kardiologi
description
Transcript of kardiologi
Referat dan Presentasi Kasus
CONGESTIVE HEART FAILURE
Diajukan sebagai salah satu tugas dalam menjalani Kepaniteraan Klinik SeniorBagian / SMF Ilmu Kedokteran Keluarga (Family Medicine)
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah KualaBanda Aceh
Disusun Oleh :
Evi Syahrinawati0707101010074
BAGIAN/SMF ILMU KEDOKTERAN KELUARGA( FAMILY MEDICINE)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALABANDA ACEH
2013
1
KATA PENGANTAR
Puji Dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan referat yang berjudul “ CONGESTIVE HEART FAILURE” yang
akan diajukan penulis untuk melengkapi tugas-tugas dalam menjalankan
kepaniteraan klinik senior (KKS) di bagian Kedokteran Keluarga (Family
Medicine).
Shalawat beserta salam marilah selalu kita sanjung sajikan kepada baginda
nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam yang penuh
dengan kegelapan kea lam yang terang benderang seperti saat ini.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tak
terhingga kepada semua pembimbing penulis yang telah memberikan waktu dan
kesempatannya untuk membimbing dalam proses penulisan hingga
mempresentasikan kasus ini, sehingga dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian presentasi kasus ini.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan itu, penulis mengaharapkan kritik dan saran demi perbaikan
presentasi kasus ini. Semoga presentasi kasus ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua.
Banda Aceh, Februari 2013
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
Gagal jantung atau Heart failure adalah Sindrom klinis yang terjadi pada
pasien karena didapatkan suatu kelainan struktur atau fungsi jantung, sehingga
menimbulkan gejala klinis (dispnea, kelelahan, edema & lainnya) yang
mengakibatkan pasien sering rawat inap, kualitas hidup yang buruk, dan harapan
hidup pendek.(2) Keadaan ini dapat timbul dengan atau tanpa penyakit jantung.
Gangguan fungsi jantung dapat berupa gangguan fungsi diastolik atau sistolik,
gangguan irama jantung, atau ketidaksesuaian preload dan afterload. Keadaan ini
dapat menyebabkan kematian pada pasien.(1)
Gagal jantung dan respon kompensatoriknya mengakibatkan kelainan pada
tiga penentu utama dari fungsi miokardium, yaitu beban awal (preload),
kontraktilitas, dan beban akhir (afterload):(2)
a. Beban awal (preload)
Beban awal adalah derajat peregangan serabut miokardium pada akhir
pengisian ventrikel atau diastolik. Meningkatnya beban awal sampai titik tertentu
memperbanyak tumpang tindih antara filamen-filamen aktin dan miosin ,
sehingga kekuatan kontraksi dan curah jantung meningkat. Hubungan ini
dinyatakan dengan Hukum Starling, yaitu peregangan serabut-serabut miokardium
selama diastole akan meningkatkan kekuatan kontraksi pada sistole.
Beban awal dapat meningkat dengan bertambahnya volume diastolik
ventrikel, misalnya karena retensi cairan, sedangkan penurunan beban awal dapat
terjadi pada diuresis. Secara fisiologis, peningkatan volume akan meningkatkan
tekanan pada akhir diastole untuk menghasilkan perbaikan pada fungsi ventrikel
dan curah jantung, namun pada ventrikel yang gagal, penambahan volume
ventrikel tidak selalu disertai perbaikan fungsi ventrikel. Peningkatan tekanan
yang berlebihan dapat mengakibatkan bendungan paru atau sistemik, edema
akibat transudasi cairan, dan mengurangi peningkatan lebih lanjut dari volume dan
tekanan. Perubahan dalam volume intrakardial dan perubahan akhir pada tekanan
bergantung pada kelenturan daya regang ruang-ruang jantung. Ruang jantung
3
yang sangat besar, daya regangnya dapat menampung perubahan volume yang
relatif besar tanpa peningkatan tekanan yang bermakna. Sebaliknya, pada ruang
ventrikel yang gagal dan kurang lentur, penambahan volume yang kecil dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan yang bermakna dan dapat berlanjut menjadi
pembendungan dan edem.
b. Kontraktilitas
Kontraktilitas menunjukkan perubahan-perubahan dalam kekuatan
kontraksi atau keadaan inotropik yang terjadi bukan karena perubahan-perubahan
dalam panjang serabut. Pemberian obat-obat inotropik positif seperti katekolamin
atau digoksin, akan meningkatkan kontraktilitas, sedangkan hipoksia dan asidosis
akan menekan kontraktilitas. Pada gagal jantung terjadi depresi dari kontraktilitas
miokardium.
c. Beban akhir (afterload)
Beban akhir adalah besarnya tegangan dinding ventrikel yang harus
dicapai untuk mengejeksikan darah sewaktu sistolik. Menurut Hukum Laplace,
ada tiga variabel yang mempengaruhi tegangan dinding yaitu ukuran atau radius
intraventrikel, tekanan sistolik ventrikel dan tebal dinding. Vasokonstriksi arteri
yang meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel dapat meningkatkan tekanan
sistolik ventrikel, sedangkan retensi cairan dapat meningkatkan radius
intraventrikel. Pemberian vasodilator dan hipertrofi ventrikel sebagai konsekuensi
lain dari gagal jantung dapat mengurangi beban akhir.
Dahulu gagal jantung dianggap merupakan akibat dari berkurangnya
kontraktilitas dan daya pompa jantung, sehingga diperlukan inotropik untuk
meningkatkan kontraktilitas, dan diuretik serta vasodilator untuk mengurangi
beban jantung. Sekarang gagal jantung dianggap sebagai remodeling progresif
akibat beban atau penyakit pada miokard sehingga pencegahan progresivitas
dengan penghambat neurohumoral (neurohumoral blocker) seperti ACE-inhibitor,
angiotensin reseptor blocker dan beta-blocker diutamakan disamping obat
konvensional (diuretik dan digitalis), ditambah dengan terapi yang muncul
belakangan ini seperti bedah rekonstruksi ventrikel kiri (LV reconstruction
surgery) dan mioplasti.
4
Meningkatnya harapan hidup disertai makin tingginya angka yang selamat
dari serangan infark jantung akut akibat kemajuan pengobatan dan
penatalaksanaannya, mengakibatkan semakin banyak orang yang hidup dalam
keadaan disfungsi ventrikel kiri, yang selanjutnya masuk ke dalam gagal jantung
kronis, dan semakin banyak yang dirawat akibat gagal jantung kronis.
5
6
BAB II
ILUSTRASI KASUS
2.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : swasta
Alamat : Mibo
No. CM : 02/133/13
Tanggal Periksa : 20 Februari 2013
2.2 ANAMNESIS
a. Keluhan Utama : Sesak nafas
b. Keluhan Tambahan : Badan terasa lemas
c. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas, sesak nafas ini sudah dirasakan
sejak 6 tahun yang lalu dan sifatnya hilang timbul namun memberat dalam 1
minggu ini. Sesak nafas ini dirasakan pasien saat beraktivitas ringan seperti
berjalan ke kamar mandi, dan serangan sesak nafas ini juga dirasakan pasien
memberat pada malam hari. Pasien mengeluhkan tidak bisa tidur terlentang,
sehingga lebih nyaman tidur memakai 2 -3 bantal atau tidur dengan posisi
setengah duduk. Pasien juga mengeluhkan kedua kakinya sering bengkak
sehingga membuat pasien sulit untuk berjalan. Keluhan nyeri dada (-), mual (+),
nafsu makan menurun .
