Karies Gigi

19
Pengertian Karies Gigi Karies gigi adalah penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya Ketika mendekati pulpa, karies menimbulkan perubahan- perubahan dalam bentuk dentin reaksioner dan pulpitis (mungkin disertai rasa nyeri) dan bisa berakibat terjadinya invasi bakteri dan kematian pulpa. Jaringan pulpa mati yang terinfeksi ini selanjutnya akan menyebabkan perubahan di jaringan periapeks. Gejala paling dini suatu karies yang terlihat secara makroskopik adalah adanya bercak putih. Warnanya sangat berbeda bila dibandingkan dengan enamel sekitarnya yang masih sehat. Kadang-kadang lesi akan tampak berwarna cokelat disebabkan oleh materi di sekelilingnya yang terserap ke dalam pori-pori enamel. Karies yang berwarna cokelat hingga kehitaman lebih lama menimbulkan lubang pada gigi, sedangkan noda yang berwarna putih lebih cepat menimbulkan lubang. Karbohidrat yang tertinggal di dalam mulut dan mikroorganisme, merupakan penyebab dari karies gigi, penyebab karies gigi yang tidak langsung adalah permukaan dan bentuk gigi tersebut. Gigi dengan fissure yang dalam mengakibatkan sisa-sisa makanan mudah melekat dan bertahan, sehingga produksi asam oleh bakteri akan

Transcript of Karies Gigi

Page 1: Karies Gigi

Pengertian Karies Gigi

Karies gigi adalah penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum

yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang

diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras

gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya

Ketika mendekati pulpa, karies menimbulkan perubahan-perubahan dalam

bentuk dentin reaksioner dan pulpitis (mungkin disertai rasa nyeri) dan bisa berakibat

terjadinya invasi bakteri dan kematian pulpa. Jaringan pulpa mati yang terinfeksi ini

selanjutnya akan menyebabkan perubahan di jaringan periapeks.

Gejala paling dini suatu karies yang terlihat secara makroskopik adalah adanya

bercak putih. Warnanya sangat berbeda bila dibandingkan dengan enamel sekitarnya

yang masih sehat. Kadang-kadang lesi akan tampak berwarna cokelat disebabkan oleh

materi di sekelilingnya yang terserap ke dalam pori-pori enamel. Karies yang

berwarna cokelat hingga kehitaman lebih lama menimbulkan lubang pada gigi,

sedangkan noda yang berwarna putih lebih cepat menimbulkan lubang.

Karbohidrat yang tertinggal di dalam mulut dan mikroorganisme, merupakan

penyebab dari karies gigi, penyebab karies gigi yang tidak langsung adalah

permukaan dan bentuk gigi tersebut. Gigi dengan fissure yang dalam mengakibatkan

sisa-sisa makanan mudah melekat dan bertahan, sehingga produksi asam oleh bakteri

akan berlangsung dengan cepat dan menimbulkan karies gigi.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14660/1/09E01300.pdf

Faktor Etiologi

Karies gigi disebabkan oleh faktor penyebab primer yang langsung mempengaruhi

biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang berasal dari saliva) dan faktor

modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi biofilm. Karies gigi adalah suatu

penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab

terbentuknya karies. Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu:

faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet, dan

ditambah faktor waktu. Hal ini digambarkan sebagai tiga lingkaran yang bertumpang

tindih (Gambar 1). Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus

saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik

substrat yang sesuai, dan waktu yang lama.

Page 2: Karies Gigi

1. Faktor host atau tuan rumah

Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap

karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor

kimia, dan kristalografi. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies

karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur

yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak

mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi. Di samping itu, bentuk

lengkung gigi yang tidak normal dengan adanya gigi berjejal akan membantu

perkembangan karies gigi. Permukaan akar yang terbuka merupakan daerah tempat

melekatnya plak pada pasien yang mengalami resesi gingiva karena penyakit

periodonsium. Tepi tumpatan yang tidak tepat juga dapat mempermudah perlekatan

plak.

Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang

mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1%, dan bahan

organik 2%. Bagian luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dan

Page 3: Karies Gigi

mengandung banyak fluor, fosfat, dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan Kristal

enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung

mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten.

2. Faktor substrat

Substrat merupakan faktor penting dalam proses demineralisasi dan remineralisasi

gigi. Sukrosa dimetabolisme menjadi asam oleh plak bakteri. pH yang rendah akan

menyebabkan berkembangnya bakteri S. mutans, sebaliknya, konsumsi rendah

karbohidrat dan tinggi kalsium akan meningkatkan proses remineralisasi. Sukrosa

memudahkan S. mutans berkolonisasi pada permukaan gigi dan berkembang.

Faktor substrat dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu

perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel.

Selain itu, faktor substrat dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak

dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam yang

menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang

banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan

pada gigi, sebaliknya pada orang yang mengonsumsi makanan yang banyak

mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai

karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang

peranan penting dalam terjadinya karies.

Kecepatan pembentukan plak tergantung pada konsistensi, macam, dan keras

lunaknya makanan. Makanan lunak yang tidak memerlukan pengunyahan mempunyai

sedikit atau sama sekali tidak mempunyai efek membersihkan pada gigi geligi.

Karbohidrat yang kompleks misalnya pati relatif tidak berbahaya karena tidak dicerna

secara sempurna di dalam mulut, sedangkan karbohidrat dengan berat molekul rendah

seperti sukrosa akan segera meresap ke dalam plak dan dimetabolisme dengan cepat

oleh bakteri. Dengan demikian, makanan dan minuman yang mengandung sukrosa

akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada level yang dapat menyebabkan

demineralisasi enamel. Plak akan tetap bersifat asam selama beberapa waktu. Untuk

kembali ke pH normal sekitar 7, dibutuhkan waktu 30-60 menit. Oleh karena itu,

konsumsi yang sering dan berulang-ulang akan tetap menahan pH plak di bawah

normal dan menyebabkan demineralisasi enamel.

Sintesis polisakarida ekstra sel sukrosa lebih cepat dibandingkan glukosa,

fruktosa, dan laktosa. Oleh karena itu, sukrosa merupakan gula yang paling

Page 4: Karies Gigi

kariogenik, walaupun gula lainnya tetap berbahaya. Oleh karena sukrosa merupakan

gula yang paling banyak dikonsumsi, maka sukrosa merupakan penyebab utama

karies.

3. Faktor agen atau mikroorganisme

Di dalam rongga mulut terdapat bakteri yang secara fisiologis normal. Bakteri utama

sebagai penyebab terjadinya karies adalah S. mutans dan Laktobasillus. Hal ini

disebabkan karena bakteri tersebut berada dalam plak gigi yang memegang peranan

penting dalam proses karies gigi. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas

kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang

terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Dalam

pembentukan plak tersebut, S. mutans memiliki peran utama karena bakteri ini

memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu:

a. S. mutans memfermentasi berbagai jenis karbohidrat menjadi asam sehingga

menurunkan pH.

b. S. mutans membentuk dan menyimpan polisakarida intraseluler (levan) dari

berbagai jenis karbohirat, simpanan ini dapat dipecahkan kembali oleh

mikroorganisme tersebut jika karbohidrat eksogen kurang sehingga menghasilkan

asam terus-menerus.

c. S. mutans mempunyai kemampuan membentuk polisakarida ekstraseluler

(dekstran) sehingga menghasilkan sifat-sifat adhesif dan kohesif plak pada permukaan

gigi.

d. S. mutans mempunyai kemampuan untuk menggunakan glikoprotein dari saliva

pada permukaan gigi.

4. Faktor waktu

Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang

berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang

dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi,

diperkirakan 6-48 bulan.

