Sejarah Sintang

46
SEJARAH SINTANG - THE HISTORY OF SINTANG A COLLECTION OF BOOKS, MANUSCRIPTS, ARCHIVES AND ARTICLES by Drs. Anouk Fienieg, MA

description

Sejarah Sintang dan Perkembangan Sintang

Transcript of Sejarah Sintang

Page 1: Sejarah Sintang

SEJARAH SINTANG - THE HISTORY OF

SINTANG A COLLECTION OF BOOKS, MANUSCRIPTS,

ARCHIVES AND ARTICLES

by Drs. Anouk Fienieg, MA

Page 2: Sejarah Sintang

PENELITIAN DILAKUKAN DI :

Perpustakaan KIT(Royal Tropical Institute) di Amsterdam :

Terdapat banyak sekali sumber kepustakaan yang penting seperti buku, majalah dan naskah-naskah asli yang berkaitan dengan penyerahan kedaulatann. Sebagian besar informasi mengenai sejarah Sintang ditemukan dalam sumber kepustakaan mengenai kawasan bagian Barat Borneo

KITLV /The Royal Netherlands Institute of Southeast Asia and Caribbean Studies) di Leiden:

Memiliki koleksi sumber kepustakaan paling banyak mengenai Sintang.

Page 3: Sejarah Sintang

The National Archive di Den Haag : Naskah-naskah asli tentang Sintang. Sebagian

besar dokumen penting ditemukan dalam bentuk korespondensi para administrator Belanda yang bertugas di Indonesia.

Publikasi di perpustakaan Universitas Amsterdam;

Perpustakaan Panti Wreda Kerajaan Belanda untuk para Mantan Militer (Koninklijk Tehuis voor Oud-Militairen)

Museum Bronbeek. Perpustakaan kerajaan belanda (KIT Library) di

Den Haag

Page 4: Sejarah Sintang

LAPORAN PENELITIAN INI BERISI 6 BAB DAN 1 EPILOG

Bab 1 Menggambarkan Sejarah awal Sintang hingga

kedatangan Belanda untuk menggambarkan asal muasal dari berbagai etnis yang ada di Sintang

Bab 2 Berisi tentang kedatangan Belanda Tahun 1822,   Pendudukan PERTAMA dan KEDUA dan menjadikan

Sintang nyaris sebagai pusat administrasi Belanda di Kalimantan.

Bab 3 Berisi informasi tentang struktur social dan

ekonomi di Sintang pada abad ke-19.

Page 5: Sejarah Sintang

Bab 4 Memuat hal yang sama, namun pada periode

pertengahan abad ke-19.

Bab 5 Berisi kisah peperangan dan pemberontakan

antara Sintang dan Belanda.

Bagian Epilog Menjelaskan permasalahan keanekaragaman

budaya di dalam masyarakat Kalimantan setelah adanya Transmigrasi pada pertengahan akhir abad ke-20.

Page 6: Sejarah Sintang

BAB 1

Cara terbaik untuk mendapatkan informasi tentang sejarah sintang dan asal muasal penduduknya adalah melalui penelitian arkeologis.

Namun sampai saat ini ada dua kendala untuk penelitian arkeologis, yaitu : tidak adanya ahli dan kesempatan serta iklim.

Satu-satunya sumber informasi tentang sintang adalah sumber kepustakaan tentang prasejarah dan sejarah awal asia tenggara dan borneo.

Hingga 10.000 Tahun SM, Borneo terhubungkan dengan seluruh kawasan Asia Tenggara melalui Daratan. Borneo menjadi bagian dari dataran Sunda yang berasal dari nama Selat Sunda. Migrasi bisa dilakukan melalui daratan maupun lautan.

Page 7: Sejarah Sintang

SIAPAKAH NENEK MOYANG SUKU DAYAK Penduduk Pertama Borneo adalah orang-orang Austronesia yang

datang dari daratan Asia Tenggara. Mereka menempuh perjalanan searah jarum jam mulai dari Taiwan, menyeberang Filipina menuju Borneo.Penggalian di bagian timur laut kepulauan tersebut memberikan bukti adanya keberadaan manusia sejak 12.000 tahun SM hingga sekarang.

Orang Austronesia inilah yang merupakan nenek moyang suku Dayak. Cara hidup mereka mempunyai banyak sekali kesamaan dengan kebudayaan tradisional Dayak.

Pemukiman orang Austronesia hampir sama dengan rumah panjang suku Dayak. Mereka hidup dengan bercocok tanam, memelihara babi, ternak dan memiliki keahlian dalam berburu, mencari ikan dan membuat alat-alat pecah-belah. Pakaian mereka terbuat dari kulit kayu dan menghiasi diri mereka dengan Tato. Bukti pertama yang menunjukkan adanya alat-alat dari besi ditemukan kira-kira 500 tahun SM tetapi pemanfaatannya secara meluas baru pada abad ke-6 atau ke-7 sesudah masehi.

