Akselerasi peningkatan daya saing sumedang
-
Upload
pemprop-jabar -
Category
Documents
-
view
1.285 -
download
0
Transcript of Akselerasi peningkatan daya saing sumedang
AKSELERASI PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH BERBASIS
OTONOMI DESA
Oleh :
WALUYO, M. Si(Kepala Litbang Bappeda Kabupaten
Sumedang)
DISAMPAIKAN DALAM ACARA PELEPASAN KKN MAHASISWA S - 1 PAI STAI SEBELAS APRIL SUMEDANG
19 JUNI 2007
ISU PENTING DALAM AGENDA PENGEMBANGAN DAYA SAING EKONOMI DAERAH
Pelaku Usaha Skala KecilPelaku Usaha Skala Kecil
• Usaha Kecil tidak terisolasi dari lingkungan bisnis• Pemihakan kpd Usaha kecil adalah memberikan prioritas untuk
mengantarkannya menjadi lebih berdaya saing
• Usaha Kecil tidak terisolasi dari lingkungan bisnis• Pemihakan kpd Usaha kecil adalah memberikan prioritas untuk
mengantarkannya menjadi lebih berdaya saing
RegionalisasiRegionalisasi• Daerah tidak dapat dilepaskan keterkaitannya dengan daerah
di sekelilingnya• Kolaborasi lintas daerah merupakan pendukung daya saing
nasional
• Daerah tidak dapat dilepaskan keterkaitannya dengan daerah di sekelilingnya
• Kolaborasi lintas daerah merupakan pendukung daya saing nasional
Pijakan Klaster IndustriPijakan Klaster Industri
• Keberadaan lapisan pemasok, industri pendukung dan terkait merupakan landasan formasi klaster industri
• Perkuatan hubungan bisnis (linkage) merupakan agenda prioritas
• Keberadaan lapisan pemasok, industri pendukung dan terkait merupakan landasan formasi klaster industri
• Perkuatan hubungan bisnis (linkage) merupakan agenda prioritas
Instrumen KebijakanInstrumen Kebijakan
• Agenda kolaborasi, strategi dan prioritas pengembangan perlu dituangkan dalam instrumen kebijakan yang mendukung
• Agenda kolaborasi, strategi dan prioritas pengembangan perlu dituangkan dalam instrumen kebijakan yang mendukung
Lembaga KolaborasiLembaga Kolaborasi
• Diperlukan kelembagaan yang dapat mengawal agenda peningkatan daya saing.
• Jika lembaga yang sudah ada tidak mencukupi, dibutuhkan dibentuknya lembaga baru
• Diperlukan kelembagaan yang dapat mengawal agenda peningkatan daya saing.
• Jika lembaga yang sudah ada tidak mencukupi, dibutuhkan dibentuknya lembaga baru
PENGERTIAN TENTANG DAYA SAING Beragam definisi ~ perbedaan keberterimaan (acceptability) oleh berbagai kalangan
(misalnya akademisi, praktisi, pembuat kebijakan). PORTER (1990): “There is NO ACCEPTED DEFINITION OF COMPETITIVENESS. Whichever
definition of competitiveness is adopted, an even more serious problem has been there is no generally accepted theory to explain it”.
“Pembedaan” pada beragam tingkatan: Perusahaan (mikro) : definisi yang paling “jelas.” Industri (meso) : walaupun beragam, umumnya dapat dipahami: pergeseran perspektif
pendekatan “sektoral” pendekatan “klaster industri.” Ekonomi (makro) : dipandang sangat penting, walaupun masih sarat perdebatan dan kritik
(latar belakang teori).
Kemampuan/daya tarik (attractiveness); kemampuan membentuk/menawarkan lingkungan paling produktif bagi bisnis, menarik talented people, investasi, dan mobile factors lain, dsb.; dan Kinerja berkelanjutan.
Mikro ~ Perusahaan
Meso ~ Industri
“Makro” ~ Ekonomi
Memiliki pengertian
yang berbeda,
tetapi saling berkaitan
Kemampuan suatu industri (agregasi perusahaan ~ “sektoral” “klaster industri”) menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dari industri pesaing asingnya
Kemampuan suatu perusahaan mengatasi perubahan dan persaingan pasar dalam memperbesar dan mempertahankan keuntungannya (profitabilitas), pangsa pasar, dan/atau ukuran bisnisnya (skala usahanya)
“Tingkatan Analisis” /Dimensi “Sektoral”
“Konteks Telaahan”(Perbandingan) /
Dimensi Teritorial /Spasial
Neg
ara
/ Dae
rah
Lihat mis.: Porter (1990) dan McFetridge (1995)
DAYA SAING (KEUNGGULAN) DAERAH
Kemampuan daerah menciptakan/ mengembangkan dan menawarkan : iklim/lingkungan yang paling produktif bagi
bisnis dan inovasi, daya tarik atau menarik “investasi,” talenta
(talented people), dan faktor-faktor mudah bergerak (mobile factors) lainnya, serta
potensi berkinerja unggul yang berkelanjutan.
