Kajian Variabel Layanan Angkutan Umum
-
Upload
ito-rinaldo -
Category
Documents
-
view
104 -
download
1
description
Transcript of Kajian Variabel Layanan Angkutan Umum
-
KAJIAN VARIABEL LAYANAN ANGKUTAN UMUM BUS KOTA MENURUT PERSEPSI PENUMPANG
DENGAN TEKNIK STATED PREFERENCE (Studi Kasus Angkutan Umum Bus Kota di Surakarta)
A Study of Urban Public Transport Bus Service Variables Based on Passengers Perception Using Stated Preference Method
(A Case Study of Urban Public Transport Bus in Surakarta)
Disusun oleh :
SRI HASTUTI W NIM I 0199134
SKRIPSI
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2004
-
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
KAJIAN VARIABEL LAYANAN ANGKUTAN UMUM BUS KOTA MENURUT PERSEPSI PENUMPANG
DENGAN TEKNIK STATED PREFERENCE (Studi Kasus Bus Kota di Surakarta)
A Study of Urban Public Transport Bus Service Variables
Based on Passengers Perception Using Stated Preference Method (A case Study of Urban Public Transport Bus in Surakarta)
Disusun oleh :
SRI HASTUTI W NIM I 0199134
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Pendadaran
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II Ir. Tuti Agustin, MEng Amirotul MHM, ST, MSc NIP 131 960 362 NIP 132 134 686
-
iii
HALAMAN PENGESAHAN
KAJIAN VARIABEL LAYANAN ANGKUTAN UMUM BUS KOTA MENURUT PERSEPSI PENUMPANG
DENGAN TEKNIK STATED PREFERENCE (Studi Kasus Bus Kota di Surakarta)
A Study of Urban Public Transport Bus Service Variables
Based on Passengers Perception Using Stated Preference Method (A Case Study of Urban Public Transport Bus in Surakarta)
Disusun oleh :
SRI HASTUTI W NIM I 0199134
Dipertahankan di depan Tim Penguji Pendadaran pada tanggal : 06 Mei 2004
1. Ir. Tuti Agustin, MEng 1. .. NIP 131 960 362
2. Amirotul MHM, ST, MSc 2. .. NIP 132 134 686
3. Ir. Djoko Sarwono, MT 3. .. NIP 131 974 330
4. Dewi Handayani, ST, MT 4. .. NIP 132 134 683
Mengetahui,
a.n Dekan Fakultas Teknik Ketua Jurusan Teknik Sipil Pembantu Dekan I Fakultas Teknik UNS Ir. Paryanto, MS Ir. Agus Supriyadi, MT NIP 131 569 244 NIP 131 792 199
-
iv
ABSTRAK
SRI HASTUTI W, 2004, Kajian Variabel Layanan Angkutan Umum Bus Kota Menurut Persepsi Penumpang dengan Teknik Stated Preference, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Propinsi Jawa Tengah, yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi serta penduduk yang cukup tinggi. Pertumbuhan dan perkembangan kota yang demikian pesat akan menuntut masyarakatnya untuk melakukan interaksi dengan banyak pihak dan banyak tempat. Hal tersebut akan meningkatkan pula kebutuhan transportasi perkotaan. Salah satu alat transportasi perkotaan yang ada di Surakarta adalah angkutan umum bus kota. Pengguna angkutan umum bus kota pada dasarnya menghendaki adanya tingkat pelayanan yang cukup memadai, baik waktu tempuh, waktu tunggu maupun keamanan dan kenyamanan yang terjamin selama dalam perjalanan. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka perlu untuk diteliti faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan moda bus kota menurut penggunanya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel tingkat pelayanan ( Level Of Service ) yang mempengaruhi pengguna angkutan umum bus kota di Surakarta dan mengukur sensitivitas respon individu dalam memilih moda tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara atau penyebaran kuesioner kepada pengguna bus kota dengan teknik stated preference. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Sebagai variabel bebas dipakai tarif, lama perjalanan, waktu tunggu, kesempatan mendapat tempat duduk, okupansi bus dan kenyamanan kendaraan. Perhitungan dilakukan dengan bantuan program SPSS 10.0.
Berdasarkan survai dengan teknik stated preference diketahui bahwa variabel yang mempengaruhi seseorang untuk naik bus adalah : 1) Kesempatan mendapat tempat duduk, 2) Okupansi bus, 3) Kenyamanan kendaraan, 4) Lama perjalanan dan 5) tarif. Besarnya nilai masing-masing variabel tingkat pelayanan tersebut dapat dilihat dalam persamaan berikut :
P = 0,375 + 0,0000687 TC 0,0021 TT + 0,157 S + 0,120 BO + 0,111 VC Dimana P adalah probabilitas pilihan bus kota, TC adalah tarif, TT adalah lama perjalanan, S adalah kesempatan mendapat tempat duduk, BO adalah okupansi bus dan VC adalah kenyamanan kendaraan. Berdasarkan analisis elastisitas dapat diketahui bahwa permintaan bus kota lebih sensitif terhadap kesempatan mendapat tempat duduk, okupansi bus, dan kenyamanan kendaraan dibanding terhadap lama perjalanan dan waktu tunggu serta tidak sensitif terhadap tarif.
-
v
MOTTO
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut menjadi tinta, ditambahkan kepadanya tujuh laut lagi sesudah keringnya,
niscaya tidak akan habis-habisnya dituliskan kalimat Allah
(QS. Luqman : 27)
Dan matahari berjalan di tempat peredarannya, itulah ketentuan dari Yang Maha Perkasa dan
Maha Mengetahui Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah tempat perjalanan,
sehingga setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir kembalilah ia sebagai bentuk
tandan yang tua Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan
malampun tidak dapat mendahului siang, dan masing-masing beredar pada
garis edarnya (QS. Yasin : 38-40)
Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya,
ia mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya dan mendapat siksa dari kejahatan
yang dilakukannya (QS. Al-Baqarah : 286)
PERSEMBAHAN
-
vi
Dengan rahmat Allah SWT, skripsi ini ku persembahkan untuk :
Ibu tercinta, terima kasih tuk semua cinta dan pengorbanannya
hingga
membuat hidup ananda lebih berarti.
Ayah terhormat, terima kasih tuk doa dan dukungannya yang
senantiasa
menyertai ananda.
De Udin tersayang, yang selalu membantu dan mendoakan
kesuksesan mbaknya.
Mas Endra, tuk semua petuah bijaknya hingga ade mampu
menghadapi
semua cobaan hidup
Alm. Eyang Mardjoeni & Rajinem
-
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah atas segala rahmat dari Allah SWT, kemudahan
yang diberikan-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam
teruntuk Nabi Muhammad SAW, penunjuk jalan kebenaran, pembawa risalah
menuju masa depan yang gemilang.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi persyaratan dalam memperoleh gelar
Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Skripsi ini mengambil topik Kajian Variabel Layanan
Angkutan Umum Bus Kota Menurut Persepsi Penumpang dengan Teknik
Stated Preference, disusun dengan harapan dapat bermanfaat bagi pembaca dan
dapat memberikan sumbangan pengetahuan di bidang transportasi.
Selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, maka secara tulus ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya disampaikan kepada :
1. Pimpinan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Pimpinan dan staf administrasi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ir. Tuti Agustin, M.Eng, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
banyak bantuan dan pengarahan.
-
viii
4. Amirotul MHM, ST, MSc, selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan topik skripsi dan bimbingan selama penyusunannya.
5. Ir. Sumardi MD, selaku dosen pembimbing akademik.
6. Kepala ORGANDA Surakarta yang telah membantu dalam memperoleh data
sekunder.
7. Ibu, Bapak, Adik Udin dan Mas Endra atas segala bentuk kasih sayang,
dukungan dan doa yang diberikan.
8. Yuli, Maya, Eighty atas kebersamaan dan kekompakan dalam mengambil
topik transport.
9. Jiat, Ais, Addin dan Anis yang telah membantu survai.
10. Aang ST, Dhanoe, Firman, Dian, dan rekan-rekan angkatan 99 semua yang
telah memberi banyak masukan, bantuan, dukungan dan kebersamaan selama
ini.
11. Semua pihak yang telah membantu hingga selesai penulisan skripsi ini.
Kemampuan yang serba terbatas dalam menganalisis dan menyusun
laporan membuat skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang
membangun selalu diharapkan. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi para
pembaca.
