Kaki Diabetik 01

download Kaki Diabetik 01

of 14

Transcript of Kaki Diabetik 01

  • 7/30/2019 Kaki Diabetik 01

    1/14

    KAKI DIABETIK

    I. PENDAHULUAN

    Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik yang

    ditandai dengan adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin,

    defek kerja insulin, atau keduanya. Pada penyandang DM dapat terjadi komplikasi

    pada semua tingkat sel dan semua tingkatan anatomik. Manifestasi komplikasi

    kronik dapat terjadi pada tingkat mikrovaskular (kelainan retina mata, glomerulus

    ginjal, syaraf dan otot jantung/ kardiomiopati) maupun makrovaskular (pembuluh

    darah serebral, jantung/ PJK dan pembuluh darah perifer). Komplikasi lain dari

    DM dapat berupa kerentanan berlebih terhadap infeksi akibat mudahnya terjadi

    infeksi saluran kemih, tuberkulosis paru, dan infeksi kaki, yang kemudian dapat

    berkembang menjadi ulkus/gangren diabetik.

    Kaki diabetik adalah segala bentuk kelainan yang terjadi pada kaki yang

    disebabkan oleh diabetes mellitus. Faktor utama yang mempengaruhi

    terbentuknya kaki diabetik merupakan kombinasi neuropati otonom dan neuropati

    somatik, insufisiensi vaskuler, serta infeksi. Penderita kaki diabetik yang masuk

    rumah sakit umumnya disebabkan oleh trauma kecil yang tidak dirasakan oleh

    penderita.

    II. EPIDEMIOLOGI

    Kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi kronik DM yang paling

    ditakuti. Hasil pengelolaan kaki diabetik sering mengecewakan, baik bagi dokter

    pengelola maupun penyandang DM dan keluarganya. Seringkali kaki diabetik

    berakhir dengan kecacatan dan kematian. Sampai saat ini, di Indonesia kakidiabetik masih merupakan masalah yang rumit dan tidak terkelola dengan

    maksimal, karena selain kurangnya minat untuk mendalami masalah kaki

    diabetik, ketidaktahuan masyarakat mengenai kaki diabetik juga masih sangat

    menyolok. Sebagai tambahan, masalah biaya pengobatan yang besar yang tidak

    terjangkau oleh masyarakat pada umumnya juga menambah peliknya masalah

    kaki diabetik.

    1

  • 7/30/2019 Kaki Diabetik 01

    2/14

    Di RSUPN dr. CiptoMangunkusumo, masalah kaki diabetik masih merupakan

    masalah besar. Sebagian besar perawatan penyandang DM selalu menyangkut

    kaki diabetik. Angka kematian dan angka amputasi masih sangat besar, masing-

    masing 16% dan 25% (data RSUPNCM tahun 2003). Nasib para penyandang DM

    pasca amputasi pun masih sangat buruk. Sebanyak 14,3% akan meninggal dalam

    setahun pasca amputasi, dan sebanyak 37% akan meninggal 3 tahun pasca

    amputasi.

    III. ETIOLOGI

    Ada banyak faktor yang berpengaruh dalam terjadinya kaki diabetik. Secara

    umum faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi:

    Faktor predisposisi

    Faktor yang mempengaruhi daya tahan jaringan terhadap trauma seperti

    kelainan makrovaskuler dan mikrovaskuler, jenis kelamin, merokok, dan

    neuropati otonom.

    Faktor yang meningkatkan kemungkinan terkena trauma seperti neuropati

    motorik, neuropati sensorik, limited joint mobility, dan komplikasi DM yang

    lain (seperti mata kabur).

    Faktor presipitasi

    Perlukaan di kulit (jamur).

    Trauma.

    Tekanan berkepanjangan pada tumit saat berbaring lama.

    Faktor yang memperlambat penyembuhan luka

    Derajat luka.

    Perawatan luka.

    Pengendalian kadar gula darah.

    IV. PATOFISIOLOGI

    Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang DM

    yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah.

    Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan

    2

  • 7/30/2019 Kaki Diabetik 01

    3/14

    mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian

    menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan

    selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap

    infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor

    aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya pengelolaan

    kaki diabetik.

