KAPITA SELEKTA
-
Upload
hani-herlina -
Category
Documents
-
view
38 -
download
5
description
Transcript of KAPITA SELEKTA
FORMULASI TABLET FENOKSIMETILPENISILIN 375 mg
SEBAGAI ANTIMIKROBA (ORAL)
Diajukan untuk memenuhi salah satu Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Kapita Selekta
HANI HERLINA
NIM 31110024
STIKes BAKTI TUNAS HUSADA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
TASIKMALAYA
2014
I. PREFORMULASI
Fenoksimetilpenisilina mengandung tidak kurang dari 95,0% penisilin jumlah dihitung
sebagai C16H18N2O5S dan tidak kurang dari 92,0% C16H18N2O5S.
Pemerian serbuk hablur halus; putih.
Kelarutan sangat sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol (95%) P; dan aseton; tidak
larut dalam lemak.
Keasambasaan pH suspensi 3% dalam air, antara 2,4 sampai 4,0.
Khasiat dan penggunaan Antibiotikum (Sweetman, 2009 hal 314)
Tablet fenoksimetilpenisilin
Komposisi : tiap tablet mengandung :
Fenoksimetilpenisilin 375 mg
Zat tambahan yang cocok secukupnya
Penyimpanan :dalam wadah tertutup.
Dosis : 1 sampai 4 kali sehari 1 sampai 3 tablet.
Catatan : Dapat juga digunakan fenoksimetilpenisilina kalium atau
fenoksimetilpenisilina kalsium yang tertera.
Sebagai zat tambahan tidak boleh menggunakan Comarab, Metilselulosa,
natrium Alginat, Pati Jagung dan Tragakan.
Tablet bersalut selaput.
Pada etiket harus tertera : Daluarsa; kesetaraan fenoksimetilpenisilina jika
yang digunakan fenoksimetilpenisilina kalium atau kalsium.
1 g fenoksimetilpenisilina kalium setara dengan kurang lebih 1 g
fenoksimetilpenisilina.
1 g fenoksimetilpenisilina kalsium setara dengan kurang lebih 1 g
fenoksimetilpenisilina.
Sediaan berkekuatan lain : 125 mg; 250 mg; 500 mg.
250 mg = 400.000 unit. Tidak kurang dari 200.000 unit dan tidak lebih dari
800.000 unit (DepKes RI, 1979 hal 240)
Zat tambahan yang digunakan antara lain :
1. Povidon
Pemerian putih; tidak berbau; Higroskopi (serbuk).
Kelarutan praktis larut dalam asam, kloroform, etanol, metanol, keton dan air. Praktis tidak
larut dalam eter hidrokarbon dan minyak mineral.
Stabilitas stabil pada suhu 110 – 130°C ; Mudah terurai dengan adanya udara dari luar ;
Dapat bercampur dengan air ; Stabil bila disimpan ditempat kering.
Kegunaan pengikat
DTT jika ditambahkan thimerosol akan membentuk senyawa kompleks. Kompatibel terhadap
gerak organik alami, resin sintetik dan senyawa lainnya. Akan terbentuk senyawa
sulfathiazole, sodium salisilat, asam salisilat, fenol barbital dan komponen lainnya.
2. Talk (Talcum)
Mg6(Si2O5)4(OH)4
Merupakan magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit alumunium
silikat.
Pemerian serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran
berrwarna putih atau putih kelabu; Tidak berbau; Tidak berasa.
Kelarutan tidak larut hampir dalam semua pelarut
Kadar 1 – 5 % sebagai antiadheren dan glidant
Keasam-kebasaan 6,5 – 10
Penggunaan antiadheren dan glidant
OTT senyawa ammonium kuartener
Penyimpanan dalam wadah tertutup baik (DepKes RI 1995 hal 771).
3. Mg Stearat (Magnesii Stearas)
C36H70MgO4
BM 591,27
Merupakan senyawa magnesium dengan campuran asam-asam organik padat yang diperoleh
dari lemak, terutama terdiri dari magnesium stearat dan magnesium palmitat dalam berbagai
perbandingan. Mengandung setara dengan tidak kurang dan tidak lebih dari 6,8% dan tidak
lebih dari 8,3% MgO.
