Dioda Rectifier(Kartika Dewi)
-
Upload
ach-effendi -
Category
Documents
-
view
64 -
download
7
Transcript of Dioda Rectifier(Kartika Dewi)
Tugas Pengaturan Mesin Listrik
DIODA RECTIFIER
Oleh :
KARTIKA DEWI
2209202005
PASCASARJANA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOVEMBER
SURABAYA
2010
1
DIODA RECTIFIER
Penggunaan Power Electronic Converters (PECs) sebagai Pengerak saat ini
merupakan teknologi yang paling banyak digunakan dengan pangsa pasar yang
dinamis. Salah satu jenis PECs adalah type power electronic switches (PESs),
dimana diode sebagai jenis dari PESs Uncontrolled.
Dioda adalah komponen elektronika semikonduktor yang memiliki 1 buah
junction, sering disebut sebagai komponen 2 lapis (lapis N dan P) dan secara fisik
digambarkan :
Secara umum semua diode memiliki konstruksi dan prinsip kerja yang sama.
Semua diode terbentuk oleh sambungan PN yang secara fisik diode dikenali melalui
nama elektrodenya yang khas yaitu : anode dan katode. Diode dibedakan menurut
fungsinya, disini dalam refresentasi simbolik dilukiskan secara berbeda :
Jenis Dioda Fungsi Simbol
Rectifier Penyearah
Zener Regulator
LED Display
Fotodiode Sensor Cahaya
Schothly Saklar Kecepatan Tinggi
Tunnel Osilator
Varaktor Variabel Kapasitor
2
Gambar 1. Simbol Dioda
Karakteristik Arus dan Tegangan Dioda Ideal
Gambar 2(a) adalah simbol dari diode. Gambar 2(b) adalah karakteristik arus –
tegangan. Terminal positif dari dioda disebut anoda dan terminal negatif disebut
katoda. Jika tegangan negatif dipasangkan pada dioda, tidak ada arus yang
mengalir; dioda seperti hubung terbuka (gambar 2(c)). Keadaan ini disebut ‘reverse
biased’. Jika tegangan positif dipasangkan pada dioda, tidak ada penurunan
tegangan pada dioda; dioda seperti hubung singkat (gambar 2(d)). Keadaan ini
disebut ‘forward biased’.
Dioda Rectifier (Penyearah)
Kerja diode ini berdasarkan efek penyearahan, yaitu akan
melewatkan arus pada bias forward dan menahan arus pada bias
reverse. Rangkaian terdiri dari sebuah dioda dan sebuah resistor
(gambar 3(a)). Tegangan masukan vi adalah tegangan sinusoida
(gambar 3(b)). Selama setengah gelombang positif dari sinyal
masukan, dioda dalam keadaan forward biased. Penurunan
tegangan pada dioda kecil sekali, idealnya nol. Rangkaian
penggantinya seperti terlihat pada gambar 3(c). Tegangan keluaran
3
Gambar 2. Dioda ideal: (a) simbol rangkaian dioda; (b) karakteristik i – v; (c) rangkaian ekivalen arah ‘reverse’; (d) rangkaian ekivalen arah ‘forward’
sama dengan tegangan masukan. Selama setengah gelombang
negatif dari sinyal masukan, dioda tidak terhubung (reverse biased).
Rangkaian penggantinya seperti terlihat pada gambar 3(d).
Tegangan keluaran sama dengan nol. Tegangan keluaran terlihat
pada gambar 3(e).
4
Gambar 3 (a) Rangkaian penyearah. (b) Bentuk gelombang masukan. (c) Rangkaian ekivalen ketika vI ³ 0. (d) Rangkaian ekivalen ketika vI ≤ 0. (e) Bentuk gelombang keluaran.
Gambar 4. Diagram blok sebuah catu daya dc
Gambar (4) di atas adalah diagram blok dari rangkaian
penyearah dari tegangan jala-jala 120-V (rms) dengan frekuensi 60
Hz menjadi tegangan dc (biasanya antara 5 – 20 V) yang digunakan
untuk mencatu beban. Tegangan keluaran VOut yang dihasilkan
harus tetap konstan walaupun ada variasi pada catu ac dan pada
arus yang diperlukan oleh beban. Diagram blok terdiri dari:
1. Trafo daya.
2. Rangkaian penyearah dioda
3. Filter
4. Pengatur tegangan
Ada 2 tipe penyearahan Pada Dioda, yaitu:
1. Penyearah ½ gelombang (half wave rectifier)
Pada rangkaian ekivalen digunakan model dioda garis lurus.
