi. hanya sebagian kecil (20-

30%) pasien dengan gagal ginjal terminal

yang mampu menjalani hemodialisa dan

terapi pengganti ginjal. Selain itu penyakit

ginjal kronis susah dikenali secara klinis

serta tidak spesifik dan hanya sedikit

tanda-tanda klinis pada tahap awal

penyakit. Oleh karena itu peranan

diagnosis dini penyakit ginjal kronis

termasuk pemeriksaan radiologi

merupakan upaya yang harus ditingkatkan

untuk mengurangi populasi gagal ginjal

terminal.12

Ultrasonografi (USG) merupakan

modalitas radiodiagnostik yang

menggunakan gelombang suara untuk

menghasilkan suatu gambar. yang paling

baik untuk saluran kemih. Pemeriksaan

ultrasonograafi ginjal tidak tergantung

pada faal ginjal, tidak dijumpai efek

samping, tanpa kontras, tidak sakit, relatif

cepat murah dan mudah dikerjakan1,3,4.

Pemeriksaan ultrasonografi juga

merupakan metode yang bermanfaat untuk

mengevalusi ginjal pada pasien penyakit

ginjal kronis. Parameter sonografi yang

dapat dievaluasi adalah ukuran ginjal yang

mengecil (< 8 cm), korteks ginjal yang

menipis (< 10 mm), ekhogenisitas ginjal

yang meningkat dan kortikomedular line

yang kurang atau tidak tegas (loss

corticomedullary differentiation).4, 15, 16

Jenis Penelitian

Desain penelitian yang digunakan

adalah survey research method yaitu

metode penelitian yang dilakukan tanpa

melakukan intevensi terhadap subjek

penelitian, dengan tipe penelitian

deskriptif (descriptive study) yaitu hanya

memaparkan atau menguraikan

karakteristik gambaran ultrasonografi pada

pasien penyakit ginjal kronis di Instalasi

Radiologi RSUD Raden Mattaher Jambi.17

Tempat dan Waktu penelitianPenelitian dilaksanakan di instalasi

radiologi RSUD Raden Mattaher Jambi,

Karya Ilmiah / 3

Page 4: Karya Ilmiah Ely Kartika g1a110030

Ely Kartika G1A110030 // Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi // 2015

yang dilaksanakan pada tanggal 23 Juni -

23Agustus tahun 2014.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah

seluruh pasien penyakit ginjal kronis yang

melakukan ultrasonografi ginjal pada

bulan Juni-Agustus 2014.

Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah

seluruh pasien dari populasi yang didapat

pada periode penelitian tersebut. Adapun

besar sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sama dengan jumlah

populasi (total sampling) yaitu sebanyak

34 pasien. Sebagai gambaran untuk

menentukan sampel minimal digunakan

rumus Lameshow et al, 1990 yaitu rumus

besar sampel deskriptif kategorik 18 :

n=Z (1-α/2)2 P(1−P)

d2

n=(1,96)20,02 (1−0,02 )

(0,05 )2

n=¿ 30

Jumlah sampel yang telah dihitung

berdasarkan rumus deskriptif kategorik

adalah 30 sampel, namun untuk

menghindari terjadinya bias dalam

perhitungan sampel maka jumlah sampel

ditambah 10% dari sampel sebagai sampel

cadangan. Jadi jumlah sampel penelitian

minimal adalah 33 sampel.

Kriteria Inklusi dan Kriteria Ekslusi

Kriteria Inklusi pada penelitian ini,

yaitu pasien penyakit ginjal kronis yang

bersedia menjadi reponden, pasien

penyakit ginjal kronis atau penderita yang

memiliki etiologi yang mengarah ke

penyakit ginjal kronis yang melakukan

ultrasonografi di bagian radiologi RSUD

Raden Mattaher pada bulan Juni – Agustus

tahun 2014.

Kriteria Eksklusi pada penelitian

ini, yaitu pasien penyakit ginjal kronis

yang tidak bersedia menjadi responden,

pasien yang datang dengan diagnosis

bukan penyakit ginjal kronis tetapi hasil

USG menunjukkan penyakit ginjal kronis,

pasien yang etiologi penyakit ginjal

kronisnya bukan salah satu dari enam

kriteria yang telah ditetapkan dikerangka

teori.

Analisis Data

Data yang telah dikumpul, dicatat

dengan program komputer menggunakan

analisis univariat untuk mendeskripsikan

variable dan memperoleh gambaran

karakteristik pasien terkait usia, jenis

kelamin, faktor etiologi, faktor keturunan

dan gambaran ultrasonografi kemudian

data diolah serta disajikan dalam bentuk

grafik.

Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data

primer dan data sekunder. Sebelum

Karya Ilmiah / 4

Page 5: Karya Ilmiah Ely Kartika g1a110030

Ely Kartika G1A110030 // Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi // 2015

memperoleh data, peneliti mendapatkan

surat penelitian dari Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

yang kemudian dibawa menuju bagian

pendidikan dan latihan RSUD Raden

Mattaher Jambi untuk mendapatkan surat

izin penelitian. Data primer diperoleh

secara langsung saat melakukan penelitian

dengan cara menunggu pasien penyakit

ginjal kronis yang melakukan

ultrasonografi kemudian melakukan

wawancara langsung dengan menerangkan

tujuan penelitian yang dilakukan, meminta

inform consent dan memperoleh identitas

pasien. Setelah pasien melakukan

ultrasonografi, dokter spesialis radiologi

dan peneliti melakukan pembacaan

hasilnya. Kemudian hasil pemeriksaan

dicatat pada lembar observasi. Sementara

data sekunder diperoleh dari data-data

yang tersedia di bagian rekam medik dan

Instalasi Radiologi RSUD Raden Mattaher

Jambi. Data yang digunakan adalah jumlah

pasien yang telah melakukan

ultrasonografi abdomen dan ultrasonografi

ginjal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Populasi dalam penelitian ini

berjumlah 34 pasien dan sampel diambil

secara keseluruhan dari seluruh jumlah

populasi. Berikut ini adalah hasil

penelitian mengenai karakteristik

gambaran ultrasonografi (USG) pada

pasien klinis penyakit ginjal kronis di

Instalasi Radiologi RSUD Raden Mattaher

Jambi periode Juni-Agustus tahun 2014.

Distribusi Pasien berdasarkan Umur

Gambaran umur pada pasien

penyakit ginjal kronis di Instalasi

Radiologi RSUD Raden Mattaher periode

Juni-Agustus 2014 dapat dilihat pada

Gambar 4.1.

Gambar diatas menunjukkan

bahwa distribusi umur pada pasien

penyakit ginjal kronis di Intalasi Radiologi

RSUD Raden Mattaher Jambi periode

Juni-Agustus tahun 2014 didapatkan

sebanyak 15 pasien (44,1%) berusia > 60

tahun, 10 pasien (29,4%) berusia 40-59

tahun, 6 pasien (17,6%) berusia 20-39

tahun, 3 pasien (8,8%) berusia < 20

tahun.

Distribusi Pasien berdasarkan Jenis

Kelamin

Gambaran jenis kelamin pada

pasien penyakit ginjal kronis di Instalasi

Radiologi RSUD Raden Mattaher periode

Karya Ilmiah / 5

Gambar 4.1 Distribusi Pasien Berdasarkan GambaranUmur

Page 6: Karya Ilmiah Ely Kartika g1a110030

Ely Kartika G1A110030 // Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi // 2015

Juni-Agustus 2014 dapat dilihat pada

Gambar 4.2.

Gambar diatas menunjukkan

bahwa distribusi jenis kelamin pada pasien

penyakit ginjal kronis di Intalasi Radiologi

RSUD Raden Mattaher Jambi periode

Juni-Agustus tahun 2014 sebanyak 24

pasien (70,6%) berjenis kelamin laki-laki

sedangkan 10 pasien (29,4%) dengan jenis

kelamin perempuan.

Distribusi Pasien berdasarkan Faktor

Etiologi

Gambaran faktor etiologi pada

pasien penyakit ginjal kronis di Instalasi

Radiologi RSUD Raden Mattaher periode

Juni-Agustus 2014 dapat dilihat pada

Gambar 4.3.

Gambar diatas menunjukkan

bahwa distribusi faktor etiologi pada

pasien penyakit ginjal kronis di RSUD

Raden Mattaher Jambi periode Juni-

Agustus tahun 2014 sebanyak 15 pasien

(44,1%) diabetes melitus, 6 pasien (17,6%)

polycystic kidney disease dan

obstruksi/infeksi saluran kemih, 4 pasien

(11,8%) hipertensi, 2 pasien (5,9%) SLE,

dan 1 pasien (2,9%) cardiovascular

disease.

Distribusi Pasien berdasarkan Faktor

Keturunan

Gambaran faktor keturunan pada

pasien penyakit ginjal kronis di Instalasi

Radiologi RSUD Raden Mattaher periode

Juni-Agustus tahun 2014 dapat dilihat

pada Gambar 4.4.

