KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan...

77
LAPORAN KEGIATAN KAJIAN ISU-ISU AKTUAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2013 KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA KEDELAI Oleh: Bambang Prasetyo Amar Kadar Zakaria Valeriana Cecep Nurasa PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2013

Transcript of KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan...

Page 1: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

LAPORAN KEGIATAN KAJIAN ISU-ISU AKTUAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2013

KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA KEDELAI

Oleh:

Bambang Prasetyo

Amar Kadar Zakaria

Valeriana

Cecep Nurasa

PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

2013

Page 2: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

Halaman

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….. DAFTAR TABEL …………………………………………………………………………

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………………..

i ii

iii

I. PENDAHULUAN ………………………………………………………………. 1 1.1 Latar Belakang ………………………………………………………

Dasar Pertimbangan ……………………………………………….

Tujuan Penelitian …………………………………………………… Keluaran yang diharapakan

1 1.2. 2

1.3. 2 1.4. 3

1.5. Perkiraan manfaat dan dampak 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………… 4 2.1. Kerangka Teoritis ………………………………………………….. 4 2.2. Keragaan Komoditas Kedelai Nasional …………………….. 6

2.3. Kebijakan Pengembangan Kedelai Nasional …………….. 8 2.4. Potensi dan Inovasi Sumberdaya Lahan ………………….. 13

III. METODE PENELITIAN ……………………………………………………… 16

3.1. Kerangka Pemikiran ………………………………………………. 16

3.2. Ruang Lingkup Kegiatan ………………………………………… 19 3.3. Lokasi dan responden ……………………………………………. 19

3.4. Data dan Metode Analisis ………………………………………. 20

IV. ANALISA RESIKO …………………………………………………………….. 22

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………………

23

5.1. Identifikasi/Review Kebijakan dan Program Mendukung Swasembada Kedelai

23

5.2. Kendala dan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan

benih kedelai bermutu

41

5.3. Identifikasi Kendala dan Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Adopsi Teknologi Budidaya Kedelai

48

VI. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 68

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………….

70

Page 3: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1.

4.1.

4.2.

5.1.

5.2.

5.3.

5.4

5.5.

5.6.

5.7.

5.8.

5.9.

5.10.

5.11.

5.12.

5.13.

5.14.

5.15.

Aspek yang dievaluasi, metode evaluasi dan penarikan

kesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko

Daftar Penanganan Resiko

Lahan Tersedia dan Potensial Untuk Tanaman Kedelai

Skenario Peningkatan Produksi Kedelai Tahun 2013

Kriteria Kawasan SL-PTT Kedelai

Bantuan Fasilitas LL Kedelai di Pulau Jawa

Bantuan Fasilitas LL Kedelai di Luar Pulau Jawa

Bantuan Fasilitas SL Kedelai di Pulau Jawa

Bantuan Fasilitas SL Kedelai di Luar Pulau Jawa

Target dan Realisasi Kegiatan Utama Peningkatan Produksi Kedelai Tahun 2010-2012

Evaluasi Pelaksanaan SLPTT Kedelai

Peningkatan Produktivitas Hasil SL-PTT 2010 dan 2011 di Jawa Barat

Evaluasi Paket Teknologi SLPTT Kedelai

Produksi dan Usahatani Penangkar Benih Kedelai

Perbandingan Penggunaan Benih Berlabel dengan Pemurnian

Skenario Produktivitas Program Peningkatan Produksi Kedelai

Peta jalan pengembangan produksi kedelai periode tahun 2020-2014

21

22

22

24

29

30

31

31

32

32

35

36

37

43

44

45

46

51

Page 4: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

5.16.

5.17.

5.18.

5.19.

6.20.

6.21.

Karakteristik Petani Kedelai pada Agroekosistem Lahan Kering

dan Lahan Sawah di Kabupaten Garut dan Serang

Tingkat Partisipasi Petani Kedelai terhadap Kelompok Tani di Kabupaten Garut dan Serang, 2013

Keragaan Penerapan Teknologi Budi Daya Kedelai oleh Petani pada Agroekosistem Lahan Sawah Irigasi di Kabupaten Garut

dan Serang

Tingkat Penggunaan Sarana Produksi pada Usaha Tani Kedelai di Kabupaten Garut dan Serang

Analisis Usaha Tani Kedelai pada Agroekosistem Lahan Kering dan Lahan Sawah di Kabupaten Garut dan Serang, 2013

Tingkat Keunggulan Kompetitif Usaha Tani Kedelai pada Lahan

Kering dari Sawah Tadah Hujan di Kabupaten Garut dan Serang, 2013

58

60

62

63

64

Page 5: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA KEDELAI

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan utama setelah padi dan

jagung dengan peran yang sangat strategis. Komoditas ini memiliki kegunaan

yang beragam, terutama sebagai bahan baku industri makanan yang kaya

protein nabati dan sebagai bahan baku industri pakan ternak. Saat ini, Indonesia

termasuk negara produsen kedelai keenam terbesar di dunia. Namun, produsen

kedelai domestik belum mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri yang terus

meningkat dari waktu ke waktu, jauh melampaui peningkatan produksi domestik.

Sehingga upaya untuk berswasembada tidak hanya bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan pangan, tetapi juga untuk mendukung agro industri yang menghemat

devisa serta mengurangi ketergantungan terhadap impor.

Dari komoditas ini, diproduksi tahu, tempe, dan kecap, tiga produk

penting bagi rakyat Indonesia. Biji kedelai juga dapat dibuat susu, dan tepung

kedelai. Selain itu, agroindustri peternakan, terutama peternakan unggas petelur

dan pedaging, juga menyerap kedelai dalam bentuk bungkil. Bungkil adalah

ampas kedelai, yang sudah diambil minyaknya. Di negara maju seperti AS,

kedelai lebih banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak, bukan makanan

manusia. Meskipun merupakan komoditas pangan yang cukup penting, sampai

saat ini Indonesia masih tergantung pada impor kedelai. Impor kedelai berupa

biji dan bungkil diperkirakan terus naik. Tahun 2010 impor kedelai dan bungkil

meningkat mendekati 1 juta ton dari 3,64 juta ton pada 2009 menjadi 4,61 juta

ton (Dijentan,2011). Tahun 2011, impor juga diperkirakan akan naik mengingat

laju permintaannya cukup tinggi. Dengan kondisi tersebut, menurut Rasahan

(1999) ketergantungan kepada bahan pangan dari luar dalam jumlah besar

dapat melumpuhkan ketahanan nasional dan mengganggu stabilitas sosial,

Page 6: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

1

ekonomi dan politik, karena ketahanan pangan dan kedaulatan pangan

berpengaruh langsung terhadap kesejahteraan rakyat.

Pemerintah pada tahun 2011 telah menetapkan sasaran produksi untuk

kedelai harus bisa mencapai produksi sebesar 1, 01 juta ton. Pada periode 2000-

2004 produksi kedelai mengalami penurunan tajam dengan laju rata-rata -

11,25%/tahun, dari 1,02 juta ton menjadi hanya 723 ribu ton. Penurunan

produksi periode 2000-2004 disebabkan berkurangnya luas areal panen sebesar

rata-rata -4,45%/tahun, dari 824,48 ha menjadi 565,16 ha Sementara pada

periode 2005-2009 produksi mengalami pertumbuhan dengan laju rata-rata

6,72%/tahun, dari sebesar 808 ribu ton menjadi 925 ribu ton.

Peningkatan produksi periode 2005-2009 disebabkan oleh peningkatan

luas areal panen rata-rata sebesar 5,99%/tahun. (Ditjentan,2011). Pada tahun

2011, luas panen kedelai mencapai 631,425 ha, dengan produksi mencapai

870,068 ton, sedangkan rata-rata produktivitas mencapai 1,37 ton /ha.

1.2. Dasar Pertimbangan

Beberapa argumen tentang pentingnya pengembangan kedelai adalah:

(1) pertambahan jumlah penduduk, (2) usaha tani kedelai melibatkan lebih dari

dua juta rumah tangga petani, (3) peningkatan pendapatan masyarakat dan

kesadaran pentingnya mengkonsumsi protein nabati, (4) perkembangan industri

makanan berbahan baku kedelai, seperti tahu, tempe, kecap, dan tauco, serta

(5) perkembangan industri pakan yang salah satu komponen utamanya adalah

bungkil kedelai. Kondisi tersebut menyebabkan permintaan terhadap kedelai

terus meningkat setiap tahun.

Kebijakan pembangunan pertanian secara mendasar memuat misi bahwa

di satu sisi sektor pertanian harus mampu menyediakan kebutuhan konsumsi

langsung bagi masyarakat dengan cukup, baik jumlah maupun kualitasnya. Di

sisi lain, sektor pertanian harus pula dapat menjadi pendorong berkembangnya

berbagai kegiatan, baik pada sektor hulu maupun hilir, pada setiap

pembangunan wilayah pertanian. Dalam operasionalnya, kebijakan

Page 7: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

2

pembangunan pertanian tersebut dituangkan melalui dua program, yaitu

Program Pengembangan Agribisnis dan Program Peningkatan Ketahanan Pangan.

Indonesia memiliki wilayah potensial produksi kedelai yang memiliki

kesesuaian agroekologi dan sosial ekonomi petani, dengan demikian peluang

untuk mengembangkan produksi kedelai untuk tujuan substitusi impor menuju

swasembada sangatlah besar. Upaya peningkatan produksi kedelai nasional

dapat ditempuh dengan tiga pendekatan, yaitu peningkatan produktivitas,

peningkatan intensitas tanam, dan perluasan areal tanam. Pemerintah telah

mencanangkan Program Khusus Kedelai Bangkit Kedelai atau Program

Peningkatan Produksi Kedelai Nasional (P2KN). Potensi lahan untuk perluasan

kedelai di lahan sawah cukup besar. Daerah-daerah yang pernah menjadi sentra

produksi kedelai di era tahun 1980-1990-an terutama merupakan lahan sawah di

mana kedelai ditanam setelah musim tanam padi pada MK-1 dan/atau MK-2.

Disamping itu, telah tersedia teknologi produksi hasil penelitian untuk

mendukung pengembangan budidaya kedelai baik di lahan sawah maupun lahan

kering, di antaranya melalui pengembangan varietas-varietas unggul kedelai.

Berdasarkan uraian tersebut, maka sasaran kegiatan penelitian adalah

mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung akselerasi peningkatan produksi

kedelai untuk mendukung swasembada kedelai.

1.3. Tujuan :

1. Mengidentifikasi kebijakan dan program yang mendukung swasembada

kedelai

2. Mengidentifikasi kendala dan faktor-faktor yang mempengaruhi

penggunaan benih kedelai bermutu

3. Mengidentifikasi kendala dan faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi

teknologi budidaya kedelai

1.4. Keluaran yang Diharapkan

Berdasar pada tujuan penelitian, maka keluaran dari kegiatan penelitian

ini adalah: (1) Hasil review kebijakan dan program yang mendukung

swasembada kedelai.; (2) Hasil identifikasi kendala dan faktor-faktor yang

Page 8: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

3

mempengaruhi penggunaan benih kedelai bermutu;(3) Hasil identifikasi kendala

dan faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi budidaya kedelai.

1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak

Manfaat dari hasil kegiatan kajian ini adalah tersedianya informasi tentang

kebijakan dan program pemerintah yang mendukung swasembada kedelai,

melalui identifikasi kendala penggunaan benih bermutu, adopsi teknologi,

sumber-sumber pertumbuhan produksi dan efektivitas kebijakan pemerintah

yang mampu mendukung akselerasi peningkatan produksi kedelai.

Page 9: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

4

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis

2.1.1 Teori Produksi

Lipsey (1993) mengatakan bahwa produksi adalah tindakan dalam

membuat komoditi, baik berupa barang maupun jasa. Dalam pertanian, proses

produksi begitu kompleks dan terus menerus berubah seiring dengan kemajuan

teknologi. Tidak ada produk yang dihasilkan dengan menggunakan satu input.

Dalam produksi banyak digunakan input-iinput untuk menghasilkan output.

Fungsi produksi menggambarkan hubungan antara input dan output, juga

menggambarkan tingkat dimana sumberdaya diubah menjadi produk. Ada

banyak hubungan input output dalam pertanian karena tingkat dimana input

diubah menjadi output akan berbeda-beda diantara tipe tanah, hewan, teknologi,

curah hujan dan faktor lainnya. Tiap hubungan input output menggambarkan

kuantitas dan kualitas dari sumberdaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan

produk tertentu. Lipsey (1993) juga mengatakan bahwa fungsi produksi adalah

hubungan fungsi yang memperlihatkan output maksimum yang dapat diproduksi

oleh setiap input dan oleh kombinasi berbagai input.

Nicholson (2002) menyatakan bahwa fungsi produksi memeperlihatkan

jumlah maksimum sebuah barang yang dapat diproduksi dengan menggunakan

kombinasi alternatif antara modal (K) dan Tenaga kerja (L). Sebuah fungsi

produksi dapat digambarkan dalam cara yang berbeda ; dalam bentuk tertulis,

menyebutkan dan menggambarkan tiap input yang berhubungan dengan output

; dengan membuat daftar input dan hasil output secara numerik dalam tabel ;

dalam bentuk grafik atau diagram ; dan dalam bentuk persamaan aljabar. Secara

matematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut:

Y = f (X1, X2, X3,......,Xn)

Dimana Y adalah output dan X1,......Xn adalah input-input yang berbeda yang

terlibat dan ambil bagian dalam produksi Y. Simbol f menggambarkan bentuk

hubungan dari perubahan input menjadi output.

Page 10: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

5

2.1.2. Respon Areal dan Produktivitas Kedelai

Respon areal adalah perubahan pada areal tanam atau panen, sedangkan

respon produktivitas merupakan perubahan dalam hasil per hektarnya.

Perubahanperubahan tersebut tidak terlepas dari kondisi lingkungan yang

dinamis yang secara langsung maupun tidak langsung ikut mempengaruhi petani

dalam membuat keputusan di bidang usahataninya. Kondisi-kondisi tersebut

seperti yang telah disebutkan adalah perubahan harga komoditas itu sendiri

(Pq), perubahan harga komoditas alternatifnya (Pj), perubahan harga input yang

berpengaruh pada biaya produksi (Pi), ketersediaan dan perkembangan

teknologi (T), perubahan iklim (CH), kebijakan pemerintah (Kb), dan luas areal

sebelumnya (At-1).

Masing-masing variabel mempengaruhi areal tanam atau panen secara

berbeda-beda. Dengan berasumsi bahwa produsen akan berperilaku rasional

yaitu mengalokasikan sumberdaya produksinya untuk komoditas yang

memberikan laba yang lebih besar, sehingga semakin tinggi harga suatu

komoditas, maka semakin luas areal tanam atau areal panennya, sehingga

produksi akan meningkat. Variabel lain yang juga berpengaruh terhadap respon

areal tanam atau panen adalah harga komoditas alternatif. Komoditas alternatif

dapat berupa komoditas pesaing (kompetitif) atau sebagai komoditas substitusi

maupun komoditas pendukung (komplementer). Dengan semakin tingginya

harga komoditas pesaing maka luas areal tanam komoditas kedelai akan semakin

sempit. Sebaliknya jika harga komoditas komplementer meningkat maka luas

areal tanam kedelai akan meningkat pula. Tanda elastisitas silang dari fungsi

respon areal kedelai akan menunjukkan hubungan antara komoditas kedelai

dengan komoditas kompetitif dan komoditas alternatifnya. Variabel selanjutnya

yang turut mempengaruhi luas areal, adalah hargaharga input, kerena variabel

harga input akan mempengaruhi tingkat penggunaan input. Semakin tinggi

harga-harga input maka penggunaannya akan semakin berkurang, sehingga luas

areal tanam yang produktif akan semakin sempit dan output semakin menurun.

Faktor-faktor lain yang juga berpengaruh terhadap luas areal adalah kebijakan

Page 11: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

6

pemerintah seperti pengendalian atau kebijakan harga dan kebijakan

pengembangan suatu komoditas. Kebijakan pemerintah mempunyai pengaruh

yang langsung dan tidak langsung terhadap mekanisme harga. Dengan adanya

kebijakan pemerintah dalam pengembangan suatu komoditas, maka pemerintah

akan mencurahkan dana bagi pengembangan areal tanam atau areal

panennya.Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi respon luas areal,

maka dapat dirumuskan persamaan sebagai berikut :

At = a(Pqt, Pjt, Pit, Tt, CHt, Kbt, At-1)

Sementara itu, faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kedelai

menurut Hadipurnomo (2000), adalah harga kedelai itu sendiri (Pq), luas areal

(A), teknologi (T), kapital (K), jumlah pemakaian pupuk (F), jumlah pemakaian

bibit (V), dan upah tenaga kerja (L) dan produktivitas tahun sebelumnya (Yt-1).

Dengan demikian respon produktivitas adalah :

Yt = y(Pqt, At, Tt, Kt, Ft, Vt, Lt, Yt-1)

Karena itu, produksi kedelai (Q) dapat dirumuskan sebagai berikut :

Qt = At * Yt

2.2. Keragaan Komoditas Kedelai Nasional

Masalah kurangnya produksi kedelai nasional untuk mencukupi

permintaan dalam negeri telah dimulai sejak tahun 1928 dimana pada tahun itu

impor kedelai mulai dilakukan dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Akibat

resesi ekonomi tahun 1934, impor kedelai dilarang dan perlu diimbangi dengan

upaya peningkatan produksi dalam negeri melalui perluasan areal panen.

Menyadari bahwa kedelai merupakan bahan pangan yang penting bagi

masyarakat Indonesia, perluasan areal panen dan peningkatan produksi nasional

dimasukkan ke dalam program pembangunan semesta pada tahun 1962. Untuk

merealisasikan program tesebut, Rapat Kerja Kedelai Nasional yang dilaksanakan

di Bogor pada bulan September 1964 merumuskan beberapa petunjuk bagi

program pengembangan kedelai di Indonesia yang meliputi perluasan areal

panen dan intensifikasi produksi (Hadipurnomo, 2000).

Page 12: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

7

Memasuki era Orde Baru yang dimulai pada Pelita I tahun 1969

peningkatan produksi kedelai masih kecil karena program utama pembangunan

sektor pertanian pada waktu itu lebih diprioritaskan pada peningkatan produksi

beras nasional. Sampai pada Pelita III fokus peningkatan produksi pertanian

masih dititikberatkan pada pencapaian swasembada beras sehingga program

peningkatan produksi kedelai belum mendapatkan prioritas yang lebih baik.

Meskipun demikian program peningkatan produksi kedelai sedikit demi sedikit

mulai mendapat perhatian dari pemerintah sebagai upaya untuk meingkatkan

produksi kedelai dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri dan sebagai

substitusi impor. Sukses dalam pencapaian swasembada beras membuka

peluang yang lebih besar dalam upaya peningkatan produksi kedelai untuk

perbaikan gizi dan sumber pendapatan petani. Dalam penelitian Astuti (1998),

dijelaskan bahwa setelah swasembada beras tercapai pada tahun 1984 barulah

para pengambil kebijakan memberikan perhatian khusus mengingat impor

kedelai terus meningkat baik untuk bahan makanan utama maupun sebagai

pakan ternak. Dalam Pelita IV areal panen kedelai meningkat dari 858.892 ha

(1984) menjadi 1.177.150 ha (1988) dimana produksi naik dari 0.769 juta ton

(1984) menjadi 1.27 juta ton (1988).

