DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ... - … filelampiran peraturan bupati sintang nomor ..... tahun...
Transcript of DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ... - … filelampiran peraturan bupati sintang nomor ..... tahun...
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1. Latar Belakang.........................................................................................1
1.2. Dasar Hukum...........................................................................................5
1.3. Maksud danTujuan..................................................................................8
1.4. Sasaran....................................................................................................9
1.5. Ruang Lingkup Kegiatan...........................................................................9
1.6. Sistematika Penulisan.............................................................................10
BAB II ASAS DAN TUJUAN............................................................................13
2.1. Asas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Sintang................................................................................ 13
2.2. Tujuan Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Sintang................................................................................ 14
BAB III VISI DAN MISI............................................................................. 16
3.1. Visi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Kabupaten Sintang Tahun 2016 – 2021..................................... 16
3.2. Misi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Kabupaten Sintang Tahun 2016 – 2021....................................... 20
BAB IV PROFIL KABUPATEN SINTANG............................................... 24
4.1. Aspek Geografi dan Demografi............................................................ 24
4.1.1. Letak Wilayah dan Luas Wilayah.............................................. 24
4.1.2. Topografidan Sungai............................................................... 27
4.1.3. Klimatologi.............................................................................. 29
4.1.4. Demografi.................................................................................. 33
4.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat........................................................... 36
4.2.1. Indeks Pembangunan Manusia....................................................36
4.2.2. Angka Kemiskinan.......................................................................38
4.3. Aspek Daya Saing Daerah.......................................................................39
4.3.1. Kemampuan Ekonomi Daerah................................................... 40
4.3.2. Fasilitas Wilayah/Infrastruktur...................................................43
BAB V ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN
SINTANG.................................................................................................48
5.1. Arah Kebijakan Penanaman Modal.........................................................48
5.2. Arah Kebijakan Penanaman Modal Kabupaten Sintang...........................49
BAB VI PETA PANDUAN (ROAD MAP) IMPLEMENTASI RUPMK
SINTANG.......................................................................................................71
6.1. Prinsip dan Acuan..................................................................................71
6.2. Tahapan Pelaksanaan RUPMK Kabupaten Sintang.................................73
BAB VII PELAKSANAAN.............................................................................. 81
7.1. Tahapan Pelaksanaan RUPMK Kabupaten Sintang...................... ...........81
BAB VIII RENCANA FASILITAS REALISASI PROYEK PENANAMAN MODAL YANG STRATEGIS DAN YANG CEPAT MENGHASILKAN83
8.1. Latar Belakang Proyek............................................................................83
8.2. Tujuan Proyek........................................................................................85
8.3. Perkembangan Proyek PLTU Sintang 3x7 MW.................................... 86
8.4. Kendala Terkait Pembangunan Proyek PLTU Sintang........................... 86
LAMPIRAN
LAMPIRAN PERATURAN BUPATI SINTANG NOMOR ............ TAHUN 2018 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL KABUPATEN SINTANG
RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL KABUPATEN SINTANG TAHUN 2018 - 2025
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pembangunan merupakan suatu proses mulitidimensi yang mencerminkan
perubahan struktur masyarakat secara keseluruhan baik itu struktur daerah,
sikap masyarakat dan kelembagaannya. Perubahan tersebut bertujuan untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi ketimpangan pendapatan dan
memberantas kemiskinan sehingga diharapkan terwujudnya kondisi kehidupan
yang lebih baik secara material maupu spiritual. Pertumbuhan ekonomi daerah
pada dasarnya dipengaruhi oleh keunggulan komparatif suatu daerah, spesialisasi
wilayah, serta potensi ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Olehnya
pemanfaatan dan pengembangan seluruh potensi ekonomi menjadi prioritas
utama yang harus digali dan dikembangkan dalam melaksanakan pembangunan
ekonomi daerah secara berkelanjutan. Dalam rangka memperkuat perekonomian
nasional yang berorientasi dan berdaya saing global sebagaimana ditetapkan
dalam UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) Tahun 2005–2025, penanaman modal diarahkan untuk
mendukung terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi secara
berkelanjutan dan berkualitas dengan mewujudkan iklim penanaman modal yang
menarik, mendorong penanaman modal bagi peningkatan daya saing perekonomian
nasional, serta meningkatkan kapasitas infrastruktur fisik dan pendukung yang
memadai. Untuk mencapai tujuan tersebut, Pemerintah telah menetapkan Rencana
Umum Penanaman Modal (RUPM) melalui Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun
2012 sebagaimana telah diamanatkan pada pasal 4, UU Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal.
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) merupakan dokumen
perencanaan yang bersifat jangka panjang sampai dengan tahun 2025. Rencana
Umum Penanaman Modal (RUPM) berfungsi untuk mensinergikan dan
mengoperasionalkan seluruh kepentingan sektoral terkait, sehingga tidak terjadi
tumpang tindih dalam penetapan prioritas sektor-sektor yang akan dikembangkan
dan dipromosikan melalui kegiatan penanaman modal.
Arah kebijakan penanaman modal yang meliputi 7 (tujuh) elemen utama
merupakan langkah strategis yang akan ditempuh oleh Pemerintah dalam rangka
mencapai visi penanaman modal nasional yakni “Penanaman Modal yang
Berkelanjutan dalam rangka Terwujudnya Indonesia yang Mandiri, Maju dan
Sejahtera”. Peta Panduan (Roadmap) Implementasi Rencana Umum Penanaman
Modal (RUPM) merupakan peta jalan yang berisikan rencana aksi dalam rangka
pencapaian visi dan misi yang terbagi dalam 4 (empat) fase, yakni : (1) Fase I
Pengembangan penanaman modal yang relatif mudah dan cepat menghasilkan
(Quick wins and Low Hanging Fruits), (2) Fase II Percepatan pembangunan
infrastruktur serta Pengembangan Usaha dan Perdagangan, (3) Fase III
Pengembangan industri berskala kecil, menengah dan besar, dan (4) Fase IV
Pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge- based economy).
Untuk mendukung pelaksanaan Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM)
serta guna mendorong peningkatan penanaman modal yang berkelanjutan,
Pemerintah mengatur perlunya Pemerintah Daerah untuk menyusun Rencana
Umum Penanaman Modal Provinsi (RUPMP) dan Rencana Umum Penanaman
Modal Kabupaten/Kota (RUPMK). Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi
(RUPMP) dan Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten/Kota (RUPMK)
merupakan Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) tingkat daerah provinsi
dan kabupaten/kota yang disusun berdasarkan potensi dan karakteristik yang
dimiliki oleh masing-masing daerah serta tetap mengacu pada arah kebijakan
penanaman modal yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Seperti umumnya
sebuah perencanaan maka dalam merencanakan penanaman modal juga dimulai
dengan mengerti target besaran penanaman modal yang merupakan
penterjemaahan dari visi, rencana, dan target daerah terkait dengan visi, rencana,
dan target nasional Indonesia.
Pemerintah Kabupaten Sintang berupaya memantapkan perekonomian
daerahnya dengan mengembangkan kawasan-kawasan sesuai dengan
karakteristik dan potensi-potensi daerah, sehingga diharapkan dapat
mempercepat pertumbuhan ekonomi. Dalam mencapai tujuan, Pemerintah
Kabupaten Sintang perlu bersinergi dari semua pelaku ekonomi. Untuk
mendukung pelaksanaan Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) serta guna
mendorong peningkatan penanaman modal yang berkelanjutan, Pemerintah
Kabupaten Sintang perlunya menyusun Rencana Umum Penanaman Modal
(RUPM) berdasarkan potensi dan karakteristik yang dimilikinya serta tetap
mengacu pada arah kebijakan penanaman modal yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.
1.2. DASAR HUKUM
Peraturan Perundang-Undangan yang dijadikan dasar/landasan serta acuan
untuk pekerjaan penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM)
Kabupaten Sintang Provinsi Kalimantan Barat adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 Tentang Penetapan Undang-Undang
Darurat Nomor 3 Tahun 1953 Tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di
Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 352) Sebagai Undang-
Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4724;
3. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) Sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
Tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan;
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 Tentang
Perdagangan;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pemberian
Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 88, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4861;
8. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Rencana Umum
Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor
42);
9. Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Daftar Bidang Usaha yang
Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang
Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
93);
10. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Terpadu Satu
Pintu di Bidang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 221;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 Tentang Pembentukan
Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
2036);
12. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 70/M-
DAG/PER/2013 Tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern;
13. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia
Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Umum
Penanaman Modal Provinsi dan Rencana Umum Penanaman Modal
Kabupaten/Kota;
14. Peraturan Daerah Kabupaten Sintang Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Sintang Tahun 2006-2020
(Lembaran Daerah Kabupaten Sintang Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Sintang Nomor 6);
15. Peraturan Daerah Kabupaten Sintang Nomor 20 Tahun 2015 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sintang Tahun 2016-2036;
16. Peraturan Daerah Kabupaten Sintang Nomor Tahun 2016 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sintang Tahun 2016-
2021;
17. Peraturan Gubernur Kalimantan Barat Nomor 49 Tahun 2015 Tentang
Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2015-
2025;
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dari kegiatan jasa konsultansi Pembuatan Rencana
Umum Penananaman Modal (RUPM) Kabupaten Sintang ini dengan jelas
disebutkan agar tersedia dokumen RUPM yang menjadi pedoman, arah kebijakan
dan kerangka acuan pembangunan bidang penanaman modal bagi pemangku
kepentingan.
1.4. SASARAN
Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam Pembuatan Rencana Umum
Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Sintang ialah :
1. Disusunnya Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Sintang
sebagai suatu wujud nyata keberadaan acuan dasar.
2. Terbangunnya sinergitas dokumen perencanaan penanaman modal (RUPM
Nasional-RUPM Provinsi Kalimantan Barat-RUPM Kabupaten Sintang, Renstra
Kementerian/Lembaga dan Renstra SKPD Pemerintah Daerah Provinsi-SKPD
Pemerintah Daerah Kabupaten Sintang).
3. Digunakannya RUPM Kabupaten Sintang dalam menyusun Rencana Strategis
(Renstra) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Penanaman Modal dan
PTSP Kabupaten Sintang
1.5. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup penyusunan dalam RUPM Kabupaten Sintang ini mengikuti
kaidah-kaidah yang berpedoman pada Peraturan Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) Nomor 9 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi dan RUPM Kabupaten/Kota.
Pembuatan Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Sintang terdiri
atas lingkup wilayah administrasi Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat.
Adapun wilayah yang menjadi lingkup pekerjaan Rencana Umum Penanaman
Modal di Kabupaten Sintang adalah seluruh wilayah Kecamatan yakni 14 (empat
belas) Kecamatan, yang meliputi Kecamatan Serawai, Ambalau, Kayan Hulu,
Sepauk, Tempunak, Dedai, Kayan Hilir, Sintang Raya, Sungai Tebelian, Kelam
Permai, Binjai Hulu, Ketungau Hilir, Ketungau Tengah dan Ketungau Hulu.
1.6. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mempermudah pemahaman naskah rancangan Rencana Umum
Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Sintang ini, maka dapat dilihat pada
sistematika pembahasan berikut ini.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenali latar belakang, dasar hukum, maksud dan
tujuan, sasaran dan ruang lingkup, dalam penulisan Rencana Umum Penanaman
Modal (RUPM) Kabupaten Sintang.
BAB II ASAS DAN TUJUAN
Bab ini berisi tentang uraian terkait konsepsi dasar penyusunan RUPM
Kabupaten Sintang
BAB III VISI DAN MISI
Bab ini berisi tentang Visi dan Misi RUPM Kabupaten Sintang.
BAB IV PROFIL KABUPATEN SINTANG
Bab ini berisi tentang Profil Kabupaten Sintang.
BAB V ARAH KEBIJAKAN PENENAMAN MODAL KABUPATEN SINTANG
Bab ini berisi hasil analisis kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman (terkait
proses transformasi potensi manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan sumber
daya menjadi barang dan jasa dalam mendukung hidup dan kehidupan
kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Sintang) dan sintesisi hasil analisa.
