KAPITA SELEKTA

28
FORMULASI TABLET FENOKSIMETILPENISILIN 375 mg SEBAGAI ANTIMIKROBA (ORAL) Diajukan untuk memenuhi salah satu Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Kapita Selekta HANI HERLINA NIM 31110024

description

FORMULASI FENOKSIMETILPENISILIN TABLET DOSIS 375 mg

Transcript of KAPITA SELEKTA

Page 1: KAPITA SELEKTA

FORMULASI TABLET FENOKSIMETILPENISILIN 375 mg

SEBAGAI ANTIMIKROBA (ORAL)

Diajukan untuk memenuhi salah satu Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Kapita Selekta

HANI HERLINA

NIM 31110024

STIKes BAKTI TUNAS HUSADA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

TASIKMALAYA

2014

Page 2: KAPITA SELEKTA

I. PREFORMULASI

Fenoksimetilpenisilina mengandung tidak kurang dari 95,0% penisilin jumlah dihitung

sebagai C16H18N2O5S dan tidak kurang dari 92,0% C16H18N2O5S.

Pemerian serbuk hablur halus; putih.

Kelarutan sangat sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol (95%) P; dan aseton; tidak

larut dalam lemak.

Keasambasaan pH suspensi 3% dalam air, antara 2,4 sampai 4,0.

Khasiat dan penggunaan Antibiotikum (Sweetman, 2009 hal 314)

Tablet fenoksimetilpenisilin

Komposisi : tiap tablet mengandung :

Fenoksimetilpenisilin 375 mg

Zat tambahan yang cocok secukupnya

Penyimpanan :dalam wadah tertutup.

Dosis : 1 sampai 4 kali sehari 1 sampai 3 tablet.

Catatan : Dapat juga digunakan fenoksimetilpenisilina kalium atau

fenoksimetilpenisilina kalsium yang tertera.

Sebagai zat tambahan tidak boleh menggunakan Comarab, Metilselulosa,

natrium Alginat, Pati Jagung dan Tragakan.

Tablet bersalut selaput.

Page 3: KAPITA SELEKTA

Pada etiket harus tertera : Daluarsa; kesetaraan fenoksimetilpenisilina jika

yang digunakan fenoksimetilpenisilina kalium atau kalsium.

1 g fenoksimetilpenisilina kalium setara dengan kurang lebih 1 g

fenoksimetilpenisilina.

1 g fenoksimetilpenisilina kalsium setara dengan kurang lebih 1 g

fenoksimetilpenisilina.

Sediaan berkekuatan lain : 125 mg; 250 mg; 500 mg.

250 mg = 400.000 unit. Tidak kurang dari 200.000 unit dan tidak lebih dari

800.000 unit (DepKes RI, 1979 hal 240)

Zat tambahan yang digunakan antara lain :

1. Povidon

Pemerian putih; tidak berbau; Higroskopi (serbuk).

Kelarutan praktis larut dalam asam, kloroform, etanol, metanol, keton dan air. Praktis tidak

larut dalam eter hidrokarbon dan minyak mineral.

Stabilitas stabil pada suhu 110 – 130°C ; Mudah terurai dengan adanya udara dari luar ;

Dapat bercampur dengan air ; Stabil bila disimpan ditempat kering.

Kegunaan pengikat

DTT jika ditambahkan thimerosol akan membentuk senyawa kompleks. Kompatibel terhadap

gerak organik alami, resin sintetik dan senyawa lainnya. Akan terbentuk senyawa

sulfathiazole, sodium salisilat, asam salisilat, fenol barbital dan komponen lainnya.

2. Talk (Talcum)

Mg6(Si2O5)4(OH)4

Merupakan magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit alumunium

silikat.

Page 4: KAPITA SELEKTA

Pemerian serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran

berrwarna putih atau putih kelabu; Tidak berbau; Tidak berasa.

Kelarutan tidak larut hampir dalam semua pelarut

Kadar 1 – 5 % sebagai antiadheren dan glidant

Keasam-kebasaan 6,5 – 10

Penggunaan antiadheren dan glidant

OTT senyawa ammonium kuartener   

Penyimpanan dalam wadah tertutup baik (DepKes RI 1995 hal 771).

