Kanker Rongga Mulut

13
Kanker Rongga Mulut (Oral) Premaligna, Karsinoma Sel Skuamous Posted on 13 February 2011 by ArtikelBedah Kanker mulut umumnya bersifat maligna terutama pada perokok serta orang dengan konsumsi makanan kurang serat menyebabkan morbiditas, penderitaan , dan kematian. Namun demikian kanker secara primer merupakan penyakit akibat usia dan disregulasi sel. Lebih dari 90 % dari semua kanker mulut berkembang pada usia diatas 45 tahun dengan onset rata- rata umur decade 60-an, tetapi ada indikasi lain yang sudah terdaftar di seluruh dunia bahwa onset usia untuk kanker mulut menurun, faktanya bahwa dilaporkan pasien dengan usia dibawah 40 tahun tanpa bukti faktor resiko. Penelitian terbaru menyatakan adanya kemungkinan perubahan genetik kromasomal yang berpotensi sebagai factor resiko Di amerika serikat penderita kanker mulut yang tertinggi adalah African-america dibanding ras lain juga mempunyai mortalitas tertinggi (table 20.1). prevalensi ini mungkin berhubungan dengan kepedulian kesehatan pribadi, tingkay pendidikan, dan keterlambatan diagnosis. Lidah merupakan organ yang paling sering terkena di bagian intraoral kemudain diikuti oleh bibir dan dasar mulut. Jika bibir tidak dimasukkan dalam kategori(dominant pada pria) maka rasio jenis kelamin pria dan wanita adalah kurang dari 2 : 1. Kanker mulut dihubungkan dengan morbiditas yang tinggi, nyeri, dan kematian. Ketahanan hidup 5 tahun (five-year survival rate) untuk kanker mulut jenis sel skuamous jelek(table 20.2) bahkan pada Negara yang sudah berkembang dengan pembedahan,radioterapi, dan kemoterapi yang sangat maju, ketahanan hidupnya kira-kira hanya 50%. Pada umumnya kanker terapi biasanya dilakukan sebagai usaha untuk penyembuhan akan tetapi jika terapi telah selesai dilakukan maka morbiditas meningkat dan kualitas hidup akan menurun. Keadaan menjadi tidak baik jika terjadi keterlambatan diagnosis dan akan menjadi tumor stadium lanjut, maka yang harus dipertimbangkan adalah batas-batas tumor pembedahan, meningkatnya metastase regional, menurunnya efektifitas

description

kanker

Transcript of Kanker Rongga Mulut

Page 1: Kanker Rongga Mulut

Kanker Rongga Mulut (Oral) Premaligna, Karsinoma Sel SkuamousPosted on 13 February 2011 by ArtikelBedah

Kanker mulut umumnya bersifat maligna terutama pada perokok serta

orang dengan konsumsi makanan kurang serat menyebabkan morbiditas,

penderitaan , dan kematian.

Namun demikian kanker secara primer merupakan penyakit akibat usia

dan disregulasi sel. Lebih dari 90 % dari semua kanker mulut

berkembang pada usia diatas 45 tahun dengan onset rata-rata umur

decade 60-an, tetapi ada indikasi lain yang sudah terdaftar di seluruh

dunia bahwa onset usia untuk kanker mulut menurun, faktanya bahwa

dilaporkan pasien dengan usia dibawah 40 tahun tanpa bukti faktor

resiko. Penelitian terbaru menyatakan adanya kemungkinan perubahan

genetik kromasomal yang berpotensi sebagai factor resiko

Di amerika serikat penderita kanker mulut yang tertinggi adalah African-

america dibanding ras lain juga mempunyai mortalitas tertinggi (table

20.1). prevalensi ini mungkin berhubungan dengan kepedulian kesehatan

pribadi, tingkay pendidikan, dan keterlambatan diagnosis. Lidah

merupakan organ yang paling sering terkena di bagian intraoral

kemudain diikuti oleh bibir dan dasar mulut. Jika bibir tidak dimasukkan

dalam kategori(dominant pada pria) maka rasio jenis kelamin pria dan

wanita adalah kurang dari 2 : 1.