BAB VI PETA PANDUAN (ROAD MAP) IMPLEMETASI RUPMK SINTANG
Bab ini berisi Roadmap Investasi Kabupaten Sintang berupa arahan tahap-tahap
(fase) pencapaian bidang penanaman modal dalam jangka pendek, jangak
menengah, dan jangka panjang.
BAB VII PELAKSANAAN
Bab ini berisikan langkah-langkah apa yang harus dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Sintang dalam hal ini Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (DPMPTSP) agar Penanaman modal di Kabupaten Sintang dapat
berjalan sesuai arah kebijakan yang ditentukan
BAB VIII RENCANA FASILITASI REALISASI PROYEK PENANAMAN MODAL
YANG STRATEGIS DAN YANG CEPAT MENGHASILKAN
Bab ini berisi Rencana fasilitasi atas proyek PLTU Sintang 3 x 7 MW
LAMPIRAN
1. Peta panduan (road map) Implementasi RUPM Kabupaten Sintang.
2. Rencana fasilitasi realisasi proyek penanaman modal yang strategis dan
yang cepat menghasilkan.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Konsepsi dasar dari penyusunan RUPM Kabupaten Sintang ini memiliki
beberapa tahapan sesuai dengan Peraturan Kepada Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM) Republik Indonesia nomor 9 tahun 2012 tentang Pedoman
Pengesahan Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi dan RUPM
Kabupaten/Kota. Terdiri atas penyusunan naskah akademik, pembahasan, dan
penyusunan rancangan peraturan Bupati tentang RUPM Kabupaten Sintang, dan
kemudian ditetapkan melalui Peraturan Bupati Sintang.
Gambar 2.1
Konsepsi Dasar Penyusunan RUPM Kabupaten Sintang
2.1. ASAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
KABUPATEN SINTANG
Asas Penanaman Modal di Kabupaten Sintang dalam upaya
mengembangkan arah kebijakan penanaman modal adalah sebagai berikut :
1. Asas kepastian hukum
2. Asas keterbukaan
3. Asas akuntabilitas
4. Asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal Negara
5. Asas kebersamaan
6. Asas efisiensi berkeadilan
7. Asas berkelanjutan
Naskah
Akademis RUPM
Kabupaten
Sintang
Pembahasan
Rumusan
Naskah
Akademis RUPM
Kabupaten
Sintang
Penyusunan
Rancangan
RUPM
Kabupaten
Sintang
Penetapan
RUPM
Kabupaten
Sintang Melalui
Perbup
Kabupaten
Sintang
8. Asas berwawasan lingkungan
9. Asas kemandirian
10. Asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi daerah
2.2. TUJUAN PENANAMAN MODAL PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
KABUPATEN SINTANG
Berdasarkan aturan Pemerintah Kabupaten Sintang berkomitmen untuk
mengembangkan arah kebijakan penanaman modal di Kabupaten Sintang
berdasarkan asas kepastian hukum, asas keterbukaan, asas akuntabilitas, asas
perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal Negara, asas kebersamaan,
asas efisiensi berkeadilan, asas berkelanjutan, asas berwawasan lingkungan, asas
kemandirian dan asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi daerah.
Asas tersebut menjadi prinsip dan nilai-nilai dasar dalam mewujudkan
tujuan penanaman modal di daerah yaitu:
1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah yang merupakan bagian dari
ekonomi nasional
2. Menciptakan lapangan kerja
3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan
4. Meningkatkan daya saing dunia usaha di daerah
5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi yang ada di daerah
6. Mendorong ekonomi kerakyatan
7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan dana dari dalam negeri maupun luar negeri
8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
BAB III
VISI DAN MISI
3.1. VISI DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU
PINTU KABUPATEN SINTANG TAHUN 2016 – 2021
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
Kabupaten Sintang menjabarkan tujuan dan sasaran kebijakan kegiatan
penanaman modal di Kabupaten Sintang melalui suatu visi dan misi. Visi adalah
suatu pedoman dan pendorong organisasi untuk mencapai tujuan dalam rangka
melaksanakan pembangunan, dan Visi secara umum merupakan pernyataan
dalam menjawab permasalahan yang dirasakan oleh Satuan Kerja Perangkat
Daerah. Pemerintah Kabupaten Sintang untuk menjangkau keberhasilan dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya dalam rangka pelaksanaan pembangunan
bidang penanaman modal daerah menentukan visi sebagai berikut :
“Terwujudnya Penanaman Modal Yang Kondusif, Dan Pelayanan Perizinan
Yang Cepat, Mudah, Ramah, Transparan Dan Akuntabel”
Adapun Pokok-pokok Visi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Sintang tahun 2016-2021 adalah :
1. Terwujudnya Penanaman Modal yang Kondusif;
2. Terwujudnya Pelayanan Perizinan yang Cepat;
3. Terwujudnya Pelayanan Perizinan yang Mudah;
4. Terwujudnya Pelayanan Perizinan yang Ramah;
5. Terwujudnya Pelayanan Perizinan yang Transparan;
6. Terwujudnya Pelayanan Perizinan yang Akuntabel;
Untuk merealisasikan keinginan, harapan serta tujuan yang tertuang dalam
visi yang telah menjadi kesepakatan bersama, maka seluruh sumber daya
aparatur Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
Kabupaten Sintang harus dapat memahami secara utuh dan mempublikasikan
kepada seluruh masyarakat dan swasta yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dalam pencapaian Visi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Sintang Tahun 2016-2021.
Adapun pemahaman Visi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Sintang Tahun 2016-2021 adalah sebagai
berikut :
1. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
Kabupaten Sintang Kabupaten Sintang pada tahun 2016-2021 diharapkan
dapat menjadi pusat pelayanan perizinan terpadu yang dapat dipercaya oleh
masyarakat, cepat, mudah, ramah transparan dan akuntabel.
2. Secara terperinci, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) Kabupaten Sintang yang terpercaya dan unggul dalam pelayanan
perizinan dan investasi dapat diukur melalui :
a. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan;
b. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang
diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya
yang tidak berbelit, jelas atau transparan;
c. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang
memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung
jawabnya);
d. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam
memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai
ketentuan yang berlaku;
e. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung
jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan;
f. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan
yang dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada
masyarakat;
g. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam
waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan;
h. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak
membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani;
i. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta
saling menghargai dan menghormati;
j. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap
besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan;
k. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan
dengan biaya yang telah ditetapkan;
l. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan;
m. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan
gedung yang representatif, bersih, rapi dan teratur sehingga dapat
memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan;
n. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit
penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga
masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-
resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan;
o. Proses pengaduan masyarakat, untuk memperoleh umpan balik dari
masyarakat atas pelayanan yang diberikan aparatur, disediakan akses
kepada masyarakat untuk memberikan informasi saran/pendapat/tanggapan
dan pengaduan.
3.2. MISI DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU
PINTU KABUPATEN SINTANG TAHUN 2016 – 2021
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Misi menjelaskan mengapa organisasi itu
ada, apa yang dilakukannya, dan bagaimana melakukannya. Misi adalah tindakan
nyata yang harus dilaksanakan oleh organisasi agar tujuan organisasi dapat
terlaksana dan berhasil dengan baik. Dengan pernyataan misi, diharapkan
seluruh pegawai dan pihak yang berkepentingan dapat mengenal organisasi dan
mengetahui peran dan program-programnya serta hasil yang akan diperoleh
dimasa mendatang.
Sejalan dengan hal tersebut, maka Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Sintang merumuskan pernyataan misi
sebagai berikut :
1. Meningkatkan kerjasama investasi yang kondusif dan
menarik;
2. Meningkatkan potensi sumber daya daerah melalui koordinasi, perencanaan,
kerjasama, dan promosi investasi;
3. Meningkatkan kualitas pelayanan investasi perizinan;
4. Mempercepat proses perizinan;
5. Meningkatkan sistem perencanaan informasi data penanaman modal dan
perizinan;
6. Meningkatkan sumber daya aparatur yang profesional dan akuntabel.
Pokok-pokok Misi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Sintang Tahun 2016-2021 adalah :
1. Pengembangan sistem pelayanan perizinan yang terpadu.
2. Pengembangan SDM aparatur yang didukung oleh sarana dan prasarana yang
memadai.
3. Mengembangkan mekanisme dan prosedur pelayanan perizinan yang jelas,
tidak berbelit-belit dan terpadu.
4. Mengembangkan SDM yang profesional, ramah, dan jujur didukung oleh sarana
dan prasarana yang memadai.
Keterkaitan Visi dan Misi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Sintang dengan Visi dan Misi Kabupaten
Sintang dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1.
Keterkaitan Visi dan Misi DPMPTSP Kabupaten Sintang
dengan Visi dan Misi Kabupaten Sintang Tahun 2016-2021
Visi Kabupaten Sintang 2016-2021 Visi DPMPTSP Kabupaten Sintang
2016-2021
Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Sintang Yang Cerdas, Sehat, Maju, Religius Dan Sejahtera Didukung Penerapan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik Dan Bersih Pada Tahun 2021
Terwujudnya Penanaman Modal Yang Kondusif, Dan Pelayanan Perizinan
Yang Cepat, Mudah, Ramah, Transparan Dan Akuntabel
Misi Kabupaten Sintang 2016-2021 Misi DPMPTSP Kabupaten Sintang
2016-2021
1. Melaksanakan pembangunan pendidikan berkualitas dan berakar pada budaya local
1. Meningkatkan kerjasama investasi yang kondusif dan menarik
2. Melaksanakan pembangunan kesehatan yang menyeluruh, adil dan terjangkau bagi masyarakat
2.
Meningkatkan potensi sumber daya daerah melalui koordinasi, perencanaan, kerjasama, dan promosi investasi
3.
Mengoptimalkan penyediaan infrastruktur dasar guna pengembangan potensi ekonomi dan sumber daya daerah
3. Meningkatkan kualitas pelayanan investasi perizinan
4. Meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan agama dalam kehidupan sosial
4. Mempercepat proses perizinan
5.
Mengembangkan ekonomi kerakyatan berbasis pedesaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
5. Meningkatkan sistem perencanaan informasi data penanaman modal dan perizinan
6.
Menata dan mengembangkan
manajemen pemerintah daerah yang sesuai dengan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih
6.
Meningkatkan sumber daya aparatur yang profesional dan akuntabel
BAB IV PROFIL KABUPATEN SINTANG
4.1. ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI
4.1.1. LETAK WILAYAH DAN LUAS WILAYAH
Kabupaten Sintang terletak di bagian timur Provinsi Kalimantan Barat atau
di antara 1°05' Lintang Utara serta 0°46' Lintang Selatan dan 110°50' Bujur Timur
serta 113°20' Bujur Timur. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa wilayah
Kabupaten Sintang dilalui oleh garis Khatulistiwa.
Batas wilayah administratif wilayah Kabupaten Sintang yakni :
Utara : Kab Kapuas Hulu dan Malaysia Timur (Serawak).
Selatan : Prov Kalteng, Kab Melawi, dan Kab Ketapang
Timur : Prov Kalteng, Kab Melawi dan Kab Kapuas Hulu.
Barat : Kab. Sanggau, Kab Melawi dan Kab Sekadau.
Kabupaten Sintang merupakan salah satu Kabupaten yang berbatasan
langsung dengan negara tetangga yaitu Malaysia, khususnya negara bagian
Serawak. Wilayah Kabupaten Sintang yang berbatasan langsung dengan Negara
Malaysia adalah Kecamatan Ketungau Tengah dan Kecamatan Ketungau Hulu.
Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2018
Gambar 4.1 Peta Wilayah Administratif Kabupaten Sintang
Kabupaten Sintang merupakan Kabupaten yang memiliki luas wilayah
ketiga terbesar di Provinsi Kalimantan Barat setelah Kabupaten Ketapang dan
Kabupaten Kapuas Hulu. Luas Wilayah Kabupaten Sintang yaitu 21.635 km2
dengan luas wilayah terluas terdapat di Kecamatan Ambalau yaitu 6.386,40 km2
atau sebesar 29,52 persen, sedangkan Kecamatan Sintang merupakan Kecamatan
yang terkecil luas wilayahnya yaitu 277,05 km2 atau hanya sebesar 1,28 persen.