Peningkatan yang mencolok juga terlihat pada rata-rata produksi kedelai

Pelita IV sebesar 1.05 juta ton dibandingkan pada Pelita III yang hanya 0.618

juta ton. Demikian juga dengan laju pertumbuhan luas panen, produksi dan

produktivitas berturut-turut sebesar 9.26 persen per tahun, 16.7 persen per

tahun dan lima persen per tahun. Produktivitas rata-rata pada periode yang

sama meningkat dari 0.89 ton per ha menjadi 1.088 ton per ha

Luas panen, produksi dan produktivitas rata-rata kedelai dalam Pelita V

meningkat dengan laju yang cukup tinggi berturut-turut sebesar 5.30 dan 0.91

persen per tahun. Areal panen meningkat dari 1.197.701 ha (1989) menjadi

1.468.316 ha (1993), sedangkan produksi dalam periode yang sama meningkat

dari 1.31 juta ton menjadi 1.70 juta ton dan produktivitas meningkat dari 1.09

ton per ha menjadi 1.16 ton per ha Pada Pelita VI (1994-1998), perkembangan

Page 13: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

8

areal panen memiliki laju pertumbuhan sekitar -7.7 persen per tahun. Hal ini

disebabkan karena luas panen dalam tahun 1994-1998 terus mengalami

penurunan yang cukup signifikan dari 1.406.039 ha (1994) menjadi 1.094.262 ha

(1998). Sedangkan produksi pada periode yang sama cenderung mengalami

penurunan dari 1.56 juta ton menjadi 1.30 juta ton dengan laju pertumbuhan

sekitar -5.7 persen. Sementara produktivitas kedelai memiliki laju pertumbuhan

sekitar 2.05 persen per tahun. Sejak tahun 1999 sampai tahun 2004, luas panen

kedelai terus mengalami penurunan, yaitu dari 1.151.079 ha (1999) menjadi

560.125 ha (2004), dengan laju pertumbuhan sekitar -14.7 persen per tahun.

Demikian halnya dengan produksi kedelai pada periode yang sama juga

mengalami penurunan yaitu dari 1.38 juta ton menjadi 0.723 juta ton, dengan

laju pertumbuhan -12.8 persen per tahun, sedangkan produktivitas berfluktuasi

dengan laju pertumbuhan sekitar1.24 persen per tahun, dimana produktivitas

tahun 1999 meningkat dari 1.2 ton per ha menjadi 1.28 ton per ha. Produksi

kedelai nasional dihasilkan terutama dari tanaman usahatani rakyat yang

sebagian besar berskala usaha relatif kecil dan tersebar sebagian besar di Pulau

Jawa, Sumatera, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara Barat. Pada awal

pengembangan kedelai di Indonesia, pusat-pusat pertumbuhan kedelai terutama

terdapat di Jawa Tengah yang kemudian menyebar ke Jawa Timur dan daerah

lain di Pulau Jawa. Menurut Puslitbang Tanaman Pangan dalam Hadipurnomo

(2000), Pengembangan usahatani kedelai di lahan sawah dan lahan kering

ditempuh melalui : (1) perluasan areal, (2) peningkatan produktivitas hasil, (3)

peningkatan stabilitas hasil, (4) penekanan senjang hasil, (5) penekanan

kehilangan hasil dan (6) sistem produksi kedelai yang berkelanjutan berwawasan

lingkungan.

2.3. Kebijakan Pengembangan Kedelai Nasional

Usaha untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri terus dilakukan

melalui implementasi berbagai program diantaranya program Supra Insus,

kemudian program Operasi Khusus (Opsus) kedelai yang diterapkan pada tahun

Page 14: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

9

1986, program berikutnya adalah Gema Palagung yaitu melalui salah satu cara

dengan peningkatan Index Pertanaman, dan terakhir pada tahun 2004 diadakan

program Bangkit Kedelai, diharapkan pada tahun 2008 Indonesia akan mencapai

swasembada kedelai dengan produksi kurang lebih 2 juta ton. Walaupun

produksi kedelai pada tahun 1974-1999 meningkat namun ternyata belum bisa

mengimbangi laju peningkatan konsumsi kedelai sehingga pemerintah

melakukan impor kedelai yang jumlah maupun nilainya semakin meningkat

setiap tahun. Beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan

kedelai adalah konsumsi yang terus meningkat mengikuti pertambahan jumlah

penduduk, meningkatnya pendapatan per kapita, meningkatnya kesadaran

masyarakat akan kecukupan gizi, dan berkembangnya berbagai industri yang

menggunakan bahan baku kedelai., sejak tahun 2000, impor kedelai meningkat

secara drastis seiring dengan penurunan produksi pada tahun tersebut. Impor

selama periode 2000-2003 meningkat dengan laju 14.03 persen per tahun,

disamping itu volume impor yang meningkat ini disebabkan pula oleh rendahnya

tingkat efisiensi di dalam negeri, sementara subsidi ekspor di negara eksportir

tetap tinggi (Puslitbang Tanaman Pangan, 2005).

Menyadari peranan kedelai sebagai bahan makanan penting di Indonesia,

pemerintah menetapkan berbagai kebijakan dalam usaha mencapai swasembada

kedelai. Berbagai kebijakan pemerintah antara lain kebijakan harga, kebijakan

tarif dan impor kedelai, dan kebijakan khusus pengembangan kedelai.

(a). Kebijakan Harga

Kebijakan harga yang diterapkan dengan sasaran utama mendorong

adopsi teknologi, meningkatkan produksi dan pendapatan petani adalah melalui

kebijakan proteksi harga dan penetapan harga dasar. Kebijakan proteksi

bertujuan untuk mengendalikan harga kedelai dalam negeri agar tetap lebih

tinggi dan terisolasi dari fluktuasi harga kedelai di pasaran dunia. Hal ini

dilakukan melalui pengaturan volume impor dan penetapan harga kedelai ex-

impor serta pengendalian penyalurannya kepada industri pengolah dalam negeri

(Rachman dkk., 1996).

Page 15: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

10

Selain kebijakan proteksi harga, pemerintah juga menerapkan kebijakan

harga dasar. Namun penetapan harga dasar secara umum belum mencapai

sasaran yang diharapkan. Dalam periode 1984-1991, rata-rata harga kedelai di

tingkat petani sekitar 76.00 persen lebih tinggi dari penetapan harga dasar.

Dibandingkan dengan penetapan harga pembelian kedelai oleh pemerintah,

harga produsen juga masih tetap lebih tinggi yaitu sekitar 69.07 persen dari

harga pembelian. Nampak jelas bahwa penetapan harga dasar maupun harga

pembelian kedelai oleh pemerintah adalah sangat rendah dibandingkan dengan

harga pasar yang berlaku.Sejak tahun 1992 pemerintah tidak lagi menetapkan

harga dasar untuk komoditas kedelai. Hal ini dikarenakan penetapan harga dasar

kedelai selama ini tidak efektif sebab sejak tahun 1984 pemerintah tidak lagi

melakukan pengadaan kedelai dalam negeri. Pengadaan kedelai tidak lagi

dilakukan pemerintah karena harga kedelai di pasaran umum sangat baik, jauh

di atas harga dasar dan dianggap sudah cukup baik bagi petani untuk

meningkatkan produksi (Bulog, 1995 dalam Hadipurnomo, 2000). Selain itu

adanya hambatan dalam pemasaran kedelai menyebabkan Bulog kesulitan dalam

melaksanakan kebijakan harga dasar.

Adapun hambatan pemasaran adalah (1) produksi kedelai difokuskan

pada sentrasentra kecil dan jaraknya relatif jauh satu sama lain, (2) kontrol

terhadap kualitas kedelai sulit dilakukan, dan (3) kombinasi kegiatan-kegiatan

pemasaran kedelai yang bersifat musiman membuat sulit dilakukannya evaluasi

ekonomi. Akibatnya, biaya yang harus dikeluarkan untuk menetapkan harga

dasar akan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan biaya peningkatan produksi

kedelai itu sendiri.

Pasar kedelai Indonesia cenderung bersifat kompetitif dan efisien.

Perbedaan harga antar waktu (Peak and Off season) adalah relatif rendah. Hal

ini disebabkan oleh terbatasnya pasokan, produksi saat panen raya selalu

terserap tanpa diikuti penurunan harga yang berarti. Pada saat produksi langka,

harga kedelai juga tidak meningkat melebihi batas toleransi, disebabkan oleh

adanya penyaluran kedelai impor. Dapat dikatakan bahwa efektivitas kebijakan

Page 16: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

11

harga dasar ini juga terkait dengan kebijakan proteksi harga melalui pengaturan

impor kedelai.

(b). Kebijakan Kuota Impor (Non Tarif)

Kebijakan kuota untuk proteksi harga ini diakui telah berhasil mencapai

sasarannya dan berdampak positif dalam mendorong dan meningkatkan produksi

kedelai domestik. Kebijakan ini juga lebih mampu mendorong produksi, adopsi

teknologi pemupukan maupun penyerapan tenaga kerja daripada kebijakan

subsidi pupuk. Namun kebijakan ini menjadi tidak relevan lagi dalam era

globalisasi yang menghendaki penghapusan kebijakan non tarif, dimana

kebijakan kuota termasuk kebijakan non tarif.

(c). Kebijakan Tarif Impor Kedelai

Upaya pemerintah dalam memenuhi kebutuhan bahan baku industri

merupakan awal munculnya kebijakan impor kedelai di Indonesia pada

pertengahan dasawarsa 1980-an. Perbandingan antara impor dan produksi

kedelai dalam negeri mencapai rata-rata 45 persen per tahun yang merupakan

angka tertinggi dibanding dengan dasawarsa 1970-an dan 1990-an. Selain

melakukan impor kedelai, untuk memenuhi permintaan di dalam negeri,

pemerintah juga terus mengupayakan untuk meningkatkan produksi kedelai

dalam negeri. Hal ini tentunya untuk mengurangi ketergantungan terhadap

kedelai impor, karena dengan meningkatnya produksi kedelai dalam negeri dapat

digunakan sebagai impor substitution (pengganti kedelai impor) dalam industri

yang menggunakan kedelai sebagai bahan baku produksi.

Kebijakan penggunaan tarif impor kedelai dapat dipakai sebagai alternatif

untuk melindungi produsen kedelai di dalam negeri. Dengan tingkat tarif bea

masuk tertentu akan dapat dibentuk tingkat harga yang tidak akan menyaingi

harga kedelai lokal. Strategi ini sejalan dengan era tarifikasi yang dikehendaki

dalam globalisasi perdagangan untuk menggantikan segala bentuk kebijakan non

tarif. Selama ini pemerintah menerapkan kebijaksanaan pengaturan tataniaga

untuk melindungi produsen dalam negeri. BULOG diserahi tugas untuk

melaksanakan kebijaksanaan tersebut dengan dukungan penuh.

Page 17: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

12

Tingkat tarif bea masuk kedelai impor perlu diterapkan agar dapat

memberikan tingkat proteksi yang diperlukan untuk melindungi produsen kedelai

di dalam negeri. Tarif impor kedelai yang berlaku pada tahun 1983-1993 adalah

sebesar sepuluh persen, kemudian pada tahun 1994-1996 tarif diturunkan

menjadi lima persen, dimana Indonesia telah meratifikasi kesepakatan WTO

melalui UU No.7/1994, konsekuensinya adalah Indonesia dituntut untuk segera

melakukan penyesuaian kebijaksanaan pertanian dan kebijaksanaan

perdagangannya. Bentuk penyesuaian tersebut antara lain adalah penurunan

tarif impor produk pertanian dan pengurangan subsidi input pertanian.

Berdasarkan Keputusan Menteri No.444/KMK.01/1998, sejak tahun 1998-2003

tarif yang berlaku untuk impor kedelai adalah 0 persen, sesuai dengan

kesepakatan IMF yang tertuang dalam LOI (Letter of Intent), dimana Indonesia

wajib sepenuhnya mematuhi ketentuan yang lebih berat dari ketentuan WTO,

seperti penghapusan monopoli impor kedelai oleh Bulog dan penurunan tarif bea

masuk setinggi-tingginya lima persen. Alasan pemerintah menetapkan tarif

rendah adalah untuk memenuhi kebutuhan kedelai di dalam negeri, namun

setelah mngevaluasi dampak tarif terhadap petani dalam negeri, dimana bea

masuk nol persen sangat merugikan petani, maka pada tahun 2004 pemerintah

menetapkan untuk menaikkan tarif impor kedelai menjadi sepuluh persen.

Direncanakan tarif tersebut akan berlaku sampai dengan tahun 2010 (Deptan,

2005). Dengan berubahnya struktur proteksi akibat kebijakan baru yang diambil

maka kemungkinan besar akan terjadi perubahan struktur produksi di tingkat

petani. Harga yang menurun akibat rendahnya tarif impor mungkin akan

mempengaruhi keuntungan dan daya saing usahatani. Apabila selama dilindungi

dengan mekanisme tarif, organisasi produksi telah ditata sedemikian rupa

dengan tujuan yang sesuai dengan prinsip proteksi, maka pengurangan tarif

tidak akan banyak mempengaruhi struktur produksi komoditas tersebut di dalam

negeri.

Page 18: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

13

Namun sebaliknya bila selama diproteksi, kesempatan tersebut tidak

dimanfaatkan untuk memperkuat daya saing, maka pengurangan tarif impor

akan dapat menghancurkan produksi dalam negeri.

2.4. Potensi dan Inovasi Teknologi Sumberdaya Lahan untuk

Mendukung Swasembada Kedelai

Penurunan produksi kedelai dalam negeri terutama disebabkan oleh

penurunan areal tanam, apalagi produktivitas juga mengalami stagnasi. Namun

berdasarkan potensi dan ketersediaan teknologi sumberdaya lahan, termasuk

teknologi pemupukan maka peluang untuk mencapai swasembada kedelai sangat

dimungkinkan. Kedelai dapat dikembangkan di berbagai tipe agroekosistem

lahan, baik pada lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan dengan berbagai

pola tanam, maupun di lahan kering serta di lahan rawa pasang surut dan lebak.

Walaupun tidak bisa setinggi produktivitas di daerah sub-tropis (>3 ton/ha),

namun peluang peningkatan produktivitas kedelai dilndonesia masih sangat

tinggi, yaitu dari 1 ton/ha menjadi 2 ton/ha). Selain melalui pengembangan

sumberdaya genetik (varietas), penerapan berbagai inovasi teknologi

pemupukan dan pengelolaan hara dan tanah dapat mendukung upaya

peningkatan produktivitas kedelai nasionai. Perluasan areal tanam kedelai pada

lahan sawah melalui pola Padi-PadiKedelai atau Padi - Palawija/ Sayuran/Kedelai-

Kedelai mempunyai tiga makna dan tujuan strategis, yaitu : a) percepatan

menuju swasembada kedelai, b) mendukung peningkatan produksi padi (P2BN)

melalui perbaikan kondisi tanah sawah, c) peningkatan IP (efisiensi air, dan (d),

pengembangan sistem pertanian berkelanjutan melalui penerapan sistem

pertanian organik terpadu tanaman pangan.

2.4.1. Potensi dan Teknologi Sumberdaya Lahan

Sumberdaya lahan potensial untuk kedelai dengan berbabai tingkat

kesesuaian (produktivitas) di 18 Provinsi utama diperkirakan lebih dari 17 juta

ha (dari sekitar 30 juta di seluruh Indonesia), namun dengan

Page 19: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

14

mempertimbangkan tata guna lahan dan penggunaannya untuk berbagai jenis

komoditas lain, lahan yang tersedia untuk perluasan areal kedelai sekitar 5,3 juta

ha yang terdiri dari lahan sawah 2,1 juta ha dan lahan kering sekitar 3,3 juta.

Lahan kering terdiri lahan kering masaM sekitar 1,7 juta ha dan lahan kering

tidak masam 1,5 juta ha. Provinsi yang paling potensial untuk peningkatan luas

areal tanaman kedelai pada lahan sawah adalah di Jawa Timur, Jawa Tengah,

NTB, Sulsel, dan NAD, terutama pada lahan sawah. Sedangkan untuk perluasan

areal di lahan kering adalah Papua, Lampung, Sultra, Jambi, Sumbar, NAD, dan

Sumsel. Pada lahan rawa pasang surut dan lebak di Sumsel, Lampung, Kalsel,

Kalbar dan Kalteng.

2.4.2. Rekomendasi Pemupukan, Pengelolaan Tanah dan Air

Selain tidak efisien, pemberian pupuk N yang tinggi bagi kedelai akan

menghambat proses fiksasi N oleh bintil akar. Pemberian pupuk majemuk

standar yang ada di pasaran saat ini dengan formula 15-15-15, 20-10-10 dan 40-

6-8 tidak dianjurkan, Aplikasi minimal pupuk majemuk tsb dengan dosis 100

kg/ha masih memberikan unsur N berlebihan, namun tetap kekurangan P dan K,

sehingga membutuhkan tambahan pupuk tunggal SP36 dan KCI. Pada dasarnya

kedelai juga membutuhkan hara makro yang cukup untuk berproduksi secara

optimal, yang dosisnya sangat tergantung status hara tanah dan tipe

agroekosistem. Namun sebagai tanaman kelompok leguminose, kedelai mampu

memanfaatkan nitrogen bebas melalui proses fiksasi N dari udara dengan

bantuan bintil akar. Pertumbuhan bintil akar dapat distimulasi oleh inokulan

berupa bakteri rhizobium yang dapat disuplai ke tanaman dalam bentuk pupuk

hayati atau inokulan. Pengelolaan tanah secara terpadu, intensif dan

berkelanjutan melalui aplikasi pupuk hayati yang mengandung inokulum dan

bioaktivator perombak bahan organik insitu dapat : (a) meningkatkan

ketersediaan hara dan kandungan bahan organik dalam tanah, sehingga

meingkatkan efisiensi pemupukan secara siginfikan, (b) meningkatkan

produktivitas, (c) peningkatan Indeks Pertanaman (IP), dan (d) penghematan

Page 20: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

15

tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan petani (tangible product) lebih 1,5

juta/ha.

Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan beberapa jenis pupuk hayati,

baik sebagai dekomposer (efisiensi pupuk P dan K) maupun sebagai inokulan

yang mengandung rhizobium. Bahkan sejak tahun 1996 Badan Litbang telah

melaunching pupuk hayati komersial untuk kedelai, yaitu "Rhizoplus" yang

kemudian diperbaiki dengan produk berikutnya yaitu "Nodulin" serta puPuk

hayati dekomposer "MDec" dan "Biophos". Nodulin dan Mdec dilaunching oleh

Menteri Pertanian pada tanggal 20 Agustus 2007. Rhizoplus mengandung

inokulan Rhizobium yang mampu meningkatkan efisiensi pemupukan N dan

sekaligus pupuk P pad a kedelai hingga 100% dan 50%, sehingga lebih cocok

pada tanah dengan status hara K tinggi tetapi P rendah atau tinggi. Nodulin

mempunyai keunggulan karena dapat meningkatkan efisiensi pemupukan N, P,

dan K (biological nitrogen-phosphorous-potassium fertilizer) sekaligus. Nodulin

dilengkapi dengan Rizobakteri pemacu tumbuh tanaman kedelai yang mampu

menekan kebutuhan pupuk N hingga 100%, P dan K hingga 50%, cocok untuk

tanah dengan berbagai status P dan K. MDec dirakit untuk mempercepat proses

perombakan bahan organik residu pertanaman musim sebelumnya Uerami atau

berangkasan kedelai). Mdec mampu mempercepat perombakan bahan organik

sehingga dapat mempercepat ketersediaan hara kompos dan memperpendek

siklus masa tanam agar dapat memanfaatkan sisa air musim sebelumnya (MT -I

atau MT II) serta dapat menekan penyakit tular tanah.