Surakarta, April 2004
Penulis
-
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
ABSTRAK ... iv
MOTTO .. v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI .. ix
DAFTAR TABEL .. xi
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR NOTASI . xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah .... 3
C. Batasan Masalah ... 3
D. Tujuan Penelitian . 4
E. Manfaat Penelitian 4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ... 6
B. Dasar Teori ... 8
1. Angkutan Umum . 8
-
x
a. Definisi 8
b. Tujuan ... 8
c. Kapasitas ... 9
d. Tingkat pelayanan . 9
Halaman
2. Pemilihan Moda Angkutan 10
3. Teknik Stated Prefernce ... 13
a. Konsep Dasar Teknik Stated Prefernce .. 14
b. Atribut dan Alternatif .... 16
c. Desain Instrumen Stated Prefernce . 17
d. Kompleksitas dan Realisasinya . 21
e. Analisis Data Stated Preference .. 22
4. Teknik Sampling . 23
5. Analisis Korelasi . 25
6. Analisis Regresi .. 27
a. Koefisien Determinasi ... 30
b. Uji Signifikansi . 31
c. Analisis Varians/Uji F/Uji Simultan . 33
d. Analisis Multikolinearitas ..... 34
7. Analisis Elastisitas .. 36
C. Kerangka Pemikiran . 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39
B. Metode Penelitian . 39
C. Sumber Data . 40
1. Data Primer . 40
2. Data Sekunder . 41
D. Prosedur Penelitian .. 41
E. Pengumpulan Data Primer 56
-
xi
1. Penentuan Sampel ... 56
2. Peralatan Survai .. 57
3. Pelaksanaan Survai Stated Prefernce 57
Halaman
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data .. 58
1. Pengolahan Data . 58
2. Analisis Data ... 62
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengumpulan Data .. 64
1. Data Pendukung . 64
2. Perhitungan Jumlah Sampel 65
3. Data Hasil Wawancara 67
B. Analisis Data 68
1. Karakteristik Penumpang 68
2. Analisis Regresi Pilihan Moda 75
3. Analisis Elastisitas .. 82
C. Pembahasan .. 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .. 93
B. Saran . 94
DAFTAR PUSTAKA . xvii
LAMPIRAN xviii
-
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kapasitas Angkutan 9
Tabel 3.1 Prosentase Jawaban Responden 43
Tabel 3.2 Urutan Variabel Tingkat Pelayanan 44
Tabel 3.3 Kondisi Pelayanan Bus Kota 45
Tabel 3.4 Skenario Pengembangan Atribut 47
Tabel 3.5 Perbedaan Level Atribut 47
Tabel 3.6 Kemungkinan Alternatif Situasi Perjalanan 49
Tabel 3.7 Skenario yang Ditawarkan Kepada Responden 53
Tabel 4.1 Jumlah Orang yang Menggunakan Angkutan Kota di Surakarta 65
Tabel 4.2 Data Angkutan Kota 66
Tabel 4.3 Komposisi Responden Berdasarkan Usia 68
Tabel 4.4 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 69
Tabel 4.5 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan 69
Tabel 4.6 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan 70
Tabel 4.7 Komposisi Responden Berdasarkan Kepemilikan Kendaraan 70
Tabel 4.8 Komposisi Responden Berdasarkan Maksud Perjalanan 71
Tabel 4.9 Komposisi Responden Berdasarkan Kepastian Naik Bus Kota 71
Tabel 4.10 Komposisi Responden Berdasarkan Alasan Naik Bus Kota 72
Tabel 4.11 Komposisi Responden Berdasarkan Jam Perjalanan 72
Tabel 4.12 Korelasi Karakteristik Penumpang Bus Kota 73
Tabel 4.13 Perhitungan Uji Signifikansi Koefisien Korelasi 74
Tabel 4.14 Kalibrasi Persamaan Pilihan Moda Bus Kota 77
Tabel 4.15 Uji t Persamaan Pilihan Moda Bus Kota 78
Tabel 4.16 Uji Kolinearitas Persamaan Pilihan Moda Bus Kota 81
Tabel 4.17 Persamaan dan Parameter Fungsi Kebutuhan Bus Kota 83
-
xiii
Tabel 4.18 Uji t Terhadap Nilai Elastisitas 84
Tabel 4.19 Uji F Terhadap Nilai Elastisitas 86
Tabel 4.20 Elastisitas Pilihan Moda Bus Kota 86
Halaman
Tabel 4.21 Crosstab Tingkat Pendapatan, Kepastian Naik Bus Kota
Dan Alasan Naik Bus Kota 88
Tabel 4.22 Crosstab Kepemilikan Kendaraan, Kepastian Naik Bus
Kota, dan Alasan Naik Bus Kota 88
Tabel 4.23 Crosstab Maksud Perjalanan, Kepastian Naik Bus Kota
Dan Alasan Naik Bus Kota 88
-
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 55
-
xv
DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL
a0 = Konstanta
a1 .. an = Koefisien atribut produk/ moda I
b = Elastisitas harga
C = Tarif/harga
e = Tingkat kesalahan yang masih bisa diterima
F = Nilai Statistik F
f0 = Frekuensi yang diobservasi
fh = Frekuensi yang diharapkan
K = Jumlah variabel bebas
KK = Koefisien Kontingensi
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi total
p = Proporsi jumlah perjalanan dengan tujuan tertentu
P = Probababilitas pilihan moda
Q = Kuantitas perjalanan
r = Koefisien korelasi
r2 = Koefisien determinasi
Sb = Galat baku
t = Nilai statistik t
Ui = Utilitas pelayanan produk/moda i
X2 = Nilai chi kuadrat
Y = Variabel terikat
-
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A - Lembar kuesioner survai pendahuluan
- Analisis data survai pendahuluan
LAMPIRAN B - Lembar kuesioner survai
- Tabulasi hasil pengisian kuesioner (input data)
LAMPIRAN C - Output Analisis Deskripsi Responden
- Output Analisis Korelasi Karakteristik Responden
LAMPIRAN D - Input Data Regresi Pemilihan Moda Bus Kota
- Output Data Regresi Pemilihan Moda Bus Kota
LAMPIRAN E - Input Data Elstisitas
- Output Data Elastisitas
LAMPIRAN F - Tabel t
- Tabel F
LAMPIRAN G - Berkas Perijinan Skripsi dan Survai
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Propinsi Jawa Tengah.
Seperti halnya kota-kota besar lainnya, kota Surakarta sedang dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, serta mempunyai sifat-sifat kekotaan
yang kuat. Sifat kekotaan ini ditunjukkan oleh potensi kependudukan, baik
kuantitatif dalam arti jumlah, kepadatan dan pertumbuhan yang tinggi, maupun
kualitatif dalam komposisi ketenaga-kerjaan dan pendidikan. Pertumbuhan dan
perkembangan kota yang demikian pesat akan menuntut masyarakatnya untuk
melakukan interaksi dengan banyak pihak dan banyak tempat. Hal tersebut akan
meningkatkan pula kebutuhan transportasi perkotaan. Untuk memenuhi kebutuhan
transportasi perkotaan bagi masyarakat diperlukan penyediaan sarana dan
prasarana transportasi perkotaan.
Angkutan umum sebagai bagian dari sistem transportasi perkotaan
merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat kota dan merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dengan kebutuhan kota pada umumnya. Angkutan
umum ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam melayani transportasi
perkotaan dan memberi kemudahan bagi masyarakat untuk melaksanakan
aktifitasnya di semua lokasi berbeda dan tersebar di wilayah perkotaan.
Keberadaan angkutan umum sangat dibutuhkan, terutama bagi masyarakat yang
-
2
tidak mempunyai alat transportasi pribadi. Mengingat perannya yang begitu
penting, apabila tidak ditangani secara baik dan benar, akan merupakan masalah
bagi kehidupan kota.
Seiring dengan pertumbuhan permintaan pelayanan transportasi untuk
mendukung kegiatan masyarakat kota yang berkembang dengan sangat cepat, dan
jumlah kendaraan angkutan kota dari waktu ke waktu yang terus bertambah, maka
perlu diketahui variabel tingkat pelayanan (Level Of Service) angkutan umum
menurut pengguna angkutan umum.
Tingkat pelayanan (level of service) adalah kualitas dan kuantitas yang
disediakan oleh sarana transportasi, termasuk di dalamnya adalah karakteristik
yang dapat dikuantifikasi seperti keamanan, waktu perjalanan, frekuensi, biaya
perjalanan, banyaknya transfer serta karakteristik yang sukar dikuantifikasikan
seperti kenyamanan, ketersediaan, kemudahan serta moda image. (AASHTO,
1983)
Pengguna angkutan umum pada dasarnya menghendaki adanya tingkat
pelayanan yang cukup memadai, baik waktu tempuh, waktu tunggu maupun
keamanan dan kenyamanan yang terjamin selama dalam perjalanan. Apabila
angkutan umum tidak dapat memenuhi kebutuhan transportasi perkotaan bagi
masyarakat serta fasilitas yang ditawarkan tidak memadai dalam memberikan
pelayanan kepada penggunanya, akan dapat menimbulkan kecenderungan untuk
meninggalkan moda tersebut. Hal ini kemungkinan dapat meningkatkan tingkat
kepemilikan kendaraan pribadi yang akan mengakibatkan banyak masalah lalu
-
3
lintas seperti kemacetan, masalah perparkiran, peningkatan polusi, peningkatan
tingkat kecelakaan dan sebagainya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan
suatu permasalahan sebagai berikut :
Variabel tingkat pelayanan (level of service) apa saja yang mempengaruhi
penumpang angkutan umum bus kota di Surakarta ?
Bagaimana sensitivitas respon individu dalam memilih angkutan umum bus
kota ?
C. Batasan Masalah
Untuk memfokuskan bahasan dalam penelitian ini, maka dilakukan
pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Materi studi ini dibatasi pada angkutan umum bus kota (bus sedang) yang
beroperasi di wilayah Surakarta, rute Kartasura Palur.
2. Penelitian dilakukan pada penumpang bus Atmo, Damri, Nusa, Surya
Kencana, Taqwa, Wahyu Mulyo, halte depan UNS, halte Panggung, dan
sepanjang jalan Slamet Riyadi.
3. Responden yang diteliti adalah pengguna angkutan umum bus kota yang
berusia 13 tahun ke atas.
-
4
4. Pengambilan data dilakukan secara simple random sampling dengan
menggunakan teknik kuesioner stated preference.
5. Teknik analisis data dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.
6. Sensitivitas respon individu terhadap perubahan atribut pelayanan diukur
menggunakan analisis elastisitas.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel tingkat
pelayanan ( Level Of Service ) yang mempengaruhi pengguna angkutan umum bus
kota di Surakarta dan mengukur sensitivitas respon individu dalam memilih
angkutan umum bus kota.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat teoritis.
Mengetahui variabel tingkat pelayanan angkutan umum khususnya bus kota di
Surakarta, serta tingkat keberhasilan layanannya dalam memenuhi kebutuhan
perjalanan masyarakat.
2. Manfaat praktis
- Sebagai bahan masukan bagi Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan (DLLAJ)
Surakarta / Organisasi Angkutan Daerah (ORGANDA) dan Pemerintah
-
5
Daerah (Pemda) Surakarta dan para perencana transportasi kota Surkarta
untuk masa mendatang.
- Secara khusus penelitian ini dapat memberi masukan kepada operator
angkutan kota berkaitan dengan tingkat pelayanan angkutan kota
Surakarta, sehingga dapat dipakai sebagi bahan pertimbangan dalam
meningkatkan kualitas pelayanan.
-
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Suwarjoko Warpani (1990) dalam Merencanakan Sistem Perangkutan
menyatakan bahwa hal yang perlu diketahui dari angkutan umum yaitu kaitannya
dengan kualitas dan kuantitas pelayanan angkutan umum yang meliputi volume
lalu lintas yang akan dilayani, frekuensi dan penjadwalan keberangkatannya, lama
perjalanan yang diharapkan, derajat kepentingan perjalanan, serta biaya angkutan.
Disamping itu harus pula dipenuhi ciri perjalanan yang harus memenuhi tuntutan
masyarakat, yaitu terpercaya, aman, mudah diperoleh, nyaman, murah, cepat,
frekuensi tinggi dan bermartabat. Apabila semua ini terpenuhi maka pelayanan
yang terpercaya dapat diwujudkan.
F.D. Hobbs (1979) menyatakan bahwa penelitian menunjukkan bahwa
sikap perorangan terhadap angkutan umum dapat diukur dan dibuat peringkat
berdasarkan urutan kesukaan. Atribut perjalanan yang paling bernilai dalam
urutan adalah sampai tujuan tepat pada waktunya, tempat duduk mudah didapat,
tidak perlu berganti kendaraan, pelayanan teratur, ada perlindungan terhadap
cuaca selama menunggu, dan waktu berhenti untuk menunggu lebih pendek.
Mustaji (2001) dalam penelitiannya terhadap 40 orang penumpang kereta
api eksekutif dan 110 orang penumpang bus jurusan Solo Jakarta di Surakarta
tentang pemilihan moda antara kereta api eksekutif dan bus menyebutkan bahwa
-
7
penumpang kereta api akan mendukung apabila pengusaha jasa angkutan ini
meningkatkan pelayanan dan memperbaiki waktu perjalanan meskipun tarif
dinaikkan. Penumpang bus yang memang berpendapatan lebih rendah lebih
menginginkan tarif tidak dinaikkan dan tidak terlalu mempedulikan lamanya
waktu perjalanan dan kondisi pelayanan.
Ortuzar, dkk (1993) mengadakan penelitian terhadap 122 mahasiswa dan
125 staf pada Universitas Katolik Chile di Santiago mengenai pemilihan moda
antara bus atau kendaraan pribadi (moda yang biasanya digunakan dalam
perjalanan ke kampus) dengan semimetro (moda yang belum ada, tetapi
merupakan pengembangan dari Santiago Underground). Survai dilakukan dengan
menggunakan teknik stated preference. Atribut-atribut tingkat pelayanan dari
pilihan moda yang digunakan yaitu biaya perjalanan, waktu perjalanan, jarak
berjalan kaki dan headway (dihubungkan dengan waktu tunggu).
