JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG...
-
Upload
duongthien -
Category
Documents
-
view
258 -
download
2
Transcript of JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG...
MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMP 06 HASANUDDIN
SEMARANG DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA
SKRIPSI
disajikan sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
oleh
Dewi Catur Apika
1511411028
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2017
PENGESAHAN
Skripsi ini telah di pertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Jurusan Psikologi Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada hari 3 Februari 2017.
Panitia:
Ketua
Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd
NIP. 195604271986031001
Sekretaris
Rulita Hendriyanti, S.Psi., M.Si
NIP. 197202042000032001
Penguji I
Dra. Tri Esti Budiningsih, S.Psi, M.A.
NIP. 195811251986012001
Penguji II
Sugiariyanti, S.Psi., M.A.
NIP. 197804192003122001
Pembimbing/Penguji III
Drs. Sugeng Hariyadi S. Psi. M.S.
NIP. 195701251985031001
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi yang berjudul “Motivasi
Berprestasi Siswa SMP 06 Hasanuddin Semarang ditinjau dari Pola Asuh Orang Tua” ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian
atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 8 Januari 2017
Dewi Catur Apika
1511411028
MOTTO DAN PERUNTUKAN
Motto :
Perjuangan yang disertai pengorbanan dan tekad yang kuat akan menghasilkan impian yang
kita inginkan. (Penulis).
Tidak semua yang kita hadapi dapat diubah, tetapi tidak ada yang bisa diubah sebelum
dihadapi (James Baldwin).
Peruntukan:
Karya ini penulis peruntukan:
Bapak Jaseman dan Alm. Bu Sulasi,
Abah Nur Chamid, Adek Tania.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul “Motivasi Berprestasi Siswa SMP 06 Hasanuddin Semarang ditinjau dari Pola Asuh
Orang Tua” ini dengan lancar.
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi jenjang Strata 1 guna
meraih gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Atas selesainya skripsi ini penyusun bermaksud mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Faturrohman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan fasilitas dan kesempatan mengikuti program SI.
2. Bapak Prof. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah
memberikan kemudahan administrasi dan perijinan penelitian.
3. Bapak Drs. Sugeng Hariyadi S.Psi.M.S., Ketua jurusan Psikologi dan selaku pembimbing
skripsi yang telah memberikan arahan, saran, koreksi dan kelancaran dalam penyusunan
skripsi.
4. Bapak Drs. Sugiyarta Stanislaus M.Si., Dosen Wali, atas motivasi, dorongan dalam
menyusun skripsi.
5. Ibu Dra. Tri Esti Budiningsih, S.Psi, M.A., Dosen Penguji I atas arahan, saran dan koreksi
dalam skripsi ini.
6. Ibu Sugiariyanti, S.Psi., M.A., Dosen Penguji II atas arahan, saran dan koreksi dalam
skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu dosen jurusan Psikologi Universitas Negeri Semarang yang telah memberi
bekal ilmu yang bermanfaat dan saran – saran yang berarti.
8. Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, atas ijin penelitian skripsi ini
9. Kedua Orang tua saya Bapak Jaseman dan Alm ibu Sulasi, yang telah membimbing,
memberi semangat dan membesarkanku dengan sabar.
10. Untuk Suami dan anak saya tercinta, Abah Nur Chamid dan Alfiatu Nur Rahmania.
11. Teman-teman mahasiswa psikologi angkatan 2011, terima kasih atas semangat, dorongan,
bantuan dan dukunganya selama ini
12. Adik-adik angkatan dan teman-teman jurusan psikologi, atas bantuan dan kerjasamanya
dalam penelitian ini
13. Semua pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas bantuan dan
kerjasamanya dalam penelitian ini
Semoga bantuan yang telah diberikan dengan ikhlas tersebut mendapat imbalan dari
Allah SWT. Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini jauh dari kesempurnaan, maka
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi peneliti dan pembaca pada umumnya.
Semarang, 8 Januari 2017
Penulis
ABSTRAK
Apika, Dewi Catur. 2016. Motivasi Berprestasi Siswa SMP 06 Hasanuddin Semarang
ditinjau dari Pola Asuh Orang Tua. Skripsi, Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Drs. Sugeng Hariyadi S. Psi. M.S.
Kata Kunci: Motivasi Berprestasi, Pola Asuh Orang Tua.
Dalam masa perkembangan anak, pendidikan mempunyai efek yang paling besar
dalam menentukan masa depan anak kelak. Dalam masa pendidikan ini pula anak akan
mengalami banyak permasalahan yang akan timbul, salah satu permasalahan yang menjadi
sorotan tentunya adalah prestasi anak itu sendiri. Kenyataannya prestasi anak tidak akan bisa
sama dengan anak yang lain. Berhubungan dengan prestasi anak yang diraih, tentunya hal
yang mendapat perhatian adalah tentang bagaimana motivasi anak untuk berprestasi di
sekolah.
Motivasi berprestasi siswa di sekolah sangatlah penting untuk diutamakan, agar siswa
bisa mendapatkan nilai yang memuaskan. Tapi motivasi berprestasi tiap- tiap siswa berbeda,
hal tersebut disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Dalam kesempatan ini, penulis
ingin menunjukkkan bagaimana faktor internal khususnya pola asuh orang tua memberikan
pengaruh yang signifikan dalam motivasi berprestasi siswa. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana motivasi berprestasi siswa SMP 06 Hasanuddin Semarang ditinjau
dari pola asuh orang tua.
Penelitian ini merupakan penelitian komparatif. Populasi penelitian ini adalah siswa
SMP 06 Hasanuddin Semarang yang berjumlah 250 siswa. Jumlah sampel dalam penelitian
ini adalah 140 siswa dengan menggunakan teknik Stratified cluster random sampling. Data
penelitian diambil menggunakan skala motivasi berprestasi dan skala pola asuh orang tua.
Penelitian ini menggunakan tryout terpakai, dimana semua sampel dijadikan subjek tryout
dan penelitian tua pada siswa SMP 06 Hasnuddin Semarang karena hasil sig 0. 283 lebih
besar dari 0,05.
