Mineral Kartika Siti Fadhilah - 6411414051

40
MINERAL PENGARUH ANEMIA PADA KEHAMILAN Dosen Pengampu : dr. Ngakan Putu Djaya Mata Kuliah : Biokimia Disusun oleh: KARTIKA SITI FADHILAH (6411414051) ROMBEL 2

description

:v

Transcript of Mineral Kartika Siti Fadhilah - 6411414051

Page 1: Mineral Kartika Siti Fadhilah - 6411414051

MINERAL

PENGARUH ANEMIA PADA KEHAMILAN

Dosen Pengampu : dr. Ngakan Putu Djaya

Mata Kuliah : Biokimia

Disusun oleh:

KARTIKA SITI FADHILAH (6411414051)

ROMBEL 2

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN 2015

Page 2: Mineral Kartika Siti Fadhilah - 6411414051

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat

menyelesaikan makalah tentang “Pengaruh Anemia Pada Kehamilan “ ini

dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Makalah ini dibuat

untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biokimia.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka

menambah wawasan serta pengetahuan kami mengenai pengaruh bekam

terhadap pertahanan tubuh . Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di

dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh

sebab itu, kami mengharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan

makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak

ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang

membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan

kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang

membangun demi perbaikan di masa depan.

Semarang, 18 Juni 2015

Penyusun

KARTIKA SITI FADHILAH i

Page 3: Mineral Kartika Siti Fadhilah - 6411414051

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................2

1.3 Tujuan...................................................................................2

1.4 Manfaat.................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................3

2.1 Pengertian Anemia...............................................................3

2.2 Klasifikasi Anemia.................................................................6

2.3 Pengertian Anemia Dalam Kehamilan..................................7

2.4 Tanda Dan Gejala Anemia Dalam Kehamilan....................14

2.5 Pengaruh Anemia Pada Kehamilan....................................15

2.6 Cara Pengobatan Anemia Pada Masa Kehamilan.............19

BAB III PENUTUP.............................................................................23

3.1 Kesimpulan.........................................................................23

3.2 Saran..................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................25

KARTIKA SITI FADHILAH ii

Page 4: Mineral Kartika Siti Fadhilah - 6411414051

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa kehamilan merupakan masa dimana tubuh sangat

membutuhkan asupan makan yang maksimal baik untuk jasmani maupun

rohani (selalu rileks dan tidak stress). Di masa-masa ini pula, wanita hamil

sangat rentan terhadap menurunnya kemampuan tubuh untuk bekerja

secara maksimal. Wanita hamil biasanya sering mengeluh sering letih,

kepala pusing, sesak nafas, wajah pucat dan berbagai macam keluhan

lainnya. Semua keluhan tersebut merupakan indikasi bahwa wanita hamil

tersebut sedang menderita anemia pada masa kehamilan.

Anemia terjadi akibat kekurangan zat besi dan rendahnya kandungan

hemoglobin dalam tubuh semasa mengandung. Anemia ini secara

sederhana dapat kita artikan dengan kurangnya sel-sel darah merah di

dalam darah dan menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk

membawa oksigen. Jantung berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan

meningkatkan curah jantung.

Anemia dalam kehamilan adalah suatu kondisi ibu dengan kadar nilai

hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester satu dan tiga, atau kadar nilai

hemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester dua (Centers for Disease

Control, 1998). Perbedaan nilai batas diatas dihubungkan dengan kejadian

hemodilusi (Cunningham, 2007).

Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan

darah pada saat ia melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi

dengan baik. Ia berisiko membutuhkan transfusi darah. Penyakit ini

merupakan masalah rasional dan berpengaruh sangat besar terhadap

kualitas sumber daya manusia.

Anemia pada kehamilan dapat berakibat buruk baik terhadap ibu

maupun janin yang dikandungnya. Menurut World Health Organization

(WHO) 40 % kematian ibu-ibu di negara berkembang berkaitan dengan

anemia pada kehamilan. Menurut Hidayat (1994) dalam Riswan (2003)

KARTIKA SITI FADHILAH 1

Page 5: Mineral Kartika Siti Fadhilah - 6411414051

disamping pengaruhnya kepada kematian, anemia pada saat hamil akan

mempengaruhi pertumbuhan janin, berat bayi lahir rendah dan peningkatan

kematian perinatal.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada

makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan anemia ?

2. Apa saja klasifikasi dari anemia ?

3. Apa yang dimaksud dengan anemia dalam kehamilan ?

4. Apa saja tanda dan gejala anemia dalam kehamilan?

5. Apa pengaruh anemia pada kehamilan ?

6. Bagaimana cara pengobatan anemia pada masa kehamilan ?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan pada

makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan anemia

2. Untuk mengetahui klasifikasi dari anemia

3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan anemia dalam

kehamilan

4. Untuk mengetahui tanda dan gejala anemia dalam kehamilan

5. Untuk mengetahui pengaruh anemia pada kehamilan

6. Untuk mengetahui cara pengobatan anemia pada masa kehamilan

1.4 Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:

1. Sebagai sumber informasi yang sangat berguna dalam menambah

pengetahuan dan wawasan

2. Sebagai sumber informasi yang sangat penting untuk dapat

diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari

KARTIKA SITI FADHILAH 2

Page 6: Mineral Kartika Siti Fadhilah - 6411414051

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anemia

Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau

menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk

kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama

kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari

10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl (Varney H, 2006).