Page 21: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

16

III. METODOLOGI

3.1. Kerangka Pemikiran

Budidaya tanaman kedelai di Indonesia dari pengamatan secara umum

dapat dinilai masih tradisional, belum menerapkan teknik budidaya baku. Cara

tanam kedelai di lahan sawah selama tiga dasa warsa terakhir belum banyak

berubah, kecuali dalam penggunaan varietas dan jenis pestisida. Teknik

penyiapan lahan, tanam benih dan penyiangan tanaman masih sama seperti

yang dilakukan pada tahun 1980-an. Kemungkinan hal tersebut yang

mengakibatkan produktivitas kedelai sangat beragam atau seringkali rendah. Di

sisi lain, panduan teknik budidaya baku kedelai sudah banyak disediakan dalam

bentuk buku atau booklet (Sumarno, 1993; Lii, 1990; Marwoto et al., 2007;

Ditjen Tanaman Pangan, 2007; Syam dan Musaddad, 1991). Leaflet dan lembar

informasi dari berbagai institusi penelitian dan pengkajian juga sudah banyak

disediakan bagi penyuluh. Adopsi teknologi budidaya kedelai secara baku

nampaknya termasuk lambat bila dibandingkan adopsi budidaya baku untuk

tanaman padi.

Produksi kedelai nasional ditentukan oleh dua sumber pertumbuhan

utama, yaitu pertumbuhan luas areal tanam/panen dan tingkat hasil per satuan

luas atau produktivitas tanaman. Areal tanam dapat mencerminkan minat petani

sebagai partisipasinya terhadap usahatani kedelai yang berhubungan erat

dengan kebutuhan bahan pangan dan kondisi sosial budaya masyarakat.

Sedangkan produktivitas pertanaman menggambarkan kesesuaian terhadap

lahan dan iklim serta penerapan teknologi produksi oleh petani (Subandi et al.,

2007). Produktivitas tanaman kedelai di Indonesia masih rendah yaitu sekitar

1,28 ton per hektar, jauh dibawah potensi hasil beberapa varietas unggul yang

dapat mencapai 2 – 2,5 ton/ha (Suhartina, 2005).

Di Indonesia tanaman kedelai dibudidayakan di lingkungan yang sangat

beragam dan sebagian besar (60%) tanaman kedelai diusahakan di lahan sawah,

yaitu pada awal musim kemarau (April-Juni) atau akhir musim kemarau (Juli-

Page 22: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

17

Oktober). Kondisi demikian menunjukkan bahwa areal pertanaman kedelai

sebagian besar terdapat pada daerah yang infrastrukturnya relatif mapan dan

lahannya relatif subur. Hal ini berdampak positif dalam upaya meningkatkan

produktivitas kedelai yang saat ini rata-ratanya masih rendah. Oleh karena itu,

Sudaryanto et al. (2001) mengemukakan bahwa jika kondisi sosial ekonomi

kondusif, maka secara teknis pengembangan kedelai memiliki potensi dan

peluang untuk meningkatkan produksi dan produktivitas.

Secara umum produksi/penawaran kedelai tergantung kepada dua

variabel yaitu luas areal panen dan produktivitas. Penurunan luas areal produksi

yang disebabkan oleh penurunan harga riil kedelai, persaingan dengan komoditi

lain, dan lebih rendahnya harga riil kedelai impor dibanding harga riil kedelai

lokal akan mengakibatkan penurunan luas areal panen. Sedangkan produktivitas

kedelai masih rendah dan cenderung stagnan. Rendahnya produktivitas ini

disebabkan oleh belum populernya penggunaan benih bermutu dan

bersertifikasi, kemudian jenis areal lahan yang bermasalah dalam hal

ketersediaan air, gangguan hama penyakit, waktu tanam yang belum tepat,

serta belum sempurnanya penerapan teknologi oleh petani. Sementara itu,

karena jumlah penduduk semakin meningkat maka berimplikasi terhadap

peningkatan permintaan kedelai sebagai sumber pangan. Selain itu

meningkatnya kebutuhan kedelai juga disebabkan oleh berkembangnya berbagai

industri pengolahan yang menggunakan bahan baku kedelai, seperti industri

tahu dan kecap. Laju permintaan kedelai yang terus meningkat ini tidak mampu

diimbangi oleh produksi kedelai domestik, akibatnya lag antara konsumsi dan

produksi kedelai domestik harus dipenuhi melalui impor. Selain karena kapasitas

produksi dalam negeri yang tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumsi,

pengaruh liberalisasi perdagangan turut pula merangsang aliran impor kedelai ke

Indonesia. Saat ini kebijakan pemerintah di bidang perdagangan kurang berpihak

kepada produsen atau petani kedelai dalam negeri.

Beberapa kebijakan praktis yang disodorkan pemerintah dalam program

peningkatan produk kedelai dalam upaya swasembada kedelai antara lain :

Page 23: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

18

Pertama, kebijakan insentif harga. Tanpa insentif harga, petani tetap

kurang tertarik menanam kedelai. Petani kita bukan orang bodoh. Mereka

menggunakan rasionalitas ekonomi dalam memilih komoditas yang harus

ditanamnya. Di Yogyakarta, misalnya, keuntungan usahatani kedelai hanya

kurang lebih Rp 1 juta per hektar. Dengan demikian, petani dengan logika

ekonominya yang sederhana, dapat dipastikan akan lebih memilih menaman padi

atau jagung yang dapat memberikan keuntungan yang lebih besar (Rp5-6 juta

per hektar) (Kompas, 14/1/08). Oleh karena itu, dalam upaya mendorong petani

menanam kedelai pemerintah harus dapat menjamin keuntungan yang diterima

petani kedelai minimal setara dengan jagung.

Kedua, Program Intesifikasi Usahatani Kedelai. Intensivikasi dimaksudkan

untuk meningkatkan produktivitas tanaman kedelai. Intensivikasi dapat dilakukan

dengan meniru pola yang diterapkan pemerintah saat menggenjot produksi padi.

Misalnya penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk berimbang, perbaikan

sistem irigasi, dan penyuluhan yang berkesinambungan.

Ketiga, program ekstensivikasi. Program ekstensifikasi dapat dilakukan

dengan mencari wilayah-wilayah marginal-potensil di luar Jawa. Untuk itu, kerja

sama pemerintah dan pemerintah daerah perlu dilakukan untuk mendorong

pengembangan kedelai. Keempat, program pewilayahan komoditas kedelai. Di

sini pemerintah menugaskan pemerintah daerah dengan sistem kuota produksi.

Pemerintah daerah diberikan target produksi untuk menyanggah kebutuhan

kedelai nasional. Tentunya, pemerintah dan pemerintah daerah harus mencari

wilayah-wilayah yang dari sisi agroklimatnya sesuai dengan pertanaman kedelai,

lalu menetapkannya sebagai wilayah pertanaman kedelai. Kelima, sustainable

research and development. Selain keempat hal di atas, pemerintah juga perlu

terus mendorong peneliti dari lembaga penelitian dan perguruan tinggi terus

melakukan penelitian untuk menemukan bibit-bibit unggul yang mempunyai

produktivitas tinggi.

Page 24: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

19

3.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Dalam kegiatan penelitian ini akan dikaji kebijakan dan program

pemerintah yang mendukung swasembada kedelai, diantaranya penggunaan

benih kedelai bermutu, permasalahan adopsi teknologi budidaya kedelai,

penentuan sumber pertumbuhan produksi dan efektifitas kebijakan pemerintah.

Dalam evaluasi dilakukan analisis yang menggunakan beberapa metode dan

kaidah statistik deskriptif.

3.3. Lokasi Penelitian dan Responden

3.3.1. Dasar Pertimbangan

Kegiatan penelitian dilaksanakan di beberapa wilayah yang secara

tradisional adalah pusat-pusat produksi kedelai. Lokasi penelitian dipilih secara

purpossive berdasarkan pertimbangan pusat produksi dan pengembangan

komoditas kedelai.

3.3.2. Lokasi dan Responden

Penelitian dilakukan di 2 (dua) propinsi, yaitu : Provinsi Jawa Barat dan

Provinsi Banten. Pada setiap propinsi dipilih satu kabupaten contoh, dan setiap

kabupaten diwakili oleh 2 (dua) desa. Selain responden petani, satuan elementer

contoh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : (i) perumus kebijakan di pusat

dan daerah, (ii) Direktorat/Dinas teknis di pusat, propinsi, kabupaten,

kecamatan, (iii) produsen benih (BUMN, swasta, kelompok tani), penyalur dan

kios-kios pengecer benih, (vi) informasi kunci lainnya seperti KCD, PPL, Ketua

Kelompok Tani, KUD dan lain-lain.

Jenis kuesioner terstruktur dan teknik wawancara (survey) digunakan

untuk menggali informasi dari petani. Untuk responden lain digunakan kuesioner

tidak/semi terstruktur dengan teknik diskusi atau wawancara kelompok (group

interview)

Page 25: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

20

3.4. Data dan Metode Analisis

3.4.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini mencakup data sekunder dan

data primer. Data sekunder berupa data publikasi dari berbagai sumber baik

dari instansi pemerintah maupun swasta tentang kebijakan/program produksi

kedelai, termasuk perturan perundangan dan kelembagaan pendukungnya. Data

primer berupa data kuantitatif maupun kualitatif dari responden, antara lain

tentang persepsi responden terhadap kebijakan/program produksi kedelai yang

ada.

3.4.2. Metode Analisis

Dalam kegiatan penelitian ini terdapat tiga permasalahan penelitian

yangakan dianalisis yaitu: (1) Kebijakan yang mendukung swasembada kedelai

dan efektifitas kebijakan; (2) Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

penggunaan benih unggul;(3) Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

adopsi teknologi budidaya kedelai; (4) Identifikasi sumber-sumber pertumbuhan

produksi kedelai. Dalam evaluasi dilakukan analisis yang menggunakan beberapa

metode dan kaidah statistik deskriptif. Aspek-aspek yang dievaluasi, metode

evaluasi dan penarikan kesimpulan untuk masing-masing jenis kebijakan

diperlihatkan pada Tabel 3.1.

Page 26: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

21

Tabel 3.1. Aspek yang dievaluasi, metode evaluasi dan penarikan kesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai

Variable Aspek yang Dievaluasi

Metode Evaluasi Penarikan Kesimpulan

Kebijakan pemerintah

Realisasi kebijakan/ program

Mengidentifikasi realisasi

kebijakan/program di lapang

Kesesuaian kebijakan /program dengan target

dan faktor penyebab

Efektifitas kebijakan Mengidentifikasi permasalahan

Kebijakan efektif atau tidak dan apa faktor

penyebabnya

Penggunaan

benih unggul

Realisasi penggunaan

benih unggul di lapang

Mengidentifikasi

faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan benih

unggul

Faktor-faktor yang

mempengaruhi penggunaan benih unggul

Adopsi teknologi budidaya kedelai

Jenis teknologi yang telah diadopsi

Mengidentifikasi komponen teknologi budidaya yang

diadopsi

Faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi budidaya kedelai

Sumber-sumber pertumbuhan produksi

Agroekosistem yang sesuai untuk budidaya kedelai

Mengidentifikasi wilayah/daerah yang sesuai untuk budidaya

kedelai

Wilayah/daerah yang sesuai untuk pengembangan komoditas kedelai

Page 27: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

22

IV. ANALISA RISIKO

Tabel 4.1. Daftar Risiko

No Risiko Penyebab Dampak

1.

Pemotongan

anggaran

Kebijakan pemerintah

1) Keterlambatan survey

lapangan

Tabel 4.2. Daftar Penanganan Risiko

No Risiko Penyebab Penanganan Risiko

1.

Pemotongan

anggaran

Kebijakan pemerintah

1) Penyesuaiam jadual

survey lapangan

Page 28: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

23

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Identifikasi/Review Kebijakan dan Program Mendukung Swasembada Kedelai

5.1.1. Permasalahan Produksi Kedelai dan Upaya Pemecahannya

Kebutuhan kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan

pertumbuhan penduduk. Rata-rata kebutuhan kedelai setiap tahunnya sejumlah

± 2.300.000 ton biji kering. Sebaliknya rata-rata produksi kedelai tiap tahun

851.286 ton (BPS.2011) atau 37,01 % dari kebutuhan. Paradoks antara

konsumsi kedelai dengan kemampuan produksi nasional telah diusahakan untuk

diatasi sejak 1963, ketika Presiden RI pertama mencanangkan Pembangunan

Semesta Berencana. Rapat Kerja Nasional Kedelai di Bogor pada September

1964 merekomendasikan berbagai program untuk meningkatkan produksi

nasional (Pringgoputro 1964; Manwan dan Sumarno 1996). Hal yang terpenting

dari rekomendasi tersebut adalah memperluas penanaman kedelai pada wilayah

yang belum biasa menanam kedelai, walau disadari akan berhadapan dengan

banyak kesulitan seperti: (i) petani belum mengenal dan belum biasa bercocok

tanam kedelai, (ii) petani sering kecewa bila sekali mencoba bertanam kedelai

menemui kegagalan, (iii) pemasaran kedelai tidak lancar dan harganya rendah.

Upaya untuk mengatasi defisit produksi kedelai nasional telah berkali-kali

diprogramkan oleh Kementerian Pertanian. Hampir setiap Menteri Pertanian

membuat program swasembada kedelai diantaranya: Program Pengapuran

Tanah Masam untuk Kedelai (1983-1987); Perbenihan Kedelai (1986-1988);

Gema Palagung (1994-1999); Kedelai Bangkit (2000-2005); dan Program

Komoditas Unggulan Kedelai (2005-2009). Semua program tersebut belum

berhasil mengatasi kekurangan produksi kedelai nasional.

Beberapa permasalahan tidak tercapainya produksi kedelai nasional

antara lain (Sumarno dan Adie. 2011): (i) tidak tersedia lahan yang sesuai yang

secara khusus diperuntukkan bagi sistem produksi kedelai, (ii) pendapatan

Page 29: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

24

usahatani kedelai rendah, (iii) pelaku usahatani kedelai adalah petani tradisional

dengan skala usaha kecil, (iv) adopsi teknologi produksi lambat dan (v) program

peningkatan produksi kedelai tidak terfokus pada perluasan areal baru

Lebih lanjut Sumarno dan Adie memberikan saran-saran dalam mengatasi

permasalahan tersebut, diantaranya : (i) prioritas pertama adalah perluasan

areal baru pada wilayah yang persaingan antar komoditasnya rendah, (ii)

prioritas kedua adalah perluasan areal baru di lahan kering bukaan baru, (iii)

membangun model usahatani kedelai skala 8-15 ha/petani dengan menggunakan

mekanisasi terpilih dengan menerapkan teknologi maju, (iv) mengadakan

pembimbingan penerapan teknologi produksi kedelai pada lahan bukaan baru,

(v) penumbuhan dan pembinaan pelaku usaha perbenihan di wilayah perluasan

areal kedelai menuju pelayanan penyediaan benih sewilayah sesuai dengan

prinsip enam tepat.

Perluasan lahan tanam kedelai sangat memungkinkan karena lahan yang

tersedia dan potensial untuk ditanami kedelai di Indonesia seluas 30 juta hektar,

lahan tersebut terdiri dari sawah, tegalan dan alang-alang/semak. Untuk

meningkatkan produksi kedelai pada tahap awal disarankan difokuskan pada 13

provinsi (Las et al 2008 dalam Mejaya 2011).

Tabel 5.1. Lahan Tersedia dan Potensial Untuk Tanaman Kedelai

Provinsi Sawah (ha) Tegalan (ha) Alang/semak (ha) Total (ha)

NAD Sumatera Barat

Jambi Sumatera Selatan Lampung Banten

Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur

Bali NTB Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

34.324 51.335

19.722 38.663 30.527 51.010

260.761 301.988 351.587

23.387 96.828 94.121

6.360

479 3.228

648 6.144

73.619 7.154

25.479 105.144 111.675

4.811 15.383 11.285

364

68.948 119.459

16.314 167.958 94.435 32.265

69.715 209.061 68.238

7.660 4.249

172.356

74.177

103.751 174.023

36.684 212.765 198.581 90.429

355.955 616.193 531.500

35.859 116.459 277.763

80.901

TOTAL 1.360.613 365.413 1.104.836 2.830.862

Menurut Kusbini.B.A, (2011) ada beberapa permasalahan dalam produksi

pangan (kedelai) diantaranya adalah :

Page 30: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

25

- Hambatan perluasan lahan pertanian (tata ruang dan peruntukan lahan

yang tidak jelas)

- Keterbatasan infrastruktur (jalan, jembatan, pelabuhan, listrik, air dan

jaringan irigasi)

- Kegiatan R&D kurang terkoordinasi dan terintegrasi

- Penggunaan input produksi (benih, pupuk dan alsintan) belum optimal,

pasokan terbatas, harga tidak kompetitif akibat spekulan

- Teknik budidaya kurang berkembang dan teknologi pascapanen serta

pengolahan hasil kurang efisien

- Perbankan cenderung menghindari pembiayaan sektor pertanian, karena

tingkat bunga tidak kompetitif

- Kebijakan fiskal tidak mendukung usaha pertanian secara optimal

- Banyaknya peraturan pusat dan daerah yang kurang kondusif bagi

investasi

Untuk mengatasi permasalahan tersebut usulan kebijakan yang harus

dilaksanakan adalah:

1. Penyediaan lahan tetap bagi perluasan areal produksi pangan yang

meliputi:

- Harmonisasi Tata Ruang Wilayah Nasional mengacu kepada

kebutuhan areal untuk pertanian, peternakan dan perikanan

- Membentuk tim Ad Hoc dengan menyertakan Kadin untuk

mempercepat penetapan Tata Ruang Wilayah dengan memanfaatkan

kawasan hutan yang tidak berhutan

- Mengurangi jumlah izin yang harus dipenuhi untuk memperoleh HGU

- Sertifikasi lahan rakyat melalui Prona dan didanai dari APBN

2. Penyediaan infrastruktur pendukung yang meliputi:

- Menyediakan insentif fiskal bagi pembangunan infrastruktur oleh

swasta

Page 31: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

26

- Menghapus larangan penggunaan retribusi khusus atas pengguna

jalan untuk angkutan akomodasi pertanian

- Alokasi sebagian dana Bea Keluar untuk perbaikan fasilitas jalan

daerah penghasil

3. Peningkatan produksi dengan cara:

- Meningkatkan alokasi anggaran untuk kegiatan R&D dan insentif pajak

bagi kegiatan penelitian oleh swasta

- Subsidi benih dan peningkatan pasokan benih unggul

- Pengawasan peredaran benih palsu

- Penyederhanaan proses sertifkasi benih

- Memberikan insentif bagi industri dan pedagang tahu tempe, apabila

membeli kedelai lokal

- Pemberlakuan subsidi hanya kepada produsen dalam negeri

4. Pembiayaan meliputi:

- Menghapus bea masuk atas impor peralatan dan mesin termasuk

pesawat udara untuk pemupukan

- Membentuk bank khusus pertanian atau lembaga khusus pembiayaan

untuk pertanian

- Subsidi bunga yang memungkinkan investasi oleh petani

5. Memperkuat Lembaga Komoditas

- Penguatan kemampuan pemasaran

- Perlindungan atas produksi pangan domestik dari persaingan tidak adil

komoditas pangan impor

- Optimalisasi instrumen perdagangan internasional bagi perlindungan

produk pangan nasional di pasar dalam negeri

Menurut Dirjen Tanaman Pangan (2013) rendahnya produksi kedelai ini

disebabkan antara lain: (i) menurunnya luas pertanaman dan luas panen kedelai,

(ii) belum optimalnya penerapan teknologi spesifik lokasi di lapangan, (iii)

persaingan harga antar komoditi, dimana harga kedelai di tingkat petani

Page 32: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

27

cenderung rendah, (iv) kepemilikan lahan petani kedelai mayoritas kecil/gurem

(<0,5 ha) dan (v) komoditi kedelai seringkali dijadikan pilihan terakhir bagi

petani. Untuk mengatasi permasalahan ini maka pemerintah mengeluarkan

kebijakan untuk meningkatkan produksi kedelai menuju swasembada kedelai.