Sekitar 3000 tahun SM mulai tampak perbedaan di antara orang Austronesia di Borneo. Di sekitar Sintang tinggal suku Iban, Kantu, Kayan, Bidayuh dan Dayak Melayu (Dayak Muslim).

Page 8: Sejarah Sintang

AJI MELAYU SECARA MITOLOGIS ADALAH NENEK MOYANG KERAJAAN SINTANG  Mitos mempunyai versi berbeda-beda mengenai

asal muasal suku Dayak. Alkisah terdapat pohon besar di tempat tinggal para dewa. Suatu hari dua anak dewa bermain di sana. Mereka bernama Pukat Mangawan dan Bui Nasi. Mereka mempunyai ide untuk menciptakan langit dan bumi. Maka Keajaibanpun terjadilah, Pukat dan Bui Nasi menikah dan memiliki tujuh anak. Salah satu anak mereka menikah dengan Aji Melayu, seorang saudagar dari Jawa yang kemudian secara mitologis menjadi nenek moyang Kerajaan Sintang.

Page 9: Sejarah Sintang

KAPAN KERAJAAN SINTANG DIDIRIKAN Kapan kerajaan Sintang didirikan sangat

tidak pasti karena bercampurnya mitos dan Sejarah, serta hanya diceritakan turun temurun sehingga kebenarannya sulit dibuktikan.

Menurut tradisi, Raja Pertama Sintang adalah Aji Melayu yaitu seorang Hindu dari Jawa. Tetapi sebenarnya beliau adalah Raja Sepauk. Pada saat itu Sintang belum eksis.

Page 10: Sejarah Sintang

RAJA PERTAMA SINTANG = RAJA SEPAUK Aji Melayu Raja Sepauk

  Jubair Mendirikan Kerajaan Sintang

dan memilih lokasi di titik Pertemuan antara Sungai Kapuas & Melawi.

Senentang = pertemuan dua sungai

Dara Juanti Pendiri Sintang (cerita Dara Juanti

dan Kura-Kura Emas).

Page 11: Sejarah Sintang

BERAPA UMUR SINTANG ? SANGAT SULIT UNTUK MENGETAHUINYA

Namun ada 4 alasan yang masuk akal bahwa Sintang pasti didirikanpada abad ke-17.

PERTAMA Adanya peta yang dibuat pada tahun 1657 yang menunjukkan

tempat bernama Santang yang berlokasi di sepanjang sungai kea rah timurlaut Sukadana.

KEDUA Dalam sejarah Sukadana diceritakan adanya konflik antara

penguasa Sukadana , yaitu Raja Akom dan Raja Poetan dari Sintang.Raja Akom menjadi Raja di Sukadana antara yang kelima atau keenam. Sekitar tahun 1800 Belanda mengadakan perjanjian dengan raja yang ketigabelas. Jika setiap raja berkuasa selama duapuluh tahun, maka kisah tersebut pasti terjadi sekitar tahun 1600.

Page 12: Sejarah Sintang

KETIGA Informasi tentang kerajaan Selimbau. Raja pertama Selimbau

adalah Abang Tadjak. Mungkin Abang Tadjak sejajar dengan Jubair di Sintang. Raja Selimbau yang kesebelas memerintah pada tahun 1823. Dengan perhitungan yang sama sebagaimana yang terjadi pada kerajaan Sukadana, maka Sintang sudah ada pada Abad ke-17.

  KEEMPAT Sintang disebut dalam sejarah Banjermassin (Banjarmasin).

Pangeran Soerjanata diperkirakan diperkirakan telah menaklukkan Sintang. Tampaknya beliau sama dengan Pangeran Soerjana yang menjadi raja pada tahun 1663. Banjermassin memimpin banyak peperangan pada Abad ke-17 dalam usaha untuk menyebarluaskan agama Islam. Tidak ada satupun dari alasan di atas yang mempunyai bukti kuat namun jika seluruh cerita tersebut dirangkaikan maka cukup masuk akal bahwa Sintang sudah ada pada Abad ke-17.

Page 13: Sejarah Sintang

RAJA ISLAM PERTAMA DI SINTANG Raja pertama yang menganut Islam di Sintang

adalah SULTAN NATA MOHAMMAD SYAMSOEDIN yang memimpin sekitar tahun 1700. Diperkirakan bahwa Sintang menganut agama Islam atas tekanan dari Banjermassin.

Jika Sintang telah menjadi kerajaan sebelum datangnya agama Islam maka hal tersebut sesuai dengan informasi dari Veth bahwa asal-muasal Kerajaan Sintang adalah Dayak.

Victor King juga menyebutkan bahwa nenek moyang sebagian besar kerajaan di Kapuas adalah Dayak yang kemudian memeluk agama Islam.