    A. Vaskulopati

    Pada pembuluh darah, akibat komplikasi DM terjadi ketidakrataan permukaan

    lapisan dalam arteri sehingga aliran lamelar berubah menjadi turbulen yang

    berakibat pada mudahnya terbentuk trombus. Pada stadium lanjut seluruh lumen

    arteri akan tersumbat dan manakala aliran kolateral tidak cukup, akan terjadi

    iskemia dan bahkan gangren yang luas.

    Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita DM antara lain berupa

    penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer yang terutama sering

    terjadi pada tungkai bawah. Pada penderita muda, pembuluh darah yang paling

    awal mengalami angiopati adalah arteri tibialis. Kelainan arteri akibat diabetes

    juga sering mengenai bagian distal dari arteri femoralis profunda, arteri poplitea,

    arteri tibialis dan arteri digitalis pedis. Akibatnya perfusi jaringan distal dari

    tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian dapat berkembang

    menjadi nekrosis/gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak jarang memerlukan

    amputasi.

    Perubahan viskositas darah dan fungsi trombosit, penebalan membrana basalis

    serta penurunan produksi prostasiklin (vasodilator dan anti platelet aggregating

    agent) akan memacu terbentuknya mikrotrombus dan penyumbatan

    mikrovaskuler. Peristiwa ini mengakibatkan timbulnya iskemia organ dan/ataujaringan yang bersangkutan, termasuk serabut saraf perifernya.

    Proses angiopati menyebabkan sumbatan arteri yang berlangsung secara

    kronik hingga menimbulkan gejala klinik yang menurut Fontaine dibagi menjadi

    stadium sebagai berikut: I. rasa kram/kebal, II. claudicatio intermitten, III. resting

    pain, IV. iskemia/infark dan/atau gangren.

    B. Neuropati

    3

  • 7/30/2019 Kaki Diabetik 01

    4/14

    Gangguan mikrosirkulasi dan neuropati punya hubungan yang erat dengan

    patogenesis kaki diabetik. Neuropati diabetik pada fase awal menyerang saraf

    halus terutama di ujung-ujung kaki. Hal ini disebut sebagai fenomena dying back,

    di mana ada teori yang menyatakan bahwa semakin panjang saraf maka semakin

    rentan untuk diserang. Jadi dibandingkan dengan ekstremitas atas, ternyata

    ekstremitas bawah yang lebih dulu terkena.

    Gangguan mikrosirkulasi selain menurunkan aliran darah dan hantaran

    oksigen pada serabut saraf (keadaan ini bersama dengan proses jalur sorbitol dan

    mekanisme lain akan mengakibatkan neuropati) juga akan menurunkan aliran

    darah ke perifer sehingga aliran tidak cukup dan menyebabkan iskemia dan

    bahkan gangren.

    Neuropati diabetik disebabkan oleh gangguan jalur poliol (glukosa sorbitol

    fruktosa) akibat kekurangan insulin. Pada jaringan saraf, terjadi penimbunan

    sorbitol dan fruktosa serta penurunan kadar mioinositol yang menimbulkan

    neuropati. Perubahan biokimia dalam jaringan saraf akan mengganggu kegiatan

    metabolik sel-sel Schwann dan menyebabkan hilangnya akson. Kecepatan

    konduksi motorik akan berkurang pada tahap dini perjalanan neuropati.

    Selanjutnya timbul nyeri, parestesia, berkurangnya sensasi getar dan

    proprioseptik, dan gangguan motorik yang disertai hilangnya refleks-refleks

    tendon dalam, kelemahan otot, dan atrofi. Neuropati dapat menyerang saraf-saraf

    perifer (mononeuropati dan polineuropati), saraf-saraf kranial, atau sistem saraf

    otonom. Terserangnya sistem saraf otonom dapat disertai diare nokturnal,

    keterlambatan pengosongan lambung dengan gastroparesis, hipotensi postural,

    dan impotensi. Pasien dengan neuropati otonom diabetik dapat menderita infark

    miokardial akut tanpa nyeri. Pasien ini juga dapat kehilangan respons katekolamin

    terhadap hipoglikemia dan tidak menyadari reaksi-reaksi hipoglikemia.

    a) Neuropati motorik

    Kerusakan saraf motorik akan menyebabkan atrofi otot-otot intrinsik yang

    menimbulkan kelemahan pada kaki dan keterbatasan gerak sendi akibat

    akumulasi kolagen di bawah dermis hingga terjadi kekakuan periartikuler.