3. Mg Stearat (Magnesii Stearas)

C36H70MgO4

BM 591,27

Merupakan senyawa magnesium dengan campuran asam-asam organik padat yang diperoleh

dari lemak, terutama terdiri dari magnesium stearat dan magnesium palmitat dalam berbagai

perbandingan. Mengandung setara dengan tidak kurang dan tidak lebih dari 6,8% dan tidak

lebih dari 8,3% MgO.

Pemerian serbuk halus, licin dan mudah melekat pada kulit berwarna putih

Kelarutan praktis tidak larut dalam air, Praktis tidak larut dalam etanol ( 95 % ) P, Praktis

tidak larut dalam eter P

Kadar 0,25 – 5% sebagai lubrikant

Penggunaan lubrikan

OTT asam kuat, alkalis dan garam besi

Penyimpanan dalam wadah tertutup baik (DepKes RI 1995 hal 515).

Page 5: KAPITA SELEKTA

4. Natrium Sitrat

C6H5Na3O7

BM 258,07

Pemerian hablur tidak berwarna atau serbuk hablur, putih.

Kelarutan dalam bentuk hidrat mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air

mendidih; tidak larut dalam etanol.

Kegunaan

Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat (DepKes RI 1995 hal 588).

II. FORMULA

Formula 250 mg 375 mgfenoksimetilpenisilin 250 mg 375 mg

Natrium sitrat 58,10 mg 70,60 mgPovidone 29,50 mg 42 mgAlkohol q.s q.sAmilum 16,00 mg 28,50 mg

Talk 16,00 mg 28,50 mgMagnesium stearat 6,10 mg 18,60 mg

(Niazi, 2009 hal 418).

III. PROSEDUR

Reaksi alergi kadang-kadang terjadi dengan penisilin. Hindari kontak sebanyak

mungkin, dan menggunakan peralatan khusus terhadap penisilin atau produk sefalosporin.

Batas-batas LOD rendah, jadi gunakan area ber-AC.

1. Granulasi

Keringkan amilum pada 80°C selama 36 jam sebelum digunakan. Periksa LOD amilum.

LOD harus kurang dari 2%.

Page 6: KAPITA SELEKTA

a. Saring natrium sitrat pada 595 µm alat saring. Dalam mixer yang cocok, campurkan

natrium sitrat dengan fenoksimetilpenisilin selama 5 menit..

b. Larutkan povidone dalam 100 mL alkohol dalam stainless kering.

c. Tambahkan PVP - alkohol perlahan ke mixer , dan campur selama 30

menit atau sampai terbentuk granul. Tambahkan alkohol tetes edmi tetes jika

diperlukan.

d. Keringkan pada suhu 50°C selama 1 jam. LOD tidak boleh lebih dari 0,7 %.

e. Saring granul yang sudah terbentuk hingga ukurannya menjadi 1,59 mm.

2. Pelumasan

a. Masukkan granul kering ke dalam blender yang cocok.

b. Saring amilum kering dan talk ukuran 595 µm. Amilum kering dan Talk dicampurkan

dan dimasukkan ke dalam blender. Blender selama 30 menit.

c. Saring magnesium stearat melalui 595μm pada alat saringan dan menambahkannya ke

dalam blender. Blender selama 30 menit .

d. Masukkan granul ke dalam drum berlapis polietilen. Kemudian, segel dan timbang.

3. Kompresi

a. Kompres menggunakan standard concave punches 10,32 mm.

b. Kompres berat dihitung setelah penyesuaian, dengan variasi tidak lebih dari 3 %;

ketebalan antara 4,4 dan 4,6 mm ( berkisar tidak lebih dari ± 5 % ); kekerasan antara

10 dan 14 kPa, dan waktu hancur tidak lebih dari 15 menit dalam air .

4. Coating : Coat oleh subcoat Methocel, warna coat, dan polishing coat (Niazi, 2009 hal

418).