Faktor Lokalitas & Konteks GlobalFaktor Lokalitas & Konteks GlobalDAERAH DAERAH ~ Makro~ Makro
• Himpunan SDM & Entitas Organisasi• Hubungan - Jaringan - Interaksi
• Kolaborasi - Sinergi
SISTEM INOVASI - KLASTER INDUSTRISISTEM INOVASI - KLASTER INDUSTRI ~ Meso~ Meso
• SDM• Kompetensi• Spesialisasi
Organisasi/Perus.Organisasi/Perus. ~ Mikro ~ Mikro
MEMBANGUN KEUNGGULAN DAYA SAING DAERAH
ProdukProduk
PRASYARAT PENTING DALAM KONTEKS PENINGKATAN DAYA SAING (Porter, 1997)
1. Perlu ada sense of urgency tentang perbaikan daya saing yang dirasakan bersama secara luas.
2. Perlu dikembangkan suatu paradigma bersama tentang peningkatan daya saing melalui : Perluasan para konstituen yang berpengaruh terhadap
ekonomi (kalangan bisnis, pemerintah, dan lainnya), dan khususnya atas peningkatan daya saing, ke dalam proses.
Proses edukasi dan komunikasi kepada pelaku bisnis, pembuat kebijakan dan stakeholders kunci lain tentang ekonomi modern dan persaingan global beserta tantangan dan peluangnya, dan menariknya ke dalam proses persiapan untuk menghadapinya.
3. Pendekatan berbasis klaster industri merupakan suatu pijakan (platform) dan sekaligus alat yang sangat berguna untuk mempercepat kemajuan (progress).
4. Program yang fokus, terintegrasi dan mendorong sinergi, bukan sebagai upaya yang terpisah, berbeda atau bahkan bertentangan.
PRASYARAT PENTING DALAM KONTEKS PENINGKATAN DAYA SAING (Porter, 1997) (lanjutan)
5. Para aktor perlu melaksanakan peran masing-masing yang berbeda dan lebih sesuai dari masa sebelumnya (berdasarkan mandat dan kompetensi).
6. Keseluruhan upaya harus berorientasi tindakan (bukan sekedar analitis semata), yang berfokus pada elemen yang berpotensi memiliki daya ungkit terbesar bagi peningkatan daya saing.
7. Perlunya perbaikan dialog antar stakeholders kunci.
8. Pengembangan yang saling mendukung melalui upaya paralel pada beragama tingkat dan fungsi.
9. Perkuatan komplementatif antara prakarsa-prakarsa yang relevan.
10. Perlunya kepemimpinan di organisasi para stakeholders kunci.
KOHESI SOSIAL (SOCIAL COHESION)
Karakteristik positif suatu masyarakat berkaitan dengan hubungan antar anggota masyarakat yang bersangkutan (unit-unit dalam masyarakat, termasuk individu, kelompok, asosiasi, dan wilayah) (McCracken, 1998).
Kanada : “Social Cohesion is the ongoing process of developing a community of shared values, shared challenges and equal opportunity within Canada, based on a sense of trust, hope and reciprocity among all Canadians.”
Box 1 - Jenson’s Five Dimensionsof Social Cohesion
Belonging ------------ IsolationInclusion ------------ ExclusionParticipation --------- Non-involvementRecognition --------- RejectionLegitimacy ----------- Illegitimacy
Box 2 – Bernard’s Formal and Substantive Dimensions ofSocial Cohesion
FORMAL SUBSTANTIVEEquality / Inequality Inclusion / ExclusionRecognition / Rejection Belonging / Isolation
Legitimacy / Illegitimacy Participation / Non-involvement
DIMENSI BUDAYA & IKLIM INOVASIDALAM PENINGKATAN DAYA SAING DAN KOHESI SOSIAL
Penadbiran(Governance)
Ekonomi Sosial
Penciptaan nilai untuk “Ekonomi Baru”
Iklim kondusif bagi perkembangan inovasi
Penyampaian/ pelayanan jasa publik
Evolusi masyarakat yang inklusif ~ Kohesi sosial
Iklim
Kemajuan, kemandirian dan keamananan daerah (dan nasional) dalam dunia “tanpa batas” (borderless world)
Kesejahteraan (dan Kedaulatan Negara)
Budaya pembelajaran (learning, unlearning, relearning)
Pembelajaran
Membangun Masyarakat Pembelajar dan InovatifMembangun Masyarakat Pembelajar dan Inovatif(Learning & Innovative Society)(Learning & Innovative Society)
UNSUR-UNSUR PENTING DALAM PENGEMBANGAN DAYA SAING DAERAH
1. Pengetahuan yang merupakan satu di antara sumber daya terpenting dalam pembangunan daya saing daerah;
2. Kemampuan inovasi akan semakin menentukan keberhasilan bisnis/ekonomi daerah yang berdaya saing tinggi;
3. Kompetensi merupakan basis untuk fokus aktivitas produktif eko. daerah;
4. Jaringan/keterkaitan rantai nilai akan menjadi ”pola” aktivitas ekonomi terbaik;
5. Faktor lokalitas semakin menentukan keunggulan dalam persaingan global (keunggulan dalam tata persaingan global semakin ditentukan oleh kemampuan bersaing dengan bertumpu pada potensi terbaik lokal).