Sebelumnya pasien pernah dirawat beberapa kali dengan keluhan yang
sama. Terakhir di rawat 3 bulan yang lalu.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi sejak 10 tahun yang lalu
Diabetes mellitus disangkal
7
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah pasien menderita hipertensi
f. Riwayat Pemakaian Obat
Valsartan, digoxin
g. Faktor Resiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi
- Umur dan Jenis kelamin
- Riwayat keluarga
h. Faktor Resiko yang Dapat Dimodifikasi
-Hipertensi + 10 tahun
-Jarang berolahraga
2.3 PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Frekuensi Jantung : 90 x/menit
Frekuensi Nafas : 26 x/menit
Temperatur : 37,2 oC
Status General
Kulit
Warna : Sawo matang
Turgor : Kembali cepat
Ikterus : (-)
Anemia : (-)
Sianosis : (-)
Oedema : (+) pada kedua ekstremitas inferior
Kepala
Bentuk : Kesan Normocephali
Rambut : Berwarna hitam, sukar dicabut
Mata : Cekung (-),
8
refleks cahaya (+/+),
sklera ikterik (-/-)
Telinga : Sekret (-/-), perdarahan (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), perdarahan (-/-), NCH (-/-)
Mulut
Bibir : Pucat (-), Sianosis (-)
Gigi geligi : Karies (-)
Lidah : Beslag (-), Tremor (-)
Mukosa : Basah (+)
Tenggorokan : Tonsil dalam batas normal
Faring : Hiperemis (-)
Leher
Bentuk : Kesan simetris
Kel. Getah Bening : Kesan simetris, Pembesaran KGB (-)
Peningkatan TVJ : (+) R+3cmH20
Thorax
1. Thoraks depan
Inspeksi
Bentuk dan Gerak : Kesan simetris
Tipe pernafasan : Abdomino-Thorakal
Retraksi : (-)
Palpasi
Stem premitus Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Normal Normal
Lap. Paru tengah Normal Normal
Lap.Paru bawah Normal Normal
Perkusi
Paru kanan Paru kiri
9
Lap. Paru atas Sonor Sonor
Lap. Paru tengah Sonor Sonor
Lap.Paru bawah Sonor Sonor
Auskultasi
Suara pokok Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler
Lap.Paru tengah Vesikuler Vesikuler
Lap.Paru bawah Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Rh(-) , Wh(-) Rh(-) , Wh(-)
Lap. Paru tengah Rh(-) , Wh(-) Rh(-), Wh(-)
Lap. Paru bawah Rh(+) , Wh(-) Rh(+), Wh(-)
2. Thoraks Belakang
Inspeksi
Bentuk dan Gerak : Kesan simetris
Tipe pernafasan : Abdomino - Thorakal
Retraksi : (-)
Palpasi
Stem premitus Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Normal Normal
Lap. Parutengah Normal Normal
Lap.Paru bawah Normal Normal
Perkusi
Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Sonor Sonor
Lap. Parutengah Sonor Sonor
Lap.Paru bawah Sonor Sonor
Auskultasi
Suara pokok Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler
10
Lap.Paru tengah Vesikuler Vesikuler
Lap.Paru bawah Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Rh(-) , Wh(-) Rh(-),Wh(-)
Lap. Paru tengah Rh(-) , Wh(-) Rh(-), Wh(-)
Lap. Paru bawah Rh(+) , Wh(-) Rh(+), Wh(-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Ictus cordis teraba ICS V Linea
midclavicula sinistra 3 jari ke lateral
- Perkusi : Batas atas : ICS III sinistra
Batas kanan : ICS IV Linea parasternal
Dekstra
Batas kiri : ICS V linea midclavicula
sinistra 3 jari ke lateral
Auskultasi : BJ I > BJ II, irreguler, S3 (+), bising (-)
Abdomen
- Inspeksi : Kesan simetris, distensi (-)
- Palpasi : Distensi abdomen (-), Nyeri tekan (-),
Lien tidak teraba, hepar teraba 3 jari
bawah arcus costa
- Perkusi : Tympani usus (+), pekak hati (+), asites (-)
- Auskultasi : peristaltik usus (N)
Genetalia : Perempuan , kelainan kongenital (-)
Anus : tidak ada kelainan
Ekstremitas
Ekstrimitas Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
11
Sianotik - - - -
Edema - - + +
Ikterik - - -
Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Tonus otot Normotonus Normotonus Normotonus Normotonus
Sensibilitas N N N N
Atrofi otot - - - -
RESUME
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas, sesak nafas ini sudah
dirasakan sejak 6 tahun yang lalu dan sifatnya hilang timbul namun
memberat dalam 1 minggu sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Sesak
nafas ini dirasakan pasien saat beraktivitas ringan seperti berjalan ke
kamar mandi, dan serangan sesak nafas ini juga dirasakan pasien
memberat pada malam hari. Pasien mengeluhkan tidak bisa tidur
terlentang karena bisa sesak hebat, sehingga lebih nyaman tidur memakai
2 -3 bantal atau tidur dengan posisi setengah duduk. Pasien juga
mengeluhkan kedua kakinya sering bengkak sehingga membuat pasien
sulit untuk berjalan. Keluhan nyeri dada (-), mual (+), nafsu makan
menurun .
Sebelumnya pasien pernah dirawat beberapa kali dengan keluhan
yang sama. Terakhir di rawat 3 bulan yang lalu.
Pasien telah menderita hipertensi sejak 10 tahun yang lalu, dan
Ayah pasien juga menderita penyakit yang sama seperti pasien.
Dari pemeriksaan vital sign didapatkan keadaan Umum: sedang,
Kesadaran: CM, TD: 100/70 mmHg, HR: 90x/ menit, RR: 26x/menit, T: 37,2 0C.
2.4 DIAGNOSA SEMENTARA
CHF ec. HHD + Atrium Fibrilasi
- Hari pertama setelah gejala
- NYHA : 3
- ACC/AHA : Stadium C
12
- Killip : II
- stevenson : Kelas IV
- RF : Hipertensi
2.4 PENATALAKSAAN
Rujuk ke RS Meuraxa
2.5 PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad Malam
Quo ad Sanactionam : dubia ad Malam
13
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Anatomi Jantung (2)
Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas proses
pengangkutan berbagai substansi dari dan ke sel-sel tubuh. Sistem ini terdiri dari
organ penggerak yang disebut jantung dan sistem saluran yang terdiri dari arteri
yang mengalirkan darah dari jantung, dan vena yang mengalirkan darah menuju
jantung. Jantung manusia merupakan jantung berongga yang memiliki 2 atrium
dan 2 ventrikel. Jantung merupakan organ berotot yang mampu mendorong darah
ke berbagai bagian tubuh. Jantung manusia berbentuk seperti kerucut dan
berukuran sebesar kepalan tangan, terletak di rongga dada sebalah kiri. Jantung
dibungkus oleh suatu selaput yang disebut perikardium. Jantung bertanggung
jawab untuk mempertahankan aliran darah dengan bantuan sejumlah klep yang
melengkapinya. Untuk mejamin kelangsungan sirkulasi, jantung berkontraksi
secara periodik. Otot jantung berkontraksi terus menerus tanpa mengalami
kelelahan. Kontraksi jantung manusia merupakan kontraksi miogenik, yaitu
kontaksi yang diawali kekuatan rangsang dari otot jantung itu sendiri dan bukan
dari saraf. Terdapat beberapa bagian jantung (secara anatomis) akan kita bahas
dalam referat ini, diantaranya yaitu :
a. Bentuk dan ukuran jantung
Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler. Jantung
dibentuk oleh organ-organ muskular, apex, basis cordis, atrium kanan dan kiri,
serta ventrikel kanan dan kiri. Ukuran jantung panjangnya kira-kira 12 cm,
lebar 8-9 cm serta tebal kira-kira 6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200
sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap harinya
jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung memompa
2000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter darah.