Saran bagi SMP 06 Hasanuddin Semarang diharapkan dapat menambah tenaga
pengajar bimbingan konseling dan memberikan perhatian yang lebih pada siswa- siswa yang
mempunyai motivasi berprestasi yang rendah dan dapat mempertahankan siswa yang
mempunyai motivasi berprestasi siswa yang tinggi.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL .............................................................................................................. i
PENGESAHAN ................................................................................................ ii
PERNYATAAN................................................................................................ iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
DAFTAR ISI..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB
1 . PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. .9
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................10
1.4.1 Manfaat Teoritis ..................................................................................... 10
1.4.2 Manfaat Praktis ......................................................................................10
2 . TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Motivasi Berprestasi ................................................................................ 11
2.1.1 Pengertian Motivasi Berprestasi .............................................................. 11
2.1.2 Karakteristik Motivasi Berprestasi ......................................................... 13
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi Motivasi Berprestasi .................................. 17
2.2 Pola Asuh Orang Tua .............................................................................. 22
2.2.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua ............................................................ 22
2.2.2 Jenis Pola Asuh Orang Tua ..................................................................... 23
2.3 Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Motivasi Berprestasi ............ 28
2.4 Kerangka Berfikir ................................................................................... 30
2.5 Hipotesis ................................................................................................. 33
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................ 34
3.2 Variabel Penelitian .................................................................................. 35
3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian ............................................................... 35
3.2.2 Definisi Operasional ............................................................................... 35
3.3 Hubungan antara Variabel Penelitian ..................................................... 38
3.4 Populasi dan Sampel ............................................................................... 38
3.4.1 Populasi ................................................................................................... 38
3.4.2 Sampel..................................................................................................... 39
3.5 Metode dan Alat Pengumpulan Data ...................................................... 40
3.5.1 Penyusunan Instrumen Penelitian ........................................................... 40
3.6 Teknik Analisis Data ............................................................................... 43
3.6.1 Validitas Instrumen Penelitian ................................................................ 43
3.6.2 Reliabilitas .............................................................................................. 43
3.7 Metode Analisis Data .............................................................................. 44
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Persiapan Penelitian ................................................................................ 45
4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian .................................................................... 45
4.1.2 Penentuan Subjek Penelitian ................................................................... 46
4.2 Pelaksanaan Penelitian ............................................................................ 47
4.2.1 Pengumpulan Data .................................................................................. 47
4.2.2 Pelaksanaan Skoring ............................................................................... 47
4.2.3 Validitas dan Reliabilitas ........................................................................ 48
4.3 Hasil Penelitian ....................................................................................... 49
4.3.1 Analisis Data Inferensial ........................................................................ 49
4.3.2 Analisis Deskriptif ................................................................................. 51
4.4 Pembahasan............................................................................................. 65
4.5 Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 70
5. PENUTUP
5.1 Simpulan ................................................................................................. 71
5.2 Saran
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Aspek dan Indikator Motivasi Berprestasi ........................................... 36
3.2 Aspek dan Indikator Pola Asuh Orang Tua ......................................... 37
3.3 Jumlah Populasi ................................................................................... 39
3.4 Kriteria Jawaban ................................................................................. 41
3.5 Blue Print Skala Pola Asuh Orang Tua ............................................... 41
3.6 Blue Print Skala Motivasi Berprestasi ................................................. 42
4.1 Hasil Mann Withny U Test ................................................................. 50
4.2 Hasil Mean ........................................................................................... 51
4.3 Kriteria Interval Motivasi Berprestasi ................................................. 52
4.4 Gambaran Umum Motivasi Berprestasi Siswa ................................... 53
4.5 Kriteria Interval Motivasi Berprestasi Ditinjau dari Aspek Free
Choice ................................................................................................ 55
4.6 Gambaran Aspek free choice pada setiap pola asuh orang tua ....... 55
4.7 Kriteria Interval Motivasj Berprestasi Ditinjau dari Aspek Persistence
Behavior .............................................................................................56
4.8 Gambaran Aspek Persistence Behavior pada setiap pola asuh orang tua 57
4.9 Kriteria Interval Motivasi Berprestasi Ditinjau dari Aspek Intensity of
Performance ....................................................................................... 58
4.10 Gambaran Aspek Intensity of Performance pada setiap pola asuh
orang tua............................................................................................ 59
4.11 Kriteria Interval Motivasi Berprestasi Ditinjau dari Aspek Risk
Preference........................................................................................... 60
4.12 Gambaran Aspek Risk Preference pada setiap pola asuh orang
Tua.................................................................................................... 60
4.13 Ringkasan Hasil Analisis Deskriptif Motivasi Berprestasi dari
Masing- masing Pola Asuh Orang Tua............................................ 61
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berfikir ................................................................................ 31
3.1 Hubungan antara Variabel X dan Y ..................................................... 38
4.1 Gambar Secara Umum Motivasi Berprestasi Siswa SMP 06
Hasanuddin SMG................................................................................ 54
4.2 Gambaran motivasi berprestasi dari Masing- masing Aspek pada
pola asuh otoriter ........................ ..................................................... 63
4.3 Gambaran motivasi berprestasi dari Masing-masing Aspek pada pola
asuh demokratis................................................................................. 64
4.4 Gambaran motivasi berprestasi dari Masing-masing Aspek pada
pola asuh permisif.......................................................................... 65
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Angket Studi Pendahuluan ......................................................................... 73
2. Instrumen Skala Variabel Motivasi Berprestasi dan Skala Variabel Pola
Asuh Orang Tua ....................................................................................... 74
3. Skala Psikologi........................................................................................... 78
4. Tabulasi Penelitian ..................................................................................... 87
5. Validitas dan Reliabilitas .......................................................................... 105
6. Uji Mann Withny U Test .......................................................................... 135
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga
mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo,
2003 : 147). Pendidikan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal 1 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Peserta didik merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem
pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan sebagai pendidik apabila tidak
ada yang dididiknya. Peserta didik adalah orang yang memiliki potensi dasar,
yang perlu dikembangkan melalui pendidikan, baik secara fisik maupun psikis,
baik pendidikan itu di lingkungan keluarga, sekolah maupun di lingkungan
masyarakat dimana anak tersebut berada. Peserta didik di sekolah mempunyai
tugas dan kewajiban yang banyak dalam mencapai tujuan para pendidik.
Kewajiban- kewajiban siswa yang harus dilakukan oleh siswa antara lain taat pada
peraturan di sekolah, disiplin, patuh, hormat kepada guru, menjaga nama baik
sekolah dan belajar dengan baik.
2
Dalam proses belajar, siswa diharapkan dapat memahami dan mempelajari
materi yang diberikan oleh guru, untuk itu pada saat proses belajar siswa harus
memperhatikan guru agar nanti dapat memahami apa yang telah dijelaskan oleh
guru. Selain itu, siswa juga harus mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh
guru, karena guru memberikan tugas untuk mengetahui apakah materi yang telah
disampaikan sudah dipahami oleh siswa-siswinya atau belum.
Pemberian tugas yang dilakukan oleh guru biasanya berupa pekerjaan
rumah, yang dikerjakan di rumah, agar siswa membuka dan mengulas kembali
materi yang diberikan guru. Namun tidak semua siswa mau mengerjakan tugas di
rumah, beberapa diantaranya lebih memilih mengerjakannya di sekolah dan
mencontek milik temannya. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Musslifah
(2012: 145) yang menyebutkan ada berbagai macam model perilaku mencontek
sudah dikenal dari siswa SD, SMP, SMA bahkan Mahasiswa.
Ada juga siswa yang membolos tidak mau mengikuti pelajaran tertentu
karena alasan malas dan tidak mengerjakan tugas. Hal ini adalah wujud kurangnya
sebuah motivasi belajar siswa. Bahkan dengan tetap memakai pakaian seragam
sekolah masih terdapat siswa yang masih berkeliaran di tempat-tempat umum.
Pada saat ditanya terkadang mereka hanya menjawab bosan dengan mata
pelajarannya. Anggraini (2014: 25) menyimpulkan akibat orang tua bersikap keras
dan aturan yang harus ditaati oleh anak, anak akan cenderumg meniru perilaku
orang tuanya di sekolah dengan membuat aturan dan ketetapan sendiri di sekolah.
Akibatnya siswa sering terlambat masuk sekolah, siswa membolos ketika jam
pelajaran tertentu, siswa tidak mengerjakan pekerjaan rumah, siswa malas
3
membaca buku.. Permasalahan siswa saat pembelajaran diatas adalah salah satu
indikasi perwujudan rendahnya motivasi pada diri siswa. Untuk mengatasi hal
tersebut guru dan juga para orang tua sangat perlu mencari tahu alasan dan
mencari solusi terbaik supaya para siswa tidak lagi melakukan tindakan
membolos serta bosan saat belajar. Berangkat dari faktor yang sama yaitu
motivasi siswa yang rendah, maka saya melakukan penelitian tentang motivasi
berprestasi siswa.
Menurut Azwar (2000: 15), motivasi sendiri adalah rangsangan, dorongan
ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang atau sekolompok masyarakat
yang mau berbuat dan bekerjasama secara optimal dalam melaksanakan sesuatu
yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Motivasi
yang banyak dibutuhkan oleh para remaja sesuai dengan tingkat
perkembangannya adalah motivasi untuk berprestasi.
Setiap individu mempunyai tingkat motivasi berprestasi yang berbeda-
beda, individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan selalu bekerja
keras, tangguh, tidak mudah putus asa, berorientasi ke masa depan, menyenangi
tugas yang memiliki tingkat kesulitan yang sedang-sedang saja, menyukai balikan
yang cepat dan efisien mengenai prestasinya serta mandiri, juga bertanggung
jawab dalam memecahkan masalah dan pada setiap perilaku berorientasi ke masa
depan, efektif dan efisien dalam upayanya mencapai tujuan. Dalam memilih tugas
yang memiliki tantangan dan disesuaikan dengan kemampuannya.
Menurut Hawadi dalam Prasetyaningsih (2015 : 45) ada beberapa faktor
yang mempengaruhi motivasi berprestasi siswa, faktor tersebut antara lain adalah
4
faktor situasional yang terdiri dari peer group, lingkungan keluarga, lingkungan
sosial, dan sosioculture individu. Disini yang ditekankan adalah lingkungan
keluarga, dimana dalam lingkungan keluarga nanti akan terjadi adanya proses
interaksi antar anak dan orang tua. Tentu tidaklah mudah untuk mendidik anak
agar berhasil dalam pencapaian prestasi yang diingikan, dalam proses mendidik
anak agar sukses kelak, orang tua mendapatkan banyak permasalahan diantaranya
adalah motivasi berprestasi. Untuk membuktikan akan adanya permasalahan
motivasi berprestasi pada anak ini, maka penulis melakukan studi pendahuluan.