Pemerian serbuk halus, licin dan mudah melekat pada kulit berwarna putih
Kelarutan praktis tidak larut dalam air, Praktis tidak larut dalam etanol ( 95 % ) P, Praktis
tidak larut dalam eter P
Kadar 0,25 – 5% sebagai lubrikant
Penggunaan lubrikan
OTT asam kuat, alkalis dan garam besi
Penyimpanan dalam wadah tertutup baik (DepKes RI 1995 hal 515).
4. Natrium Sitrat
C6H5Na3O7
BM 258,07
Pemerian hablur tidak berwarna atau serbuk hablur, putih.
Kelarutan dalam bentuk hidrat mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air
mendidih; tidak larut dalam etanol.
Kegunaan
Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat (DepKes RI 1995 hal 588).
II. FORMULA
Formula 250 mg 375 mgfenoksimetilpenisilin 250 mg 375 mg
Natrium sitrat 58,10 mg 70,60 mgPovidone 29,50 mg 42 mgAlkohol q.s q.sAmilum 16,00 mg 28,50 mg
Talk 16,00 mg 28,50 mgMagnesium stearat 6,10 mg 18,60 mg
(Niazi, 2009 hal 418).
III. PROSEDUR
Reaksi alergi kadang-kadang terjadi dengan penisilin. Hindari kontak sebanyak
mungkin, dan menggunakan peralatan khusus terhadap penisilin atau produk sefalosporin.
Batas-batas LOD rendah, jadi gunakan area ber-AC.
1. Granulasi
Keringkan amilum pada 80°C selama 36 jam sebelum digunakan. Periksa LOD amilum.
LOD harus kurang dari 2%.
a. Saring natrium sitrat pada 595 µm alat saring. Dalam mixer yang cocok, campurkan
natrium sitrat dengan fenoksimetilpenisilin selama 5 menit..
b. Larutkan povidone dalam 100 mL alkohol dalam stainless kering.
c. Tambahkan PVP - alkohol perlahan ke mixer , dan campur selama 30
menit atau sampai terbentuk granul. Tambahkan alkohol tetes edmi tetes jika
diperlukan.
d. Keringkan pada suhu 50°C selama 1 jam. LOD tidak boleh lebih dari 0,7 %.
e. Saring granul yang sudah terbentuk hingga ukurannya menjadi 1,59 mm.
2. Pelumasan
a. Masukkan granul kering ke dalam blender yang cocok.
b. Saring amilum kering dan talk ukuran 595 µm. Amilum kering dan Talk dicampurkan
dan dimasukkan ke dalam blender. Blender selama 30 menit.
c. Saring magnesium stearat melalui 595μm pada alat saringan dan menambahkannya ke
dalam blender. Blender selama 30 menit .
d. Masukkan granul ke dalam drum berlapis polietilen. Kemudian, segel dan timbang.
3. Kompresi
a. Kompres menggunakan standard concave punches 10,32 mm.
b. Kompres berat dihitung setelah penyesuaian, dengan variasi tidak lebih dari 3 %;
ketebalan antara 4,4 dan 4,6 mm ( berkisar tidak lebih dari ± 5 % ); kekerasan antara
10 dan 14 kPa, dan waktu hancur tidak lebih dari 15 menit dalam air .
4. Coating : Coat oleh subcoat Methocel, warna coat, dan polishing coat (Niazi, 2009 hal
418).
IV. EVALUASI GRANUL
1. Uji sudut diam
Sudut yang terbentuk setelah sejumlah serbuk atau granul mengalir dan tertahan pada
bidang datar sehingga membentuk kerucut. Pemeriksaan granul menggunakan metode
sudut diam dilakukan dengan cara memasukkan granul ke dalam corong uji waktu alir
yang berdiri bebas pada ketinggian tertentu di atas kertas grafik pada bidang
horizontal. Penutup corong dibuka sehingga granul keluar dan ditampung pada bidang
datar. Sudut diam granul dapat dihitung dengan rumus :
Tan α = H/R
Ket : α = sudut istarahat
H = tinggi tumpukan
R = jari – jari tumpukan granul.