Posisi jantung terletak di antara kedua paru dan berada di tengah tengah dada,
bertumpu pada diafragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas processus
xiphoideus. Pada tepi kanan cranial jantung berada pada tepi cranialis pars
14
cartilaginis costa III dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan
caudal jantung berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm
dari tepi lateral sternum. Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars
cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada
ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea medioclavicularis.
Selaput yang membungkus jantung disebut perikardium dimana terdiri antara
lapisan fibrosa dan serosa. Dalam cavum pericardium ini berisi 50 cc cairan
yang berfungsi sebagai pelumas agar tidak ada gesekan antara perikardium dan
epikardium. Epikardium adalah lapisan paling luar dari jantung, lapisan
berikutnya adalah lapisan miokardium dimana lapisan ini adalah lapisan yang
paling tebal. Lapisan terakhir adalah lapisan endokardium.
b. Ruang dalam jantung
Ada 4 ruangan dalam jantung yaitu 2 atrium dan 2 ventrikel. Kedua atrium
merupakan ruang dengan dinding otot yang tipis karena rendahnya tekanan
yang ditimbulkan oleh atrium. Sebaliknya ventrikel mempunyai dinding otot
yang tebal terutama ventrikel kiri yang mempunyai lapisan tiga kali lebih
tebal dari ventrikel kanan. Kedua atrium dipisahkan oleh sekat antar atrium
(septum interatriorum), sementara kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat antar
ventrikel (septum inter-ventrikulorum). Atrium dan ventrikel pada masing-
masing sisi jantung berhubungan satu sama lain melalui suatu penghubung
yang disebut orifisium atrioventrikuler. Orifisium ini dapat terbuka atau
tertutup oleh suatu katup atrioventrikuler (katup AV). Katup AV sebelah kiri
disebut katup bikuspid (katup mitral) sedangkan katup AV sebelah kanan
disebut katup trikuspid.
c. Katup-katup jantung
Katup trikuspid
15
Katup trikuspid berada diantara atrium kanan dan ventrikel kanan. Bila
katup ini terbuka, maka darah akan mengalir dari atrium kanan menuju
ventrikel kanan. Katup trikuspid berfungsi mencegah kembalinya aliran
darah menuju atrium kanan dengan cara menutup pada saat kontraksi
ventrikel. Sesuai dengan namanya, katup trikuspid terdiri dari tiga daun
katup
Katup pulmonal
Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari dalam ventrikel
kanan melalui trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis bercabang menjadi
arteri pulmonalis kanan dan kiri yang akan berhubungan dengan jaringan
paru kanan dan kiri. Pada pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup
pulmonalis yang terdiri dari 3 daun katup yang terbuka bila ventrikel kanan
berkontraksi dan menutup bila ventrikel kanan relaksasi, sehingga
memungkinkan darah mengalir dari ventrikel kanan menuju arteri
pulmonalis.
Katup bikuspid
Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari atrium kiri
menuju ventrikel kiri. Seperti katup trikuspid, katup bikuspid menutup
pada saat kontraksi ventrikel. Katup bikuspid terdiri dari dua daun katup.
16
Katup aorta
Katup aorta terdiri dari tiga daun katup yang terdapat pada pangkal aorta.
Katup ini akan membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga
darah akan mengalir ke seluruh tubuh. Sebaliknya katup akan menutup
pada saat ventrikel kiri relaksasi, sehingga mencegah darah masuk kembali
kedalam ventrikel kiri.
d. Komponen sistem induksi jantung
1. Sinoatrial
2. Atrioventrikular
3. RA, LA, RV, LV
4. Pace maker (pusat picu jantung)
Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh dimana
pada saat memompa jantung otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak.
Untuk fungsi tersebut, otot jantung mempunyai kemampuan untuk menimbulkan
rangsangan listrik. Aktifitas kontraksi jantung untuk memompa darah keseluruh
tubuh selalu didahului oleh aktifitas listrik. Aktifitas listrik ini dimulai pada nodus
sinoatrial (nodus SA) yang terletak pada celah antara vena cava superior dan
atrium kanan. Pada nodus SA mengawali gelombang depolarisasi secara spontan
sehingga menyebabkan timbulnya potensial aksi yang disebarkan melalui sel-sel
otot atrium, nodus atrioventrikuler (nodus AV), berkas His, serabut Purkinje, dan
akhirnya ke seluruh otot ventrikel.
17
B.Fisiologi jantung (1)
a. Sistem pengaturan jantung
1. Nodus sinoatrial (nodus SA) adalah suatu masa jaringan otot jantung khusus
yang terletak di dinding posterior atrium kanan tepat di bawah pembukaan
vena cava superior. Nodus SA mengatur frekuensi kontraksi irama, sehingga
disebut pemacu jantung.
2. Nodus atrioventrikular (nodus AV) berfungsi untuk menunda impuls
seperatusan detik, sampai ejeksi darah atrium selesai sebelum terjadi
kontraksi ventricular. Berkas AV berfungsi membawa impuls di sepanjang
septum interventrikular menuju ventrikel.
3. Serabut purkinje adalah serabut otot jantung khusus yang mampu
menghantar impuls dengan kecepatan lima kali lipat kecepatan hantaran
serabut otot jantung.
b. Siklus jantung
Siklus jantung mencakup periode dari akhir kontraksi (sistole) dan relaksasi
(diastole) jantung sampai akhir sistole dan diastole berikutnya. Kontraksi jantung
mengakibatkan perubahan tekanan dan volume darah dalam jantung dan
pembuluh utama yang mengatur pembukaan dan penutupan katup jantung serta
aliran darah yang melalui ruang-ruang dan masuk ke arteri.
Peristiwa mekanik dalam siklus jantung :
1) Selama masa diastole (relaksasi)
Tekanan dalam atrium dan ventrikel sama-sama rendah,
tetapi tekanan atrium lebih besar dari tekanan ventrikel. Atrium
secara pasif terus – menerus menerima darah dari vena (vena cava
superior dan inferior, vena pulmonar). Darah mengalir dari atrium
menuju ventrikel melalui katup A-V yang terbuka. Tekanan
ventrikular mulai meningkat saat ventrikel mengembang untuk
menerima darah yang masuk. Katup semilunar aorta dan pulmonar
menutup karena tekanan dalam pembuluh-pembuluh lebih besar
daripada tekanan dalam ventrikel. Sekitar 70% pengisian
ventrikular berlangsung sebelum sistole atrial.
18
2) Akhir diastole ventricular
Nodus SA melepas impuls, atrium berkontraksi dan
peningkatan tekanan dalam atrium mendorong tambahan darah
sebanyak 30% ke dalam ventrikel.
3) Sistole ventrikular
Aktivitas listrik menjalar ke ventrikel yang mulai
berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel meningkat dengan cepat
dan mendorong katup A-V untuk segera menutup.
4) Ejeksi darah ventrikular ke dalam arteri
Tidak semua darah ventrikular dikeluarkan saat kontraksi.