Pada tanggal 13 Maret 2015, penulis melakukan observasi, pengisian angket
dan wawancara dengan guru BP yang mengampu di kelas VII di SMP 06
Hasanuddin Semarang. Hasil wawancara yang diperoleh menunjukkan bahwa
siswa malas untuk mengerjakan tugas dari guru. Selain itu setiap guru
memberikan pekerjaan rumah untuk siswa, siswa lebih memilih untuk
mengerjakan tugasnya di sekolah dengan cara mencotek dan menyalin hasil kerja
temannya yang sudah diselesaikan di rumah.
Hasil dari angket yang diberikan penulis pada satu kelas yaitu kelas VII C
yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 18 siswa perempuan dan 12 siswa laki-
laki maka dapat diketahui motivasi berprestasi siswa yang berada pada kategori
tinggi sebesar 16,7% ( 5 siswa) , berada dalam kategori sedang sebesar 26,7%
(8 siswa) dan berada pada kategori rendah sebesar 56,7% (17 siswa). Faktor yang
menyebabkan rendahnya motivasi berprestasi siswa diantaranya karena kurangnya
pengawasan secara langsung dari orang tua mengenai perkembangan prestasi
anaknya di sekolah. Untuk memperkuat permasalahan motivasi berprestasi siswa
5
ini penulis menambahkan beberapa hasil penelitian terdahulu yakni,
Fatchurrochman (2011: 175) yang menyimpulkan adanya pengaruh yang
signifikan antara motivasi berprestasi dengan kesiapan belajar dan pelaksanaan
praktek kerja industri, sehingga perlu adanya peningkatan motivasi dari siswa.
Khususnya motivasi berprestasi supaya tingkat kesiapan siswa dalam belajar lebih
baik dan dalam pelaksanaan prakerin (praktek kerja industri) juga lebih
meningkat.
Hasil penelitian Haryani (2014: 34) menunjukkan ada faktor ekstrinsik serta
intrinsik yang berpengaruh dalam motivasi berprestasi pada mahasiswa tidak
mampu secara ekonomi. Faktor intrinsik yang berperan adalah kemungkinan
untuk sukses, self efficcacy, value, serta pengalaman sebelumnya. Sedangkan
faktor ekstrinsik yang berperan adalah fakor keluarga, sekolah, dan teman.
Sukadji (2001: 67) mengatakan bahwa ada lima faktor yang mempengaruhi
motivasi berprestasi seseorang yaitu pengalaman pada tahun- tahun pertama
kehidupan. Kedua adalah latar belakang budaya tempat seseorang dibesarkan,
Peniruan tingkah laku (modelling), lingkungan tempat proses pembelajaran
berlangsung dan yang terakhir adalah harapan orangtua terhadap anaknya. Dengan
demikian orangtua mempunyai kontribusi dalam pembentukan motivasi
berprestasi anak. Peran orangtua disini adalah mendidik, membimbing dan
memberikan pembelajaran kepada anak. Dalam melaksanakan peran ini orangtua
harus mempunyai cara atau pola asuh yang baik agar tepat sasaran dengan tujuan
yang diingikan karena berkaitan erat dengan pembentukan karakter anak yang
berkualitas.
6
Pola asuh sendiri merupakan suatu bentuk interaksi antara orang tua kepada
anak dalam melakukan kegiatan mendidik, membimbing, merawat, serta
melindungi anak, hingga anak tersebut mampu berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya secara dewasa dan mandiri tanpa pendampingan dari orang tua lagi.
Hurlock (1990: 204) menyatakan bahwa pola asuh ada 3 macam
yaitu pola asuh otoriter, pola asuh permisif dan pola asuh demokratis. Pola asuh
otoriter mempunyai ciri-ciri penggunaan peraturan yang kaku, orangtua yang
memaksakan kehendak pada anaknya, menyebabkan anak menjadi tertekan dan
tidak bisa mengambil keputusan sendiri, sedangkan pola asuh permisif
menggunakan peraturan sedikit, orangtua bersikap longgar pada anak, sehingga
anak diperbolehkan berbuat apa saja yang dia inginkan, orangtua tidak memberi
tahu bahwa perbuatan anaknya benar atau salah, menyebabkan anak menjadi
orang yang sulit dibimbing, lebih mementingakn dirinya sendiri. Karena pola asuh
orangtua yang terlalu longgar. Terakhir adalah pola asuh demokratis yaitu
orangtua memberikan aturan-aturan yang jelas serta menjelaskan akibat yang akan
terjadi apabila peraturan dilanggar, memberi kesempatan pada anak untuk
berpendapat, anak diberi hadiah atau pujian apabila telah berbuat sesuatu sesuai
dengan harapan orangtua, sehinga anak memiliki kemampuan sosialisasi yang
baik, memiliki rasa percaya diri dan bertanggung jawab.
Stewart dan Koch (1983: 178) dan Hurlock (1990 : 204) mengatakan
bahwa pola asuh pada orang tua ada tiga macam yaitu pola asuh Otoriter, pola
asuh demokratis dan pola asuh permisif. Pola asuh yang diberikan orang tua
7
kepada anak- anaknya tidak hanya berpengaruh pada perilaku anak melainkan
akan berpengaruh pula pada prestasi belajarnya.
Pola asuh orang tua yang mempengaruhi prestasi belajar terdapat pada
penelitian Turner (2009 : 337) menunjukkan bahwa pola pengasuhan otoriter terus
mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa. Pemberian dan penerapan pola asuh
yang baik dan tepat pada anak kelak akan memberikan dampak positif bagi
tumbuh kembang anak, karena pola asuh tidak hanya mempengaruhi prestasi saja,
perilaku nak juga akan tergantung pada penerapan pola asuh orangtua.
Kesimpulan dari penelitian- penelitian ini menyebutkan adanya pengaruh
pola asuh orang tua terhadap motivasi berprestasi. Ketiga bentuk pola asuh orang
tua akan memberikan tingkatan motivasi berprestasi yang berbeda pula. Hal
tersebut bisa terjadi karena orang tua dengan masing- masing pola asuh sendiri
mempunyai cara yang berbeda dalam mendidik anak. Pola asuh otoriter akan
cenderung membentuk anak yang penakut, sehingga, anak akan termotivasi untuk
berprestasi hanya karena anak tidak ingin mendapat hukuman dari orang tua. Pola
asuh permisif dimana anak akan dididik secara bebas dan tanpa pengawasan ini
akan mempunyai pengaruh pada anak yang sangat global bahkan permasalahan
yang timbul tidak hanya masalah motivasi anak yang rendah, anak akan menjadi
tidak disiplin dan nakal. Motivasi anak yang dididik dengan pola asuh ini akan
rendah daripada pola asuh yang lainnya, karena pada pola asuh ini orang tua tidak
mengawasi, tidak memberikan teguran, nasehat, dan aturan. Anak bisa melakukan
apa saja yang diinginkannya, sebagian besar anak yang mendapatkan pola asuh ini
8
berasal dari kehidupan orangtuanya yang sibuk dengan kehidupannya sendiri atau
berkarir.
Pola asuh yang terakhir yaitu pola asuh demokratis adalah pola asuh yang
ideal yang baik untuk diterapkan pada anak. Anak yang diberikan pola asuh ini
akan mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, karena orang tua memberikan
aturan yang tegas namun anak masih diberi kebebasan yang disertai tanggung
jawab, bahkan orangtua pada pola asuh ini akan memberikan hadiah pada anak
jika apa yang ditargetkan orang tua dapat dilakukan oleh anaknya.
Adanya perbedaan motivasi berpestasi anak yang dipengarungi oleh pola
asuh orang tua, dari pola asuh otoriter, demokratis dan permisif menyimpulkan
betapa pentingnya kita yang nantinya akan menjadi orang tua untuk memberikan
pola asuh yang baik dan benar, agar anak mempunyai motivasi berprestasi yang
tinggi dan menentukan juga bagaimana masa depan anaknya kelak. Anak akan
berhasil dan tidaknya diawali dari bagaimana orang tuanya mendidiknya dari kecil
sampai besar. Mendidik anak bukanlah cara yang mudah, orang tua harus bisa
mengetahui bagaimana karakter dari anaknya sendiri, karena disinilah pentingnya
kapan waktu yang tepat untuk memberikan dorongan pada anak untuk bisa lebih
kedepan dalam mencapai cita-citanya. Dorongan yang diberikan oleh orang tua
disini bisa bersifat dari dalam maupun luar, Haryani (2014 : 34) dalam
penelitiannya menyimpulkan adanya faktor ekstrinsik serta intrinsik yang
berpengaruh dalam motivasi berprestasi pada mahasiswa tidak mampu secara
ekonomi.