Page 7: KAPITA SELEKTA

IV. EVALUASI GRANUL

1. Uji sudut diam

Sudut yang terbentuk setelah sejumlah serbuk atau granul mengalir dan tertahan pada

bidang datar sehingga membentuk kerucut. Pemeriksaan granul menggunakan metode

sudut diam dilakukan dengan cara memasukkan granul ke dalam corong uji waktu alir

yang berdiri bebas pada ketinggian tertentu di atas kertas grafik pada bidang

horizontal. Penutup corong dibuka sehingga granul keluar dan ditampung pada bidang

datar. Sudut diam granul dapat dihitung dengan rumus :

Tan α = H/R

Ket : α = sudut istarahat

H = tinggi tumpukan

R = jari – jari tumpukan granul.

Syarat : jika α = 25-30°C : Granul sangat mudah mengalir

α = 30-38°C : Granul mudah mengalir

α > 38°C : Granul kurang mengalir

2. Uji waktu alir

Tujuannya yaitu untuk menjamin keseragaman pengisian ke dalam cetakan.

Definisinya yaitu mengukur waktu yang diperlukan sejumlah serbuk atau granul

untuk mengalir dari corong atau jumlah serbuk atau granul yang mengalir dalam suatu

waktu.

Prosedur :

Timbang beaker glass kosong (W0)

Set skala ke nol menggunakan alat Granule Flow Tester

Masukkan serbuk/granul ke corong

Page 8: KAPITA SELEKTA

Hidupkan alat dan amati serbuk /granul

Catat waktu aliran (T)

Timbang beaker glass berisi serbuk/granul (Wt)

Hitung aliran serbuk/granul :

(Wt – W0) / T

Syarat aliran abik jika 100 gram granul mengalir dalam ≤ 10 detik

3. Kerapatan mampat

BJ nyata/ruah

Beberapa bagian massa cetak ditimbang

Dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 mL

Diperoleh kerapatan nyata (BJ nyata/BJ ruah)

BJ mampat/ketuk

Dilakukan pengetukan gelas ukur menggunakan alat uji kompresibilitas (Tab

Density) hingga volume granul konstan (500x)

Diperoleh kerapatan mamapat (BJ mampat) :

Berat granul (g/mL) / volume granul konstan

4. Uji kompresibilitas (Indeks Carr)

Merupakan pengukuran persen kemampatan yang bertujuan untuk menghasilkan

tablet yang baik. Dapat dilihat dari harga indeks Carr (% kompresibilitas) yang sangat

bergantung pada kerapatan nyata maupun kerapatan mampat dari granul yaitu :

{(BJ mampat – BJ nyata) / BJ mampat} × 100%

Page 9: KAPITA SELEKTA

Hasil uji kompresobilitas keterangan :

Kompresibilitas (%) aliran Sifat

5 – 12 sangat baik

12 – 18 baik

18 – 23 cukup

23 – 33 kurang

33 – 38 sangat kurang

>38 sangat buruk

5. Kandungan lembab

Yaitu jumlah massa (air) yang hilang selama proses pemanasan. Tujuannya yaitu

untuk mengontrol kandungan lembab granul sehingga dapat mengantisipasi masalah yang

terjadi selama proses pengempaan tablet, terutama kandungan lembab yang menjadi faktor

penyebabnya. Mengontrol kandungan lembab granul berkaitan dengan pertumbuhan mikroba,

jika granul tidak langsung dikempa menjadi tablet. Alat yang digunakan yaitu Moisture

Analyzer. Kadar air yang baik untuk granul tablet 2 – 5 %.

6. Distribusi ukuran partikel (Granulometri)

Merupakan analisis ukuran dan repartisi granul (penyebaran ukuran-ukuran granul).

Dalam melakukan analisis granulometri digunakan susunan pengayak dengan bergbagai

ukuran. Mesh terbesar diletakan paling atas dan dibawahnya disusun pengayak dengan mesh

yang makin kecil. Juga digunakan untuk mengamati kerapuhan granul yaitu gambaran

stabilitas fisis granul. Dapat diamati lewat ketahannya terhadap adanya getaran dengan

menempatkannya di atas ayakan bertingkat yang digetarkan. Alat yang digunakan yaitu

Granulometri.

Page 10: KAPITA SELEKTA

V. EVALUASI TABLET

Setelah tablet dicetak, diambil beberapa tablet untuk diuji. Pengujian yang dilakukan

disebut in process control (IPC) yang terdiri dari :

1. Bentuk dan ukuran

Meliputi bobot dan ketebalan atau diameter tablet merupakan satu-satunya variabel

yang berkaitan dengan proses pencetakan. Ketebalan dipengaruhi oleh BJ ruah, BJ mampat

dan sifat aliran massa cetak. Alat yang digunakannya yaitu timbangan dan jangka sorong.