Anemia didefinisikan sebagai kadar Ht, konsentarsi Hb, atau hitung

eritrosit di bawah batas” normal “. Dimana umumnya ibu hamil dianggap

anemi jika kadar hemoglobin dibawah 11 gr / dl atau hematokrit kurang dari

33 %.( Prawirohardjo, 2008;h.775)

Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin yang di jumpai selama

kehamilan pada wanita sehat yang tidak mengalami defisiensi besi atau

folat yang di sebabkan oleh penambahan volume plasma yang relative

lebih besar dari pada penambahan massa hemoglobin dan volume sel

darah. (Cunningham G,2005;h.1463)

Pada umumnya Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar

hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal. Faktor-faktor penyebab

anemia adalah Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B12, dan asam

folat. (Barbara C. Long, 1996 ) dan status gizi yang dipengaruhi oleh pola

makanan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan dan status kesehatan.

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang

atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan

sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik,

inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel

darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi)

pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah

merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau

akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi

sel darah merah.

KARTIKA SITI FADHILAH 3

Page 7: Mineral Kartika Siti Fadhilah - 6411414051

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system

fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan

limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk

dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi

sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan

bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5

mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.

Jika simpanan zat besi dalam tubuh seseorang sudah sangat rendah

berarti orang tersebut mendekati anemia walaupun belum ditemukan

gejala-gejala fisiologis. Simpanan zat besi yang sangat rendah lambat laun

tidak akan cukup untuk membentuk selsel darah merah di dalam sumsum

tulang sehingga kadar hemoglobin terus menurun di bawah batas normal,

keadaan inilah yang disebut anemia gizi besi.

Zat besi diperlukan untuk hemopoesis (pembentukan darah) dan juga

diperlukan oleh berbagai enzim sebagai faktor penggiat. Zat besi yang

terdapat dalam enzim juga diperlukan untuk mengangkut elektro (sitokrom),

untuk mengaktifkan oksigen (oksidase dan oksigenase). Defisiensi zat besi

tidak menunjukkan gejala yang khas (asymptomatik).

Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya simpanan

zat besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang digambarkan

dengan meningkatnya kapasitas pengikatan besi. Pada tahap yang lebih

lanjut berupa habisnya simpanan zat besi, berkurangnya kejenuhan

transferin, berkurangnya jumlah protoporpirin yang diubah menjadi heme,

dan akan diikuti dengan menurunnya kadar feritin serum. Akhirnya terjadi

anemia dengan cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar Rb

(Gutrie,186:303)

Diagnosis anemia zat gizi ditentukan dengan tes skrining dengan cara

mengukur kadar Hb, hematokrit (Ht), volume sel darah merah (MCV),

konsentrasi Hb dalam sel darah merah (MCH) dengan batasan terendah

95% acuan (Dallman,1990)

Khumaidi (1989) mengemukakan bahwa faktorfaktor yang

melatarbelakangi tingginya prevalensi anemia gizi besi di negara

KARTIKA SITI FADHILAH 4

Page 8: Mineral Kartika Siti Fadhilah - 6411414051

berkembang adalah keadaan sosial ekonomi rendah meliputi pendidikan

orang tua dan penghasilan yang rendah serta kesehatan pribadi di

lingkungan yang buruk. Meskipun anemia disebabkan oleh berbagai faktor,

namun lebih dari 50% kasus anemia yang terbanyak diseluruh dunia secara

langsung disebabkan oleh kurangnya masukan zat gizi besi.

Selain itu penyebab anemia gizi besi dipengaruhi oleh kebutuhan

tubuh yang meningkat, akibat mengidap penyakit kronis dan kehilangan

darah karena menstruasi dan infeksi parasit (cacing). Di negara

berkembang seperti Indonesia penyakit kecacingan masih merupakan

masalah yang besar untuk kasus anemia gizi besi, karena diperkirakan

cacing menghisap darah 2-100 cc setaip harinya.

Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan

pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak. Kekurangan kadar Hb

dalam darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah, letih, lelah dan cepat

lupa. Akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar, olah raga dan

produktifitas kerja. Selain itu anemia gizi besi akan menurunkan daya tahan

tubuh dan mengakibatkan mudah terkena infeksi.

Berikut ini kategori tingkat keparahan pada anemia (Soebroto, 2010) :

1. Kadar Hb 10 gr - 8 gr disebut anemia ringan

2. Kadar Hb 8 gr – 5 gr disebut anemia sedang

3. Kadar Hb kurang dari 5 gr disebut anemia berat

Kategori tingkat keparahan pada anemia (Waryana, 2010) yang

bersumber dari WHO adalah sebagai berikut:

1. Kadar Hb 11 gr% tidak anemia

2. Kadar Hb 9-10 gr % anemia ringan

3. Kadar Hb 7-8 gr% anemia sedang

4. Kadar Hb < 7 gr% anemia berat

Kategori tingkat keparahan anemia (Nugraheny E, 2009) adalah

sebagai berikut:

1. Kadar Hb < 10 gr% disebut anemia ringan

2. Kadar Hb 7-8 gr% disebut anemia sedang

3. Kadar Hb < 6gr% disebut anemia berat

KARTIKA SITI FADHILAH 5

Page 9: Mineral Kartika Siti Fadhilah - 6411414051

4. Kadar Hb normal pada ibu nifas adalah 11-12 gr %

2.2 Klasifikasi Anemia

1. Anemia Defisiensi Zat Besi

Anemia akibat kekurangan zat besi. Zat besi merupakan bagian

dari molekul hemoglobin. Kurangnya zat besi dalam tubuh bisa

disebabkan karena banyak hal. Kurangnya zat besi pada orang

dewasa hampir selalu disebabkan karena perdarahan menahun,

berulang-ulang yang bisa berasal dari semua bagian tubuh (Soebroto,

2010).