Dari luas tersebut, sebagian besar merupakan wilayah perbukitan dengan luas
sekitar 13.573,75 km2 atau 62,74 persen. Berikut secara administratif, wilayah
Kabupaten Sintang terbagi ke dalam 14 Kecamatan yang dapat di lihat pada tabel
4.1.
Tabel 4.1 Luas Wilayah Administrasi Kecamatan Se-Kabupaten Sintang
NO KECAMATAN IBU KOTA LUAS
WILAYAH (KM²)
DESA
KELURAHAN PERSENTASE
LUAS (%)
1 Serawai Nanga Serawai 2.127,50 38 0 9,83
2 Ambalu Nanga Kemangai
6.386,40 33 0
29,52
3 Kayan Hulu Nanga Tebidah 937,50 31 0 4,33
4 Sepauk Nanga Sepauk 1.825,70 40 0 8,44
5 Tempunak Nanga Tempunak
1.027,00 26 0
4,75
6 Sungai Tebelian Sungai Ukoi 526,50 26 0 2,43
7 Sintang Sintang 277,05 13 16 1,28
8 Dedai Nanga Dedai 694,10 31 0 3,21
9 Kayan Hilir Nanga Mau 1.136,70 43 0 5,25
10 Kelam Permai Kebong 523,80 17 0 2,42
11 Binjai Hulu Binjai 307,65 11 0 1,42
12 Ketungau Hilir Nanga Ketungau
1.544,50 24 0
7,15
13 Ketungau Tengah Nanga Merekai 2.182,40 29 0 10,09
14 Ketungau Hulu Senaning 2.138,20 29 0 9,88
KABUPATEN SINTANG 21.635,00 391 16 100,00
Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2018
Sejak dikeluarkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 tahun
2003 tanggal 18 Desember 2003 tentang “Pembentukan Kabupaten Melawi dan
Kabupaten Sekadau di Provinsi Kalimantan Barat,” kecamatan yang telah masuk
ke dalam Kabupaten Melawi, mulai tahun 2005 tidak masuk lagi dalam
administrasi Kabupaten Sintang. Selanjutnya secara Administratif Pemerintahan
Kabupaten Sintang sampai dengan tahun 2017 terdiri dari 14 Kecamatan yang
terbagi menjadi 391 desa dan 16 kelurahan.
4.1.2. TOPOGRAFI DAN SUNGAI
Dilihat dari topografinya, sebagian besar wilayah di Sintang merupakan wilayah
perbukitan dengan luas 13.573,75 km2, dimana wilayah dataran seluas 8.061,25 km2
adalah tempat pemukiman penduduk terpencar. Informasi tentang wilayah
topografi di Kabupaten Sintang dapat di lihat pada tabel berikut.
Tabel 4.2 Luas Wilayah Topografi di Kabupaten Sintang
NO KECAMATAN LUAS
WILAYAH (KM²)
WILAYAH DATARAN
(KM²)
WILAYAH BUKIT DAN GUNUNG
(KM²)
1 Serawai 2.127,50 - 2.127,50
2 Ambalu 6.386,40 - 6.386,40
3 Kayan Hulu 937,50 295,73 641,77
4 Sepauk 1.825,70 719,36 1.106,34
5 Tempunak 1.027,00 586,32 440,68
6 Sungai Tebelian 526,50 498,50 28,00
7 Sintang 277,05 277,05 -
8 Dedai 694,10 577,92 116,18
9 Kayan Hilir 1.136,70 888,38 248,32
10 Kelam Permai 523,80 497,80 26,00
11 Binjai Hulu 307,65 300,21 7,44
12 Ketungau Hilir 1.544,50 1.279,54 264,96
13 Ketungau Tengah 2.182,40 1.211,16 971,24
14 Ketungau Hulu 2.138,20 929,28 1.208,92
KABUPATEN SINTANG 21.635,00 8.061,25 13.573,75
Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2018
Dilihat dari tekstur tanahnya, sebagian besar daerah Kabupaten Sintang
terdiri dari tanah latasol meliputi areal seluas 1,02 juta hektar atau sekitar 46,99
persen dari luas daerah yaitu 2,16 juta, selanjutnya tanah podsolit sekitar 0,93
juta hektar atau 42,89 persen yang terhampar hampir di seluruh kecamatan
sedangkan jenis tanah yang paling sedikit ditemui di Kabupaten Sintang yaitu
jenis tanah organosol hanya sekitar 0,05 juta hektar atau sebesar 2,08 persen.
Tabel 4.3 Luas Are Per Jenis
NO KECAMATAN LUAS
WILAYAH (KM²)
LUAS AREA PER JENIS (KM²)
ORGANOSOL ALUVIAL PODSOLIK LATOSOL
1 Serawai 2.127,50 - - - 2.127,50
2 Ambalu 6.386,40 - - 975,10 5.411,30
3 Kayan Hulu 937,50 - - 225,00 711,5
4 Sepauk 1.825,70 240,64 - 1.585,06 -
5 Tempunak 1.027,00 23,04 - 1.003,96 -
6 Sungai Tebelian 526,50 - 127,48 375,52 23,50
7 Sintang 277,05 - 277,05 - -
8 Dedai 694,10 - - 694,10 -
9 Kayan Hilir 1.136,70 - - 1.008,70 128,00
10 Kelam Permai 523,80 - 377,80 129,25 16,75
11 Binjai Hulu 307,65 - 200,71 103,67 3,27
12 Ketungau Hilir 1.544,50 179,20 670,72 694,58 -
13 Ketungau Tengah 2.182,40 7,68 84,48 1.253,12 837,12
14 Ketungau Hulu 2.138,20 - - 1.232,08 906,12
KABUPATEN SINTANG 21.635,00 450,58 1.738,24 9.280,14 10.166,06
Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2018
Kabupaten Sintang dilalui oleh 2 sungai besar yaitu Sungai Kapuas dan
Sungai Melawi, serta dua sungai kecil yaitu Sungai Ketungau yang merupakan
anak dari Sungai Kapuas dan Sungai Kayan yang merupakan anak dari Sungai
Melawi. Sungai Kapuas melalui Kecamatan Ketungau Hilir, Kelam Permai, Binjai
Hulu, Sintang, Tempunak sampai ke Sepauk. Sedangkan Sungai Melawi melalui
Kecamatan Ambalau, Serawai, Dedai sampai ke Sintang. Sungai Kayan melalui
Kecamatan Kayan Hulu sampai ke Kayan Hilir, sedangkan Sungai Ketungau
melalui Kecamatan Ketungau Hulu, Ketungau Tengah sampai ke Ketungau Hilir.
Kabupaten Sintang memiliki potensi alam yang dapat dijadikan objek
wisata, namun hingga saat ini potensi tersebut belum dimanfaatkan secara
maksimal. Bahkan masyarakat di luar wilayah Kabupaten Sintang dan warga
Sintang sendiri masih banyak yang belum mengetahui potensi alam tersebut.
Kabupaten Sintang memiliki potensi alam yang dapat dijadikan objek wisata,
namun hingga saat ini potensi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal.
Bahkan masyarakat di luar wilayah Kabupaten Sintang dan warga Sintangsendiri
masih banyak yang belum mengetahui potensi alam tersebut.
4.1.3. KLIMATOLOGI
Kabupaten Sintang dikenal sebagai daerah penghujan dengan intensitas
yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan Kabupaten Sintang sebagian besar
wilayahnya merupakan daerah perbukitan yaitu sebesar 53,50 persen.
Tabel 4.4 Data Curah Hujan Kabupaten Sintang
Bulan Bandar Udara Supadio
CH (mm) HH (hr)
Januari 291,1 15
Februari 263,4 20
Maret 138,1 21
April 226,6 20
Mei 295,8 17
Juni 54,6 14
Juli 268,5 14
Agustus 256,9 21
September 404,1 19
Oktober 306,3 22
Nopember 336,9 26
Desember 259,7 24
Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2018
Sepanjang tahun 2017, rata-rata jumlah curah hujan di Kabupaten Sintang
sebesar 258,5 mm3 dengan jumlah curah hujan terbesar terjadi pada bulan
September yaitu 404,1 mm3 dengan jumlah hari hujan sebanyak 19 hari dalam
satu bulan, sedangkan curah hujan terendah pada bulan Juni yaitu 54,6 mm3,
dengan jumlah hari hujan sebanyak 14 hari. Menurut Stasiun Meteorologi Susilo
Sintang, intensitas curah hujan yang cukup tinggi ini, terutama dipengaruhi oleh
keadaan daerah yang berhutan tropis dan disertai dengan kelembaban udara yang
cukup tinggi.
Intensitas hujan yang tinggi biasanya mempengaruhi kecepatan angin.
Faktor angin ini sangat mempengaruhi kegiatan penerbangan serta kegiatan-
kegiatan lainnya. Kecepatan angin maksimum terbesar sepanjang tahun 2017
terjadi pada bulan Maret yaitu 9,2 Knot dan terendah pada bulan Februari yaitu
5,9 Knot. Sedangkan rata-rata kecepatan angina sepanjang tahun 2017 berkisar
antara 5,9 hingga 9,2 Knot.
Tabel 4.5 Data Kecepatan Angin Kabupaten Sintang
Bulan
Kecepatan Arah Angin
Knot/Jam (Rata-Rata)
Januari 7,4
Februari 5,9
Maret 9,2
April 8,2
Mei 6,7
Juni 6,7
Juli 5,9
Agustus 6,9
September 6,0
Oktober 6,7
Nopember 7,0
Desember 7,8
Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2018
Pada tahun 2017 rata-rata temperature udara di Kabupaten Sintang setiap
bulan nya berkisar antara 26,6°C sampai dengan 27,8°C di mana temperatur
udara terendah sebesar 20°C pada bulan April dan temperatur udara tertinggi
sebesar 38,8°C, yaitu pada bulan September.
Tabel 4.6 Data Temperatur Udara Kabupaten Sintang
Bulan
Temperatur Udara
(°C)
Januari 27,1
Februari 26,7
Maret 26,9
April 27,1
Mei 27,8
Juni 27,8
Juli 27,4
Agustus 27,2
September 27,4
Oktober 27,1
Nopember 27,0
Desember 26,6
Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2018
Penyinaran matahari yang dicatat dari Stasiun Meteorologi Sintang berkisar
antara 48,5 persen sampai dengan 69 persen.
Tabel 4.7 Data Penyinaran Matahari dan Kelembaban Nisbi Kabupaten Sintang
Bulan Kelembaban
Nisbi (%) Penyinaran Matahari (%)
Januari 86,0 60,6
Februari 88,4 49,1
Maret 87,8 54,9
April 88,5 69,0
Mei 87,9 68,5
Juni 86,4 66,4
Juli 86,7 57,8
Agustus 87,8 62,7
September 86,5 56,0
Oktober 87,4 69,7
Nopember 89,3 51,4
Desember 89,3 48,5
Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2018
Jika dilihat dari rata-rata lembab nisbi, sepanjang tahun 2017, bulan
November dan Desember merupakan bulan yang mempunyai lembab nisbi tebesar
yaitu 89,3, sedangkan bulan dengan lembab nisbi terkecil adalah bulan Januari
dengan lembab nisbi sebesar 86. Beralih ke rata-rata tekanan udara sepanjang
tahun 2017 setiap bulannya besarnya hampir sama yaitu berkisar antara 1010,1
hingga 1012,8 milibar.
