JUST DO SOMETHING - LAKUKANLAH SESUATU
-
Upload
perkantas-jawa-timur -
Category
Documents
-
view
244 -
download
5
description
Transcript of JUST DO SOMETHING - LAKUKANLAH SESUATU
Literatur Perkantas Jawa timur
J u s t D o S o m e t h i n g !(Lakukanlah Sesuatu!)
Sebuah Pendekatan yang Membebaskan untuk Menemukan Kehendak Allah
oleh Kevin De Young
This book was first published in the United States by Moody Publishers, 820 N. LaSalle Blvd., Chicago, IL 60610
with the title Just Do Something, copyright ©2009 by Kevin DeYoungTranslated by permission
Alih Bahasa: Slamat P. SinambelaEditor: Milhan K. Santoso, Bayu Pandu Purwadianto
Penata Letak: Milhan K. SantosoDesain Sampul: Meliana S. Dewi
Hak cipta terjemahan Indonesia:Literatur Perkantas Jawa Timur
Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292Telp. (031) 8413047, 8435582; Faks. (031) 8418639
E-mail: [email protected]
Literatur Perkantas Jatim adalah sebuah divisi pelayanan literatur di bawah naungan Persekutuan
Kristen Antar Universitas (Perkantas) Jawa Timur. Perkantas Jawa Timur adalah sebuah kegerakan
yang melayani siswa, mahasiswa, dan alumni di sekolah dan universitas di Jawa Timur.
Perkantas Jatim adalah bagian dari Perkantas Indonesia. Perkantas sendiri adalah anggota dari
pergerakan International Fellowship of Evangelical Students (IFES). Untuk informasi lebih lanjut
mengenai kegiatan yang ada secara lokal maupun regional di Jawa Timur dapat menghubungi melalui
e-mail: [email protected], atau mengunjungi Website Perkantas Jatim di www.perkantasjatim.org
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
ISBN: 978-602-18547-1-6
Cetakan Pertama: Februari 2013
Hak cipta di tangan penerbit. Seluruh atau sebagian dari isi buku ini tidak boleh diperbanyak, di-simpan dalam bentuk yang dapat dikutip, atau ditransmisi dalam bentuk apa pun seperti elektronik, mekanik, fotokopi, rekaman, dlsb. tanpa izin dari penerbit.
Kepada kedua kakek saya yang pekerja keras, takut akan Tuhan, dan luar biasa
Peter De Young danMenser Vanden Heuvel
........... DAFTAR ISI .........
PRAKATA .......................................................................... 7
1 Jalan Panjang Tak Berujung ............................. 11
2 Kehendak Allah dalam Bahasa Kekristenan ... 17
3 Ditantang Secara Terarah ................................. 31
4 Allah Kita yang Seperti Bola 8 Ajaib ............... 51
5 Sebuah Cara yang Lebih Baik .......................... 67
6 Bimbingan yang Biasa-Biasa Saja dan
Kejutan-Kejutan yang Supernatural ................ 77
7 Sarana Pertukaran ............................................. 93
8 Jalan Hikmat ....................................................... 109
9 Pekerjaan, Pernikahan, dan Kehendak Allah ... 123
10 Akhir Permasalahan ........................................... 143
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................. 153
CATATAN .......................................................................... 155
............. PRAKATA ...........
Kehendak Allah-lah bagi Anda membaca buku ini. Ya,
saya mengatakannya kepada Anda. Apa yang mem-
buat Anda tanpa merasa ragu “tiba-tiba saja” meng-
ambil buku ini dan membuka lembarannya lalu mulai mem-
baca? Sungguh itu adalah suatu tanda. Dari jutaan buku di
dunia, Anda menemukan buku ini. Wow... Saya gemetar.
Jangan lewatkan momen yang dirangkai secara ilahi ini. Jika
Anda melewatkan momen ini, maka akan tercipta peluang
besar Anda akan sepenuhnya melewatkan kehendak Allah
sepanjang kehidupan Anda dan akan menghabiskan masa
hidup Anda dalam kesengsaraan dan penyesalan.
Nah, karena saya sudah menakut-nakuti Anda, izinkan
saya mengakui bahwa segala sesuatu yang tertulis di atas
sepenuhnya merupakan omong kosong. Itu ngawur belaka.