9
Dorongan yang berasal dari luar adalah dorongan financial yaitu berupa
kebutuhan jasmani anak, sedangkan dorongan yang berasal dari dalam adalah
bagaimana orang tua memberikan motivasi bagi anaknya. Motivasi yang sangat
dibutuhkan oleh anak adalah motivasi untuk berprestasi di sekolah. Maka dari
itu, pola asuh yang akan diberikan kepada anak akan berpengaruh pada hasil
prestasinya nanti. Berdasarkan uraian diatas maka penulis bermaksud melakukan
penelitian yang berjudul: Motivasi Berprestasi Siswa SMP 06 Hasanuddin
Semarang ditinjau dari Pola Asuh Orangtua.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian
adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana gambaran deskriptif motivasi berprestasi pada siswa SMP 06
Hasanuddin Semarang ?
b. Bagaimana gambaran deskriptif pola asuh orang tua pada siswa SMP 06
Hasanuddin Semarang?
c. Apakah ada perbedaan motivasi berprestasi pada siswa SMP 06 Hasanuddin
Semarang ditinjau dari pola asuh orang tua?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini
adalah:
a. Mengetahui gambaran deskriptif motivasi berprestasi pada siswa SMP 06
Hasanuddin Semarang.
10
b. Mengetahui gambaran deskriptif pola asuh orang tua pada siswa SMP 06
Hasanuddin Semarang.
c. Mengetahui perbedaan motivasi berprestasi pada siswa SMP 06 Hasanuddin
Semarang ditinjau dari pola asuh orang tua.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil temuan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
bagi pengembangan kajian psikologi pendidikan terutama yang berkaitan dengan
motivasi berprestasi siswa dan pola asuh orang tua. Secara khusus, penelitian ini
memberikan kotribusi pada dunia pendidikan berupa pengetahuan mengenai
apakah ada perbedaan motivasi berprestasi siswa SMP 06 Hasanuddin Semarang
ditinjau dari pola asuh orang tua.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi orang tua
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi para orang tua dalam
memilih dan menerapkan pola asuh orang tua yang baik dan benar, sehingga anak
dapat memperoleh hasil prestasi yang memuaskan dan terarah.
1.4.2.2 Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk meningkatkan
motivasi berprestasinya melalui faktor – faktor motivasi berprestasi yang
diketahui dalam penelitian ini sehingga dapat menunjang pencapaian prestasi
yang memuaskan.
11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Motivasi Berprestasi
2.1.1 Pengertian Motivasi Berprestasi
McClelland (dalam Sobur 2011: 285) menjelaskan motivasi berprestasi
adalah suatu daya dalam mental manusia untuk melakukan suatu kegiatan yang
lebih baik, lebih cepat, lebih efektif, dan lebih efisien daripada kegiatan yang
dilaksanakan sebelumnya. Lindgren (1976: 67) mengemukakan hal senada bahwa
motivasi berprestasi sebagai suatu dorongan yang ada pada seseorang sehubungan
dengan prestasi, yaitu menguasai, memanipulasi serta mengatur lingungan sosial
maupun fisik, mengatasi segala rintangan dan memelihara kualitas kerja yang
tinggi, bersaing melalui usaha-usaha untuk melebihi hasil kerja yang lampau, serta
mengungguli hasil kerja yang lain.
Santrock (2003: 103) menjelaskan bahwa motivasi berprestasi merupakan
keinginan untuk menyelesaikan sesuatu untuk mencapai suatu standar kesuksesan,
dan untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan untuk mencapai kesuksesan.
Menurut Heckhausen (1967: 54) motif berprestasi diartikan sebagai usaha untuk
meningkatkan atau melakukan kecakapan pribadi setinggi mungkin dalam segala
aktivitas dan suatu ukuran keunggulan tersebut digunakan sebagai pembanding,
meskipun dalam usaha melakukan aktivitas tersebut ada dua kemungkinan yakni
gagal atau berhasil. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa motivasi berprestasi
merupakan motif yang mendorong individu untuk mencapai sukses dan bertujuan
untuk berhasil dalam kompetisi dengan beberapa ukuran keunggulan (standard of
12
excellence). Ukuran keunggulan digunakan untuk standar keunggulan prestasi
dicapai sendiri sebelumnya dan layak seperti dalam suatu kompetisi.
Atkinson (2000: 56) mengemukakan bahwa motivasi berprestasi seseorang
didasarkan atas dua hal yaitu, adanya tendensi untuk meraih sukses dan adanya
tendensi untuk menghindari kegagalan. Pada dasarnya keadaan motif itu dimiliki
oleh individu, namun keduanya mempunyai keadaan berbeda-beda dalam
berbagai situasi dan kondisi menurut adanya prestasi.
Lebih jelasnya Atkinson (2000: 34) mengemukakan bahwa keberhasilan
individu untuk mencapai kebehasilan dan memenangkan persaingan berdasarkan
standar keunggulan, sangat terkait dengan tipe kepribadian yang memiliki motif
berprestasi lebih tinggi daripada motif untuk menghindari kegagalan begitu pula
sebaliknya, apabila motif menghindari terjadinya kegagalan lebih tinggi daripada
motif sukses, maka motivasi berprestasi seseorang cenderung rendah.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi atau
achievement motivation merupakan suatu yang berhubungan dengan bagaimana
seseorang melakukan sesuatu dengan lebih baik, lebih cepat dan lebih efisien
dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan sebelumnya juga sebagai usaha
mencapai sukses atau berhasil dalam kompetisi.
2.1.2 Karakteristik Individu dengan Motivasi Berprestasi Tinggi
McClelland (1987: 238) menjelaskan beberapa karakteristik orang dengan
motivasi berprestasi yang tinggi, antara lain:
a. Pengaruh variasi dalan tantangan menyajikan tugas
13
Penelitian menemukan indikasi individu yang motivasi berprestasinya
tinggi lebih suka bekerja pada tingkat kesulitan menengah. Mereka sangat tertarik
pada tugas, tetapi mereka benar-benar melakukan lebih baik ketika pada tugas
yang moderat
b. Menanggapi tantangan moderat dalam kehidupan sehari-hari.
Hoyos (dalam McCllend 1987 : 241) memprediksi bahwa individu dengan
motivasi berprestasi tinggi mengharuskan bergerak lebih baik karena mereka
menghindari kegagalan yang ekstrim.
c. Ketekunan
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi akan bertahan lebih lama untuk
bekerja pada setiap tugas. French dan Thomas (dalam McClelland 1987 : 243)
menemukan bahwa 47% dari siswa yang tinggi motivasi berprestasinya bertahan
sampai waktu habis untuk bekerja pada tugas yang sulit dipecahkan, dibandingkan
dengan hanya 2% dari siswa yang rendah motivasi berprestasinya.
d. Pengaruh banyaknya motivasi pada kinerja
(dalam McClelland 1987 : 243) menemukan bukti bahwa banyaknya
motivasi dapat mencampuri kinerja. Hubungan antara motivasi berprestasi dan
kinerja, mengindikasikan bahwa tingkat motivasi berprestasi tinggi sedikit
mengarah pada rendahnya kinerja daripada motivasi berprestasi tingkat
menengah. Sedangkan, studi umum menjelaskan bahwa motivasi berprestasi di
asosiasikan dengan tingginya motif afiliasi dan nilai pada kedua motif yang
dihadirkan pada situasi, dapat menyebabkan penderitaan kinerja.
14
e. Bertanggungjawab pribadi dalam kinerja.
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi akan lebih memilih menjadi
pribadi bertanggung jawab untuk hasil kinerja, karena dalam kondisi seperti itu
bisa membuat mereka merasa puas dari melakukan sesuatu yang lebih baik.
f. Kebutuhan untuk umpan balik kinerja.