    Deformitas akibat atrofi otot dan keterbatasan gerak sendi menyebabkan

    perubahan keseimbangan pada sendi kaki, perubahan cara berjalan, dan

    4

  • 7/30/2019 Kaki Diabetik 01

    5/14

    menimbulkan titik tumpu baru pada telapak kaki serta berakibat pada

    mudahnya terbentuk kalus yang tebal (claw foot). Seiring dengan berlanjutnya

    trauma, di bagian dalam kalus tersebut mudah terjadi infeksi yang kemudian

    berubah jadi ulkus dan akhirnya gangren.

    Charcot foot merupakan deformitas kaki diabetik akibat neuropati yang

    klasik dengan 4 tahap perkembangan:

    (1) Adanya riwayat trauma ringan disertai kaki panas, merah dan bengkak.

    (2) Terjadi disolusi, fragmentasi, dan fraktur pada persendian

    tarsometatarsal.

    (3) Terjadi fraktur dan kolaps persendian.

    (4) Timbul ulserasi plantaris pedis.

    b) Neuropati sensorik

    Kehilangan fungsi sensorik menyebabkan penderita kehilangan daya

    kewaspadaan proteksi kaki terhadap rangsangan dari luar. Nilai ambang

    proteksi dari kaki ditentukan oleh normal tidaknya fungsi saraf sensoris kaki.

    Pada keadaan normal sensasi yang diterima menimbulkan refleks untuk

    meningkatkan reaksi pertahanan dan menghindarkan diri dari rangsangan yang

    menyakitkan dengan cara mengubah posisi kaki untuk mencegah terjadinya

    kerusakan yang lebih besar. Sebagian impuls akan diteruskan ke otak dan di

    sini sinyal diolah kemudian respon dikirim melalui saraf motorik.

    Pada penderita DM yang telah mengalami neuropati perifer saraf sensorik

    (karena gangguan pengantaran impuls), pasien tidak merasakan dan tidak

    menyadari adanya trauma kecil namun sering. Pasien tidak merasakan adanya

    tekanan yang besar pada telapak kaki. Semuanya baru diketahui setelah timbul

    infeksi, nekrosis, atau ulkus yang sudah tahap lanjut dan dapat membahayakankeselamatan pasien.

    Berbagai macam mekanisme terjadinya luka dapat terjadi pada pasien DM,

    seperti:

    (1) Tekanan rendah tetapi terus menerus dan berkelanjutan (luka pada tumit

    karena lama berbaring, dekubitus).

    (2) Tekanan tinggi dalam waktu pendek (luka, tertusuk jarum/paku).

    (3) Tekanan sedang berulang kali (pada tempat deformitas pada kaki).

    5

  • 7/30/2019 Kaki Diabetik 01

    6/14

    c) Neuropati otonom

    Pada kaki diabetik gangguan saraf otonom yang berperan terutama adalah

    akibat kerusakan saraf simpatik. Gangguan saraf otonom ini mengakibatkan

    perubahan aliran darah, produksi keringat berkurang atau tidak ada, hilangnya

    tonus vasomotor, dan lain-lain.

    Neuropati otonom mengakibatkan produksi keringat berkurang terutama

    pada tungkai yang menyebabkan kulit penderita mengalami dehidrasi, kering,

    dan pecah-pecah sehingga memudahkan infeksi lalu selanjutnya timbul

    selulitis, ulkus, maupun gangren. Selain itu neuropati otonom juga

    menyebabkan terjadinya pintas arteriovenosa sehingga terjadi penurunan

    nutrisi jaringan yang berakibat pada perubahan komposisi, fungsi, dan sifat

    viskoelastisitas sehingga daya tahan jaringan lunak dari kaki akan menurun

    dengan akibat mudah terjadi ulkus.