Itu tidak benar sama sekali. Sebenarnya, saya tidak tahu
apakah membaca buku ini merupakan kehendak Allah bagi
Anda. Namun saya berpikir bahwa membaca buku ini meru-
. . . . . J U S T D O S O M E T H I N G . . . . .
8
pakan suatu gagasan yang amat baik.
Jika Anda terburu-buru berpikir tentang kehendak Allah
dengan gambaran yang begitu menakutkan, maka buku ini
akan membantu Anda meluruskannya. Kevin DeYoung adalah
seorang pendeta yang terampil, teolog yang tajam, dan
seorang komunikator yang jelas. Dia memberikan muatan yang
serius tetapi membuatnya mudah diserap dan dimengerti.
Dalam buku Lakukanlah Sesuatu, Kevin akan menunjukkan
apa yang membuat kita tersandung dan tidak dapat maju
dalam membuat keputusan. Dia akan berbicara mengenai
bagaimana Allah berbicara pada kita dan apa artinya dipimpin
oleh hikmat-Nya. Dengan cara yang lembut dan penuh kasih
dia akan menantang Anda. Suatu kesempatan baik bahwa An-
da memilih beberapa cara yang keliru mengenai permasalah-
an ini. Saya suka cara omong kosong yang ditampilkan Kevin
untuk membawa kita kembali pada kebenaran: “Allah bukan-
lah 8 bola ajaib yang kita goncangkan lalu kita tengok kapan
pun kita perlu membuat keputusan. Dia adalah Allah yang
memberi kita otak, menunjukkan pada kita jalan ketaatan,
dan mengundang kita untuk mengambil risiko bagi-Nya.
Saya adalah seorang pendeta. Dan pujian tertinggi yang
bisa saya berikan pada buku ini adalah bahwa buku ini meru-
pakan buku baru saya tentang pembuatan keputusan dan
“menemukan kehendak Allah.” Jika Anda berada di gereja
saya dan Anda mendatangi saya dan berkata, “Saya meng-
hadapi suatu keputusan besar yang harus saya buat (pernikah-
an, pekerjaan, rumah, dsb), dan saya perlu mengetahui apa
yang Tuhan kehendaki untuk saya perbuat.” Maka saya akan
meletakkan buku ini di tangan Anda.
. . . . . P R A K ATA . . . . .
9
Sungguh membebaskan dan menguatkan dan bahkan jika
buku ini nantinya memberikan pukulan di kepala Anda (yang
akan terjadi sesekali), namun Anda akan menjadi lebih baik
karenanya. Anda akan berpikir lebih jelas dan lebih alkitabiah.
Jadi bacalah buku ini. Anda akan menjadi lebih bijaksana
karenanya.
Joshua Harris Pendeta Senior Gereja Covenant Life dan penulis buku I Kissed Dating Goodbye
.................. 1 ...................
JALAN PANJANGTAK BERUJUNG
Saya tumbuh besar bersama Tinkertoy (mainan menyu-
sun bangun). Seperti kebanyakan orang Amerika se-
lama lebih dari seratus tahun terakhir, keluarga kami
memiliki sebuah tabung panjang klasik yang dipenuhi de-
ngan tongkat-tongkat, roda-roda kayu, dan beberapa peng-
hubung berwarna-warni. Pada tahun 1913, Tinkertoy mulai
dipasarkan (saat ini dimiliki oleh Hasbro) dan telah terjual kurang
lebih 2,5 juta set mainan setiap tahunnya selama hampir
100 tahun. Pencetus set konstruksi Tinkertoy—yang pada
mulanya dijual seharga 60 sen dan disebut dengan sebutan
yang menarik “Pembangun Ribuan
Keajaiban”—adalah Charles Pajeau
dan Robert Petit, yang memimpikan
permainan tersebut ketika mereka
mengamati anak-anak bermain se-
cara sembarangan dengan bebera-
pa pensil, tongkat, dan gelendong
. . . . . J U S T D O S O M E T H I N G . . . . .
12
benang yang kosong.
Hampir seabad berlalu namun masih tetap ada yang tidak
tertarik dengan Tinkertoy, terlebih lagi pada zaman digital di
mana anak-anak jarang pergi kemana pun, tanpa mikrochip
dengan sepaket hiburan dalam genggaman tangan mere-
ka. Anak-anak masih menyukai Tinkertoy karena anak-anak
senang permainan susun-acak.
Dan jelas sekali, begitu juga dengan orang dewasa.