Kanker mulut dihubungkan dengan morbiditas yang tinggi, nyeri, dan

kematian. Ketahanan hidup 5 tahun (five-year survival rate) untuk kanker

mulut jenis sel skuamous jelek(table 20.2) bahkan pada Negara yang

sudah berkembang dengan pembedahan,radioterapi, dan kemoterapi

yang sangat maju, ketahanan hidupnya kira-kira hanya 50%. Pada

umumnya kanker terapi biasanya dilakukan sebagai usaha untuk

penyembuhan akan tetapi jika terapi telah selesai dilakukan maka

morbiditas meningkat dan kualitas hidup akan menurun.

Keadaan menjadi tidak baik jika terjadi keterlambatan diagnosis dan

akan menjadi tumor stadium lanjut, maka yang harus dipertimbangkan

adalah batas-batas tumor pembedahan, meningkatnya metastase

regional, menurunnya efektifitas radioterapi, dan factor-faktor biologi

lainnya yang berhubungan dengan ukuran tumor

Karena keterlambatan diagnosis maka pencegahan merupakan prioritas.

Pencegahan diantaranya adalah pengawasan factor resiko pada perokok

dan konsumsi alcohol. Factor lain yang tidak kalah penting adalah

Page 2: Kanker Rongga Mulut

menurunkan terjadinya kanker mulut yaitu pengenalan dan

penatalaksanaan lesi prekanker akan tetapi informasi yang terbaru

walaupun segala usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya

kanker , sebagian kanker mulut tetap berkembang. Deteksi dini

merupakan salah satu cara untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas,

akan tetapi menentukan diagnosa dini dan lokasi kanker mulut sel

skuamous belum memuaskan.

Premalignansi oral

Premalignansi oral dapat diketahui sebagai lesi dengan pertumbuhan sel

yang tidak terkontrol dan dapat berubah menjadi kanker, diikuti oleh

disrupsi fungsi jaringan normal . proses patologi ini terjadi pada epitel

skuamous berlapis yang melapisi seluruh rongga mulut dan orofaring.

Manifestasi klinis yang tersering adalah leukoplakia yang merupakan

proses biokimia hyperkeratosis. Penjelasan ilmiah tentang hubungan

antara pembentukan keratin dan transformasi malignansi belum

diketahui; hubungan berdasarkan epidemiologi terjadinya karsinoma

perbandingan tiap individu dengan populasi secara umum.

hyperkeratosis menyebabkan plak berwarna putih yang tidak dapat

hilang walaupun digores juga adanya eritroplakia sebagai lesi beresiko

tinggi, kombinasi kedunya tidak jarang muncul (erythroleukoplakia) lesi

tersebut lebih cepat menjadi displasia atau karsinoma disbanding dengan

lesi yang homogen.

Pada kebanyakan kasus, prediksi tentang perubahjan menjadi malignasi

tidak akurat oleh sebab itu penanda seluler (tumor marker) sedang

dikembangkan dan di uji untuk akurasi skrining lesi mana yang akan

menjadi kanker. Pengetahuan tentang genetic molecular juga membantu

dalam penilaian perubahan menjadi kanker. Walaupun banyak

practitioners (dokter) mempunyai pengetahuan terbatas untuk mengenal

secara klinis factor resiko dan morfologi secara mikroskopik untuk

membantu rumusan penilaian klinis dan penatalaksanaan.

Hubungan Patologi dan molecular dari penyakit

Premalignansi & displasia

Perubahan mikroskopis yang terjadi dalam batasan leukoplakia dari

hyperkeratosis sederhana sampai karsinoma sel skuamous dini .

walaupun kombinasi lesi merah dan lesi putih menunjukkan perubahan

yang besar dari perubahan displastik, penampakan klinis dari

Page 3: Kanker Rongga Mulut

leukloplakia tidak bisa diprediksi dari penampakan mikroskopis.

Keratosis benigna termasuk hiperparakeratosis, hiperortokeratosis,

akantosis, dan kombinasi perubahan ketiganya.

