KPE JASA SINTANG

24
Strategi Pengembangan Kawasan Perbatasan Negara Indonesia : Kawasan Pengembangan Ekonomi (KPE) Jasa Kabupaten Sintang MAKALAH OLEH: IMAM INDRATNO

Transcript of KPE JASA SINTANG

Page 1: KPE JASA SINTANG

Strategi Pengembangan Kawasan Perbatasan Negara Indonesia :

Kawasan Pengembangan Ekonomi (KPE)

Jasa Kabupaten Sintang

MAKALAH

OLEH:

IMAM INDRATNO

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAFAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

Page 2: KPE JASA SINTANG

Strategi Pengembangan Kawasan Perbatasan Negara Indonesia

: Kawasan Pengembangan Ekonomi (KPE)

Jasa Kabupaten Sintang

MAKALAH

oleh

IMAM INDRATNO

Mengesahkan,

H. ERNADI SYAODIH, Ir., MT.Ketua Program Studi PWK

Page 3: KPE JASA SINTANG

Strategi Pengembangan Kawasan Perbatasan Negara Indonesia : Kawasan

Pengembangan Ekonomi (KPE) Jasa Kabupaten Sintang

Oleh : IMAM INDRATNO

ABSTRAK

Di Indonesia terdapat empat provinsi yang wilayahnya berbatasan langsung dengan negara lain, yaitu Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Papua, dan Nusa Tenggara Timur. Sebagian besar kawasan perbatasan tersebut masih merupakan kawasan tertinggal, dengan sarana dan prasarana yang masih terbatas. Paradigma yang menganggap bahwa kawasan perbatasan negara hanya menjadi “halaman belakang” suatu negara sehingga tidak mendapat perhatian yang penuh sudah saatnya berubah. Dengan mempertimbangkan potensi ekonomi daerah yang ada, sudah sepantasnyalah kawasan perbatasan negara dijadikan “halaman/beranda depan” negara yang lengkap dengan infrastruktur wilayah yang mendukung.

Key words: kawasan perbatasan, potensi, ekonomi

PENDAHULUAN

Kebijakan penataan ruang mengenai

kawasan perbatasan negara, dalam Rencana

Tata Ruang Wilayah Nasional dimasukkan ke

dalam kategori kawasan tertentu yang

didefinisikan sebagai kawasan yang

ditetapkan secara nasional dan memiliki nilai

strategis, sehingga penataan ruangnya

diprioritaskan, salah satunya adalah Kawasan

Perbatasan Kalimantan-Sarawak Sabah

(KASABA). Perhatian khusus dan prioritas

pembangunan kawasan perbatasan negara

sebagai kawasan tertentu diperlukan untuk

meningkatkan kehidupan sosial-ekonomi dan

ketahanan sosial masyarakat, mengelola

potensi wilayah, serta menciptakan ketertiban

dan keamanan kawasan perbatasan.

Kawasan perbatasan negara, khususnya

yang ada di Propinsi Kalimantan Barat

merupakan kawasan yang memerlukan

pemercepatan pembangunan untuk mengejar

ketertinggalan dengan negara tetangga.

Untuk mendukung tujuan tersebut, kebijakan

umum penataan ruang dituangkan ke dalam

Rancangan Peraturan Presiden mengenai

Penataan Ruang Kawasan Perbatasan

Kalimantan-Sarawak dan Sabah yang sampai

saat ini masih dalam tahap penyelesaian.

Salah satu tujuan penataan ruang kawasan

perbatasan negara tersebut adalah untuk

mempercepat pembangunan kawasan melalui

upaya pengembangan pusat pertumbuhan

ekonomi dan membuka keterisolasian wilayah

dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan

dan nilai sosial budaya setempat.

Pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi

tersebut dijabarkan ke dalam pengaturan

pemanfaatan ruang kawasan budidaya yang

diwujudkan dalam penetapan sektor ekonomi

unggulan untuk setiap kawasan

pengembangan ekonomi. Selanjutnya

ditetapkan Kawasan Pengembangan Ekonomi

(KPE) yang mencakup beberapa kecamatan

di kawasan perbatasan yang terikat secara

fungsional mengembangkan sektor ekonomi

unggulan secara terpadu

Berdasarkan Raperpres Kawasan Perbatasan

Kalimantan – Sarawak – Sabah (KASABA),

telah ditetapkan 10 (sepuluh) Kawasan

Pengembangan Ekonomi (KPE) yaitu; 1).

KPE Temajok – Aruk dengan pintu gerbang

Aruk, 2). KPE Jasa dengan pintu gerbang

Jasa, 3). KPE Entikong dengan pintu gerbang

Entikong, 4). KPE Jasa dengan pintu gerbang

Page 4: KPE JASA SINTANG

Jasa, 5). KPE Nanga Badau dengan pintu

gerbang Nanga Badau di Propinsi Kalimantan

Barat dan 6). KPE Long Apari – Long

Pahangai dengan pintu gerbang LasanTuyan,

7). KPE Long Nawang dengan pintu gerbang

Long Nawang, 8). KPE Long Midang dengan

pintu gerbang Long Midang, 9). KPE

Simanggaris dengan pintu gerbang

Simanggaris dan 10). KPE Nunukan – Sebatik

dengan pintu gerbang Nunukan di Propinsi

Kalimantan Timur. Sampai dengan tahun

Anggaran 2004 telah disusun 5 RTR KPE

yaitu : Entikong, Nanga Badau, Temajok –

Aruk, Nunukan – Sebatik dan Simanggaris.