Era pengetahuan/inovasi dlm pembangunan daerah
urgensi prakarsa/upaya pembangunan ekonomi urgensi prakarsa/upaya pembangunan ekonomi daerah/lokal yang semakin sarat dengan pengetahuan daerah/lokal yang semakin sarat dengan pengetahuan
akan mendorong peningkatan daya saingakan mendorong peningkatan daya saing daerahdaerah
PengembanganBisnis Baru
PerbaikanBisnis yang Ada
(Existing)
InvestasiDari Luar
(Inward Investment)
Litbangyasa Pasokan teknologi
Daya Saing yang Lebih Tinggi Investasi untuk
Inovasi
ROI yang Lebih Tinggi
Siklus yang Makin Menguat(Dari vicious cycle menjadi virtuous
cycle)Faktor keunggulanlokalitas
Pengetahuan/Teknologi
RantaiPemasokTeknologi
RantaiNilai Produksi
• Akumulasi Aset (Tangible & Intangible)
• Peningkatan Kompetensi
SUMBER KEMAJUAN EKONOMI LOKAL/DAERAH
PENGEMBANGAN DAYA SAING DGN KONSEP KLASTER INDUSTRI
Klaster industri :
kelompok industri spesifik yang dihubungkan oleh jaringan mata rantai proses penciptaan/peningkatan nilai tambah; atau
jaringan dari sehimpunan industri yang saling terkait (industri inti/core industries – yang menjadi “fokus perhatian,” industri pendukungnya/supporting industries, dan industri terkait/related industries), pihak/lembaga yang menghasilkan pengetahuan/ teknologi (termasuk perguruan tinggi dan lembaga penelitian, pengembangan dan rekayasa/litbangyasa), institusi yang berperan menjembatani/bridging institutions (misalnya broker dan konsultan), serta pembeli, yang dihubungkan satu dengan lainnya dalam rantai proses peningkatan nilai (value adding production chain).
“Inti, pendukung, atau terkait” sama pentingnya, bukan menunjukkan yang satu lebih penting dari yang lain;
Pelaku dengan beragam skala usaha (kecil, menengah, besar) berperan pada posisi masing-masing yang paling tepat.
Institusi Pendukung(Supporting Institutions)
Industri Inti(Core Industry)
Pembeli(Buyer)
Industri Pemasok(Supplier Industry)
Industri Terkait(Related Industry)
Industri Pendukung(Supporting Industry)
SKEMATIK MODEL GENERIK KLASTER INDUSTRI
“CIRI” PENDEKATAN KLASTER INDUSTRI:
Market-driven – berfokus pada upaya mempertemukan sisi permintaan dan penawaran ekonomi secara bersama untuk bekerja secara lebih efektif. Inclusive – mencakup perusahaan baik yang berskala besar, menengah, maupun kecil, serta para pemasok dan lembaga-lembaga ekonomi pendukung. Collaborative – sangat menekankan solusi kolaboratif pada isu-isu daerah oleh para partisipan yang termotivasi oleh interesnya masing-masing. Strategic – membantu para stakeholder untuk menciptakan visi strategis daerahnya menyangkut ekonomi generasi berikutnya atas dasar kesepakatan bersama dari beragam pihak yang berbeda, dan mendorong motivasi serta komitmen untuk melakukan tindakan.Value-creating – memperbaiki kedalaman (dengan pemasok yang lebih banyak) dan cakupan (dengan menarik lebih banyak industri) untuk meningkatkan pendapatan daerah.
U.S. Economic Development Administration (1997):
ESENSIAL: PERUBAHAN PARADIGMA
KLASTER INDUSTRIKLASTER INDUSTRISEKTORALSEKTORAL
HimpunanLintas Sektor
SinergiSinergi
SektorTerisolasi
KeterkaitanRantai Nilai
+SektorTerisolasi
SektorTerisolasi
Klaster IndustriKlaster IndustriKlaster IndustriKlaster Industri
Antar NegaraAntar NegaraAntar NegaraAntar Negara
DaerahDaerahDaerahDaerah
NasionalNasionalNasionalNasional
Klaster IndustriKlaster Industri
DaerahDaerah
KLASTER INDUSTRI DAN DAYA SAING
Kemajuan Iptek,Kemajuan Iptek,InovasiInovasi
Kemajuan Iptek,Kemajuan Iptek,InovasiInovasi EBPEBPEBPEBP EkonomiEkonomi
JaringanJaringan
EkonomiEkonomiJaringanJaringan GlobalisasiGlobalisasiGlobalisasiGlobalisasi Faktor-faktorFaktor-faktor
LokalitasLokalitas
Faktor-faktorFaktor-faktorLokalitasLokalitas
KLASTER INDUSTRI ~ PENDEKATAN RANTAI NILAI
AksesPengetahuan, Teknologi & Keahlian
AksesPendanaan Akses kepada Pasar Global
Membangun Keterkaitandan Infrastruktur
Sistem denganKeterkaitan yang Lemah
Fokus padaKekuatan (Potensi Terbaik Setempat)
Sistem denganKeterkaitan yang Lebih Kuat
Menumbuhkembangkan“Pertumbuhan” & “Sebaran”
Potensi bagiPertumbuhan cepat
Industri “Besar” IKM/UKMKeterangan:
Fokus pada ”Rantai Nilai Klaster Industri” dengan dukungan potensi terbaik spesifik lokal/daerah.