Gambar diatas menunjukkan

bahwa distribusi bahwa faktor keturunan

pada pasien penyakit ginjal kronis di

Instalasi Radiologi RSUD Raden Mattaher

Jambi tahun 2014 sebanyak 21 pasien

Karya Ilmiah / 6

Gambar 4.2 Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 4.4 Distribusi Pasien Berdasarkan FaktorKeturunan

Gambar 4.3 Distribusi Pasien Berdasarkan Faktor Etiologi

Page 7: Karya Ilmiah Ely Kartika g1a110030

Gambar 4.5 Distribusi Pasien Berdasarkan GambaranUltrasonografi Untuk Ukuran Ginjal Mengecil

Ely Kartika G1A110030 // Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi // 2015

(61,8%) memiliki faktor keturunan atau

riwayat keluarga dan 13 pasien (38,2%)

pasien tidak memiliki faktor keturunan.

Distribusi Pasien berdasarkan Gambaran Ultrasonografi Untuk Ukuran Ginjal Mengecil (Atrofi Ginjal)

Gambaran ultrasonografi untuk

ukuran ginhal mengecil (atofi ginjal) pada

pasien penyakit ginjal kronis di Instalasi

Radiologi RSUD Raden Mattaher periode

Juni-Agustus tahun 2014 dapat dilihat

pada Gambar 4.5.

Gambar diatas menunjukkan

bahwa distribusi gambaran ultrasonografi

untuk ukuran ginjal mengecil (atrofi

ginjal) pada pasien penyakit ginjal kronis

di Instalasi Radiologi RSUD Raden

Mattaher Jambi periode Juni-Agustus

tahun 2014 sebanyak 19 pasien (55,9%)

memiliki ukuran ginjal yang mengecil dan

15 orang (44,1%) memiliki ukuaran ginjal

dalam batas normal.

Distribusi Pasien berdasarkan Gambaran Ultrasonografi Untuk Penipisan Korteks

Gambaran ultrasonografi untuk

penipisan korteks pada pasien penyakit

ginjal kronis di Instalasi Radiologi RSUD

Raden Mattaher periode Juni-Agustus

tahun 2014 dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Gambar diatas menunjukkan

bahwa distribusi gambaran ultrasonografi

untuk penipisan korteks pada pasien

penyakit ginjal kronis di Instalasi

Radiologi RSUD Raden Mattaher Jambi

periode Juni-Agustus tahun 2014 sebanyak

20 pasien (58,8%) memiliki ginjal dengan

korteks yang tipis dan 14 orang (41,2%)

tidak memiliki korteks yang tipis.

Distribusi Pasien berdasarkan Gambaran Ultrasonografi Untuk Hiperekhoik

Gambaran ultrasonografi untuk

penipisan korteks pada pasien penyakit

ginjal kronis di Instalasi Radiologi RSUD

Raden Mattaher periode Juni-Agustus

tahun 2014 dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Karya Ilmiah / 7

Gambar 4.6 Distribusi Pasien Berdasarkan GambaranUltrasonografi Untuk Penipisan Korteks

Page 8: Karya Ilmiah Ely Kartika g1a110030

Ely Kartika G1A110030 // Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi // 2015

Gambar diatas menunjukkan

bahwa distribusi gambaran ultrasonografi

untuk penipisan korteks pada pasien

penyakit ginjal kronis di Instalasi

Radiologi RSUD Raden Mattaher Jambi

periode Juni-Agustus tahun 2014 sebanyak

27 pasien (79,4%) memiliki ginjal dengan

korteks yang tipis dan 7 orang (20,6%)

tidak memiliki korteks yang tipis.

Distribusi Pasien berdasarkan Gambaran Ultrasonografi Untuk Kortikomedular Line Kurang Tegas

Gambaran ultrasonografi untuk

penipisan korteks pada pasien penyakit

ginjal kronis di Instalasi Radiologi RSUD

Raden Mattaher periode Juni-Agustus

tahun 2014 dapat dilihat pada Gambar 4.8.

Gambar diatas menunjukkan

bahwa distribusi gambaran ultrasonografi

untuk penipisan korteks pada pasien

penyakit ginjal kronis di Instalasi

Radiologi RSUD Raden Mattaher Jambi

periode Juni-Agustus tahun 2014 sebanyak

31 pasien (91,2%) memiliki ginjal dengan

korteks yang tipis dan 3 orang (8,8%)

tidak memiliki korteks yang tipis.