Syarat : jika α = 25-30°C : Granul sangat mudah mengalir
α = 30-38°C : Granul mudah mengalir
α > 38°C : Granul kurang mengalir
2. Uji waktu alir
Tujuannya yaitu untuk menjamin keseragaman pengisian ke dalam cetakan.
Definisinya yaitu mengukur waktu yang diperlukan sejumlah serbuk atau granul
untuk mengalir dari corong atau jumlah serbuk atau granul yang mengalir dalam suatu
waktu.
Prosedur :
Timbang beaker glass kosong (W0)
Set skala ke nol menggunakan alat Granule Flow Tester
Masukkan serbuk/granul ke corong
Hidupkan alat dan amati serbuk /granul
Catat waktu aliran (T)
Timbang beaker glass berisi serbuk/granul (Wt)
Hitung aliran serbuk/granul :
(Wt – W0) / T
Syarat aliran abik jika 100 gram granul mengalir dalam ≤ 10 detik
3. Kerapatan mampat
BJ nyata/ruah
Beberapa bagian massa cetak ditimbang
Dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 mL
Diperoleh kerapatan nyata (BJ nyata/BJ ruah)
BJ mampat/ketuk
Dilakukan pengetukan gelas ukur menggunakan alat uji kompresibilitas (Tab
Density) hingga volume granul konstan (500x)
Diperoleh kerapatan mamapat (BJ mampat) :
Berat granul (g/mL) / volume granul konstan
4. Uji kompresibilitas (Indeks Carr)
Merupakan pengukuran persen kemampatan yang bertujuan untuk menghasilkan
tablet yang baik. Dapat dilihat dari harga indeks Carr (% kompresibilitas) yang sangat
bergantung pada kerapatan nyata maupun kerapatan mampat dari granul yaitu :
{(BJ mampat – BJ nyata) / BJ mampat} × 100%
Hasil uji kompresobilitas keterangan :
Kompresibilitas (%) aliran Sifat
5 – 12 sangat baik
12 – 18 baik
18 – 23 cukup
23 – 33 kurang
33 – 38 sangat kurang
>38 sangat buruk
5. Kandungan lembab
Yaitu jumlah massa (air) yang hilang selama proses pemanasan. Tujuannya yaitu
untuk mengontrol kandungan lembab granul sehingga dapat mengantisipasi masalah yang
terjadi selama proses pengempaan tablet, terutama kandungan lembab yang menjadi faktor
penyebabnya. Mengontrol kandungan lembab granul berkaitan dengan pertumbuhan mikroba,
jika granul tidak langsung dikempa menjadi tablet. Alat yang digunakan yaitu Moisture
Analyzer. Kadar air yang baik untuk granul tablet 2 – 5 %.
6. Distribusi ukuran partikel (Granulometri)
Merupakan analisis ukuran dan repartisi granul (penyebaran ukuran-ukuran granul).
Dalam melakukan analisis granulometri digunakan susunan pengayak dengan bergbagai
ukuran. Mesh terbesar diletakan paling atas dan dibawahnya disusun pengayak dengan mesh
yang makin kecil. Juga digunakan untuk mengamati kerapuhan granul yaitu gambaran
stabilitas fisis granul. Dapat diamati lewat ketahannya terhadap adanya getaran dengan
menempatkannya di atas ayakan bertingkat yang digetarkan. Alat yang digunakan yaitu
Granulometri.
V. EVALUASI TABLET
Setelah tablet dicetak, diambil beberapa tablet untuk diuji. Pengujian yang dilakukan
disebut in process control (IPC) yang terdiri dari :
1. Bentuk dan ukuran
Meliputi bobot dan ketebalan atau diameter tablet merupakan satu-satunya variabel
yang berkaitan dengan proses pencetakan. Ketebalan dipengaruhi oleh BJ ruah, BJ mampat
dan sifat aliran massa cetak. Alat yang digunakannya yaitu timbangan dan jangka sorong.