Page 14: Sejarah Sintang

ETNIS THIONGHOA (PERTAMA DATANG DI KALBAR PADA PERTENGAHAN ABAD KE-18)

Masyarakat Tionghoa pertama yang menetap di Kalimantan Barat datang pada pertengahan Abad ke 18 sebagai penambang emas.

Para pendatang Tionghoa berasal dari Pesisir Selatan Cina. Dua kelompok terbesar di Kalimantan Barat adalah etnis

Tionghoa Teochiu dan Hakka. Orang-orang Hakka pindah dari daratan Cina ke daerah pesisir

lebih awal. Kedua golongan etnis tersebut adalah Tionghoa Han dan berbicara bahasa yang berasal dari bagian Selatan Cina.

Orang-orang Teochiu terkonsentrasi di perkotaan dan menjadi ahli dalam perdagangan.

Etnis Tionghoa Hokkian yang kebanyakan tinggal di Jawa sangat jarang ditemukan di Kalimantan. Kebanyakan para pendatang Tionghoa menetap di Singkawang.Sintang mempunyai sedikit populasi Tionghoa

(0,6 s/d 2,5 %)

Page 15: Sejarah Sintang

BAB 2SINTANG DAN BELANDABAGIAN I (1822 – 1854) AWAL PERKENALAN Portugis adalah bangsa Eropa pertama yang menjalin hubungan dengan

Borneo di awal Abad ke-16.

Belanda tiba dengan kapal East Indies Company (VOC) sekitar tahun 1600.

Mereka datang sebagai Saudagar. Mereka menjalin hubungan dengan : - Banjermassin (1609) - Sukadana (1617) - Pontianak (1778) tetapi hubungan ini tidak memberikan banyak

keuntungan bagi Belanda. Belanda tertarik kembali menjalin hubungan dengan Borneo setelah adanya masa peralihan pemerintahan Inggris (1811-1816).

Belanda datang pertama kali ke Sintang pada bulan Pebruari 1822. Sebuah Misi dengan Komisaris J. Tobias, C.Hartmann dan E.Francis

menyusuri sungai Kapuas memasuki daerah-daerah di pedalaman. Misi Pertama ini bertujuan untuk “menginspeksi”berbagai kerajaan di sepanjang Kapuas dan untuk berkenalan dengan penguasa-penguasa setempat.

Page 16: Sejarah Sintang

Raja Sintang, Raja Sekadau, Raja sanggau tidak tertarik dengan misi delegasi Belanda tsb.

Kemudian J.Tobias mengutus D.J. von den Dungen Gronovius ke berbagai kerajaan di Kapuas untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi.

Gronovius juga mencoba mengadakan perjanjian dengan para penguasa setempat Pada saat itu penguasa Sintang, Sultan Atjep Mohammad Jamal Ud-din baru saja meninggal, sehingga perjanjian pertama dibuat antara Gronovius dengan pemimpin anggota keluarga dari pihak kerajaan.

Perjanjian ini dibuat dalam suasana permusuhan dan intimidasi. Dengan adanya penandatanganan perjanjian ini Sintang mengakui bahwa Belanda menjadi pemimpin mereka. Selanjutnya, berbagai konflik diatasi oleh Residen Borneo Barat dan mereka dilarang menjalin hubungan dengan penguasa lain. Sebagai imbalanya, Sintang mendapat perlindungan dari Belanda.

Maksud perjanjian tersebut adalah membangun kekuasaan Belanda dan menciptakan situasi yang menguntungkan dalam bidang perdagangan.

Page 17: Sejarah Sintang

Walaupun demikian Belanda tidak yakin dengan perjanjian tersebut. Pada tahun 1823 Ketua Komisi C.L.Hartmann membentuk sebuah Regimen beranggotakan 40 tentara dan mulai membangun benteng. DE STURLER menjadi komandan pos ini.

Perjanjian 1822 juga diperbaharui dan tanpa batas waktu. Namun Sintang belum memiliki pemimpin baru. Para pemimpin keluarga kerajaan memilih ABANG SINKEL sebagai raja baru tetapi Hartmann tidak mempercayai pangeran ini. ABANG SINKEL boleh menjadi raja di Sintang tetapi yang menjalankan kekuasaan kerajaan adalah pamannya yaitu ADE DJUN.

ADE DJUN mendapat gelar PANGERAN RATOE KESOEMA NEGARA.

Page 18: Sejarah Sintang

DE STURLER MENDAPATKAN KESULITAN DI SINTANG: Benteng dalam keadaan memprihatinkan, begitu juga dengan

pasukan tentaranya.

Dia tidak memiliki kekuasaan untuk menghentikan tradisi pemenggalan kepala dan untuk mengakhiri konflik antara Sintang dengan daerah-daerah di sekitarnya.