LitbangyasaLitbangyasa
PendanaanPendanaan
DemandRelungPasar
Sumber dayaSumber daya
Supply
MENGAPA KLASTER INDUSTRI:KONSEP KLASTER INDUSTRI DAN KEMANFAATANNYA
ManfaatBagi
Pelaku Bisnis
Manfaat bagiPerguruan Tinggi/Lembaga Litbang
ManfaatBagi
PerkembanganInovasi
Manfaatbagi
PembuatKebijakan danStakeholders
lain
Potensi Daya SaingAtas
PerkembanganKapasitas inovasi
Kolaborasi SinergisSesuai Kompetensi
MANFAATPLATFORMKLASTERINDUSTRI
Keterkaitan dan Dukungan bagi PeningkatanRantai Nilai Tambah
Peran danIntervensi yang
Lebih Tepat
EKONOMIEKSTERNAL
PATHDEPENDENCE
LINGKUNGANINOVASI
KOMPETISIKOOPERATIF
PERSAINGAN/RIVALITAS
EFISIENSIKOLEKTIF
TINDAKANKOLEKTIF
Teori/Konsep
Industrial District
Memungkinkan suatu kerangka bagi kolaborasi
Meningkatkan pertambahan nilai
Membantu pengembangan agenda bersama
Menghimpun sumber daya kolektif
Memperoleh manfaat ekonomi dari skala (Membantu pencapaian skala ekonomi / economies of scale)
Pemasaran bersama
Memfasilitasi pengembangan tingkat kompetensi yang lebih tinggi
Mempengaruhi hubungan pemasok dan pembeli
Kerjasama bisnis untuk memperkuat industrinya
Berbagi informasi
Membantu mengurangi kekhawatiran persaingan antar-industri
Aliansi strategis nasional maupun internasional
Menciptakan keragaman sumber tenaga terampil yang lebih besar
Memperbaiki infrastruktur keras dan lunak daerah
Meningkatkan produktivitas Pengakuan nasional dan internasional
MANFAAT UMUM
MANFAAT “PENDEKATAN KLASTER”
Keterlibatan dalam dialog konstruktif atau proses partisipatif antara pelaku bisnis, pemasok kunci, pembeli dan stakeholder kunci lain di daerah.
Memperkuat keterkaitan yang saling menguntungkan antar stakeholder, seperti misalnya antara penyelenggara pendidikan dengan industri, penyedia teknologi dengan pengguna, investor dan lembaga keuangan/pembiayaan dengan perusahaan yang ada atau yang baru, dan lainnya.
Penyediaan kerangka penyediaan infrastruktur yang lebih terarah sesuai dengan kebutuhan dunia usaha.
Memungkinkan investasi infrastruktur informasi yang terakseskan dan mempunyai daya dongkrak (leverage impact) signifikan untuk meningkatkan kinerja klaster.
Memfasilitasi penyesuaian sistem administratif layanan pemerintah daerah untuk mendorong peningkatan produktivitas klaster.
Pendekatan klaster dapat mencapai suatu dampak yang signifikan pada pembangunan ekonomi daerah melalui:
Sumber : Diadopsi dari Roelandt dan den Hertog (1998):
• Investasi inward yang berkualitas• Capaian ekspor
• Perusahaan yang mampubersaing secara global
• Pengembangan/penumbuhanperusahaan pemula (baru)
• Peningkatan inovasi• Perkembangan perusahaan setempat
Keunggulan Daya Saing DaerahKeunggulan Daya Saing DaerahKeunggulan Daya Saing DaerahKeunggulan Daya Saing Daerah
MendorongMendorongPerkembangan EkonomiPerkembangan Ekonomi
MendorongMendorongPerkembangan EkonomiPerkembangan Ekonomi
• Pengembangan infrastruktur• Spin-off / spin out litbang
dan pengetahuan• Capaian ekspor
• Pasar tenaga kerja yang kompetitif• Industri berbasis pengetahuan/teknologi
• Keterampilan tinggi
MembangunMembangunKekuatan DaerahKekuatan Daerah
MembangunMembangunKekuatan DaerahKekuatan Daerah
Peningkatan Capaian danPeningkatan Capaian danPeningkatan KapasitasPeningkatan Kapasitas
Peningkatan Capaian danPeningkatan Capaian danPeningkatan KapasitasPeningkatan Kapasitas
Klaster-klaster IndustriKlaster-klaster IndustriKlaster-klaster IndustriKlaster-klaster Industri
PERAN KI DALAM MEMBANGUN KEUNGGULAN DAYA SAING DAERAH
CONTOH MANFAAT BAGI UKM
Skala Ekonomi : Membuka peluang dan secara empiris sudah terbukti sebagai suatu alat (means) yang baik untuk mengatasi hambatan akibat ukuran (skala bisnis) UKM dan berhasil mengatasi persaingan dalam suatu lingkungan pasar yang semakin kompetitif. Pendekatan ini membantu upaya yang lebih fokus bagi terjalinnya jaringan bisnis, sehingga UKM individual dapat mengatasi masalah akibat ukuran (skala) dan memperbaiki posisi kompetitifnya;