Volume sistolik akhir darah yang tersisa pada akhir sistole adalah
sekitar 50 ml. Isi sekuncup (70 ml) adalah perbedaan volume
diastole akhir (120 ml) dan volume sistole akhir (50 ml).
5) Diastole ventrikular
Ventrikel berepolarisasi dan berhenti berkontraksi. Tekanan
dalam ventrikel menurun tiba-tiba sampai di bawah tekanan aorta
dan trunkus pulmonarius, sehingga katup semilunar menutup
(bunyi jantung kedua). Adanya peningkatan tekanan aorta singkat
akibat penutupan katup semilunar aorta. Ventrikel kembali menjadi
rongga tertutup dalam periode relaksasi isovolumetrik karena katup
masuk dan katup keluar menutup. Jika tekanan dalam ventrikel
menurun tajam dari 100 mmHg sampai mendekati nol, jauh di
bawah tekanan atrium, katup A-V membuka, dan siklus jantung
dimulai kembali.
c. Bunyi jantung
Bunyi jantung secara tradisional digambarkan sebagai lup-dup dan
dapat didengar melalui stetoskop. “Lup” mengacu pada saat katup A-V
menutup dan “dup” mengacu pada saat katup semilunar menutup. Bunyi
ketiga atau keempat disebabkan vibrasi yang terjadi pada dinding jantung
saat darah mengalir dengan cepat ke dalam ventrikel, dan dapat didengar
jika bunyi jantung diperkuat melalui mikrofon.
19
Murmur adalah kelainan bunyi jantung atau bunyi jantung tidak
wajar yang berkaitan dengan turbulensi aliran darah. Bunyi ini muncul
karena defek pada katup seperti penyempitan (stenosis) yang menghambat
aliran darah ke depan, atau katup yang tidak sesuai yang memungkinkan
aliran balik darah.
d. Frekuensi jantung
Frekuensi jantung normal berkisar antara 60 sampai 100 denyut per
menit, dengan rata-rata denyutan 75 kali per menit. Dengan kecepatan
seperti itu, siklus jantung berlangsung selama 0,8 detik: sistole 0,5 detik,
dan diastole 0,3 detik. Takikardia adalah peningkatan frekuensi jantung
sampai melebihi 100 denyut per menit. Bradikardia ditujukan untuk
frekuensi jantung yang kurang dari 60 denyut per menit.
e. Pengaturan frekuensi jantung
1) Impuls eferen (motorik) menjalar ke jantung melalui saraf
simpatis dan parasimpatis susunan saraf otonom. Frekuensi
jantung dalam kurun waktu tertentu ditentukan melalui
keseimbangan impuls akselerator dan inhibitor dari saraf
simpatis dan parasimpatis.
Pusat refleks kardioakselerator adalah sekelompok neuron
dalam medulla oblongata.Efek impuls neuron ini adalah
untuk meningkatkan frekuensi jantung. Impuls ini menjalar
melalui serabut simpatis dalam saraf jantung menuju
jantung. Ujung serabut saraf mensekresi nerepineprin, yang
meningkatkan frekuensi pengeluaran impuls dari nodus S-
A, mengurangi waktu hantaran melalui nodus A-V dan
sistem Purkinje, dan meningkatkan eksitabilitas
keseluruhan jantung.
Pusat refleks kardioinhibitor juga terdapat dalam medulla
oblongata.
Efek impuls dari neuron ini adalah untuk mengurangi
frekuensi jantung. Impuls ini menjalar melalui serabut
parasimpatis dalam saraf vagus. Ujung serabut saraf
20
mensekresi asetilkolin, yang mengurangi frekuensi
pengeluaran impuls dari nodus SA dan memperpanjang
waktu hantaran melalui nodus V-A.
2) Impuls aferen (sensorik) yang menuju pusat kendali jantung
berasal dari reseptor, yang terletak di berbagai bagian dalam
sistem kardiovaskular.
Prereseptor dalam arteri karotis dan aorta sensitif terhadap
perubahan tekanan darah.
(a) peningkatan tekanan darah akan mengakibatkan suatu
refleks yang memperlambat frekuensi jantung.
(b) penurunan tekanan darah akan mengakibatkan suatu
refleks yang menstimulasi frekuensi jantung yang menjalar
melalui pusat medular.
Proreseptor dalam vena cava sensitif terhadap penurunan
tekanan darah. Jika tekanan darah menurun, akan terjadi
suatu refleks peningkatan frekuensi jantung untuk
mempertahankan tekanan darah.
3) Pengaruh lain pada frekuensi jantung
Frekuensi jantung dipengaruhi oleh stimulasi pada hampir semua
saraf pada kulit, seperti reseptor untuk nyeri, panas, dingin, dan
sentuhan, atau oleh input emosional dari sistem saraf pusat.
Fungsi jantung normal bergantung pada keseimbangan elektrolit
seperti kalsium, kalium, dan natrium yang mempengaruhi frekuensi
jantung jika kadarnya meningkat atau berkurang.
f. Curah Jantung
Curah jantung adalah volume darah yang dikeluarkan oleh kedua ventrikel
per menit. Curah jantung terkadang disebut volume jantung per menit. Volumenya
kurang lebih 5 L per menit pada laki-laki berukuran rata-rata dan kurang 20 %
pada perempuan. Perhitungan curah jantung yaitu curah jantung = frekuensi
jantung x isi sekuncup.
21
3.2 Congestive Heart Failure
Gagal jantung adalah sindroma yang umum muncul dengan tingkat kejadian
dan sebaran yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Hampir 5 juta orang di AS
mengalami gagal jantung, dan hampir 500.000 kasus baru yang muncul tiap tahun.(2) Penyakit ini berkaitan dengan usia, 75% kasus mengenai orang dengan usia
lebih dari 65 tahun. Tingkat kejadian gagal jantung meningkat 1% pada usia
dibawah 60 tahun dan hampir 10% pada usia diatas 80 tahun.
Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan
merupakan penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien jantung.
Diperkirakan hampir lima persen dari pasien yang dirawat di rumah sakit, 4,7%
wanita dan 5,1% laki-laki. Insiden gagal jantung dalam setahun diperkirakan 2,3 –
3,7 perseribu penderita pertahun. Kejadian gagal jantung akan semakin meningkat
di masa depan karena semakin bertambahnya usia harapan hidup dan
berkembangnya terapi penanganan infark miokard mengakibatkan perbaikan
harapan hidup penderita dengan penurunan fungsi jantung.
Di Eropa kejadian gagal jantung berkisar 0.4 – 2% dan meningkat pada
usia yang lebih lanjut, dengan rata-rata umur 74 tahun. Seperdua dari pasien gagal
jantung akan meninggal dalam 4 tahun sejak diagnosis ditegakkan, dan pada
keadaan gagal jantung berat, lebih dari 50% akan meninggal dalam tahun pertama.(1)
Prevalensi gagal jantung di negara berkembang cukup tinggi dan makin
meningkat. Oleh karena itu gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang
utama. Setengah dari pasien yang terdiagnosis gagal jantung masih punya harapan
hidup 5 tahun. Penelitian Framingham menunjukkan mortalitas 5 tahun sebesar
62% pada pria dan 42% wanita.