4.1.4. DEMOGRAFI
Berdasarkan hasil proyeksi Penduduk, penduduk Kabupaten Sintang pada
tahun 2017 berjumlah 407.903 dengan rata-rata jumlah penduduk per
desa/kelurahan sebanyak 1.002 jiwa. Jika dibandingkan dengan hasil proyeksi
tahun sebelumnya maka rata-rata jumlah penduduk per desa/kelurahan
mengalami peningkatan. Kepadatan penduduk Kabupaten Sintang adalah 19
penduduk per km2, kepadatan seperti tersebut maka daerah Kabupaten Sintang
dikatakan mempunyai penduduk.
Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Kabupaten Sintang
Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin Tahun 2017
No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Jenis
Kelamin
1 Serawai 12 056 11 517 23 573 105
2 Amabalu 6 940 6 593 13 533 105
3 Kayan Hulu 11 744 11 655 23 399 101
4 Sepauk 26 804 24 982 51 786 107
5 Tempunak 15 303 14 025 29 328 109
6 Sungai Tebelian 16 437 15 208 31 645 108
7 Sintang 37 866 36 912 74 778 103
8 Dedai 15 338 14 460 29 798 106
9 Kayan Hilir 13 592 12 567 26 159 108
10 Kelam Permai 8 418 7 983 16 401 105
11 Binjai hulu 6 599 6 165 12 764 107
12 Ketungau Hilir 11 530 10 799 22 329 107
13 Ketungau Tengah 15 707 14 727 30 434 107
14 Ketungau Hulu 11 454 10 522 21 976 109
KABUPATEN SINTANG 209 788 198 115 407 903 106
Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2018
Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Sintang selama kurun waktu
2010-2017 tercatat rata-rata 1,61 persen. Penyebaran penduduk Kabupaten
Sintang tidak merata antar kecamatan yang satu dengan kecamatan lainnya.
Kecamatan Sintang memiliki jumlah penduduk tertinggi yaitu 74.778 jiwa,
sedangkan yang menjadi posisi kedua yaitu Kecamatan Sepauk dengan penduduk
sebanyak 51.786 jiwa, yang menjadi urutan ketiga adalah kecamatan Sungai
Tebelian dengan jumlah penduduk 31.645 jiwa.
Tabel 4.9 Jumlah Penduduk Kabupaten Sintang
Menurut Jenis Kelamin dan Golongan Umur Tahun 2017
No Golongan
Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 0 – 4 21,904 21,119 43,023
2 5 – 9 21,446 20,539 41,985
3 10 – 14 19,337 18,098 37,435
4 15 – 19 18,351 17,518 35,869
5 20 – 24 18,871 18,295 37,166
6 25 – 29 18,441 18,145 36,586
7 30 – 34 17,717 17,321 35,038
8 35 – 39 15,888 15,141 31,029
9 40 – 44 14,282 12,941 27,223
10 45 – 49 11,875 10,613 22,488
11 50 – 54 9,613 8,945 18,558
12 55 – 59 7,854 7,316 15,170
13 60 – 64 5,932 5,112 11,044
14 65 – 69 3,825 3,315 7,140
15 70 – 74 2,327 1,862 4,189
16 75 + 2,123 1,835 3,958
Jumlah 209,786 198,115 407,901
Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2018
Berdasarkan produktivitasnya, penduduk dapat dibagi menjadi penduduk
usia non produktif meliputi penduduk usia muda (0-15 tahun) dan penduduk tua
(65 tahun ke atas) dan penduduk usia produktif (15-65 tahun). Umur 15-65
disebut sebagai usia produktif karena pendapatan yang diproduksi cenderung
lebih tinggi dibanding konsumsinya, sedangkan dikatakan non produktif karena
kecenderungan biaya konsumsi yang lebih tinggi dibanding pendapatannya.
Meningkatnya penduduk produktif dapat meningkatkan jumlah tenaga kerja
yang mampu berkontribusi dalam peningkatan produktivitas penduduk di
Kabupaten Sintang. Hal tersebut diiringi dengan berkurangnya biaya untuk
memenuhi kebutuhan penduduk usia non produktif yang terus menurun.
Perkembangan penduduk yang cukup pesat merupakan satu fenomena yang
menjadi perhatian serius Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah,
permasalahan yang paling esensial adalah yang berkaitan dengan penyediaan
lapangan kerja/usaha serta penyediaan bahan pangan.
4.2. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
4.2.1. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
(IPM) menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil
pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dan
sebagainya. IPM diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990 dan dipublikasikan
secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR). IPM
dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar: Umur panjang dan hidup sehat;
pengetahuan; dan standar hidup layak.
Gambar 4.2 IPM Kabupaten Sintang
Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2018
Berdasarkan pada gambar di atas terlihat bahwa dalam kurun waktu 2013
sampai dengan 2017 nilai IPM Kabupaten Sintang terus mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013 nilai IPM Kabupaten Sintang sebesar 62,72
dan mengalami peningkatan di tahun 2017 sebesar 64,93 atau meningkat sebesar
2,21. Namun bilamana dibandingkan dengan Provinsi Kalimantan Barat, IPM
Kabupaten Sintang masih jauh dari IPM Provinsi Kalimantan Barat selama kurun
waktu lima tahun. IPM merupakan indikator penting untuk mengukur
keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup masyarakat dan dapat juga
menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah. Oleh sebab itu
peningkatan IPM di Kabupaten Sintang harus menjadi perhatian utama, karena
IPM tersebut merupakan ukuran keberhasilan pembangunan wilayah khususnya
di Kabupaten Sintang.
4.2.2. ANGKA KEMISKINAN
Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk
memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi
ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang, maupun papan.
Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak berkurangnya
kemampuan untuk memenuhi standar hidup rata-rata seperti standar kesehatan
masyarakat dan standar pendidikan.
Tabel 4.10 Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase di Kabupaten Sintang
Tahun
Penduduk Miskin
(Ribu Jiwa)
Penduduk Miskin
(Persentase)
2014 45,55 13,71
2015 48,46 13,51
2016 44,55 12,32
2017 44,82 12,23
Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2018
Pada tabel 4.10 menerangkan data tentang jumlah penduduk miskin dan
persentase penduduk miskin yang ada di Kabupaten Sintang pada kurun waktu
empat tahun. Dimana terlihat jumlah penduduk miskin cenderung berfluktuatif,
pada tahun 2014 jumlah penduduk miskin 44,55 ribu dengan persentase sebesar
13,71 lalu di tahun 2015 mengalami peningkatan dengan persentase sebesar
13,51 atau 48,46 jiwa. Kemudian menurun kembali pada tahun 2016 dan di
tahun 2017 mengalami peningkatan kembali sebesar 44,82 ribu. Hal itu
mengindikasikan bahwa ketidakmampuan masyarakat di Kabupaten Sintang
dalam memenuhi kebutuhuan pokoknya disebabkan keterbatasan pendapatan
serta minimnya lapangan pekerjaan merupakan faktor utama dalam memicu
angka kemiskinan.
4.3. ASPEK DAYA SAING DAERAH
Daya saing daerah merupakan salah satu tujuan penyelenggaraan
pemerintah daerah yang didasarkan pada potensi, kekhasan dan keunggulan
suatu daerah. Suatu daya saing (competitiveness) merupakan merupakan salah
satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi dalam mencapai tingkat
kesejahteraan dan keberlanjutan. Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan
aspek daya saing daerah dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya
kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah/infrastruktur, iklim berinvestsai
dan sumber daya manusia.
4.3.1. KEMAMPUAN EKONOMI DAERAH
Kemampuan ekonomi daerah atau kapasitas ekonomi daerah harus
memiliki daya tarik (attractiveness) bagi pelaku ekonomi yang akan masuk dan
telah berada pada suatu daerah untuk menciptakan multiflier effect bagi
peningkatan daya saiang daerah. Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan
kemampuan ekonomi daerah di antaranya dapat dilihat dari Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) dan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)
a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Perekonomian daerah Kabupaten Sintang tahun 2016 sampai dengan 2017
dapat dilihat pada perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB
Kabupaten Sintang merupakan cerminan perolehan nilai tambah atas proses
produksi atau jasa di wilayah Kabupaten Sintang.
Tabel 4.11 PDRB Atas Harga Berlaku (Juta Rupiah) di Kabupaten Sintang
Lapangan Usaha 2016 2017
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,630,814.5 2,730,458.0
Pertambangan dan Penggalian 961,812.5 1,101,784.0
Industri Pengolahan 1,036,189.6 1,118,663.4
Pengadaan Listrik dan Gas 2,212.5 2,609.9
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
5,735.7 6,278.8
Konstruksi 1,556,932.2 1,848,865.6
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
1,979,400.9 2,142,816.3
Transportasi dan Pergudangan 235,226.5 254,698.3
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 270,311.0 297,588.8
Informasi dan Komunikasi 533,388.8 616,535.1
Jasa Keuangan dan Asuransi 275,150.6 316,383.3
Real Estat 320,178.0 350,217.5
Jasa Perusahaan 49,248.6 53,407.7
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
448,527.5 512,106.5
Jasa Pendidikan 551,235.3 577,533.0
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 262,717.1 277,017.4
Jasa lainnya 81,965.3 88,935.2
PDRB 11,201,046.8 12,295,898.8
Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2018
Memasuki tahun 2017, PDRB Kabupaten Sintang atas dasar harga berlaku
mencapai 12,29 triliun rupiah atau mengalami peningkatan sebesar 9,77 persen.
Terlihat bahwa sektor yang paling menonjol pada tahun 2017meliputi (1)
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 2,730,458.0, (2) Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 2,142,816.3, (3) Konstruksi
sebesar 1,848,865.6, (4) Industri Pengolahan sebesar 1,118,663.4 dan (5)
Pertambangan dan Penggalian sebesar 1,101,784.0. Dari ke lima sektor tersebut,
merupakan sektor dominan yang memberikan andil dalam perkembangan nilai
PDRB Kabupaten Sintang Tahun 2017.
b. Laju Pertumbuhan Ekonomi
Perkembangan nilai PDRB atas harga konstan menunjukan laju
pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah khususnya di Kabupaten Sintang.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sintang dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 4.3 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sintang
Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2018
Untuk lebih meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi di tahun berikut nya
dan sekaligus mewujudkan pemerataan pendapatan, perlu adanya peningkatan
mutu sumber daya manusia yang diikuti pengendalian jumlah penduduk serta
peningkatan infrastruktur. Keterpadu-an antara program pemerintah dengan
peran swasta dan masyarakat perlu diperhatikan guna menyelaraskan langkah
dalam menggali sektor-sektor potensial yang sekaligus memiliki potensi besar
dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.
Kabupaten Sintang memiliki banyak komoditas unggulan, baik dari sektor
perkebunan, kehutanan, pertanian, perikanan, peternakan, dan pertambangan di
antaranya yang menonjol adalah sektor perkebunan (kelapa sawit, karet, dan
kelapa dalam), sektor kehutanan (gaharu buaya, rotan, kayu bulat atau kayu
belian), sektor pertanian (Padi, palawija, sayur-sayuran, dan buah-buahan), sektor
perikanan (Usaha Perikanan Keramba dan Budi daya Kolam Serta Perikanan
Umum dengan jenis ikan Jelawat, Tengadak/Lampan, Gurami, Semah dan
Paten/Juara), sektor peternakan (babi, sapi, kerbau, kambing, unggas yang terdiri
dari itik dan ayam), dan sektor pertambangan (Batu Bara, Tembaga, Zikon,Emas,
Batu Pecah dan lain-lain).
4.3.2. FASILITAS WILAYAH/INFRASTRUKTUR
Fasilitas wilayah/Infrastruktur merupakan penunjang daya saing daerah
dalam ketersediaan (availability) fasilitas untuk mendukung aktivitas ekonomi di b
erbagai sektor pada suatu daerah atau antar-daerah (wilayah). Semakin lengkap
ketersediaan fasilitas wilayah/infrastruktur, maka semakin kuat daya saing
daerah.
a. Fasilitas Perhubungan Darat
Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk
memperlancar kegiatan perekonomian. Tersedianya jalan yang berkualitas akan
memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar arus lalu lintas barang dan
jasa dari satu daerah ke daerah lain, terutama komoditas hasil pertanian dari
pedesaaan. Pada tahun 2017 panjang jalan di wilayah Kabupaten Sintang
sepanjang 2.289,62 kilometer, di mana permukaan jalan 39,5 persen jalan
beraspal, 8,73 persen jalan kerikil, 49,39 persen jalan tanah dan 2,38 persen
lainnya. Ditinjau dari kondisinya 34,6 persen baik, 17,6 persen sedang, 9,29
persen rusak dan 38,51 persen rusak berat.