Di dalam buku After the Baby Boomers: How Twenty-and Thirty-Somethings are Shaping the Future of American Re-ligion, Robert Wuthnow menggambarkan orang berusia 21
sampai 55 tahun sebagai tukang bermain susun-acak segala
sesuatu.1 Kakek dan nenek kita adalah generasi pembangun
(generasi yang tumbuh selama masa depresi besar dan ber-
perang dalam Perang Dunia II). Orangtua kita adalah genera-
si yang mengalami lonjakan populasi (ini merujuk pada angka
kelahiran bayi yang cukup tinggi dan tiba-tiba, biasa dise-
but generasi baby boomers). Dan generasi saya? Kita adalah
generasi yang bermain susun-acak dengan segala sesuatu.
Tentu saja sebagaimana yang ditekankan oleh Wuthnow, ber-
main susun-acak bukanlah hal yang buruk. Mereka yang suka
bermain susun-acak tahu bagaimana berimprovisasi, meng-
khususkan, memisahkan sesuatu, dan menarik orang-orang
untuk berkumpul bersama dari ribuan tempat yang berbeda.
Tetapi suka bermain susun-acak juga berarti plin-plan, berla-
wanan, dan tidak stabil. Kita melihat suatu generasi anak mu-
da yang sedang bertumbuh (misalnya) yang bermain-main
dengan doktrin, bermain-main dengan gereja, bermain-main
dengan pacar, bermain-main dengan jurusan-jurusan kuliah,
. . . . . JALAN PANJANG TAK BERUJUNG . . . . .
13
bermain-main tentang tinggal bersama orang tua mereka,
dan bermain-main dengan praktik-praktik kerohanian, tidak
peduli betapa pun tidak termaafkan atau menyimpangnya
tingkah laku mereka.
Kita tidak konsisten. Kita tidak stabil. Kita tidak terikat de-
ngan apa pun. Kita tidak yakin apakah kita membuat keputus-
an yang benar. Hampir setiap waktu, kita bahkan tidak bisa
membuat keputusan. Dan kita tidak menjalankannya. Semua
ini berarti bahwa sebagai kaum muda Kristen, kita kurang
berbuah dan kurang setia dari pada yang seharusnya.
Harus diakui, orang muda cenderung datang dengan se-
jumlah besar semangat kemudaan . Dan semangat kaum mu-
da memunculkan ketidakjelasan keputusan dan ketidakstabil-
an. Kaum dewasa muda yang suka bermain susun-acak tidak
terbatas pada generasi apapun. Generasi baby boomers dan
mungkin bahkan generasi pembangun, bermain-main ten-
tang Allah dan kehidupan pada saat mereka masih berada
dalam masa dewasa muda. Namun, perbedaannya dengan
generasi saya adalah masa dewasa muda sekarang semakin
panjang dan lama. Dahulu usia 30 tampak sudah tua dan jauh
meninggalkan masa muda tetapi sekarang tidak lagi umum
terdengar kata “tua” untuk usia 40-an.
Pertimbangkanlah data statistik ini: Pada tahun 1960, 77
persen perempuan dan 65 persen laki-laki menyelesaikan
semua masa peralihan utama menuju kedewasaan pada usia
30. Peralihan ini mencakup meninggalkan rumah, menyele-
saikan studi, menjadi mandiri secara keuangan, menikah, dan
memiliki anak. Pada tahun 2000, hanya 46 persen perempuan
dan 31 persen laki-laki yang telah menyelesaikan masa transisi
. . . . . J U S T D O S O M E T H I N G . . . . .
14
ini pada usia 30 tahun.2 Sungguh menarik perhatian saya un-
tuk memikirkan bahwa kurang dari sepertiga laki-laki pada usia
saya yang telah menyelesaikan studi, keluar dari rumah, meni-
kah dan memiliki anak-anak, serta memunyai pekerjaan untuk
membayar tagihan-tagihan. Adultolescence (masa pubertas
yang berlarut-larut, peralihan masa remaja ke masa dewasa
yang tertunda) adalah satu hal baru yang dianggap normal.