Keragaman bobot

Ditimbang 20 tablet dan dihitung bobot rata-ratanya

Bobot rata-rata tablet Penyimpangan bobot rata-rata dalam %A B

<25 mg 15 3026 – 150 mg 10 20151 – 300 mg 7,5 15

>300 mg 5 10Keterangan : A = jika ditimbang satu persatu >2 tablet

B = jika tidak ditimbang satu persatu

Jika perlu dapat diulang dengan 10 tablet namun tidak boleh menyimpang.

2. Kekerasan tablet

Evaluasi selanjutnya yaitu uji kekerasan. Uji kekerasan dilakukan untuk mengetahui

seberapa keras tablet yang dihasilkan dari proses formulasi. Tablet yang keras diperlukan

untuk mencegah kerusakan fisik selama proses produksi, penyimpanan, dan transportasi.

Namun kekerasannnya harus berada pada batas yang telah ditentukan.

Prosedur :

Diambil 20 tablet secara acak.

Mengukur kekerasan masing-masing tablet menggunakan alat Hardness Tester

Mencatat skala yang diukur.

Kekerasan tablet adalah harga rata-rata ke 20 tablet.

Page 11: KAPITA SELEKTA

Nilai kekerasan tablet bergantung pada bobot tablet. Makin besar tablet, maka kekerasan

yang diperlukan makin besar.

Syarat : Bobot tablet sampai 300 mg 4 – 7 kg/cm2

Bobot tablet 400 -700 mg 7 – 12 kg/cm2

3. Friabilitas dan friksibilitas

Uji friabilitas atau uji ketahanan digunakan untuk melihat tingkat kerapuhan tablet

terhadap gesekan dan bantingan. Hal ini berkaitan dengan penggunaan jenis pengikat dan

distribusi pengikat dalam tablet. Dalam friabilitas, yang dipengaruhi adalah daya ikat

eksternal tablet. Pengikat yang efektivitasnya tinggi akan memberikan % friabilitas yang

rendah karena pengikat tersebut akan mengikat kuat massa tablet sehingga massa yang lepas

dari tablet akan lebih sedikit.

Uji friksibilitas merupakan parameter untuk menguji ketahanan tablet jika tablet

mengalami gesekan antar sesama tablet.

Syarat tableet dapat diterima apabila mempunyai persen friabilitas dan friksibilitas <1%.

Alat yang digunakan adalah Friability Tester.

4. Uji keseragaman sediaan

Uji keseragaman bobot dilakukan untuk melihat homogenitas granul karena apabila

bobot tidak seragam kemungkinan disebabkan oleh homogenitas yang kurang baik.

Keseragamn bobot dilihat dari persen deviasi maksimum. Untuk tablet dalam percobaan,

syaratnya tidak boleh ada 2 tablet yang masing-masing menyimpang dari bobot rata-rata lebih

besar dari 5% dan tidak boleh satu pun tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih

dari 10%. Keseragaman bobot dipengaruhi oleh laju alir. Apabila laju alir bagus, berarti

keseragaman bobot juga bagus.

Page 12: KAPITA SELEKTA

5. Uji waktu hancur

Uji waktu hancur dilakukan untuk melihat seberapa lama obat (tablet) bisa hancur di

dalam tubuh saluran cerna yang ditandai dengan sediaan menjadi larut, terdispersi, atau

menjadi lunak karena tidak lagi memiliki inti yang jelas, kecuali bagian penyalut yang tidak

larut. Waktu hancur berkaitan dengan penggunaan disintegran dan daya ikat dalam formulasi

tablet. Uji ini bertujuan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur sesuai monografi

zat aktif.

Alat yang digunakan yaitu Disintegran Tester.

6. Uji Disolusi.

Laju disolusi merupakan waktu yang diperlukan obat untuk melarut dalam cairan. Laju

disolusi dinyatakan sebagai milligram zat yang dilarutkan permenit sentimeter persegi

(mg/menit/cm2).