Sesuai perkembangan teknologi dan pembangunan perekonomian yang
semakin mantap, peranan jasa angkutan darat yang ditunjang dengan kondisi dan
jenis permukaan jalan yang baik perlu lebih ditingkatkan sehingga mobilitas
penduduk dan perdagangan antar daerah dapat berjalan dengan lancar.
Pada akhir tahun 2017, jumlah penambahan kendaraan bermotor yang
tercatat pada Polres Sintang sebanyak 4.308 unit dengan jumlah terbesar sepeda
motor sebanyak 3.926 atau 91,13 persen. Hal ini cukup beralasan mengingat
masih kurangnya sarana transportasi umum, di samping itu juga sepeda motor
banyak digunakan oleh sebagian warga untuk berbagaikeperluan.
b. Fasilitas Perhubungan Udara
Fasilitas pendukung yang sedang di upayakan adalah pembangunan
lapangan atau pelabuhan udara baru dengan panjang landasan pacu terbang 3
km, ini merupakan pelabuhan udara termaju dikawasan timur provinsi
Kalimantan Barat. Fasilitas ini tentu memegang peran yang sangat penting
terutama bagi arus barang dan jasa. Adapun rute terbang adalah Sintang-
Pontianak dan terus diperluas menjadi salah satu bandara internasional yang ada
di Provinsi Kalimantan Barat yang berkedudukan di sekitar kawasan Sungai
Tebelian.
Jumlah pesawat dan penumpang angkutan udara pada tahun 2017 baik
yang berangkat maupun yang datang melalui Bandar Udara Susilo Sintang
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, Hal ini
disebabkan adanya trayek angkutan penumpang komersil dari Sintang ke
Pontianak dan ke Kabupaten Lainnya.
c. Fasilitas Air Bersih
Pemanfaatan sumber air bersih di Kabupaten Sintang sangat beragam
jenisnya yang bersumber dari air kemasan, pompa, sumur terlindung, sumur tak
terlindung, mata air terlindung, mata air tak terlindung, air sungai, air hujan dan
lainnya. Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi penduduk baik
untuk memasak/minum maupun mencuci/mandi. Bagi daerah Kabupaten
Sintang, khususnya di daerah pedalaman secara tradisional penggunaan air
bersih masih bersumber dari sungai/danau dan air hujan. Akan tetapi di sebagian
kecamatan air bersih dikelola sebagai komoditas industri oleh PDAM di sebagian
kecamatan air bersih dikelola sebagai komoditas industri oleh PDAM.
Jumlah konsumen yang menggunakan air bersih yang diproduksi oleh
PDAM Kabupaten Sintang pada tahun 2017 adalah sebesar 6.420 pelanggan yang
terdiri dari 5.768 pelanggan rumah tangga, 93 pelanggan badan sosial, 127
pelanggan kantor pemerintah, dan 432 pelanggan niaga dengan jumlah air minum
yang terjual di tahun 2017 adalah sebesar 1.305.740 M3.
d. Fasilitas Listrik
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat
akan tenaga listrik di kabupaten Sintang cukup serius. hal tersebut sangat nyata
setelah adanya program listrik masuk desa. Energi listrik mempunyai peran yang
sangat vital dalam pembangunan nasional. Persebaran aliran listrik dari PLN
sebagai satu-satu perusahaan milik negara yang menyediakan listrik ke rumah
tangga, industri dan pemerintah memang masih belum merata di Kabupaten
Sintang. Masih banyak desa-desa yang belum dialiri listrik tentunya masyarakat
disana mengusahakan sendiri kebutuhan listriknya. Pada tahun 2017, jumlah
pelanggan listrik rumah tangga adalah sebanyak 62.564 rumah tangga, 3.848
industri, 1.510 badan sosial, dan 460 instansi pemerintah.
BAB V ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL
KABUPATEN SINTANG
5.1. ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL
Visi penanaman modal Indonesia sampai tahun 2025 adalah Penanaman
Modal yang Berkelanjutan Dalam Rangka Terwujudnya Indonesia yang Mandiri,
Maju dan Sejahtera. Untuk mencapai visi tersebut ditetapkan 3 (tiga) misi, yaitu :
1. Membangun iklim penanaman modal yang berdaya saing;
2. Mendorong diversifikasi dan peningkatan kegiatan ekonomi yang bernilai
tambah; dan
3. Mendorong pemerataan kegiatan perekonomian nasional. Berdasarkan visi dan
misi di atas, dirumuskan arah kebijakan penanaman modal yang meliputi tujuh
elemen utama sebagaimana terdapat pada Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun
2012 tentang Rencana Umum Penanaman Modal, yaitu :
1) Perbaikan iklim penanaman modal;
2) Pesebaran Penanaman Modal;
3) Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur dan Energi;
4) Penanaman Modal yang berwawasan lingkungan (green investment)
5) Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil Menengah dan Koperasi (UMKMK);
6) Pemberian fasilitas, Kemudahan dan Insentif Penanaman Modal;
7) Promosi Penanaman Modal.
Iklim investasi yang kondusif dan berdaya saing merupakan faktor daya
tarik utama bagi para investor untuk menanamkan modalnya di Kabupaten
Sintang. Iklim investasi yang kondusif diperlukan untuk kenyamanan dan
keamanan dalam berinvestasi, sedangkan daya saing daerah dibutuhkan agar
para investor lebih tertarik berinvestasi di Kabupaten Sintang dibandingkan
daerah-daerah lain yang memiliki potensi serupa.
5.2. ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN SINTANG
Penyusunan RUPM Kabupaten Sintang untuk mendukung RUPM Nasional
dan RUPMP Provinsi Kalimantan Barat, dan juga harus mendukung pelaksanaan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Sintang
tahun 2006-2025 dengan visi misi sebagai berikut :
Visi :
“Kabupaten Sintang Yang Maju, Mandiri Dan Sejahtera”
Misi :
1. Mewujudkan perekonomian yang maju dengan mempercepat
pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kegiatan investasi swasta
dan masyarakat, yang diorientasikan pada peningkatan kemampuan
sektor ekonomi serta peningkatan kemampuan produksi pertanian dan
perkebunan, sekaligus peningkatan kemampuan pengolahan hasil
akhirnya.
2. Mewujudkan masyarakat yang sehat, cerdas, produktif dan inovatif
untuk meningkatkan daya saing serta penguasaan dan pemanfaatan
IPTEK.
3. Mewujudkan infrastruktur dasar yang memadai guna membuka kawasan
terisolir dan tertinggal guna meningkatkan investasi di kawasan tersebut.
4. Mewujudkan kemampuan pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup secara berkelanjutan dengan memanfaatkan seoptimal
mungkin sumberdaya alam dan memberikan perlindungan fungsi
lingkungan hidup secara berkelanjutan, berkeadilan, dan
berkeseimbangan; untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat Kabupaten
Sintang.
5. Mewujudkan pembangunan wilayah yang merata dan berkeadilan dalam
rangka mempercepat terwujudnnya kesejahteraan masyarakat melalui
penataan kebijakan pembangunan pengurangan kesenjangan antar
wilayah, penataan ruang wilayah dan pertanahan, percepatan
pengembangan wilayah cepat tumbuh dan strategis, percepatan
pembangunan wilayah tertinggal/miskin dan pembangunan wilayah
perbatasan antar negara (Serawak-Malaysia Timur).
6. Mewujudkan masyarakat yang bermoral, berbudaya, dan religius, serta
memiliki kultur produktif-inovatif dan mandiri berlandaskan kepada
nilai-nilai luhur Pancasila, budaya bangsa, dan agama/kepercayaan.
7. Mewujudkan keamanan, ketertiban dalam masyarakat berbasis
supremasi hukum dan tata pemerintahan yang baik
8. Mewujudkan budaya politik yang demokratis dan menghargai
heterogenitas sosial dan politik dalam masyarakat.
RUPM Kabupaten Sintang yang disusun ini harus dapat mendukung
pelaksanaan semua misi pembangunan daerah sebagaimana tertuang dalan
RPJPD Kabupaten Sintang. Adapun arah kebijakan penanaman modal Kabupaten
Sintang, meliputi 7 (elemen) utama, yaitu :
a. Perbaikan iklim penanaman modal;
b. Persebaran Penanaman Modal;
c. Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur, Energi dan Perdagangan;
d. Penanaman Modal yang berwawasan lingkungan (green investment)
e. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil Menengah dan Koperasi (UMKMK);
f. Pemberian fasilitas, Kemudahan dan Insentif Penanaman Modal; dan
g. Promosi, Kerjasama, dan Kemitraan dalam Penyelenggaraan Penanaman Modal
Perbaikan Iklim Penanaman Modal
Arah kebijakan perbaikan iklim penanaman modal, berupa :
a) Penguatan Kelembagaan Penanaman Modal, penguatan kelembagaan
penanaman modal akan menciptakan iklim usaha yang kondusif. Hal ini
dilakukan dengan :
1. Pembangunan Sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di bidang
penanaman modal yang lebih efektif dan akomodatif terhadap penanaman
modal;
2. Penyelenggaraan PTSP dengan mendapat pendelegasian atau pelimpahan
wewenang dari lembaga/instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan
non perizinan di pusat, Propinsi, Kabupaten;
3. Peningkatan koordinasi antar lembaga/instansi di daerah dalam rangka
pelayanan penanaman modal kepada para penanam modal;
4. Menjadi inisiator penanaman modal serta berorientasi pada pemecahan
masalah (problem-solving) baik kepada para penanam modal yang akan
maupun yang sudah menjalankan usahanya di Kabupaten Sintang.
b) Penciptaan Kepastian Hukum, Perlindungan dan Persaingan Usaha. Mengingat
persaingan usaha merupakan faktor penting dari iklim penanaman modal
untuk mendorong kemajuan ekonomi, maka :
1. Memastikan hukum dan aturan berinvestasi berjalan sebagaimana mestinya
sehingga pelaku usaha dapat beroperasi secara aman dan mengikuti
peraturan.
2. Memberikan perlindungan hukum dan keamanan kepada pelaku usaha dalam
menjalankan usahanya. Dengan adanyanya perlindungan hukum maka pelaku
usaha dapat mengoperasikan usahanya secara maksimal dengan
meminimalisir resiko kemanan dalam berusaha.
3. Perlu menetapkan pengaturan persaingan usaha yang sehat (Level Playing
Field), sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama
di masing-masing level pelaku usaha. Dengan demikian, dunia usaha dapat
tumbuh dan berkembang secara sehat, serta dapat menghindari pemusatan
kekuatan ekonomi pada perorangan atau kelompok tertentu.
4. Perlu meningkatkan pengawasan dan penindakan terhadap kegiatan-kegiatan
yang bersifat anti-persaingan, seperti penetapan syarat perdagangan yang
merugikan, pembagian wilayah dagang, dan strategi penetapan harga barang
yang mematikan pesaing.
5. Lembaga pengawas persaingan usaha yang telah dibentuk Pemerintah perlu
terus mengikuti perkembangan terakhir praktek-praktek persaingan usaha,
termasuk kompleksitas praktek dan aturan persaingan usaha di negara lain.
c) Hubungan Industrial. Hubungan industrial yang sehat dalam penanaman modal
dimaksudkan untuk mendukung pengembangan sumber daya manusia di
Kabupaten Sintang, oleh karena itu diperlukan :
1. Penetapan kebijakan yang mendorong perusahaan untuk memberikan
program pelatihan dan peningkatan keterampilan dan keahlian bagi para
pekerja.