Secara teori, individu dengan motivasi berprestasi tinggi lebih suka bekerja
pada situasi dimana mereka mendapatkan umpan balik tentang bagaimana mereka
melakukannya dengan baik. Beberapa jenis studi yang berbeda mengajukan
pentingnya umpan bailk kinerja pada mereka.
g. Inovatif.
Melakukan sesuatu dengan lebih baik sering diimplikasikan melakukan
sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Hal ini mungkin melibatkan penemuan
yang berbeda, singkat, atau jalur yang lebih efisien untuk mencapai tujuan.
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi lebih gelisah dan menghindari
rutinitas. Mereka lebih seperti mencari informasi untuk menemukan cara yang
lebih baik pada sesuatu yang dilakukan.
Menurut Atkinson dalam Linda ( Syamsiah, 2013: 18) mengatakan bahwa
seseorang yang memiliki motivasi berprestasi adalah sebagai berikut :
1. Free Choise
Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menyukai aktivitas dan
kegiatan atas keberhasilannya sehingga selalu berusaha untuk meningkatkan
segala kemungkinan untuk berprestasi oleh karena kemampuan pengalaman
15
keberhasilannya yang lebih banyak sehingga ketika mengalami kagagalan masih
tetap optimis untuk berhasil.
2. Persistence Behaviour
Suatu anggapan individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menganggap
bahwa kegagalan adalah sebagai akibat kurangnya usaha, oleh sebab itu harapan
dan usaha untuk berhasil selalu tinggi.
3. Intensity of performance
Suatu intensitas dalam penampilan kerja, artinya individu yang motivasi
berprestasinya tinggi selalu berpenampilan suka kerja keras dibandingkan
seseorang yang motivasi berprestasinya rendah.
4. Risk preference
Suatu pertimbangan memilih risiko yang sedang artinya tidak mudah dan tidak
juga sukar. Siswa akan memilih tetap berada pada zona amannya, dan enggan
mencoba hal baru yang belum diketahui.
Heckhausen (Monks, Knoers dan Haditono,1999:77) mengatakan bahwa
individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan motivasi berprestasi
rendah memiliki perbedaan. Adapun ciri-ciri individu yang motivasi berprestasi
rendah adalah :
1. Orientasi pada masa lampau.
2. Memiliki tugas yang sukar dan tidak sesuai dengan kemampuannya.
16
3. Tidak mempunyai kepercayaan dalam meghadapi tugas, adanya rasa pesimis
yang dimiliki.
4. Menganggap keberhasilan suatu nasib mujur.
5. Cenderung mengambil pekerjaan tingkat risiko lemah, sehingga keberhasilan
akan mudah dicapai.
6. Suka bermalas-malasan serta melakukan dengan cara yang baru.
7. Tidak menyenangi pekerjaan yang menuntut tanggung jawab dan merasa puas
sebatas prestasi yang dicapai.
8. Tidak mencari umpan balik dari perbuatannya jika melakukan pekerjaan yang
tidak diinginkan.
Atkinson dalam Linda ( Syamsiah, 2013: 20) mengatakan bahwa ciri-ciri
individu yang tidak memiliki motivasi berprestasi antara lain :
1. Individu termotivasi oleh ketakutan akan kegagalan.
2. Lebih senang menghindari kegagalan.
3. Senang melakukan tugas-tugas yang mempunyai taraf-taraf kesulitan yang
rendah.
4. Individu senang menghindari kegagalan dan akan menunjukkan performance
terbaik pada tugas-tugas dengan kesulitan yang rendah.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi
Menurut Harter (dalam Prasetyaningsih, 2015 : 34) ada tiga hal yang
mempengaruhi motivasi berprestasi dalam kaitanya dengan kegiatan belajar
mengajar di sekolah, yaitu :
1. Kompetensi yang dirasakan oleh individu
17
Kompetensi seorang siawa dipengaruhi oleh bagaimana penilaian orang
lain terhadap tingkat prestasi yang sesungguhnya. Semakin tinggi prestasi
seseorang, maka semakin besar pula rasa kompetensi yang dimilikinya dan
semakin besar pula mereka menyukai tantangan, penuh rasa ingin tahu, dan
melibatkan diri dalam menguasai suatu keterampilan.
2. Afek dalam kegiatan belajar di sekolah
Ada tiga afek yang akan mempengaruhi sisaw belajar di sekolah. Jika
siswa merasa mampu dalan suatu mata pelajaran tertentu, maka ia menyenangi
pelajaran itu. Selanjutnya siswa akan bersemangat dalam proses belajar apabila
siswa diajari oleh guru yang mereka senangi dan mudah dipahami saat
menerangkan materi pembelajaran.
Afek terhadap sekolah diperoleh dari adanya perasaan siswa memiliki
kecakapan yang tinggi dalam sebagian besar tugas sekolah, menerima pengakuan
yang besar dari kegiatan belajar dan mempunyai hubungan yang baik dengan guru
maupun teman sebayanya.
3. Persepsi tentang kontrol
Siswa yang memiliki persepsi kontrol internal mempunyai harapan yang
tinggi untuk berhasil dan terdorong untuk bekerja keras. Mereka menyadari
bahwa keberhasilan dan kegagalan amat tergantung pada usaha mereka sendiri.
Tentang bagaimana seorang siswa tersebut mendapatkan prestasi yang baik dari
proses belajar yang baik pula, karena semua hal harus melalui proses.
18
Menurut Hawadi dalam Prasetyaningsih (2015 : 45) ada beberapa faktor
lain yang berkontribusi, antara lain:
a. Faktor individual
Penelitian Harter (1981) pada siswa berdasarkan dimensi instrinsik dan
ekstrinsik menunjukkan bahwa hanya siswa yang mempersepsikan dirinya untuk
berkompetensi dalam bidang akademis yang mampu mengembangkan motivasi
intrinsik. Siswa-siswa ini lebih menyukai tugas-tugas yang menantang dan selalu
berusaha mencari kesempatan untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Sebaliknya,
pada siswa dengan persepsi diri yang rendah, lebih menyukai tugas-tugas yang
mudah dan sangat tergantung pada pengarahan guru. Yang termasuk faktor
individual antara lain orientasi tujuan, self-efficacy, harapan untuk sukses, dan
berbagai alasan yang berasal dari diri individu sendiri.
b. Faktor situasional
Motivasi adalah sebuah dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam
maupun luar siswa, untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi atau
memuaskan suatu kebutuhan. Dalam konteks pembelajaran, maka kebutuhan
tersebut berhubungan dengan kebutuhan untuk belajar.
Faktor-faktor situasional yang lain antara lain: peer group, lingkungan
keluarga, lingkungan sosial, dan sosioculture individu. Faktor situasional yang
disebutkan di atas sesuai dengan pendapat Gage dan Berliner (dalam
Prasetyaningsih, 2015 : 38) yang menyatakan bahwa motivasi untuk berprestasi
pada siswa terutama pada masa remaja, sangat dipengaruhi oleh teman sebaya,
khususnya teman dari kelompok acuannya atau peer. Apabila seorang siswa yang
19
memiliki teman-teman yang yang memiliki motivasi berprestasi rendah maka
kemungkinan besar siswa tersebut juga memiliki motivasi berprestasi yang rendah
pula. Selain itu juga tidak hanya peer group saja, lingkungan sekolah dan guru
juga mempunyai andil dalam membentuk motivasi berprestasi pada siswa.
Penelitian Prasetyaningsih (2015: 32) menemukan faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi berprestasi sebagai berikut :
1. Faktor Internal
a. Adanya perasaan belum berhasil dalam diri
Siswa merasa belum berhasil dan masih merasa banyak kekurangan dalam
diri dan prestasi disekolahnya, sehingga membuat siswa malas-malasan dalam
belajar. Individu berusaha untuk meraih semua keinginannya namun merasa
belum berubah dan belum membuktikan apapun. Perasaan tersebut dapat
berdampak buruk bagi individu karena individu akan merasa kurang percaya diri
di lingkungannya sehingga motivasi berprestasinya menjadi rendah.
b. Kurang percaya diri terhadap kemampuan akademik
Siswa akan merasa kurang percaya diri terhadap kemampuan akademik
dikarenakan dikelas tidak masuk dalam 10 besar siswa yang berprestasi. Menurut
Prasetyaningsih (dalam Prasetyaningsih, 2015 : 43) problem akademis yang bisa
terjadi jika salah mengambil pilihan, seperti kesulitan memahami materi, kesulitan
memecahkan persoalan, ketidakmampuan untuk mandiri dalam belajar, dan
buntutnya adalah rendahnya nilai indeks prestasi. Selain itu, salah memilih
jurusan bisa mempengaruhi motivasi belajar dan tingkat kehadiran. Kurang
20
percaya dirinya subjek terhadap kemampuan akademiknya juga dapat
berpengaruh menurunnya motivasi berprestasi subjek.
c. Perasaan beban terhadap tangung jawab
Siswa akan merasa mempunyai beban jika tugas- tugasnya yang diberikan
oleh gurunya belum dikerjakan , karena siswa tersebut menganggap mengerjakan
tugas dari guru adalah tanggung jawab seorang siswa.