Pembahasan

Gambaran Pasien Berdasarkan Umur

Hasil penelitian menunjukkan distribusi umur pada pasien penyakit ginjal kronis di RSUD Raden Mattaher Jambi Periode Juni-Agustus tahun 2014 didapatkan sebanyak 15 pasien (44,1%) berumur lebih dari 60 tahun, dimana pada umur tersebut merupakan golongan umur sering terjadinya penyakit ginjal kronis.10

Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Pani, dkk (2013) yang berjudul “Prevalence Of CKD and Its Relationship to eGFR-Related Genetic Loci and Clinical Risk Factor In The SardiNIA Study Cohort” dengan hasil 78,4% pasien berumur 60 tahun keatas.19

Penelitian lain menyatakan bahwa pasien penyakit ginjal kronis dengan usia yang semakin tua akan menjadi faktor utama

Karya Ilmiah / 8

Gambar 4.7 Distribusi Pasien Berdasarkan Gambaran Ultrasonografi Untuk Hiperekhoiik

Gambar 4.8 Distribusi Pasien Berdasarkan GambaranUltrasonografi Untuk Kortikomedular LineKurang Tegas

Page 9: Karya Ilmiah Ely Kartika g1a110030

Ely Kartika G1A110030 // Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi // 2015

dari penyakit ginjal kronis karena fungsi organ yaitu ginjal sudah mulai melemah dan mengalami penurunan fungsi seperti penurunan laju filtrasi glomerulus, perubahan sel-sel pada ginjal karena proses penuaan.9,20

Survey NHANES, prevalensi tertinggi dari semua penyakit ginjal kronis adalah golongan orang yang lebih tua. Hal ini juga bisa dikarenakan peningkatan albuminuria dan proteinuria. Hampir 1,6 juta (4,5%) penduduk lanjut usia (> 65 tahun) yang mengalami penyakit ginjal kronis melakukan perawatan dirumah.21

Penelitian lain didapatkan bahwa usia > 60 tahun memang sangat berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal selain itu penyakit ginjal kronis susah dikenali secara klinis serta tidak spesifik dan hanya sedikit tanda-tanda klinis pada tahap awal penyakit. Oleh karena itu peranan diagnosis dini penyakit ginjal kronis termasuk pemeriksaan radiologi merupakan upaya yang harus ditingkatkan untuk mengurangi populasi gagal ginjal terminal.12,22

Gambaran Responden Berdasarkan

Jenis Kelamin

Hasil penelitian menunjukkan distribusi jenis kelamin pada pasien penyakit ginjal kronis di RSUD Raden Mattaher Jambi Periode Juni-Agustus tahun 2014 didapatkan sebanyak 24 pasien (70,6%) berjenis kelamin laki-laki dan 10 pasien (29,4%) berjenis kelamin perempuan.

Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuste, dkk (2013) dengan judul “Factor Related With The Progression Of Chronic Kidney Disease” dengan hasil 61% pada laki-laki.21 Menurut penelitian Sanusi

(2009) dengan judul “Relationship of ultrasonographically determined kidney volume with measured GFR, calculated creatinine clearance and other parameters in chronic kidney disease (CKD)” mendapatkan hasil 67,6% pada laki-laki dan 37,4% pada perempuan.23 Jika dikaitkan dengan teori dibeberapa sumber menyatakan bahwa laki-laki memiliki gaya hidup kurang sehat seperti merokok, alkohol dan obesitas dibanding perempuan. Rokok dapat memperecepat kerusakan ginjal pada pasien dengan sindrom metabolik dimana sistem metabolik sangat berhubungan erat dengan ginjal.

Namun beberapa penelitian lain menunjukkan jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki yang disebabkan oleh aktivitas hormon estrogen yang telah terhenti sehingga beresiko pada wanita tidak reproduktif. Perbedaan jenis kelamin telah ditetapkan dalam bidang nefrologi, perempuan lebih terhindar dari penyakit ginjal kronis selama usia reproduktif dikarenakan estrogen dapat menipiskan perkembangan penyakit ginjal kronis dan mulai meningkat 10 tahun kemudian pada perempuan. Selain itu juga pada penelitian ini lebih banyak perempuan yang telah melakukan dialysis awal dibandingkan pria.24,25

Gambaran Responden Berdasarkan

Faktor Etiologi

Hasil penelitian menunjukkan distribusi faktor etiologi pada pasien penyakit ginjal kronis di RSUD Raden Mattaher Jambi Periode Juni-Agustus tahun 2014 didapatkan sebanyak 15 pasien (44,1%) dengan etiologi diabetes mellitus. Obtruksi dan atau infeksi saluran kemih