2. Aturan hukum yang mendorong terlaksananya perundingan kolektif yang
harmonis antara buruh/pekerja dan pengusaha, yang dilandasi prinsip itikad
baik (code of good faith).
Persebaran Penanaman Modal
Arah kebijakan untuk mendorong persebaran penanaman modal diarahkan
kepada persebaran penanaman modal yang sesuai peraturan kawasan dan
zonasi, persebarannya adalah :
a) Pengembangan sentra-sentra ekonomi baru melalui pengembangan sektor-
sektor strategis sesuai daya dukung lingkungan dan potensi unggulan tiap
kecamatan yang dimiliki.
b) Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan strategis, antara lain dengan
mendorong persebaran penanaman modal berdasarkan kawasan dan zonasi.
c) Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal yang
mendorong pertumbuhan penanaman modal.
d) Percepatan pembangunan infrastruktur dengan mengembangkan pola
kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur
yang diintegrasikan dengan rencana penanaman modal untuk sektor tertentu
yang strategis.
Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur, Energi dan Perdagangan
a) Pangan
Sasaran penanaman modal bidang pangan pada masing-masing komoditi
dilakukan untuk mewujudkan: (i) mengembangkan industri turunan komoditi
pertanian dan perkebunan melalui kluster industri; dan (ii) mengubah produk
primer menjadi produk olahan untuk ekspor. Arah kebijakan pengembangan
penanaman modal bidang pangan adalah sebagai berikut :
1) Pengembangan industri pengolahan produk pertanian dan perkebunan yang
didasarkan pada produk pertanian dan perkebunan yang berada di sekitara
Kabupaten Sintang.
2) Penguatan kemampuan daya saing, efisiensi;
3) Modernisasi agribisnis;
4) Pemberian fasilitas, kemudahan dan/atau insentif penanaman modal yang
promotif untuk ekstensifikasi dan intensifikasi lahan usaha, dan ketersediaan
infrastruktur.
5) Pemberian pembiayaan, pemberian kejelasan status lahan, dan mendorong
pengembangan klaster industri agribisnis.
6) Peningkatan kegiatan penelitian, promosi, dan membangun citra positif
produk pangan Kabupaten Sintang.
7) Pengembangan sektor strategis pendukung ketahanan pangan nasional,
antara lain sektor industri pengolahan pangan.
b) Infrastruktur
Arah kebijakan pengembangan penanaman modal di bidang infrastruktur
adalah sebagai berikut :
1) Optimalisasi kapasitas dan kualitas infrastruktur yang saat ini sudah tersedia.
2) Pengembangan infrastruktur baru dan perluasan layanan infrastruktur sesuai
strategi peningkatan potensi ekonomi.
3) Pengintegrasian pembangunan infrastruktur Nasional, Provinsi dan
Kabupaten sesuai dengan peran masing-masing wilayah dan jangkauan
pelayanan infrastruktur.
4) Percepatan pembangunan infrastruktur
5) Percepatan pemenuhan kebutuhan infrastruktur melalui mekanisme skema
Kerjasama Pemerintah-Swasta (KPS) atau nonKPS.
6) Pengembangan sektor strategis pendukung pembangunan infrastruktur.
7) Pembangunan media komunikasi dan informatika.
8) Peningkatan sistem pengelolaan dan penyelenggaraan telematika yang
tanggap terhadap kebutuhan pasar dan industri.
c) Energi
Arah kebijakan pengembangan penanaman modal bidang energi adalah :
1) Optimalisasi potensi sumber energi baru dan terbarukan serta mendorong
investasi infrastruktur energi untuk memenuhi kebutuhan listrik di
Kabupaten Sintang.
2) Peningkatan pangsa sumberdaya energi baru dan terbarukan untuk
mendukung efisiensi, konservasi, dan pelestarian lingkungan hidup dalam
pengelolaan energi.
3) Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal serta
dukungan akses pembiayaan domestik dan infrastruktur energi, khususnya
bagi sumber energi baru dan terbarukan.
4) Pengembangan sektor strategis pendukung sektor energi
d) Perdagangan
Arah kebijakan pengembangan penanaman modal bidang perdagangan adalah :
1) Pengembangan dan peningkatan transaksi perdagangan produk-produk lokal.
2) Stabilisasi distribusi dan ketersediaan barang barang kebutuhan pokok di
seluruh wilayah Kabupaten dengan harga yang terjangkau, sehingga dapat
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat,
3) Peningkatan sarana dan prasarana pembangunan ekonomi sektor
perdagangan menuju terciptanya keunggulan produk lokal yang mampu
bersaing di tingkat global.
Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan (green investment)
Arah kebijakan Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan (Green
Investment) adalah sebagai berikut :
1) Perlunya bersinergi dengan kebijakan dan program pembangunan
lingkungan hidup serta program pencegahan kerusakan keanekaragaman
hayati.
2) Pengembangan sektor-sektor prioritas dan teknologi yang ramah lingkungan,
serta pemanfaatan potensi sumber energi baru dan terbarukan.
3) Pengembangan ekonomi hijau (green economy).
4) Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal
diberikan kepada penanaman modal yang mendorong upaya-upaya
pelestarian lingkungan hidup termasuk pencegahan pencemaran,
pengurangan pencemaran lingkungan.
5) Peningkatan penggunaan teknologi dan proses produksi yang ramah
lingkungan secara lebih terintegrasi.
6) Pengembangan wilayah yang memperhatikan tata ruang dan kemampuan
atau daya dukung lingkungan.
Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil Menengah dan Koperasi (UMKMK)
Arah kebijakan pemberdayaan UMKM dan Koperasi dilakukan berdasarkan dua
strategi besar, yaitu :
1) Strategi naik kelas, yaitu strategi untuk mendorong usaha yang berada pada
skala tertentu untuk menjadi usaha dengan skala yang lebih besar, usaha
mikro berkembang menjadi usaha kecil, kemudian menjadi usaha
menengah, dan pada akhirnya menjadi usaha berskala besar.
2) Strategi aliansi strategis, yaitu strategi kemitraan berupa hubungan
(kerjasama) antara dua pihak atau lebih pelaku usaha, berdasarkan
kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan manfaat)
sehingga dapat memperkuat keterkaitan diantara pelaku usaha dalam
berbagai skala usaha. Aliansi dibangun agar wirausahawan yang memiliki
skala usaha lebih kecil mampu menembus pasar dan jaringan kerjasama
produksi pada skala yang lebih besar. Aliansi tersebut dibangun
berdasarkan pertimbangan bisnis dan kerjasama yang saling
menguntungkan. Pola aliansi semacam inilah yang akan menciptakan
keterkaitan usaha (linkage) antara usaha mikro, kecil, menengah, koperasi,
dan usaha besar.
Pemberian Fasilitas, Kemudahan dan Insentif Penanaman Modal
Fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal merupakan
suatu keuntungan ekonomi yang diberikan kepada sebuah perusahaan atau
kelompok perusahaan sejenis untuk mendorong agar perusahaan tersebut
berperilaku/melakukan kegiatan yang sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan
pemerintah.
a) Pola Umum Pemberian Fasilitas, Kemudahan, dan/atau Insentif.
Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal
didasarkan pada pertimbangan eksternal dan internal. Pertimbangan eksternal
meliputi strategi daerah pesaing, intensitas persaingan merebut penanaman
modal, praktek terbaik secara nasional (national best practices), serta komitmen
nasional. Sedangkan pertimbangan internal yang perlu diperhatikan
diantaranya strategi dan kebijakan pembangunan ekonomi dan sektoral;
kepentingan pengembangan wilayah; tujuan pemberian fasilitas, kemudahan,
dan/atau insentif penanaman modal; pengaruh/keterkaitan sektor yang
bersangkutan dengan sektor lain, besarannya secara ekonomi, penyerapan
tenaga kerja; sinkronisasi dengan kebijakan yang terkait; serta tujuan
pembangunan yang berkelanjutan. Adapun prinsip-prinsip dasar penetapan
kebijakan pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal
adalah efisiensi administrasi, efektif, sederhana, transparan, keadilan,
perhitungan dampak ekonomi (analisis keuntungan dan kerugian), serta
adanya jangka waktu.
Penetapan pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman
modal diberikan berdasarkan kriteria pertimbangan bidang usaha, antara lain
kegiatan penanaman modal yang melakukan industri pionir; kegiatan
penanaman modal yang termasuk skala prioritas tinggi; kegiatan penanaman
modal yang menyerap banyak tenaga kerja; kegiatan penanaman modal yang
melakukan pembangunan infrastruktur; kegiatan penanaman modal yang
melakukan alih teknologi; kegiatan penanaman modal yang berada di daerah
terpencil, di daerah tertinggal, di daerah perbatasan, atau di daerah lain yang
dianggap perlu; kegiatan penanaman modal yang menjaga kelestarian
lingkungan hidup; kegiatan penanaman modal yang melaksanakan kegiatan
penelitian, pengembangan, dan inovasi; kegiatan penanaman modal yang
bermitra dengan UMKMK; serta kegiatan penanaman modal yang
menggunakan barang modal dalam negeri.
Selain itu, dalam penetapan pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau
insentif.
penanaman modal juga mempertimbangkan kriteria klasifikasi wilayah, antara
lain kegiatan penanaman modal yang berlokasi di wilayah maju, di wilayah
berkembang, dan di wilayah tertinggal. Pertimbangan ini diperlukan untuk
lebih mendorong para penanam modal melakukan kegiatan usahanya di
kondisi wilayah berbeda sehingga tercipta persebaran dan pemerataan
penanaman modal di seluruh wilayah Kabupaten Sintang.
Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal kepada
penanam modal di wilayah tertinggal dan wilayah berkembang harus lebih
besar dibanding wilayah maju. Pengklasifikasian wilayah dapat didasarkan
pada indeks komposit yang dihitung menggunakan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) per kapita yang dikombinasikan dengan ketersediaan
infrastruktur ataupun jumlah penduduk miskin.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas maka ditetapkan pemberian
fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif. Dengan demikian, pemberian fasilitas,
kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal ditetapkan berdasarkan
pertimbangan pengembangan sektoral, wilayah, atau kombinasi antara
pengembangan sektoral dan wilayah. Yang dimaksud dengan kegiatan
penanaman modal yang melakukan industri pionir adalah penanaman modal
yang :
1. memiliki keterkaitan yang luas;
2. memberikan nilai tambah dan eksternalitas positif yang tinggi;
3. memperkenalkan teknologi baru; serta
4. memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional.
Sedangkan penanaman modal yang termasuk skala prioritas tinggi adalah
penanaman modal yang :
1. mampu mendorong diversifikasi kegiatan ekonomi;
2. memperkuat struktur industri daerah dan nasional;
3. memiliki prospek tinggi untuk bersaing di pasar nasional dan internasional,
dan
4. memiliki keterkaitan dengan pengembangan penanaman modal strategis di
bidang pangan, infrastruktur, dan energi.
Kegiatan penanaman modal yang termasuk skala prioritas tinggi ditetapkan
oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam rangka kepentingan daerah dan
perkembangan ekonomi.
b) Bentuk/Jenis Fasilitas, Kemudahan, dan/atau Insentif Penanaman Modal oleh
Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Fasilitas fiskal penanaman modal yang diberikan Pemerintah dapat berupa :
1. Pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan neto sampai tingkat
tertentu terhadap jumlah penanaman modal dalam waktu tertentu;
2. Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin,
atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di
dalarn negeri;
3. Pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong
untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan
tertentu;
4. Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor barang
modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum
dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka waktu tertentu;
5. Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat.
Kemudahan penanaman modal adalah penyediaan fasilitas dari Pemerintah
dan Pemerintah Daerah kepada penanam modal untuk mempermudah setiap
kegiatan penanaman modal dalam rangka mendorong peningkatan penanaman
modal. Pemerintah Kabupaten Sintang dapat memberikan kemudahan berupa :
1. Keringanan Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya untuk bidang usaha
tertentu, pada wilayah atau daerah atau kawasan tertentu.