2. Anemia Defisiensi Vitamin C

Anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin C yang berat

dalam jangka waktu lama. Penyebab kekurangan vitamin C adalah

kurangnya asupan vitamin C dalam makanan sehari-hari. Vitamin C

banyak ditemukan pada cabai hijau, jeruk, lemon, strawberry, tomat,

brokoli, lobak hijau, dan sayuran hijau lainnya, serta semangka. Salah

satu fungsi vitamin C adalah membantu penyerapan zat besi,

sehingga jika terjadi kekurangan vitamin C, maka jumlah zat besi

yang diserap akan berkurang dan bisa terjadi anemia (Soebroto,

2010).

3. Anemia Makrositik

Anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin B12 atau

asam folat yang diperlukan dalam proses pembentukan dan

pematangan sel darah merah, granulosit, dan platelet. Kekurangan

vitamin B12 dapat terjadi karena berbagai hal, salah satunya adalah

karena kegagalan usus untuk menyerap vitamin B12 dengan optimal

(Soebroto, 2010).

4. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik terjadi apabila sel darah merah dihancurkan

lebih cepat dari normal. Penyebabnya kemungkinan karena

keturunan atau karena salah satu dari beberapa penyakit, termasuk

KARTIKA SITI FADHILAH 6

Page 10: Mineral Kartika Siti Fadhilah - 6411414051

leukemia dan kanker lainnya, fungsi limpa yang tidak normal,

gangguan kekebalan dan hipertensi berat (Soebroto, 2010).

5. Anemia Sel Sabit

Yaitu suatu penyakit keturunan yang ditandai dengan sel darah

merah yang berbentuk sabit, kaku, dan anemia hemolitik kronik

(Soebroto, 2010). Anemia sel sabit merupakan penyakit genetik yang

resesif, artinya seseorang harus mewarisi dua gen pembawa penyakit

ini dari kedua orang tuanya. Gejala utama penderita anemia sel sabit

Adalah Kurang energi dan sesak nafas, Mengalami penyakit kuning

(kulit dan mata berwarna kuning), Serangan sakit akut pada tulang

dada atau daerah perut akibat tersumbatnya pembuluh darah kapiler.

6. Anemia Aplastik

Terjadi apabila sumsum tulang terganggu, dimana sumsum

merupakan tempat pembuatan sel darah merah (eritrosit), sel darah

putih (leukosit), maupun trombosit (Soebroto, 2010).

2.3 Anemia Dalam Kehamilan

Dua kausa tersering anemia selama kehamilan dan nifas adalah

anemia defisiensi zat besi dan anemia pendarahan akut. Tidak jarang

keduanya berkaitan erat dengan kehilangan darah dalam jumlah besar

disertai hilangnya zat besi hemoglobin serta habisnya simpanan zat besi

pada suatu kehamilan dapat menjadi kausa penting anemia defisiensi besi

pada kehamilan selanjutnya.

Ibu hamil merupakan golongan yang rentan terkena anemia. Anemia

yang diabaikan pada ibu hamil akan menganggu kesehatan ibu dan janin.

Meskipun anemia pada ibu hamil bukan merupakan kelainan melainkan

harus tetap ditangani dengan tepat.

Ibu hamil yang mengalami anemia akan mengalami kendala dalam

mencukupi sel darah merah yang mengangkut oksigen ke jaringan.

Padahal selama kehamilan tubuh harus dapat memproduksi lebih banyak

darah untuk menunjang pertumbuhan bayi yang sehat. Anemia pada ibu

hamil dapat digolongkan anemia ringan dan anemia berat. Pada dasarnya

KARTIKA SITI FADHILAH 7

Page 11: Mineral Kartika Siti Fadhilah - 6411414051

kedua jenis anemia pada ibu hamil harus mendapatkan penanganan

segera untuk tetap menyelamatkan ibu dan janin dari kekurangan darah

selama kehamilan.

Meskipun anemia dianggap kondisi yang umum dialami oleh ibu hamil

akan tetapi akan berdampak negatif pada bayi dan ibu hamil apabila

dibiarkan tanpa penanganan yang tepat. Artikel bidanku kali ini akan

memberikan informasi mengenai anemia pada ibu hamil, dampak anemia

pada ibu dan janin dan solusi yang tepat untuk ibu agar dapat mengurangi

risiko anemia.

Pada gestasi tipikal satu janin kebutuhan total ibu akan zat besi yang

dipicu oleh kehamilan rata-rata mendekati 1000mg yang jauh melebihi

simpanan zat besi sebagian besar wanita. Kecuali jika perbedaan ntara

jumlah simpanan zat besi yang tersedia ke ibu dan kebutuhn zat besi pada

kehamilan normal dikompensasi oleh penyerapan zat besi dari saluran

cerna, maka akan terjadi anemia defisiensi zat besi. Karena jumlah zat besi

yang disalurkan ke janin dari ibu defisiensi zat besi tidak jauh berbeda dari

jumlah yang secara normal, maka neonatus dari ibu yang mengalami

anemia berat tidak menderita anemia defisiensi zat besi.

Pengenceran darah dianggap penyesuaian diri secara fisiologi dalam

kehamilan dan bermanfaat bagi wanita, pertama pengenceran dapat

meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa

kehamilan, karena sebagai akibat hidremia cardiac output untuk

meningkatkan kerja jantung lebih ringan apabila viskositas rendah.

