Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

172
 KAJIAN ETNOBOTANI DAN ASPEK KONSERVASI SENGKUBAK [  Pycnarrhena cauliflora (Miers.) Diels.] DI KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT UTIN RIESNA AFRIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2 0 0 7

description

^^

Transcript of Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

Page 1: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 1/172

 

KAJIAN ETNOBOTANI DAN ASPEK KONSERVASISENGKUBAK [ Pycnarrhena cauliflora (Miers.) Diels.]

DI KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT

UTIN RIESNA AFRIANTI

Page 2: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 2/172

 

PERNYATAAN MENGENAI

TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kajian Etnobotani dan Aspek

Konservasi Sengkubak [Pycnarrhena cauliflora  (Miers.) Diels.] di Kabupaten

Sintang Kalimantan Barat belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan

tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yangditerbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Desember 2007

Utin Riesna Afrianti

 NRP. E051054085

Page 3: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 3/172

 

ABSTRACT

UTIN RIESNA AFRIANTI. The study of Etnobotany and Conservation Aspect

of Sengkubak [Pycnarrhena cauliflora  (Miers.) Diels.] in Sintang, West

Kalimantan. Supervised by AGUS HIKMAT and AGUS PRIYONO KARTONO.

This study was Sintang Regency carried out in sub districts of Dedai, Sintang,

Kelam Permai and Sepauk, West Kalimantan by using interview and directsampling for collecting vegetation data. Sampling methods for characteristics of

vegetation was conducted by using combination line transect and square line. The

result indicated that the leaves of the P. cauliflora used as natural tasty by Dayak

and Melayu ethnic. Other utilization has not been recognized yet. The average

density of P. cauliflora  in secondary forests was 14 individuals/ha; the height

average is 1.5 m, diameter is 0.73 cm, 68.98% of P. cauliflora  are seedling. P.

cauliflora mostly can be found at 50 – 150 meters above sea level (m asl). The

spatial distribution pattern of P. cauliflora  tends to be clumped. They have positive associated with rubber plantation ( Hevea brasilliensis) and Syzygium

 zeylanicum  for tree level;  Hopea dryobalanoides  and Palaquium rostratum  for

 pole level. Cultivation effort and the preservation of tembawang forest (mixed

rubber plantation) from conversion to other land uses are important aspect of P.

cauliflora conservation.

Key words: Etnobotany, Conservation, Pycnarrhena cauliflora, Dayak, Melayu.

Page 4: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 4/172

ABSTRAK

UTIN RIESNA AFRIANTI. Kajian Etnobotani dan Aspek Konservasi

Sengkubak [Pycnarrhena cauliflora  (Miers.) Diels.] Di Kabupaten Sintang

Kalimantan Barat. Dibimbing oleh AGUS HIKMAT dan AGUS PRIYONO

KARTONO.

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Dedai, Sintang, Kelam Permai dan

Sepauk, Kabupaten Sintang Kalimantan Barat menggunakan wawancara dan

metode kombinasi jalur dengan garis berpetak. Hasilnya menunjukkan bahwa

daun sengkubak digunakan oleh etnik Dayak dan Melayu sebagai penyedap rasa

alami, pemanfaatan untuk kepentingan lainnya relatif belum diketahui. Pada

formasi hutan sekunder sengkubak  memiliki potensi rata-rata 14 ind/ha, rata-rata

tinggi batangnya adalah 1,5 m, potensi anakan 68,98%, rata-rata diameternya 0,73

cm. Sengkubak   dapat ditemukan pada ketinggian 50-150 m dpl. Sengkubak

memiliki sebaran spasial cenderung mengelompok, dan berasosiasi positif dengan

 Hevea brasilliensis  dan Syzygium zeylanicum  (tingkat pohon) dan  Hopea

dryobalanoides dan Palaquium rostratum (tingkat tiang). Meningkatkan budidayadan tetap mempertahankan keberadaan hutan tembawang (hutan karet alam

campuran) dari konversi lahan untuk penggunaan lain merupakan aspek penting

dalam konservasi sengkubak.

Kata kunci : Etnobotani, konservasi, sengkubak, Dayak, Melayu.

Page 5: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 5/172

 

© Hak cipta milik IPB, tahun 2007

Hak cipta dilindungi Undang-undang

1.   Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebut sumber.

a. 

Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu

masalah.b.

 

Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2.   Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

Page 6: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 6/172

RINGKASAN

UTIN RIESNA AFRIANTI. Kajian Etnobotani dan Aspek Konservasi

Sengkubak [Pycnarrhena cauliflora  (Miers.) Diels.] Di Kabupaten Sintang

Kalimantan Barat. Dibimbing oleh AGUS HIKMAT dan AGUS PRIYONO

KARTONO.

Komunitas etnis Melayu dan Dayak di Kabupaten Sintang memiliki

 pengetahuan tradisional mengenai penggunaan daun sengkubak (Pycnarrhenacauliflora) sebagai penyedap rasa alami masakan. Pengetahuan tersebut

merupakan warisan leluhur kedua etnis tersebut. Diperlukan penelitian mengenai

etnobotani sengkubak pada etnis Melayu dan Dayak Sintang dan aspek

konservasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi aspek etnobotani

meliputi persepsi masyarakat mengenai pemanfaatan sengkubak, budidayanya,

 pergeseran penggunaannya, jenis sengkubak menurut masyarakat, dan

mengidentifikasi aspek konservasi sengkubak meliputi bagaimana kondisi

 populasi sengkubak dan habitat sengkubak, faktor-faktor yang mengancamkelestariannya dan implikasi konservasi sengkubak di Kabupaten Sintang.

Metode penelitian secara garis besar terdiri dari 2 (dua) kegiatan utama,

yaitu pengumpulan data primer berupa wawancara untuk kajian etnobotani dan

inventarisasi potensi sumberdaya sengkubak (P. cauliflora) dan spesies tumbuhan

lain dilakukan pada tipe hutan sekunder di Kabupaten Sintang, pengisian

kuesioner dan pengumpulan data sekunder. Penelitian di laksanakan selama 3

(tiga bulan) yaitu bulan Mei-Juli 2007.

Daun sengkubak saat ini masih digunakan oleh sebagian masyarakat Dayak

dan Melayu Sintang sebagai penyedap rasa alami.  Pengetahuan manfaat

sengkubak untuk keperluan penyedap rasa, pengobatan, nilai magis dan

 pengetahuan mengenai manfaat terhadap bagian-bagian yang dapat digunakan

(daun, batang, buah) dari sengkubak, serta pengetahuan cara mengolah sengkubak

sebagai penyedap rasa (diremas, diiris-iris, ditumbuk) adalah berbeda antara etnis

Dayak dan Melayu Sintang. Tingkat seringnya menggunakan daun sengkubak

sebagai penyedap rasa tidak berbeda antara suku Dayak dan Melayu jika di lihat

 berdasarkan tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, asal etnis, jarak antara tempat

tinggal pengguna sengkubak dengan tempat hidupnya sengkubak, namun berbeda jika berdasarkan kelompok umur (15-54 tahun dan > 54 tahun). Pengetahuan

 penggunaan sengkubak telah berkurang terutama di kalangan generasi muda etnis

Dayak dan Melayu. Pemanfaatan sengkubak yang dilakukan oleh masyarakat

dengan cara memanen langsung dari alam, sengkubak tidak dibudidayakan tetapi

tumbuh secara liar di hutan-hutan sekunder (karet alam campuran dan hutan adat).

Page 7: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 7/172

asosiasi sengkubak juga terjadi dengan karet ( Hevea brasilliensis) pada tingkat

 pohon (X2 = 5,590 dan X

20,05(1) = 3,841), dengan derajat asosiasi 0,200 (JI) dan

0,333 (DI), dengan keladan ( Hopea dryobalanoides) dengan (X2  = 5,590 dan

X2

0,05(1) = 3,841), dengan derajat asosiasinya yaitu 0,375 (JI) dan 0,545 (DI).

Pada tingkat semai di habitat P. cauliflora ditemukan 69 spesies tumbuhan,

dengan spesies yang dominan adalah  Hevea brasilliensis  (INP 26,15%),  Hopea

dryobalanoides  (INP 16,31%), dan Syzygium zeylanicum  (INP 15,32%). Pada

tingkat pancang ditemukan 89 spesies tumbuhan, dimana  Hevea brasilliensis 

merupakan spesies dominan pertama dengan INP 48,37%,  Horsfieldia irya (INP

20,82%) dan  Litsea elliptica  merupakan spesies dominan ketiga (INP 13,64%).

Pada tingkat tiang di habitat P. cauliflora ditemukan 69 spesies tumbuhan, dimana Hevea brasilliensis  masih merupakan spesies dominan dalam populasi tingkat

tiang dengan INP 59,31%, diikuti oleh tiang dari spesies-spesies  Horsfieldia irya 

(INP15,16%) dan Syzygium zeylanicum  (14,48%).  Eleteriospermum tapos  (INP

16,7%). Pada tingkat pohon ditemukan 72 spesies tumbuhan,  Hevea brasilliensis 

merupakan jenis dominan yang memiliki INP tertinggi (58,27%), diikuti  Litsea

elliptica dengan INP 21,5% dan Eleteriospermum tapos dengan INP 16,70%.

Hutan sekunder yang menjadi habitat sengkubak memiliki nilai

keanekaragaman spesies yang termasuk dalam kategori sedang hingga tinggi padasemua tingkat pertumbuhan spesies berkisar 2,09-3,14, kekayaan spesies pada

 berbagai tingkat pertumbuhan berkisar 3,56-8,76 dan kemerataan spesies

 bervariasi pada berbagai tingkat pertumbuhan mulai dari 0,66 (tingkat semai)

hingga 0,90 pada tingkat pertumbuhan pancang. Wilayah hutan Suak I dan Suak

II (2-3) memiliki kesamaan komunitas yang cukup tinggi (IS>50%) pada semua

tingkat pertumbuhan, hutan Sirang dengan Suak I, Suak II dan hutan Medang

dapat dikategorikan memiliki kesamaan komunitas rendah (IS<40%), kesamaan

komunitas antara hutan Suak I dengan hutan Medang dan Suak II dengan hutanMedang dapat dikategorikan sedang pada tingkat pertumbuhan tiang (IS

mendekati 50%), pada tingkat pertumbuhan semai, pancang dan pohon pada

lokasi tersebut kesamaan komunitasnya tergolong rendah (IS<40%).

Ancaman terhadap kelestarian sengkubak di Kab.Sintang berawal dari

konversi lahan hutan (adanya kecenderungan mengganti perkebunan karet

menjadi perkebunan kelapa sawit), dan tidak dilakukan budidaya yang intens 

terhadap sengkubak, serta hilangnya pengetahuan penggunaan sengkubak

terutama di kalangan generasi muda baik pada etnis Dayak dan Melayu. Implikasikonservasi sengkubak adalah meningkatkan nilai (mutu) dari sengkubak dengan

mengetahui kandungan bioaktif sengkubak, melakukan konservasi secara insitu

dan eksitu. Secara insitu dengan mempertahankan keberadaan hutan-hutan

tembawang atau hutan karet alam campuran sebagai habitat alami sengkubak

yang dikelola oleh masyarakat dengan melakukan kemitraan antara masyarakat,

pemerintah stakeholder lain (Lembaga Swadaya Masyarakat perguruan tinggi)

Page 8: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 8/172

 

KAJIAN ETNOBOTANI DAN ASPEK KONSERVASISENGKUBAK [ Pycnarrhena cauliflora (Miers.) Diels.]

DI KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT

UTIN RIESNA AFRIANTI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Profesi Kehutanan pada

Sub Program Studi Konservasi Keanekaragaman Hayati

Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Page 9: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 9/172

 

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS.

Page 10: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 10/172

Judul Tesis : KAJIAN ETNOBOTANI DAN ASPEK KONSERVASI

SENGKUBAK [ Pycnarrhena cauliflora (Miers.) Diels.]

DI KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN

BARAT

 Nama Mahasiswa : Utin Riesna Afrianti

 Nomor Pokok : E.051054085

Program Studi : Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Sub Program Studi : Konservasi Keanekaragaman Hayati

Disetujui

Komisi Pembimbing,

Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F Dr. Ir. Agus P. Kartono, M.Si

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Page 11: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 11/172

KATA PENGANTAR 

Penulis mengucap syukur kepada Allah SWT karena atas berkat anugerah-

 Nya penelitian dan penulisan tesis berjudul “Kajian Etnobotani Dan Aspek

Konservasi Sengkubak [Pycnarrhena cauliflora  (Miers.) Diels.] Di Kabupaten

Sintang Kalimantan Barat” ini dapat diselesaikan dengan baik. Tesis ini disusun

 berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Sintang Kalimantan

Barat.

Tesis ini menguraikan tentang dokumentasi persepsi masyarakat tentang

 pemanfaatan sengkubak, budidayanya, pergeseran pemanfaatannya, dan jenis

sengkubak menurut masyarakat, dan aspek konservasi sengkubak, meliputi

kondisi populasi sengkubak di alam, kondisi habitat sengkubak, faktor-faktoryang mengancam kelestarian sengkubak di Sintang, serta implikasi konservasi

sengkubak di Kabupaten Sintang.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangannya, baik isi

maupun cara penyajiannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan guna penyempurnaan tesis ini.

Bogor, Desember 2007

Utin Riesna Afrianti

Page 12: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 12/172

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-

 besarnya kepada Dr. Ir. Agus Hikmat, MSc.F selaku Ketua Komisi dan Dr. Ir.

Agus P. Kartono, M.Si selaku Anggota Komisi yang telah memberikan saran dan

 bimbingan.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Sekretaris Direktorat JenderalPHKA yang telah memberikan kesempatan berupa bea siswa untuk mengikuti

 pendidikan pascasarjana, Dekan Sekolah Pascasarjana beserta staf atas fasilitas

yang diberikan selama pendidikan, Kepala Balai TN. Bukit Baka-Bukit Raya

 beserta staf, Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Sintang beserta staf yang telah

 banyak membantu selama dilakukan penelitian ini, Ir. Sahala Sibarani terima

kasih atas bantuan dan dukungan moril selama dilakukan penelitian, penghargaan

kepada Dr. Ir. Y. Purwanto dan Ismail (Staf LIPI Cibinong) atas saran dan

 bantuannya kepada penulis, teman, kerabat dan relasi yang telah membantu

selama penulis menempuh pendidikan di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor.

Terima kasih kepada orang tua, Ibunda Utin Halidjah atas keikhlasannya

dan doanya, Ibu mertua Sunarmiati, suami dan anak-anak (Andhar dan Pasha),

semua keluarga besar yang telah memberikan dukungan dan kasih sayangnya

selama penulis belajar di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Page 13: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 13/172

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pontianak pada tanggal 12 April 1975. Penulis adalah

anak keempat dari enam bersaudara. Ayah bernama Gusti Achmad Katharina

(Alm) dan Ibu bernama Utin Halidjah.

Penulis manamatkan Sekolah Dasar Negeri 13 di Pontianak tahun 1988, dan

menamatkan SMP Negeri 12 Pontianak tahun 1991, kemudian pada tahun 1994menamatkan SMA Negeri 1 Pontianak dan pada tahun yang sama mendapatkan

kesempatan memasuki Perguruan Tinggi Universitas Tanjungpura Jurusan

Kehutanan melalui program PMDK (Pengembangan Minat dan Kemampuan).

Tahun 1999 penulis berhasil menamatkan kuliah di Jurusan Kehutanan Program

Studi Teknologi Hasil Hutan Universitas Tanjungpura Pontianak dengan predikat

”Cumlaude”.

Pada bulan Maret tahun 2000 penulis diterima menjadi PNS Departemen

Kehutanan dan bertugas sebagai staf Balai Taman Nasional Bukit Baka-Bukit

Raya, hingga kini penulis telah bertugas selama ± 7 (tujuh) tahun.

Tahun 2004 penulis mengikuti tes kompetensi (empat kriteria) Departemen

Kehutanan dan dinyatakan lulus dengan nilai sangat disarankan plus, Pada tahun2006 penulis mendapatkan kesempatan mengikuti karya siswa Departemen

Kehutanan pada Program Strata 2 (S2) Profesi Program Studi Ilmu Pengetahuan

Kehutanan Sub Program Studi Konservasi Biodiversitas di IPB.

Penulis menikah dengan Andhi Jumhadi Adji Saroyo pada tanggal 8 Juni

2002. Dari pernikahan ini, penulis telah dikaruniai dua putra yaitu Andhar

Hibatullah Adji Saroyo dan Pasha Ziyadatullah Adji Saroyo.

Page 14: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 14/172

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI........................................................................................................ i

DAFTAR TABEL  ............................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR  ......................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN  ...................................................................................... v

I. PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Tujuan Penelitian ................................................................................... 2

C. Manfaat Penelitian ................................................................................. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA 

A. Bioekologi Sengkubak ........................................................................... 4

1. Klasifikasi dan Morfologi ............ .................................................... 4

2. Ekologi dan Penyebaran ................................................................... 7B. Penggunaan Sengkubak........................................................................... 7

C. Etbobotani .............................................................................................. 8

1. Definisi Etnobotani ........................................................................... 8

2. Ruang Lingkup Etnobotani................................................................ 9

4. Kajian Etnobotani di Indonesia ......................................................... 9

D. Kearifan Tradisional Masyarakat ........................................................... 10

E. Hubungan Budaya Dayak dengan Hutan ................................................. 12

F. Hubungan Budaya Melayu dengan Hutan .................................................. 13G. Konservasi Tumbuhan ........................................................................... 14

1. Penyebab Kelangkaan dan Kepunahan Tumbuhan ........................ . 14

2. Upaya Konservasi Tumbuhan............................................................ 17

4. Permasalahan Konservasi Tumbuhan ................................................ 19

III. KEADAAN UMUM LOKASI KAJIAN

A. Sejarah Kabupaten Sintang ..................................................................... 21

B. Letak dan Luas ....................................................................................... 22C. Topografi ............................................................................................... 24

D. Hidrologi ................................................................................................ 24

E. Iklim......................................................................................................... 25

F. Tanah. ...................................................................................................... 26

G. Keadaan Hutan........................................................................................ 27

Page 15: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 15/172

D. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 37

E. Jenis Data yang Dikumpulkan .............................................................. 38

F. Penentuan Sampel................................................................................. .... 49G. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 40

1. Wawancara........................................................................................ 41

2. Pengamatan Langsung .................................................................... 42

a. Bentuk, Ukuran dan Jumlah Unit Pengamatan.............................. 42

 b. Metode Pengamatan Jenis............................................................. 42

c. Metode Pengambilan Data............................................................ 42

1). Inventarisasi Vegetasi............................................................ 42

2). Pengamatan Komponen Fisik Habitat................................... 443). Pembuatan Herbarium........................................................... 44

H. Metode Analisis Data............................................................................... 44

1. Data Hasil Wawancara Etnobotani..................................................... 44

2. Pola Sebaran Spasial Sengkubak...................................................... 45

3. Asosiasi Antar Dua Spesies............................................................. 46

4. Komposisi dan Dominasi Spesies.. ................................................... 47

5. Keanekaragaman Vegetasi ................................................................ 48

a. Kekayaan Jenis ............................................................................ 49 b. Keragaman Jenis.......... ................................................................ 49

c. Indeks Kemerataan ....................................................................... 49

6. Kesamaan Komunitas....................................................................... 50

V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 51

A. Etnobotani Sengkubak ........................................................................... 51

1. Persepsi Masyarakat dalam Pemanfaatan Sengkubak....................... 51

a. Pemanfaatan Sebagai Penyedap Rasa Alami ............................... 51 b. Pemanfaatan Lain......................................................................... 51

c. Bagian yang digunakan................................................................. 52

2. Budidaya Sengkubak ......................................................................... 57

3. Jenis Sengkubak ................................. .............................................. 59

a. Jenis Sengkubak Menurut Etnis Dayak Sintang........................... 59

 b. Jenis Sengkubak Menurut Etnis Melayu Sintang.......................... 63

B. Aspek Konservasi Sengkubak................................................................ 70

1. Kondisi Populasi Sengkubak............................................................ 70

a. Potensi dan Penyebaran Sengkubak............................................. 70

 b. Pola Sebaran Spasial Sengkubak................................................. 73

c. Asosiasi Antar Spesies ................................................................ 74

2. Kondisi Habitat Sengkubak................................................................ 76

a. 

Karakterisik Fisik Habitat............................................................. 76

b Komposisi dan Dominasi Spesies Tumbuhan 80

Page 16: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 16/172

d. Meningkatkan Pengetahuan dalam Pembudidayaan Sengkubak 102

5. Pengelolaan Hutan oleh Etnis Dayak Sintang........................................... 102

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 104

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 106

LAMPIRAN

Page 17: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 17/172

DAFTAR TABEL

 No. Halaman

1 Kategori keterancaman populasi

 biota.............................................

16

2 Posisi geografis setiap kecamatan di Kabupaten Sintang................. 22

3 Luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Sintang ................... 23

4 Luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Sintang menurut

topografinya.....................................................................................

24

5 Temperatur maksimum, minimum dan rata-rata tahunan di

Kabupaten Sintang tahun 2000-2004...............................................

26

6 Jenis tanah setiap kecamatan di Kabupaten Sintang........................ 27

7 Luas kawasan hutan di Kabupaten Sintang tahun 2005................... 28

8 Jumlah penduduk setiap kecamatan di Kabupaten Sintang menurut jenis kelaminnya tahun 2005............................................................

29

9 Kepadatan dan laju pertumbuhan penduduk setiap kecamatan di

Kabupaten Sintang tahun 2005.........................................................

30

10 Kondisi sarana dan prasarana pendidikan di Kabupaten Sintang

tahun 2005.......................................................................................

30

11 Kategori pengelompokkan vegetasi dan luas petak ukur................. 43

12 Asosiasi spesies (kotingensi 2 x 2)................................................... 46

13 Komposisi dan pemanfaatan P.cauliflora oleh masyarakat di

Kabupaten Sintang Kalimantan Barat ..............................................

53

14 Penggunaan E. cochincnensis bagi pengobatan................................ 67

15 Penggunaan dan pengolahan sengkubak   oleh etnis Melayu

Sintang...............................................................................................

68

16 Penggunaan S. elongatae oleh etnis Melayu Sintang........................ 69

17 Pengetahuan dan pengenalan etnis Dayak dan Melayu terhadap

sengkubak..........................................................................................

70

18 Kerapatan dan frekuensi sengkubak di formasi hutan sekunder 

Kabupaten Sintang Kalimantan Barat...............................................

72

Page 18: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 18/172

 No. Halaman

22 Beberapa karakteristik fisik sengkubak di formasi hutan sekunder 

Kabupaten Sintang Kalimantan Barat...............................................

79

23 Lima spesies tumbuhan pada tingkat semai dengan INP tertinggi di

kawasan hutan sekunder di Kabupaten Sintang................................

82

24 Lima spesies tumbuhan pada tingkat pancang dengan INP tertinggi

di kawasan hutan sekunder di Kabupaten Sintang............................

84

25 Lima spesies tumbuhan pada tingkat tiang dengan INP tertinggi di

kawasan hutan sekunder di Kabupaten Sintang................................

86

26 Lima spesies tumbuhan pada tingkat pohon dengan INP tertinggi

di kawasan hutan sekunder di Kabupaten Sintang............................

88

27 Keanekaragaman spesies tumbuhan pada habitat sengkubak........... 90

28 Indeks kesamaan komunitas pada habitat sengkubak (hutan

sekunder) di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat..........................

95

29 Kegunaan dan kandungan kimia genus Pycnarrhena lainnya.......... 99

 

Page 19: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 19/172

DAFTAR GAMBAR

 No. Halaman

1 Morfologi Pycnarrhena cauliflora dalam sketsa............................. 5

2 Lokasi penelitian empat kecamatan di Kabupaten Sintang ............ 35

3 Kerangka pemikiran penelitian ...................................................... 38

4 Bentuk dan ukuran petak pengamatan inventarisasi vegetasi

dengan metode kombinasi jalur dengan garis berpetak................... 43

5 Teras sengkubak yang sudah di simpan selama ± 10 tahun oleh

seorang warga Dusun Medang Kec. Dedai Kabupaten Sintang .....54

6 Daun sengkubak diikat dalam kulit kayu lukai untuk penangkal

makhluk halus (kepercayaan sebagian etnis Dayak dan Melayu

Sintang) ...........................................................................................

54

7 Bentuk akar sengkubak perempuan (P.cauliflora) ......................... 60

8 Bentuk daun sengkubak dengan permukaaan licin.........

................

60

9 Buah sengkubak koleksi Herbarium Bogoriens LIPI Cibinong

Bogor ..............................................................................................61

10 Anakan sengkubak (lokasi hutan pungkun Medang, Dedai) ......... 62

11 Batang atau perpanjangan akar sengkubak tumbuh melilitdipohon dan batang yang berada di dekat tempat tumbuhnya

........62

12 Morfologi Galearia filiformis saat berbunga dan belum berbunga 63

13 Pucuk daun G. filiformis  yang pucuk daunnya dimakan binatang

di hutan ...........................................................................................

63

14 Warna bagian belakang daun Excoecaria cochincchinensis .......... 65

15 Morfologi sengkubak macan versi etnis Melayu Sintang

...............

65

16 Sengkubak melilit disebuah batang pohon lokasi hutan karet

alam campuran Dusun Suak Kecamatan Sepauk Sintang

200767

Page 20: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 20/172

 No. Halaman

 

20 Jumlah individu sengkubak (ind/ha) berdasarkan ketinggian

tempat.................... .........................................................................

77

21 Hubungan ketebalan serasah dengan jumlah individunya .............. 78

22 Famili-famili dominan tingkat semai berdasarkan INP.................. 80

23 Famili-famili dominan tingkat pancang berdasarkan INP.............. 82

24 Famili-famili dominan tingkat tiang berdasarkan INP................... 84

25 Famili-famili dominan tingkat semai berdasarkan INP.................. 86

28 Indeks keragaman spesies pada habitat sengkubak......................... 91

27 Indeks kekayaan spesies pada habitat

sengkubak............................

92

28 Indeks kemerataan spesies pada habitat sengkubak........................ 93

 

Page 21: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 21/172

DAFTAR LAMPIRAN

 No. Halaman

1 Daftar Nama Responden Sengkubak di Kabupaten Sintang

Kalimantan Barat............................................................................

110

2 Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan

 pohon di hutan adat I Dusun Sirang Kecamatan Sepauk, Sintang

114

3 Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan pohon di hutan karet alam campuran I Dusun Suak Kecamatan

Sepauk, Sintang..............................................................................

115

4 Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan

 pohon di hutan karet alam campuran II Dusun Suak Kecamatan

Sepauk, Sintang.............................................................................

116

5 Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan

 pohon di hutan adat II Dusun Medang Kecamatan Dedai,Sintang

117

6 Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan

tiang di hutan adat I Dusun Sirang Kecamatan Sepauk, Sintang

118

7 Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan

tiang di hutan karet alam campuran I Dusun Suak Kecamatan

Sepauk, Sintang..............................................................................

119

8 Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhantiang di hutan karet alam campuran II Dusun Suak Kecamatan

Sepauk, Sintang.............................................................................

120

9 Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan

tiang di hutan adat II Dusun Medang Kecamatan Dedai, Sintang

121

10 Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan

 pancang di hutan adat I Dusun Sirang Kecamatan Sepauk,

Sintang............................................................................................

122

11 Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan

 pancang di hutan karet alam campuran I Dusun Suak Kecamatan

Sepauk, Sintang..............................................................................

123

12 Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan

pancang di hutan karet alam campuran II Dusun Suak

124

Page 22: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 22/172

semai di hutan adat I Dusun Sirang Kecamatan Sepauk, Sintang

 No. Halaman

 

15 Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan

semai di hutan karet alam campuran I Dusun Suak Kecamatan

Sepauk, Sintang..............................................................................

127

16 Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan

semai di hutan karet alam campuran II Dusun Suak Kecamatan

Sepauk, Sintang..............................................................................

128

17 Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan

semai di hutan adat II Dusun Medang Kecamatan Dedai,

Sintang............................................................................................

129

18 Perhitungan sebaran spasial

sengkubak..........................................

130

19 Analisis asosiasi sengkubak dengan spesies lain di hutan adat I

Dusun Sirang Kecamatan Sepauk Sintang.....................................

13120 Analisis asosiasi sengkubak dengan spesies lain di hutan karet

alam campuran I Dusun Suak Kecamatan Sepauk Sintang ...........134

21 Analisis asosiasi sengkubak dengan spesies lain di hutan karet

alam campuran II Dusun Suak Kecamatan Sepauk Sintang

..........137

22 Analisis asosiasi sengkubak dengan spesies lain di hutan adat II

Dusun Medang Kecamatan Dedai Sintang..................................... 139

Page 23: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 23/172

 

I.  PENDAHULUAN

A. 

Latar Belakang

Sengkubak [Pycnarrhena cauliflora  (Miers.) Diels.] merupakan salah satu

golongan liana yang termasuk dalam famili Manispermaceae (Backer & Brink

1963). Spesies ini menjadi istimewa karena penggunaan sengkubak sebagai

 penyedap rasa alami sudah cukup dikenal di kalangan etnis Dayak dan Melayu

Sintang. Ide penting tentang penyedap rasa alami yang berasal dari sengkubak

merupakan alternatif yang perlu mendapat perhatian lebih besar, karena

kandungan kimia sintetik dalam penyedap modern dapat mengganggu kesehatan

manusia.

Sengkubak merupakan salah satu bentuk pemanfaatan yang khas terhadap

suatu spesies tumbuhan yang dilakukan oleh etnis Melayu dan Dayak Sintang.

Pengetahuan penggunaan sengkubak tersebut tumbuh dan berkembang dari

 pengalaman empiris yang diwariskan secara turun-temurun. Pengetahuan

tradisional adalah salah satu kekayaan bangsa yang tak ternilai harganya, karena

merupakan sumber bagi pengembangan ide-ide alternatif di masa kini

(Adimihardja 1996 dalam  Hendra 2002). Sejalan dengan hal itu, menurut

Soekarman dan Riswan (1992) pengetahuan tradisional tentang pemanfaatan

sumberdaya nabati juga dapat digunakan sebagai dasar pengembangan sumber

devisa baru bagi negara.

Sengkubak memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan selain sebagai

 penyedap rasa juga sebagai bahan obat alami. Hal ini karena marga Pycnarrhena 

lainnya yaitu P. ozantha diketahui mengandung 4 (empat) bisbenzylisoquinoline

alkaloids yang dapat mengobati tumor (Loder 1972; Abouchacraet et al. 1987), P.

novoguinensis mengandung magnoflorine (Verpoorte, et al. 1982), P. manillensis 

Vidal, tepung dari akarnya sebagai pengobat penyakit kolera (Philippine medical

Page 24: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 24/172

 

Semakin terbukanya gaya hidup moderen dan tersedianya sumber-sumber

alternatif lain, masyarakat lebih jarang menggunakan hasil tanamannya secara

langsung. Oleh karena itu penelitian dan pengembangan pengetahuan etnobotani

 penting dilakukan sebelum spesies-spesies tersebut punah (Mackinnon et al.

2000). Menurut UU RI No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya

Alam Hayati dan Ekosistemnya, strategi yang digunakan untuk mewujudkan

tujuan konservasi adalah perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan

keanekaragaman spesies tumbuhan dan satwaliar beserta ekosistemnya dan

 pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Memanfaatkan, mempelajari dan menyelamatkannya merupakan upaya-

upaya dalam strategi konservasi (Wilson 1992). Upaya-upaya ini juga tergambar

dalam budaya dan pengetahuan masyarakat lokal, seperti masyarakat Melayu

dan Dayak di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat.

Berdasarkan hal tersebut, kajian ilmiah yang dapat menjelaskan bagaimana

 pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap spesies tumbuhan tersebut,

maupun informasi mengenai kondisi populasi sengkubak di alam penting untuk

dilakukan. Diharapkan informasi yang diperoleh dari kajian tersebut dapat

digunakan sebagai dasar untuk mendukung upaya pelestarian pemanfaatan dan

 pengembangannya di masa kini dan mendatang. Studi etnobotani dapat

memberikan kontribusi yang besar dalam proses pengenalan sumber daya alam

yang ada di suatu wilayah (Ndero & Tjitssen 2004).

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :

1. 

Mengidentifikasi aspek etnobotani sengkubak pada masyarakat di Kabupaten

Sintang Kalimantan Barat, meliputi bagaimana pemanfaatan dan pengetahuan

tentang sengkubak.

Page 25: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 25/172

 

C. Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukan penelitian adalah dapat memberikan data dan informasi

yang berguna, dan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pelestarian

 pemanfaatan sengkubak, terutama sebagai bahan penyedap rasa alami yang sehat,

dan dapat menjadi dasar bagi pengembangan penelitian selanjutnya.

Page 26: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 26/172

 

Page 27: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 27/172

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bioekologi Sengkubak

1. Klasifikasi dan Morfologi 

Sengkubak merupakan golongan liana yang termasuk dalam famili

Menispermaceae, berdasarkan identifikasi jenis yang dilakukan, maka secara

taksonomi dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Backer & Brink 1963) :

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Ranunculales

Famili : Menispermaceae

Genus : Pycnarrhena

Spesies : Pycnarrhena cauliflora (Miers.) Diels.

 Nama lokal : sengkubak, Dayak Siberuang, Sekujang, Desa, Ransa

Kalimantan Barat, bekkai lan, Dayak Kenyah Kaltim

(Uluk, et al. 2000), apak (P. tumetacta) Malaysia (Hoe &

Siong 1999), ambal (P. manillensis) Philipina

(Philippine Medical Plant 2007).

Secara umum Pycnarrhena memiliki bunga-bunga aksilar yang tumbuh di

sepanjang tangkai berdaun ( foliat ) atau tangkai tak berdaun (defoliat ), tumbuh

teruntai atau bertangkai, atau muncul berdiri sendiri (secara reduksi). Pycnarrhena 

memiliki 6-9 daun kelopak (sepal), bagian luar yang berukuran sangat kecil,ukurannya kemudian akan meningkat dan daun-daun kelopak bagian dalam

menutupinya.

Bunga Pycnarrhena memiliki 2-6 daun bunga, di Pulau Jawa 3 daun bunga,

Page 28: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 28/172

5

kepala putik (stigma); terdiri dari 1-4 drupelet , berada di atas bakal buah (sessile)

atau stipitate  (bertangkai), dan berbulu atau glabrous. Inti dari kepala putik

terletak di bagian perut, dinding  pyrene  yang dimiliki sangat tipis; condylus 

 berukuran kecil atau bahkan tidak ada; tidak memiliki endosperm, cotyledons 

 berukuran besar, berdaging; dan radicle berukuran sangat kecil. Pembungaan yang

 berkembang menjadi buah muncul dari batang disebut cauliflora.  Sketsa

morfologi Pycnarrhena cauliflora disajikan pada Gambar 1.

Page 29: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 29/172

6

P. cauliflora  secara morfologi memiliki daun-daun yang tidak berlapis

dengan bentuk lebih panjang, dan daun mudanya berserat pada tangkai. Serat yang

dimaksud adalah cabang dari tulang daun atau tulang daun yang kecil. Petiole

menebal pada kedua ujungnya. Serta secara spesifik P. cauliflora  mempunyai

daun-daun pada tangkai yang berbunga dengan panjang 7,5-21 cm hingga 3-9,5

cm, daun yang lebih besar kebanyakan lebih panjang dari 12,5 cm, matang pada

 bagian bawah tulang daun, serta memiliki bulu yang pendek atau glabrous,

 berbentuk oval-persegi tak beraturan, dengan dasar tumpul atau membulat,

meruncing, lancip memanjang, lancip atau tumpul, pada kedua sisi yang sama dari

tulang daun dengan 5-12 serat lateral, mengkilap pada kedua permukaannya.

Selain itu, pembuluh-pembuluhnya secara terpisah berbeda dengan jelas menonjol

di bagian bawah; memiliki petiole 1,5-6 cm, yang berbulu pendek dan halus.

Pada bunga jantan (hanya diketahui tunas muda), berbunga banyak dalam

untaian; pada tangkai tumbuh satu bunga, benang sari 9 buah, pada bunga betina

 berbunga 3-12 untaian, panjang pedicel 4-8 mm; daun kelopak bagian dalam

memiliki lebar 2-2,5 mm; indung telur dan drupelet   matang secara bersamaan.

Tangkai muda berbulu pendek halus, secara perlahan, kayu putih (Backer &

Brink 1963).

P. cauliflora  memiliki ”body climber ”, biasanya hidup diantara pohon-

 pohon besar. Beberapa genus lainnya yang termasuk famili Menispermaceae

sebagian besar merupakan golongan liana. P. cauliflora  juga mempunyai ranting

yang zigzag, dan permukaan ranting berbulu halus rapat.  Internot   (jarak antar

daun) adalah 1–2 cm, bentuk daun ellips, pangkal daun lancip, tepi daun rata,

ujung daun luncip (accuminate), panjang ujung daun (accumane) atau ekor 2 cm,

serta urat daun nyata sebanyak 6–8 pasang. Urat daun melengkung sebelum

mencapai tepi (anastomosting).

Selanjutnya dapat dijelaskan pula permukaan daun bagian atas licin

Page 30: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 30/172

7

2. Ekologi dan Penyebaran

Penyebaran dan ekologi P. cauliflora  sulit untuk di uraikan karena sangatminimnya literatur yang mendukung. Berdasarkan studi pustaka dengan

menelusuri spesimen yang dikolekasi di Herbarium LIPI Cibinong (2007),

diketahui bahwa P. cauliflora  ditemukan di Kalimantan Barat pada ketinggian

100-150 m di habitat dataran rendah dan perbukitan, di Kalimantan Selatan pada

habitat lembah antara dua perbukitan di Muara Uya pada ketingian 100 m dan 90

m. Pulau Panaitan (Prinsene Island ) pada habitat hutan dengan dataran rendah

(koleksi tahun 1951). Di Pantai Ngliyep Selatan Malang, Pantai Popoh Selatan di

Tulung Agung (koleksi tahun 1914), di Cisampora Wangun Lengkong pada

ketinggian 700 m dpl (tahun 1976), selain itu ditemukan pula di Sumba,

Langgaliru, Sumba Barat pada ketinggian 600 m dpl pada habitat hutan sekunder.