Karya Ilmiah / 9

Page 10: Karya Ilmiah Ely Kartika g1a110030

Ely Kartika G1A110030 // Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi // 2015

dan polycytic kidney disease sebanyak 6 orang (17,6%), hipertensi sebanyak 4 orang (11,8%), SLE sebanyak 2 orang (5,9%) dan faktor etiologi paling sedikit yang berdampak pada penyakit ginjal kronis adalah cardiovascular disease sebanyak 1 orang (2,9%)

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abbound, dkk (2004) yang berjudul “Stage IV Chronic Kidney Disease” dengan hasil bahwa diabetes mellitus merupakan penyebab paling banyak dari penyakit ginjal kronis yaitu 44,9%, hipertesi (27,2%), obtruksi dan atau infeksi saluran kemih (3,6%) dan polycytic kidney disease (3,1%).26

Menurut teori, prevalensi pasien penyakit ginjal kronis dengan etiologi diabetes mellitus 40,2% dan tanpa diabetes mellitus 15,4%. Retinopati merupakan salah satu petunjuk yang biasanya dapat diasumsikan memiliki nefropati diabetik selain itu juga ditemukannya sel darah merah (hematuria), mikroalbuminuria, proteinuria pada sedimen urin. Proteinuria yaitu terdapatnya protein pada urin yang merupakan salah satu indikator dari fungsi ginjal yang tidak normal.10

Pada teori, prevalensi pasien

penyakit ginjal kronis dengan etiologi

hipertensi 24,6% dan tanpa hipertensi

12,5%. Biasanya disertai tanda klinis

hipertrofi ventrikel kiri, Hipertesi pada

penyakit ginjal kronis dapat dilihat pada

gejala lain dari kerusakan akhir organ.

Hipertesi merupakan faktor utama pemicu

terjadi penyakit ginjal sebaliknya saat

fungsi ginjal mengalami gangguan maka

tekanan darah akan meningkat. Ginjal

memproduksi hormon yang menstimulasi

produksi sel darah merah dan hormon yang

membantu menyeimbangkan tekanan

darah serta mengontrol metabolisme

kalsium. Selain itu jika ada kerusakan

bagian dari ginjal terutama bagian korteks

akan merangsang produksi hormon renin

yang akan menstimulasi terjadinya

peningkatan tekanan darah. Disamping itu

saat ginjal rusak maka ekresi air dan garam

akan terganggu. Hal ini mengakibatkan isi

rongga pembuluh darah meningkat.27, 28, 29

Pada etiologi polycystic kidney

disease biasanya ginjal teraba, nyeri

pinggang, terdapat sel darah merah

(hematuria), proteinuria pada sedimen urin

dan dapat didiagnosis pasti menggunakan

ultrasonografi. Obstruksi dan atau infeksi

saluran kemih dilihat dari riwayat dan saat

pemeriksaan fisik, biasanya terdapat

hematuria, tidak tedapat proteinuria.10,30

Systemic Lupus Erythematosus

(SLE) dapat merusak glomerulus sehingga

menyebabkan gangguan proses

penyaringan darah, kerja ginjal lemah dan

bahkan rusak. Hampir 90% pasien SLE

mengalami gangguan ginjal tetapi hanya 2

hinga 3 persenya saja yang mengalami

gagal ginjal. Penyakit ginjal yang

disebabkan oleh SLE dikenal dengan

istilah lupus nephritis yang dapat

menyebabkan pembengkakan pada ginjal,

gejala yang timbul adalah meningkatnya

kadar protein diurin, meningkatnya jumlah

kreatinin dalam darah, memicu tekanan

Karya Ilmiah / 10

Page 11: Karya Ilmiah Ely Kartika g1a110030

Ely Kartika G1A110030 // Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi // 2015

darah tinggi dan adanya pembengkakan

pada betis dan telapak kaki.31,32

Herszog dkk (2011) menyatakan bahwa mekanisme dasar dari patofisiologi dasar antara cardiovascular disease (CVD) dan penyakit ginjal kronis adalah disfungsi endotelia sehingga dapat menyebabkan albuminuria. Salah satu penyebab CVD adalah aterosklerosis yang dapat mengganggu pembuluh darah besar dan pembuluh darah kecil termasuk vaskularisasi ginjal dan menyebabkan aliran darah ke organ berkurang dan bisa mengakibatkan kematian sel organ. CVD mengidentifikasi individu yang beresiko menderita gagal jantung dan pada pasien-pasien ini akan mengalami penurunan fungsi ginjal akibat penurunan perfusi ginjal. CVD merupakan predisposisi terhadap seseorang untuk menjalani kateterisasi jantung yang mungkin berakibat kerusakan ginjal akibat kontras intravena ataupun emboli.33