Kondisi perekonomian Kawasan Perbatasan

Negara Kalimantan – Sarawak –Sabah yang

tertinggal berdampak sangat luas terutama

dalam hal kesenjangan ekonomi antara

penduduk Warga Negara Indonesia dengan

Warga Negara Malaysia dengan segala

dampak negatifnya, misalnya penjarahan

kayu (illegal logging), TKI illegal dan lain-lain,

sehingga diperlukan strategi pembangunan

yang tepat, guna mengatasi masalah

kesenjangan ekonomi tersebut. Beberapa

permasalahan yang dihadapi di wilayah

kawasan perbatasan, antara lain :

a. Penyediaan infrastruktur yang terbatas

telah menyebabkan sulitnya mobilisasi dan

aktivitas pergerakan barang, peralatan dan

jasa, sehingga dengan kondisi ini telah

menimbulkan banyaknya kawasan-

kawasan permukiman atau konsentrasi

penduduk menjadi terisolir dan tertinggal

dibandingkan dengan masyarakat yang

hidup di daerah lain (terutama masyarakat

negara tetangga), serta mengalami

kesulitan dalam mengadakan transaksi jual

beli sebagai upaya dalam meningkatkan

kesejahteraan mereka.

b. Kesenjangan tersedianya infrastruktur

antara wilayah perbatasan dengan negara

tetangga, dimana wilayah Serawak dan

Sabah jauh lebih baik dibandingkan

dengan wilayah yang ada di Kalimantan

Barat maupun Kalimantan Timur.

c. Adanya keterbatasan dan kesenjangan di

bidang infrastruktur (jaringan transportasi

darat), menyebabkan masyarakat sulit

untuk berkomunikasi dan berinteraksi

dengan lingkungan atau wilayah yang ada

di kawasan perbatasan Indonesia.

Sehingga kondisi demikian akan

mengakibatkan terjadinya kesenjangan

ekonomi, sosial, lingkungan dan

keamanan yang semakin besar pada

kawasan perbatasan tersebut, dan tidak

menutup kemungkinan ter-erosi-nya rasa

kebangsaan Indonesia di wilayah

perbatasan.

d. Pengelolaan hutan yang hanya

mementingkan aspek ekonomis telah

menyebabkan kerusakan lingkungan

seperti terjadinya kebakaran hutan, banjir

dan tanah longsor.

Berdasarkan penetapan kriteria Kawasan

Tertentu maka Kawasan Perbatasan Negara

adalah kawasan yang terkait dengan

kepentingan HANKAM. Sebagai perwujudan

penetapan kawasan perbatasan yang

mempunyai pertimbangan dan permasalahan

dengan kepentingan HANKAM (antar negara),

maka perlu dipersiapkan Rencana Tata

Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi

(RTR KPE) yang akan diusulkan untuk

menjadi bagian dari RTRW Nasional.

Berdasarkan kondisi lapangan telah diketahui

bahwa hampir sebagian besar wilayah yang

berbatasan langsung dengan negara tetangga

Malaysia masih mempunyai tingkat

Page 5: KPE JASA SINTANG

perkembangan yang relatif rendah meskipun

mempunyai potensi yang besar untuk dapat

berkembang. Penyusunan RTR KPE

merupakan kebutuhan yang harus segera

dipenuhi dengan memperhatikan kondisi

obyektif dan pemahaman situasi lapangan.

Rencana Tata Ruang yang dimaksud, salah

satu fungsinya adalah harus dapat menjawab

pertanyaan dari Pemerintah Daerah

mengenai batas (deliniasi) antara kawasan

lindung dan kawasan budidaya.

ARAHAN KEBIJAKAN RTR PULAU

KALIMANTAN

Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau

Kalimantan merupakan bentuk operasional

dari Peraturan Pemerintah tentang RTRWN

sebagai wujud fasilitasi Pemerintah dalam

penataan ruang lintas wilayah propinsi. Dalam

konteks RTR Pulau Kalimantan, disebutkan

bahwa arahan pola pengelolaan kawasan

perbatasan lintas Negara didasarkan atas

beberapa strategi sebagai berikut:

a. Mengembangkan pola-pola kerjasama

pembangunan lintas batas dengan negara

tetangga dalam penanganan

penyelundupan dan perdagangan ilegal;

b. Mengembangkan kawasan perbatasan

sebagai “beranda depan” sekaligus pintu

gerbang menuju dunia internasional;

c. Mengembangkan kawasan perbatasan

dengan menganut keserasian antara

prinsip keamanan dan prinsip

kesejahteraan masyarakat;

d. Mengembangkan pusat-pusat

pertumbuhan pada kawasan perbatasan

secara selektif yang didukung oleh

prasarana dan sarana yang memadai;

e. Meningkatkan Kerjasama Ekonomi Sub-

Regional (KESR) melalui skema KESR

BIMP-EAGA (Brunei Darussalam,

Indonesia, Malaysia, Philipina-East Asia

Growth Area);

f. Memaduserasikan struktur dan pola

pemanfaatan ruang kawasan perbatasan

dengan wilayah negara tetangga.

Tabel 1 merupakan uraian kebijakan Rencana

Tata Ruang Pulau Kalimantan.

Tabel 1. Tinjauan Kebijakan Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan

Ruang Lingkup Substansi

Kebijakan

Arahan pola pengelolaan struktur ruang

a) Arahan pola pengelolaan sistem kota PKN (Pusat Kegiatan Nasional)

Pusat pelayanan primer : Kota Balikpapan Pusat pelayanan sekunder : Kota Pontianak, dan Banjarmasin Pusat pelayanan tersier :Samarinda, Bontang, Tarakan, Aruk, Jagoibabang,

Nangabadau, Entikong, Nunukan, Simanggaris, Long Midang, dan Long Pahangai

PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) Pusat pelayanan sekunder: Palangkaraya, Batulicin, Tanjung Redep,

Sangatta, Tanjung Selor, Malinau dan Tenggarong. Pusat pelayanan tersier :Mempawah, Ketapang, Putussibau, Singkawang,

Sampit, Pangkalan Bun, Amuntai, dan Muarabahan.