A. Etiologi (1)
Penyebab gagal jantung digolongkan menurut apakah gagal jantung tersebut
menimbulkan gagal yang dominan sisi kiri atau dominan sisi kanan. Dominan sisi
kiri: penyakit jantung iskemik, penyakit jantung hipertensif, penyakit katup aorta,
penyakit katup mitral, miokarditis, kardiomiopati, amiloidosis jantung, keadaan
curah tinggi (tirotoksikosis, anemia, fistula arteriovenosa). Dominan sisi kanan:
gagal jantung kiri, penyakit paru kronis, stenosis katup pulmonal, penyakit katup
22
trikuspid, penyakit jantung kongenital (VSD, PDA), hipertensi pulmonal, emboli
pulmonal masif.
1. Gangguan mekanis
a. Peningkatan beban tekanan
b. Peningkatan beban volume
c. Hambatan pengisian ventrikel
d. Retriksi endokardial atau miokardial
e. Aneurisma ventrikular
2. Kelainan miokardial
a. Primer
b. Sekunder
3. Gangguan irama jantung
Ventrikular standstill
Ventrikular fibrilasi
Takhikardi atau bradikardi
Gangguan konduksi
B. Klasifikasi (2)
a. Gagal jantung sistolik dan diastolik
Gagal jantung sistolik adalah ketidakmampuan kontraksi jantung
memompa sehingga curah jantung menurun dan menyebabkan kelemahan
fisik, kemampuan aktivitas fisik menurun, dan gejala hipoperfusi lainnya.
Sedangkan gagal jantung diastolik adalah gangguan relaksasi dan
gangguan pengisian ventrikel dengan fraksi ejeksi lebih dari 50%. Kedua
jenis ini tumpang tindih dan tidak dapat dibedakan dari pemeriksaan
jasmani, foto thoraks, atau EKG dan hanya dapat dibedakan dengan
doppler-ekokardiografi
b. Gagal jantung high output dan low output
Gagal jantung curah tinggi disebabkan oleh penurunan resistensi
vaskular sistemik seperti hipertiroidisme, anemia, kehamilan, fistula A-V,
beri-beri dan paget’s disease. Gagal jantung curah rendah ditemukan pada
hipertensi, kardiomiopati dilatasi, kelainan katup, dan perikardium.
23
c. Gagal jantung kanan dan kiri
Gagal jantung kiri terjadi akibat kelemahan ventrikel kiri, ventrikel
kiri gagal untuk memompa darah, maka akan terbendung kemudian terjadi
peningkatan tekanan di atrium kiri serta vena-vena di belakangnya (vena
pulmonalis), menyebabkan pasien sesak napas dan orthopnea. Gagal
jantung kanan terjadi bila terdapat kelainan yang melemahkan ventikel
kanan seperti pada hipertensi pulmonal primer/ sekunder, tromboemboli
paru kronik sehingga terjadi kongesti pada vena-vena sistemik yang
menyebabkan oedem perifer, hepatomegali dan distensi vena jugularis.
d. Gagal jantung akut dan kronik
Gagal jantung akut terjadi bila pasien yang secara awal sehat
secara keseluruhannya, lalu mendadak mengalami penurunan curah
jantung, terjadi penurunan tekanan darah tanpa disertai edema perifer.
Contohnya terjadi robekan daun katup secara tiba-tiba akibat endokarditis,
trauma atau infark miokard luas. Gagal jantung akut biasanya adalah
sistolik. Gagal jantung kronik secara khas diamati pada pasien dengan
kardiomiopati dilatasi atau kelainan multivalvuler yanhg berkembang
secara lambat. Kongesti perifer sangat mencolok, tapi tekanan darah
kadang masih terpelihara dengan baik.
4. Patofisiologi
Pompa yang tidak adekuat dari jantung merupakan dasar terjadinya gagal
jantung(4). Pompa yang lemah tidak dapat memenuhi keperluan terus-menerus dari
tubuh akan oksigen dan zat nutrisi. Sebagai reaksi dari hal tersebut , awalnya
dinding jantung merentang untuk menahan lebih banyak darah karena hal ini,
maka otot jantung menebal untuk memompa lebih kuat. Sementara itu ginjal
menyebabkan tubuh menahan cairan dan sodium. Ini menambah jumlah darah
yang beredar melalui jantung dan pembuluh darah. Hal ini menyebabkan
kenaikkan yang progresif pada tekanan pengisian sistemik rata-rata dimana
tekanan atrium kanan meningkat sampai akhirnya jantung mengalami peregangan
yang berlebihan atau menjadi sangat edema sehingga tidak mampu memompa
darah yang sedang sekalipun. Tubuh kemudian mencoba untuk berkompensasi
dengan melepaskan hormon yang membuat jantung bekerja lebih keras. Dengan
24
berlalunya waktu, mekanisme pengganti ini gagal dan gejala-gejala gagal jantung
mulai timbul. Seperti gelang karet yang direntang berlebihan, maka kemampuan
jantung untuk merentang dan mengerut kembali akan berkurang. Otot jantung
menjadi terentang secara berlebihan dan tidak dapat memompa darah secara
efisien.
Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung mencakup
keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir, atau menurunkan
kontraktilitas miokardium. Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal
meliputi regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel, sedangkan stenosis aorta
dan hipertensi sistemik akan meningkatkan beban akhir. Kontraktilitas
miokardium dapat menurun karena infark miokardium dan kardiomiopati. Selain
dari ketiga mekanisme fisiologis tersebut, ada faktor-faktor fisiologis lain yang
dapat juga mengakibatkan jantung gagal bekerja sebagai pompa, seperti stenosis
katup atrioventrikularis dapat mengganggu pengisian ventrikel, perikarditis
konstriktif dan tamponade jantung dapat mengganggu pengisian ventrikel dan
ejeksi ventrikel, sehingga menyebabkan gagal jantung. Diperkirakan bahwa
abnormalitas penghantaran kalsium di dalam sarkomer atau dalam sintesisnya
atau fungsi dari protein kontraktil merupakan penyebab gangguan kontraktilitas
miokardium yang dapat mengakibatkan gagal jantung.
Sebagai respon terhadap gagal jantung, ada 3 mekanisme primer terjadi
yaitu(3): meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis, meningkatnya beban awal
akibat aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron, dan hipertrofi ventrikel.
Ketiga respon kompensatorik ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan
curah jantung. Mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah
jantung pada awal perjalanan gagal jantung. Namun, dengan berlanjutnya gagal
jantung kompensasi menjadi kurang efektif. Sekresi neurohormonal sebagai
respon terhadap gagal jantung antara lain (2) :
1. Norepinephrine menyebabkan vasokontriksi, meningkatkan denyut
jantung, dan toksisitas miosit
2. Angiotensin II menyebabkan vasokontriksi, stimulasi aldosteron, dan
mengaktifkan saraf simpatis
3. Aldosteron menyebabkan retensi air dan sodium
25
4. Endothelin menyebabkan vasokontriksi dan toksisitas miosit
5. Vasopresin menyebabkan vasokontriktor dan resorbsi air
6. TNF α merupakan toksisitas langsung miosit
7. ANP menyebabkan vasodilatasi, ekresi sodium, dan efek antiproliferatif
pada miosit
8. Interleukin-1 dan interleukin-6 bersifat toksis terhadap miosit.
Gangguan kontraktilitas miokardium ventrikel kiri yang menurun pada
gagal jantung akan mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel, sehingga
volume residu ventrikel menjadi meningkat akibat berkurangnya stroke volume
yang diejeksikan oleh ventrikel kiri tersebut. Dengan meningkatnya EDV (End
Diastolic Volume), maka terjadi pula peningkatan LVEDP (Left Ventricle End
Diastolic Pressure), yang mana derajat peningkatannya bergantung pada
kelenturan ventrikel. Oleh karena selama diastole atrium dan ventrikel
berhubungan langsung, maka peningkatan LVEDP akan meningkatkan LAP (Left
Atrium Pressure), sehingga tekanan kapiler dan vena paru-paru juga akan
meningkat. Jika tekanan hidrostatik di kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik
vaskular, maka akan terjadi transudasi cairan ke interstitial dan bila cairan tersebut
merembes ke dalam alveoli, terjadilah edema paru-paru. Peningkatan tekanan
vena paru yang kronis dapat meningkatkan tekanan arteri paru yang disebut
dengan hipertensi pulmoner, yang mana hipertensi pulmoner akan meningkatkan
tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Bila proses yang terjadi pada jantung kiri
juga terjadi pada jantung kanan, akhirnya akan terjadi kongesti sistemik dan
edema.