Gambaran Pasien Berdasarkan Faktor Keturunan

Hasil penelitian menunjukkan distribusi faktor keturunan pada pasien penyakit ginjal kronis di RSUD Raden Mattaher Jambi Periode Juni-Agustus tahun 2014 didapatkan sebanyak 21 pasien (61,8%) memiliki faktor keturunan atau riwayat penyakit ginjal dan 13 pasien (38,2%) tidak memiliki faktor keturunan penyakit ginjal.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Pani, dkk (2013) yang berjudul “Prevalence Of CKD and Its Relationship to eGFR-Related Genetic Loci and Clinical Risk Factor In The SardiNIA Study Cohort” dengan hasil 72,2% pasien penyakit ginjal kronis merupakan pasien

dengan skor faktor resiko genetik (keturunan) paling banyak.19

Pada salah satu jurnal menyatakan bahwa faktor keturunan atau riwayat keluarga merupakan prevalensi tertinggi untuk mengalami penyakit ginjal kronis. Pasien yang memiliki riwayat keluarga positif penyakit ginjal kronis juga berhubungan dengan peningkatan proteinuria. Beberapa pasien yang masuk kedalam kategori memiliki riwayat keluarga juga biasanya diawali dengan faktor resiko yang diderita oleh keluarganya misalnya diabetes mellitus, hipertensi dan polycystic kidney disease.34

Gambaran Pasien Berdasarkan Gambaran Ultrasonografi

Hasil penelitian menunjukkan distribusi gambaran ultrasonografi pada pasien penyakit ginjal kronis di RSUD Raden Mattaher Jambi Periode Juni-Agustus tahun 2014 didapatkan gambaran yang paling banyak terlihat adalah gambaran kortikomedular line yang kurang atau tidak tegas (88,2%), hiperekhoik (79,4%), penipisan korteks (58,8%), dan ukuran ginjal mengecil/atrofi (52,9%).

Sama seperti penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang pada tahun 2011 menunjukkan bahwa kortikomedular line yang kurang atau tidak tegas merupakan gambaran ultrasonografi yang paling banyak ditemukan 30 pasien (81,1%), hiperekhoik 21 pasein (56,8%), penipisan korteks dan pengecilan ukuran ginjal 4 pasien (10,8%) dari jumlah total 34 pasien.35 Sedangkan penelitan dari Hekmatnia, dkk (2003) menunjukkan yang paling banyak ditemukan pada gambaran ultrasonografi pasien penyakit ginjal kronis adalah penipisan korteks yang kurang dari 1cm sebanyak 25 dari 50 pasien (50%) dan

Karya Ilmiah / 11

Page 12: Karya Ilmiah Ely Kartika g1a110030

Ely Kartika G1A110030 // Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi // 2015

kortikomedular line yang tidak tegas yaitu 8 pasien (16%).36

Pada journal of clinical imaging science dengan judul “correlation of ultrasonograhic parameters with serum creatinine in chronic kidney disease” oleh Jagdeesh dkk menyatakan bahwa grade ekhogenitas ginjal berhubungan dengan serum kreatinin yang dapat dilihat dari panjang ginjal dan penipisan korteks. Salah satu indiktor untuk mengetahui baik buruknya fungsi ginjal adalah dengan melakukan kreatinin serum tetapi pada jurnal ini menyatakan bahwa dengan melakukan ultrasonografi untuk melihat ekhogenitas dan fungsi ginjal merupakan parameter yang lebih baik.37

Selain melihat ekhogenitas ginjal, ultrasonografi juga merupakan indikator yang lebih baik untuk memperlihatkan proses penipisan korteks, pengecilan ukuran ginjal dan tidak jelasnya garis kortikomedular untuk menentukan baik buruknya fungsi ginjal. Kortikomedular line kurang tegas merupakan salah satu indicator untuk mengeahui bahwa grade ekhogenitas ginjal berdasarkan USG masuk dalam kategori kronis (grade 3 dan grade 4).16

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan

yang telah dilakukan di Instalasi Radiologi

RSUD Raden Mattaher Periode Juni-

Agustus 2014, dapat disimpulkan beberapa

hal yaitu distribusi pasien yang mengalami

penyakit ginjal kronis berdasarkan

gambaran ultrasonografi yaitu

kortikomedular line kurang tegas

merupakan gambaran yang paling banyak

ditemukan pada responden yaitu 30 orang

(88,2%). Sementara gambaran lain seperti

hiperekhoik dimiliki oleh 27 orang

(79,4%), penipisan korteks dimiliki oleh

20 orang (58,8%) dan ukuran ginjal

mengecil dimiliki oleh 18 orang (52,9%).