Pada penelusuran spesimen yang dikoleksi tersebut diketahui P. cauliflora dapat hidup pada ketinggian 80-700 m dpl. Pada habitat dataran rendah,

 perbukitan dan pada habitat hutan sekunder. Penyebaran anggota marga

 pycnarrhena lainnya ditemukan di Papua New Guinea (P. ozantha), Himalaya dan

Jawa (P. marocarpa), Philipina Jawa, Sulawesi (P. calocarpa), Philipina (P.

manillensis Vidal), Borneo, (P. borneensis), Himalaya (P. longiflora), dan Timor-

timor (P. longifolia) (Data LIPI Cibinong 2007).

B. Penggunaan Sengkubak

Pengetahuan mengenai penggunaan sengkubak sebagai bumbu atau

 penyedap telah lama dimiliki oleh masyarakat pedalaman Kalimantan baik pada

suku dayak maupun melayu. Pengetahuan penggunaan sengkubak sebagai ”micin”

oleh masyarakat pedalaman ini sebagian telah diketahui oleh peneliti yang pernah

 berkunjung ke daerah-daerah hulu Kalimantan. Selain itu pada masyarakat Dayak

di sekiatar Taman Nasional Kayan Mentarang dihimpun data bahwa mereka juga

menggunakan tumbuhan tersebut sebagai bahan bumbu dan diketahui bahwa

Page 31: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 31/172

8

 juga dilakukan oleh sebagian besar masyarakat suku Melayu maupun Dayak yang

 berdiam diwilayah hulu Kalimantan Barat (Sanggau, Sintang, Sekadau,

Putussibau), walaupun belum ada penelitian lebih lanjut tentang kesamaan

 penggunaan P. cauliflora ini.

C. Etnobotani

1. Definisi Etnobotani

Istilah etnobotani untuk pertama kalinya diusulkan oleh Harsberger pada

tahun 1895 dan didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari pemanfaatan

tumbuhan secara tradisional oleh suku bangsa yang masih primitif atau

terbelakang. Etnobotani berasal dari kata ethnos dan botany.  Ethnos berasal dari

 bahasa Yunani berarti bangsa dan botany artinya tumbuh-tumbuhan. Sebelumnya

Powers (1874) dalam Maheshwari (1990) telah menggunakan istilah ” Aboriginal

botany” dan didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari jenis-jenis tumbuh-

tumbuhan yang dimanfaatkan penduduk asli untuk bahan obat, pangan, sandang

dan sebagainya. Istilah etnobotani untuk pertama kali di adopsi oleh Fewkes

(1896), istilah tersebut digunakan dalam pustaka dan publikasi antropologi dan

menitikberatkan pada nama lokal tumbuhan dan etimologinya (Soekarman dan

Riswan 1992).Sejalan dengan perkembangan keilmuan, etnobotani kemudian diartikan

sebagai ilmu yang mempelajari tumbuh-tumbuhan yang digunakan oleh

 perkumpulan suku primitif dan berguna untuk mengembangkan perkumpulan

tersebut. Batasan ini merupakan bantuan untuk menguraikan posisi budaya suatu

etnik berdasarkan kegunaan tumbuh-tumbuhan, menggambarkan penyebarannya

dimasa lampau dan perjalanan-perjalanan perdagangannya serta dengan diketahui

manfaatnya maka akan menimbulkann pikiran negatif untuk memindahkan

tumbuhan tersebut dari tempat liarnya ke lingkungan yang masih kosong (Waluyo

2002)

Page 32: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 32/172

9

mendatang. Sehingga studi etnobotani dapat memberi kontribusi yang besar dalam

 proses pengenalan sumber alam hidup yang ada di suatu wilayah melalui kegiatan

 pengumpulan kearifan lokal dari dan bersama masyarakat setempat (Ndero &

Thijssen 2004 ).

Etnobotani yang dimaksud dalam penelitian ini menggunakan definisi yang

dinyatakan oleh Purwanto (1999) yaitu etnobotani didefinisikan sebagai suatu

 bidang ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik secara menyeluruh antara

masyarakat lokal dengan alam lingkungannya meliputi sistem pengetahuan

tentang sumber daya alam tumbuhan.

2. Ruang Lingkup Etnobotani

Pengkajian etnobotani dibatasi oleh ruang lingkup bahwa etnobotani adalah

cabang ilmu pengetahuan yang mendalami tentang persepsi dan konsepsi

masyarakat tentang sumber daya nabati di lingkungannya. Dalam hal ini kajian di

arahkan dalam upaya untuk mempelajari kelompok masyarakat dalam mengatur

sistem pengatuan anggotanya menghadapi tetumbuhan dalam lingkungannya,

yang digunakan tidak saja untuk keperluan ekonomi tetapi juga untuk kepentingan

spiritual dan nilai budaya lainnya. Pemanfaatan yang dimaksud di sini adalah

 pemanfaatan baik sebagai bahan obat, sumber pangan, dan sumber kebutuhan

hidup manusia lainnya. Disiplin ilmu lain yang terkait dalam penelitian etnobotani

adalah antara lain anthropologi, sejarah, pertanian, ekologi, kehutanan, geografi

tumbuhan (Sudarsono & Waluyo 1992).

3. Kajian Etnobotani di Indonesia

Kedudukan etnobotani saat ini di Indonesia telah mendapatkan perhatian

dan porsi yang layak seperti halnya ilmu-ilmu lainnya di mata para pakar,

terutama botani. Hal ini merupakan suatu perkembangan yang baik, para ahli

menyadari bahwa banyak sumber daya nabati telah punah sebelum mereka

li i D iki h l d h di i l f

Page 33: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 33/172

10

Kemajuan teknologi telah menimbulkan akses terhadap lingkungan dan

dampak negatif terhadap kesehatan, misalnya obat-obatan atau pewarna makanan

sintetis. Akhir-akhir ini, di Indonesia timbul gerakan untuk kembali alam atau

back to nature, diantaranya berupaya memanfaatkan kembali sumber daya nabati

alami, seperti penggunaan obat tradisional, kosmetik, pewarna yang dibuat dari

 bahan alami. Hal yang terpenting adalah bagaimana pengetahuan tradisional dapat

diselamatkan, untuk dikaji kembali.

Pusat dari pengetahuan tradisional mengenai pemanfaatan tumbuhan ini

umumnya dijumpai pada negara-negara berkembang dan umumnya terletak pada

kawasan tropika, baik di Amerika, Afrika maupun Asia. Di negara-negara ini pula

dikatakan merupakan sumber dari pengetahuan tradisional serta sumber daya

hayati yang meliputi tumbuhan, hewan dan jasad renik terdapat.

Penelitian etnobotani di Indonesia, telah banyak dilakukan oleh para pakar

dari berbagai disiplin ilmu, tetapi dikatakan bahwa penelitan tersebut hanya

sebagai sampingan saja. Hal tersebut menyebabkan data dan informasi mengenai

etnobotani tersebut diberbagai publikasi dari berbagai disiplin ilmu, misalnya ahli

 botani lebih menitikberatkan pada pemanfaatan tumbuhannya sedangkan ahli

antropologi lebih menitikberatkan pada manusianya (Soekarman & Riswan 1992).

Beberapa kajian etnobotani terhadap beberapa etnis di Indonesia yaitu etnobotani

Pandanaceae dalam kehidupan etnis Arfak, Irian Jaya (Sadsoeitoeboen 1999),

etnobotani pinang yaki ( Areca vestiaria) oleh etnis Bolaang Mongondow,

Sulawesi (Simbala 2006), dan etnobotani benzoin (Stryrax spp.) pada etnis batak

di Tapanuli Utara, Sumatera Utara (Purwanto et al. 2003).

D. Kearifan Tradisional Masyarakat

Bangsa Indonesia yang mendiami diseluruh pulau-pulau yang tersebar dari

Sabang hingga Merauke terdiri dari suku-suku yang masing-masing mempunyai

kebudayaan dan adat istiadat yang berkembang dan diwariskan secara turun-

Page 34: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 34/172

11

asli), native people  (penduduk asli) atau tradisional people  (masyarakat

tradisional (Dasman 1991 dalam Primack et al. 1998).

Indonesia diperkirakan dihuni oleh 100 – 150 famili tumbuhan yang

meliputi 25.000-30.000 spesies tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di dalam kawasan

hutan alam. Diperkirakan separuh dari jumlah tersebut merupakan tumbuhan

 berkayu dan buah-buahan (Meijer 1974) dan masih banyak sekali yang belum

diketahui manfaatnya (Khazahara 1986).

Telah lama masyarakat tradisional hidup secara berdampingan dengan

keanekaraman hayati atau sumber daya alam yang ada di sekelilingnya. Di

sebagian besar tempat, ternyata mereka tidak melakukan perusakan besar-besaran

terhadap sumber daya alam yang ada di sekelilingnya tersebut (Primack et al. 

1998). Masyarakat tradisional telah berhasil memanfaatkan metoda-metoda irigasi

yang bersifat inovatif, misalnya dengan melakukan panen yang bervariasi. Metode

tersebut telah memungkinkan kehidupan manusia dengan populasi yang tinggi

tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan maupun komunitas biologis di

sekelilingnya. Namun, saat ini masyarakat tradisional sedang dihadapkan pada

 perubahan lingkungan secara besar-besaran akibat meningkatnya interaksi

masyarakat dengan dunia luar, yang seringkali timbul perbedaan tajam antara

generasi tua dan muda.

Banyak masyarakat tradisional yang mempunyai etika konservasi yang kuat,

walaupun etika tersebut lebih halus dan tersamar dibandingkan keyakinan

konservasi dunia Barat. Etika konservasi telah memberikan pengaruh pada

 perilaku sehari-hari (Gomez-Pompa & Kaus 1992; Posey 1992 dalam Primack et

al.  1998). Salah satu contoh yang baik dari penerapan pandangan konservasi

adalah pada suku Indian Huastec, di timur laut Meksiko. Mereka memelihara

lahan pertanian secara permanen, juga memelihara hutan yang terletak dibukit-

 bukit, dan daerah aliran sungai, berdasarkan konservasi dikenal dengan istilah

lokal te’lom Di kawasan hutan tersebut terdapat 300 species yang merupakan

Page 35: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 35/172

12

E. Hubungan Budaya Dayak dengan Hutan

Kebudayaan mempunyai hubungan timbal balik yang sangat erat denganagama atau sistem kepercayaan/believe system.  Sistem kepercayaan/agama bagi

kelompok etnik Dayak hampir tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya

dan kehidupan sosial ekonomi sehari-hari. Kepribadian, tingkah laku, sikap,

 perbuatan, kegiatan sosial ekonomi orang Dayak sehari-hari dibimbing, didukung

dan dihubungkan tidak saja dengan sistem kepercayaan atau ajaran agama dan

adat istiadat, tetapi juga dengan nilai-nilai budaya (Algadrie 1994 dalam Florus et

al. 1994). Hubungan etnis Dayak dengan hutan dengan segala isinya merupakan

hubungan timbal balik, di satu pihak alam memberikan kemungkinan-

kemungkinan bagi perkembangan budaya etnis Dayak, di lain pihak etnis Dayak

senantiasa mengubah wajah hutan sesuai dengan pola budaya yang dianutnya.

Pola kehidupan etnis Dayak tradisional masih sangat tergantung pada sumberalam, mata pencahariannya terbatas pada kemungkinan-kemungkinan yang

disediakan oleh alam (Arman 1994 dalam Florus et al. 1994).

Mata pencaharian orang Dayak selalu ada hubungannya dengan hutan.

Hutan digunakan sebagai tempat berburu, untuk berladang pohon-pohon di hutan

di buka, untuk mengusahakan tanaman perkebunan, etnis Dayak cenderung

memilih tanaman hutan seperti karet, rotan, tengkawang dan sejenisnya.

Kecenderungan seperti itu merupakan suatu refleksi dari hubungan yang akrab

yang telah berlangsung berabad-abad dengan hutan dan segala isinya. Hutan

merupakan basis utama dari kehidupan, sosial, ekonomi, budaya dan politik

kelompok etnik Dayak (Florus et al. 1994).

Pengolahan lahan tradisional masyarakat Dayak didasarkan pada sistem perladangan daur ulang untuk masa putaran tertentu. Masa putaran 3 sampai 4

tahun untuk tana’ ujung dan paya’; 5 sampai 6 tahun untuk tana’ rambur dan

kereng; dan 10-15 tahun untuk tana’ toan (hutan sekunder).

Page 36: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 36/172

13

seperti kapak, beliung, parang, bakul, tikar, mandau, talabang (perisai),

tengkalang dan sumpit sebagian bahannya terbuat dari bahan-bahan yang diambil

dari hutan (Arman 1994 dalam  Florus et al.  1994). Demikian pula dengan

kebudayaan non material orang Dayak banyak sekali berhubungan dengan hutan.

Sebagai contoh pohon-pohon besar atau spesies kayu tertentu dipandang sebagai

 perlambang kekuatan atau mistik. Hal tersebut menggambarkan bahwa kehidupan

tradisional dan budaya Dayak sulit dipisahkan dari sumber daya hutan.

F. 

Hubungan Budaya Melayu dengan Hutan

Etnis Melayu yang mendiami wilayah pedalaman Sintang merupakan

 pengelola hutan yang gigih, hutan belantara yang begitu tebal bertukar menjadi

kampung dan ladang. Tradisi mengelola hutan untuk kepentingan manusia tidak

dapat dipisahkan karena hutan mempunyai kaitan yang erat dengan kepentingan

manusia selama berada di dalam hutan.

Pada masa dahulu masyarakat Melayu menganggap bahwa hutan

mempunyai semangat yang keras (nuansa magis sangat tinggi). Hutan selain di

huni oleh binatang buas, hutan juga di huni berbagai jenis jembalang (makhluk

halus), yang dapat menyebabkan bencana pada manusia. Lantaran kepercayaan

tersebut, masyarakat Melayu beranggapan perlu mengadakan upacara khas bila

hendak mengambil rotan, damar, kayu, buluh, akar kayu dan sebagainya atau

untuk membuka lahan baru. Adat tersebut dilaksanakan demi menjamin

keselamatan seseorang (www.members.tripod.com/niah_abdullah/tamadun/new

2007).

Sebelum datangnya Islam di kehidupan etnis Melayu Sintang, masyarakat

memiliki kepercayaan animisme. Namun sejak Islam memasuki kehidupan

masyarakat Melayu, Melayu selalu diidentikkan dengan Islam. Masyarakat

Melayu juga mempercayai kelebihan sesuatu hari dalam melakukan upacara atau

acara-acara yang penting dalam hidup. Bulan atau hari yang dipilih didasarkan

Page 37: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 37/172

14

oleh orang tua. Petuah yang sangat dipercaya oleh masyarakat Melayu bila

memasuki hutan, yaitu pantang bagi orang Melayu untuk bersiul semasa dalam

 perjalanan, berbicara dengan keras, dan berpisah dari rombongan saat memasuki

hutan.

Etnis Melayu di Kabupaten Sintang saat ini terkonsentrasi pada pemukiman-

 pemukiman yang berada di sepanjang tepian Sungai Kapuas. Pusat Kerajaan

Melayu Sintang yaitu Kerajaan Al Mukaromah berada di tepian Sungai Kapuas

Kampung Raja di Kecamatan Sintang.

G. Konservasi Tumbuhan

1. Penyebab Kelangkaan dan Kepunahan Tumbuhan

Tumbuh-tumbuhan, hewan, mikroorganisme di bumi yang saling

 berintegrasi dengan lingkungan fisik di ekosistem merupakan landasan bagi

 pembangunan yang berkelanjutan. Sumber biota yang kaya ini mampu

mendukung kehidupan dan aspirasi manusia, dan memungkinkan manusia

 beradaptasi dengan perubahan akan kebutuhan dan lingkungan. Hilangnya

keanekaragaman hayati secara terus-menerus merupakan ukuran adanya

ketimpangan antara kebutuhan dan keinginan manusia dan daya dukung alam.

Laju berkurangnya keanekaragaman hayati pada masa kini, diperkirakansama cepatnya dengan pada masa kepunahan dinosaurus, yaitu sekitar 65 juta

tahun yang lalu. Tingkat kepunahan yang paling parah diperkirakan terdapat di

hutan tropis, sekitar 10 juta spesies yang hidup dibumi berdasarkan perkiraan

terbaik antara 50% hingga 90% dari jumlah tersebut diperkirakan berada di hutan

tropis. Dengan kecepatan pembuakaan hutan yang ada, maka antara 5% sampai

10% jenis hutan tropis mungkin akan punah dalam waktu 30 tahun mendatang.

Hal ini juga berarti kita akan mengalami kehilangan spesies tumbuhan tropis yang

 beragam jenisnya dan mempunyai aneka keunikan dan kegunaan bagi manusia

(UNEP 1995)

Page 38: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 38/172

15

tersebut meliputi hilangnya dan terkotak-kotaknya habitat akibat fragmentasi

habitat, invasi jenis baru yang diintroduksi, pemanfaatan sumber daya hayati yang

 berlebihan apalagi tanpa diikuti tindakan budidaya, polusi, perubahan iklim

global, serta industri pertanian dan kehutanan. Pemiskinan biota tersebut hampir

merupakan konsekuensi yang tidak dapat dihindari sebagai akibat cara manusia

menggunakan dan menyalahgunakan lingkungan dalam usahanya untuk menjadi

spesies yang dominan.

Penyebab utama hilangnya dan punahnya spesies-spesies tumbuhan yang

ada berasal dari populasi manusia yang berkembang dengan cepat, dari cara

manusia yang dengan cepat memperluas wilayah ekologisnya dan memanfaatkan

sumber daya hayati dari bumi yang lebih banyak lagi. Konsumsi sumber daya

alam yang berlebihan tanpa berusaha memperbaharuinya, pengurangan yang

terus-menerus terhadap jenis pertanian dan perikanan komersil, sistem ekonomi

yang gagal dalam meletakkan nilai yang tidak tepat bagi lingkungan, lemahnya

sistem hukum maupun institusional.

Menurut UNEP (1995), penyebab utama kepunahan keanakaragaman hayati

yang juga penyebab kepunahan di tingkat spesies tumbuhan antara lain adalah :

(1). Adanya peningkatan laju populasi manusia dan konsumsi sumber daya alam

yang tidak berkelanjutan. Bersamaan dengan meningkatnya populasi

manusia yang memiliki laju dan besarnya pertumbuhan yang cukup tinggi,

dan berkembangnya teknologi baru, maka penggunaan sumber daya alam

oleh umat manusia akan turut meningkat. Penggunaan sumber daya alam

secara berlebihan termasuk terhadap spesies tumbuhan, tanpa didukung oleh

upaya pengembangan spesies tumbuhan tersebut maka akan menyebabkan

kepunahan bagi spesies tumbuhan tersebut.

(2). Penyempitan spektrum produk yang diperdagangkan dalam bidang pertanian,

kehutanan, dan perikanan. Pertukarangan ekonomi global yang berdasarkan

prinsip persaingan dan spesialisasi telah meningkatkan keseragaman dan

16

Page 39: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 39/172

16

 benih dan jenis lain yang berevolusi selama berabad-abad dalam sistem

 pertanian tradisional ikut musnah, kehadiran mereka diganti oleh pupuk,

 pestisida, dan varietas lain yang dapat menghasilkan panen yang baik demi

 peningkatan produksi, keuntungan jangka pendek akan didapatkan.

Penyempitan spektrum pada produk pertanian tersebut salah satunya

merupakan penyebab berkurangnya keanekaragaman spesies tumbuhan

yang lama kelamaan dapat menyebabkan terjadinya kepunahan ditingkat

spesies tumbuhan.

(3). Sistem kebijakan ekonomi yang gagal dalam memberi penghargaan kepada

lingkungan dan sumber dayanya. Perubahan yang dilakukan terhadap sistem

alam, seperti perubahan hutan dan rawa menjadi lahan pertanian dan

 peternakan secara biologis dan ekonomis seringkali tidak efisien, karena

sering tidak mempertimbangkan apakah tindakan tersebut akan merusak

atau tidak, dan sebagian lainnya karena habiatat alami umumnya tidak

dihargai secara ekonomis.

(4). Kurangnya pengetahuan dan penerapannya. Ketidaktahuan ini terjadi akibat

erosi kebudayaan tradisional yang mempunyai pemahaman tersendiri

mengenai alam, bahkan walaupun pengetahuan itu ada seringkali tidak

mengalir secara efisien kepada pengambil keputusan, sehinggamenyebabkan gagalnya pengembangan kebijakan yang mencerminkan nilai

ilmiah, ekonomis dan sosial.

(5). Sistem hukum dan kelembagaan yang mendorong eksploitasi

Kriteria keterancaman (kelangkaan) spesies dilihat berdasarkan kategori

keterancaman biota (IUCN 1994) disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Kategori keterancaman populasi biota

Kriteria Kritis Genting Rawan

Penurunan tajam > 80% selama 10

tahun/3 generasi

> 50% selama 10

tahun/ 3 generasi

> 20% selama 10

tahun/ 3 generasi

17

Page 40: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 40/172

17

Tabel 1 Lanjutan

Kriteria Kritis Genting RawanPopulasi kecil < 250 individu

dewasa

< 2500 individu

dewasa

< 10.000 individu

dewasa

Populasi sangat

kecil

< 50 individu

dewasa

< 250 individu

dewasa

< 10.000 individu

dewasa <100 km2/

<5 lokasi

Kemungkinan

 punah

Peluang punah >

50% selama 5

tahun

Peluang punah >

20% selama 20

tahun

Peluang punah >

10% selama 100

tahun

Sumber : IUCN (1994)

2. Strategi Konservasi Tumbuhan

Melakukan konservasi tumbuhan tentunya merupakan bagian yang tidak

dapat dipisahkan dari kegiatan konservasi sumber daya alam hayati secara

keseluruhan. Konservasi sumber daya alam hayati adalah sebagai upaya

 pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya senantiasa

memperhitungkan kelangsungan persediannya dengan tetap memelihara serta

meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Tujuan dilakukannya

konservasi tersebut adalah untuk mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber

daya alam dan keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat lebih mendukung

upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat serta mutu kehidupan manusia(Dephut 1990).

Menurut UU RI No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam

Hayati dan Ekosistemnya, maka strategi yang digunakan untuk mewujudkan

tujuan konservasi adalah perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan

keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwaliar beserta ekosistemnya dan

 pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

a.  Perlindungan system penyangga kehidupan.

Dalam melakukan cara pemanfaatan wilayah perlindungan dan system

penyangga hendaknya senantiasa memperhatikan kelangsungan dan fungsi

18

Page 41: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 41/172

18

Kegiatan pengawetan dapat dilakukan melalui dua macam kegiatan yaitu

melalui konservasi secara insitu dan konservasi eksitu. Secara Insitu berdasarkan

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999, tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan

dan Satwa Liar, maka pengelolaan di dalam habitatnya dapat dilakukan dalam

 bentuk identifikasi, inventarisasi, pemantauan habitat dan populasinya,

 penyelamatan jenis, pengkajian, penelitian dan pengembangan (Dephutbun

1999a). Konservasi eksitu merupakan upaya pengawetan jenis di luar kawasan

yang dilakukan dengan menjaga dan mengembangbiakan jenis tumbuhan dansatwa liar. Tempat yang cocok untuk melakukan kegiatan tersebut misalnya di

kebun binatang, kebun raya, arboretum, dan taman safari. Dan kegiatan

konservasi eksitu dilakukan untuk menghindari adanya kepunahan suatu jenis.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis

Tumbuhan dan Satwa Liar, maka pengelolaan jenis di luar habitatnya dapat

dilakukan dalam bentuk pemeliharaan, pengembangbiakan, pengkajian,

 penelitian,pengembangan rehabilitasi satwa, penyelamatan jenis tumbuhan dan

satwa liar.

c.  Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Dalam pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam

hendaknya senantiasa tetap menjaga kelestarian fungsi kawasan, dan pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwaliar harus selalu memperhatikan kelangsungan potensi,

daya dukung, keanekaragaman jenis tumbuhan, dan satwa liar tersebut.

Pemanfaatannya dapat dilakukan dalam bentuk pengkajian, penelitian dan

 pengembangan, penangkaran, perburuan, perdagangan, peragaan, pertukaran,

 budidaya tanaman dan obat-obatan, dan pemeliharaan untuk kesenangan

(Dephutbun 1999b).

Menurut Willson (1992), ada tiga unsur pokok yang dapat dilakukan sebagai

strategi pelestarian keanekaragaman hayati termasuk di dalamnya strategi untuk

melakukan konservasi terhadap tumbuhan adalah menyelamatkan

19

Page 42: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 42/172

19

tumbuhan misalnya, dan memanfatkan pengetahuan tersebut untuk mendukung

 pembangunan yang berkelanjutan.

Strategi konservasi sumber daya alam di era pelaksanaan otonomi daerah

saat ini, dapat dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat yang berada di sekitar

kawasan dengan membina perilaku produktif yang berwawasan lingkungan, serta

meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengelola sumber daya alam tersebut,

hal tersebut dapat dilakukan dengan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan

(Sudarmadji 2002).

3. Permasalahan Konservasi Tumbuhan

Hingga saat ini, spesies tumbuhan hutan tropika banyak memberikan

kontribusi terhadap kebutuhan manusia salah satunya terhadap kesehatan.

Sebagian besar bahan baku tumbuhan untuk keperluan tersebut merupakan hasil

 panenan dari alam, di lain pihak kebutuhan akan bahan baku tersebut terus-

menerus meningkat. Apabila upaya pelestarian tidak dilakukan, dikhawatirkan

akan terjadi kekurangan suplai bahan baku dan bahkan yang lebih parah adalah

akan terjadi pemanenan berlebihan yang berakibat pada kepunahan spesies

tumbuhan tertentu.

Penelitian dan informasi mengenai potensi, penyebaran, bioekologi dan

teknik penangkaran tumbuhan secara umum dan tumbuhan obat khususnya masih

sangat terbatas. Di lain pihak publikasi dan informasi mengenai hal tersebut

sangat diperlukan guna mendasari upaya pelestarian pemanfaatan dan

 pengembangan usaha pemanfaatan tumbuhan obat khususnya melalui budidaya

 jenis. Keadaan ini menunjukkan bahwa peran lembaga ilmiah sangat diperlukan

dan perlu ditingkatkan. Pemanfaatan plasma nutfah tumbuhan untuk berbagai

keperluan manusia perlu diimbangi dengan upaya konservasnya, baik secara insitu

maupun eksitu, agar tidak terjadi penurunan populasi dan keanekaragamannya

(Zuhud & Haryanto 1991).

20

Page 43: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 43/172

20

tumbuhan liar yang hidup di alam. Permasalah berikutnya, bahwa bududaya untuk

 jenis-jenis tersebut sebagian besar juga belum diketahui tekniknya dan belum

dilakukan budidaya, serta masih dipungut dari alam. Apabila laju pemungutan

langsung dari alam lebih cepat dari laju kemampuan alam untuk memulihkan

 populasinya, maka akan kelangkaan dan kepunahan spesies tumbuhan tersbeut

tidak dapat dielakkan.

Permasalahan dalam konservasi tumbuhan secara umum, dan tumbuhan

obat khususnya adalah masalah budidaya tumbuhannya. Hingga saat ini belummenggairahkan petani, disebabkan kurangnya informasi dan publikasi hasil

 penelitian mengenai teknik budidaya serta belum adanya sistem pemasaran hasil

yang mantap. Selain itu penelitian sebagai upaya memperoleh data dasar yang

diperlukan bagi pelestarian pemanfaatan tumbuhan potensial mulai dari penelitian

 bioekologi hingga teknik budidayanya dan eksplorasi bahan aktif yang berguna

 belum dilakukan secara intensif. Salah satu perusahaan farmasi menyatakan

 bahwa penapisan (screening) tumbuhan potensial untuk memperoleh senyawa

yang berguna sangat mahal dan laju keberhasilannya rendah. Untuk mengatasi hal

tersebut maka kegiatan harus dipusatkan dan pada umumnya screening tumbuhan

 potensial banyak dilakukan di luar negeri walaupun bahan tumbuhannya berasal

dari Indonesia (Zuhud & Haryanto 1991).Keadaan yang dikemukakan di atas lebih memberikan gambaran mengenai

 belum terjalinnya kerjasama yang saling menguntungkan antara masyarakat petani

dengan perusahaan asing yang memegang monopoli harga bahan baku dan

 produknya. Selain itu budidaya tumbuhan obat dalam skala ekonomi belum

menjadi bagian kebudayaan dan kelembagaan para petani, khususnya di

Indonesia.

Page 44: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 44/172

III. KEADAAN UMUM LOKASI KAJIAN

A. Sejarah Kabupaten Sintang

Daerah Sintang pada tahun 1936 pernah berada dalam kekuasaan

 pemerintahan Belanda, merupakan lanschop  di bawah naungan pemerintahan

Gouverment . Daerah lanschop ini terbagi menjadi 4 (empat) onderrafdeling yang

dipimpin oleh seorang controleur  atau gesagkekber , yaitu :

(1). Onderafdeling Sintang, berkedudukan di Sintang.

(2). Onderafdeling Melawi, berkedudukan di Nanga Pinoh.

(3). Onderafdeling Semitau, berkedudukan di Semitau.

(4). Onderafdeling Boeven Kapuas, berkedudukan di Putussibau.

Sedangkan daerah kerajaan Sintang yang didirikan oleh Demang Irawan

(Jubair I) dijadikan daerah swapraja Sintang dan kerajaan Tanah Pinoh dijadikanneo swapraja Tanah Pinoh. Pemerintahan  Lanschop ini berakhir pada tahun 1942

dan kemudian tampuk pemerintahan di ambil alih oleh pemerintahan Jepang.

Pada masa pemerintahan Jepang, struktur pemerintahan yang berlaku tidak

mengalami perubahan hanya sebutan wilayah kepala pemerintahan yang

disesuaikan dengan bahasa negara yang memerintah ketika itu. Kepala negara

disebut Kenkarikan  (semacam bupati), sedangkan wakilnya disebut  Bunkenkari-

kan,. disetiap kecamatan diangkat Gunco (Kepala Daerah).

Setelah adanya pengakuan kedaulatan dari pihak Belanda kepada pihak

Indonesia, kekuasaan pemerintahan Belanda yang disebut Afdeling Sintang diganti

dengan Kabupaten Sintang, onderafdeling  diganti dengan kewedanan, distric

diganti dengan kecamatan. Untuk menetralisir pelaksanaan UU No. 3 Tahun 1953,UU No. 25 Tahun 1956 dan UU No. 4 Tahun 1956 tentang pembentukan DPRD

dan DPR Peralihan, maka pada tanggal 27 Oktober 1956 dilaksanakan pelantikan

keanggotaan DPRD Peralihan Kabupaten Sintang.

22

Page 45: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 45/172

Berdasarkan peraturan daerah Kabupaten Sintang No. 14 Tahun 2000

 pemerintah Kabupaten Sintang dibagi menjadi 21 pemerintahan kecamatan.

Kemudian setelah adanya UU No. 43 Tahun 2003 (pemekaran wilayah kabupaten)

tentang pembentukan Kabupaten Melawi, sehingga Kabupaten Sintang menjadi

14 pemerintahan kecamatan, 6 kelurahan, 183 desa dan 638 dusun (Badan Pusat

Statistik Kabupaten Sintang 2006) .

B. Letak dan Luas 

1. Letak

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sintang,

Kabupaten Sintang terletak di bagian timur Propinsi Kalimantan Barat atau

diantara 1°05’ LU serta 0°46’ LS dan 110°50’ - 113°20’ BT, dilalui oleh garis

khatulistiwa. Informasi tentang posisi geografis setiap kecamatan di Kabupaten

Sintang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Posisi geografis setiap kecamatan di Kabupaten Sintang

 Nama Kecamatan Letak Astronomis

Garis Lintang Garis Bujur

Serawai 0°02’ LS-0°44’ LS 112°20’ - 112°51’ BTAmbalau 0°16’ LU-0°46’ LS 112°30’ - 113°20’ BT

Kayan Hulu 0°08’ LU-0°29’ LS 111°57’ - 113°30’ BTSepauk 0°14’ LU-0°31’ LS 110°52’ - 111°22’ BT

Tempunak 0°09’ LU-0°26’ LS 111°14’ - 111°24’ BTDedai 0°44’ LU-0°14’ LS 111°30’ - 111°39’ BT

Kayan Hilir 0°11’ LU-0°14’ LS 111°36’ - 112°15’ BT

Sintang 0°09’ LU-0°02’ LS 111°21’ - 111°36’ BTSei Tebelian 0°04’ LU-0°22’ LS 111°22’ - 111°36’ BT

Kelam Permai 0°02’ LU-0°20’ LU 111°33’ - 111°56’ BT

Binjai Hulu 0°06’ LU-0°18’ LU 111°20’ - 111°35’ BT

Ketungau Hilir 0°13’ LU-0°37’ LU 111°13’ - 111°44’ BT

Ketungau Tengah 0°26’ LU-1°02’ LU 111°12’ - 111°44’ BTKetungau Hulu 0°41’ LU-1°05’ LS 110°50’ - 111°20’ BT

Letak Keseluruhan 1°05’ LU-0°46’ LS 110°50’ - 113°20’ BT

Sumber : BPS Kabupaten Sintang (2006)

Secara administratif pemerintahan Kabupaten Sintang termasuk dalam

23

Page 46: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 46/172

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kalimantan Tengah

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Ketapang, Sanggau dan Sekadau.

Jarak ibukota Kabupaten Sintang dengan ibukota Propinsi Kalimantan

Barat mencapai 395 km atau jarak tempuh melalui jalan darat mencapai ± 9 jam,

dan melalui Kabupaten Sanggau dan Sekadau. Kabupaten Sintang dengan luas

21.638 km2  merupakan kabupaten yang memiliki luas wilayah ketiga terbesar

setelah Kabupaten Ketapang dan Kapuas Hulu.

2. Luas

Sebagian besar wilayah Kabupaten Sintang merupakan wilayah

 perbukitan dengan luas sektar 13.573,75 km2  atau 62,74% dari luas Kabupaten

Sintang (21.635 km2). Kabupaten Sintang merupakan kabupaten terbesar ketiga

setelah Kabupaten Kapuas Hulu dan Ketapang.

Kecamatan yang memiliki luas terbesar adalah Kecamatan Ambalaudengan luas 6.386,40 km

2dan kecamatan terkecil adalah Kecamatan Sintang

dengan luas wilayahnya sebesar 277,05 km2. Namun, Kecamatan Sintang

merupakan ibokota Kabupatan dan pusat kegiatan pemerintahan daerah kabupaten

 berlangsung. Data tentang luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Sintang

secara rinci disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Sintang

 Nama

Kecamatan

Luas area

(km2)

Persentase terhadap

luas kabupaten (%)

Serawai 2.127,50 9,83

Ambalau 6.386,40 29,52Kayan Hulu 937,50 4,33

Sepauk 1.825,70 8,44

Tempunak 1.027,00 4,75

Dedai 694,10 3,21Kayan Hilir 1.136,70 5,25

Sintang 277,05 1,28Sei Tebelian 526,50 2,43

Kelam Permai 523,80 2,42

Binjai Hulu 307,65 1,42K Hili 1 544 50 7 14

24

Page 47: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 47/172

Selain itu Kabupaten Sintang menempati posisi strategis baik dalam

konteks nasional, regional dan internasional. Kabupaten Sintang berbatasan

langsung dengan Sarawak (Malaysia Timur) serta berlanjut ke Brunei

Darussalam. Kawasan ini akan menjadi gerbang keluar masuk barang dan orang

(outlet ) dari dan ke Sarawak maupun Brunei Darussalam melalui jalan darat.

C. Topografi

Sebagian besar wilayah Kabupaten Sintang merupakan wilayah perbukitan dengan luas sekitar 22.392 km

2  atau sekitar 69,37 persen dari luas

Kabupaten Sintang (32.279 km2). Berdasarkan topografinya, wilayah datar di

Kabupaten Sintang seluas 806.125 ha dan wilayah bukit dan gunung seluas

1.357.375 ha. Wilayah datar terluas terdapat di Kecamatan Ketungau Hilir seluas

127.954 ha, sedangkan wilayah bukit dan gunung terdapat di Kecamatan ambalau

seluas 638.640 ha, hal tersebut disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Sintang menurut

topografinya

 Nama Kecamatan Luas Area(ha)

Wilayah datar (ha) Wilayah bukit dangunung (ha)

Serawai 212.750 - 212.750

Ambalau 638.640 - 638.640Kayan Hulu 93.750 29.573 64.177

Sepauk 182.570 71.936 110.634

Tempunak 102.700 58.632 44.068Dedai 69.410 57.792 11.618

Kayan Hilir 113.670 88.838 24.832

Sintang 27.705 27.705 -Sei Tebelian 52.650 49.850 2.800

Kelam Permai 52.380 49.780 2.600

Binjai Hulu 30.765 30.021 744

Ketungau Hilir 154.450 127.954 26.496Ketungau Tengah 218.240 121.116 97.124

Ketungau Hulu 213.820 92.928 120.892

Luas Keseluruhan 2.163.500 806.125 1.357.375

Sumber : BPS Kabupaten Sintang (2006)

25

Page 48: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 48/172

Ketungau, sedangkan Sungai Melawi melewati kota Sintang, Dedai, sampai

Ambalau dan menuju ke Propinsi Kalimantan Timur.

Di akibatkan sebagian besar wilayahnya adalah perbukitan, Kabupaten

Sintang memiliki sekitar 19 air terjun yang tersebar di 5 (lima) lokasi kecamatan.

Air terjun tertinggi berada di Kecamatan Ambalau yaitu : Air Terjun Nokam

Langit (200 m), Air Terjun Nokam Nayan (180 m), dan Air Terjun Nokam

Jengonai (170 m).

E. Iklim

1. Tipe Iklim

Kabupaten Sintang cukup dikenal sebagai daerah penghujan dengan

intensitas tinggi. Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, iklim di

Kabupaten Sintang tergolong iklim A, yaitu daerah yang bercurah hujan tinggi

(Iklim basah), dengan bulan basah antara 7-9 bulan, sedangkan bulan kering 2-3

 bulan.