5. Gambaran klinis
Gambaran klinis gagal jantung secara umum (2):
Dispnea, atau perasaan sulit bernafas adalah manifestasi yang paling
umum dari gagal jantung. Dispnea disebabkan oleh peningkatan kerja
pernafasan akibat kongesti vaskular paru-paru yang mengurangi
kelenturan paru-paru. Meningkatnya tahanan aliran udara juga
menimbulkan dispnea. Dispnea saat beraktivitas menunjukkan gejala awal
dari gagal jantung kiri.
26
Ortopnea, atau dispnea pada posisi berbaring, terutama disebabkan oleh
redistribusi aliran darah dari bagian-bagian tubuh yang di bawah ke arah
sirkulasi sentral. Reabsorpsi dari cairan interstitial dari ekstremitas bawah
juga akan menyebabkan kongesti vaskular paru-paru lebih lanjut.
Dispnea nokturnal paroksismal (PND) atau mendadak terbangun karena
dispnea, dipicu oleh perkembangan edema paru-paru interstitial. PND
merupakan manifestasi yang lebih spesifik dari gagal jantung kiri daripada
dispnea atau ortopnea.
Asma kardial adalah mengi akibat bronkospasme dan terjadi pada waktu
malam atau karena aktivitas fisik.
Batuk non produktif juga dapat terjadi sekunder dari kongesti paru-paru,
terutama pada posisi berbaring. Terjadinya ronki akibat transudasi cairan
paru-paru adalah ciri khas dari gagal jantung, ronki pada awalnya
terdengar di bagian bawah paru-paru sesuai pengaruh gaya gravitasi.
Hemoptisis dapat disebabkan oleh perdarahan vena bronkial sekunder dari
distensi vena.
Distensi atrium atau vena pulmonalis dapat menyebabkan kompresi
esophagus dan disfagia atau kesulitan menelan.
Klasifikasi fungsional dari The New York Heart Association ( NYHA )
umum dipakai untuk menyatakan hubungan antara awitan gejala dan derajat
latihan fisik, yang mana klasifikasinya sebagai berikut (3) :
1. Kelas I : tidak terbatas, aktivitas fisik sehari-hari tidak menyebabkan lelah,
sesak nafas atau palpitasi
2. Kelas II : sedikit terbatas pada altifitas fisik, aktivitas fisik sehari-hari
menyebabkan lelah, palpitasi, sesak nafas atau angina
3. Kelas III : aktivitas fisik sangat terbatas, saat istirahat tanpa keluhan,
namun aktivitas kurang dari sehari-hari menimbulkan gejala
4. Kelas IV : tidak mampu melakukan aktivitas fisik apapun, gejala gagal
jantung timbul bahkan saat istirahat dan bertambah berat bila melakukan
aktivitas.
27
ACC/AHA Heart Failure Practice Guidelines 2001
STAGE EXAMPLES
Stage A: At high risk for HF but
without structural heart disease
or symptoms of HF
HTN, CAD, DM, cardiotoxins,
FHx of CM
Stage B: Structural heart disease
but without symptoms of HF
Previous MI, LV systolic dysfunction,
asymptomatic valvular disease
Stage C: Structural heart disease
with prior or current symptoms
of HF
Known structural heart disease, SOB and
fatigue, reduced exercise tolerance
Stage D: Refractory HF requiring
specialized interventions
Marked symptoms at rest
despite maximal medical therapy
5. diagnosis
Diagnosis gagal jantung ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala dan
penilaian klinis, didukung oleh pemeriksaan penunjang seperti EKG, foto toraks,
biomarker, dan ekokardiografi Doppler.(2) Pasien segera diklasifikasikan apakah
disfungsi sistolik atau disfungsi diastolik dan karakteristik forward or backward,
left or right heart failure.
A. Kriteria diagnosis gagal jantung (3)
Kriteria diagnosis gagal jantung menurut Framingham Heart Study :
Kriteria mayor :
a. Paroksismal nokturnal dispneu
b. Ronki paru
c. Edema akut paru
d. Kardiomegali
e. Gallop S3
f. Distensi vena leher
g. Refluks hepatojugular
h. Peningkatan tekanan vena jugularis
28
Kriteria minor :
a. Edema ekstremitas
b. Batuk malam hari
c. Hepatomegali
d. Dispnea d’effort
e. Efusi pleura
f. Takikardi (120x/menit)
g. Kapasitas vital berkurang 1/3 dari normal
Kriteria mayor dan minor : Penurunan berat badan ≥ 4,5 kg dalam 5 hari
pengobatan.
Diagnosis gagal jantung ditegakkan dengan dua kriteria mayor atau satu kriteria
mayor dan 2 kriteria minor.
B. Pemeriksaan Penunjang
Dalam membantu penegakan diagnosis gagal jantung dapat dilakukan
pemeriksaan berikut ini(2):
1. EKG
EKG sangat penting dalam menentukan irama jantung, tetapi EKG
tidak dapat digunakan untuk mengukur anatomi LVH tetapi hanya
merefleksikan perubahan elektrik (atrial dan ventrikular aritmia) sebagai
faktor sekunder dalam mengamati perubahan anatomi. Hasil pemeriksaan
EKG tidak spesifik menunjukkan adanya gagal jantung.
2. Foto thorax
Foto thorax dapat membantu dalam mendiagnosis gagal jantung.
Kardiomegali biasanya ditunjukkan dengan adanya peningkatan
cardiothoracic ratio / CTR (lebih besar dari 0,5) pada tampilan posterior
anterior. Pada pemeriksaan ini tidak dapat menentukan gagal jantung pada
disfungsi sistolik karena ukuran biasa terlihat normal. Selain itu, pada
pemeriksaan foto toraks didapatkan adanya kongesti vena paru-paru,
berkembang menjadi edema interstitial atau alveolar pada gagal jantung
yang lebih berat, redistribusi vaskular pada lobus atas paru-paru, dan
kardiomegali. Pada gagal jantung akut sering tidak terdapat kardiomegali.
29
3. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan perubahan yang khas
pada kimia darah, seperti adanya hiponatremia, sedangkan kadar kalium
dapat normal atau menurun sekunder terhadap terapi diuretik.
Hiperkalemia dapat terjadi pada tahap lanjut dari gagal jantung karena
gangguan ginjal. Kadar nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin dapat
meningkat sekunder terhadap perubahan laju filtrasi glomerulus. Urin
menjadi lebih pekat dengan berat jenis yang tinggi dan kadar natriumnya
berkurang. Kelainan pada fungsi hati dapat mengakibatkan pemanjangan
masa protrombin yang ringan. Dapat pula terjadi peningkatan bilirubin dan
enzim-enzim hati, aspartat aminotransferase (AST) dan fosfatase alkali
serum, terutama pada gagal jantung yang akut. Kadar kalium dan natrium
merupakan prediktor mortalitas.