Parakeratosis bersama akantosis sering ditemukan pada perokok, jika

sel-sel mulai berubah menjadi malignansi, sel-sel tersebut berada pada

lapisan basal dan parabasal . sel-sel tersebut memperlihatkan perubahan

atipik sitologi klasik yang mengindikasikan siklus sel yanhg cepat

termasuk pleomorfik, hiperkromasi, dan membesarnya ukuran inti sel

selanjutnya bentuk menjadi bulbous & teardrop (bentuk bulbus dan air

mata) dan akan bersatu antara satu dengan yang lain. perubahan ini

alami, jika terbatas pada bagian bawah epitel skuamous berlapis maka

secara umum disebut mild dysplasia . sangat penting bagi seorang dokter

untuk memahami bahwa diagnosis mild dysplasia di tandai sebagai

perkembangan suatu lesi kanker. Iritasi dan inflamasi dapat pula

merubah mukosa yang dapat menyebabkan perubahan seperti displasia.

Perubahan atipik sitologi yang terjadi di bagian basal, parabasal, dan

lapisan spinosus maka dapat dikatakan sebagai moderate dysplasia,

sedangkan jika sebagian besar lapisan epitel sudah terjadi perubahan

disebut severe dysplasia. Perubahan sitologik yang sudah melewati

lapisan basal hingga permukaan luar dari keratinosit disebut karsinoma

in-situ, yang penting adalah pada severe dan moderate dysplasia

sebagaimana karsinoma in-situ dapat dikatakan sebagai lesi prekanker

dan sangat cenderung menjadi kanker skuamous. Beberapa lesi displasia

yang tak di terapi bisa tidak terjadi perubahan selama beberapa bulan

bahkan sampai bertahun-tahun dan bebrapa diantaranya hilang secara

spontan, tetapi tidak bisa diperkirakan secara akurat perjalanan displasia

tanpa pemeriksaan histopatologis.

MALIGNANSI & KARSINOMA

Dikatakan karsinoma jika secara sitologi karatinosit atipik telah hilang

kontuinitas dengan epitel skuamous berlapis dan sel-sel tumor telah

menyebar sampai submukosa.

Proses ini merupakan kejadian dini dalam karsinogenesis yang disebut

invasive karsinoma sel skuamous superfisialis. Walaupun perubahan ini

berkembang dari lesi displastik menjadi karsinoma in-situ tapi tidak

menutup kemungkinan terjadi hanya pada sel-sel stratum basalis yang

displasia. Tidak semua kanker dini berkembang dari karsinoma in-situ

yang menyebar ke submukosa. Penyebaran ini biasanya berasal dari

Page 4: Kanker Rongga Mulut

membrane basalis; namun demikian pada saat tumor menyebar kedalam

submukosa biasanya dibungkus oleh struktur membrane basalis, hal

tersebuit merupakan bukti bahwa rangkaian dari penyebaran ini di atur

oleh sel-sel protein. Jika sel-sel karsinoma telah menyebar dalam

submukosa maka penetrasi dinding vascular limfatik akan terjadi dan sel-

sel tumor intralimfatik dapat berpindah secara pasif ke limfonodus

regional sebagai nodus metastase yang akan memperburuk prognosa.

Jalur metastase yang utama adalah melalui system limfatik dengan

penyebaran secara hematologen. Penyebaran secara hematogen jarang

menyebar ke system organ yang lain.

Sebagaimana biasanya pertumbuhan tumor dan invasi kedalam jaringan

ikat awalnyadidahului debgan respon inflamasi kronis. Sel-sel yang

berasal dari tumor yang lain berkembang pada kecepatan yang berbeda,

dan kecepatan pergantian siklus sel secara terbalik berkaitan dengan

diferensiasi tumor.sel-sel yang menempakkan gambaran keratinosit yang

matur, skuamous, mutiara keratin berdiferensiasi dengan baik, dimana

jika tanpa diferensiasi keratin menyerupai sel-sel basalod dan

berdiferensiasi jelek. Secara umum sel berdiferensiasi jelek mempunyai

kecepatan pergantian siklus yang lebih cepat, lebih agresif, dan lebih

sensitive terhadap radioterapi. Umumnya tumor pada bagian anterior

mulut lebih berdiferensiasi disbanding bagian posterior (tonsil, dasar

lidah).