5.1.2. Kebijakan Peningkatan Produksi Kedelai Menuju Swasembada Kedelai 2014

Sejalan dengan Visi dan Misi Kementerian Pertanian tahun 2010 – 2014,

telah ditetapkan empat target sukses, yaitu : (1) pencapaian swasembada dan

swasembada berkelanjutan; (2) peningkatan diversifikasi pangan; (3)

peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Ekspor; dan (4) peningkatan

Kesejahteraan Petani. Agar program dan kegiatan lebih fokus mendukung pada

pencapaian empat target sukses, maka empat target sukses tersebut dijabarkan

dalam 12 program dan 4 kegiatan, sehingga alokasi sumberdaya dapat mencapai

target yang dilaksanakan secara efektif dan efisien.

Salah satu dari empat target sukses tersebut, adalah pencapaian

swasembada kedelai pada tahun 2014 dengan sasaran produksi kedelai

ditargetkan sebesar 2,70 juta ton, dengan peningkatan rata-rata 20,05%

pertahun. Pencapaian target swasembada kedelai dituangkan dalam lima

program dan 19 kegiatan. Empat kegiatan utama pencapaiannya dalam bentuk:

(1) pengelolaan produksi tanaman kedelai; (2) pengelolaan sistem penyediaan

benih kedelai; (3) penguatan perlindungan tanaman dari gangguan OPT dan DPI

dan (4) penanganan pasca panen kedelai (Renstra Kementrian Pertanian 2010

– 2014).

Untuk menyukseskan tujuan Renstra Kementerian Pertanian, dalam rapat

kerja nasional pembangunan pertanian tahun 2013, Dirjen Tanaman Pangan

menyampaikan upaya perbaikan program peningkatan produksi, produktivitas

dan mutu tanaman pangan tahun 2013. Upaya tersebut antara lain: 1)

Penyempurnaan sistem penyediaan benih BLBU menjadi subsidi harga, 2)

Peningkatan kualitas SL-PTT melalui pola pertumbuhan, pengembangan dan

pemantapan, 3) Revitalisasi kegiatan pengembangan kedelai melalui Perluasan

Page 33: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

28

Areal Tanam Baru (PATB) dan pengembangan model PTT, 4) Penguatan

perlindungan tanaman dari gangguan OPT dan DPI melalui “SPOT-STOP”, 5)

Percepatan penurunan susut hasil (losses) dan 6) Peningkatan koordinasi dan

kerjasama dengan TNI AD.

Selain itu perbaikan dilaksanakan di tingkat pelaksana, yaitu pemerintah

provinsi dan kabupaten. Langkah Perbaikan Pelaksanaan Program 2013 di

tingkat provinsi terdiri dari: (i) Pastikan seluruh potensi areal terpetakan

didukung data karakteristik kawasan dan kesesuaian komoditas. (ii) Pastikan

CPCL telah siap mengimplementasikan instrumen program, sesuai dengan jadwal

pelaksanaan. (iii) Pastikan seluruh dukungan agroinput dan infrastruktur

pendukung tersedia dengan enam tepat . (iv) Kendalikan eksekusi program dan

kegiatan agar memberi dampak langsung pada tahun 2013, utamanya lakukan

kawalan ketat kepada Dinas Kabupaten/Kota sejak penyiapan

administrasi/menejemen maupun operasional teknis lapangan. (v) Lakukan

monitoring dan evaluasi secara akurat dan periodik, dan pelaporan yang

kontinyu atas pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran seluruh Satker, serta

peningkatan penerapan Sistem Pengendalian Internal (SPI).

Perbaikan di tingkat kabupaten difokuskan pada: (i) Pahami rambu-rambu

program dalam Pedum Pelaksanaan dan Pedum Teknis, dan pastikan perangkat

Dinas Pelaksana menggunakannya dalam eksekusi instrumen program dilapang.

(ii) Pastikan pengawalan proses produksi (Penyuluh, Peneliti, POPT, PBT, dan

Petugas Lapang lainnya/UPT Pertanian Kecamatan) berjalan optimal. (iii)

Pastikan Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL) telah siap mengimplementasikan

instrumen program, sesuai dengan jadwal pelaksanaan kegiatan/jadwal tanam.

(iv) Lakukan koordinasi teknis dengan unsur Penyuluhan, Peneliti, Gapoktan dan

perangkat Pemerintahan setempat lokasi program untuk memastikan seluruh

stakeholder mengawal program/kegiatan. (v) Pastikan pencatatan luas tanam,

luas panen dan produktivitas dilakukan secara akurat bersama BPS, dan pastikan

pengukuran dan pencatatan benar-benar menunjukkan fakta lapangan. (vi)

Lakukan monitoring dan evaluasi secara akurat dan periodik, pelaporan yang

Page 34: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

29

kontinyu dan berjenjang, serta peningkatan penerapan Sistem Pengendalian

Internal (SPI).

Dalam rangka meningkatkan produksi kedelai nasional Direktorat Jenderal

Tanaman Pangan Kementerian Pertanian pada tahun 2013 menetapkan Program

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan Untuk mencapai

Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan. Program peningkatan produksi

tersebut dibagi kedalam 2 kegiatan, yaitu (i) peningkatan produktivitas dan (ii)

perluasan areal tanam

Peningkatan produktivitas dilaksanakan melalui peningkatan kualitas dan

kuantitas sistem perbenihan kedelai, perbaikan teknik budidaya kedelai di tingkat

petani, memperlancar penyediaan saprodi, modal dan teknologi, dan

mempercepat adopsi paket teknologi melalui SL-PTT disertai pengawalan,

sosialisasi, pemantauan, pendampingan dan koordinasi. Perluasan areal tanam

dan optimasi lahan dilaksanakan dengan menarik minat dan gairah petani dan

investor dalam pengembangan kedelai, meningkatkan IP, dalam rangka

optimalisasi lahan dan teknologi, perluasan wilayah baru, untuk mengembangkan

pusat pertumbuhan, pengembangan kerjasama investor dengan petani dan

kooperasi, pengembangan produksi kedelai skala besar untuk bahan baku

industri, dan pengembangan budidaya tumpang sari dengan ubi kayu.

Tabel 5.2. Skenario Peningkatan Produksi Kedelai Tahun 2013

No Uraian Luas Tanam (ha)

Luas Panen (ha)

Produktivitas (ku/ha)

Produksi (ton)

11. Peningkatan Produktivitas

- Kegiatan SL-PTT pada eksisting

area pola kawasan - Pembinaan areal swadaya + subsidi Rhizobium + Ca

600.000

455.000

145.000

571.440

433.342

138.098

15.07

16.00

14.14

888.618

693.347

195.271

2.

Perluasan Areal Tanam

a. Pengembangan model PTT areal

baru b. Perluasan Areal Tanam Baru

peningkatan IP c. Pengembangan Kedelai di lahan

Perhutani

d. Perluasan Areal Swadaya

418.500

110.000

118.250

10.000

180.250

398.560

104.764

112.621

9.523

171.652

15.68

17.00

17.00

15.00

13.73

611.382

178.099

191.456

13.244

228.583

JUMLAH 1.018.500 970.000 15.46 1.500.00 Sumber : Dirjen Tanaman Pangan 2013

Page 35: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

30

5.1.2.1. Program Peningkatan Produktivitas

Peningkatan produktivitas dilaksanakan dengan metode Sekolah Lapangan

Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) Kedelai. Pada tahun 2013 SLPTT dibagi

berdasarkan pendekatan kawasan dan bantuan benih. Pendekatan kawasan SL-

PTT dibagi kedalam 3 (tiga) kawasan yaitu kawasan pertumbuhan seluas 13.000

Ha, kawasan pengembangan seluas 394.500 Ha dan kawasan pemantapan

seluas 47.500 Ha.

Kawasan pertumbuhan adalah kawasan esksiting yang belum berkembang

dengan titik berat pengembangan pada kegiatan on farm, penerapan teknologi

budidaya, penyediaan sarana dan prasarana pertanian, penguatan kegiatan,

penyuluhan pertanian. Kawasan pengembangan adalah kawasan pada kondisi

yang cukup berkembang dengan titik berat pengembangan on farm,

kelembagaan tani, penyediaan sarana dan prasarana, penyuluhan. Sedangkan

kawasan pemantapan adalah kawasan yang telah berkembang dengan titik berat

pengembangan pada penguatan kelembagaan, peningkatan mutu, penguatan

akses pemasaran, pengembangan pasca panen, pengembangan olahan. Untuk

kriteria ketiga kawasan tersebut secara rinci terlihat pada tabel 5.3

Tabel 5.3 . Kriteria Kawasan SL-PTT Kedelai

Kawasan Pertumbuhan Kawasan Pengembangan Kawasan Pemantapan

- Produktivitas lebih rendah dari

rata-rata Provinsi

- Pemanfaatan lahan belum

optimal

- Tingkat kehilangan hasil masih

tinggi

- Produktivitas hampir sama

dengan produktivitas rata-rata

Provinsi atau rata-rata Pusat

- Pemanfaatan Lahan hampir

optimal

- Mutu hasil belum optimal

- Tingkat kehilangan hasil

sedang

- Produktivitas sudah lebih

tinggi dari produktivitas rata-

rata pusat

- Mutu hasil belum optimal

- Efesiensi usaha belum

berkembang

- Optimalisasi pendapatan

melalui produksi subsektor

tanaman sudah maksimal

Sumber : Dirjen Tanaman Pangan 2013

Page 36: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

31

Kegiatan SL-PTT kedelai diusahakan dalam satu kawasan minimal 500 ha

perkabupaten. Lahan yang dipergunakan adalah lahan sawah irigasi, sawah

tadah hujan, lahan kering dan sawah pasang surut. Bantuan yang diterima

disesuaikan dengan jenis kawasan dan dibedakan antara Jawa dan luar Jawa.

Kawasan yang banyak dapat bantuan adalah kawasan pertumbuhan, lebih

lengkap bantuan dalam SLPTT berdasarkan laoksi Jawa dan luar Jawa

berdasarkan kawasan dapat dilihat pada tabel 5.4 sampai tabel 5.7.engbangan

Kawasan Pemantapan Kawsan rtumbuhan Kawasan Pengembangan K

Tabel 5.4. Bantuan Fasilitas LL Kedelai di Pulau Jawa

Jenis Bantuan Kawasan (volume) Harga

(Rp/satuan) Pertumbuhan Pengembangan Pemantapan

Pupuk NPK 150 kg 125 kg 0 2.300

Pupuk Organik 1.000 kg 0 0 500

Pupuk Hayati 1 paket 1 paket 0 250.000

Pestisida 2 liter 2 liter 3 liter 125.000

Tabel 5.5. Bantuan Fasilitas LL Kedelai di Luar Pulau Jawa

Jenis Bantuan Kawasan (volume) Harga

(Rp/satuan) Pertumbuhan Pengembangan Pemantapan

Pupuk NPK 150 kg 125 kg 0 2.300

Pupuk Organik 1.000 kg 0 0 500

Pupuk Hayati 1 paket 1 paket 0 250.000

Kapur 500 kg 500 kg 0 1.000

Pestisida 2 liter 2 lter 3 liter 125.000

Page 37: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

32

Tabel 5.6. Bantuan Fasilitas SL Kedelai di Pulau Jawa

Jenis Bantuan Kawasan (volume) Harga

(Rp/satuan) Pertumbuhan Pengembangan Pemantapan

Pupuk NPK 150 kg 125 kg 0 2.300

Pestisida 2 liter 1 liter 3 liter 125.000

Tabel 5.7. Bantuan Fasilitas SL Kedelai di Luar Pulau Jawa

Jenis Bantuan Kawasan (volume) Harga

(Rp/satuan) Pertumbuhan Pengembangan Pemantapan

Pupuk NPK 150 kg 100 kg 0 2.300

Pupuk Organik 1.000 kg 1.000 kg 0 500

Pestisida 2 liter 1 liter 3 lter 125.000

5.1.2.2. Program Perluasan Areal Tanam

A. Pengembangan Model PTT Areal Baru

Pengembangan Model Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) kedelai

adalah sarana mempercepat desiminasi/transfer teknologi PTT dengan luasan

minimal 5.000 ha per Kabupaten/Kota. Pengembangan Model PTT dilaksanakan

pada areal baru yang belum pernah ditanami kedelai atau areal yang sudah lama

tidak ditanami kedelai atau penambahan Indeks Pertanaman (IP). Diharapkan

dengan adanya pengembangan model PTT ini terjadi penambahan luas tanam

dan ada diseminasi teknologi kepada petani. Sasaran tanam Pengembangan

Model PTT Kedelai tahun 2013 seluas 110.000 Ha, diharapkan sebagian dari

pertanaman dapat dijadikan benih untuk pertanaman selanjutnya.

Agar proses diseminasi teknologi dapat terjadi maka setiap hektar dari

areal Pengembangan Model PTT Kedelai diberi bantuan paket lengkap untuk

dijadikan areal percontohan dan penambahan areal tanam. Bantuan saprodi

yang diberikan berupa bansos dengan transfer uang langsung ke kelompoktani.

Page 38: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

33

Bantuan yang diberikan dibedakan berdasarkan lokasi (pulau Jawa dan luar

pulau Jawa). Bantuan untuk pulau Jawa terdiri dari: (i) benih kedelai sebesar 40

kg/ha, (ii) pupuk NPK 150 kg/ha, pupuk hayati 1 paket, pupuk organik 500 kg,

pestisida 2 liter, (iii) bantuan transport untuk pendampingan petugas dan aparat.

Sedangkan bantuan diluar pulau Jawa terdiri dari: (i) benih kedelai sebesar 40

kg/ha, (ii) pupuk NPK 150 kg/ha, pupuk hayati 1 paket, pupuk organik 500 kg,

kapur pertanian 500 kg dan pestisida 2 liter dan (iii) bantuan transport untuk

pendamping petugas dan aparat.

B. Perluasan Areal Tanam Baru (PATB) Kedelai

Perluasan Areal Tanam Baru (PATB) Kedelai adalah perluasan areal tanam

kedelai pada lahan-lahan yang sebelumnya tidak pernah ditanami kedelai dan

atau dulu pernah ditanam kedelai tetapi sekarang tidak ditanami lagi

(peningkatan IP) bisa pada lahan sawah beririgasi, sawah tadah hujan, lahan

pasang surut/rawa, lahan kering, lahan perhutani dll dengan luasan minimal 250

ha per Kabupaten/Kota. Perluasan Areal Tanam Baru (PATB) Kedelai

direncanakan seluas 118.250 Ha di 12 Provinsi pada 47 Kabupaten, diberi

bantuan paket lengkap teknologi budidaya sesuai dengan rekomendasi teknologi

spesifik lokasi. Pemberian bantuan berupa bansos yang dilakukan melalui

transfer barang yang proses pengadaannya oleh satuan kerja pusat.

Jenis bantuan berupa bantuan paket lengkap teknologi budidaya sesuai

dengan rekomendasi teknologi spesifik lokasi, meliputi benih, pupuk, rhizobium,

pestisida organik, pembenah tanah dan kapur pertanian. Paket teknologi

budidaya dibagi 3 (tiga) jenis yaitu paket bantuan teknologi budidaya untuk

lahan sawah/kering di Pulau Jawa, paket bantuan teknologi budidaya untuk

lahan sawah/kering di Luar Pulau Jawa dan paket bantuan teknologi budidaya

untuk lahan pasang surut di Luar Pulau Jawa. Perkiraan alokasi anggaran per

paket dan unit cost bantuan per hektar akan disusun sesuai dengan hasil survei

harga.

Page 39: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

34

C. Swadaya

Areal yang biasa ditanami kedelai (eksisting) yang tidak mendapat

bantuan SL-PTT diharapkan dapat dikelola secara swadaya. Dalam areal swadaya

ini dilakukan pengawalan dan pendampingan oleh petugas lapangan

(PPL/POPT/Petugas Dinas Pertanian Kabupaten/Kota), sementara modal usaha

semuanya berasal dari petani. Luas areal pengembangan kedelai secara swadaya

sebesar 325.250 Ha.

D. Perluasan di Lahan Perhutani

Perluasan areal pengembangan kedelai di lahan Perhutani direncanakan

seluas 10.000 Ha di 3 Unit Perum Perhutani. Dalam pelaksanaannya diharapkan

ada kerjasama dengan BUMN khususnya Perhutani dalam penyediaan lahan dan

bantuan saprodi dengan sistem korporasi.

5.1.3. Pelaksanaan Program

Pelaksanaan SLPTT tahun 2010 dan tahun 2011 tidak mencapai target,

hal ini direpresentasikan dari luas pelaksanaan SLPTT. Tahun 2010 di targetkan

250.000 dan yang bisa dilaksanakan 184.800 ha atau 74% dari total luasan

lahan yang direncanakan (Tabel 8). Pada tahun 2012 ada peningkatan realisasi

penanaman kedelai menjadi 89%. Pada tahun 2012 diduga pelaksanan

penanaman kedelai kembali menurun, karena sampai pada bulan Juni yang

terealisasi baru 7,9%.

Page 40: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

35

Tabel 5.8. Target dan Realisasi Kegiatan Utama Peningkatan Produksi Kedelai Tahun 2010-2012

Uraian

2010 2011 2012

Target Realisasi (%)

Target Realisasi (%)

Target Realisasi (%)

1. SL-PTT Kedelai (ha) 250 000 74 300 000 89 210 000 7,9

2. Jumlah BLBU (ton) - - 12 000 100 14 000 18,6

3. Luas BLBU (ha) 385 000 86,3 300 000 100 350 000 41,3

4. Jumlah subsidi (ton) 2 000 44 1 306 43,1 - -

5. Luas subsidi (ha) - - 32 650 43,2 - -

Sumber : Lakip Ditjentan * Realisasi sampai Juni 2012.

Salah satu kegiatan dalam SLPTT adalah bantuan langsung benih unggul

(BLBU) dan pada tahun 2011 kegiatan ini bisa terlaksana sesuai dengan target.

Tetapi pada tahun 2010 bantuan benih langsung hanya terealisasi untuk lahan

seluas 332.375 ha atau 86,3% dari luas lahan yang direncanakan. Tahun 2012

BLBU sampai bulan Juni baru bisa direalisasikan 41,3% dari target yang

direncanakan. Tidak mencapainya target juga terjadi pada bantuan subsidi

benih, tahun 2010 yang bisa direalisasikan hanya 44% dan tahun 2011 hanya

43,1%.