Dari penelitian yang telah ada dapat disimpulkan bahwa pada pemilihan
moda terdapat faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memilih moda
angkutan. Pada masing-masing kasus pemilihan moda selalu ada faktor yang lebih
berpengaruh terhadap pemilihan tersebut. Oleh karena itu akan diteliti faktor-
faktor apa sajakah yang mempengaruhi pengguna dalam memilih bus kota sebagai
moda transportasi mereka.
-
8
B. Dasar Teori
1. Angkutan Umum
a. Definisi
Angkutan pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan
barang dari suatu tempat ke tempat lain. Prosesnya dapat dilakukan menggunakan
sarana angkutan berupa kendaraan atau tanpa kendaraan ( diangkut oleh orang ).
Dengan atau tanpa kendaraan, pengangkutan dapat dikategorikan menjadi
pengangkutan orang dan pengangkutan barang. Bahasan tentang angkutan orang
ditekankan pada jenis angkutan umum penumpang, mengingat pada umumnya
jenis angkutan ini merupakan pelayanan dengan lintasan tetap yang dapat
dibedakan secara tegas. (Departemen Perhubungan, 1996)
Angkutan umum penumpang (AUP) adalah angkutan penumpang yang
dilakukan dengan sistem sewa atau bayar. Termasuk dalam pengertian angkutan
umum penumpang adalah angkutan kota (bus, minibus, dsb), kereta api, angkutan
air, dan angkutan udara. (Suwarjoko Warpani, 1990)
b. Tujuan AUP
Tujuan utama keberadaan AUP adalah menyelenggarakan pelayanan
angkutan yang baik dan layak bagi masyarakat. Ukuran pelayanan yang baik
adalah pelayanan yang aman, cepat, murah dan nyaman. Selain itu, keberadaan
AUP juga membuka lapangan kerja. (Suwarjoko Warpani, 1990)
-
9
c. Kapasitas Angkutan
Pada dasarnya, pengguna kendaraan angkutan menghendaki adanya
tingkat pelayanan yang cukup memadai. Salah satu indikator untuk menilai
kemampuan angkutan dalam memberikan keamanan dan kenyamanan pada
penumpang adalah dengan mengukur kesesuaian antara kapasitas angkutan dan
jumlah penumpang yang diangkut. Kapasitas angkutan didefinisikan sebagai daya
muat penumpang pada setiap kendaraan angkutan umum, baik yang duduk
maupun berdiri. Daya muat tiap jenis angkutan umum bedasarkan standar yang
ditetapkan oleh Departemen Perhubungan dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1 Penentuan Jenis Angkutan Berdasarkan Kapasitasnya
Jenis Angkutan Kapasitas Angkutan Kapasitas
Penumpang Duduk Berdiri Total Per hari/kendaraan Mobil penumpang umum 11 0 11 250-300 Bus kecil 14 0 14 300-400 Bus sedang 20 10 30 500-600 Bus besar lantai tunggal 49 30 79 1000-1200 Bus besar lantai ganda 85 35 120 1500-1800 Sumber : Departemen Perhubungan, 1996
d. Tingkat Pelayanan
Tingkat pelayanan (level of service) adalah kualitas dan kuantitas yang
disediakan oleh sarana transportasi, termasuk di dalamnya adalah karakteristik
yang dapat dikuantifikasi seperti keamanan, waktu perjalanan, frekuensi, biaya
perjalanan, banyaknya transfer serta karakteristik yang sukar dikuantifikasikan
seperti kenyamanan, ketersediaan, kemudahan serta moda image. (AASHTO,
1983)
-
10
Variabel-variabel tingkat pelayanan angkutan umum menurut penelitian
yang dilakukan oleh J. de D. Ortuzar dkk, adalah sebagai berikut :
Biaya perjalanan.
Waktu perjalanan selama dalam kendaraan.
Waktu tunggu.
Waktu berjalan kaki.
Okupansi bus (berkaitan dengan kenyamanan).
Kemungkinan duduk selama perjalanan.
Kenyamanan kendaraan (kualitas dan jarak tempat duduk, kotor, bising, dan
lain-lain)
Penampilan dan perilaku sopir bus.
Penggunaan waktu alternatif selama dalam perjalanan.
Resiko kecelakaan.
Variabel waktu perjalanan.
Variabel waktu tunggu.
2. Pemilihan Moda Angkutan
Beberapa prosedur pemilihan moda memodelkan pergerakan dengan
hanya dua buah moda transportasi, yaitu antara angkutan umum dan pribadi.
Model pemilihan moda yang realistis bersifat disaggregate, behavioral dan
probabilistic. Model yang bersifat disaggregate adalah perilaku perjalanan secara
individu. Model yang bersifat behavioral adalah dikarenakan dua hal, yaitu
-
11
pertama menyangkut perilaku (behaviour) ekonomi konsumen dan perilaku
psikologis dalam menentukan pengambilan keputusan. Kedua model dibuat
berdasarkan hipotesis-hipotesis yang berkaitan dengan identifikasi variabel-
variabel yang menentukan pengambilan keputusan untuk memilih. Disebut model
yang bersifat probabilistic dikarenakan model menunjukkan suatu probabilitas
hasil dari pengambilan keputusan traveller yang potensial.
Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk memilih suatu moda
transportasi, menurut Tamin (2000) dapat dikelompokkan :
1. Karakteristik pelaku perjalanan, yaitu antara lain :
Keadaan sosial ekonomi serta tingkat pendapatan.
Ketersediaan atau kepemilikan kendaraan.
Kepemilikan Surat Ijin Mengemudi (SIM).
Struktur rumah tangga (pasangan muda, keluarga dengan anak, pensiunan dan
lain-lain).
Faktor lain misalnya keharusan menggunakan mobil ke tempat kerja dan
keperluan mengantar anak ke sekolah.
2. Karakteristik pergerakan
Tujuan pergerakan.
Sebagai contoh pergerakan ke tempat kerja di negara maju biasanya lebih
mudah memakai angkutan umum karena ketepatan waktu dan tingkat
pelayanan sangat baik dan ongkosnya relatif lebih murah dibandingkan
dengan angkutan pribadi (mobil). Akan tetapi, hal yang sebaliknya terjadi di
negara sedang berkembang, orang masih tetap menggunakan mobil pribadi ke
-
12
tempat kerja, meskipun lebih mahal karena ketepatan waktu, kenyamanan dan
lain-lainnya yang tidak dapat dipenuhi oleh angkutan umum.
Waktu terjadinya pergerakan.
Kalau kita ingin bergerak pada tengah malam, kita pasti membutuhkan
kendaraan pribadi karena pada saat itu angkutan umum tidak atau jarang
beroperasi.
Jarak perjalanan.
Jarak perjalanan berpengaruh dalam pemilihan moda suatu perjalanan,
semakin jauh, kita semakin cenderung memilih angkutan umum dibandingkan
dengan angkutan pribadi.
3. Karakteristik sistem transportasi
Tingkat pelayanan yang ditawarkan oleh masing-masing sarana transportasi
adalah faktor yang menentukan seseorang dalam memilih sarana transportasi.
Tingkat pelayanan dikelompokkan dalam dua kategori :
1) Faktor kuantitatif, seperti
Lama waktu perjalanan yang meliputi waktu di dalam kendaraan,
waktu menunggu dan waktu berjalan kaki.
Biaya transportasi (tarif, biaya bahan bakar dan lain-lain).
Ketersediaan ruang dan tarif parkir.
2) Faktor kualitatif, seperti :
Kenyamanan dan kemudahan.
Keandalan dan keteraturan.
Keamanan.
-
13
3. Teknik Stated Preference
Mannering (1990) menyatakan bahwa proses penentuan keputusan
perilaku perjalanan merupakan proses yang rumit. Kondisi sosial ekonomi dan
pola aktifitas pelaku perjalanan merupakan faktor utama yang berpengaruh
terhadap pelaku perjalanan tersebut. Dalam melakukan prediksi permintaan
transportasi perlu didasarkan pada faktor keputusan pelaku perjalanan, dalam hal
ini bagaimana perilaku konsumen yang menggunakan jasa transportasi tersebut.
Keputusan-keputusan yang dibuat oleh pelaku perjalanan sangat menentukan
kuantitas, distribusi moda dan rute serta waktu dari sarana transportasi. Salah satu
metode untuk mendapatkan data tentang keputusan pelaku perjalanan adalah
teknik stated preference.
Teknik stated preference menurut Parikesit (1993) menawarkan
keuntungan dalam meneliti perilaku masyarakat, antara lain :
a. Peneliti dapat melakukan kontrol tentang situasi yang diharapkan akan
dihadapi responden.
b. Memunculkan variabel kuantitatif sekunder dapat dengan mudah dilakukan
karena peneliti menggunakan teknik kuesioner untuk menyatakan variabel
tersebut.
c. Dalam kebijaksanaan yang sifatnya baru, stated preference dapat digunakan
sebagai media evaluasi dan peramalan.
d. Satu responden memberikan jawaban atas berbagai macam situasi perjalanan,
sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan tidak terlalu banyak.
-
14
Beberapa kelemahan dari teknik stated preference antara lain :
a. Penyimpangan respon dan penyimpangan strategis sebagai akibat tidak
jujurnya jawaban responden dan adanya keinginan untuk mengharapkan hasil
tertentu dari pengisian kuesioner.
b. Penyimpangan yang terkait erat dengan asumsi yang digunakan dalam stated
preference, dimana diasumsikan bahwa masyarakat akan benar-benar
menggunakan barang dan jasa yang ditawarkan bila barang dan jasa tersebut
memberikan manfaat utility bagi dirinya, untuk itu perlu dibuat kuesioner
yang lugas dan tidak memiliki poli interpretasi.
a. Konsep Dasar Teknik Stated Preference.
Pearmain (1990) menyatakan bahwa teknik stated preference
mendasarkan pada konsep ekonomi klasik yaitu utilitas penggunaan suatu produk.
Utilitas mempresentasikan suatu kepuasan akan keuntungan seseorang ketika
mengeluarkan biaya untuk memperoleh suatu produk. Utilitas juga
mengimplikasikan suatu nilai kepuasan total pemakaian produk atas produk yang
dibelinya. Pemakai jasa diasumsikan akan memilih jasa yang memberikan utilitas
maksimal bagi dirinya.
Utilitas yang diukur dengan teknik stated preference dideskripsikan
sebagai utilitas tidak langsung (indirect utility). Nilai utilitas diketahui dengan
melakukan pengukuran terhadap atribut-atribut suatu produk yang diprediksikan
memberikan nilai kepuasan terhadap produk tersebut.
-
15
Parikesit (1993) menyatakan bahwa bentuk umum utilitas suatu produk
adalah merupakan model linier yang merupakan kombinasi dari berbagai atribut :
Ui = ao + a1x1 + a2x2 + + anxn .. 2.1
Dengan : Ui : adalah utillitas pelayanan produk/moda i
x1xn : adalah atribut produk/moda i
a1an : adalah koefisien atribut produk/moda i
a0 : adalah konstanta
Menurut Kanafani (1983) model pemilihan yang baik di dalamnya
mengandung fungsi pemilihan yang bersifat acak dengan probabilitas tertentu.