2. Eksternal
Menurut Monks, Knoers, Siti rahayu dalam Dimyati dan Mudjiono, (2006:
91) Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap prilaku seseorang yang ada
diluar perbuatan yang dilakukannya. Seorang anak akan takut melakukan
perbuatan yang salah karena takut mendapatkan hukuman dari orang tuanya, sama
halnya juga seorang siswa takut melanggar peraturan yang ada di sekolah karena
takut mendapatkan hukuman dari gurunya. Adapun faktor –faktornya adalah:
a. Adanya dorongan orang tua
Orang tua mempunyai peran aktif dalam memberikan dorongan kepada
anaknya untuk belajar yang rajin sehingga mempunyai prestasi ysng bsik di
sekolah. Karena orang tualah yang bisa menetapkan peraturan yang ada di rumah,
dan melakukan pengawasan terhadap tumbuh kembang anak- anaknya.
b. Adanya reward
Reward yang diberikan siswa dari orang tua jika anaknya menunjukan
prestasinya namun tidak secara berlebihan yang membuat individu sedikit ingin
berusaha untuk meraih prestasi yang lebih baik. Reward ini nantinya akan
menimbulkan dorongan bagi siswa tersebut untuk selalu mendapatkan prestasi di
21
sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryabrata (dalam Prasetyaningsih, 2015
: 41) bahwa taraf penghargaan yang tinggi akan meningkatkan motivasi
berprestasi anak dan sebaliknya
c. Dukungan lingkungan
Apabila seorang siswa memiliki peer group yang memiliki motivasi
berprestasi rendah maka kemungkinan besar siswa tersebut juga memiliki
motivasi berprestasi yang rendah pula. Dan juga segala sesuatu di lingkungan
sekolah dapat juga mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi berprestasi.
2.2 Pola Asuh Orang Tua
2.2.1 Pengertian pola asuh orang tua
Pola asuh merupakan suatu sistem atau cara pendidikan, pembinaan yang
diberikan oleh seseorang kepada orang lain. Dalam hal ini adalah pola asuh yang
diberikan orangtua/pendidik terhadap anak adalah mengasuh dan mendidiknya
penuh pengertian. Dan yang mempengaruhi pola asuh yang diberikan orangtua
atau pendidik adalah lingkungan sosial internal dan eksternal. Karena itu
pembentukan prilaku keberagamaan anak tidak terlepas dari pengasuhan
orangtua/pendidik dengan arti bahwa prilaku keberagamaan anak erat kaitannya
dengan pola asuh yang diberikan oleh orangtua/pendidik.
Kohn (dalam Krisnawaty, 1989: 46) menyatakan bahwa pola asuh
merupakan sikap orangtua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap
orangtua ini meliputi cara orangtua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun
hukuman, cara orangtua menunjukkan otoritasnya, dan cara orangtua memberikan
22
perhatian serta tanggapan terhadap anaknya. Sedangkan menurut Thoha
(1996:109) menyebutkan bahwa “Pola Asuh orang tua adalah merupakan suatu
cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai
perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak.
Gunarsa (2000: 44) mengemukakan bahwa “Pola asuh tidak lain
merupakan metode atau cara yang dipilih pendidik dalam mendidik anak-anaknya
yang meliputi bagaimana pendidik memperlakukan anak didiknya.” Jadi yang
dimaksud pendidik adalah orang tua terutama ayah dan ibu atau wali.
Casmini (dalam Palupi, 2007:3) menyebutkan bahwa: Pola asuh sendiri
memiliki definisi bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik,
membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses
kedewasaan, hingga kepada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan
oleh masyarakat pada umumnya.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang
tua adalah suatu proses interaksi antara orang tua dan anak, yang meliputi
kegiatan seperti memelihara, mendidik, membimbing serta mendisplinkan dalam
mencapai proses kedewasaan baik secara langsung maupun tidak langsung.
2.2.2 Jenis Pola Asuh Orang Tua
Menurut Hurlock (1993 : 93) pola asuh orang tua dibagi menjadi tiga
bentuk yaitu :
1. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter yaitu pola asuh orang tua yang bersifat kaku dan
memaksa. Anak-anak mereka merasa harus bertingkah laku sesuai dengan apa
23
yang diinginkan orang tuanya. Mereka selalu menuntut kepatuhan anak sehingga
anak tidak dapat berbuat sesuai dengan keinginannya sendiri. Kebebasan
bertindak pun terbatas,. Bila si anak melanggar kemauan dan peraturan orang tua,
anak tersebut akan mendapat hukuman fisik kekerasan maupun ancaman. Dalam
kehidupan sehari-hari, orang tua tidak mendorong anak untuk mandiri dan
mengambil keputusan-keputusan yang berhubungan dengan tindakan mereka, jadi
si anak kehilangan kesempatan untuk belajar bagaimana mengendalikan
perilakunya sendiri.
Ciri-ciri pola asuh otoriter sebagai berikut :
1) Sikap “Aceptance” rendah namun kontrolnya tinggi
2) Suka menghukum secara fisik
3) Bersikap mengomando (mengharuskan anak untuk
melakukan sesuatu tanpa kompromi).
4) Bersikap kaku (keras)
5) Cenderung emosional dan bersikap menolak
6) Harus mematuhi peraturan-peraturan orang tua dan tidak boleh membantah
Akibat Akibat dari pola asuh yang otoriter anak akan cenderung memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
1) Mudah tersinggung
2) Penakut
3) Pemurung tidak bahagia
4) Mudah terpengaruh dan mudah stress
5) Tidak mempunyai arah masa depan yang jelas
24
6) Tidak bersahabat
7) Rendah diri (Syamsu, 2004 : 51).
2. Pola Asuh Demokrasi
Orang tua dalam pola asuh ini memberikan penjelasan, diskusi, dan
penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan
dan dilakukan untuk dilakukan. Sikap orang tua terhadap anak selalu hangat,
orang tua memberikan penjelasan kepada anak mengenai peraturan yang harus
dipenuhi, sehingga anak tahu mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak
boleh dilakukan. Aturan dan disiplin yang dibuat orang tua tersebut bermaksud
untuk mengerahkan anak supaya beranggung jawab atas segala perilaku yang
mereka lakukan. Jadi anak akan bisa dulu nantinya, jika melakukan sesuatu sudah
tahu konsekoensi dan hasilnya seperti apa.
Pola Asuh demokrasi lebih menekankan pada pemberian penghargaan
daripada hukuman. Kalaupun orang tua memberikan hukuman, hukumannya itu
akan disesuaikan dengan jenis kesalahan. Hukuman diberikan hanya digunakan
apabila terdapat bukti bahwa anak-anak secara tidak sadar menolak melakukan
apa yang diharapkan orang tua. Tujuannya untuk mengajarkan anak
mengembangkan kendali atas perilakunya. Ini adalah hasil usaha mendidik anak
untuk berperilaku menurut cara yang benar dengan memberikan anak
penghargaan. Jadi dapat disimpulkan, bahwa pola asuh demokratis adalah pola
pendidikan yang memberikan kebebasan dan kesempatan luas pada anak dalam
mendiskusikan segala permasalahannya dengan orang tua Orang tua
mendengarkan, memberi tanggapan, pandangan serta menghargai pendapat anak.
