KAK Pengembangan Konsep Perfilman 1.6

download KAK Pengembangan Konsep Perfilman 1.6

of 13

Transcript of KAK Pengembangan Konsep Perfilman 1.6

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Pengembangan Konsep, Pengumpulan, Pengolahan, Pelaporan Statistik Perfilman

Daftar IsiKERANGKA ACUAN KERJA / TERM OF REFERENCE4PENGEMBANGAN KONSEP, PENGUMPULAN,4PENGOLAHAN, PELAPORAN STATISTIK PERFILMAN4A.LATAR BELAKANG51.Dasar Hukum52.Lembaga Regulator53.Gambaran Umum5B.MAKSUD DAN TUJUAN61.Maksud Kegiatan62.Tujuan Kegiatan6C.RUANG LINGKUP PEKERJAAN61.Rencana Kerja62.Produksi6a)Definisi Produksi Film6b)Produksi Film Komersial6c)Produksi Film Non Komersial63.Lokasi74.Distribusi75.Eksibisi7D.Metode Pelaksanaan7E.STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN71.Metode Pelaksanan72.Tahap dan Waktu Pelaksanaan7a)Persiapan8b)Pelaksanaan8c)Penyusunan Laporan8F.TEMPAT PELAKSANAAN KEGIATAN81.Pelaksana Kegiatan82.Penanggung Jawab Kegiatan83.Penerima Manfaat8G.JADWAL KEGIATAN91.Waktu Pelaksanaan Kegiatan92.Matriks Pelaksanaan Kegiatan9H.TOTAL BIAYA YANG DIPERLUKAN93.10

KERANGKA ACUAN KERJA / TERM OF REFERENCEPENGEMBANGAN KONSEP, PENGUMPULAN,PENGOLAHAN, PELAPORAN STATISTIK PERFILMAN

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA:Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Unit Eselon I:Direktorat Jendral Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya

Program:Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya

Hasil:Menghasilkan data base produk film nasional yang dihasilkan oleh pelaku industri perfilman

Unit Esselon/Satker:Direktorat Pengembangan Industri Perfilman

Kegiatan:Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya

Indikator Kinerja Kegiatan:Kemenparekraf memiliki data base hasil produk film yang lengkap dan dapat dijadikan informasi awal dalam langkah mendorong pengembangan industri film

Satuan Ukur dan Jenis Keluaran:Data base produk film nasional

Volume:1

Aktivitas:Pengembangan konsep, pengumpulan, pengolahan, pelaporan, statistik perfilman

Sumber Dana:APBN 2014

A. LATAR BELAKANGDasar Hukuma) Menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 33 Tahun 2009, tentang perfilman, yang dimaksud dengan film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa dibuat berdasarkan kaidah sinematografi, dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan. b) Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif. c) Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor : PM07/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Lembaga RegulatorLembaga-lembaga yang mengatur tentang kebijakan industri perfilman nasional adalah:1. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kratif.2. Lembaga Sensor FilmGambaran UmumFilm semenjak kemunculan pertama kali telah menjadi fenomena tersendiri. Kehadiran film ditengah kehidupan masyarkat telah mampu mengubah pola kehidupan hiburan dan budaya masyarakat itu sendiri.Film sebagai sebuanh industri yang menyentuh langsung kehidupan masyakat baik itu secara politik, ekonomi danbudaya menjadi sebuah produk yang mampu menginjeksi sebuah pemahaman dan tata nilai sebuah peradaban.Film sebagai sebuah industri merupakan indsutri ide yang melibatkan banyak kompenen seni baik itu berupa teater, musik dan lain sebagainya; dan budaya baik itu berupa sejarah, dan tata nilai kehidupan masyarkat. Film dapat dinikmati sebagai hiburan yang didalamnya juga terdapat proses pendidikan, teknologidan lain sebagainya.Industri ini haruslah dikembangkan dan diatur sedemikian rupa agar dapat memberikan manfaat yang baik dalam sebuah tujuan kehidupan kita berbangsa dan bernegara. Untuk itu semua pihak yang terlibat haruslah mampu menyusun sebuah konsep atau rancang bangun sebuah kebijakan yang dapat melestarikan nilai-nilai semangat patriotik dan budaya yang sesuai dengan perkembangan zaman.Pembuatan sebuah konsep atau rancang bangun tersebut membutuhkan data-data hasil produk film baik masa lalu maupun data yang paling aktual dimasa sekarang. Data masa lalu digunakan untuk melakukan riset perkembangan perfilman nasional, sedangkan data aktual digunakan sebagai bahan untuk melihat selera masyarakat yang dapat disinergiskan dengan industri perfilman nasional.Pengembangan industri perfilman nasional dimulai dari pengembangan konsep dengan cara melihat peta industri perfilman yang berawal dari pembuatan film, pengedaran film, pertunjukan film, hingga apresiasi dan studi. Hal ini bertujuan agar dokumentasi dan data base yang dibuat dapat memperlihatkan secara utuh ekosistem industri perfilman nasional. Database adalah kumpulan informasi yang disimpan di dalam komputer secara sistematik sehingga dapat diperiksa menggunakan suatu program komputer untuk memperoleh informasi dari database tersebut. Konsep dasar dari database adalah kumpulan dari catatan-catatan atau potongan dari pengetahuan.B. MAKSUD DAN TUJUAN1. Maksud KegiatanMembuat data base industri perfilman nasional berdasarkan ruang lingkup produksi, lokasi, distribusi dan eksibisi industri perfilman.Tujuan Kegiatan Pengembangan konsep data perfilman; Pengumpulan dana perfilman; Analisis dan pengolahan data perfilman; Laporan bulanan data statistik perfilman.C. SASARAN KEGIATAN INI1. OutputKeluaran yang didapat dalam Pengembangan Konsep, Pengumpulan, Pengelolahan dan pelaporan statitisk Perfilman ini adalah:1. Pembentukkan data base dan sistem informasi perfilman secara nasional.2. Pembangunan dan pengembangan SDM perfilman.3. Pengembangan Konsep dan kajian industri perfilman untuk meningkatkan kualitas dan kuatitas produksi perfilman nasional.