Hasil evaluasi yang dilakukan oleh Rahmat. M et al (2012) ditemukan

beberapa hal diantaranya adalah: (i) pelaksanaan kegiatan SLPTT kedelai tidak

sesuai dengan Pedum, Juklak maupun Juknis, (ii) berubahnya CPCL, (iii) benih

yang diterima terlambat 2-3 minggu, (iv) kwalitas benih tidak bagus dan tidak

sesuai dengan yang diinginkan, (v) kurangnya alat peraga dan tidak dipasang

papan kegiatan, (vi) tenaga pendamping tidak dilengkapi bahan dan materi yang

dibutuhkan (Tabel 5.9).

Dengan adanya program kegiatan SLPTT kedelai diharapkan terjadinya

peningkatan produktivitas. Tahun 2010 Rata-rata produktivitas sebelum

mengikuti SLPTT dalam satu hektar sebanyak 12,71 ku/ha dan setelah mengikuti

Page 41: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

36

program SLPTT meningkat menjadi 15,06 ku/ha. Tahun 2011 diharapkan

meningkat lagi menjadi 15,50 ku/ha dilahan sekolah lapang (SL) dan 16,35

ku/ha di lahan laboratorium lapang.

Tetapi dalam pelaksanaannya angka produktivitas kedelai yang ditetapkan

oleh pemerintah berbeda dengan hasil yang dilakukan oleh petani peserta. Hal

ini tercermin dari hasil penelitian Rahmat. M et al (2012) dimana produktivitas

kedelai dengan mempergunakan varietas Orba hanya menghasilkan 13,5 sampai

14,0 ku/ha, sedangkan produktivitas yang ingin dicapai dalam program SLPTT

sebanyak 15,50 ku/ha. Tetapi dibandingkan dengan petani yang tidak ikut

SLPTT, petani yang ikut SLPTT lebih tinggi hasilnya minimal di tiga provinsi yang

disurvei (Tabel 5.11)

Tabel 5.9. Evaluasi Pelaksanaan SLPTT Kedelai

Pedoman dan Ketentuan Pelaksanaan Lapangan Keterangan

1. Setiap kelompok tani

memperoleh satu paket

SLPTT, berupa LL 1 ha dan SL

9 ha.

Ditemukan satu kelompok tani

memperoleh lima paket SL-PTT

(50 ha) dan ada yang berturut-turut

memperoleh paket SL-PTT.

Terlalu banyak paket SLPTT

yang mesti dilaksanakan

secara top down. Kesulitan

mencari CPCL SLPTT

2. LL diberi paket penuh, benih

pupuk dan obat, sedangkan

SL hanya diberi benih kedelai

saja.

Penetapan paket LL, kurang sesuai

dengan kebutuhan lapangan (RUK)

sebagian input tidak/kurang manfaat

atau terlalu mahal.

Sebagian Jenis masukan

pupuk dan obat terlalu

mahal dan tidak dapat

berlanjut digunakan petani

3. Penyaluran benih, pupuk dan

obat harus sesuai dengan

jadwal tanam yg telah

direncanakan.

Sebagian besar penyaluran benih

kedelai terlambat sampai ke lokasi,

keterlambatan 2 minggu sampai 3

bulan.

Penanaman terlambat

menimbulkan hama,

sebagian menggunakan bibit

sendiri.

4. LL merupakan media

pembelajaran demplot

sekaligus tempat praktek

lapang dan diskusi peserta

SLPTT. Tempat harus

strategis.

Sebagian ditemukan tempat yang

tidak strategis (tidak dipinggir jalan).

Tidak optimal untuk demplot petani

non peserta.

Kesulitan mencari lokasi

yang strategis sesuai

ketentuan,

Page 42: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

37

5. Juklak, Juknis dan Tekniks

budidaya kedelai menjadi

pedoman dalam pelatihan PL

III (TOT) bagi Pendamping

SLPTT.

Sebagian besar pendamping tidak

memperoleh juklak, juknis SLPTT

(hanya KCD yang dapat). Hanya

dapat pedoman teknis budidaya saja

dan bahan pelatihan PL III.

Terbatas bahan dan

anggaran

6. Tempat LL, seharusnya diberi

Papan Kegiatn SLPTT, yang

menerangkan singkat paket

teknologinya.

Sebagian besar tidak menggunakan

papan Kegiatan SLPTT

Terbatas bahan dan

anggaran

7. SL sebagai media

pembelajaran hendaknya

dilengkapi dengan alat peraga

brosur, leaflet, dan poster.

Seluruh kelompok tani yang disurvai

tidak melengkapi dengan alat peraga

dan alat bantu.

Terbatas bahan dan

anggaran

8. Pertemuan dalam pelatihan

SLPTT minimal 8 kali, yang

wajib diikuti semua peserta

Sebagian peserta kurang disiplin,

hadir berganti-ganti.

Sebagian peserta kurang

motivasi.

Tabel 5.10. Peningkatan Produktivitas Hasil SL-PTT 2010 dan 2011 di Jawa Barat (ubinan).

No.

Kabupaten

Satuan

SL-PTT 2010 SL-PTT 2011

Sekarang Sebelum Selisih LL SL Selisih

1. Garut Kuintal/ha 17,20 12,21 4,99 19,09 17,71 2,68

2. Ciamis Kuintal/ha 15,82 14,17 1,65 15,96 14,79 1,17

3. Sumedang Kuintal/ha 13,49 13,16 0,33 15,71 15,28 0,43

4. Majalengka Kuintal/ha 15,56 12,34 3,21 13,92 13,90 0,02

5. Cianjur Kuintal/ha 13,23 11,69 1,54 17,08 15,82 1,26

Rata-rata Kuintal/ha 15,06 12,71 2,34 16,35 15,50 0,85

Sumber : Dinas Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat.

Page 43: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

38

5.1.4. Pelaksanaan Program di Jawa Barat

Program atau kegiatan yang mendukung akselerasi pertumbuhan produksi

kedelai di provinsi Jawa Barat pada umumnya dalam bentuk perluasan areal

tanam di lahan sawah, lahan kering/darat, meningkatkan produktivitas melalui

penerapan SLPTT. Kebijakan tersebut merupakan tindak lanjut dari kebijakan

pusat, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat tidak mengeluarkan kebijakan khusus

provinsi. Secara spesifik kebijakan tersebut dituangkan dalam program: SLPTT,

PATB, Pengembangan Model PTT, Penangkar dan Swadaya.

Dalam mensukseskan pencapaian swasembada kedelai Provinsi Jawa

Barat di targetkan menamam kedelai di 129.000 ha, sementara luas areal

tanaman kedelai dalam lima tahun terakhir rata-rata 35.000 ha. Akselerasi

peningkatan produksi dibagi dalam beberapa kegiatan, seperti kegiatan SLPTT

seluas 26.000 ha, Perluasan Areal Tanam Baru seluas 66.750 ha, Model

Pengembangan seluas 15.000 ha, Penangkaran seluas 300 ha dan Swadaya

seluas 23.000 Ha. Semua kegiatan yang dilaksanakan dalam bentuk pemberian

bantuan benih kedelai, pupuk kimia dan pupuk organik.

Kegiatan Perluasan Areal Tanam Baru (PATB) juga mengalami koreksian

jumlah areal tanam dari target yang sudah disepakati. Hal ini disebabkan

pemberian bantuan dari pusat tidak kunjung sampai ke petani kedelai.

Keterlambatan pemberian bantuan karena proses tender pengadaan saprodi sulit

dan rumit. Adapun mekanisme pelaksanaan kegiatan PATB dimulai dari

penentuan CPCL dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 dan sudah disepakati

oleh seluruh stakeholder yang terlibat pada bulan Desember 2012. Kesepakatan

antara petani dan UPTD tersebut dikirim ke Kabupaten, Provinsi dan Pusat.

Tetapi dalam kenyataannya sampai bulan Juli bantuan yang dijanjikan belum

diterima oleh petani kedelai, bahkan petani sudah menunggu sejak dari bulan

Januari. Akibatnya lahan yang disiapkan untuk ditanami kedelai bergeser ke

tanaman lain. Dengan mundurnya jadwal pelaksanaan, maka kegiatan PATB

untuk tahun ini direncanakan akan dilaksanakan pada masa tanam bulan

September s/d Desember.

Page 44: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

39

Sebaliknya untuk kegiatan pengembangan model PTT, penangkaran dan

swadaya luasan areal tanam kedelai sesuai dengan target yang diinginkan.

Kegiatan model pengembangan sama dengan kegiatan PATB, yaitu sama-sama

mendapatkan benih, pupuk kimia dan pupuk kandang secara gratis. Keberhasilan

pelaksanaan pengembangan model PTT terletak pada mekanisme

pelaksanaannya. Pengadaan saprodi kegiatan pengembangan model PTT melalui

sistem bansos atau langsung diserahkan ke kelompok tani. Pengadaan saprodi

kegiatan PATB melalui sistem lelang, dan proses lelang umumnya melalui

administrasi yang ketat dan melibatkan banyak pihak. Kegiatan model

pengembangan ini baru dilaksanakan di tiga kabupaten yaitu : Sukabumi, Ciamis

dan Indramayu. Masing-masing kabupaten mendapatkan bantuan untuk luasan

areal tanam 5.000 ha.

Di Kabupaten Garut kegiatan PATB tidak jalan, karena proses lelang

belum terlaksana. Kegiatan SLPTT juga belum jalan karena benih sampai

sekarang belum dikirim. Seandainya ada benih di tingkat petani, kualitas benih

tersebut diragukan atau tidak bersertifikat. Kegiatan penangkar benih kedelai

sudah dilaksanakan dalam luas areal tanam 25 ha dengan mempergunakan dana

APBN. Tetapi kegiatan penangkar ini tidak sesuai dengan rencana sebelumnya,

karena hasil benih dari penangkar tidak ada yang membeli meskipun benih

tersebut sudah didaftarkan ke BPSB. Penawaran benih sudah disampaikan ke

PSO (PT Pertani dan PT SHS), tetapi PSO tidak mau membeli dengan alasan

tidak ada dananya.

Kelompoktani Dharmaiktiar merupakan salah satu kelompok tani yang

mendapatkan program SLPTT kedelai. Kelompoktani ini berada di Desa

Rancabango, Kecamatan Taragong Kaler. Program SLPTT diperoleh pada tahun

2011 dan dilaksanakan oleh 32 anggota dalam luasan areal tanam kedelai 100

ha. Selama mengikuti program SLPTT produktivitas kedelai mencapai 1,6 ton

kedelai kering per hektar. Setelah mengikuti SLPTT produktivitasnya meningkat

menjadi 1,8 ton perha. Peningkatan ini disebabkan petani sudah mendapatkan

ilmu pengetahuan cara bertanam kedelai yang baik. Selain itu peningkatan ini

Page 45: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

40

disebabkan petani mempergunakan varietas sendiri dari hasil panen varietas

SLPTT. Adapun varietas yang dipergunakan pada kegiatan SLPTT adalah varietas

Orba.

Pola tanam yang umumnya dilakukan di daerah ini adalah tanam kedelai

pertama di bulan Oktober, tanam kedelai kedua di bulan Januari dan tanam

ketiga adalah tembakau. Dalam kondisi sekarang petani masih setia menanam

kedelai, tetapi yang menjadi permasalahan setiap menanam petani mengalami

kesulitan mendapatkan benih kedelai yang bagus. Sementara untuk

mempergunakan benih kedele dari hasil panen kedua sangat sulit, karena masa

simpan benih kedelai hanya 1 bulan. Untuk mengatasinya petani kedelai mencari

benih ke kabupaten lain, bagi petani yang tidak dapat petani akan menanam

kacang tanah dan jagung.

Kelompoktani yang mendapatkan kegiatan penangkaran kedelai adalah

Rencapanjang. Kelompok tani ini berada di Desa Neglasari Kecamatan

Limbangan. Program ini diperoleh pada bulan Mei tahun 2013, adapun bantuan

yang diberikan antara lain benih argomulyo 300 kg, benih anjasmoro 700 kg,

NPK 2,5 ton, Urea 2,5 ton dan pupuk kandang 2,5 ton. Penangkaran dilakukan

pada luasan 25 ha yang dilaksanakan oleh 102 anggota kelompoktani. Tujuan

dari penangkaran didesa ini, agar petani mau menanam kedelai pada musim

kedua. Hal ini disebabkan petani menanam padi pada musim hujan dan

selanjutnya tidak mengusahakan lahannya dengan komoditas apapun. Kebiasaan

ini disebabkan lahan yang ada merupakan lahan kering dan sulit mendapatkan

air pada musim kemarau. Dengan adanya kegiatan penangkaran ini diharapkan

petani mau menanam kedelai di musim kedua. Potensi untuk bisa ditanami

kedele diwilayah ini bisa mencapai 100 ha.

Dalam pelaksanaannya ternyata tidak semua petani yang menanam

kedelai dalam waktu yang serentak, artinya masih ada petani yang belum

menanam kedelai, masih ada petani yang sedang mengusahakannya dan sudah

ada petani yang memanennya. Petani yang sudah memanen mendapatkan hasil

kedelai sebanyak 1,1 ton kedelai kering. Hasil ini sangat rendah disebabkan

Page 46: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

41

lahan yang dipergunakan merupakan lahan baru dan sekaligus petani yang

menanam juga merupakan petani kedelai baru. Permasalahan lainnya adalah

benih kedelai yang dihasilkan tidak ada yang membeli. Rencana awalnya akan

dijual ke UPTD tidak terwujud karena UPTD tidak mempunyai dana khusus untuk

pengadaan benih. Akibatnya banyak petani yang menjual benih tersebut sebagai

benih konsumsi dengan harga Rp. 5.500 perkilogram. Harga ini masih jauh

dibawah harga HPP yang telah ditetapkan, yaitu Rp. 7.000 /kg. Tujuan dari

kegiataan penangkaran ini agar petani mau menanam kedelai kembali terkoreksi,

karena selain hasilnya tidak maksimal juga daya simpan kedelai yang tidak lama.

5.2. Kendala dan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan benih

kedelai bermutu Dalam budidaya kedelai, kualitas dan kesesuaian vrietas benih kedelai

sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap produktivitas hasil, penggunaan

benih kedelai yang tidak sesuai dan bermutu rendah akan menghasilkan

produktivitas hasil yang rendah dan bermasalah dalam pertumbuhan dan

ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit. Penyebaran bantuan benih

kedelai melalui PSO dan hasil pemurnian, banyak ditemukan masalah dalam

penerapan SLPTT. Oleh karena itu disarankan penyaluran benih melalui BLM

langsung ke kelompok tani, yang membeli benih berlabel biru dari penangkar

terdekat. Dengan dikoordinir oleh SKPD terkait, pembelian benih oleh kelompok

tani kepada penangkar akan menghidupkan Penangkar benih kedelai karena ada

jaminan penyaluran benih berlabel biru. Selain itu untuk “menghidupkan”

kembali Penangkar benih kedelai, perlu pembinaan dan pinjaman modal usaha,

karena petani plasma penangkar kedelai memerlukan uang kontan untuk

pembelian calon benih dari anggota atau petani plasmanya.

Beragam proses penetapan paket teknologi budidaya kedelai LL, tidak

semua anggota kelompok berpartisipasi dalam menentukan komponen teknologi

dalam paket teknologi budidaya kedelai, selain itu sebagain komponen teknologi

yang diusulkan tidak diakomodasi dalam penetapan paket teknologi.

Page 47: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

42

Permasalahannya terdapat beberapa komponen teknologi yang kurang sesuai

dengan kondisi spesifik lokasi dan keinginan, serta kemampuan petani kedelai.

Sehingga paket teknologi tersebut tidak semuanya dapat diadopsi peserta

SLPTT, dan tidak menyebar pada non peserta SLPTT. Selain kurang sesuai

dengan kondisi lokasi setempat, juga komponen teknologi tersebut mahal

harganya (tidak terjangkau petani) atau tidak tersedia dilokasi.

Akibat dari sistem agribisnis kedelai belum kondusif dibanyak sentra

kedelai, seperti ketersediaan input (terutama benih label biru dan pupuk

organik), infra struktur (jaringan irigasi dan jalan usahatani), ketidakmampuan

akses terhadap permodalan usahatani dan pemasaran (terutama harga kedelai

rendah di musim panen raya), sehingga petani mengalami kesulitan dalam

menerapkan paket teknologi anjuran hasil sekolah lapang kedelai. Kesulitan-

kesulitan tersebut, yang menyebabkan mereka banyak kembali melakukan

budidaya lama (sebelum SLPTT) atau bahkan tidak lagi menanam kedelai. Oleh

karena itu, untuk keberlanjutan pelaksanaan SLPTT, diperlukan perbaikan dan

peningkatan kondisi sistem agribisnis, agar petani dapat melaksanakan inovasi

teknologi, termasuk hasil sekolah lapang kedelai. Paling tidak minimal ada tiga

komponen yang perlu diperbaiki, yaitu ketersediaan benih kedelai label biru di

pasar yang dapat “diakses” petani, ketersediaan modal usahatani dan

penjaminan harga pembelian pemerintah (terutama di musim panen raya)

termasuk pengaturan impor kedelai, untuk “melindungi” petani produsen kedelai

dalam negeri.

Budidaya kedelai membutuhkan modal yang cukup, karena biaya usahatani yang

diperlukan cukup tinggi, dilain pihak petani kedelai umumnya terbatas modal,

sehingga tidak mampu untuk membeli input paket teknologi anjuran. Akhirnya

sebagian petani yang tidak mampu tersebut, kembali pada budidaya kedelai

lama. Oleh karena itu perlu ditingkatkan akses petani terhadap kredit/sumber

permodalan usahatani yang banyak tersedia dilapangan.

Page 48: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

43

Tabel 5.11. Evaluasi Paket Teknologi SLPTT Kedelai

Komponen

Kegiatan/ Uraian

Permasalahan Sebab Muncul

Permasalahan

Saran Perbaikan

1. Bantuan Benih :

BLBU PSO melalui

PT SHS. Mutu benih

hasil pemurnian

(Permentan

55/2009)

Benih terlambat datang .

Jenis varietas tidak sesuai

permintaan.

Mutu benih kurang baik,

daya tumbuh rendah.

Sebagian petani

menggunakan benih sendiri.

Kontraktor tidak memiliki

kebun benih yang cukup.

Pengadaan benih dari

beberapa penangkar

besar/perusahaan benih

yang sulit perencanaan dan

koordinasi. Menggunakan

benih pemurnian (kwalitas

buruk)

BLM langsung ke

Kelompok tani. Subsidi/

bantuan modal bagi

Penangkar benih. Dinas

mengkoordinir pembelian

benih kelompok ke

Penangkar. Tingkatkan

pembinaan penangkar

benih.

2. Paket pupuk &

Obat

Untuk LL paket

ditentukan oleh

Dinas, tidak

partisipatif

Sebagian paket tidak sesuai

dengan kebutuhan spesifik

lokasi.

Beberapa komponen

harganya mahal, petani

tidak mampu beli.

Obat benih diperlukan tapi

tidak masuk paket

Penentuan paket kurang

partisipatif.

Paket harus sesuai dengan

kebutuhan petani.

Sebagian komponen dari

paket yang dipilih tidak

dapat/ mampu dibeli petani,

atau tidak tersedia di lokasi.

Perencanaan paket harus

partisipatif (bersama

anggota) sesuai

kebutuhan (RK), Paket

yang dipilih dapat/ mampu

dibeli petani, sehingga

berkelanjutan

3. Budidaya :

Cara tanam Jarak

Tanam

Dengan cara tanam ditugal

dan jarak tanam 40 x 20

(40 x 15) dibutuhkan

banyak tenaga kerja.