2. Curah Hujan dan Jumlah Hari Hujan

Berdasarkan data BPS Kabupaten Sintang (2006), Kabupaten Sintang

merupakan daerah Khatulistiwa dengan intensitas curah hujan cukup tinggi. Hal

ini dikarenakan sebagian besar wilayahnya merupakan daerah perbukitan yaitu

sebesar 62,74 %. Sepanjang tahun 2005 jumlah curah hujan 3297,36 mm atau

rata-rata 274,78 mm/bulan. Intensitas curah hujan yang cukup tinggi terutama

dipengaruhi oleh keadaan daerah yang berhutan tropis dan disertai kelembaban

udara yang cukup tinggi.

Rata-rata bulanan curah hujan tertinggi tahun 2005 terjadi pada bulan

Oktober mencapai 414,9 mm dengan hari hujan sebanyak 26 hari, sedangkan rata-

rata curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu hanya mencapai 110,3

mm dengan hari hujan sebanyak 14 hari. Sedangkan intensitas hujan yang tinggi

26

Page 49: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 49/172

knots /jam sampai dengan 3 knots/jam. Selain itu, penyinaran matahari di

Kabupaten Sintang berkisar antara 42,0 s/d 71,0 % atau rata-rata 53,9 % (BPS

Kabupaten Sintang, 2006).

3. Temperatur

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang (2006),

temperatur rata-rata tahunan di Kabupaten Sintang selama lima tahun dari tahun

2000-2004 adalah 26,89oC, di mana rata-rata temperatur udara terendah sebesar

22,45oC dan temperatur udara tertinggi sebesar 35,7

oC. Data temperatur

maksimum, minimum dan rata-rata tahunan di Kabupaten Sintang disajikan pada

Tabel 5.

Tabel 5 Temperatur maksimum, minimum dan rata-rata tahunan di Kabupaten

Sintang tahun 2000-2004.

TemperaturTahun

Maksimum (oC) Minimum (oC) Rata-rata (oC)

2000 32,10 22,45 26,55

2001 33,45 21,70 26,55

2002 32,60 22,70 27,652003 32,30 22,70 26,90

2004 32,50 22,70 26,80

Rata-rata 32,59 22,45 26,89

Sumber : BPS Kabupaten Sintang (2005)

4. Kelembaban Relatif

Kelembabab relatif rata-rata tahunan di Kabupaten Sintang selama tahun

2004 berkisar antara 82-90%, dengan kelembabab relatif rata-rata tahunan sebesar

86,9% (BPS Kabupaten Sintang 2006).

F. Tanah

Dilihat dari jenis tanahnya, sebagian besar daerah Kabupaten Sintang terdiri

dari tanah latosol meliputi areal seluas 1.016.606 hektar atau sekitar 46,99 % dari

27

Page 50: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 50/172

Kecamatan Sepauk seluas 158.506 ha, dan tanah latosol di Kecamatan Ambalau

seluas 541.130 ha, seperti tersaji pada Tabel 6.

Tabel 6 Jenis tanah setiap kecamatan di Kabupaten Sintang

Luas areal per jenis tanah (ha) Nama Kecamatan

Organosol Alluvial Podsolik Latosol

Serawai - - - 212.750

Ambalau - - 97.510 541.130

Kayan Hulu - - 22.500 71.250

Sepauk 24.064 - 158.506 -Tempunak 2.304 - 100.390 -

Dedai - - 69.410 -

Kayan Hilir - - 100.870 12.800Sintang - 27.705 - -

Sei Tebelian - 12.748 37.552 2.350

Kelam Permai - 37.780 12.925 1.675

Binjai Hulu - 20.071 10.367 327Ketungau Hilir 17.920 67.072 69.458 -

Ketungau Tengah 768 8.448 125.312 83.712Ketungau Hulu - - 123.208 90.612

Luas Keseluruhan 45.056 173.824 928.014 1.016.606

Sumber : BPS Kabupaten Sintang (2006)

G. Keadaan Hutan

Kawasan hutan yang terdapat di Kabupaten Sintang adalah kawasan hutan

hujan tropis yang terdiri dari kawasan hutan rawa gambut, hutan dataran rendah

hingga pegunungan. Vegetasi Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya (sebagianwilayahnya juga termasuk wilayah administrasi Kabupaten Sintang), Taman

Wisata Alam Bukit Kelam, dan TWA Hutan Baning didominasi oleh jenis-jenis

dari famili Dipterocarpaceae seperti meranti (Shorea spp), keruing ( Dipterocarpus 

spp), dan kapur ( Dryobalanops sp), dan jenis-jenis lainnya penghasil buah-buahan

yang merupakan sumber makanan bagi banyak satwa, diantaranya jenis durian

( Durio carinatus), rambutan hutan ( Nephellium sp), pluntan ( Arthocarpus sp), dan

 berbagai jenis ara (Ficus  spp), serta banyak pula jenis-jenis unik dan berharga

lainnya baik dari jenis palem, berbagai jenis anggrek, kantong semar ( Nephenthes 

) t b b b b d b b i j i li ik d b f t

28

Page 51: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 51/172

lainnya seperti beruang madu, rusa, babi hutan dan beragam jenis burung, dan

salah satunya yang cukup menonjol yaitu jenis rangkong.

Sintang merupakan salah satu kabupaten di Kalimantan Barat yang memiliki

hutan yang cukup luas, yaitu berdasarkan rencana Tata Ruang Wilayah pada tahun

2005, maka luas kawasan hutan di Kabupaten Sintang adalah seluas 3.227.900

Ha. Dimana pemanfaatan terbesar adalah untuk hutan produksi terbatas yaitu

31,15 %, yang lainnya untuk pertanian lahan kering sebesar 30,69 %, untuk hutan

lindung 21,30 % dan sisanya adalah untuk hutan produksi biasa, taman nasionaldan hutan produksi yang dapat dikonversi (BPS Kabupaten Sintang, 2006). Luas

kawasan hutan di Kabupaten Sintang dapat disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Luas kawasan hutan di Kabupaten Sintang tahun 2005

Jenis Hutan Luas Kawasan (Ha) Proporsi lahan (%)

Hutan PPA/Taman Nasional 119.948,4 3,72

Hutan Lindung 687.718,9 21,31Hutan Produksi Terbatas 1.005.593,6 31,15

Hutan produksi Biasa 419.264,4 12,99Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi 4.680,6 0,14

Pertanian Lahan kering 990.694,1 30,69

Luas total 3.227.900,0 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Sintang (2006)

H. Keadaan Sosial dan Ekonomi Masyarakat 

1. Kependudukan

a. Jumlah Penduduk

Berdasarkan data BPS Kabupaten Sintang (2006), jumlah proyeksi tahun

2005, penduduk Kabupaten Sintang berjumlah 341.146 jiwa atau rata-rata jumlah

 penduduk per desa sebanyak 1.805 jiwa. Jika dibandingkan dengan tahun

sebelumnya rata-rata jumlah perduduk per desa mengalami penurunan sebanyak 8

orang. Penurunan ini terjadi disebabkan hasil perhitungan penduduk telah

i hk K b t M l i b k b

29

Page 52: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 52/172

Binjai Hulu yakni sebanyak 10.832 jiwa. Data penduduk Kabupaten Sintang

tersaji pada Tabel 8.

Tabel 8 Jumlah penduduk setiap kecamatan di Kabupaten Sintang menurut jenis

kelaminnya tahun 2005

Jumlah Penduduk

Laki-laki Perempuan TotalKecamatan

(orang) (orang) (orang)

Serawai 11.026 10.551 21.577Ambalau 7.389 6.937 14.326

Kayan Hulu 11.149 10.918 22.067Sepauk 21.926 20.347 42.273Tempunak 12.748 11.677 24.425

Sei Tebelian 13.604 12.878 26.482

Sintang 26.583 25.693 52.276Dedai 12.900 12.302 25.202

Kayan Hilir 11.983 11.420 23.403

Kelam Permai 7.298 7.028 14.326Binjai Hulu 5.562 5.270 10.832

Ketungau Hilir 9.984 9.425 19.409

Ketungau Tengah 13.399 12.610 26.009Ketungau Hulu 9.481 9.058 18.539

175.032 166.114 341.146

Sumber : BPS Kabupaten Sintang (2006)

Berdasarkan kelompok umurnya, jumlah penduduk di Kabupaten Sintang

 pada tahun 2005 yang berusia belum produktif (umur < 15 tahun) sebanyak

119.833 orang, kelompok produktif (15-54 tahun) sebanyak 200.309 orang, dankelompok tidak produktif (umur >54 tahun) sebanyak 21.006 orang.

b. Kepadatan dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Kepadatan penduduk di Kabupaten Sintang pada tahun 2005 adalah 16

 jiwa/km2, dengan kepadatan tertinggi adalah Kecamatan Sintang sebesar 189

 jiwa/km2, sedangkan kecamatan dengan kepadatan terendah adalah Kecamatan

Ambalau, yaitu dengan kepadatan penduduk sebesar 2 jiwa/km2. Secara umum

Kabupaten Sintang dikatakan mempunyai penduduk dengan kepadatan yang

masih jarang Laju pertambahan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan

30

Page 53: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 53/172

Tabel 9 Kepadatan dan laju pertumbuhan penduduk setiap kecamatan di

Kabupaten Sintang tahun 2005

Kepadatan PendudukKecamatan LuasWilayah

Desa JumlahPenduduk Per km2  Per Desa

Serawai 2.127,50 15 21.577 10 1.438

Ambalau 6.386,40 9 14.326 2 1.592

Kayan Hulu 937,50 14 22.067 24 1.576Sepauk 1.825,70 22 42.273 23 1.922

Tempunak 1.027,00 18 24.425 24 1.357

Sei Tebelian 526,50 19 26.482 50 1.394Sintang 277,05 10 52.276 189 5.140

Dedai 694,10 16 25.202 36 1.575

Kayan Hilir 1.136,70 13 23.403 21 1.800

Kelam Permai 523,80 10 14.326 27 1.433Binjai Hulu 307,65 8 10.832 35 1.354

Ketungau Hilir 1.544,50 13 19.409 13 1.493

Ketungau Tengah 2.182,40 13 26.009 12 2.001Ketungau Hulu 2.138,20 9 18.539 9 2.060

21.635,00 189 341.146 16 1.805

Sumber : BPS Kabupaten Sintang (2006)

2. Pendidikan

Secara umum jumlah sarana pendidikan di Kabupaten Sintang cukup

memadai, karena telah terdapat fasilitas ruang pendidikan dari tingkat taman

kanak-kanak (TK) hingga perguruan tinggi. Namun demikian, pemanfaatan dan

 peningkatan mutu pendidikan masih memerlukan banyak peningkatan, misalnya

saja perbandingan antara jumlah sekolah dengan tenaga pengajar, masih tergolong

rendah, jika dilihat bahwa rata-rata satu sekolah dasar hanya mempunyai 7 guru.

Secara umum keadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan dan rasio antara jumlah

unit, jumlah murid dan jumlah guru yang terdapat di Kabupaten Sintang disajikan

 pada Tabel 10.

Tabel 10 Kondisi sarana dan prasarana pendidikan di Kabupaten Sintang tahun 2005

Jumlah Rasio Rata-rataJenjang

Murid Unit Guru Guru:Murid Unit:Murid Unit:Guru

TK 1.872 50 163 1:11 1:37 1:3

SD 51 604 364 2 596 1:20 1:142 1:7

31

Page 54: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 54/172

 jenjang SLTP 17,51%, SLTA 9,98%, dan terendah pada jenjang pendidkan

Taman Kanak-kanak (2,54%).

3. Kesehatan

a. Sarana dan Prasarana Kesehatan

Pembangunan di bidang kesehatan saat ini di arahkan pada penyediaan

 berbagai sarana dan prasarana yang meliputi bangunan fisik (rumah sakit,

 puskesmas, balai pengobatan dan poliklinik) serta pengadaan tenaga kesehatanyang terampil. Kondisi sarana dan prasarana di Kabupaten Sintang secara umum

cukup memadai. Begitu pula halnya dengan tenaga medis yang ada di setiap

kecamatan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang

(2006), fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Sintang berjumlah 202 unit

yang terdiri dari 2 rumah sakit, 7 balai pengobatan, 16 puskesmas (7 dengan rawat

inap dan 10 tanpa rawat inap). Fasilitas kesehatan lainnya yang tersedia adalah

 poliklinik desa yang berjumlah 177 unit.

Dengan keberadaan fasilitas kesehatan tersebut, diharapkan tingkat

kesehatan masyarakat semakin membaik. Tenaga medis di Kabupaten Sintang

terdiri dari 24 orang dokter umum, dokter gigi (5 orang), dokter spesialis (5

orang), semuanya berjumlah 34 orang. Selain itu terdapat pula tenaga kesehatanlainya yaitu Bidan (66 orang), perawat (247 orang) tenaga farmasi (11 orang),

tenaga gizi (16 orang), dan tenaga teknisi medis berjumlah 30 orang.

b. Jenis-jenis Penyakit yang Diderita oleh Masyarakat di Kabupaten Sintang

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang (2006), jumlah

 pasien yang masuk ke RSUD Sintang pada tahun 2005 sebanyak 4.204,

mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar 3,22%. Jika dilihat dari

 banyaknya kunjungan penderita berdasarkan jenis penyakit, kasus penyakit yang

sering dijumpai di rumah sakit adalah malaria sebanyak 558 kasus di Puskesmas

32

Page 55: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 55/172

4. Jenis Penggunaan Lahan

Berdasarkan data yang tersedia, menunjukkan bahwa jenis penggunaan

lahan dapat dikelompokkan ke dalam 12 macam penggunaan, yaitu pekarangan,

tegal.kebun, ladang/huma, penggembalaan/padang rumput, sementara tidak di

usahakan, hutan rakyat, hutan negara, perkebunan, rawa, tambak, kolam/empang

dan lain-lain. Dari kesemua tersebut, hutan dan perkebunan masih mendominasi

 penggunaan lahan di Kabupaten Sintang.

5. Keadaan Perekonomian

Sektor pertanian merupakan sektor yang cukup dominan dalam memberikan

kontribusi perekonomian di desa/kecamatan di sekitar wilayah Kabupaten

Sintang. Hasil pembangunan di sektor pertanian terutama tanaman pangan,

manfaatnya sudah dirasakan oleh sebagian besar penduduk di Kalimantan Barat

khususnya di Kabupaten Sintang. Untuk itu produksi pangan baik beras maupun

non beras perlu ditingkatkan guna lebih memantapkan swasembada pangan.

Disamping itu juga ditujukan untuk memperbaiki mutu gizi masyarakat melalui

 penganekaragaman jenis makanan. Luas lahan produksi padi di Kabupaten

Sintang pada tahun 2004 seluas 25.754 Ha, dengan jumlah produksi 56.697 ton,

yang terdiri dari 34.235 ton (padi sawah) dan 22.462 ton (padi ladang). Jika

dibandingkan dengan luas dan produksi panen pada tahun 2003, pada tahun 2004

mengalami penurunan, dimana pada tahun 2003 luas panen 29.304 Ha, dengan

 produksi padi sebanyak 62.895 ton. Hal ini menyebabkan hasil produksi subsektor

tanaman pangan khususnya padi sawah dan ladang di Kabupaten Sintang pada

tahun 2004 mengalami penurunan sebesar 9,85%.

I. Deskripsi Lokasi Pengamatan

a. Hutan Adat I

Hutan adat I terletak di Dusun Sirang Desa Sirang Setambang Kecamatan

33

d I b b k d b k k d k i

Page 56: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 56/172

adat I tersebut banyak terdapat tempat terbuka karena adanya kegiatan

 penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat, atau biasa disebut PETI

(Penambangan Emas Tanpa Ijin).

Berdasarkan informasi awal dari masyarakat Dusun Sirang, hutan adat

Sirang merupakan salah satu hutan sebagai tempat tumbuhnya sengkubak (P.

cauliflora). Hutan adat Sirang termasuk wilayah berhutan yang masih dijaga

masyarakat sekitar Dusun Sirang sebagai hutan adat yang dikeramatkan. Hal ini

dikarenakan pada hutan adat Sirang selain masih terdapat beragam spesies

tumbuhan, juga merupakan hutan tempat bersemayamnya jasad nenek moyang

suku dayak puluhan bahkan ratusan tahun lalu. Di dalam hutan adat tersebut

terdapat kuburan-kuburan tua yang merupakan peninggalan nenek moyang suku

Dayak Sekujang saat masih menganut animisme. Tidak jauh dari dusun ini

terdapat Bukit Kujau yang cukup elok dipandang. Penduduk di sekitar Dusun

Sirang berjumlah 312 kepala keluarga yaitu sebesar ± 980 jiwa. Mayoritas

masyarakat yang mendiami dusun tersebut adalah etnis Dayak Sekujang. Agama

mayoritas adalah katolik dan protestan.

b. Hutan Karet Alam Campuran

Hutan karet alam campuran (mixed rubber plantation) I dan II terletak di

wilayah Dusun Suak Desa Manis Raya Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang

Kalimantar Barat. Hutan karet alam campuran II terletak pada ketinggian 202 feet

hingga 417 feet (61,61-127,185 m dpl). Hutan karet alam campuran I berada pada

ketinggian 86 ft hingga 402 ft (25,23 -122,61 m dpl). Hutan-hutan tersebut

merupakan hutan sekunder yang di dalamnya terdapat pohon karet yang disebut

sebagai karet alam yang dikelola dan pelihara setiap harinya oleh masyarakat

 pemiliknya. Getahnya dikumpulkan (getahnya disebut kulat) setiap hari untuk

kemudian dijual setiap dua minggu pada tiap bulannya. Hasil penjualan kulat

tersebut digunakan petani karet untuk memenuhi kebutuhan kehidupan lainnya, di

34

b b ( i ) l l t b h ik l i ti k t

Page 57: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 57/172

 bumbu (spice), palem-paleman, tumbuhan unik lainnya seperti kantong semar

( Nephenthes sp.), beragam anggrek hutan, sarang semut dan lain sebagainya.

Dusun Suak Desa Manis Raya memiliki jumlah kepala keluarga yang

tergolong kecil yaitu sekitar 22 kepala keluarga atau sebesar 100 jiwa. Etnis dayak

yang terdapat di dusun tersebut adalah Dayak Siberuang dengan agama mayoritas

adalah katolik. Mata pencaharian penduduknya adalah petani (berladang). Hutan

karet alam campuran yang terdapat di Dusun Suak tersebut memiliki topografi

yang cukup bervariasi dari datar hingga curam (cukup berat untuk dilalui). Hutan-

hutan karet alam campuran yang menjadi lokasi pengamatan ini cukup terjaga

karena setiap harinya dipelihara oleh pemilik ladang. Menurut informasi warga

sengkubak masih dapat dijumpai di hutan-hutan tersebut.

c. Hutan Adat II

Hutan adat II (hutan Pungkun) terletak di Dusun Medang Desa Empaci

Kecamatan Dedai Sintang. Hutan tersebut berada pada ketinggian 80 feet hingga

434 feet (24,4– 132,37 m dpl). Topografi pada hutan Medang tergolong datar.

Hutan Pungkun merupakan hutan adat (hutan tembawang) yang cukup

dikeramatkan oleh warga sekitarnya. Menurut informasi, hutan ini dahulu

merupakan hutan tempat dilakukanya ”Ngayau” yaitu tempat orang-orang etnis

Dayak bertarung dengan memenggal kepala lawan.

Masyarakat sekitar cukup mematuhi adat istiadat yang berlaku terhadap

hutan adat ini. Hingga kini Hutan Pungkun Medang (hutan adat II) cukup terjaga

kelestariannya karena adanya aturan adat yang cukup keras yang melarang

masyarakat sekitarnya untuk membuka lahan hutannya untuk kepentingan apapun

termasuk berladang. Masyarakat sekitarnya juga mempercayai bila melanggar

aturan adat tersebut akan mendapat ”bala” dan panenan hasil dari ladang tidak

akan membawa keberkahan bagi pemiliknya.

 

Page 58: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 58/172

IIVV..  MMEETTOODDEE PPEENNEELLIITTIIAANN 

AA..  LLookkaassii ddaann WWaakkttuu PPeenneelliittiiaann 

PPeenneelliittiiaann  iinnii  ddiillaak k ssaannaak k aann  ddii  K K eeccaammaattaann  SSee p paauuk k ,,  SSiinnttaanngg,,  K K eellaamm  PPeer r mmaaii 

ddaann  DDeeddaaii  K K aa b buu p paatteenn  SSiinnttaanngg K K aalliimmaannttaann  BBaar r aatt..  LLook k aassii  p peenneelliittiiaann mmeer r uu p paak k aann 

llook k aassii  yyaanngg  ddaa p paatt  mmeewwaak k iillii  eettnniiss  MMeellaayyuu  ddaann  DDaayyaak k ..  LLaammaa  p peenneelliittiiaann  llee b biihh 

k k uur r aanngg  33  b buullaann,,  yyaaiittuu mmuullaaii  b buullaann MMeeii  –  –   JJuullii  22000077.. LLook k aassii  p peenneelliittiiaann  ddiissaa j jiik k aann 

 p paaddaa GGaamm b baar r  22.. 

GGaamm b baar r  22  LLook k aassii p peenneelliittiiaann eemm p paatt  k k eeccaammaattaann ddii K K aa b buu p paatteenn SSiinnttaanngg 

BB..  AAllaatt ddaann BBaahhaann PPeenneelliittiiaann 

PPeer r aallaattaann ddaann b baahhaann yyaanngg  ddiigguunnaak k aann ddaallaamm p peenneelliittiiaann iinnii tteer r ddiir r ii  aattaass:: 

 AMBALAU

SERAWAI

KAYANHULU

KAYANHILIR

SUNGAITEBELIAN

    T    E    M    P    U    N    A    K

    S    E    P    A    U    K

    S    I    N    T    A    N    GDEDAI

KELAMPERMAI

KETUNGAUHULU

KETUNGAUTENGAH

KETUNGAUHILIR

#

#

#

#$

#

(

$

1°30' 1°30'

1°00' 1°00'

0°30' 0°30'

0°00' 0°00'

0°30' 0°30'

1°00' 1°00'

111°00'

111°00'

111°30'

111°30'

112°00'

112°00'

112°30'

112°30'

113°00'

113°00'

113°30'

113°30'

111

111

112

112

113

113

-1   -1

0   0

1   1

PETA LOKASI PENELITIANKABUPATEN SINTANG

PROP. KALIMANTAN BARAT

U

PETA KALIMANTAN

%SINTANG

%  Kab. Sintang

LEGENDA:

#

$

Lokasi InventarisasiPycnarrhena cauliflora

Lokasi Responden

SKALA 1:14.500.000

400 0 400 800km

#

#

#

Page 59: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 59/172

Page 60: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 60/172

3388 

PPeennyyeeddaapp rraassaa yyaannggAAnnccaammaann hhiillaannggnnyyaa TT ddiitii ll

Page 61: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 61/172

PPootteennssii 

sseennggk k uu b baak k  

PPeennyyeeddaa p p r r aassaa yyaanngg 

sseehhaatt 

BBeer r  p pootteennssii ttaannaammaann 

oo b baatt BBeer r nniillaaii p peennttiinngg (( p peemmaannf f aaaattaann k k hhaass)) 

T T r r aad d iit t iioonnaall 

K K nnoowwlleed d ggee 

TTiinnggggiinnyyaa tteek k aannaann tteer r hhaaddaa p p hhuuttaann,, aall:: 

--k k oonnvveer r ssii llaahhaann hhuuttaann 

--ddeef f oor r eessttaassii,, ddllll 

BBeelluumm ddiillaak k uuk k aann  b buuddiiddaayyaa 

AAnnaalliissaa VVeeggeettaassii && AAnnaalliissaa k k uuaannttiittaattiif f  

K K aa j jiiaann eettnnoo b boottaannii 

sseennggk k uu b baak k  

K K aa j jiiaann PPootteennssii sseennggk k uu b baak k  

&& vveeggeettaassii llaaiinn p paaddaa hhaa b biittaattnnyyaa 

WWaawwaannccaar r aa ddeennggaann mmaassyyaar r aak k aatt llook k aall 

DDeessk k r r ii p pssii t t r r aad d iit t iioonnaall k k nnoowwlleed d ggee 

(( p peennddook k uummeennttaassiiaann)) 

K K eer r aa p paattaannnnyyaa,, PPeennyyee b baar r aann,, 

k k oonnddiissii vveeggeettaassii p paaddaa 

hhaa b biittaattnnyaa,, aassoossiiaassiinnyaa,, ssttaattuuss 

K K aar r aak k tteer r iissttiik k  ddaann aass p peek k  k k oonnsseer r vvaassii sseennggk k uu b baak k  

PPeer r lluu uu p paayyaa k k oonnsseer r vvaassii// 

 p peelleessttaar r iiaann 

DDook k uummeennttaassii p peennggeettaahhuuaann 

 p peenngggguunnaaaann sseennggk k uu b baak k  

MMeemm p peellaa j jaar r ii k k oonnddiissii p poo p puullaassii sseennggk k uu b baak k ddii aallaamm 

IImm p plliik k aassii K K oonnsseer r vvaassii sseennggk k uu b baak k  

 p peemmaannf f aaaattaann,, p peer r lliinndduunnggaann ddaann p peennggaawweettaann sseennggk k uu b baak k  [[PP y yccnnaar r r r hheennaa ccaauullii f  f lloor r aa ((MMiieer r ss..)) DDiieellss..]] 

Page 62: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 62/172

Page 63: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 63/172

Page 64: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 64/172

Page 65: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 65/172

Page 66: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 66/172

Page 67: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 67/172

Page 68: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 68/172

Page 69: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 69/172

4477 

 N Niillaaii hhaar r aa p paann uunnttuuk k  sseell aa,, sseell b b,, cc ddaann dd aaddaallaahh 

EE((aa)) = ((aa++bb))((aa++cc))//NN

Page 70: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 70/172

EE((aa)) == ((aa++ b b))((aa++cc))// N N 

EE(( b b)) == ((aa++ b b))(( b b++dd))// N N 

EE((cc)) == ((cc++dd))((aa++cc))// N N 

EE((cc)) == ((cc++dd))(( b b++dd))// N N 

K K r r iitteer r iiaa uu j jii ddiillaak k uuk k aann ddeennggaann p peer r ssaammaaaann ssee b baaggaaii b beer r iik k uutt :: 

( )2

12

 E 

 E On

i

∑=

= χ   

K K eetteer r aannggaann :: 

OO  ==  FFr r eek k uueennssii hhaassiill p peennggaammaattaann 

EE  == FFr r eek k uueennssii HHaar r aa p paann 

ddf f  == ddeer r aa j jaatt b bee b baass yyaaiittuu ((r r --11))((cc--11)),, αα == 00,,0055 ((ttiinnggk k aatt ssiiggnniif f iik k aannssii 55 %%)).. 

JJiik k aa 2

 χ  hhiittuunngg >> 2

 χ  ttaa b beell,, mmaak k aa hhii p pootteessiiss b baahhwwaa tteer r ddaa p paatt aassoossiiaassii aannttaar r aa ss p peessiieess 

AA ddaann BB ddiitteer r iimmaa.. 

TTeer r ddaa p paatt dduuaa ttii p pee aassoossiiaassii,, yyaaiittuu :: 

((11))  PPoossiittiif f ,,  j jiik k aa  nniillaaii  oo b bsseer r vvaassii  aa>>EE((aa)),,  k k eedduuaa  ss p peessiieess  llee b biihh  sseer r iinngg  tteer r ddaa p paatt 

 b beer r ssaammaa--ssaammaa ddaar r ii p paaddaa sseennddiir r ii--sseennddiir r ii (( b bee b baass ssaattuu ssaammaa llaaiinn)).. 

((22))  N Neeggaattiif f ,,  j jiik k aa  nniillaaii  oo b bsseer r vvaassii  aa<<EE((aa)),,  k k eedduuaa  ss p peessiieess  llee b biihh  sseer r iinngg  tteer r ddaa p paatt 

sseennddiir r ii--sseennddiir r ii,, ddaar r ii p paaddaa b beer r ssaammaa--ssaammaa.. 

SSeellaann j juuttnnyyaa  ttiinnggk k aatt  aassoossiiaassiinnyyaa  ddaa p paatt  ddiiuuk k uur r   ddeennggaann mmeenngggguunnaak k aann  iinnddeek k ss 

DDiiccee ddaann IInnddeek k ss JJaaccccaar r dd ((LLuuddwwiigg && R R eeyynnoolldd 11998888)).. 

cba

a DI 

++=2

 

cba

a JI 

++=  

Page 71: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 71/172

4499 

d d aallaamm  MMaagguur r r r aann  ((11998888))..  IInnddeek k ss  k k eek k aayyaaaann  MMaar r ggaalleef f   ddiihhiittuunngg  ddeennggaann 

mmeenngggguunnaakkaann ppeerrssaammaaaann sseebbaaggaaii bbeerriikkuutt::

Page 72: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 72/172

mmeenngggguunnaak k aann p peer r ssaammaaaann ssee b baaggaaii b beer r iik k uutt:: 

DDmmgg  ==  N 

ln

1− 

K K eetteer r aannggaann :: DDmmgg==  IInnddeek k ss k k eek k aayyaaaann MMaar r ggaalleef f  

SS  ==  JJuummllaahh ss p peessiieess  N N  ==  JJuummllaahh iinnddiivviidduu 

bb..  KKeerraaggaammaann ssppeessiieess (( H  H ee t tee r r o o g gee n neeii t t y y)) 

UUnnttuuk k   mmeenngguuk k uur r   k k eer r aaggaammaann  ss p peessiieess  ddii  aar r eeaall  p plloott  p peennggaammaattaann  ddiigguunnaak k aann 

IInnddeek k ss  K K eer r aaggaammaann  SShhaannnnoonn--WWiieenneer r   yyaanngg  ddiihhiittuunngg  mmeenngggguunnaak k aann  p peer r ssaammaaaann 

ssee b baaggaaii b beer r iik k uutt :: 

HH’’  == -- ∑  pi pi ln.  

K K eetteer r aannggaann :: 

 p pii  == p pr r oo p poor r ssii j juummllaahh iinnddiivviidduu k k ee--ii ((nnii// N N)) 

HH’’ == iinnddeek k ss ddiivveer r ssiittaass SShhaannnnoonn 

cc..  IInnddeekkss KKeemmeerraattaaaann (( E Evvee n n n nee s s)) 

UUnnttuuk k   mmeenngguuk k uur r   ddeer r aa j jaatt  k k eemmeer r aattaaaann  k k eelliimm p paahhaann  iinnddiivviidduu  aannttaar r aa  sseettiiaa p p 

ss p peessiieess  ddiigguunnaak k aann  iinnddeek k ss  k k eemmeer r aattaaaann  ss p peessiieess  ttuumm b buuhhaann  p paaddaa  hhaa b biittaatt  sseennggk k uu b baak k  

ddiihhiittuunngg mmeenngggguunnaak k aann p peer r ssaammaaaann ssee b baaggaaii b beer r iik k uutt ((PPiieelloouu 11996699 d d aallaamm MMaagguur r r r aann 

11998888)):: 

JJ’’  == max

' D H  ;; 

K K eetteer r aannggaann :: JJ’’  ==  nniillaaii eevveennnneess ((00--11)) 

5500 

66..  KKeessaammaaaann KKoommuunniittaass 

UU tt kk lliihh tt kk kk iitt tt ii tt ll kk ii tt

Page 73: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 73/172

UUnnttuuk k   mmeelliihhaatt  k k eessaammaaaann  k k oommuunniittaass  vveeggeettaassii  aannttaar r   llook k aassii  p peennggaammaattaann 

ddiigguunnaak k aann  iinnddeek k ss  k k eessaammaaaann  k k oommuunniittaass  ((iinnd d ee x x  oo f  f   ssiimmiillaar r iit t  y y))  SSooeer r eennsseenn  yyaanngg 

ddiimmooddiif f iik k aassii oolleehh BBr r aayy aanndd CCuur r ttiiss ((11995577)) d d aallaamm ((MMaagguur r r r aann 11998888)),, yyaaiittuu:: 

IISS  == ba

+

.2 

K K eetteer r aannggaann :: 

IISS  ==  K K ooeef f iissiieenn k k oommuunniittaass WW  ==  JJuummllaahh ss p peessiieess yyaanngg tteer r ddaa p paatt p paaddaa dduuaa k k oommuunniittaass aa  ==  JJuummllaahh  ss p peessiieess yyaanngg tteer r ddaa p paatt p paaddaa k k oommuunniittaass aa 

 b b  ==  JJuummllaahh ss p peessiieess yyaanngg tteer r ddaa p paatt ddaallaamm k k oommuunniittaass b b.. 

5511 

UUnnttuuk k  mmeelliihhaatt aa p paak k aahh aaddaa p peer r  b beeddaaaann p peennggeettaahhuuaann ssuuk k uu DDaayyaak k  ddaann MMeellaayyuu 

tteer r hhaaddaa p p p peemmaannf f aaaattaann sseennggk k uu b baak k ,, mmaak k aa ddaa p paatt ddiigguunnaak k aann uu j jii CChhii--SSqquuaar r ee,, ddeennggaann 

Page 74: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 74/172

pp pp gg ,, pp gg jj qq ,, gg

tteer r llee b biihh  ddaahhuulluu  mmeemm b beer r iik k aann  nniillaaii  ssk k oor r   ddaar r ii  j jaawwaa b baann  r r eess p poonnddeenn  yyaanngg  mmeewwaak k iillii 

k k eedduuaa ssuuk k uu  tteer r ssee b buutt  tteennttaanngg p peemmaannf f aaaattaann  sseennggk k uu b baak k  yyaanngg mmeer r eek k aa k k eettaahhuuii.. N Niillaaii 

ssk k oor r  uunnttuuk k  p peennggeettaahhuuaann tteennttaanngg p peemmaannf f aaaattaann yyaaiittuu:: SSk k oor r  11 :: uunnttuuk k  nniillaaii 8800--110000%% 

 j jiik k aa  mmeemmiilliik k ii  k k eessaammaaaann  p peemmaannf f aaaattaannnnyyaa,,  SSk k oor r   22  ::  uunnttuuk k   nniillaaii  6600--7799%%  j jiik k aa 

mmeemmiilliik k ii k k eessaammaaaann p peemmaannf f aaaattaann.. SSk k oor r  33  :: uunnttuuk k  nniillaaii <<6600%% mmeemmiilliik k ii k k eessaammaaaann 

 p peemmaannf f aaaattaann.. 

PPeer r ssaammaaaann yyaanngg ddiigguunnaak k aann ddaallaamm CChhii--SSqquuaar r ee aaddaallaahh ssee b baaggaaii b beer r iik k uutt :: 

XX²²  ==  ∑∑ [[((OOii--EEii))²² // EEii]] 

K K eetteer r aannggaann :: 

XX²²  ==  nniillaaii CChhii--SSqquuaar r ee 

OOii  ==  OO b bsseer r vvaassii aattaauu f f r r eek k uueennssii p peennggaammaattaann EEii  ==  FFr r eek k uueennssii hhaar r aa p paann 

HHii p pootteessaa yyaanngg ddiiuu j jii :: 

HHoo ==  TTiiddaak k  aaddaa p peer r  b beeddaaaann p peennggeettaahhuuaann p peemmaannf f aaaattaann ssuuk k uu DDaayyaak k  ddaann MMeellaayyuu 

tteer r hhaaddaa p p p peenngggguunnaaaann sseennggk k uu b baak k .. 

HH11 ==  AAddaa p peer r  b beeddaaaa p peennggeettaahhuuaann p peemmaannf f aaaattaann ssuuk k uu DDaayyaak k  ddaann MMeellaayyuu 

TTeer r hhaaddaa p p p peenngggguunnaaaann sseennggk k uu b baak k .. 

K K r r iitteer r iiaa uu j jii:: 

JJiik k aa  XX²² hhiittuunngg >>  XX²² ((00..0055;;dd b b));; mmaak k aa tteer r iimmaa HH11 

JJiik k aa  XX²² hhiittuunngg ≤≤  XX²² ((00..0055;;dd b b));; mmaak k aa tteer r iimmaa HHoo 

5522 

Page 75: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 75/172

51

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 76: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 76/172

A. Etnobotani Sengkubak [ Pycnarrhena cauliflora (Miers.) Diels.]

1. Persepsi Masyarakat Dalam Pemanfaatan Sengkubak

a. Pemanfaatan Sebagai Penyedap Rasa Alami

Pemanfaatan sengkubak oleh komunitas lokal Dayak dan Melayu Sintang

adalah sebagai penyedap rasa alami yakni untuk menambah rasa manis pada

masakan. Pengetahuan tentang penyedap rasa dari sengkubak merupakan warisan

nenek moyang dalam mengolah masakan. Etnis Dayak di Sintang yang

melakukan pemanfaatan sengkubak sebagai penyedap rasa adalah kelompok

Dayak Siberuang, Sekujang, dan Desa. Pemanfaatan daun sengkubak sebagai

 penyedap rasa juga dilakukan oleh etnis Dayak Kenyah (etnis Dayak yang berada

di sekitar Taman Nasional Kayan Mentarang Kalimantan Timur), pemanfaatan

sengkubak di katakan mempunyai tiga nilai yaitu makanan, ekonomi, dan tanam

(Uluk et al. 2000). Komunitas lokal Dayak di Sabah, Malaysia juga

menggunakan daun Pycnarrhena tumetacta sebagai penyedap rasa (Hoe & Siong

1999), komunitas Dayak Iban di Kalimantan Barat menggunakan sengkubak

sebagai penyedap rasa (MacKinnon et al. 2000). Selain itu, pemanfaatan

sengkubak sebagai penyedap rasa juga dilakukan oleh Dayak Ransa di Dusun

 Nanga Juoi Kecamatan Menukung, Melawi Kalimantan Barat (Caniago & Siebert

1998).

b. Pemanfaatan Lain

Pemanfaatan lain dari sengkubak adalah untuk pengobatan luar dan nilai

magis. Pengetahuan mengenai manfaat sengkubak sebagai penyedap rasa,

 pengobatan, nilai magis adalah berbeda (χ 2 = 12,59 dan χ 

2 (0,05;2) = 5,99) antara

52

Pemanfaatan sengkubak untuk pengobatan yang diketahui oleh komunitas

lokal Melayu Sintang adalah bersifat pengobatan dari luar, seperti untuk “jaram”

Page 77: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 77/172

(istilah etnis Melayu untuk kompres menurunkan panas), “tapal” meletakkan

hasil ramuan bahan-bahan campuran dengan daun Sengkubak yang telah

ditumbuk untuk mengobati perut kembung dan batuk-batuk, pengobatan penyakit

“demam merona” yaitu penyakit demam yang sudah lama tidak sembuh-sembuh.