Resistensi perifer berkurang, sehingga tekanan darah tidak naik, kedua

perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih

sedikit dibandingkan dengan apabila darah ibu tetap kental. Tetapi

pengenceran darah yang tidak diikuti pembentukan sel darah merah yang

seimbang dapat menyebabkan anemia.

Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut

hidremia atau hipervolemia, akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang

dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga pengenceran darah.

Pertambahan tersebut berbanding plasma 30,00%, sel darah merah

KARTIKA SITI FADHILAH 8

Page 12: Mineral Kartika Siti Fadhilah - 6411414051

18,00% dan Hemoglobin 19,00%. Tetapi pembentukan sel darah merah

yang terlalu lambat sehingga menyebabkan kekurangan sel darah merah

atau anemia.

Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu,

baik dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya.

Penyulit penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah : keguguran

(abortus), kelahiran prematurs, persalinan yang lama akibat kelelahan otot

rahim di dalam berkontraksi (inersia uteri), perdarahan pasca melahirkan

karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik

saat bersalin maupun pasca bersalin serta anemia yang berat (<4 gr%)

dapat menyebabkan dekompensasi kordis. Hipoksia akibat anemia dapat

menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan (Wiknjosastro,

2007).

Anemia defisiensi besi dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan

kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar

hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II dan merupakan salah satu

penyebab kematian pada ibu hamil.

Bertambahnya volume darah dalam kehamilan dimulai sejak

kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan 32 dan

36 minggu (Setiawan Y, 2006).

Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut

hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang

dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran

darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel

darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan

sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam

kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2002). Secara fisiologis,

pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung.

yang semakin berat dengan adanya kehamilan.

Pada tahun 2007, prevalensi anemia pada ibu hamil di negara

berkembang 43 % dan 12 % pada wanita hamil di negara maju. Di

KARTIKA SITI FADHILAH 9

Page 13: Mineral Kartika Siti Fadhilah - 6411414051

Indonesia prevalensi anemia kehamilan relatif tinggi, yaitu 38% -71.5%

dengan rata-rata 63,5%.

Berdasarkan data Survei Kesehatan Nasional 2010, angka anemia

pada ibu hamil sebesar 40,1 %. Hal ini menunjukkan bahwa anemia cukup

tinggi di Indonesia. Diperkirakan jika pada tahun 2012–2015 prevalensi

anemia masih tetap diatas 40%, maka akan terjadi kematian ibu sebanyak

18 ribu per tahun yang disebabkan perdarahan setelah melahirkan. Kondisi

ini akan menyebabkan 3-7 % ibu meninggal karena penyebab tak langsung

yaitu anemia. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah

merah atau hemoglobin kurang dari normal (Pearce, 2010).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) terdapat 37,1%

ibu hamil anemia yaitu ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 11,0 gr/dl

dengan proporsi yang hampir sama antara di kawasan perkotaan (36,4%)

dan pedesaan (37,8%). Tingginya kejadian anemia ini erat kaitannya

dengan faktor kurang asupan makanan bergizi saat ibu hamil dan

kurangnya kesadaran dalam mengkonsumsi tablet zat besi.

Wanita membutuhkan zat besi lebih banyak dari pada pria karena

terjadi menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50 sampai 80cc setiap

bulan dan kehilangan zat besi sebesar 30 sampai 40 mgr. disamping itu,

kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel

darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makin

sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan maka akan

makin banyak kehilangan zat besi dan anemis.

Sebagai gambaran berapa banyak kebutuhan zat besi pada setiap

kehamilan: meningkatkan sel darah ibu (500mg Fe), terdapat dalam

plasenta(300mg Fe), untuk darah janin(100mg Fe). Total kebutuhan adalah

900mg Fe.

Jika persediaan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras

persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan

berikutnya. Setelah persalinan, dengan lahirnya plasenta dan perdarahan

ibu akan kehilangan zat besi sekitar 900mg. saat laktasi ibu masih

memerlukan kesehatan jasmani yang optimal sehingga dapat meyiapkan

KARTIKA SITI FADHILAH 10

Page 14: Mineral Kartika Siti Fadhilah - 6411414051

asi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dalam keadaan anemia,

laktasi tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan baik.

Faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil:

1. Umur Ibu

Menurut Amiruddin (2007), bahwa ibu hamil yang berumur kurang

dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu 74,1% menderita anemia

dan ibu hamil yang berumur 20 – 35 tahun yaitu 50,5% menderita

anemia. Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebihdari 35

tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil, karena akan

membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun

janinnya, beresiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan

ibu mengalami anemia.

2. Paritas

Menurt Herlina (2006), Ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai

resiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalami anemia di banding

dengan paritas rendah. Adanya kecenderungan bahwa semakin

banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi angka

kejadian anemia.

3. Kurang Energi Kronis (KEK)

41% (2.0 juta) ibu hamil menderita kekurangan gizi. Timbulnya

masalah gizi pada ibu hamil, seperti kejadian KEK, tidak terlepas

dari keadaan sosial, ekonomi, dan bio sosial dari ibu hamil dan

keluarganya seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan,

konsums pangan, umur, paritas, dan sebagainya. Pengukuran

lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui

resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita UsiaSubur (WUS).

Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau

perubahan tatus gizi dalam jangka pendek. Pengukuran lingkar

lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan penapisan status

gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu hamil

yang mempunyai ukuran LILA<23.5 cm. Deteksi KEK denganukuran

LILA yang rendah mencerminkan kekurangan energi dan protein

KARTIKA SITI FADHILAH 11

Page 15: Mineral Kartika Siti Fadhilah - 6411414051

dalam intake makanan sehari hari yang biasanya diiringi juga

dengan kekurangan zat gizi lain, diantaranya besi. Dapat

diasumsikan bahwa ibu hamil yang menderita KEK berpeluang untuk

menderita anemia (Darlina, 2003).