Jumlah tenaga kerja besar,

biaya tenaga kerja mahal

Alternatif (inovatif)

penanaman tugal kedelai

dengan alat.

4. Pasca panen Mahal biaya penjemuran

dan perontokan dengan

manual.

Tidak tersedia power

threaser

Bantuan power threaser

5. Monitoring

evaluasi dan

pelaporan.

Laporan pelaksanaan tidak

lengkap dan benar

disampaikan ke dinas

kabupaten dan propinsi.

Tidak ada reward and

punishment bagi pelaksana

SLPTT.

Diperlukan reward &

punishment bagi

pelaksana.

Berubahnya satuan dan formula target peningkatan produksi serta format

laporan pelaksanaan SLPTT kedelai, menyulitkan penggunaan data untuk

evaluasi dan perencanaan. Terlebih lagi banyak dinas pertanian kabupaten yang

Page 49: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

44

tidak memberikan/menyampaikan laporan pelaksanaan SLPTT kedelai atau

membuat laporan pelaksanaan yang tidak sesuai dengan ketentuan. Diperlukan

reward and punishment bagi SKPD pelaksana kegiatan SLPTT yang tidak

menyampaikan laporan sesuai ketentuan.

Benih kedelai yang dihasilkan para pengkar umumnya adalah kwalitas calon

benih yang dipasarkan/suplai ke pengusaha besar mitra PT SHS. Sedikit sekali

mereka memproduksi benih kedelai label biru, kecuali ada pesanan khusus. Pada

Tabel 5.15. terlihat bahwa produksi benih kedelai tahun 2010 -2011, relatif

sedikit dibanding dengan luas lahan dan jumlah anggota petani plasmanya.

Berbeda dengan produksi benih kedelai label biru tahun 2007 sangat banyak,

karena ada jaminan penyerapannya dari kelompok tani kedelai yang memperoleh

BLM benih dari Pemerintah yang dikoordinir oleh Dinas Pertanian Kabupaten.

Bagi penangkar benih, jauh lebih menguntungkan memproduksi benih kedelai

label biru, dibandingkan hanya memproduksi calon benih, keuntungannya bisa

dua sampai tiga kali lipat.

Tabel 5.12. Produksi dan Usahatani Penangkar Benih Kedelai

No. Uraian Karya Tani Tani Makmur Rukun Tani Keterangan

1. Produksi Jenis benih Calon Benih,

sedikit label biru

Calon benih Calon Benih,

sedikit label biru

Lebih banyak

calon benih

2. Produksi 2007 120 ton 60 ton (L B) 37 ton BLM Klomtan, label biru

Produksi 2010 - 2011 0 - 75 ton 0 - 8 ton 23 – 27 ton PSO

3. Produktivitas ton/ha 1,0 - 1,3 1,5 – 1,9 1,8 – 2,05 Calon benih

4. Keuntungan Rp/kg 149 48,- 54,- Calon Benih

5. Keuntungan Rp/kg 1 014,- 1 232,- 1 479,- Label Biru

Dari hasil FGD dengan kelompok tani peserta SLPTT maupun bukan

peserta SLPTT, terlihat bahwa produktivitas hasil kedelai dari benih label biru,

berbeda jauh dengan benih hasil pemurnian, bahkan beberapa petani tidak mau

Page 50: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

45

menngunakan benih pemurnian, karena mereka tahu hasilnya akan rendah,

walupun mengikuti paket teknologi anjuran. Perbedaan hasil sampai 35 persen

lebih tinggi, dan juga keuntungannya jauh lebih besar. Oleh karena rendahnya

produktivitas hasil kedelai (benih pemurnian) dan harga kedelai turun diwaktu

panen raya, sebagian besar petani kedelai merugi. Kondisi yang demikian ini

menyebabkan setiap tahun luas panen berkurang (berkurangnya minat petani

menanam kedelai) dan turnnya produksi kedelai nasional.

Tabel 5.13. Perbandingan Penggunaan Benih Berlabel dengan Pemurnian

No Uraian Benih Label Biru-

Ungu

Benih

Pemurnian

Selisih/kenaikan

1. Monokultur

Lahan Sawah

Produktivitas* (ton/ha) 1,80 – 2,22 1,15 – 1,40 35 %

Keuntungan (Rp/ha) 4 169 000,- 1 596 000,- 2 573 000,-

Lahan Kering

Produktivitas (ton/ha) 1,35 0,80 – 1,25 30 %

Keuntungan (Rp/ha) 2 922 000,- 1 463 000,- 1 458 000

2. Tumpang Sari/gilir

Produktivitas

Jagung (ton/ha) - 7,5

Cabe (ton/ha) - 7,5

kedelai (ton/ha) - 0,75

Keuntungan (Rp/ha) - 44 650 000,-

Catatan : Produktivitas Riil

Tabel 5.13, merupakan skenario (estimasi) perbaikan benih kedelai label biru

yang dapat dilaksanakan pada berbagai kegiatan peningkatan produksi kedelai

Page 51: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

46

termasuk kegiatan SLPTT kedelai. Misalnya pada tahun 2013 upaya penggunaan

benih kedelai label biru baru bisa diterapkan pada sekitar 40 persen, sedankan

60 persen luas tanam lainnya masih menggunakan benih hasil pemurnian atau

lainnya, sehingga produktivitas hasil yang diperoleh belum maksimal (rata-rata

nasional 15,7 kuintal/ha), demikian pula pada kegiatan peningkatan produksi

kedelai lainnya, termasuk ketersediaan benih label biru di pasar lokal belum

dapat terjangkau di seluruh sentra produksi kedelai. Khusus lahan baru belum

juga dapat menghasilkan produktivitas tinggi, karena tanahnya belum dapat

menyesuaikan, walaupun menggunakan benih label biru, sehingga hasilnya relati

rendah. Tahun 2014 penggunaan benih label biru lebih meluas lagi baik di

berbagai kegiatan peningkatan produksi, maupun petani swadaya, sehingga

diharapkan produktivitas nasional meningkat.

Tabel 5.14. Skenario Produktivitas Program Peningkatan Produksi Kedelai

Tahun/

Program/ Sawadaya

2012

Benih Pemurnian Benih Label Biru Produktivitas ku/ha Provitas

ku/ha Proporsi Luas (%)

Provitas ku/ha

Proporsi luas (%)

2013 14,6

SLPTT 14,8 14,8 60 17,0 40 15,7

Swadaya 12,3 13,5 75 15,5 25 14,0

Model & IP - 13,7 65 15,2 35 14,2

Lahan Baru - 10,8 65 12,6 35 11,4

2014 15,0

SLPTT 15,0 30 17,5 70 16,8

Swadaya 13,7 60 15,8 40 14,5

Model & IP 13,8 50 15,9 50 14,7

Lahan Baru 11,2 60 12,8 40 11,8

Produksi tahun 2012 menggunakan ramalam BPS Aram I, hanya akan

memperoleh 776.789 ton, padahal target rodmap kedelai 1.100.000 ton, dengan

Page 52: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

47

perbaikan sebagaimana diusulkan pada rekomendasi kebijakan evaluasi ini, dan

skenario/estimasi penggunaan benih kedelai label biru, maka luas panen akan

mencapai 791 985 ha dan produktivitas nasional mencapai 14.56 kuintal/ha,

sehingga produksi yang akan dicapai 1.152.710 ton. Karena target roadmap

2.000.000 ton, sehingga masih terjadi selisih 847.290 ton. Demikian pula pada

tahun 2014, luas panen 1.018.650 ha dengan produktivitas 15,02 kuintal/ha

akan menghasilkan produksi kedelai 1.530.107 ton, dan masih terjadi selisih

dengan roadmap sebanyak 1.183.493 ton. Dengan demikian target swasembada

kedelai tahun 2014 akan sulit dicapai.

Persoalannya, bagaimana bila swasembada kedelai 2014 harus dapat tercapai,

dibutuhkan berapa luas atau berapa banyak kegiatan peningkatan produksi

kedelai harus dilakukan? Hasil analisis menunjukkan diperlukan luas tanam

1.937.000 ha dengan luas panen 1.840.150 ha dan produktivitas nasional 14,67

ku/ha sehingga akan menghasilkan produksi kedelai 2.700 098 ton yang sama

dengan target roadmap swasembada kedelai. Berarti dibutuhkan luas panen 80

persen lebih tinggi dibanding estimasi tahun 2014, atau tiga setengah kali lebih

banyak dari luas panen tahun 2012, Mengingat sulitnya meningkatkan

produktivitas diberbagai kegiatan peningkatan produksi, maka pencapaian

swasembada kedelai tahun 2014 yang lebih mungkin dapat dilakukan adalah

mengutamakan perluasan areal tanam, dan sekaligus juga meningkatkan

produktivitas hasil fokus pada kegiatan-kegiatan program peningkatan produksi

kedelai.

Page 53: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

48

5.3. Identifikasi Kendala dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adopsi Teknologi Budidaya Kedelai

5.3.1. Prospek dan Potensi Agribisnis Kedelai

Teknologi budi daya kedelai telah banyak dihasilkan Badan Litbang

Pertanian. Ini berarti bahwa secara teknis Kementerian Pertanian melalui Badan

Litbang Pertanian mempunyai potensi besar untuk meningkatkan produksi

kedelai nasional. Namun, Swastika (2001) mengemukakan bahwa dalam upaya

memanfaatkan potensi yang besar tersebut, pelaksanaannya masih menghadapi

berbagai kendala, antara lain: (1) petani belum tertarik menanam kedelai karena

tingkat insentif finansialnya kurang menarik, (2) sistem industri perbenihan

kedelai belum berkembang, (3) petani sulit memperoleh pupuk dan harga

pestisida relatif mahal padahal kedelai termasuk tanaman yang rentan terhadap

OPT,( 4) pola kemitraan belum berkembang karena sektor swasta belum tertarik

untuk melakukan agribisnis kedelai, dan (5) perhatian pemerintah dalam

mengembangkan kedelai masih kurang karena lebih terfokus pada upaya

pencapaian swasembada beras.

Secara finansial, usaha tani kedelai menguntungkan. Namun, keuntungan

tersebut belum dapat digunakan sebagai indikator keunggulan komparatif karena

masih terdapat komponen lain, yaitu subsidi dan proteksi melalui kebijakan

harga, sehingga usaha tani kedelai Indonesia belum mempunyai keunggulan

komparatif.

Hasil kajian Sumarno et al. (1989) menunjukkan bahwa terdapat lima

kendala utama dalam pengembangan kedelai di Indonesia, yaitu: (1) serangan

hama dan penyakit tanaman karena kedelai sangat rentan terhadap OPT sejak

awal tanam sampai panen, (2) umumnya petani belum melakukan pemupukan

secara berimbang, (3) kendala genetik, (4) manajemen irigasi dan drainase,

serta (5) petani umumnya menempatkan kedelai sebagai komoditas sampingan.

Selain itu, faktor ekonomi, kelembagaan petani, dan kebijakan pemerintah

Page 54: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

49

seperti kebijakan insentif turut menentukan partisipasi petani dalam peningkatan

produksi kedelai.

Menurut Sawit (2007), pemerintah masih bersifat ego sektoral dalam

mengantisipasi krisis pangan di tengah melonjaknya harga komoditas pangan

dunia. Oleh karena itu, agar masing-masing sektor berjalan secara terintegrasi,

perlu suatu peta jalan yang memuat kebijakan strategis jangka pendek maupun

jangka panjang. Hal ini sesuai dengan Pakpahan (2003) yang menyatakan

bahwa persoalan pertanian tidak dapat dipandang sebagai persoalan sektoral,

tetapi harus ditempatkan sebagai persoalan negara. Oleh karena itu, seluruh

kebijakan harus tunduk kepada kebutuhan akan keberlanjutan kehidupan bangsa

dan negara dengan pertanian sebagai kunci utamanya.

Fakta menunjukkan bahwa kinerja pengembangan agribisnis komoditas

kedelai di Jawa maupun di luar Jawa masih lemah. Kurang berkembangnya luas

areal tanam maupun areal panen serta rendahnya tingkat produktivitas yang

dicapai mengakibatkan menurunnya produksi kedelai domestik (Ariani, 2005).

Upaya peningkatan produksi kedelai di tingkat usaha tani sulit diwujudkan

karena beberapa alasan berikut: (1) varietas kedelai di Indonesia mempunyai

tingkat produktivitas yang relatif rendah, yaitu 1,50-2,50 t/ha, (2) adopsi

teknologi baru usaha tani kedelai oleh petani masih rendah, dan (3) efisiensi

usaha tani kedelai yang dipraktekkan petani masih rendah. Kondisi tersebut

menyebabkan pengembangan budi daya kedelai belum sesuai dengan yang

diharapkan sehingga tingkat produksi tidak dapat mengimbangi kebutuhan

kedelai nasional.

5.3.2. Potensi Pengembangan Budi Daya Kedelai

Kedelai memiliki potensi pasar yang besar dan terus berkembang untuk

memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Namun, potensi pasar tersebut belum

dapat dimanfaatkan secara optimal melalui pengembangan produksi karena

adanya persoalan teknis, sosial, dan ekonomi. Jika kondisi sosial ekonomi

Page 55: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

50

kondusif maka secara teknis pengembangan kedelai memiliki potensi dan

peluang yang memadai (Sudaryanto et al., 2001).

Di Indonesia, 60 persen areal kedelai berada di lahan sawah pada musim

kemarau I dan II, dan sisanya terdapat di lahan kering pada musim hujan

(Sumarno et al., 1989; Subandi, 2008). Luas areal kedelai nasional diperkirakan

1,30 juta ha (Heriyanto et al., 2004). Menurut Arsyad dan Syam (1995), sumber

pertumbuhan produksi kedelai melalui perluasan areal mencapai 2,71 juta ha,

dengan rincian lahan sawah 1,42 juta ha dan lahan kering 1,29 juta ha.

Dibandingkan dengan lahan kering, lahan sawah memiliki potensi yang

lebih besar dalam mendukung peningkatan produksi kedelai. Pada lahan sawah

irigasi, kedelai dapat diusahakan setelah tanam padi kedua. Penanaman kedelai

di lahan sawah setelah padi tidak memerlukan pengolahan tanah sehingga

memberikan keuntungan ganda, yakni mempercepat waktu tanam dan

mengurangi biaya produksi. Selain lahan sawah, lahan kering juga memiliki

potensi besar untuk pengembangan kedelai.

Upaya pengembangan kedelai dilatarbelakangi oleh prospek peningkatan

produksi kedelai sebagai akibat dari membaiknya harga kedelai di pasar dunia

sehingga harga kedelai impor meningkat tajam. Kondisi tersebut menjadi

peluang untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri.

Di samping perluasan areal, upaya peningkatan produksi kedelai dapat

ditempuh dengan menaikkan produktivitas dan stabilitas hasil, serta menekan

senjang hasil dan kehilangan hasil pada saat panen dan pascapanen. Alimoeso

(2008) menyatakan bahwa peningkatan produksi kedelai dapat dilakukan

dengan: (1) memperluas areal tanam, (2) meningkatkan produktivitas, (3)

mengamankan produksi, dan (4) memperkuat kelembagaan. Perluasan areal

tanam diutamakan pada wilayah yang pernah menjadi sentra produksi kedelai

dan pemanfaatan lahan secara optimal dengan meningkatkan indeks

pertanaman. Peningkatan produktivitas antara lain dilakukan dengan

menggunakan benih varietas unggul bermutu, mengamankan produksi dengan

Page 56: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

51

memberikan bantuan sarana pascapanen, dan memperbaiki kelembagaan

permodalan dan menguatkan peran gabungan kelompok tani dan kemitraan.

Dalam implementasinya, kebijakan pengembangan kedelai dilaksanakan

sebagai upaya untuk: (1) meningkatkan produksi secara bertahap menuju

swasembada, (2) menumbuhkembangkan peran BUMN, swasta, dan koperasi

dalam agribisnis kedelai, (3) mendorong gerakan masyarakat dalam

pengembangan budi daya kedelai, (4) meningkatkan sumber permodalan usaha

tani dengan pola kemitraan, dan (5) mengembangkan pola pemasaran hasil yang

efektif dan efisien.

Secara teknis, pengembangan kedelai sangat potensial dan mempunyai

peluang yang besar melalui perbaikan manajemen usaha tani yang diikuti

penanganan panen dan pascapanen untuk meningkatkan produksi. Untuk

merealisasikannya perlu dituangkan dalam peta jalan pengembangan produksi

kedelai tahun 2010-2014 seperti tertera pada Tabel 5.15.

Tabel 5.15. Peta jalan pengembangan produksi kedelai periode tahun 2020-

2014

Uraian Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1. Luas tanam (000, ha)

2. Luas panen (000, ha)

3. Produksi (000, ton)

4. Produktivitas (ton/ha)

1.016

968

1.500

1,55

1.145

1.090

1.700

1,56

1.270

1.210

1.900

1,57

1.395

1.329

2.100

1,58

1.485

1.415

2.250

1,59

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2009

Page 57: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

52

Untuk mendorong peningkatan produktivitas dan efisiensi, selain

pemberian insentif jaminan harga dasar, juga perlu didukung dengan

penyuluhan, penciptaan teknologi, dan pengembangan infrastruktur fisik dan

kelembagaan (Baharsjah, 2004). Hal ini karena meskipun sumber daya lahan

tersedia dan pemerintah menyediakan modal, petani kurang tertarik menanam

kedelai jika harga tidak menguntungkan berdasarkan hasil analisis usaha

taninya.

5.3.3. Memotivasi Partisipasi dan Pemberdayaan Petani

Teori motivasi dikelompokkan menjadi dua, yaitu teori kepuasan (content

theory) dan teori proses (process theory). Teori motivasi kepuasan didasarkan

pada faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu, sedangkan teori motivasi

proses merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja dalam

meningkatkan kualitas kerjanya. Penerapan koordinasi sebagai usaha kelompok

secara teratur dan kesatuan tindakan dalam mencapai tujuan bersama menjadi

bagian yang tidak terpisahkan (Sumardi, 2006). Oleh karena itu, Farida (2006)

mengemukakan bahwa tindakan seseorang akan membentuk sikap dan

kepercayaan yang pada akhirnya mempengaruhi perilaku dalam mengambil

keputusan yang ber hubungan dengan terbentuknya respons perilaku.

Strategi pendekatan program terhadap petani sebagai pelaku utama

sangat berperan dalam menunjang keberhasilan pembangunan pertanian. Agar

strategi pendekatan dapat berjalan dengan baik, perlu dilaksanakan melalui dua

proses, yaitu: (1) proses menstimulasi atau memotivasi masyarakat tani untuk

berpartisipasi dalam program pembangunan, dan (2) proses pemberdayaan

untuk membangun kualitas sumber daya manusia (Hamdani, 2006).

Partisipasi berarti ikut mengambil bagian dan saling berbagi sesuatu.

Partisipasi merupakan manifestasi dan perilaku seseorang atau sekelompok

masyarakat dalam mewujudkan perannya sesuai harapan masyarakat yang

melakukan tindakan sosial untuk mencapai tujuan tertentu (Adjid et al., 1979).

Page 58: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

53

Syahyuti (2006) mengemukakan, partisipasi diperlukan untuk menjamin

keberlanjutan pembangunan karena pembangunan berkelanjutan sangat

bergantung pada proses sosial. Tiga aspek masyarakat yaitu sosial. ekonomi,

dan lingkungan harus diintegrasikan sehingga, di dalamnya individu dan lembaga

saling berperan agar terjadi perubahan. Dalam konteks pembangunan,

partisipasi telah diterima sebagai alat yang esensial.