2. Berbagai kemudahan pelayanan melalui PTSP di bidang penanaman modal;
3. Pengadaan infrastruktur melalui dukungan dan jaminan Pemerintah;
4. Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan kepada perusahaan penanaman
modal untuk memperoleh hak atas tanah, fasilitas pelayanan keimigrasian,
dan fasilitas perizinan impor;
5. Penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal;
6. Penyediaan sarana dan prasarana;
7. Penyediaan lahan atau lokasi; dan
8. Pemberian bantuan teknis.
Insentif penanaman modal adalah dukungan dari Pemerintah Daerah kepada
penanarn modal dalam rangka mendorong peningkatan penanaman modal, yang
antara lain dapat berupa :
1. pengurangan, keringanan, atau pembebasan pajak daerah;
2. pengurangan, keringanan, atau pembebasan retribusi daerah;
3. pemberian dana stimulan; dan/atau
4. pemberian bantuan modal.
c) Kriteria Penanaman Modal yang diberikan Fasilitas, Kemudahan dan/atau Insentif
Penanaman Modal
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal, Pemerintah Kabupaten memberikan fasilitas dan kemudahan pelayanan
dan/atau perizinan kepada penanam modal yang melakukan penanaman
modal. Fasilitas penanaman modal sebagaimana dimaksud diberikan kepada
penanaman modal yang :
1. melakukan perluasan usaha; atau
2. melakukan penanaman modal baru.
Penanaman modal yang mendapat fasilitas penanaman modal adalah yang
sekurang- kurangnya memenuhi salah satu kriteria berikut :
1. Memberikan kontribusi bagi peningkatan pendapatan masyarakat;
2. Memberikan kontribusi bagi peningkatan pelayanan publik;
3. Memberikan kontribusi dalam peningkatan produk domestik regional bruto
(PDRB);
4. Termasuk skala prioritas tinggi daerah Kabupaten Sintang;
5. Menyerap banyak tenaga kerja lokal;
6. Termasuk pembangunan infrastruktur;
7. Merupakan industri pionir;
8. Melakukan alih teknologi;
9. Berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau
daerah lain yang dianggap perlu;
10. Menjaga kelestarian lingkungan hidup;
11. Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi;
12. Bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah, atau koperasi; atau
13. Industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang
diproduksi di dalam negeri.
Untuk kegiatan penanaman modal yang melakukan industri pionir menduduki
peringkat pemberian insentif tertinggi karena sifat pengembangannya memiliki
keterkaitan yang luas, strategis untuk perekonomian nasional, dan menggunakan
teknologi baru.
Sesuai ketentuan Pasal 18 ayat (5) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007,
pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan dalarn jumlah dan
waktu tertentu hanya dapat diberikan kepada penanaman modal baru yang
merupakan industri pionir.
d) Mekanisme Pemberian Fasilitas, Kemudahan dan/atau Insentif Penanaman Modal
Pemberian fasilitas, kemudahan, dan insentif penanaman modal Kabupaten
Sintang diberikan oleh Bupati terhadap bidang-bidang usaha, termasuk di
dalamnya bidang-bidang usaha di kawasan wilayah tertentu. Oleh karena
bidang-bidang usaha tersebut sifatnya dinamis, maka untuk mengikuti
perkembangan yang ada perlu dilakukan evaluasi secara berkala terhadap
pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal. Evaluasi
ini dilakukan oleh DPMPTSP dengan melibatkan Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) yang terkait.
Hasil evaluasi yang dihasilkan dapat berupa rekomendasi/usulan penambahan
dan/atau pengurangan bidang-bidang usaha yang dapat memperoleh fasilitas,
kemudahan, dan/atau insentif. Kepala DPMPTSP menyampaikan hasil evaluasi
kepada Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Kabupaten Sintang untuk dibahas dengan kepala-kepala SKPD terkait. Hasil
pembahasan selanjutnya ditindaklanjuti oleh kepala-kepala SKPD terkait sesuai
kesepakatan dalam pembahasan.
Promosi, Kerjasama, dan Kemitraan dalam Penyelenggaraan Penanaman
Modal
Arah kebijakan promosi, kerjsama dan kemitraan dalam penyelenggaraan
penanaman modal Kabupaten Sintang sebagai berikut :
1. Penguatan image building sebagai daerah tujuan penanaman modal yang
menarik dengan mengimplementasikan kebijakan pro penanaman modal dan
menyusun rencana tindak image building lokasi penanaman modal;
2. Pengembangan strategi promosi yang lebih fokus (targetted promotion), terarah
dan inovatif;
3. Pelaksanaan kegiatan promosi dalam rangka pencapaian target penanaman
modal yang telah ditetapkan;
4. Peningkatan peran koordinasi promosi penanaman modal dengan seluruh
SKPD terkait di tingkat Kabupaten, Propinsi, maupun ditingkat Nasional;
5. Penguatan peran fasilitasi hasil kegiatan promosi secara pro-aktif untuk
mentransformasi minat penanaman modal menjadi realisasi penanaman modal.
BAB VI PETA PANDUAN (ROAD MAP)
IMPLEMENTASI RUPMK SINTANG
6.1. PRINSIP DAN ACUAN
Peta Panduan (Road Map) investasi sebagai acuan dalam pelaksanaan tugas
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Sintang
baik jangka pendek, menengah, dan jangka panjang ke depan. Sehingga potensi
daerah dapat dijadikan sebagai sumber peningkatan pendapatan daerah dan
pendapatan untuk kesejahteraan masyarakat. Acuan yang diberi nama “Roadmap
Investasi Kabupaten Sintang 2016-2021” ini didasarkan pada Peraturan Kepala
Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2012
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal.
Roadmap Investasi Kabupaten Sintang 2016-2021 memiliki keterkaitan
dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Sintang yang termuat
dalam Visi Kabupaten Sintang 2021. Keberhasilan pelaksanaan dan
pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh komprehensitifitas, tanggung jawab,
kreatifitas dan inisiatif dari aparatur bidang penanaman modal demi tercapainya
visi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
Kabupaten Sintang, yaitu “Terwujudnya Penanaman Modal Yang Kondusif, Dan
Pelayanan Perizinan Yang Cepat, Mudah, Ramah, Transparan Dan Akuntabel”.
Penyusunan Roadmap Investasi Kabupaten Sintang 2016-2021
dimaksudkan untuk mengarahkan tahap-tahap (fase) pencapaian bidang
penanaman modal dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
Tujuannya agar efisien dan efektif dalam mendukung kebutuhan investasi di
Kabupaten Sintang, adapun tujuan Roadmap :
a. Sebagai bahan acuan bagi setiap bidang dan aparatur Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) dalam merencanakan
kegiatan-kegiatan tahunan untuk mencapai visi dan misi yang telah
ditetapkan;
b. Merupakan bahan acuan bagi stakeholder lainnya dalam integrasi kegiatan-
kegiatan pengembangan investasi di Kabupaten Sintang; dan
c. Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemeritah Daerah dan pihak-pihak
lainnya dalam mengambil keputusan penganggaran, ekonomi, dan
pembangunan.
Sasaran dari Roadmap Investasi Kabupaten Sintang 2016-2021 adalah
sebagai berikut :
a. Terfokusnya sektor/bidang usaha unggulan yang dipilih untuk
pengembangan investasi.
b. Terwujudnya kegiatan promosi yang efektif bagi peningkatan minat investor.
c. Terwujudnya regulasi yang mudah dan murah bagi kegiatan investasi.
d. Terwujudnya keterpaduan program bidang investasi di seluruh Kabupaten
Sintang.
6.2. TAHAPAN PELAKSANAAN RUPMK KABUPATEN SINTANG
A. Tahap I
Tahap I : Pengembangan Penanaman Modal yang Mudah dan Cepat
Menghasilkan (Tahun 2018-2019).
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan antara lain meliputi :
1. Membuka hambatan dan memfasilitasi penyelesaian persiapan proyek
strategis agar segera diaktualisasikan;
2. Menata dan mengintensifkan strategi promosi penanaman modal dengan
penyediaan informasi yang semakin komprehensif, akurat, cepat mengenai
penanaman modal dan aspek lainnya pada usaha mikro, kecil dan
menengah;
3. Mengidentifikasi proyek penanaman modal yang siap ditawarkan dan
dipromosikan sesuai dengan daya dukung lingkungan hidup dan RTRW;
4. Melakukan berbagai terobosan kebijakan penanaman modal yang mendesak
untuk diperbaiki atau diselesaikan;
5. Melakukan kemitraan dunia pendidikan dengan dunia usaha untuk
pengembangan kualitas ketenagakerjaan yang mengarah pada perluasan
dan pengembangan lapangan kerja, kualitas tenaga kerja yang mandiri dan
mampu bersaing di tingkat global;
6. Membuat Perda tentang Penanaman Modal;
7. Membentuk kelembagaan Penanaman Modal.
8. Memiliki Sistem Informasi Penanaman Modal
9. Melakukan E-Document (Semua dokumen kantor dibuat elektronik)
Kebijakan dan strategi penanaman modal pada tahapan ini dilakukan dengan
tetap menggunakan pendekatan regionalisasi dan pendekatan sektoral dengan
karakteristik sebagai berikut :
a. Tersedianya regulasi tentang penanaman modal;
b. Perencanaan dan kebijakan penanaman modal yang semakin terintegrasi
dengan baik;
c. Kerjasama yang semakin kuat dan intensif antara Pemerintah Kabupaten
Sintang dengan Pemerintah Provinsi, Pemerintah dengan Swasta;
d. Pelayanan perizinan yang semakin mudah, efisien dan efektif dengan
memanfaatkan teknologi informasi secara optimal;
e. Penguatan kelembagaan;
f. Kebijakan penanaman modal yang semakin kondusif.
B. Tahap II
Tahap II : Perceptan Pembangunan Infrastruktur serta Pengembangan Usaha
Jasa dan Perdagangan (2020-2022).
Pada tahap ini kegiatan yang diprioritaskan adalah upaya mewujudkan
perekonomian daerah yang berbasis ekonomi kerakyatan dan potensi unggulan
daerah yang didukung dengan infrastruktur Kabupaten yang memadai. Pada
tahap ini kegiatan yang dilakukan antara lain meliputi :
1. Mendorong percepatan infrastruktur fisik seperti jalan, pengelolaan sampah,
instalasi pengolahan limbah dan air bersih yang berwawasan lingkungan.
2. Pengembangan usaha jasa dan perdagangan diutamakan pada kecamatan-
kecamatan yang telah ditetapkan sebagai wilayah jasa dan perdagangan.
3. Penguatan sistem pengembangan produk unggulan wilayah yang menjadi
andalan wilayah.
4. Pemantapan sistem kelembagaan ekonomi kerakyatan di daerah;
5. Pemantapan sistem kinerja pelayanan perizinan terpadu yang didukung oleh
kesempurnaan sistem perizinan online yang aspiratif, transparan, akuntabel
dengan sistem informasi data yang kredibel;
6. Mengkaitkan SIMPEDAL dengan sektor-sektor unggulan.
Kebijakan dan strategi penanaman modal pada tahapan ini dilakukan
dengan tetap menggunakan pendekatan regionalisasi dan pendekatan sektoral
dengan karakteristik sebagai berikut :
a. Meningkatnya ketersedianya infrastruktur pelayanan dasar;
b. Meningkatnya ketersedian infrastruktur yang menunjang Usaha Jasa dan
Perdagangan;
c. Meningkatkan intensitas kerjasama yang semakin kuat dan intensif antara
Pemerintah Kabupaten Sintang dengan Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten Sintang dengan Swasta;
d. Pelayanan yang semakin efisien dengan memanfaatkan teknologi informasi
secara optimal, cepat dan akurat;
e. Penguatan kelembagaan dan peningkatan kehandalan kelembagaan.