SIKLUS SEL

Kanker mulut dan lesi mulut prekanker berkembang sebagai

konsekwensi siklus sel yang tidak terkontrol. Factor-faktor etiologi yang

telah disebutkan bertanggung jawab hingga siklus sel terus berlanjut.

Peningkatan siklus ini merupakan akibat mutasi berganda sampai empat

sampai delapan mutasi dengan berbagai variasi yang mengatur proses

pembelahan sel. Keratinosit oral mem,punyai reseptor-reseptor

membrane di permukaan yang mengikat ligand sitokin dan banyak

sitokin dengan growth factors (factor pertumbuhan). Epidermal growth

factors, plateled derived growth factors, dan fibroblast growth factors

yang semuanya memiliki reseptor keratinosit, sekali sudah terikat

dengan ligand mereka akan memacu konformasional perubahan protein

dengan fosforilasi domain reseptor intrasitoplasmik (aktifitas kinase)

sehingga akan memicu proses biokimia yang melibatkan secondary

messengers seperti MAP Kinase (mitosis-associated protein) dalam

Page 5: Kanker Rongga Mulut

sitoplasma yang menyebabkan kulminasi di dalam transkripsi DNA dari

protein. Protein-protein tersebut transaktifasi DNA-binding protein yang

lain membentuk struktur yang disebut ring fingers.

Factor-faktor transkripsi seperti C-myc,fos,dan jun akan mengaktifkan

molekul-molekul pengatur siklus sel.

Banyak gen-gen yang memberi kode growth factor , reseptor-reseptor,

molekul internal pemberi signal, factor-faktor transkripsi disebut sebagai

proto-onkogen. Jika terpicu dan menjadi aktif maka akan terjadi mitosis

yang cepat. Molekul yang rusak atau mutasi akan mengurangi ekspresi

proto-onkogen kemudian akan meningkatnya siklus mitosis.. siklus sel di

pengaruhi oleh molekul-molekul yang mehatur tiap fase. Fase G1

merupakan suatu masa antara (Gap) dengan aktifitas yang minimal atau

dengan kaya lain merupakan tahap awal fase S dimana DNA beristirahat

dan terjadi polymerase dan akan menggandakan rantai.setelah fase S

maka akan memasuki fase G2 atau fase istirahat setelah itu fase

berikutnya adalah pengikatan molekul sitoskeletal yang mengumpulkan

mitosis spindle dan permulaan metaphase. Terdapat substansi yaitu

cyclins dan cell Cycle-dependent kinase (CDK) yang berfungsi sebagai

sawar sel/reseptor. Proliferating cell nuclear antigen (PCNA) merupakan

kofaktor yang berikatan dengan cyclins dan CDK dan diekspresikan

sebelum & selama fase S.

GEN SUPRESSOR TUMOR

Terdapat kelompok gen yang memberi kode dan pengaruh negative pada

bagian sel yang diketahui sebagai tumor suppressor genes (TSG). TSG

berfungsi untuk menghambat siklus sel saat terjadi kerusakan DNA.

Kerusakan DNA dapat terjadi akibat karsinogen atau infeksi dengan virus

onkogen, jika krusakan parah dan tidak bisa diperbaiki maka protein TSG

akan memicu terjadinya Apoptosis (Programmed cell death). Salah satu

gen utama adalah p53 dimana protein ini akan aktif jika DNA rusak, p53

merupaka factor transkripsi yang memicutranskripsi protein yang lain

yaitu p21 yang menghambat interaksi siklus sel , mengatur protein CDK

& Cyclin, inhibisi ini melindungi sel dari cepatnya masuk ke dalam fase

S. mutasi p53 pada kedua alel atau hanya satu alel yang dimutasi

sedangkan yang lainnya akan diekspresikan akan mengakibatkan tak ada

hambatan pada siklus sel dan kecepatan mitosis akan tidak terkendali.

pada kanker mulut biasanya p53 akan mutasi.sebagai informasi proto-

onkogen, TSG, dan molekul protein sawar sel merupakan kelompok gen

Page 6: Kanker Rongga Mulut

yang berfungsi untuk memperbaiki DNA yang juga dapat bermutasi pada

kanker mulut. Proses repair pada rantai tunggal dan ganda pada DNA

dapat terjadi ketidakcocokan dan biasanya proses ini terjadi pada masa

replikasi dan hasilnya disebut molekul pengganti.