Komunitas Dayak Siberuang dan Dayak Sekujang mempunyai kepercayaan

 bahwa bahwa diantara buah sengkubak terdapat bagian yang disebut buntat, yang

dipercaya mempunyai nilai spiritual/magis sebagai jimat. Etnis Dayak Siberuang

dan Melayu Sintang percaya batang sengkubak dapat digunakan bersama kayu

Lukai (Goniothalamus macrophyllus  Hook.f.& Thoms.) dan bawang merah

sebagai penangkal, selain itu daun sengkubak bersama kayu Lukai juga dipercaya

sebagai penangkal dan digunakan untuk “merabun” (kegiatan membakar bahan-

 bahan/rempah untuk mengeluarkan asapnya yang dipercaya untuk mengusirmakhluk halus.

c. Bagian yang Digunakan

Bagian yang umum digunakan dari sengkubak adalah daun. Bagian-bagian

lain dari sengkubak yang dapat digunakan adalah batang dan buah. Pengetahuan

mengenai manfaat terhadap bagian-bagian yang dapat digunakan (daun, batang,

 buah) dari sengkubak adalah berbeda nyata antara etnis Dayak dan Melayu (χ 2 =

6,84 dan χ 2

  (0,05;2) = 5,99). Hal ini dapat dipengaruhi oleh adanya kepercayaan

 bahwa buah dan batangnya mempunyai nilai magis, etnis Dayak Sekujang dan

Siberuang Sintang percaya jika teras sengkubak yang berasal dari buah

sengkubak merupakan jimat penawar, etnis Melayu Sintang mempunyai

kepercayaan tentang batang sengkubak jika dibakar bersama kayu lukai dapat

menyadarkan orang yang sedang kesurupan (tidak sadarkan diri karena gangguan

makhluk halus) Pemanfaatan bagian-bagian dari sengkubak komposisi dan cara

53

Tabel 13 Komposisi dan pemanfaatan sengkubak oleh masyarakat di

Kabupaten Sintang Kalimantan Barat

Page 78: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 78/172

Bagianyang

digunakan

Peranan Takaran/Komposisi Cara pengolahan Peruntukkan

Daun Penyedaprasa

2-3 lembar/masakan Diiris kecil-kecil/Ditumbuk dan

dicampur dengan

sayuran

Memasak ikan dan beragam sayuran

Daun PengobatanTapal Daun sengkubak

Daun ribu-ribu

Daun medang piawasJintan hitam

Ketumbar kasar

Semua bahan

ditumbuk, ditapalkan

atau disemburkan pada perut si sakit

Perut kembung

disertai batuk-batuk

Daun Pengobatan

Jaram(Kompres)

Daun sengkubakDaun kembang

sepatu

Bawang merah 1 bijiBawang putih 1 biji

Daun sirih

Kulit pinang (1 buah)Daun puring panjang

kecil

Semua bahandimasukkan ke dalam

wadah berisi air

diremas-remasditambah sedikit cuka

dan nasi dingin satu

 butir

Demam panas

Daun Pengobatan

Untukmandi

Daun sengkubakKulit bawang merah

Kulit bawang putih

Air berasJintan hitam

Semua bahandimasukkan kedalam

wadah (bisa

tempurung kelapa)Dibuat pada malam

hari

Diembunkan diluarrumahDigunakan setelah

diembunkan untuk

mandi bagi si sakitsampai sembuh

Demam merayu atauDemam merona

(deman lama yang

tidak sembuh-sembuh)

Daun Nilai Magis

Merabun(membuat

asap untuk

mengusirroh-roh

 jahat)

Daun sengkubak

Kulit bawang merahKulit bawang putih

Kulit kayu lukai

Daun jeruk nipis

Semua bahan dibakar

asapnya untukmerabun

Anak bayi rewel

(menangis tanpasebab)

Zimat Daun sengkubak

K li k L k i

Daun sengkubak di

l kk did l

Zimat atau penangkal

khl k h l

54

Tabel 13 Lanjutan

Bagian Peranan Takaran/ Cara pengolahan Peruntukkan

Page 79: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 79/172

yang

digunakan

Komposisi

Batang Obat

keteguran(magis)

Kayu (batang)

sengkubakKayu lukai

Bawang merah

Kayu sengkubak

dibakar beserta kayulukai, hasilnya

digosok diujung

 bawang merah,

kemudian digosokkan

ke kuping orang yang

mengalami“keteguran”atau

kesurupan.

Orang yang

mengalami sakit ataukesurupan akibat

makhluk halus

Buah Nilai magis Buah atau bagianteras ”atau buntat”

Buah disimpan dalamdompet

Zimat ”Penawar”

Keterangan : Kayu Lukai (Goniothalamus macrophyllus Hook.f.& Thoms.)

Gambar 5 Teras sengkubak yang sudah disimpan selama ± 10 tahun olehseorang warga Dusun Medang, Kec. Dedai Sintang, tahun 2007.

55

d. Cara Pengolahan dan Penyimpanan

Cara pengolahan yang dilakukan oleh etnis Melayu dan Dayak untuk

Page 80: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 80/172

memanfaatkan sengkubak sebagai penyedap rasa adalah cukup bervariasi.

Berbagai variasi mengolahnya mulai dari ditumbuk halus, diiris tipis-tipis, dan

diremas-remas kemudian dituangkan ke dalam masakan. Takaran atau banyaknya

daun sengkubak yang diperlukan untuk setiap masakan adalah 3-4 lembar atau

sesuai selera. Pengetahuan cara mengolah sengkubak sebagai penyedap rasa

(diremas, diiris-iris, ditumbuk) adalah berbeda antara etnis Dayak dan Melayu

Sintang (χ 2  = 6,84 dan χ 

2  (0,05;2) = 5,99). Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh

faktor kebiasaan dalam menggunakan sengkubak, nenek moyang etnis kedua

suku mempunyai cara tersendiri dalam mengolah sengkubak, cara pengolahan

tertentu tersebut telah di contoh oleh generasi saat ini.

Teknis pengolahan agar dapat disimpan dan digunakan dalam waktu cukup

lama yaitu :

(a) Daun sengkubak yang baru di petik dibersihkan

(b) Daun ditumbuk halus atau dipotong kecil-kecil

(c) Hasil dari proses penumbukan atau potongan tersebut dikering anginkan

(d) Serbuk daun sengkubak kemudian disimpan ke dalam wadah bersih (botol).

Botol atau wadah yang berisi serbuk daun sengkubak di simpan untuk

digunakan sewaktu-waktu bila diperlukan. Teknis dan cara penyimpanan

Sengkubak sebagai serbuk penyedap alami merupakan salah satu ide orisinil yang

menarik untuk dikaji dan dikembangkan lebih lanjut.

Cara mengolah yang bervariasi dimaksudkan untuk mendapatkan khasiat

yang terdapat pada daun tersebut yaitu menambah rasa manis pada sayuran yang

di masak dan menghilangkan rasa pahit yang biasa ditimbulkan dari sayur-sayur

tertentu saat di masak.

e Pergeseran Penggunaan Sengkubak

56

adanya keadaan di mana generasi tua sudah mulai jarang menggunakan

sengkubak sebanyak 63,33% responden menyatakan sudah jarang menggunakan

Page 81: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 81/172

sengkubak, selain itu kurang berusaha mewariskan pengetahuan penggunaansengkubak kepada generasi mudanya.

Frekuensi/tingkat seringnya menggunakan sengkubak sebagai penyedap

rasa antara kedua etnis Dayak dan Melayu adalah tidak berbeda nyata pada taraf

kepercayaan 95% (χ 2  = 1,43 dan χ 

2(0,05;1) = 3,84). Frekuensi (seringnya)

menggunakan sengkubak sebagai penyedap rasa oleh kedua etnis berdasarkan

kelompok umur (umur produktif 15-54 tahun dan tidak produktif > 54 tahun)

adalah berbeda nyata (χ 2 = 5,62 dan χ 

2 (0,05;1) = 3,84) dalam arti bahwa kelompok

umur produktif berbeda dengan tidak produktif dalam hal frekuensi

menggunakan sengkubak. Hal ini disebabkan karena umur berkaitan dengan

 pengalaman yang dimiliki, umur > 54 tahun diasumsikan mempunyai

 pengalaman lebih dalam hal pengetahuan penggunaan sengkubak. Selain itu, bila dilihat dari tingkat pendidikan (tidak sekolah, SD, SMP, SMA/sederajat),

maka frekuensi (seringnya) menggunakan sengkubak adalah tidak berbeda antara

etnis Dayak dan Melayu Sintang (χ 2  = 1,071 dan χ 

2(0,05;3) = 7,81). Responden

yang memiliki pekerjaan sebagai tani, pedagang dan rumah tangga tidak berbeda

nyata tingkat seringnya menggunakan sengkubak sebagai penyedap rasa baik

 pada etnis Dayak maupun Melayu Sintang (χ 2 = 4,42 dan χ 2 (0,05;2) = 5,99). Jika

dilihat dari jarak antara pengguna sengkubak dengan tingkat seringnya

menggunakan sengkubak sebagai penyedap rasa (dekat, agak jauh, jauh dari

tempat tinggal), adalah tidak berbeda antara etnis Dayak dan Melayu (χ 2 = 1,65

dan χ 2 (0,05;2) = 5,99).

Tingkat seringnya menggunakan daun sengkubak sebagai penyedap rasatidak berbeda antara suku Dayak dan Melayu jika di lihat berdasarkan tingkat

 pendidikan, jenis pekerjaan, asal etnis, jarak antara tempat tinggal pengguna

sengkubak dengan tempat hidupnya sengkubak Tingkat seringnya menggunakan

57

Semakin jarang penggunaan sengkubak di kalangan generasi tua juga dipicu

oleh semakin sulitnya memperoleh sengkubak di lingkungan tempat tinggal,

Page 82: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 82/172

meningkatnya jumlah penyedap modern dalam berbagai bentuk dan kemasan,mendorong masyarakat menjadi lebih sering menggunakan penyedap modern

dibanding sengkubak. Implikasi dari semua peristiwa tersebut adalah hilangnya

 pengetahuan tradisional penggunaan sengkubak sebagai penyedap alami

terutama di kalangan generasi muda etnis Dayak dan Melayu.

 Namun demikian kearifan penggunaan sengkubak di kalangan etnis Dayak

saat ini masih dapat disaksikan. Di Dusun Suak Desa Manis Raya Kecamatan

Sepauk Sintang, sengkubak masih digunakan oleh sebagian besar warga dusun

tersebut untuk keperluan memasak sehari-hari. Rata-rata di hutan karet alam

campuran (mixed rubber plantation) milik warga, sengkubak masih dapat

dijumpai. Sengkubak tetap di jaga keberadaannya karena adanya pemanfaatan

yang intens oleh masyarakat.Regenerasi pengetahuan etnis Melayu dan Dayak terhadap sengkubak

mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata umur responden yang

dapat menjelaskan tentang sengkubak tergolong kelompok umur tua. Dari

kelompok umur produktif yang berusia di bawah 30 tahun hanya 1 orang

responden, yang berusia 31- 49 tahun 13 responden, dan yang berusia 50-54

terdapat 3 responden. Hal ini mengisyaratkan sulit menemukan responden yang

dapat menjelaskan tentang sengkubak yang berusia muda < 30 tahun. Dalam hal

ini pembagian kelompok umur produktif dan tidak produktif berdasarkan BPS

Sintang (2006). Komposisi umur responden yang termasuk dalam kelompok

umur produktif (15-54 tahun) sebesar 46,67% dan responden yang termasuk

dalam kelompok umur tidak produktif (>54 tahun) sebesar 43,33%.

2. Budidaya Sengkubak oleh Masyarakat

P f dil k k h d k b k d l h d

58

diikuti tindakan budidaya lama-kelamaan akan mengancam kelestarian spesies

tumbuhan tersebut.

Page 83: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 83/172

Sengkubak telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-harimasyarakat Dayak maupun Melayu Sintang terutama yang tinggal di pedalaman,

namun budidaya sengkubak belum menjadi bagian yang mengisi keseharian

masyarakat. Selama ini responden mendapatkan sengkubak dengan cara

memanen langsung dari hutan atau ladang karet alam campuran yang dimiliki

(93,33% responden).

Menurut responden, sengkubak sangat sulit dibudidayakan, karena

 pertumbuhannya sangat lambat, dan responden belum mengetahui cara budidaya

yang tepat untuk spesies yang sering digunakan ini. Belum ada teknis budidaya

lokal sengkubak baik dari etnis Dayak dan Melayu Sintang. Karena umumnya

sengkubak sudah ada dan tumbuh secara liar di hutan sekitar tempat tinggal.

Hal tersebut didukung oleh fakta bahwa dari semua responden, hanya 16,67%responden yang telah dan berusaha membudidayakan sengkubak yaitu dengan

menanamnya di sekitar tempat tinggalnya.

Sejak dahulu etnis Dayak dan Melayu di pedalaman Sintang memiliki

ikatan yang kuat dengan hutan. Mata pencaharian orang Dayak selalu ada

hubungannya dengan hutan. Hutan tempat berburu, bila hendak berladang pohon-

 pohon di hutan akan ditebang, bila hendak mengusahakan tanaman perkebunan

orang Dayak cenderung memilih tanaman yang menyerupai tanaman hutan

seperti karet, rotan, tengkawang dan sejenisnya. Kecenderungan tersebut

merupakan refleksi dari hubungan yang akrab yang telah berlangsung berabad-

abad dengan hutan dan segala isinya (Arman 1994 dalam Florus et al. 1994).

Sengkubak merupakan salah satu wujud pengetahuan yang lahir darihubungan etnis Dayak dan Melayu dengan hutan. Sejak dahulu masyarakat

terbiasa memenuhi kebutuhan sengkubak dengan memanennya langsung dari

hutan Saat di mana hutan tidak mengalami penyempitan atau pengurangan lahan

59

kering, dan lain sebagainya menjadi realitas yang harus dipertimbangkan ke

depan.

Page 84: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 84/172

Adanya realitas pengurangan wilayah hutan yang masih terus berlanjut,harus disikapi masyarakat pengguna sengkubak dengan harus turut memikirkan

apakah tindakan mengandalkan sengkubak dari hutan alam masih dapat

diharapkan. Budidaya sengkubak walaupun menurut penduduk sangat sulit

menemukan keberhasilan, namun dengan teknik atau budidaya lokal yang

sederhana harus terus-menerus dilakukan, bila tidak ingin kehilangan sengkubak

di hutan alam.

3. Jenis Sengkubak

a. Jenis Sengkubak Menurut Etnis Dayak Sintang

Secara umum masyarakat Dayak Sintang mengenal tumbuhan yang disebut

sebagai sengkubak adalah suatu tumbuhan yang sering ditemukan dalam keadaanmemanjat di antara pohon-pohon besar di hutan di mana daunnya sering

digunakan untuk menambah rasa manis pada setiap jenis masakan. Penggunaan

daun sengkubak merupakan tradisi dan pengetahuan leluhur yang dalam

mengolah masakan. Tumbuhan yang disebut sengkubak untuk kepentingan

tersebut adalah Pycnarrhena cauliflora.

Sebagian komunitas etnis Dayak menganggap sengkubak di alam terdiri

dari dua jenis, yaitu sengkubak laki-laki (Galearia filiformis) dan sengkubak

 perempuan (P. cauliflora). Komunitas tersebut juga menyatakan bahwa

sengkubak perempuan atau sengkubak jenis yang berakar dan merambat adalah

 jenis yang umum dipakai sebagai penyedap rasa masakan, karena rasanya yang

lebih enak, dibanding sengkubak laki-laki. Walaupun ada perbedaan pendapatdiantara etnis Dayak tentang spesies sengkubak laki-laki yang dimaksud, dalam

kesempatan ini pengenalan kelompok Dayak tentang kedua jenis sengkubak

di k d di jik d l j l b ik t

60

merambat dan menjalar untuk memunculkan cabang yang akan ditumbuhi daun

dan bunga. Ujung dari cabang-cabang ini tumbuh terus ke atas hingga memanjat

Page 85: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 85/172

 pohon-pohon yang ada disekitarnya. Batang atau akarnya sangat lentur sulitdipatahkan jika masih hijau. Daunnya terlihat mengkilat dari arah permukaan

(Gambar 8). Di tempat yang subur daunnya dapat berukuran lebih besar dengan

lebar dan panjang sekitar panjang 26 cm dan lebar 13 cm.

Gambar 7 Bentuk akar sengkubak perempuan (P. cauliflora)

Keberadaa sengkubak perempuan menurut penduduk saat ini sudah sangat

langka. Pembukaan lahan hutan bagi banyak penggunaan dan keperluan

 pembangunan telah menghilangkan banyak spesies-spesies baik yang sudah

diketahui manfaatnya atau spesies yang belum diketahui manfaatnya hilang dari

hutan, termasuk diantaranya sengkubak. Menurut responden pengguna

sengkubak, saat ini hanya hutan-hutan tertentu yang masih terdapat spesies

tersebut.

61

Ciri lainnya yang cukup penting adalah adanya pembungaan yang keluar

dari batang sehingga disebut cauliflora (Mackinnon et al. 2000). Buah sengkubak

Page 86: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 86/172

muncul dari batang sengkubak (Gambar 9). Sebagian etnis Dayak Sekujang, danDayak Desa menganggap ada bagian diantara buah sengkubak yang dipercaya

sebagai ”buntat atau teras” mengandung nilai magis. Buntat yaitu benda alam

yang diperoleh atau ditemui dalam atau dengan keadaan tidak normal atau

 berbentuk aneh (Muslim & Frans dalam Florus et al. 1994). Buntat sengkubak

dipercaya sebagai jimat penawar oleh sebagian orang Dayak. Bila

menggunakannya pada acara minum tuak, maka pada giliran minum orang

 berikutnya tuak tersebut akan terasa hambar (tuak adalah sejenis minuman

 beralkohol yang khas dibuat dari beras ketan yang di fermentasi, biasa dibuat

oleh suku Dayak dan sering dihidangkan acara-acara gawai adat Dayak ).

Gambar 9 Buah sengkubak koleksi Herbarium Bogoriense LIPI Cibinong.

Anakan yang berasal dari biji tumbuh menjadi individu tunggal seperti

anakan pohon lainnya, belum merambat. Setelah berumur dewasa untuk

 pertumbuhannya Sengkubak tumbuh berkembang merambat membuat cabang-

cabang baru, dan memanjat pohon-pohon yang ada disekitarnya. Anakan

sengkubak dengan ciri seperti ini banyak ditemui pada hutan Pungkun Medang

Kecamatn Dedai Sintang (Gambar 10) Lokasi hutan adat II Dusun Medang

62

Page 87: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 87/172

Gambar 10 Anakan sengkubak yang ditemukan di hutan pungkun Medang

Gambar 11 Batang atau perpanjangan akar sengkubak tumbuh melilit di pohon

dan batang yang berada didekat tempat tumbuhnya.

(2). Sengkubak laki-laki [Galearia filiformis (BI.) Boerl.]

Pohon kecil tinggi 5-12 m, batang 15-20 cm, kulit batangnya menunjukkan

tanda-tanda adanya alkaloid (Heyne 1987). Sengkubak laki-laki yang dimaksud

adalah sengkubak dengan ciri berkayu (berdiri), tumbuh tegak seperti individu

lainnya, tidak memanjat pada pohon lain. Ciri yang sangat penting yaitu pada

ujung cabang daun terdapat “malai” atau “serat” yang tumbuh menjuntai yang

menjadi tempat tumbuhnya bunga dan buah (Gambar 12). Daun tumbuh

63

Page 88: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 88/172

Gambar 12 Morfologi Galearia filiformis  saat sesudah dan belum berbunga

Penamaan sengkubak laki-laki oleh Dayak Sekujang dan Siberuang juga

dikenal oleh sebagian etnis Dayak Desa (etnis Dayak yang bermukim di Kec.

Dedai dan Kec. Kelam Permai) menyebutnya dengan nama “Kesepai”. Ujung

 pada pucuk daun pada saat baru tumbuh sering di makan binatang karena rasanya

manis (Gambar 13). Jenis sengkubak laki-laki ini banyak dijumpai di hutan

Kantuk Desa Paoh Benua Kecamatan Sepauk, diantaranya pada ladang karet

alam milik warga Kantuk. Sengkubak laki-laki jarang digunakan untuk memasak.

Penamaan dengan kata sengkubak dikarenakan bentuk daun dan rasa daun yang

manis mirip dengan fungsi sengkubak perempuan, sehingga disebut sengkubak

laki-laki. Dari segi rasa (taste) orang Dayak menyatakan sengkubak lebih manis

daripada G. filiformis.

64

cauliflora). Namun khusus pada etnis Melayu di Kecamatan Sintang, sengkubak

dikenal dalam tiga versi atau tiga spesies sengkubak. Ketiga spesies sengkubak

yang dimaksud adalah sengkubak macan (Excoecaria cochinchinensis Lour )

Page 89: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 89/172

yang dimaksud adalah sengkubak macan ( Excoecaria cochinchinensis  Lour.),sengkubak rebung (Staurogyne elongata), dan sengkubak sayur (Pycnarrhena

cauliflora.).

(1). Sengkubak Macan ( Excoecaria cochinchinensis Lour.)

 E. cochinchinensis  merupakan perdu bercabang banyak, di Jawa Tengah

dikenal sebagai daun sambang darah dan ditanam sebagai tanaman hias.Getahnya mempunyai sifat-sifat beracun, lebih beracun dari getah  E. agallocha 

LINN. Teysmannia (1910) dalam  Heyne (1987) menemukan bahwa pada

konsentrasi 1 : 500.000 getah dari  E. cochinchinensis  masih mematikan pada

ikan.  E. cochinchinensis  di Sintang tumbuh di dataran rendah, pada lahan

 pekarangan ataupun pada lahan yang sekali-kali tergenang air.

Di Jawa  E. cochinchinensis  biasa digunakan sebagai obat. Menurut

Vordermen dalam  Heyne (1987)  E. cochinchinensis  digunakan untuk

 pengobatan pendarahan setelah haid. Penggunaan ini berdasarkan ilmu simbolik

(signaturenleer ), menurut Boorsma dalam Heyne (1987), daunnya tidak bersifat

racun.

 E. cochinchinensis  yang dikenal oleh suku Melayu Sintang sebagaisengkubak macan adalah jenis tumbuhan perdu yang cukup menarik. Jenis ini

lebih dikenal karena daunnya digunakan sebagai bahan penghancur darah oleh

dukun-dukun etnis Melayu. Tidak ada penjelasan tentang penamaannya sebagai

sengkubak macan, tetapi jenis sengkubak ini dipercaya oleh suku Melayu Sintang

 berguna untuk keperluan pengobatan.

 E. cochinchinensis ditanam dan dipelihara oleh tetua etnis Melayu Sintang

yang mengerti dan memahami pengobatan (termasuk para dukun-dukun dan

mantri). Spesies ini termasuk dalam famili Euphorbiaceae, jika dilihat dari

65

(1a). Morfologi E. cochinchinensis 

Ciri yang paling menonjol adalah warna daun yang berbeda-beda antara

permukaan bagian depan dan belakang daun Permukaan depan daun berwarna

Page 90: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 90/172

 permukaan bagian depan dan belakang daun. Permukaan depan daun berwarna

hijau tua, sedangkan belakang daun bewarna merah hati (Gambar 14).

Gambar 14 Warna bagian belakang daun Excoecaria cochinchinensis 

 E. cochinchinensis  merupakan tumbuhan cukup cantik untuk dijadikan

tanaman hias karena warna daunnya yang cukup menarik (Gambar 15). Dari

semua lokasi pengamatan, E. cochinchinensis tidak sekalipun ditemukan di jalur-

 jalur pengamatan di enam lokasi pengamatan, melainkan hanya ditemukan

tumbuh dipekarangan rumah responden yang didata.

Gambar 15 Morfologi Sengkubak macan versi suku Melayu Sintang

66

 pengobatan adalah sebagai penghancur darah dan obat saat haid yang sering

menyebabkan rasa sakit. Penggunaan  E. cochinchinensis disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Penggunaan E cochinchinensis bagi pengobatan

Page 91: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 91/172

Tabel 14 Penggunaan E. cochinchinensis  bagi pengobatan

Bagian yang

digunakan

Komposisi Cara pengolahan Kegunaan

3-4 lembar Daun direbus, airnya

diminum

Penghancur darah

(diminum saat haid)Daun

3-4 lembar

di tambah akar kuning(Fibraurea chloroleuca)

Semua bahan direbusairnya diminum

Haid sering sakit

 E. cochinchinensis juga dikenal oleh dukun atau etnis Dayak tidak sebagai

sengkubak macan, tetapi dukun-dukun etnis Dayak menyebutnya daun pengobat

muntah darah dan menggunakan daun  E. cochinchinensis  sebagai obat untuk

menyembuhkan penyakit muntah darah.

(2). Sengkubak sayur ( Pycnarrhena cauliflora)

Sengkubak sayur atau sengkubak daun ubi merupakan spesies yang umum

dikenal oleh generasi tua pada etnis Melayu, di mana daunnya sering digunakan

sebagai penyedap rasa dalam sayuran. Pengenalan etnis Melayu terhadap

sengkubak sayur memiliki kesamaan dengan etnis Dayak secara keseluruhan

yang menganggap spesies tersebut adalah sengkubak yang biasa digunakan nenek

moyang sebagai “penyedap rasa alami” .

Kegunaan Sengkubak Sayur oleh etnis Melayu

Pola penggunaan sengkubak oleh etnis Melayu Sintang cukup menarik

untuk dicermati. Pengetahuan yang dimiliki dalam menjadikan atau mengemas

sengkubak sebagai penyedap rasa dan membuat sengkubak lebih praktis untuk

digunakan cukup menarik. Penggunaan sengkubak oleh etnis Melayu Sintang

disajikan dalam Tabel 15. Sengkubak yang telah tersedia dalam wujud serbuk

sangat praktis dan dapat digunakan dalam waktu yang lama untuk keperluan

67

Tabel 15 Penggunaan dan pengolahan sengkubak oleh etnis Melayu

Bagian yang

digunakan

Cara pengolahan Teknik

 penyimpanan

Kegunaan

D D d l j l h B b k k b k S b i b k

Page 92: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 92/172

g p y pDaun segar Daun segar dalam jumlah

lebih banyak ;Dibersihkan

Ditumbuk hingga halus

Dianginkan (dikeringkan)

Bubuk sengkubak

yang sudah halus disimpan dalam

wadah bersih,

seperti botol plastik

(bekas botol aguakecil)

Sebagai serbuk

 penyadap rasa atauserbuk ”micin

alami”

Walaupun sebagian besar etnis Melayu Sintang saat ini sudah sangat jarang

menggunakan sengkubak, namun dari wawancara diketahu bahwa selalu ada

keinginan untuk menggunakan sengkubak kembali sebagai penyedap rasa

masakan. Sengkubak tetap menjadi bagian kekayaan pengetahuan budaya

warisan nenek moyang yang dihargai dan tetap diinginkan dapat digunakan.

Gambar 16 Sengkubak melilit sebuah batang pohon, Lokasi hutan karet

alam campuran Dusun Suak Kecamatan Sepauk Sintang, 2007

(3). Sengkubak Rebung (Staurogyne elongata)

S. elongata merupakan golongan terna, termasuk dalam famili Acanthaceae,

 batangnya lunak dan lemah, tumbuh dihutan-hutan rindang. Akarnya digunakan

sebagai obat diureticum daunnya juga biasa digunakan sebagai obat (Heyne

68

dalam sayuran yang dimasak. S. elongata juga ditemukan di hutan adat I Sirang

(desa Sirang Setambang, Kecamatan Sepauk Sintang).

S. elongata  sangat berbeda karakteristiknya dengan sengkubak (P.

Page 93: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 93/172

cauliflora). Pemberian nama depan oleh etnis Melayu Sintang sebagai sengkubak

rebung, mungkin dikarenakan peranannya yang hampir sama yaitu dapat

digunakan sebagai penambah rasa manis pada masakan. Bedanya penggunaan S.

elongata dalam sayuran, lebih ditekankan pada penggunaan daunnya yang dapat

di makan sebagai bahan sayur yang manis, sedangkan sengkubak daunnya tidak

 berfungsi sebagai sayur, tapi semata-mata di ambil sarinya sebagai penyedap rasa

(to add sweet flavour ).

Gambar 17 Sengkubak rebung, lokasi desa Baning Kota Sintang

Pengetahuan penggunaan S. elongata  sebagai penambah rasa manis padamasakan terutama pada sayuran, ternyata juga dilakukan oleh etnis Dayak.

 Namun etnis Dayak mengenal spesies ini dengan sebutan ”Bodoso” (etnis Dayak

Sekujang, Desa Sirang Setambang). Cara penggunaan S. elongata  dalam

 pengolahan masakan disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16 Penggunaan S. elongata oleh Etnis Melayu Sintang

Bagian yang

digunakan

Takaran/

komposisi bahan

Cara pengolahan Kegunaan

69

atau ikan yang dimasak, dan dapat mengurangi rasa pahit yang ditimbulkan jenis

sayuran tertentu bila dimasak. Kegunaan lainnya adalah sebagai salah satu bahan

yang digunakan dalam pengobatan (lebih bersifat obat luar, seperti jaram), dan

k b k di i il i i d di l h b i t i

Page 94: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 94/172

sengkubak dianggap mempunyai nilai magis dan dipercaya oleh sebagian etnis

Dayak ataupun Melayu (Tabel 17).

Tabel 17 Pengetahuan etnis Dayak dan Melayu terhadap sengkubak

Sengkubak laki-

laki

Sengkubak perempuan Sengkubak macan Sengkubak rebung

Galearia filiformis Pycnarrhena cauliflora Exoecaria cochinchinensisDayak

Karakteristik Pohon kecil

Berkayu

Daun tumbuh

 berselang-seling

Ujung cabang dauntumbuh “malai”

Bunga tumbuh

 pada malai

Ukuran buah kecil

diameter < 1 cm

Tidak berkayu (berserat)

Akar merambat

Ujung cabang tumbuh

merambat

Bunga (buah) muncul dari batang

Ukuran buah diameter

 bisa > 1 cm

- -

Kegunaan Daun penambah

rasa manis padamasakan (jarang

digunakan)

Daun penambah manis

atau penghilan pahit padasayuran

Penangkal gangguanmakhluk halus

(daun sengkubak bersamakayu lukai)

Buah (buntat) atau “teras”untuk zimat penawar

Melayu

Karakteristik - Tidak berkayu (berserat)

Akar merambatUjung cabang tumbuh

merambat

Bunga (buah) muncul dari

 batang

Ukuran buah diameter bisa > 1 cm

Perdu bercabang banyak

Warna permukaan daun berbeda dg bagian

 belakang daun (bag depan

hijau, belakang daun

merah hati)

Terna

Ukuran daun kecil-kecil panjang x

lebar (4 x 1)

Bunga bewarna

 putih, ukuran

sangat kecil.

Kegunaan - Daun penambah manis

atau penghilan pahit padasayuran

Penangkal gangguan

makhluk halus

(daun sengkubak bersamakayu lukai)

Obat :

D k

Pengobatan

Penghancur darah (haidsering sakit)

Dicampur pada

sayuran(menambah rasa

manis)

70

 penting yang berguna bagi pengobatan belum diketahui. Namun bagi etnis Dayak

dan Melayu yang telah mengenalnya sengkubak (P. cauliflora), sengkubak

merupakan warisan pengetahuan nenek moyang yang perlu dilestarikan (100%

responden menyatakan harapan ke depan sengkubak perlu dilestarikan) Bahkan

Page 95: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 95/172

responden menyatakan harapan ke depan sengkubak perlu dilestarikan). Bahkan,

karena semakin sulitnya mendapatkan daun sengkubak, sehingga daunnya sering

menjadi buah tangan bila hendak mengunjungi keluarga atau sanak famili di

kampung yang lain.

B. 

Aspek Konservasi Sengkubak [ Pycnarrhena cauliflora (Miers.)  Diels.]

1. 

Kondisi Populasi Sengkubak

a. Potensi dan Penyebaran Sengkubak

Berdasarkan hasil inventarisasi pada formasi hutan sekunder di Kabupaten

Sintang, diketahui sengkubak mempunyai kerapatannya sebesar 14 ind/ha.

Potensi sengkubak tertinggi terdapat di hutan Medang sebesar 22 ind/ha, diikuti

oleh hutan Sirang sebesar 17 ind/ha, selanjutnya berturut-turut hutan Suak I

sebesar 10 ind/ha dan Suak II sebesar 9 ind/ha. Potensi yang cukup besar pada

hutan Medang antara lain karena faktor-faktor lingkungan yang dibutuhkan

sengkubak untuk perkembangan hidupnya cukup tersedia di hutan Medang.

Menurut Gardner et al.  (1991) kerapatan tanaman dipengaruhi oleh faktor

lingkungan, dan faktor lingkungan utama yaitu penyinaran, kelembaban dan

kesuburan tanah. Keterbatasan faktor-faktor lingkungan tersebut merendahkan

kerapatan tanaman.

Frekuensi atau penyebaran Sengkubak di hutan Medang cukup merata yaitu

sebesar 0,60. Penyebaran Sengkubak di hutan Sirang (0,24), hutan Suak I (0,28)

dan Suak II (0,16) tergolong rendah yaitu < 50%. Penyebaran Sengkubak yang

cukup tinggi di hutan Medang antara lain disebabkan oleh adanya faktor

 penyerbukan dan penyebaran biji buah Sengkubak. Data tentang frekuensi dan

71

Tabel 18 Kerapatan dan frekuensi Sengkubak (Miers.) Diels. di formasi hutan

sekunder Kabupaten Sintang KalimantanBarat

Lokasi PengamatanParameter

1 2 3 4

Total Rata-

rata

Page 96: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 96/172

Persentase anakan(%)

70,59 70 44,44 90,91 275,94 68,98

Frekuensi 0,24 0,28 0,16 0,60 1,28 0,32

Kerapatan (ind/ha) 17 10 9 22 58 14,5Ket : 1=Hutan adat I Sirang, 2=Ht. karet alam campuran I Suak, 3=Ht. Karet alam campuran II

Suak, dan 4= Ht. adat II Medang

Menurut Fitter dan Hay (1991), aspek-aspek yang mempengaruhi dalam

 pertumbuhan vegetasi ada 3 (tiga) macam yaitu pengaruh langsung pada

 persediaan atau stok sumber daya, pengaruh tidak langsung yang dicapai melalui

 pergantian lingkungan fisik (lebih umum lingkungan kimiawi) dan penyebaran,

seperti di dalam penyerbukan (penyebaran biji). Penyebaran Sengkubak yang

cukup tinggi (>50%) di hutan Medang diduga karena adanya aktivitas

 penyebaran biji yang dilakukan oleh binatang. Menurut Peters (1994) sebagian

 besar tumbuhan tropis bergantung secara ekslusif pada satwa-satwa untuk

memindahkan serbuk sarinya. Sebuah kajian yang dilakukan dalam sebuah petak

kecil di hutan dataran rendah di Costa Rica menemukan bahwa 139 (96,4%) dari

143 spesies pohon yang disurvei dibantu penyerbukannya oleh satwa-satwa

seperti serangga kecil, lalat, agas, kumbang, lebah dan kalong.

Penyebaran biji memberikan paling tidak tiga keuntungan ekologis bagi

tumbuhan. Sebutir biji yang tersebar mempunyai kemungkinan yang lebih besar

untuk terbebas dari keadaan berdesak-desakan dan kematian yang selalu terjadi di

 bawah naungan pohon induk. Penyebaran juga mempunyai kesempatan bagi biji

untuk menyebarkan spesies ke habitat-habitat baru (Peter 1994).

Berdasarkan inventarisasi, sengkubak memiliki rata-rata tinggi batang

sebesar 1,5 m dan rata-rata diameter batang sebesar 0,73 cm. Di lihat dari rata-

rata ukuran diameter dan tinggi batang sengkubak di formasi hutan sekunder

72

Tabel 19 Beberapa karakteristik botanis sengkubak di formasi hutan sekunder

Kabupaten Sintang Kalimantan Barat

Hutan sekunderKarakteristik

1 2 3 4

Rata-rata

Ki i i b ( ) 0 33 8 0 28 7 0 52 6 0 35 2 07

Page 97: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 97/172

Kisaran tinggi batang (m) 0,33-8 0,28-7 0,52-6 0,35-2,07 -Rata-rata tinggi batang (m) 1,68 1,55 2,16 0,61 1,5

Kisaran diameter (cm) 0,4-3,2 0,5-2,8 0,6-1,1 0,4-1,2 -

Rata-rata diameter (cm) 0,4 1,09 0,83 0,6 0,73Ket : 1=Hutan adat I Sirang, 2=Ht. karet alam campuran I Suak, 3=Ht. Karet alam campuran II

Suak, dan 4= Ht. adat II Medang

Rata-rata ukuran diameter sengkubak yang ditemukan menunjukkan

sebagian besar Sengkubak yang ditemukan adalah golongan anakan, artinya

terjadi regenerasi Sengkubak yang cukup baik di habitatnya (Gambar 18).

Semakin tinggi kelas diameter Sengkubak maka jumlahnya semakin sedikit.