Sekarang, saya tahu ada begitu banyak alasan yang baik
mengapa seseorang mungkin masih bersekolah pada usia 30-
an. Bagaimanapun juga, menyelesaikan berbagai strata pen-
didikan tinggi membutuhkan waktu yang panjang. Dan saya
menyadari ada beberapa alasan yang masuk akal mengapa
seorang berusia 30 tahun masih harus hidup bersama orang
tuanya (misalnya: karena penyakit, pemutusan hubungan
kerja yang tidak diharapkan, atau perceraian). Terkait dengan
pernikahan, mungkin Anda memiliki karunia untuk hidup seli-
bat. Sedangkan untuk sebuah keluarga, Anda mungkin su-
dah mencoba agar bisa memiliki anak tetapi tidak bisa. Ada
begitu banyak alasan untuk kedewasaan yang tertunda. Saya
mengerti itu. Hanya karena Anda sudah tinggal di planet se-
lama seperempat hingga sepertiga hidup Anda dan masih
belum menyelesaikan “masa transisi” ke usia dewasa tidak
berarti Anda secara otomatis adalah seorang pengecut, pe-
malas tak berguna, atau gelandangan yang manja.
Namun bisa jadi begitu. Mungkin bahwa “kebebasan
Anda, yang tidak diselaraskan, untuk mengembara tanpa
tujuan, mencoba sesuatu, mempelajari sesuatu (atau tidak),
melangkah maju, dan mencoba kembali” tidak membuat
Anda lebih bijaksana, lebih berbudaya, atau lebih dewasa.3
. . . . . JALAN PANJANG TAK BERUJUNG . . . . .
15
Mungkin semangat kebebasan Anda justru memerlukan le-
bih sedikit kemerdekaan dan lebih banyak kesetiaan. Mung-
kin kedewasaan Anda yang sedang bangkit sebaiknya... en-
tahlah, dibangkitkan.
Tetapi izinkan saya menjelaskan: buku ini bukan hanya un-
tuk anak muda. Saya tidak akan berusaha melakukan analisis
antar generasi dengan masa-masa usia tiga puluh tahunan
angkatan saya. Saya bukan memunculkan suatu pandangan
umum baru dan bunga rampai pemikiran bagi baby-buster. Buku ini jauh lebih sederhana dari semua itu. Buku ini ten-
tang kehendak Allah—kehendak Allah bagi remaja-remaja
yang bingung, para orang tua yang kelelahan, para kakek
nenek yang sudah pensiun, dan ya, generasi abad ini yang
suka bermain susun-acak … atau apa pun kita menyebutnya.
Saya mengedepankan urusan Adultolescence ini sepenuh-
nya karena hal ini berhubungan dengan masalah rohani menge-
nai kehendak Allah. Anda akan menemukan dalam buku ini
beberapa hal mengenai kehendak Allah yang sangat khas—
bagaimana membuat keputusan yang bijaksana, bagaimana
memilih pekerjaan, dengan siapa Anda akan menikah, dll.
Menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut bukanlah tujuan
sebenarnya dari buku ini. Tujuan saya bukan sekadar untuk
membantu Anda bagaimana mendengar suara Allah untuk
memberitahu Anda agar dapat keluar dari jalan panjang tak
berujung dan pada akhirnya membuat sebuah keputusan,
mendapatkan suatu pekerjaan, dan mungkin, menikah.
Keraguan yang dirasakan oleh banyak di antara kita (teru-
tama kaum muda) dalam membuat keputusan dan mendapat-
kan kemapanan dalam hidup—dan karenanya membuat kita
. . . . . J U S T D O S O M E T H I N G . . . . .
16
dengan sungguh-sungguh mencari kehendak Allah—setidak-
nya memiliki dua sumber. Pertama, generasi baru menikma-
ti—atau paling tidak berpikir bahwa mereka menikmati—
“kebebasan yang tidak diselaraskan.” Tidak ada lagi hal yang
tetap setelah SMU atau bahkan universitas. Kehidupan ter-
buka begitu lebar dan dipenuhi dengan berbagai kemung-
kinan yang tak terbatas tetapi dengan adanya kesempatan
ini, hadir pula kebingungan, kecemasan, dan kebimbangan.
Dengan saya bisa melakukan segala sesuatu dan pergi kema-na pun saya mau, bagaimana saya bisa tahu apa yang sesung-guhnya? Maka munculah gairah untuk memahami “kehendak
Allah dalam hidup saya.” Itulah alasan kunci mengapa selalu
ada pasar bagi buku-buku tentang kehendak Allah.