Kerusakan DNA yang tak terkendali pada tampat tertentu dapat

menyebabkan terganggunya masa mitosis. Pada table 20.7 menerangkan

bahwa daftar lesi molekul yang di identifasi pada lesi prekanker 4 lesi

kanker mulut.

Penyebab perubahan gen tidak selalu dapat diketahui namun demikian

kaitannya dengan onkogen mukosa atrofi human papillomavirusses(HPV)

telah diketahui. HPV tipe 16 dan 18ditemukan dalam kanker sel

skuamous serviks uterus adalam bentuk trunkal sampai 98%,juga

ditemukan pada kanker sel skuamous oral dan anorektal. Peranan HPV

pada patogenesis kanker rongga mulut beleum sejelas pada kanker

serviks; telah banyak peneliti menyelidiki HPV DNA, mRNA, dan protein

virus pada kanker rongga mulut. HPV tipe 16 memberi kode suatu

protein awal(E6) yang transaktifkan sel genom host untuk sintesa suatu

protein yang mampu mengikat p53. ikatan ini dapat menyebabkan

degradasi ensim p53 melalui jalur ubiquintin-proteasome, dengan

eliminasi p53-p21 maka mekanismw mitosis akan gagal, jika bersamaan

dengan mutasi pada satu alel siklus sel menjadi tidak etrkendali.

MOLEKUL ADHESI

Selain karena aktifasi sel , kanker rongga mulut mempunyai sel-sel yang

bermigrasi dan melengket pada endotel p[embuluh darah dan masuk

kedalam sirkulasi selanjutnya akan menyebar. Potensi penyebaran dan

metastase sel karsinoma tidak seperti teroris akan tetapi secra biologis

akan melewati matriks ekstraseluler (ECM)karena sifat sel. Ekspresi

molekul matriks adhesi dengan sinyal internal menyebabkan peningkatan

sitoskeletal didalam sel akan menyebarkanluaskan motilitas. Karsinoma

rongga mulut telahmenunjukkan menurunnya factor yang diperlukan

untuk ikatan sel dengan protein ECM dan proteoglikans. Hilangnya alfa-

2,3,4,5,6 ,beta -1 adan dimmer 64 pada karsinoma juga hilangnya

adhesin akan mengurangi imobilisasi. Integrin ligan laminin 5 pada

membrane basalis juga hilang dan ekspresi akan lemah, sebaliknya

integrin v6 meningkat sama seperti ensim sinyal internal kinase

keduanya akan memicu motilitas sel. Molekul adhesi sel lain yang tak

Page 7: Kanker Rongga Mulut

terekspresi dan diperkirakan mempunyai hubungan denan penyebaran

dan metastase yaitu E-Chaderin, Catenins, dan Hyaluronate binding

molecul CD44.

RESPON HOST

Pertahanan host melawan perubahan keratinosit rongga mulut dapat

dilihat secara histology sebagai suatu infiltrasi leukosit mononuclear

disekeliling sel-sel kanker, lesi prekanker tentunya juga merangsang

respon inflamasi mukosa. Sel-sel tumor memperlihatkan varasi antigen

yang ditemukan pada fetal dan disebut cancer-fetal antigen . beberapa

sel kanker memperlihatkan antigen kanker spesifik yang unik, antigen-

antigen tersebut merupakan target sel T sitotoksik yang dimana

kompleks reseptor T-sel dapat mengenal antigen jika terbaca pada

konteks molekul major histo-compability complex class I(MHC-1) pada

membran sel kanker. rencana terapi dikembangkan dengan sasaran

antigen tersebut memakai antibody imunospesifik dan limfosit sitotoksik.