5
Gambar 5. (a) penyearah setengah gelombang, (b) rangkaian ekivalen penyearah setengah gelombang, (c) karakteristik transfer rangkaian penyearah, (d) bentuk gelombang masukan dan keluaran, asumsikan ro << R
Dalam memilih dioda untuk penyearah ada dua parameter penting yang
harus diperhatikan:
a. Kemampuan dioda membawa arus, ditentukan oleh arus maksimum yang
mungkin di saat dioda terhubung.
b. Peak inverse voltage (PIV), ditentukan oleh tegangan terbalik maksimum
yang mungkin ada di antara terminal dioda.
PIV = Vs
Biasanya dipilih dioda yang mempunyai tegangan breakdown 50% lebih
besar dari PIV.
2. Penyearah gelombang penuh (full wave rectifier), ada dua
jenis :
a. CT (center tap)
Cara kerja:
Jika tegangan jala-jala pada lilitan primer positif, kedua sinyal yang
berlabel vS akan positif. D1 akan terhubung dan D2 akan reverse biased. Arus
6
Gambar 6. Penyearah gelombang penuh menggunakan trafo yang di-tap di tengah
mengalir pada D1 akan mengalir melalui R dan kembali ke tengah-tengah
lilitan sekunder. Rangkaian merupakan penyearah setengah gelombang.
Ketika tegangan jala-jala negatif, kedua sinyal yang berlabel vS akan
negatif. D1 akan ‘cut off’ dan D2 akan terhubung. Arus mengalir pada D2 akan
mengalir melalui R dan kembali ke tengah-tengah lilitan sekunder. Rangkaian
merupakan penyearah setengah gelombang. Catatan: arus yang mengalir
melalui R selalu mempunyai arah yang sama, jadi vO akan unipolar.
Untuk menghitung PIV:
Pada saat setengah siklus positif, D1 terhubung dan D2 ‘cut off’. Tegangan
pada katoda D2 adalah vO dan pada anoda –vS. Jadi tegangan balik pada
dioda D2 akan menjadi (vO + vS), yang akan mencapai nilai maksimum pada
harga (Vs – VD) dan vS akan mencapai puncak pada Vs, jadi:
PIV = 2 Vs – VD
b. Bridge (jembatan)
Cara kerja:
Pada setengah siklus positif sinyal masukan, vS positif, dan arus
mengalir melalui D1, resistor R, dan dioda D2, sedangkan D3 dan D4 dalam 7
Gambar 7. Penyearah jembatan (a) rangkaian (b) bentuk gelombang masukan dan keluaran
keadaan reverse biased. Dalam jalur ini ada dua dioda yang terhubung seri
sehingga vO akan lebih rendah dari vS sebanyak dua penurunan tegangan
dioda.
Pada setengah siklus negatif sinyal masukan, vS akan negatif,
sehingga –vS akan positif, dan arus mengalir melalui D3, R, dan D4,
sedangkan D1 dan D2 dalam keadaan reverse biased. Dengan catatan: pada
kedua kondisi, arus mengalir dengan arah yang sama, sehingga vO selalu
positif.