PKL (Pusat Kegiatan Lokal) Kota-kota PKL:Rasau Jaya, Bengkayang, Pemangkat, Sambas,

Kendawangan, Nangatayap, Lanjak, Kedukul, Sekadau, Nangapinoh, Kotabesi, Kuala Kuayan, Tambang Sumba, Kumai, Nangabulik, Tamiang

Page 6: KPE JASA SINTANG

Ruang Lingkup Substansi

Kebijakan

Layang, Purukcahu, Kualakurun, Bahaur, Lupakdolom, Pleihari, Banjarbaru, Rantau, Kandangan, Tanjung, Kotabaru, Pagatan, Stagen, Tanjung Selor, Tanjung Palas, Muara Wahau, Sangatta, Tau Lumbis, Muara Telake, Muara Badak, dan Loa Janan.

b) Arahan pola pengelolaan sistem jaringan prasarana wilayah1. Transportasi

Sistem jaringan arteri primer dengan prioritas rendah pada ruas-ruas : Entikong–Balai Karangan– Bengkayang–Pontianak;Putussibau–Nangabadau; Nunukan–Malinau–Simanggaris–Longmidang–Long Pahangai; dan Sintang–Nangapinoh-Tumbangsamba– Kualakurun–Muarateweh–Sendawar–Tenggarong–Samarinda;

Sistem jaringan jalan lintas kolektor primer dengan prioritas tinggi pada ruas-ruas: Ngabang–Mempawah dan Bengkayang–Mempawah

2. Prasarana energi dan listrikPeningkatan kapasitas dan pengembangan jaringan tenaga listrik untuk Sistem Kalimantan Barat dengan prioritas tinggi pada: PLTD Ketapang 1,2; PLTD Putussibau 1,2,3; PLTD Sambas 1,2,3; PLTD Singakawang 1; PLTD Sanggau 1-2, 3,4; PLTD Sentebang 1, 2-3; PLTD Sintang 1, 2-4, 5,6; PLTG Baru

3. Prasarana sumber daya air Menjamin ketersediaan air baku untuk kebutuhan irigasi pada

sentra-sentra pangan, kawasan permukiman perkotaan, kawasan industri dan sumber energi tenaga air secara berkelanjutan untuk mendukung pengembangan kawasan-kawasan andalan dan pusat koleksi-distribusi;

Mendukung pengembangan sektor-sektor produktif, khususnya sentra-sentra produksi pangan dan sentra-sentra perkebunan

Arahan pola pengelolaan pemanfaatan ruang

Kawasan lindung Penetapan kawasan sempadan pantai, yakni di kawasan Pantai Barat, Timur

dan Selatan Pulau Kalimantan; Penetapan kawasan sempadan sungai, meliputi DAS Kapuas, Landak,

Mempawah, Sambas, Pawah, Membuluh, Airhitam Besar, Jelai, Paloh, Kahayan, Barito, Kapuas, Mentayan, Seruyan, Katingan, Lamandau, Murung, Barito, Riam Kiri, Riam Kanan, Negara, Kusan, Samponahan, Mahakam, Sesayap, Kayan, Kelai dan Sebakung;

Penetapan kawasan sekitar danau/waduk sebagai kawasan berfungsi lindung pada RTRW Propinsi, Kabupaten, dan Kota;

Pengelolaan kawasan sekitar danau/waduk mencakup Danau Sentarum, Danau Jempang, Danau Melitang, dan Danau Semayang;

Penetapan kawasan sekitar mata air sebagai kawasan berfungsi lindung pada RTRW Propinsi, Kabupaten, dan Kota

Kawasan budidaya meningkatkan kualitas fungsi kawasan budidaya pertanian; yang diprioritaskan

penanganannya adalah Sentra produksi pangan di Pontianak dan Singkawang, Sukamara, Kuala Kapuas, Banjarmasin, Marabahan, Kandangan, Amuntai, dan Tanjung. Sentra perkebunan di Sambas, Bengkayang, Mempawah, Ngabang, Sanggau, Sintang, Putusibau, Nangayatap, Nangabulik, Sukamara, Kualakuayan, Pangkalan Bun, Sampit, Plehairi, Sendawar, Tenggarong, Tanah Grogot, Tanjung Selor, dan Malinau

Arahan pola pengelolaan kawasan perbatasan

Peningkatan akses dari kota-kota kecil di perbatasan menuju kota-kota utama terdekat di Pulau Kalimantan, yaitu Entikong–Pontianak, Jagoibabang–Singkawang, Nangabadau–Putusibau, Longmidang–Malinau, Simanggaris–Nunukan;

Page 7: KPE JASA SINTANG

Ruang Lingkup Substansi

Kebijakan

Pengembangan pelayanan penunjang kegiatan perdagangan internasional, baik berskala kecil hingga besar;

Penerapan insentif–disinsentif untuk pengembangan kawasan perbatasan yang meliputi pembebasan pajak untuk investor, kemudahan perizinan, dan bentuk-bantuk lain yang sah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku

Sumber: Raperpres Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan

Sedangkan arahan kebijakan pengembangan

kawasan perbatasan Kalbar-Serawak di

dalam RTRW Kabupaten Sintang termasuk ke

dalam kawasan prioritas. Pengembangan

kawasan perbatasan dipusatkan di Kota

Nanga Merakai, ibukota Kecamatan Ketungau

Tengah.

Beberapa issu strategis yang berkembang di

KAPET Khatulistiwa, diantaranya adalah

sebagai berikut:

Pengembangan Kawasan Perbatasan

Kalimantan Barat yang berfungsi sebagai

outlet dengan pendekatan

pengembangan cluster yaitu cluster

Paloh, cluster Jagoi Babang, cluster

Entikong, cluster Badau.

Pembangunan Kawasan Industri

Pemangkat untuk menunjang pelabuhan

Sintete dengan luas 25,6 ha dan

berperan sebagai hinterlandnya kawasan

industri Batam yang berorientasi pasar

internasional dengan pengembangan

segitiga pertumbuhan SIJORI.