Demikian juga Pearmain (1990) menyatakan bahwa ukuran utilitas dalam stated
preference didasarkan pada utilias acak yang mengikut sertakan faktor
ketersediaan untuk merefleksikan variabel yang sudah terobservasi. Utilitas acak
suatu produk dinyatakan dengan persamaan yang disebut random utility model
sebagai berikut :
U = Ui + i 2.2
Dengan : U : utilitas acak produk i
Ui : utilitas produk i (komponen deterministik dari atribut alternatif i)
i : faktor kesalahan (komponen stokastik, variabel acak yang
mengikuti suatu jenis produk i )
-
16
b. Atribut dan Alternatif
Ortuzar (1994) menyatakan bahwa metode eksperimen teknik stated
preference memiliki salah satu penyusun perangkat alternatif pilihan hipotesis
yang dikenal sebagai alternatif-alternatif yang layak secara teknologis. Alternatif
ini didasarkan pada faktor-faktor yang diasumsikan berpengaruh secara kuat
dalam masalah pilihan terhadap sesuatu yang disurvai. Pelaksanaan desain
alternatif tersebut memerlukan tahap-tahap :
a. Identifikasi dari berbagai alternatif pilihan situasi yang akan diteliti,
misalnya : perbedaan tingkat pelayanan suatu moda.
b. Pemilihan atribut-atribut yang melekat pada masing-masing alternatif moda
yang diteliti.
c. Pemilihan unit ukuran setiap atribut.
d. Spesifikasi jumlah dan besarnya tingkatan dari atribut-atribut.
Perangkat dan kondisi atribut yang dipilih seharusnya dapat menjamin
adanya respon yang realistik. Atribut yang sangat penting harus ditampilkan dan
harus jelas mendeskripsikan alternatif-alternatif yang layak secara teknologi.
Pemilihan unit pengukuran atribut yang digunakan merupakan hal relatif,
meskipun terdapat beberapa atribut yang membutuhkan kehati-hatian dalam cara
pengukurannya, yaitu secara khusus adalah yang berkaitan dengan atribut
kualitatif seperti : kenyamanan (comfort) dan kepercayaan (reliability).
-
17
c. Desain Instrumen Stated Preference
Pearmain (1990) dalam Ortuzar (1994) menyatakan penyajian instrumen
stated preference dapat berupa : data ranking, rating atau pilihan berganda.
Kelebihan metode survai dengan teknik stated preference terletak pada
kebebasannya untuk melakukan desain metode pertanyaan untuk berbagai situasi
dalam rangka memenuhi kebutuhan penelitian yang diperlukan. Kelebihan ini
dapat terpenuhi jika terjamin alasan respon yang realistik yaitu alternatif pilihan
yang dipilih oleh responden tersebut benar-benar dilaksanakan. Untuk itu perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Pada tahap identifikasi atribut kunci dan penyusunan paket alternatif pilihan,
semua atribut esensial harus dipergunakan dan paket-paket alternatif pilihan
yang ditawarkan harus masuk akal dan realistik.
b. Pada tahap penyusunan formulir survai, bentuk penyajian form survai dan tata
cara memberikaan respon harus mudah dimengerti dan sesuai dengan situasi
responden yang diteliti.
c. Pada tahap perencanaan pengambilan data perlu dibuat strategi sampling yang
akan dikerjakan untuk menjamin diperolehnya data yang representatif.
d. Pada pelaksanaan survai stated preference sebelumnya diperlukan survai
pendahuluan yang menjelaskan maksud dan tujuan survai, alternatif situasi
perjalanan yang dibuat dan cara memberikan jawabannya.
e. Pada tahap analisis data stated preference diperlukan model yang sesuai
dengan tujuan analisis dan ketersediaan data yang ada.
-
18
Menurut Ortuzar (1994), desain bentuk pilihan dan penyajian survai stated
preference pada pokoknya terdiri atas 3 (tiga) tahap, yaitu :
1) Desain Eksperimental.
Penelitian stated preference lebih banyak menggunakan desain
eksperimental untuk membangun alternatif hipotesis yang akan diberikan kepada
responden. Untuk memperoleh penyajian kombinasi atribut yang baik maka
variabel bebas atau atribut dibuat bervariasi antara satu alternatif dengan
alternatif lainnya. Keuntungan dengan cara ini adalah lebih mudah
mengidentifikasi pengaruh setiap atribut dari responden. Jika jumlah atribut
dinyatakan dengan a dan jumlah tingkatan dinyatakan dengan n, maka jumlah
alternatif ditentukan dengan suatu desain faktorial yaitu na.
Masalah yang banyak dihadapi saat ini adalah apabila peneliti dihadapkan
pada penelitian yang melibatkan banyak alternatif dan atribut. Dalam situasi ini
cara desain faktorial dengan banyak variabel dapat diabaikan. Hubber dan Hansen
(1986) dalam Ortuzar (1994) menyarankan agar respon yang diberikan oleh
responden terhadap penentuan perubahan alternatif memiliki kepercayaan yang
baik, maka perlu diperhatikan hal-hal, yaitu : mengusahakan adanya kekompakan
respon yang diberikan, sehingga diharapkan dapat mengurangi jumlah kesalahan
data, melakukan survai pendahuluan untuk menemukan masalah umum dan
mengecek instrumen survai, serta untuk mengidentifikasi individu yang tingkat
pemahamannya kurang. Dengan langkah ini diharapkan prosedur survai langsung
yang diadakan nantinya dapat mendekati ketepatan karena telah dilakukan
-
19
pendeteksian masalah dan pemeriksaan dengan segera instrumen yang perlu
ditambahkan.
Setelah desain faktorial dilakukan, kemudian alternatif yang layak secara
teknologis dipilih, disajikan, dan akhirnya diadakan pengumpulan data. Fowlkes
dan Wardman (1988) dalam Ortuzar (1994) membuat rekomendasi perangkat
praktis untuk menyeleksi dari variasi tingkatan atribut. Pengalaman mereka
menunjukkan bahwa dalam kenyataannya dimungkinkan untuk tidak
memperhatikan desain eksperimen secara asli.
2) Penyajian form survai yang menarik.
Supaya menjamin respon yang realistis, pada saat kegiatan wawancara
sangat penting untuk menampilkan pilihan alternatif dan atribut dalam bentuk
yang sama untuk semua perilaku perjalanan.
3) Identifikasi preferensi
Permasalahan berikutnya adalah bagaimana memberikan pertanyaan
kepada responden untuk nenerangkan frekuensi pilihan mereka dalam setiap
option yang diberikan padanya. Sebagaimana diketahui sebelumnya, ada tiga cara
pokok dalam mengumpulkan informasi pilihan tentang alternatif yang secara lebih
rinci dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Respon rangking
Pendekatan ini menyajikan semua alternatif kepada responden dan
mengharapkan agar merangkingnya dalam pilihan mereka sehingga dapat
diimplikasikan nilai utilitas secara berhirarki. Tindakan utama pada
pendekatan ini adalah membatasi jumlah alternatif yang ditentukan agar tidak
-
20
melelahkan responden. Perlu disadari oleh peneliti bahwa data yang diperoleh
dari metode ini memperlihatkan tipe pendapat responden yang mungkin tidak
sesuai dengan pilihan mereka dalam kenyataannya.
b. Teknik rating
Teknik ini sudah digunakan dalam praktik riset pemasaran untuk beberapa
tahun. Dalam kasus ini responden ditanyakan untuk melukiskan derajat
preferensi mereka untuk setiap pilihan dengan menggunakan skala tertentu.
Sebagai contoh : 1= sangat tidak suka, 5= ragu-ragu, 10= sangat suka. Respon
kemudian diproses menggunakan operasi aritmatik normal seperti perhitungan
nilai rata-rata, dan rasio, meskipun respon yang didapat tidak bebas dari skala
yang digunakan. Preferensi individu tersebut agar dapat digunakan perlu
ditranslasikan ke dalam tipe skala ordinal. Walaupun demikian pada
prinsipnya dapat diperluas untuk menyaring eksperimen berbentuk pilihan.
Dalam kasus ini responden disediakan bentuk pertanyaan yang
memperlihatkan derajat preferensi antara 2 alternatif, yang dapat dirinci
misalnya menjadi skala 5 yaitu : pasti memilih A, mungkin memilih A, ragu-
ragu, mungkin memilih B, dan pasti memilih B.
c. Eksperimen berupa pilihan (choice)
Pendekatan ini diperlukan untuk menyeleksi pendapat responden terhadap
pilihan dari suatu pasangan (pilihan biner) atau suatu kelompok. Secara
teoritis responden hanya dibolehkan memilih alternatif menurut preferensinya
analog dengan survai revealed preference. Namun dalam bentuk luas
responden dibolehkan untuk menerangkan preferensinya dalam suatu skala
-
21
rating sebagaimana uraian sebelumnya, dan dimungkinkan juga untuk
menentukan suatu pilihan yang tidak ada dalam alternatif pilihan.
d. Kompleksitas dan realisasinya
Suatu elemen kunci dalam keberhasilan survai stated preference adalah
derajat realisasi respon yang dicapai. Oleh karena itu Pearmain (1990) dalam
Ortuzar (1994) merekomendasikan suatu garis pedoman dalam pelaksanaan di
lapangan, yaitu :
Menekankan pada hal khusus, contoh : responden seharusnya ditanya
bagaimana mereka akan merespon suatu alternatif pada kejadian yang
diberikan, dan diusahakan menghindari pertanyaan abstrak yang menyebabkan
realibilitas respon kecil.
Memperjelas batasan antar pilihan agar konteks yang dibuat realistis.
Menggunakan suatu konteks realistis bagi respoden yang sudah mempunyai
pengalaman pribadi.
Dapat memakai persepsi responden pada kondisi tertentu untuk membatasi
nilai atribut dalam survai.
Memastikan telah memasukkan semua atribut yang berhubungan dalam
penyajian instrumen survai, terutama jika model pilihan perjalanan dibuat
tidak hanya mengukur kepentingan perbedaan atribut.
Menjaga penyajian pilihan yang sederhana agar tidak memberikan beban
kepada responden. Pilihan alternatif dipadatkan dan disederhanakan yang
sesuai. Karena dalam menanggapi pilihan yang kompleks diperlukan periode
-
22
waktu yang lama untuk memahami alternatif yang ada dan menyeleksi yang
terbaik.
Memberikan peluang kepada responden untuk memberikan respon diluar
desain alternatif yang disusun.
Menyajikan semua pilihan dengan meyakinkan, jelas dan menghindari kata
yang bermakna ganda. Dalam kaitan ini diperlukan kehati-hatian ketika
menghadapi atribut kulitatif seperti keamanan dan kenyamanan.
e. Analisis Data Stated Preference
Pemilihan teknik analisis yang sesuai untuk analisis data stated preference
tersebut tergantung kepada jenis respon yang diperoleh dari pelaksanaan survai
yang dapat berupa data ranking, skala rating atau pilihan dari beberapa alternatif
yang ditawarkan.
Pendekatan paling umum yang diterapkan untuk menganalisis data stated
preference adalah sebagai berikut :
1. Discrete Choice Models
Metode ini merupakan model probabilitas dimana nilai pilihan dari setiap
individu berhubungan dengan pilihan yang lain, dalam bentuk nilai
probabilitas. Bentuk yang paling umum dari model tersebut adalah fungsi
logit. Software khusus untuk menganalisis data yang banyak digunakan adalah
paket ALOGIT.