    C. Fokus infeksi

    Infeksi dimulai dari kulit kaki dan dengan cepat menyebar melalui jalur

    muskulofasial. Selanjutnya infeksi menyerang kapsul/sarung tendon dan otot, baik

    pada kaki maupun pada tungkai hingga terjadi selulitis. Kaki diabetik klasik

    biasanya timbul di atas kaput metatarsal pada sisi plantar pedis. Sebelumnya, di

    atas lokasi tersebut terdapat kalus yang tebal dan kemudian menyebar lebih dalam

    dan dapat mengenai tulang. Akibatnya terjadi osteomielitis sekunder. Sedangkan

    kuman penyebab infeksi pada penderita diabetes biasanya multibakterial yaitu

    gram negatif, gram positif, dan anaerob yang bekerja secara sinergi.

    Jika kadar gula darah tidak terkontrol maka infeksi akan jadi lebih serius. Hal

    ini disebabkan karena pada infeksi akan disekresi hormon kontra insulin (seperti

    katekolamin, kortisol, homon pertumbuhan, dan glukagon) yang menyebabkanmeningkatnya kadar gula darah. Peningkatan kadar gula darah juga menyebabkan

    gagalnya fungsi neutrofil dan gangguan sistem imunologi. Sebagaimana

    diketahui, dalam melaksanakan fagositosis sel PMN membutuhkan energi dari

    glukosa eksogen untuk mempertahankan aktivitasnya. Dengan bantuan insulin

    yang melekat erat pada sel PMN, glukosa ekstrasel dapat dipakai sebagai sumber

    energi. Sumber energi ini akan berkurang pada pasien diabetes yang mengalami

    kekurangan insulin.

    6

  • 7/30/2019 Kaki Diabetik 01

    7/14

    KLASIFIKASI

    a) Klasifikasi Edmonds (Kings College Hospital, London, 2004-2005)

    Stage 1:Normal Foot

    Stage 2:High Risk Foot

    Stage 3: Ulcerated Foot

    Stage 4:Infected Foot

    Stage 5:Necrotic Foot

    Stage 6: Unsalvable Foot.

    b) Klasifikasi Liverpool

    Klasifikasi primer:

    Vaskular

    Neuropati

    Neuroiskemik

    Klasifikasi sekunder:

    Tukak sederhana, tanpa komplikasi

    Tukak dengan komplikasi.

    c) Klasifikasi Wagner

    Wagner 0: Kulit intak/utuh

    Wagner 1: Tukak superfisial

    Wagner 2: Tukak dalam (sampai tendo, tulang)

    Wagner 3: Tukak dalam dengan infeksi

    Wagner 4: Tukak dengan gangren terlokalisasi

    Wagner 5: Tukak dengan gangren luas seluruh kaki.

    d) Klasifikasi Texas

    StadiumTingkat

    0 1 2 3

    A

    Tanpa tukak

    atau pasca

    tukak, kulit

    intak/utuh

    Luka

    superfisial,

    tidak sampai

    tendon atau

    kapsul sendi

    Luka sampai

    tendon atau

    kapsul sendi

    Luka sampai

    tulang/sendi

    ----------------------------Dengan Infeksi----------------------------

    7

  • 7/30/2019 Kaki Diabetik 01

    8/14

    B

    C ---------------------------Dengan Iskemia---------------------------

    D --------------------Dengan Infeksi dan Iskemia--------------------

    e) Klasifikasi PEDIS (International Working Group of Diabetic Foot, 2003)

    Impaired Perfusion 1

    2

    3

    None

    PAD + but not critical

    Critical limb ischemia

    Size/Extent in mm2

    Tissue Loss/Depth 1

    2

    3

    Superficial full thickness, not deeper than dermis

    Deep ulcer, below dermis, involving subcutaneous

    structures, fascia, muscle, or tendon

    All subsequent layers of the foot involved including

    bone and or joint

    Infection 1

    2

    3

    4

    No symptoms or signs of infection

    Infection of skin and subcutaneous tissue only

    Erythema > 2 cm or infection involving

    subcutaneous structure(s).

    No systemic sign(s) of inflammatory response

    Infection with systemic manifestation:

    Fever, leucocytosis, shift to the left

    Metabolic instability

    Hypotension, azotemiaImpaired Sensation 1

    2

    Absent

    Present

    V. DIAGNOSIS

    Penegakan diagnosis kaki diabetic dapat dilakukan berdasarkan anamnesis,

    pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang lainnya. Pada anamnesis, dapat

    ditanyakan riwayat timbulnya luka beserta perjalanan luka tersebut. Selain itu

    8

  • 7/30/2019 Kaki Diabetik 01

    9/14

    menggali lebih dalam riwayat diabetes dan komplikasi yang telah muncul secara

    lebih teliti dapat membantu penanganan lebih lanjut dari penyakit ini.