Dia meninggalkan benteng tanpa ijin 1825 dan benteng diabaikan s/d 1827.

Benteng tsb dibakar oleh Pangeran Koening, saudara Pangeran Ratoe pada tahun 1830.

Karena Belanda harus menghadapi perang Jawa (1825-1830), maka investasi di Borneo berakhir. Tidak ada uang maka tidak ada penjajahan dan Sintang dibiarkan bebas selama 30 tahun.

Page 19: Sejarah Sintang

PENDUDUKAN KEDUA Dengan bebasnya Sintang dari Belanda selama tahun 1827-

1854 tidak terdapat banyak informasi pada masa itu. Usaha untuk membangun kembali kekuasaan Belanda di Sintang selalu ditolak.

Kemudian situasi berubah ketika orang Inggris bernama James Brooke menjadi Raja Sarawak tahun 1841. Beliau meningkatkan perekonomian Kuching dengan mengadakan perdagangan di Hulu Kapuas. Ini merupakan ancaman serius bagi perdagangan Belanda di Kapuas yang menjadi motor perekonomian Pontianak. Ancaman ini menjadi bagian penting dalam catatan Sejarah.

Untuk mempertahankan daerah kekuasaan mereka, Belanda ingin menggabungkan 2 daerah di Borneo (bagian selatan,Timur dan Barat). Daerah yang baru dinamakan Borneo dan sekitarnya.

Page 20: Sejarah Sintang

A.L.Weddik dipilih sebagai Gubernurnya. Ibukota masih harus dipilih. Mereka ingin sebuah tempat yang tepat di tengah Borneo. Alasan resmi pendirian pusat kota ini disebutkan untuk mendorong Peradaban, Kristianisasi dan Kedamaian bagi orang Dayak. Tetapi kaitan antara Belanda, Inggris dan Pemerintahan Hindia belanda menunjukkan motif yang sebenarnya yaitu untuk melindungi kegiatan perdagangan mereka.

James Brooke telah membujuk beberapa kelompok Dayak di daerah perbatasan untuk memindahkan kegiatan mereka dari Pontianak ke Sarawak.

Page 21: Sejarah Sintang

Sebagai ibukota yang baru, Belanda memilih Sintang. Lokasi ini strategis antara Kapuas dan Melawi, jarak yang dekat dengan hilir sungai Banjermassin dan juga karena berbatasan dengan Sarawak.

Tetapi ada kendala teknis yang merubah keputusan Belanda. Jaraknya yang terlalu jauh dengan laut dan masalah transportasi lainnya menyulitkan komunikasi dengan kantor pusat di Batavia (Jakarta) dan juga untuk mempertahankannya sebagai pusat militer dan sipil.

Akhirnya Pontianak dan Banjermassin dipilih menjadi ibukota untuk 2 daerah baru di Borneo.

Walaupun rencana menjadikan Sintang sebagai ibukota tidak dilaksanakan, Belanda tetap tertarik pada Sintang. Persiapan menjadikan Sintang sebagai ibukota tersebut terjadi pada tahun 1846. Namun karena kendala keuangan maka memerlukan waktu agak lama hingga terjadinya PENDUDUKAN KEDUA.

Page 22: Sejarah Sintang

KONFLIK SINTANG-SELIMBAU (1826-1854) Kedatangan Belanda disambut dengan perasaan campur aduk oleh

masyarakat Sintang. Pada saat itu Raja yang memerintah tidak disenangi oleh sebagian penduduk setempat sehingga mereka berharap kondisi akan lebih baik dengan kedatangan Belanda.

Namun para penguasa setempat tentu saja tidak senang dengan kembalinya sang penjajah.

Ketika Belanda datang kembali pada tahun 1854, Sintang sedang terlibat konflik dengan Selimbau dan tengah bersiap-siap untuk peperangan.

Konflik tersebut berlangsung antara tahun 1826 s/d 1854. Sintang telah memperluas pengaruhnya ke Selimbau dan merendahkan penduduk Selimbau.

Selimbau menerima banyak hinaan sehingga situasinya memanas tepat ketika Belanda datang.

Situasi inilah yang menjadi alasan di tempatkannya Von Gaffron di Sintang. Dia adalah satu-satunya orang Eropa yang tinggal di Sintang selama 9 bulan.

Kedatangannya adalah untuk mempertahankan kedudukan Belanda hingga lahirnya RI

Page 23: Sejarah Sintang

BAB 3. KEHIDUPAN DI SINTANG PADA ABAD KE-19 KEPENDUDUKAN Kabupaten Sintang di awal Abad ke-19

terdiri dari : 86 kampung : 75 kampung Dayak dan 10 Kampung Melayu.

Hasil Sensus oleh Gronovius pada tahun 1832 sbb.:

Sekitar 16.900 diantaranya bermukim di daerah Perkotaan (16.000 orang Melayu dan 900 orang Tionghoa).