-
23
2. Reggression Approaches
Metode ini dapat diterapkan tanpa menggunakan model yang rumit seperti
logit model. Sejumlah asumsi penyederhanaan digunakan untuk menentukan
peringkat (ranking) atau merating data yang akan dianalisis. Pendekatan ini
membutuhkan proses perhitungan yang sederhana dan relatif lebih mudah
dimengerti bagi pengguna baru teknik SP.
3. Monotomic Analysis of Variance
Metode ini cocok digunakan untuk menganalisis data yang diranking.
Kelemahan metode ini adalah kurangnya tes kesesuaian statistik yang dapat
diandalkan, oleh karena itu metode ini jarang digunakan.
4. Teknik Sampling
Tujuan pengambilan sampel adalah untuk memperoleh sejumlah sampel
dari seluruh populasi dimana sampel tersebut mewakili seluruh populasi.
Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pada kenyataan bahwa sering tidak
mungkin untuk melakukan survai pada seluruh anggota populasi. Metode
pengambilan sampel pada umumnya berdasarkan pada prinsip sampel acak.
Prinsip yang sebenarnya dari sampel acak adalah bahwa pengambilan sampel dari
setiap unit dilakukan dengan bebas, dan bahwa setiap unit dalam populasi
mempunyai probabilitas yang sama untuk dipilih sebagai sampel. (Richardson
Ampt & Meyburg, 1995)
-
24
Metode pengambilan sampel acak yang sering dipergunakan adalah
pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling) dan pengambilan
sampel acak berstrata (stratified random sampling). Metode pengambilan sampel
acak sederhana dilakukan dengan memberi nomor pada setiap unit dalam
populasi, kemudian memilih nomor tersebut secara acak untuk memperoleh
sampel. Metode pengambilan sampel berstrata dilakukan dengan mengumpulkan
informasi awal mengenai populasi terlebih dahulu, untuk kemudian membagi
populasi tersebut ke dalam strata (kelompok kecil) yang homogen, kemudian
memilih sampel acak sederhana dalam setiap strata tersebut. (Ortuzar, 1994)
Pertanyaan yang sering muncul berkaitan dengan desain sampel adalah
berapa besarnya ukuran sampel yang dibutuhkan. Ortuzar (1994),
merekomendasikan ukuran sampel yang dibutuhkan untuk survai wawancara di
tepi jalan (roadside interviews) dengan rumus :
( )
( )N
p1p
ze
p1pn
2 -+
-> . 2.3
dimana :
n = jumlah sampel
p = proporsi perjalanan dengan tujuan tertentu
e = tingkat kesalahan yang masih bisa diterima
z = nilai variasi standar normal untuk tingkat kepercayaan yang
diinginkan
N = jumlah populasi
-
25
5. Analisis Korelasi
Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kuatnya tingkat hubungan
linier antara dua variabel. Menurut Sembiring (1996) dua variabel dikatakan
berkorelasi signifikan apabila perubahan pada variabel yang satu akan diikuti oleh
perubahan pada variabel yang lain secara beraturan.
Untuk mengukur kuatnya korelasi antara dua variabel yang diukur dengan
skala interval atau rasio digunakan suatu nilai yang disebut koefisien korelasi (r)
yang biasa disebut juga dengan korelasi produk momen. Koefisien korelasi r
dinyatakan dalam bilangan antara 1 dan +1. Apabila koefisien korelasi semakin
mendekati nilai 1 dan +1, maka semakin kuatlah hubungan antara dua variabel
tersebut. Apabila nilai koefisien korelasi r semakin mendekati nilai 0 maka
semakin lemahlah hubungan antara kedua variabel. Koefisien korelasi r menurut
Sudjana (2002:47) dapat dihitung dengan persamaan berikut :
( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( )
-
-
-=
III I
II
YYNXXN
YXY
21
21
21
21
11I
11XNr . 2.4
dimana :
r : koefisien korelasi antara X dan Y
Xi : nilai variabel X data ke-i
Yi : nilai variabel Y data ke-i
N : jumlah sampel yang diteliti
Nilai r = 1 berarti bahwa korelasi antar variabel X dan Y adalah positif
(meningkatnya nilai X akan mengakibatkan meningkatnya nilai Y). Sebaliknya
-
26
jika r = -1 berarti korelasi antara variabel X dan Y adalah negatif (meningkatnya
nilai X akan mengakibatkan turunnya nilai Y). Nilai r = 0 menyatakan tidak ada
korelasi antar variabel.
Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :
0r:H 0 = artinya korelasi tidak signifikan
0r:H 1 artinya korelasi signifikan
Dasar pengambilan keputusan :
Jika probabilitas (signifikan) > 0,05 maka H0 diterima
Jika probabilitas (signifikan) < 0,05 maka H1 diterima
Untuk variabel yang diukur dengan skala nominal, korelasi dua variabel
dinyatakan dengan koefisien kontingensi dengan rumus :
N+= 2
2
XX
KK . 2.5
( ) -= fhfhfo 22X . 2.6
dimana :
KK : koefisien kontingensi antara X dan Y
X2 : nilai chi kwadrat
N : jumlah sampel yang diteliti
fo : frekuensi yang diobservasi
fh : frekuensi yang diharapkan
Makin besar harga KK akan makin besar derajat korelasi. Sebagai korelasi
KK tidak akan lebih besar dari +1,00. Jika baris = kolom (b=k) maka harga KK
-
27
paling besar dibatasi oleh persamaan ( ) k1-kKK , dengan k adalah jumlah
kolom. Untuk mengetes signifikansi KK digunakan chi kuadratnya. Dengan db =
(b-1)(k-1) harga chi kwadratnya itu dibanding dengan harga kritik chi kwadrat
yang ada dalam tabel.
Hipotesis yang digunakan adalah :
H0 : tidak ada korelasi antar variabel atau korelasi tidak signifikan
H1 : korelasi signifikan
Dasar pengambilan keputusan :
Jika x2 < x2 tabel, maka menerima H0
Jika x2 > x2 tabel, maka menerima H1
6. Analisis Regresi
Metode analisis regresi digunakan untuk menghasilkan hubungan antara
dua variabel atau lebih dalam bentuk numerik, dan untuk melihat bagaimana dua
atau lebih peubah (variabel) saling terkait. Dalam analisis regresi dibedakan dua
jenis variabel, yakni variabel bebas (prediktor) yang dinyatakan dalam X dan
variabel tak bebas atau respon yang dinyatakan dalam Y.
Model analisis regresi linier dapat memodelkan hubungan antara dua
variabel. Secara umum hubungan antar variabel dapat dinyatakan dalam
persamaan berikut :
Y = A + BX ...... 2. 7
Dimana :
Y : Peubah tidak bebas
-
28
X : Peubah bebas
A : konstanta regresi
B : koefisien regresi
Regresi linier dimana terdapat sebuah variabel tidak bebas dan dua
variabel bebas atau lebih disebut regresi linier berganda. Konsep ini merupakan
pengembangan dari regresi linier sederhana, khususnya untuk kasus yang
mempunyai lebih banyak peubah bebas dan parameter B. hal ini sesuai dengan
realita bahwa dalam model pemilihan moda terdapat peubah yang berpengaruh
terhadap pemilihan moda. Jika dalam persamaan terdapat satu atau lebih variabel
yang tidak bersifat kuantitatif tetapi bersifat kualitatif maka digunakan variabel
dummy. Singgih Santoso (2000:183) menjelaskan, variabel dummy adalah
variabel yang digunakan untuk membuat kategori data yang bersifat kualitatif
(data nominal). Untuk menunjukkan besaran data nominal tersebut digunakan
pengkodean, misalnya untuk gender, pria diberi kode 1 dan wanita 2.
Persamaan berikut ini memperlihatkan bentuk umum analisis linier
berganda.
Y = A + B1X1 + B2X2 + + BnXn . 2. 8
Jika terdapat empat buah variabel bebas maka persamaan menjadi :
Y = A + B1X1 + B2X2 + B3X3 . 2. 9
Dimana :
Y : peubah tidak bebas
X1 Xn : peubah bebas
A : konstanta regresi
-
29
B1 Bn : koefisien regresi
Penyelesaian persamaan dengan empat buah anu tersebut menurut Sudjana
(2002) dapat disederhanakan dengan menggunakan rumus :
( ) -= n
YYy
2
22
2. 10
( ) -= n
XXx
2
22
2. 11
( ) ( ) -= n
YXYXyx i 1 . 2. 12
( ) ( ) = n
XXXXxx jjji
11 2.13
222111 ,, XXxXXxYYy -=-=-= dengan 21 ,, XXY adalah rata-rata
masing-masing peubah yang bersangkutan.
Dimana :
X1,X2 : variabel/peubah bebas
Y : variabel terikat
n : jumlah sampel
Koefisien A, B1, B2, dan B3 dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :
++= 3132122111 xxBxxBxByx . 2.14
++= 3232222112 xxBxBxxByx . 2.15
++= 2333223113 xBxxBxxByx . 2.16
-
30
Setelah B1, B2, dan B3 diketahui barulah kemudian dihitung A dengan
rumus :
332211 XBXBXBYA ---= . 2.17
a. Koefisien Determinasi (r2)
Salah satu ukuran yang biasa digunakan untuk mengukur kecocokan
model yang didapat dengan data hasil observasi adalah koefisien determinasi r2
(kasus dua variabel) atau R2 (regresi ganda). Koefisien determinasi majemuk (R2)
digunakan untuk mengetahui proporsi variasi dalam Y yang dijelaskan oleh
variabel bebas secara bersama-sama (gabungan).
Koefisien determinasi majemuk untuk kasus empat variabel menurut
Sudjana (2002) dapat dihitung dengan rumus :
( )( )
( ) ( ) ( )
++=
=
2
332211
2
y
yxByxByxB
TDJKRegJK
R
. 2.18
dimana :
JK (Reg) = Jumlah kuadrat regresi
= ++ yxByxByxB 332211 JK (TD) = Jumlah kuadrat total dikoreksi
-
31
= ( )
-= nY
Yy2
22
Jumlah kuadrat total merupakan total variasi nilai Y sebenarnya di sekitar
rata-rata sampel. Jumlah kuadrat akibat regresi atau jumlah kuadrat yang
dijelaskan merupakan variasi nilai Y yang ditaksir disekitar rata-ratanya.
Kecocokan model dikatakan lebih baik kalau R2 semakin mendekati 1.
b. Uji Signifikansi
Kebanyakan penyelidikan ditujukan untuk menguji kebenaran sesuatu
dugaan yang dilakukan sebelum penyelidikan dilakukan. Sutrisno Hadi (2002)
mengemukakan bahwa hipotesa statistik adalah suatu dugaan yang merupakan
pernyataan tentang keadaan parameter yang didasarkan atas probabilitas distribusi
sampling dari parameter itu. Hipotesis semacam ini dirumuskan sedemikian rupa
agar penyelidik dapat dengan mudah menolak atau menerimanya. Untuk
mencapai maksud tersebut pada umumnya hipotesis statistik dinyatakan dalam
bentuk hipotesis nihil. Semua hipotesis yang menyimpang dari hipotesis nihil
disebut hipotesis alternatif. Untuk hipotesis nihil diberi simbol H0, sedang untuk
hipotesis alternatif diberi simbol H1, H2 dan sebagainya.