Disolusi adalah suatu perubahan proses dari bentuk padat ke bentuk cairan atau larut,

dimana dimulai dengan disintegrasi kemudian melarut sehingga menghasilkan bentuk larutan.

Disolusi dapat mengakibatkan oleh laju dimana obat menjadi tersedia untuk diserap tubuh.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju disolusi yaitu :

1. Sifat fisikokimia obat

a. Karakteristik fase padat

Laju disolusi dipengaruhi oleh bentuk amorf dan Kristal, dari beberapa penelitian

menunjukkan bahwa amorf dari obat lebih memberikan kelarutan yang besar dan laju disolusi

yang lebih tinggi dari pada bentuk Kristal.

b. Polimorfisme

Polimorf merupakan bentuk Kristal obat yang terdiri dari satu bentuk Kristal. Polimorf

menunjukkan kinetika pelarut yang berbeda meskipun memiliki struktur kimia yang identik.

Page 13: KAPITA SELEKTA

Beberapa laporan menunjukkan bahwa polimorfisme dalam bentuk hidrat, solvate atau

kompleks secara nyata mempengaruhi karakteristik disolusi dan obat.

c. Karakteristik partikel

Laju disolusi secara langsung berhubungan dengan permukaan obat. Jika daerah

permukaan diperbesar dengan memperkecil ukuran partikel, laju disolusi menjadi tinggi

disebabkan pengurangan ukuran partikel.

2. Faktor formulasi

a. Bahan Tambahan

Laju disolusi suatu obat murni dapat berubah secara bermakna saat dicampur dengan

berbagai bahan tambahan sela proses pencetakan bentuk sediaan. Bahan tambahan ini antara

lain bahan pengisi, pengikat, penghancur, pelican dan sebagainya.

b. Ukuran Partikel

Untuk meningkatkan laju disolusi dipilih ukuran partikel optimal yaitu cukup kecil

untuk memberikan luas permukaan spesifik yang berarti, tetapi tidak terlalu kecil agar

kesulitan pembasahan yang disebabkan oleh muatan partikel yang terjadi selama penggerusan

dapat dihindari (DepKes RI, 1995)

Setelah dilakukan uji disolusi kemudian sampel diukur kadarnya menggunakan

spektrofotometri.

VI. PENGUJIAN ANTIMIKROBA

6.1. Alat

Autoclave, oven, inkubator, neraca analitik, tabung reaksi, objek glass, pipet ukur,

mikropipet, Erlenmeyer, gelas ukur, cawan petri.

Page 14: KAPITA SELEKTA

6.2. Bahan

Media Mueller Hinton, aquades, alkohol, NaCl fisiologis, Staphylococcus aureus.

6.3. Sampel

Fenoksimetilpenisilin 375 mg.

6.4. Sterilisasi alat

Alat terlebih dahulu disterilkan untuk menghindari adanya kontaminasi dengan

mikroba pengganggu. Alat-alat gelas disterilkan menggunakan oven pada suhu 180°C selama

30 menit. Sedangkan untuk sterilisasi media menggunakan autoclave pada suhu 121°C

selama 15 menit.

6.5. Pembuatan media

a. Jenis media :

Mueller-Hinton Broth adalah medium cair yang digunakan untuk uji sensitivitas,

medium ini kaya nutrisi sehingga cocok untuk menguji sensitifitas mikroorganisme terutama

Nesseria pathogen. Selain itu medium ini juga banyak digunakan untuk kultur

mikroorganisme pathogen khususnya genus Neisseria seperti Neisseria gonorrhoeae dan

Neisseria meningitides, tetapi juga bias digunakan untuk Escherichia coli, Listeria

monocytogenes, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus auresi, Streptococcus pyogenes,

dan Streptococcus faecalis.

Sifat media : Umum

Fungsi : Untuk menguji sensitifitas mikroorganisme dan digunakan untuk kultur

mikroorganisme phatogen khususnya genus Neisseria.

Komposisi :

Bahan Ukuran (gram)

Beef Infusion 3.0

Casein Peptone H 17.5

Starch 1.5

Page 15: KAPITA SELEKTA

Cara pembuatan Mueller-Hinton Broth :

- Sebanyak 21.0 gram medium disuspensikan ke dalam 1 L akuades atau deionized.