Akses terhadap Sumber Produktif dan Pasar : Melalui kerjasama horizontal (misalnya bersama UKM lainnya yang menempati posisi yang sama dalam mata-rantai nilai/value chain) secara kolektif perusahaan-perusahaan dapat mencapai skala ekonomis melampaui jangkauan perusahaan kecil individual dan dapat memperoleh pembelian input dalam skala yang ekonomis, mencapai skala optimal dalam penggunaan peralatan, dan menggabungkan kapasitas produksi untuk memenuhi order skala besar;
CONTOH MANFAAT BAGI UKM (lanjutan)
Spesialisasi / Kompetensi : Melalui kemitraan horizontal ataupun integrasi vertikal (dengan UKM lainnya maupun dengan perusahaan besar dalam mata-rantai nilai), perusahaan-perusahaan dapat memfokuskan ke bisnis intinya dan memberi peluang ekonomi eksternal atas ketersediaan tenaga kerja yang lebih terspesialisasi;
Proses Pembelajaran : Kerjasama antar-perusahaan juga memberi kesempatan tumbuhnya ruang belajar secara kolektif dimana terjadi pengembangan saling-tukar pendapat dan saling-bagi pengetahuan dalam suatu usaha kolektif untuk meningkatkan kualitas produk dan pindah ke segmen pasar yang lebih menguntungkan;
Efisiensi Kolektif (dari Ekonomi Eksternal dan Tindakan Kolektif) : Selain itu, jaringan bisnis di antara perusahaan, penyediaan jasa layanan usaha (misalnya institusi pelatihan, sentra teknologi, dan sebagainya) dan perumus kebijakan lokal, dapat mendukung pembentukan suatu visi pengembangan bersama di tingkat lokal dan memperkuat tindakan kolektif untuk meningkatkan
Daya saing UKM.
BEBERAPA PRAKARSA YG DILAKUKAN DI SUMEDANG DENGAN MITRA KERJA :
Grand Strategy : Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kabupaten (dengan pengembangan klaster-klaster industri sebagai platform program)
Pembentukan Lembaga Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kab. Sumedang
Prakarsa-prakarsa klaster industri (beberapa klaster industri dengan basis pangan olahan dan industri kerajinan kayu)
Revitalisasi “Saung Budaya” (?) Pendampingan kelompok perajin kayu (ukiran) dan PJPB
(BDSP) Ikopin Pengembangan KAS (Kawasan Agroteknologi Sumedang) Tahun 2004: tindak lanjut dan perluasan program, antara
lain: satu paket program khusus BPPT (beberapa kegiatan), dan program dampingan dari Pemda
Toko Bahan bangunanTanjungsari
Usaha Besi TempaCibeusi
Jasa Pengiriman Swasta
Sentra Industri Kerajinan Kayu Cibeusi, Sumedang
BNI 46
Outlet di Bali
Eksportir dr Jkt PT Perhutani
PT Propan
BPPT
PT Perhutani
DisperindagDinas UKMLIPI - SubangBapeda
Industri Kayu Cimasuk
Industri Kayu Cipacing
Pasaraya GrandeJakarta
Outlet di KemangJakarta
PT. Al-Ihsan Kriya Nusantara
PT. Al-Ihsan Kriya Nusantara
Broker Eksportir
Art Shop di Bandung
Batam
Kalimantan
PemasokPemasok PasarPasar
Industri
terkait
Industri
terkait
Industripendukung
Industripendukung
Lembaga
Pendukung
Lembaga
Pendukung
MAPPING KLASTER INDUSTRI BERBASIS KAYUCIBEUSI SUMEDANG
PELAJARAN YANG DAPAT DIPETIK(DARI BEBERAPA PENGALAMAN BPPT)
1. Hambatan terbesar : struktur penganggaran & bureaucratic rigidity.
2. Faktor Keberhasilan yang penting : Potensi lokal yang “khas/unik”; Kehendak/motivasi kuat pelaku bisnis dan mitra kerja (terutama untuk
berubah ke arah perbaikan); Local champions ~ Individu setempat dengan kepeloporan tinggi; Konteks (dan/atau faktor) kolaborasi dalam pengembangan UKM
semakin menentukan keberhasilan di arena persaingan global (tetapi bukan karena euforia atau sentimentalisme atas “usaha kecil”);
Perlunya “platform bersama” (common platform) untuk membangun sinergi peningkatan daya saing UKM.
3. Tantangan terbesar : Perubahan paradigma (personil internal & mitra kerja dan pola sektoral
yang masih sangat terkotak-kotak). Perlu perbaikan paradigma (pola pikir, sikap dan tindakan) segenap aktor/pelaku (pelaku bisnis, pihak non-pemerintah, pemerintah) dalam menjalankan peran masing-masing;
Komitmen; Konsistensi; Semakin siap dengan beragam paradoks dari perubahan.