25
bukti bahwa anak-anak secara tidak sadar menolak melakukan apa yang
diharapkan orang tua. Tujuannya untuk mengajarkan anak mengembangkan
kendali atas perilakunya. Ini adalah hasil usaha mendidik anak untuk berperilaku
menurut cara yang benar dengan memberikan anak penghargaan.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa pola asuh demokratis adalah pola
pendidikan yang memberikan kebebasan dan kesempatan luas pada anak dalam
mendiskusikan segala dengan orang tua. Orang tua mendengarkan, memberi
tanggapan, pandangan serta menghargai pendapat anak. Keputusan orang tua
selalu dipertimbangkan dengan anakanaknya. Namun, orang tua yang menentukan
dalam segala keputusan (Hurlock, 1993 : 93). Jadi, ciri-ciri pola asuh demokratis
antara lain mendorong anak untuk menyatakan pendapatnya.
Anak diberi kebebasan untuk menentukan apa yang terbaik buat dirinya
tetapi masih ada kontrol dari pihak orang tua. Pola asuh demikian menyebabkan
anak memiliki sikap sahabat, percaya diri, sopan, berani berpendapat. Adapun
ciri-ciri pola asuh demokratis lain sebagai berikut.
1) Menghargai dengan penuh pengertian
2) Keterangan yang rasional terhadap yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
3) Bersikap responsif terhadap kebutuhan anak
4) Mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan
5) Selalu menggunakan cara musyawarah dan kesepakatan
6) Hubungan antarkeluarga sangat harmonis dan akrab.
7) Orang tua selalu memberikan kesempatan kepada
26
anak untuk berkreativitas. (Syamsu, 2004 : 52). Pola asuh demikian menyebabkan
anak memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Bersikap bersahabat
2) Memiliki percaya diri
3) Mampu mengendalikan (self control)
4) Sikap sopan
5) Mau bekerja sama
6) Memiliki rasa ingin tahun yang tinggi
7) Mempunyai tujuan atau arah yang jelas
8) Berorientasi terhadap prestasi
9) Berani berpendapat (Syamsu, 2004 : 53).
3. Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif adalah pola asuh yang tidak disiplin, yaitu orang tua
terlalu memberikan kebebasan yang luas kepada anak, tidak ada reward dan
punisment untuk anak. Orang tua membiarkan anak meraba-raba dalam situasi
yang terlalu sulit untuk ditanggulangi oleh mereka sendiri tampa bimbingan atau
pengendalian pada pola asuh permisif biasanya orang tua tidak menggunakan
hukuman terhadap anak, meskipun anak berbuat salah. Oleh sebab itu dalam
perkembanganya anak-anak menjadi bingung, tidak mengetahui apa yang boleh di
lakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, karena anak merasa orang tua tidak
memperhatikan dan membimbing untuk menghindari kesalahan. Orang tua akan
bersikap cuek dengan segala hal yang dilakukan oleh anaknya, apapun itu
kegiatan yang dilakukan.
27
Hurlock (1993 : 93). Pola asuh permissif memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1) Sikap “Acceptance” nya tinggi namun kontrolnya rendah.
2) Memberi kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau
keinginannya.
3) Anak diperbolehkan melakukan sesuatu yang dianggap benar oleh anak.
4) Hukuman tidak diberikan karena tidak ada aturan yang mengikat
5) Kurang membimbing.
6) Kurang tegas dan kurang komunikasi.
Kondisi permisif ini cenderung mengakibatkan anak memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
1) Suka bersikap memberontak
2) Kurang memiliki rasa percaya diri dan suka mendominasi
3) Tidak jelas arahnya
4) Prestasinya rendah (Syamsu, 2004 : 52)
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pola asuh permisif
merupakan pola asuh yang memperlakukan anak secara bebas tanpa adanya
reward dan punisment, jadi anak bisa berbuat apa saja yang dikehendakinya
tanpa dituntut oleh kewajiban dan tanggung jawab.
2.3 Pengaruh motivasi Berprestasi dengan Pola Asuh Orang Tua
Motivasi berprestasi didefinisikan sebagai usaha mencapai sukses atau
berhasil dalam kompetisi dengan suatu ukuran keunggulan yang dapat berupa
prestasi orang lain maupun prestasi sendiri. (Mc Clelland 1987: 40).
28
Atkinson (1960: 56) mengemukakan bahwa motivasi berprestasi seseorang
didasarkan atas dua hal yaitu, adanya tendensi untuk meraih sukses dan adanya
tendensi untuk menghindari kegagalan. Pada dasarnya keadaan motif itu dimiliki
oleh individu, namun keduanya mempunyai keadaan berbeda-beda dalam
berbagai situasi dan kondisi menurut adanya prestasi. Situasi dan kondisi yang
akan membentuk suatu motivasi didalam berprestasi dapat berupa situasi yang
tercipta dalam lingkungan kaluaraga.
Lingkungan keluarga disini sangatlah mempengaruhi motivasi berprestasi
pada anak, terutama penerapan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua kepada
anaknya. Krisnawaty, (1989: 46) menyatakan bahwa pola asuh orang tua sendiri
merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap
orangtua ini meliputi cara orangtua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun
hukuman, cara orangtua menunjukkan otoritasnya, dan cara orangtua memberikan
perhatian serta tanggapan terhadap anaknya .
Nurhayati, (2013: 362) Hubungan emosional antara orang tua dan anak
akan berpengaruh dalam keberhasilan belajar anak. Biasanya setiap orang tua
mempunyai spesifikasi pola asuh terhadap anaknya. Jika orang tua menerapkan
pola asuh secara efektif, anak akan tumbuh dengan baik dan mengalami
perubahan yang positif pada diri mereka sesuai yang diharapkan sehingga
kegiatan atau aktifitas yang dilakukan anak tidak menghawatirkan saat di luar
pantauan orang tua.
Pola asuh orang tua adalah salah satu faktor dan aspek penting yang dapat
mendukung perilaku siswa untuk berprestasi. Pola asuh orang tua juga
29
berpengaruh terhadap pengembangan intelektual siswa, termasuk pengembangan
motivasi berprestasi siswa. Apabila pola asuh orang tua dapat menunjang motivasi
berprestasi yang tinggi, tentu prestasi belajar siswa juga akan tinggi.
Pandangan lain juga dikemukakan oleh Haryani ( 2014: 34) yaitu tentang
proses terbentuknya motivasi berprestasi mulai muncul pada masa anakanak yang
dibentuk oleh faktor eksternal, yaitu dorongan keluarga dan sekolah. Saat
memasuki usia SMP mulai muncul faktor internal. Motivasi berprestasi individu
semakin terlihat seiring dengan bertambahnya pengalaman (yang merupakan
faktor internal). Faktor eksternal lain seperti teman, orang yang telah lebih dulu
sukses juga berpengaruh terhadap motivasi berprestasi individu. Bagi mereka
orang yang telah lebih dulu sukses serta nasehat yang diberikan oleh teman serta
guru dan dosen dapat mengubah cara pandang individu terhadap prestasi dan
mempengaruhi perilaku mereka terhadap pencapaian prestasi mereka selanjutnya.
2.4 Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka mengenai motivasi
berprestasi siswa ditinjau dari pola asuh orangtua maka dapat digambarkan dalam
kerangka berfikir sebagai berikut:
30
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Permisif
1.Sikap “Acceptance” nya tinggi
tapi kontrol rendah.
2.Anak bebas untuk menyatakankeinginannya.
3)Anak diperbolehkan
melakukan sesuatu yang
dianggap benar oleh anak.
4)Hukuman tidak diberikan
karena tidak ada aturan yang
mengikat
5) Kurang membimbing.
6) Kurang tegas dan kurang
komunikasi.
Otoriter
1)Sikap“Aceptance” rendah
namun kontrolnya tinggi
2)Suka menghukum secara
fisik
3)Bersikap mengomando
(mengharuskan anak untuk
melakukan sesuatu tanpa
kompromi).
4) Bersikap kaku (keras)
5) Cenderung emosional dan
bersikap menolak
6)Harus mematuhi peraturan
-peraturan orang tua dan
tidak boleh membantah.
Demokratif
1) Menghargai dengan penuh
pengertian
2) Keterangan yang rasional
terhadap yang boleh dan
tidak boleh dilakukan.
3)Bersikap responsif terhadap
kebutuhan anak
4) Mendorong anak untuk
menyatakan pendapat atau
pertanyaan
5) Selalu menggunakan cara
musyawarah dan kesepakatan
6) Hubungan antarkeluarga
sangat harmonis dan akrab.
7) Orang tua selalu
memberikan kesempatan
kepada anak.