Perluasan wilayah Kapet Sanggau

(sebelum berubah namanya menjadi

KAPET Kahatulistiwa) dalam rangka

penanganan pengembangan kawasan

perbatasan, juga merupakan antisipasi

kerjasama Ekonomi Sub Regional BIMP

– EAGA, IMS-GT.

Sosialisasi Eksistensi Badan Pengelola

Kapet Sanggau untuk menunjang

hubungan dan keberadaan BP dengan

Pemda sesuai semangat pelaksanaan

otonomi Daerah.

Pelimpahan kewenangan perijinan dalam

rangka menunjung Badan Pengelola

Kapet yang berfungsi sebagai fasilitator

dalam menarik investasi ke wilayah Kapet

Sanggau.

ARAHAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN

KASABA

Secara umum arahan kebijakan

pengembangan Kawasan Perbatasan

KASABA (Kalimantan Sabah-Sarawak)

tercantum dalam Raperpres tentang Rencana

Tata Ruang Kawasan Perbatasan KASABA.

Raperpres tersebut merupakan suatu bentuk

dari prioritas pembangunan kawasan

perbatasan negara sebagai kawasan tertentu

untuk meningkatkan kehidupan sosial-

ekonomi dan ketahanan sosial masyarakat,

mengelola potensi wilayah, serta menciptakan

ketertiban dan keamanan di kawasan

perbatasan. Dalam konteks yang lebih makro

Raperpres ini merupakan acuan spasial

dalam percepatan pembangunan di kawasan

perbatasan sekaligus acuan dalam penataan

ruang propinsi dan kabupaten yang

berbatasan langsung dengan negara

Malaysia.

Pola pemanfaaatan ruang kawasan

perbatasan dibedakan berdasarkan fungsi

Page 8: KPE JASA SINTANG

utama kawasan, meliputi kawasan lindung

dan kawasan budidaya. Untuk pola

pemanfaatan kawasan budidaya diwujudkan

dalam penetapan sektor ekonomi unggulan

untuk setiap kawasan pengembangan

ekonomi

Kawasan Pengembangan Ekonomi (KPE)

didefinisikan sebagai kawasan yang

mencakup beberapa kecamatan yang terikat

secara fungsional untuk mengembangkan

sektor ekonomi unggulan secara terpadu.

Untuk Propinsi Kalimantan Barat terdapat 5

KPE yang telah ditetapkan, meliputi KPE

Temajok-Aruk dengan pintu gerbang Aruk,

KPE Jagoi Babang dengan pintu gerbang

Jagoi Babang, KPE Entikong dengan pintu

gerbang Entikong, KPE Jasa dengan pintu

gerbang Jasa, KPE Nanga Badau dengan

pintu gerbang Nanga Badau.

Kawasan tersebut dilengkapi dengan rencana

tata ruang kawasan pengembangan yang

mengatur alokasi pemanfaatan ruang sektor-

sektor unggulan dalam kawasan dengan

kedalaman peta skala 1:50.000. Tabel 2

menjelaskan beberapa point kebijakan yang

penting dalam Raperpres.

Tabel 2. Kebijakan Raperpres Kawasan Perbatasan Negara di Kalimantan

No Faktor Kebijakan1 Cakupan wilayah Meliputi sebagian wilayah pada 5 (lima) kabupaten yang

terdiri 15 (lima belas) kecamatan di Propinsi Kalimantan Barat, di mana empat diantaranya adalah Kecamatan Jagoibabang, Kecamatan Siding (Kab Bengkayang) dan Kecamatan Ketungau Hulu, Kecamatan Ketungau Tengah (Kab. Sintang)

2 Struktur Ruang (sistem permukiman)

Sistem Pusat Permukiman meliputi hirarki pusat permukiman, yaitu: PKSN (Pusat Kegiatan Strategis Nasional): Temajok-

Aruk, Jagoi Babang, Jasa, Entikong, Nanga Badau

PKW: Sambas, Temajok, Singkawang, Bengkayang, Sanggau, Puttusibau, Sintang

PKL: Sajingan, Saparan, Liku, Sekura, Galing, Pemangkat, Sejangkung, Kaliau, Jagoi Babang, Sentabeng, Seluas, Siding

3 Pola Pemanfaatan Ruang

Kawasan Lindung: Kawasan hutan lindung, kawasan konservasi, dan

resapan air meliputi seluruh kecamatan perbatasan di Propinsi Kalimantan Barat

Penetapan pusat perlindungan sesuai dengan jenis dan kondisi konservasi meliputi Kawasan Pusat Perlindungan Cagar Alam Sinjang Perinsen, Kawasan Pusat Perlindungan TN Betung Kerihun, Kawasan Pusat Perlindungan TN Danau Sentarum, dan Kawasan Pusat Perlindungan TN Kayan Mentarang dan Kawasan Lindung Batu Brok

Kawasan Budidaya: Ditetapkan 5 KPE di Kalimantan Barat yang

mengembangkan sektor ekonomi unggulannya secara terpadu, salah satunya adalah KPE Jagoibabang, dan KPE Jasa

Penetapan sektor mempertimbangakn kondisi SDM, SDA, sumber daya vuatan, sosial, budaya, ekonomi, teknologi, informasi, administrasi, dan pertahanan

Page 9: KPE JASA SINTANG

No Faktor Kebijakankeamanan untuk jangka waktu 20 tahun

Pola pemanfaatan ruang KPE mencakup:- hutan produksi meliputi kawasan hutan produksi

terbatas, kawasan hutan produksi biasa dan kawasan hutan yang dapat dikonversi yang terletak di 26 kecamatan perbatasan

- pertanian dan perkebunan (Paloh, Sajingan Besar,Jagoibabang, Siding, Ketungau Hulu, Ketungau Hilir, Entikong, Sekayam)

- pertambangan skala nasional(Paloh, Ketungau Hulu, Ketungau Hilir)

- peternakan (Jagoi Babang, Siding, Ketungau Hulu, Kecamatan Ketungau Hilir, Badau)

- kawasan perikanan (Paloh, Jagoi Babang, Siding, Ketungau Hulu, Ketungau Tengah, Nunukan dan Kecamatan Sebatik

- Industri (Aruk, Jagoi Babang, Entikong, Jasa, Nanga Bada)

Sumber: Raperpres Kawasan Perbatasan Negara di Kalimantan

KARAKTERISTIK WILAYAH

Kawasan Pengembangan Ekonomi (KPE)

Jasa terletak di bagian utara dari Kabupaten

Sintang atau di antara 00411 LU-10051 LU dan

1110121 BT-1110441 BT. Dilihat dari wilayah

administratifnya, KPE Jasa mencakup wilayah

Kecamatan Ketungau Hulu dan Ketungau

Tengah. Di Kecamatan Ketungau Tengah

dengan ibu kota Nanga Merakai, melingkupi

13 desa, dengan luas total 2.182,4 km2.