Pada umumnya taraf signifikansi yang digunakan adalah 5 % atau 1%
(0.05 atau 0.01). Jika telah ditetapkan taraf signifikansi 0.05 untuk mengetes suatu
hipotesis, maka kemungkinan menolak hipotesis yang benar adalah 5 diantara
100, atau dengan kata lain, percaya bahwa 95% keputusan benar.
-
32
Secara umum uji signifikansi menurut Sudjana (2002) dapat dikatakan
adalah uji hipotesis terhadap koefisien regeresi secara individu masing-masing
variabel bebas. Uji ini menggunakan statistik uji t dengan rumus sebagai berikut
(Sudjana, 2002 : 111)
i
i
Sbb
t = . 2.19
dimana :
Sbi : galat baku (standar error) koefisien korelasi bi
bi : koefisien regresi yang didapatkan
Hipotesis yang dilakukan adalah :
0:H 0 = artinya koefisien regresi tidak signifikan
0:H 1 artinya koefisien regresi signifikan
Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan nilai t hitung :
Uji dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel yang terdapat
dalam tabel t-student. Jika statistik t hitung > statistik tabel, maka H0
(hipotesis nol) ditolak, artinya menolak anggapan bahwa koefisien regresi
tidak signifikan. Sebaliknya statistik t hitung < statistik t tabel, maka H0
diterima artinya menerima anggapan bahwa koefisien regresi tidak signifikan.
2. Berdasarkan besarnya signifikansi variabel bebas.
Jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima.
Jika signifikansi < 0,05 maka H1 diterima.
-
33
d. Analisis Varians / Uji F / Uji Simultan
Indikator lain untuk menilai kecocokan model dengan data adalah analisis
varians/ uji F. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel
bebas secara bersama-sama (simultan) dapat berpengaruh terhadap variabel tak
bebas melalui penggunaan analisis varians.
Besaran F secara umum (Sudjana,2002) dihitung dengan rumus :
( )1--= knJKSkJKR
F . 2.20
+++= yxb...yxbyxbJKR kk2211 . 2.21
( ) -=-= JKRyJKS atau, YYJKS 22 . 2.22
Atau juga dapat dihitung dengan menggunakan hubungan antara F dengan
koefisien determinasi R2 , yaitu seperti pada rumus berikut :
( ) ( )1-k-nR-1kR
F2
2
= . 2.23
dimana :
JKR : jumlah kuadrat akibat regresi
JKS : jumlah kuadrat sisa
K : jumlah variabel bebas
N : jumlah sampel
-
34
Pengujian statistik F ini dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel dengan nilai signifikansi 5%
dan dengan mendasarkan pada nilai signifikansi F untuk tingkat signifikansi 5%.
Hipotesis yang digunakan adalah :
Hipotesis nol (H0) : variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel tak bebas, persamaan regresi tidak dapat
dijadikan landasan dalam memprediksi data.
Hipotesisi tandingan (H1) : variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel tak bebas, persamaan regresi dapat
dijadikan landasan dalam memprediksi data.
Dasar pengambilan keputusan adalah :
Jika F hitung < F tabel dan signifikansi F > 0,05 maka menerima H0
Jika F hitung > F tabel dan signifikansi F < 0,05 maka menerima H1
e. Analisis Multikolinearitas
Kolinearitas terjadi apabila antara dua variabel bebas terjadi
hubungan/korelasi yang erat. Kolinearitas disebut sempurna jika suatu variabel
bebas bergantung sepenuhnya pada variabel lainnya. Apabila terjadi lebih dari dua
variabel saling berkaitan maka kondisi ini disebut multikolinearitas.
Indikasi adanya gejala multikolinearitas menurut Neter (1996)
sebagaimanan dikutip Mustaji (2001) adalah :
Koefisien determinasi (r2) sangat tinggi tetapi tidak satupun koefisien
regresinya signifikan secara statistik dalam uji t.
-
35
Dalam kasus persamaan regresi dengan dua variabel bebas, gejala
multikolinearitas dapat dideteksi apabila antar keduanya berkorelasi tinggi.
Terjadi perubahan koefisien regresi yang besar ketika variabel bebas yang
dimasukkan dan dikeluarkan berbeda, atau ketika hasil observasi ditambah
atau dihilangkan datanya.
Metode formal yang digunakan untuk mendeteksi adanya gejala
multikolinearitas menurut Neter (1996) sebagaimana dikutip Mustaji (2001)
adalah nilai variance inflation factor (VIF). Nilai VIF menyatakan prosentase
variansi suatu variabel lainnya. Nilai VIF suatu variabel bebas k diperoleh dari
matrik rxx-1. rxx adalah matrik pasangan koefisien korelasi dengan variabel bebas
lainnya. VIF variabel bebas k dirumuskan sebagai berikut :
(VIF)k = (1 Rk2)-1 .. 2.24
Rk2 adalah koefisien yang menyatakan korelasi variabel-variabel bebas
lainnya terhadap variabel bebas k. Nilai VIF akan mendekati 1, jika Rk2 = 0, yang
berarti variabel bebas k tidak dipengaruhi sama sekali oleh variabel lain, atau
peningkatan variansi (inflated variance) tidak berhubungan linier. Sebaliknya jika
Rk2 0 maka besarnya VIF akan lebih dari 1, pengaruh variabel bebas lain mulai
timbul, akan cukup kuat jika Rk2 melebihi 0,50 atau VIF lebih dari 2, dan akan
menjadi problem yang serius jika Rk2 mendekati 1 atau VIF melebihi 10.
-
36
7. Elastisitas Pemilihan Moda
Kanafani (1983) menjelaskan bahwa analisis model pilihan moda mungkin
pula ditekankan pada sensitivitas pilihan moda terhadap beberapa atribut
pelayanan moda tersebut. Untuk itu digunakan analisis elastisitas. Elastisitas
dalam kasus ini didefinisikan sebagai besarnya pengaruh perubahan probabilitas
pilihan moda relatif terhadap perubahan atribut pelayanan.
Dalam realisasinya sering dijumpai nilai elastisitas permintaan perjalanan
pada dasarnya adalah konstan. Kraft-Sact memperkenalkan model permintaan
yang berhubungan harga/tarif sesuai dengan keadaan yaitu :
CQ = . 2.25
Dengan Q adalah kuantitas perjalanan, dan C adalah tarif/harga.
Dalam kaitan dengan permintaan kebutuhan transportasi, Morlock (1988)
memperluas model kebutuhan Kraft tersebut dengan memasukkan karakteristik
pelayanan sebagai variabel bebasnya. Hal ini disebabkan karena karakteristik
harga/tarif dan pelayanan dari semua moda yang berkompetisi akan
mempengaruhi penggunaan atau permintaan terhadap moda tersebut. Apabila tarif
dari moda lain diturunkan atau tingkat pelayanannya ditingkatkan, maka jumlah
perjalanan dengan moda itu akan bertambah, yang sebagian berasal dari moda
saingannya. Dalam pengambilan keputusan untuk suatu perjalanan calon
penumpang akan mempertimbangkan tarif/harga, selain juga faktor pelayanan
seperti : waktu perjalanan total, ketepatan jadwal (keandalan), dan kenyamanan.
Model kebutuhan (demand) terhadap suatu moda dengan mengacu pada model
Kraft dapat dirumuskan sebagai berikut :
-
37
22i1
1i0 .X.XPi = .. 2.26
Dengan X1i, X2i adalah atribut karakteristik moda i. Dengan
mengidentikkan model pilihan moda dengan model kebutuhan seperti persamaan
2.26, maka elastisitas langsung suatu atribut pelayanan yang dinotasikan X1i
terhadap pilihan moda i dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
i
1i
1i
i
1i1i
i
PX
XP
/XX/PP
e ==dd
dd i .. 2.27
Selanjutnya untuk menentukan elastisitas langsung X1i terhadap pilihan moda i,
pesamaan 2.26 dideferensialkan terhadap X1i sehingga diperoleh :
22i1
1i101i
XXdXdPi -= 2.28
Jika disubstitusikan ke dalam persamaan 2.27 maka diperoleh :
11i2
2i1
1i10 PXXXe--= 2.29
Selanjutnya dengan mensubstitusikan ke dalam persamaan 2.26 akhirnya
akan diperoleh persamaan sebagai berikut :
( ) 122i11i01i22i11i10 XX/XXXe == - 2.30
Konstanta b1 menyatakan elastisitas X1 terhadap perubahan nilai variabel
Pi. Dengan cara yang sama akan diperoleh bahwa elastisitas atribut pelayanan
terhadap pilihan moda sama dengan besarnya konstanta atribut tersebut pada
fungsi kebutuhan Kraft seperti persamaan 2.26.
-
38
C. Kerangka Pemikiran
Surakarta sebagai salah satu kota di Jawa Tengah yang sedang
berkembang memiliki fasilitas yang cukup lengkap baik dalam bidang pendidikan,
pekerjaan, hiburan dan lain-lain. Untuk menjangkau fasilitas-fasilitas tersebut,
penduduk Surakarta atau penduduk disekitar wilayah Surakarta harus melakukan
perjalanan. Salah satu angkutan umum yang tersedia adalah bus kota.
Pada kasus pemilihan moda bus kota ini, banyak hal yang mempengaruhi
pelaku perjalanan, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah karakteristik
fasilitas moda bus kota, yang meliputi biaya perjalanan, waktu perjalanan dan
tingkat pelayanan dari moda tersebut. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
faktor-faktor tersebut maka diadakan penelitian ini.
Dengan teknik stated preference dapat dilakukan analisis hipotesis untuk
mengetahui besarnya pengaruh perubahan situasi perjalanan pada pemilihan bus
kota. Dalam penelitian yang dilakukan penumpang memberikan persepsi atas
berbagai alternatif perubahan. Elemen perilaku masyarakat dimungkinkan
dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti : atribut pelayanan, alternatif dan kendala
situasi, selain juga faktor internal seperti : persepsi dan preferensi pelaku
perjalanan. Faktor eksternal mendorong dan membatasi perilaku pasar, sedang
faktor internal merefleksikan tingkat pemahaman konsumen terhadap alternatif
pilihannya dan tindakannya. Dari analisis data dengan stated preference ini akan
didapat besarnya pangsa pasar bus kota.
-
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah Surakarta yang memiliki luas wilayah
kurang lebih 44.040 km2. Berdasarkan data statistik terakhir tahun 2000, jumlah
penduduk kota Surakarta mencapai 550.251 jiwa. Jumlah penduduk yang
menggunakan angkutan kota pada tahun 2000 sebesar kurang lebih 104.030
orang, dengan prosentase pemilihan moda transportasi untuk angkutan kota
sebesar 50%. (Lembaga Penelitian ITB, 1995).
Waktu penelitian adalah pada tanggal 8 - 20 Maret 2004. Penelitian
dilakukan setiap hari, dengan tidak mengkhususkan hari-hari tertentu seperti hari
Jumat, Sabtu dan Minggu.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis, yakni
menggambarkan suatu peristiwa kemudian melakukan analisis terhadap masalah
yang timbul. Studi ini dimulai dengan mengumpulkan literatur dan data sekunder
yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, kemudian menentukan teknik
survai yang digunakan. Dalam penelitian ini peristiwa yang akan diobservasi
adalah pemilihan moda angkutan umum bus kota. Adapun variabel-variabel yang
-
40
akan diteliti adalah atribut-atribut internal pelayanan angkutan umum bus kota
yang mengacu pada faktor-faktor pemilihan moda.