Dengan mengadaptasi tahapan par tisipasi yang lebih mendasar, tahapan

menumbuhkan partisipasi petani terhadap inovasi yang ditawarkan adalah: (1)

mencairkan penolakan atau mengusahakan penerimaan, (2) menampilkan petani

sebagai partisipan yang aktif dan bertanggung jawab melalui usaha tindak lanjut

yang memungkinkan petani terbiasa mengembangkan kegiatan inovatif, dan (3)

meningkatkan peran petani agar lebih aktif mengembangkan produksi di

daerahnya. Upaya memotivasi petani berpartisipasi dalam pengembangan

kedelai perlu dilakukan dengan metode dan cara yang layak. Kegiatan dimulai

dengan identifikasi daerah pengembangan, analisis usaha tani komparatif,

percobaan lokal, demplot. promosi yang lebih luas. Penyuluhan modul pelatihan

dan rencana usaha bersama, dan menyediakan faktor produksi secara

berkelompok. Pola partisipasi yang efektif perlu didukung kemampuan kerja

sama dalam ikatan kelompok tani sehamparan, sebagai sistem sosial dan media

interaksi untuk perubahan perilaku melalui adopsi tata nilai, teknologi, dan

struktur yang relevan (Adjid, 1985).

Pentingnya Partisipasi Petani

Dalam upaya meningkatkan produksi kedelai nasional, pemerintah telah

menggulirkan Program Bangkit Kedelai. Program ini akan berhasil bila tujuan

yang bersifat makro (peningkatan produksi) sesuai dengan tujuan petani dalam

berusaha tani, yaitu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya. Untuk

mewujudkan partisipasi petani dalam menanam kedelai, diperlukan keserasian

langkah-langkah pelaksanaan kebijakan, penggerakan, pembinaan, pelayanan,

dan pengendalian yang memungkinkan tujuan tersebut tercapai secara simultan.

Page 59: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

54

Kondisi yang sangat mempengaruhi keputusan petani berpartisipasi dalam

peningkatan produksi kedelai adalah iklim ekonomi yang menguntungkan dan

juga secara sosial dapat diterima. Partisipasi dapat diartikan sebagai

keikutsertaan dalam sesuatu yang ditawarkan. Tindakan petani untuk

berpartisipasi berkaitan dengan kemampuan diri serta perhitungan untung-rugi.

Dalam keadaan sewajarnya, petani tidak akan melakukan hal-hal di luar

kemampuannya atau yang merugikan dirinya. Kemampuan petani berkaitan

dengan situasi lingkungan serta keadaan yang melekat pada dirinya.

Petani merupakan subjek utama yang menentukan produktivitas usaha

tani yang dikelolanya. Secara naluri, petani menginginkan usaha taninya

memberikan manfaat tertinggi dari sumber daya yang dikelolanya. Produktivitas

sumber daya usaha tani bergantung pada teknologi yang diterapkan. Oleh

karena itu, kemampuan dan kemauan petani mengadopsi teknologi budi daya

anjuran merupakan syarat mutlak tercapainya upaya pengembangan pertanian

di suatu daerah. Tercapainya tingkat produksi kedelai merupakan basil

keterpaduan partisipasi petani dalam penanaman, penerapan teknologi budi

daya, dan kerja sarna dalam kelompok yang ditunjang oleh kelancaran

pelayanan dan penyuluhan. Pemerintah mengharapkan petani melakukan

intensifikasi dalam penanaman kedelai. Menanam kedelai dengan teknologi budi

daya anjuran menunjukkan partisipasi petani dalam pengembangan kedelai.

Keberhasilan intensifikasi kedelai bertitik tolak dari tiga anggapan dasar,

yaitu: (1) perlu upaya yang lebih baik untuk mengikutsertakan petani dalam

pengembangan produksi kedelai, (2) petani banyak yang meninggalkan usaha

tani kedelai karena berbagai faktor, baik internal maupun eksternal, dan (3)

petani dengan bantuan pemerintah dan pihak terkait lainnya akan memainkan

peranan penting dalam pengembangan kedelai. Untuk meningkatkan. produksi

kedelai sekaligus memberdayakan petani, diperlukan kebijakan pemberian

bantuan fasilitas, penguatan modal, pelatihan dan pembinaan agar petani mau

bekerja sarna dan mampu menerapkan teknologi anjur an, serta kebijakan yang

Page 60: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

55

melindungi petani. Partisipasi petani merupakan penentu keberhasilan

pengembangan kedelai.

Paradigma pembangunan pertanian yang hanya menekankan pada

peningkatan produksi seperti masa lalu diimplementasikan dengan merumuskan

program dan manajemen pembangunan peningkatan produksi masing-masing

komoditas. Manajemen pembangunan seperti itu menempatkan petani sebagai

objek dan mengasumsikan dengan meningkatnya produksi maka pendapatan

petani akan meningkat pula (Kasryno et al., 2001). Strategi pembangunan

pertanian dilaksanakan dengan menetapkan paket kebijakan produksi dan

berbagai rekayasa teknologi. Petani dan masyarakat pedesaan menjadi objek

pembangunan yang digiring agar mati menerapkan berbagai paket tersebut

tanpa diberi kesempatan memilih alternatif yang sesuai dengan kemampuannya.

Meningkatkan Partisipasi Petani

Upaya peningkatan produksi kedelai sulit dilakukan selama tidak ada

insentif harga bagi petani. Petani enggan menanam kedelai jika tidak

menguntungkan, kecuali pada kondisi tertentu seperti untuk konsumsi keluarga.

Swasembada kedelai pemah dicapai pada tahun 1992. Oleh karena itu,

peningkatan produksi kedelai dalam rangka swasembada dapat diwujudkan

dengan membenahi tata niaga kedelai yang akhir-akhir ini dikuasai para

pengimpor, melalui penetapan harga dasar yang memadai. Kebijakan ini

dimaksudkan untuk melindungi petani dengan memberikan kepastian

pendapatan. Prabowo (2008) menyatakan, meningkatkan produksi kedelai

menuju swasembada dapat dilakukan dengan memberikan jaminan harga yang

layak sehingga petani akan tertarik untuk menanam kedelai.

Pemerintah perlu melindungi petani seperti yang dilakukan oleh negara

lain, yang tidak hanya melindungi petani, tetapi juga produk pertaniannya.

Pakpahan (2004) mengemukakan bahwa petani di negara-negara maju masih

mendapat perlindungan dan memperoleh subsidi yang sangat besar. Sebaliknya

Page 61: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

56

di negara-negara berkembang seperti Indonesia, subsidi bagi petani justru

dihapus.

Berdasarkan pengalaman di masa lalu, seharusnya petani tidak dibiarkan

"ber tarung" sendirian menghadapi pasar global. Memberikan jaminan harga

sudah cukup untuk mengembalikan kegairahan petani menanam kedelai. Hal ini

selanjutnya tidak hanya akan memantapkan ketahanan pangan nasional, tetapi

juga membuat bangsa Indonesia berdaulat atau tidak didikte negara lain.

Tumbuhnya kemarnpuan kerja sarna dalam kelompok menjadi dasar

keberhasilan kelompok tani melaksanakan teknologi anjuran, seperti

pengetahuan usaha tani sehamparan dalam suatu ikatan kerja sarna yang

disepakati para anggotanya. Dengan berkembangnya kemampuan kelompok

tani, diharapkan proses adopsi teknologi yang terkendala oleh struktur

masyarakat pedesaan yang didominasi oleh petani lapisan bawah yang kurang

responsif terhadap peluang ekonomi (petani gurem), dapat dipercepat dengan

dinamika yang timbul dari dalarn.

Pola dan tata kerja penyuluhan, penyaluran sarana produksi, dan

perkreditan perlu disesuaikan dan disempurnakan agar dapat mendukung

pengembangan kelompok tani sebagai wadah kerja sarna dan partisipasi petani

dalam menerapkan teknologi anjuran. Karena titik berat interaksi terdapat pada

tingkat kelompok tani maka pembagian tugas antara petugas dari unsur

struktural program perlu dilakukan. Ini berarti bahwa penyuluh harus turun ke

kelompok lain, berada di tengah-tengah kelompok tani pada saat diperlukan,

sesuai dengan rencana kerja kelompok tani yang dibina dan dilayani.

Partisipasi serta sikap petani yang dinamis dan bertanggung jawab

menjadi kunci utama keberhasilan peningkatan produksi kedelai. Oleh karena itu,

diper lukan upaya sebagai berikut:

I) Penyuluhan untuk menumbuhkan dan mengembangkan partisipasi petani,

baik individu maupun kelompok, yang didasarkan alas kesamaan usaha, skala

usaha, wilayah hamparan usaha, latar belakang, dan kultur sosial.

Page 62: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

57

2) Pembinaan untuk meningkatkan kemampuan dan partisipasi petani dalam

menyusun Rencana Usaha Bersama (RUB), RDK/RDKK, dan lain-lain dalam

skala usaha yang lebih besar sehingga mampu bersaing dengan lembaga

ekonomi lain.

3) Pembinaan untuk meningkatkan kemampuan petani dalam mengidentifikasi

informasi (teknologi, permintaan, dan harga) serta menetapkan keputusan

dalam usaha taninya.

4) Meningkatkan partisipasi pihak swasta dalam pembiayaan dan pemasaran

hasil melalui kemitraan.

Beberapa komponen pokok yang perlu mendapat perhatian dalam

pelaksanaan pembangunan pertanian adalah pemerintah, organisasi

nonpemerintah, sektor swasta, dan petani (Iqbal, 2007). Pemerintah berperan

sebagai perencana sekaligus pelaksana. Peran organisasi nonpemerintah (LSM)

tidak kalah pentingnya dalam konteks mikrospesifik lokasi. Peran swasta sangat

strategis terutama dalam penyediaan barang, jasa, modal, dan pemasaran.

Peran petani adalah sebagai pelaku utama dan sekaligus penerima manfaat.

Dari keempat komponen pokok tersebut, petani memegang peran sentral

dalam pelaksanaan program pembangunan pertanian. Petani berhimpun dalam

kelompok tani dan sekaligus berperan dalam akselerasi kegiatan. Untuk

menjamin keberlanjutan eksistensi kelompok tani maka pembentukannya perlu

dilandasi prinsip partisipasi dan dibentuk oleh petani, sementara pihak luar hanya

berperan sebagai fasilitator.

5.3.4. Keragaan Rumah Tangga Contoh

Kondisi rumah tangga petani, seperti usia dan pendidikan formal,

tanggungan keluarga, pengalaman bertani, luas garapan usaha tani, dan sumber

modal usaha tani menjadi faktor intern yang berpengaruh terhadap sikap dan

motivasi petani dalam melaksanakan usaha tani. Dari segi usia, petani di Garut

rata-rata berumur 40,2 tahun, sedangkan di Serang 48,2 tahun. Dengan

demikian, berarti petani rata-rata pada usia produkti yang secara fisik cukup

Page 63: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

58

mendukung untuk melakukan berbagai aktivitas usaha tani. Berdasarkan tingkat

pendidikan formal, semua petani responden sudah menyelesaikan pendidikan

dasar, sehingga dapat menerima dan memutuskan penerapan teknologi budi

daya yang dianjurkan sesuai dengan pengetahuannya. Pada umumnya mereka

memiliki pengalaman bertani lebih dari 10 tahun.

Berdasarkan jumlah anggota rumah tangga yang ditanggung, yaitu 3,7

jiwa di Garut dan 3,8 jiwa di Serang, maka petani pada umumnya memiliki

potensi yang cukup memadai sebagai sumber tenaga kerja keluarga, karena

pada dasarnya mereka lebih mengutamakan curahan tenaga keluarganya dalam

berbagai aktivitas usaha tani. Rata-rata luas usaha tani kedelai 0,30 – 0,58 ha,

tergolong kecil, sehingga dalam melaksanakan budi daya kedelai hanya 10-20

persen petani yang menggunakan modal usaha tani yang bersumber dari kredit.

Tabel 5.16.Karakteristik Petani Kedelai pada Agroekosistem Lahan Kering dan

Lahan Sawah di Kabupaten Garut dan Serang

Uraian

Karakteristik petani kedelai

Garut Serang

Kisaran Rata-rata Kisaran Rata-rata

Umur petani (th)

Pendidikan formal (th)

Pengalaman tani (th)

Tanggungan keluarga (jiwa)

Luas garapan kedelai (ha)

Sumber modal (ha)

- Swadana petani

- Kredit/bayar panen

38-62

5-14

12-24

3-6

0,18-0,80

-

-

46,2

7,4

19,2

3,7

0,30

80,0

20,0

32-58

4-12

3-6

4-6

0,30

-

-

48,2

7,4

3,2

3,8

0,58

90,0

10,0

Page 64: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

59

5.3.5. Partisipasi Petani dalam Budi Daya Kedelai

Secara sederhana, partisipasi berarti turut ambil bagian dan saling berbagi

sesuatu yang merupakan manifestasi dari perilaku seseorang dalam mewujudkan

perannya sesuai harapan masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu (Adjid,

1985). Upaya mengajak petani berpartisipasi dalam pengembangan kedelai perlu

ditempuh dengan metode dan cara yang efektif sehingga dapat diterima dengan

baik. Terwujudnya pola partisipasi yang efektif di tingkat petani yang didukung

oleh kemampuan kerja sama dalam ikatan kelompok tani adalah media interaksi

untuk mengadopsi teknologi. Menurut Syahyuti (2006), partisipasi tersebut

diperlukan untuk menjamin keberlanjutan pembangunan, di mana individu dan

lembaga saling berinteraksi dan berperan aktif agar terjadi perubahan dan

prosesnya telah diterima sebagai alat yang esensial. Simatupang (2004)

mengemukakan bahwa langkah terobosan untuk mempercepat dan

memantapkan inovasi teknologi pada kondisi nyata merupakan paradigma baru

dalam proses adopsi inovasi teknologi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi petani kedelai di

kelompok tani adalah sebagai berikut: (1) sebagian besar petani di kedua desa

penelitian mengetahui eksistensi kelompok tani di wilayahnya, (2) petani yang

hadir dalam kegiatan pertemuan kelompok mencapai 80 persen, dan (3) materi

yang dibahas pada pertemuan adalah varietas unggul yang cocok di wilayah

usaha taninya, waktu tanam, pola tanam, teknik budi daya kedelai, penanganan

pascapanen dan pemasaran hasil. Secara rinci, keterlibatan petani contoh dalam

kelompok tani disajikan pada Tabel 5.17.

Page 65: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

60

Tabel 5.17. Tingkat Partisipasi Petani Kedelai terhadap Kelompok Tani di Kabupaten Garut dan Serang, 2013

Uraian

Partisipasi terhadap kelompok tani (%)

Garut

(n=10)

Serang

(n=10)

Rata-rata

(n=20)

Keberadaan kelompok tani

a. Mengetahui

b. Tidak tahu

Keanggotaan kelompok

a. Menjadi anggota

b. Tidak

Keterlibatan pertemuan

a. Selalu mengikuti

b. Kadang-kadang

c. Tidak ikut

Keterlibatan program

a. Peserta SLPTT

b. Mendapat BLBU

c. Tidak terlibat

100,0

0,0

60,0

40,0

40,0

40,0

20,0

20,0

30,0

50,0

80,0

20,0

50,0

50,0

30,0

50,0

20,0

30,0

30,0

40,0

90,0

10,0

55,0

45,0

35,0

45,0

20,0

25,0

30,0

45,0

Page 66: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

61

Tingkat partisipasi petani di dua kabupaten dalam penerapan teknologi

budi daya kedelai disajikan pada Tabel 4. Dalam memilih benih, sebagian besar

petani menetapkan kriteria yang paling sesuai dengan kondisi wilayahnya, yaitu

30 persen di Garut dan 20 persen di Serang dan secara agregat adalah sebesar

25 persen. Untuk pilihan benih yang memiliki potensi produksi tinggi adalah 55

persen dan tahan terhadap hama 20 persen.

Dalam hal pemilihan varietas kedelai yang ditanam, petani di kedua desa

relatif tidak berbeda dimana secara agregat 10 persen menggunakan varietas

unggul nasional dengan penggunaan benih berkualitas yaitu benih berlabel.

Sumber benih yang digunakan, yaitu berasal dari pasar atau petani lain. Hal ini

terjadi karena ketersediaan benih unggul bermutu di daerah setempat masih

terbatas dan harga jualnya relatif mahal.

Dalam pemupukan, tampaknya masih dijumpai petani yang tidak memakai

pupuk pabrik secara lengkap (80,0%). Dari petani pengguna pupuk, ternyata

yang melakukan pemupukan secara lengkap dan berimbang sesuai anjuran

hanya 20 persen. Kondisi ini tidak terlepas dari persepsi petani bahwa tanaman

kedelai tidak memerlukan pemupukan secara lengkap seperti padi.

Pada kegiatan pengendalian organisme pengganggu tanaman, seluruh

petani kedelai di kedua wilayah penelitian menggunakan pestisida, karena

tanaman kedelai rentan terhadap hama dan penyakit, dari tanam sampai panen.

Page 67: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

62

Tabel 5.18. Keragaan Penerapan Teknologi Budi Daya Kedelai oleh Petani pada Agroekosistem Lahan Sawah Irigasi di Kabupaten Garut dan Serang

Uraian

Partisipasi terhadap kelompok tani (%)

Garut (n=10)

Serang (n=10)

Rata-rata (n=20)

Kriteria benih - Produksi tinggi

- Kecocokan wilayah - Tahan hama

Varietas

- Unggul nasional - Unggul lokal

Kualitas benih

- Berlabel - Tidak berlabel

Sumber benih - Produksi sendiri - Pembelian

- Bantuan Cara tanam

- Ditugal

- Disebar Penggunaan pupuk

- Lengkap berimbang

- Tidak lengkap - Tanpa pemupukan

Cara pemupukan

- Ditugal - Disebar

Pestisida

- Menggunakan - Tidak

30,0

50,0 20,0

100,0 0,0

100,0 0,0

0,0 0,0

100,0

100,0

0,0

30,0

70,0 0,0

100,0 0,0

100,0 0,0

20,0

60,0 20,0

100,0 0,0

100,0 0,0

0,0 0,0

100,0

100,0

0,0

10,0

90,0 0,0

100,0 0,0

100,0 0,0

25,0

55,0 20,0

100,0 0,0

100,0 0,0

0,0 0,0

100,0

100,0

0,0

20,0

80,0 0,0

100,0 0,0

100,0 0,0

5.3.6. Tingkat Penggunaan Sarana Produksi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemakaian benih umumnya melebihi

jumlah yang dianjurkan (40 kg/ha) dengan rata-rata pemakaian di Garut 43,8

kg/ha dan di Serang 42,4 kg/ha (Tabel 5.19.). Hal ini karena cara tanam disebar

dari benih yang digunakan tidak berlabel atau dari produksi petani sendiri.