SPEKTRUM KLINIS PREMALIGNAN RONGGA MULUT

DAN LESI KANKER

Seperti ilustrasi sebelumnya lesi premaligna rongga mulut dapat merah,

putih atau campuran merah dan putih.Lesi leukoplakia dapat muncul

dalam berbagai bentuk seperti putih dan rata bentuk yang kurang

iregularitas disebut leukoplakia homogen, bentuk lain seperti celah dan

permukaan yang kasar disebut veruka leukoplakia. jika lesi veruka putih

bentuk difus atau multifokal disebut proliferasi veruka leukoplakia.

Bentuk ini umumnya ditemukan pada penderita wanita tua, kebiasaan

merokok dan mempunyai resiko tinggi untuk menjadi keganasan

Leukoplakia pada bibir diperkirakan akibat radiasi ultraviolet dan

disebut actinic cheilitis. Lesi biasanya rata diseluruh atau sebagian

permukaan perbatasan vermillion bibir. Kadang-kadang ditandai dengan

adanya krusta dan menebal, jika daerah ulserasi atau indurasi muncul

pada permukaan bibir maka perlu dicurigai adanya displasia dan

perubahan dini karsinoma

Eritroplakia merupakan tipe macula berwarna merah homogen yang

difus, eritroplakia juga dapat bercampur dengan plak berwarna putih

(ertroleukoplakia). eriroplakia dengan bintik putih kecil yang banyak

disebutk bintik Eritroplakia. penyakit lain mempunyai penampilan serta

gejala klinis yang sama dengan displasia dan karsinoma oleh karena itu

harus dilakukan biopsy untuk dignosa pasti.

Page 8: Kanker Rongga Mulut

Karsinoma sel skuamous rongga mulut telah ada secara de novo sebelum

klinis leukoplakia dan Eritroplakia nampak. Secara klinis lesi mempunyai

penampakan seperti lesi prekanker stadium awal karsinigenesis. pada

saat awal penyebaran dari submukosa Karsinoma sel skuamous

mempunyai indurasi, luka yang tidak bisa sembuh, dan tepi yang tinggi.

Karsinoma veruka dan karsinoma sel skuamous rongga mulut jenis

papiler berbentuk eksofik dan difus. Lesi papiler dapat menyebar

keseluruh permukaan pada stadium lanjut  namun demikian walaupun

jenis papiler ini dekstruktif local tetapi jarang metastase.

Seperti kanker pada umumnya Karsinoma rongga mulut juga

diklasifikasikan secara klinis sebagai dasar pemberian terapi. System

yang digunakan adalah klasifikasi TNM dimana T adalah ukuran tumor

primer, N menunjukkan lesi metastase pada limfonodus, sedangkan M

menunjukkan ada tidaknya metastase. Pada karsinoma rongga mulut

organ yang paling sering sebagai sasaran metastase adalah paru-paru.

FAKTOR-FAKTOR RESIKO PREMALIGNANSI

Perkiraan yang paling tepat adanya perubahan berdasarkan atas

displasia epitel secara mikroskopik. walaupun perbedaan pendapat masih

ada tentang derajat displasia seperti halnya karsinoma in situ, kecepatan

perubahan disploasia secara mikroskopis telah diketahui pasti, regresi

pada displasia sangat jarang oleh karena factor resiko maka harus

dilakukan eksisi.

Eriroplakia merupakan gejala displasia epitel dan karsinoma oleh karena

itu setiap perubahan mukosa harus selalu di evaluasi dengan mikroskop.

Karena leukoplakia jarang dihubungkan dengan ketidaknyamanan maka

setiap perubahan harus selalu dicurigai sebagai factor resiko.

Penampilan klinis dan sifat leukoplakia kadang –kadang merupakan

suatu tanda meningkatnya resiko. leukoplakia veruka proliferatif

menunjukkan adanya resiko kearah keganasan , dan memrlukan terapi

yang maksimal. Leukoplakia ini berhubungan dengan HPV tipe 16.

Kandida juga sering dihubungkan dengan leukoplakia karena candida

hyphae sering terlihat secara mikroskopis, tetapi peranannya belum

jelas. Kandida mampu menghasilkan karsinogenik nitrosamine melalui

reaksi biokimia jaringan. Walaupun hubungannya dengan karsinogenesis

belum jelas tetapi munculnya kandida harus dicurigai sebagai factor

resiko yang potensial .