Sedangkan Kecamatan Ketungau Hulu

melingkupi 9 desa, dengan luas total

mencapai 2.138,2 km2

KONSEP DASAR PENGEMBANGAN

KAWASAN PERBATASAN

Selama ini pembangunan fisik, ekonomi, dan

sosial budaya di wilayah perbatasan kurang

mendapat perhatian pemerintah sehingga

salah satu akibatnya tingkat kesejahteraan

penduduk rendah.  Akhir-akhir ini

pengembangan wilayah perbatasan menajdi

perhatian pemerintah karena memiliki arti

penting dan strategis terkait dengan otonomi

daerah, perdagangan bebas dan

globalisasi.Pengembangan wilayah

perbatasan perlu dipercepat mengingat

semakin rawannya situasi dan kondisi di

wilayah tersebut baik dari aspek ideologi,

politik, ekonomi, sosial budaya, serta

pertahanan dan keamanan. Fenomena yang

sangat menonjol adalah maraknya kegiatan

illegal loging,illegal trading, arus migrasi

illegal, serta begesernya patok-patok

pembatas antar negara.

Konsep dasar yang digunakan dalam

pengembangan kawasan perbatasan

sekaligus sebagai Kawasan Pengembangan

Ekonomi (KPE) di Jasa, Kecamatan

Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang mengacu

pada tiga pendekatan yang digunakan yaitu :

pendekatan kesejahteraan, pendekatan

keamanan, dan pendekatan lingkungan.

A. Konsep Kesejahteraan

Pada dasarnya pendekatan konsep

kesejahteraan (prosperity approach)

merupakan upaya yang dilakukan

berdasarkan pengembangan kegiatan

ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat di wilayah perbatasan. Untuk

Page 10: KPE JASA SINTANG

KPE Jasa, pengembangan aktivitas ekonomi

diarahkan berbasis perkebunan kelapa sawit.

Konsep kesejahteraan untuk

mengembangkan KPE Jasa meliputi :

Pengembangan perdagangan dengan

Negara Bagian Sarawak melalui pintu

masuk Jasa dan atau Nanga Bayan yang

didukung oleh fasilitas PPLB (Custom,

Immigration, Quarantina, Security) dan

pembangunan kawasan industri

perkebunan kelapa sawit di Kecamatan

Ketungau Hulu dan Ketungau Tengah .

Pengembangan Kota Nanga Merakai (Ibu

Kota Kecamatan Ketungau Tengah)

sebagai pusat Wilayah Pembangunan di

Kabupaten Sintang wilayah utara didukung

oleh beberapa sub pusat pertumbuhan

yang memberikan fungsi pelayanan publik

bagi desa-desa yang jauh dari Ibukota

kecamatan

Pengembangan aktivitas perkebunan

kelapa sawit sebagai basis pengembangan

ekonomi kawasan

Pembentukan satuan-satuan kawasan

permukiman berbasis perkebunan kelapa

sawit guna meningkatkan tingkat

kesejahteraan masrakat perbatasan.

Pengembangan sumber daya manusia

baik untuk tenaga kerja maupun

Peningkatan akses skala regional dan

lokal kawasan dengan meningkatkan,

mengembangkan, maupun membangun

jaringan jalan transportasi terutama

jaringan jalan darat.

B. Konsep Keamanan

Konsep Keamanan (Security) memandang

kawasan perbatasan sebagai kawasan yang

bersebelahan langsung dengan negara lain

sehingga perlu pengawasan terhadap

keamanan untuk menjaga keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Pendekatan

keamanan akan melihat kawasan perbatasan

sebagai kawasan yang memiliki nilai strategis

bagi kepentingan nasional sesuai dengan

fungsinya dalam pertahanan dan keamanan

negara.

Konsep struktur ruang pertahanan dan

keamanan yang dikembangkan ialah

membentuk sabuk komando perbatasan

negara. Sabuk komando perbatasan negara

ini berupa buffer area atau security zone

sejauh ±4 km dari garis perbatasan sebagai

wilayah pengawasan. Pertimbangan tersebut

juga memperhatikan batasan fisik, meliputi

ketinggian topografi, kelerangan tanah,

maupun keberadaan sungai. Salah satu

bentuk pengawasan ini berupa penyediaan

pos-pos pengwasan di sepanjang sabuk

komando yang berfungsi memantau aset-aset

sumber daya negara serta benteng

pertahanan terdepan.

Konsep keamanan untuk mengembangkan

KPE Jasa meliputi :

Pembangunan pos lintas batas lengkap

dengan sarana pendukungnya di sekitar

garis perbatasan

Pengembangan pos-pos TNI lainnya di

sekitar garis perbatasan sebagai wujud riil

dari pengawasan keamanan guna

keutuhan NKRI

Sinergitas pengembangan dengan

pengembangan ekonomi : peningkatan

pos keamanan darat di Pos Gabungan

(Indonesia dan Malaysia), peningkatan

kewibawaan aparat keamanan dan

pemerintahan, dan kesadaran bela negara

bagi seluruh stakeholder.