4. Infeksi dan Penyakit

Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan daya

tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut

penelitian, orang dengan kadar Hb <10 g/dl memiliki kadar sel darah

putih (untuk melawan bakteri) yang rendah pula. Seseorang dapat

terkena anemia karena meningkatnya kebutuhan tubuh akibat

kondidi fisiologis (hamil, kehilangan darah karena kecelakaan,

pascabedah atau menstruasi), adanya penyakit kronis atau infeksi

(infeksi cacing tambang, malaria, TBC) (Anonim, 2004). Ibu yang

sedang hamil sangat peka terhadap infeksi dan penyakit menular.

Beberapa di antaranya meskipun tidak mengancam nyawa ibu,

tetapi dapat menimbulkan dampak berbahaya bagi janin.

Diantaranya, dapat mengakibatkan abortus, pertumbuhan janin

terhambat, bayi mati dalam kandungan, serta cacat bawaan.

Penyakit infeksi yang di derita ibu hamil biasanya tidak diketahui

saat kehamilan. Hal itu baru diketahui setelah bayi lahir dengan

kecacatan. Pada kondisi terinfeksi penyakit, ibu hamil akan

kekurangan banyak cairan tubuh serta zat gizi lainnya (Bahar, 2006).

Penyakit yang diderita ibu hamil sangat menentukan kualitas janin

dan bayi yang akan dilahirkan. Penyakit ibu yang berupa penyakit

menular dapat mempengaruhi kesehatan janin apabila plasenta

rusak oleh bakteri atau virus penyebab penyakit. Sekalipun janin

tidak langsung menderita penyakit, namun Demam yang menyertai

penyakit infeksi sudah cukup untuk menyebabkan keguguran.

Penyakit menular yang disebabkan virus dapat menimbulkan cacat

pada janin sedangkan penyakit tidak menular dapat menimbulkan

komplikasi kehamilan dan meningkatkan kematian janin 30% (Bahar,

2006).

KARTIKA SITI FADHILAH 12

Page 16: Mineral Kartika Siti Fadhilah - 6411414051

5. Jarak kehamilan

Menurut Ammirudin (2007) proporsi kematian terbanyak terjadi

pada ibu dengan prioritas 1 – 3 anak dan jika dilihat menurut jarak

kehamilan ternyata jarak kurang dari 2 tahun menunjukan proporsi

kematian maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang terlalu dekat

menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan

kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu

hamil dengan jarak yang terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam

kehamilan. Karena cadangan zat besi ibu hamil pulih. Akhirnya

berkurang untuk keperluan janin yang dikandungnya.

6. Pendidikan

Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan

anemia yang di derita masyarakat adalah karena kekurangan gizi

banyak di jumpai di daerah pedesaan dengan malnutrisi atau

kekurangan gizi. Kehamilan dan persalinan dengan jarak yang

berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat social

ekonomi rendah (Manuaba, 2010). Menurut penelitian Amirrudin dkk

(2007), faktor yang mempengaruhi status anemia adalah tingkat

pendidikan rendah.

Anemia pada kehamilan merupakan penyakit yang paling banyak

dijumpai terdiri dari:

1. Anemia defisiensi besi

Anemia karena kekurangan asupan Fe- Feritin

2. Anemia karena hilangnya darah secara mendadak.

Anemia karena pendarahan ibu hamil, kehilangan Fe pada

Grandemultipara, infeksi cacing atau malaria.

3. Anemia akibat penyakit menahun

Dapat terjadi karena keadaan abnormal dalam pembentukan

darah yang ditandai oleh defek trombosit seperti granulosit dan

eritrosit.

4. Anemia hemolitik (Yang didapatkan dan bersifat herediter)

KARTIKA SITI FADHILAH 13

Page 17: Mineral Kartika Siti Fadhilah - 6411414051

Karena defek eritrosit herediter bentuk normal eritrosit: bikonkaf

diskus sehingga terdapat kelebihan membran isinya. Dibanding

menyebabkan eritrosit dapat menyebabkan eritrosit dapat

bertahan terhadap tekanan arteri dan terhadap celah yang

terdapat pada limfe.

5. Hipoplasia dan aplasia

Terjadi karena sumsum tidak mampu membentuk darah. Merupakan

komplikasi yang serius, namun jarang. Dapat terjadi karena intoksikasi

obat, infeksi berat, radiasi rontgen, herediter atau immunologis.

2.4 Tanda Dan Gejala Anemia Dalam Kehamilan

Dalam mendiagnosis anemia tidak hanya berdasarkan gejala-gejala

yang dikeluhkan pasien, namun juga dari pemeriksaan fisik yang dilakukan

oleh dokter. Dokter memerlukan tes laboratorium, uji laboratorium yang

paling baik untuk mendiagnosis anemia meliputi pengukuran hematokrit

atau kadar hemoglobin (Hb). Anemia dapat didiagnosis dengan pasti kalau

kadar Hb lebih rendah dari batas normal, berdasarkan kelompok umur dan

jenis kelamin (Soebroto, 2010).

Untuk menegakan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan

dengan anamnesa. Pada anamsena akan diaptkan berbagai keluhan.

Keluhan dapat berupa mual, mata berkunang-kunang, cepat lelah dan

sering pusing.