Faktor Risiko

Faktor risiko karies adalah hubungan sebab akibat terjadinya karies. Beberapa faktor

yang dianggap sebagai faktor risiko adalah pengalaman karies, penggunaan fluor, oral

higiene, jumlah bakteri, saliva, pola makan, serta faktor risiko demografi atau faktor

Page 5: Karies Gigi

modifikasi karies, seperti umur, jenis kelamin, dan sosial ekonomi.

1. Pengalaman karies

Penelitian epidemiologis telah membuktikan adanya hubungan pengalaman karies

dengan perkembangan karies di masa mendatang. Sensitivitas parameter ini hampir

mencapai 60%. Prevalensi karies pada gigi desidui dapat memprediksi karies pada

gigi permanennya.

2. Penggunaan fluor

Berbagai macam konsep tentang mekanisme kerja fluor yang berkaitan dengan

pengaruhnya pada gigi sebelum dan sesudah gigi erupsi. Pemberian fluor yang teratur

baik secara sistemik maupun lokal merupakan hal yang penting diperhatikan dalam

mengurangi terjadinya karies oleh karena dapat meningkatkan remineralisasi. Namun

demikian, jumlah kandungan fluor dalam air minum dan makanan harus

diperhitungkan pada waktu memperkirakan kebutuhan tambahan fluor, karena

pemasukan fluor yang berlebihan dapat menyebabkan fluorosis.

3. Oral higiene

Salah satu komponen pembentukan karies adalah plak. Insidens karies dapat

dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari permukaan gigi,

namun banyak pasien tidak melakukannya secara efektif. Peningkatan oral hygiene

dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembersih interdental yang dikombinasi

dengan pemeriksaan gigi secara teratur. Pemeriksaan gigi rutin ini dapat membantu

mendeteksi dan memonitor masalah gigi yang berpotensi menjadi karies. Plak yang

berada di daerah interdental dan sulit dibersihkan melalui penyikatan gigi dapat

disingkirkan dengan menggunakan pembersih interdental. Penyingkiran plak dapat

juga dilakukan secara kimia menggunakan obat kumur (oral rinse).

4. Jumlah bakteri

Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai jenis

bakteri. Kolonisasi bakteri di dalam mulut disebabkan transmisi antar manusia, yang

paling banyak dari ibu atau ayah. Bayi yang memiliki jumlah S. mutans yang banyak,

maka usia 2-3 tahun akan mempunyai risiko karies yang lebih tinggi pada gigi

susunya. Walaupun laktobasillus bukan merupakan penyebab utama karies, tetapi

Page 6: Karies Gigi

bakteri ini ditemukan meningkat pada orang yang mengonsumsi karbohidrat dalam

jumlah banyak.

5. Saliva

Saliva dapat mempengaruhi proses karies dengan berbagai cara, yaitu:

a. Aliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi dan juga

menaikkan tingkat pembersihan karbohidrat dari permukaan rongga mulut.

b. Difusi komponen saliva seperti kalsium, fosfat, ion OH- dan F- ke dalam plak dapat

menurunkan kelarutan enamel dan meningkatkan remineralisasi.

c. Sistem bufer asam karbonat-bikarbonat serta kandungan ammonia dan urea dalam

saliva dapat menyangga dan menetralkan penurunan pH yang terjadi saat bakteri plak

sedang memetabolisme gula.

d. Beberapa komponen saliva yang termasuk dalam komponen non imunologi seperti

lisozyme, lactoperoxydase, dan lactoferrin mempunyai daya anti bakteri langsung

terhadap mikroflora tersebut sehingga derajat asidogeniknya dapat berkurang.

e. Molekul immunoglobulin A (IgA) disekresi oleh sel-sel plasma yang terdapat

dalam kelenjar liur, sedangkan komponen protein lainnya diproduksi di lapisan epitel

luar yang menutup kelenjar. Kadar keseluruhan IgA di saliva berbanding terbalik

dengan timbulnya karies.