Keragaman bobot
Ditimbang 20 tablet dan dihitung bobot rata-ratanya
Bobot rata-rata tablet Penyimpangan bobot rata-rata dalam %A B
<25 mg 15 3026 – 150 mg 10 20151 – 300 mg 7,5 15
>300 mg 5 10Keterangan : A = jika ditimbang satu persatu >2 tablet
B = jika tidak ditimbang satu persatu
Jika perlu dapat diulang dengan 10 tablet namun tidak boleh menyimpang.
2. Kekerasan tablet
Evaluasi selanjutnya yaitu uji kekerasan. Uji kekerasan dilakukan untuk mengetahui
seberapa keras tablet yang dihasilkan dari proses formulasi. Tablet yang keras diperlukan
untuk mencegah kerusakan fisik selama proses produksi, penyimpanan, dan transportasi.
Namun kekerasannnya harus berada pada batas yang telah ditentukan.
Prosedur :
Diambil 20 tablet secara acak.
Mengukur kekerasan masing-masing tablet menggunakan alat Hardness Tester
Mencatat skala yang diukur.
Kekerasan tablet adalah harga rata-rata ke 20 tablet.
Nilai kekerasan tablet bergantung pada bobot tablet. Makin besar tablet, maka kekerasan
yang diperlukan makin besar.
Syarat : Bobot tablet sampai 300 mg 4 – 7 kg/cm2
Bobot tablet 400 -700 mg 7 – 12 kg/cm2
3. Friabilitas dan friksibilitas
Uji friabilitas atau uji ketahanan digunakan untuk melihat tingkat kerapuhan tablet
terhadap gesekan dan bantingan. Hal ini berkaitan dengan penggunaan jenis pengikat dan
distribusi pengikat dalam tablet. Dalam friabilitas, yang dipengaruhi adalah daya ikat
eksternal tablet. Pengikat yang efektivitasnya tinggi akan memberikan % friabilitas yang
rendah karena pengikat tersebut akan mengikat kuat massa tablet sehingga massa yang lepas
dari tablet akan lebih sedikit.
Uji friksibilitas merupakan parameter untuk menguji ketahanan tablet jika tablet
mengalami gesekan antar sesama tablet.
Syarat tableet dapat diterima apabila mempunyai persen friabilitas dan friksibilitas <1%.
Alat yang digunakan adalah Friability Tester.
4. Uji keseragaman sediaan
Uji keseragaman bobot dilakukan untuk melihat homogenitas granul karena apabila
bobot tidak seragam kemungkinan disebabkan oleh homogenitas yang kurang baik.
Keseragamn bobot dilihat dari persen deviasi maksimum. Untuk tablet dalam percobaan,
syaratnya tidak boleh ada 2 tablet yang masing-masing menyimpang dari bobot rata-rata lebih
besar dari 5% dan tidak boleh satu pun tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih
dari 10%. Keseragaman bobot dipengaruhi oleh laju alir. Apabila laju alir bagus, berarti
keseragaman bobot juga bagus.
5. Uji waktu hancur
Uji waktu hancur dilakukan untuk melihat seberapa lama obat (tablet) bisa hancur di
dalam tubuh saluran cerna yang ditandai dengan sediaan menjadi larut, terdispersi, atau
menjadi lunak karena tidak lagi memiliki inti yang jelas, kecuali bagian penyalut yang tidak
larut. Waktu hancur berkaitan dengan penggunaan disintegran dan daya ikat dalam formulasi
tablet. Uji ini bertujuan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur sesuai monografi
zat aktif.
Alat yang digunakan yaitu Disintegran Tester.
6. Uji Disolusi.
Laju disolusi merupakan waktu yang diperlukan obat untuk melarut dalam cairan. Laju
disolusi dinyatakan sebagai milligram zat yang dilarutkan permenit sentimeter persegi
(mg/menit/cm2).
Disolusi adalah suatu perubahan proses dari bentuk padat ke bentuk cairan atau larut,
dimana dimulai dengan disintegrasi kemudian melarut sehingga menghasilkan bentuk larutan.