Gejala-gejala umum yang sering dijumpai pada pasien anemia antara

lain :

1. Pucat

2. Lemah

3. cepat lelah

4. keringat dingin

5. takikardi

6. hypotensi

7. palpitasi (Barbara C. Long, 1996)

KARTIKA SITI FADHILAH 14

Page 18: Mineral Kartika Siti Fadhilah - 6411414051

Takipnea (saat latihan fisik), perubahan kulit dan mukosa (pada

anemia defisiensi Fe). Anorexia, diare, ikterik sering dijumpai pada pasien

anemia pernisiosa (Arif Mansjoer, 2001)

Selain itu, Ibu mengeluh Sering pusing, Mata berkunang-kunang,

Malaise, Lidah luka, Konsentrasi hilang, Nafas pendek (pada anemia

parah); dan Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.

Salah satu dari tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia

adalah pucat. Keadaan ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya volume

darah, berkurangnya hemoglobin, dan vasokonstriksi untuk

memaksimalkan pengiriman O2 ke organ-organ vital. Warna kulit bukan

merupakan indeks yang dapat dipercaya untuk pucat karena dipengaruhi

pigmentasi kulit, suhu, dan keadaan serta distribusi bantalan kapiler.

Bantalan kuku, telapak tangan dan membrane mukosa mulut serta

konjungtiva merupakan indikator yang lebih baik untuk menilai pucat.

Pada anemia berat, gagal jantung kongestif dapat terjadi karena otot

jantung yang anoksik tidak dapat beradaptasi terhadap beban kerja jantung

yang meningkat. Pada anemia berat dapat juga timbul gejala-gejala saluran

cerna seperti anoreksia, mual, konstipasi atau diare, dan stomatitis (nyeri

pada lidah dan membrane mukosa mulut), gejala-gejala umumnya

disebabkan oleh keadaan defisiensi, seperti defisiensi zat besi (Price,

2005).

2.5 Pengaruh Anemia Terhadap Kehamilan

Bahaya selama kehamilan :

1. Dapat terjadi abortus

Abortus adalah terhentinya proses kehamilan yang sedang

berlangsung sebelum mencapai umur 28 minggu  atau berat janin

sekitar 500 gram (Manuaba :2007)

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin

mencapai berat 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 22

minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar

kandungan (Sarwono, 2008).

2. Persalinan prematuritas

KARTIKA SITI FADHILAH 15

Page 19: Mineral Kartika Siti Fadhilah - 6411414051

Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi pada

kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20 minggu sampai kurang

dari 37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram

(Prawirohardjo, 2007).

3. Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim

Hambatan tumbuh kembang janin yang dapat terjadi karena ibu

menderita anemia adalah hambatan intrauterin.

4. Mudah terjadi infeksi

5. Ancaman dekoinpensasi kordis (Hb < 6 gr%)

Dekoinpensasi kordis ( gagal jantung )suatu keadaan pathologis

adanya kelainan fungsi jantung berakibat  jantung gagal memompa

darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal

jantung terjadi  akibat penyakit atau keadaan –keadaan pathologis

pada jantung itu sendiri maupun penyakit pada sistim peredaran

darah (Noer,1996).

6. Mola Hidatidosa

Mola hidatidosa (atau hamil anggur) adalah kehamilan abnormal

berupa tumor jinak yang terbentuk akibat kegagalan pembentukan

janin. Bakal janin tersebut dikenal dengan istilah mola hidatidosa.

Istilah hamil anggur digunakan karena bentuk bakal janin

tersebut mirip dengan gerombolan buah anggur. Mola hidatidosa

juga dapat didefinisikan sebagai penyakit yang berasal dari

kelainan pertumbuhan calon plasenta (trofoblas plasenta) dan

diserai dengan degenerasi kistik villi serta perubahan hidropik.

Trofoblas adalah sel pada bagian tepi ovum (sel telur) yang telah

dibuahi dan nantinya akan melekat di dinding rahim hingga

berkembang menjadi plasenta serta membran yang memberi

makan hasil pembuahan. Penyebab penyakit ini belum diketahui

pasti, amun diduga karena kekurangan gizi dan gangguan

peredaran darah rahim.

7. Hiperemesis Gravidarum

KARTIKA SITI FADHILAH 16

Page 20: Mineral Kartika Siti Fadhilah - 6411414051

Hiperemesis Gravidarum (HEG) adalah mual dan muntah yang

hebat dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan

kekurangan cairan, penurunan berat badan atau gangguan

elektrolit sehingga menggangu aktivitas sehari – hari dan

membahayakan janin didalam kandungan. Pada umumnya terjadi

pada minggu ke 6 – 12 masa kehamilan, yang dapat berlanjut

hingga minggu ke 16 – 20 masa kehamilan

8. Perdarahan antepartum

Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada jalan lahir

setelah kehamilan 20 minggu.

9. Ketuban pecah dini ( KPO )

Ketuban pecah dini ( KPO ) adalah suatu keadaan dimana

ketuban pecah sebelum terjadinya persalinan. Kondisi seperti ini

harus segera dilakukan penanganan. Karena jika dibiarkan akan

menimbulkan permasalahan pada kesehatan sang ibu dan janin

yang dikandungnya. Terkadang hal ini menjadi sebuah momok

yang menakutkan bagi sebagian ibu hamil.

Bahaya saat persalinan :

1. Gangguan his – kekuatan mengejan

Gangguan mengejan atau distosia his adalah tenaga kontraksi

yang tidak normal, baik kekuatan maupun sifatnya, sehingga

menghambat kelancaran persalinan.

2. Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi portus terlantai.

Portus terlantai adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu

atau janinnya. Pada umumnya telah berlangsung lebih dari 24 jam

atau di tolong dengan paksa.