Kelompok Populasi Jumlah

Dayak 49.666

Melayu 23.000

Tionghoa 900

TOTAL 73.566

Page 24: Sejarah Sintang

PERBANDINGAN PENDUDUK SINTANG

ChineseMelayuDayak

Page 25: Sejarah Sintang

Gronovius menduga bahwa jumlah penduduk Sintang yang sebenarnya adalah 120.000 orang. Namun ada yang tidak tercatat, yang diperkirakan orang-orang Dayak.

Pemimpin dalam masyarakat adalah Panembahan atau Raja. Beliau menjalankan kekuasaan bersama dengan keluarga kerajaan, umumnya adalah saudara laki-laki atau Paman. Mereka menjadi pemimpin di wilayah-wilayah yang lebih kecil. Mereka hidup dari pemasukan pajak yang dikenakan kepada orang Dayak. Terdapat bermacam bentuk pajak, misalnya Serah yaitu dagang paksa.Petani harus menjual beras kepada kerajaan yang ditukar dengan garam dan besi. Harga jual beli tentu saja selalu menguntungkan pihak kerajaan. Usaha Belanda untu memperbaiki system pajak ini menimbulkan banyak konflik di Abad ke-19. Para anggota kerajaan tidak memimpin kampung-kampung Dayak karena sudah dijalankan oleh kepala kampong setempat

Page 26: Sejarah Sintang

Kepala kampong ini dipilih oleh penduduk setempat.Pemilihan tersebut awalnya adalah hak istimewa raja. Biasanya yang dipilih adalah anak dari kepala kampong sebelumnya. Tetapi sang calon harus seorang yang kaya, fasih berbicara dan memiliki wawasan tentang adat (hokum masyarakat Dayak).

Etnis Melayu tidak membayar pajak, tetapi harus memberikan pelayanan kepada pihak kerajaan pada waktu perang atau bencana. Masyarakat Melayu terbagi dua : ORANG NEGERI dan ORANG BUDAK.

Orang Negeri adalah masyarakat yang bebas; Orang Budak adalah orang yang bergantung kepada pihak

Kerajaan. Masyarakat Tionghoa adalah penduduk bebas, namun

mereka dibebani pajak yang tinggi dan denda. Kelompok lain dalam masyarakat adalah orang-orang Eropa.

Page 27: Sejarah Sintang

Belanda menempatkan posisi orang-orang Eropa sebagai penguasa menurut perjanjian tahun 1822 tetapi mereka tidak benar-benar berkuasa hingga akhir Abad ke-19.

Pengaruh mereka terlihat dalam pelantikan raja (panembahan) dan perdagangan. Jumlah orang Belanda di Sintang tidak lebih dari 45 orang.

DIAGRAM KOTA

MELAYU

PEMUKIMAN TIONGHUA

PEMUKIMAN BELANDA

KAPUAS

MELAWI

Page 28: Sejarah Sintang

KONDISI KEHIDUPANOrang Dayak tinggal di Rumah betang.Di dalam Rumah Betang tinggal beberapa keluarga (5 s/d 30 Keluarga). Rumah betang terdiri dari :

Ruang Umum : digunakan untuk kegiatan sehari-hari,pertemuan resmi dan sosialisasi;

Tempat yang terbuka : digunakan untuk mengeringkan padi dan menumbuk beras;

Bagian depan : dipakai untuk tempat laki-laki.

Bagian dalam (bilik) : para wanita tinggal di bagian dalam sepanjang waktu

Page 29: Sejarah Sintang

DIAGRAM RUMAH BETANG

A

B C

A

B C

A

B C

A

B C

A

B C

A

B C

A

B C

D

E

A. Wilayah Pribadi Untuk Keluarga D. Ruang Umum Tertutup Dengan Perapian

B. Perapian Untuk Memasak E. Ruang Terbuka

C. Pintu Masuk

Page 30: Sejarah Sintang

BAB 4SINTANG DAN BELANDA BAGIAN II (1854-1942)

PERIODE KONFLIK Pada bagian I diakhiri dengan penempatan pegawai Eropa

yaitu HEINRICH VON GAFFRON di Sintang pada tahun 1854. Beliau diperintahkan untuk menelusuri sebab-musabab konflik yang terjadi antara Sintang dan Selimbau. Hasil penelitiannya adalah bahwa Sintang mencoba menyebarluaskan kekuasaan.

Jika mereka bisa menguasai Selimbau maka mereka bisa menguasai perdagangan dengan Sarawak. Perdagangan dengan Pontianak sudah dikuasai karena para pedagang ini dipaksa menjual produk-produk mereka di Sintang. Kadang-kadang para pedagang ini dipenjarakan dan keluarga mereka harus menebus dengan harga mahal untuk membebaskan mereka.