2. OutcomeOutcome yang didapat dalam Pengembangan Konsep, Pengumpulan, Pengelolahan dan pelaporan statitisk Perfilman adalah : 1. Adanya Data Base perfilman yang up to date secara nasional yang dapat diakses oleh semua pihak. 2. Mendukung dan memudahkan implementasi Cetak Biru Pembangunan perfilman nasional,3. Memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam memajukan perfilman dan yang berkaitan.4.

D. RUANG LINGKUP PEKERJAAN1. Rencana KerjaRencana Kerja Pengembangan Konsep, pengumpulan, pengelolahan, Pelaporan Statistik Perfilman akan dilakukan secara rutin selama enam bulan dari bulan Juni 2014 sampai dengan Desember 2014.

1. Produksia) Definisi Produksi FilmProduksi Film yang Produksi Film yang akan di riset adalah film-film yang beredar di bioskop pada jaringan distribusi Twenty One (21), Cinema 21, Blitz dan jaringan-jaringan distribusi lainnya.b) Produksi Film KomersialFilm Komersil adalah film-film yang beradar di pasaran yang mempunyai nilai ekonomis. Berdasarkan Genre nya, film-film komersil dapat dibagi:Sedangkan berdasarkan jenisnya, film dibagi 2 yaitu: Film Lokal dan dan film import.c) Produksi Film Non KomersialFilm Komersil adalah film-film yang beradar di pasaran yang sifatnya pertunjukan, pendidikan, sosialisasi dan cendrung tidak memiliki nilai ekonomis. Berdasarkan Genre nya, film-film komersil dapat dibagi:

Sedangkan berdasarkan jenisnya, film dibagi 2 yaitu: Film Lokal dan dan film import.