Peningkatan fasilitas keimigrasian untuk

pengendalian sekaligus mendukung

Page 11: KPE JASA SINTANG

kelancaran arus masuk barang dan

masyarakat.

Penerapan sanksi yang tegas terhadap

bentuk pelanggaran sebagai wujud

pengendalian pemanfaatan ruang baik

praktek illegal logging maupun illegal

fishing.

C. Konsep Lingkungan

Pendekatan yang dilakukan dengan

memperhatikan aspek lingkungan merupakan

perspektif penting dalam menjaga

keberlanjutan lingkungan dan meminimasi

dampak yang akan ditimbulkan oleh kegiatan

pembangunan.

Konsep lingkungan untuk

mengembangkan KPE Jasa meliputi :

Menjaga keseimbangan lingkungan dalam

melakukan proses pembangunan terutama

dalam melakukan pengendalian

pemanfaatan ruang dengan melakukan

pengendalian pada penebangan liar dan

pengendalian serta penegasan mengenai

larangan adanya aktivitas budidaya di

lahan kawasan lindung, maupun kawasan

konservasi lainya.

Menjaga keseimbangan lingkungan dalam

melakukan eksploitasi sumberdaya alam,

khusus untuk KPE Jasa yang terindikasi

memiliki potensi bahan tambang batu bara,

emas, dan minyak bumi

KONSEP PENGEMBANGAN STRUKTUR

TATA RUANG

Konsep pengembangan struktur ruang

mengacu pada rencana pembukaan gerbang

perbatasan dan pusat pengembangan

perbatasan (BDC) sebagai pusat

pengembangan ekonomi KPE. Dengan

rencana ini maka pusat pengembangan

kawasan akan berada di kawasan BDC atau

di kawasan gerbang perbatasan atau pada

jaringan jalan utama menuju gerbang

perbatasan. Pada dasarnya konsep

pengembangan struktur ruang terdiri dari

pengembangan pusat-pusat pelayanan,

pengembangan jaringan infrastruktur

khususnya jaringan jalan serta rencana

pemanfaatan ruang.

A. Konsep Pengembangan Pusat-pusat

Pelayanan

Pengembangan pusat pelayanan dan struktur

pelayanan didasarkan pada rencana

pengembangan gerbang atau pusat

pengembangan kawasan perbatasan (BDC).

Dengan demikian maka pengembangan pusat

pelayanan akan berada di sekitar gerbang

perbatasan yang direncanakan. Berdasarkan

evaluasi rencana lokasi gerbang maka

terdapat 2 alternatif gerbang yaitu Desa Jasa

dan Desa Nangga Bayan. Maka pusat

pengembangan kawasan akan berada pada

kedua titik ini. Hal ini mengingat tidak ada

kawasan perkotaan atau pusat pelayanan

yang melingkupi pelayanan regional

kecamatan kecuali Ibukota Kecamatan

Senaning. Tetapi jarak Senaning cukup jauh

dari kedua desa ini dan tidak tersedia sarana

perhubungan yang memadai. Pelayanan

kebutuhan sehari-hari saat ini masyarakat

kawasan ini masih berorientasi ke wilayah

Malaysia, mengingat kelengkapan kebutuhan

hanya ada di sana. Adapun konsep

pengembangan pusat pelayanan adalah

sebagai berikut :

1. Mengembangkan dan menyediakan pusat

pelayanan bagi masyarakat di kawasan ini,

sehingga masyarakat tidak harus ke

Serawak untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya.

Page 12: KPE JASA SINTANG

2. Pengembangan pusat pelayanan ini

diharapkan menjadi pusat orientasi

berbagai kegiatan dan pengembangan

kawasan.

3. Untuk optimalnya pusat pelayanan ini,

maka perlu dikembangkan berbagai

aktifitas ekonomi pendukung kawasan

serta pengembangan jaringan jalan

pelayanan bagi masyarakat pedesaan

yang ada di sekitar kawasan ini.

4. Tahap awal pengembangan pusat

pelayanan hanya di pusat atau di gerbang

perbatasan yang akan dibuka saja.

B. Konsep Pemanfaatan Ruang

Konsep pemanfaatan ruang didasarkan pada

optimalisasi pemanfaatan lahan sesuai

dengan kesesuaian lahan serta ketersediaan

sarana dan prasarana pendukung

pengembangan kawasan. Konsep

pemanfaatan lahan adalah sebagai berikut :

1. Semaksimal mungkin mempertahankan

kawasan lindung yang ada baik dalam

bentuk hutan lindung, taman nasional,

maupun cagar alam serta sempadan-

sempadan sungai dan mata air.

2. Mengembangkan lahan sesuai dengan

evaluasi lahan untuk pengembangan yang

paling optimal, baik dari nilai ekonomi

maupun nilai kelestarian lingkungan

3. Mengembangan pemanfaatan lahan yang

mempunyai nilai ekonomi yang

memungkinkan masyarakat terlibat secara

langsung dalam mengelola dan mengolah

lahan yang tersedia.

4. Mengembangkan jaringan infrastruktur

pendukung pengembangan dan

pemanfaatan lahan.

KONSEP PENGEMBANGAN EKONOMI

A. Investasi Minimum Serentak

Seperti yang telah dijelaskan dalam

pembahasan sebelumnya, pengembangan

KPE Jasa akan dilandasai pula oleh

pemikiran perlunya investasi minimum yang

cukup besar yang harus disediakan oleh

pemerintah dalam berbagai tingkatan. Tesis

seperti ini dikenal dalam literatur

pengembangan ekonomi pembangunan

wilayah dengan big push theory.

Teori pertumbuhan big push termasuk ke

dalam kategori teori pertumbuhan berimbang

yang berarti investasi harus berlangsung

secara serentak di semua sektor atau industri,

dimana dibutuhkan tingkat investasi minimum

yang tinggi. Sedangkan pengertian lainnya

adalah pembangunan berimbang antara

industri manufaktur dengan sektor pertanian.