Menurut mereka hanya kekuasaan Belanda yang permanen yang dapat menghentikan sikap dominan Sintang.Mungkin mereka melihat Belanda sebagai sekutu Penyelamat.

Page 31: Sejarah Sintang

Pada tahun-tahun selanjutnya menunjukkan bahwa penduduk setempat tidak menghargai kehadiran Belanda. Penempatan von Gaffron , satu-satunya pegawai dilakukan dengan diam-diam. Baru setelah 9 bulan ada lagi orang-orang Eropa yang datang. Sementara itu von Gaffron menghadapi percobaan pembunuhan dan rumahnya dibakar padahal rumah itu dibangun untuk para tentara Belanda.

Bantuan datang pada bulan Maret 1855. Residen bagian Barat Borneo, Prins, datang dengan 180 orang tentara. Mereka menduga akan disambut secara agresif tetapi ternyata tidak ada perlawanan sama sekali.

Mohammad, anak dari Panembahan menggantikan ayahnya dan Pangeran Ratoe menjalani masa pension.

Perjanjian tahun 1847 diperbaharui dengan Raja Mohammad. Beberapa perubahan terjadi pada pemerintahan Sintang.

Sintang menjadi ibukota wilayah Barat Sanggau hingga perbatasan Kutai dan di bagian Utara hingga Sarawak (peta 6). Pemimpin wilayah adalah asisten residen (von Gaffron) dibantu 2 inspektur. Selain itu ada 120 tentara di sana. Mereka memang dibutuhkan.

Page 32: Sejarah Sintang

Sintang dideklarasikan dalam keadaan perang sebanyak 2 kali : Pertama : Tahun 1856 dan Kedua : Tahun 1859

Kedua perang tersebut disebabkan oleh perlawanan yang gigih menentang Belanda dari PANGERAN MOEDA, PANGERAN ANOM, dan PANGERAN RATOE yang sudah pensiun. Pembentukan pemerintahan di daerah yang baru

merupakan kemunduran yang besar bagi keluarga kerajaan. Keterangan yang lengkap mengenai perang ini dapat dilihat pada Kielstra dan dalam dokumen “Sintangsche troebelen” yang berada di KITLV, Leiden.

Page 33: Sejarah Sintang

Salah satu kejadian penting adalah penyerangan terhadap benteng Belanda pada bulan Nopember 1856 oleh 700 gerilyawan setempat. Sebagian besar penduduk, termasuk raja, menggabungkan diri dengan para gerilyawan tetapi pihak Belanda berhasil mematahkan serangan tersebut. Lebih dari 150 orang terbunuh dalam 2 jam, hanya 1 korban dari pihak Belanda. Bantuan tentara untuk Belanda datang dari Pontianak dan mereka mengejar para gerilyawan sampai jauh ke pedalaman.

Kampung Nanga Kayan, tempat tinggal para gerilyawan, dibakar.

Para pemimpin penyerangan yaitu Pangeran Anom, Pangeran Koening dan Pangeran Ratoe awalnya berhasil melarikan diri, tetapi tak lama kemudian :

Pangeran Ratoe tertangkap, dan dikirim ke pulau Jawa.

Pangeran Anom meninggal setelah perang yang kedua, yang dideklarasikan pada tahun 1859 setelah serangkaian pembunuhan oleh para gerilyawan.

Page 34: Sejarah Sintang

Belanda semakin memperkuat kekuatan tentaranya untuk dapat menekan dan melawan pemberontakan ini tetapi para pemberontak selalu dapat melarikan diri ke pedalaman. Para gerilyawan ini menjadi masalah permanen bagi Belanda.

Secara resmi Sintang berada dalam keadaan damai setelah masa perang kedua tetapi kekerasan terus berlangsung, kali ini tidak hanya menantang pemerintah tetapi juga antarkelompok setempat.

Belanda menghadapi banyak masalah dengan orang Dayak di Tebidah, yang kemudian dikenal dengan Perang Tebidah pada tahun 1895-1896 di bawah pimpinan Raden Pakoe Djaja dan pemberontakan Dayak Ketungau pada tahun 1908.

Page 35: Sejarah Sintang

Suku Iban Dayak yang paling sering menjadi pemberontak pada tahun 1870-an dan 1880-an. Pemenggalan kepala dan perampasan terhadap suatu kelompok mengundang aksi pembalasan serupa dari kelompok lain.

Belanda tidak mempunyai kekuasaan untuk menghentikan berbagai konflik tersebut tetapi mereka tetap mencoba. Mereka mengirimkan para inspektur ke pedalaman untuk mendapatkan kepercayaan dari orang-orang Dayak dan mencoba melemahkan kekuasaan para penguasa Melayu.