3. LokasiLingkup wilayah atau lokasi yang dimaksudkan dalam pekerjaan ini adalah wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Riset ini akan mendata segala peredaran, distibusi film-film yang ada pada pasar film Indonesia. Data yang akan diambil dari Lembaga Sensor Film, Jaringan Distribusi film di Indonesia, bioskop-bioskop dan lain sebagainya. Untuk verifikasi data yang didapat akan dilakukan pada empat kota besar Indonesia, yakni : Bandung, Surabaya, Medan dan Makassar.4. Distribusia) PengedaranJumlah film dan jumlah penontonb) PertunjukanJumlah film dan jumlah penonton5. Eksibisi dan Apresiasia) Penghargaanb) Festifalc) Studi dan kajianE. Metode Pelaksanaana) Metode Pengumpulan DataData adalah catatan atas kumpulanfakta. Data merupakan bentuk jamak daridatum, berasal daribahasa Latinyang berarti sesuatu yang diberikan. Dalam penggunaan sehari-hari data berarti suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya. Pernyataan ini adalah hasil pengukuran atau pengamatan suatuvariabelyang bentuknya dapat berupa angka, kata-kata, atau citra.Pengumpulan data dapat dilakukan dengan metode-metode tertentu tergantung permasalahan yang dihadapi, walaupun tidak jarang dalam kasus-kasus tertentu, justru metode yang mempengaruhi permasalahan, entah karena sulit dan peliknya permasalahan atau karena belum ada metode yang mampu digunakan terhadap suatu permasalahan (Silalahi, 2006: 268). Namun demikian secara umum metode pengumpulan data akan selalu bergantung pada permasalahannya. Pada dasarnya metode pengumpulan data dapat diartikan sebagai cara untuk mengumpulkan data. Kemudian terdapat berbagai macam pengelompokan metode pengumpulan data, salah satu yang terkemuka adalah metode pengelompokan menurut Neuman.Neuman mengelompokkan metode pengumpulan data menjadi metode pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif (Silalahi, 2006: 268). Pada dasarnya, data kuantitatif merupakan data yang dapat dinyatakan dengan angka, sebaliknya data kualitatif merupakan data yang tidak dapat dinyatakan atau diukur melalui angka. Data seperti ini biasanya berhubungan dengan deskripsi dan interpretasi akan suatu fenomena, dimana data-data seperti ini seringkali didapatkan melalui wawancara mendalam atau usaha dengar pendapat dan diskusi dengan pihak tertentu. Kedua cara ini bukanlah satu-satunya cara untuk mendapatkan data kualitatif, masih banyak cara lain yang dapat digunakan, namun sesuai dengan Topik yang tertera pada silabus (Silabus AHI, 2010) maka paper ini akan membahas kedua cara tersebut.Sumber Data film yang akan diambil ada dari bisokop-bioskop, jaringan produksi, lembaga sensor film dan pihak-pihak yang terkait. Metode pengumpulan data berupa observasi dan wawancara.Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.Wawancara adalah merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Esterberg, 2002). Wawancara merupakan alat mengecek ulang atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya dan juga merupakan teknik komunikasi langsung antara peneliti dan sampel.Dalam penelitian dikenal teknik wawancara-mendalam(Hariwijaya 2007: 73-74). Teknik ini biasanya melekat erat dengan penelitian kualitatif. Wawancara mendalam (indepth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Keunggulannya ialah memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah data yang banyak, sebaliknya kelemahan ialah karena wawancara melibatkan aspek emosi, maka kerjasama yang baik antara pewawancara dan yang diwawancari sangat diperlukan.

b) Metode Indepth InterviewWawancara Mendalam (Indepth-Interview) merupakan metode pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relative lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.c) Metode Focus Group DiscussionSecara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu diskusi yang dilakukan secara sistematis dan terarah atas suatu isu atau masalah tertentu. Meski sebuah diskusi, FGD tidaklah sama dengan pembicaraan beberapa orang di kedai kopi. FGD bukan kumpul-kumpul beberapa orang untuk membicarakan suatu hal. Meski terlihat sederhana, menyelenggarakan suatu FGD butuh kemampuan dan keahlian. Ada prosedur dan standar tertentu yang harus diikuti agar hasilnya benar dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.d) Metode Pemodelan dan Pengembangan Informasi Data PerfilmanData-data yang didapat dari metode pengumpulan data, metode indepth interview dan metode Focus Group Discussion itu kemudian dirumus berdasarkan sistematika informasi dan dilaporkan secara berkala.Perumusan model dan system Pengembangan informasi akan berkoordinasi dengan pihak Kementerian pariwisata dan Ekonomi Kreaktif.Pemodelan Datadalam rekayasa perangkat lunak adalah proses menciptakan sebuah model data dengan menerapkan model deskripsi formal data menggunakan teknik pemodelan data.Pemodelan dataadalah metode yang digunakan untuk menentukan dan menganalisis persyaratan data yang diperlukan untuk mendukung proses bisnis suatu organisasi. Data yang dibutuhkan adalah dicatat sebagaidata model konseptualdengan definisi data yang terkait. Realisasi penerapan model konseptual yang disebutmodel data logis. Untuk menerapkan satu model konseptual data mungkin membutuhkan beberapa model data logis. pemodelan data mendefinisikan elemen tidak hanya data, tapi struktur dan hubungan antara mereka teknik pemodelan data dan metodologi yang digunakan untuk model data dengan cara yang standar yang konsisten, dapat diprediksi untuk mengelolanya sebagai sumber daya. Pembuatan model data adalah proses proses menyusun database, agar database tersebut benar-benar mewakili seluruh aspek perfilman nasional.