6. Pola makan

Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat local daripada

sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Setiap kali seseorang

mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka beberapa

bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi asam sehingga

terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Di antara

periode makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses

remineralisasi. Namun, apabila makanan dan minuman berkarbonat terlalu sering

dikonsumsi, maka enamel gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan

remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi karies.

7. Umur

Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi karies sejalan

dengan bertambahnya umur. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap

Page 7: Karies Gigi

karies. Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang

erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi

antagonisnya. Anak-anak mempunyai risiko karies yang paling tinggi ketika gigi

mereka baru erupsi sedangkan orangtua lebih berisiko terhadap terjadinya karies akar.

8. Jenis kelamin

Selama masa kanak-kanak dan remaja, wanita menunjukkan nilai DMF yang lebih

tinggi daripada pria. Walaupun demikian, umumnya oral higiene wanita lebih baik

sehingga komponen gigi yang hilang M (missing) yang lebih sedikit daripada pria.

Sebaliknya, pria mempunyai komponen F (filling) yang lebih banyak dalam indeks

DMF.

9. Sosial ekonomi

Karies dijumpai lebih banyak pada kelompok sosial ekonomi rendah daripada

kelompok sosial ekonomi tinggi. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup

sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi. Ada dua faktor sosial ekonomi yaitu

pekerjaan dan pendidikan. Menurut Tirthankar, pendidikan adalah faktor kedua

terbesar dari faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi status kesehatan. Seseorang

yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap

yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup

sehat.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19567/4/Chapter%20II.pdf

Determinan (Faktor-faktor yang Mempengaruhi)

a. Umur

Sepanjang hidup dikenal 3 fase umur dilihat dari sudut gigi geligi:

1. Periode gigi susu ( 0-5 tahun), sekitar 10% anak usia 2 tahun telah terserang karies

2. Periode gigi campuran (6-14 tahun), pada periode ini molar 1 paling sering terkena

karies.

3. Periode gigi permanen (>14 tahun). Permukaan oklusal molar 2 dan premolar yang

baru saja erupsi mudah terserang karies karena morfologinya yang memudahkan

retensi plak. Umur antara 40-50 terjadi retraksi atau menurunnya gusi sehingga sisa-

sisa makanan sering lebih sukar dibersihkan.

Page 8: Karies Gigi

b. Jenis Kelamin

Dari pengamatan yang dilakukan oleh Joshi (2005) di India dari total populasi 150

orang diperoleh kejadian karies lebih tinggi pada pria yaitu 80% sedangkan wanita

73%. Hal ini terjadi dikarenakan wanita lebih memiliki keinginan untuk menjaga

kebersihannya.

c. Ras

Pengaruh ras terhadap terjadinya karies gigi amat sulit ditentukan, tetapi keadaan

tulang rahang sesuatu ras bangsa dapat berhubungan dengan persentase karies yang

semakin meningkat atau menurun.

Misalnya pada ras tertentu dengan rahang yang sempit, sehingga gigi- gigi pada

rahang sering tumbuh tidak teratur, tentu dengan keadaan gigi yang tidak teratur ini

akan mempersukar pembersihan gigi, dan ini akan meningkatkan persentase karies

pada ras tersebut.

d. Keturunan

Dari suatu penelitian terhadap 12 pasang orang tua dengan keadaan gigi yang baik,

terlihat bahwa anak-anak dari 11 pasang orang tua memiliki keadaan gigi yang cukup

baik.

Di samping itu dari 46 pasang orang tua dengan persentase karies yang tinggi, hanya

1 (satu) pasang yang memiliki anak dengan gigi yang baik 5 (lima) pasang dengan

persentase karies sedang, sedangkan 40 pasang lagi dengan persentase karies yang

tinggi.

e. Sosial Ekonomi

Karies dijumpai lebih rendah pada kelompok sosial ekonomi tinggi dan sebaliknya.

Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok sosial

ekonomi tinggi. Ada dua faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan dan pendidikan.