Merokok juga merupakan factor resiko terjadinya hyperkeratosis dan

Page 9: Kanker Rongga Mulut

leukoplakia karena iritasi kimia dan mekanik, tetapi terdapat juga suatu

paradoksis dimana adanya penderita dengan leulop[lakia rongga mulut

yang tidak merokok tetapi factor resiko keganasan tampak lebih tinggi.

Diperkirakan terdapat factor letal pada penderita tersebut. Berhenti dari

kebiasaan merokok juga dapat mengakibatkan hilangnya lesi, sedangkan

konsumsi alcohol & merokok secara bersamaan meningkatkan resiko

disregulasi sel dan karsinogenesis.

Ketuaan juga dapat berpengaruh pada Karsinoma rongga mulut karena

mekanisme homeostatic sensitive yang mengendalikan pertumbuhan

epitel dipengaruhi oleh sifat onkogen yang bertanggung jawab terhadap

waktu pemaparan virus dan agen kimia menurun. Harus di ingat

walaupun leukoplakia tanpa ada factor resiko tetapi keganasan tidak bisa

diabaikan oleh karena itu pengawasan berkesinambungan harus

dilakukan.

DIAGNOSIS

Diagnosis lesi premaligna didasarkan pada gejala klinis dan

pemeriksaam mikroskopis diikuti dengan biopsy. Menghilangnya lesi

dapat mengurangi dugaan adanya keganasan dan premalignansi pada

saat itu. Biopsy seringkali tertunda karena kendala dari dokter dan

pasien, atau institusi lain memberi terapi untuk menyingkirkan infeksi

dan iritasi local. Diagnosa tidak boleh ditunda lebih dari 3 sampai 4

minggu.

Kadang-kadang luasnya lesi membuat biopsy sulit dilakukan oleh sebab

itu pertimbangan klinis sangat membantu prosedur biopsi . prosedur

tetes toluidine blue sengat bermanfaat olek karena akurasi, biaya murah,

waktu yang singkat, sederhana, dan non invasif. prosedurnya dengan

cara meneteskan larutan toluidine blue 1% pada lesi setelah itu dibilas

dengan air , lalu ditetesi asam cuka 1% kemudian bilas lagi dengan air,

ketepatannya melebihi 90%. Mekanismenya adalah ikatan antara

toluidine blue dengan DNA dan sulfat mukopolisakarida, keduanya

sangat selektif pada keganasan dan displasia epitel rongga mulut

disbanding epitel yang normal dan lesi benigna, apalagi toluidine blue

berikatan dengan sitoplasma bermuatan negative mengikat membrane

mitokondria, yang akan berikatan lebih kuat jika terjadi displasia dan

keganasan.

Sitologi sangat membantu hasil diagnosa yang akurat, namun yang

menjadi hambatan adalah pengambilan sample sel dan biaya yang

mahal . teknik biopsy sikat menggunakan sikat khusus untuk

Page 10: Kanker Rongga Mulut

pengambilan sample pada epitel skuamous berlapis, ketelitiannya

melebihi 95%. Prosedur ini tidak nyeri sehingga pembiusan tidak

diperlukan.

Pertanyaan yang sering muncul jika di lakukan biopsy ulang adalah jika

ada bukti displasia maka harus di eksisi dan dievaluasi secara

periodic(follow up) tetapi jika displasia tidak ada atau hanya

diklasifikasikan sebagai mild displasia maka tidak di eksisi, kemudian

dilakukan pemeriksaan berkala, pemeriksaan ini menggunakan pengujian

yang teliti seperti halnya prosedur tetes toluidine blue dan analisa

sitologi, jika dalam evaluasi didapatkan perubahan gejala dan tanda atau

bercak yang dicurigai, perubahan sitologi maka harus dilakukan biopsy

ulang. Tiap perubahan pada apusan sampel, sitologi yang abnormal,

gambaran klinis adanya penyebaran dan proliferasi, berkembangnya

komponen eritematosus, erosi ulkus atau nyeri pada displasia

menunjukkan suatu perubahan menuju keganasan.