- Medium dipanaskan sampai mendidih agar tercampur dengan sempurna selam 1 menit.

- Disterilisasi di dalam autoklaf selama 15 menit, pada suhu 121 0C, tekanan 1-2 atm.

- Tunggu hingga agak dingin sekitar suhu 40-45 0C.

- Masukkan ke dalam cawan petri.

b. Pembuatan NaCl fisiologis

- Timbang 0,98 gram NaCl.

- Larutkan dengan aquades sebanyak 100 mL.

- Kemudian sterilkan menggunakan autoclave 121° selama 15 menit (Safitri, 2010).

6.6. Pembuatan suspensi bakteri

Standar yang digunakan untuk suspensi bakteri yaitu 1 Mc Farland. Dicampurkan 9

mL H2SO4 1% dengan 1 mL BaCl2 1,175% di tabung reaksi. Campuran ini merupakan larutan

pembanding. Masukan strain murni Staphylococcus aureus ke dalam tabung reaksi yang

berisi NaCl fisiologis steril. Adanya kekeruhan diamati secara visual dibandingkan dengan

larutan pembanding. Dapat diukur kepadatan jamur dengan metode turbidimetri

menggunakan pembanding Staphylococcus aureus dan spektrofotometri pada panjang

gelombang 624 nm. Kepadatannya adalah 3 × 108 CFU/mL.

6.7. Pengujian

- Larutkan tablet fenoksimetilpenisilin 375 mg ke dalam labu ukur 100 mL, add

aquades hingga tanda batas.

- Pipet sebanyak 1 mL larutan fenoksimetilpenisilin, masukkan ke dalam tabung reaksi

steril, kemudian tambahn 9 mL aquades (pengenceran 1/10 konsentrasi 20 mg/mL).

- Media yang sudah dimasukkan ke dalam cawan petri kemudian ditambahkan

Staphylococcus aureus sebanyak 0,04 mL. Homogenkan dan diamkan hingga

membeku.

Page 16: KAPITA SELEKTA

- Kemudian dilubangi menggunakan tabung durham sebanyak 4 lubang.

- Masukkan larutan fenoksimetilpenisilin yang telah diencerkan ke dalam lubang.

- Kemudian inkubasikan selama 24 jam pada suhu 37°C.

- Dari ukuran zona bening yang terbentuk dapat ditentukan sifat antibiotik

fenoksimetilpenisilin resisten, sensitif atau intermediet.

VII. PENENTUAN KADAR FENOKSIMETILPENISILIN 375 mg

Dapar fosfat 0,05 M, pH 6

Larutkan 6,8 gram kalium fosfat monobasa P dalam 900 mL air, atur pH hingga 6

dengan natrium hidroksida 1 N, encerkan dengan air hingga 1000 mL.

Fase gerak

Buat campuran dapar fosfat 0,05 M pH 6 dan asetonitril P (4:1), saring melalui

penyaring membran dengan porositas 5 µm atau lebih halus.

Larutan baku

Timbang lebih kurang 80 mg fenoksimetilpenisilin 375 mg, masukkan ke dalam labu

ukur 100 ml, tambahkan 50 mL fase gerak, kocok hingga larut, encerkan dengan fase gerak

sampai tanda batas.

Pengujian menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi

Kromatografi dilengkapi dengan detektor 225 nm dan kolom 4 mm x 30 cm berisi

bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 10 µm. Laju aliran lebih kurang 2 mL per menit.

Lakukan kromatografi larutan baku dan larutan kesesuaian sistem, rekam respons puncak

utama; efisiensi kolom ditentukan dari puncak aanalit tidak kurang dari 600 lempeng teoritis;

resolusi R antara puncak fenoksimetilpenisilin tidak kurang dari 2,0; simpangan baku relatif

pada penyuntikan ulang larutan baku tidak lebih dari 1,0%.

Page 17: KAPITA SELEKTA

Suntikan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 10 µL) larutan baku, larutan uji

dan larutan kesesuaian sistem ke dalam kromatograf, ukur respons puncak utama. Waktu

retensi relatif fenoksimetilpenisilin lebih kurang dari 0,7 (DepKes RI, 1995 hal 969).