Pada saat ini terdapat metoda baru yang mempu menentukan gagal
jantung yaitu pemeriksaan laboratorium BNP ( Brain Natriuretic Peptide)
dan NT-pro BNP (N Terminal protein BNP. Kegunaan pemeriksaan BNP
adalah untuk skrining penyakit jantung, stratifikasi pasien dengan gagal
jantung, deteksi left ventricular systolic dan atau diastolic dysfunction
serta untuk membedakan dengan dispnea. Berbagai studi menunjukkan
konsentrasi BPN lebih akurat mendignosis gagal jantung.
4. Ekokardiografi
Pemeriksaan ini direkomendasikan untuk semua pasien gagal
jantung. Tes ini membantu menetapkan ukuran ventrikel kiri, massa, dan
fungsi. Doppler echocardiography dua dimensi dapat digunakan untuk
menentukan penampilan LV sistolik dan diastolik, cardiac output
(ejection fraction), serta tekanan pengisian ventrikel dan arteri pulmoner
(pulmonary artery and ventricular filling pressures). Harus dilakukan
secara rutin untuk diagnosis optimal gagal jantung dalam menilai fungsi
sistolik dan diastolik ventrikel kiri, katup, ukuran ruang jantung, hipertrofi,
dan abnormalitas gerakan.
5. Tes fungsi paru
30
6. Uji latih beban jantung
7. Kardiologi nuklir.
8. komplikasi
Komplikasi gagal jantung meliputi: (4)
1. Cachexia jantung
Jika pasien gagal jantung dengan kelebihan berat badan, kondisi mereka
cenderung lebih parah. Indikator penting dari kondisi memburuk adalah
terjadinya cachexia jantung, yang ditandai dengan berat badan yang cepat
menurun (kehilangan sedikitnya 7,5% dari berat normal dalam waktu 6
bulan).
2. Gangguan fungsi ginjal
Gagal jantung melemahkan kemampuan jantung untuk memompa darah,
hal ini dapat mempengaruhi bagian lain dari tubuh termasuk ginjal.
Penurunan fungsi ginjal umumnya terjadi pada pasien dengan gagal
jantung, baik sebagai komplikasi gagal jantung dan sebagai komplikasi
berbagai penyakit lainnya yang berhubungan dengan gagal jantung (seperti
diabetes). Studi menunjukkan bahwa pada pasien dengan gagal jantung
dan gangguan fungsi ginjal meningkatkan risiko komplikasi jantung
termasuk rawat inap dan kematian.
3. Aritmia
Fibrilasi atrium adalah mengalahkan cepat bergetar di ruang atas
jantung. Ini adalah penyebab utama stroke dan sangat berbahaya pada
penderita gagal jantung.
Takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel adalah aritmia serius yang
dapat terjadi pada pasien ketika fungsi jantung secara signifikan
terganggu.
4. Depresi
Studi menunjukkan bahwa depresi mungkin memiliki efek biologis yang
merugikan pada sistem kekebalan tubuh dan saraf, pembekuan darah,
tekanan darah, pembuluh darah, dan irama jantung. Orang yang depresi
31
mungkin gagal untuk mengikuti petunjuk medis dan tidak dapat menjaga
diri mereka sendiri.
5. Angina dan serangan jantung
Penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama gagal jantung,
pasien dengan gagal jantung memiliki risiko lanjutan untuk angina dan
serangan jantung.
6. Kongesti paru
7. Cardiac arrest
8. Sudden death.
9. Tatalaksana
Tindakan dan pengobatan pada gagal jantung secara umum ditujukan pada
lima aspek yaitu mengurangi beban kerja, memperkuat kontraktilitas miokard,
mengurangi kelebihan cairan dan garam, melakukan tindakan terhadap penyebab,
faktor pencetus dan penyakit yang mendasari.(4) Dasar pengobatan dekompensasi
kordis dapat dibagi menjadi :
a. Non medikamentosa (1)
Umumnya semua penderita gagal jantung dianjurkan untuk membatasi
aktivitas sesuai beratnya keluhan. Dalam pengobatan non medikamentosa
yang ditekankan adalah istirahat, dimana kerja jantung dalam keadaan
dekompensasi harus dikurangi benar – benar dengan tirah baring
mengingat konsumsi oksigen yang relatif meningkat. Sering tampak
gejala – gejala jantung jauh berkurang hanya dengan istirahat saja. Diet
umumnya berupa makanan lunak dengan rendah garam. Jumlah kalori
sesuai dengan kebutuhan. Penderita dengan gizi kurang diberi makanan
tinggi kalori dan tinggi protein. Cairan diberikan sebanyak 80 – 100
ml/kgbb/hari dengan maksimal 1500 ml/hari. Program penatalaksanaan
non medikamentosa ini dapat berupa:
Edukasi mengenai gagal jantung, penyebab, bagaimana upaya
jika timbul keluhan
Istirahat, olahraga, aktivitas sehari-hari, edukasi aktivitas
sosial, serta rehabilitasi
32
Edukasi pola diet, control asupan garam, air, dan kebiasaan
alkohol
Monitor berat badan, berhati-hati dengan kenaikan berat badan
tiba-tiba
Mengurangi berat badan pada pasien obesitas
Berhenti merokok
Perlu perhatian khusus jika akan melakukan perjalanan jauh
dengan pesawat, ketinggian, udara panas dan humiditas
Konseling mengenai obat, efek samping, dan perlunya
menghindari obat-obat tertentu seperti NSAID, antiaritmia
kelas I, verapamil, diltiazem, antidepresan trisiklik, steroid,
dihidropiridin efek cepat.
b. Medikamentosa (4)
Tujuan utama pengobatan gagal jantung adalah mengurangi gejala
akibat bendungan sirkulasi, memperbaiki kapasitas kerja dan kualitas
hidup serta memperpanjang harapan hidup. Untuk itu, pendekatan awal
adalah memperbaiki berbagai gangguan yang mampu untuk
menghilangkan beban kardiovaskular yang berlebihan, seperti mengobati
hipertensi, mengobati anemia, mengurangi berat badan atau memperbaiki
stenosis aorta. Gagal jantung yang tetap bergejala walaupun penyakit yang
mendasarinya telah diobati, memerlukan pembatasan aktivitas fisik,
pembatasan asupan garam dan obat .
Pengobatan dengan cara medikamentosa masih digunakan
diuretik oral maupun parenteral yang masih merupakan ujung tombak
pengobatan gagal jantung sampai edema atau asites hilang (tercapai
euvolemik). Digitalis semula merupakan obat yang selalu diberikan pada
klien gagal jantung, tetapi ternyata efektivitas diuretik pada gagal jantung
sama dengan digitalis, terutama pada klien dengan edema sebagai gejala
utama gagal jantung, sehingga pada strategi pengobatan gagal jantung
pilihan pertama adalah pemberian diuretic. Diuretic yang digunakan
adalah grup II, Loop diuretic yaitu furosemid. Furosemid menghambat
33
reabsorpsi Na, Cl, pada ascending limbloop of Henle, sedikit efek pada
tubulus proksimalis. ACE-inhibitor atau Angiotensin Receptor Blocker
(ARB) dosis kecil dapat dimulai setelah euvolemik sampai dosis optimal.