e) Metode Analisis dan Kajian PerfilmanAnalisa dan kajian data merupakan bentuk penyajian data lebih bermakna dan akuntable. Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. analisis adalah merangkum sejumlah data besar data yang masih mentah menjadi informasi yang dapat diinterpretasikan. Kategorisasi atau pemisahan dari komponen-komponen atau bagian-bagian yang relevan dari seperangkat data juga merupakan bentuk analisis untuk membuat data-data tersebut mudah diatur. Semua bentuk analisis berusaha menggambarkan pola-pola secara konsisten dalam data sehingga hasilnya dapat dipelajari dan diterjemahkan dengan cara yang singkat dan penuh arti.Kajian adalah proses rasionalisasi dan pembuktian empirik terhadap kepercayaan/ketidakpercayaan menjadi pemahaman/ilmu pengetahuanF. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN1. Metode PelaksananMetode pelaksananan kegiatan ini adalah kontarktual6. Tahap dan Waktu PelaksanaanUntuk rencana pengembangan konsep, pengumpulan, pengolahan dan pelaporan statistik perfilman yang akan dilakukan pada tahun anggaran 2014, tahapan pelaksanaanya adalah sebagai berikut.a) Persiapan1) Persiapan administrasi2) Membentuk panitia/Pokja dari pejabat Staf Direktorat Jendral Perfilman3) Kordinasi dengan pihak ketiga pemenang.b) PelaksanaanPengembangan konsep, pengumpulan, pengolahan, pelaporan statistik 2014 diawali dengan:1) Melakukan survey dan mengumpulkan data primer dan sekunder hasil produk film-film nasional2) Bertemu dan interview dengan para narasumber pelaku industri perfilman mengenai industri tersebut.3) Interview langsung terhadap komunitas-komunitas perfilman nasional dan kelompok-kelompok yang terkait dalam industri perfilman.4) Mengembangkan konsep industri perfilman5) Mengolah data sekunder dan hasil indept interview dengn narasumber6) Melakukan pengolahan data statistik hasil produk perfilmanc) Penyusunan Laporan1) Laporan hasil rapat konsinyering;2) Penyusunan laporan pertanggung jawaban kegiatan, disertai dengan;3) Laporan pengolahan data dan hasil kajian terhadap data serta;4) Laporan keuangan selama kegiatan.G. TEMPAT PELAKSANAAN KEGIATANTempat pelaksanaan pekerjaan adalah di Jakarta, Medan, Surabaya, Makasar 1. Pelaksana KegiatanPelaksana kegiatan Pengembangan Konsep, Pengumpulan, Pengolahan dan Pelaporan Statistik Perfilman Tahun 2014 adalah pihak ke III pemenang lelang.7. Penanggung Jawab KegiatanPelaksana kegiatan Pengembangan Konsep, Pengumpulan, Pengolahan dan Pelaporan Statistik Perfilman Tahun 2014 adalah Direktur Pengembangan Industri Perfilman.8. Penerima ManfaatPenerima manfaat dari kegiatan pengembangan, pengumpulan, pengolahan dan pelaporan statistik perfilman adalah pelaku industri kreatif perfilman, pemerintah, akademisi dan masyarakat luas. Pelaku industri kreatif perfilman dapat menilai kinejanya dengan lebih objektif apakah film yang dihasilkannya mendapatkan apresiasi yang layak dimasyarakat, sedangkan pemerintah dapat melihat dan memprediksi industri perfilman kedepanya dan bagaimana menciptakan kebijakan-kebijakan yang mendukung industri perfilman, sedangkan dari kalang akademisi dapat memperoleh data yang valid mengenai perilaku masyarakat terhadap film dan juga pengaruhnya.H. JADWAL KEGIATAN1. Waktu Pelaksanaan KegiatanUntuk mencapai keluaran 1 (satu) buah buku pada kegiatan Pengembangan Konsep, Penggumpulan, Pengolahan, Pelaporan Statistik Perfilman diperlukan waktu selama 5 (lima) bulan. Diawali dengan pengembangan konsep yang akan dilaksanakan hingga akhir September, pengumumpulan data hingga akhir juni, pengolahan hingga akhir juli dan pelaporan statistik setiap bulan hingga akhir Desember 2014.9. Matriks Pelaksanaan KegiatanTAHAPAN KEGIATANBULAN

JuniJuliAgustusSeptemberOktoberNovemberDesember

Rapat Persiapan/Kordinasi

Pengembangan Konsep

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Pelaporan Statistik

I. TOTAL BIAYA YANG DIPERLUKANAnggaran/biaya yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Konsep, Pengumpulan, Pengolahan, Pelaporan Statistik Perfilman, Rp. 600.000.000,- (Enam Ratus Juta Rupiah) sesuai dengan rincian Rencana Anggaran Biaya (RAB) sebagaimana terlampir yang akan dibebankan pada Anggaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun Anggaran 2014.Jakarta, April 2014

Direktur Pengembangan Ekonomi KreatifBerbasis Media

Dr.Armein FirmansyahNIP. 6006021611