Page 68: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

63

Tabel 5.19. Tingkat Penggunaan Sarana Produksi pada Usaha Tani Kedelai di Kabupaten Garut dan Serang

Uraian

Penggunaan sarana produksi

Garut Serang

Rata-rata Kisaran Rata-rata Kisaran

Benih (kg/ha)

Pupuk (kg/ha)

- Urea

- SP36

- Phonska/NPK

PPC/ZPT (lt/ha)

Pestisida (lt/ha)

43,8

68,4

57,6

16,4

1,2

2,8

40-45

54-100

40-100

0-40

0-2,0

1,4-3,6

42,4

62,6

53,8

14,6

0,8

3,1

40-45

52-100

36-100

0-36

0-1,6

1,5-4,0

Sebagian besar petani hanya memakai dua jenis pupuk, yaitu urea dan

SP36. Pupuk Phonska atau NPK hanya digunakan oleh sebagian kecil petani,

karena selain harganya lebih mahal juga ketersediaannya di lapangan masih

terbatas. Takaran pemakaian pupuk urea adalah 68,4 kg/ha di Garut dan 62,6

kg/ha di Serang, sedangkan pupuk SP36 masing-masing 57,6 kg/ha dan 53,8

kg/ha. Walaupun takaran kedua jenis pupuk yang digunakan di bawah anjuran,

namun cukup memadai untuk petani saat ini.

Dalam pemakaian pupuk Phonska/NPK, takarannya baru mencapai rata-

rata 16,4 kg/ha di Garut dan 14,6 kg/ha di Serang, karena tidak semua petani

yang menggunakannya. Pemakaian pupuk pelengkap cair (PPC) dan zat

pengatur tumbuh (ZPT) rata-rata hanya 1,2 l/ha di Garut dan 0,8 l/ha di Serang.

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan oleh semua petani kedelai dengan

takaran pestisida rata-rata 2,8 l/ha di Garut dan 3,1 l/ha di Serang.

Page 69: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

64

5.3.7. Struktur Biaya dan Kelayakan Usaha Tani Kedelai

Keberhasilan usaha tani ditenukan oleh biaya dan pendapatan usaha tani.

Biaya usaha tani kedelai di Garut adalah Rp 4,27 juta. Dilihat dari struktur

pengeluaran alokasi terbesar adalah untuk tenaga kerja (64,2%), termasuk

tenaga kerja keluarga sebesar 34,1 persen. Alokasi biaya untuk pengadaan

sarana produksi adalah 33,9 persen dengan kontribusi terbesar untuk pengadaan

benih (12,4%) dan pestisida (11,4%). Di Serang, dari total biaya usaha tani

sebesar 4,43 juta, 68,5 persen diantaranya dialokasikan untuk tenaga kerja, 32,0

persen untuk pengadaan sarana produksi dan 25 persen untuk pengeluaran lain-

lain.

Tabel 5.20. Analisis Usaha Tani Kedelai pada Agroekosistem Lahan Kering dan Lahan Sawah di Kabupaten Garut dan Serang, 2013

Komponen biaya

Garut Serang

Nilai (Rp ribu)

Kontribusi (%)

Nilai (Rp ribu)

Kontribusi (%)

Sarana produksi

a. Benih b. Pupuk c. PPC/ZPT

d. Pestisida Jumlah

Tenaga kerja Lain-lain

Total biaya Pendapatan usaha tani

a. Fisik hasil (kg/ha)

b. Nilai hasil Penerimaan bersih

Profitabilitas Gross B/C

528 480 90

342 1.446

2.740 80

4.266

1.440

10.080 5.814

57,7 2,36

12,4 11,4 2,1

8,0 33,9

64,2 1,9

100,0

560 430 80

350 1.420

2.900 110

4.430

1.180

8.260 3.830

46,4 -1,86

12,6 9,7 1,8

7,9 32,0

65,5 2,5

100,0

Page 70: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

65

Pendapatan usaha tani kedelai di Garut Rp 10,08 juta sehingga petani

memperoleh keuntungan bersih sebesar Rp 5,31 juta dengan tingkat

profitabilitas 57,7 persen. Di Serang, pendapatan usaha tani kedelai Rp 8,26 juta

dengan keuntungan bersih Rp 3,83 juta dan tingkat profitabilitas 46,4 persen.

Berdasarkan analisis pendapatan dan biaya usaha tani (Gross B/C)

tersebut maka usaha tani kedelai di kedua wilayah cukup efisien, karena

memberikan nilai profitabilitas yang kompetitif. Hal ini tidak terlepas dari

membaiknya harga jual kedelai dan adanya partisipasi petani dalam penerapan

teknologi budi daya, walaupun belum sepenuhnya diadopsi sebagaimana yang

dianjurkan penyuluh. Berdasarkan analisis kelayakan finansial usaha dengan nilai

imbangan pendapatan dan biaya usaha tani diperoleh nilai B/C>1, yaitu 2,36 di

Garut dan 1,86 di Serang. Hal ini berarti usaha tani kedelai di wilayah tersebut

cukup layak untuk dilanjutkan.

5.3.8. Tingkat Keunggulan Kompetitif Budi Daya Kedelai

Untuk mengukur tingkat keberhasilan usaha tani ditentukan oleh besaran

biaya usaha tani yang dikeluarkan dan tingkat pendapatan yang diterima.

Dengan mengacu pada hasil kajian di dua wilayah, yaitu di Kabupaten Garut dan

Serang dengan agroekosistem lahan tegalan/kering dan lahan sawah tadah

hujan adalah sebagai berikut (Tabel 8).

Pada wilayah agroekosistem lahan kering di Kabupaten Garut dengan

tingkat produktivitas sebesar 1.440 kg/ha dan harga jualnya sebesar Rp

7.000/kg kedelai ose, maka diperoleh penerimaan sebesar Rp 10,08 juta.

Sehingga diperoleh keuntungan sebesar Rp 5,81 juta dengan tingkat Gross B/C

2,36. Sedangkan untuk wilayah agroekosistem lahan sawah tadah hujan, yaitu di

Kabupaten Serang besaran biaya usaha tani kedelai adalah sebesar Rp 4,27 juta

dan untuk tingkat produktivitasnya diperoleh 1.180 kg/ha dengan harga jual

sebesar Rp 7.000/kg kedelai ose. Maka tingkat penerimaan kotor usaha tani

kedelai di Kabupaten Serang adalah sebesar Rp 8,26 juta, sehingga tingkat

keuntungannya sebesar Rp 3,83 juta per hektar usaha tani kedelai dengan nilai

Page 71: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

66

Gross B/C 1,86. Dilihat dari nilai B/C di kedua lokasi kajian menunjukkan bahwa

secara ekonomis kegiatan budi daya kedelai adalah layak diusahakan.

Untuk mengukur sampai seberapa jauh kegiatan budi daya kedelai di

kedua wilayah (Kabupaten Garut dan Serang) memiliki keunggulan kompetitif

terhadap komoditas jagung, kacang tana dan kacang hijau adalah sebagai

berikut.

Berdasar pada tingkat keunggulan kompetitif kedelai yang dibudi dayakan

pada lahan kering dan lahan sawah tadah hujan pada musim tanam 2013,

menunjukkan bahwa usaha tani kedelai tampaknya pada saat ini umumnya tidak

memiliki keunggulan kompetitif. Sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel 8,

dimana tingkat penerimaan usaha tani dan tingkat keuntungan usaha tani

jagung, kacang tanah dan kacang hijau lebih tinggi dari usaha tani kedelai. Oleh

karena itu, jika usaha tani kedelai ingin menjadi komoditas yang kompetitif

terhadap komoditas jagung, kacang tanah dan kacang hijau, maka pada tingkat

harga jual kedelai sebesar Rp 7.000/kg, untuk itu tingkat produktivitas kedelai

harus mencapai 1.600 – 2.000 kg/ha. Sedangkan jika tingkat produktivitas

kedelai tetap dipertahankan pada produktivitas riil saat ini, yaitu 1.260 kg/ha

maka tingkat harga jual kedelai harus ditetapkan sebesar Rp 9.000 sampai Rp

10.000 per kg kedelai ose. Sehingga dengan kondisi tersebut di atas, maka

usaha tani kedelai dapat menggairahkan petani untuk berpartisipasi.

Page 72: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

67

Tabel 5.21. Tingkat Keunggulan Kompetitif Usaha Tani Kedelai pada Lahan Kering dari Sawah Tadah Hujan di Kabupaten Garut dan Serang,

2013

Komoditas Hasil

(kg/ha)

Harga

(Rp/kg)

Biaya

(Rp ribu/ha)

Penerimaan

(Rp ribu/ha)

Keuntungan

(Rp ribu/ha)

Gross

B/C

Kedelai 1

Kedelai 2

Jagung

Kc. Tanah

Kc. Hijau

1.440

1.180

5.200

1.800

920

7.000

7.000

2.800

6.400

12.000

4.266

4.430

6.780

4.360

4.100

10.080

8.260

14.560

11.520

11.040

5.814

3.830

7.780

7.160

6.940

2,36

1,86

2,15

2,64

2,69

Keunggulan

kompetitif

kedelai

terhadap :

Tingkat hasil dan harga minimal kedelai

Hasil (Kg/ha) Harga (Rp/kg) Persentase aktual

Kedelai 1 Kedelai 2 Kedelai 1 Kedelai 2 Kedelai 1 Kedelai 2

Jagung

Kc. Tanah

Kc. Hijau

1.720

1.628

1.600

1.744

1.655

1.624

8.365

7.935

7.819

10.347

9.312

9.139

83,7

88,2

90,0

67,6

61,7

62,6

Page 73: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

68

VI. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

1. Upaya peningkatan produksi kedelai di tingkat petani tidak hanya berkaitan

dengan aspek teknis dan ekonomis, tetapi juga strategi menggalang

partisipasi petani dalam pengembangan kedelai. Untuk mewujudkan

partisipasi aktif petani dalam peningkatan produksi kedelai menuju

swasembada dan sekaligus peningkatan pendapatan mereka, perlu dijalin

kerja sama dan koordinasi berbagai pihak terkait dalam pelaksanaan

program.

2. Strategi peningkatan produksi untuk mendorong partisipasi petani dapat

ditempuh melalui pola kebijakan insentif, dengan menetapkan jaminan harga

dasar agar usaha tani kedelai memberikan keuntungan yang layak kepada

petani. Di samping itu, diperlukan pemberdayaan dan peningkatan kapasitas

petani melalui penyediaan bantuan modal dan penyuluhan, serta

pembenahan tata niaga melalui pemulihan kembali peran Bulog sebagai

pengimpor utama.

3. Untuk mengantisipasi ancaman krisis pangan di tengah melonjaknya harga

kedelai dunia, pemikiran ego sektoral perlu dihilangkan. Untuk itu, diperlukan

peta jalan kebijakan strategis jangka pendek maupun jangka panjang agar

masing-masing sektor dapat berjalan bersama-sama untuk mencapai

swasembada kedelai.

4. Menggairahkan partisipasi petani tidak hanya akan memantapkan ketahanan

pangan nasional, tetapi juga membuat bangsa Indonesia berdaulat dan tidak

didikte negara lain. Elemen yang bernuansa jangka panjang, seperti

pembangunan infrastruktur, jaringan irigasi, penelitian dan pengembangan,

penguatan kelembagaan pertanian, sistem insentif, dan dukungan kebijakan

ekonomi makro menjadi variabel tetap yang tidak dapat ditawar.

5. Penerapan teknologi budi daya kedelai di tingkat petani belum optimum,

masih di bawah paket yang dianjurkan, terutama dalam penggunaan benih

Page 74: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

69

bermutu dan pupuk baik dari segi jenis dan jumlah maupun cara

pemberiannya.

6. Dalam struktur biaya usaha tani kedelai, benih merupakan komponen porsi

terbesar sehingga menjadi faktor kritis dalam adopsi teknologi.

7. Usaha tani kedelai memberikan nilai Gross B/C>1, dengan tingkat

profitabilitas 50 persen. Dengan demikian, budi daya kedelai di lahan sawah

layak secara ekonomi.

8. Dengan tingkat Break Even Point (BEP) yang lebih rendah dari harga aktual,

usaha tani kedelai di lahan sawah irigasi masih memiliki daya saing.

9. Usaha tani kedelai di lahan sawah irigasi pada musim kemarau memiliki

keunggulan kompetitif terhadap jagung. Peluang pengembangan kedelai

cukup besar, apalagi kalau hasilnya dapat mencapai 1,8 ton/ha.

10. Peningkatan produksi kedelai nasional menuju swasembada, baik yang

ditempuh melalui upaya peningkatan produktivitas maupun melalui perluasan

areal tanam dalam operasionalnya diperlukan penyediaan benih bermutu dari

varietas unggul. Benih unggul tersebut harus memenuhi aspek kuantitas dan

kualitas serta penggunaannya secara konsisten. Namun pada saat ini

penyediaan benih kedelai bersertifikat (berlabel) masih sangat terbatas, yaitu

baru 8 (delapan) persen dari kebutuhan potensial

11. Dalam dua dekade terakhir (1991-2011) sudah dilepas 48 varietas kedelai.

Varietas tersebut selain mempunyai daya hasil tinggi (2-3 ton/Ha) juga

memeiliki karakter beragam seperti berumur genjah/pendek (kurang dari 80

hari) dan berumur sedang (81-95 hari).

12. Kebutuhan benih yang sangat mendesak saat ini adalah penyediaan untuk

program perluasan areal tanam. Strategi penyediaan benih harus dihasilkan

atau berasal dari wilayah bersangkutan dengan memberdayakan penangkar-

penangkar beih setempat, sehingga akselerasi pertumbuhan produksi dalam

mendukung swasembada kedelai dapat tercapai.

Page 75: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

70

DAFTAR PUSTAKA

Adjid. D.A. 1985. Pola Partisipasi Masyarakat Pedesaan dalam Pembangunan Pertanian Berencana. Kasus Usaha Tani Berkelompok Sehamparan dalam Intensifikasi Khusus (Insus) Padi. Suatu Survei di Jawa Barat. Disertasi

Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran, Bandung.

Adjid. D.A.. H. Suwardi. dan M.G. Tan. 1979. Evaluasi Pelaksanaan Intensifikasi

Padi dan Palawija Tahun 1971-1978. Laporan Bidang Penelitian Partisipasi Petani. Kerja Sarna Badan Pengendali Bimas dan Universitas Padjadjaran.

Bandung.

Adnyana, M.O. dan K. Kariyasa. 1999. Potensi Peningkatan Produksi Kedelai melalui Penelitian Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber Penumbuhan

Produksi. Forum Agro Ekonomi 1'1( I): 38-48.

Alimoeso, S. 2008. Produksi kedelai belum akan menolong. Kompas. 26 Januari

2008.

Ariani. M. 2005. Penawaran dan Permintaan Kacang-kacangan dan Umbi-umbian

di Indo nesia. SOCA 5(1): 48-56.

Arsyad, D.M. dan M. Syam. 1995. Kedelai: Sumber pertumbuhan produksi dan teknik budi daya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan,

Bogor. 45 hlm.

Baharsjah, S. 2004. Orientasi kebijakan pangan harus ke arah swasembada.

Kompas, 14 Januari 2004.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2009. Bahan Rapim Bulan Agustus 2009 (21 Agustus 2009). Departemen Pertanian.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2011. Pedoman Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktifitas dan Mutu Tanaman Pangan Untuk

Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan T.A. 2011. Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan. Jakarta.

Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura. Departemen Pertanian. 2005. Data Susenas. Jakarta

Farida. S. 2006. Sistem perilaku suatu organisasi. Agro-Humaniora 4(10): 9-10.

Hadipurnomo, Tidar. 2000. Dampak Kebijakan Produksi dan Perdagangan Terhadap Penawaran dan Permintaan Kedelai. [tesis]. Sekolah

Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Hamdani. C. 2006. Birokrat pertanian harus dekat dengan petani. Agro-

Humaniora 4(10): 9-10.

Page 76: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

71

Heriyanto, F. Rozi, R. Krisdiana, dan Z. Arifin. 2004. Kondisi Aktual Komoditas Kedelai sebagai Pijakan Pengembangan. him. 61- 78. Dalam Risalah

Seminar Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Hutabarat, B. 2003. Prospect of Feed Crops to Support the Livestock Revolution

in South Asia: Framework of the Study Project. CGPRT Centre Monograph No. 42 UN- ESCAP. Bogor.

Iqbal, M. 2007. Analisis peran pemangku kepentingan dan implementasinya dalam pembangunan pertanian. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 26(3): 89-99.

Kasryno, F., E. Pasandaran, P. Simatupang, Erwidodo, dan T. Sudaryanto. 2001. Membangun kembali sektor pertanian dan kehutanan. Buku I, him. 1-31.

Dalam I.W. Rusastra, P.U. Hadi, A.R. Nurmanaf, E. Jamal, dan A. Syam (Ed.). Prosiding Seminar Perspektif Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2001 ke Depan. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.

Lipsey, Richard G. 1995. Pengantar Mikroekonomi Jilid 1. Alih Bahasa Oleh A.

Jaka Wasana dan Kirbrandoko. Binarupa Aksara. Jakarta.

Nasution, L.T. 1990. Faktor Pendukung Eksternal Program Benih Kedelai. Risalah

Lokakarya Pengembangan Kedelai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor, 13 Desember 1990.

Nicholson, Walter. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. Edisi

Kedelapan. Alih Bahasa Oleh IGN Bayu Mahendra, SE, MM dan Abdul Aziz, S.E, MSi. Erlangga. Jakarta.

Pakpahan, A. 2003. Hak Hidup Petani dan Impor Produk Pertanian. Seminar Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor, 12. November 2003.

Pakpahan, A. 2004. Undang-undang Perlindungan Petani. Seminar Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor, 18 Maret 2004.

Prabowo, H.E. 2008. Komoditas yang salah urus. Kompas, 16 Januari 2008.

Purnamasari, Rika. 2006. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi dan Impor Kedelai di Indonesia. Skripsi. Program Studi Ekonomi Pertanian

dan Sumberdaya. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Rachmad, Muchjidin dan Erwidodo. 1994. Pendugaan Permintaan Impor

Komoditi Kedelai dan Gandum Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi, Volume 13, Nomor 1, Mei 1994. 43-60.

Sawit, M.H. 2007. Antisipasi krisis pangan masih sektoral, Bisnis Indonesia, 15

November 2007.

Silitonga, C., B. Santosa, dan N. Indiarto. 1996. Peranan Kedelaii dalam

Perekonomian Nasional. Dalam Ekonomi Kedelai di Indonesia. IPB press, Bogor.

Page 77: KAJIAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI DALAM … filekesimpulan kajian akselerasi pertumbuhan produksi kedelai Daftar Resiko Daftar Penanganan Resiko Lahan Tersedia dan Potensial Untuk

72

Subandi, 2008. Permasalahan Produksi Kedelai. Teknologi untuk Meningkatkan Produktivitas Kedelai. Sinar Tani, 23 Januari 2008.

Sudaryanto, T., I W. Rusastra, dan Saptana. 2001. Perspektif pengembangan ekonomi kedelai di Indonesia- Forum Agro Ekonomi 19(1): 11-20.

Sumardi. 2006. Koordinasi membangun kerja sarna yang terarah. Agro-Humaniora 4(10): 9-10.

Sumarno, F. Dauphin, A. Rachim, dan N. Sunarlim. 1989. Analisis Kesenjangan Hasil Kedelai di Jawa. M. Syam (penerjemah); Laporan Proyek Analisis Kesenjangan Hasil Kedelai. Pusat Palawija, Bogor. 71 him.

Swastika, D.K.S. 2001. Swasembada Kedelai: Antara Harapan dan Kenyataan. Forum Agro Ekonomi 19(1): 1-20.

Syahyuti. 2006. 30 Konsep Penting dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian. Penjelasan tentang konsep, istilah, teori dan indikator serta variabel. Bina Rena Pariwara, Jakarta. him. 153-162.