Kedua, pencarian kita akan kehendak Allah telah men-
jadi kaki tangan penundaan kedewasaan, rasa nyaman bagi
orang Kristen muda (atau tua) untuk mengapung menga-
rungi kehidupan tanpa arah maupun tujuan. Terlalu banyak
di antara kita yang telah melalui ketidakstabilan, ketidak-
konsistenan, dan penjelajahan pribadi kita ketika “mencari
kehendak Allah,” seolah-olah tidak memiliki pendirian dan
sekadar mengalir dalam kehidupan ini merupakan tanda dari
kepekaan rohani.
Sebagai akibatnya, kita dipenuhi dengan sikap pasif dan
kekosongan dalam mengarungi kehidupan. Kita terus ber-
main susun-acak dengan setiap orang dan dengan segala
sesuatu. Alih-alih, jika hal itu berhubungan dengan masa de-
pan kita, seharusnya kita mengambil tanggung jawab, mem-
buat keputusan, dan mengambil tindakan.
Not A Fan(Bukan Seorang Penggemar)
Menjadi Seorang Pengikut Yesus Yang Berkomitmen Dengan Sepenuhnya
Kyle Idleman
Apakah Anda seorang penggemar ataukah seorang pengikut?
Kamus mendefiniskan kata penggemar sebagai “seorang pengagum yang berse-mangat.” Mereka ingin berada cukup dekat dengan Yesus untuk mendapatkan semua manfaatnya, tetapi tidak terlalu dekat juga sehingga mereka tidak harus mengorbankan apa pun. Para penggemar mungkin adalah orang-orang yang tidak pernah absen ke gereja, fasih dalam ber-doa, dan selalu memberi persembahan. Tetapi apakah jenis hubungan seperti itu yang diinginkan Yesus dari Anda?
Sayangnya... Yesus tidak pernah tertarik untuk memiliki banyak pengagum berat dan bukanlah penggemar yang ia cari. Not a Fan akan menantang Anda untuk menyadari apa arti sesungguh-nya menjadi orang Kristen. Dengan berbagai pernyataan langsung dan tajam, Kyle mengundang Anda untuk melihat secara jujur bagaimana relasi Anda de-ngan Yesus. Panggilan-Nya untuk mengikut Dia terasa begitu radikal bagi kita, tetapi itulah yang diinginkan Yesus bagi setiap orang percaya.
“Tulisan Kyle begitu mendalam sekaligus praktis.”—MAX LUCADO, pendeta dari Oak Hills Church
Info lengkapnya kunjungi: www.perkantasjatim.org
Literatur Perkantas Jawa TimurJl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639E-mail: [email protected], www.perkantasjatim.org
Membentuk Kerohanian Anak Muda Di Zaman Postmodern
Sebuah Penuntun Bagi Para Pelayan Anak Muda, Hamba Tuhan, Guru, Pemimpin Kelompok Kecil, dan Pelayan Kampus
Richard R. Dunn
DICARI! PEMBIMBING ROHANI BAGI ANAK MUDA YANG PENUH IMAN & KASIH, KREATIF, DAN TEKUN BERJUANG
Generasi muda saat ini memasuki sebuah tantangan zaman postmodern yang sa-ngat kuat. Diliputi oleh berbagai masalah degradasi moral, tidak adanya kebenaran absolut, pluralisme agama yang begitu diagungkan, dan kekristenan terlihat se-bagai sebuah agama yang ketinggalan za-man. Lalu Anda ingin menjangkau me-reka, tetapi bagaimana caranya?
Richard Dunn mengajarkan sebuah kunci untuk memenangkan hati para anak muda
dan mengembangkan kehidupan pribadi yang menyeluruh yaitu melangkah bersama kemudian membimbing. Bagaimana pun melangkah bersama mengha-ruskan ketekunan dari para pembimbing dan pastilah memakan banyak waktu. Dia akan menunjukkan kepada Anda bagaimana melangkah bersama kemudian membimbing yang efektif kepada setiap pribadi anak muda dengan perhatian dan kasih akan membawa mereka mencapai kedewasaan rohani yang sejati.
“Saya menjadi seorang pelayan anak muda yang berbeda karena buku ini!”—DOUG FIELDS, penulis dari Purpose-Driven Youth Ministry
Info lengkapnya kunjungi: www.perkantasjatim.org
Literatur Perkantas Jawa TimurJl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639E-mail: [email protected], www.perkantasjatim.org