    Pada pemeriksaan fisis, dapat dilakukan penilaian klasifikasi kaki diabetik

    berdasarkan pada pegelompokkan yang telah ada. Pemeriksaan pulsasi arteri

    dorsum pedis, arteri tibialis posterior, arteri poplitea, dan arteri femoralis

    dilakukan untuk menentukan prognosis dan pilihan terapi yang akan diberikan.

    Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan darah rutin

    (tanda-tanda infeksi), pemeriksaan kadar GDP, GD2PP, TTGO, serta HbA1c,

    kimia darah, urinalisis, foto thoraks, serta foto pedis. Dengan demikian, dapat

    diperoleh gambaran perjalanan penyakit DM yang dialami penderita, yang

    selanjutnya akan membantu dalam menentukan penatalaksanaan kaki diabetik.

    VI. PENATALAKSANAAN

    A. Pencegahan Primer

    Pencegahan primer meliputi pencegahan terjadinya kaki diabetik dan

    terjadinya ulkus, bertujuan untuk mencegah timbulnya perlukaan pada kulit.

    Pencegahan primer ini juga merupakan suatu upaya edukasi kepada para

    penyandang DM baik yang belum terkena kaki diabetik, maupun penderita kaki

    diabetik untuk mencegah timbulnya luka lain pada kulit.

    Keadaan kaki penyandang DM digolongkan berdasarkna risiko terjadinya dan

    risiko besarnya masalah yang mungkin timbul. Penggolongan kaki diabetik

    berdasarkan risiko terjadinya masalah (Frykberg) yaitu:

    1) Sensasi normal tanpa deformitas

    2) Sensasi normal dengan deformitas atau tekanan plantar tinggi

    3) Insensitivitas tanpa deformitas4) Iskemia tanpa deformitas

    5) Kombinasi/complicated

    a) Kombinasi insensitivitas, iskemia, dan/atau deformitas

    b) Riwayat adanya tukak, deformitas Charcot.

    Pengelolaan kaki diabetik terutama ditujukan untuk pencegahan terjadinya

    tukak, disesuaikan dengan keadaan risiko kaki. Berbagai usaha pencegahan

    dilakukan sesuai dengan tingkat besarnya risiko tersebut. Dengan memberikan

    9

  • 7/30/2019 Kaki Diabetik 01

    10/14

    alas kaki yang baik, berbagai hal terkait terjadinya ulkus karena faktor mekanik

    akan dapat dicegah.

    Penyuluhan diperlukan untuk semua kategori risiko tersebut. Untuk kaki yang

    insensitif, alas kaki perlu diperhatikan benar, untuk melindungi kaki yang

    insensitif tersebut. Jika sudah ada deformitas, perlu perhatian khusus mengenai

    alas kaki yang dipakai, untuk meratakan penyebaran tekanan pada kaki. Untuk

    kasus dengan permasalahan vaskular, latihan kaki perlu diperhatikan benar untuk

    memperbaiki vaskularisasi kaki. Untuk ulkus yang complicated, akan dibahas

    lebih lanjut pada upaya pencegahan sekunder.

    B. Pencegahan Sekunder

    Dalam pengelolaan kaki diabetik, kerja sama multi-disipliner sangat

    diperlukan. Berbagai hal yang harus ditangani dengan baik agar diperoleh hasil

    pengelolaan yang maksimal dapat digolongkan sebagai berikut, dan semuanya

    harus dikelola bersama.

    Mechanical control (pressure control)

    Kaki diabetik terjadi oleh karena adanya perubahan weight-bearing area pada

    plantar pedis. Daerah-daerah yang mendapat tekanan lebih besar tersebut akan

    rentan terhadap timbulnya luka. Berbagai cara untuk mencapai keadaan weight-

    bearingdapat dilakukan antara lain dengan removable cast walker, total contant

    casting, temporary shoes, felt padding, crutches, wheelchair, electric carts,

    maupun cradled insoles.