C. Tahapan III
Tahap III : Pengembangan Industri Skala Kecil, Menengah dan Besar (2023-
2024) Pengembangan industri skala kecil, menengah dan besar antara lain
diwujudkan melalui :
1. Pembangunan wilayah/kawasan Industri kecil dan menengah di beberapa
kecamatan di Kabupaten Sintang.
2. Menjembatani UMKM dengan INVESTOR supaya dapat bersanding dengan
harmonis dan aman.
3. Mengoptimalkan pemanfaatan UMKM lokal untuk memenuhi kebutuhan
Industri besar.
4. Pengembangan industri skala besar di Kabupaten Sintang.
Kebijakan dan strategi penanaman modal pada tahapan ini dilakukan dengan
tetap menggunakan pendekatan regionalisasi dan pendekatan sektoral dengan
karakteristik sebagai berikut :
a. Penguatan terwujudnya sistem administrasi pertanahan yang mampu
menciptakan tertib administrasi, tertib pemanfaatan ruang dan tertib
hukum pemilikan ruang/tanah untuk pemanfaatan lahan industri skala
kecil, menengah dan besar;
b. Pemantapan kerjasama antara pemerintah Kabupaten Sintang dan swasta
dalam pengembangan UMKM;
c. Penguatan terwujudnya sistem pengembangan kualitas ketenagakerjaan
yang mampu menghasilkan tenaga kerja yang mandiri, memiliki keunggulan
komparatif dan keunggulan kompetitif;
d. Pelayanan yang semakin efisien dengan memanfaatkan teknologi informasi
secara optimal, cepat dan akurat utuk investasi industri skala kecil,
menengah dan besar;
D. Tahapan IV
Tahap IV : Pengembangan Ekonomi Berbasis Pengetahuan (2024-2025)
Implementasi tahap ini dimaksudkan pada saat Kabupaten Sintang sudah
tergolong ke perekonomian maju, maka fokus penanganannya pada
kemampuan ekonomi daerah kearah pemanfaatan teknologi tinggi dan inovasi.
Pada tahap ini, langkah-langkah kebijakan penanaman modal yang diambil
sebagai berikut :
1. Pemantapan terwujudnya sistem penataan ruang yang mampu menciptakan
ruang-ruang wilayah yang berkembang optimal sesuai potensi, kondisi dan
keunggulan masing-masing;
2. Pemantapan terwujudnya sistem pengembangan produk unggulan daerah
dengah produk-produknya secara nyata dan berkualitas;
3. Membangun sistem manajemen penanaman modal yang baik;
4. Mengoptimalkan Sistem Informasi SIMPEDAL yang dihubungkan dengan
GIS sehingga investor dapat mengakses informasi investasi serta lokasi
investasi;
5. Mengintensifkan peningkatan penyediaan informasi yang semakin
komprehensif, akurat, cepat mengenai persyaratan dan peluang penanaman
modal, jejaringan usaha dan antar instansi, baik pada lingkup sektoral,
antar wilayah, nasional dan internasional.
Kebijakan dan strategi penanaman modal pada tahapan ini dilakukan dengan
tetap menggunakan pendekatan regionalisasi dan pendekatan sektoral dengan
karakteristik sebagai berikut :
a. Meningkatnya intensitas kerjasama yang semakin kuat dan intensif antara
Pemerintah Kabupaten Sintang dengan Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten Sintang dengan Swasta;
b. Managemen penanaman modal yang lebih baik;
c. Penguatan kelembagaan dan peningkatan kehandalan kelembagaan dengan
menerapkan standar internasional;
d. Kebijakan investasi yang semakin kondusif dengan sasaran khusus
peningkatan daya saing perekonomian untuk menuju persaingan global.
BAB VII
PELAKSANAAN
6.1. Pelaksanaan
Terhadap arah kebijakan penanaman modal yang telah diuraikan diatas,
RUPMK memerlukan langkah kongkrit sebagai berikut :
1. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
didukung oleh Pemerintah Kabupaten Sintang, masyarakat dan dunia usaha,
berkewajiban untuk melaksanakan program dalam RUPMK Sintang dengan
sebaik-baiknya;
2. Bupati dalam menjalankan tugas penyelenggaraan Pemerintah Kabupaten
Sintang berkewajiban untuk mengarahkan pelaksanaan RUPMK Sintang ini
dengan mengerahkan potensi dan kekuatan daerah yang diperlukan;
3. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP),
berkewajiban mengkoordinasikan pelaksanaan RUPMK Sintang ini;
4. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
berkewajiban untuk menyusun rencana strategis yang memuat visi, misi,
tujuan, strategi, kebijakan, program, kegiatan pokok dan unggulan penanaman
modal sesuai dengan tugas dan fungsinya dengan berpedoman pada RUPMK
Sintang ini;
5. Dalam pelaksanaan RUPMK Sintang ini wajib berpedoman kepada Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sintang agar terwujud keselarasan dan
kesinambungan pembangunan;
6. Menyusun kesepakatan bersama (MoU) untuk bidang-bidang tertentu antara
Pemerintahan Kabupaten Sintang dengan Pemerintah Daerah lainnya dan Pihak
Ketiga; dan
7. Hasil pelaksanaan pengawasan intern Pemerintah Kabupaten Sintang dijadikan
bahan masukan penyusunan dokumen perencanaan pembangunan.
BAB VIII
RENCANA FASILITASI REALISASI PROYEK PENANAMAN MODAL YANG STRATEGIS DAN YANG CEPAT
MENGHASILKAN
Untuk mewujudkan RUPM ke arah pelaksanaan yang kongkrit, maka pada
bab VIII ini akan disampaikan rencana dan perkembangan realisasi proyek
penanaman modal yang strategis yang menghasilkan sesuai dengan arah dan
kebijakan RUPM Provinsi Kalimantan Barat terutama berkaitan dengan bidang
penyediaan energi Listrik untuk menjadi penopang pendirian industri di
Kabupaten Sintang.
8.1. Latar Belakang Proyek
Dalam rangka mempercepat proses diversifikasi energi untuk pembangkit
listrik non-BBM dan guna memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Indonesia,
Pemerintah melalui PT PLN (Persero)telah menetapkan rancangan pembangunan
pembangkit-pembangkit baru berbahan bakar batubara yang tersebar di berbagai
lokasi, melalui sebuah program percepatan (fast track program) 10.000 MW yang
dikenal juga dengan istilah proyek percepatan diversifikasi energi.
Program proyek percepatan 10.000 MW tahap I tersebut dituangkan dalam
peraturan presiden (perpres) RI No. 71 Tahun 2006 tanggal 5 Juli 2006. Dan
Program proyek percepatan 10.000 MW Tahap II dituangkan dalam perpres RI No.
4 Tahun 2010 tanggal 8 Januari 2010.
Untuk Provinsi Kalimantan Barat memperoleh 6 Proyek percepatan PLTU
berbahan bakar batubara yaitu PLTU 1 kalbar 2x50 MW 9Parit Baru), PLTU 2
kalbar 2x27,5 MW (Tanjung Gundul), PLTU Parit Baru Site Bengkayang 2x55 MW
(Tanjung Gundul), PLTU Sintang 3x7 MW, PLTU Sanggau 2x7 MW (sudah
beroperasi sejak 17 Desember 2014) dan PLTU Ketapang 2x10 MW.
Tabel 8.1. Alokasi Proyek PLTU di Kalimantan Barat
No Jenis Proyek/Nama Proyek Kapasitas Lokasi
1 PLTU 1 Kalbar 2x50 MW Parit Baru, Desa Jungkat Kecamatan Siantan Kabupaten Pontianak.
2 PLTU 2 Kalbar 2x27,5 MW
Dusun Tanjung Gundul, Desa Karimunting, Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang.
3 PLTU Parit Baru Site Bengkayang
2x55 MW Dusun Tanjung Gundul, Desa Karimunting, Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang.
4 PLTU Sintang 3x7 MW Desa Sei Ringin, Kecamatan Sintang, Kabupaten Sintang.
5 PLTU Sanggau 2x7 MW Desa Sungai Batu, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau
6 PLTU Ketapang 2x10 MW Desa Suka Bangun Dalam, Kecamatan Delta Pawan, Kabupaten Ketapang.
Sumber: Laporan Perkembangan Pembangunan PLTU Kalbar, 2018.
8.2. Tujuan Proyek
Tujuan dilaksanakan proyek PLTU ini adalah :
a. Memenuhi kebutuhan energi listrik yang semakin meningkat di Kalimantan
Barat.
b. Memenuhi pertumbuhan beban tenaga listrik sebesar 7% per tahun.
c. Mengurangi biaya subsidi BBM untuk sektok ketenagalistrikan dengan
penggunaan batubara.
d. Meningkatkan penggunaan energi alternatif, yaitu pemanfaatan batubara
kalori rendah (low rank coal) yang banyak terdapat di Indonesia terutama di
Kalimantan.
e. Merealisasikan program pemerintah untuk mengurangi penggunaan BBM
dalam pembangkitan tenaga listrik.
8.3. Perkembangan Proyek PLTU Sintang 3x7 MW
Izin penetapan lokasi pada proyek ini yaitu berdasarkan SK Bupati Sintang
Nomor 1249 Tahun 2010 Tanggal 30 Juli 2010. Kontraktor pelaksana proyek
PLTU Sintang adalah PT Adhi Karya (Persero) Tbk.
Sumber dana untuk pembangunan proyek PLTU Sintang adalah Anggaran
PLN (APLN). Adapun progress pekerjaan overall (Engineering, Procurement,
Construction) sampai dengan Bulan Januari 2017 adalah sebesar 79,72%.
8.4. Kendala terkait Pembangunan PLTU Sintang 3x7 MW
Adapun kendala-kendala dalam pelaksanaan pembangunan PLTU Sintang
3x7 MW, yaitu:
1. Adanya titik persilangan antara access entry proyek PLTU Sintang 3x7 MW
dengan jalan masyarakat Kedabang-Tempunak yang berlokasi de dekat
dermaga Kedabang. Sehingga jalan masyarakat ini perlu kiranya direlokasi.
Persoalan ini sudah disampaikan kepada Sekda Kabupaten Sintang.
2. Kondisi jalan masuk dari jalan raya Sintang - Sekadau menuju PLTU Sintang
3x7 MW kurang memadai untuk menunjang kegiatan pembangunan dan
operasional PLTU Sintang sehingga jalan ini perlu dilakukan perbaikan secara
permanen untuk kelancaran operasional proyek.
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Keterkaitan Visi dan Misi DPMPTSP Kabupaten Sintang
dengan Visi dan Misi Kabupaten Sintang Tahun 2016-2021......... 22
Tabel 4.1. Luas Wilayah Administrasi Kecamatan Se-Kabupaten Sintang 66
Tabel 4.2. Luas Wilayah Topografi di Kabupaten Sintang ............ 27
Tabel 4.3. Luas Are Per Jenis ..................................................... 28
Tabel 4.4. Data Curah Hujan Kabupaten Sintang ....................... 30
Tabel 4.5 Data Kecepatan AnginKabupaten Sintang ................... 31
Tabel 4.6 Data Temperatur Udara Kabupaten Sintang ................ 32
Tabel.4.7. Data Penyinaran Matahari dan Kelembaban Nisbi Kabupaten Sintang
................................................................................. 33
Tabel 4.8. Jumlah Penduduk Kabupaten SintangMenurut Jenis Kelamin dan
Rasio Jenis Kelamin Tahun 2017 ............................... 34
Tabel 4.9. Jumlah Penduduk Kabupaten SintangMenurut Jenis Kelamin dan
Golongan Umur Tahun 2017 ..................................... 35
Tabel 4.10. Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase di Kabupaten Sintang 38
Tabel 4.11.PDRB Atas Harga Berlaku (Juta Rupiah) di Kabupaten Sintang 41
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.Konsepsi Dasar Penyusunan RUPM Kabupaten Sintang 13
Gambar 4.1. Peta Wilayah Administratif Kabupaten Sintang ....................... 25
Gambar 4.2. IPM KabupatenS intang.............................................................37
Gambar 4.3. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sintang........................... 42