Untuk menghitung PIV, perhatikan rangkaian pada setengah siklus
positif. Tegangan balik pada dioda D3 dapat ditentukan pada loop yang
dibentuk oleh D3, R, dan D2:
vD3 (reverse) = vO + vD2 (forward)
Harga maksimum dari vD3 terjadi pada puncak vO, jadi:
PIV = Vs – 2 VD + VD = Vs – VD
I. Line Frequency Diode Rectifier
Block Diagram Dioda Rectifier dengan sebuah kapasitor pada
outputnya pada gambar berikut :
Dioda Rectifier dengan sebuah kapasitor pada outputnya disebut
juga sebagai penyearah puncak. Cara kerjanya adalah Sinyal
masukan vi adalah sinyal sinusoida dengan amplitudo Vp dan
asumsikan dioda adalah dioda ideal. vi positif → dioda terhubung
dan kapasitor terisi dan vO = vI. Keadaan ini berlangsung terus
sampai vI mencapai Vp. Setelah sinyal masukan mencapai puncak, vI
menurun, dioda dalam keadaan reverse biased, dan tegangan
keluaran tetap pada Vp. Harga ini akan tetap konstan, karena tidak
8
Gambar 8. Diode Rectifier Block Diagram
ada jalur untuk pengosongan kapasitor. Jadi rangkaian menghasilkan
tegangan keluaran sama dengan amplitudo sinyal masukan sinusoida. Hal
ini bisa kita dilahat pada gambar berikut :
a. Rectifier dengan Beban Resistor (R)
9
Gambar 9. (a) rangkaian sederhana yang menunjukkan efek dari kapasitor filter (b) bentuk gelombang masukan dan keluaran
Gambar 9. Basic rectifier with a load recintance
b. Rectifier dengan Beban R-L
Current continues to flows for a while even after the input
voltage has gone negative.
c. Rectifier dengan Load has a dc back-emf
10
Gambar 10 Basic rectifier with an inductive load
Arus akan mengalir (dioda conducting) jika Vs ≥ Vd untuk t1.
Sedangkan untuk t2 Vs = Vd arus tetap mengalir sampai kondisi t3
(adanya Induktansi Ls) dengan demikian Aon=Aoff.
Oleh karena itu jumlah rata-rata fluks yang dihasilkan oleh kumparan
kawat dalam satu waktu adalah :
Dimana Vd maksimum bernilai Vs dan arus (i) menjadi nol saat berada
pada kondisi cycle negatif dari Vs
d. Diode-Rectifier Bridge Analysis
• Gambar (11)c Merupakan ilustrasi tegangan positif saja saat Vs is positive,
D1 and D2 conduct.
vd=vs and id=is
When vs is negative, D3 and D4 conduct
11
Gambar 11 Basic rectifier with an internal dc Voltage
Gambar 12 Idealized diode bridge rectifiers with Ls = 0
vd= -vs and id= -is
• In both cases, the dc-side voltage and current waveforms are the same
• The average value of the dc output voltage
II. Harmonisa Arus
Idealnya bentuk gelombang tegangan dan arus yang tidak
mengandung harmonisa adalah gelombang yang hanya mempunyai
satu frekuensi dasar saja. (frekuensi 0 Hz untuk tegangan dan arus
DC, dan frekuensi 50/60 Hz untuk tegangan dan arus AC). Akan
12
Gambar 13 waveforms in the rectifiers of (a) fig. 12a and (b) fig 12b
tetapi, karena penggunaan beban non-linier, bentuk gelombang
tegangan dan arus listrik menjadi tidak sama. Parameter besarnya
harmonisa sering dinyatakan dengan THD (Total Harmonic
Distortion).
Dalam beberapa literatur menyebutkan dengan adanya
harmonisa pada jaringan, akan timbul arus netral yang besar. Hal ini
berakibat buruk dan membahayakan. Efek harmonisa pada sisi
beban (bagi pengguna listrik) adalah peralatan listrik menjadi rusak
dan cepat panas walaupun belum digunakan pada performa
maksimumnya.
Mengatasi Harmonisa Arus
Salah satu cara untuk mengurangi atau menghilangkan
harmonisa adalah dengan menggunakan filter pasif (filter L, C
maupun L dan C). Arus harmonisa akan mengalir pada reaktansi
yang lebih rendah. Dengan pemasangan C, arus dengan frekuensi
tinggi akan mengalir melalui kapasitor karena kapasitor memiliki
impedansi yang rendah pada frekuensi tinggi. Agar tegangan beban
bebas harmonisa, dipasang filter C yang paralel dengan beban.
Dengan menggunakan filter C ini semua riak arus dengan frekuensi
tinggi akan mengalir melewati kapasitor bukan ke beban. Filter L
biasanya dipasang secara seri terhadap beban. Dengan
menggunakan filter L, arus yang mengalir melalui L akan sulit
berubah berbanding lurus dengan besarnya L.
Untuk bisa merancang filter dengan baik, terlebih dahulu kita
harus bisa menganalisis bentuk gelombangnya, besarnya riak
(gelombang selain fundamentalnya = jumlah komponen
harmonisanya) secara akurat.
13