Disolusi dapat mengakibatkan oleh laju dimana obat menjadi tersedia untuk diserap tubuh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju disolusi yaitu :
1. Sifat fisikokimia obat
a. Karakteristik fase padat
Laju disolusi dipengaruhi oleh bentuk amorf dan Kristal, dari beberapa penelitian
menunjukkan bahwa amorf dari obat lebih memberikan kelarutan yang besar dan laju disolusi
yang lebih tinggi dari pada bentuk Kristal.
b. Polimorfisme
Polimorf merupakan bentuk Kristal obat yang terdiri dari satu bentuk Kristal. Polimorf
menunjukkan kinetika pelarut yang berbeda meskipun memiliki struktur kimia yang identik.
Beberapa laporan menunjukkan bahwa polimorfisme dalam bentuk hidrat, solvate atau
kompleks secara nyata mempengaruhi karakteristik disolusi dan obat.
c. Karakteristik partikel
Laju disolusi secara langsung berhubungan dengan permukaan obat. Jika daerah
permukaan diperbesar dengan memperkecil ukuran partikel, laju disolusi menjadi tinggi
disebabkan pengurangan ukuran partikel.
2. Faktor formulasi
a. Bahan Tambahan
Laju disolusi suatu obat murni dapat berubah secara bermakna saat dicampur dengan
berbagai bahan tambahan sela proses pencetakan bentuk sediaan. Bahan tambahan ini antara
lain bahan pengisi, pengikat, penghancur, pelican dan sebagainya.
b. Ukuran Partikel
Untuk meningkatkan laju disolusi dipilih ukuran partikel optimal yaitu cukup kecil
untuk memberikan luas permukaan spesifik yang berarti, tetapi tidak terlalu kecil agar
kesulitan pembasahan yang disebabkan oleh muatan partikel yang terjadi selama penggerusan
dapat dihindari (DepKes RI, 1995)
Setelah dilakukan uji disolusi kemudian sampel diukur kadarnya menggunakan
spektrofotometri.
VI. PENGUJIAN ANTIMIKROBA
6.1. Alat
Autoclave, oven, inkubator, neraca analitik, tabung reaksi, objek glass, pipet ukur,
mikropipet, Erlenmeyer, gelas ukur, cawan petri.
6.2. Bahan
Media Mueller Hinton, aquades, alkohol, NaCl fisiologis, Staphylococcus aureus.
6.3. Sampel
Fenoksimetilpenisilin 375 mg.
6.4. Sterilisasi alat
Alat terlebih dahulu disterilkan untuk menghindari adanya kontaminasi dengan
mikroba pengganggu. Alat-alat gelas disterilkan menggunakan oven pada suhu 180°C selama
30 menit. Sedangkan untuk sterilisasi media menggunakan autoclave pada suhu 121°C
selama 15 menit.
6.5. Pembuatan media
a. Jenis media :
Mueller-Hinton Broth adalah medium cair yang digunakan untuk uji sensitivitas,
medium ini kaya nutrisi sehingga cocok untuk menguji sensitifitas mikroorganisme terutama
Nesseria pathogen. Selain itu medium ini juga banyak digunakan untuk kultur
mikroorganisme pathogen khususnya genus Neisseria seperti Neisseria gonorrhoeae dan
Neisseria meningitides, tetapi juga bias digunakan untuk Escherichia coli, Listeria
monocytogenes, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus auresi, Streptococcus pyogenes,
dan Streptococcus faecalis.
Sifat media : Umum
Fungsi : Untuk menguji sensitifitas mikroorganisme dan digunakan untuk kultur
mikroorganisme phatogen khususnya genus Neisseria.
Komposisi :
Bahan Ukuran (gram)
Beef Infusion 3.0
Casein Peptone H 17.5
Starch 1.5
Cara pembuatan Mueller-Hinton Broth :
- Sebanyak 21.0 gram medium disuspensikan ke dalam 1 L akuades atau deionized.