    Berbagai cara surgikal juga dapat dipakai untuk mengurangi tekanan pada

    luka, seperti dekompresi ulkus/abses dengan insisi abses dan prosedur koreksi

    bedah (misalnya operasi untukhammer toe, metatarsal head resection, Achilles

    tendon lengthening, danpartial calcanectomy).

    Wound control

    Perawatan luka sejak pertama kali pasien datang merupakan hal yang harus

    dikerjakan dengan baik dan teliti. Evaluasi luka harus dikerjakan secermat

    mungkin. Klasifikasi ulkus PEDIS dilakukan setelah debridementyang adekuat.

    Dressing(pembalut) dapat digunakan sesuai dengan keadaan luka dan juga letak

    10

  • 7/30/2019 Kaki Diabetik 01

    11/14

    luka tersebut.Dressing mengandung komponen zat penyerap seperti carbonated

    dressing, alginate dressing atau silver impregnated dressing akan dapat

    bermanfaat untuk luka produktif dan ternfeksi. Debridement yang baik dan

    adekuat akan sangat membantu mengurangi jaringan nekrotik yang harus

    dikeluarkan tubuh, dengan demikian akan sangat mengurangi produksi cairan/pus

    dari ulkus/gangren.

    Selama proses inflamasi masih ada, proses penyembuhan luka tidak akan

    beranjak pada proses selanjutnya, yaitu proses granulasi dan epitelisasi. Untuk

    menjaga suasana kondusif bagi kesembuhan luka,dapat pula dipakai kasa yang

    dibasahi dengan salin. Cara tersebut saat ini umum dipakai di berbagai tempat

    perawatan kaki diabetik.

    Microbiological control (infection control)

    Data mengenai pola kuman perlu diperbaiki secara berkala untuk setiap daerah

    yang berbeda. Antibiotik yang dianjurkan harus selalu disesuaikan dengan hasil

    biakan kuman dan resistensinya. Sebagai acuan, dari penelitian tahun 2004 di

    RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, umumnya didapatkan pola kuman yang

    polimikrobial, campuran Gram positif dan Gram negatif serta kuman anaerob

    untuk luka yang dalam dan berbau. Karena itu untuk lini pertama pemberian

    antibiotik harus diberikan antibiotik spektrum luas, mencakup kuman Gram

    positif dan negatif (misalnya golongan sefalosporin), dikombinasikan dengan obat

    yang bermanfaat terhadap kuman anaerob (misalnya metronidazol).

    Vascular control

    Keadaan vaskular yang buruk tentu akan menghambat kesembuhan luka.

    Berbagai langkah diagnostik dan terapi dapat dikerjakan sesuai keadaan dan

    kondisi pasien. Umumnya kelainan pembuluh darah perifer dapat dikenali melalui

    berbagai cara sederhana seperti warna dan suhu kulit, perabaan arteri dorsalis

    pedis, arteri tibialis posterior, arteri poplitea, dan arteri femoralis, serta

    pengukuran tekanan darah. Di samping itu, saat ini juga tersedia berbagai fasilitas

    mutakhir untuk mengevaluasi keadaan pembuluh darah dengan cara noninvasif

    maupun invasif dan semiinvasif, seperti pemeriksaan ankle brachial index, ankle

    pressure, toe pressure, TcPO2, dan pemeriksaan echo Dopplerserta arteriografi.

    11

  • 7/30/2019 Kaki Diabetik 01

    12/14

    Setelah dilakukan diagnosis keadaan vaskularnya, dapat dilakukan

    pengelolaan untuk kelainan pembuluh darah perifer dari sudut vaskular, yaitu

    berupa:

    Modifikasi Faktor Risiko

    Stop merokok

    Memperbaiki faktor risiko terkait aterosklerosis (hiperglikemia, hipertensi,

    dislipidemia)

    Terapi Farmakologis

    Jika mengacu pada berbagai penelitian yang sudah dikerjakan pada kelainan

    akibat aterosklerosis di tempat lain (jantung, otak), mungkin obat seperti aspirin

    dan lain sebagainya yang jelas dikatakan bermanfaat, akan bermanfaat pula untuk

    pembuluh darah kaki penyandang DM; tetapi sampai saat ini belum ada bukti

    yang cukup kuat untuk menganjurkan pemakaian obat secara rutin guna

    memperbaiki patensi pada penyakit pembuluh darah kaki penyandang DM.