Distribusi pasien penyakit ginjal kronis

didapatkan sebagian besar berjenis

kelamin laki-laki dengan golongan umur >

60 tahun dan memiliki faktor keturunan

atau riwayat keluarga penyakit ginjal.

Distribusi pasien yang mengalami penyakit

ginjal kronis dan mempunyai faktor

etiologi diabetes mellitus memiliki

persentase paling tinggi yaitu 44,1%

daripada pasien dengan faktor etiologi

yang lain seperti obtruksi dan atau infeksi

saluran kemih dan polycytic kidney disease

(17,6%), hipertensi (11,8%), SLE (5,9%)

dan cardiovascular disease (2,9%).

Saran

Bagi RSUD Raden Mattaher Jambi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dan edukasi dalam pencegahan dan penanganan pasien penyakit ginjal kronis.

Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut, seperti melakukan penelitian yang lebih spesifik berdasarkan grade atau derajat klinis penyakit ginjal kronis. Penelitian yang mengguanakan ultrasonografi dopler juga dapat lebih banyak memperlihatkan gambaran-gambaran lain seperti pelebaran pelviokalesis dan terlihatnya lesi/sol yang

Karya Ilmiah / 12

Page 13: Karya Ilmiah Ely Kartika g1a110030

Ely Kartika G1A110030 // Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi // 2015

merupakan beberapa gambaran untuk mendiagnosis penyakit ginjal kronis.

Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Jambi

Penelitian ini dapat dijadikan dasar

untuk penelitian lebih lanjut mengenai

ultrasonografi penyakit ginjal kronis bagi

mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Jambi.

Daftar Pustaka

1. Patel P R. Lecture Notes: Radiologi Edisi Ke-2. Jakarta. Erlangga. 2007.

2. Rasjidi I, Muljadi R, Cahyono K. Imaging Ginekologi Onkologi. Jakarta. Sagung Seto. 2010

3. Wilson LM. Gagal Ginjal Kronik. Dalam: Anderson S, Wilson L M, editors. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi Ke-6. Volume 2. Jakarta. EGC. 2003

4. Baxter GM, Sidhu PS. Ultrasound of the Urogenital System. New York. Thieme. 2006

5. Arora P. Chronic Kidney Disease. 2013. (diakses 02 Des 2013). Diunduh dari: URL: http://emedicine.medscape.com/article/238798overview.

6. Rachmadi D, Meillyna F. Hemodialisis Pada Anak dengan Chronic Kidney Disease. Bandung. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD. 2009

7. Fauci AS, Braunwald E, Isselbacher KJ, Wilson JD, Martin JB, Kasper DL, et al., editors. Harrison’s principles of internet medicine. 16th ed. New York. McGraw Hill, Health Proffesions Division. 2005

8. Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Marcellus SK, Setiati S. Edisi Ke-4. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006

9. Chronic Kidney Disease National Clinicak Guideline for Early Identification and anagement in Adults In Primary And Secondary Care. National Institute for Health and Care Excellence. The National Collaborating Centre for Chronic Conditions. London. Royal College of Physicians. September 2008 (diakses 03 Jan2014). Diunduh dari: URL: http://guidance.nice.org.uk/CG73

10. Clinical Practice Guideline For Management of Chronic Kidney Disease in Primary Care. Departement of Veterans Affairs and The Departement of Defense. The Management of CKD Working Grup. Washington DC; 2007

11. Choi AL, Rodriguez RA, Bacchetti P, Bertenthal D, Hernadez GT, O’Hore AM. Whaite/Black Racial Differences in Risk of End-Stage Renal-Disease and Death. National Institutes Of Health (serial online). Am J Med. Juli 2009 (diakses 03 Jan 2014); 122(7):(14 layar). Diunduh dari: URL: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2749005/

12. Rahardjo P, Susalit E, Suhardjono. Hemodialisis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Marcellus SK, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi Ke-4. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006

13. Sorace AG, Robbin ML, Umphrey H, Berry JL, Lockhart ME, Allon M, et al. Ultrasound Measurement of Brachial Artery Elasticity Prior to Hemodialysis Access Placement. National Institute Of Health (serial online). AIUM 6 April 2012. (diakses 03 Jan 2014); 31:1581-1588. Diunduh dari: URL: http://www. ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/ PMC3462358/