Teknik pengumpulan data adalah dengan wawancara atau penyebaran
kuesioner kepada pengguna bus kota dengan teknik Stated Preference. Bentuk
pertanyaan formulir survai direncanakan meliputi dua hal. Pertama, pertanyaan
difokuskan untuk mengetahui kondisi eksisting dari karakteristik pengguna bus
kota saat ini. Dalam hal ini ingin diketahui kondisi sosio ekonomi dari pengguna
dan informasi perjalanan yang dilakukan dengan menggunakan bus kota. Kedua,
pertanyaan diarahkan untuk mengetahui preferensi responden seandainya
beberapa kondisi hipotesis ditawarkan seperti terjadinya perubahan ongkos
perjalanan, lama perjalanan, waktu tunggu dan sebagainya. Dengan menggunakan
data persepsi responden tersebut kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui
variabel-variabel tingkat pelayanan bus kota di Surakarta.
C. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil survai wawancara,
dalam hal ini berupa penyebaran kuisioner. Kriteria responden yang dipilih adalah
sebagai berikut :
Responden merupakan penduduk kota Surakarta atau bukan penduduk kota
Surakarta tetapi melakukan aktifitas kesehariannya di wilayah kota Surakarta.
-
41
Responden menggunakan angkutan umum bus kota sebagai sarana angkutan.
Mengisi kuisioner dengan lengkap.
Tanggapan responden konsisten sesuai dengan logika stated preference.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari :
1. ORGANDA (Organisasi Angkutan Daerah) Surakarta, yang berupa jumlah
armada bus kota dan angkot yang beroperasi di wilayah Surakarta, tarif,
jumlah tempat duduk, load factor dan rata-rata frekuensi perjalanan per
harinya.
2. Laporan akhir Studi Penataan dan Pengembangan Sisitem lalu Lintas dan
Angkutan Dalam Kota Surakarta ( Lembaga penelitian ITB,1995 ) yang
berupa jumlah orang yang menggunakan angkutan di Surakarta.
D. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat desain penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Melakukan kajian pustaka, dan studi yang terkait dengan variabel tingkat
pelayanan angkutan umum khususnya bus kota.
2. Melakukan identifikasi variabel tingkat pelayanan pada bus kota.
Pada tahap ini, ditetapkan variabel yang akan dipakai dalam penelitian.
Variabel-variabel yang dipakai diambil dari penelitian terdahulu yang
dilakukan Ortuzar, dkk di Santiago.
-
42
3. Survai pendahuluan
a. Menyusun formulir survai pendahuluan.
Formulir survai pendahuluan dalam penelitian ini dikelompokkan dalam
dua bentuk form, yaitu :
Form survai karakteristik responden, berisi pertanyaan-pertanyaan data
karakteristik responden, yakni antara lain : jenis kelamin, usia,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, kepemilikan kendaraan, maksud
perjalanan, kepastian menggunakan bus kota, alasan menggunakan bus
kota, dan jam perjalanan. Form ini dapat dilihat pada Lampiran A-1.
Form survai rating, berisi sebelas pertanyaan yang memuat sikap
responden terhadap faktor-faktor yang terjadi pada permasalahan
pemilihan penggunaan bus kota. Responden berhak memberikan
jawaban : sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
Form tersebut secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran A-2.
b. Melakukan survai pendahuluan
Formulir survai pendahuluan yang telah dirancang diujikan pada
responden acak terpilih. Tujuan survai pendahuluan ini adalah untuk
mendapatkan atribut-atribut yang akan digunakan untuk survai Stated
Preference.
Survai pendahuluan dilaksanakan hari Kamis, 5 Pebruari 2004, dengan
mengambil lokasi di halte Panggung, Jebres.
-
43
c. Analisis data survai pendahuluan
Data hasil survai kemudian dianalisis menggunakan skala rating dengan
interval jawaban sebagai berikut :
Sangat setuju = 4
Setuju = 3
Tidak setuju = 2
Sangat tidak setuju = 1
Data-data jawaban responden terhadap pertanyaan yang diberikan seperti
tercantum dalam Lampiran A-2, dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Prosentase Jawaban Responden
Interval jawaban responden Pertanyaan Sangat Setuju Tidak Sangat Tidak Setuju Setuju Setuju
X1 35% 55% 10% 0% X2 30% 65% 5% 0% X3 35% 50% 15% 0% X4 10% 50% 30% 0% X5 25% 50% 20% 5% X6 15% 60% 25% 0% X7 40% 50% 10% 0% X8 15% 65% 20% 0% X9 10% 70% 15% 5% X10 0% 45% 50% 5% X11 15% 10% 60% 15%
-
44
Hasil analisis data yang diperoleh berupa urutan variabel tingkat
pelayanan angkutan umum bus kota. Urutan variabel tersebut dapat dilihat
pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Urutan Variabel Tingkat Pelayanan Angkutan Umum Bus Kota
No Atribut Jumlah Skor Hasil Urut Pengumpulan Data
1 Biaya 66 2 Kenyamanan 65 3 Okupansi bus 65 4 Lama perjalanan 64 5 Waktu tunggu bus 59 6 Mendapat tempat duduk 59 7 Perilaku operator bus 58 8 Resiko kecelakaan 57 9 Waktu berjalan kaki 52 10 Penggunaan waktu alternatif 48 11 Moda image 45
Sumber : hasil survai pendahuluan, 2004
Hasil analisis data survai pendahuluan secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran A-3.
-
45
4. Melakukan identifikasi awal atribut yang melekat pada moda.
Adapun atribut-atribut yang digunakan diambil dari hasil survai pendahuluan
dengan mengambil 6 (enam) atribut yang mempunyai skor tertinggi.
Digunakan 6 (enam) atribut saja dengan pertimbangan supaya kemungkinan
alternatif situasi perjalanan tidak begitu banyak, sehingga skenario yang
ditawarkan kepada responden memenuhi kriteria Kroes dan Sheldon (1998)
yaitu sebanyak 9 sampai dengan 16 skenario. Atribut-atribut yang dimaksud
yaitu:
biaya
kenyamanan kendaraan
okupansi bus
lama perjalanan
waktu tunggu, dan
mendapatkan tempat duduk
Data sebagian atribut-atribut tersebut diperoleh dengan melakukan observasi
langsung ke ORGANDA ( Organisasi Angkutan Daerah ) Surakarta.
Data-data yang diperoleh dapat dilihat dalam Tabel 3.3
Tabel 3.3 Kondisi Pelayanan Bus Kota
Atribut Kondisi Pelayanan
Eksisting Tarif Rp. 1,200
Lama Perjalanan 45 menit ( 1 rit ) Waktu tunggu 5 menit Sumber : ORGANDA, Surakarta
-
46
5. Menyusun skenario pengembangan
Dengan melihat kondisi pelayanan saat ini dan kemungkinan pengembangan
atribut-atribut yang melekat, maka disusun skenario pengembangan sebagai
berikut :
Tarif dibuat menjadi dua tingkatan yaitu tetap Rp.1.200 dan diturunkan
menjadi Rp.1.000 dengan pertimbangan adanya tarif yang ditetapkan pada
kelompok pengguna tertentu seperti mahasiswa atau pelajar.
Lama perjalanan dibedakan menjadi dua tingkatan yaitu 45 menit sesuai
dengan ketentuan dari ORGANDA dan diperlambat menjadi 60 menit
dengan pertimbangan adanya kemungkinan jalur lalu lintas yang sibuk,
kerusakan atau perbaikan yang seringkali mengakibatkan terjadinya
keterlambatan.
Waktu tunggu dibuat dua tingkatan yaitu 5 menit sesuai dengan ketentuan
ORGANDA dan diperlambat menjadi 10 menit dengan pertimbangan
adanya kemungkinan jalur lalu lintas yang sibuk.
Tempat duduk dibuat dua tingkatan yaitu mendapatkan tempat duduk, dan
tidak mendapatkan tempat duduk.
Okupansi bus dibedakan menjadi dua tingkatan yaitu berdesakan dan tidak
berdesakan.
-
47
Kenyamanan kendaraan dibuat dua tingkatan, yaitu nyaman dan tidak
nyaman. Kenyamanan kendaraan disini meliputi kualitas tempat duduk
empuk atau keras, ada tidaknya tempat untuk berpegangan bagi
penumpang yang berdiri, kebersihan bus, ada tidaknya tirai, dan kondisi
mesin bus apakah masih bagus atau sudah jelek.
Pengembangan atribut-atribut dapat ditabelkan sebagai berikut :
Tabel 3.4 Skenario Pengembangan Atribut
Atribut Tingkatan Tarif (Rp) 1.000
1.200 Lama perjalanan 45
(menit) 60 Waktu tunggu 5
(menit) 10 Tempat duduk dapat
Tidak dapat Okupansi Tidak berdesakan
berdesakan Kenyamanan Kendaraan nyaman
Tidak nyaman
Tabel 3.5 Perbedaan Level Atribut
Atribut Perbedaan level atribut Rendah (-) Tinggi (+)
1. Tarif 0 -200 2. Lama perjalanan +15 menit 0 3. Waktu tunggu + 5 menit 0 4. Tempat duduk tidak dapat dapat 5. Okupansi bus berdesakan tidak berdesakan 6. Kenyamanan kendaraan tidak nyaman nyaman
-
48
6. Menyusun alternatif hipotesis
Alternatif pilihan situasi perjalanan hipotesis diperoleh dengan
mengkombinasikan atribut tarif, lama perjalanan, waktu tunggu, tempat
duduk, okupansi bus, dan kenyamanan kendaraan. Berdasar dari jumlah
tingkatan atribut yaitu 2 tingkatan atribut tarif, 2 tingkatan atribut lama
perjalanan, 2 tingkatan atribut waktu tunggu, 2 tingkatan atribut tempat duduk,
2 tingkatan atribut okupansi bus, dan 2 tingkatan atribut kenyamanan
kendaraan, maka diperoleh :
21 x 21 x 21 x 21 x 21 x 21 x 21 = 64 kemungkinan kombinasi situasi
perjalanan.