Karenanya pertumbuhan berimbang

membutuhkan keseimbangan antara berbagai

industri barang konsumen, dan antara barang

konsumen dengan industri barang modal.

Selain itu teori ini juga menyatakan

keseimbangan antara overhead sosial dengan

overhead ekonomi. Singkatnya teori

pertumbuhan berimbang mengharuskan

adanya pembangunan yang serentak dan

harmonis dari berbagai sektor ekonomi

sehingga semua sektor tumbuh bersama.

Untuk itu diperlukan keseimbangan antara sisi

permintaan dengan sisi penawaran. Sisi

penawaran memberikan penekanan pada

pembangunan serentak dari semua sektor

yang saling berkaitan dan yang berfungsi

meningkatkan penawaran barang. Ini meliputi

pembangunan serentak dari barang setengah

jadi, bahan mentah, sektor pertanian,

angkutan dan lain-lain, serta semua industri

yang memproduksi barang konsumen.

Sebaliknya, sisi permintaan berhubungan

dengan penyediaan kesempatan kerja yang

Page 13: KPE JASA SINTANG

lebih besar agar permintaan barang dan jasa

dapat tumbuh di fihak penduduk. Sisi ini

berkaitan dengan industri yang sifatnya saling

melengkapi, industri barang konsumsi,

khususnya pertanian dan sektor manufaktur.

Jika semua industri dibangun secara serentak

maka tenaga yang terserap akan cukup

besar. Dengan cara ini akan tercipta

permintaan barang-barang dari masing-

masing industri satu sama lain.

Tesis big push memerlukan tercapai

eksternalitas ekonomis yang muncul dari

pendirian serentak sektor-sektor yang saling

terkait. Berkaitan dengan hal ini paling tidak

dapat dibedakan 2 macam syarat mutlak

minimal dan eksternalitas ekonomis yakni :

Pertama, Syarat mutlak minimal dalam fungsi

produksi. Kedua, syarat mutlak minimal pada

permintaan (saling melengkapinya

permintaan).

Yang dimaksud dengan syarat minimal dalam

fungsi produksi adalah perlunya investasi

minimal dalam input, output dan proses.

Investasi seperti ini akan meningkatkan

penghasilan yang akan menurunkan rasio

modal-output (COR). Dengan meningkatnya

capital to output ratio itu maka akan

meningkatkan eksternalitas ekonomis berupa

peningkatan modal overhead. Jasa dari modal

overhead sosial terdiri dari industri dasar

seperti energi, angkutan dan perhubungan

yang secara tidak langsung bersifat produktif

dan mempunyai masa persiapan lama yang

membutuhkan modal awal yang cukup besar.

Di negara terbelakang investasi untuk sektor-

sektor ini mencapai 1/3 dari total investasi

yang dibutuhkan.

Yang dimaksud dengan syarat mutlak minimal

pada permintaan adalah pendirian secara

serentak industri yang saling berkaitan. Hal ini

perlu dilakukan mengingat investasi secara

sendiri-sendiri mempunyai risiko sebagai

akibat dari ketidakpastian apakah produknya

akan mendapatkan pasar.

B. Rencana Pengembangan KPE Jasa

Rencana pengembangan KPE Jasa selain

didasarkan pada argumentasi perlunya

investasi minimnal (yang besar) secara

serentak, juga didasarkan hasil komparasi

dengan pengembangan Kota Entikong. Pada

bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa

pengembangan Entikong didukung oleh

pengembangan di beberapa sektor yakni

sektor pertanian, sektor perdagangan dan

sektor informal lainnya, (embrio) pusat bisnis

UKM, serta adanya balai latihan tenaga kerja.

Setelah kurang lebih 16 tahun (1989-2005)

berdiri, kini Entikong berkembang seperi

adanya saat ini. Terdapat ekspektasi yang

cukup baik bagi perkembangan peran

Entikong walaupun masalah illegal logging

masih membayangi hingga tahun 2005. Ada

beberapa argumentasi yang dapat diajukan

untuk menjelaskan mengapa selama 16

tahun, Entikong tidak terlalu pesat juga

perkembangannya. Salah satu penjelasannya

adalah dekatnya Kota Entikong dengan Kota

Balai Karangan yang juga menjalankan

fungsi-fungsi pelayananan penduduk sekitar.

Dengan kondisi ini diduga terdapat semacam

pembagian peran antara Kota Entikong

dengan Kota Balai Karangan.

Dengan seluruh analisis ekonomi yang telah

dipaparkan berikut adalah kriteria

pengembangan aktivitas yang akan

dilakukan dalam rangka rencana

pengembangan KPE Jasa :

1. Dibutuhkan investasi minimum yang cukup

besar untuk mengembangkan

perekonomian di KPE Jasa.

Page 14: KPE JASA SINTANG

2. Investasi yang dimaksud harus dilakukan

secara secara berimbang dalam arti

berimbang antara industri manufaktur

dengan sektor pertanian, berimbang

antara berbagai industri barang konsumen,

berimbang antara sisi penawaran dengan

sisi permintaan.

3. Sektor pertanian yang akan dikembangkan

adalah sektor yang didukung oleh potensi

yang saat ini ada di KPE Jasa.

4. Sektor manufaktur yang akan

dikembangkan adalah sektor yang

mendukung pengembangan sektor

pertanian.

5. Sektor perdagangan yang akan

dikembangkan adalah yang mendukung

pengembangan sektor pertanian dan

manufaktur.

6. Selain pengembangan sektor dalam skala

besar perlu diupayakan pengembangan

usaha skala kecil bagi masyarakat.

7. Perlu adanya pusat-pusat layanan oleh

pemerintah daerah untuk membentuk

aktivitas ekonomi di KPE Jasa.

8. Perlu adanya antisipasi pembagian peran

antara KPE Jasa dengan pengembangan

kota lain di sekitarnya.