DINAMIKA PEMBANGUNAN DESA DI KABUPATEN SUMEDANG
Kekuatan Mayoritas penduduk desa merupakan usia angkatan kerja
(produktif) mencapai 66,06 % Potensi sumber daya alam desa yang cukup melimpah dan
beberapa potensi unggulan khas Masih terpeliharanya budaya gotong royong
Kelemahan Kualitas sumber daya aparatur desa belum optimal Penduduk miskin yang berada di pedesaan masih cukup besar Sarana infrastruktur pedesaan masih terbatas Keterbatasan kemampuan untuk mengolah dan memanfaatkan
potensi yang dimiliki.
Peluang Adanya Dana Alokasi Desa (baik umum maupun
khusus yang setiap tahunnya makin meningkat) serta adanya tunjangan bagi aparatur desa
Adanya program Raksa Desa serta program SKPD lainnya yang masuk desa
Adanya pembinaan yang intensif dari tingkat kecamatan dan kabupaten
Terbukanya pasar bagi produk-produk lokal yang mempunyai keunggulan khas
Ancaman Berkembangnya budaya konsumeristif Meningkatnya harga kebutuhan pokok Belum optimalnya koordinasi antar sektor (SKPD)
dalam mendorong pembangunan desa Globalisasi dan perdagangan bebas
KONDISI EXISTING PEDESAAN DI KABUPATEN SUMEDANG
1. Tingginya Angka Kemiskinan
Dari 262 Desa yang tersebar di 26 Kecamatan Jmlh perkembangan pddk miskin dengan berbagai alasan terus meningkat
NoTahun 2002
Tahun 2003 Tahun 2004
Tahun 2005 Tahun 2006
PRAKS
KS.I PRAKS
KS.I PRAKS
KS.I PRAKS
KS.I PRAKS
KS.I
1. 1.701 40.747 1.689 44.184 1.605 48.016 2.545 51.539 8.692 65.453
Total 42.448 45.873 49.621 54.084 74.145
KONDISI EXISTING PEDESAAN DI KABUPATEN SUMEDANG
2. Rendahnya Kualitas Infrastruktur Pendidikan Dasar
Dari 262 Desa yang tersebar di 26 Kecamatan dpt dilihat Kualitas Infrastruktur Pendidikan Dasar
No Kondisi Jumlah Total
1 Rusak Ringan 693
2 Rusak Sedang 963
3 Rusak Berat 1056
KONDISI EXISTING PEDESAAN DI KABUPATEN SUMEDANG
3. Rendahnya Kualitas Infrastruktur Jalan Desa
Dari 262 Desa yang tersebar di 26 Kecamatan dpt dilihat Kualitas Infrastruktur jalan Desa sebagai berikut :
No Kondisi Jalan 2005 2006
1 Jalan beraspal baik/sedang
36,761 km 36,761 km
2 Jalan beraspal Rusak 253,925 km 253,925 km
3 Jalan berbatu 436,898 km 436,898 km
4 Jalan tanah 13,773 km 13,773 km
Panjang Total 1.692,208 km 1.714,668 km
KONDISI EXISTING PEDESAAN DI KABUPATEN SUMEDANG4. Tingginya Jumlah Pengangguran dipedesaan5. Rendahnya Akses Lapangan Pekerjaan dan akses ekonomi di
pedesaan6. Semakin berkurangnya Luas Lahan Areal pertanian sebagai sumber
mata pencaharian masyarakat di pedesaan. ( Mata pencaharian penduduk Kabupaten Sumedang sebagian besar
terkonsentrasi di sektor pertanian sebanyak 44,4% diikuti oleh sektor perdagangan besar/kecil, hotel dan restoran sebesar 19% sektor industri 17,10% dan sektor pemerintahan dan hankam 15,94% dari total jumlah penduduk. )
7. Kondisi Gizi Buruk dan rentannya masalah kesehatan Dan sejumlah permasalahan lain yang melingkupi masyarakat
ditingkat pedesaan.Sumuanya itu membutuhkan perhatian dan penanganan yang serius dari pemerintah, khususnya pemerintah daerah dalam konteks pembangunan desa di Kabupaten Sumedang
PROSPEK PEMBANGUNAN DESA KE DEPAN DI KAB. SUMEDANG
Pembangunan desa ke depan harus diarahkan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat desa dalam kerangka semangat otonomi desa
Pembangunan desa perlu ditopang oleh kuatnya modal sosial masyarakat desa
Berbagai bantuan ke desa hendaknya ditempatkan sebagai sebuah stimulan
Pembangunan desa harus didasarkan pada sebuah perencanaan, baik yang bersifat jangka pendek maupun jangka menengah
Perencanaan jangka menengah desa di Kabupaten Sumedang dituangkan dalam sebuah Rencana Umum Pengembangan Otonomi Desa (RUPOD)
VISI PENGEMBANGAN OTONOMI DESA DI KABUPATEN SUMEDANG :
“Terwujudnya Akselerasi Pengembangan Otonomi Desa Guna Mendukung Pencapaian Visi Kabupaten
Sumedang Tahun 2008“
VISI KABUPATEN SUMEDANG :
“Terwujudnya Kabupaten Sumedang sebagai daerah Agribisnis dan Pariwisata yang didukung oleh
masyarakat beriman dan bertakwa, yang maju dan mandiri, sehat, demokratis, berwawasan lingkungan
serta menjunjung tinggi hukum “
AKSELERASI PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH BERBASIS OTONOMI DESA PERLU DIDUKUNG MELALUI
Peningkatkan Kapasitas Menejemen Pemerintahan Desa & Menejemen Pemb. Desa