14. Data Rekam Medik RSUD Raden Mattaher Jambi 201315. Emamian SA, Nielsen MB, Pedersen JF, Ytte L. Kidney

dimensions at sonography: correlation with age, sex and habitus in 665 adult volunteers. AJR. 160: 86-86 (diakses 05 Des 2013). Diunduh dari: URL: http://www.ajronline.org/cgi/content/160/1/83.pdf

16. Beland MD, Walle NL, Machan JT, Cronan JJ. Renal Cortical Thickness Measured at Ultrasound : Is It Better Than Renal Length as an Indicator of Renal Function in Chronic Kidney Disease. AJR Agustus 2010 (diakses 03 Jan 2014); 195:W146-W149. Diunduh dari: URL: http://www.ajronline. org/doi/full/10.2214/AJR.09.4104

17. Notoadmojo S. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. 2005. Hal: 26-27.

18. Sopiyudin D. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Edisi Ketiga. Jakarta : Salemba Medika. 2012

19. Pani A, Gresham JB, Masala M, Piras D, Atzeni A, Pilia MG. Prevalence of CKD and Its Relationship to eGFR-Related Genetic Loci and Clinical Risk Factor in the sardiNIA Study Cohort. 2013

20. Claudia Y, Barraca D, Sauco IA, Martinez AV, Abad S, Guzman UV, et al., Factor Related With The Progression of Chronic Kidney Disease. Department of Nephrology. Gregorio Maranon University General Hospital. Nefrologia Mei 2013 (diakses 03 Jan 2014); 33(5):685-691. Diunduh dari: URL:http://www.revistanefrologia.com/modules.php?name=articulos&idarti culo=11900&idlangart=EN

21. Coresh J, Selvin E, Stevens LA, Manzi J, Kusek JW, Eggers P, et al., Prevalence of Chronic Kidney Disease in the United States. 2007

22. Guidelines & Protocols Advisory Committee. Chronic Kidney Disease – Identification, Evaluation and Management of Patients. Kanada. 2008

23. Sanusi AA, Arogundade FA, Famurewa OC, Akintomide AO, Soyinka FO, et al., Relationship of Ultrasonographically Determined Kidney Volume With Measured GFR, Calculated Creatinine Clearance and Other Parameters in Chronic Kidney Disease (CKD). 2009

24. Iseki K. Gender Differences in Chronic Kidney Disease. Japan. 2008

25. Norris K, Nissenson AR. Race, Gender, and Sosioeconomic Disparities In CKD in The United States. 2008

26. Abboud H, Henrich WL. Stage IV Chronic Kidney Disease. NEJM. 2010

27. National Kidney Foundation. Guideline 1 : Goals Of Antihypertensive Therapy In CKD. 2004

28. Tedla FM, Brar A, Browne R, Brown C. Hypertension In Chronic Kidney Disease : Navigating the Evidence. 2011

29. August P. Mechanism of Hypertension: Cells, Hormones and the Kidney. 2004

Karya Ilmiah / 13

Page 14: Karya Ilmiah Ely Kartika g1a110030

Ely Kartika G1A110030 // Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi // 2015

30. Chronic Kidney Disease Clinical Practice Recommendations for Primary Care Physicians and Healthcare Providers.Divisions of Nephrology & Hypertension and General Internal Medicine. A Collaborative Approach Edition 6. Hendy Ford Health System; 2011.

31. National Kidney Foundation. Lupus and Kidney Disease (Lupus Nephritis). 2014 (diakses 03 November 2014) URL : https://www.kidney.org/atoz/content/lupus

32. Huang SHS, Hildebrand A, Clark WF. Management of Lupus Nephritis. 2011

33. Herszog CH, Asinger RW, Berger AK, Charytan DM, Diez J, Hart RG, et al., Cardiovascular Disease in Chronic Kidney Disease. A Clinical Update From Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO). 2011

34. McClellan W, Speckman R, McClure L, Howard V, Campbell RC, Cushman M. Prevalence and Characteristic Of a Family History Of End Stage Renal Disease Among Adult In The United States Population: Reason For Geographic and Racial Differences in Stroke (Regards) Renal Cohort Study. 2007

35. Rahmawati W, Muryawan H, Prabowo F. Renal Imaging in Children with Chronic Kidney Disease. 2008

36. Hekmatinia A,Yaraghi M. Sonograhic Measurement Of Absolute And Relative Renal Length In Healthy Isfahani Adults. 2003

37. Siddappa JK, Singla S, Ameen MA, Rakshith SC, Kumar N. Correlation Of Ultrasonograhic Parameters With Serum Creatinine In Chronic Kidney Disease. India. 2012

Karya Ilmiah / 14