Berdasarkan kriteria itu maka rencana

pengembangan aktivitas ekonomi di KPE

Jasa adalah sektor-sektor sebagai berikut :

1. Prasarana Jalan dan komunikasi untuk

menunjang aktivitas ekonomi.

2. Sektor pertanian: padi, lada.

3. Sektor perkebunan : Karet, Sawit dan

Lada.

4. Sektor peternakan : Sapi, babi, dan

kambing.

5. Sektor manufaktur : agrobisnis yang

berbasis pengolahan karet, sawit.

Pengolahan pendukung pertanian seperti

pupuk dan pakan ternak.

6. Sektor perdagangan : Pasar barang

konsumen (primer, sekunder dan tersiser),

Pasar kebutuhan pengolahan pertanian,

Pasar output hasil produksi sektor

pertanian.

7. Lokasi pengembangan embrio usaha kecil

(dan menengah).

8. Pusat-pusat layanan Pemerintah dan

Pemerinta Daerah :

(i) Dinas Kimpraswil

(ii) Dinas Perhubungan

(iii) Dinas Pertanian

(iv) Dinas Kehutanan dan Perkebunan

(v) Dinas Tenaga Kerja

(vi) Dinas Pedagangan dan Industri

(vii) Dinas Sosial

(viii) Dinas UKM

(ix) Dinas Pendidikan

(x) Dinas Kesehatanan

(xi) Kantor Keimigrasian.

9. Pengembangan lembaga perkreditan baik

bank maupun non bank.

KONSEP PENGEMBANGAN PELAYANAN

SARANA DAN PRASARANA

Prinsip pengembangan perlayanan sarana

dan prasarana adalah terpenuhinya

prasarana dan sarana dasar masyarakat,

sehingga terpenuhinya kebutuhan

masyarakat. Saat ini pelayanan di kawasan ini

sangat minim, baik pelayanan umum dan

sosial seperti sekolah dan kesehatan,

maupun pelayanan listrik dan air bersih.

Konsep pengembangan pelayanan sarana

dan prasarana adalah :

Page 15: KPE JASA SINTANG

1. Mengembangkan sarana dan prasarana

untuk memenuhi kebutuhan dasar

masyarakat di kawasan ini.

2. Pengembangan sarana dan prasarana

secara bersama-sama dengan

pengembangan aspek lainnya harus dapat

menunjang pengembangan kawasan Jasa

sebagai pusat pengembangan perbatasan

yang baru, sehingga kawasan ini menjadi

lebih menarik untuk didatangi baik oleh

masyarakat maupun oleh investor.

3. Pengembangan sarana dan prasarana

selaras dengan kebutuhan masyarakat.

KONSEP PENGEMBANGAN SISTEM

TRANSPORTASI

Konsep utama pengembangan sistem

transportasi adalah untuk menunjang

pembukaan dan pengembangan kawasan

perbatasan Jasa dan sekitarnya. Bagian awal

dari konsep ini adalah membuka keterisoliran

daerah ini dengan membuka aksesibilitas ke

kawasan ini. Saat ini untuk mencapai

kawasan hanya dapat dicapai dengan

menggunakan transportasi sungai, dengan

ketersediaan sarana transportasi yang sangat

minim. Konsep pembukaan isolasi ini adalah

dengan pengembangan transportasi darat

dengan mengembangkan dan miningkatkan

jaringan jalan dari jalan setapak menjadi jalan

yang dapat dilewati kendaraan roda empat.

Selanjutnya adalah membuka jaringan jalan

menuju desa-desa yang ada di kawasan ini,

sehingga semua desa dapat mengakses jalan

utama dan mengakses BDC sebagai pusat

pelayanan masyarakat.

Tahap selanjutnya setelah membuka isolasi

daerah adalah menyediakan sarana

perangkutan yang memadai. Sarana ini untuk

melayani masyarakat antar desa, dan menuju

pusat kabupaten maupun untuk mencapai

kawasan Serawak Malaysia.

KONSEP PENGEMBANGAN PERTAHANAN

DAN KEAMANAN

Aspek pertahanan dan keamanan merupakan

faktor penting dalam mengembangkan

kawasan perbatasan. Semua pengembangan

aktifitas, sarana prasarana maupun

pengembangan ekonomi dan mobilisasi

penduduk tidak dapat ditinggalkan harus

dilihat juga dengan perspektif pertahanan dan

keamanan. Konsep pengembangan

pertanahan dan keamanan dalam rangka

menunjang pengembangan kawasan ekonomi

Jasa adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan berbagai aktifitas harus

memperhatikan kepentingan pertahanan

dan keamanan.

2. Pengembangan aktifitas serta sarana dan

prasarana yang dibangun harus dapat

bersinergi dengan konsep pertahanan dan

keamanan.

3. Mengakomodasi pendekatan-pendekatan

tertentu yag khas militer dalam

pengembangan kawasan ini.

Menempatkan sarana pertahanan,

termasuk prajurit sebagai bagian dari

pengembangan ekonomi kawasan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Douglas, M. 1998. A Regional Network

Strategy for Reciprocal Rural-Urban

Linkages: An Agenda for Policy Research

with Reference to Indonesia. Third World

Planning Review, Vol.20. No.1, 1998.

2. Friedmann, John and Clyde Weaver. 1979.

Teritory and Function: The Evaluation of

Regional Planning. University of California

Press. California.

Page 16: KPE JASA SINTANG

3. Firman, Tommy. 1985. Perspektif Neo-

Klasik, Dependensi, dan Humanitarian

dalam Teori-teori Pembangunan,

Keterbelakangan dan Pengembangan

Wilayah. ITB. Bandung.

4. Glasson, John. 1977. Pengantar

Perencanaan Regional. Terjemahan Paul

Sitohang. Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi UI. Jakarta.

5. Nurzaman, Siti. 2002. Perencanaan

Wilayah di Indonesia Pada Masa Krisis.

Penerbit ITB. Bandung.

6. Raperpres Rencana Tata Ruang Pulau

Kalimantan.