VIII. FENOKSIMETILPENISILIN 375 mg

Tablet fenoksimetilpenisilin mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari

120,0%.

FARMAKOLOGI

Absorpsi 60% sampai 73%; Distribusi masuk ke dalam air susu ibu; Ikatan protein plasma

80%; T1/2 eliminasi 30 menit dan mengalami perpanjangan pada gagal ginjal; Tmax 0,5 – 1

jam; Ekskresi urin (dalam bentuk utuh dan dalam bentuk metabolit).

STABILITAS PENYIMPANAN

Sediaan tablet disimpan pada suhu 15 - 30°C.

KONTRA INDIKASI

Hipersensitif terhadap penisilin atau komponen lain dalam sediaan.

EFEK SAMPING

> 10% : Gastrointestinal: diare sedang, muntah, mual, atau kandidiasis.;< 1% : (Kejadian

jarang dan dapat hilang dengan sendirirnya); akut interstisial nephritis; konfusi; anemia

hemolitik.

INTERAKSI MAKANAN

Makanan dapat menurunkan kadar absorbsi penisilin; dapat menurunkan kadar obat dalam

serum plasma.

INTERAKSI OBAT

Meningkatkan efek toksis: ;Probenezid dapat meningkatkan kadar penisilin.;Aminoglikosida

kemungkinan mempunyai efek sinergi dengan penisilin.;Penisilin kemungkinan mempunyai

Page 18: KAPITA SELEKTA

meningkatkan efek paparan metotreksat selama proses terapi (monitoring).;Menurunkan efek:

;Tetrasiklin kemungkinan dapat menurunkan efektifitas dari penisilin.;Meskipun masih dalam

penelitian, efek kontrasepsi oral dapat diturunkan efektifitasnya oleh penisilin.

PENGARUH HASIL LAB

Pada penggunaan lama : dapat mempengaruhi hasil pengukuran fungsi Ginjal.

PERINGATAN

Digunakan secara hati-hati pada pasien gagal ginjal (penyesuaian dosis); riwayat kejang atau

hipersensitif terhadap sefalosporin.

INFORMASI PASIEN

Untuk menghindari timbuknya resistensi, maka sebaiknya penisilin V digunakan dalam dosis

dan rentang waktu yang telah ditetapkan.;Obat digunakan dalam keadaan perut kosong (1 jam

sebelum makan atau 2 jam setelah makan).;Amati jika ada timbul gejala ESO obat, seperti

mual, diare atau respon hipersensitivitas.;Jika masih belum memahami tentang penggunaan

obat, harap menghubungi apoteker.;Jika keadaan klinis belum ada perubahan setelah

menggunakan obat, maka harap menghubungi dokter.

MEKANISME AKSI

Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan mengikat satu atau lebih pada ikatan

penisilin-protein (PBPs = Protein binding penisilin’s), sehingga menyebabkan penghambatan

pada tahapan akhir transpeptidase sintesis peptidoglikan dalam ;dinding sel bakteri, akibatnya

biosintesis dinding sel terhambat, dan sel bakteri menjadi pecah (lisis).

MONITORING

Lamanya penggunaan obat;Menilai kondisi pasien sejak awal hingga akhir penggunaan

obat.;Mengamati kemungkinan adanya efek anafilaksis pada pemberian dosis awal

(Pramudianto, 2009)

Page 19: KAPITA SELEKTA

DAFTAR PUSTAKA

Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi keempat. Jakarta: UI-Press. 

Depkes RI 1995 Farmakope Indonesia Edisi IV . Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan

Makanan.

DepKes RI. 1979. Formularium Nasional. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan

Makanan.

Niazi SK. 2009. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Compressed

Solid Product Vol 6. United State of America: Informa Healthcare.

Pramudianto A, Evaria. MIMS Petunjuk Konsultasi Edisi 2009/2010. Jakarta: PT Bhuana Ilmu

Populer.

Safitri R, NS Sinta. 2010. Medium Analisis Mikroorgnasime (Isolasi dan Kultur). Jakarta

Timur: Trans Indo Media.

Sweetman SC. 2009. Martindale The Complete Drug Reference Edisi 36. London:

Pharmaceutical Press.