Peningkatkan dan Pengembangan Kualitas SDM masy. Desa melalui berbagai program pelatihan dan kecakapan live skill
Peningkatkan Kapasitas Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam mengelola berbagai potensi dan komoditas unggulan yg dimiliki
PERSPEKTIF PENGUATAN PEMBANGUNAN DESA DARI SUDUT PANDANG PEMERINTAH DAERAH DIWUJUDKAN MELALUI DESENTRALISASI FISKAL
Dari sejak Tahun 2003 Pemerintah Sumedang dalam mengisi diskresi otonomi Daerahnya telah melakukan langkah-langkah penguatan kepada desa melalui Desentralisasi fiskal dalam bentuk Dana Perimbangan Desa pada saat itu, yang kemudian sekarang disebut dengan istilah DADU ( Dana Alokasi Desa Umum ) DAK
Desentralisasi Fiskal tersebut dari tahun ketahun menunjukkan kcenderungan peningkatan yang cukup signifikan
DARI PERSPEKTIF MASYARAKAT YANG DIHARAPKAN
Konteks pembangunan desa dapat dimaknai sebagai suatu upaya untuk mencari terobosan kreatif dan inovatif untuk mengimbangi upaya pemerintah daerah yang selama ini telah dilakukan, melalui kebijakan Desentralisasi fiskalnya, sehingga tidak ada kesan masy. Hanya berharap dari apa yang diberikan oleh pemerintah daerah.
Masyarakat diharapkan pula mampu mengarahkan pemanfaatan sumber-sumber pembiayaan yang ada, baik melalui dana desentralisasi fiskal desa maupun bantuan keuangan lainnya yang diorientasikan ke desa, kearah pengembangan ekonomi produktif yang dampaknya secara langsung dapat dirasakan oleh masyarakat.
Masyarakat Diharapkan pula mampu menggali berbagai potensi yang dimiliki berbasis keunggulan desa masing-masing melalui pemetaan potensi yang berbasis data aktual desa, untuk mengisi diskresi otonomi desa sebagimana yang telah diarahkam dalam RUPOD untuk mewujudkan kemandirian desa yang sesungguhnya melalui pendekatan 5 aktifitas social enginering
DENGAN DEMIKIAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KABUPATEN BERBASIS PEDESAAN DIORIENTASIKAN UNTUK
1. Mampu menyeimbangkan upaya pemangunan desa dalam konteks otonomi desa melalui upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah baik melalui kebijkan desentralisasi fiskal ke desa maupun bantuan keuangan desa lainnya yang diimbangi oleh kesiapan Masyarakat di tingkat pesedaan untuk memberdayakan diri dan potensi yang dimilikinya secara optimal, yang diarahkan pada pengembangan ekonomi produktif.
2. Mampu merubah mainset berfikir masyarakat bahwa dalam konteks pemb. desa masyarakat hrs berperan aktif, berfikir kreatif dan inovatif yang mendorong kemajuan desa dalam mengisi diskresi otonominya dengan berbasiskan potensi riil dan sumber daya yang dimiliki, sehingga dgn majunya desa akan memperkuat majunya daerah, kuatnya desa akan memperkuat daerah
A. Peningkatan Kapasitas menejemen Pemerintahan Desa dan pembangunan Desa melalui kebijakan :
1. Optimalisasi pelaksanaan kewenangan yang dimiliki desa, melalui program :
Identifikasi dan Klasifikasi kewenangan yang dimiliki oleh Desa;
Penyusunan Perangkat Legislasi dan Petunjuk Pelaksanaan tentang Kewenangan Desa;
Sinkronisasi dan koordinasi pelaksanaan Tugas Pembantuan dari Pemerintah Supra Desa kepada Desa.
2. Peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah Desa, melalui program :
Penataan organisasi Pemerintahan Desa; Optimalisasi ketatalaksanaan adminitrasi
pemerintahan Desa; Pengembangan budaya organisasi pada
pemerintahan Desa.
3. Peningkatan pembinaan aparat pemerintahan desa, melalui program :
Penataan personil pemerintahan desa; Peningkatan kualitas SDM aparat Desa melalui
pendidikan dan pelatihan; Pengembangan kompetensi aparat Desa.
4. Peningkatan efektivitas penerimaan dan pengelolaan keuangan/pembiayaan Desa, melalui program :
Optimalisasi penerimaan dari Pendapatan Asli Desa; Pengembangan Badan Usaha Milik Desa; Peningkatan kompetensi pengelolaan keuangan bagi
aparat Desa; Penyempurnaan perangkat peraturan dan petunjuk
pelaksanaan pengelolaan Alokasi Dana Desa; Penyempurnaan manajemen dan sistem penganggaran
serta pertanggungjawaban keuangan desa.
5. Peningkatan ketersediaan dan optimalisasi pemanfaatan perlengkapan / sarana dan prasarana pemerintahan desa, melalui program :
Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana pemerintahan desa untuk menunjang pelayanan kepada masyarakat;
Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan Desa.