James Brooke melaksanakan taktik yang sama di Sarawak dan terbukti berhasil. Banyaknya pemberontakan bisa menjadi subyek penelitian lebih lanjut yang menarik, khususnya dari perspektif Indonesia. Tersedia cukup banyak dokumentasi mengenai hal ini di lembaga arsip dan perpustakaan di Belanda.

Page 36: Sejarah Sintang

PENDUDUKAN JEPANG

Perang terjadi di Borneo pada tanggal 16 Desember 1941 dengan mendaratnya tentara Jepang di Kuching.

Kota di kuasai mereka pada tanggal 24 Desember. Invansi Belanda ke Borneo terjadi pada bulan

Januari. Kota Pelabuhan Pemangkat segera dikuasai begitu juga beberapa kota lainnya. Salah satu hal yang mengenaskan adalah pemboman kota Pontianak pada tanggal 19 Desember.

Pada saat itu masyarakat berpikir bahwa bala bantuan telah datang dan mereka berbondong-bondong ke luar rumah untuk melihatnya. Ternyata yang datang adalah pesawat pemboman Jepang, menghabisi begitu banyak penduduk. Pemukiman kaum Tionghoa yang menderita paling parah. Pasukan the Dutch East Indian Army (KNIL) dipaksa untuk menarik mundur pasukannya ke pedalaman.

Page 37: Sejarah Sintang

Perang yang sangat hebat terjadi di Sanggau, lokasi bandara rahasia Singkawang II. Pasukan KNIL dan pasukan Inggris harus meninggalkan Sanggau setelah perang tersebut berlangsung 4 hari.

Mereka merencanakan untuk mempertahankan diri di Sintang. Untuk kepentingan ini 4 brigade ditempatkan di kota.

Namun pemimpin perang akhirnya membuat keputusan lain. Sintang tidak cocok sebagai lokasi pertahanan, sehingga mereka memutuskan untuk pergi ke arah Selatan pada awal bulan Pebruari 1942. Sebagian besar orang Eropa meninggalkan Sintang dan pergi ke pulau Jawa. Hanya para biarawati di rumah sakit yang tetap tinggal. Selanjutnya merekapun ditangkap oleh Jepang.

Page 38: Sejarah Sintang

Letnan Roukens dan Davijt diperintahkan untuk memulihkan kekuatan pada akhir Pebruari tetapi penyerahan kedaulatan (8 Maret 1942) ditandatangani lebih awal daripada kedatangan mereka di Sintang.

Namun demikian Davijt mencoba memenuhi tugasnya. Beliau datangt terlambat di Sintang, tetapi masih sempat tinggal dan memulihkan kekuasaan Belanda di Putu Sibau selama beberapa minggu.

Penarikan mundur KNIL menyebabkan tidak adanya informasi dari Sintang.

Untuk melangkapi kisah ini diperlukan penelitian lebih lanjut.Para saksi sejarah bisa menjadi narasumber yang baik, selama mereka masih hidup.

Jepang ingin menciptakan sebuah kerajaan dunia yang tidak tergantungpada Negara manapun dan bebas dari imperialism Barat. Kawasan seperti Borneo pasti menjamin keberlangsungan industry perang dan mendatangkan keuntungan.

Page 39: Sejarah Sintang

Pemerintahan harus segera dipulihkan. Pertama-tama seluruh pegawai Belanda harus digantikan oleh

Jepang. Sebenarnya para pegawai Jepang adalah penerus rezim militer.

Kalimantan diduduki oleh Angkatan Laut Jepang. Kedua, Jepang ingin menguasai politik Lokal dengan

mengendalikan kaum elit, seperti yang telah dilakukan Belanda, tetapi Jepang lebih memilih untuk menempatkan para pegawainya sendiri.

Para raja dari berbagai wilayah Kalimantan, termasuk Raja Abdulbahri dari Sintang dieksekusi dengan tuduhan konspirasi melawan Jepang. Mereka semua ditangkap pada bulan Oktober 1943. Kemudian dieksekusi bulan Juni 1944. Begitu juga penduduk Borneo tidak terhitung jumlahnya yang dibunuh di kamp-kamp Jepang. Mereka dituduh tanpa bukti, ditangkap dan dipenjarakan di kamp-kamp yang sangat kejam.

Sebuah rezim yang penuh terror dan ketakutan. Akhirnya rezim tersebut berakhir pada 11 September 1945. Pemerintahan diserahterimakan kepada Australia.

Page 40: Sejarah Sintang

Kalimantan bebas dari penjajahan Jepang, tetapi bukanlah merupakan awal dari periode kedamaian.

Indonesia ingin merdeka dari Belanda.Dibutuhkan waktu 4 tahun untuk memproklamirkan kemerdekaan ini.