Pola Asuh Orang Tua
Motivasi Berprestasi
1. Free Choise
2. Persistence Behaviour
3. Intensity of performance.
4. Risk Preference
31
Pola asuh orang tua terbagi menjadi 3 jenis yaitu pola asuh otoriter, pola
asuh demokratis dan pola asuh permisif. Ketiga pola asuh tersebut mempunyai
ciri-ciri tersendiri, pola asuh tersebut juga memberikan dampak yang berbeda
pada setiap anak, terutama pada motivasi anak untuk berprestasi. Pola asuh
demokratis akan cenderung membentuk anak mempunyai motivasi berprestasi
yang tinggi dari pada pola asuh yang lainnya karena pada pola asuh ini orang tua
memberikan kebebasan yang bertanggung jawab pada anaknya.
Pola asuh otoriter berlawanan dengan pola asuh demokratis karena anak
diberi banyak peraturan dan dibatasi saat melakukan kegiatan, bahkan bila
melakukan keslahan anak akan mendapatkan hukuman, sehingga motivasi anak
untuk berprestasi tidak bisa maksimal.
Pola asuh yang terakhir pola asuh permisif adalah pola asuh dimana anak
akan bebas tanpa aturan dan hukuman, anak bisa melakukan apa saja, karena
kehidupan yang terlalu bebas ini, anak tidak akan mempunyai motivasi berprestasi
yang tingi, karena mereka berfikir percuma berprestasi atau tidak, orangtuanya
pun akan tetap acuh kepada anaknya. Sangatlah pentingkita sebagai orang tua
memilih dan menerapkan pola asuh mana yang akan diberikan kepada anak kita,
karena dari pola asuh ini nanti akan memberi dampak pada motivasi berprestasi
anak. Jika kita memilih pola asuh yang tepat pastinya akan membentuk motivasi
berprestasi yang tinggi, namun jika kita memilih pola asuh yang kurang tepat,
pastinya juga akan mendampak pada motivasi untuk berprestasi anak.
32
2.5 Hipotesis
Berdasarkan kerangka teori sebagaimana telah dipaparkan diatas, maka
hipotesis penelitian ini adalah: ada perbedaan motivasi berprestasi siswa SMP 06
Hasanuddin Semarang ditinjau dari pola asuh orang tua.
73
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pengujian hipotesis, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Tidak ada perbedaan motivasi berprestasi siswa SMP 06 Hasanuddin
Semarang baik ditinjau dari pola asuh otoriter, pola asuh demokratis dan pola
asuh permisif.
2. Secara umum motivasi berprestasi siswa SMP 06 Hasanuddin Semarang
berada pada kategori rendah.
5.2 Saran
Merujuk pada simpulan penelitian di atas, peneliti mengajukan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
Tetap mempertahankan program yang bertujuan untuk membuat
siswanya agar mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi. Selain itu juga
dapat menambahkan guru pengajar dalam mata pelajaran bimbingan dan
konseling, karena sampai sekarang guru yang mengajar mata pelajaran
tersebut hanya diampu oleh satu guru yang dibantu dari guru mata pelajaran
lain.
74
2. Bagi Siswa
Agar siswa tetap giat dalam mengikuti program yang diadakan oleh
pihak sekolah, terutama program yang bertujuan untuk membentuk motivasi
berprestasi siswanya menjadi lebih baik. Program-program tersebut seperti
penambahan jam belajar siswa, les, remidi dan pengertian yang lebih lagi dari
masing- masing mata pelajaran, sehingga siswa akan terus termotivasi untuk
berprestasi.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti variabel yang
sama maupun mengembangkan penelitian serupa, peneliti menyarankan
untuk menggunakan lebih dari satu teori sebagai pendekatan, selain itu juga
menggunakan subyek yang tepat.
75
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mighwar, M. (2006). Psikologi Remaja. Bandung: CV Pustaka Setia.
Anggraini, Ririn. (2014). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Motivasi
Belajar Siswa.Jurnal Psikologi. Vol.2, no.1, 2014, pp. 25-33.
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek edisi
Revisi VI. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Atkinson, Rita. L dan Atkinson Richard, Edward E. Smith & Daryl J Bem.
2000. Pengantar Psikologi Sosial. Interaksara Batam Centre.
Azwar, Saifuddin.(2000). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka
Belajar.
________. ( 2003). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
________. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Fatchurrochman, Rudy. (2011). Pengaruh motivasi berprestasi terhadap kesiapan
belajar, pelaksanaan prakerin dan pencapaian kompetensi mata pelajaran
produktif. Jurnal Psikologi. Vol.III, no.2, 2011, pp. 175-188.
Gunarsa, S.D. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Cetakan ke-
12. Jakarta. Gunung Mulia.
Hadi, Sutrisno. (2000). Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Haryani, Ratna. (2014). Motivasi Berprestasi pada Mahasiswa Berprestasi dari
Keluarga tidak Mampu secara Ekonomi. Jurnal Psikologi Pendidikan
dan Perkembangan. Vol.3, no.1,2014, pp. 30-36.
Heckhausen. (1967). The Anatomy of Achievement Motivation. New York:
Academic Press.
Hurlock, E. B. (1990). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang.
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
________. (1993). Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang
rentang kehidupan (edisi kelima). Jakarta: Erlangga.
76
Krisnawaty, Taty. (1986). Skripsi Studi tentang Pengaruh Pola Asuhan Orang.
Skripsi (Tidak Diterbitkan).
Lindgren, H.C. (1976). Educational Psychology In The Classroom. New york:
John.
McClelland, D.C. (1987). Human Motivation. New York : Cambridge University.
Press.
Miftah Thoha, 1996. Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi
Kedelapan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Monks, F.J., Knoers, A. M. P., Haditono, S.R.1999. Psikologi Perkembangan:
Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Musslifah, Anniez R. (2012). Perilaku Menyontek Siswa ditinjau dari
Kecenderungan Locus Of Control. Jurnal Psikologi. Vol.1, no.2, 2012,
pp.137-150.
Nazir, Moh. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
________. (2005). Metodologi penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan: Jakarta.
Rineka Cipta.
Nurhayati, Faridha. (2013). Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan
Motivasi Berprestasi Siswa Kelas VIII Di SMP Negeri 1 Sangkapura.
Jurnal pendidikan. Vol.1, no.2, 2013, pp. 362-367.
Palupi, N. S., Zakaria, F. R., & Prangdimurti, E. (2007). Pengaruh pengolahan
terhadap gizi pangan.
Prasetyaningsih, Septi.A. (2015). Analisis Deskriptif Faktor- Faktor Penyebab
Motivasi Berprestasi Renadah pada Mahasiswa Penerima Beasiswa
Bidikmisi Unnes. Skripsi .
Purwanto, Edy. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Semarang : UNNES.
Santrock, J. W. 2002. Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
77
________. (2003). Adolescence (Perkembangan Remaja). Terjemahan. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Stewart, A.C., dan Koch, J.B., (1983). Children Development Trough
Adolescence. John Wiley & Sons, Canada.
Sukadji. (2001). Motivasi dalam Masyarakat. Jakarta :Gramedia.
Sulistyo-Basuki. (2006). Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Sugiyono. 2005. Komunikasi Antar Pribadi. Semarang:Universitas Negeri
Semarang
_______. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabet.
Sobur, Alex. (2011). Psikologi Umum, Bandung : CV Pustaka Setia.
Syamsu, Yusuf. (2004). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Syamsiah. (2013). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Iklim Sekolah,
Budaya Organisasi terhadap Motivasi Berprestasi Guru di SD Negeri
Kecamatan Metro Barat Kota Metro. Skripsi.
Thoha, Mifta, 1996. Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi
Kedelapan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Turner, Erlanger A. (2009). The Influence of Parenting Styles, Achievement
Motivation, and Self-Efficacy on Academic Performance in College Students.
Journal of College Student Development, Volume 50, Number 3, 2009, pp. 337-
346.
125
Group Statistics
GROUP N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
MB PAO 44 53.2700 9.82521 1.38284
PAD 88 66.5600 9.44286 1.31425
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Differen
ce
Std.
Error
Differen
ce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
MB Equal
variances
assumed
.016 .900 -
1.375 98 .172
-
2.60000 1.89109
-
6.35281 1.15281
Equal
variances not
assumed
-
1.375
97.80
3 .172
-
2.60000 1.89109
-
6.35290 1.15290