    Revaskularisasi

    Jika kemungkinan kesembuhan luka rendah atau jika ada klaudikasio

    intermiten yang hebat, tindakan revaskularisasi dapat dianjurkan. Sebelum

    tindakan revaskularisasi, diperlukan pemeriksaan angiografi untuk mendapatkan

    gambaran pembuluh darah yang lebih jelas.

    Untuk oklusi yang panjang dianjurkan operasi bedah pintas terbuka. Untuk

    oklusi yang pendek dapat dipikirkan untuk prosedur endovaskular (PTCA). Pada

    keadaan sumbatan akut dapat pula dilakukan tromboarterektomi.

    Dengan berbagai teknik bedah tersebut, vaskularisasi daerah distal dapat

    diperbaiki, sehingga hasil pengelolaan ulkus diharapkan lebih baik, sehingga

    kesembuhan luka tinggal bergantung pada berbagai faktor lain yang turut

    berperan.

    Selain itu, terapi hiperbarik dilaporkan juga bermanfaat untuk memperbaiki

    vaskularisasi dan oksigenasi jaringan luka pada kaki diabetik sebagai terapi

    adjuvant. Walaupun demikian, masih banyak kendala untuk menerapkan terapi

    hiperbarik secara rutin pada pengelolaan umum kaki diabetik.

    Metabolic control

    12

  • 7/30/2019 Kaki Diabetik 01

    13/14

    Keadaan umum pasien harus diperhatikan dan diperbaiki. Kadar glukosa darah

    diusahakan agar selalu senormal mungkin, untuk memperbaiki berbagai faktor

    terkait hiperglikemia yang dapat menghambat penyembuhan luka. Umumnya

    diperlukan insulin untuk menormalisasi kadar gula darah. Status nutrisi harus

    diperhatikan dan diperbaiki. Nutrisi yang baik akan membantu kesembuhan luka.

    Berbagai hal lain juga harus diperhatikan dan diperbaiki, seperti kadar albumin

    serum, kadar Hb dan derajat oksigenasi jaringan serta fungsi ginjal.

    Educational control

    Edukasi sangat penting untuk semua tahap pengelolaan kaki diabetik. Dengan

    penyuluhan yang baik, penyandang DM dan ulkus/gangren diabetik maupun

    keluarganya diharapkan akan dapat membantu dan mendukung berbagai tindakan

    yang diperlukan untuk kesembuhan luka yang optimal.

    Rehabilitasi merupakan program yang sangat penting yang harus dilaksanakan

    untuk pengelolaan kaki diabetes. Bahkan sejak pencegahan terjadinya ulkus

    diabetic dan kemudian segera setelah perawatan, keterlibtan ahli rehabilitasi

    medis sangat diperlukan untuk mengurangi kecacatan yang mungkin timbul pada

    pasien. Pemakaian alas kaki/sepatu khusus untuk mengurangi tekanan plantar

    akan sangat membantu mencegah terjadinya ulkus baru.

    VII. PROGNOSIS

    Ada tiga faktor yang berperan pada penyembuhan luka dan infeksi pada kaki

    diabetik. Faktor pertama adalah angiopati arteriol yang menyebabkan perfusi

    jaringan kaki kurang baik hingga mekanisme radang menjadi tidak efektif.

    Faktor kedua adalah lingkungan gula darah yang subur untuk perkembangan

    bakteri patogen; dan faktor ketiga ialah karena adanya pintas arteriovenosa di

    subkutis yang terbuka hingga aliran nutrien tidak sampai ke tempat infeksi.

    Pada penderita DM disarankan untuk melakukan evaluasi medis secara

    berkala seperti:

    - Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan 2 am sesudah

    makan sesuai dengan kebutuhan.

    - Pemeriksaan A1C dilakukan setiap 3-6 bulan.

    - Setiap 1 (satu) tahun dilakukan pemeriksaan:

    13

  • 7/30/2019 Kaki Diabetik 01

    14/14

    Jasmani lengkap

    Mikroalbuminuria

    Kreatinin

    Albumin/globulin dan ALT

    Kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL dan trigliserida.

    EKG

    Foto sinar-x dada.

    Funduskopi.

    14