Pemulihan kekuasaan Belanda di Sintang tidak terjadi sebelum tahun 1946. Jumlah tentara yang ada tidak memadai untuk seluruh wilayah Barat

Baru pada bulan Oktober 1945 Pontianak dikuasai kembali oleh Belanda, diikuti oleh Singkawang pada bulan Januari 1946. Satu batalyon tentara ditempatkan di Sintang namun kewenangan mereka sangat dibatasi.

Page 41: Sejarah Sintang

BAB 5KEHIDUPAN DI SINTANG PADA AWAL ABAD KE-20

KEPENDUDUKANAda beberapa sensus yang

dilakukan di Borneo Barat pada penggal pertama abad ke-20. Sangat sulit membandingkan angka-angka tersebut dengan sensus yang dilakukan pada awal abad ke-19 karena perubahan batas diberbagai daerah. Kabupaten Sintang dibagi menjadi 4 bagian yaitu : Sintang dan sekitarnya, Melawi, Semitau dan Hulu Kapuas.

Page 42: Sejarah Sintang

HASIL SENSUS DI KABUPATEN SINTANG

1920 1930 1944 1947/48

SINTANG 35.291 40.662 51.162 51.994

MELAWI 50.565 66.812 80.498 82.053

SEMITAU 27.156 29.077 36.668 38.158

UPPER KAPUAS

0.792 23.462 30.892 30.229

TOTAL 133.804 160.013 199.220 202.434

Page 43: Sejarah Sintang

PENGELOMPOKAN PENDUDUK DI SINTANG DAN SEKITARNYA

1930 1947/48

Sintang 35.291 40.662 51.162 51.994

Dayak 31.806 78% 39.507 76%

Indonesians

Not Dayak 7.518 18% 10.135 19%

Chinese 1.259 3% 2.252 4%

Europians 62 >1% 33 >1%

Other Asian

People 17 >1% 54 >1%

Page 44: Sejarah Sintang

KONDISI KEHIDUPAN Bagi sebagian besar orang kondisi kehidupan tak

jauh berbeda dengan abad sebelumnya. Orang Dayak tetap menjadi petani. Terdapat beberapa perindustrian tetapi hanya dalam skala kecil. Sumber pendapatan baru yang menjanjikan adalah perkebunan karet.

Pada tahun 1930-an sekitar 2,5 juta pohon karet ditanam. Sebagian besar dimiliki orang Melayu. Orang Tionghoa juga memiliki beberapa perkebunan karet yang lebih kecil. Pertambangan emas mereka tidak produktif lagi sehingga mereka membutuhkan sumber pendapatan lain.

Selain karet, perdagangan juga merupakan sumber pendapatan utama bagi masyarakat Tionghoa. Situasi ekonomi tidak begitu baik. Banjir sering terjadi sehingga menyebabkan kegagalan panen dan Sintang kehilangan fungsinya sebagai pusat pasar produk-produk hutan.

Belanda beberapa kali mencoba memperkenalkan jenis tanaman yang baru namun tidak berhasil.

Page 45: Sejarah Sintang

Modernisasi mulai masuk Sintang pada Abad ke-20. Perjalanan kapal dari Pontianak memakan waktu 2 hari hingga diperkenalkan kapal cepat (speedboat) di Kapuas tahun 1926. Sejak saat itu rute Pontianak-Sintang ditempuh dalam waktu 12 jam. Perbaikan infrastruktur yang lain adalah pembangunan jalan ke Nanga Pinoh dan Sanggau. Juga dibangun Rumah Sakit Terapung di Sintang yang dikelola oleh Para Biarawati.

Pendidikan berlangsung di Sekolah Pedalaman Belanda tapi kemudian ditutup dan digantikan dengan sekolah yang terdiri dari enam kelas. Semua murid wajib belajar Bahasa Belanda. Tidak banyak anak orang Dayak yang bersekolah di sini. Mereka dibutuhkan untk membantu di Ladang.

Page 46: Sejarah Sintang

Untuk memberikan pendidikan pada anak-anak yang tidak mendapatkan kesempatan sekolah karena bekerja, diadakan pengajaran keliling yang datang ke kampung-kampung. Tercatat 92 anak yang mendapatkan pendidikan dasar pada tahun 1936 dan 14 diantaranya anak Perempuan.

Ada sekolah menengah di Sintang jika ingin melanjutkan sekolah. Tercatat 32 anak pergi ke sekolah menengah pada tahun 1936. Pelayanan lainnya adalah kantor pos dan pengadilan. Pengadilan diadakan 2 kali setahun hanya untuk kasus-kasus kriminalitas yang serius. Kasus kriminalitas yang kecil diserahkan kepada pemimpin kampung atau raja. Informasi lebih detail mengenai struktur social dan perekonomian Sintang dapat ditemukan di dalam banyak dokumen di bagian akhir laporan ini.

Naskah tentang serah terima jabatan dari residen lama kepada residen baru sangat disarankan untuk dibaca.