- Medium dipanaskan sampai mendidih agar tercampur dengan sempurna selam 1 menit.
- Disterilisasi di dalam autoklaf selama 15 menit, pada suhu 121 0C, tekanan 1-2 atm.
- Tunggu hingga agak dingin sekitar suhu 40-45 0C.
- Masukkan ke dalam cawan petri.
b. Pembuatan NaCl fisiologis
- Timbang 0,98 gram NaCl.
- Larutkan dengan aquades sebanyak 100 mL.
- Kemudian sterilkan menggunakan autoclave 121° selama 15 menit (Safitri, 2010).
6.6. Pembuatan suspensi bakteri
Standar yang digunakan untuk suspensi bakteri yaitu 1 Mc Farland. Dicampurkan 9
mL H2SO4 1% dengan 1 mL BaCl2 1,175% di tabung reaksi. Campuran ini merupakan larutan
pembanding. Masukan strain murni Staphylococcus aureus ke dalam tabung reaksi yang
berisi NaCl fisiologis steril. Adanya kekeruhan diamati secara visual dibandingkan dengan
larutan pembanding. Dapat diukur kepadatan jamur dengan metode turbidimetri
menggunakan pembanding Staphylococcus aureus dan spektrofotometri pada panjang
gelombang 624 nm. Kepadatannya adalah 3 × 108 CFU/mL.
6.7. Pengujian
- Larutkan tablet fenoksimetilpenisilin 375 mg ke dalam labu ukur 100 mL, add
aquades hingga tanda batas.
- Pipet sebanyak 1 mL larutan fenoksimetilpenisilin, masukkan ke dalam tabung reaksi
steril, kemudian tambahn 9 mL aquades (pengenceran 1/10 konsentrasi 20 mg/mL).
- Media yang sudah dimasukkan ke dalam cawan petri kemudian ditambahkan
Staphylococcus aureus sebanyak 0,04 mL. Homogenkan dan diamkan hingga
membeku.
- Kemudian dilubangi menggunakan tabung durham sebanyak 4 lubang.
- Masukkan larutan fenoksimetilpenisilin yang telah diencerkan ke dalam lubang.
- Kemudian inkubasikan selama 24 jam pada suhu 37°C.
- Dari ukuran zona bening yang terbentuk dapat ditentukan sifat antibiotik
fenoksimetilpenisilin resisten, sensitif atau intermediet.
VII. PENENTUAN KADAR FENOKSIMETILPENISILIN 375 mg
Dapar fosfat 0,05 M, pH 6
Larutkan 6,8 gram kalium fosfat monobasa P dalam 900 mL air, atur pH hingga 6
dengan natrium hidroksida 1 N, encerkan dengan air hingga 1000 mL.
Fase gerak
Buat campuran dapar fosfat 0,05 M pH 6 dan asetonitril P (4:1), saring melalui
penyaring membran dengan porositas 5 µm atau lebih halus.
Larutan baku
Timbang lebih kurang 80 mg fenoksimetilpenisilin 375 mg, masukkan ke dalam labu
ukur 100 ml, tambahkan 50 mL fase gerak, kocok hingga larut, encerkan dengan fase gerak
sampai tanda batas.
Pengujian menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi
Kromatografi dilengkapi dengan detektor 225 nm dan kolom 4 mm x 30 cm berisi
bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 10 µm. Laju aliran lebih kurang 2 mL per menit.
Lakukan kromatografi larutan baku dan larutan kesesuaian sistem, rekam respons puncak
utama; efisiensi kolom ditentukan dari puncak aanalit tidak kurang dari 600 lempeng teoritis;
resolusi R antara puncak fenoksimetilpenisilin tidak kurang dari 2,0; simpangan baku relatif
pada penyuntikan ulang larutan baku tidak lebih dari 1,0%.
Suntikan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 10 µL) larutan baku, larutan uji
dan larutan kesesuaian sistem ke dalam kromatograf, ukur respons puncak utama. Waktu
retensi relatif fenoksimetilpenisilin lebih kurang dari 0,7 (DepKes RI, 1995 hal 969).