Menurut Tirthankar (2002), pendidikan adalah faktor kedua terbesar dari faktor sosial

ekonomi yang mempengaruhi status kesehatan.

Dalam penelitiannya, Paulander, Axelsson dan Lindhe (2003) melaporkan

jumlah gigi yang tinggal di rongga mulut di usia 35 tahun sebesar 26,6% pada

pendidikan tinggi dan pendidikan rendah sebesar 25,8%.

Hasil penelitian Sondang dan Tetti (2004) pada sekelompok ibu-ibu rumah

Page 9: Karies Gigi

tangga berusia 20-45 tahun membuktikan bahwa kelompok pendidikan tinggi

mempunyai skor DMF-T lebih rendah daripada kelompok pendidikan rendah, selain

itu, skor filling lebih banyak dijumpai pada kelompok pendidikan tinggi sedangkan

skor decayed dan missing lebih banyak pada kelompok pendidikan rendah.

f. Pengalaman Karies

Pengalaman karies ternyata memiliki hubungan terhadap perkembangan karies dimasa

mendatang. Sensitivitas parameter ini hampir 60% . Prevalensi karies pada gigi susu

dapat memprediksi karies pada gigi permanennya.

g. Oral higiene

Sebagaimana diketahui bahwa salah satu komponen dalam pembentukan karies

adalah plak. Insiden karies dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak

secara mekanis dari permukaan gigi.

h. Makanan

Makanan sangat bepengaruh terhadap gigi dan mulut, pengaruh ini dapat dibagi

menjadi 2 :

1. Isi dari makanan yang menghasilkan energi. Misalnya karbohidrat yang banyak

mengandung sukrosa memegang peranan penting dalam terbentuknya karies.

2. Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan ada 2, yang pertama adalah

makanan-makanan yang bersifat membersihkan gigi, dengan perkataan lain dapat

menjadi gosok gigi alami sehingga mengurangi kerusakan gigi. Makanan yang

bersifat membersihkan ini adalah apel, jambu air, bengkuang dan lain sebagainya, dan

yang kedua adalah makanan-makanan yang lunak dan melekat pada gigi amat

merusak gigi seperti: permen, cokelat, biskuit dan lain sebagainya.

i. Penggunaan Fluor

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dr. Trendly Dean dilaporkan bahwa ada

hubungan timbal balik antara konsentrasi fluor dalam air minum dengan prevalensi

karies. Penelitian epidemiologis Dean ditandai dengan perlindungan terhadap karies

secara optimum dan terjadinya mottled enamel yang minimal apabila konsentrasi fluor

kurang dari 1 ppm.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14660/1/09E01300.pdf

Page 10: Karies Gigi

Prevalensi

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2000, analisis data

prevalensi karies berdasarkan indeks DMF-T (D=decayed=gigi yang karies,

M=missed=gigi yang hilang, F=filled=gigi yang ditambal) di beberapa negara adalah

sebagai berikut, negara Amerika 2,05%, negara Afrika 1,54%, negara Asia Tenggara

1,53%, negara Eropa 1,46%, dan negara bagian Barat Pasifik 1,23%.

Di Indonesia, Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992,

dengan jumlah sampel 65.664 rumah tangga di perkotaan dan pedesaan menunjukkan

bahwa persentase penduduk selama satu bulan lalu sakit gigi paling tinggi di

perkotaan adalah Propinsi Kalimantan Tengah 7,46% yang paling rendah di Propinsi

Sulawesi Utara 1,98% dan di pedesaan paling tinggi di Kalimantan Timur 7,57% yang

paling rendah di Propinsi Nusa Tenggara Barat 1,60%. Kesadaran dan perilaku

masyarakat dalam mencari pengobatan masih rendah, dapat diukur dengan ratio

tindakan penambalan berbanding pencabutan di puskesmas adalah 1:4.