Penyekat beta dosis kecil sampai optimal dapat dimulai setelah diuretik
dan ACE-inhibitor tersebut diberikan. Digitalis diberikan bila ada aritmia
supraventikuler (fibrilasi atrium atau SVT lainnya) atau bila ketiga obat
diatas belum memberikan hasil yang memuaskan. Intoksikasi digitalis
sangat mudah terjadi apabila fungsi ginjal menurun atau kadar kalium
rendah. Aldosteron antagonis dipakai untuk memperkuat efek diuretik atau
pada pasien dengan hipokalemia, dan ada beberapa studi yang
menunjukkan penurunan mortalitas dengan pemberian jenis obat ini.
c. Operatif (4)
Penatalaksanaan dari dekompensasi kordis pada dasarnya diberikan
hanya untuk menunggu saat terbaik untuk melakukan tindakan bedah pada
penderita yang potentially curable. Pemakaian alat dan tindakan bedah
antara lain :
Revaskularisasi (perkutan, bedah)
Operasi katup mitral
Aneurismektomi
Kardiomioplasti
External cardiac support
Pacu jantung, konvensional, resinkronisasi pacu jantung
biventricular
Implantable cardioverter defibrillators (ICD)
Heart transplantation, ventricular assist devices, artificial heart
Ultrafiltrasi, hemodialisis.
10. Prognosis
Prognosis gagal jantung yang tidak mendapat terapi tidak diketahui.
Sedangkan prognosis pada penderita gagal jantung yang mendapat terapi yaitu: (2)
Kelas NYHA I : mortalitas 5 tahun 10-20%
34
Kelas NYHA II : mortalitas 5 tahun 10-20%
Kelas NYHA III : mortalitas 5 tahun 50-70%
Kelas NYHA IV : mortalitas 5 tahun 70-90%
Ada beberapa faktor yang menentukan prognosis, yaitu : (2)
Waktu timbulnya gagal jantung
Timbul serangan akut atau menahun
Derajat beratnya gagal jantung
Penyebab primer
Kelainan atau besarnya jantung yang menetap
Keadaan paru
Cepatnya pertolongan pertama
Respons dan lamanya pemberian digitalisasi
Seringnya gagal jantung kambuh.
Gagal jantung akut atau gagal jantung kronis sering merupakan kombinasi
kelainan jantung dan organ sistem lain terutama penyakit metabolik. Pasien
dengan gagal jantung akut memiliki prognosis yang sangat buruk.
Pencegahan (1)
Pencegahan gagal jantung, harus selalu menjadi hal yang diutamakan, terutama
pada kelompok dengan risiko tinggi.
Obati penyebab potensial dari kerusakan miokard
Pengobatan infark jantung segera di triase, serta pencegahan infark
ulangan
Pengobatan hipertensi yang agresif
Koreksi kelainan kongenital serta penyakit katup jantung
Memerlukan pembahasan khusus
Bila sudah ada disfungsi miokard, upayakan eliminasi penyebab yang
mendasari.
35
BAB IV
KESIMPULAN
Gagal jantung adalah sindroma yang umum muncul dengan tingkat
kejadian dan sebaran yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Hampir 500.000
kasus baru yang muncul tiap tahun. Penyakit ini berkaitan dengan usia, 75% kasus
mengenai orang dengan usia lebih dari 65 tahun. Tingkat kejadian gagal jantung
meningkat 1% pada usia dibawah 60 tahun dan hampir 10% pada usia diatas 80
tahun.
Congestive heart failure adalah ketidakmampuan jantung untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan pada saat istirahat atau kerja ringan. Klasifikasi
gagal jantung dapat dibedakan menjadi gagal jantung sistolik dan diastolik, gagal
jantung high output dan low output, gagal jantung kanan dan kiri, serta gagal
jantung akut dan kronik.
Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-
keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir, atau menurunkan
kontraktilitas miokardium. Sebagai respon terhadap gagal jantung, ada 3
mekanisme primer terjadi yaitu: meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis,
meningkatnya beban awal akibat aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron, dan
hipertrofi ventrikel. Ketiga respon kompensatorik ini mencerminkan usaha untuk
mempertahankan curah jantung. Mekanisme ini mungkin memadai untuk
mempertahankan curah jantung pada awal perjalanan gagal jantung. Namun,
dengan berlanjutnya gagal jantung kompensasi menjadi kurang efektif.
Gambaran klinis gagal jantung secara umum yaitu dispnea, orthopnea, asma
kardial, paroksismal nokturnal dispnoe, batuk non produktif, hemoptisis, dan
disfagia. Gagal jantung pada sisi kanan jantung menimbulkan tanda dan gejala
bendungan vena sistemik. Gagal jantung ke depan pada ventrikel kiri
menimbulkan tanda-tanda berkurangnya perfusi ke organ-organ, karena darah
dialihkan dari organ-organ non vital demi mempertahankan perfusi ke jantung dan
otak, maka manifestasi paling dini dari gagal jantung kiri adalah berkurangnya
perfusi organ-organ seperti kulit dan otot rangka.
36
Diagnosis gagal jantung ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala dan
penilaian klinis, didukung oleh pemeriksaan penunjang seperti EKG, foto toraks,
biomarker, dan ekokardiografi Doppler. Kriteria diagnosis gagal jantung yang
dipakai adalah menurut Framingham Heart Study.
Tindakan dan pengobatan pada gagal jantung secara umum ditujukan pada
lima aspek yaitu mengurangi beban kerja, memperkuat kontraktilitas miokard,
mengurangi kelebihan cairan dan garam, melakukan tindakan terhadap penyebab,
faktor pencetus dan penyakit yang mendasari. Dasar pengobatan dekompensasi
kordis dapat dibagi menjadi non medikamentosa dan medikamentosa. Pengobatan
dengan cara medikamentosa masih digunakan diuretik oral maupun parenteral
yang masih merupakan ujung tombak pengobatan gagal jantung sampai edema
atau asites hilang (tercapai euvolemik). Digitalis semula merupakan obat yang
selalu diberikan pada klien gagal jantung, tetapi ternyata efektivitas diuretik pada
gagal jantung sama dengan digitalis, terutama pada klien dengan edema sebagai
gejala utama gagal jantung, sehingga pada strategi pengobatan gagal jantung
pilihan pertama adalah pemberian diuretic. Tindakan bedah dapat dilakukan pada
penderita yang potentially curable.
Komplikasi yang ditimbulkan gagal jantung yaitu cachexia jantung,
gangguan fungsi ginjal, aritmia, depresi, angina dan serangan jantung, kongesti
paru, cardiac arrest, bahkan sudden death. Prognosis gagal jantung yang tidak
mendapat terapi tidak diketahui, sedangkan prognosis pada penderita gagal
jantung yang mendapat terapi berdasarkan kelas NYHA. Pasien dengan gagal
jantung akut memiliki prognosis yang sangat buruk. Pencegahan gagal jantung,
harus selalu menjadi hal yang diutamakan, terutama pada kelompok dengan risiko
tinggi.
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Nurdjanah S. Buku ajar ilmu penyakit dalam FK UI. 2006; ed IV
2. Hauser K, Longo B, Jameson F. Harrison’s principle of internal
medicine.2005; ed XVI
3. Batrum C. Real Time Ultrasound A Manual for Physicians and Technical
Personell. Ed II. W.B. Saunders Co. 1987
4. Grady KL, Dracus K, Kennedy G, at al. Team management of patients
with heart failure. A statement for healthcare professionals from The
Cardiovascular Nursing Councils of The American Heart Assiciation
Circulation 2000
38