Grafik yang memperlihatkan hubungan diameter dengan jumlah individu

Sengkubak merupakan grafik ”J terbalik” yang memiliki pengertian bahwa

keadaan populasi seperti tersebut adalah normal. Artinya dalam suatu komunitas

yang baik individu muda harusnya lebih banyak dari dewasa, sehingga regenerasi

tumbuhan berjalan.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

 ≤ 0.5 0.6-1.0 1.1-1.5 1.6-2.0 2.1-2.5 2.6-3.0 > 3.0

Kelas diameter (cm)

   J  u  m   l  a   h   i  n   d   i  v   i   d  u   (   i  n   d   /   h  a

73

35

40

45

50

(   N   /   h  a

Page 98: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 98/172

0

5

10

15

20

25

30

≤ 1 1,01-3,0 3,01-5,0 > 5,0

Kelas tinggi batang P. cauliflora (m)

   J  u  m   l  a   h   i  n   d   i  v   i   d  u

   

 

Gambar 19 Hubungan tinggi batang sengkubak dengan jumlah individunya

(ind/ha)

Demikian halnya dengan kelas tinggi sengkubak, bahwa semakin rendah

kelas tinggi batangnya, maka semakin besar jumlah individu sengkubakditemukan, demikian sebaliknya. Semakin tinggi kelas tinggi batang sengkubak,

maka semakin sedikit jumlah individu sengkubak ditemukan. Hal tersebut

semakin menegaskan bahwa jika diasumsikan bahwa tinggi batang individu

sengkubak anakan adalah < 1 m, maka hal tersebut sesuai dengan ”Grafik J

terbalik” pada kelas diameter sengkubak di atas. 

b. Pola Sebaran Spasial Sengkubak ( Pycnarrhena cauliflora)

Pola sebaran spasial sengkubak yang ditunjukkan pada formasi hutan

sekunder (selang kepercayaan 95%) di Kabupaten Sintang adalah cenderung

mengelompok. Pada hutan adat I (Sirang), hutan karet alam campuran I dan II

Dusun Suak pola sebarannya adalah mengelompok (clumped ), kecuali pada hutan

adat II Dusun Medang adalah seragam (uniform). Pola sebaran mengelompok

atau seragam biasanya ditemui akibat adanya keteraturan sebagai akibat adanya

kendala atau factor pembatas terhadap keberadaan jenis tertentu atau kesesuaian

74

individu dalam suatu unit areal menaikkan peluang individu lainnya pada unit

areal yang sama. Data pola sebaran sengkubak pada formasi hutan sekunder di

Kabupaten Sintang di sajikan pada Tabel 20.

Page 99: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 99/172

Tabel 20 Nilai standarisasi Indeks Morishita penyebaran spasial sengkubak

Sengkubak

Pada Id Mu Mc Ip

Penyebaran

Hutan Adat I

Sirang

4,9632 0,2751 1,9602 0,5652 Clumped

Hutan karet alam

campuran I Suak

1,6667 -0,2888 2,7071 0,1953 Clumped

Hutan karet alam

campuran II Suak

7,6389 -0,4499 2,9205 0,6068 Clumped

Hutan Adat II

Medang

0,7576 0,4477 1,7316 -0,2195 Uniform

Pada hutan adat I Sirang, hutan karet alam campuran I dan II Suak

sengkubak tersebar dengan pola mengelompok hal ini yang menunjukan bahwa

 jenis Sengkubak berkembang dan tumbuh baik pada tapak-tapak tertentu yang

sesuai dengan tuntutan hidupnya, antara lain berhubungan dengan ketersediaan

hara, cahaya, atau air. Selain itu pengelompokan terjadi berhubungan dengan

keberhasilan perkembangan dan regenerasinya yang tidak jauh dari induknya.

Pola penyebaran sengkubak yang seragam pada hutan adat II Dusun Medang

diduga di sebabkan oleh adanya penguasaan yang menyeluruh terhadap hampirseluruh kawasan, dengan kata lain kebutuhan tertentu yang diperlukan sengkubak

untuk tumbuh hampir merata pada seluruh kawasan. Hutan adat II Medang

mempunyai topografi yang relatif datar dengan celah-celah penerimaan cahaya

matahari yang hampir merata. Faktor-faktor yang telah disebutkan

mempengaruhi terbentuknya pola sebaran spasial. Faktor lain yang turut

mempengaruhi pola sebaran spasial adalah proses reproduksi dan regenerasi,

kompetisi, dan kebutuhan hara.

75

ditemukan pada hutan adat I Dusun Sirang, yaitu adanya asosiasi dengan Ubah

(Syzygium zeylanicum) pada tingkat pohon, dengan X2 hitung sebesar 4,4408 dan

X20,05(1)  adalah 3,841, dengan derajat asosiasi 0,375 ( Jaccard Index) dan 0,545

( Dice Index). Tipe asosiasi yang terjadi adalah asosiasi positif (a>E(a)), yakni

Page 100: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 100/172

kedua spesies yaitu sengkubak dan S. zeylanicum lebih sering terdapat bersama-

sama daripada bebas satu sama lain. Bruenig (1998) menyatakan bahwa spesies

yang jarang (rare spesies) biasanya berada pada kondisi tapak tertentu atau akan

membentuk pola asosiasi tertentu.

Pada hutan karet alam campuran II Dusun Suak asosiasi sengkubak dengan

 Nyatoh (Palaquium rostratum) pada tingkat tiang dengan X2  hitung sebesar

6,511 dan X20,05(1)  adalah 3,841, dengan derajat asosiasi 0,400 (JI) dan 0,571

(DI). Tipe asosiasi yang terjadi adalah asosiasi positif (a>E(a)). Pada hutan karet

alam campuran I Dusun Suak asosiasi sengkubak terjadi dengan karet ( Hevea

brasilliensis) pada tingkat pohon dengan X2  hitung sebesar 5,590 dan X

20,05(1) 

adalah 3,841, dengan derajat asosiasi 0,200 (JI) dan 0,333 (DI). Tipe asosiasi

yang terjadi adalah asosiasi positif (a>E(a)). Derajat asosiasinya, antara

sengkubak dengan karet tergolong rendah (<0,50). Selain itu asosiasi juga terjadi

 pada keladan ( Hopea dryobalanoides), dengan X2  hitung sebesar 5,590 dan

X20,05(1)  adalah 3,841. Dengan derajat asosiasinya lebih tinggi dari asosiasi

dengan karet yaitu 0,375 (JI) dan 0,545 (DI). Tipe asosiasi yang terjadi adalah

asosiasi positif (a>E(a)). Data asosiasi sengkubak dengan spesies lain disajikan

 pada Tabel 21.

Tabel 21 Asosiasi sengkubak dengan spesies lain tingkat pohon dan tiang.

Asosiasi sengkubak

dengan

Spesies lain

X2Hitung

(Chi-square) X20.05;1)

Jaccard / Dice

Index

Keterangan

Syzygium zeylanicum 4,44 3,84 0,37 / 0,54 Tingkat pohonHutan adat I Sirang

Palaquium rostratum 6,51 3,84 0,40 / 0,57

Tingkat tiang

Hutan karet alam

76

Asosiasi positip dapat menunjukkan adanya kondisi yang baik terhadap satu

spesies atau kedua spesies tersebut. Dalam lingkungan hutan yang heterogen,

asosiasi dapat berasal dari suatu kesamaan adaptasi dan respon terhadap

lingkungan dari beberapa spesies (Kusmana 1989). Asosiasi negatif yang terjadi

Page 101: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 101/172

 pada pasangan spesies lainnya, kehadiran bersama individu-individu spesies yang

 berbeda dapat bersifat indikatif daripada interaksi yang bersifat menghancurkan

atau merugikan terhadap satu atau dua spesies yang bersangkutan. Di dalam

lingkungan yang heterogen asosiasi negatif dapat mencerminkan adaptasi atau

respon daripada individu-individu spesies yang berbeda-beda terhadap faktor

lingkungannya (Kusmana 1989).

2. 

Kondisi Habitat Sengkubak

a. Karakteristik Fisik Habitat

Berdasarkan pengukuran terhadap beberapa faktor fisik lingkungan di

habitat sengkubak pada formasi hutan sekunder di Kabupaten Sintang

Kalimantan Barat, diketahui bahwa rata-rata ketinggian tempat tumbuh (habitat)

sengkubak adalah 72,36 m dpl. Berdasarkan data koleksi herbarium Sengkubak

di LIPI Cibinong, pada wilayah Kalimantan, sengkubak ditemukan pada

ketinggian 100-150 m dpl (Kalbar) dan 90-100 m dpl (Kalsel).Berdasarkan hasil survey lapang, sengkubak mempunyai karakteristik yang

khas, terutama dalam hal tempat tumbuh. Sengkubak tidak dapat tumbuh di

hutan-hutan yang lantai hutannya memiliki air yang tergenang, dan umumnya

ditemukan tumbuh pada dataran rendah (lembah) hingga perbukitan kecil, namun

tidak pada tanah rawa. Hasil pengamatan ini sesuai dengan informasi dari

masyarakat (pengetahuan masyarakat) bahwa sengkubak tidak dapat tumbuh di

hutan yang memiliki air tergenang.

Dari kisaran ketinggian lokasi ditemukan dan rata-rata ketinggian lokasi

77

2422

20

25

30

d  u   (   N   /   h  a

Page 102: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 102/172

12

0

5

10

15

< 50 50-100 101-150

Kelas ketinggian tempat (m dpl)

    J  u  m   l  a   h   i  n   d   i  v   i   d

 Gambar 20 Jumlah individu Sengkubak (ind/ha) berdasarkan ketinggian tempat

Gambar 20 menunjukkan ada kecenderungan bahwa jumlah sengkubak

akan semakin berkurang dengan kenaikan tinggi tempat tumbuhnya (m dpl).

Sengkubak paling banyak ditemukan pada lokasi dengan ketinggian <50 mdpl.

Ragam kerapatan sengkubak yang bisa dijelaskan oleh ketinggian tempat

ditemukannya sengkubak adalah sebesar (R 2

= 33%) dengan persamaan Y = 22,4

 – 0,109x (Pvalue =0,426).

Ketebalan serasah pada tempat tumbuh sengkubak, tergolong cukup tebal,

hal ini akan mempengaruhi kelembaban tanah pada habitat sengkubak (tempat

tumbuhnya). Semakin tebal serasah, kelembaban tanah juga semakin tinggi.

Ketebalan serasah ini juga akan mempengaruhi penyerapan air pada permukaan

tanah (infiltrasi air). Air lebih mudah terserap sehingga tidak menggenangi tanah.

Individu sengkubak cenderung berada pada tempat tumbuh dengan

ketebalan serasah 6-15 cm, hal ini disebabkan karena dengan ketebalan serasah

tersebut dapat menjaga kelembaban tanah yang diduga sesuai dengan kebutuhan

hidup sengkubak. Jika dilihat dari rata- rata suhu dan kelembaban lingkungan

tempat tumbuhnya sengkubak di kawasan hutan sekunder Kabupaten Sintang

78

13

1716

10

1214

16

18

u   d   i   t  e  m

  u   k  a

Page 103: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 103/172

65

0

2

4

6

8

10

≤ 5,0 6,0-10,0 11,0-15,0 16,0-20,0 >20,0

Kelas ketebalan serasah (cm)

   J  u  m   l  a   h   i  n   d   i  v   i   d  u

 

Gambar 21 Hubungan ketebalan serasah dengan jumlah individu sengkubak

Individu sengkubak cenderung berada pada tempat tumbuh dengan

ketebalan serasah 6-15 cm, hal ini disebabkan karena dengan ketebalan serasahtersebut dapat menjaga kelembaban tanah yang diduga sesuai dengan kebutuhan

hidup sengkubak. Data karakteristik fisik habitat sengkubak di hutan sekunder di

Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel 22.

Tabel 22 Beberapa karakteristik fisik sengkubak di formasi hutan sekunder

Kabupaten Sintang Kalimantan Barat

Hutan sekunder

KarakteristikHutan

Adat I

Sirang

Hutan

Karet

alamcampuran

I Suak

Hutan

Karet

alamcampuran

II Suak

Hutan

adat II

Medang

Rata-rata

Kisaran ketinggian tempat

tumbuh (m dpl)

27,75-

78,08

26,23-

115,9

61,61-

127,18

24,4-

132,37

-

Rata-rata ketinggian ditemukan

(m dpl)

43,99 62,37 118,68 64,38 72.36

Kisaran ketebalan serasah tempat

ditemukannya sengkubak (cm)

12-33 1,5-23 7-21,2 4-9,4 -

Rata-rata Ketebalan

serasah (cm)

16,76 8,5 13,71 5,76 11,18

79

data BPS Kabupaten Sintang (2006), temperatur rata-rata tahunan di Kabupaten

Sintang selama lima tahun dari tahun 2000-2004 adalah 26,89oC, di mana rata-

rata temperatur udara terendah sebesar 22,45oC dan temperatur udara tertinggi

sebesar 35,7oC. Kelembabab relatif rata-rata tahunan di Kabupaten Sintang

Page 104: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 104/172

selama tahun 2004 berkisar antara 82-90%, dengan kelembabab relatif rata-rata

tahunan sebesar 86,9%. Hal-hal tersebut menandakan sengkubak hidup pada

iklim basah.

Menurut data BPS Sintang (2006), dinyatakan bahwa Sintang tergolong

dalam daerah penghujan dengan intensitas tinggi, dan berdasarkan klasifikasi

klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, iklim di Kabupaten Sintang tergolong

iklim A, yaitu daerah yang bercurah hujan tinggi (Iklim basah), dengan bulan

 basah antara 7-9 bulan, sedangkan bulan kering 2-3 bulan. Hal ini dikarenakan

sebagian besar wilayahnya merupakan daerah perbukitan yaitu sebesar 62,74 %.

Sepanjang tahun 2005 jumlah curah hujan 3297,36 mm atau rata-rata 274,78

mm/bulan. Intensitas curah hujan yang cukup tinggi terutama dipengaruhi oleh

keadaan daerah yang berhutan tropis dan disertai kelembaban udara yang cukup

tinggi. Intensitas hujan yang tinggi biasanya mempengaruhi kecepatan angin.

Selain itu, penyinaran matahari di Kabupaten Sintang berkisar antara 42,0 s/d

71,0 % atau rata-rata 53,9 % (BPS Kabupaten Sintang, 2006). Dengan kondisi

tersebut, dapat dikatakan bahwa sengkubak selain hidup pada habitat dengan

curah hujan dan kelembaban tinggi, juga berada pada daerah dengan penyinaran

matahari yang cukup sepanjang tahun.

Faktor-faktor lingkungan tersebut dapat menjadi pertimbangan dalam

memiliki lokasi untuk melakukan budidaya sengkubak, terutama bila akan

mengembangkannya di luar habitat alaminya. Karena seperti yang dikatakan oleh

Gardner et al.  (1991) faktor lingkungan utama adalah penyinaran, kelembaban

dan kesuburan tanah, dan keterbatasan faktor-faktor lingkungan tersebut akan

berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman

80

b. Komposisi dan Dominasi Spesies Tumbuhan pada Habitat Sengkubak

(1). Tingkat Semai

Pada tingkat semai, ditemukan 69 spesies tumbuhan. Hasil penelitian

menunjukkan Hevea brasilliensis merupakan spesies yang dominan dan penting

Page 105: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 105/172

menunjukkan  Hevea brasilliensis merupakan spesies yang dominan dan penting

dalam populasi tingkat semai. Selanjutnya diikuti oleh semai dari spesies-spesies

 Hopea dryobalanoides, Syzygium zeylanicum,  Artocarpus integer ,

 Eleteriospermum tapos, Psychotria cf. sarmentosa BI, dan Litsea elliptica (Tabel

23). Jika dibandingkan dengan penelitian lain, maka penelitian Heriyanto (2004)

di kawasan hutan bekas tebangan (15 tahun) dan hutan primer di kelompok hutan

Sungai Lekawai-Jengonoi Kabupaten Sintang tingkat semai terdapat 59 spesies

 pada hutan sekunder dan 63 spesies hutan primer. Hasil penelitian Antoko dan

Kwatrina di kawasan wisata alam Granit Training Center (GTC) Taman Nasional

Bukit Tiga Puluh (TNBT) terdapat 51 spesies tumbuhan tingkat semai, sementara

yang dilakukan Sukmana et al. (2002) pada daerah penyangga TNBT ditemukan

63 spesies tumbuhan tingkat semai. Selain itu, famili-famili yang mendominasi

tingkat pertumbuhan semai pada habitat sengkubak disajikan pada Gambar 22.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

  E  u  p  h

 o  r  b  i a c

 e a e

  M o  r a c

 e a e

D  i  p  t e

  r o c a  r  p

 a c e a e

  M  y  r  t a

 c e a e

  R   u  b  i a

 c e a e

  L a  u  r a

 c e a e

  F a  b a

 c e a e

  D  i  l  l e  n  i a

 c e a e

A  n  i s o

  p  h  y  l  l

 e a c e a e

  S a  p o  t a c

 e a e

   I  n   d  e   k  s   N   i   l  a   i   P  e  n   t   i  n  g

   (   %   )

81

sekunder Sintang, dengan jumlah individu sebesar 5.300 ind/ha.  Hopea

dryobalanoides merupakan spesies dominan kedua (INP 16,31%) dengan jumlah

individu sebesar 2.600 ind/ha, Syzygium zeylanicum merupakan spesies dominan

ketiga (INP 15,20%) dengan jumlah individu sebesar 1250 ind/ha.

Page 106: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 106/172

Tabel 23 Lima spesies tumbuhan pada tingkat semai dengan INP tertinggi

di kawasan hutan sekunder di Kabupaten Sintang

 Nama Lokal & Nama Ilmiah Famili KR

(%)

FR

(%)

INP

(%)I. Hutan karet alam campuran I Dusun Suak

Karet( Hevea brasilliensis ) Euphorbiaceae 39,77 21,91 61,67

Engkerbang

(Psychotria cf. sarmentosa BI.)

Rubiaceae 17,87 17,14 35,01

Kepuak(Artocarpus elasticus Reinw.)

Medang

(Litsea elliptica Blume)

Keladan(Hopea dryobalanoides Miq.)

Moraceae

Lauraceae

Dipterocarpaceae

8,65

4,611

6,63

5,71

9,52

6,67

14,36

14,14

13,29

II. Hutan karet alam campuran II Dusun Suak

Keladan( Hopea dryobalanoides)

Dipterocarpaceae 29,35 22,58 51,00

Karet

( Hevea brasilliensis )

Engkerbang

(Psychotria cf. sarmentosa BI.)

Euphorbiaceae

Rubiaceae

26,81

5,44

16,13

8,25

42,28

13,68

Ubah

(Syzygium zeylanicum )

Medang( Litsea elliptica)

Myrtaceae

Lauraceae

6,16

3,62

7,22

8,25

13,38

11,87

III. Hutan adat I Dusun Sirang

Cempedak( Artocarpus integer  )

Moraceae 22,32 12,35 34,67

Ubah

(Syzygium zeylanicum)

Gerantung

(Fordia splendidissima)

Myrtaceae

Fabaceae

11.61

7.143

14,82

7,41

26,42

14,55

Simpur( Dillenia sp.)

Ribu-ribu

( Anisophyllea disticha )

Dilleniaceae

Anisophylleaceae

7.143

5,357

6,17

6,17

13,32

11,53

IV. Hutan adat II Dusun Medang

Kelampai( Eleteriospermum tapos)

Euphorbiaceae 40,08 13,56 53,64

Ubah

(Syzygium zeylanicum)Cempedak

(A t i t )

Myrtaceae

Moraceae

8,26

9,92

12,71

10,17

20,97

20,09

82

(2). Tingkat Pancang

Pada tingkat pancang ditemukan 89 spesies tumbuhan, dimana  Hevea

brasilliensis masih merupakan spesies yang dominan dan penting dalam populasitingkat pancang. Selanjutnya diikuti oleh pancang dari spesies-spesies

Page 107: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 107/172

 Horsfieldia irya, Litsea elliptica, Hopea dryobalanoides  dan Symplocos

cochincinensis (Tabel 24). Jika dibandingkan dengan penelitian lain, seperti pada

 penelitian Heriyanto (2004) di kawasan hutan bekas tebangan (15 tahun) dan

hutan primer di kelompok hutan Sungai Lekawai-Jengonoi Kabupaten Sintang

tingkat pancang terdapat 60 spesies (hutan sekunder) dan 58 spesies (hutan

 primer). Penelitian lain, Kwatrina et al.  (2003) di zona penyangga di Taman

 Nasional Bukit Tigapuluh pada tingkat belta (diameter 2-10 cm) terdapat 70

spesies tumbuhan. Sementara hasil penelitian Purwanto (2005) di Plot Permanen

di Sungai Tappa, Jambi (hutan sekunder) terdapat sekitar 120 spesies pohon

(diameter 2-10 cm). Famili-famili yang mendominasi tingkat pertumbuhan pancang disajikan pada Gambar 23.

0

10

20

30

40

50

60

Eup  h o  r  b  i a c

 e a e

My  r  i s  t  i c a c

 e a e

er o c a  r  p a

 c e a e

  L a  u  r a

 c e a e

Sym  p  l o c

 a c e a e

na c a  r

 d  i a c e a

 e

  R   u  b  i a

 c e a e

  M o  r a c

 e a e

  U  l  m a

 c e a e

  M  y  r  t a

 c e a e

B  u  r s e

  r a c e a e

   I  n   d  e   k  s   N   i   l  a   i   P  e  n

   t   i  n  g   (   %   )

83

 Hevea brasilliensis  masih merupakan spesies dominan yang memiliki INP

tertinggi (41,84%), dengan penyebaran individu merata dan jumlah individu

sebesar 312 ind/ha (19,176%).  Horsfieldia irya  merupakan spesies dominan

kedua dengan INP 21,46% dengan jumlah individu sebesar 104 ind/ha.

Sedangkan Hopea dryobalanoides merupakan spesies dominan ketiga (13 92%)

Page 108: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 108/172

Sedangkan  Hopea dryobalanoides merupakan spesies dominan ketiga (13,92%)

dengan jumlah individu sebesar 96 ind/ha.

Tabel 24 Lima spesies tumbuhan pada tingkat Pancang dengan INP tertinggi di

kawasan hutan sekunder di Kabupaten Sintang

 Nama lokal & nama ilmiah Famili KR(%)

FR(%)

DR(%)

INP(%)

I. Hutan karet alam campuran I Dusun Suak

Karet

( Hevea brasilliensis )Engkerbang

Psychotria cf. sarmentosa BI.)

Medang bulai

(Gironniera subaequalis Planch)

Bar(Symplocos sp.)

Jangau(Symplocos cochincinensis )

Euphorbiaceae

Rubiaceae

Ulmaceae

Symplocaceae

Symplocaceae

26,21

6,80

5,82

4,85

4,85

21,05

7,39

6,32

5,26

5,26

19,17

8,67

6,84

5,31

5,25

66,44

22,83

18,99

15,41

15,37

II. Hutan karet alam campuran II Dusun Suak

Karet

( Hevea brasilliensis )Keladan

( Hopea dryobalanoides )Kumpang

( Horsfieldia irya)Jangau

(Symplocos cochincinensis)

Medang( Litsea elliptica)

Euphorbiaceae

Dipterocarpaceae

Myristicaceae

Symplocaceae

Lauraceae

18,58

13,27

8,85

5,31

5,31

15,152

11,111

9,091

6,061

6,061

10,08

11,11

15,40

8,13

3,49

43,84

35,48

33,37

19,52

14,85

III. Hutan Adat I Dusun Sirang

Karet

( Hevea brasilliensis )

Kumpang

( Horsfieldia irya)Kemantan

( Mangifera foetida)

Euphorbiaceae

Myristicaceae

Anacardiaceae

31,57

8,42

7,36

20,253

10,126

8,860

5,25

14,67

14,54

57,08

33,22

30,77

Cempedak

( Artocarpus integer )

Medang( Litsea elliptica)

Moraceae

Lauraceae

6,31

6,31

6,329

6,329

10,19

5,78

22,84

18,42

IV. Hutan Adat II Dusun Medang

Kelampai

( Eleteriospermum tapos)M d

Euphorbiaceae

L

11,842

7 895

9,489

5 839

10,12

8 38

31,461

22 114

84

(3). Tingkat Tiang

Pada tingkat tiang ditemukan 69 spesies tumbuhan, dimana  Hevea

brasilliensis  merupakan spesies yang dominan dan penting dalam populasi

tingkat tiang. Selanjutnya diikuti oleh tiang dari spesies-spesies  Horsfieldia irya,

Syzygium zeylanicum Litsea elliptica dan Eleteriospermum tapos (Tabel 25)

Page 109: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 109/172

Syzygium zeylanicum,  Litsea elliptica, dan  Eleteriospermum tapos  (Tabel 25).

Jika dibandingkan dengan penelitian lain, seperti pada penelitian Heriyanto

(2004) di kawasan hutan bekas tebangan (15 tahun) dan hutan primer di

kelompok hutan Sungai Lekawai-Jengonoi Kabupaten Sintang tingkat tiang

terdapat 50 spesies pada hutan sekunder dan 57 spesies di hutan primer. Famili-

famili yang mendominasi tingkat pertumbuhan tiang disajikan pada Gambar 24.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

  E  u  p  h

 o  r  b  i a c e a

 e

  M  y  r  t a c e a

 e

  M  y  r  i s  t  i c a c e a

 e

  M o  r a c e a

 e

  U  l  m a c e a

 e

  L a  u  r a c e a e  F a

  b a c e a e

  R   u  b  i a c e a

 e

 A  p o c  y  n a c e a

 e

  D  i  p  t e

  r o c a  r  p

 a c e a e

  V e  r  b e

  n a c e a e

  E  b e  n a c e a

 e

Famili

   I  n   d  e   k  s   N   i   l  a   i   P  e

  n   t   i  n  g   (   %   )

 

Gambar 24 Famili-famili dominan tingkat tiang berdasarkan INP

 Hevea brasilliensis  merupakan spesies dominan yang memiliki INP

tertinggi (59,36%), dengan penyebaran individu merata dan jumlah individu

sebesar 77 ind/ha (21,16%). Syzygium zeylanicum  merupakan spesies dominan

85

Tabel 25 Lima spesies tumbuhan pada tingkat tiang dengan INP tertinggi

di kawasan hutan sekunder di Kabupaten Sintang

 Nama lokal & nama ilmiah Famili KR

(%)

FR

(%)

DR

(%)

INP

(%)I. Hutan karet alam campuran I Dusun Suak

Karet

(H b illi i )

Euphorbiaceae 24,69 20,83 30,00 75,53

Page 110: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 110/172

Keterangan : K = Kerapatan KR=Kerapatan Relatif F=Frekuensi FR=Frekuensi relative D=Dominansi

( Hevea brasilliensis )

Medang bulai(Gironniera subaequalis)

Pelaik pipit

( Alstonia angustifolia)

Keladan( Hopea dryobalanoides)

Leban

(Vitex pubenscens)

Ulmaceae

Apocynaceae

Dipterocarpaceae

Verbenaceae

12,35

7,41

6,17

4,94

11,11

8,33

5,56

5,56

12,52

5,66

4,99

4,37

35,97

21,40

16,72

14,86

II. Hutan karet alam campuran II Dusun Suak

Karet

( Hevea brasilliensis )Keladan

( Hopea dryobalanoides)

Kumpang

( Horsfieldia irya)

Jangau(Symplocos cochincinensis)

Medang

( Litsea elliptica )

Euphorbiaceae

Dipterocarpaceae

Myristicaceae

Symplocaceae

Lauraceae

23,71

8,25

6,19

5,15

5,15

16,67

9,52

5,95

5,95

5,95

23,61

3,39

5,20

2,97

5,18

63,82

25,40

33,37

16,45

16,28

III. Hutan Adat I Dusun Sirang

Karet

( Hevea brasilliensis )

Medang( Litsea elliptica)

Kumpang( Horsfieldia irya)

Gerantung(Fordia splendidissima)

Ubah(Syzygium zeylanicum )

Euphorbiaceae

Lauraceae

Myristicaceae

Fabaceae

Myrtaceae

39,08

9,19

9,19

6,90

5,75

24,64

11,59

10,14

8,70

7,25

34,19

8,09

7,96

8,70

6,72

97,91

28,88

27,29

24,28

19,72

IV. Hutan Adat II Dusun Medang

Kelampai

( Eleteriospermum tapos)

Ubah(Syzygium zeylanicum)

Cempedak

( Artocarpus integer )

Engkerbang(Psychotria cf. sarmentosa BI.)

Kayu malam

( Diospyros sp.)

Euphorbiaceae

Myrtaceae

Moraceae

Rubiaceae

Ebenaceae

15,91

11,36

8,33

7,58

4,54

10,38

14,15

8,49

6,60

5,66

16,79

12,67

7,88

7,27

4,00

43,09

38,19

24,71

21,46

14,20

86

tingkat pohon. Selanjutnya diikuti oleh pohon dari spesies-spesies  Litsea

elliptica,  Eleteriospermum tapos,  Artocarpus elasticus, dan  Artocarpus

lanceifolius  (Tabel 26). Jika dibandingkan dengan penelitian lain, seperti pada

 penelitian Heriyanto (2004) di kawasan hutan bekas tebangan (15 tahun) dan

hutan primer di kelompok hutan Sungai Lekawai-Jengonoi Kabupaten Sintang

Page 111: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 111/172

p p g g p g

tingkat pohon terdapat 54 spesies pada hutan sekunder dan 64 spesies di hutan

 primer. Kwatrina et al.  (2003), pada zona penyangga di TNBT pada tingkat

 pohon (>10 cm) terdapat 72 jenis tumbuhan. Dengan demikian keanekaragaman

 jenis pada tingkat pohon di lokasi penelitian di bandingkan dengan jumlah jenis

tingkat pohon pada hutan sekunder tergolong tinggi tinggi. Famili-famili yang

mendominasi tingkat pertumbuhan pohon disajikan pada Gambar 25.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

  E  u  p  h

 o  r  b  i a c

 e a e

  M o  r a c

 e a e

  L a  u  r a

 c e a e

 A  p o c  y  n

 a c e a e

  M  y  r  t a

 c e a e

  F a  b a

 c e a e

  M  y  r  i s  t  i c

 a c e a e

  D  i  p  t e

  r o c a  r  p

 a c e a e

  F a g  a c e a e

Famili

   I  n   d  e   k  s   N   i   l  a   i   P  e  n   t   i  n  g   (

   %   )

 

Gambar 25 Famili-famili dominan tingkat pohon berdasarkan INP

87

 Eleteriospermum tapos  merupakan jenis dominan ketiga (INP 16,70%) dengan

 jumlah individu sebesar 8 ind/ha (FR 5,05%).

Tabel 26 Lima spesies tumbuhan pada tingkat pohon dengan INP tertinggi

di kawasan hutan sekunder di Kabupaten Sintang

 Nama lokal & nama ilmiah Famili KR

(%)

FR

(%)

DR

(%)

INP

(%)

Page 112: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 112/172

(%) (%) (%) (%)

I. Hutan karet alam campuran I Dusun Suak

Karet

( Hevea brasilliensis )Kepuak

( Artocarpus elasticus)

Pelaik pipit

( Alstonia angustifolia )Mentawak

( Artocarpus lanceifolius )

Pelaik bukit

( Alstonia scholaris)

Euphorbiaceae

Moraceae

Apocynaceae

Moraceae

Apocynaceae

30,69

10.89

10,89

6,93

5,94

25,61

9,76

12,19

8,54

6,10

34,15

14,50

10,77

7,86

6,40

90,45

35,15

33,85

23,33

18,43

II. Hutan karet alam campuran II Dusun Suak

Karet( Hevea brasilliensis )

Keladan

( Hopea dryobalanoides )

Medang

( Litsea elliptica)Ubah

(Syzyzgium zeylanicum )

Kempili

(Quercus sp.)

Euphorbiaceae

Dipterocarpaceae

Lauraceae

Myrtaceae

Fagaceae

24,51

4,90

8,82

6,86

3,92

15,48

4,76

8,33

8,33

4,76

15,95

14,23

6,61

8,37

7,05

55,94

23,90

23,77

23,56

15,74

III. Hutan Adat I Dusun

Sirang

Karet( Hevea brasilliensis )

Cempedak

( Artocarpus integer )

Medang( Litsea elliptica )

Kumpang

( Horsfieldia irya)

Kepuak( Artocarpus elasticus)

Euphorbiaceae

Moraceae

Lauraceae

Myristicaceae

Moraceae

33,33

13,33

11,11

8,89

6,67

24,32

14,86

12,16

8,11

8,11

29,04

11,09

11,89

9,12

6,61

86,70

39,42

35,17

26,22

21,38

IV. Hutan Adat II Dusun Medang

Kelampai (Eleteriospermum tapos)

Petai(Parkia speciosa)

Medang(Litsea elliptica)

Mentawak( Artocarpus lanceifolius)

Ubah

(S i l i )

Euphorbiaceae

Fabaceae

Lauraceae

Moraceae

Myrtaceae

26,77

9,45

6,299

5,512

6,299

20,20

9,09

6,06

6,06

6,06

19,81

15,63

14,56

6,33

2,79

66,79

34,17

26,92

17,90

15,15

88

mengemukakan bahwa dominasi merupakan tipe keanekaragaman yang dicirikan

oleh distribusi horisontal dan ukuran tumbuhan. Dominansi dari suatu spesies

 pada tiap tingkatan spesies tumbuhan dapat memberi petunjuk daya survival

suatu spesies dalam suatu komunitas hutan. Indeks nilai penting merupakan

suatu bentuk gambaran struktur tegakan secara horizontal (Husch et al.  1982

Page 113: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 113/172

dalam Kissinger 2002). Suatu jenis dikatakan berperan jika INP tingkat pancang

dan anakan lebih dari 10% dan untuk tingkat pohon dan tiang sebesar 15%.

Bila dikaitkan dengan suatu pengelolaan hutan, spesies yang selalu

dominan pada tiap tingkatan vegetasi mempunyai peluang yang besar untuk tetapterjaga kelestariannya, seperti contoh :  Hevea brasilliensis,  Horsfieldia irya,

Syzygium zeylanicum,  Litsea elliptica, dan  Hopea dryobalanoides. Famili

Euphorbiaceae merupakan famili yang selalu dominan pada keempat hutan

sekunder tersebut, sejalan dengan hasil penelitian tersebut, menurut Newbery et

al  (1992) dalam  Mackinnon et al.  (2000) dikatakan bahwa Euphorbiaceae

merupakan suku utama ke dua di hutan-hutan di Borneo, kadang-kadang lebih

 banyak terdapat daripada Dipterocarpaceae.

Keempat lokasi kajian merupakan hutan sekunder di mana habitat tersebut

telah mengalami perubahan. Suatu habitat yang telah mengalami perubahan

akibat adanya gangguan seperti penebangan, deforestrasi, hama penyakit,

kebakaran dan lain-lain, maka tumbuhan yang ada akan mengadakan reaksi untukmerubah lingkungan sehingga berada pada kondisi yang cocok bagi spesies yang

telah ada atau lebih cocok pada individu-individu baru. Sehingga reaksi ini

memegang peranan penting dalam pergantian spesies (Shukla & Chandel 1982

dalam Kusmana & Istomo 1995).

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa dominasi suatu spesies yang

terjadi pada tiap tingkatan spesies tumbuhan dalam suatu tipe hutan terbentuk

melalui integrasi antara faktor kondisi spesies tumbuhan secara menyeluruh

(pertumbuhan dan perkembangan interaksi dengan tumbuhan lain proses

89

habitatnya juga dapat melestarikan spesies-spesies yang telah diketahui nilai dan

manfaatnya, misalnya spesies-spesies tumbuhan berkayu komersil, beragam

tumbuhan obat, tumbuhan unik seperti Nephenthes sp., yang terdapat di kawasan

hutan sekunder tersebut. Pengelolaan hutan-hutan tembawang (hutan karet alam

campuran) oleh masyarakat dapat di arahkan sebagai tempat penelitian. Hal ini

Page 114: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 114/172

dapat menjadi alternatif dalam melestarikan tumbuhan bernilai ekonomis tinggi

sekaligus dapat melestarikan ekosistem kawasan itu sendiri. Sehingga diharapkan

dapat mendatangkan keuntungan ekonomi yang besar jika dikelola dengan

 perencanaan yang benar dan dapat bermanfaat bagi masyarakat setempat(MacKinnon et al. 1993).

c. Keanekaragaman Spesies Tumbuhan pada Habitat Sengkubak

Keanekaragaman spesies merupakan suatu karakteristik tingkatan

komunitas berdasarkan organisasi biologinya yang dapat digunakan untuk

menyatakan struktur komunitas (Soegianto 1994). Konsep ini dapat digunakan

untuk mengukur kemampuan suatu komunitas pada suatu habitat dalam

menyeimbangkan komponennya dari berbagai ganggauan yang timbul. Secara

kuantitatif keanekaragaman spesies tumbuhan dapat diukur berdasarkan indeks

kekayaan, indeks keragaman spesies, indeks kesamaan komunitas dan indeks

kemerataan yang menandakan adanya pembagian individu yang merata diantara

 jenis. Hasil analisis data terhadap kondisi kenekaragaman spesies tumbuhan di

empat lokasi kajian (habitat sengkubak) disajikan pada Tabel 26.

Tabel 26 Keanekaragaman spesies tumbuhan pada habitat sengkubak

IndeksHabitat TingkatPertumbuhan N S

Dmg H’ J’Semai 112 21 4,24 2,72 0,89

Hutan Adat I Pancang 94 24 5,06 2,54 0,80Sirang Tiang 87 18 3,81 2,24 0,77

Pohon 90 17 3,56 2,25 0,79

90

Tabel 26 Lanjutan

IndeksHabitat Tingkat

Pertumbuhan N S Dmg H’ J’

Semai 242 34 6,01 2,47 0,70Hutan Adat II Pancang 152 45 8,76 3,42 0,90

Medang Tiang 132 38 7,58 3,14 0,86

Pohon 127 33 6,61 2,87 0,82

Page 115: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 115/172

Keterangan :

 N = Jumlah individu pada suatu habitatS = Jumlah spesies tumbuhan pada suatu habitat

Dmg = Indeks Diversitas MargalefH’ = Indeks keragaman Shannon-Wiener

J’ = Indeks kemerataan Shannon (Evennes Shannon)

Untuk mengetahui tingkat keragaman spesies di lokasi kajian, digunakan

kriteria indeks Shannon-Wienner. Kriteria nilai indeks keragaman spesies

Shannon-Wienner (Barbour et al.  1987) yang digunakan adalah : jika H’<1

dikategorikan sangat rendah, 1<H’≤ 2 kategori rendah, 2<H’≤ 3 kategori sedang,

3<H’≤ 4 kategori tinggi dan jika H’>4 kategori sangat tinggi.

Hutan adat I Sirang dan hutan karet alam campuran I Suak termasuk dalam

kategori sedang, hutan karet alam campuran II Suak dan hutan adat II Medang

memiliki keragaman spesies termasuk dalam kategori sedang hingga tinggi.