Status karies gigi menurut karakteristik penduduk Indonesia (Profil Kesehatan gigi

dan Mulut tahun 1999):

a. Prevalensi menurut jenis kelamin : Laki-laki (90,05%) dan perempuan (91,67%)

b. Prevalensi menurut daerah : Urban (91,06%) dan rural (90,84%)

c. Prevalensi menurut pulau : Jawa & Bali (86,59%), Sumatera (94,41%),

Kalimantan (94,885), Sulawesi (99,28%)

d. Prevalensi menurut umur : 12 tahun (76,62%), 15 tahun (89,38%),

18 tahun (83,50%), 35-44 tahun (94,56%) dan 65 tahun keatas (98,57%)

Semakin berkembang peradaban manusia maka semakin meningkat pula kejadian

karies gigi. Hal ini dipengaruhi oleh pola makan yang banyak mengkonsumsi

makanan kariogenik (makanan bersoda, biskuit, permen, cokelat) dan gula, jika

semakin dekat manusia hidup dengan alam maka semakin sedikit pula dijumpai karies

pada giginya.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14660/1/09E01300.pdf

Page 11: Karies Gigi

Tindakan

1. Penambalan

Harus diketahui bahwa gigi yang sakit atau berlubang tidak dapat disembuhkan

dengan sendirinya, dengan pemberian obat-obatan.Gigi tersebut hanya dapat diobati

dan dikembalikan ke fungsi pengunyahan semula dengan melakukan pemboran, yang

pada akhirnya gigi tersebut akan ditambal.

Dalam proses penambalan, hal yang pertama sekali dilakukan adalah

pembersihan gigi yang karies yaitu dengan membuang jaringan gigi yang rusak dan

jaringan gigi yang sehat disekitarnya, karena biasanya bakteri-bakteri penyebab karies

telah masuk ke bagian-bagian gigi yang lebih dalam. Hal ini dilakukan sebagai upaya

untuk meniadakan kemungkinan terjadinya infeksi ulang.

Tambalan terbuat dari berbagai bahan yang dimasukkan ke dalam gigi atau di

sekitarnya. Umumnya bahan-bahan tambalan yang digunakan adalah perak amalgam,

resin komposit, semen ionomer kaca, emas tuang, porselen. Perak amalgam

merupakan tambalan yang paling banyak digunakan untuk gigi belakang, karena

sangat kuat dan warnanya tidak terlihat dari luar. Perak amalgam relatif tidak mahal

dan bertahan sampai 14 tahun. Tambalan emas lebih mahal tetapi lebih kuat dan bisa

digunakan pada karies yang sangat besar.

Campuran damar dan porselen digunakan untuk gigi depan, karena warnanya

mendekati warna gigi, sehingga tidak terlalu tampak dari luar. Bahan ini lebih mahal

daripada perak amalgam dan tidak tahan lama, terutama pada gigi belakang yang

digunakan untuk mengunyah.

Kaca ionomer merupakan tambalan dengan warna yang sama dengan gigi.

Bahan ini diformulasikan untuk melepaskan fluor, yang memberi keuntungan lebih

pada orang-orang yang cenderung mengalami pembusukan pada garis gusi. Kaca

ionomer juga digunakan untuk menggantikan daerah yang rusak karena penggosokan

gigi yang berlebihan.

2. Pencabutan

Keadaan gigi yang sudah sedemikian rusak sehingga untuk penambalan sudah sukar

dilakukan, maka tidak ada cara lain selain mencabut gigi yang telah rusak tersebut.

Dalam proses pencabutan maka pasien akan dibius, dimana biasanya pembiusan

dilakukan lokal yaitu hanya pada gigi yang dibius saja yang mati rasa dan pembiusan

pada setengah rahang. Pembiusan ini membuat pasien tidak merasakan sakit pada saat

Page 12: Karies Gigi

pencabutan dilakukan.

Pencegahan Tersier

Pencegahan ini lebih ditujukan kepada pencegahan kehilangan fungsi gigi.

Pencegahan ini meliputi rehabilitasi dan pemasangan gigi tiruan dan implan.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14660/1/09E01300.pdf