Agar jumlah pilihan tidak terlalu banyak, maka perlu dilakukan reduksi
terhadap pilihan-pilihan yang mendominasi, yaitu yang jawabannya secara
logika sudah dapat dipastikan. Kroes dan Sheldon (1998) menyatakan bahwa
jumlah pilihan yang baik diberikan kepada responden berkisar antara 9 sampai
dengan 16 pilihan. Seluruh kemungkinan situasi perjalanan sebelum direduksi
dapat dilihat dalam Tabel 3.6 berikut :
-
49
Tabel 3.6 Kemungkinan Alternatif Situasi Perjalanan
No Tarif Lama Waktu Tempat Penumpang Kenyamanan (Rp) Perjalanan Tunggu Duduk Kendaraan (menit) (menit) 1 1.200 45 5 dapat berdesakan nyaman
(-) (+) (+) (+) (-) (+) 2 1.200 45 5 dapat berdesakan tidak nyaman
(-) (+) (+) (+) (-) (-) 3 1.200 45 5 dapat tidak berdesakan nyaman
(-) (+) (+) (+) (+) (+) 4 1.200 45 5 dapat tidak berdesakan tidak nyaman
(-) (+) (+) (+) (+) (-) 5 1.200 45 5 tidak dapat berdesakan nyaman
(-) (+) (+) (-) (-) (+) 6 1.200 45 5 tidak dapat berdesakan tidak nyaman
(-) (+) (+) (-) (-) (-) 7 1.200 45 5 tidak dapat tidak berdesakan nyaman
(-) (+) (+) (-) (+) (+) 8 1.200 45 5 tidak dapat tidak berdesakan tidak nyaman
(-) (+) (+) (-) (+) (-) 9 1.200 45 10 dapat berdesakan nyaman
(-) (+) (-) (+) (-) (+) 10 1.200 45 10 dapat berdesakan tidak nyaman
(-) (+) (-) (+) (-) (-) 11 1.200 45 10 dapat tidak berdesakan nyaman
(-) (+) (-) (+) (+) (+) 12 1.200 45 10 dapat tidak berdesakan tidak nyaman
(-) (+) (-) (+) (+) (-) 13 1.200 45 10 tidak dapat berdesakan nyaman
(-) (+) (-) (-) (-) (+) 14 1.200 45 10 tidak dapat berdesakan tidak nyaman
(-) (+) (-) (-) (-) (-) 15 1.200 45 10 tidak dapat tidak berdesakan nyaman
(-) (+) (-) (-) (+) (+) 16 1.200 45 10 tidak dapat tidak berdesakan tidak nyaman
(-) (+) (-) (-) (+) (-) 17 1.200 60 5 dapat berdesakan nyaman
(-) (-) (+) (+) (-) (+) 18 1.200 60 5 dapat berdesakan tidak nyaman
(-) (-) (+) (+) (-) (-) 19 1.200 60 5 dapat tidak berdesakan nyaman
(-) (-) (+) (+) (+) (+) 20 1.200 60 5 dapat tidak berdesakan tidak nyaman
(-) (-) (+) (+) (+) (-) Berlanjut
-
50
Lanjutan Tabel 3.6 Kemungkinan Alternatif Situasi Perjalanan
No Tarif Lama Waktu Tempat Penumpang Kenyamanan (Rp) Perjalanan Tunggu Duduk Kendaraan (menit) (menit)
21 1.200 60 5 tidak dapat berdesakan nyaman (-) (-) (+) (-) (-) (+) 22 1.200 60 5 tidak dapat berdesakan tidak nyaman
(-) (-) (+) (-) (-) (-) 23 1.200 60 5 tidak dapat tidak berdesakan nyaman
(-) (-) (+) (-) (+) (+) 24 1.200 60 5 tidak dapat tidak berdesakan tidak nyaman
(-) (-) (+) (-) (+) (-) 25 1.200 60 10 dapat berdesakan nyaman
(-) (-) (-) (+) (-) (+) 26 1.200 60 10 dapat berdesakan tidak nyaman
(-) (-) (-) (+) (-) (-) 27 1.200 60 10 dapat tidak berdesakan nyaman
(-) (-) (-) (+) (+) (+) 28 1.200 60 10 dapat tidak berdesakan tidak nyaman
(-) (-) (-) (+) (+) (-) 29 1.200 60 10 tidak dapat berdesakan nyaman
(-) (-) (-) (-) (-) (+) 30 1.200 60 10 tidak dapat berdesakan tidak nyaman
(-) (-) (-) (-) (-) (-) 31 1.200 60 10 tidak dapat tidak berdesakan nyaman
(-) (-) (-) (-) (+) (+) 32 1.200 60 10 tidak dapat tidak berdesakan tidak nyaman
(-) (-) (-) (-) (+) (-) 33 1.000 45 5 dapat berdesakan nyaman
(+) (+) (+) (+) (-) (+) 34 1.000 45 5 dapat berdesakan tidak nyaman
(+) (+) (+) (+) (-) (-) 35 1.000 45 5 dapat tidak berdesakan nyaman
(+) (+) (+) (+) (+) (+) 36 1.000 45 5 dapat tidak berdesakan tidak nyaman
(+) (+) (+) (+) (+) (-) 37 1.000 45 5 tidak dapat berdesakan nyaman
(+) (+) (+) (-) (-) (+) 38 1.000 45 5 tidak dapat berdesakan tidak nyaman
(+) (+) (+) (-) (-) (-) 39 1.000 45 5 tidak dapat tidak berdesakan nyaman
(+) (+) (+) (-) (+) (+) 40 1.000 45 5 tidak dapat tidak berdesakan tidak nyaman
(+) (+) (+) (-) (+) (-) Berlanjut
-
51
Lanjutan Tabel 3.6 Kemungkinan Alternatif Situasi Perjalanan
No Tarif Lama Waktu Tempat Penumpang Kenyamanan (Rp) Perjalanan Tunggu Duduk Kendaraan (menit) (menit)
41 1.000 45 10 dapat berdesakan nyaman (+) (+) (-) (+) (-) (+) 42 1.000 45 10 dapat berdesakan tidak nyaman
(+) (+) (-) (+) (-) (-) 43 1.000 45 10 dapat tidak berdesakan nyaman
(+) (+) (-) (+) (+) (+) 44 1.000 45 10 dapat tidak berdesakan tidak nyaman
(+) (+) (-) (+) (+) (-) 45 1.000 45 10 tidak dapat berdesakan nyaman
(+) (+) (-) (-) (-) (+) 46 1.000 45 10 tidak dapat berdesakan tidak nyaman
(+) (+) (-) (-) (-) (-) 47 1.000 45 10 tidak dapat tidak berdesakan nyaman
(+) (+) (-) (-) (+) (+) 48 1.000 45 10 tidak dapat tidak berdesakan tidak nyaman
(+) (+) (-) (-) (+) (-) 49 1.000 60 5 dapat berdesakan nyaman
(+) (-) (+) (+) (-) (+) 50 1.000 60 5 dapat berdesakan tidak nyaman
(+) (-) (+) (+) (-) (-) 51 1.000 60 5 dapat tidak berdesakan nyaman
(+) (-) (+) (+) (+) (+) 52 1.000 60 5 dapat tidak berdesakan tidak nyaman
(+) (-) (+) (+) (+) (-) 53 1.000 60 5 tidak dapat berdesakan nyaman
(+) (-) (+) (-) (-) (+) 54 1.000 60 5 tidak dapat berdesakan tidak nyaman
(+) (-) (+) (-) (-) (-) 55 1.000 60 5 tidak dapat tidak berdesakan nyaman
(+) (-) (+) (-) (+) (+) 56 1.000 60 5 tidak dapat tidak berdesakan tidak nyaman
(+) (-) (+) (-) (+) (-) 57 1.000 60 10 dapat berdesakan nyaman
(+) (-) (-) (+) (-) (+) 58 1.000 60 10 dapat berdesakan tidak nyaman
(+) (-) (-) (+) (-) (-) 59 1.000 60 10 dapat tidak berdesakan nyaman
(+) (-) (-) (+) (+) (+) 60 1.000 60 10 dapat tidak berdesakan tidak nyaman
(+) (-) (-) (+) (+) (-) Berlanjut
-
52
Lanjutan Tabel 3.6 Kemungkinan Alternatif Situasi Perjalanan
No Tarif Lama Waktu Tempat Penumpang Kenyamanan (Rp) Perjalanan Tunggu Duduk Kendaraan (menit) (menit)
61 1.000 60 10 tidak dapat berdesakan nyaman (+) (-) (-) (-) (-) (+) 62 1.000 60 10 tidak dapat berdesakan tidak nyaman
(+) (-) (-) (-) (-) (-) 63 1.000 60 10 tidak dapat tidak berdesakan nyaman
(+) (-) (-) (-) (+) (+) 64 1.000 60 10 tidak dapat tidak berdesakan tidak nyaman
(+) (-) (-) (-) (+) (-)
Keterangan :
: alternatif situasi perjalanan yang dominan
(+) : level atribut yang tinggi
(-) : level atribut yang rendah
Hasil reduksi menunjukkan bahwa dari 64 situasi perjalanan terdapat 20
alternatif yang tidak dominan. Alternatif yang tidak dominan tersebut
merupakan alternatif situasi perjalanan yang ditawarkan kepada penumpang.
Alternatif tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut :
-
53
Tabel 3.7 Skenario Yang Ditawarkan Kepada Responden
No Tarif Lama Waktu Tempat Penumpang Kenyamanan (Rp) Perjalanan Tunggu Duduk Kendaraan (menit) (menit) 1 1.200 45 5 dapat berdesakan tidak nyaman 2 1.200 45 5 tidak dapat berdesakan nyaman 3 1.200 45 5 tidak dapat tidak berdesakan tidak nyaman 4 1.200 45 10 dapat berdesakan nyaman 5 1.200 45 10 dapat tidak berdesakan tidak nyaman 6 1.200 45 10 tidak dapat tidak berdesakan nyaman 7 1.200 60 5 dapat berdesakan nyaman 8 1.200 60 5 dapat tidak berdesakan tidak nyaman 9 1.200 60 5 tidak dapat tidak berdesakan nyaman 10 1.200 60 10 dapat tidak berdesakan nyaman 11 1.000 45 5 tidak dapat berdesakan tidak nyaman 12 1.000 45 10 dapat berdesakan tidak nyaman 13 1.000 45 10 tidak dapat berdesakan nyaman 14 1.000 45 10 tidak dapat tidak berdesakan tidak nyaman 15 1.000 60 5 dapat berdesakan tidak nyaman 16 1.000 60 5 tidak dapat berdesakan nyaman 17 1.000 60 5 tidak dapat tidak berdesakan tidak nyaman 18 1.000 60 10 dapat berdesakan nyaman 19 1.000 60 10 dapat tidak berdesakan tidak nyaman 20 1.000 60 10 tidak dapat tidak berdesakan nyaman
7. Menyusun formulir survai
Pembuatan formulir survai dilakukan dengan memformulasikan alternatif
situasi perjalanan terpilih ke dalam formulir yang mudah dipahami responden.
Oleh karena itu pembuatan formulir harus didesain sedemikian rupa sehingga :
Mempermudah responden dalam menjawab pertanyaan yang ada sehingga
tidak menyita waktu terlalu lama.
Menghindari terjadinya kebingungan responden dalam menjawab
pertanyaan yang mengakibattkan responden enggan mengisi secara teliti.
-
54
Formulir survai dalam penelitian ini dapat dikelompokkan dalam dua bentuk
form, yaitu :
Form data karakteristik responden, berisi pertanyaan-pertanyaan data
karakteristik responden, yakni antara lain : jenis kelamin, usia, pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, kepemilikan kendaraan, maksud perjalanan,
kepastian menggunakan bus kota, alasan menggunakan bus kota, dan jam
perjalanan. Form tersebut dapat dilihat pada Lampiran B-1.
Form data respon penumpang bus kota, berupa tanggapan terhadap
pilihan yang ditawarkan dengan berbagai situasi perjalanan hipotesis.
Situasi perjalanan hipotesis terpilih dari variabel-variabel bebas yaitu :
tarif, lama perjalanan, waktu tunggu, kesempatan mendapat tempat duduk,
okupansi bus dan kenyamanan kendaraan. Situasi perjalanan hipotesis
tersebut dibuat dengan melakukan perubahan atribut pelayanan yang ada.
Form tersebut dapat dilihat pada Lampiran B-2.
Kuesi