Keragaman spesies tinggi terdapat pada hutan karet alam campuran II Suak pada

tingkat pertumbuhan tiang (3,03) dan pada hutan adat II Medang pada tingkat

 pertumbuhan pancang (3,42) dan tiang (3,14). Nilai keragaman tumbuhan secara

keseluruhan terendah pada lokasi hutan Suak karet alam campuran I pada tingkat

 pertumbuhan semai sebesar 2,09 dan tertinggi adalah pada tingkat pertumbuhan

 pancang pada hutan Medang yaitu sebesar 3,42.

Keragaman spesies yang tinggi merupakan indikator dari kemantapan atau

kestabilan dari suatu tingkat pertumbuhan, dengan kata lain bahwa tingkat

 pertumbuhan tiang pada Suak II dan pancang serta tiang pada hutan Medang

mempunyai stabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat

t b h l i M t Od (1993) b h k k j di

91

gangguan terhadap komponen-komponennya. Semakin tinggi nilai keragaman

 jenis di suatu habitat, maka keseimbangan komunitasnya juga akan semakin

tinggi. Diagram keragaman spesies pada semua tingkat pertumbuhan berdasarkan

indeks Shannon-Wiener disajikan pada Gambar 26.

4

Page 116: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 116/172

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

Semai Pancang Tiang Pohon

Tingkat Pertumbuhan spesies tumbuhan

   I   n   d   e   k   s   k   e   r   a   g   a   m   a   n   s   p   e   s   i   e   s

Ht. adat I Sirang

Ht. karet alam

campuran I Suak Ht. karet alam

campuran II Suak Ht. adat II Medang

 

Gambar 26 Indeks keragaman spesies pada habitat sengkubak

Dari sudut pandang pengelolaan, tingginya keragaman spesies yang

diperlihatkan oleh hutan-hutan tropis merupakan dua sisi yang berbeda. Pada sisi

 positif, terdapatnya sejumlah besar sumber daya tumbuhan yang tersedia. Sisi

lainnya, akibat tingginya keragaman spesies, maka individu-individu biasanya

terdapat dalam kepadatan yang sangat kecil. Apabila terdapat sejumlah besar

spesies, maka tiap spesies hanya terwakili oleh beberapa individu saja (Peter

1994).

Indeks kekayaan spesies merupakan suatu indeks yang memberikan

 penjelasan tentang harapan menemukan spesies pada suatu komunitas tertentu.

 Nilai kekayaan spesies dipengaruhi oleh banyaknya jumlah spesies dan jumlah

92

memiliki nilai indeks kekayaan tertinggi kedua setelah hutan Medang. Hutan

Sirang memiliki kekayaan spesies terendah dari keempat lokasi kajian. Harapan

menemukan spesies lebih tinggi pada hutan Medang. Hutan Medang memiliki

 jumlah spesies dan jumlah individu tertinggi dibanding ketiga lokasi lainnya, hal

ini mempengaruhi nila indeks kekayaan spesiesnya menjadi lebih tinggi. Diagram

Page 117: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 117/172

yang menunjukkan indeks kekayaan spesies pada habitat sengkubak disajikan

 pada Gambar 27.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Semai Pancang Tiang Pohon

Tingkat pertumbuhan spesies tumbuhan

   I   n   d   e   k   s

   k   e   k   a  y   a   a   n   (   M   a   r   g   a   l   e   f   )

Ht. adat I Sirang

Ht. karet alam

campuran I Suak 

Ht. karet alamcampuran II Suak Ht. adat II

Medang

 

Gambar 27 Indeks kekayaan spesies pada habitat sengkubak

 Nilai indeks kemerataan merupakan ukuran keseimbangan antara suatu

komunitas satu dengan lainnya. Nilai ini dipengaruhi oleh jumlah spesies yang

terdapat dalam suatu komunitas (Ludwig & Reynolds 1988). Semakin tinggi nilai

keanekaragaman spesies di suatu habitat, maka keseimbangan komunitasnya juga

akan semakin tinggi. Keseimbangan antara komunitas pada tingkat semai dihutan Sirang mempunyai keseimbangan komunitas tertinggi sebesar 0,89, pada

tingkat pancang hutan Medang mempunyai keseimbangan komunitas tertinggi

93

 pertumbuhan spesies (berkisar 2,09-3,14), kekayaan spesies yang tinggi pada

tingkat pertumbuhan (berkisar 3,56-8,76) dan kemerataan spesies yang bervariasi

 pada berbagai tingkat pertumbuhan mulai dari 0,66 (tingkat semai) hingga 0,90

 pada tingkat pertumbuhan pancang.

Page 118: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 118/172

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.50.6

0.7

0.8

0.9

1

Semai Pancang Tiang Pohon

Tingkat Pertumbuhan spesies tumbuhan

   I   n   d   e   k   s   K   e   m   e   r   a   t   a   a   n

Hutan adat I (Sirang)

Hutan karet alam

campuran I (Suak I)Hutan karet alam

campuran II (Suak II)Hutan adat II (Medang)

 

Gambar 28 Indeks kemerataan pada habitat sengkubak

Variasi nilai indeks keanekaragaman pada berbagai tingkatan spesies

tumbuhan (semai hingga pohon) yang terjadi merupakan sesuatu yang

 berhubungan dengan karakteristik tempat tumbuh dan aktivitas yang

 berhubungan di dalam komunitas hutan tersebut. Sejalan dengan pendapat

tersebut, Bruenig (1995) menyatakan bahwa keanekaragaman spesies

 berhubungan dan dibatasi kondisi tanah di mana terdapat zone perakaran, aerasi

dan kelembaban tanah, kandungan hara dan kualitas humus. Kissinger (2002)

menyatakan bahwa aktivitas yang terjadi pada suatu hutan relatif berpengaruh

terhadap kondisi keanekaragaman yang ditampilkan.

94

sedangkan jika dua komunitas yang dibandingkan berlainan maka nilai IS

mendekati 0%. yang dimodifikasi oleh Bray and Curtis (1957) dalam Magurran

(1988).

Wilayah hutan Suak I dan Suak II (2-3) memiliki kesamaan komunitas yang

cukup tinggi (IS>50%) pada semua tingkat pertumbuhan, hutan Sirang dengan

S k I S k II d h t M d d t dik t ik iliki k

Page 119: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 119/172

Suak I, Suak II dan hutan Medang dapat dikategorikan memiliki kesamaan

komunitas rendah (IS<40%), kesamaan komunitas antara hutan Suak I dengan

hutan Medang dan Suak II dengan hutan Medang dapat dikategorikan sedang

 pada tingkat pertumbuhan tiang (IS mendekati 50%), pada tingkat pertumbuhansemai, pancang dan pohon pada lokasi tersebut kesamaan komunitasnya

tergolong rendah (IS<40%). Data indeks kesamaan komunitas pada habitat

sengkubak disajikan pada Tabel 27.

Tabel 27 Indeks kesamaan komunitas pada habitat sengkubak (hutan sekunder)

di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat

Indeks kesamaan komunitas

( Index of Similarity)Habitat sengkubak

Semai Pancang Tiang Pohon

Ht. Adat I Sirang – Ht. Karet alam campuran ISuak 0.24 0.24 0.39 0.21

Ht. Adat I Sirang – Ht. Karet alam campuranII Suak 0.20 0.23 0.35 0.15

Ht. Adat I Sirang – Ht. Adat II Medang 0.22 0.23 0.39 0.15

Ht. Karet alam campuran I Suak – Ht. Karet

alam campuran II Suak 0.53 0.51 0.62 0.51Ht. Karet alam campuran I Suak – Ht. Adat IIMedang 0.27 0.33 0.47 0.40

Ht. Karet alam campuran II Suak – Ht. Adat II

Medang 0.35 0.36 0.48 0.33

3. Ancaman Kelestarian Sengkubak

Ancaman kelangkaan dan kepunahan spesies tumbuhan, terutama

tumbuhan obat, lebih dikarenakan sebagian besar dari tumbuhan obat merupakan

tumbuhan liar yang hidup di alam. Heyne (1950) dalam  Zuhud dan Haryanto

95

Apabila laju pemungutan langsung dari alam lebih cepat dari laju kemampuan

alam untuk memulihkan populasinya, maka akan kelangkaan dan kepunahan

spesies tumbuhan tersebut tidak dapat dielakkan.

Penelitian dan informasi mengenai potensi, penyebaran, bioekologi dan

teknik penangkaran tumbuhan secara umum dan tumbuhan obat khususnya

masih sangat terbatas Di lain pihak publikasi dan informasi mengenai hal

Page 120: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 120/172

masih sangat terbatas. Di lain pihak publikasi dan informasi mengenai hal

tersebut sangat diperlukan guna mendasari upaya pelestarian pemanfaatan dan

 pengembangan usaha pemanfaatan tumbuhan obat khususnya melalui budidaya

 jenis. Keadaan ini menunjukkan bahwa peran lembaga ilmiah sangat diperlukandan perlu ditingkatkan. Pemanfaatan plasma nutfah tumbuhan untuk berbagai

keperluan manusia perlu diimbangi dengan upaya konservasnya, baik secara

insitu maupun eksitu, agar tidak terjadi penurunan populasi dan

keanekaragamannya (Zuhud & Haryanto 1991).

Menurut BPS Sintang (2006), proporsi wilayah hutan di Sintang yang

diperuntukkan untuk kepentingan hutan perlindungan dan pelestarian alam/taman

nasional dan hutan lindung adalah 25,03% dari luas total hutan 3.227.900 ha.

Sekitar 75% dari luas tersebut adalah untuk kepentingan hutan produksi terbatas,

hutan produksi biasa, pertanian lahan kering dan hutan produksi yang dapat

dikonversi. Dari proporsi seperti ini, jelas peluang dibukanya hutan-hutan yang

tersisa masih tinggi.Di sisi lain, dalam pengelolaan hutan umumnya liana kurang diperhatikan.

Hal ini berimplikasi pada spesies seperti sengkubak, karena bila tidak dikenal dan

diketahui manfaatnya secara luas maka sengkubak lama-kelamaan akan punah

 bersamaan dengan punahnya spesies yang belum dikenali lainnya. Berkurangnya

habitat sengkubak merupakan ancaman terhadap kelestariannya. Hilangnya

 pengetahuan tradisional (umur respoden > 50 tahun sebesar 53,33%), pembukaan

lahan-lahan hutan tembawang yang selama ini dikelola oleh masyarakat menjadi

perkebunan sawit atau penggantian pola ladang karet alam menjadi hutan karet

96

Selain itu, informasi yang diperoleh dari pola sebaran spasial sengkubak

 pada formasi hutan sekunder diketahui bahwa sengkubak cenderung membentuk

 pola penyebaran mengelompok (clumped ). Individu dengan pola spasial

mengelompok bila mendapat gangguan akan lebih cepat punah dibandingkan

individu yang menyebar random (Kissinger 2002). Pengelompokkan yang terjadi

memerlukan suatu bentuk habitat tertentu

Page 121: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 121/172

memerlukan suatu bentuk habitat tertentu.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola sebaran

spasial seperti proses reproduksi dan regenerasi, kompetisi, topografi, kebutuhan

hara dan cahaya merupakan variabel penting yang harus menjadi perhatian utamadalam pengelolaan hutan. Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan dalam

manajemennya diantaranya adalah menjaga kelestarian pohon induk, mengurangi

halangan bagi carrier   dalam proses dispersal, mengurangi kompetisi,

terpenuhinya kebutuhan hara dan cahaya. Intinya adalah bagaimana memadukan

syarat-syarat pertumbuhan yang membatasi keberadaan suatu spesies.

Sengkubak adalah salah satu bagian yang menjadi prioritas penyelamatan

dalam kegiatan konservasi. Karena sengkubak adalah tumbuhan yang khas (khas

dalam pemanfaatan), mempunyai potensi sebagai tanaman obat, mempunyai arti

tersendiri di kehidupan masyarakat pedalaman Sintang (baik Melayu maupun

Dayak), dan sengkubak juga hampir tidak dapat ditemukan di luar Kalimantan.

Luas daerah sebarannya juga semakin semakin kecil, peluang punahnya akantinggi jika hutan-hutan sekunder yang ada dan telah dikelola masyarakat selama

ini beralih fungsi menjadi lahan perkebunan atau lain sebagainya.

Sengkubak merupakan spesies yang diburu atau dipanen oleh manusia, jika

 perilaku pemanenan tidak memperhatikan aspek-aspek kelestariannya, maka

spesies ini akan lebih cepat punah (Primack 1998). Penyebab utama hilangnya

dan punahnya spesies-spesies tumbuhan yang ada berasal dari populasi manusia

yang berkembang dengan cepat, dari cara manusia yang dengan cepat

memperluas wilayah ekologisnya dan memanfaatkan sumber daya hayati dari

97

 berlebihan apalagi tanpa diikuti tindakan budidaya, polusi, perubahan iklim

global, serta industri pertanian dan kehutanan (UNEF 1995).

Lunturnya pengetahuan tradisional (erosi kebudayaan tradisional) yang

memiliki pemahaman tersendiri terhadap alam menyebabkan kesalahan dalam

 penerapan pengetahuan yang dapat menyebabkan gagalnya pengembangan

kebijakan yang mencerminkan nilai ilmiah ekonomis dan sosial Hal ini dapat

Page 122: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 122/172

kebijakan yang mencerminkan nilai ilmiah, ekonomis dan sosial. Hal ini dapat

mendorong kesalahan yang fatal dalam membuat perencanaan pengelolaan hutan

yang masih ada.

Sengkubak pernah ditemukan di pulau Jawa yaitu Pulau Panaitan tahun1951, Pantai Ngliyep Selatan Malang, Pantai Popoh Tulung Agung tahun 1914

(Herbarium Bogoriense, LIPI Cibinong 2007). Saat ini spesies tersebut hampir

tidak pernah terindentifikasi dalam beberapa kegiatan inventarisasi di Pulau

Jawa. Hal ini menunjukkan bahwa karena tidak adanya pengenalan manfaat

sengkubak di Pulau Jawa, cenderung membuat spesies tersebut menjadi kurang

diperhatikan keberadaannya dan mempercepat kepunahan spesies tersebut.

 Negara-negara tetangga, antara lain Philipina, Malaysia, dan Australia telah

melakukan pengujian bioaktif terhadap marga Pycnarrhena  ini, dan Philipina

telah menetapkan P. manillensis Vidal sebagai tumbuhan obat penting, dimana

akar dan batangnya digunakan sebagai tonik, tepung akarnya untuk mengobati

kolera (Anonim 2007). Malaysia telah melakukan hal yang sama terhadap margaPynarrhena  lainnya, diketahui daun dari P. tumetacta  mengandung protein

tinggi (Hoe & Siong 1999).

4. Implikasi Konservasi Sengkubak

a. Meningkatkan Nilai Sengkubak

Implikasi dari konservasi sengkubak yang pertama-tama dapat dilakukan

adalah meningkatkan nilai tambah dari sengkubak, dalam arti mengetahui

keunggulan lain yang dimiliki sengkubak selain peranannya sebagai penyedap

98

 Nilai ekonomi sengkubak dapat ditingkatkan antara lain dengan mengetahui

kandungan bioaktif sengkubak yang berperan untuk pengobatan. Karena sebagian

 besar spesies dari famili Manispermaceae seperti akar kuning [ Arcangelisia flava 

(L.) Merr.], brotowali [Tinospora crispa (L.) Diels.] merupakan tumbuhan obat.

Jika dikaitkan dengan anggota dari marga Pycnarrhena,  diketahui bahwa

sebagian besar bagian vegetatif dari marga Pycnarrhena mempunyai kandungan

Page 123: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 123/172

sebagian besar bagian vegetatif dari marga Pycnarrhena mempunyai kandungan

 bioaktif yang dapat digunakan sebagai bahan obat. Sebagai contoh akar dan

 batang dari Pycnarrhena manillensis Vidal (Philipina) memiliki enam kandungan

alkaloid yang terdiri dari 3 (tiga) non phenolic dan 3 (tiga) phenolic, tepung dariakar dan batangnya digunakan untuk mengobati penyakit kolera, akarnya

dikatakan juga berperan sebagai tonik (Philippine Medical Plants 2007), batang

dari Pycnarrhena ozantha  diketahui mengandung bahan bioaktif yang penting

 bagi pengobatan penyakit tumor. Hal tersebut dapat digunakan sebagai

 pendekatan untuk menduga bahwa sengkubak memiliki kandungan bioaktif yang

 bermanfaat dalam pengobatan Kegunaan dan kandungan kimia dari spesies

Pycnarrhena lainnya disajikan dalam Tabel 29.

Tabel 29 Kegunaan dan kandungan kimia genus Pycnarrhena (spesies lainnya)

Spesies Kandungan kimia AsalSpecimen

Peranan Bagianyang

digunakan

P. ozantha 1)

4 bisbenzylisoquinolinealkaloids

(+)-2-nortthalrugosine(+)-bisnorobamegine

(+)-bisnorthalrugosine

(+)-pycnazanthine

Papua Nugini

Obat tumor Batang

P. novoguinensis 2)

  Alkaloid jenis

magnoflorine

Indonesia Penghasil

alkaloid

P. manillensis3)

  Enam jenis alkaloid :

Pycnarrhine, ambaline,

ambalininine (non- phenolic), pycnaminde,

 pycnarrhinine,

 pycnarrhenamine

( h li ) Ak

Philipina Akar sebagai

tonik, tepung

dari akarobat kolera

Batang dan

akar

99

b. Konservasi Insitu dan Eksitu

Melakukan konservasi tumbuhan merupakan bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari kegiatan konservasi sumber daya alam hayati secara keseluruhan.

Konservasi sumber daya alam hayati adalah sebagai upaya pengelolaan sumber

daya alam hayati yang pemanfaatannya senantiasa memperhitungkan

kelangsungan persediannya dengan tetap memelihara serta meningkatkan

Page 124: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 124/172

kelangsungan persediannya dengan tetap memelihara serta meningkatkan

kualitas keanekaragaman dan nilainya. Tujuan dilakukannya konservasi tersebut

adalah untuk mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam dan

keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat lebih mendukung upaya

 peningkatan kesejahteraan masyarakat serta mutu kehidupan manusia (Dephut

1990). Menurut UU RI No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya

Alam Hayati dan Ekosistemnya, maka strategi yang digunakan untuk

mewujudkan tujuan konservasi adalah perlindungan sistem penyangga

kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwaliar beserta

ekosistemnya dan pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya.

Sengkubak mempunyai peranan sebagai salah satu sumber plasma nutfah

yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga

melakukan konservasi terhadap sengkubak berarti bukan hanya melakukan

 perlindungan dan pengawetan saja tetapi juga melakukan pemanfaatan yang

lestari. Pemanfaatan plasma nutfah tumbuhan untuk berbagai keperluan manusia

 perlu diimbangi dengan upaya konservasnya, baik secara insitu maupun eksitu,

agar tidak terjadi penurunan populasi dan keanekaragamannya (Zuhud &

Haryanto 1991).

Dalam melakukan cara pemanfaatan wilayah perlindungan dan sistem

 penyangga hendaknya senantiasa memperhatikan kelangsungan dan fungsi

 perlindungan di wilayah tersebut. Sesuai dengan pengertian tersebut maka tujuan

100

Kegiatan pengawetan menurut UU RI No. 5 Tahun 1990 dapat dilakukan

melalui dua macam kegiatan yaitu melalui konservasi secara insitu dan

konservasi eksitu. Secara Insitu berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun

1999, tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, maka pengelolaan di

dalam habitatnya dapat dilakukan dalam bentuk identifikasi, inventarisasi,

 pemantauan habitat dan populasinya, penyelamatan jenis, pengkajian, penelitian

Page 125: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 125/172

dan pengembangan (Dephutbun 1999a). Konservasi sengkubak secara insitu

dapat dilakukan dengan tetap mempertahankan keberadaan hutan karet alam

campuran atau hutan tembawang yang selama ini telah dikelola oleh masyarakatsetempat, terutama etnis Dayak. Hal tersebut direkomendasikan karena hutan-

hutan tersebut merupakan habitat sengkubak. Di dalam hutan karet alam

campuran terdapat beragam spesies tumbuhan, selain pohon karet alam sebagai

komoditi utama, juga terdapat pohon-pohon penghasil buah (durian, rambutan,

cempedak, terap), jenis pohon yang dapat dimanfaatkan kayunya seperti keladan,

meranti, medang, ulin, beragam tumbuhan obat, spesies-spesies unik seperti

aneka  Nephenthes, dan anggrek. Pengelolaan hutan karet alam campuran yang

dilakukan oleh masyarakat tersebut, bukan hanya sengkubak yang lestari tapi

 banyak spesies yang sudah diketahui nilai dan manfaatnya turut terlindungi dan

lestari dalam suatu komunitas hutan sekunder.

Konservasi eksitu merupakan upaya pengawetan spesies di luar kawasan

yang dilakukan dengan menjaga dan mengembangbiakan spesies tumbuhan dan

satwa liar. Kegiatan konservasi eksitu dilakukan untuk menghindari kepunahan

dari spesies tersebut. Menurut Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999 tentang

Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, maka pengelolaan jenis di luar

habitatnya dapat dilakukan dalam bentuk pemeliharaan, pengembangbiakan,

 pengkajian, penelitian, pengembangan rehabilitasi satwa, penyelamatan jenis

tumbuhan dan satwa liar. Konservasi sengkubak secara eksitu dilakukan dengan

mengembangkan kegiatan budidaya di luar habitat alaminya Karena dengan

101

Pemanfaatan sengkubak dan kondisi habitat sengkubak yang masih tersisa,

diketahui bahwa sebagian besar sengkubak yang dimanfaatkan masih bersifat liar

dan masih langsung dipungut dari hutan. Semakin terbatasnya hutan yang masih

terdapat sengkubak, hal ini harus segera diimbangi dengan tindakan budidaya.

Tindakan budidaya sebaiknya sudah mulai diupayakan terhadap sengkubak, jika

masyarakat beserta Pemda Kabupaten Sintang mempunyai keinginan untuk

Page 126: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 126/172

mengangkat dan mempertahankan keberadaan sengkubak sebagai salah satu

tumbuhan khas yang mempunyai nilai khusus di masyarakat. Selain itu tindakan

 budidaya juga merupakan upaya untuk menjaga sumber plasma nutfah atau

genetik.

Konservasi eksitu dan insitu tidak dapat dilakukan oleh pemerintah tanpa

dukungan dan partisipasi aktif masyarakat. Masyarakat dapat dimotivasi untuk

tetap mempertahankan pengelolaan hutan karet alam yang telah dilakukan dan

didorong untuk memperbanyak bibit sengkubak dan membudidayakan pula di

lingkungan sekitar tempat tinggal (di luar habitat alami). Adanya kecenderungan

 penggantian pola perkebunan ke arah perkebunan kelapa sawit di Sintang,

masyarakat harus melakukan perhitungan yang matang, dengan

mempertimbangkan aspek pelestarian bagi banyak spesies yang dapat

dipertahankan (termasuk sengkubak).

c. Pemanfaatan Sengkubak Secara Lestari

Hampir setiap jenis eksploitasi sumber daya hutan tropis akan

mengakibatkan dampak ekologis. Besarnya dampak secara tepat tergantung pada

komposisi tumbuh-tumbuhan hutan, dan terutama pada spesies tertentu atau

sumber daya yang dieksploitasi. Dampak awal pemungutan sumber daya

tergantung pada jaringan tumbuhan tertentu yang dipungut. Pada Sengubak

 bagian umum yang dipungut adalah bagian vegetatifnya yaitu daun.

Pemungutan dari struktur vegetatif menghasilkan salah satu dari dua

102

karena yang dipanen adalah bagian daun atau pucuk yang merupakan struktur

vegetatif, maka yang terjadi kemudian adalah permudaan kembali pada bagian

tersebut. Jika masyarakat dalam memanen sengkubak memperhatikan

kelangsungan pertumbuhannya, maka sesungguhnya pemanenan terhadap daun

sengkubak dengan batas-batas yang wajar tidak akan menyebabkan masalah yang

 berarti.

Page 127: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 127/172

d. Meningkatkan Pengetahuan dalam Pembudidayaan Sengkubak

Strategi konservasi sumber daya alam di era pelaksanaan otonomi daerah

saat ini, dapat dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat yang berada di

sekitar kawasan dengan membina perilaku produktif yang berwawasan

lingkungan, serta meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengelola sumber

daya alam tersebut, hal tersebut dapat dilakukan dengan penyuluhan, pendidikan

dan pelatihan (Sudarmadji 2002).

Dalam hal pengelolaan kawasan hutan, masyarakat etnis Dayak khususnya

telah memiliki pengetahuan yang cukup baik. Namun dalam budidaya

sengkubak, etnis Dayak dan Melayu Sintang belum memiliki teknik budidaya

lokal yang dapat digunakan. Untuk itu, perlu dilakukan upaya meningkatkan

 pengetahuan masyarakat terutama terhadap pembudidayaan sengkubak.

5. Pengelolaan Hutan oleh Etnis Dayak

Pengelolaan hutan oleh masyarakat dayak merupakan suatu strategi

konservasi yang dapat dilestarikan. Mengapa etnis Dayak, karena etnis Melayu

saat ini lebih terkonsentrasi berada di pusat kota kabupaten atau kecamatan, etnis

Dayak pada komunitas tertentu saat ini masih intens mengelola hutan karet alam

campuran. Di samping diperoleh manfaat dari segi ekonomi yaitu hasil getah

karet (kulat), hutan-hutan sekunder yang dikelola oleh etnis Dayak tersebut juga

k h bit t k b k di K b t Si t S k b k ih d t

103

kebutuhan sosialnya (ruang individu, keluarga dan masyarakat), kebutuhan

spiritualnya (tempat keramat, tempat pemakaman dan rumah ibadah), kebutuhan

ekonominya (hasil hutan, bahan baku dan kesempatan kerja) dan kebutuhan fisik

masyarakat (makanan, bahan bakar, obat-obatan dan alat).

Hutan merupakan sumber kebutuhan pokok dan ekonomi masyarakat, dari

hasil menoreh karet di hutan karet alam, setiap bulan setiap keluarga suku Dayak

Page 128: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 128/172

Desa, Siberuang dan Sekujang Sintang dapat menghasilkan rata-rata 160 kg kulat

(getah karet) atau setara dengan Rp. 1.120.000. Sebagian kebutuhan hidup dapat

dipenuhi dengan mengelola hutan karet alam di samping kegiatan menanam padi

di ladang yang tetap dilakukan untuk kebutuhan pangan sehari-hari.

Masyarakat Dayak mempunyai pandangan perspektif yang berbeda

terhadap hutan. Hutan dianggap sebagai sebuah ruang yang pernah dihuni oleh

 pendahulu/nenek moyang yang pengaruhnya terhadap hutan tersebut dapat

dilacak kembali. Masyarakat mempunyai aturan tersendiri dalam pengelolaan

hutan, ada sistem kepercayaan tradisional (norma, tabu, dan praktek tradisional

yang disepakati) yang mendukung nilai dan membimbing sistem pengelolaan

hutan yang dijalankan. Masyarakat memiliki pengetahuan yang luas terhadap

hutan yang dikelola, masyarakat pengelola sangat paham peranan masing-masing

 pohon atau tumbuhan yang terdapat di dalam kawasan yang dikelola. Sebagai

contoh masyarakat mengerti jenis pohon kempas (Koompasia malaccensis)

sebagai tempat bersarangnya lebah, pohon kempelas (Tetracera macrophylla)

 berguna sebagai bahan amplas tradisional, pohon rambai hutan (Sarcotheca

macrophylla) buahnya digunakan masyarakat sebagai pembersih kuku.

Adanya pemahaman terhadap kegunaan dari masing-masing komponen

yang terdapat dalam hutan yang dikelola, hal tersebut membuat masyarakat

sangat mengerti bagaimana memperlakukan hutan yang dikelola. Tindakan yang

diambil dalam pengelolaan hutan didasarkan atas pengetahuan dan pemahaman

yang mendalam terhadap masing masing komponen hutan Keunggulan lain dari

104

Page 129: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 129/172

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. 

Sengkubak [Pycnarrhena cauliflora (Miers.) Diels.] saat ini masih digunakan

oleh sebagian masyarakat Dayak dan Melayu Sintang sebagai penyedap alami.

Page 130: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 130/172

Pengetahuan mengenai manfaat sengkubak untuk keperluan penyedap rasa,

 pengobatan, nilai magis dan pengetahuan terhadap bagian-bagian yang dapat

digunakan (daun, batang, buah), serta pengetahuan cara mengolah sengkubaksebagai penyedap rasa (diremas, diiris, ditumbuk) adalah berbeda antara etnis

Dayak dan Melayu Sintang. Berdasarkan tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,

asal etnis,jarak tempat tinggal pengguna sengkubak dengan tempat hidupnya

sengkubak tidak berbeda antara Dayak dan Melayu dalam hal seringnya

menggunakan daun sengkubak sebagai penyedap rasa, namun berbeda

 berdasarkan kelompok umur (15-54 tahun dan > 54 tahun). Pengetahuan

 penggunaan sengkubak telah berkurang terutama di kalangan generasi muda

etnis Dayak dan Melayu Sintang.

2.  Kondisi populasi sengkubak (P. cauliflora) pada hutan sekunder di Kabupaten

Sintang adalah memiliki kerapatan 14 ind/ha, dapat ditemukan pada

ketinggian 50-150 m dpl, cenderung menyebar secara berkelompok, berasosiasi positif dengan  Hevea brasilliensis dan Syzygium zeylanicum untuk

tingkat pohon, dengan  Hopea dryobalanoides  dan Palaquium rostratum 

(tingkat tiang). Implikasi konservasinya adalah meningkatkan nilai sengkubak

dan melakukan konservasi sengkubak secara insitu dan eksitu. Secara insitu

dengan mempertahankan keberadaan hutan-hutan tembawang atau hutan karet

alam campuran yang dikelola oleh masyarakat dengan melakukan kemitraan

antara masyarakat, pemerintah, dan stakeholder   lain (Lembaga Swadaya

M k i i) S k i d b k

B. Saran

1. 

Perlu dilakukan peningkatan pemahaman arti pentingnya dan manfaat

 pelestarian sengkubak (P.cauliflora) terutama di kalangan generasi muda di

Kabupaten Sintang.

2.  Perlu dilakukan penelitian aspek budidaya sengkubak untuk menghasilkan

bibi b k d b k li k k i k i d

Page 131: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 131/172

 bibit yang banyak dan berkualitas untuk kepentingan konservasi dan

 pemanfaatan oleh masyarakat.

3. 

Perlu dilakukan uji fitokimia untuk mengetahui kandungan bioaktif sengkubak

untuk meningkatkan nilai atau pemanfaatan lainnya.

106

DAFTAR PUSTAKA

Abaouchacra ML, M Leboeuf, H Guinaudeau, A Cave and P Cabalion. 1987. The

Bisbenzylisoquinoline Alkaloids of Pycnarrhena ozantha.  Natural Product  50:375-380.

Anonim. 2007. Philippine Medicinal Plants: ambal (Pycnarrhena manillensis 

Vidal). www. stuartxchange.org/ambal.html-similar pages. [4 April 2007].

Page 132: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 132/172

) g g p g [ p ]

Anonim. 2007. The Ethnobotanical Garden. Htttp://www.forestry.sarawak.gov.

mu/forweb/research/frc/faciliti/ethnougdn.htm. [2 Mei 2007]

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang. 2006. Kabupaten Sintang Dalam

Angka. Sintang. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang.

Backer CA and BVD Brink. 1963. Flora of Java 1. Netherlands: N.V.P.

 Noordhoft Groningen.

[Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2003. Strategi dan

Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia 2003-2020. BadanPerencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta.

Bruenig EF. 1995. Conservation and Management of Tropical Rainforest : An

Integrated Approach to Sustainability. CAB International.

Caniago I and SF Siebert. 1998. Medical plant ecology, knowledge and

conservation in Kalimantan, Indonesia. Economic Botany 52(3):229-50 Jl/S.

Cotton CM. 1996. Ethnobotany Principles and Apllications. England: Wiley.

[Dephutbun] Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999a. Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan

Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Jakarta.

[Dephutbun] Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999b. Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan

Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Jakarta.

[Dephut] Departemen Kehutanan. 1990. Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

107

Fitter AH dan RKM Hay. 1981. Fisiologi Lingkungan Tanaman. S Andini,

 penerjemah; B Srigandono, editor. Yogyakarta:Gadjah Mada University Pres.

Florus P, S Djuweng, J Bamba dan N Andasputra.. 1994. Kebudayaan  Dayak:

 Aktualisasi dan Transformasi. Jakarta: Grasindo.

Gailea R. 2005. Identifikasi Pemanfaatan Dan Pengembangan Tumbuhan Obat Di

Sekitar Taman Nasional Lore Lindu. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana.

Institut Pertanian Bogor.

Page 133: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 133/172

Gardner FP, RB Pearce dan RL Mitchell. 1991. Fisilogi Tanaman Budidaya.

Universitas Indonesia. UI- Press. Jakarta.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia  (I-IV). Penerjemah; Badan

Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta:

Yayasan Sarana Wana Jaya.

Hendra M. 2002. Pemanfaatan Tumbuhan Buah-buahan dan Sayuran Liar Oleh

Suku Dayak Kenyah Kalimantan Timur. [disertasi]. Bogor: Program

Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Heriyanto NM. 2004. Suksesi Hutan Bekas Tebangan Di Kelompok Hutan SungaiLekawai-Jengonoi Kabupaten Sintang Kalimantan Barat. Penelitian Hutan

dan Konservasi Alam 1:175-191.

Hoe VB and KH Siong. 1999. The Nutrition Value of Indigenous Fruit and

Vegetables in Serawak. Clinical Nutrition  8:24-31. www.blackwell-

synergy.com [4 April 2007].

Kartikawati SM. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan Oleh MasyarakatDayak Meratus Di Kawasan Hutan Pegunungan Meratus Kabupaten Hulu

Sungai Tengah. [tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian

Bogor.

Kissinger. 2002. Keanekaragama Jenis Tumbuhan Struktur Tegakan, Dan Pola

Sebaran Spasial Beberapa Spesies Pohon Tertentu Di Hutan Kerangas. [tesis].

Bogor. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Kusmana C. 1989. Phitososiologi Hutan Hujan Pegunungan Gunung Gede

Pangrango, Jawa Barat. Laporan Penelitian. Tidak diterbitkan.

108

Krebs CJ. 1999.  Ecological Methodology. Second Edition. Canada: Addison-

Welsey Educational Publishers.

Loder J and R Neam. 1972. Tumour Inhibitory Plants: Two New Bisbenzyliso-

guinoline Alkaloid From Pycnarrhena ozantha (Menisperma-ceae). Chemistry 25(10):2193-2197. [2 Maret 2007].

Ludwig JA and JF Reynolds. 1988. Statistical Ecology: A primer on methods and

computing. New York: A Wiley-Interscience.

Page 134: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 134/172

MacKinnon J, K MacKinnon, G Child dan J Thorsell. 1986. Pengelolaan

Kawasan Yang Dilindungi di Daerah Tropika. penerjemah: Harry Harsono

Amir. Yogyakarta: Gadjah Mada Univ. Pr.

MacKinnon K, G Hatta, H Halim dan A Mangalik. 2000.  Ekologi Kalimantan.

Editor: Kartikasari SN. Jakarta: Prenhallindo.

Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement . London: Croom

Helm.

Maheswari JK. 1988. Ethnobotanical research and documentation. Symb.  Bot.

Usp. 28(3):207-217. Univ. Uppsala.

Martin GJ. 1998.  Etnobotani. Sebuah Manual Pemuliharaan Manusia dan

Tumbuhan. Edisi Bahasa Malaysia. Sabah: Natural History Publications

(Borneo).

 Nasution S. 2003.  Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: PT Bumi

Aksara.

 Ndero G dan R Thijssen. 2004. Studi Etnobotani: Menemukan Jenis-jenis

Tanaman Potensial. Tropical Ethnobiology 1:8-9. www.leisa.info [5 April

2007].

Odum EP. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada

Univ. Pr.

Purwanto Y, EB Waluyo dan JJ Afriastini. 2005. Keanekaragaman jenis hasil

hutan bukan kayu di Plot Permanen di sungai Tapah, Jambi. Tropical Ethnobiology 2:88-110.

Purwanto Y dan EB Waluyo 1992 Etnobotani Suku Dani di Lembah Baliem :

109

Primack RB, J Supriatna, JM Indrawan dan P Kramadibrata. 1998.  Biologi

Konservasi. Jakarta :Yayasan Obor Indonesia.

Rosalina U. 1996. Analisis Populasi dan Penyebaran Keanekaragaman Flora.Pusat Pengkajian Keanekaragaman Hayati Tropika Lembaga Penelitian.

Institut Pertanian. Bogor.

Soekarman dan S Riswan. 1992. Status pengetahuan etnobotani di Indonesia. Di

dalam Prosiding Seminar Dan Lokakarya Nasional Etnobotani Departemen

Page 135: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 135/172

dalam Prosiding Seminar Dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Departemen Pertanian RI,

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan Perpustakaan Nasional RI. Bogor.

Soerianegara I dan A Indrawan. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Departemen

Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Soegianto A. 1994. Ekologi Kuantitaf . Surabaya:Usaha Nasional.

Subagyo PJ. 1991. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek . Cetakan Kedua.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sudarsono NSB dan EB Waluyo. Pengelolaan Data Etnobotani. Di DalamProsiding Seminar Dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Departemen Pertanian RI,

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan Perpustakaan Nasional RI. Bogor.

Sudarmadji. 2002. Pentingnya Pemberdayaan Masyarakat dalam Upaya

Konservasi Sumber Daya Alam Hayati di Era Pelaksanaan Otonomi Daerah.

Dalam. Ilmu Dasar 3:50-55.

Uluk A, M Sudana dan E Wollenberg. 2001. Ketergantungan Masyarakat Dayak

Terhadap Hutan di Sekitar Taman Nasional Kayan Mentarang. CIFOR

(Center for International Forestry Research). Bogor.

Verpoorte, R. TA Van Beek. H Siwon. AB Svendsen. 1982. Studies on

Indonesian medical plants: Screening of some Indonesian Menispermaceae for

alkaloid. Pharmacy World & Science Vol 4. Springer Netherland.