PENATALAKSANAAN

Untuk evaluasi awal dipwerlukan prosedur biopsy untuk ketepatan

dianosa. Alternative biopsy insisi menggunakan scalpel adalah punc

biospi dengan diameter 5 mm. teknik punch biopsitidakmembutuhhkan

jahitan dan bisa mengambil banyak sampel pada lesiyang kecil sering

menjadi prtimbangan apakah dilakukan biopsi eksisi atau biopsi insisi,

jika dicurigai displasia atau karsinoma maka yang direkomendasikan

adalah biopsi insisi dengan pertimbangan dapat digunakan untuk

memilihmetode terapi yang terbaik dan memberikan kesempatan kepada

dokter untuk mengetahui batas tumor sebenarnya dan tepi tumor.

Jika hasil biopsi adalah karsinoma sel skuamous (penyebaran sel-sel

displasia masuk kedalam jaringanikat yang mendasari) maka harus

dirujuk ke onkologis untuk mendiskusikan terapi yangpaling tepat. Saat

ini pengobatan yang bersifat kuratif adalah pembedahan dan radiasi,

kemoterapi digunakanhanya sebagai adjuvan terapi, yang dapat

meningkatkan respon tumor. Sensitivitas terhadap terapi bergantung

pada stadium kanker: dini (kecil dan terlokalisasi) atau lanjiut ( besar

dan menyebar). Evaluas klinis menggunakanCT scandan MRI. Teknik

yangterbaru adalah adalah Positron Emission Tomography (PET)dapat

menentukan ada tidaknya metastase pada limfonodus, teknik ini

membantu dokter untuk menentukan tepi tumor dan kemajuan terapi,

juga menentukan prognosis, daya tahantubuh, dan fungsi..

Pada lesi prekanker evaluasi berkala (follow up) harus tetap dilakukan

Page 11: Kanker Rongga Mulut

walaupun lesi telah hilang . terapi untuk lesi persisyen yang dicurigai

harus di lakukan pembedahan. Tepi tumor dapat menjadi masalah dan

menjelaskan terjadinya rekurensi, karena epitel secara klinis dan

mikroskopis nampak normal tapi masig mungkinmempunyai protein

subseluler yang dapat mengembalikan proses patologis tersebut. Tumor

marker dapat membantu masalah.

Teknik laserdapat membantu pembedahan leukoplakia

danpengawasannya. Kemoprevensi menggunakananalog vitamin A yaitu

retinoid dan vitamin anti oksidan yanglain serta bahangizi seperti beta

karoten, vitamin C& E belum efektifdammasih dalam penelitian. Anti

oksidanmembantu menstabilkansel radikalbebas (teutama okksigen

yangtidak stabil) yangdapat meningkatkan mutagenesis dan

karsinogenesis kromosomal. Permasalahan kemoprevensi adalah

toksisitasselam pemberian dan rekurensi jika dihentikan, oleh karena itu

harus diperhitungkandosis, regimen, danprofil pasien. Pemberian gizi

buah-buahan dan sayuran kaya akananti oksidan dan cell suppressor

protein sangat membantu menurunkan aktifitas mutagenesis dan

karsinogenesis. Ini telah didikungoleh penelitian epidemiologi dan gizi,

kesimpulannya adalh pengenalandan kontorol lesi premaligna

merupakan cara yangefektif untukmenurunkan morbiditas dan mortalitas

kanker rongga mulut.

KANKER RONGGA MULUT: KOMPLIKASI TERAPI

Tumor yangkecilmembunyai mortalitas danmorbiditas yang rendah

dibandingkan lesi stadium lanjut, stadium kanker rongga mulut sangat

penting karena semakin tinggi stadium maka akan membutuhkan terapi

yang lebih baik , sebagai mana yang diharapkan terapi yang intensif

digunakan untuk meningkatkan daya tahan dan juga

meningkatkankomplikasi.oleh karena itu mencegah dan menutunkan

terapi sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup dan

rehabilitasi.

EFEK RADIASI

Radiasi untuk membunuh sel kanker juga mempunyai efek samping yang

tak terelakkan yaitu mempengaruhi sel normal menyebabkan

gangguanfungsi dan komplikasi yang berat