3. Kala kedua berlangsung lama sehingga dapat melelehkan

4. Kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan pendarahan

postpartum karena atonia uteri.

5. Kala keempat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan

atonia uteri.

KARTIKA SITI FADHILAH 17

Page 21: Mineral Kartika Siti Fadhilah - 6411414051

Perdarahan post partum sekunder adalah perdarahan yang

terjadi setelah 24 jam pertama.

Atonia uteria (relaksasi otot uterus) adalah uterus tidak

berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus

uteri (plasenta telah lahir). (JNPKR, Asuhan Persalinan Normal,

Depkes Jakarta; 2002) .

Bahaya pada saat nifas :

1. Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan post partum.

Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml

selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena

retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan

dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan

plasenta lahir. (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).

2. Memudahkan infeksi puerpertum

Infeksi puerperium merupakan infeksi bakteri yang berasal dari

saluran reproduksi selama proses persalinan atau puerperium.

Infeksi ini tidak lagi berkaitan dengan insiden mortalitas puerperium

tetapi berkaitan dengan presentase signifikan morbiditas

puerperium.(Varney, 2008)

3. Pengeluaran ASI berkurang

4. Terjadinya dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan.

5. Anemia kala nifas

6. Mudah terjadi infeksi mainmae.

Infeksi mainmae merupakan infeksi yang terjadi pada payudara.

Bahaya terhadap janin :

Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai kebutuhan

ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi kemampuan

metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia maka dapat terjadi

gangguan :

1. Abortus

KARTIKA SITI FADHILAH 18

Page 22: Mineral Kartika Siti Fadhilah - 6411414051

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin

mencapai berat 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 22

minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar

kandungan (Sarwono, 2008).

2. Terjadi kematian intro uterin

Kematian intro uterin atau disebut dengan kematian di dalam

kandungan adalah kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih

dari 20 minggu atau pada trimester kedua dan atau yang beratnya

500 gram.

3. Persalinan prematuritas tinggi

4. Berat badan lahir rendah

5. Dapat terjadi cacat bawaan

6. Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinantal

7. Intelegensi lemah

2.6 Pengobatan Anemia Pada Masa Kehamilan

Untuk menghindari terjadinya anemia,sebaiknya ibu hami melakukan

pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat diketahui data-data dasar

kesehatan umum calon ibu tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan

disertai pemeriksaan laboratorium, rontgen, ultrasonografi, pemeriksaan

lain yang dianggap perlu termasuk pemeriksaan tinja sehingga diketahu

infeksi parasit.

Tindakan umum :

1. Transpalasi sel darah merah

2. Pemberian tablet atau preparat Fe seperti barralat, biosanbe, iberet,

vitonal, hemaviton.

3. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi

4. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah

merah.

5. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang

membutuhkan oksigen

6. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada

KARTIKA SITI FADHILAH 19

Page 23: Mineral Kartika Siti Fadhilah - 6411414051

7. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya):

1. Anemia defisiensi besi : Terapi oral adalah dengan memberikan

preparat besi yaitu ferosulfat, feroglukonat atau Natrium ferobisitrat.

Pemberian preparat besi 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb

sebanyak 1 gr% tiap bulan. Saat ini program nasional menganjurkan

kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis

anemia (Saifuddin, 2002). Terapi parenteral baru diperlukan apabila

penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan

penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya

tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan

ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/

IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr%

(Manuaba, 2001).

2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12

3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral

4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan

pemberian cairan dan transfusi darah.

5. Anemia Megaloblastik Adalah anemia yang disebabkan oleh karena

kekurangan asam folat, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12.

Pengobatannya dengan cara : Asam folat 15 – 30 mg per hari,

Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari, Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari,

Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga

dapat diberikan transfusi darah.

6. Anemia Hipoplastik Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi

sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik

diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi

lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosit.

7. Anemia Hemolitik Adalah anemia yang disebabkan penghancuran

atau pemecahansel darah merah yang lebih cepat dari

pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi

KARTIKA SITI FADHILAH 20

Page 24: Mineral Kartika Siti Fadhilah - 6411414051

hamil; apabila ia hamil, maka anemianya biasanya menjadi lebih

berat. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan

gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila

terjadi kelainan pada organ-organ vital. Pengobatannya tergantung

pada jenis anemia hemolitik dan beratnya anemia. Obat-obat

penambah darah tidak memberi hasil. Tranfusi darah, kadang

dilakukan berulang untuk mengurangi penderitaan ibu dan

menghindari bahaya hipoksia janin.

8. Anemia-anemia lain: Seorang wanita yang menderita anemia,

misalnya berbagai jenis anemia hemolitik herediter atau yang

diperoleh seperti anemia karena malaria, cacing tambang, penyakit

ginjal menahun, penyakit hati, tuberkulosis, sifilis, tumor ganas dan

sebagainya dapat menjadi hamil. Dalam hal ini anemianya menjadi

lebih berat dan berpengaruh tidak baik pada ibu dalam masa

kehamilan, persalinan, nifas serta berpengaruh pula bagi anak dalam

kandungan.Pengobatan ditujukan pada sebab pokok anemianya,

misalnyaantibiotika untuk infeksi, obat-obat anti malaria, anti sifilis

obat

cacing dan lain-lain.

Atau dapat juga dilakukan dengan :

1. Pada pemeriksaan ANC bidan mengkaji penyebab anemia dari

riwayat diet untuk mengetahui adakah kemungkinan pica, kebiasaan

mengidam berlebihan dan mengonsumsi makanan-makanan tertentu

dan riwayat medis yang adekuat dan uji yang tepat (Robson, 2011).