Wilson EO. 1992. The Strategy for Biodiversity Concervation. Dalam: Global

Biodiversity Strategy (WRI, IUCN,UNEP). pp. 19-36.

110

Abaouchacra ML at al. 1987. The Bisbenzylisoquinoline Alkaloids of

Page 136: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 136/172

y q

Pycnarrhena ozantha. Natural Product 50:375-380.

Anonim. 2007. Philippine Medicinal Plants: ambal (Pycnarrhena manillensis 

Vidal). www. stuartxchange.org/ambal.html-similar pages. [4 April 2007].

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sintang. 2005. Kabupaten Sintang Dalam

Angka. Sintang. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang.

Backer CA. dan BVD Brink. 1963. Flora of Java. Vol.I. Netherlands: N.V.P.

 Noordhoft Groningen.

[Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2003. Strategi danRencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia 2003-2020. Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta.

Cotton, C. M. 1996. Ethnobotany Principles and Apllications. England: Wiley.

Cropper, S.C. 1993. Management of Endangered Plants. Melbaourne:CSIRO

Publications..

[Dephutbun] Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999a. Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan

Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Jakarta.

[Dephutbun] Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999b. Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Jakarta.

[Dephut] Departemen Kehutanan. 1990. Undang-undang Republik Indonesia

 Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya. Jakarta.

111

Gailea, R. 2005. Identifikasi Pemanfaatan Dan Pengembangan Tumbuhan Obat Di

Sekitar Taman Nasional Lore Lindu. [tesis]. Bogor: Program

Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Given, D.R. 1994. Principles And Practice of Plant Concervation Timber PressInc. Portland Oregon.

Hendra M. 2002. Pemanfaatan Tumbuhan Buah-buahan dan Sayuran Liar Oleh

Suku Dayak Kenyah Kalimantan Timur. [disertasi]. Bogor: Program

Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Page 137: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 137/172

j g

Kartikawati, S.M. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan Oleh Masyarakat

Dayak Meratus Di Kawasan Hutan Pegunungan Meratus Kabupaten Hulu

Sungai Tengah. [tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana. Institut PertanianBogor.

Krebs, C.J. 1978. Ecology: The experimental analysis of distribution and

abundance. Second Edition. New York: Harper and Row Publishers.

Loder J, and R. Neam. 1972. Tumour Inhibitory Plants: Two New

Bisbenzylisoguinoline Alkaloid From Pycnarrhena ozantha (Menisperma-

ceae). Chemistry 25(10):2193-2197. http://www.publish. csiro.au/paper/CH9722193.htm [2 Maret 2007].

Ludwig J.A. and J.F. Reynolds. 1988. Statistical Ecology: A primer on methods

and computing. New York: A Wiley-Interscience.

Magurran, A.E. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. London: Croom

Helm Limited.

Maheswari, JK. 1988. Ethnobotanical research and documentation. Symb. Bot.Usp. 28(3):207-217. Univ. Uppsala.

Martin, G.J. 1998. Etnobotani. Sebuah Manual Pemuliharaan Manusia dan

Tumbuhan. Edisi Bahasa Malaysia. Sabah: Natural History Publications

(Borneo).

MacKinnon, J.,K. MacKinnon, G. Child, J. Thorsell. 1993. Pengelolaan kawasan

yang dilindungi di daerah tropika. Alih bahasa: Harry Harsono Amir.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Noerdjito M dan dkk 2005 Kriteria Jenis Hayati Yang Harus Dilindungi Oleh

112

Purwanto, Y. dan E.B. Waluyo. 1992. Etnobotani Suku Dani di Lembah Baliem :

Tinjauan terhadap Pengetahuan dan Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan.

Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani I. Cisarua, Bogor.

Primack R.B., J., Supriatna, J., M., Indrawan, dan P., Kramadibrata. 1998. Biologi

Konservasi. Jakarta :Yayasan Obor Indonesia.

Singarimbun M, dan S., Effendie. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3S.

Soekarman dan S. Riswan. 1992. Status Pengetahuan Etnobotani Di Indonesia.

Prosiding Seminar Dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Departemen

P didik d K b d R blik I d i D t P t i

Page 138: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 138/172

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Departemen Pertanian

RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan Perpustakaan Nasional RI.

Bogor.

Soerianegara, I dan A. Indrawan. 1985. Ekologi Hutan Indonesia. Departemen

Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif: Metode Analisis Populasi dan

Komunitas. Usaha Nasional. Surabaya.

Sudarsono NSB dan EB Waluyo. Pengelolaan Data Etnobotani.dalam Prosiding

Seminar Dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan Republik Indonesia, Departemen Pertanian RI, Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan Perpustakaan Nasional RI. Bogor.

Sudarmadji. 2002. Pentingnya Pemberdayaan Masyarakat dalam Upaya

Konservasi Sumber Daya Alam Hayati di Era Pelaksanaan Otonomi

Daerah. Dalam: Jurnal Ilmu Dasar Vol.3 No. 1.pp.50-55.

Uluk, A., M., Sudana, dan E., Wollenberg. 2001. Ketergantungan Masyarakat

Dayak Terhadap Hutan di Sekitar Taman Nasional Kayan Mentarang.CIFOR (Center for International Forestry Research). Bogor.

Wilson, E.O. 1992. The Strategy for Biodiversity Concervation. Dalam: Global

Biodiversity Strategy (WRI, IUCN,UNEP). pp. 19-36.

Wong, J.L.G., K., Thornber, dan N., Baker. 2001. Resource Assessment of Non-

Wood Forest Products. Food and Agriculture Organization of the United

 Nations. Rome.

[UNEP] United Nations Environment Programme.1992. Strategi Keanekaragaman

Hayati Global. WRI. Washington.

Lampiran 1. Daftar nama responden sengkubak di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat

 No. Nama Responden Umur (th) Asal suku Jenis kelamin Pekerjaan

Tingkat

Pendidikan Alamat Agama Manfaat Bagian yg Mendapatkan

yg d iketahui dimanfaatkan sengkubak  1 Rostina 30 Dayak Siberuang P Tani SD Dusun Tawang Sari SP V Protestan penyedap rasa daun mengambil

Desa Sirang Setambang di hutan

Kec. Sepauk 

2 Mita 35 Dayak Siberuang P Tani SD Dusun Sei Nyilu (Kantuk) Protestan penyedap rasa daun mengambil

Desa Paoh Benua dihutan

Kec. Sepauk 

3 Libu 42 Dayak Siberuang L Tani tdk sekolah Dusun Sei Nyilu (Kantuk) Protestan penyedap rasa daun mengambil

Page 139: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 139/172

3 Libu 42 Dayak Siberuang L Tani tdk sekolah Dusun Sei Nyilu (Kantuk) Protestan penyedap rasa daun mengambil

Desa Paoh Benua penangkal di hutan

Kec. Sepauk 

4 Murni 56 Dayak Siberuang P Pensiun guru/ SPGc Desa Tanjung Ria Protestan penyedap rasa daun memesan

tani Kec. Sepauk dengan orang

5 Dayang Utami 62 Melayu P RT SMP Jl. Lintas Melawi No. 1 Islam penyedap rasa daun memesan

Kec. Sintang dengan orang

6 Abang Maslip B. 67 Melayu L Pensiun guru/ SMP Jl. YC. Oevang Oeray Islam penyedap rasa daun mengambil

tani Gg. Aneka 3 No. 6 Sintang untuk jimat`/ di hutan

 penangkal

7 Halidjah 70 Melayu P Tani tdk sekolah Jl. YC. Oevang Oeray Islam penyedap rasa daun mengambil

Gg. Gama Jaya Sintang untuk obat batang di hutan

untuk penangkal

8 Dayang Zaitun 62 Melayu P Tani SD Jl. Sintang Putussibau, Islam penyedap rasa daun mengambil

Akcaya Sintang untuk obat di hutan

9 Bajung 42 Dayak Desa L Tani SMP Dusun Ensaid Katolik penyedap rasa daun mengambil

Desa Ensaid Panjang, di hutan

Kec. Kelam Permai

10 Intana 60 Dayak Desa P Tani tdk sekolah Dusun Najak Protestan penyedap rasa daun mengambil

Desa Merpak di hutan

Kec. Kelam Permai

11 Kumba 70 Dayak Desa L Tani SD Dusun Najak Protestan penyedap rasa daun mengambil

Desa Merpak di hutan

Kec. Kelam Permai

12 Hermanus bintang 53 Dayak Desa L Tani SD Dusun Ensaid Protestan penyedap rasa daun mengambil

Desa Ensaid Panjang, di hutan

Kec. Kelam Permai13 Mad Amin 73 Melayu L Dukun tdk sekolah Jl. YC. Oevang Oeray Islam penyedap rasa daun mengambil

Gg. Gama Jaya Sintang untuk obat di hutan

14 Ukin 80 Dayak Siberuang L Tani tdk sekolah Dusun Suak Protestan penyedap rasa daun mengambil

Desa Manis Raya di hutan

Kec. Sepauk 

15 Damai 38 Dayak Siberuang P Tani SMP Dusun Suak Katolik penyedap rasa daun mengambil

Desa Manis Raya di hutan

Kec. Sepauk 

16 Tayang 40 Dayak Siberuang L Tani SD Dusun Suak Katolik penyedap rasa daun mengambil

Desa Manis Raya di hutan

Kec. Sepauk 

Lampiran 1 Lanjutan (Daftar Nama Responden Sengkubak di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat)

 No. Nama Responden Umur (th) Asal suku Jenis kelamin Pekerjaan ingkat Pendidika Alamat Agama Manfaat Bagian yg Mendapatkan

yg d iketahui dimanfaatkan sengkubak  

17 Skadok 55 Dayak Sekujang L ani (Ketua ada SD Dusun Setambang Katolik penyedap rasa daun mengambil

Desa Sirang Setambang "buntat"/teras buah (teras) di hutan

Kec. Sepauk 

18 Saminah 50 Dayak sekujang P Tani SD Dusun Setambang Katolik penyedap rasa daun mengambil

Desa Sirang Setambang di hutan

Page 140: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 140/172

g g

Kec. Sepauk 

19 Julong 43 Dayak Sekujang L Tani SMP Dusun Setambang Katolik penyedap rasa daun mengambil

Desa Sirang Setambang di hutan

Kec. Sepauk 

20 Suryati 43 Dayak Desa P Tani SMP Dusun Medang Katolik penyedap rasa daun mengambilDesa Harapan Jaya di hutan

Kec. Dedai

21 Yuliana 27 Dayak Desa P Swasta SMP Dusun Medang Katolik penyedap rasa daun mengambil

Desa Harapan Jaya di hutan

Kec. Dedai

22 Koni 60 Melayu L Mantri SPK Jl. Kartini Kampung Alai Islam penyedap rasa daun mengambil

Sintang untuk obat di hutan

23 Yusharlina 36 Melayu P RT SMA Jl. YC. Oevang Oeray Islam penyedap rasa daun mengambil

Gg. Aneka 3 No. 6 Sintang untuk obat di hutan

24 Usman 40 Melayu L Tani SMP Kampung Masukan darat Islam penyedap rasa daun mengambilSintang untuk obat di hutan

25 Machmud Effendi 64 Melayu L Pensiun TNI SMP Jl. Teuku Umar Gg. Jambu Islam penyedap rasa daun mengambil

Air Kampung Alai untuk obat di hutan

Kec. Sintang

26 Atong 46 Dayak desa L Pedagang SMP Dusun Medang Katolik penyedap rasa daun mengambil

Desa Harapan Jaya jimat penawar buah (teras) di hutan

Kec. Dedai "buntat"

27 Moses 32 Dayak Siberuang L Tani SMP Dusun Suak (SP I) Katolik penyedap rasa daun mengambil

Desa Manis Raya di hutan

Kec. Sepauk 

28 Singki 42 Dayak Siberuang L Tani SD Dusun Sei Nyilu (Kantuk) Katolik penyedap rasa daun mengambilDesa Paoh Benua di hutan

Kec. Sepauk 

29 Began 52 Dayak Desa L Tani SD Dusun Medang Katolik penyedap rasa daun mengambil

Desa Harapan Jaya jimat penawar buah (teras) di hutan

Kec. Dedai

30 Lau 68 Dayak Siberuang L Tani tidak sekolah Dusun Sei Nyilu (Kantuk) Katolik penyedap rasa daun mengambil

Desa Paoh Benua di hutan

Kec. Sepauk 

Lampiran 2. Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan pohon di hutan adat I Dusun Sirang Kecamatan Sepauk, Sintang

No Nama Lokal Nama Indonesia Famili Nama Ilmiah K KR F FR D DR INP

(ind/ha) (%) (%) (%) (%)

1 Cempedak Cempedak Moraceae  Artocarpus integer  (Thunb.) Merr. 12 13,33 0,44 14,86 1,33 11,10 39,29

2 Pelok kelik - Sapindaceae  Nephelium ramboutan-ake  (Labill.) Leenh. 1 1,11 0,04 1,35 0,20 1,67 4,13

3 K t K t E h bi H b ili i M ll ARG 30 33 33 0 72 24 32 3 48 29 04 86 70

Page 141: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 141/172

3 Karet Karet Euphorbiaceae  Hevea brasiliensis Muell. ARG 30 33,33 0,72 24,32 3,48 29,04 86,70

4 Kepuak Terap Moraceae  Artocarpus elasticus Reiwn. 6 6,67 0,24 8,11 0,79 6,61 21,38

5 Kayu asam - Sapindaceae  Nephelium laurinum  BI. 2 2,22 0,08 2,70 0,13 1,12 6,04

6 Kumpang Peredah burung Myristicaceae  Horsfieldia irya  (Gaertn.) Warb. 8 8,89 0,24 8,11 1,09 9,12 26,11

7 Jambu Belanda Jambu bol Myrtaceae Syzigium sp. 1 1,11 0,04 1,35 0,09 0,77 3,23

8 Ketikal Petaling Olacaceae Ochanostachys amentancea  Mast. 3 3,33 0,12 4,05 0,43 3,62 11,01

9 Jengkol   Jengkol Fabaceae Pithecellobium jiringa  Pram. 3 3,33 0,12 4,05 0,28 2,31 9,70

10 Medang Medang Lauraceae  Litsea elliptica  Blume 10 11,11 0,36 12,16 1,42 11,90 35,17

11   Ubah Kelat Myrtaceae Syzygium zeylanicum  (L.) DC. 5 5,56 0,20 6,76 0,37 3,09 15,40

12   Kayu ara Beringin Moraceae Ficus spp. 2 2,22 0,08 2,70 1,40 11,70 16,62

13   Mulik asuk Sendok-sendok Euphorbiaceae  Endospermum malacensis   2 2,22 0,08 2,70 0,22 1,80 6,72

14   Puduk Puduk Moraceae  Artocarpus kemando  Miq. 1 1,11 0,04 1,35 0,05 0,45 2,91

15 Mawang Kulim Olacaceae Scorodacarpus borneensisBecc. 1 1,11 0,04 1,35 0,16 1,30 3,76

16   Mentawak Keledang Moraceae  Artocarpus lanceifolius  Roxburgh. 1 1,11 0,04 1,35 0,16 1,34 3,80

17   Gerantung - Fabaceae Fordia splendidissima  (BI.ex Miq.) Buij. 2 2,22 0,08 2,70 0,37 3,07 8,00

90 100 2,96 100,00 11,97 100,00 300,00

Lampiran 3. Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan pohon di hutan karet alam campuran I Dusun Suak, Kecamatan Sepauk, Sintang

No Nama Lokal Nama Indonesia Famili Nama Ilmiah K KR F FR D DR INP

(ind/ha) (%) (%) (%) (%)

1 Karet Karet Euphorbiaceae  Hevea brasiliensis Muell. ARG   31 30,69 0,84 25,61 2,81 34,15 90,45

2 Mentawak Keledang Moraceae  Artocarpus lanceifol ius Roxburgh.   7 6,93 0,28 8,54 0,65 7,86 23,33

3 Leban Laban Verbenaceae Vitex pubescens   3 2,97 0,08 2,44 0,14 1,64 7,05

4 Selangking dada Tampang Moraceae Artocarpus dadah Miq 4 3 96 0 16 4 88 0 22 2 65 11 49

Page 142: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 142/172

4 Selangking dada Tampang Moraceae  Artocarpus dadah Miq.   4 3,96 0,16 4,88 0,22 2,65 11,49

5 Kepuak Terap Moraceae  Artocarpus elasticus  Reinw.   11 10,89 0,32 9,76 1,19 14,50 35,15

6 Sengkajang - Anonaceae  Xylopia ferruginea (Hk.f.ex Thoms.) Sinclair    4 3,96 0,16 4,88 0,24 2,93 11,77

7 Kedadak - Myristicaceae  Myristica villosa   1 0,99 0,04 1,22 0,11 1,36 3,57

8 Pelaik pipit Pulai pipit Apocynaceae  Alstonia angustifolia  King ex Gamble   11 10,89 0,40 12,20 0,89 10,77 33,85

9 Meniran - Rubiaceae  Lasianthus sp.   2 1,98 0,04 1,22 0,12 1,48 4,68

10 Entibab - Dipterocarpaceae  Dryobalanops fuscas   1 0,99 0,04 1,22 0,04 0,49 2,70

11 Purang Mahang Euphorbiaceae  Macaranga pruinosa  (Miq.) Muell. Arg.   1 0,99 0,04 1,22 0,04 0,51 2,72

12 Medang Medang Lauraceae  Litsea elliptica  Blume   2 1,98 0,08 2,44 0,08 0,97 5,39

13 Puduk Puduk Moraceae  Artocarpus kemando Miq.   1 0,99 0,04 1,22 0,05 0,62 2,83

14 Pelaik bukit Pulai Apocynaceae  Alstonia scholaris  (L.) R. Br.   6 5,94 0,20 6,10 0,53 6,40 18,44

15 Merhubong Mengkubang Euphorbiaceae  Macaranga gigantea  Muell.   3 2,97 0,12 3,66 0,26 3,21 9,84

16 Raba - Anacardiaceae  Mangifera havilandi i   1 0,99 0,04 1,22 0,04 0,44 2,65

17 Nyatuh Nyatoh terung Sapotaceae Palaquium rostratum  (Miq.) Burck.   1 0,99 0,04 1,22 0,08 0,94 3,15

18 Jengkol Jengkol Fabaceae Pithecellobium jiringa  Pram.   1 0,99 0,04 1,22 0,09 1,12 3,3319 Cempedak Cempedak Moraceae  Artocarpus integer  (Thunb.) Merr.   5 4,95 0,12 3,66 0,43 5,17 13,78

20 Kumpang Peredah burung Myristicaceae  Horsfieldia irya  (Gaertn.) Warb.   1 0,99 0,04 1,22 0,08 0,97 3,18

21 Sumpit Anyang-anyang Elaeocarpaceae  Elaeocarpus griffithi i  (Wight.) A. Gray   1 0,99 0,04 1,22 0,07 0,88 3,09

22 Keladan Keladan Dipterocarpaceae  Hopea dryobalanoides  Miq.   2 1,98 0,08 2,44 0,04 0,43 4,85

23 Kempili Pasang Fagaceae Quercus Sp.   1 0,99 0,04 1,22 0,04 0,51 2,72

101 100,00 3,28 100,00 8,22 100,00 300,00

Page 143: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 143/172

Page 144: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 144/172

127 100,00 3,96 100,00 16,34 100,00 300,00

Page 145: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 145/172

Lampiran 6. Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan tiang di hutan adat I Dusun Sirang Kecamatan Sepauk, Sintang

No Nama Lokal Nama Indonesia Famili Nama Ilmiah K KR F FR D DR INP

(%) (%) (%) (%)

1 Kumpang Peredah burung Myristicaceae  Horsfieldia irya  (Gaertn.) Warb.   32 9,20 0,28 10,14 0,46 7,96 27,30

2 Karet Karet Euphorbiaceae  Hevea brasiliensis Muell. ARG   136 39,08 0,68 24,64 1,99 34,19 97,91

3   Sengkajang - Anonaceae  Xylopia ferruginea (Hk.f.ex Thoms.) Sinclair    4 1,15 0,04 1,45 0,09 1,60 4,20

4   Sumpit Anyang-anyang Elaeocarpaceae  Elaeocarpus griffithii  (Wight.) A. Gray   8 2,30 0,08 2,90 0,15 2,51 7,71

5   Medang Medang Lauraceae  Litsea elliptica  Blume   32 9,20 0,32 11,59 0,47 8,10 28,89

6   Puduk Puduk Moraceae  Artocarpus kemando MIQ   8 2,30 0,08 2,90 0,14 2,32 7,52

7 Gerantung - Fabaceae Fordia splendidissima  (BI.ex Miq.) Buij.   24 6,90 0,24 8,70 0,51 8,70 24,29

8 P l ik i it P l i i it A Al t i tif li Ki G bl 16 4 60 0 16 5 80 0 30 5 07 15 47

Page 146: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 146/172

8 Pelaik pipit Pulai pipit Apocynaceae  Alstonia angustifolia  King ex Gamble   16 4,60 0,16 5,80 0,30 5,07 15,47

9 Cempedak Cempedak Moraceae  Artocarpus integer  (Thunb.) Merr.   16 4,60 0,16 5,80 0,27 4,62 15,02

10   Kayu asam - Sapindaceae  Nephelium laurinum  BI.   12 3,45 0,12 4,35 0,28 4,76 12,56

11   Selangking dada Tampang Moraceae  Artocarpus dadah  Miq.   8 2,30 0,08 2,90 0,17 2,85 8,05

12   Ubah Kelat Myrtaceae Syzygium zeylanicum  (L.) DC.   20 5,75 0,20 7,25 0,39 6,72 19,71

13   Bidau Melinjo Gnetaceae Gnetum gnemon L. var. brunonianum Mgf.   12 3,45 0,12 4,35 0,26 4,49 12,28

14   Pelok kelik - Sapindaceae  Nephelium ramboutan-ake  (Labill.) Leenh.   4 1,15 0,04 1,45 0,05 0,91 3,51

15   Upik - Anacardiaceae Parishia insignis  Hook. f.   4 1,15 0,04 1,45 0,08 1,38 3,97

16   Sabar bubu - Rubiaceae Gaertnera vaginans (DC.) Merr.   4 1,15 0,04 1,45 0,07 1,17 3,77

17   Mentawak Keledang Moraceae  Artocarpus lanceifolius  Roxburgh.   4 1,15 0,04 1,45 0,05 0,93 3,53

18   Jengkol Jengkol Fabaceae Pithecellobium jiringa  Pram.   4 1,15 0,04 1,45 0,10 1,74 4,33

348 100,00 2,76 100,00 5,82 100,00 300,00

Page 147: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 147/172

Page 148: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 148/172

Page 149: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 149/172

528 100 4,24 100,000 7,728 100,000 300,000

Page 150: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 150/172

Lampiran 10. Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan pancang di hutan adat I Dusun Sirang Kecamatan Sepauk, Sintang

No Nama Lokal Nama Indonesia Famili Nama Ilmiah K KR F FR D DR INP

(%) (%) (%) (%)

1   Medang Medang Lauraceae  Litsea elliptica  Blume 96 6,32 0,20 6,33 0,07 5,78 18,43

2 Gaharu Kayu garu Thymelaceae Gonystylus bancanus Kurs. 16 1,05 0,04 1,27 0,03 2,55 4,87

3 Karet Karet Euphorbiaceae  Hevea brasiliensis Muell. ARG   480 31,58 0,64 20,25 0,07 5,26 57,09

4 Legai Kelepang Theaceae  Adinandra dumosa  Jack    32 2,11 0,08 2,53 0,02 1,82 6,46

5 Kemantan Embacang Anacardiaceae  Mangifera foetida  Lour.   112 7,37 0,28 8,86 0,18 14,54 30,77

6 Kerangkai - Icacinaceae Gomphandra quadrifida  (BI.) Sleumer    16 1,05 0,04 1,27 0,00 0,14 2,46

7 Kandis Kandis Clusiaceae Garcinia parvifolia  (Miq.) Miq.   16 1,05 0,04 1,27 0,02 1,44 3,76

8 Linang Rambutan Sapindaceae  Nephelium  sp.   16 1,05 0,04 1,27 0,07 5,90 8,22

9 Pelok kelik - Sapindaceae  Nephelium ramboutan-ake  (Labill.) Leenh.   32 2,11 0,08 2,53 0,02 1,42 6,06

10 Jambu belanda Jambo bol Myrtaceae Syzygium sp. 16 1,05 0,04 1,27 0,01 0,73 3,04

Page 151: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 151/172

10 Jambu belanda Jambo bol Myrtaceae Syzygium sp.   16 1,05 0,04 1,27 0,01 0,73 3,04

11 Cempedak Cempedak Moraceae  Artocarpus integer  (Thunb.) Merr. 96 6,32 0,20 6,33 0,13 10,20 22,84

12 Gerantung - Fabaceae Fordia splendidissima  (BI.ex Miq.) Buij. 80 5,26 0,20 6,33 0,06 5,02 16,61

13   Bidau Melinjo Gnetaceae Gnetum gnemon L. var. brunonianum Mgf. 64 4,21 0,16 5,06 0,05 4,18 13,45

14   Kumpang Peredah burung Myristicaceae  Horsfieldia irya  (Gaertn.) Warb. 128 8,42 0,32 10,13 0,19 14,68 33,23

15   Ubah Kelat Myrtaceae Syzygium zeylanicum  (L.) DC. 80 5,26 0,20 6,33 0,05 4,21 15,80

16   Jengkol Jengkol Fabaceae Pithecellobium jiringa  Pram. 64 4,21 0,16 5,06 0,04 3,19 12,46

17   Keradilah Beruwas Clusiaceae Garcinia  cf. celebica  L. 16 1,05 0,04 1,27 0,04 2,80 5,11

18   Kayu asam - Sapindaceae  Nephelium laurinum  BI.   32 2,11 0,08 2,53 0,02 1,37 6,01

19   Puduk Puduk Moraceae  Artocarpus kemando Miq.   32 2,11 0,08 2,53 0,09 7,19 11,83

20   Pelaik pipit Pulai pipit Apocynaceae  Alstonia angustifolia King ex Gamble   16 1,05 0,04 1,27 0,01 0,84 3,16

21   Mentawak Keledang Moraceae  Artocarpus lanceifolius  Roxburgh.   16 1,05 0,04 1,27 0,01 0,40 2,72

22   Lipis kulit Temberas Melastomataceae  Memecylon myrsinoides   16 1,05 0,04 1,27 0,00 0,25 2,57

23   Sumpit Anyang-anyang Elaeocarpaceae  Elaeocarpus griffithii  (Wight.) A. Gray   16 1,05 0,04 1,27 0,03 2,29 4,61

24   Sabar bubu - Rubiaceae Gaertnera vaginans (DC.) Merr.   32 2,11 0,08 2,53 0,05 3,79 8,42

1520 100,00 3,16 100,00 1,26 100,00 300,00

Page 152: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 152/172

Page 153: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 153/172

Page 154: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 154/172

Lampiran 14. Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan semai di hutan adat I Dusun Sirang Kecamatan Sepauk, Sintang

No Nama Lokal Nama Indonesia Famili Nama Ilmiah K KR F FR INP (%)(ind/ha) (%) (%)

1 Cempedak Cempedak Moraceae  Artocarpus integer   (Thunb.) Merr. 2500 22,32 0,40 12,35 34,67

2 Ribu-ribu - Anisophylleaceae  Anisophyllea disticha   (Jack) Baillon 600 5,36 0,20 6,17 11,53

3 Ketikal Petaling Olacaceae Ochanostachys amentancea  Mast. 200 1,79 0,08 2,47 4,25

4 Pelok kelik - Sapindaceae  Nephelium ramboutan-ake   (Labill.) Leenh. 400 3,57 0,12 3,70 7,28

5 Gerantung - Fabaceae Fordia splendidissima   (BI.ex Miq.) Buij. 800 7,14 0,24 7,41 14,55

6 Mansing - Hipericaceae Cratoxylum cochinchinense  (Lour.) BI. 500 4,46 0,04 1,23 5,70

7 Engkerbang - Rubiaceae Psychotria cf sarmentosa BI 400 3 57 0 12 3 70 7 28

Page 155: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 155/172

7 Engkerbang - Rubiaceae Psychotria  cf. sarmentosa BI. 400 3,57 0,12 3,70 7,28

8 Kempenat - Alangiaceae  Alangium salviniolium   (L.f.) Wangerin 400 3,57 0,12 3,70 7,28

9 Bungkang Kelat Myrtaceae Syzygium  sp. 200 1,79 0,08 2,47 4,2510 Ubah Kelat Myrtaceae Syzygium zeylanicum   (L.) DC. 1300 11,61 0,48 14,81 26,42

11 Pelaik pipit Pulai pipit Apocynaceae  Alstonia angustifolia  King ex Gamble 200 1,79 0,08 2,47 4,25

12 Kerangkai - Icacinaceae Gomphandra quadrifida   (BI.) Sleumer 200 1,79 0,08 2,47 4,25

13 Kumpang Peredah burung Myristicaceae  Horsfieldia irya  (Gaertn.) Warb. 400 3,57 0,16 4,94 8,51

14 Jengkol Jengkol Fabaceae Pithecellobium jiringa  Pram. 500 4,46 0,16 4,94 9,40

15 Ruai - Euphorbiaceae  Aporosa aurata   300 2,68 0,12 3,70 6,38

16 Simpur Sempur Dilleniaceae  Dillenia  spp. 800 7,14 0,20 6,17 13,32

17   Kayu bunga Balau Rosaceae Parinarium  sp. 100 0,89 0,04 1,23 2,13

18   Melanjan - Sapindaceae  Nephelium uncinatum  Radlk. Ex Leenh. 400 3,57 0,16 4,94 8,51

19   Tegar - Anacardiaceae Campnosperma auriculata   300 2,68 0,08 2,47 5,15

20   Kayu malam Kayu itam Ebenaceae  Diospyros  sp. 200 1,79 0,08 2,47 4,25

21   Bidau Melinjo Gnetaceae Gnetum gnemon L. var. brunonianum Mgf. 500 4,46 0,20 6,17 10,64

11200 100 3,24 100 200

Lampiran 15. Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan semai di hutan karet alam campuran I Dusun Suak Kecamatan Sepauk, Sintang

No Nama Lokal Nama Indonesia Famili Nama Ilmiah K KR F FR INP (%)

(%) (%)1 Durian Durian Bombaceae  Durio zibethinus   100 0,29 0,04 0,95 1,24

2 Engkerbang - Rubiaceae Psychotria  cf. sarmentosa BI. 6200 17,87 0,72 17,14 35,01

3 Mentawak Keledang Moraceae  Artocarpus lanceifolius Roxburgh 1900 5,48 0,12 2,86 8,33

4 Jangau Jirak Symplocaceae Symplocos cochincinensis (Lour.) Moore 1400 4,03 0,20 4,76 8,80

5 Medang Medang Lauraceae  Litsea alliptica  Blume 1600 4,61 0,40 9,52 14,13

6 Karet Karet Euphorbiaceae  Hevea brasiliensis Muell. ARG   13800 39,77 0,92 21,90 61,67

7 Keladan Keladan Dipterocarpaceae  Hopea dryobalanoides  Miq. 2300 6,63 0,28 6,67 13,29

8 Simpur Sempur Dilleniaceae Dillenia spp 500 1 44 0 12 2 86 4 30

Page 156: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 156/172

8 Simpur Sempur Dilleniaceae  Dillenia  spp. 500 1,44 0,12 2,86 4,30

9 Mansing - Hipericaceae Cratoxylum cochinchinense (Lour.) BI. 300 0,86 0,12 2,86 3,72

10 Kepuak Terap Moraceae  Artocarpus elasticus  Reinw. 3000 8,65 0,24 5,71 14,36

11 Ubah Kelat Myrtaceae Syzygium zeylanicum   (L.) DC. 800 2,31 0,24 5,71 8,02

12 Leban Laban Verbenaceae Vitex pubescens   300 0,86 0,12 2,86 3,72

13 Purang Mahang Euphorbiaceae  Macaranga puncticulata Gage 100 0,29 0,04 0,95 1,24

14 Kopi hutan - Rubiaceae Tricalysia singularis Korth. 100 0,29 0,04 0,95 1,24

15 Pakit Meranti Dipterocarpaceae Shorea  sp. 400 1,15 0,08 1,90 3,06

16 Nyatu Ensik Nyatoh Sapotaceae Palaquium sericeum  H.J. Lam 100 0,29 0,04 0,95 1,24

17 Medang bulai Kayu gambir Ulmaceae Gironniera subaequalis Planch. 500 1,44 0,16 3,81 5,25

18 Rambutan Rambutan Sapindaceae  Nephelium lappaceum  L 300 0,86 0,04 0,95 1,82

19 Cempedak Cempedak Moraceae  Artocarpus integer   (Thunb.) Merr. 500 1,44 0,08 1,90 3,35

20 Jengkol Jengkol Fabaceae Pithecolobium lobatum  Benth. 100 0,29 0,04 0,95 1,24

21 Kayu asam - Sapindaceae  Nephelium laurinum BI. 100 0,29 0,04 0,95 1,24

22 Gaharu Kayu garu Thymelaceae Gonystylus bancanus Kurs. 100 0,29 0,04 0,95 1,24

23 Langkang ruai - Euphorbiaceae Croton angyratus BI. 100 0,29 0,04 0,95 1,24

24 Pelaik pipit Pulai pipit Apocynaceae  Alstonia angustifolia  King ex Gamble 100 0,29 0,04 0,95 1,24

34700 100 4,2 100 200

Lampiran 16. Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan semai di hutan karet alam campuran II Dusun Suak Kecamatan Sepauk, Sintang

No Nama Lokal Nama Indonesia Famili Nama Ilmiah K KR F FR INP (%)

(ind/ha) (%) (%)1 Melanjan - Sapindaceae  Nephelium uncinatum  Radlk. Ex Leenh. 100 0,36 0,04 1,03 1,39

2 Karet Karet Euphorbiaceae  Hevea brasiliensis Muell. ARG   7400 26,81 0,60 15,46 42,28

3 Medang Medang Lauraceae  Litsea elliptica Blume 1000 3,62 0,32 8,25 11,87

4 Cempedak Cempedak Moraceae  Artocarpus integer   (Thunb.) Merr. 800 2,90 0,20 5,15 8,05

5 Keladan Keladan Dipterocarpaceae  Hopea dryobalanoides  Miq. 8100 29,35 0,84 21,65 51,00

6 Pendok - Anonaceae Cyathocalyx biovulatus  Boerl. 500 1,81 0,16 4,12 5,94

7 Kemidan Limang Anonaceae  Mezzettia spp.   100 0,36 0,04 1,03 1,39

8 Ubah Kelat Myrtaceae Syzygium zeylanicum (L ) DC 1700 6 16 0 28 7 22 13 38

Page 157: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 157/172

8 Ubah Kelat Myrtaceae Syzygium zeylanicum   (L.) DC. 1700 6,16 0,28 7,22 13,38

9 Belengkiang Jirak Symplocaceae Symplocos sp.   100 0,36 0,04 1,03 1,39

10 Kayu asam - Sapindaceae  Nephelium laurinum  BI. 200 0,72 0,08 2,06 2,79

11 Mentawak Keledang Moraceae  Artocarpus lanceifolius  Roxburgh. 2000 7,25 0,04 1,03 8,28

12 Langkang ruai - Euphorbiaceae Croton angyratus BI. 700 2,54 0,16 4,12 6,66

13 Medang bulai Kayu gambir Ulmaceae Gironniera subaequalis Planch. 200 0,72 0,08 2,06 2,79

14 Kempenat - Alangiaceae  Alangium salviniolium   (L.f.) Wangerin 100 0,36 0,04 1,03 1,39

15 Kumpang Peredah burung Myristicaceae  Horsfieldia irya  (Gaertn.) Warb. 100 0,36 0,04 1,03 1,39

16 Pakit Meranti Dipterocarpaceae Shorea  sp. 200 0,72 0,08 2,06 2,79

17 Unik Kayu lentadak Sapindaceae Guioa pleuropteris   (BI.) Radlk. 100 0,36 0,04 1,03 1,39

18 Kempili Pasang Fagaceae Quercus  sp. 400 1,45 0,04 1,03 2,48

19 Engkerbang - Rubiaceae Psychotria  cf. sarmentosa BI. 1500 5,43 0,32 8,25 13,68

20 Pelaik bukit Pulai Apocynaceae  Alstonia scholaris   (L.) R. Br. 100 0,36 0,04 1,03 1,39

21 Titidan - Sapindaceae  Nephelium cuspidatum  BI. Var.eriopetalu 400 1,45 0,08 2,06 3,51

22 Jangau Jirak Symplocaceae Symplocos cochinchinensis   (Lour.) S. Moore 1200 4,35 0,16 4,12 8,47

23 Simpur Sempur Dilleniaceae  Dillenia  spp. 100 0,36 0,04 1,03 1,39

24 Kepuak Terap Moraceae  Artocarpus elasticus  Reinw. 500 1,81 0,12 3,09 4,90

27600 100 3,88 100 200

Lampiran 17. Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan tingkat pertumbuhan semai di hutan adat II Dusun Medang Kecamatan Dedai, Sintang

No Nama Lokal Nama Indonesia Famili Nama Ilmiah K KR F FR INP

(ind/ha) (%) (%) (%)1 Pantat daun - Rubiaceae Psychotria  sp.   300 1,24 0,12 2,54 3,78

2 Pingan Kosar Moraceae  Artocarpus rigidus  BI.   500 2,07 0,08 1,69 3,76

3 Cempedak Cempedak Moraceae  Artocarpus integer   (Thunb.) Merr.   2400 9,92 0,48 10,17 20,09

4 Medang Medang Lauraceae  Litsea elliptica  Blume   1600 6,61 0,44 9,32 15,93

5 Beringin hijau - Anonaceae Goniothalamus tapis  Miq.   400 1,65 0,04 0,85 2,50

6 Penyelabak    - - - 100 0,41 0,04 0,85 1,26

7 Ubah Kelat Myrtaceae Syzygium zeylanicum  (L.) DC.   2000 8,26 0,60 12,71 20,98

8 Kubal   - - - 100 0,41 0,04 0,85 1,26

Page 158: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 158/172

, , , ,

9 Salak hutan - Burseraceae  Dacryodes rugosa  (Blume) H.J. Lam.   100 0,41 0,04 0,85 1,26

10 Pejantang - Violaceae  Rinorea bengalensis  (Wallich.) Kuntze   700 2,89 0,16 3,39 6,2811 Tekam   Tekam Dipterocarpaceae  Hopea  sp. 300 1,24 0,08 1,69 2,93