6. Peningkatan efektivitas fungsi perencanaan melalui : Optimalisasi fungsi perencanaan dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan Desa;
Optimalisasi pelaksanaan fungsi LPMD sebagai lembaga perencana di tingkat desa;
Optimalisasi dan efektivitas forum Musyawarah Pembangunan tingkat Desa.
7. Peningkatan efektivitas fungsi pengawasan, melalui program :
Peningkatan efektivitas pengawasan Pemerintah Supra Desa;
Peningkatan efektivitas pengawasan masyarakat dan lembaga-lembaga kemasyarakatan.
8. Mengoptimalkan fungsi BPD sebagai lembaga perwakilan di tingkat Desa, melalui program :
Penyempurnaan/penyesuaian Perda tentang BPD; Optimalisasi pelaksanaan fungsi representasi BPD; Peningkatan kompetensi legislasi anggota BPD.
9. Pendayagunaan fungsi dokumentasi dan kearsipan, melalui program:
Peningkatan kualitas ketatalaksanaan dan ketatausahaan administrasi desa;
Peningkatan kualitas pengarsipan administrasi desa.
B. Peningkatkan dan Pengembangan Kualitas SDM melalui berbagai program pelatihan dan kecakapan live skill masy Desa, melalui kebijakan :
1. Peningkatan kualitas pendidikan individu masyarakat perdesaaan, melalui program :
Peningkatan ketersediaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan dasar dan menengah di pedesaan;
Peningkatan layanan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau di pedesaan;
Pengembangan pendidikan kejuruan yang menunjang pengembangan potensi ekonomi lokal pedesaan.
2. Peningkatan kualitas kesehatan individu masyarakat perdesaan, melalui program :
Peningkatan ketersediaan dan perbaikan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan di pedesaan;
Peningkatan kualitas layanan kesehatan di pedesaan; Perbaikan gizi masyarakat Desa, khususnya anak balita
dan ibu hamil; Perbaikan sanitasi lingkungan perdesaan; Pengembangan perilaku sehat masyarakat Desa.
3. Peningkatan kualitas ekonomi khususnya kemampuan daya beli perorangan masyarakat Desa, melalui program :
Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana perekonomian di perdesaan;
Pengembangan kawasan agrobisnis dan agrowisata berbasis kawasan perdesaan dan pemberdayaan masyarakat Desa;
Penyertaan investasi masyarakat Desa dalam kegiatan usaha agrobisnis dan pariwisata;
Pengembangan usaha ekonomi lokal pedesaan berdasarkan keunggulan produk lokal dan wilayah (one village - one product).
C. Meningkatkan Kapasitas Pemberdayaan Masyarakat Desa melalui kebijakan :
1. Peningkatan Partisipasi Masyarakat Desa dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pengawasan kegiatan pemerintahan dan pembangunan Desa serta kesadaran berpolitik, melalui program :
Peningkatan peran serta seluruh stakeholder desa dalam proses perencanaan di tingkat Desa (Musrenbang Tingkat Desa);
Peningkatan peran serta langsung masyarakat dalam kegiatan pembangunan desa melalui kegiatan gotong royong dan swadaya masyarakat;
Peningkatan peran serta dan akses perempuan dalam kegiatan pemerintahan dan pembangunan desa;
Pembinaan dan pendidikan politik bagi masyarakat desa;
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan poltik lokal dan nasional.
2. Peningkatan fungsi kontrol sosial masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan Desa, melalui program :
Optimalisasi peran serta masyarakat dalam mengawasi jalannya pemerintahan desa;
Pengembangan transparansi penyelenggaraan pemerintahan desa.
3. Peningkatan hubungan berpemerintahan antara pemerintahan Desa dengan masyarakat yang sinergis dan harmonis, melalui program :
Peningkatan sosialisasi program-program pembangunan di tingkat desa;
Peningkatan responsibilitas Pemerintah Desa terhadap masalah-masalah kemasyarakatan;
Peningkatan kualitas layanan administrasi bagi masyarakat di tingkat desa.
4. Peningkatan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan Desa, melalui program :
Pengembangan manajemen informasi penyelenggaraan pemerintahan desa;
Peningkatan akseptabilitas pemerintah desa.
PENUTUP
1. Faktor “lokalitas” sangat penting di era global. Agenda pembangunan ekonomi daerah/lokal perlu: Bertumpu pada potensi terbaik setempat potensi
keunggulan perlu memiliki fokus strategis (yang sekaligus dapat) menjadi agenda kolektif
multipihak untuk bersinergi2. Perlu terus mendorong prakarsa lokal & proses partisipatif
dalam pembangunan.3. Meningkatkan kesadaran agar pengetahuan/teknologi dan
inovasi semakin menjadi elemen kunci pembangunan ekonomi setempat.
4. Pendekatan Klaster Industri merupakan suatu alternatif platform bersama (common platform) multi pihak bagi peningkatan daya saing UKM dan daerah.
TERIMA KASIHSELAMAT MELAKSANAKAN KKN
SEMOGA SUKSES
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda ) Kabupaten SumedangJl. Prabu Geusan Ulun No. 36 Sumedang