VIII. FENOKSIMETILPENISILIN 375 mg
Tablet fenoksimetilpenisilin mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
120,0%.
FARMAKOLOGI
Absorpsi 60% sampai 73%; Distribusi masuk ke dalam air susu ibu; Ikatan protein plasma
80%; T1/2 eliminasi 30 menit dan mengalami perpanjangan pada gagal ginjal; Tmax 0,5 – 1
jam; Ekskresi urin (dalam bentuk utuh dan dalam bentuk metabolit).
STABILITAS PENYIMPANAN
Sediaan tablet disimpan pada suhu 15 - 30°C.
KONTRA INDIKASI
Hipersensitif terhadap penisilin atau komponen lain dalam sediaan.
EFEK SAMPING
> 10% : Gastrointestinal: diare sedang, muntah, mual, atau kandidiasis.;< 1% : (Kejadian
jarang dan dapat hilang dengan sendirirnya); akut interstisial nephritis; konfusi; anemia
hemolitik.
INTERAKSI MAKANAN
Makanan dapat menurunkan kadar absorbsi penisilin; dapat menurunkan kadar obat dalam
serum plasma.
INTERAKSI OBAT
Meningkatkan efek toksis: ;Probenezid dapat meningkatkan kadar penisilin.;Aminoglikosida
kemungkinan mempunyai efek sinergi dengan penisilin.;Penisilin kemungkinan mempunyai
meningkatkan efek paparan metotreksat selama proses terapi (monitoring).;Menurunkan efek:
;Tetrasiklin kemungkinan dapat menurunkan efektifitas dari penisilin.;Meskipun masih dalam
penelitian, efek kontrasepsi oral dapat diturunkan efektifitasnya oleh penisilin.
PENGARUH HASIL LAB
Pada penggunaan lama : dapat mempengaruhi hasil pengukuran fungsi Ginjal.
PERINGATAN
Digunakan secara hati-hati pada pasien gagal ginjal (penyesuaian dosis); riwayat kejang atau
hipersensitif terhadap sefalosporin.
INFORMASI PASIEN
Untuk menghindari timbuknya resistensi, maka sebaiknya penisilin V digunakan dalam dosis
dan rentang waktu yang telah ditetapkan.;Obat digunakan dalam keadaan perut kosong (1 jam
sebelum makan atau 2 jam setelah makan).;Amati jika ada timbul gejala ESO obat, seperti
mual, diare atau respon hipersensitivitas.;Jika masih belum memahami tentang penggunaan
obat, harap menghubungi apoteker.;Jika keadaan klinis belum ada perubahan setelah
menggunakan obat, maka harap menghubungi dokter.
MEKANISME AKSI
Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan mengikat satu atau lebih pada ikatan
penisilin-protein (PBPs = Protein binding penisilin’s), sehingga menyebabkan penghambatan
pada tahapan akhir transpeptidase sintesis peptidoglikan dalam ;dinding sel bakteri, akibatnya
biosintesis dinding sel terhambat, dan sel bakteri menjadi pecah (lisis).
MONITORING
Lamanya penggunaan obat;Menilai kondisi pasien sejak awal hingga akhir penggunaan
obat.;Mengamati kemungkinan adanya efek anafilaksis pada pemberian dosis awal
(Pramudianto, 2009)
DAFTAR PUSTAKA
Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi keempat. Jakarta: UI-Press.
Depkes RI 1995 Farmakope Indonesia Edisi IV . Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan.
DepKes RI. 1979. Formularium Nasional. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan.
Niazi SK. 2009. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Compressed
Solid Product Vol 6. United State of America: Informa Healthcare.
Pramudianto A, Evaria. MIMS Petunjuk Konsultasi Edisi 2009/2010. Jakarta: PT Bhuana Ilmu
Populer.
Safitri R, NS Sinta. 2010. Medium Analisis Mikroorgnasime (Isolasi dan Kultur). Jakarta
Timur: Trans Indo Media.
Sweetman SC. 2009. Martindale The Complete Drug Reference Edisi 36. London:
Pharmaceutical Press.