12 Kumpang Peredah burung Myristicaceae  Horsfieldia irya  (Gaertn.) Warb.   400 1,65 0,16 3,39 5,04

13 Empaling   - - - 100 0,41 0,04 0,85 1,26

14 Pantat rusa - Myrsinaceae  Ardisia  cf. lanceolatum  Roxburgh   100 0,41 0,04 0,85 1,26

15 Kelampai Tapos Euphorbiaceae  Eleteriospermum tapos  Blume   9700 40,08 0,64 13,56 53,64

16 Engkerbang - Rubiaceae Psychotria  cf. sarmentosa  BI.   300 1,24 0,12 2,54 3,78

17 Nyatuh Nyatoh terung Sapotaceae Palaquium rostratum  (Miq.) Burck.   800 3,31 0,24 5,08 8,39

18 Kepuak Terap Moraceae  Artocarpus elasticus  Reinw.   200 0,83 0,04 0,85 1,67

19 Biantang   Katuri Clusiaceae Garcinia bancana   400 1,65 0,08 1,69 3,35

20 Keraput   - - - 100 0,41 0,04 0,85 1,26

21 Kedangkai   - - - 100 0,41 0,04 0,85 1,26

22 Mokiau   - - - 100 0,41 0,04 0,85 1,26

23 Jengkol Jengkol Fabaceae Pithecellobium jiringa  (Jack) Prain ex King   200 0,83 0,08 1,69 2,52

24 Lukai - Anonaceae Goniothalamus macrophyllus  Hook. f. & Thoms.   500 2,07 0,16 3,39 5,46

25 Melaban   Pelawan Myrtaceae Tristania beccarii   500 2,07 0,12 2,54 4,61

26 Kayu Ambon Clusiaceae Calophyllum  sp.   400 1,65 0,08 1,69 3,35

27 Simpur Sempur Dilleniaceae  Dillenia excelsa   400 1,65 0,12 2,54 4,20

28 Mang - Clusiaceae Garcinia gaudichaudii  Planch. & Triana   100 0,41 0,04 0,85 1,26

29 Kemayau - Burseraceae  Dacryodes rostrata (Blume) H.J.Lam   100 0,41 0,04 0,85 1,26

30 Bentak    - - - 100 0,41 0,04 0,85 1,26

31 Gerantung - Fabaceae Fordia splendidissima  (BI.ex Miq.) Buij.   300 1,24 0,12 2,54 3,78

32 Petai Petai Fabaceae Parkia speciosa  Hassk.   400 1,65 0,16 3,39 5,04

33 Keladan Keladan Dipterocarpaceae  Hopea dryobalanoides  Miq.   300 1,24 0,12 2,54 3,78

34 Mentawak Keledang Moraceae  Artocarpus lanceifolius Roxburgh.   100 0,41 0,04 0,85 1,26

24200 100,00 4,72 100,00 200,00

Lampiran 18. Perhitungan Sebaran Spasial Sengkubak (Pycnarrhena cauliflora )

Lokasi Ht. Adat I Sirang Ht. Karet alam campuran I Suak Ht. Karet alam campuran II Suak Lokasi Adat II Medang

Plot S Individu   Sxi2

Plot S Individu   Sxi2

Plot S Individu   Sxi2

Plot S Individu   Sxi2

1 3 9 1 0 0 1 0 0 1 2 4

2 0 0 2 2 4 2 0 0 2 2 4

3 0 0 3 0 0 3 0 0 3 1 1

4 2 4 4 0 0 4 5 25 4 0 0

5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 1 1

6 7 49 6 0 0 6 0 0 6 0 0

7 0 0 7 0 0 7 0 0 7 1 1

8 0 0 8 0 0 8 0 0 8 0 0

9 0 0 9 2 4 9 1 1 9 0 0

10 0 0 10 0 0 10 0 0 10 0 0

11 2 4 11 0 0 11 0 0 11 0 0

Page 159: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 159/172

11 2 4 11 0 0 11 0 0 11 0 0

12 1 1 12 0 0 12 0 0 12 2 413 0 0 13 0 0 13 0 0 13 1 1

14 0 0 14 0 0 14 0 0 14 1 1

15 0 0 15 0 0 15 0 0 15 2 4

16 0 0 16 0 0 16 0 0 16 2 4

17 2 4 17 1 1 17 0 0 17 2 4

18 0 0 18 1 1 18 0 0 18 1 1

19 0 0 19 1 1 19 0 0 19 1 1

20 0 0 20 0 0 20 0 0 20 1 1

21 0 0 21 2 4 21 1 1 21 2 4

22 0 0 22 1 1 22 2 4 22 0 0

23 0 0 23 0 0 23 0 0 23 0 0

24 0 0 24 0 0 24 0 0 24 0 0

25 0 0 25 0 0 25 0 0 25 0 0

17 71 10 16 9 31 22 36

Sxi2 289 Sxi2 100 Sxi2 81 Sxi2 484

s2 2,476667 s2 0,5 s2 1,156667 s2 0,693333

0,68 0,4 0,36 0,88

Id= 4,963235 Id= 1,666667 Id= 7,638889 Id= 0,757576

Mu = 0,275063 Mu = -0,28878 Mu = -0,44988 Mu = 0,447667

Mc = 1,96025 Mc = 2,707111 Mc = 2,9205 Mc = 1,731619

Ip= 0,56517 Ip= 0,195262 Ip= 0,60685 Ip= -0,21945

Clumped Clumped Clumped Uniform

Lampiran 19 Analisis asosiasi spesies sengkubak dengan spesies lainnya pada tingkat pohon

Lokasi Hutan Adat I Dusun Sirang (asosiasi sengkubak dengan spesies lain tingkat pohon)

Plot Sengkubak Cempedak    Plot Sengkubak Pelok kelik    Plot Sengkubak Karet   Plot Sengkubak Kepuak 

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

2 0 0 2 0 0 2 0 1 2 0 0

3 0 0 3 0 0 3 0 1 3 0 04 1 0 4 1 0 4 1 1 4 1 0

5 0 1 5 0 0 5 0 1 5 0 0

6 1 1 6 1 0 6 1 1 6 1 0

7 0 0 7 0 0 7 0 0 7 0 1

8 0 1 8 0 0 8 0 1 8 0 0

9 0 0 9 0 0 9 0 0 9 0 0

10 0 1 10 0 0 10 0 1 10 0 0

11 1 0 11 1 0 11 1 1 11 1 0

12 1 1 12 1 0 12 1 1 12 1 0

13 0 1 13 0 0 13 0 0 13 0 0

14 0 1 14 0 0 14 0 1 14 0 0

Page 160: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 160/172

14 0 1 14 0 0 14 0 1 14 0 0

15 0 0 15 0 0 15 0 0 15 0 116 0 0 16 0 0 16 0 1 16 0 0

17 1 0 17 1 0 17 1 0 17 1 1

18 0 1 18 0 0 18 0 1 18 0 1

19 0 0 19 0 0 19 0 1 19 0 0

20 0 0 20 0 0 20 0 0 20 0 0

21 0 1 21 0 0 21 0 1 21 0 0

22 0 0 22 0 0 22 0 1 22 0 0

23 0 0 23 0 0 23 0 0 23 0 0

24 0 1 24 0 0 24 0 0 24 0 1

25 0 0 25 0 0 25 0 1 25 0 0

6 11 6 1 6 17 6 6

SengkubakCempedak SengkubakPelok kelik Sengkubak Karet Sengkubak Kepuak

 Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total

 Ada 3 3 6 Ada 1 5 6 Ada 5 1 6 Ada 2 4 6

Tdk ada 8 11 19 Tdk ada 0 19 19 Tdk ada 12 7 19 Tdk ada 4 15 19

Total 11 14 25 Total 1 24 25 Total 17 8 25 Total 6 19 25

E(a) = 2,64 E(a) = 0,24 E(a) = 4,08 E(a) = 1,44

E(b) = 3,36 E(b) = 5,76 E(b) = 1,92 E(b) = 4,56

E(c) = 8,36 E(c) = 0,76 E(c) = 12,92 E(c) = 4,56

E(d) = 10,64 E(d) = 18,24 E(d) = 6,08 E(d) = 14,44

X2h =   0,115345   X2h =   3,298611   X2h =   0,853006   X2h =   0,3770390,115345 3,298611 0,853006 0,377039

X20.05(1) =   3,841   X

20.05(1) =   3,841   X

20.05(1) =   3,841   X

20.05(1) =   3,841

JI = 0,214286 JI = 0,166667 JI = 0,277778 JI = 0,2

DI = 0,352941 DI = 0,285714 DI = 0,434783 DI = 0,333333

Lampiran 19. Lanjutan

Hutan Adat I Sirang (asosiasi sengkubak dengan spesies lain tingkat pohon)

Plot Sengkubak Medang   Plot Sengkubak Kumpang   Plot Sengkubak Ubah   Plot Sengkubak jengkol

1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1

2 0 0 2 0 1 2 0 0 2 0

3 0 0 3 0 0 3 0 0 3 04 1 0 4 1 0 4 1 0 4 1

5 0 1 5 0 0 5 0 0 5 0

6 1 1 6 1 0 6 1 0 6 1

7 0 0 7 0 1 7 0 1 7 0

8 0 0 8 0 0 8 0 0 8 0

9 0 1 9 0 1 9 0 0 9 0

10 0 1 10 0 0 10 0 0 10 0

11 1 0 11 1 0 11 1 1 11 1

12 1 1 12 1 0 12 1 1 12 1

13 0 0 13 0 1 13 0 0 13 0

14 0 1 14 0 0 14 0 0 14 0

Page 161: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 161/172

14 0 1 14 0 0 14 0 0 14 0

15 0 1 15 0 0 15 0 1 15 016 0 0 16 0 0 16 0 0 16 0

17 1 0 17 1 0 17 1 1 17 1

18 0 0 18 0 0 18 0 0 18 0

19 0 0 19 0 0 19 0 0 19 0

20 0 0 20 0 1 20 0 0 20 0

21 0 0 21 0 0 21 0 0 21 0

22 0 0 22 0 0 22 0 0 22 0

23 0 1 23 0 1 23 0 0 23 0

24 0 1 24 0 0 24 0 0 24 0

25 0 1 25 0 0 25 0 0 25 0

6 10 6 6 6 5 6 0

Sengkubak Medang Sengkubak Kumpang Sengkubak Ubah Sengkubak jengkol

 Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total

 Ada 2 4 6 Ada 0 6 6 Ada 3 3 6 Ada 0 3 3

Tdk ada 8 11 19 Tdk ada 6 13 19 Tdk ada 2 17 19 Tdk ada 2 17 19

Total 10 15 25 Total 6 19 25 Total 5 20 25 Total 2 20 22

E(a) = 2,4 E(a) = 1,44 E(a) = 1,2 E(a) = 0,272727

E(b) = 3,6 E(b) = 4,56 E(b) = 4,8 E(b) = 2,727273

E(c) = 7,6 E(c) = 4,56 E(c) = 3,8 E(c) = 1,727273

E(d) = 11,4 E(d) = 14,44 E(d) = 15,2 E(d) = 17,27273

X2h =   0,146199   X2h =   2,493075   X2h =   4,440789   X2h =   0,3473680,146199 2,493075 4,440789 0,347368

X20.05(1) =   3,841   X

20.05(1) =   3,841   X

20.05(1) =   3,841   X

20.05(1) =   3,841

JI = 0,142857 JI = 0 JI = 0,375 JI = 0

DI = 0,25 DI = 0 DI = 0,545455 DI = 0

Karena X2

h > X2

0.05, maka ho diterima, ada asosiasi antara sengkubak dengan ubah

Page 162: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 162/172

Lampiran 19. Lanjutan

Hutan Adat I Sirang (Asosiasi sengkubak dengan spesies lain tingkat tiang)

Plot Sengkubak kumpang   Plot Sengkubak gerantung   Plot Sengkubak karet   Plot Sengkubak ubah

1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0

2 0 0 2 0 0 2 0 1 2 0 0

3 0 1 3 0 0 3 0 1 3 0 04 1 0 4 1 1 4 1 0 4 1 0

5 0 0 5 0 0 5 0 1 5 0 0

6 1 0 6 1 0 6 1 1 6 1 0

7 0 0 7 0 0 7 0 0 7 0 1

8 0 0 8 0 1 8 0 1 8 0 0

9 0 0 9 0 1 9 0 0 9 0 0

10 0 0 10 0 0 10 0 1 10 0 1

11 1 0 11 1 0 11 1 1 11 1 0

12 1 1 12 1 0 12 1 1 12 1 0

13 0 0 13 0 0 13 0 1 13 0 0

14 0 1 14 0 1 14 0 1 14 0 1

Page 163: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 163/172

15 0 0 15 0 0 15 0 1 15 0 016 0 1 16 0 0 16 0 0 16 0 0

17 1 0 17 1 0 17 1 1 17 1 0

18 0 0 18 0 1 18 0 0 18 0 0

19 0 1 19 0 0 19 0 0 19 0 0

20 0 0 20 0 0 20 0 1 20 0 0

21 0 0 21 0 0 21 0 0 21 0 0

22 0 0 22 0 0 22 0 1 22 0 1

23 0 0 23 0 0 23 0 0 23 0 1

24 0 0 24 0 1 24 0 1 24 0 0

25 0 1 25 0 0 25 0 1 25 0 0

6 7 6 6 6 17 6 5

Sengkubak kumpang Sengkubak Gerantung Sengkubak karet Sengkubak ubah

 Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada

 Ada 2 4 6 Ada 1 5 6 Ada 5 1 6 Ada 0 6 Total

Tdk ada 2 17 19 Tdk ada 5 14 19 Tdk ada 12 7 19 Tdk ada 5 14 6

Total 4 21 25 Total 6 19 25 Total 17 8 25 Total 5 20 19

25

E(a) = 0,96 E(a) = 1,44 E(a) = 4,08 E(a) = 1,2

E(b) = 5,04 E(b) = 4,56 E(b) = 1,92 E(b) = 4,8

E(c) = 3,04 E(c) = 4,56 E(c) = 12,92 E(c) = 3,8

E(d) = 15,96 E(d) = 14,44 E(d) = 6,08 E(d) = 15,2

X2h =   1,764829   X2h =   0,232764   X2h =   0,853006   X2h =   1,9736841,764829 0,232764 0,853006 1,973684

X20.05(1) =   3,841   X

20.05(1) =   3,841   X

20.05(1) =   3,841   X

20.05(1) =   3,841

JI = 0,25 JI = 0,090909 JI = 0,277778 JI = 0

DI = 0,4 DI = 0,166667 DI = 0,434783 DI = 0

Lampiran 20. Analisis asosiasi sengkubak dengan spesies lain

Lokasi Hutan Karet Alam Campuran I Dusun Suak (asosiasi sengkubak dengan spesies lain tingkat pohon)

Plot Sengkubak Karet   Plot Sengkubak Mentawak    Plot Sengkubak Pelaik     Plot Sengkubak Kepuak 

1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0

2 1 0 2 1 0 2 1 0 2 1 1

3 0 1 3 0 0 3 0 0 3 0 0

4 0 1 4 0 0 4 0 0 4 0 0

5 0 1 5 0 0 5 0 0 5 0 0

6 0 1 6 0 1 6 0 1 6 0 0

7 0 1 7 0 0 7 0 1 7 0 1

8 0 1 8 0 0 8 0 0 8 0 1

9 1 1 9 1 1 9 1 1 9 1 0

10 0 1 10 0 0 10 0 1 10 0 0

11 0 1 11 0 1 11 0 1 11 0 0

12 0 1 12 0 0 12 0 1 12 0 0

13 0 1 13 0 0 13 0 1 13 0 0

14 0 1 14 0 1 14 0 1 14 0 0

15 0 1 15 0 0 15 0 0 15 0 0

Page 164: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 164/172

15 0 1 15 0 0 15 0 0 15 0 0

16 0 1 16 0 1 16 0 0 16 0 117 1 1 17 1 0 17 1 0 17 1 0

18 1 1 18 1 0 18 1 1 18 1 1

19 1 0 19 1 1 19 1 0 19 1 1

20 0 1 20 0 0 20 0 0 20 0 0

21 1 1 21 1 0 21 1 1 21 1 0

22 1 1 22 1 0 22 1 1 22 1 0

23 0 1 23 0 0 23 0 0 23 0 0

24 0 1 24 0 0 24 0 1 24 0 0

25 0 1 25 0 0 25 0 1 25 0 0

7 23 7 7 7 13 7 6

Sengkubak Karet Sengkubak Mentawak Sengkubak Pelaik Sengkubak Kepuak

 Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total

 Ada 5 2 7 Ada 2 5 7 Ada 4 3 7 Ada 3 4 7

Tdk ada 18 0 18 Tdk ada 5 13 18 Tdk ada 9 9 18 Tdk ada 3 15 18

Total 23 2 25 Total 7 18 25 Total 13 12 25 Total 6 19 25

E(a) = 6,44 E(a) = 1,96 E(a) = 3,64 E(a) = 1,68

E(b) = 0,56 E(b) = 5,04 E(b) = 3,36 E(b) = 5,32

E(c) = 16,56 E(c) = 5,04 E(c) = 9,36 E(c) = 4,32

E(d) = 1,44 E(d) = 12,96 E(d) = 8,64 E(d) = 13,68

X2h = 5,590062 X

2h = 0,001575 X

2h = 0,103022 X

2h = 1,895363

5,590062 0,001575 0,103022 1,895363

X20.05(1) =   3,841   X

20.05(1) =   3,841   X

20.05(1) =   3,841   X

20.05(1) =   3,841

JI = 0,2 JI = 0,166667 JI = 0,25 JI = 0,3

DI = 0,333333 DI = 0,285714 DI = 0,4 DI = 0,461538

Karena X2h > X

20.05, maka ho diterima, ada asosiasi antara sengkubak dengan ubah

Lampiran 20. Lanjutan

Lokasi Hutan Karet Alam Campuran I Dusun Suak (asosiasi sengkubak dengan spesies lain tingkat pohon)   Lokasi Suak tiang

Plot Sengkubak Sengkajang   Plot Sengkubak Cempedak    Plot Sengkubak Merkubong   Plot Sengkubak Keladan

1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0

2 1 1 2 1 0 2 1 0 2 1 0

3 0 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0

4 0 0 4 0 0 4 0 0 4 0 0

5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 0

6 0 0 6 0 0 6 0 0 6 0 0

7 0 0 7 0 0 7 0 0 7 0 0

8 0 0 8 0 0 8 0 0 8 0 0

9 1 0 9 1 0 9 1 0 9 1 0

10 0 0 10 0 0 10 0 0 10 0 0

11 0 0 11 0 0 11 0 0 11 0 1

12 0 1 12 0 0 12 0 1 12 0 0

13 0 0 13 0 0 13 0 1 13 0 0

14 0 0 14 0 0 14 0 0 14 0 0

15 0 0 15 0 0 15 0 0 15 0 0

Page 165: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 165/172

15 0 0 15 0 0 15 0 0 15 0 0

16 0 1 16 0 0 16 0 0 16 0 017 1 1 17 1 1 17 1 0 17 1 1

18 1 0 18 1 0 18 1 0 18 1 0

19 1 0 19 1 0 19 1 0 19 1 0

20 0 0 20 0 1 20 0 0 20 0 0

21 1 0 21 1 0 21 1 0 21 1 1

22 1 0 22 1 0 22 1 1 22 1 1

23 0 0 23 0 1 23 0 1 23 0 0

24 0 0 24 0 0 24 0 0 24 0 0

25 0 0 25 0 0 25 0 0 25 0 0

7 4 7 3 7 4 7 4

SengkubakSengkajang Sengkubak Cempedak Sengkubak Merkubong Sengkubak Keladan

 Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total

 Ada 2 5 7 Ada 1 6 7 Ada 1 6 7 Ada 3 4 7

Tdk ada 2 16 18 Tdk ada 2 16 18 Tdk ada 3 15 18 Tdk ada 1 17 18

Total 4 21 25 Total 3 22 25 Total 4 21 25 Total 4 21 25

E(a) = 1,12 E(a) = 0,84 E(a) = 1,12 E(a) = 1,12

E(b) = 5,88 E(b) = 6,16 E(b) = 5,88 E(b) = 5,88

E(c) = 2,88 E(c) = 2,16 E(c) = 2,88 E(c) = 2,88

E(d) = 15,12 E(d) = 15,84 E(d) = 15,12 E(d) = 15,12

X2h = 1,143235 X

2h = 0,0481 X

2h = 0,0212585 X

2h = 5,217782

1,143235 0,0481 0,0212585 5,217782

X20.05(1) =   3,841   X

20.05(1) =   3,841   X

20.05(1) =   3,841   X

20.05(1) =   3,841

JI = 0,222222 JI = 0,111111 JI = 0,1 JI = 0,375

DI = 0,363636 DI = 0,2 DI = 0,18181818 DI = 0,545455

Lampiran 20. Lanjutan

Lokasi Hutan Karet Alam Campuran I Dusun Suak (asosiasi sengkubak dengan spesies lain tingkat tiang)

Plot Sengkubak Medang bulai   Plot Sengkubak Medang   Plot Sengkubak Leban   Plot Sengkubak Jangau

1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0

2 1 0 2 1 1 2 1 0 2 1 0

3 0 0 3 0 0 3 0 1 3 0 0

4 0 0 4 0 1 4 0 0 4 0 0

5 0 0 5 0 1 5 0 0 5 0 0

6 0 0 6 0 0 6 0 0 6 0 0

7 0 0 7 0 0 7 0 0 7 0 0

8 0 0 8 0 0 8 0 0 8 0 0

9 1 0 9 1 0 9 1 0 9 1 0

10 0 0 10 0 0 10 0 1 10 0 1

11 0 1 11 0 0 11 0 0 11 0 0

12 0 1 12 0 0 12 0 0 12 0 0

13 0 0 13 0 0 13 0 0 13 0 0

14 0 0 14 0 0 14 0 0 14 0 1

15 0 1 15 0 0 15 0 0 15 0 0

Page 166: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 166/172

16 0 1 16 0 0 16 0 0 16 0 117 1 1 17 1 0 17 1 0 17 1 0

18 1 1 18 1 0 18 1 1 18 1 0

19 1 0 19 1 0 19 1 0 19 1 0

20 0 0 20 0 0 20 0 1 20 0 0

21 1 0 21 1 1 21 1 0 21 1 0

22 1 0 22 1 0 22 1 0 22 1 0

23 0 0 23 0 0 23 0 0 23 0 0

24 0 1 24 0 0 24 0 0 24 0 0

25 0 1 25 0 0 25 0 0 25 0 0

7 8 7 4 7 4 7 3

Sengkubak edang bulai Sengkubak Medang Sengkuba Leban Sengkubak Jangau

 Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total

 Ada 2 5 7 Ada 2 5 7 Ada 1 6 7 Ada 0 6 6

Tdk ada 6 12 18 Tdk ada 2 16 18 Tdk ada 3 15 18 Tdk ada 3 15 18

Total 8 17 25 Total 4 21 25 Total 4 21 25 Total 3 21 24

E(a) = 2,24 E(a) = 1,12 E(a) = 1,12 E(a) = 0,75

E(b) = 4,76 E(b) = 5,88 E(b) = 5,88 E(b) = 5,25

E(c) = 5,76 E(c) = 2,88 E(c) = 2,88 E(c) = 2,25

E(d) = 12,24 E(d) = 15,12 E(d) = 15,12 E(d) = 15,75

X2h = 0,052521 X

2h = 1,143235 X

2h = 0,021259 X

2h = 1,142857

0,052521 1,143235 0,021259 1,142857

X20.05(1) =   3,841   X

20.05(1) =   3,841   X

20.05(1) =   3,841   X

20.05(1) =   3,841

JI = 0,153846 JI = 0,222222 JI = 0,1 JI = 0

DI = 0,266667 DI = 0,363636 DI = 0,181818 DI = 0

Lokasi Suak I tiang

Plot Sengkubak Sengkajang

1 0 0

2 1 0

3 0 0

4 0 0

5 0 0

6 0 0

7 0 0

8 0 0

9 1 1

10 0 0

11 0 0

12 0 1

13 0 0

14 0 0

15 0 0

16 0 0

Page 167: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 167/172

17 1 018 1 0

19 1 0

20 0 0

21 1 0

22 1 0

23 0 1

24 0 0

25 0 0

7 3

 Ada Tdk ada Total

 Ada 1 6 7

Tdk ada 2 16 18

Total 3 22 25

E(a) = 0,84

E(b) = 6,16

E(c) = 2,16

E(d) = 15,84

X2h =   0,0481

0,0481

X20.05(1) =   3,841

JI = 0,111111

DI = 0,2

Sengkubak

Sengkajang

Lampiran 21. Analisis asosiasi sengkubak dengan spesies lain

Lokasi Hutan Karet alam campuran II Dusun Suak (asosiasi sengkubak dengan spesies lain tingkat pohon)

Plot Sengkubak Keladan   Plot Sengkubak Ubah   Plot Sengkubak Medang   Plot Sengkubak Kempenat

1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0

2 0 0 2 0 0 2 0 0 2 0 03 0 0 3 0 1 3 0 1 3 0 0

4 1 0 4 1 1 4 1 1 4 1 1

5 0 0 5 0 1 5 0 1 5 0 0

6 0 0 6 0 0 6 0 1 6 0 0

7 0 0 7 0 0 7 0 0 7 0 0

8 0 0 8 0 0 8 0 0 8 0 0

9 1 1 9 1 1 9 1 0 9 1 0

10 0 0 10 0 0 10 0 1 10 0 0

11 0 0 11 0 0 11 0 0 11 0 0

12 0 0 12 0 0 12 0 0 12 0 0

13 0 0 13 0 0 13 0 1 13 0 0

14 0 0 14 0 0 14 0 0 14 0 0

Page 168: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 168/172

15 0 0 15 0 0 15 0 0 15 0 016 0 1 16 0 0 16 0 0 16 0 0

17 0 0 17 0 0 17 0 0 17 0 0

18 0 1 18 0 0 18 0 0 18 0 0

19 0 0 19 0 0 19 0 0 19 0 0

20 0 0 20 0 0 20 0 0 20 0 0

21 1 0 21 1 0 21 1 0 21 1 0

22 1 0 22 1 0 22 1 0 22 1 0

23 0 0 23 0 0 23 0 0 23 0 0

24 0 0 24 0 0 24 0 0 24 0 0

25 0 0 25 0 0 25 0 0 25 0 0

4 4 4 5 4 6 4 1

Sengkubak Keladan Sengkubak Ubah Sengkubak Medang Sengkubak Kempenat

 Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total

 Ada 1 3 4 Ada 2 2 4 Ada 1 3 4 Ada 1 3 4

Tdk ada 3 18 21 Tdk ada 3 18 21 Tdk ada 5 16 21 Tdk ada 0 21 21

Total 4 21 25 Total 5 20 25 Total 6 19 25 Total 1 24 25

E(a) = 0,64 E(a) = 0,8 E(a) = 0,96 E(a) = 0,16

E(b) = 3,36 E(b) = 3,2 E(b) = 3,04 E(b) = 3,84

E(c) = 3,36 E(c) = 4,2 E(c) = 5,04 E(c) = 0,84

E(d) = 17,64 E(d) = 16,8 E(d) = 15,96 E(d) = 20,16

X2h =   0,28699   X2h =   2,678571   X2h =   0,002611   X2h =   5,46875

0,28699 2,678571 0,002611 5,46875

X2

0.05(1) =   3,841   X2

0.05(1) =   3,841   X2

0.05(1) =   3,841   X2

0.05(1) =   3,841

JI = 0,142857 JI = 0,285714 JI = 0,111111 JI = 0,25

DI = 0,25 DI = 0,444444 DI = 0,2 DI = 0,4

Lampiran 21. Lanjutan

Hutan Karet alam campuran II Dusun Suak (tingkat pohon) Asosiasi sengkubak dengan spesies lain tingkat t iang (Ht. karet alam campuran II Suak)

Plot Sengkubak Nyatuh ensik    Plot Sengkubak Entibab   Plot Sengkubak Nyatuh   Plot Sengkubak Ubah

1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0

2 0 0 2 0 0 2 0 0 2 0 13 0 0 3 0 0 3 0 0 3 0 1

4 1 0 4 1 0 4 1 1 4 1 1

5 0 0 5 0 0 5 0 0 5 0 1

6 0 0 6 0 0 6 0 0 6 0 0

7 0 0 7 0 0 7 0 0 7 0 0

8 0 0 8 0 0 8 0 0 8 0 0

9 1 1 9 1 0 9 1 1 9 1 1

10 0 1 10 0 0 10 0 0 10 0 0

11 0 0 11 0 0 11 0 0 11 0 0

12 0 0 12 0 0 12 0 0 12 0 0

13 0 0 13 0 0 13 0 0 13 0 0

14 0 0 14 0 0 14 0 0 14 0 0

Page 169: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 169/172

15 0 0 15 0 0 15 0 0 15 0 016 0 0 16 0 0 16 0 0 16 0 0

17 0 0 17 0 0 17 0 0 17 0 0

18 0 0 18 0 0 18 0 0 18 0 0

19 0 0 19 0 0 19 0 0 19 0 0

20 0 0 20 0 0 20 0 0 20 0 1

21 1 0 21 1 1 21 1 0 21 1 0

22 1 0 22 1 0 22 1 0 22 1 0

23 0 0 23 0 0 23 0 0 23 0 1

24 0 0 24 0 0 24 0 0 24 0 1

25 0 0 25 0 0 25 0 0 25 0 0

4 2 4 1 4 3 4 8

Sengkubak yatuh ensik Sengkubak Entibab Sengkubak Nyatuh Sengkubak Ubah

 Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total

 Ada 1 3 4 Ada 1 3 4 Ada 2 2 4 Ada 2 2 4

Tdk ada 1 20 21 Tdk ada 0 21 21 Tdk ada 1 20 21 Tdk ada 6 15 21

Total 2 23 25 Total 1 24 25 Total 3 22 25 Total 8 17 25

E(a) = 0,32 E(a) = 0,16 E(a) = 0,48 E(a) = 1,28

E(b) = 3,68 E(b) = 3,84 E(b) = 3,52 E(b) = 2,72

E(c) = 1,68 E(c) = 0,84 E(c) = 2,52 E(c) = 6,72

E(d) = 19,32 E(d) = 20,16 E(d) = 18,48 E(d) = 14,28

X2h =   1,869824   X2h =   5,46875   X2h =   6,511544   X2h =   0,7090341,869824 5,46875 6,511544 0,709034

X2

0.05(1) =   3,841   X2

0.05(1) =   3,841   X2

0.05(1) =   3,841   X2

0.05(1) =   3,841

JI = 0,2 JI = 0,25 JI = 0,4 JI = 0,2

DI = 0,333333 DI = 0,4 DI = 0,571429 DI = 0,333333

Lampiran 21. Lanjutan

Lokasi SuakII Tiang

Plot Sengkubak Puduk  

1 0 0

2 0 0

3 0 0

4 1 0

5 0 0

6 0 1

7 0 0

8 0 1

9 1 0

10 0 0

11 0 0

12 0 0

13 0 1

14 0 0

15 0 0

Page 170: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 170/172

16 0 017 0 0

18 0 0

19 0 0

20 0 0

21 1 1

22 1 0

23 0 1

24 0 0

25 0 0

4 5

 Ada Tdk ada Total

 Ada 1 3 4

Tdk ada 4 17 21

Total 5 20 25

E(a) = 0,8

E(b) = 3,2

E(c) = 4,2

E(d) = 16,8

X2h =   0,074405

0,074405

X2

0.05(1) =   3,841

JI = 0,125

DI = 0,222222

Sengkubak

Puduk

Lampiran 22. Analisis asosiasi sengkubak dengan spesies lain

Lokasi Hutan Adat II Dusun Medang (asosiasi sengkubak dengan spesies lain tingkat pohon)

Plot sengkubak Petai   Plot sengkubak Piling   Plot Sengkubak Kelampai   Plot Sengkubak Merkubong

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0

2 1 0 2 1 1 2 1 1 2 1 1

3 1 0 3 1 0 3 1 1 3 1 0

4 0 0 4 0 0 4 0 0 4 0 05 1 0 5 1 0 5 1 1 5 1 1

6 0 0 6 0 0 6 0 0 6 0 1

7 1 0 7 1 0 7 1 1 7 1 0

8 0 0 8 0 0 8 0 1 8 0 0

9 0 0 9 0 0 9 0 1 9 0 0

10 0 0 10 0 0 10 0 1 10 0 0

11 0 0 11 0 0 11 0 1 11 0 0

12 1 1 12 1 0 12 1 1 12 1 0

13 1 0 13 1 0 13 1 1 13 1 0

14 1 0 14 1 0 14 1 1 14 1 0

15 1 1 15 1 0 15 1 1 15 1 0

16 1 1 16 1 0 16 1 1 16 1 0

Page 171: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 171/172

16 1 1 16 1 0 16 1 1 16 1 0

17 1 0 17 1 0 17 1 0 17 1 0

18 1 1 18 1 0 18 1 0 18 1 0

19 1 1 19 1 0 19 1 1 19 1 0

20 1 0 20 1 0 20 1 1 20 1 0

21 1 1 21 1 0 21 1 0 21 1 0

22 0 0 22 0 0 22 0 0 22 0 0

23 0 1 23 0 0 23 0 0 23 0 0

24 0 0 24 0 0 24 0 1 24 0 0

25 0 0 25 0 0 25 0 1 25 0 0

15 8 15 2 15 18 15 3

Sengkubak Petai Sengkubak Piling Sengkubak Kelampai SengkubakMerkubong

 Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total

 Ada 7 8 15 Ada 2 13 15 Ada 12 3 15 Ada 2 13 15

Tdk ada 1 9 10 Tdk ada 0 10 10 Tdk ada 6 4 10 Tdk ada 1 9 10

Total 8 17 25 Total 2 23 25 Total 18 7 25 Total 3 22 25

E(a) = 4,8 E(a) = 1,2 E(a) = 10,8 E(a) = 1,8

E(b) = 10,2 E(b) = 13,8 E(b) = 4,2 E(b) = 13,2

E(c) = 3,2 E(c) = 0,8 E(c) = 7,2 E(c) = 1,2

E(d) = 6,8 E(d) = 9,2 E(d) = 2,8 E(d) = 8,8

X2h =   3,707108   X

2h =   1,449275   X

2h =   1,190476   X

2h =   0,063131

3,707108 1,449275 1,190476 0,063131

X20.05(1) =   3,841   X

20.05(1) =   3,841   X

20.05(1) =   3,841   X

20.05(1) =   3,841

JI = 0,4375 JI = 0,133333 JI = 0,571429 JI = 0,125

DI = 0,608696 DI = 0,235294 DI = 0,727273 DI = 0,222222

Lampiran 22. Lanjutan

Hutan Adat II Medang (asosiasi tingkat pohon)

Plot Sengkubak Medang   Plot Sengkubak Ubah   Plot sengkubak Cempedak    Plot Sengkubak Mentawak 

1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0

2 1 0 2 1 0 2 1 0 2 1 0

3 1 0 3 1 0 3 1 1 3 1 0

4 0 0 4 0 0 4 0 0 4 0 05 1 1 5 1 1 5 1 0 5 1 0

6 0 0 6 0 1 6 0 1 6 0 0

7 1 0 7 1 0 7 1 0 7 1 0

8 0 1 8 0 0 8 0 0 8 0 0

9 0 0 9 0 0 9 0 0 9 0 1

10 0 0 10 0 0 10 0 0 10 0 0

11 0 0 11 0 0 11 0 0 11 0 1

12 1 0 12 1 0 12 1 0 12 1 0

13 1 1 13 1 0 13 1 0 13 1 0

14 1 0 14 1 0 14 1 0 14 1 1

15 1 0 15 1 0 15 1 0 15 1 0

16 1 0 16 1 1 16 1 0 16 1 0

Page 172: Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

7/17/2019 Kajian Etnobotani Dan Aspek Konservasi Sengkubak Di Kab. Sintang Kal-Bar

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-etnobotani-dan-aspek-konservasi-sengkubak-di-kab-sintang-kal-bar 172/172

16 1 0 16 1 1 16 1 0 16 1 0

17 1 0 17 1 1 17 1 0 17 1 1

18 1 0 18 1 0 18 1 0 18 1 1

19 1 0 19 1 1 19 1 0 19 1 0

20 1 1 20 1 0 20 1 0 20 1 0

21 1 0 21 1 1 21 1 1 21 1 0

22 0 1 22 0 0 22 0 0 22 0 0

23 0 0 23 0 1 23 0 1 23 0 0

24 0 0 24 0 1 24 0 1 24 0 0

25 0 0 25 0 0 25 0 1 25 0 1

15 5 15 8 15 6 15 6

Sengkubak Medang Sengkubak Ubah Sengkubak Cempedak Sengkubak Mentawak

 Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total Ada Tdk ada Total

 Ada 3 12 15 Ada 5 10 15 Ada 2 13 15 Ada 3 12 15

Tdk ada 1 9 10 Tdk ada 3 7 10 Tdk ada 4 6 10 Tdk ada 3 7 10

Total 4 21 25 Total 8 17 25 Total 6 19 25 Total 6 19 25

E(a) = 2,4 E(a) = 4,8 E(a) = 3,6 E(a) = 3,6

E(b) = 12,6 E(b) = 10,2 E(b) = 11,4 E(b) = 11,4

E(c) = 1,6 E(c) = 3,2 E(c) = 2,4 E(c) = 2,4

E(d) = 8,4 E(d) = 6,8 E(d) = 7,6 E(d) = 7,6

X2h =   0,446429   X

2h =   0,030637   X

2h =   2,339181   X

2h =   0,328947

0,446429 0,030637 2,339181 0,328947

X20.05(1) =   3,841   X

20.05(1) =   3,841   X

20.05(1) =   3,841   X

20.05(1) =   3,841

JI = 0,1875 JI = 0,277778 JI = 0,105263 JI = 0,166667

DI = 0,315789 DI = 0,434783 DI = 0,190476 DI = 0,285714