2. Memberikan sulfat ferosa 200 mg 2-3 kali sehari. Sulfat ferosa

diberikan 1 tablet pada hari pertama kemudian dievaluasi apakah ada

keluhan (misalnya mual, muntah, feses berwarna hitam), apabila tidak

ada keluhan maka pemberian sulfat ferosa dapat dilanjutkan hingga

anemia terkoreksi (Robson, 2011)

KARTIKA SITI FADHILAH 21

Page 25: Mineral Kartika Siti Fadhilah - 6411414051

3. Apabila pemberian zat besi peroral tidak berhasil (misalnya pasien

tidak kooperatif) maka bisa diberikan dosis parenteral (per IM atau

per IV) dihitung sesuai berat badan dan defisit zat besi (Robson,

2011)

4. Transfusi darah diindikasikan bila terjadi hipovolemia akibat

kehilangan darah atau prosedur operasi darurat. Wanita hamil

dengan anemia sedang yang secara hemodinamis stabil, dapat

beraktifitas tanpa menunjukan gejala menyimpang dan tidak septik,

transfusi darah tidak diindikasikan, tetapi diberi terapi besi selama

setidaknya 3 bulan (Cunningham, 2013)

5. Evaluasi pemberian terapi dengan cara pemantauan kadar Hb dapat

dilakukan 3-7 hari setelah hari pertama pemberian dosis sulfat ferosa

(retikulosit meningkat mulai hari ketiga dan mencapai puncaknya

pada hari ketujuh). Sedangkan pemantauan kadar Hb pada pasien

yang mendapat terapi transfusi dilakukan minimal 6 jam setelah

transfuse (Yan, 2011).

KARTIKA SITI FADHILAH 22

Page 26: Mineral Kartika Siti Fadhilah - 6411414051

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam

darah kurang dari normal. Faktor-faktor penyebab anemia adalah

Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B12, dan asam folat. (Barbara C.

Long, 1996 ) dan status gizi yang dipengaruhi oleh pola makanan, sosial

ekonomi keluarga, lingkungan dan status kesehatan. Secara morfologis,

anemia dapat diklasifikasikan menurut ukuran sel dan hemoglobin yang

dikandungnya. Yaitu : Makrositik, Mikrositik dan Normositik.

Anemia defisiensi besi dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan

kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar

hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II dan merupakan salah satu

penyebab kematian pada ibu hamil. Anemia pada kehamilan merupakan

penyakit yang paling banyak dijumpai terdiri dari: Anemia defisiensi besi,

Anemia karena hilangnya darah secara mendadak, Anemia akibat penyakit

menahun, Anemia hemolitik (Yang didapatkan dan bersifat herediter) dan

Hipoplasia dan aplasia.

Gejala-gejala umum yang sering dijumpai pada pasien anemia antara

lain : Pucat, Lemah, cepat lelah, keringat dingin, takikardi, hypotensi,

palpitasi, Takipnea (saat latihan fisik), perubahan kulit dan mukosa (pada

anemia defisiensi Fe). Anorexia, diare, ikterik sering dijumpai pada pasien

anemia pernisiosa. Selain itu, Ibu mengeluh Sering pusing, Mata

berkunang-kunang, Malaise, Lidah luka, Konsentrasi hilang, Nafas pendek

(pada anemia parah); dan Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil

muda.

Pengaruh Anemia Terhadap Kehamilan terdiri dari Bahaya selama

kehamilan, melahirkan, nifas, dan bahaya bagi janin.

Anemia dalam kehamilan dapat diobati dengan Pemberian tablet atau

preparat Fe seperti barralat, biosanbe, iberet, vitonal, hemaviton, Antibiotik

diberikan untuk mencegah infeksi, Suplemen asam folat dapat merangsang

KARTIKA SITI FADHILAH 23

Page 27: Mineral Kartika Siti Fadhilah - 6411414051

pembentukan sel darah merah, Menghindari situasi kekurangan oksigen

atau aktivitas yang membutuhkan oksigen.

3.2 Saran

Pada ibu hamil trimester 2 dan 3 perlu perhatikan khusus dalam

pemberian Fe untuk mengimbangi terjadinya hemodilusi.

KARTIKA SITI FADHILAH 24

Page 28: Mineral Kartika Siti Fadhilah - 6411414051

DAFTAR PUSTAKA

Prof.dr. Bagus Ida, SpOG. 1998. Ilmu Kebidanan, penyakit kandungan &

keluarga berencana untuk pendidikan kebidanan. Penertbit buku

kedokteran EGC : Jakarta ( Halaman 29 )

Prof.dr.I.B.G. Manuaba, SpOG. 2007. Pengantar kuliah Obstetri. Penertbit

buku kedokteran EGC : Jakarta ( Halaman 559 )

Leveno kenneth J. 2009. Obstetri williams. Penertbit buku kedokteran

EGC : Jakarta ( Halaman 646 )

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=98410&val=421.

(diakses pada 16 Juni 2015 pukul 14.06 WIB)

http://jurnal.usu.ac.id/index.php/ejurnalfk/article/download/1425/762.

(diakses pada 16 juni 2015 pukul 14.08 WIB)

http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?dataId=5420 (diakses pada 16 Juni

2015 pukul 14.10 WIB )

http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/pgm/article/view/2339

(diakses pada 16 Juni 2015 pukul 14.11 WIB)

http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?dataId=11226 (Diakses pada 16 Juni

2015 pukul 14.13 WIB

KARTIKA SITI FADHILAH 25